Anda di halaman 1dari 35

PERAN GURU PAI DALAM PENGUATAN MOTIVASI

SISWI MUSLIMAH DALAM BERHIJAB


DI SMP NEGERI 1 INDRALAYA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :

MUTIARA ISTIQOMAH
NIM. 2019. 01.194

Program Studi Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QUR’AN AL-ITTIFAQIAH
INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
2023
PERAN GURU PAI DALAM PENGUATAN MOTIVASI
SISWI MUSLIMAH DALAM BERHIJAB
DI SMP NEGERI 1 INDRALAYA

A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam sebagai suatu proses ikhtiyariyah mengandung ciri

dan watak khusus, yaitu proses penanaman, pengembangan dan pemantapan nilai-

nilai keimanan yang menjadi fundamen mentalspritual manusia dimana sikap dan

tingkah lakunya termanifestasikan menurut kaidahkaidah agamanya. Nilai-nilai

keimanan seseorang adalah keseluruhan pribadi yang menyatakan diri dalam bentuk

tingkah laku lahiriah dan rohaniah, dan ia merupakan tenaga pendorong/penegak

yang fundamental, bagi tingkah laku seseorang.1

Guru merupakan pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah

merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang

terpikul di pundak orang tua. Di ruang lingkup sekolah, guru memiliki peran yang

sangat penting bagi peserta didik, selain mampu dalam mengajarkan ilmu yang

dikuasai, sosok guru memiliki beban moral yang sangat tinggi, terutama dalam

memberikan motivasi agar siswa semangat untuk belajar dan memberi contoh

perilaku yang baik dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Apalagi sebagai guru PAI,

dengan adanya perkembangan jaman modern dan semakin banyaknya teknologi-

teknologi canggih, maka sebagai guru PAI wajib mengarahkan, membimbing dan

1
Elihami, “Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter
Pribadi Yang Islami”, Edusmaspul : Jurnal Pendidikan, (Vol 2 No 1, 2018), hlm. 79.

2
mengembangkan kecerdasan emosional maupun spiritual peseta didiknya agar lebih

berhati-hati dalam menghadapi era globalisasi.2

Pendidikan tidak cukup hanya mengedepankan kecerdasan intelektual saja,

akan tetapi perlu dibarengi dengan etika, moral, dan akhlakul karimah. Karena

pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dan urgen dalam kehidupan

manusia kerena berupaya melatih segala potensi yang dimiliki manusia, seperti

potensi fisik, akal dan sikap. Maka diperlukan pembentukan karakter yang taat akan

ajaran agama melalui pembentukan jiwa keagamaan. Pengaruh pembentukan jiwa

keagamaan dan perilaku keberagamaan pada lembaga pendidikan, khususnya pada

lembaga pendidikan formal (sekolah) banyak tergantung dari bagaimana karakteristik

pendidikan agama yang diberikan di sekolah tersebut. Hal tersebut dikarenakan

sekolah dalam perspektif Islam, berfungsi sebagai media realisasi pendidikan

berdasarkan tujuan pemikiran, aqidah dan syariah dalam upaya penghambaan diri

terhadap Allah dan mentauhidkan-Nya sehingga manusia terhindar dari

penyimpangan fitrahnya.3 Salah satunya yaitu menutup aurat bagi perempuan

muslimah.

Istilah hijab lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan kerudung. Istilah

kerudung baru dikenal masyarakat pada kisaran tahun 1980-an, barulah istilah hijab

di kenal di Indonesia pada kisaran tahun 2011. Istilah ini menjadi tidak asing lagi di

2
Much Solehudin, “Peran Guru PAI Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional (Eq)
Dan Kecerdasan Spiritual (SD) Siswa Smk Komputama Majenang”, Jurnal Tawadhu, (Vol 1 No 3,
2018), hlm 305.
3
Op.Cit, Elihami hlm. 80

3
telinga kalangan masyarakat Indonesia dengan munculnya komunitas-komunitas

perempuan muslimah yang mengusung awalnya bernama jilbab kemudian namanya

berubah menjadi hijab. Sejak saat itulah masyarakat di Indonesia mengenal istilah

hijab. Pemakaian hijab sendiri pada dasarnya dianggap sebagai perilaku yang religius,

akan tetapi pada kenyataannya dikarenakan oleh arus perkembangan zaman yang

sangat maju ini maka memakai hijab itu menjadi trend atau sebagai popularisasi serta

di anggap biasa di kalangan masyarakat.4

Hijab bukan hanya sebagai penutup aurat saja, tetapi juga sebagai simbol

kesalehan yang dinilai sebagai menyempurnakan rukun keimanannya. Hijab kini

sudah menjadi bagian dari sebuah busana. Hijab menjadi sebuah tanda yang

menunjukkan setiap penggunaan yang dikenakan oleh individu tersebut menjadi

sebuah fashion atau ciri khas individu tersebut. Hal ini tentu menjadi menarik dengan

adanya penggunaan hijab tersebut tentu akan menjadi tren dengan pemakaian hijab

yang bervariasi. Fenomena hijab ini tentu bias dikaitkan dengan adanya

perkembangan globalisasi akan menjadi tren pada kalangan anak muda yang

menggunakan. Terlebih lagi hijab ini dipakai oleh semua kalangan.

4
Selvie Astria Augustine, Ahmad Muslich, Nurul Abidin, “Pengaruh Penggunaan Hijab
Terhadap Religiusitas Peserta Didik SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo”, Jurnal Mahasiswa
TARBAWI, (Vol 3 No 2, 2019), hlm. 120.

