Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

“TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)”

DOSEN:

NS. TRI WAHYUNI., M.KEP

MATA KULIAH:

KEPERAWATAN GERONTIK

NAMA MAHASISWA:

EDY JUNIARDI (SNR18213023)

VALENTINA FEBYTEA (SNR18213017)

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK

PRODI S1 NON REGULER KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmad dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan Proposal Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK) ini tepat pada waktunya.

Proposal ini berisikan pembahasan tentang Terapi Aktivitas Kelompok yang akan
dilakukan. Dalam penyusunan proposal ini kami telah berusaha memberikan yang terbaik
dengan berbagai dukungan dari berbagai sumber atau litelatur yang ada akan tetapi, apabila
masih ditemukan beberapa kesalahan dalam penulisan materi kami selaku penyusun
mohon maaf.

Kami berharap proposal ini dapat berguna bagi kami sendiri dan pembaca maka dari
itu kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami perlukan demi
kesempurnaan penulisan berikutnya.

Pontianak, April 2020

Kelompok
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di
bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan
penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya penduduk yang
berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Sehingga istilah baby
boom pada masa lalu berganti menjadi “ledakan penduduk usia lanjut” (Nugroho:2000).
Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa populasi penduduk lansia di Indonesia
pada tahun 2008 sebesar 8,55 % dari keseluruhan jumlah penduduk. Sedangkan jumlah
penduduk lansia di propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 telah mencapai 484.344
orang atau ada sekitar 6,89% dari jumlah penduduk sumatera selatan. Perbandingan
persentase lansia Sumsel tahun 2009 antara laki-laki dan perempuan adalah 48,84
berbanding 51,16.
Sumatera Selatan termasuk provinsi yang memasuki era penduduk berstruktur tua
(aging population), yaitu suatu propinsi dengan proporsi penduduk lansianya telah berada
pada patokan penduduk berstruktur tua (yakni 7% atau lebih penduduk usia tua). Di
Sumatera Selatan didirikan beberapa Panti Werdha mengingat banyaknya jumlah lansia
yang ada. Salah satunya yaitu Panti Werdha Darma Bakti yang terletak di KM 7
Kecamatan Sukarami Palembang.
Usia lanjut atau lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun hal
tersebut dapat menimbulkan masalah sosial. Di beberapa negara, terutama di negara-negara
maju umur harapan hidup telah bertambah panjang sehingga warga-warga yang berusia
lebih dari 65 tahun juga bertambah. Adanya peningkatan jumlah penduduk usia lanjut
tersebut menyebabkan perlunya perhatian pada para lansia agar lansia tidak hanya berumur
panjang tetapi juga dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia serta meningkatkan
kualitas hidup mereka.
Tanda-tanda masa tua disertai dengan adanya kemunduran-kemunduran
kemampuan kerja panca indera, gangguan fungsi alat-alat tubuh, perubahan psikologi serta
adanya berbagai penyakit. Dengan banyaknya perubahan yang terjadi pada lansia banyak
pula masalah kesehatan yang dihadapi.

B.     Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan latihan senam lansia dengan hipertensi, klien dapat mempraktekkan
secara mandiri untuk mencegah peningkatan tekanan darah.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan latihan senam lansia dengan hipertensi selama 15 menit maka klien
mampu :
a. Mamahami tentang penyakit hipertensi
b. Mampu mempraktekkan latihan senam lansia dengan hipertensi secara mandiri.
c. Melebarkan pembuluh darah
d. Tahanan pembuluh darah menurun
e. Berkurangnya hormon yg memacu peningkatan tekanan darah
f. Menurunkan lemak / kolesterol yang tinggi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kriteria Klien
Lansia yang menderita hipertensi berjumlah 10 orang atau lebih

B. Jenis Kegiatan
Terapi latihan senam untuk lansia dengan hipertensi

C. Indikasi
Indikasi dilakukan senam lansia dengan hipertensi adalah klien yang menderita
hipertensi

D. Kontraindikasi
1. Klien dengan fraktur ekstremitas bawah atau bawah
2. Klien dengan bedrest total

E. Waktu dan Tempat


Hari/ tanggal : sesuai hari dan tanggal yang disepakati
Waktu : sesuai waktu yang disepakati
Tempat : Panti werdha

