Anda di halaman 1dari 32

Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia

yang Mengalami Keluhan Hipertensi

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mengikuti Ujian Akhir Semester

Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh :

Urensius Yuan Daka Baba (2214313450056)

Yasinta Rambu Boba (2214313450059)

Rambu Nina Mora Emu (2214313450049)

Reftika Anggraeni (2214313450050)

Program Studi D3 Teknologi Laboratorium Medis

STIKes Maharani Malang

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan sebaik-baiknya.Karya Tulis Ilmiah

tentang Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia

yang Mengalami Keluhan Hipertensi ini disusun sebagai persyaratan mengikuti

Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Bahasa Indonesia.

Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

kami masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi Penulisan maupun tata

bahasa. Namun, kami tetap berharap agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan

manfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini sangat kami harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam perbaikan.

Malang,17 Desember 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang......................................................................................4
2. Rumusan Masalah.................................................................................6
3. Tujuan...................................................................................................7
4. Manfaat.................................................................................................7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Senam Yoga
1. Pengertian Senam Yoga..................................................................8
2. Manfaat Senam Yoga.....................................................................9
B. Lanjut Usia
1. Pengertian Lanjut Usia...................................................................10
2. Batasan Umur Lansia......................................................................10
3. Perubahan Pada Lansia...................................................................11
C. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi......................................................................11
2. Klasifikasi Hipertensi.....................................................................14
3. Etiologi Hipertensi..........................................................................14
4. Faktor-faktor Resiko Hipertensi.....................................................15
5. Patofisologi Hipertensi...................................................................16
6. Tanda dan Gejala Hipertensi..........................................................17
7. Penatalaksanaan Hipertensi............................................................19
BAB III. PEMBAHASAN
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................30
B. Saran.....................................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hipertensi atau penyakit darah tinggi nerupakan suatu keadaan dimana terjadi

peningkatan tekanan darah di atas ambang batas normal yaitu 120/ 80 mmHg.

Hipertensi pada lansia dibedakan atas hipertensi dimana tekanan sistolik sama

atau lebih besar dari 140mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar

dari 90 mmHg, serta hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih

besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah 90 mmHg bila tekanan

darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi batas tersebut untuk

orang dewasa diatas 18 tahun (Wexler, 2002)

Beberapa hal yang memicu tekanan darah tinggi adalah ketegangan,

kekhawatiran status sosial, gangguan, kekacauan serta kegelisahan. Hipertensi

dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya, adalah gaya hidup

(mereokok dan minuman beralkohol).

Stress, obesitas (kegemukan), kurang berolahraga, keturunan dan tipe

kepribadian, salah satu penyebab peningkatan tekanan darah pada lansia

penderita hipertensi dalah stress, lansia yang mengalami stress dan kurang

melakukan aktivitas fisik bisa berdampak pada sistem pembuluh darah pada

lansia yang bisa menyebabkan tekanan darah pada lansia, meningkatkan,

hipertensi yang terjadi dalam kurung waktu lama yang akan berbahaya bagi

penderita terutama pada lansia. Jika hipertensi di abaikan maka akan memberikan
dampak yang menyerang berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung,

pembuluh darah, arteri, serta ginjal. Pada mata berupa pendarahan retina yang

membuat gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Dampak yang terjadi

pada lansia penderita hipertensi membuat kualitas hidup lansia menjadi rendah

dan kemnungkinan adalah terjadinya komplikasi yang berakibat buruk pada

kesehatan seperti stroke, serangan jantung, dan gagal jantung merupakan

kelainan yang sering di temukan pada pernderita hipertensi.Populasi lansia

diperkirakan terus meningkat hingga tahun 2020 (Nuraini 2015). Menurut WHO,

dikawasan asia tenggara populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa.

Pada tahun 2000 jumlah lansia terdapat sekitar 5.300.00 (7,4%) populasi,

sedangkan pada tahun 2010 jumlah lansia 24.00.000 (9.77%) populasi, dan tahun

2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28.800.000 (11,34%) populasi,

sedangkan di indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia

sekitar 80.000.000 jiwa (DepKes 2013).

Dampak yang terjadi pada lansia penderita hipertensi membuat kualitas hidup

lansia menjadi rendah dan kemungkinan terjadinya komplikasi yang berakibat

buruk pada seperti stroke, serangan jantung dan gagal jantung, merupakan

kelalaian yanmg sering di temukan pada penderita hipertensi. Upaya penanganan

hipertensi dapat di lakukan secara farmakologi dan non farmakologi. Penanganan

farmakologi sendiri menggunakan obat-obatan anti hipertensi. secara

farmakologi biasanya di anggap mahal oleh masyarakat sehingga penanganan

farmakoli menjadi alternatif yang dapat dilakukan salah satu dengan menjalani

pola hidup sehat.


Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan adalah mempertahankan berat

badan dalam kondisi normal, mengatur pola makan dengan mengkonsumsi

makanan rendah garam dan memperbanyak asupan sayuran dan buah – buahan,

mengurangi asupan garam, mengurangi konsumsi alkohol, pengendalian

stres,dan emosi, menghentikan kebiasaan merokok, meningkatkan olahraga dan

aktivitas fisik, memeriksa tekanan darah secara berlaka.

Senam yoga dikatakan berkaitan dengan penurunan tekanan hipertensi

dikarekanan, senam yoga merupakan salah satu olahraga yang berfungsi untuk

menyelaraskan pikiran, jiwa, dan fisik. Dimana seseorang memusatkan seluruh

pikiran untuk mengontrol panca indera dan tubuhnya ( Triyanto, 2014). Senam

yoga merupakan obat penenang alami yang di produksi otak yang melahirkan

rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorpin dalam tubuh untuk mengurangi

tekanan darah . Gerakan senam yoga untuk meringankan gejala dan mengatasi

supaya gejala hipertensi tidak timbul lagi. Gerakan senam yoga yang dilakukan

secara rutin juga dapat membuat peredaran darah menjadi lancar dan hasilnya

tekanan darah menjadi lebih normal (Triyanto 2014).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana patofisiologi terjadinya hipertensi pada usia lanjut dan bahaya

yang ditimbulkannya?

2. Bagaimana pengaruh senam yoga terhadap penurunan hipertensi pada usia

lanjut?
C. Tujuan

1. Menjelaskan patofisiologi terjadinya hipertensi pada usia lanjut dan bahaya

yang ditimbulkannya

2. Memberikan gambaran pengaruh senam yoga terhadap penurunan hipertensi

pada usia lanjut

D. Manfaat

1. Sehingga mahasiswa, pasien, keluarga pasien dan institusi mengetahui apa

saja bahaya hipertensi

2. Lebih banyak orang yang menggemari dan menjadikan yoga sebagai

alternatif untuk penyembuhan hipertensi sehingga tidak bergantung pada

obat – obatan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Senam yoga

1. Pengertian Senam Yoga

Senam yoga merupakan penyatuan antara gerak tubuh, nafas dan

pikiran. Awal mula yoga berasal dari india sejak 5000 tahun yang lalu, di

indonesia yoga berkembang sejak tahun 1990-an. Gerakan senam yoga ini

dapat di lakukan oleh semua umur baik pria maupun wanita. Mulai dari anak-

anak, remaja, dewasa, senior ( usia 50 tahun ke atas). Bahkan ada senam yoga

yang di khususkan untuk ibu hamil, anak-anak berkebutuhan khusus atau

orang dengan cacat tertentu ( Widya, 2015).

Senam yoga untuk penderita hipertensi merupakan kombinasi gerakan

yang dapat di lakukan untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini terjadi karena

dengan melaukan senam yoga dengan menggunakan teknik asana, pranayama

serta meditasi secara teratur dapat menstimulasi hormon penenang alami

dalam tubuh yaitu endorphin (Sena dkk.,2019). Teknik asana adalah suatu

gerakan penting dalam yoga. Asana merupakan bagian dari 3 tangga disiplin

hatha yoga. Maharsi Patanjali mendefinisikan asana yaitu ketika seseorang

duduk pada suatu posisi dalam keadaan tenang dan stabil (Yuliani dan Shanty,

2015). Teknik pranayama yaitu latihan pernapasan dalam yoga. Pranayama

menjadi salah satu teknik penting dalam yoga karena nafas adalah kekuatan.

Selain itu, nafas juga menjadi kendaraan untuk berkonsentrasi. Saat


melakukan asana, pernafasan yang dalam dan teratur dapat memberikan

perasaan ringan dan bersih, serta kejernihan dalam berpikir ( Yuliani dan

Shanty, 2015).

Senam yoga adalah penyatuan jiwa, tubuh dan pikiran yang

berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran (Ulfatul, 2018). Aktivitas

senam yoga meliputi teknik bernafas, relaksasi, meditasi dan peregangan

dimana seseorang memusatkan pikiran untuk mengontrol panca indra dan

tubuh secara keseluruhan (Ulfatul, 2018). Yoga dilakukan dengan pernafasan

dalam sehingga meningkatkan aliran oksigen ke otak yang berfungsi untuk

menurunkan peyakit hipertensi (Ulfatul, 2018).