4
Ayat Al-Qur‟an yang dianggap mewajibkan pemakaian jilbab yaitu surat Al-

Ahzab ayat 59:

Artinya: “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu


dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk
dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang”.
Ayat ini menjelaskan empat hal, yaitu: perintah memakai jilbab, mengulurkan

jilbab, memakai jilbab agar menjadi identitas untuk mudah dikenali dan

menghindarkan kaum wanita dari godaan laki-laki. Ayat ini juga menekankan wanita

muslim untuk mengulurkan jilbabnya, bukan hanya sekedar perintah pemakaian

jilbab saja.5

Motivasi pemakaian jilbab dalam Islam merupakan bentuk dari upaya

pendidikan rohaniyah yang membentuk dalam dirinya suatu kesadaran beragama atau

sebagai kebutuhan akan terintegrasinya sikap keyakinan dan nilai-nilai. Motivasi

memiliki arti dorongan, alasan, atau tujuan tindakan. Pemakaian jilbab pada

perempuan akan berpengaruh pada perilaku keagamaan bagi mereka. Dengan

berjilbab mereka dituntut untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran yang
5
Dewi Sumarni, Ishak Abd Aziz, Arfan, “Motivasi Remaja Menggunakan Hijab: Studi pada
Remaja Desa Kebon IX Sungai Gelam, Muaro Jambi”, Journal of Islamic Guidance and Counseling,
(Vol 5 No 1, 2021), hlm 58-59.

5
mereka anut seperti rajin shalat, mengaji atau berpuasa. Sesungguhnya Islam telah

memberi penghargaan dan penghormatan kepada kaum wanita dengan setinggi-

tingginya, ia memberikan kedudukan yang teramat mulia dan luhur, mengangkat

mereka dari lembah kehinaan dan sumber keburukan pada masa jahiliyah.6

Fenomena hijab tersebut juga sudah mulai masuk di kalangan dalam dunia

pendidikan, seperti sekolah-sekolah umum seperti dari jenjang SD, SMP hingga

jenjang SMA. Pemakaian hijab pada peserta didik di lembaga pendidikan tersebut

memang ada beberapa yang lepas pakai atau tidak konsisten. Akan tetapi para peserta

didik yang tidak konsisten ini cenderung memakai hijab hanya dalam kondisi

tertentu, misalnya karena sekolah mewajibkan memakai hijab seperti sekolah-sekolah

yang berbau pesantren atau madrasah, atau sekolah di bawah naungan lembaga

seperti Muhammadiyah atau Nahdatul Ulama dan sebagainya, maka ia memakai hijab

jika ke sekolah saja.

Adapun untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya guru yang profesional

yang bisa memotivasi siswi untuk terbentuklah manusia yang bertaqwa, cerdas,

terampil, berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat

guna terciptanya kebahagiaan dunia akhirat. Sebagaimana guru pendidik dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Dalam UU No. 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen dan PP No. 74 tentang guru. Mujtajid mengemukakan

6
Djamaludin Ancok & Fuat Nashori, “Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem-Problem
Psikologi”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 76-79.

6
bahwa guru berperan sebagai perancang, penggerak, evaluator dan motivator.7 Dalam

hal ini guru juga dianggap bertanggung jawab kepada siswanya, tidak saja ketika

dalam proses pembelajaran tetapi seorang guru dapat memberi motivasi para

siswanya salah satunya, masih kurangnya siswa termotivasi untuk memakai hijab

diluar sekolah, dalam kehidupan sehari-hari pun masih jarang siswi menggunakan

hijab pada saat diluar sekolah.

Seperti halnya peraturan seragam sekolah yang diterapkan di SMP Negeri 1

Indralaya adalah suatu bentuk upaya sekolah dalam pembentukan karakter siswa yang

bertakwa dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan visi dan misi sekolah. SMP Negeri

1 Indralaya merupakan sekolah berstatus Negeri yang terletak di Jalan Indralaya

Muliya, Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir Sumatra Selatan (30622). SMP

Negeri 1 Indralaya menerapkan aturan tentang kebijakan berpakaian wajib berhijab

bagi siswi yang beragama Islam. Kebijakan ini diterapkan sejak tahun 2011 dan

berjalan hingga sekarang. Kebijakan berpakaian wajib berhijab bagi siswi yang

beragama Islam merupakan suatu bentuk upaya sekolah dalam pembentukan karakter

siswa yang bertakwa dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan visi dan misi sekolah.

Menurut Kepala Sekolah, diterapkannya kebijakan wajib berhijab selain menunjang

visi dan misi sekolah, juga dapat menanamkan nilai-nilai keagamaan yaitu dalam hal

menutup aurat ketika sudah baliqh.

7
Sudarwan Danim dan Khairil, “Profesi Kependidikan”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), hlm. 44

7
Berdasarkan observasi awal, diketahui di SMP Negeri 1 Indralaya, sudah ada

peraturan yang mewajibkan memakai hijab disekolah bagi siswi beragama Islam.

Namun masih kurangnya siswi memakai hijab diluar sekolah dikarenakan siswi

masih menganggap hijab sebagian dari seragam sekolah, hal ini terlihat ketika mereka

berada diluar sekolah, masih banyak siswi memakai hijab hanya sebatas disekolah

saja karena takut mendapatkan sanksi. Siswi sering kali pulang sekolah untuk

melepaskan hijabnya ketika berada diluar itu karena alasan panas gerah dan dari

lingkungan. Kendala-kendalanya siswa masih menganggap hijab sebagai pakaian

seragam sekolah, masih belum maksimalnya motivasi siswi. Oleh karena itu guru

PAI berperan penting untuk memberikan penguatan motivasi bukan hanya di dalam

sekolah tetapi diluar sekolah juga agar siswi dapat menjalankan kewajiban sebagai

muslimah yang baik..

Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Peranan

Guru PAI dalam Memberikan Penguatan Motivasi Siswi Muslimah Dalam

Berhijab Di SMP Negeri 1 Indralaya”.

8
B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas, dapat diidentifikasikan

beberapa masalah yang ada antara lain:

1. Kesadaran berhijab

Seperti halnya pada SMP Negeri 1 Indralaya, adanya peraturan yang

mewajibkan siswi beragama Islam untuk berhijab ketika di sekolah. Dengan adanya

peraturan tersebut membuat para siswi tidak menggunakan hijab atas kesadaran dari

diri sendiri melainkan karena adanya sebuah kewajiban dari sekolah, sehingga masih

banyak siswi yang melepas hijabnya ketika berada di luar sekolah karena kesadaran

hanya tumbuh secara minim.