F. Metode
Dinamika kelompok

G. Pengorganisasian
1. Leader
a. Membuka acara
b. Memimpin kegiatan
c. Memotivasi klien
d. Menjelaskan tujuan senam lansia
e. Menjelaskan langkah-langkah senam lansia
f. Memimpin senam lansia
g. Mengontrol jalannya senam lansia
h. Menutup acara
2. Co-Leader
a. Mendampingi dan membantu Leader menjalankan tugasnya
b. Mengambil alih tugas Leader jika Leader pasif
3. Fasilitator
a. Mendampingi keikutsertaan klien
b. Mempertahankan keikutsertaan klien
c. Memberikan umpan balik selama proses kegiatan dari mulai persiapan sampai
selesai
4. Observer
a. Mengobservasi jalannya kegiatan
b. Mencatat prilaku Verbal dan Non-Verbal klien selama kegiatan berlangsung

H. Pelaksanaan
1. Persiapan alat:
Kursi
2. Langkah-langkah kegiatan :
a. Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari mulut tangan
turunkan. Lakukan sebanyak 2x
b. Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
c. Ayunkan kaki kiri kedepan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
d. Ayunkan kaki kanan kedepan sebanyak 2x kemudian kaki kiri sebanyak 2x
e. Jalan ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
f. Letakkan tangan diperut tangan kanan ayunkan kesamping kanan dan kanan
ayunkan ke kanan. Lakukan secara bersamaan 8 kali. Lakukan 2x
g. Letakkan tangan kanan diperut tangan kiri ayunkan ke samping kiri dan kaki kiri
ayunkan ke kiri. Lakukan secara bersamaan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
h. Letakkan tangan diperut ayunkan kedua tangan kesamping dan kedua kaki
kesamping sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
i. Jalan ditempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
j. Letakkan tangan di perut ayunkan ke atas bersamaan dengan kaki ayunkan
kesampingsebanyak 8 kali. Lakukan 2x
k. Jalan di tempat sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
l. Pada hitungan satu, ujung jari kaki menyentuh tanah pada hitungan ke dua tumit
menyentuh tanah, lakukan pada kaki kiri dan kanan sebanyak 8 kali. Lakukan 2x
m. Tarik nafas, angkat tangan ke atas, hembuskan pelan-pelan dari mulut tangan
turunkan. Lakukan sebanyak 3x

I. Antisipasi Masalah
1. Bila ada peserta yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan, fasilitator
mengingatkan dan mengarahkan
2. Bila ada peserta pasif, fasilitator memotivasi untuk mengikuti kegiatan
3. Jika peserta ingin pergi sebelum terapi berkebun selesai, fasilitator membimbingnya
agar menyelesaikan terapi
4. Bila leader blokir maka co-leader yang mengambil jalannya senam lansia
5. Seting tempat :
Keterangan :
= Leader

= Co-Leder

= Peserta
= Fasilitator

= Observer
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi Mordalitas merupakan suatu cara pendekatan agar usia lanjut dapat
beradaptasi terhadap situasi, lebih mampu merawat diri, banyak aktivitas dan lebih
mandiri. Menurut Hidayat (2002) senam didefinisikan sebagai suatu latihan tubuh yang
dipilih dan dikonstruk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun
secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan
keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual. Penelitian lain dikemukakan
oleh Werner (2000) yang menyebutkan bahwa senam adalah bentuk latihan tubuh pada
lantai dan pada alat yang dirancang untuk melungkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan,
kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh.
Lansia atau usia tua adalah periode dimana organisme telah mancapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu
(Ahmadi, 2009).
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan
yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar
dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan
membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Boengsoe. (2007). Lansia rentan alami depresi. Diperoleh dari


http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/.

Copel, L. C. (2007). Kesehatan jiwa & psikiatri, pedoman klinis perawat


(Psychiatric and mental health care: Nurse’s clinical guide). Edisi Bahasa
Indonesia (Cetakan Kedua). (Alihbahasa: Akemat). Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2008). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

WHO. (2010). Depression. Diperoleh pada http://www.who.int/mental_health/

Anda mungkin juga menyukai