2. Manfaat Senam Yoga

Menurut Ulfatul Munawaroh (2018) melakukan senam yoga secara teratur

dapat memberikan manfaat yang besar bagi tubuh, antara lain :

a. Menurunkan hipertensi

b. Meningkatkan kualitas tidur

c. Meningkatkan fungsi kerja dari hormonal dalam tubuh.

d. Membentuk postur tubuh yang lebih tegap, serta otot yang lebih lentur dan

kuat.

e. Meningkatkan kapasitas paru-paru saat bernapas.

f. Membuang racun dalam tubuh (detoksifikasi).

g. Memperlambat proses penuaan.

h. Memurnikan saraf pusat yang terdapat di tulang punggung


B. Lanjut usia (lansia)

1. Definisi Lansia

Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke

atas (>60 tahun), baik pria maupun wanita (Ulfatul Munawaroh,2018).

Menjadi lanjut usia merupakan proses alamiah artinya seseorang telah

melewati berbagai tahap-tahap kehidupan dimulai dari neonates, toddler, pra

shool, school, remaja, dewasa dan lansia (Ulfatul Munawaroh,2018). Secara

biologis, lansia mengalami proses penuaan secara terus menerus yang ditandai

dengan menurunnya imunitas, karena suatu perubahan dalam struktur dan

fungsi sel, sistem organ, serta jaringan (Ulfatul Munawaroh, 2018)

2. Batasan Umur Lansia

Menurut Ulfatul (2018), batasan-batasan umur pada lansia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun

c. Usia tua (old) 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very Old) diatas 90 tahun

3. Perubahan Pada Lansia

Menurut Ulfatul (2018) semakin bertambahnya usia, proses penuaan

terjadi secara degeneratif yang akan berdampak perubahan fisik pada sistem

kardiovaskuler lansia, yaitu :


a. Perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu massa

jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi dan kondisi

ini terjadi disebabkan oleh berubahnya jaringan ikat

b. Katup jantung pada lansia akan menjadi lebih tebal dan lebih

kaku, kemampuan dalam memompa darah akan menurun terutama

kontraksi dan volumenya, elastisitas pembuluh darah mulai

menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat.

c. Kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer dalam memenuhi

oksigenasi, perubahan pada posisi dari tidur ke duduk atau dari

duduk ke berdiri bisa mengakibatkan tekanan darah menurun, dan

tekanan darah meningkat akibat dari meningkatnya resistensi dari

pembuluh darah perifer

d. Penurunan fungsi sistem kardiovaskuler lansia menyebabkan

gangguan sirkulasi darah, misalnya : gagal ginjal, kelainan

pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak, PJK dan

tekanan darah tinggi (hipertensi)

C. Konsep hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan

angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Kushariyadi,


2008). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik

dengan konsisten di atas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak

berdasarkan pada peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan

darah harus diukur dalam posisi duduk dan berbaring (Baradero M, dkk,

2008). Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari

120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering

menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan

semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin A, 2009). Hipertensi atau tekanan

darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam

pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hal ini

terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah

sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti

WJ, 2011).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi

adalah peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus

menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole

konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan

meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Peningkatan tekanan darah

sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg.

2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dapat di bagi menjadi tiga golongan yaitu

hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi


sistolik (isolated sistolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan

sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan

pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan tekanan dengan tingginya pada

arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik

merupakan tekanan maksimum dalam arteri tercermin pada hasil pembacaan

tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar (Garnadi, Y.

2012). Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan

tekanan diastolik tanpa diikuti pengkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan

pada anak- anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila

pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehimgga memperbesar

tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan

diastolik. Tekanan darah diastolit berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung

berada dalam keadaan pada tekanan sistolik dan diastolik. Berdasarkan

penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua, yaitu hipertensi esensial (primer)

dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial (primer) merupakan hipertensi

yang disebabkan oleh gaya hidup yang tidak baik seperti makan yang tidak

terkontrol sehingga menyebabkan berat badan berlebih atau bahakn terjadi

obesitas dimana hal tersebut dapat mencetus terjadinya hipertensi. Hipertensi

sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang akibat dari seseorang yang

mengalami penyakit seperti gagal jantung, gagal ginjal, dan kerusakan sistem

hormon dalam tubuh (Pudiastuti, 2011). Kehamilan, tumor, serta penyempitan

arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal juga dapat mengakibatkan

terjadinya hipertensi sekunder (Sucipto, 2014).


3. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respons peningkatan curah jantung atau peningkatan

tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya hipertensi:

a) Genetik : Respons neurologi terhadap stres atau kelainan ekskresi atau

transpor Na.

b) Obesitas : Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan

tekanan darah meningkat.

c) Stres karena lingkungan.

d) Hilangnya elastisitas jaringan dan aterosklerosis pada orang tua serta

pelebaran pembuluh darah.