2. Peran guru PAI

Dalam hal ini guru PAI juga bertanggungjawab terhadap siswinya, dengan

adanya peraturan wajib berhijab di SMP Negeri 1 Indralaya, selain siswi wajib

berhijab di dalam sekolah, guru PAI juga berperan penting untuk memberikan

motivasi kepada siswinya bahwa kita sebagai wanita muslimah bukan hanya wajib

berhijab di dalam sekolah saja, tetapi di luar sekolah juga wajib berhijab.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka pembatasan masalah penelitian

ini yaitu Peran guru PAI dalam penguatan motivasi siswi muslimah dalam berhijab di

kelas VII SMP Negeri 1 Indralaya.

9
D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat mengambil

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran guru PAI dalam memberi motivasi siswi muslimah untuk

berhijab di SMP Negeri 1 Indralaya?

2. Bagaimana kesadaran siswi muslimah dalam berhijab di SMP Negeri

Indralaya?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran guru PAI dalam memberi motivasi siswi muslimah

untuk berhijab di SMP Negeri 1 Indralaya.

2. Untuk mengetahui kesadaran siswi muslimah dalam berhijab di SMP Negeri

Indralaya.

F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penulis berharap penelitian dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak diantaranya, sebagai berikut:

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan

tentang kesadaran wanita muslimah dalam berhijab.

10
2) Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan

dalam upaya peningkatan mutu pendidikan yang berkaitan dengan kesadaran

dalam berhijab.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan

kreativitas peran guru dalam memberi motivasi.

c. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan

mendorong siswi agar termotivasi untuk berhijab di dalam sekolah maupun di

luar sekolah.

d. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi terhadap

penelitian yang relevan.

G. Kerangka Teori
1. Tugas dan Peranan Guru PAI

Guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, yakni

mengembangkan ranah cipta, rasa, dan karya siswa sebagai implementasi konsep

ideal mendidik. Dalam literatur kependidika Islam, pengertian guru mengacu kata

murabbi, mu‟allim, muaddib yang meliliki fugsi yang berbeda-beda. Murabbi

berasal dari kata rabba yurabbi yang berarti membimbing, mengurus, mengasuh dan

11
mendidik. Sementara mu‟allim merupakan bentuk isim fa‟il dari „allama-yu‟allimu

yang berarti mengajar.8 Sebagaimana Q.S Al Baqarah: 31

Artinya : “dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)


seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
mamang benar orang-orang yang benar!"
Allah mengajarka kepada nabi Adam semua nama benda, kemudian

mengemukakan nama-nama benda kepada para malaikat. Dengan demikian „allama

disini diterjemahkan dengan mengajar. Istilah mu‟addib berasal dari kata addaba-

yuaddibu yang artiya mendidik. Pendidikan agama Islam yaitu upaya sadar dan

terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

mengimani, bertakwa, berakhlakul karimah, mengamalkan ajaran agama Islam dari al

Quran dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan, serta

penggunaan pengalaman.9

Secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang,

baik keluarga, masyarakat dan sekolah. Hal ini disebabkan karena bermacam-

macamnya figur seorang guru seperti guru mengaji, guru silat, guru mata pelajaran,

guru vak dan sebagainya. Masyarakat melihat figur guru sebagai manusia yang serba

bisa tanpa ada cela dan nista. Kemuliaan seorang guru tercermin dari kepribadian,
8
Zida Haniyyah, “Peran Guru Pai Dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa Di SMPN 03
Jombang”, IRSYADUNA: Jurnal Studi Kemahasiswaan, (Vol 1 No 1, 2021), hlm. 78.
9
Ibid, Zida Haniyyah, hlm. 78

12
sikap, dan perilaku kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sedikit cela dan nista dari

pribadi guru, maka masyarakat akan mencaci makinya habis-habisan dan hilanglah

kewibawaan seorang guru.10

Adapun tugas guru sebagai pendidik, yaitu, 1) sebagai pembimbing, 2)

sebagai penghubung, 3) sebagai penegak disiplin, 4) sebagai suatu profesi, 5) sebagai

perencana kurikulum, 6) sebagai pekerja yang memimpin, 7) sebagai fasilitator

pembelajaran, 8) sebagai organisator, dan 9) sebagai manager.11

Peranan Guru dalam memberikan motivasi kepada peserta didik;

1. Sebagai Motivator, Sebagai seorang motivator, seorang guru diharapkan mampu

memberikan dorongan mental dan moral kepada anak didik agar kedepannya,

mereka selalu memiliki semangat dan tujuan dalam belajar.

2. Sebagai Administrator, Peran guru sebagai administrator yaitu guru memiliki

tugas seperti mengisi buku presensi siswa, buku daftar nilai, buku rapor,

administrator kurikulum, administarator penilaian dan sebagainya. Sebagai

administrator guru sebaiknya juga memiliki rencara mengajar, program semester

dan program tahunan, dan yang paling penting adalah menyampaikan rapor atau

laporan pendidikan kepada orang tua siswa dan masyarakat

3. Sebagai Evaluator, Guru sebagai evaluator yaitu guru melaksanakan evaluasi

dengan cara memberikan soal, bentuk soal, jumlah soal, cara pemberian nilai dan

10
Ibid, Much Solehudin hlm 306.
11
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Cet. IV (Jakarta: Kalam Mulia, 2005),
54-57. dalam Mujiburrahman, “Kontribusi Guru Pai Dalam Pembinaan Etika Berpakaian Islami
Siswa Sman Kota Sabang”, Jurnal Ilmiah Islam Futura, (Vol 14 No 2 2015), hlm. 266-267.

13
nilai rata-rata yang digunakan mengikuti siswa, dengan guru sebagai evaluator

hasil belajar diharapkan agar peserta didik untuk senantiasa mengikuti

perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar peserta didik dalam kurun waktu

pembelajaran. 12

Selain itu guru agama juga mempunyai peranan yang cukup berat, yakni turut

serta membina pribadi anak di samping mengajarkan ilmu pengetahuan agama

kepada anak. Disamping pembinaan dan pengajaran yang dilaksanakann secara

sengaja oleh guru agama dalam pembinaan terhadap anak didik, sifat dan kepribadian

seorang guru agama juga merupakan hal yang sangat penting. Dengan demikian,

peranan guru agama sangat penting dilakukan oleh seseorang yang tugasnya

mengajar agama dan dicontoh segala perkataan dan perbuatannya.

