Anda di halaman 1dari 106

SPESIFIKASI

KHUSUS

2020
Tahun Anggaran
DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA
PROVINSI JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya Spesifikasi Khusus Dinas PU Bina Marga Provinsi Jawa Timur Tahun
Anggaran 2020 ini dapat terselesaikan dengan baik. Spesifikasi Khusus Tahun 2020 ini disusun
berdasarkan kajian dan reviu terhadap Spesifikasi Umum 2018 Untuk Pekerjaan Konstruksi
Jalan dan Jembatan dari Direktorat Jenderal Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum dan
Spesifikasi Umum 2019 Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur, dengan
melihat akan kebutuhan serta kondisi lapangan saat ini.

Spesifikasi Khusus Tahun 2020 ini mencakup lingkup pekerjaan-pekerjaan dengan


item-item pembayaran dan metode kerja yang belum diakomodasi dalam spesifikasi umum
2018 yang terbaru sehingga diperlukan aturan khusus yang mengatur hal tersebut. Spesifikasi
Khusus ini terdiri dari beberapa 8 (delapan) seksi yaitu Seksi 2.1a Selokan Dan Saluran Air,
SEKSI Skh. 3.1.11 Galian Pelebaran, Seksi Skh. 5.6 Bahu Jalan Diperkeras, Seksi Skh. 5.7
CTB / CTSB Semi Mekanis, Seksi Skh. 6.3a Campuran Beraspal Panas (ATB &AC/L), Seksi
Skh. 6.9 Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Terbuka (CAEBT)/OGEM, Seksi Skh. 6.10
Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat (CAEBR)/DGEM dan SEKSI Skh. 10.10
Pemeliharaan Rutin Perkerasan Jalan Dan Jembatan.

Semoga dengan terbitnya Spesifikasi Khusus 2020 dapat memudahkan para stakeholder
di Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur dalam mempersiapkan kegiatan
pelayanan pengelolaan jalan dan jembatan Tahun Anggaran 2020.

Surabaya, Januari 2020


KEPALA DINAS
PEKERJAAN UMUM BINA MARGA
PROVINSI JAWA TIMUR

IR. GATOT SULISTYONO, MM


NIP. 19600722 199003 1 004

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
SEKSI 2.1a SELOKAN DAN SALURAN AIR
SKh. 2.1a.1 Umum……………………………………………………………… 1
SKh. 2.1a.2 Bahan Dan Jaminan Mutu…………………………………….…… 1
SKh. 2.1a.3 Pelaksanaan………………………………………………………… 1
SKh. 2.1a.4 Pengukuran Dan Pembayaran………….......………………………. 1

SEKSI SKh. 3.1.11 GALIAN PELEBARAN


SKh. 3.1.11.1 Umum……………………………………………………………… 2
SKh. 3.1.11.2 Prosedur Penggalian…………………………….…………………. 4
SKh. 3.1.11.3 Pengukuran Dan Pembayaran……………………………………… 4

SEKSI SKh. 5.6 BAHU JALAN DIPERKERAS


SKh. 5.6.1 Umum……………………………………………………………… 5
SKh. 5.6.2 Bahan……………………………….……………………………… 6
SKh. 5.6.3 Peralatan…………………………………………………………… 6
SKh. 5.6.4 Sambungan (Joint)………………….……………………………… 7
SKh. 5.6.5 Pelaksanaan………………………………………………………… 7
SKh. 5.6.6 Panjang Percobaan…………………………………………………. 8
SKh. 5.6.7 Perlindungan Terhadap Perkerasan………………………………… 8
SKh. 5.6.8 Pembukaan Terhadap Lalu-Lintas…………………………………. 8
SKh. 5.6.9 Toleransi Ketebalan dan Kerataan ………………………………... 8
SKh. 5.6.10 Pengukuran dan Pembayaran……………………………………… 8

SEKSI SKh. 5.7 CTB / CTSB SEMI MEKANIS


SKh. 5.7.1 Umum……………………………………………………………… 11
SKh. 5.7.2 Bahan………………………….…………………………………… 11
SKh. 5.7.3 Campuran dan Takaran……………………………………………. 11
SKh. 5.7.4 Percobaan Lapangan (Field Trials)………………………………… 11
SKh. 5.7.5 Pencampuran dan Pengangkutan…………………….……………. 11
SKh. 5.7.6 Penghamparan Dan Pemadatan…………………………………… 12
SKh. 5.7.7 Pengendalian Mutu………………………………………………… 12
SKh. 5.7.8 Pengukuran Dan Pembayaran…………………………………….. 12

SEKSI SKh. 6.3a CAMPURAN BERASPAL PANAS (ATB &AC/L)


SKh. 6.3a.1 Umum……………………………………………………………… 13
SKh. 6.3a.2 Bahan………………………….…………………………………… 21
SKh. 6.3a.3 Campuran………………………………………………………….. 26
SKh. 6.3a.4 Ketentuan Instalasi Pencampur Aspal…………………………….. 29
SKh. 6.3a.5 Pembuatan Dan Produksi Campuran Beraspal……………………. 36
SKh. 6.3a.6 Penghamparan Campuran…………………………………………. 38
SKh. 6.3a.7 Pengendallan Mutu dan Pemeriksaan di Lapangan……………….. 42
SKh. 6.3a.8 Pengukuran Dan Pembayaran……………………………………… 46

ii
SEKSI SKh. 6.9 CAMPURAN ASPAL EMULSI BERGRADASI TERBUKA
(CAEBT)/OGEM
SKh. 6.9.1 Umum……………………………………………………………… 49
SKh. 6.9.2 Material……………………….…………………………………… 51
SKh. 6.9.3 Campuran………………………………………………………….. 52
SKh. 6.9.4 Persyaratan Instalasi Untuk Pelaksanaan………………………….. 54
SKh. 6.9.5 Produksi Campuran ………………………….……………………. 56
SKh. 6.9.6 Penghamparan Campuran…………………………………………. 56
SKh. 6.9.7 Pengukuran dan Pembayaran……………………………………… 57

SEKSI SKh. 6.10 CAMPURAN ASPAL EMULSI BERGRADASI RAPAT


(CAEBR)/DGEM
SKh. 6.10.1 Umum……………………………………………………………… 59
SKh. 6.10.2 Material……………………….…………………………………… 64
SKh. 6.10.3 Campuran………………………………………………………….. 67
SKh. 6.10.4 Persyaratan Instalasi Untuk Pelaksanaan………………………….. 75
SKh. 6.10.5 Pembuatan dan Produksi Campuran ………………………………. 80
SKh. 6.10.6 Penghamparan Campuran…………………………………………. 81
SKh. 6.10.7 Pengujian dan Pengendalian Mutu di Lapangan………..…………. 84
SKh. 6.10.8 Pengukuran dan Pembayaran……………………………………… 86

SEKSI SKh. 10.10 PEMELIHARAAN RUTIN PERKERASAN JALAN DAN


JEMBATAN
SKh. 10.10.1 Umum……………………………………………………………… 89
SKh. 10.10.2 Pemeliharaan Rutin Perkerasan.…………………………………… 92
SKh. 10.10.3 Pemeliharaan Rutin Bahu Jalan…………………………………….. 94
SKh. 10.10.4 Pemeliharaan Rutin Selokan, Saluran Air, Galian dan Timbunan…. 96
SKh. 10.10.5 Pemeliharaan Rutin Perlengkapan Jalan Lama Yang Ada…………. 96
SKh. 10.10.6 Pemeliharaan Rutin Jembatan……………………………………… 96
SKh. 10.10.7 Pengukuran dan Pembayaran……………………………………… 99

iii
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SPESIFIKASI KHUSUS
SEKSI 2.1a
SELOKAN DAN SALURAN AIR

SKh.2.1a.1 UMUM

Mengacu Spesifikasi Umum 2018 Seksi 2.1.1 Umum

SKh.2.1a.2 BAHAN DAN JAMINAN MUTU

Mengacu Spesifikasi Umum 2018 Seksi 2.1.2. Bahan dan Jaminan Mutu

SKh.2.1a.3 PELAKSANAAN

Mengacu Spesifikasi Umum 2018 Seksi 2.1.3. Pelaksanaan

SKh.2.1a.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran Galian

Mengacu Spesifikasi Umum 2018 Seksi 2.1.4.1). Pengukuran Galian

2) Pengukuran dan Pembayaran Timbunan

Mengacu Spesifikasi Umum 2018 Seksi 2.1.4.2). Pengukuran dan Pembayaran Timbunan

3) Pengukuran dan Pembayaran Pelapisan Saluran

Mengacu Spesifikasi Umum 2018 Seksi 2.1.4.3). Pengukuran dan Pembayaran Pelapisan
Saluran

4) Dasar Pembayaran

Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah yang harus dilakukan untuk Selokan dan
Saluran Air menurut Seksi ini. Semua pekerjaan dan material yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan Selokan dan Saluran Air harus dipandang seluruhnya dibayar
dalam Seksi-seksi lain yang berhubungan dengan pekerjaan atau material yang dimaksud.

1
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SPESIFIKASI KHUSUS
SEKSI SKh. 3.1.11
GALIAN PELEBARAN

SKh.3.1.11.1. UMUM

1) Uraian

a) Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.1). a)

b) Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.1). b)


c) Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.1). c)
d) Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini berlaku
untuk semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan kontrak,
dan pekerjaan galian dapat berupa :

i) Galian biasa

ii) Galian batu lunak

iii) Galian batu

iv) Galian Struktur

v) Galian perkerasan beraspal

vi) Gal;ian perkerasan berbutir

vii) Galian perkerasan beton

viii) Galian untuk pelebaran dan bahu jalan diperkeras

e) Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.1). e)

f) Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.1). f)

g) Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.1). g)

h) Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.1). h)

i) Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.1). i)

j) Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.1). j)

k) Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.1). k)


l) Galian untuk pelebaran dan bahu jalan diperkeras adalah galian khusus
untuk penyiapan formasi pekerjaan pelebaran dan bahu jalan diperkeras
yang meliputi pemotongan tepi perkerasan 20 cm dari tepi perkerasan,
dengan kedalaman sampai 20 cm atau sampai kedalaman tebal total
lapisan campuran beraspal dengan alat pemotong beton (concrete

2
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

cutter), yang mana pemotongan tersebut diperlukan untuk menjaga


kelurusan galian, terbuangnya batu tepi dan menghindari terjadinya
bongkaran yang berlebih atau tercuilnya bagian tepi permukaan lapisan
aspal sebagai akibat akibat penggalian oleh excavator.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.2).

3) Toleransi Dimensi

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.3).

4) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.4).

5) Pengamanan Pekerjaan Galian

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.5).

6) Jadwal Kerja

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.6).

7) Kondisi Tempat Kerja

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.7).

8) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian yang Tidak Memenuhi Ketentuan

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.8).

9) Utilitas Bawah Tanah

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.9).

10) Restribusi untuk Bahan Galian

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.10).

11) Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.11).

12) Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.1.12).

3
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SKh.3.1.11.2. PROSEDUR PENGGALIAN

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.2.

SKh.3.1.11.3. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Galian yang tidak di ukur untuk pembayaran adalah:

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.3.1)

2) Pengukuran Galian untuk Pembayaran

Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 pada Seksi 3.1.3.2)

3) Dasar Pembayaran

Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar


menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di
bawah ini, dimana harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh
untuk seluruh pekerjaan termasuk cofferdam, penyokong, alat pemotong
perkerasan aspal/ beton (concrete cutter), pengaku dan pekerjaan yang
berkaitan, dan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian dan
pembuangan bahan galian sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

3.1.(1) Galian Biasa Meter Kubik

3.1.(2) Galian Batu Lunak Meter Kubik

3.1.(3) Galian Batu Meter Kubik

3.1.(4) Galian Struktur dengan Kedalaman 0 - 2 M Meter Kubik

3.1.(5) Galian Struktur dengan Kedalaman 2 - 4 M Meter Kubik

3.1.(6) Galian Struktur dengan Kedalaman 4 - 6 M Meter Kubik

3.1.(7) Galian Perkerasan Beraspal dengan Cold Meter Kubik


Milling Machine

3.1.(8) Galian Perkerasan Beraspal tanpa Meter Kubik


Cold Milling Machine

3.1.(9) Galian Perkerasan Berbutir Meter Kubik

3.1.(10) Galian Perkerasan Beton Meter Kubik

3.1.(11) Galian Pelebaran dan bahu jalan diperkeras Meter Kubik

4
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SPESIFIKASI KHUSUS
SEKSI SKh. 5.6
BAHU JALAN DIPERKERAS

SKh. 5.6.1 UMUM

1) Uraian
Pekerjaan ini harus terdiri dari pemasokan, pengangkutan, penghamparan, pemadatan,
perawatan dan pe n ye l e s a i a n a kh i r p ad a p e r mu ka a n l ap i s p on d a s i yang
telah disiapkan atau permukaan lainnya yang disetujui, semuanya memenuhi
Spesifikasi ini, dan sesuai dengan garis, kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan
pada Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Mengacu
Spesifikasi Umum Bina Marga Seksi 5.3.1.2)

2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini


Mengacu Spesifikasi Umum Bina Marga Seksi 5.3.1.2)

3) Toleransi Dimensi
a) Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.5.2)
b) Ketentuan yang disyaratkan pada seksi 5.6.9. harus digunakan

4) Standar Rujukan

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.1.(4), Perkerasan Beton
Semen.

5) Pengajuan Kesiapan Kerja

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.1.(5), Perkerasan Beton
Semen

6) Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.1.(6), Perkerasan Beton
Semen

7) Perbaikan Bahu Jalan diperkeras Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.1.(7), Perkerasan Beton
Semen

8) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian

Khusus pengujian dengan pengambailan benda uji inti (core drill) maka harus
digunakan mata bor dengan diameter maksimal 7 cm, dan pengembalian penutupan
lubang dilakukan dengan beton sika, semua biaya yang dikeluarkan untuk pengujian
dan pengembalian sudah termasuk dalam harga satuan.

9) Pengendalian Lalu Lintas

5
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

a) Pengendalian Lalu Lintas harus sesuai dengan ketentuan Seksi 1.8


Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas.
b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas semua akibat yang ditimbulkan
oleh lalu lintas yang melewati bahu jalan yang baru selesai dikerjakan dan
bila perlu Penyedia Jasa dapat melarang lalu lintas yang demikian ini dengan
menyediakan jalan alih (detour) atau pelaksanaan setengah badan jalan.

10) Pemasokan Campuran Beton Siap Pakai (Ready Mix)

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.1.(9), Perkerasan Beton
Semen

SKh. 5.6.2. BAHAN

Ketentuan bahan yang disyaratkan dalam Divisi 5.3.2 dan Divisi 7.1 berlaku untuk
Seksi ini, kecuali pada beberapa seksi berikut :
1. Seksi 5.3.2.6). Baja Tulangan
Pada pekerjaan bahu jalan diperkeras dengan beton tidak menggunkan
pembesian untuk muai dan susut, juga pada sambungan tidak menggunakan
Dowel dan Tie bars
2. Seksi 5.3.2.11) c). Kekuatan beton
Kekuatan beton digunakan Beton Karakteristik Mutu Fc 20 (K-250)
3. Seksi 5.3.2.11) d). Konsistensi beton
Konsisitensi beton yang digunakan adalah dengan menggunakan slump 75-150
mm, karena dilaksanakan dengan cara semi mekanis/ manual/ menggunakan
acuan tetap (bekisting)

SKh. 5.6.3. PERALATAN

1) Umum

Pencampuran dapat menggunakan unit pencampur (batching plant) apabila lokasinya tidak
berjarak jauh dari tempat penghamparan, apabila tidak memungkinkan dapat menggunkan beton
molen namun perlu penakaran dengan system penimbangan bahan bukan dengan takaran volume

2) Penghampar

Menggunakan penghampar semi mekanis dengan bantuan Bekisting dari rangka baja sebagai
dudukan alat, agar diperoleh tingkat kerataan permukaan yang memenuhi persyaratan dalam
spesifikasi ini.
3) Kendaraan Pengangkut

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.3.3)

4) Pencampuran Beton

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.3.4)

5) Alat penggetar (Vibrator)

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.3.5)

6
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

6) Gergaji beton (concrete cutter)

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.3.6)

7) Acuan (Bekisting)

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.3.7)

SKh. 5.6.4. SAMBUNGAN (JOINT)

Sambungan dibuat untuk menghindari terjadinya retak akibat muai-susut beton, oleh karenanya
sambungan dilakukan dengan pemotongan arah melintang sejak 8-12 jam setelah penghamparan
dengan kedalaman sambungan kurang lebih 1/3 tebal pelat dengan jarak 4 - 5 meter. Atau pada
saat pelaksanaan penghamparan sudah disiapkan multiplex sesuai dimensi dan jarak tersebut.
Segera diisi bahan sambungan (joint sealer) setelah digergaji atau lubang yang telah disiapkan
untuk mengantisipasi masuknya air hujan.

