Anda di halaman 1dari 4

ATUR PIKIRAN ATUR KONDISI

Presuposisi, tubuh dan pikiran satu kesatuan sistem yang saling terkait dan saling
mempengaruhi. 'Kondisi' saling berkaitan inilah yang disebut state (kondisi).
Dengan memikirkan sebuah pengalaman, tubuh akan menyesuaikan diri agar dapat
melihat, mendengar dan merasakan pengalaman tersebut dengan utuh. Dengan
menggerakkan tubuh secara energik, pikiran akan mencari gambaran, suara dan
perasaan yang sesuai dengan gerakan tersebut. Kondisi emosi yang meluap-luap kadang
sulit dikendalikan, maka tubuh kunci pengendalinya, walau perubahan tidak permanen.
Jika kondisi menyenangkan terus-menerus, akan muncul semangat tinggi untuk
menjalani hidup. Jika sedang sial, kondisi menyebalkan tak berhenti menerpa dan
menyerang tanpa ampun.

A. STATE DAN GOAL.


Sebuah tujuan tidak bisa berdiri sendiri. Tujuan dan state (kondisi) adalah dua
sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Jika fokus pada salah satu dan melupakan
yang lain, maka akan hilang kenikmatannya.

B. STATE (KONDISI) ADALAH INTI PEEUBAHAN.


Semua perubahan hakikatnya adalah perubahan untuk mengubah state (kondisi). "Hidup
adalah pilihan".

C. METODE EMPAT A
Adapun metode empat A yaitu:

Access (jalan masuk)


Access adalah proses memilih kondisi apa yang dikendalikan atau dimanfaatkan.
Presuposisi, setiap orang sudah memiliki segala sumber daya dalam dirinya untuk
mencapai kesuksesan. Belajarlah untuk memodel sumber daya yang sudah ada dalam diri
untuk dimanfaatkan kapanpun membutuhkannya. Sumber daya ada pada:

- Pengalaman masa lalu (bernostalgia pada ingatan lama)


Dengan model submodalitas, lakukan pemetaan bagaimana persisnya gambar yang
dilihat, suara yang didengar dan perasaan yang dirasa saat itu.

- Masa depan (berimajinasi senyata mungkin)


Dengan mengimajinasikan 'seandainya sudah memiliki' lalu apa yang dilihat, dengar
dan rasakan?

- Orang lain (mengenang orang yang konsisten)


Cukup pikirkan seseorang yang memiliki kemampuan seperti yang diinginkan. Apa yang
dilihat, dengar dan rasakan dari mereka? Apa pula yang dilihat, dengar dan rasakan
jika melihat dengan mata mereka, mendengar dengan telinga mereka dan merasakan
dengan tubuh mereka.

Dengan cara diatas akan lebih fleksible menemukan kondisi pikiran dan perasaan yang
maksimal untuk dimanfaatkan. Tidak perlu memikirkan pengalaman yang sama persis.
Sebuah pengalaman yang mirip dengan konteks berbeda pun dapat digunakan.

Amplify (perkuat)
Manusia memiliki kemampuan untuk melipatgandakan kondisi pikiran-perasaan yang
sedang dialaminya. Kondisi pikiran-perasaan bisa dinaikkan dan diturunkan sesuai
kebutuhan selayaknya volume tape/radio. Presuposisi, dengan mengendalikan otak
sendiri akan mengendalikan hasil yang diinginkan. Setelah menemukan kondisi
pikiran-perasaan yang ingin dimanfaatkan, selanjutnya lipatgandakan kondisi
tersebut hingga titik maksimal. Jika sudah mahir berlatih submodalitas
(pengandaian), maka lipatgandakanlah state (kondisi) dengan 3 cara:

- Memodifikasi gambar/film yang muncul dalam state tersebut.


Jika cukup kuat dalam visual caranya dengan:
Mengubah warna
Mengasosiasikan diri (associated/menghubungkan)
Menyesuaikan jarak
Mengubah gambar menjadi film
Dll.

- Memodifikasi suara atau musik.


Bagi yang kuat secara auditori caranya dengan:
Mengubah volume suara
Kualitas suara
Menambahkan musik tertentu
Menyesuaikan arah datangnya suara
Dll.

- Meningkatkan intensitas perasaan.


Sangat pas bagi yang kuat secara kinestetik, misal:
Merasakan adanya suatu perasaan pada tubuh (perputaran dibagian dalam dada,
bergetar dll), lalu intensitaskan state dengan (mempercepat, menguatkan,
membesarkan dll) dua atau tiga kali lipat dari kondisi normalnya.

Cara diatas bukan berarti menyatakan adanya orang tipikal visual, auditori, dan
kinestetik. Semua orang pasti bisa membayangkan gambar/film, mendengarkan
suara/musik dan merasakan sebuah pengalaman. Gunakan startegi bertanya yang tepat
maka ketiganya pasti bisa muncul secara lengkap. Proses meningkatkan sebuah state
(kondisi) dilakukan dengan memaksimalkan visual, auditori, maupun kinestetiknya,
seperti:
Buatlah gambarnya lebih menarik!
Jadikan suaranya lebih menggema!
Rasakan putarannya semakin cepat dan semakin cepat!