2. Pengertian Motivasi

Secara etimologis, motivasi berasal dari kata “motiv”, dalam bahasa Inggris

motive berasal dari kata motion, yang diartikan gerakan atau sesuatu yang bergerak.

Istilah motif berkaitan erat dengan gerak, yakni gerakan yang dilakukan atau dapat

juga disebut perilaku manusia. Motivasi merupakan unsur penting dalam aktivitas

kerja, yang merupakan kekuatan pendorong terwujudnya perilaku. Motivasi adalah

12
Jentoro, Ngadri Yusro, Eka Yanuarti, Asri Karolina, Deriwanto, “Peran Guru Pai Dalam
Menanamkan Nilai-Nilai Islam Wasatiyah Siswa”, Journal of Education and Instruction, (Vol 3 No 1,
2020), hlm. 54-55.

14
kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan

atau gerakan dan menyalurkan perilaku ke arah pencapaian kebutuhan.13

Motivasi secara umum sering diartikan sebagai sesuatu yang ada pada diri

seseorang yang dapat mendorong, mengaktifkan, menggerakkan dan mengarahkan

perilaku seseorang. Dengan kata lain motivasi itu ada dalam diri seseorang dalam

wujud niat, harapan,14 keinginan dan tujuan yang ingin dicapai. Motivasi di dalam

diri manusia terdorong oleh karena adanya aspek-aspek berikut:

1. Keinginan untuk hidup

2. Keinginan untuk memiliki sesuatu

3. Keinginan akan kekuasaan

4. Keinginan akan adanya pengakuan.

Menurut Idris (2018), motivasi itu sesungguhnya merupakan seluruh proses


gerakan yang mencakup berbagai rangsangan. dorongan, atau daya pembangkit bagi
terjadinya suatu prilaku dalam rangka mencapai suatu tujuan. Motivasi-motivasi yang
timbul pada diri individu mempunyai peranan dan fungsi ganda yaitu sebagai
pembangkit aktivitas individu dan sebagai penyeleksi setiap aktivitas yang
dilakukan.15
Sedangkan Menurut Baharuddin (2004), motivasi merupakan dorongan yang
sangat menentukan tingkah laku dan perbuatan manusia. Motivasi menjadi kunci
utama dalam menafsirkan dan melahirkan perbuatan manusia. Peranan yang demikian
menentukan ini, dalam konsep Islam disebut sebagai niyyah dan „ibadah. Niyyah

13
Nur Rois, “Konsep Motivasi, Perilaku, Dan Pengalaman Puncak Spiritual Manusia Dalam
Psikologi Islam”, Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid Hasyim, (Vol 7 No 2, 2019), hlm
185-186.
14
Ibid, hlm 186.
15
Muh Idris, “Konsep Motivasi Dalam Pendidikan Agama Islam”, Ta‟dibi : Jurnal Prodi
Manajemen Pendidikan Islam, (Vol 7 No 2, 2018), hlm 24.

15
merupakan pendorong utama manusia untuk berbuat atau beramal Sementara, „ibadah
adalah tujuan manusia berbuat atau beramal.16

Dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa motivasi adalah proses yang

mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan

suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. motivasi

diartikan sebagai keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya

untuk melakukan aktifitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.

Motivasi merupakan hal-hal yang mendorong seseorang melakukan sesuatu

untuk mencapai sebuah tujuan tertentu, baik itu yang berasal dari dalam diri individu

atau dari luar diri individu. Termasuk dengan keyakinan, rangsangan, lingkungan

situasi, dan keadaan atau kejadian bikinan orang lain yang mendorong pada

dilakukannya perilaku seseorang. Motivasi menurut Islam dibagi menjadi tiga

macam, yaitu ;

1. Motivasi Jismiyyah (Fisik Biologis)

Motivasi mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Adapun

fungsi motivasi dalam hal menumbuhkan kesadaran siswa untuk memakai jilbab

dalam aktivitas di sekolah, dalam diamati dari penjelasan yaitu motivasi mendorong

manusia untuk berbuat, yaitu sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan. Motivasi untuk beribadah dalam mencari ridha Allah dalam aktivitas

keduniaan.
16
Baharuddin, Paradigma psikologi Islami. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) dalam Budi
Lenggonoa dan Yuzarion, “Motivasi berprestasi pada siswa SMA dalam perspektif Islam”, Jurnal
Psikologi Terapan dan Pendidikan, ( Vol 2 No 1, 2020), hlm 37.

16
2. Motivasi Nafsiyah (Psikologi)

Motivasi Nafsiyah hakikatnya memberikan dorongan yang kuat terhadap umat

islam untuk melakukan aktivitas keduniaan yang bermakna, yaitu aktivitas yang

berdasarkan aspek religius.

3. Motivasi Ruhiyyah (Spiritual)

Motivasi Spiritual adalah motivasi kesadaran dan kuat mantap memenuhi

jalan ibadah kepada Allah yang merupakan tujuan dalam hidup mereka. 17

Motivasi penting artinya dalam menyeleksi suatu perbuatan yakni menentukan

perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan dan tepat untuk mencapai tujuan.

Dengan motivasi untuk memakai jilbab, akan mengalahkan yang lainnya untuk

berlaku sesuai dengan tujuan yang diterapkan dan tidak akan melakukan hal-hal

menyimpang dari pihak kegiatan tersebut bahkan akan terhindar dari perbuatan yang

akan menghambat tercapainya tujuan.Dengan uraian di atas, dapat disimpulkan

bahwa motivasi sangat berguna untuk menggerakkan, mengarahkan dan mendorong

seseorang untuk melakukan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.18

17
Ahmad Janan Asifudin dalam Dewi Sumarni, Ishak Abd Aziz, Arfan, “Motivasi Remaja
Menggunakan Hijab: Studi pada Remaja Desa Kebon IX Sungai Gelam, Muaro Jambi”, Journal of
Islamic Guidance and Counseling, (Vol 5 No 1, 2021), hlm 64.
18
Ita Lailasari, “Tanggapan Siswi Memakai Busana Jilbab Di Sekolah Hubungannya Dengan
Motivasi Mereka Memakai Jilbab Sehari-Hari”, Matriks: Jurnal Sosial dan Sains, (Vol 1 No 1, 2019)
hlm 9.