SKh. 5.6.5. PELAKSANAAN

1) Umum

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.5.1)

2) Acuan dan alat pengendali elevasi

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.5.2)

3) Pengecoran Beton

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.5.3)

4) Penyelesaian dengan tangan

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.5.6)

5) Penyetrika (floating)

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.5.7)

6) Memperbaiki Permukaan

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.5.8)

7) Penyelesaian Permukaan (Grooving)

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.5.10)

8) Survey Elevasi permukaan

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.5.11)

7
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

9) Menguji Permukaan

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.5.12)

10) Perawatan (curing)

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.5.13)

11) Membongkar Acuan (Bekisting)

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.5.14)

SKh. 5.6.6. PANJANG PERCOBAAN

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.6.

SKh. 5.6.7. PERLINDUNGAN TERHADAP PERKERASAN

Mengacu Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Pasal 5.3.7.

SKh. 5.6.8. PEMBUKAAN TERHADAP LALU-LINTAS

Lalu-lintas dibuka setalah benda uji dicetak dan dirawat sudah mencapai minimal 90 % kuat tekan
rencana.

SKh. 5.6.9. TOLERANSI KETEBALAN DAN KERATAAN


Tebal bahu jalan diperkeras aktual umumnya akan ditentukan dengan perbedaan
elevasi hasil survei sebelum dan sesudah beton semen dicor. Bilamana setiap
lokasi yang tebal betonnya berbeda dengan yang dihitung dari dua kali survei
elevasi, Direksi pekerjaan dapat meminta pengambilan benda uji inti untuk
menetapkan tebal beton aktual pada lokasi tersebut. Bilamana pengambilan
benda uji inti ini diperlukan, tebal bahu jalan diperkeras pada lokasi ini
ditentukan dari hasil rata-rata pengukuran dengan jangka sorong (sigmat) terhadap
benda uji inti yang diambil sesuai dengan SNI 03-6969-2003.

Lokasi yang kurang sempurna dengan kekurangan tebal yang lebih dari 25 mm
akan dievaluasi oleh Direksi Pekerjaan, dan jika keputusannya terhadap lokasi
yang kurang sempurna ini memerlukan pembongkaran, maka perkerasan tersebut
harus dibongkar dan diganti dengan beton yang tebalnya sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam Gambar.

SKh. 5.6.10. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Cara Pengukuran
Ketentuan yang disyaratkan dalam Divisi 5.3 Divisi 7.1 berlaku pada Seksi ini.

2) Pengukuran Untuk Pekerjaan Yang Diperbaiki


Pengukuran tebal dan kuat tekan dilakukan setiap produksi beton maksimal 30 m3 dengan
menggunakan benda uji yang dibuat saat pelaksanaan atau dilakukan dengan pengambilan
benda uji inti (core), sehingga tebal rata-rata dan kuat tekan rata-rata yang mewakili harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
8
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

a) Ketebalan Kurang

Ketentuan yang disyaratkan dalam Divisi 7 berlaku pada Seksi ini dimana
pengukuran pengurangan untuk pekerjaan yang tidak memenuhi pada bahu
jalan diperkeras harus dilakukan sesuai dengan berikut ini:
Bilamana tebal rata-rata bahu jalan diperkeras kurang dari 10 mm, tetapi tidak
lebih dari 25 mm, suatu pemotongan akan dilakukan, ditentukan sebagai produksi
dari kuantitas rancangan bahu jalan diperkeras ini, pengurangan kuantitas sesuai
dengan pengukuran aktual di lapangan dan pengurangan harga satuan dilakukan
dengan Tabel berikut ini:

Tabel 5.6.5.(2a) Kekurangan Tebal Bahu Jalan di Perkeras

Kekurangan Tebal rata-rata Pengurangan


ditentukan dengan benda uji (persen Harga Satuan)
inti atau survey elevasi dalam
lot tersebut
0 to 9 mm 0 persen
10 to 15 mm 20 persen
16 to 20 mm 28 persen
21 to 25 mm 32 persen
>25 mm dibongkar maupun ditinggal tanpa
pembayaran

Bilamana kekurangan tebal perkerasan lebih dari 25 mm dan ditetapkan oleh


Direksi Pekerjaan bahwa lokasi yang kurang sempurna tersebut tidak perlu
dibongkar dan diganti, maka tidak ada pembayaran untuk lokasi yang ditinggal.
Tidak ada pembayaran tambahan yang dilakukan atau tambahan kuantitas yang
diukur untuk setiap tebal perkerasan yang melampaui tebal yang ditunjukkan
dalam Gambar.

b) Kekuatan Kurang

Jika kuat tekan rata-rata bahu jalan diperkeras dalam 28 hari tidak tercapai, tetapi
semua aspek lainnya memenuhi spesifikasi, Direksi Pekerjaan dapat, menurut
pendapatnya menerima bahu jalan diperkeras tersebut dengan penyesuaian
berikut:
Tabel 5.6.5.(2b) Kekurangan Kuat Tekan Bahu Jalan di Perkeras

Hasil kuat tekan rata-rata Pengurangan


(Kg/cm3) (persen Harga Satuan)

246 - 250 0 persen


241 - 245 4 persen
236 - 240 8 persen
231 - 235 12 persen
226 - 230 16 persen
< 225 dibongkar maupun ditinggal tanpa
pembayaran

9
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

3) Dasar Pembayaran

Kuantitas bahu jalan diperkeras dengan mutu beton Fc’ 20 (K-250), yang diterimaditentukan
sebagaimana disyaratkan diatas akan dibayar dengan harga kontrak per meter kubik di mana
harga dan pembayaran tersebut merupakankompensasi penuh untuk pengadaan dan
pengecoran semua bahan, termasuk,tidak dibatasi, beton semen portland, acuan ,bahan
sambungan (joint Sealer) , Pengggaruan (Grooving), Penggergajian beton untuk dilatasi atau
penyiapan sekat multipleks dan lembar membrane, panjang percobaan yang dilakukan di
luar/didalam lokasi kegiatan, perawatan, pengambilan benda uji inti untuk penyesuaian harga
akibat tebal yang kurang, dan semua bahan, pekerja, peralatan dan keperluan lainnya untuk
menyelesaikan pekerjaan sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran

SKh.5.6.(1) Beton Fc’ 20 (K-250) untuk bahu jalan diperkeras Meter kubik

10
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SPESIFIKASI KHUSUS
SEKSI SKh 5.7
CTB / CTSB SEMI MEKANIS

SKh. 5.7.1. UMUM


Mengacu pada Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Seksi 5.5.1

SKh. 5.7.2. BAHAN


Mengacu pada Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Seksi 5.5.2

SKh. 5.7.3. CAMPURAN DAN TAKARAN


Mengacu pada Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Seksi 5.5.3, kecuali pada
persyaratan kuat tekan (unconfine compressive strength) dari Lapis Pondasi Agregat Semen
Kelas A (CTB) dan Kelas B (CTSB) dalam umur 7 hari masing-masing minimal 78 kg/cm2
dan 55 kg/cm2.

SKh. 5.7.4. PERCOBAAN LAPANGAN (FIELD TRIALS)


Mengacu pada Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Seksi 5.5.4

SKh. 5.7.5. PENCAMPURAN DAN PENGANGKUTAN

1) Pencampuran di tempat (mix in place)


Mengacu pada Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Seksi 5.5.5.1)

2) Pencampuran di Instalasi terpusat (Central plant)


Mengacu pada Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Seksi 5.5.5.2)

3) Pencampuran di base camp dekat dengan lokasi penghamaparan


Apabila jarak antara mesin pusat pencampur jauh dari lokasi penghamparan, dan
tidak tersedia alat pencampur dan penghampar full mekanis sesuai seksi 5.5.5.1),
maka dibawah pengawasan Pengawas pekerjaan penyedia dapat melaksnakan
pencampuran di suatu tempat tertentu yang lokasinya dekat dengan lokasi
penghamparan dan telah disepakati bersama, maka pencampuran dapat
dilaksnakan dengan menggunakan excavator dan untuk penghamparan dapat
dilaksnakan dengan menggunakan Grader.

11
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SKh. 5.7.6. PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN

1) Persiapan Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base)


Mengacu pada Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Seksi 5.5.6.1)

2) Penghamparan Lapis Pondasi Agregat Semen

Penghamparan lapis pondasi semen dapat dilakukan dengan cara mekanis (alat
high density screed paver dengan dual tamping rammer) maupun semi mekanis
(Grader) dalam pengawasan Pengawas Pekerjaan.

3) Pemadatan

Mengacu pada Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Seksi 5.5.6.3)

4) Perawatan (Curing)

Mengacu pada Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Seksi 5.5.6.3)

SKh. 5.7.7. PENGENDALlAN MUTU


Mengacu pada Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Seksi 5.5.7

SKh. 5.7.8. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Mengacu pada Spesifikasi Umum Dirjen Bina Marga 2018 Seksi 5.5.8

12
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SPESIFIKASI KHUSUS
SEKSI 6.3a
CAMPURAN BERASPAL PANAS (ATB &AC/L)

SKh. 6.3a.1 UMUM

1) Uraian

Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata
(levelling), lapis pondasi (ATB), lapis permukaan (AC), campuran beraspal panas
yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat
instalasi pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di
atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi
ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi ini untuk menjamin bahwa asumsi
rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal efektif minimum, rongga udara,
stabilitas, kelenturan, ketebalan film aspal benar-benar terpenuhi dan keawetan
sesuai dengan lalu-lintas rencana.

2) Jenis Campuran Beraspal

Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada Gambar.

a) Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet, SS) dan Lapis tipis Campuran Aspal
Abu-batu (Stone Sheet/STS)

Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang selanjutnya disebut SS, terdiri dari
dua jenis campuran, SS-A dan SS -B. Pemilihan SS-A dan SS-B tergantung
pada tebal nominal minimum.
Lapis tipis Campuran Aspal Abu-batu yang selanjutnya disebut (Stone
Sheet/STS), dan Lapis tipis Campuran Aspal abu batu dan batu pecah
semi-kasar yang selanjutnya disebut (Stone sheet Kasar/STK). Campuran
jenis ini ditujukan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin perkerasan jalan,
tambal lubang, dan pelapisan ulang pada struktur yang mantap namun
tingkat kerataan permukaan perlu pembenahan. Pemilihan SS (Sand Sheet),
STS (Stone Sheet), dan STK (Stone sheet Kasar) terutama tergantung pada
gradasi pasir dan abu batu yang digunakan.
Campuran-campuran tersebut di atas biasanya memerlukan penambahan
filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan.

b) Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet, HRS)

Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri
dari dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS-B) dan HRS Lapis
Permukaan (HRS A) dan ukuran maksimum agregat masing- masing
campuran adalah 19 mm. HRS-B mempunyai proporsi fraksi agregat kasar
lebih besar daripada HRS-A.

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan,pada HRS A maka campuran

13
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

harus dirancang sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam


Spesifikasi. Dua kunci utama adalah :

i) Gradasi yang benar-benar senjang.


Agar diperoleh gradasi yang benar benar senjang, maka selalu
dilakukan pencampuran pasir halus dengan agregat pecah mesin.

ii) Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus
memenuhi ketentuan yang ditunjukkan dalam Spesifikasi ini.

Apabila porsi agregat medium dengan ukuran butir maksimum 10 mm


diperbesar maka akan diperoleh campuran HRS bergradasi semi senjang
dengan menambah nilai stabilitas, yang selanjutnya disebut sebagai HRS-B.

c) Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete/ AC) Permukaan dan Lapis Aspal
Beton Pondasi (Asphalt Treated Base/ ATB)
i. Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete/ AC) Permukaan

AC (Asphalt Concrete) / Laston (Lapis Aspal Beton) Permukaan, yang


selanjutnya disebut AC (Laston), digunakan untuk jalan-jalan dengan
lalu lintas berat, tanjakan, pertemuan jalan dan daerah-daerah lainya
dimana permukaan menanggung beban roda yang berat.
ii. Lapis Aspal Beton Pondasi (Asphalt Treated Base/ ATB)

ATB (Asphalt Treated Base) / Laton Pondasi (Lapis Aspal Beton


Pondasi), yang selanjutnya disebut ATB (Laston Pondasi), adalah
khusus diformulasikan untuk meningkatkan keawetan dan ketahanan
kelelehan. Penting diketahui bahwa setiap penyimpangan dari
Spesifikasi ini, khususnya pengurangan dalam kadar bitumen,
memungkinkan tidak berlakunya rancangan perkerasan proyek dan
memerlukan pelapisan ulang yang lebih tebal.

3) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini.


a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8
b) Kajian Teknis Lapangan : Seksi 1.9
c) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
d) Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.19
f) Bahu Jalan : Seksi 4.2
g) Perkerasan Berbutir : Seksi 5
h) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1
i) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1
j) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, : Seksi 10.1
Drainase Perlengkapan Jalan dan Jembatan

4) Tebal Lapisan dan Toleransi

a) Tebal setiap lapisan campuran beraspal bukan perata harus diperiksa dengan
benda uji "inti" (core) perkerasan yang diambil oleh Penyedia Jasa sesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan. Benda uji inti (core) harus diambil paling
sedikit 1 buah setiap jarak 25 meter tiap lajur sesuai dengan pengukuran
14
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

awal (stacking out) dengan jarak dari tepi perkerasan atau as jalan
(centerline) minimal 50 cm. Kecuali pada pekerjaan tambal sulam tidak
diperlukan pengambilan benda uji “inti” (core) untuk pengukuran dan
pembayaran.

b) Segmen adalah panjang hamparan yang dilapis dalam satu hari produksi
AMP.

c) Tebal aktual hamparan lapis beraspal di setiap segmen, didefinisikan sebagai


tebal rata-rata yang memenuhi syarat toleransi yang ditunjukkan pada Pasal
6.3.1.(4).(g) dari semua benda uji inti yang diambil dari segmen tersebut.

d) Tebal setiap titik dari masing-masing jenis campuran beraspal bukan perata
tidak boleh kurang dari tebal rancangan seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar dengan toleransi masing-masing jenis campuran yang disyaratkan
dalam Pasal 6.3.1.(4).(g) Bilamana tebal lapisan beraspal dalam suatu
segmen terdapat benda uji inti yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana yang disebutkan diatas maka sub- segmen yang tidak
memenuhi syarat harus dibongkar atau dilapis kembali dengan tebal nominal
minimum yang dipersyaratkan dalam Tabel 6.3.1.(1) dan harus memenuhi
ketentuan kerataan yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(1).(c).

e) Semua lapisan di atas lapis perkerasan lama (existing), dan di atas lapis
pondasi atas (CTB atau agregat Klas A) disebut sebagai lapis perata
(Levelling).

f) Tebal aktual hamparan campuran beraspal perata harus sama dengan atau
dalam rentang tebal yang ditunjukkan dalam Gambar.

g) Toleransi tebal untuk tiap titik pada lapisan campuran beraspal :


 Latasir Kelas A (SS-A) tidak lebih dari ± 2,0 mm,
 Latasir Kelas B (SS-B) tidak lebih dari ± 2,0 mm,
 Lapis Tipis Abu Batu (STS) tidak lebih dari ± 2,0 mm,
 Lapis Tipis Abu Batu Kasar (STK) tidak lebih dari ± 2,0 mm,
 Lataston Lapis Permukaan (HRS-A) tidak lebih dari ± 3,0 mm
 Lataston Lapis Pondasi (HRS-B) tidak lebih dari ± 3,0 mm
 Laston Lapis Permukaan (AC) tidak lebih dari ± 5,0 mm
 Laston Lapis Pondasi (ATB) tidak lebih dari ± 5,0 mm

Tabel 6.3.1.(1) Tebal Nominal Minimum Campuran Beraspal

Tebal Nominal
Jenis Campuran Simbol Minimum (cm)
Latasir Kelas A SS-A 1,5
Latasir Kelas B SS-B 2,0
Lap. Tipis Abu Batu STS 1,5
Lap. Tipis Abu Batu Kasar STK 2,0
Lataston Lapis Permukaan HRS-A 3,0

15
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Lapis Pondasi HRS-B 3,5


Laston Lapis Permukaan AC 4,0
Lapis Pondasi ATB 5,0

h) Untuk semua jenis campuran, berat aktual campuran beraspal yang


dihampar harus dipantau dengan menimbang setiap muatan truk yang
meninggalkan pusat instalasi pencampur aspal. Untuk setiap ruas pekerjaan
yang diukur untuk pembayaran, bilamana berat aktual bahan terhampar yang
dihitung dari timbangan adalah kurang ataupun lebih lima persen dari berat
yang dihitung dari ketebalan rata-rata benda uji inti (core), maka Direksi
Pekerjaan harus mengambil tindakan untuk menyelidiki sebab
terjadinya selisih berat ini sebelum menyetujui pembayaran bahan yang
telah dihampar. Investigasi oleh Direksi Pekerjaan dapat meliputi, tetapi
tidak terbatas pada hal-hal berikut ini :

i) Memerintahkan Penyedia Jasa untuk lebih sering mengambil atau


lebih banyak mengambil atau mencari lokasi lain benda uji inti
(core);
ii) Memeriksa peneraan dan ketepatan timbangan serta peralatan dan
prosedur pengujian di laboratorium
iii) Memperoleh hasil pengujian laboratorium yang independen dan
pemeriksaan kepadatan campuran beraspal yang dicapai di
lapangan.
iv) Menetapkan suatu sistem perhitungan dan pencatatan truk secara
terinci.

Biaya untuk setiap penambahan atau meningkatnya frekwensi pengambilan


benda uji inti (core), untuk survei geometrik tambahan ataupun pengujian
laboratorium, untuk pencatatan muatan truk, ataupun tindakan lainnya yang
dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk mencari penyebab
dilampauinya toleransi berat harus ditanggung oleh Penyedia Jasa sendiri.

i) Perbedaan kerataan permukaan lapisan permukaan (HRS dan AC) yang


telah selesai dikerjakan, harus memenuhi berikut ini :

i) Kerataan Melintang

Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan


tepat di atas permukaan jalan tidak boleh melampaui 5 mm untuk
lapis permukaan atau 10 mm untuk lapis pondasi. Perbedaan setiap
dua titik pada setiap penampang melintang tidak boleh melampaui 5
mm dari elevasi yang dihitung dari penampang melintang yang
ditunjukkan dalam Gambar.

ii) Kerataan Memanjang

Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan Roll Profilometer


tidak boleh melampaui 5 mm.

j) Dalam hal pekerjaan diperlukan perbaikan bentuk yang meliputi pertemuan/


sambungan perkerasan lama dengan perkerasan baru, tikungan (super
elevasi), kemiringan perkerasan jalan (crown) dan lain-lain atas persetujuan
16
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Direksi Pekerjaan, dapat dibayar sesuai volume terpasang.

2) Standar Rujukan

StandarNasional Indonesia :

SNI 06-2440-1991 : Metoda Pengujian Kehilangan berat Minyak dan Aspal


dengan Cara A
SNI 03-3426-1994 : Survai Kerataan Permukaan Perkerasan Jalan Dengan
Alat Ukur NAASRA
SNI 03-3640-1994 : Metode Pengujian Kadar Aspal Dengan Cara Ekstraksi
Menggunakan Alat Soklet
SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung Dan Butir-
Butir Mudah Pecah Dalam Agregat
SNI 03-4428-1997 : Metode Pengujian Agregat Halus Atau Pasir Yang
Mengandung Bahan Plastis Dengan Cara Setara Pasir
SNI 06-6399-2000 : Tata Cara Pengambilan Contoh Aspal
SNI 03-6441-2000 : Metode Pengujian Viskositas Aspal Minyak dengan
Alat Brookfield Termosel
SNI 03-6723-2002 : Spesifikasi Bahan Pengisi untuk Campuran Beraspal.
SNI 03-6757-2002 : Metode Pengujian Berat Jenis Nyata Campuran
Beraspal dipadatkan Menggunakan Benda Uji
Kering Permukaan Jenuh
SNI 03-6819-2002 : Spesifikasi Agregat Halus Untuk Campuran Perkerasan
Beraspal
SNI 03-6835-2002 : Metode Pengujian Pengaruh Panas dan Udara terhadap
Lapisan Tipis Aspal yang Diputar
SNI 03-6877-2002 : Metode Pengujian Kadar Rongga Agregat Halus yang
tidak dipadatkan
SNI 03-6893-2002 : Metode Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran
Beraspal
SNI 03-6894-2002 : Metode Pengujian Kadar Aspal Dan Campuran
Beraspal Cara Sentrifius
SNI 04-7182-2006 : Metode Uji Standar untuk Bilangan Asam
SNI 1969 : 2008 : Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar
SNI 1970 : 2008 : Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus
SNI 2417 : 2008 : Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los
Angeles
SNI 2490 : 2008 : Cara Uji Kadar Air dalam Produk Minyak Bumi dan
Bahan mengandung Aspal dengan Cara Penyulingan
SNI 3407 : 2008 : Cara Uji Sifat Kekekalan Bentuk batu dengan

17
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

menggunakan Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium


Sulfat.
SNI 3423 : 2008 : Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah
SNI 2432:2011 : Cara Uji Daktilitas Aspal
SNI 2433:2011 : Cara Uji Titik Nyala dan Titik Bakar dengan alat
Cleveland Open Cup
SNI 2434:2011 : Cara Uji Titik Lembek Aspal dengan Alat Cincin dan
Bola (Ring and Ball)
SNI 2439:2011 : Cara Uji Penyelimutan dan Pengelupasan pada
Campuran Agregat-Aspal
SNI 2441 : 2011 : Cara Uji Berat Jenis Aspal Padat
SNI 2456 : 2011 : Cara Uji Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen
SNI ASTM C117 : 2012 : Metode Uji Bahan Yang lebih Halus dari Saringan 75
µm (No.200) dalam Agregat Mineral dengan Pencucian
SNI ASTM C136 : 2012 : Cara Uji untuk Analisis Saringan Agregat Halus dan
Agregat Kasar
SNI 6721 : 2012 : Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan Aspal
Emulsi dengan Alat Saybolt Furol
SNI 6753 : 2008 : Cara Uji Ketahanan Campuran Beraspal Panas
Terhadap Kerusakan Akibat Perendaman.
SNI 7619 : 2012 : Metode Uji Penentuan Persentase Butir Pecah pada
Agregat Kasar.
AASHTO :

AASHTO T96-02 (2006) : Resistance to Degradation of Small-Size Coarse


Aggregate by Abrasion and Impact in the
Los Angeles Machine.
AASHTO T195-67 (2007) : Standard Method of Test for Determining Degree of
Particle Coating of Bituminous-Aggregate Mixtures
AASHTO T283-07 : Resistance of Compacted Bituminous Mixture to
Moisture Induced Damaged

AASHTO T301-99 (2003) : Elastic Recovery Test of Bituminous Materials By


Means of a Ductilometer
ASTM :
ASTM D2042-01 : Standard Test Method for Solubility of Asphalt
Materials in Trichloroethylene.
ASTM D2073-07 : Standard Test Methods for Total, Primary, Secondary,
and Tertiary Amine Values of Fatty Amines by
Alternative Indivator Method
ASTM D3625 (2005) : Standard Practice for Effect of Water on Bituminous-
18
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Coated Aggregate Using Boiling Water


ASTM D4791-99 : Standard Test Method for Flat or Elongated Particles
in Coarse Aggregate
ASTM D5581-07a : Test Method for Resistance to Plastic Flow of
Bituminous Mixture using Marshall Apparatus
(6 inch-diameter Specimen).
ASTM D6927-06 : Standard Test Methods for Marshall Stability and
Flow of Bituminous Mixtures
Lainnya :
BS 598 Part 104 (1989) : The Compaction Procedure Used in the Percentage
Refusal Density Test.

3) Pengajuan Kesiapan Kerja

Sebelum dan selama pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi
Pekerjaan :

a) Contoh dari seluruh bahan yang disetujui untuk digunakan, yang disimpan
oleh Direksi Pekerjaan selama periode Kontrak untuk keperluan rujukan;

b) Setiap bahan aspal yang diusulkan Penyedia Jasa untuk digunakan, berikut
keterangan asal sumbernya bersama dengan data pengujian sifat-sifatnya,
baik sebelum maupun sesudah Pengujian Penuaan Aspal (RTFOT sesuai
dengan SNI 03-6835-2002 atau TFOT sesuai dengan SNI 06-2440-1991)
meliputi :

i. Penetrasi pada 25oC

ii. Berat yang hilang

iii. Kekentalan pada 60oC

iv. Daktilitas pada 25oC

c) Laporan tertulis yang menjelaskan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh


bahan, seperti disyaratkan dalam Pasal 6.3.2;

d) Laporan tertulis setiap pemasokan aspal beserta sifat-sifat bahan seperti


yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.2.(6);

e) Hasil pemeriksaan peralatan laboratorium dan pelaksanaan.

f) Rumusan campuran kerja (Job Mix Formula, JMF) dan data pengujian yang
mendukungnya; seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.3, dalam bentuk
laporan tertulis;

g) Pengukuran pengujian permukaan seperti disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(1)


dalam bentuk laporan tertulis;

h) Laporan tertulis mengenai kepadatan dari campuran yang dihampar, seperti


yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(2);

19
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

i) Data pengujian laboratorium dan lapangan seperti yang disyaratkan dalam


Pasal 6.3.7.(4) untuk pengendalian harian terhadap takaran campuran dan
mutu campuran, dalam bentuk laporan tertulis;

j) Catatan harian dari seluruh muatan truk yang ditimbang di alat penimbang,
seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(5);

k) Catatan tertulis mengenai pengukuran tebal lapisan dan dimensi perkerasan


seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.8.

4) Kondisi Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja

Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan keadaan kering
dan diperkirakan tidak akan turun hujan.

5) Perbaikan Pada Campuran beraspal Yang Tidak Memenuhi Ketentuan

Bilamana persyaratan kerataan hasil hamparan tidak terpenuhi atau bilamana benda
uji inti dari lapisan beraspal dalam satu sub-segmen tidak memenuhi persyaratan
tebal atau kepadatan sebagaimana ditetapkan dalam spesifikasi ini, maka panjang
yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar atau dilapis kembali dengan tebal
lapisan nominal minimum yang di syaratkan dalam Tabel 6.3.1.(1) dengan jenis
campuran yang sama dan harus memenuhi ketentuan kerataan yang disyaratkan
dalam Pasal 6.3.7.(1).(c). Panjang yang tidak memenuhi syarat ditentukan dengan
benda uji tambahan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan selebar
satu hamparan.

Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk
pembayaran haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat
diterima. Tidak ada waktu dan atau pembayaran tambahan yang akan dilakukan
untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.

6) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian

Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau lainnya
harus segera ditutup kembali dengan bahan campuran beraspal oleh Penyedia Jasa
dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi
yang diperkenankan dalam Seksi ini.

7) Lapisan Perata

Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, maka setiap jenis campuran dapat digunakan
sebagai lapisan perata. Semua ketentuan dari Spesifikasi ini harus berlaku kecuali :

Bahan harus disebut HRS-A (L), HRS-B (L), AC (L) atau ATB (L) dsb.

20
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SKh. 6.3a.2 BAHAN

1) Agregat Umum

a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran beraspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumusan
campuran kerja (lihat Pasal 6.3.3), memenuhi semua ketentuan yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1), tergantung campuran mana yang
dipilih.

b) Batu belah / boulder yang akan diproses masuk mesin pemecah batu harus
lebih besar dari 3 inci (7,5 cm).

c) Agregat yang digunakan harus terdiri dari batu pecah yang dihasilkan dari
mesin pemecah batu yang dilengkapi dengan alat pencuci mekanis
(pemasangan penggetar/feeder).

d) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh


Direksi Pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam
Seksi 1.11 dari Spesifikasi ini.

e) Agregat kasar dan agregat halus tidak diperkenankan menggunakan hasil


olahan dari batu putih (batu kapur).

f) Sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus sudah menumpuk setiap


fraksi agregat pecah dan pasir untuk campuran beraspal, paling sedikit untuk
kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan harus
dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan campuran beraspal satu bulan
berikutnya.

g) Dalam pemilihan sumber agregat, Penyedia Jasa dianggap sudah


memperhitungkan penyerapan aspal oleh agregat. Variasi kadar aspal akibat
tingkat penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat diterima sebagai alasan
untuk negosiasi kembali harga satuan dari Campuran beraspal.

h) Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %.

i) Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus (bukan pasir) tidak
boleh berbeda lebih dari 0,2.

2) Agregat Kasar

a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan ayakan
No.4 (4,75 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, awet
dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan
memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 6.3.2.(1a).

b) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan seperti
ditunjukan pada Tabel 6.3.2.(1b).

c) Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam


Tabel 6.3.2.(1a). Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen
terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang
21
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

pecah satu atau lebih berdasarkan uji menurut SNI 7619 : 2012 dalam
Lampiran 6.3.C.

d) Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.

e) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi
pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold
bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat
dikendalikan dengan baik.

Tabel 6.3.2.(1a) Ketentuan Agregat Kasar

Pengujian Standar Nilai


Kekekalan bentuk natrium sulfat Maks.12 %
SNI 3407:2008
agregat terhadap larutan magnesium sulfat Maks.18 %
100 putaran Maks. 6%
Campuran AC
Abrasi Modifikasi 500 putaran Maks. 30 % **)
dengan SNI 2417:2008
Semua jenis 100 putaran Maks. 8%
mesin Los
campuran aspal
Angeles1) 500 putaran Maks. 30 % **)
bergradasi lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min. 95 %
Butir Pecah pada Agregat Kasar SNI 7619:2012 95/90 *)

ASTM D4791
Partikel Pipih dan Lonjong Maks. 10 %
Perbandingan 1 : 5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %
Catatan :
*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90%
agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
**) Nilai abrasi adalah nilai maksimal dari masing-masing butir agregat, bukan dari gabungan antar agregat.

Tabel 6.3.2.(1b) Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin untuk Campuran Aspal
Ukuran nominal agregat kasar penampung dingin (cold
bin) minimum yang diperlukan (mm)
Jenis Campuran
5 - 10 10 - 14 14 - 22 22 - 30
Lataston Lapis Permukaan Ya Ya
Lataston Lapis Pondasi Ya Ya
Laston Lapis Permukaan Ya Ya
Laston Lapis Pondasi Ya Ya Ya Ya

3) Agregat Halus
a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.4 (4,75
mm).