4. Faktor-faktor Risiko Hipertensi

Faktor resiko terjadinya hipertensi antara lain:

a) Usia Tekanan darah cendrung meningkat dengan bertambahnya usia.

Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan

pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.

b) Ras / etnik Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa

sering muncul pada etnik Afrika Amerika dewasa dari pada Kaukasia

atau Amerika Hispanik.


c) Jenis kelamin Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita

hipertensi dari pada wanita.

d) Kebiasaan gaya hidup tidak sehat

Gaya hidup yang tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi,

antara lain minum-minuman beralkohol, kurang berolahraga, mengkonsumsi

makan- makanan yang berlebih dan merokok.

5. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor pada medula otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan

abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan

hipertensi sangan sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika

saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,

kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang menyebabkan


vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang

dapat memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh darah.

Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor

tersebut cenderung mencetuskan hipertensi (Brunner & Suddarth, 2002).

6. Tanda dan Gejala

Menurut Reny Yuli Aspiani (2016) Klien yang menderita hipertensi

terkadang tidak menampakkan gejala hingga betahun-tahun. gejala jika ada

menunjukkan adanya kerusakan vaskular, dengan manifestasi yang khas

sesuai sistem organ yang divaskularisasikan oleh pembuluh darah

bersangkutan. Perubahan petologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai

nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma (peningkatan

nitrogen urea darah dan kreatinin). Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai

kelainan apa pun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula

ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat, penyempitan

pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema dan diskus

optikus).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau

serangan iskeemik transien (transient ischemic attack, TIA) yang

bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau

gangguan ketajaman penglihatan (Smeltxer, 2002). Gejala umum yang

ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada setiap orang.,

bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara umum gejala yang dikeluhkan

oleh penderita hipertensi sebagai berikut :

a) Sakit kepala

b) rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

c) Perasaan berputar seperti ingin jatuh

d) Berdebar atau detak jantung cepat

e) Telinga berdenging

7. Penatalaksanaan

Tujuan deteksi dan pnatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan

risiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan.

Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di

bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg dan mengontrol

faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau

dengan obat antihipertensi (Mansjoer, 2002).

Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan setara

nonfarmakologis, antara lain :

1. Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet pola hidup sehat

dan/ataudengan obat- obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan

dapat memperbaki keadaan hipertrofi ventrikel kiri. Beberapa diet yang

dianjurkan : 1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan

tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi

garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga

sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang

dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari. 2)

Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi

mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat

menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksida nitrat

pada dinding vaskuler. 3) Diet kaya buah dan sayur. 4) Diet rendah

kolestrol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

2. Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, degan cara menurunkan

berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi

beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi

menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi

dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang

sangat efekif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1

kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan

menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena

umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas mengandung


simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah,

memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksaserbasi

aritmia.

3. Olahraga

Olahraga teratus seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat

untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan jantung.

Olahraga isotonik juga dapat meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi

perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30

menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk

menurnkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang

dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk

mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui

menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja

jantung. Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi

adalah sebagai berikut.

1) Terapi oksigen

2) Pemantauan hemodinamik

3) Pemantauan jantung

4) Obat-obatan :

(a) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone,

Dyrenium Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk


mengurangi curah jantung dengan mendorong ginjal

meningkatkan ekskresi garam dan airnya.

(b) Antagonis (penyekat) respector beta (β-blocker), terutama

penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta di jantung untuk

menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.

(c) Antagonis reseptor alfa (α-blocker) menghambat reseptro alfa

di otot polos vaskuler yang secara normal berespons terhadap

rangsangan saraf simpatis dengan vasokonstriksi. Hal ini akan

menurunkan TPR.

(d) Vasodilator arteriol langsung dapat digunakan untuk

menurunkan TPR. Misalnya natrium, nitroprusida, nikardipin,

hidralazin, nitrogliserin, dll. (Brunner & Suddarth, 2002)


BAB III

PEMBAHASAN

Hipertensi yang berhubungan pada orang tua yang sudah lamjut usia yang di

perkirakan berusia 50 tahun ke atas berpengaruh pada tekanan darahnya. Baik

tekanan darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD), tekanan darah

ini dapat meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. TDS (tekanan darah sistolik)

meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun, sedangkan TDD (tekanan

darah diastolik) meningkat sapai umur 50-60 tahun, yang kemudian biasanya

bertahan (menetap) atau sedikit menurun pada penderitanya. Kombinasi perubahan

dari penetapan TDS/TDD ini sangat mungkin mencerminkan adanya pembekuan

pembuluh darah dan penurunan kelenturan pada arteri yang kemudian mengakibatkan

peningkatan tekanan nadi sesuai dengan umur yang dapat meningkatkan resiko

terjadinya hipertensi pada lansia.