17
3. Konsep Hijab

Pengertian hijab dalam Islam (bahasa Arab: ‫ ) ح جاب‬adalah kata dalam bahasa

Arab yang berarti penghalang. Tetapi kata ini lebih sering mengarah pada kata

"jilbab". Tetapi dalam ilmu Islam hijab tidak terbatas pada jilbab saja, juga pada

penampilan dan perihal setiap harinya. Hijab berarti tirai atau pemisah (saatir atau

faasil).Alqur‟an menyatakan. Hijab berasal dari akar kata h h-j-b; bentuk verbalnya

(fi‟il) adalah hajaba, yang diterjemahkan dengan “menutup, menyendirikan,

memasang tirai, menyembunyikan, membentuk pemisahan, hingga memakai topeng.

Al-Hijab berasal dari kata hajaban yang artinya menutupi, dengan kata lain al adalah

benda yang menutupi sesuatu, menurut al Jarjani dalam kitabnya at Ta’rifat

mendefinisikan al-Hijab adalah setiap yang terhalang dari pencarian kita, dalam arti

bahasa berarti man‟u yaitu mencegah, contohnya: Mencegah diri kita dari penglihatan

orang lain.19

Quraish Shihab mengemukakan pendapat bahwa hijab yang diartikan sebagai


pakaian khusus muslimah yang menutupi seluruh tubuhunya itu adalah termasuk
makna yang baru yang belum ada saat turunnya Al-Quran. Ia juga berpendapat bahwa
arti hijab seperti di atas adalah bentuk dari sebuah pemahaman wanita yang memakai
pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya yang hanya terlihat muka dan kedua
tangannya dari penglihatan orang lain yang disebut dengan mutahjjibah. Namun
demikian hijab tidak hanya sebatas pada pakaian yang dikenakan seorang muslimah
saja, akan tetapi juga kepada perilaku muslimah itu sendiri yang sesuai dengan apa
yag sudah tertulis di Al-Quran dan As-Sunnah.20

19
Yahya Nikmad Nobisa, “Penggunaan Hijbab Dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku
Keagamaan Siswi Man Kupang”, Jurnal Ilmu Pendidikan, (Vol 6 No 2 , 2021), hlm. 40.
20
M Quraish Shihab, Pakaian Wanita Muslimah Pandangan Ulama Masa Lalu dan
Cendekiawan Kontemporer, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), hal.60

18
Menurut Ibnu Hazm, “jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh badan,

bukan hanya sebagiannya”.

Menurut Ibnu Katsir, “jilbab adalah semacam selendang yang dikenakan di

atas khimar yang sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup). Menurut

Syaikh bin Baz jilbab adalah kain yang diletakkan di atas kepala dan badan di atas

kain (dalaman)”. 21

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jilbab adalah kain yang

dipakai perempuan untuk menutupi kepala, wajah dan seluruh badan. Sedangkan kain

untuk menutupi kepala disebut khimar. Jadi perempuan menutupi dengan jilbab,

kepala, wajah dan semua badan di atas kain (dalaman). Beliau juga mengatakan

bahwa jilbab adalah kain yang diletakkan seorang perempuan di atas kepala dan

badannya untuk menutupi wajah dan badan, sebagai pakaian tambahan untuk pakaian

yang biasa (dipakai di rumah). Jilbab berfungsi untuk menutupi aurat perempuan

muslimah.

Bagi siswa, motivasi untuk memakai jilbab akan mendorong siswa untuk

senantasa menjalankan ajaran agama dan tuntutan agama islam dalam aktivitas

sehari-hari, baik di sekolah atau di rumah. Itu semua sebagai bukti keberhasilan

proses pendidikan dalam segi pendidikan agama islam, yang pada akhirnya

merupakan pencapaian dari tujuan pendidikan nasional yaitu motivasi menentukan

21
Nurhasan, “Studi Motivasi dan Trend Berpakaian Wanita Muslimah dalam Mengenakan
Hijab pada Mahasiswi di Universitas Sriwijaya”, Jurnal Pendidikan dan Konseling, (Vol 4 No 5,
2022), hlm 1233.

19
arah perbuatanke arah tujuan yang akan dicapai. Telah dijelaskan di atas bahwa

tujuan pendidikan di Indonesia diantaranya adalah terbentuknya manusia yang

beriman dan bertakwa. Dengan demikian motivasi untuk memakai jilbab berkaitan

erat dengan pembentukan manusia yang beriman dan bertakwa dan menjalankan

ajaran agama merupakan bukti ketakwaan. Dari sinilah diperlukan peran guru PAI

sebagai motivator untuk memberikan motivasi pada siswi dalam menggunakan hijab

dalam kehidupan sehari-hari.

H. Tinjauan Pustaka
Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan

penelitian lain yang dapat dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian. Adapun

penelitian terdahulu yang hampir sama diantaranya sebagai berikut:

1. Skripsi Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Salatiga dalam skripsinya

yang berjudul “Motivasi Pemakaian Jilbab (studi pada siswi kelas XI SMK

Negeri 1 Salatiga ” yang ditulis oleh Astri Rahmawati pada Tahun 2015, skripsi

ini membahas tentang motivasi pemakaian hijab. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa dari beberapa siswi yang sudah memakai hijab ditemukan

beberapa motivasi yaitu karena sadar akan kewajiban menutup aurat, karena

ingin mengikuti tren mode dan menutupi rambut yang tidak disukai itu bisa

berbalik menjadi salah satu problem karena bisa jadi di kemudian hari di akan

meninggalkan hijabnya karena motivasi yang belum kuat. Masalah yang nyata

ditemukan antara lain pengetahuan agama yang minim, keimanan siswi yang

20
belum mantap, pergaulan yang tidak mendukung dan ekonomi orang tua yang

rendah. Serta belum adanya kebijakan tertulis yang mewajibkan siswi yang

beragama Islam untuk berhijab.22 Perbedaan skripsi saudari Rahmawati dengan

peneliti yaitu perbedaan tempat penelitian dan waktu pelaksanaan,

Persamaannya yaitu penelitian ini sama-sama memaparkan tentang motivasi

dalam berhijab.