22
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

b) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
c) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin
(cold bin feeds) yang terpisah sehingga gradasi gabungan dan presentase
pasir didalam campuran dapat dikendalikan dengan baik.

d) Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang
tidak melampaui 10 % terhadap berat total campuran.

e) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus
diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal 6.3.2.(1).
Untuk memperoleh agregat halus yang memenuhi ketentuan diatas :
i) bahan baku untuk agregat halus dicuci terlebih dahulu secara
mekanis sebelum dimasukkan kedalam mesin pemecah batu.
ii) digunakan scalping screen dengan proses berikut ini :
- fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu
tahap pertama (primary crusher) tidak boleh langsung
digunakan.
- agregat yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama
(primary crusher) harus dipisahkan dengan vibro scalping
screen yang dipasang di antara primary crusher dan secondary
crusher.
- material tertahan vibro scalping screen akan dipecah oleh
secondary crusher, hasil pengayakannya dapat digunakan
sebagai agregat halus.
- material lolos vibro scalping screen hanya boleh digunakan
sebagai komponen material Lapis Pondasi Agregat.

f) Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada


Tabel 6.3.2.(2).

Tabel 6.3.2.(2) Ketentuan Agregat Halus


Pengujian Standar Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 60%
Angularitas dengan Uji Kadar Rongga SNI 03-6877-2002 Min. 45
Gumpalan Lempung dan Butir-butir
SNI 03-4141-1996 Maks 1%
Mudah Pecah dalam Agregat
Agregat Lolos Ayakan No.200 SNI ASTM C117: 2012 Maks. 10%

4) Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Beraspal

a) Bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) terdiri atas debu batu kapur
(limestone dust, Calcium Carbonate, CaCO3), atau debu kapur padam yang
sesuai dengan AASHTO M303-89 (2006), semen atau mineral yang berasal
dari Asbuton yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Jika
digunakan Aspal Modifikasi dari jenis Asbuton yang diproses maka bahan
pengisi yang ditambahkan (filler added) sudah memperhitungkan kadar filler
yang terkandung dalam Asbuton tersebut.

b) Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-
gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI ASTM C136: 2012
harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak
kurang dari 75 % terhadap beratnya kecuali untuk mineral Asbuton. Mineral
23
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Asbuton harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.100 (150 micron)
tidak kurang dari 95% terhadap beratnya.

c) Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, tidak digunakan


sebagai bahan pengisi. Kapur yang seluruhnya terhidrasi yang dihasilkan
dari pabrik yang disetujui dan semen yang memenuhi persyaratan yang
disebutkan pada Pasal 6.3.2.(2b) diatas, dapat digunakan maksimum 1,5 %
terhadap berat total agregat.
d) Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi
yang ditambahkan (filler added) min. 1% dari berat total agregat.

5) Gradasi Agregat Gabungan


Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen terhadap
berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang diberikan dalam
Tabel 6.3.2.(3). Rancangan dan Perbandingan Campuran untuk gradasi agregat
gabungan harus mempunyai jarak terhadap batas-batas yang diberikan dalam Tabel
6.3.2.(3).

Tabel 6.3.2.(3) Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal

Ukuran
Persen Berat Lolos
Saringan
(mm) (ASTM) SS STS STK HRS-A HRS-B AC ATB
37,5 1,5" - - - - - - -
25,0 1" - - - - - - 100
19,0 3/4" - - - 100 100 100 90 - 100
12,7 ½" - - 100 80 – 100 75 – 100 90 – 100 65 – 90
9,5 3/8" 100 100 95 -100 60 – 85 57 – 80 60 – 85 55 – 80
4,75 #4 95 – 100 95 – 100 75 - 100 56 – 80 48 – 75 38 – 55 35 – 60
2,36 #8 70 - 95 80 – 95 55 - 90 53 - 78 38 - 70 27 – 40 24 – 45
1.18 # 16 45 – 80 60 - 85 44 – 80 40 – 70 29 – 60 17 - 30 15 - 34
0,600 # 30 30 - 65 45 – 74 32 - 70 25 - 60 19 - 47 14 – 24 9 – 25
0,300 # 50 22 – 50 30 - 62 20 – 60 13 – 48 12 – 35 9 – 18 5 – 17
0,150 # 100 19 – 34 16 – 40 12 – 50 8 – 30 6 – 25 5 – 12 3 – 12
0,075 # 200 6 – 18 6 – 18 6 – 12 5 – 10 5–9 2-8 2-9

Catatan:
1. Untuk semua jenis campuran, rujuk Tabel 6.3.2.(1).(b) untuk ukuran agregat nominal
maksimum pada tumpukan bahan pemasok dingin.
2. Apabila tidak ditetapkan dalam Gambar, penggunaan pemilihan gradasi sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan dengan mengacu pada panduan Seksi 6.3 ini.

6) Bahan Aspal Untuk Campuran Beraspal


a) Bahan aspal berikut yang sesuai dengan Tabel 6.3.2.(5) dapat digunakan.
Bahan pengikat ini dicampur dengan agregat sehingga menghasilkan
campuran beraspal sebagaimana mestinya sesuai dengan yang disyaratkan
dalam Tabel 6.3.3.(1) mana yang relevan, sebagai-mana yang disebutkan
dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengambilan
contoh bahan aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI 06-6399-2000 dan
pengujian semua sifat-sifat (properties) yang disyaratkan dalam Tabel
6.3.2.(5) harus dilakukan.

24
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Tabel 6.3.2.(5) Ketentuan-ketentuan untuk Aspal Keras

Aspal
No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian
Pen.60- 70

1. Penetrasi pada 25 o C (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 60-70

2. Viskositas Dinamis 60 o C (Pa.s) SNI 06-6441-2000 160 - 240

3. Viskositas Kinematis 135 o C (cSt) SNI 06-6441-2000 > 300

4. Titik Lembek (oC) SNI 2434:2011 > 48

5. Daktilitas pada 25 o C, (cm) SNI 2432:2011 > 100

6. Titik Nyala (o C) SNI 2433:2011 > 232

7. Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) AASHTO T44-03 > 99

8. Berat Jenis SNI 2441:2011 > 1,0

Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-06-2440-1991) atau RTFOT(SNI-03-6835-2002) :

9. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 < 0,8

10. o SNI 03-6441-2000 < 800


Viskositas Dinamis 60 C (Pa.s)

11. Penetrasi pada 25 o C (%) SNI 06-2456-1991 > 54

12. Daktilitas pada 25 o C (cm) SNI 2432:2011 > 100

Catatan :
1. Hasil pengujian adalah untuk bahan pengikat (bitumen) yang diektraksi dengan
menggunakan metoda SNI 2490 : 2008. Sedangkan untuk pengujian kelarutan dan
gradasi mineral dilaksanakan pada seluruh bahan pengikat termasuk kandungan
mineralnya.
2. Jika untuk pengujian viskositas tidak dilakukan sesuai dengan AASHTO T201-03 maka
hasil pengujian harus dikonversikan ke satuan cSt.

b) Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI
03-3640-1994 (metoda soklet) atau SNI 03-6894-2002 (metoda sentrifus)
atau AASHTO T 164-06 (metoda tungku pengapian). Jika metoda sentrifitus
digunakan, setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200
mm, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke dalam suatu alat
sentrifugal.Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam
bahan aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1 % (dengan pengapian).
Jika bahan aspal diperlukan untuk pengujian lebih lanjut maka bahan aspal
itu harus diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur SNI 03-
6894-2002.

7) Sumber Pasokan

Sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler) harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjan sebelum pengiriman bahan. Setiap jenis bahan harus
diserahkan, seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, paling sedikit 60 hari
sebelum usulan dimulainya pekerjaan pengaspalan.

25
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SKh. 6.3a.3 CAMPURAN

1) Komposisi Umum Campuran

Campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan pengisi, dan aspal.
2) Kadar Aspal dalam Campuran

Persentase aspal yang aktual ditambahkan ke dalam campuran ditentukan


berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana tertuang
dalam Rencana Campuran Kerja (JMF) dengan memperhatikan penyerapan
agregat yang digunakan.
3) Prosedur Rancangan Campuran

a) Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran beraspal dalam


Pekerjaan, Penyedia Jasa disyaratkan untuk menunjukkan semua usulan
metoda kerja, agregat, aspal, dan campuran yang memadai dengan membuat
dan menguji campuran percobaan di laboratorium dan juga dengan
penghamparan campuran percobaan yang dibuat di instalasi pencampur
aspal.
b) Pengujian yang diperlukan meliputi analisa ayakan, berat jenis dan
penyerapan air, dan semua jenis pengujian lainnya sebagaimana yang
dipersyaratkan pada seksi ini untuk semua agregat yang digunakan.
Pengujian pada campuran beraspal percobaan akan meliputi penentuan Berat
Jenis Maksimum campuran beraspal (SNI 03-6893-2002), pengujian sifat-
sifat Marshall (SNI 06-2489-1990).
c) Contoh agregat untuk rancangan campuran harus diambil dari pemasok
dingin (cold bin). Rumusan campuran kerja yang ditentukan dari campuran
di laboratorium harus dianggap berlaku sementara sampai diperkuat oleh
hasil percobaan pada instalasi pencampur aspal dan penghamparan pertama
dan pemadatan lapangan.

d) Pengujian penghamparan pertama dan pemadatan lapangan harus


dilaksanakan dalam tiga langkah dasar berikut ini :

i) Penentuan proporsi takaran agregat dari pemasok dingin untuk dapat


menghasilkan komposisi yang optimum. Perhitungan proporsi
takaran agregat dari bahan tumpukan yang optimum harus digunakan
untuk penentuan awal bukaan pemasok dingin. Contoh dari pemasok
panas harus diambil setelah penentuan besarnya bukaan pemasok
dingin. Selanjutnya proporsi takaran pada pemasok panas dapat
ditentukan. Suatu Rumusan Campuran Rancangan (Design Mix
Formula, DMF) kemudian akan ditentukan berdasarkan prosedur
Marshall. Dalam segala hal DMF harus memenuhi semua sifat-sifat
bahan dalam Pasal 6.3.2 dan sifat-sifat campuran sebagaimana
disyaratkan dalam Tabel 6.3.3(1) mana yang relevan.

ii) DMF, data dan grafik percobaan campuran di laboratorium harus


diserahkan pada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan.
Direksi Pekerjaan akan menyetujui atau menolak usulan DMF
tersebut dalam waktu tujuh hari. Percobaan produksi dan
penghamparan tidak boleh dilaksanakan sampai DMF disetujui.
26
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

iii) Percobaan produksi dan penghamparan pertama serta persetujuan


terhadap Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF). JMF
adalah suatu dokumen yang menyatakan bahwa rancangan
campuran laboratorium yang tertera dalam DMF dapat diproduksi
dengan instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP),
dihampar dan dipadatkan di lapangan dengan peralatan yang telah
ditetapkan dan memenuhi derajat kepadatan lapangan terhadap
kepadatan laboratorium hasil pengujian Marshall dari benda uji yang
campuran beraspalnya diambil dari AMP.
Tabel 6.3.3 (1) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Lapis Aspal
Spesifikasi
Sifat Campuran
SS STS STK HRS-A HRS-B AC ATB
Kadar Aspal Efektif Min 8,0 8.3 6,0 6,3 5,5 - -
Kadar Penyerapan Aspal Max 2,0 2,0 2,0 1,7 1,7 1,7 1,7
Kadar Aspal Total (% Min 9,0 9,3 7,0 7,3 6,5 6 5,8
tehadap berat total)
Kadar Rongga Udara Min 3 3 3 4 4 3 3
dari campuran padat Max 9 9 9 6 6 5 5
(% terhadap volume
total campuran)
Min 20 20 20 18 18 15 14
Rongga diantara mineral
agregat (VMA) (%)
Rongga terisi aspal (VFA) Min 75 75 75 68 68 65 65
(%)
Stabilitas Marshal (SNI-
Min 200 200 450 450 800 800 800
06-2489-1991) (Kg)
Min 2 2 2 3 3 2 2
Pelelehan (Flow), mm
Max 3 3 3 - - 4 4
Marshall Quotient (SNI-
Min 80 80 80 250 250 - -
06-2489-1991) (Kg/mm)
Stabilitas Marshal tersisa
setelah perendaman
selama 24 jam pada 600 C Min 75 75 75 75 75 75 75
(% terhadap stabilitas
semula)
Catatan :
1) Rongga dalam campuran dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis Maksimum Agregat
(Gmm test, SNI 03-6893-2002).

4) Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)

Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal, Penyedia Jasa harus
menyerahkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, usulan DMF untuk campuran
yang akan digunakan dalam pekerjaan. Rumus yang diserahkan harus menentukan
untuk campuran berikut ini:
a) Sumber-sumber agregat.
b) Ukuran nominal maksimum partikel.
c) Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan Penyedia
Jasa, pada penampung dingin maupun penampung panas.
d) Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.2.(3).
e) Kadar aspal optimum dan efektif terhadap berat total campuran .

27
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

f) Rentang temperatur pencampuran aspal dengan agregat dan temperatur saat


campuran beraspal dikeluarkan dari alat pengaduk (mixer).

Penyedia Jasa harus menyediakan data dan grafik hubungan sifat-sifat campuran
beraspal terhadap variasi kadar aspal hasil percobaan laboratorium untuk
menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua kriteria dalam Tabel 6.3.3.(1)
tergantung campuran aspal mana yang dipilih.

Dalam tujuh hari setalah DMF diterima, Direksi Pekerjaan harus :


a) Menyatakan bahwa usulan tersebut yang memenuhi Spesifikasi dan meng-
ijinkan Penyedia Jasa untuk menyiapkan instalasi pencampur aspal dan
peng-hamparan percobaan.
b) Menolak usulan tersebut jika tidak memenuhi Spesifikasi.

Bilamana DMF yang diusulkan ditolak oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa
harus melakukan percobaan campuran tambahan dengan biaya sendiri untuk
memperoleh suatu campuran rancangan yang memenuhi Spesifikasi. Direksi
Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyarankan Penyedia Jasa untuk
memodifikasi sebagian rumusan rancangannya atau mencoba agregat lainnya.

5) Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF)


Percobaan campuran di instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) dan
penghamparan pertama yang memenuhi ketentuan akan menjadikan DMF dapat
disetujui sebagai JMF.
Segera setelah DMF disetujui oleh Direksi Pekerjaan, pada penghamparan pertama,
untuk setiap jenis campuran yang diproduksi dengan AMP harus bisa menghasilkan
kualitas maupun ketebalan yang dipersyaratkan. Agar dapat diperoleh ketebalan
sesuai tebal rancangan, Penyedia Jasa perlu mempertimbangkan penambahan nilai
tertentu terhadap tebal gembur dari yang diperkirakan.
Penyedia Jasa harus menunjukkan bahwa setiap alat penghampar (paver) mampu
menghampar bahan sesuai dengan tebal yang disyaratkan tanpa segregasi, tergores,
dsb. Kombinasi penggilas yang diusulkan harus mampu mencapai kepadatan yang
disyaratkan dalam rentang temperatur pemadatan sebagaimana yang dipersyaratkan
dalam Tabel 6.3.5.(1) dengan dibuktikan dengan hasil uji laboratorium. Apabila tidak
memenuhi, maka tidak dapat dilakukan penghamparan selanjutnya.

Penyedia Jasa harus menyediakan JMF pengganti lainnya sampai JMF disetujui
Direksi Pekerjaan dan menjadi JMF definitif. Mutu campuran harus dikendalikan,
terutama dalam toleransi yang diijinkan, seperti yang diuraikan pada Tabel 6.3.3.(2)
di bawah ini.

Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap penghamparan pertama. Contoh
campuran beraspal dapat diambil dari instalasi pencampur aspal atau dari truk di
AMP, dan dibawa ke laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapi. Benda uji
Marshall harus dicetak dan dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.5.(1) dan menggunakan jumlah penumbukan yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.3.(1). Kepadatan rata-rata (Gmb) dari semua benda uji yang diambil dari
penghamparan pertama yang memenuhi ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar
Kerja (Job Standard Density), yang harus dibandingkan dengan pemadatan campuran
beraspal terhampar dalam pekerjaan.

28
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

6) Penerapan JMF dan Toleransi Yang Diijinkan

g) Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan JMF,
dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2) di
bawah ini.

h) Setiap hari Direksi Pekerjaan akan mengambil benda uji baik bahan maupun
campurannya seperti yang digariskan dalam Pasal 6.3.7.(3) dan 6.3.7.(4)
dari Spesifikasi ini, atau benda uji tambahan yang dianggap perlu untuk
pemeriksaan keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagal
memenuhi batas-batas yang diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang
Diijinkan harus ditolak.

i) Bilamana setiap bahan pokok memenuhi batas-batas yang diperoleh dari


JMF dan Toleransi Yang Diijinkan, tetapi menunjukkan perubahan yang
konsisten dan sangat berarti atau perbedaan yang tidak dapat diterima atau
jika sumber setiap bahan berubah, maka suatu JMF baru harus diserahkan
dengan cara seperti yang disebut di atas dan atas biaya Penyedia Jasa sendiri
untuk disetujui, sebelum campuran beraspal baru dihampar di lapangan.

Tabel 6.3.3.(2) Toleransi Komposisi Campuran :

Agregat Gabungan Toleransi Komposisi Campuran


Sama atau lebih besar dari 2,36 mm ± 5 % berat total agregat
Lolos ayakan 2,36 mm sampai No.50 ± 3 % berat total agregat
Lolos ayakan No.100 dan tertahan No.200 ± 2 % berat total agregat
Lolos ayakan No.200 ± 1 % berat total agregat

Kadar aspal Toleransi


Kadar aspal ± 0,3 % berat total campuran

Temperatur Campuran Toleransi

Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ke - 10 ºC dari temperatur


tempat penghamparan campuran beraspal di truk
saat keluar dari AMP

j) Interpretasi Toleransi Yang Diijinkan

Batas-batas absolut yang ditentukan oleh JMF maupun Toleransi Yang


diijinkan menunjukkan bahawa Penyedia Jasa harus bekerja dalam batas-
batas yang digariskan pada setiap saat.

SKh. 6.3a.4 KETENTUAN INSTALASI PENCAMPUR ASPAL

1) Instalasi Pencampur Aspal(Asphalt Mixing Plant,AMP)

a) Instalasi Pencampur Aspal harus mempunyai sertifikat “laik operasi” dan


sertifikat kalibrasi dari Metrologi untuk timbangan aspal, agregat dan bahan
pengisi (filler) tambahan, yang masih berlaku. Jika menurut pendapat
Direksi Pekerjaan, Instalasi Pencampur Aspal atau timbangannya dalam
kondisi tidak baik maka Instalasi Pencampur Aspal atau timbangan tersebut
29
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

harus dikalibrasi ulang meskipun sertifikatnya masih berlaku.

b) Berupa pusat pencampuran dengan sistem penakaran (batching) yang


dilengkapi ayakan panas (hot bin screen) dan mampu memasok mesin
penghampar secara terus menerus bilamana menghampar campuran pada
kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki;

c) Harus dirancangi dan dioperasikan sedemikian hingga dapat menghasilkan


campuran dalam rentang toleransi JMF;

d) Harus dipasang di lokasi yang jauh dari pemukiman dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan sehingga tidak mengganggu ataupun mengundang protes
dari penduduk di sekitarnya;

e) Harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust collector) yang lengkap
yaitu sistem pusaran kering (dry cyclone) dan pusaran basah (wet cyclone)
sehingga tidak menimbulkan pencemaran debu. Bilamana salah satu sistem
di atas rusak atau tidak berfungsi maka AMPtersebut tidak boleh
dioperasikan;

f) Pencampur (Mixer).
Pencampur harus memiliki pengontrol waktu yang tepat untuk
mengendalikan operasi satu siklus (daur) pencampuran lengkap dengan
penguncian gerbang kotak timbangan setelah pengisian ke pencampuran
sampai penutupan gerbang pencampur pada saat selesainya siklus tersebut.

Pencampur (mixer) mempunyai pengaduk (pug mill) dengan kapasitas asli


minimum 800 kg yang bukan terdiri dari gabungan dari 2 instalasi
pencampur aspal atau lebih dan dilengkapi dengan sistem penimbangan
secara komputerisasi.

g) Alat pengering (Dryer) agregat pada pembuatan campuran aspal harus


dilengkapi dengan pengendali temperatur termostatik otomatis yang mampu
mempertahankan temperatur campuran sebesar 163oC. Jika digunakan bahan
bakar gas maka pemanas (dryer) harus dilengkapi dengan alat pengendali
temperatur (regulator) untuk mempertahankan panas dengan konstan.

h) Termometer yang dilindungi yang dapat digunakan dari 100º C sampai 200º
C harus dipasang dalam saluran pemasukan aspal pada tempat yang tepat
dekat katup pengeluaran (discharge) pada unit pencampur.

i) Unit harus juga dilengkapi dengan skala cakram tipe air raksa (mercury-
actuated), pyrometer listrik atau perlengkapan pengukur panas lainnya yang
disetujui, yang dipasang pada corong pengeluaran dari alat pengering untuk
mencatat secara otomatis atau menunjukkan temperatur dari agregat yang
dipanaskan. Sebuah “thermo couple” (pengukur listrik yang mengukur
perbedaan temperatur) atau “tahanan lampu” (resisteance bulb) harus
dipasang dekat dasar penampung untuk mengukur temperatur agregat halus
sebelum memasuki pencampur.

j) Untuk pengaturan temperatur agregat yang lebih baik, penggantian dari


setiap termometer dengan alat pencatat temperatur yang disetujui mungkin
diminta oleh Direksi Teknik, dan juga Direksi Teknik dapat meminta grafik
30
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

temperatur harian untuk disimpan sebagai arsip.

k) Kotak Penimbang atau Penampung.

Perlengkapan ini harus mencakup suatu cara untuk menimbang secara teliti,
masing-masing menampung ukuran agregat tertentu dalam kotak penimbang
atau penadah, yang digantung pada timbangan, berukuran cukup untuk
menampung campuran satu takaran penuh tanpa harus diratakan dengan
tangan atau tanpa tumpah. Lengan timbangan dan sudut (knife edge) harus
dibuat sedemikian rupa agar tidak mudah terlempar keluar dari
kedudukannya atau dari setelannya. Semua pinggiran-pinggiran, ujung-ujung
dan tepi-tepi dari penampung timbangan (weighing hoppers) harus bebas dari
sentuhan dengan batang-batang penahan dan tiang-tiang atau perlengkapan
lainnya yang akan mempengaruhi fungsi yang sebenarnya dari penampung.
Juga harus tersedia ruang bebas yang cukup antara penampung dan
perlengkapan pendukung untuk mencegah terkumpulnya material-material
yang tak dikehendaki. Pintu pengeluaran (discharge gate) dari kotak
penimbang harus digantung sedemikian rupa agar agregat tidak mengalami
segregasi sewaktu ditumpahkan kedalam pencampur dan harus tertutup rapat
bila penampung kosong, sehingga tidak ada material yang bocor kedalam
campuran didalam pencampur sewaktu proses penimbangan untuk campuran
berikutnya.

Timbangan untuk setiap kotak timbangan atau penampung seharusnya


berupa tipe pembacaan jarum tanpa pegas, dan harus merupakan produksi
rancangan standar yang ketepatannya berkisar antara ½ % dari bahan
maksimum yang diperlukan.

l) Bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan agregat haruslah minyak


tanah atau solar dengan berat jenis maksimum 860 kg/m3 atau gas Elpiji atau
LNG (Liquefied Natural Gas).

m) Agregat yang diambil dari pemasok panas (hot bin) atau pengering (dryer)
tidak boleh mengandung jelaga dan atau sisa minyak yang tidak habis
terbakar.

2) Tangki Penyimpan Aspal

Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang dapat
dikendalikan dengan efektif dan handal sampai suatu temperatur dalam rentang
yang disyaratkan. Pemanasan harus dilakukan melalui kumparan uap (steam coils),
listrik, atau cara lainnya sehingga api tidak langsung memanasi tangki aspal. Setiap
tangki harus dilengkapi dengan sebuah termometer termostatik otomatis yang
mampu mempertahankan temperatur campuran sebesar 140oC - 145oC yang terletak
sedemikian hingga temperatur aspal dapat dengan mudah dilihat. Sebuah keran
harus dipasang pada pipa keluar dari setiap tangki untuk pengambilan benda uji.

Sistem sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai ukuran yang sesuai agar
dapat memastikan sirkulasi yang lancar dan terus menerus selama periode
31
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

pengoperasian. Perlengkapan yang sesuai harus disediakan, baik dengan


selimut uap (steam jacket) atau perlengkapan isolasi lainnya, untuk
mempertahankan temperatur yang disyaratkan dari seluruh bahan pengikat
aspal dalam sistem sirkulasi.

Daya tampung tangki penyimpanan minimum adalah paling sedikit untuk kuantitas
dua hari produksi. Paling sedikit harus disediakan dua tangki yang berkapasitas
sama. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian
rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu
sirkulasi aspal ke alat pencampur.

3) Tangki Penyimpan Aditif

Tangki penyimpanan aditif dengan kapasitas minimal dapat menyimpan bahan aditif
untuk satu hari produksi campuran beraspal dan harus dilengkapi dengan dozing
pump sehingga dapat memasok langsung aditif ke pugmil dengan kuantitas dan
tekanan tertentu.

4) Ayakan Panas

Ukuran saringan panas yang disediakan harus sesuai dengan ukuran agregat untuk
setiap jenis campuran yang akan diproduksi dengan merujuk ke Tabel 6.3.2.(1b).

5) Pengendali Waktu Pencampuran

Instalasi harus dilengkapi dengan perlengkapan yang handal untuk mengendalikan


waktu pencampuran dan menjaga waktu pencampuran tetap konstan kecuali kalau
diubah atas perintah Direksi Pekerjaan.

6) Timbangan dan Rumah Timbang

a) Timbangan harus disediakan untuk menimbang agregat, aspal dan bahan


pengisi. Rumah timbang harus disediakan untuk menimbang truk bermuatan
yang siap dikirim ke tempat penghamparan. Timbangan tersebut harus
memenuhi ketentuan seperti yang dijelaskan di atas.

b) Bila timbangan-timbangan tipe pembacaan jarum tanpa pegas digunakan,


ujung dari jarum harus dipasang sedekat mungkin dengan permukaan dan
harus berupa tipe yang bebas dari parallax (penyimpangan sinar) yang
berlebihan. Timbangan harus dilengkapi dengan petunjuk yang dapat disetel
untuk memberi tanda berat-masing-masing material yang akan ditimbang
kedalam campuran. Timbangan harus memiliki konstruksi yang kokoh, dan
timbangan yang sudah berubah harus diganti. Semua meteran harus
diletakkan sedemikian rupa sehingga selalu dapat terlihat secara mudah oleh
operator.

32
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

7) Penyimpanan dan Pemasokan Bahan Pengisi

Silo atau tempat penyimpanan yang tahan cuaca untuk menyimpan dan memasok
bahan pengisi dengan sistem penakaran berat harus disediakan.

8) Ketentuan Keselamatan Kerja

a) Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (platform) alat
pencampur dan landasan berpagar yang digunakan sebagai jalan antar unit
perlengkapan harus dipasang. Untuk mencapai puncak bak truk,
perlengkapan untuk landasan atau perangkat lain yang sesuai harus
disediakan sehingga Direksi Pekerjaan dapat mengambil benda uji maupun
memeriksa temperatur campuran.

Untuk memudahkan pelaksanaan kalibrasi timbangan, pengambilan benda uji


dan lain-lainnya, maka suatu sistem pengangkat atau katrol harus disediakan
untuk menaikkan peralatan dari tanah ke landasan (platform) atau sebaliknya.
Semua roda gigi, roda beralur (pulley), rantai, rantai gigi dan bagian bergerak
lainnya yang berbahaya harus seluruhnya dipagar dan dilindungi.

b) Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan sekitar
tempat pengisian muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari
benda yang jatuh dari alat pencampur.

9) Peralatan Pengangkut

a) Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak terbuat dari
logam yang rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit air
sabun, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran aspal pada
bak. Setiap genangan minyak pada lantai bak truk hasil penyemprotan
sebelumnya harus dibuang sebelum campuran aspal dimasukkan dalam truk.

b) Tiap muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan lainnya yang
cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat melindungi
campuran aspal terhadap cuaca dan proses oksidasi. Bilamana dianggap
perlu, bak truk hendaknya diisolasi dan seluruh penutup harus diikat kencang
agar campuran aspal yang tiba di lapangan pada temperatur yang
disyaratkan.

c) Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada campuran aspal aki-
bat sistem pegas atau faktor penunjang lainnya, atau yang menunjukkan
kebocoran oli yang nyata, atau yang menyebabkan keterlambatan yang tidak
semestinya, atas perintah Direksi Pekerjaan harus dikeluarkan dari pekerjaan
sampai kondisinya diperbaiki.
d) Dump Truk yang mempunyai badan menjulur dan bukaan ke arah belakang
harus disetel agar seluruh campuran aspal dapat dituang ke dalam
penampung dari alat penghampar aspal tanpa mengganggu kerataan
pengoperasian alat penghampar dan truk harus tetap bersentuhan dengan alat
penghampar. Truk yang mempunyai lebar yang tidak sesuai dengan lebar alat
penghampar tidak diperkenankan untuk digunakan. Truk aspal dengan
muatan lebih tidak diperkenankan.

33
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

e) Jumlah truk untuk mengangkut campuran aspal harus cukup dan dikelola
sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi secara
menerus dengan kecepatan yang disetujui.
Penghampar yang sering berhenti dan berjalan lagi akan menghasilkan
permukaan yang tidak rata sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi
pengendara serta mengurangi umur rencana akibat beban dinamis. Penyedia
Jasa tidak diijinkan memulai penghamparan sampai minimum terdapat tiga
truk di lapangan yang siap memasok campuran aspal ke peralatan
penghampar. Kecepatan peralatan penghampar harus dioperasikan
sedemikian rupa sehingga jumlah truk yang digunakan untuk mengangkut
campuran aspal setiap hari dapat menjamin berjalannya peralatan
penghampar secara menerus tanpa henti. Bilamana penghamparan terpaksa
harus dihentikan, maka Direksi Pekerjaan hanya akan mengijinkan
dilanjutkannya penghamparan bilamana minimum terdapat tiga truk di
lapangan yang siap memasok campuran aspal ke peralatan penghampar.
Ketentuan ini merupakan petunjuk pelaksanaan yang baik dan Penyedia Jasa
tidak diperbolehkan menuntut tambahan biaya atau waktu atas keterlambatan
penghamparan yang diakibatkan oleh kegagalan Penyedia Jasa untuk
menjaga kesinambungan pemasokan campuran aspal ke peralatan
penghampar.