Anchor (jangkar/respon yang sudah terbentuk)


Konsep anchor berawal dari teori 'Stimulus-Reapons' yang pertama kali digunakan
oleh Ivan Pavlov, seorang fisiolog asal Rusia pada tahun 1890. Ivan Pavlov
menemukan teori anchor dari penelitian seekor anjing. Ivan Pavlov selalu
membunyikan sebuah bel sebelum memberi daging ke anjingnya. Suatu saat, hanya
dengan membunyikan bel, si anjing sudah mengeluarkan liurnya padahal tidak
disodorkan daging sama sekali. Bahkan si anjing sudah keluar demi mendengar langkah
kaki sang eksperimenter. Ivan Pavlov menamai hasil temuannya sebagai 'CONDITIONED
RESPONSE' alias sebuah respons yang sudah terkondisikan terhadap suatu stimulus
(ransang) yang khas. Penemuan ini membentuk sebuah mazhab baru yang dinamakan
'BEHAVIOURISTIC'. Kisah Ivan Pavlov dan anjingnya tidak asing lagi dalam dunia
psikologi, namun teori tersebut sebagai cara untuk menjelaskan fenomena saja tanapa
bisa memanfaatkannya dalam ranah perbaikan manusia. Richard Bandler pernah
menuliskan "Para paikolog punya banyak teori bagus, namun belum tahu
memanfaatkannya bagi kehidupan". Bandler dan Grinder pun menemukan proses anchor
dari teori abstrak dengan menghubungkan kondisi pikiran-perasaan seseorang dengan
sebuah tombol yang diinginkan. 'Anchoring' bentuk dari 'Stimulus-Respons' yang
lebih 'User Friendly'. Stimulus-respons adalah proses alamiah manusia belajar, maka
setiap saat kita mengalami proses ini. Teori dari Tony Buzan, belajar paling
efektif dengan 2 cara:
- Asosiasi (menghubung-hubungkan hal yang baru dipelajari dengan hal-hal yang sudah
dipelajari).
- Imajinasi (menghubung-hubungkan hal yang dikreasikan sendiri)

Anchor adalah tombol pikiran-perasaan. Setelah mengakses sebuah kondisi yang


diinginkan, kemudian meningkatkan intensitas perasaannya, lalu dipasanglah sebuah
tombol yang memungkinkan kondisi tersebut kembali dialami seketika kapanpun
dibutuhkan. Anchor secara otomatis ter-install dalam diri begitu dipasang dengan
benar. Anchor bisa dipasang dengan sengaja dan prosesnya pun sangat mudah. Satu
sisi, bisa dipasang tombol untuk kondisi yang dibutuhkan. Sisi lain, dengan
memahami cara memasang anchor, bisa juga menghilangkan anchor yang terpasang secara
tak sengaja dan memunculkan kondisi negatif seperti rasa takut, ragu-ragu dll.
Teknisnya, Anchor dapat dikatakan representasi internal atau eksternal yang memicu
representasi yang lain, maka stimulus (ransangan) dalam 'anchor' tidak harus yang
sifatnya eksternal (gambar, musik, sentuhan), melainkan ingatan sendiri yang
kemudian memicu ingatan lain. Ada 4 syarat penting untuk menciptakan sebuah
'anchor' dengan sempurna dan efektif, yaitu:

1. Unik.
Ciptakan anchor dengan menggunakan gambar, suara, atau sentuhan yang unik dan tidak
mudah ditiru, seperti bersalaman dengan gaya tertentu atau gelengan dengan ekspresi
khas wajah dll. Untuk diri sendiri bisa dengan memasang sentuhan pada bagian tubuh
yang jarang disentuh, kalaupun terpaksa pada bagian mudah tersentuh, berilah
sentuhan yang khas dengan tekanan tertentu. Ciptakan anchor dengan mudah diulangi
secara nyaman. Memasang anchor pada bagian tubuh yang sulit, tidak akan efektif.
Jadi, semakin unik stimulusnya (ransangan), anchor yang diciptakan semakin kuat dan
tahan lama.

2. Intensitas (keinginan).
Ciptakan intensitas (keinginan) dengan mengaitkan 'Amplify' (perkuat) maka 'anchor'
terpasang dalam kondisi pikiran-perasaan yang paling puncak. Gunakan submodalitas
(pengandaian) agar intensitas semakin tinggi ketika berada dalam kondisi associated
(terhubung), sehingga merasa berada dalam pengalaman tersebut. Dalam konteks
menerapkan ke orang lain, terapkan kepekaan indrawi untuk menandai apakah seseorang
sudah berada dalam kondisi puncak atau brlum.