2. Skripsi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Patah Palembang dalam

skripsinya yang berjudul “ Peran Guru Agama Islam dalam Memotivasi Siswi

Untuk Memakai Hijab diluar Sekolah Kelas X di SMA Negeri 22 Palembang ”

yang ditulis oleh Ramadhani pada Tahun 2018, skripsi ini membahas tentang

Peran guru dalam memotivasi siswi dalam memakai hijab diluar sekolah. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi siswi dalam berhijab diluar sekolah

berada pada kategori sedang 38 orang siswi (76%) dari 50 orang siswi yang

menjadi sampel dalam penelitian ini, dari 50 orang siswi ini dikategorikan

tinggi sebanyak 5 orang siswi (10%) yang tergolong sedang sebanyak 38 orang

siswi (76%), dan yang tergolong rendah 7 sebanyak orang siswa (14%).23

Perbedaan skripsi saudari Ramadhani dengan peneliti yaitu menggunakan jenis

penelitian kuantitatif, tempat dan waktu penelitian berbeda. Persamaannya yaitu

penelitian ini sama-sama memaparkan tentang motivasi dalam berhijab.

12
Rahmawati, “Motivasi Pemakaian Hijab”, Skripsi, (Salatiga: Institut Agama Islam Negeri
Salatiga,2015), hlm.105
23
Ramadhani, “Peran Guru Agama Islam dalam Memotivasi Siswi untuk Memakai Hijab di
luar Sekolah”, Skripsi, (Palembang: UIN Raden Fatah,2018), hlm.25

21
3. Skripsi Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Ponorogo dalam skripsinya

yang berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Memotivasi

Siswi Beragama Islam Untuk Berhijab (studi kasus di SMK Negeri 1

Ponorogo)” yang ditulis oleh Susanto pada Tahun 2017, skripsi ini membahas

tentang upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam memotivasi siswi beragam

Islam untuk berhijab. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlunya

pendidikan akhlak dan moral untuk membentengi siswa siswi dari hal-hal

negative yang terjadi pada kehidupan pelajar saat ini, sedangkan upaya yang

dilakukan diantaranya 1) Keteladanan yang baik, 2) Pembiasaan berhijab pada

saat kegiatan-kegiatan keagamaan, 3) Pendekatan yaitu memberikan himbauan

dan arahan untuk tiap kelas maupun individu, 4) Hukuman yaitu memberikan

sanksi pada siswi yang tidak menggunakan hijab pada saat pelajaran

Pendidikan Agama Islam, 5) Strategi antisipasi pada peserta didik baru dengan

menyediakan bahan atau seragam yang berukuran lebih lebar yang bisa

digunakan untuk berhijab.24 Perbedaan skripsi saudara Susanto dengan peneliti

yaitu perbedaan tempat penelitian dan waktu pelaksaan. Persamaannya yaitu

penelitian ini sama-sama memaparkan motivasi dalam berhijab.

24
Susanto, “Upaya Guru PAI dalam Memotivasi Siswi Beragama Islam untuk Berhijab”,
Skripsi, (Ponorogo: IAIN Ponorogo,2017), hlm.78

22
I. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian Lapangan (Field Research) dengan

menggunakan pendekatan kualitattif deskriptif. penelitian kualitatif merupakan

penelitian lapangan (field research) karena data yang dihasilkan berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari obyek dan perilaku yang dapat diamati. deskriptif kualitatif

digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi mendalam

mengenai suatu penelitian.25

2. Waktu dan Lokasi Penelitian

a. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2022 sd. Januari 2023.

b. Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Indralaya,

Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan terjun secara langsung

untuk memperoleh data yang nyata sesuai dengan keadaan lapangan.26 Dalam

25
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung : Alfabeta, 2017), hlm. 12.
26
Muhammad Rizal Pahleviannur dkk, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Pradina
Pustaka, 2022), hlm 130.

23
observasi ini peneliti berusaha menggali secara mendalam data tentang penguatan

motivasi guru PAI terhadap siswi Muslimah dalam berhijab.

b. Wawancara

Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data penelitian yang

dilakukan melalui komunikasi tanya jawab antara peneliti dengan narasumber secara

langsung.27 Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purpose

sampling. Teknik ini adalah teknik mengambil informan atau narasumber dengan

tujuan sesuai tema penelitian karena orang tersebut dianggap memiliki informasi

yang diperlukan bagi penelitian.

a. Kepala Sekolah: Kepala Sekolah merupakan orang pertama yang

diwawancara, sebab kepala sekolah berfungsi sebagai pemberi izin penelitian /

pembuka jalan penelitian dan kepala sekolah dapat memberikan informasi dan

rekomendasi.

b. Guru mata pelajaran: Guru mata pelajaran adalah pihak yang

menyelenggarakan sistem belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam, diharapkan bisa memberikan data secara detail, akurat, dan lengkap

bagi peneliti.

c. Siswa: Siswa adalah orang yang dapat penulis jadikan sumber penelitian,

siswa dapat memberikan informasi mengenai materi pembelajaran Pendidikan

Agama Islam.

27
Bambang Sugeng, Fundamental Metodologi Penelitian kuantitatif (Eksplaratif),
(Yogyakarta : Deepublish, 2022), hlm. 305.

24
c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan peneliti apabila peneliti akan menggunakan

data sekunder dalam penelitiannya.28Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan

melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia. Seperti gambar, atau tulisan

dari seseorang. Oleh sebab itu, untuk memperoleh data secara optimal, maka peneliti

memilih metode dokumentasi ini bertujuan untuk menggali data mengenai profil

sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, dan hasil penelitian. Selain itu, dokumentasi

juga bertujuan untuk menggali data mengenai penguatan motivasi siswi dalam

berhijab.