10) Peralatan Penghampar dan Pembentuk

a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus penghampar mekanis bermesin


sendiri yang disetujui, yang mampu menghampar dan membentuk campuran
aspal sesuai dengan garis, kelandaian serta penampang melintang yang
diperlukan.

b) Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung dan dua ulir pembagi
dengan arah gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal
secara merata di depan "screed" (sepatu) yang dapat disetel. Peralatan ini
harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang dapat digerakkan dengan
cepat dan efisien dan harus mempunyai kecepatan jalan mundur seperti
halnya maju. Penampung (hopper) harus mempunyai sayap-sayap yang dapat
dilipat pada saat setiap muatan campuran aspal hampir habis untuk
menghindari sisa bahan yang sudah mendingin di dalamnya.
c) Alat penghampar harus mempunyai perlengkapan elektronik dan/atau
mekanis pengendali kerataan seperti batang perata (leveling beams), kawat
dan sepatu pengarah kerataan (joint matching shoes) dan dan peralatan
bentuk penampang (cross fall devices) untuk mempertahankan ketepatan
kelandaian dan kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan
acuan tepi yang tetap (tidak bergerak).

d) Alat penghampar harus dilengkapi dengan "screed" (perata) baik dengan


jenis penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi dan perangkat untuk
memanasi "screed" (sepatu) pada temperatur yang diperlukan untuk
menghampar campuran aspal tanpa menggusur atau merusak permukaan
hasil hamparan.
e) Istilah "screed" (perata) mengacu pada pengambang mekanis standar
(standard floating mechanism) yang dihubungkan dengan lengan arah
samping (side arms) pada titik penambat yang dipasang pada unit pengerak
alat penghampar pada bagian belakang roda penggerak dan dirancang untuk
menghasilkan permukaan tektur lurus dan rata tanpa terbelah, tergeser atau
beralur.

34
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

f) Bilamana selama pelaksanaan, hasil hamparan peralatan penghampar dan


pembentuk meninggalkan bekas pada permukaan, segregasi atau cacat atau
ketidak-rataan permukaan lainnya yang tidak dapat diperbaiki dengan cara
modifikasi prosedur pelaksanaan, maka penggunaan peralatan tersebut harus
dihentikan dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang
memenuhi ketentuan harus disediakan oleh Penyedia Jasa.
11) Peralatan Pemadat
a) Setiap alat penghampar harus disertai paling sedikit satu dua alat pemadat
roda baja (steel wheel roller) dan satu alat pemadat roda karet (tyre roller).
Paling sedikit harus disediakan satu tambahan alat pemadat roda karet (tire
roller) untuk setiap kapasitas produksi yang melebihi 40 ton per jam.
Semua alat pemadat harus mempunyai tenaga penggerak sendiri.
b) Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki tidak
kurang dari sembilan roda yang permukaannya halus dengan ukuran yang
sama dan mampu dioperasikan pada tekanan ban pompa (6,0 - 6,5) kg/cm2
atau (85 – 90) psipada jumlah lapis anyaman ban (ply) yang sama. Roda-
roda harus berjarak sama satu sama lain pada kedua sumbu dan diatur
sedemikian rupa sehingga tengah-tengah roda pada sumbu yang satu terletak
di antara roda-roda pada sumbu yang lainnya secara tumpang-tindih
(overlap). Setiap roda harus dipertahankan tekanan pompanya pada tekanan
operasi yang disyaratkan sehingga selisih tekanan pompa antara dua roda
tidak melebihi 0,35 kg/cm2 (5 psi). Suatu perangkat pengukur tekanan ban
harus disediakan untuk memeriksa dan menyetel tekanan ban pompa di
lapangan pada setiap saat. Untuk setiap ukuran dan jenis ban yang
digunakan, Penyedia Jasa harus memberikan kepada Direksi Pekerjaan grafik
atau tabel yang menunjukkan hubungan antara beban roda, tekanan ban
pompa, tekanan pada bidang kontak, lebar dan luas bidang kontak. Setiap
alat pemadat harus dilengkapi dengan suatu cara penyetelan berat total
dengan pengaturan beban (ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat
diubah dalam rentang(300 600) kilogram per 0,1 meter. Tekanan dan beban
roda harus disetel sesuai dengan permintaan Direksi Pekerjaan, agar dapat
memenuhi ketentuan setiap aplikasi khusus. Pada umumnya pemadatan
dengan alat pemadat roda karet pada setiap lapis campuran aspal harus
dengan tekanan yang setinggi mungkin yang masih dapat dipikul bahan.
c) Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri dapat dibagi atas dua jenis:
* Alat pemadat tandem statis
* Alat pemadat vibrator ganda (twin drum vibratory)
Alat pemadat statis minimum harus mempunyai berat statis tidak kurang dari
8 ton. Alat pemadat vibrator ganda mempunyai berat statis tidak kurang
dari 6 ton. Roda gilas harus bebas dari permukaan yang datar, penyok,
robek-robek atau tonjolan yang merusak permukaan perkerasan.

d) Dalam penghamparan pertama, Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan


kombinasi jenis penggilas untuk memadatkan setiap jenis campuran sampai
dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan, sebelum JMF disetujui. Penyedia
Jasa harus melanjutkan untuk menyimpan dan menggunakan kombinasi
penggilas yang disetujui untuk setiap campuran. Tidak ada alternatif lain
yang dapat diperkenankan kecuali jika Penyedia Jasa dapat menunjukkan
kepada Direksi Pekerjaan bahwa kombinasi penggilas yang baru paling
sedikit seefektif yang sudah disetujui.

12) Perlengkapan Lainnya


35
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Semua perlengkapan lapangan yang harus disedikan termasuk tidak terbatas pada :
 Mesin Penumbuk (Petrol Driven Vibrating Plate).
 Alat pemadat vibrator, 600 kg.
 Mistar perata 3 meter.
 Thermometer (jenis arloji) 200 C (minimum tiga unit).
 Kompresor dan jack hammer.
 Mistar perata 3 meter yang dilengkapi dengan waterpass dan dapat disesuaikan
untuk pembacaan 3% atau lereng melintang lainnya dan super-elevasi antara 0
sampai 6%.
 Mesin potong dengan mata intan atau serat.
 Penyapu Mekanis Berputar.
 Pengukur kedalaman aspal yang telah dikalibrasi.
 Pengukur tekanan ban.

SKh. 6.3a.5 PEMBUATAN DAN PRODUKSI CAMPURAN BERASPAL

1) Kemajuan Pekerjaan

Kecuali untuk pekerjaan manual atau penambalan, campuran beraspal tidak boleh
diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan pengangkutan, penghamparan
atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin kemajuan pekerjaan dengan
tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas instalasi pencampuran.

2) Penyiapan Bahan Aspal

Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur antara 140oC - 145oC di dalam
suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya
pemanasan langsung setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal secara
berkesinambungan ke alat pencampur secara terus menerus pada temperatur yang
merata setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, kuantitas
aspal minimum harus mencukupi untuk perkerjaan yang direncanakan pada hari itu
yang siap untuk dialirkan ke alat pencampur.

3) Penyiapan Agregat

a) Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur aspal melalui


pemasok penampung dingin yang terpisah. Pra-pencampuran agregat dari
berbagai jenis atau dari sumber yang berbeda tidak diperkenankan. Agregat
untuk campuran beraspal harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pengering sebelum dimasukkan ke dalam alat pencampur. Nyala api yang
terjadi dalam proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat
agar dapat mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat.

b) Bila agregat akan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat harus kering
dan dipanaskan terlebih dahulu dengan temperatur dalam rentang yang
disyaratkan untuk bahan aspal, tetapi tidak melampaui 18ºC di atas
temperatur bahan aspal.

c) Bahan pengisi tambahan (filler added) harus ditakar secara terpisah dalam

36
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

penampung kecil yang dipasang tepat di atas alat pencampur. Bahan pengisi
tidak boleh ditabur di atas tumpukan agregat maupun dituang ke dalam
penampung instalasi pemecah batu. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian
kadar filler dapat dijamin.

4) Penyiapan Pencampuran

a) Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus
dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang
tepat agar memenuhi rumusan campuran kerja (JMF). Proporsi takaran ini
harus ditentukan dengan mencari gradasi secara basah dari contoh yang
diambil dari tumpukan agregat (stockpile) segera sebelum produksi campuran
dimulai dan pada interval waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan, untuk menjamin pengendalian penakaran. Bahan
aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat
pencampur dengan jumlah yang ditetapkan sesuai dengan JMF. Bilamana
digunakan instalasi pencampur sistem penakaran, di dalam unit pengaduk
seluruh agregat harus dicampur kering terlebih dahulu, kemudian baru aspal
dan aditif dengan jumlah yang tepat disemprotkan langsung ke dalam unit
pengaduk dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin yang telah ditentukan
untuk menghasilkan campuran yang homogen dan semua butiran agregat
terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan dan diatur dengan perangkat pengendali waktu yang
handal. Lamanya waktu pencampuran harus ditentukan secara berkala atas
perintah Direksi Pekerjaan melalui “pengujian derajat penyelimutan aspal
terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur AASHTO T195-67
(2007) (biasanya sekitar 45 detik).

b) Temperatur campuran beraspal saat dikeluarkan dari alat pencampur harus


dalam rentang absolut seperti yang dijelaskan dalam Tabel 6.3.5.(1). Tidak
ada campuran beraspal yang diterima dalam Pekerjaan bilamana temperatur
pencampuran melampaui temperatur pencampuran maksimum yang
disyaratkan.

5) Temperatur Pembuatan dan Penghamparan Campuran

Viskositas aspal untuk masing-masing prosedur pelaksanaan dan perkiraan


temperatur aspal umumnya seperti yang dicantumkan dalam Tabel 6.3.5.(1). Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui rentang temperatur lain berdasarkan
pengujian viskositas aktual aspal atau aspal modifikasi yang digunakan pada proyek
tersebut, dalam rentang viskositas seperti diberikan pada Tabel 6.3.5.(1) dengan
melihat sifat-sifat campuran di lapangan saat penghamparan, selama pemadatan dan
hasil pengujian kepadatan pada ruas percobaan. Campuran aspal yang tidak
memenuhi batas temperatur yang disyaratkan pada saat pencurahan dari AMP
kedalam truk, atau pada saat pengiriman ke alat penghampar, tidak boleh diterima
untuk digunakan pada pekerjaan yang permanen.

Tabel 6.3.5.(1) Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran &
Pemadatan
Viskositas Aspal Perkiraan Temperatur Aspal ( oC)
No. Prosedur Pelaksanaan (Pas) Pen 60/70
1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 ± 1
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 ± 1
3 Pencampuran, rentang temperatur 0,2 - 0,5 150 - 160
sasaran

37
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

4 Menuangkan campuran aspal dari + 0,5 150 - 155


alat pencampur ke dalam truk
5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5 - 1,0 130 150
6 Pemadatan Awal (roda baja) 1-2 125 145
7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 - 20 100 125
8 Pemadatan Akhir (roda baja) < 20 >95
Catatan :
1 Pas = 100 cSt = 100 mm2/s dimana :
Pas : Pascal seconds cSt : Centistokes
mm2/s : square millimeter per second
Penentuan temperatur pencampuran dan pemadatan aspal harus dilakukan
berdasarkan nilai viskositas seperti yang tertera dalam Tabel 6.3.5.(1).

Contoh grafik hubungan antara viskositas dan temperatur ditunjukkan pada


Gambar 6.3.5.(1).

Gambar 6.3.5.(1) Contoh Hubungan antara Viskositas dan Temperatur

SKh. 6.3a.6 PENGHAMPARAN CAMPURAN

1) Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi

a) Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam


kondisi rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama
telah berubah bentuk secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik
dengan lapisan di bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan
kembali lainnya, semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan
permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran beraspal
atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana permukaan
yang akan dilapisi terdapat atau mengandung sejumlah bahan dengan rongga
dalam campuran yang tidak memadai, sebagimana yang ditunjukkan dengan
adanya kelelehan plastis dan/atau kegemukan (bleeding), seluruh lapisan
dengan bahan plastis ini harus dibongkar. Pembongkaran semacam ini harus
diteruskan ke bawah sampai diperoleh bahan yang keras (sound). Toleransi
permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan yang disyaratkan untuk
pelaksanaan lapis pondasi agregat.

38
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

b) Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus diber-


sihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu
mekanis yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan. Lapis perekat
(tack coat) atau lapis resap pengikat (prime coat) harus diterapkan sesuai
dengan Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini.

2) Acuan Tepi

Untuk menjamin sambungan memanjang vertikal maka harus digunakan besi profil
siku dengan ukuran tinggi 5 mm lebih kecil dari tebal rencana dan dipakukan pada
perkerasan dibawahnya.

3) Penghamparan Dan Pembentukan


a) Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus
dipanaskan. Campuran beraspal harus dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.

b) Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang
lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
c) Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan.

d) Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa


campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.5(1).

e) Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak


menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan lainnya
pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan dan ditaati.

f) Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.

g) Proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar atau bahan
yang tersegregasi karena penaburan material yang halus sedapat mungkin
harus dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang kasar tidak boleh
ditebarkan diatas permukan yang telah padat dan bergradasi rapat.

g) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-
tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya.

h) Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu
lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang
penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada setiap hari
produksi dibuat seminimal mungkin.

i) Selama pekerjaan penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau dan


dikendalikan secara elektronik atau secara manual sebagaimana yang
diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan dan toleransi
yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal:
i) Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum
dibolehkannya pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara manual).
39
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

ii) Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin


terpenuhinya lereng melintang dan super elevasi yang diperlukan.
iii) Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah
dihampar sebelumnya, sebelum dibolehkannya pemadatan.
iv) Perbaikan penampang memanjang dari permukaan aspal lama
dengan menggunakan batang perata, kawat baja atau hasil penandaan
survei.

4) Pemadatan

a) Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan


tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus
diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan
gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang
viskositas aspal yang ditunjukkan pada Tabel 6.3.5.(1)
b) Pemadatan campuran beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah
berikut ini :
1. Pemadatan Awal
2. Pemadatan Antara
3. Pemadatan Akhir
c) Pemadatan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan baik dengan alat
pemadat roda baja. Pemadatan awal harus dioperasikan dengan roda
penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus
menerima minimum dua lintasan pengilasan awal.
Pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda
karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Pemadatan akhir atau
penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa
penggetar (vibrasi). Bila hamparan aspal tidak menunjukkan bekas jejak roda
pemadatan setelah pemadatan kedua, pemadatan akhir bisa tidak dilakukan.
d) Pertama-tama pemadatan harus dilakukan pada sambungan melintang yang
telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan
pergerakan campuran beraspal akibat penggilasan. Bila sambungan
melintang dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya,
maka lintasan awal harus dilakukan sepanjang sambungan memanjang untuk
suatu jarak yang pendek dengan posisi alat pemadat berada pada lajur yang
telah dipadatkan dengan tumpang tindih pada pekerjaan baru kira-kira 15 cm.
e) Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian
dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan
berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada
tikungan harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak kearah yang
lebih tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih
(overlap) minimum setengah lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak
boleh berakhir pada titik yang kurang dari satu meter dari lintasan
sebelumnya.

f) Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan


awal harus terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah dihampar
sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda pemadat yang
memadatkan tepi sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan
lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat
pemadat sedikit demi sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya
sambungan yang dipadatkan dengan rapi.
g) Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan
40
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak
mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan
arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang
menyebabkan terdorongnya campuran beraspal.
h) Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam
kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan
ketidakrataan dapat dihilangkan.
i) Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan secara terus
menerus untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda alat
pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet boleh
sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya campuran beraspal pada
roda.
j) Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan
yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
k) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa di atas perkerasan yang
sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran
dan perbaikan oleh Penyedia Jasa atas perkerasan yang terkontaminasi,
selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini menjadi beban Penyedia
Jasa.
l) Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng
melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap
campuran beraspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan
kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti
dengan campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama
dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran
beraspal terhampar dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan
kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh
tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan
segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
m) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia Jasa
harus memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang
berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah pemadatan akhir, dan dibuang
oleh Penyedia Jasa di luar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari
jalan yang lokasinya disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

5) Sambungan

a) Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan


harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak
segaris yang lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa
agar sambungan pada lapisan teratas berada di pemisah jalur atau pemisah
lajur lalu lintas.

b) Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal


yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak
lurus atau telah dipotong tegak lurus atau dipanaskan dengan menggunakan
lidah api (dengan menggunakan alat burner). Bila tidak ada pemanasan,
maka pada bidang vertikal sambungan harus lapis perekat.