3. Kemurnian.
Ciptakan kemurnian punya hubungan erat dengan access (memasukkan). Dalam mengakses
kondisi yang ingin dipasangi tombol, pastikan kalau kondisi yang muncul benar-benar
kondisi yang diinginkan. Jangan sampai mengakses sebuah kondisi yang berkaitan
dengan kondisi lain, bahkan saling bertentangan satu sama lain.

4. Presisi (tepat).
Pasang anchor dengan presisi (tepat). Anchor yang dipasang di wilayah abu-abu hanya
akan memicu kondisi yang intensitas lemah dan menurun.

Selain kinestetik, anchor dapat berupa suara ataupun visual. Jika menggunakan
anchor suara, pastikan dengan suara yang khas dan kongruen, misal:
Jika memicu kondisi rileks, pasang anchor dengan pengucapan yang sangat lambat,
berjeda dan terkesan berbisik.
Jika ditambah dengan anchor visual bisa dari ekspresi wajah, senyuman, gerakan
tangan dan gerakan lainnya.
Jika penggunaan dalam kelompok, anchornya berupa jentikan jari.

Ingat! Setelah anchor terpasang segera break state (alihkan kondisi) agar sistem
saraf hanya menghubungkan anchor yang dipasang dengan kondisi pikiran-perasaan yang
diinginkan dan tidak bercampur dengan kondisi pikiran-perasaan yang lain. Cara
break state cukup dengan:
Menanyakan hal yang tidak berhubungan
Mengajak untuk mengamati hal yang ada disekeliling secara detail.
Mengajak bergurau

Apply (gunakan)
Setelah anchor terpasang dengan baik, picu anchor saat kondisinya dibutuhkan. Jika
situasinya belum ketemu, gunakan 'Future Pacing (berpindah ke masa depan/FP).
Future pacing gunanya untuk menciptakan sebuah kondisi yang ingin dialami pada masa
depan di dalam pikiran-perasaan sendiri. Caranya membayangkan diri kita berada
dalam situasi yang diinginkan pada masa depan, lihat apa yang dilihat, dengar apa
yang didengar dan rasakan apa yang dirasakan. Ketika situasinya sudah seperti yang
ingin diubah, piculah 'anchor-nya, dan rasakan perubahan yang terjadi.

� Latihan memasang Anchor hal: 142.

D. WARNING! NEGATIVE ANCHOR


Selain cara ampuh untuk memunculkan kondisi positif, 'anchor' pun bisa juga menjadi
senjata makan tuan jika tidak disadari dan dikendalikan. Bagaimana mengubah
'anchor' negatif yang tercipta secara tidak sengaja menjadi kondisi netral atau
bahkan positif? Bagaimana menciptakan 'anchor' negatif kepada hal yang tidak baik
dan ingin dihindari, misal 'anchor' negatif untuk berhenti merokok dan berhenti
mengkonsumsi narkoba? Akan dipelajari dalam bab khusus.

E. ANCHORING FOR ACCELERATED LEARNING.


Bagaimana menggunakan 'anchor' untuk mempercepat pembelajaran?
Anchoring dan state management adalah seni, sebagaimana semua teknik dalam NLP,
maka:
Kuasai dasar-dasarnya
Terapkan dalam kehidupan nyata
Akan didapati bahwa setiap hal akan dapat digunakan sebagai Anchor

F. DARI STATE KE META STATE


State (kondisi) dan aplikasinya adalah salah satu ilmu kunci perubahan. State
itulah pengatur prilaku dan penyebab penentu hasil. Namun menurut L. Michael Hall
sang penggagas Neuro Semantics, 'state' umumnya adalah 'primary state' alias
kondisi pikiran-perasaan dasar. Ada jenis 'state' lain yang berperan besar
mengendalikan 'state' dasar, yaitu META SATE. Meta itu istilah sesuatu yang berada
diatas, maka META STATE adalah 'sate' yang berada di atas state contoh:
Senang (primary state)-Bangga (meta state)
Malas (primary state)-Malu (meta state)

Menurut L. Michael Hall, untuk merubah 'state' (kondisi) tidak hanya dengan
submodalitas (pengandaian) seperti yang dilakukan 'primary state', bahkan lebih
mudah dengan melakukan 'META SATE'. Sebab 'state' yang diatas mengendalikan 'state'
yang dibawahnya. Dengan pesuposisi, "makna bergantung pada konteks tempat ia
berada", makna dari sebuah 'state' bergantung pada makna dari 'state' yang
diatasnya. Sebab pengubahan 'META STATE' terasa lebih 'halus' daripada mengubah
'primary state'. 'Primary state' hanya simtom semata dan masalah sebenarnya
terletak pada 'META STATE' yang menaunginya. Michael Hall sering mengatakan "people
never be the problem, the frame is problem" (masalah bukan terletak pada orangnya,
melainkan pada kerangka berpikir (META SATE) yang ia gunakan saat itu.

Anda mungkin juga menyukai