4. Teknik Keabsahan Data

Triangulasi dalam suatu riset bertujuan untuk menguji validasi suatu data

apakah dapat dipercaya atau tidak, yang berarti data telah diperiksa dan dicek dari

berbagai sumber data dengan cara yang beragam, dan waktu yang berbeda

Triangulasi juga digunakan untuk mematangkan konsistensi metode silang, seperti

observasi lapangan atau pengamatan dan wawancara atau dengan penggunaan metode

yang sama, seperti beberapa informan diwawancarai dalam kurun waktu tertentu.29

Peneliti menggunakan beberapa orang informan tambahan selain informan utama

untuk mengecek kebenaran data dari beberapa sumber seperti dokumen dan beberapa

peserta didik. Teknik triangulasi dalam penelitian kualitatif terdiri dari:

28
Djali, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2020), hlm. 65.
29
Andarusni Alfansyur, Mariyani, Seni Mengelola Data: Penerapan Triangulasi Teknik,
Sumber Dan Waktu Pada Penelitian Pendidikan Sosial, Jurnal Kajian, Penelitian & Pengembangan
Pendidikan Sejarah, Vol 5 No 2 (2020), hlm 148-149.

25
1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui

berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan

observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat (participant observation),

dokumen tertulis, arsip, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau

foto.30

2. Triangulasi Teknik

Dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara

yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti mengunakan metode wawancara,

ovservasi dan survey. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan

gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu.31 Data yang diperoleh dari kepala

sekolah dan guru dengan wawancara kemudian di cek dengan melakukan observasi,

dokumentasi atau kuisioner. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang benar-

benar valid.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu merupakan cara pengujian kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara melakukan pengecekan data dengan wawancara, observasi, atau teknik

lain dalam waktu atau situasi yang berbeda-beda.32

30
Ibid, hlm 148
31
Ibid, hlm 148
32
Ibid, hlm 149

26
5. Teknik Analisis Data

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu teknik analisis data kualitatif. Bentuk

analisis data dengan cara reduksi yaitu menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang data yang tidak perlu dan mengorganisasi data sehingga mendapatkan

kesimpulan akhir.33

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun

sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk

penyajian data kualitattif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks,

grafik, dan bagan.34

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah hasil dari analisi data yang dapat digunakan

sebagai tindakan.35

J. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, skripsi ini terbagi menjadi lima pokok pembahasan yang

masing-masing termuat dalam bab-bab yang berbeda- beda. Secara lebih rinci,

masing-masing bab akan membahas mengenai hal-hal sebagai berikut:

33
Azkari Zakariah, Vivi Afriani, dan Zakariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif,
Action Research, Research and Development (RnD), (Kolaka: Yayasan Pondok Pesantren Al
Mawaddah Warrahmah Kolaka, 2020), hlm 56.
34
Ibid, hlm 57.
35
Ibid, hlm 57.

27
Bab I Pendahuluan.

- Latar Belakang Masalah

- Identifikasi Masalah

- Batas Masalah

- Tujuan Penelitian

- Manfaat Penelitian

- Tinjauan Pustaka

- Sistematika Pembahasan.

Bab II Landasan Teori.

- Tugas Dan Peranan Guru PAI

- Pengertian Motivasi

- Konsep Hijab Bagi Muslimah

Bab III Metode Penelitian.

- Lokasi Tempat Penelitian

- Jenis Penelitian

- Teknik Pengumpulan Data

- Teknik Keabsahan Data

- Teknik Analisis Data.

Bab IV Hasil Penelitian.

- Analisis Data Dan Hasil Pembahasan

- Analisis Hasil Pembahasan

28
Bab V Penutup.

- Kesimpulan

- Saran

29
DAFTAR PUSTAKA

Alfansyur,A. dan Mariyani. 2020. Seni Mengelola Data: Penerapan Triangulasi


Teknik, Sumber Dan Waktu Pada Penelitian Pendidikan Sosial. Jurnal Kajian,
Penelitian & Pengembangan Pendidikan Sejarah. Vol 5 No 2 . hlm 148-149.

Ancok, D. dan Nashori, F. 2004. Psikologi Islam: Solusi Islam atas Problem-
Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 76-79.

Asifudin, A. J. dalam Sumarni, D., Ishak Abd Aziz, Arfan. 2021. Motivasi Remaja
Menggunakan Hijab: Studi pada Remaja Desa Kebon IX Sungai Gelam,
Muaro Jambi. Journal of Islamic Guidance and Counseling. Vol 5 No 1. hlm
64.

Augustine, S.A., Muslich, A. dan Abidin, N. 2019. Pengaruh Penggunaan Hijab


Terhadap Religiusitas Peserta Didik SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo.
Jurnal Mahasiswa TARBAWI. Vol 3 No 2.hlm. 120.

Danim, S. dan Khairil. 2009. Profesi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya. hlm. 44.

Djali. 2020. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Sinar Grafika Offset. hlm. 65.

Elihami. 2018. Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk


Karakter Pribadi Yang Islami. Edusmaspul : Jurnal Pendidikan. Vol 2 No 1.
hlm. 79-80.

Haniyyah, Z. 2021. Peran Guru Pai Dalam Pembentukan Karakter Islami Siswa Di
SMPN 03 Jombang. IRSYADUNA: Jurnal Studi Kemahasiswaan. Vol 1 No 1.
hlm. 78.

Idris, M. 2018. Konsep Motivasi Dalam Pendidikan Agama Islam. Ta‟dibi : Jurnal
Prodi Manajemen Pendidikan Islam. Vol 7 No 2. hlm 24.

Lailasari, I. 2019. Tanggapan Siswi Memakai Busana Jilbab Di Sekolah


Hubungannya Dengan Motivasi Mereka Memakai Jilbab Sehari-Hari.
Matriks: Jurnal Sosial dan Sains.Vol 1 No 1. hlm 9.

Lenggonoa, B. dan Yuzarion. Motivasi berprestasi pada siswa SMA dalam perspektif
Islam. Jurnal Psikologi Terapan dan Pendidikan. Vol 2 No 1. hlm 37.

30
Nobisa, Y. N. 2021. Penggunaan Hijbab Dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku
Keagamaan Siswi Man Kupang. Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol 6 No 2. hlm. 40.