41
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SKh. 6.3a.7 PENGENDALIAN MUTU DAN PEMERIKSAAN DI LAPANGAN

1) Pengujian Permukaan Perkerasan

a) Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 m,


yang disediakan oleh Penyedia Jasa, dan harus dilaksanakan tegak lurus dan
sejajar dengan sumbu jalan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan untuk
memeriksa seluruh permukaan perkerasan. Toleransi harus sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 6.3.1.(4).(f).

b) Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus


dilaksanakan segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi
harus diperbaiki dengan membuang atau menambah bahan sebagaimana
diperlukan. Selanjutnya pemadatan dilanjutkan seperti yang dibutuhkan.
Setelah penggilasan akhir, kerataan lapisan ini harus diperiksa kembali dan
setiap ketidak-rataan permukaan yang melampaui batas-batas yang
disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat dalam tekstur, pemadatan atau
komposisi harus diperbaiki sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

c) Kerataan permukaan perkerasan

i) Kerataan permukaan lapis perkerasan penutup atau lapis aus segera


setelah pekerjaan selesai harus diperiksa kerataannya dengan
menggunakan alat ukur kerataan NAASRA-Meter sesuai SNI 03-
3426-1994, dengan International Roughness Index (IRI) paling tidak
3.

ii) Cara pengukuran/pembacaan kerataan harus dilakukan setiap


interval 100 m.

2) Ketentuan Kepadatan
a) Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti
yang ditentukan dalam SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 97 %
Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density) yang tertera dalam JMF
untuk Lataston (HRS) dan 98 % untuk semua campuran beraspal lainnya.

b) Benda uji inti untuk pengujian kepadatan harus sama dengan benda uji
untuk pengukuran tebal lapisan. Cara pengambilan benda uji campuran
beraspal dan pemadatan benda uji di laboratorium masing-masing harus
sesuai dengan ASTM D6927-06 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atau
ASTM D5581-07a untuk ukuran maksimum 50 mm.
c) Benda uji inti (core) harus diambil paling sedikit 1 (satu) buah setiap jarak
25 meter tiap lajur sesuai dengan pengukuran awal (stacking out) dengan
jarak dari tepi perkerasan atau as jalan (centerline) minimal 50 cm.
d) Penyedia Jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan
campuran aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama
atau lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan Tabel 6.3.7.(1). Bilamana
rasio kepadatan maksimum dan minimum yang ditentukan dalam
serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur
untuk pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut harus
dibuang dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil.

42
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Tabel 6.3.7.(1) Ketentuan Kepadatan

Kepadatan yg. Jumlah ben- Kepadatan Mini- Nilai minimum seti-


disyaratkan da uji per mum Rata-rata ap pengujian tunggal
(% JSD) segmen (% JSD) (% JSD)
3 4 98,1 95
98 5 98,3 94,9
>6 98,5 94,8
3 4 97,1 94
97 5 97,3 93,9
>6 97,5 93,8

3) Jumlah Pengambilan Benda Uji Campuran beraspal

a) Pengambilan Benda Uji Campuran beraspal

Pengambilan benda uji umumnya dilakukan di instalasi pencampuran aspal,


tetapi Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan pengambilan benda uji di
lokasi penghamparan bilamana terjadi segregasi yang berlebihan selama
pengangkutan dan penghamparan campuran beraspal.

b) Pengendalian Proses

Frekwensi minimum pengujian yang diperlukan dari Penyedia Jasa untuk


maksud pengendalian proses harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel
6.3.7.(2) di bawah ini atau sampai dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Penyedia Jasa yang mengoperasikan rencana jaminan mutu produksi yang
disetujui, berdasarkan data statistik dan yang mencapai suatu tingkat tinggi
dari pemenuhan terhadap ketentuan-ketentuan spesifikasi dapat meminta
persetujuan dari Direksi Pekerjaan untuk pengurangan jumlah pengujian
yang dilaksanakan.

Contoh yang diambil dari penghamparan campuran beraspal setiap hari


harus dengan cara yang diuraikan di atas dan dengan frekuensi yang
diperintahkan dalam Pasal 6.3.7.(3) dan 6.3.7.(4). Enam cetakan Marshall
harus dibuat dari setiap contoh. Benda uji harus dipadatkan pada temperatur
yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.5.(1) dan dalam jumlah tumbukan yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1). Kepadatan benda uji rata-rata (Gmb) dari
semua cetakan Marshall yang dibuat setiap hari akan menjadi Kepadatan
Marshall Harian. Direksi Pekerjaan harus memerintahkan Penyedia Jasa
untuk mengulangi proses campuran rancangan dengan biaya Penyedia Jasa
sendiri bilamana Kepadatan Marshall Harian rata-rata dari setiap produksi
selama empat hari berturut-turut berbeda lebih 1 % dari Kepadatan Standar
Kerja (JSD).

Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian


pengujian, Penyedia Jasa dapat memilih untuk mengambil contoh di atas
ruas yang lebih panjang (yaitu, pada suatu frekuensi yang lebih besar) dari
yang diperlukan dalam Tabel 6.3.7.(2).

43
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Tabel 6.3.7.(2) Pengendalian Mutu

Bahan dan Pengujian Frekwensi pengujian


Aspal :
Aspal berbentuk drum 3 √ dari jumlah drum
Aspal curah Setiap tangki aspal
Jenis pengujian aspal drum dan curah mencakup:
Penetrasi dan Titik Lembek
- Kadar air
- Ekstraksi (kadar aspal)
- Ukuran butir maksimum
- Penetrasi aspal asbuton
Agregat :
- Abrasi dengan mesin Los Angeles Setiap 5.000 m3
- Gradasi agregat yang ditambahkan ke tumpukan Setiap 1.000 m3
- Gradasi agregat dari penampung panas (hot bin) Setiap 250 m3 (min. 2 pengujian per
hari)
- Nilai setara pasir (sand equivalent) Setiap 250 m3

Campuran :
- Suhu di AMP dan suhu saat sampai di lapangan Setiap batch dan pengiriman
- Gradasi dan kadar aspal Setiap 200 ton (min. 2 pengujian
per hari)
- Kepadatan, stabilitas, pelelehan, Marshall Quo- Setiap 200 ton (min. 2 pengujian
tient (untuk non AC), rongga dalam campuran per hari)
pada 75 tumbukan dan Stabilitas Marshall Sisa
atau Indirect Tensile Strength Ratio (ITSR)
- Rongga dalam campuran pd. Kepadatan Membal Setiap 3.000 ton
- Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan agregat/rancangan
Lapisan yang dihampar :
- Benda uji inti (core) berdiameter 4” untuk Benda uji inti paling sedikit harus
partikel ukuran maksimum 1” dan 6” untuk diambil dua titik pengujian per
partikel ukuran di atas 1”, baik untuk penampang melintang per lajur
pemeriksaan pemadatan maupun tebal lapisan dengan jarak memanjang antar
bukan perata: penampang melintang yang
diperiksa tidak lebih dari 100 m.
Toleransi Pelaksanaan :
- Elevasi permukaan, untuk penampang melintang Paling sedikit 3 titik yang diukur
dari setiap jalur lalu lintas. melintang pada paling sedikit
setiap 12,5 meter memanjang
sepanjang jalan tersebut.

c) Pemeriksaan dan Pengujian Rutin

Pemeriksaan dan pengujian rutin harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa di


bawah pengawasan Direksi Pekerjaan untuk menguji pekerjaan yang sudah
diselesaikan sesuai toleransi dimensi, mutu bahan, kepadatan pemadatan
dan setiap ketentuan lainnya yang disebutkan dalam Seksi ini.

Setiap bagian pekerjaan, yang menurut hasil pengujian tidak memenuhi


ketentuan yang disyaratkan harus diperbaiki sedemikian rupa sehingga
setelah diperbaiki, pekerjaan tersebut memenuhi semua ketentuan yang
disyaratkan, semua biaya pembongkaran, pembuangan, penggantian bahan
maupun perbaikan dan pengujian kembali menjadi beban Penyedia Jasa.

d) Pengambilan Benda Uji Inti dan Uji Ekstraksi Lapisan Beraspal

Penyedia Jasa harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core)

lapisan beraspal yang telah selesai dikerjakan. Benda uji inti tidak boleh

44
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

digunakan untuk pengujian ekstraksi. Uji ektraksi harus dilakukan


menggunakan benda uji campuran beraspal gembur yang ambil di belakang
mesin penghampar.

Penutupan lubang hasil pengambilan benda uji inti, harus dilakukan dalam
kondisi bersih/ kering, dengan lapis perekat pada semua sisi, dan
menggunakan material sejenis yang memenuhi persyaratan temperatur dan
dipadatkan per-lapis.

4) Pengujian Pengendalian Mutu Campuran Beraspal

a) Penyedia Jasa harus menyimpan catatan seluruh pengujian dan catatan


tersebut harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa keterlambatan.
b) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hasil dan catatan
pengujian berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari produksi, beserta lokasi
penghamparan yang sesuai :
i) Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat per
hari dari setiap penampung panas.
ii) Temperatur campuran saat pengambilan contoh di instalasi
pencampur aspal (AMP) maupun di lokasi penghamparan (satu per
jam).
iii) Kepadatan Marshall Harian dengan detail dari semua benda uji yang
diperiksa.
iv) Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase kepadatan
lapangan relatif terhadap Kepadatan Campuran Kerja (Job Mix
Density) untuk setiap benda uji inti (core).
v) Stabilitas, Pelelehan, Marshall Quotient (untuk non AC), Stabilitas
Marshall sisa atau Indirect Tensile Strength Ratio (ITSR), paling
sedikit dua contoh per hari.
vi) Kadar bitumen aspal keras maupun aspal modifikasi dalam
campuran aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil
ekstraksi campuran aspal paling sedikit dua contoh per hari.
Bilamana cara ekstraksi sentrifugal digunakan maka koreksi abu
harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan SNI 03-3640-1994.
vii) Untuk bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) dari Kapur,
Semen, Asbuton yang digunakan sebagai bahan pengisi tambahan
(filler added) ditentukan dengan mencatat kuantitas silo atau
penampung sebelum dan setelah produksi.
viii) Rongga dalam campuran pada kepadatan Marshall dan kepadatan
membal (refusal), yang dihitung berdasarkan Berat Jenis Maksimum
campuran perkerasan aspal (SNI 03-6893-2002).
ix) Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung berdasarkan
Berat jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (SNI 03-6893-
2002).
x) Kadar bahan anti pengelupasan (anti stripping agent) ditentukan
dengan mencatat volume tanki sebelum dan sesudah produksi dan
juga diperiksa dengan pengujian Stabilitas Marshall sisauntuk setiap
200 ton produksi.
c) Pada pekerjaan tambal sulam tidak diperlukan pengujian seperti pada Pasal
6.3.7 4) b dari Spesifikasi ini.
45
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

5) Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran beraspal

Dalam pemeriksaan terhadap pengukuran kuantitas untuk pembayaran, campuran


beraspal yang dihampar harus selalu dipantau dengan tiket pengiriman campuran
beraspal dari rumah timbang sesuai dengan Pasal 6.3.1.(4).(e) dari Spesifikasi ini.

SKh. 6.3a.8 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran Pekerjaan

a) Kuantitas yang diukur untuk pembayaran campuran beraspal haruslah


berdasarkan ketentuan di bawah ini :
i) Untuk lapisan bukan perata (misalnya SS, STS, STK , HRS, AC
dan ATB adalah jumlah tonase dari campuran beraspal yang
telah dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian
luas lokasi yang diterima dan tebal yang diterima dengan kepadatan
campuran yang diperoleh dari pengujian benda uji inti (core).

ii) Untuk lapisan perata (misalnya HRS (L), AC (L) dan ATB (L), dsb)
adalah jumlah tonase dari campuran beraspal yang telah dihampar
dan diterima sesuai dengan ketentuan pada Pasal 6.3.8.(1)(c).
iii) Pengukuran volume untuk pembayaran dilaksanakan setiap sub-
segmen (25 meter panjang selebar lajur penghamparan) berdasarkan
pada hasil pengukuran tebal benda uji inti.

b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi lokasi


dengan tebal hamparan kurang dari tebal minimum yang dapat diterima atau
setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau menipis (tapered) di
sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya. Lokasi dengan kadar aspal
yang tidak memenuhi kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF dan
toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2), tidak akan diterima untuk
pembayaran.
c) Campuran beraspal yang dihampar langsung di atas permukaan aspal lama
yang dilaksanakan pada kontrak yang lalu, menurut pendapat Direksi
Pekerjaan memerlukan koreksi bentuk, harus dihitung berdasarkan hasil
perkalian antara tebal rata-rata yang diterima dengan luas penghamparan
aktual yang diterima dengan menggunakan prosedur pengukuran dan
kepadatan lapangan rata-rata yang diperoleh dari benda uji inti. Bilamana
tebal rata-rata campuran beraspal melampaui yang kuantitas perkiraan yang
dibutuhkan (diperlukan untuk perbaikan bentuk), maka tebal rata-rata yang
digunakan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan yang diperhitungkan
untuk pembayaran. Bagaimanapun juga, jumlah tonase campuran beraspal
yang telah dihampar dan diterima tidak boleh melampaui berat campuran
beraspal diperoleh dari penimbangan muatan di rumah timbangan.

d) Kecuali yang disebutkan dalam (c) di atas, maka tebal campuran beraspal
yang diukur untuk pembayaran tidak boleh lebih besar dari tebal rancangan
yang ditentukan dalam Gambar.

Tidak ada penyesuaian kuantitas untuk ketebalan yang melebihi tebal


rancangan bila campuran beraspal tersebut dihampar di atas permukaan
yang juga dikerjakan dalam kontrak ini, kecuali jika diperintahkan lain oleh
46
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Direksi Pekerjaan.

e) Lebar hamparan campuran beraspal yang akan dibayar harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar dan harus diukur dengan pita ukur oleh
Penyedia Jasa di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan. Pengukuran harus
dilakukan tegak lurus sumbu jalan per 25 meter atau lebih rapat
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan dan tidak termasuk
lokasi hamparan yang tipis atau tidak memenuhi ketentuan sepanjang tepi
hamparan. Interval jarak pengukuran memanjang harus seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi harus selalu berjarak sama dan
tidak lebih dari 25 meter. Lebar yang akan digunakan dalam menghitung
luas untuk pembayaran setiap lokasi perkerasan yang diukur, harus
merupakan lebar rata-rata yang diukur dan disetujui.

f) Pelapisan campuran beraspal dalam arah memanjang harus diukur sepanjang


sumbu jalan dengan menggunakan prosedur pengukuran standar ilmu ukur
tanah.

g) Bilamana Direksi Pekerjaan menerima setiap campuran beraspal dengan


kadar aspal rata-rata yang lebih rendah dari kadar aspal yang ditetapkan
dalam rumus campuran kerja. Pembayaran campuran aspal akan dihitung
berdasarkan tonase hamparan yang dikoreksi menurut dalam butir (h) di
bawah dengan menggunakan faktor koreksi berikut ini. Tidak ada
penyesuaian yang akan dibuat untuk kadar aspal yang melampaui nilai yang
disyaratkan dalam Rumus Campuran Kerja.

