Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PELAYANAN KOMPLEMENTER YOGA TERHADAP LANSIA

Disusun oleh :

Kadek Noni Angraeni (18150007)


Nova monica putri (18150008)

Ayu Lestari (18150009)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, terima kasih Saya ucapkan atas bantuan Tuhan yang telah mempermudah dalam
pembuatan laporan ini, hingga akhirnya terselesaikan tepat waktu. Tanpa bantuan dari Tuhan,
Saya bukanlah siapa-siapa. Selain itu, Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang
tua, keluarga, serta pasangan yang sudah mendukung hingga titik terakhir ini.

Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “Pelayanan komplementer yoga
terhadap lansia”. Saya menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti
menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain. Saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah. Tidak ada
manusia yang sempurna kecuali Tuhan.

Demikian Saya ucapkan terima kasih atas waktu Anda telah membaca hasil karya ilmiah Saya.

Yogyakarta,4 Februari 2020

penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Saat ini hipertensi masih menjadi masalah yang cukup penting dalam pelayanan kesehatan. Hal
ini di karenakan angka prevelensi hipertensi yang cukup tinggi di Indonesia. Penyakit hipertensi
telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) angaka
kejadian hipertensi di dunia cukup tinggi yaitu 10% dari populasi dunia. Data Hypertansion
Pleague Brochure 2009 menyebutkan bahwa hipertensi di derita lebih dari 1,5 miliar jiwa di
seluruh dunia dan garam yang berlebihan adalah faktor utama dalam meningkatkan tekanan
darah. Menurut AHA (American Heart Association) di Amerika, usia diatas 20 tahun menderita
hipertensi mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak
diketahui penyebabnya. Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian kesehatan RI, penduduk
indonesia berumur 18 tahun ke atas di indonesia adalah sebesar 31,7% di bandingkan tahun 2013
terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%), meskipun terjadi penurunan hingga
25,8% masih sangat besar bila di hitung penduduk indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka
terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. 2 Hipertensi merupakan salah satu penyakit
degeneratif. Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur.
Resiko umur menderita hipertensi pada populasi ≥ 55 tahun yang tadinya tekanan darahnya
normal sebanyak 90%. Dan sampai dengan umur 55 tahun laki-laki lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan perempuan. Pada populasi lansia (umur ≥ 60 tahun), pravelensi untuk
hipertensi sebesar 65.4%. (triyanto,2014) Menurut Constantanides (1994) Usia lanjut atau lanjut
usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti atau mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Bandiyah,2009) Hipertensi
sering juga di sebut silent killer atau the silent disease, karena pada umumnya penderita tidak
mengetahui dirinya tidak mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Banyak
yang memicu terjadinya hipertensi, namun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak
diketahui (hipertensi essential) (palayukan,2009) Untuk masyarakat awam yang perlu di ketahui
ialah, sesuai dengan penelitian klinis dilaporkan bahwa, 70% dari penderita tekanan darah tinggi
tergolong dalam hipertensi ringan, yaitu dari 140/90 - 160/104. Sebagian dari sisanya ialah
penderita hipertensi menengah dari 160/105 - 180/115, sedangkan untuk hipertensi berat yang
melebihi 220/115 adalah sangat jarang, sebab biasanya penderita hipertensi ringan dan menengah
dapat dirawat dengan baik.

1.2 tujuan masalah


Untuk mengetahui pelayanan komplementer yoga terhadap lansia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Yoga pada lansia


