PENDAHULUAN
Evaporasi adalah suatu proses penguapan air yang berawal dari permukaan
bentangan air atau juga dari bahan padat yang mengandung air.
singkatnya evaporasi (penguapan) adalah perubahan air menjadi uap air.
Pengertian evaporasi adalah proses penguapan daripada liquid (cairan) yakni dengan
penambahan panas. Evaporasi merupakan faktor yang penting dalam studi tentang
pengembangan sumber-sumber daya air. Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai,
besarnya kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan komsumtif
(consumptive use) untuk tanaman dan lain-lain.
Hadisusanto (2010) menjelaskan bahwa vaporasi adalah proses fisis yang merubah
bentuk larutan atau cairan menjadi bentuk gas atau uap. Istilah ini juga diartikan sebagai
jumlah uap air yang diupakan dari suatu permukaan tanah ataupun air.
Proses evaporasi dibedakan menjadi dua antara lain:
1. Evaporasi aktual: proses evaporasi yang bergantung pada kondisi alami di suatu daerah.
Perbedaan kondisi daerah akan mengakibatkan perbedaan besarnya nilai evaporasi aktual.
2. Evaporasi potensial: proses evaporasi yang terjadi pada suatu permukaan penguapan yang
berbeda dalam kondisi kecukupan air. Evaporasi potensisal sering disebut sebagai
kemampuan maksimal dari suatu permukaan dalam penguapan air.
Transpirasi adalah suatu proses air di dalam tumbuhan dilimpahkan ke dalam
atmosfer sebagai uap air ( Subarkah, 1980:39). Dalam kondisi lapangan tidaklah mungkin
untuk membedakan antara evaporasi dan transpirasi jika tanahnya tertutup
tumbuhtumbuhan. Kedua proses tersebut (evaporasi dan transpirasi) saling berkaitan
sehingga dinamakan evapotranspirasi. Proses transpirasi berjalan terus hampir sepanjang
hari di bawah pengaruh sinar matahari. (Soemarto,1986:44).
Evapotranspirasi adalah gabungan dari proses penguapan air bebas (evaporasi) dan
penguapan air melalui tanaman (transpirasi) (Suhardjono,1994:11). Evapotranspirasi
merupakan faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan
merupakan proses yang penting dalam siklus hidrologi. Parameter cuaca, karakteristik
tanaman, pengelolaan dan aspek lingkungan mempengaruhi evapotranspirasi. Tanaman
rumput acuan menutupi tanah secara penuh, terjaga pendek, air lancar dan aktivitas
pertumbuhan dalam keadaan kondisi agronomi yang optimal. Evapotranspirasi rata-rata dari
suatu permukaan acuan disebut evapotranspirasi acuan dan ditandai sebagai ETo. Konsep
evapotranspirasi acuan dikenalkan untuk mempelajari keperluan evaporasi dari atmosfer
secara independen pada tipe tanaman, perkembangan tanaman dan praktek pengelolaannya
(Raes, 2009).
Evapotranspirasi acuan atau evapotraspirasi referensi (ETo) didefinisikan sebagai
laju evapotranspirasi dari permukaan yang luas, rapat ditumbuhi rumput hijau dengan
ketinggian yang seragam antara 8 – 15 cm dan dalam kondisi tidak kekurangan air dengan
albedo 0,23 dan tidak kekurangan air (Allen et al., 1998). Evapotranspirasi acuan (ETo)
terkait erat dengan rumput standar (Hargreaves dan Samani, 1985).Untuk menduga nilainya
beberapa metode diturunkan berdasarkan proses fisik yang mengatur laju evapotranspirasi.
2
Pendugaan dapat dilakukan menggunakan data klimatologi misalnya : suhu udara,
kelembaban udara, lama penyinaran matahari dan kecepatan matahari. Berdasarkan
ketersediaan data iklim ETo dapat dihitung dengan beberapa model : 1) suhu, 2) suhu dan
kelembaban, 3) radiasi global, 4) radiasi neto, 5) kombinasi dan 6) regresi (Rusmayadi,
2012).