Seperti di ketahui banyak khalayak, tekanan nadi merupakan predikator

terbaik dari adanya perubahan struktural di dalam arteri. Namun, mekanisme-

mekanisme dalam terjadinya peningkatan hipertensi pada lanjut usia belum sepenuh

nya jelas. Tetapi yang di percayai karena efek utama dari kekakuan normal terhadap

sistem kardiovaskular (jantung) yang meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah

sistemik.

Penebalan ynag terjadi pada dinding aorta dan pembuluh darah besar

meningkat dan elastisitas sehingga pembuluh darah menurun sesuai umur. Perubahan

inilah yang menyebabkan penurunan kelenturan aorta dan pembuluh darah besar dan

mengakibatkan pula peningkatan TDS. Penurunan elastisitas pembuluh darah ini


menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer. Sensitivitasbaroreseptor juga

berubah seiring dengan bertambahnya umur. Perubahan mekanisme refleks

baroreseptor mungkin dapat menerangkan adanya variabilitas tekanan darah yang

terlihat pada pemantauan terus menerus. 6-7 penurunan sensivitas baroreseptor juga

dapat menyebabkan kegagalan refleks postural, yang dapat mengakibatkan hipertensi

pada lanjut usia, yang sering terjadi hipotensi artostatik.

Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik-a dan vasokonstriksi

adrenergik-a akan menyebabkan kecenderungan vasokontriksi dan selanjutnya

mengakibatkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan tekanan darah.

Resistensi Na akibat peningkatan asupan dan penurunan sekresi juga berperan dalam

terjadinya hipertensi.

Adapun bahaya hipertensi pada lansia, yang tidak di tangani/ dibiarkan adalah:

a. Stroke

Hipertensi pada orang tua merupakan faktor resiko utama untuk stroke iskemik.

Tekanan darah tinggi juga bisa meningkatkan resiko lansia terkena stroke

sebanyak 4X lipat.

b. Kerusakan ginjal

Hipertensi dan penuaan bisa berdampak pada fungsi ginjal. Lansia yang

mengidap tekanan darah tinggi lebih beresiko mengalami gagal ginjal kronis

yaitu kerusakan pada ginjal yang di tandai dengan menurunnya kemampuan

ginjal untuk menjalankan fungsinya.

c. Penyakit jantung
Lansia dengan hipertensi memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami serangan

jantung di bandingkan dengan lansia tanpa hipertensi.

d. Kebutaan

Resiko terjadinya lesi retina bisa meningkat seiring tekanan darah sistolik yang

meningkat, tapi tidak harus dengan peningkatan tekanan darah diastolik. Penuaan

itu sendiri sudah bisa mengurangi penglihatan. Sedanglan hipertensi membuat

lansia semakin berisiko mengalami berbagai masalah penglihatan yang bisa

berujung pada kehilangan penglihatan.

b. Demensia

Hipertensi merupakan faktor resiko penting untuk demensia vaskular dan

penyakit alzheimer. Hal itu karena kontrol tekanan darah yang buruk di kaitkan

dengan penurunan kognitif yang lebih besar.

Berdasarkan pemaparan Kurniati, Netty, (2018), data peneltian usaha responden

paling banyak pada umur 60 tahun sebanyak 5 orang (31,2%), umur 63 tahun

sebanyak 3 orang (18,8%), umur 65 tahun sebanyak 2 orang (12,5%), umur 68 tahun

sebanyak 3 orang (12,5%), umur 70 tahun sebanyak 2 orang (12,5%) dan pada umur

72 tahun sebanyak 1 orang (6,2%). Hal ini terjadi karena kebanyakan responden

dalam penelitian ini sudah memasuki usia lanjut. Proses penuaan tubuh akan

mengalami kemunduran fisiologi ssehingga kekuatan jantung saaat memomp adarah

menurun, oleh karena itu arteri menjadi kaku dan mengalami penurunan darah.

Semakin bertambah usia maka keelastisan pembuluh darah menurun dan hal ini

menyebabkan otot pembuluh darah menjadi kaku sehingga mengakibatkan

peningkatan tekanan darah. Faktor usia yang berhubungan dengan hipertensi yaitu
pada usia lansia yang mengalami hipertensi terjadi penurunan elastisitas pembuluh

darah arteri perifer sehingga mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. Hal ini di

karenakan adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan hormone

sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi ( Susanto, 2008).