Bagi lansia (lanjut usia) yoga ternyata meningkatkan kemampuan fisik, dan otak ikut
terstimulasi. Studi pada lebih 100 orang usia >55 tahun, setelah 8 minggu rutin melakukan yoga
kemampuan mengingat, fleksibilitas mental dan konsentrasi makin baik. “Melakukan hatha
yoga membuat seseorang fokus pada tubuh, pikiran dan napas. Ini terbawa hingga ke luar kelas,”
papar pimpinan penelitian Edward McAuley, dari University of Illinois, Amerika Serikat. Hatha
yoga adalah gerakan paling dasar dalam yoga, yang fokus pada meditasi dan pernapasan.
Secara umum, meski ringan olahraga bermanfaat bagi lansia. Lewat aktivitas fisik, risiko
kematian dan disabilitas menurun. “Cukup dengan meningkatkan satu tahap dari aktivitas
sebelumnya,” ujar Prof. Dr. dr. Boedhi Darmojo, SpJP, SpPD,K-Ger, Guru Besar Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Lansia yang sebelumnya tidak
aktif (inaktif), cukup kadang-kadang aktif. Lansia yang kadang aktif jadi teratur beraktivitas, dan
yang sebelumnya beraktivitas teratur bisa olahraga teratur.
Yoga meningkatkan kelenturan dan keseimbangan tubuh. Pada lansia ada pembatasan lingkup
gerak sendi. “Lebih karena kekakuan otot dan tendon, daripada masalah sendi,” kata Prof.
Boedhi. Misalnya, kekakuan otot betis sering memperlambat gerak dan meningkatkan risiko
jatuh. Penurunan keseimbangan bisa diperbaiki dan dengan latihan keseimbangan, insiden jatuh
turun hingga 17%.
Yoga juga diketahui mampu menguatkan otot bagian dalam yang lebih kecil, salah satunya otot
panggul. Ini penting bagi lansia, terutama lansia wanita. Bersamaan dengan turunnya estrogen
dan melemahnya jaringan/otot panggul karena proses melahirkan, risiko inkontinensia urin
(ngompol) semakin tinggi. Gerakan Mula bandha dapat melatih kekuatan otot panggul. Ini
adalah bentuk senam kegel yang paling tradisional.
Untuk kaum pria, penguatan otot panggul bermanfaat untuk mencegah pembesaran prostat. Riset
dari Departemen Urologi Universitas Stanford (tahun 2000) membuktikan lewat kombinasi
teknik relaksasi, akupuntur dan beberapa gerakan yoga dapat melemaskan otot panggul dan
mengurangi pembengkakan prostat. Disarankan pula memakai popok dewasa untuk membantu
masalah inkontinensia urin. Agar aktivitas dan olah raga tetap lancar dan percaya diri, dapat
menggunakan popok dewasa Confidence tipe celana. Bahannya lembut, slim dan fit ditubuh
terasa menggunakan pakaian dalam biasa. Beberapa gerakan yoga untuk lansia yaitu:
1. Sukhasana (easy pose). Ini gerakan khas meditasi. Membantu meluruskan kembali tulang
punggung,mengurangi metabolisme, meningkatkan ketenangan dalam diri.
2. Bidalasana (Cat pose). Bermanfaat meningkatkan koordinasi gerakan tubuh dan napas. Tidak
dianjurkan bagi lansia yang menderita gangguan punggung dan tulang belakang.
3. Adho Mukha Svanasana (Downward facing dog). Gerakan ini dapat meningkatkan
fleksibilitas tulang belakang. Tidak dianjurkan bagi penderita gangguan punggung dan tulang
belakang.
4. Kapalabhati Pranayama (tehnik bernapas). Teknik ini merangsang kesegaran serta
membersihkan udara yang mengalir dalam tubuh. Membuat terhindar dari penyakit pernapasan.
5. Salabhasana (Locust pose). Gerakan ini dapat meningkatkan kekuatan pada area perut, lengan
serta kaki.

PENGARUH LATIHAN YOGA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA


LANJUT USIA (LANSIA) DI PANTI WREDA PENGAYOMAN “PELKRIS” DAN
PANTI WREDA OMEGA SEMARANG

Lansia merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakit-penyakit degeneratif, seperti
hipertensi. Prevalensi hipertensi ringan sebesar 68,4% (diastolik 95-104 mmHg), hipertensi
sedang sebesar 28,1% (diastolik 105-129 mmHg), hipertensi berat sebesar 3,5% (diastolik sama
atau lebih besar dengan 130 mmHg).Salah satu cara untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi dengan melakukan latihan yoga secara teratur. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh latihan yoga terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Panti Wreda
Pengayoman “PELKRIS” dan Panti Wreda Omega Semarang. Desain penelitian ini adalah quasi
eksperiment, jumlah sampel 30 responden, yang terdiri dari 15 orang dari Panti Wreda
Pengayoman “PELKRIS” dan 15 orang dari Panti Wreda Omega dengan teknik purposive
sampling. Hasil penelitian menunjukan, rata-rata penurunan tekanan darah sistolik sebesar 32,4
mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 13,38 mmHg dengan nilai p < 0,05, yang berarti
terdapat pengaruh yang signifikan antara tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan latihan
yoga selama 6 hari berturut-turut.
setiap bagian dari latihan yoga memiliki manfaat yang baik bagi tubuh terutama untuk
menurunkan tekanan darah, maka yoga sangat direkomendasikan pada penderita tekanan darah
tinggi. Yoga memiliki efek fisiologis pada kekuatan otot, peningkatan beberapa asanas (posisi
tubuh) yang dipercaya dapat mempengaruhi sistem saraf otonom dan kelenjar endokrin yang
mengatur fungsi internal termasuk detak jantung dan produksi hormon. Yoga dapat membuat
25% dari pasien penderita tekanan darah tinggi berhenti mengkonsumsi obat penurun tekanan
darah tinggi dan 35% lagi mulai menguranginya.

