Presuposisi, tubuh dan pikiran satu kesatuan sistem yang saling terkait dan saling
mempengaruhi. 'Kondisi' saling berkaitan inilah yang disebut state (kondisi).
Dengan memikirkan sebuah pengalaman, tubuh akan menyesuaikan diri agar dapat
melihat, mendengar dan merasakan pengalaman tersebut dengan utuh. Dengan
menggerakkan tubuh secara energik, pikiran akan mencari gambaran, suara dan
perasaan yang sesuai dengan gerakan tersebut. Kondisi emosi yang meluap-luap kadang
sulit dikendalikan, maka tubuh kunci pengendalinya, walau perubahan tidak permanen.
Jika kondisi menyenangkan terus-menerus, akan muncul semangat tinggi untuk
menjalani hidup. Jika sedang sial, kondisi menyebalkan tak berhenti menerpa dan
menyerang tanpa ampun.
C. METODE EMPAT A
Adapun metode empat A yaitu:
Dengan cara diatas akan lebih fleksible menemukan kondisi pikiran dan perasaan yang
maksimal untuk dimanfaatkan. Tidak perlu memikirkan pengalaman yang sama persis.
Sebuah pengalaman yang mirip dengan konteks berbeda pun dapat digunakan.
Amplify (perkuat)
Manusia memiliki kemampuan untuk melipatgandakan kondisi pikiran-perasaan yang
sedang dialaminya. Kondisi pikiran-perasaan bisa dinaikkan dan diturunkan sesuai
kebutuhan selayaknya volume tape/radio. Presuposisi, dengan mengendalikan otak
sendiri akan mengendalikan hasil yang diinginkan. Setelah menemukan kondisi
pikiran-perasaan yang ingin dimanfaatkan, selanjutnya lipatgandakan kondisi
tersebut hingga titik maksimal. Jika sudah mahir berlatih submodalitas
(pengandaian), maka lipatgandakanlah state (kondisi) dengan 3 cara:
Cara diatas bukan berarti menyatakan adanya orang tipikal visual, auditori, dan
kinestetik. Semua orang pasti bisa membayangkan gambar/film, mendengarkan
suara/musik dan merasakan sebuah pengalaman. Gunakan startegi bertanya yang tepat
maka ketiganya pasti bisa muncul secara lengkap. Proses meningkatkan sebuah state
(kondisi) dilakukan dengan memaksimalkan visual, auditori, maupun kinestetiknya,
seperti:
Buatlah gambarnya lebih menarik!
Jadikan suaranya lebih menggema!
Rasakan putarannya semakin cepat dan semakin cepat!
1. Unik.
Ciptakan anchor dengan menggunakan gambar, suara, atau sentuhan yang unik dan tidak
mudah ditiru, seperti bersalaman dengan gaya tertentu atau gelengan dengan ekspresi
khas wajah dll. Untuk diri sendiri bisa dengan memasang sentuhan pada bagian tubuh
yang jarang disentuh, kalaupun terpaksa pada bagian mudah tersentuh, berilah
sentuhan yang khas dengan tekanan tertentu. Ciptakan anchor dengan mudah diulangi
secara nyaman. Memasang anchor pada bagian tubuh yang sulit, tidak akan efektif.
Jadi, semakin unik stimulusnya (ransangan), anchor yang diciptakan semakin kuat dan
tahan lama.
2. Intensitas (keinginan).
Ciptakan intensitas (keinginan) dengan mengaitkan 'Amplify' (perkuat) maka 'anchor'
terpasang dalam kondisi pikiran-perasaan yang paling puncak. Gunakan submodalitas
(pengandaian) agar intensitas semakin tinggi ketika berada dalam kondisi associated
(terhubung), sehingga merasa berada dalam pengalaman tersebut. Dalam konteks
menerapkan ke orang lain, terapkan kepekaan indrawi untuk menandai apakah seseorang
sudah berada dalam kondisi puncak atau brlum.
3. Kemurnian.
Ciptakan kemurnian punya hubungan erat dengan access (memasukkan). Dalam mengakses
kondisi yang ingin dipasangi tombol, pastikan kalau kondisi yang muncul benar-benar
kondisi yang diinginkan. Jangan sampai mengakses sebuah kondisi yang berkaitan
dengan kondisi lain, bahkan saling bertentangan satu sama lain.
4. Presisi (tepat).
Pasang anchor dengan presisi (tepat). Anchor yang dipasang di wilayah abu-abu hanya
akan memicu kondisi yang intensitas lemah dan menurun.
Selain kinestetik, anchor dapat berupa suara ataupun visual. Jika menggunakan
anchor suara, pastikan dengan suara yang khas dan kongruen, misal:
Jika memicu kondisi rileks, pasang anchor dengan pengucapan yang sangat lambat,
berjeda dan terkesan berbisik.
Jika ditambah dengan anchor visual bisa dari ekspresi wajah, senyuman, gerakan
tangan dan gerakan lainnya.
Jika penggunaan dalam kelompok, anchornya berupa jentikan jari.
Ingat! Setelah anchor terpasang segera break state (alihkan kondisi) agar sistem
saraf hanya menghubungkan anchor yang dipasang dengan kondisi pikiran-perasaan yang
diinginkan dan tidak bercampur dengan kondisi pikiran-perasaan yang lain. Cara
break state cukup dengan:
Menanyakan hal yang tidak berhubungan
Mengajak untuk mengamati hal yang ada disekeliling secara detail.
Mengajak bergurau
Apply (gunakan)
Setelah anchor terpasang dengan baik, picu anchor saat kondisinya dibutuhkan. Jika
situasinya belum ketemu, gunakan 'Future Pacing (berpindah ke masa depan/FP).
Future pacing gunanya untuk menciptakan sebuah kondisi yang ingin dialami pada masa
depan di dalam pikiran-perasaan sendiri. Caranya membayangkan diri kita berada
dalam situasi yang diinginkan pada masa depan, lihat apa yang dilihat, dengar apa
yang didengar dan rasakan apa yang dirasakan. Ketika situasinya sudah seperti yang
ingin diubah, piculah 'anchor-nya, dan rasakan perubahan yang terjadi.
Menurut L. Michael Hall, untuk merubah 'state' (kondisi) tidak hanya dengan
submodalitas (pengandaian) seperti yang dilakukan 'primary state', bahkan lebih
mudah dengan melakukan 'META SATE'. Sebab 'state' yang diatas mengendalikan 'state'
yang dibawahnya. Dengan pesuposisi, "makna bergantung pada konteks tempat ia
berada", makna dari sebuah 'state' bergantung pada makna dari 'state' yang
diatasnya. Sebab pengubahan 'META STATE' terasa lebih 'halus' daripada mengubah
'primary state'. 'Primary state' hanya simtom semata dan masalah sebenarnya
terletak pada 'META STATE' yang menaunginya. Michael Hall sering mengatakan "people
never be the problem, the frame is problem" (masalah bukan terletak pada orangnya,
melainkan pada kerangka berpikir (META SATE) yang ia gunakan saat itu.