METODE
Evapotranspirasi merupakan penguapan yang terjadi di air permukaan, tanah,
perairan maupun vegetasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Evaporasi yang terjadi
pada sebuah stasiun dengan mempertimbangkan berbagai aspek diantaranya Indek panas
bulanan, rata-rata penyinaraan matahari, presentasi jam siang bulanan, jenis tanaman dan lain
sebagainnya.
Metode penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan melalui kajian secara ilmiah dengan melalui
analisis dan evaluasi untuk mengetahui pengukuran sesuatu sebagai jawaban atas hal-hal
yang dipermasalahkan (Abdullah, 2015). Metode ini digunakan karena data yang diolah
merpakan data yang dikumpulkan berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui besaran pengaruh antar variabel yang diteliti. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Deskriptif. Metode ini bertujuan
untuk menjelaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul
dimasyarakat yang menjadi obyek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi. Format yang
digunakan dalam penelitian ini adalah format deskriptif studi kasus. Format penelitian
deskriptif studi kasus merupakan penelitian eksplorasi dan memainkan peran penting dalam
menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang berbagai variabel sosial (Abdullah,
2015). Format ini digunakan dengan meneliti data data yang didapatkan dari stasiun yang
dimiliki dengan menggunakan beberapa metode.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan besaran Evaporasi bulanan jika diketahui
lokasi stasiun pada 6,8 oLS, elevasi 81 m dpal, jenis tumbuhan dekat pantai adalah “serat”,
hujan tahunan sebesar 3.392 mm. Data yang dihitung dalam penelitian ini adalah, berikut ini :
3
Metode yang digunakan untuk meneliti data stasiun adalah metode Persamaan
Empirik antara lain, yaitu :
1. Metode Thornwaite
Metode Thornwaite Mather merupakan metode yang didasarkan pada konsep neraca air.
Metode ini memerlukan curah hujan sebagai input dan nantinya evapotranspirasi dan debit
sebagai output. Dalam prosesnya, metode Thornthwaite Mather memerlukan data sifat fisik tanah
serta data karakteristik lahan. Thornwaite Mather menggunakan konsep neraca air untuk
menentukan Indeks kekeringan. Metode ini berdasarkan prinsip neraca air dan menekankan
faktor evapotranspirasi sebagai faktor iklim selain hujan serta memasukan variabel lengas tanah
(Rahadyan, 2011).
𝟏𝟎. 𝑻 𝜶
𝑷𝑬𝑻 = 𝟏, 𝟔( )
𝑰
Rumus Koefisien :
dengan:
Karena banyaknya hari tidak sama, sedangkan jam penyinaran matahari yang diterima
adalah berbeda menurut musim dan jaraknya dari khatulistiwa, maka PET harus disesuaikan
menjadi:
𝒔. 𝑻𝒛
𝑷𝑬 = 𝑷𝑬𝑻
𝟑𝟎. 𝟏𝟐
dengan:
𝑻. 𝑷
𝑼=𝑲
𝟏𝟎𝟎
dengan:
U = consumptive use (inch) selama pertumbuhan tanaman
K = koefisien empiris yang tergantung pada tipe dan lokasi tanaman pada tabel 2.2
P = Persentase jumlah jam penyinaran matahari perbulan dalam satu tahun pada tabel 2.3
T = temperatur rerata bulanan (ºF)
𝑷(𝟒𝟓. 𝟕𝒕 + 𝟖𝟏𝟑)
𝑼=𝑲
𝟏𝟎𝟎
dengan:
U = Transpirasi bulanan (mm)
t = Suhu udara rata-rata bulanan (ºC)
K = Kt . Kc
Kt = 0,311t + 0,24
Kc = Koefisien tanaman bulanan (dekat daerah pantai/laut) (lihat tabel 2.2)
P = Persentase jam siang bulanan dalam setahun (lihat tabel 2.3)
𝑷
𝑬=
𝟐
√𝟎, 𝟗 + ( 𝒑 𝟐 )
𝑬𝒐
dengan:
E = evaporasi aktual (mm/tahun)
P = hujan tahunan
T = suhu tahunan
Eo = evaporasi air permukaan
𝑬𝒐 = 𝟑𝟐𝟓 + 𝟐𝟏𝑻 + 𝟎, 𝟗𝑻
5
HASIL PEMBAHASAN
Hasil dari perhitungan kali ini membahas besarnya hujan wilayah berdasarkan data 1 pada
Lampiran Acara 3, serta besarnya evaporasi bulanan berdasarkan data 2 pada Lampiran Acara
3, menggunakan lokasi stasiun pada 6,8 oLS, elevasi 81 m dpal, jenis tumbuhan dekat pantai
adalah “serat”, hujan tahunan sebesar 3.392 mm.