Nurhasan. 2022. Studi Motivasi dan Trend Berpakaian Wanita Muslimah dalam
Mengenakan Hijab pada Mahasiswi di Universitas Sriwijaya. Jurnal
Pendidikan dan Konseling. Vol 4 No 5. hlm 1233.

Pahleviannur, M. R. 2022. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pradina Pustaka.


hlm 130.

Rahmawati.2015. Motivasi Pemakaian Hijab. Skripsi. (Salatiga: Institut Agama


Islam Negeri Salatiga. hlm.105

Ramadhani. 2018. Peran Guru Agama Islam dalam Memotivasi Siswi untuk
Memakai Hijab di luar Sekolah. Skripsi. Palembang: UIN Raden Fatah.
hlm.25

Ramayulis. 2005. Metodologi Pendidikan Agama Islam, Cet. IV. Hlm 54-57. dalam
Mujiburrahman. 2015. Kontribusi Guru Pai Dalam Pembinaan Etika
Berpakaian Islami Siswa Sman Kota Sabang. Jurnal Ilmiah Islam Futura. Vol
14 No 2. hlm. 266-267.

Rois, N. 2019. Konsep Motivasi, Perilaku, Dan Pengalaman Puncak Spiritual


Manusia Dalam Psikologi Islam. Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas
Wahid Hasyim. Vol 7 No 2. hlm 185-186.

Shihab, M. Q. 2004.Pakaian Wanita Muslimah Pandangan Ulama Masa Lalu dan


Cendekiawan Kontemporer. Jakarta: Lentera Hati. hlm.60.

Solehudin, M. 2018. Peran Guru PAI Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional


(Eq) Dan Kecerdasan Spiritual (Sq) Siswa Smk Komputama Majenang.
Jurnal Tawadhu. Vol 1 No 3. hlm 305.

Sugeng, B. 2022. Fundamental Metodologi Penelitian kuantitatif (Eksplaratif).


Yogyakarta : Deepublish. hlm. 305.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung : Alfabeta. hlm. 12.

Sumarni, D., Aziz, I. A. dan Arfan. 2021. Motivasi Remaja Menggunakan Hijab:
Studi pada Remaja Desa Kebon IX Sungai Gelam, Muaro Jambi. Journal of
Islamic Guidance and Counseling. Vol 5 No 1. hlm 58-59.

31
Susanto. 2017. Upaya Guru PAI dalam Memotivasi Siswi Beragama Islam untuk
Berhijab. Skripsi. Ponorogo: IAIN Ponorogo. hlm.78

Yusro, J. N.,Yanuarti, E., Karolina, A. dan Deriwanto. 2020. Peran Guru Pai Dalam
Menanamkan Nilai-Nilai Islam Wasatiyah Siswa. Journal of Education and
Instruction. Vol 3 No 1. hlm. 54-55.

Zakariah, A., Afriani, V. dan Zakariah. 2020. Metodologi Penelitian Kualitatif,


Kuantitatif, Action Research, Research and Development (RnD). Kolaka:
Yayasan Pondok Pesantren Al Mawaddah Warrahmah Kolaka. hlm 56-57.

32
LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara

a. Wawancara Kepada Guru PAI di SMP Negeri 1 Indralaya

No Kisi Kisi Wawancara

1. Apa pendapat Ibu/Bapak mengenai pentingnya memberikan Penguatan

motivasi Berhijab bagi Siswi di SMP Negeri 1 Indralaya yang beragama

Islam?

2. Apakah SMP Negeri 1 Indralaya memiliki peraturan wajib menggunakan

hijab bagi Siswi yang beragama Islam?

3. Cara apa saja yang dilakukan sekolah dalam memberikan Penguatan

motivasi Berhijab bagi Siswi di SMP Negeri 1 Indralaya?

4. Bagaimana peran Ibu/Bapak dalam membimbing Siswi untuk mengenakan

hijab di SMP Negeri 1 Indralaya?

5. Bagaimana Wujud partisipasi Ibu/Bapak dalam membimbing Siswi untuk

mengenakan hijab di SMP Negeri 1 Indralaya?

6. Apa kendala yang Ibu/Bapak hadapi dalam memberikan Penguatan

motivasi Berhijab bagi Siswi di SMP Negeri 1 Indralaya?

7. Apa upaya Ibu/Bapak memberikan Penguatan motivasi Berhijab bagi Siswi

di SMP Negeri 1 Indralaya?

8. Bagaimana respon Siswi terhadap peran Ibu/Bapak dalam memberikan

33
motivasi berhijab bagi perempuan Muslimah?

b. Wawancara Kepada Siswi Muslimah di SMP Negeri 1 Indralaya

No Kisi Kisi Wawancara

1. Bagaimana Tanggapan Anda Mengenai Hijab Bagi Perempuan Muslimah?

2. Apakah Anda Mengenakan Hijab Hanya Di Lingkungan Sekolah Saja?

3. Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Motivasi Anda Dalam Memakai

Hijab? (Peraturan sekolah/ Teman/ Keluarga)

4. Sejauh Mana Kamu Mendapatkan Arahan Dari Guru PAI Mengenai Hijab?

5. Kegiatan Apa Saja Yang Menguatkan Motivasi Anda Dalam Berhijab?

34
2. Pedoman Observasi

No Observasi

1. Mengamati Lingkungan Sekolah SMP Negeri 1 Indralaya

2. Mengamati Pengetahuan Siswi Mengenai Pentingnya Hijab sebagai

Perempuan Muslimah

3. Mengamati Guru PAI dalam Memberikan Penguatan Motivasi kepada

Siswi Muslimah mengenai Hijab di Lingkungan Sekolah

4. Mengamati Apa Saja hambatan dan Keberhasilan Guru Dalam Memberikan

Penguatan Motivasi kepada Siswi Muslimah mengenai Hijab

3. Pedoman Dokumentasi

No Dokumentasi

1. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Indralaya

3. Keadaan Sekolah SMP Negeri 1 Indralaya

4. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 1 Indralaya

5. Struktur Organisasi Ekstrakulikuler SMP Negeri 1 Indralaya

6. Dokumentasi Proses Wawancara dengan Narasumber

35

Anda mungkin juga menyukai