Perempuan cenderung lebih banyak mengalami hipertensi dari pada laki-laki.

Pada penelitian tersebut jumlah responden perempuan sebanyak 26 responden

(86,6%) mengalami hipertensi. Sedangkan untuk responden laki-laki hanya sebanyak

4 orang (13,3%), menurut ( Marliani, 2007) dan ( Sartika, 2017), hipertensi banyak

terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak terjadi pada Wanita setelah

berusia 55 tahun. Hal ini sering di kaitkan dengan perubahan hormone setelah

menopause. Responden Wanita dalam penelitian ini mayoritas sudah mengalami

menopause. Menurut Ridwan (2009) bahwa hipertensi akan meningkat saat terjadi

menopause,hal ini Karena pada saat menopause terjadi penurunan estrogen yang

berfungsi untuk melindungi dan membuat pembuluh darah koroner lebih lebar dan

mengurangi resiko penyakit kardiovaskular.

Menurunnya kadar esterogen menimbulkan kecenderungan menurunnya kadar

HDL, meningkatkan kadar LDL dan kolesterol dalam darah. Seiring dengan

peningkatan kolesterol dalam darah maka sangat rentan terjadi aterosklerosis yang

menyumbat aliran darah sehingga terjadi hipertensi( Fitriani, 2014).

Hipertensi sering terjadi pada lanjut usia karena pada orang lanjut usia terjadi

kerusakan stuktural dan fungsional pada aorta atau arteri besar yang membawa darah

kejantung sehingga menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh darah

(Kowalski, 2010). Lanjut usia yang mengalami tekanan darah tinggi dalam jangka
waktu yang lama akan menimbulkan kerusakan pada beberapa organ tubuh sehingga

hipertensi perlu mendapatkan pengobatan agar tidak terjadi masalah Kesehatan

lainnya.

Yoga terbukti dapat menurunkan kadar b-endorphin empat sampai lima kali di

dalam darah. Latihan yoga dapat menstimulasi pengeluaran hormone endorphin.

Endorphin adalah neuropeptide yang menghasilkan tubuh pada kondisi relaks /

tenang. Endorphin di hasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormone

ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang di produksi otak yang

mengurangi tekanan darah tinggi. Ketika seseorang melakukan Latihan, maka b-

endorphin akan keluar dan di tangkap oleh reseptor di dalam hiphotalamus dan

system limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan b-endorphin

terbukti berhubungan erat dengan tekanan darah dan pernafasan( Sindhu, 2006).

Karakteristik Responden memperlihatkan sebagian besar penderita hipertensi

76,9% adalah kalangan perempuan, dan sebagian kecil adalah kalangan laki-laki

sebesar 23,1%.Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa tekanan darah tinggi

lebih sering terjadi pada perempuan dibandingnkan dengan laki-laki (Palmer &

Williams, 2007). Hasil penelitian menunjukkan mayoritas Lansia penderita

Hipertensi di Keluran Kampung Jawa memiliki pendidikan SD yaitu 5 orang

(38,4%), sedangkan SMA dan SD merupakan jumlah paling sedikit yaitu masing-

masing 1 orang (15,4%). Perbedaan Perbedaan Rata-rata Tekanan Darah Lansia

Hipertensi Sebelum Dan Setelah Terapi Senam Yoga rata-rata tekanan darah sebelum

dan setelah diberikan latihan yoga menunjukkan bahwa hasil pengukuran tekanan

darah sebelum latihan yoga dari 153,08 mmHg.


Sedangkan hasil pengukuran tekanan darah sistolik setelah latihan yoga dapat

dilihat bahwa hasil pengukuranya mengalami penurunan, bahwa tekanan darah

diastole setelah perlakuan mengalami penurunan dan ada juga yang mengalami

peningkatan tekanan darah diastolik. tetapi setelah latihan yoga diberikan tekanan

darahnya mengalami penurunan Pengaruh terapi senam yoga terhadap tekanan darah

lansia hasil uji menggunakan Paired t-test yang dilakukan antara tekanan darah

sistolik sebelum dan sesudah perlakuan didapatkan nilai p-value 0,000 < α (0,05).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima pada tekanan sistolik

atau ada pengaruh latihan yoga terhadap perubahan tekanan darah responden.

Hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa latihan yoga berpengaruh terhadap

penurunan tekanan darah sistolik penderita hipertensi. Selain itu menurut jurnal yang

dikemukakan oleh Hagins.,,et.al (2013) yang berjudul ” Effectiveness Of Yoga For

Hypertension” dengan menggabungkan 3 unsur dari latihan yoga (postur, meditasi,

dan pernafasan) yang melibatkan 18 orang dewasa dengan hipertensi, dapat

menurunkan tekanan darah sitolik 7 mmHg, dan tekanan diastolik 5 mmHg.