PENGARUH SENAM YOGA TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA


PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH DUSUN KWARASAN NOGOTIRTO
SLEMAN YOGYAKARTA

Hasil penelitian ini didapatkan karakteristik responden berdasarkan umur pada penelitian ini
menunjukkan jumlah responden lansia penderita hipertensi di Dusun Kwarasan Nogotirto
Sleman Yogyakrta sebanyak 16 orang. Dalam penelitian ini responden mayoritas berusia 60
tahun sampai umur 72 tahun. Data penelitian usia responden paling banyak pada umur 60 tahun
sebanyak 5 orang (31,2%), umur 63 tahun sebanyak 3 orang (18,8%), umur 65 tahun sebnyak 2
orang (12,5%), umur 68 tahun sebanyak 3 orang (12,5%), umur 70 tahun sebanyak 2 orang
(12,5%) dan pada umur 72 tahun sebanyak 1 orang (6,2%). Hal ini terjadi karena kebanyakan
responden dalam penelitian ini sudah memasuki usia lanjut. Proses penuaan tubuh akan
mengalami kemundunran fisiologis sehingga kekuatan jantung saat memompa darah menurun
oleh karena itu arteri menjadi kaku dan mengalami penurunan darah. Semakin bertambah usia
maka keelastisan pembuluh darah menurun dan hal ini menyebabkan otot pembuluh darah
menjadi kaku sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Dinata (2011) menyatakan
bahwa ada faktor yang berhubungan usia dengan hipertensi yaitu pada lansia yang mengalami
hipertensi terjadi penurunan elastisitas pembuluh darah arteri perifer sehingga mengakibatkan
tekanan darah menjadi tinggi. Hal ini dikarenakan adanya perubahan alami pada jantung,
pembuluh darah, dan hormon sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi.
(Susanto, 2008). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui jenis kelamin menunjukan bahwa
penderita hipertensi sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 15 responden
(93,8%) sedangkan responden laki-laki lebih sedikit yaitu sebnyak 1 responden (6,2%).
Penelitian ini menunjuka bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami hipertensi
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan responden perempuan memiliki beban yang
lebih besar dibandingkan laki-laki. Banyak responden perempuan di Dusun Kwarasan yang
bekerja sebagai buruh dan petani disamping pekerjaannya perempuan juga harus mengurus
pekerjaan rumah dan mengatur kebutuhan rumah tangga serta mengurus keluarga nya sehingga
beban aktivitas dan pikiran lansia yang berjenis kelamin perempuan cenderung lebih besar.
Selain itu sebanyakan perempuan mengalami usia lanjut dan sudah memasuki masa menopause,
hal ini berpengaruh pada sistem hormon. Semakin bertambahnya usia maka produksi hormon
yang dihasilkan menurun. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahayu (2016) perempuan
cenderung lebih banyak menderita hipertensi dari pada laski-laki. Pada penelian tersebut jumlah
responden perempuan sebanyak 26 responden (86,6%) mengalami hipertesi, sedangkan untuk
responden laki-laki hanya sebanyak 4 orang (13,3%). Menurut (Marliani, 2007) dalam (Sartika,
2017), hipertensi banyak terjadi pada laki-laki apabila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi
lebih banyak terjadi pada wanita setelah berusia 55 tahun. Hal ini sering dikaitkan dengan
perubahan hormon setelah menopause. Responden wanita dalam penelitian ini mayoritas sudah
mengalami menopause. Menurut Ridwan (2009) bahwa hipertensi akan meningkat saat terjadi
menopause. Ha ini karena menopause terjadi penurunan estrogen yang berfungsi untuk
melingdungi dan membuat pembuluh darah koroner lebih lebar dan mengurangi resiko penyakit
kardiovaskular. Menurunnya kadar estrogen menimbulkan kecenderungan menurunnya kadae
HDL, meningkatkan LDL dan kolestrol dalam darah. Seiring dengan peningkatan kolestrol
dalam darah maka sangat rentan terjadi aterosklerosis yang menyubat aliran darah sehingga
terjadilah hipertensi (fitriani, 2014).

Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh senam yoga terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia penderita hipertensi. Penelitian yang dilakukan setelah pemberian senam yoga
selama 2 minggu didapatakan hasil tekanan darah sistolik sebelum senam yoga sebesar 155
mmHg dan setelah senam yoga didapatkan tekanan darah sistolik sebesar 122 mmHg. Pada
pengukuran tekanan darah diastolik sebelum senam yoga didapatkan hasil sebesar 96,25 mmHg
dan setelah senam yoga tekanan darah diastolik 81,25 mmHg. Hasil rata-rata penurunan tekanan
darah sistolik yaitu 33 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan darah diastolik sebesar 15 mmHg.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian senam yoga dapat menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik. Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon untuk mengetahui pengaruh senam
yoga terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi didapatkan nilai signifikansi tekanan
darah sistolik dan diastolic. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan
darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam yoga
pada lansia penderit hipertensi. Demikian juga bahwa ada pengaruh tekanan darah sistolik dan
diastolik pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah dilakukan senam yoga. sehingga
disimpulkan bahwa ada pengaruh senam yoga terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi. responden yang diberikan senam yoga mengalami rata-rata penurunan, oleh karena itu
pemberian senam yoga efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Dalam penelitian ini responden lansia aktif mengikuti senam yoga dengan teratur selama
penelitian berlangsung. Pada hari pertama penelitian sebelum melakukan senam yoga semua
lansia dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Mayoritas tekanan darah pada responden memiliki
tekanan darah tinggi dengan kategori terbanyak pada tekanan darah sistolis stadium 1 sebanyak 8
orang sedangkan pada tekanan darah diastolik stadium 1 sebanyak 7 orang dan stadium 2
sebanyak 8 orang. Dalam penelitian ini sebelum di berikan perlakukan senam yoga ratrata
memiliki tekanan darah yang cukup tinggi. Hipertensi sering terjadi pada lanjut usia karena pada
orang lanjut usia terjadi kerusakan struktual dan fungsional pada aorta atau arteri besar yang
membawa darah ke jantung sehingga senyebabkan semakan parahnya pengerasan pembuluh
darah (Kowalski, 2010). Lanjut usia yang mengalami tekanan darah tinggi dalam jangka waktu
yang lama akan menimbilkan kerusakan pada beberapa organ tubuh sehingga hipertensi perlu
mendapatkan pengobatan agar tidak terjadi masalah kesehatan lainnya. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2016) dalam penelitian ini menggunakan
responden usia lanjut yang berusia 60- 74 tahun dengan hasil hasil uji paired t-test menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan sebelum dan sesusah diberikan perlakuan terapi relaksasi progresif
pada lansia penderita hipertensi didapatkan rata rata tekanan darah lansia sebesar 94,47 mmHg.
Sedangkan rerata tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol didapatkan hasil 155,67 mmHg
dan rerata tekanan darah diastolik sebesar 90,07 mmHg. Terapi relaksasi sangat efektif untuk
memurunkan tekanan darah pada lansia dengan nilai p-value 0,01 (sig. P<0,05). Yoga terbukti
dapat menurunkan kadar b-endhorpin empat sampai lima kali didalam darah. Latihan yoga dapat
menstimulasi pengeluaran hormon endorphin. Endorphin adalah neuropeptide yang
menghasilkan tubuh pada kondisi relak/tenang. Endhorphin dihasilkan di otak dan susunan
syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang
diproduksi otak yang mengurangi tekanan darah tinggi. Ketika seseorang melakukan latihan,
makan b-endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor didalam hiphothalamus dan system
limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan
erat dengan tekanan darah dan pernafasan (Sindhu, 2006).
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan

Dari makalah yang kami buat mengenai pelayanan komplementer yoga terhadap lansia dapat
kami simpulkan dari beberapa junal bahwa hipertensi yang sering dialami oleh kebanyakan
lansia dapat diturunkan dengan sering melakukan latihan yoga pada gerakan yoga tertentu.

3.2 saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unisayogya.ac.id/4418/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

https://docplayer.info/46065608-Pengaruh-latihan-yoga-terhadap-penurunan-tekanan-darah-
pada-lanjut-usia-lansia-di-panti-wreda-pengayoman-pelkris-dan-panti-wreda

Anda mungkin juga menyukai