Dengan Metode Thornwaite yang kita lakukan menghasilkan s.Tz pada bulan januari
(1,0672); Februari (0,9636); Maret (1,0436); April (0,9964); Mei (1,0164); Juni (0,9728);
Juli (1,0128); Agustus (1,0228); September (1,00); Oktober (1,0536); November (1,0536);
Desember (1,0744).
Lalu selanjutnya hasil pada metode Blanney Criddle, mempunyai nilai konsumtif inch
dengan hasil pada Januari (0,054140255); Februari (0,050191581); Maret (0,054406278);
April (0,057914349); Mei (0,052906012); Juni (0,053323878); Juli (0,052289667); Agustus
(0,054229914); September (0,057722003); Oktober (0,057970016); November
(0,053564672); Desember (0,056183571).
Blanney-Criddle modifikasi menghasilkan nilai yang berbeda karena U merujuk pada
transpirasi bulanan dengan menggunakan satuan mm, dengan hasil pada Januari (11,11857
mm); Februari (10,91406617 mm); Maret (11,77469166 mm); April (12,84490215 mm); Mei
(11,33719935 mm); Juni (11,58254574 mm); Juli (11,23402747 mm); Agustus
(11,95064311 mm); September (12,59712411 mm); Oktober (13,63088484 mm); November
(11,49526273 mm); Desember (12,17264635 mm).
Turc-Lungbein mempunyai metode yang lebih simple daripada beberapa metode
sebelumnya dan mendapatkan nilai Evaporasi Aktual 1.413,33 mm/thn; 141,33 cm/bln.
KESIMPULAN
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari tentang bagaimana Evaporasi dan
Evapotranspirasi, dapat dianalisis dengan berbagai macam metode. Metode Thornwaite,
Metode Blaney Criddle, Metode Blanney Criddle (Modifikasi), Metode Turc Lungbein. Dengan
hasil dari Metode Thornwaite yang kita lakukan digunakan sebagai salah satu indikasi
penentuan besarnya evapotranspirasi potensial bulanan dalam suatu daerah, dari perhitungan
yang dilakukan secara manual mulai bulan Januari hingga Desember menggunakan bantuan
table panas bulanan, dan tabel rata-rata matahari selama 30 hari dalam durasi 12 jam, lalu
Metode Blanney Criddle menggunakan koefisien empiris, yang dikalikan hasil dari
temperature rerata bulanan dikalikan jumlah jam penyinaran matahari dengan dibagi 100
mendapatkan data Inch per bulan nya, selanjutnya Metode Blanney Criddle modifikasi
memiliki perbedaan menggunakan suhu celsisu dan cara yang berbeda sehingga
menghasilkan satuan mm, bukan Inch, dan terkahir Metode Turc Lungbein mencari
Evaporasi Aktual dengan bantuan hujan tahunan dan suhu tahunan.
6
DAFTAR RUJUKAN
Lampiran
▪ Cek Plagiarisme
-Abstraksi
-Pembahasan
7
▪ Perhitungan
-Thornwaite
8
9
Perhitungan Thornwaite
10
11
Tabel Hasil Thornwaite
Bulan Rata- Rata Suhu Bulanan Indeks Panas (I) Koefisien (a) PET s.Tz PE
12
- Blanney-Criddle & Blanney-Criddle Modifikasi
13
Tabel Hitungan Blanney-Criddle
14
-Turc-Lungbein
15