Hal ini sesuai dengan jurnal yang dikemukakan oleh Cramer., et al., (2014)

dengan judul “ Yoga For Hypertension” bahwa pemberian yoga yang dilakukan

secara rutin dapat berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan tekanan darah

pada penderita hipertensi. Dalam penelitian ini olahraga yang dilakukan yaitu yoga

dengan mencakup gerakan duduk dalam postur duduk yoga untuk berlatih pernafasan

(melatih paru-paru dan menenangkan jantung, juga sebagai teknik pemusatan

pikiran), dilanjutkan dengan melakukan asana ringan sebagai pemenasan, dilanjutkan


dengan Savasana (Postur Mayat) dan diakhiri dengan kembali dalam Postur Duduk

untuk mengheningkan pikiran (Meditasi).

Menurut Kurniati,Netty (2018), bahwa berlatih yoga setiap hari dapat

memperlancar peredaran darah, karena rasa rileks yang didapat dari yoga membantu

kelancaran sirkulasi darah dalam tubuh, sehingga sangat bermanfaat bagi penderita

hipertensi. Yoga ini terbukti dapat meningkatkan kadar b-endhorpin empat sampai

lima kali didalam darah. Ketika seseorang melakukan latihan, maka b-endorphin akan

keluar dan ditangkap oleh reseptor didalam hiphothalamus dan sistem limbik yang

berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan bendorphin terbukti berhubungan erat

dengan tekanan darah dan pernafasan (Kurniati,Netty, 2018).

Penurunan pada tekanan darah disebabkan karena relaksasi pada yoga prinsipnya

adalah memposisikan tubuh dalam kondisi tenang, sehingga akan mengalami

relaksasi dan pada akhirnya akan mengalami kondisi keseimbangan, dengan demikian

relaksasi pada yoga berintikan pada pernafasan yang akan meningkatkan sirkulasi

oksegen ke otot-otot, sehingga otot-otot akan mengendur, tekanan darah akan

menurun (Kurniati,Netty, 2018).

Hasil uji statistik yang sudah menunjukkan adanya pengaruh senam yoga

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi. Penelitian

ini di lakukan setelah para lansia menerapkan senam yoga selama 2 minggu, dan

setelah 2 minggu di dapatkan hasil tekanan darah sistolik, yang di mana sebelum

senam yoga, ekanan sistolik nya sebesar 155 mmHg dan setelah senam yoga di

terapkan, tekanan darah sistolik nya menjadi 122 mmHg. Pada pengukuran tekanan
darah diastolik sebelum senam yoga di dapatkan hasil sebesar 96,25 mmHg dan

setelah senam yoga di lakukan tekanan darah diastolik 81,25 mmHg.

Hasil rata-rata penurunan tekanan darah sistolik yaitu 33 mmHg dan rata-rata

penurunan tekanan darah diastolik sebesar 15 mmHg. Hasil ini menujukan hahwa

pemberian senam yoga dapat menurunkan tenakan dara sitolik dan diastolik

berdasarkan hasil uji statistik wilcoxor untuk mengetau pengaru senam yoga terhadap

tekakan dara pada penderita hipertinse didaptakan nilai signifikasi tekaknanan dara

sistolik 0,00 (p,0,05)

Senam yoga dapat adalah mensitulasi pengeluaran hormon endorphin

neuropeptide yang dihasil kan tubu yang padasaat relaks atu tenang. Endophin di

hasilkan ole otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon endorphin dapat

berfungsi sebagai penenang alami,yang di produksi otak, hormon endorphin juga

melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar indorpin dalam tubuh untuk

mengurangi telkanan dara tubuh olaraga yang berupa senam juga yang dapat

meningkatkan kadar b- endorhin 4-5 kali didalam dara sehingga,semakin banyak

melakukan senam maka akan tinggi kadar b- endorphin yang dihasilkan ketika

sesorang melakukan senam, maka b- endorhin akan keluar dan ditangkap oleh

resektor didalam hipothalamus dan sistem limbit, yang dimana sistem limbit ini

berfungsi untuk mengatur emosi peningkatan b- endorhin terbukti berhubungan erat

fdengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan,

tekanan darah dan pernafasan (sindhu, 2006).

Dapat diperoleh bahwa melakukan senam yoga secara teratur dapat menurunkan

tekanan darah yang masuk dalam kategori hipertensi hasil ini juga sejalan penelitian
woff et.al., (2017) tentang dampak tekanan darah dan ualtis hidup hipertensi penelitia

yang sama juga dilakukan kinasih (2010) tentang pengaruh latihan yoga terhadapa

peningkatan kualitas hidup. Hasil penelitian ini menujukan bahwa senam yoga sangat

berpengaruh terhadap fisik, sikis dan spiritual.Hal yang sama juga diungkapkan oleh

hagins ety al., (2013) dalam penelitian andarwulan (2021) dengan judul Hubungan

terapi senam yoga terhadap hipertensi pada lansia.

Dimana teori ini menyatakan bahwa menuru Marchanda dan Madan pada tahun

(2015) yoga secara teratur dapat menurun hormone setres atau didala dunia media

disebut hormone ‘aldosteron’, dimana hormon aldosteron inilah yang merupakan

vasokunstriksi yang kuat untuk meningkatkan tekanan darah.Latihan secara rutin

dapat mengurai ‘vasopresin’ hormone setres lain yang disekresikan oleh kelenjer

pituitary diotak yang dapat meningkatkan vasopressin melalui e kontraksi pembuluh

darah.Senam yoga dianjurkan pada penderita hipertensi karna yoga memiliki efek

relaksasi yang dapat melanjarkan peredaran darah keseluruh tubuh.

Sehingga disimpulkan bahwa ada pengaruh senam yoga terhadap penurunaan

tekanan darah pada penderita hipertensi.Responden yang diberikan senam yoga

mengalami rata-rata penurunaan oleh karna itu pemberiaan senam yoga efektif dapat

menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari karya tulis di atas dapat disimpulkan bahwa data menunjukkan adanya

pengaruh senam yoga terhadap penurunan tekanan darah pada lansia yang

menderita hipertensi. Setelah para lansia menerapkan senam yoga selama 2

minggu, dan setelah 2 minggu di dapatkan hasil tekanan darah sistolik, yang di

mana sebelum senam yoga, tekanan sistolik nya sebesar 155 mmHg dan setelah

senam yoga diterapkan, tekanan darah sistolik nya menjadi 122 mmHg.

Responden yang diberikan senam yoga mengalami rata-rata penurunaan oleh

karna itu pemberiaan senam yoga efektif dapat menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi.

Dilihat dari perbedaan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah

diberikan latihan yoga terhadap perubahan pada tekanan darah lansia terhadap

nilai yang signifikan. Perubahan tekanan darah itu ditandai dengan adanya

penurunaan tekanan darah dengan dilakukannya latihan yoga.

B. Saran

Dalam senam ini juga bisa membantu dan meningkatkan kesehatan secara fisk

dan mental, orang yang lanjut usia akitf umumnya memiliki resiko yang lebih

kecil dari penyakit dan berbagai gangguan pada lansia yang kerap terjadi.Dan

secara umum senam lansia adalah serangkaian gerak atau latihan fisk yang
dilakukan orang lanjut usia untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya.Jenis

aktivitas ini memiliki gerakan yang teratur,terarah,terencana yang disesuaikan

dengan berbagai perubahan tubuh pada lansia.Hal ini dilakukan untuk membawa

suasana yang ceria, sehingga menjadi saran untuk melepas penat dan kelelahan

yang rentan terjadi pada kelompok usia lansia.Adapun secara

mental,sebagaimana olaraga pada umunya, senam ini juga dapat membantu mood

pada lansia karna sangan bermanfaat untuk memompa darah sementara kapasitas

paru untuk menghirup oksigen juga akan berkurang.


DAFTAR PUSTAKA

Andarwulan, S. (2021). Hubungan Terapi Senam Yoga terhadap Hipertensi pada


Lansia. Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan, 8(2), 107-113.
Herawati, K. M. S. N. (2018). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia Di Keluran Kampung Jawa Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Paku Kta Solok Tahun 2017. Menara Ilmu, 12(3).
Munawaroh, U. (2021). Efektivitas senam yoga terhadap tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi (Doctoral Dissertation, UNIVERSITAS Dr. SOEBANDI).
Rosari, F. H. (2014). Diagnosis and management of hypertension in the elderly
patient. JK Unila, 3(7), 46-51.
Setiyaningrum, I. P., & Kusuma, A. H. (2021). Pengaruh yoga terhadap penurunan
tekanan darah lansia hipertensi di panti wreda dewanata slarang cilacap tahun
2020.  Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, 14(1), 133-141.
Susmawati, R. (2018).Pengaruh senam yoga terhadap tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi di wilayah dusun kwarsan nogotirto sleman yogyakarta.(18),
(28/08/2018), hlm.85.
Yanti, R., & Efliani, D. (2022). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Peningkatan
Kualitas Hidup Lansia Penderita Hipertensi. JKEP, 7(1), 121-127.

Anda mungkin juga menyukai