Kadar aspal rata-rata yang diperoleh dari hasil ekstraksi


Cb = ------------------------------------------------------------------------------
Kadar aspal yang ditetapkan dalam Rumus Campuran Kerja

h) Tonase yang digunakan untuk pembayaran adalah:


Tonase seperti disebutkan pada butir (a) di atas x
Cb

i) Bilamana perbaikan pada campuran aspal yang tidak memenuhi


ketentuan telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal
6.3.1.(8) dari Spesifikasi ini, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran
haruslah kuantitas yang akan dibayar bila pekerjaan semula dapat diterima.
Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan atau kuantitas tambahan
yang diper-lukan untuk perbaikan tersebut.

j) Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang digunakan
Penyedia Jasa dalam menghitung harga satuan untuk berbagai campuran
beraspal yang termasuk dalam penawarannya haruslah berdasarkan
perkiraannya sendiri. Tidak ada penyesuaian harga yang akan dibuat
sehubungan dengan perbedaan kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam
JMF dan kadar aspal dalam analisa harga satuan dalam penawaran

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak
per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan di bawah ini dan
dalam Daftar Kuantintas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk mengadakan, memproduksi, menguji dan
47
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

mencampur serta menghampar semua bahan, termasuk semua pekerja, peralatan,


pengujian, pengambilan dan penutupan hasil benda uji inti (core), perkakas dan
pelengkapan lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan
dalam Seksi ini.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
SKh. 6.3.(1) Latasir Kelas A (SS-A) Ton
SKh. 6.3.(2) Latasir Kelas B (SS-B) Ton
SKh. 6.3.(3) Lapis Tipis Abu Batu (STS) Ton
SKh. 6.3.(4) Lapis Tipis Abu Batu Kasar (STK) Ton
SKh. 6.3.(5a) Lataston Lapis Permukaan (HRS-A) Ton
SKh. 6.3.(5b) Lataston Lapis Permukaan Perata (HRS-A (L)) Ton
SKh. 6.3.(6a) Lataston Lapis Pondasi (HRS-B) Ton
SKh. 6.3.(6b) Lataston Lapis Pondasi Perata (HRS- B (L)) Ton
SKh. 6.3.(7a) Laston Lapis Permukaan (AC) Ton
SKh. 6.3.(7b) Laston Lapis Permukaan Perata (AC (L)) Ton
SKh. 6.3.(8a) Laston Lapis Pondasi (ATB) Ton
SKh. 6.3.(8b) Laston Lapis Pondasi Perata (ATB (L)) Ton

48
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SPESIFIKASI KHUSUS
SEKSI 6.9
CAMPURAN ASPAL EMULSI BERGRADASI TERBUKA
( CAEBT ) / OGEM

SKh. 6.9.1 UMUM


1) Uraian

Pekerjaan ini akan terdiri atas pemasokan, pencampuran, penghamparan dan pemadatan
Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Terbuka (CAEBT) untuk perbaikan bentuk,
penguatan dan pemberian lapisan pengasar.

2) Toleransi Ketebalan Lapisan

a) Ketebalan yang dipasang akan dipantau dengan lubang uji yang diambil oleh
Penyedia dibawah pengawasan Direksi Pekerjaan. Jarak dan lokasi lubang uji
harus sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi sekurang-kurangnya
harus ada dua lubang uji yang diambil secara melintang untuk setiap setengah
penampang perkerasan yang diperiksa dan jarak memanjang penampang yang
diperiksa tidak boleh lebih dari 200 meter.

b) Tebal nominal yang sesungguhnya dihamparkan diatas salah satu penampang


tertentu pada pekerjaan tersebut dinyatakan sebagai ketebalan rata-rata semua
contoh uji yang diambil pada penampang tersebut.

c) Tebal nominal yang sesungguhnya dihamparkan sebagaimana dinyatakan pada


Pasal 6.9.1 (2)(b) diatas harus sama atau lebih besar dari pada tebal nominal
rencana.

Dalam beberapa hal, Direksi Pekerjaan atas kebijaksanaannya sendiri dan


berdasarkan kekasaran perkerasan atau ukuran partikel maksimum atau data
rencana lainnya, menyetujui atau menerima tebal rata-rata asalkan campuran
aspal yang terpasang dengan ketebalan baru itu memang kokoh dalam segala hal.

Tetapi, dalam keadaan apapun, tebal campuran aspal yang dipadatkan tidak boleh
lebih dari 5 mm dan kurang dari tebal nominal rencana.

d) Variasi pada lapis akhir campuran lapisan aus dengan mistar sepanjang 3 meter
tidak boleh melebihi 5 mm dititik manapun. Variasi pada lapis akhir campuran
aspal yang digunakan sebagai lapisan base dengan mistar sepanjang 3 meter tidak
lebih dari 1 cm dititik manapun. Kelonggaran harus diadakan untuk masing-
masing keadaan mengingat perubahan bentuk akibat perubahan punggung jalan
yang telah direncanakan dan oleh lengkung vertikal pada profil memanjang.

e) Dalam hal digunakan sebagai lapis perata atau penguat dan bukan sebagai lapis
aus jalan, maka tebal lapisan tidak boleh lebih dari dua setengah kali tebal
nominal rencana.

49
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

3) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan dengan Seksi Ini

a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8


b) Kajian Teknis Lapangan : Seksi 1.9
c) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
d) Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.19
f) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1
g) Campuran Aspal Panas : Seksi 6.3
h) Campuran Aspal Dingin : Seksi 6.5
i) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1
j) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase,
Perlengkapan Jalan dan Jembatan : Seksi 10.1

4) Standar Rujukan (AASHTO)

ASTM D2419 Metode pengujian untuk nilai setara pasir untuk tanah dan agregat
halus.
M 17 - 77 Mineral pengisi untuk campuran perkerasan berbitumen.
M 29 - 70 (1982) Agregat halus untuk campuran perkerasan bitumen
M 140 - 82 Aspal emulsi.
T 208 - 81 Aspal emulsi kationik.
T 84 - 81 Berat jenis dan penyerapan agregat halus dan kasar.
T 20 - 70 Pengambilan contoh batu, terak, kerikil, pasir dan bongkahan
batu untuk digunakan sebagai bahan pada jalan raya.
T 40 - 78 Pengambilan contoh bahan bitumen.
T 59 - 80 Pengujian aspal emulsi.
T 37 - 77 Analisa ayakan untuk mineral pengisi.

5) Pelaporan

a) Sebelum Pelaksanaan Dimulai

(i) Suatu contoh 5 liter aspal emulsi yang digunakan oleh Penyedia untuk
pekerjaan ini, berikut sertifikat pabrik. Sertifikat tersebut harus
mencantumkan jenis emulsi, jenis bahan pengikat yang digunakan,
persentase aspal residu dan Spesifikasi yang dipenuhi emulsi tersebut.

(ii) Suatu contoh campuran agregat (kira-kira 10-15 kilo) yang akan
digunakan, dan jumlah yang memadai untuk agregat kasar ukuran 5-20
mm yang dipakai untuk campuran agregat diatas. Contoh-contoh itu harus
disampaikan berikut suatu sertifikat yang menunjukan nilai tara pasir
campuran tersebut, Nilai Los Angeles untuk kehilangan akibat abrasi, Nilai
Polesan Batu (NPB), Nilai Abrasi Agregat (NAA) dan Nilai Kekuatan
Batuan Induk tersebut. Penyerapan air oleh pasir juga harus dicantumkan.

(iii) Campuran rencana menunjukkan gradasi agregat yang akan digunakan,


kandungan bitumen sisa pada campuran (terhadap berat total campuran),
penyelimutan campuran yang didapat, presentase jumlah pengaliran air dan
jumlah air bilasan dan kepadatan hasil pemeriksaan laboratorium.

50
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

b) Selama Pelaksanaan

Selama pelaksanaan Penyedia harus memantau mutu campuran dan memberikan


laporan harian laboratorium kepada Direksi Pekerjaan yang mencakup semua
hasil pengujian. Laporan harus menunjukkan gradasi agregat dan kandungan
aspal sisa yang diperoleh dengan ekstraksi. Frekuensi pengujian akan ditentukan
oleh Direksi Pekerjaan tetapi tidak kurang dari dua set per hari penuh sementara
pekerjaan langsung.

6) Perbaikan atas Pekerjaan yang tidak Memuaskan

Daerah dengan ketebalan dan kepadatan kurang dari yang ditentukan atau kurang dari
nilai-nilai yang telah disetujui, maupun daerah yang mungkin tidak memuaskan dari segi
lain, tidak akan mendapat pembayaran sampai diperbaiki oleh Penyedia sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Perbaikan mungkin mencakup penyingkiran dan
penggantian, penambahan lapisan pelengkap dari campuran aspal dan/atau langkah lain
yang dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal perbaikan telah diperintahkan,
maka jumlah yang akan diukur untuk pembayaran adalah jumlah yang sekiranya akan
dibayarkan untuk pekerjaan asal seandainya pekerjaan itu dapat diterima. Tidak akan
dilakukan tambahan pembayaran untuk pekerjaan ekstra atau untuk jumlah bahan yang
diperlukan bagi perbaikan tersebut.

7) Penggantian Perkerasan Sesudah Pengujian

Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya harus
segera ditutup kembali dengan material Campuran Aspal oleh Penyedia dan dipadatkan
hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan
yang dipersyaratkan dalam Seksi ini.

8) Lapis Perata

Setiap campuran bisa digunakan sebagai lapis perata. Maka semua persyaratan pada
Seksi ini akan berlaku kecuali untuk ketebalan nominal.

SKh. 6.9.2 MATERIAL

1) Agregat

Tidak kurang dari 75 % berat agregat harus mempunyai sekurang-kurangnya 2 bidang


pecah. Agregat harus berupa batu pecah atau kerikil yang bersih, keras dan awet, bebas
dari tanah atau bahan lainnya yang tidak diinginkan. Agregat harus memiliki nilai abrasi
Los Angeles yang tidak lebih dari 35 % untuk lapisan base, 25 % untuk lapis aus dan 30
% untuk lapis pengasar. Agregat gabungan yang lolos ayakan No. 4 tetapi diluar bahan
pengisi yang ditambahkan harus mempunyai nilai setara pasir tidak kurang dari 45 %
jika diuji menurut Metode Pengujian ASTM 02419. Agregat harus mempunyai indeks
kepipihan yang tidak lebih dari 30 jika diuji menurut BS 812.

2) Aspal Emulsi

Aspal Emulsi yang digunakan harus dari tipe CMS 2 atau CMS-2h yang memenuhi
Spesifikasi AASHTO M 208-81. Tipe Emulsi bitumen lainnya yang sesuai dapat
digunakan asal mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

51
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

3) Sumber Pemasokan

a) Persetujuan awal sumber-sumber pengadaan agregat dan bahan pengisi mineral


harus diperoleh dari Direksi Pekerjaan sebelum pengiriman material. Contoh-
contohnya harus diserahkan seperti yang diperintahkan.

b) Dalam pemilihan sumber-sumber agregat, Penyedia harus memperhitungkan


aspal yang akan hilang absorbsi (penyerapan) kedalam agregat, untuk
memastikan penggunaan agregat setempat yang mempunyai daya penyerapan
yang paling kecil. Variasi kadar aspal tingkat absorbsi aspal berbeda-beda dari
agregat, tidak akan dapat diterima sebagai dasar untuk merundingkan (negosiasi)
kembali harga satuan dari campuran aspal.

SKh. 6.9.3 CAMPURAN

1) Kadar Aspal Emulsi Campuran

Kadar aspal emulsi yang digunakan haruslah nilai maksimum yang dapat diterima oleh
gradari agregat tanpa menunjukkan drainase yang nyata. Kadar aspal efektif (yaitu
sesudah kehilangan akibat penyerapan oleh agregat dan diluar air dan fraksi minyak
ringan dalam emulsi) tidak boleh kurang dari nilai yang diberikan pada Tabel 6.9.1.

Tabel 6.9.1. Batasan Komposisi Campuran


Lapisan Lapisan
Sifat Satuan
Pengasar Base
Ukuran 25 mm 100 100
19 mm 100 80 – 100
12,5 mm % yang lewat 100 –
9,5 mm 80 – 100 20 – 55
6,75 mm 10 – 40 5 – 30
2,36 mm 0 – 10 0–5
1,18 mm 0–5 –
75 Mikron 0–2 0–2
Tebal Lapisan Nominal mm 25 –
Kadar Aspal Efektif % berat total 3,9 3,3
Minimum Kadar Emulsi Total % berat total 6,6 5,7
campuran

2) Sifat Campuran yang Disyaratkan

Harus memenuhi persyaratan sifat yang diberikan pada Tabel 6.9.2.

Tabel 6.9.2 Persyaratan Sifat Campuran


Sifat Satuan Lapisan Binder Lapisan Aus
Penyelimutan % > 75 > 75
Jumlah Pengaliran air % bitumen sisa  0,5  0,5
terhadap berat
agregat
Jumlah Tercuci % bitumen sisa  0,5  0,5
terhadap berat
agregat
Tebal Minimum mikron 20 20
Efektif Film Bitumen
52
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

3) Rumus Perbandingan Campuran

a) Sebelum memulai pekerjaan Penyedia harus menyampaikan rumus perbandingan


campuran yang diusulkan kepada Direksi Pekerjaan secara tertulis untuk
campuran yang akan dikirim ke lokasi proyek. Rumus yang disampaikan harus
menetapkan ukuran butiran nominal maksimum campuran tersebut, sumber
agregat, gradasi dan kadar bitumen total maupun kadar bitumen efektif yang
dinyatakan sebagai persentase berat total campuran, kesemuanya itu harus berada
dalam batas-batas yang telah ditentukan dalam batas-batas komposisi umum.
Rumus yang diusulkan harus didukung oleh data campuran percobaan
laboratorium. Pada waktu menyetujui campuran lapangan Direksi Pekerjaan atas
kebijaksanaannya dapat menggunakan rumus yang disampaikan secara
menyeluruh atau sebagaian, atau boleh meminta agar Penyedia melakukan uji
campuran percobaan tambahan atau untuk memeriksa agregat-agregat pilihan
lainnya.

b) Pada saat menyetujui rumus campuran lapangan Direksi Pekerjaan akan memilih
agregat tertentu beserta sumbernya yang dapat diterapkan untuk rumus campuran
lapangan tersebut.

4) Percobaan Lapangan

Menyusul persetujuan atas rumus campuran lapangan oleh Direksi Pekerjaan. Penyedia
harus menghampar percobaan lapangan yang beratnya sekurang-kurangnya 8 ton dan
tidak lebih dari 50 ton dengan menggunakan produksi yang diusulkan serta peralatan
penghampar dan tata caranya. Jika percobaan tidak berhasil memenuhi Spesifikasi maka
dalam hal apapun penyesuaian seperlunya harus diadakan dan percobaan diulang.
Pekerjaan perkerasan permanen tidak akan dimulai sampai suatu percobaan lapangan
yang memuaskan telah berhasil dihampar dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

5) Penggunaan Rumus Perbandingan Campuran dan Toleransi yang Diperkenankan

Semua campuran yang diberikan harus sesuai dengan rumus campuran lapangan yang
disetujui oleh Direksi Teknik dalam batas toleransi yang ditentukan dibawah ini :

Toleransi Komposisi Campuran

Agregat gabungan yang lolos  7 % total berat campuran


ayakan 2,36 mm

Agregat gabungan yang lolos  5 % total berat campuran


ayakan 2,36 mm

Agregat gabungan yang lolos  2 % total berat campuran.


ayakan 150 mikron

Agregat gabungan yang lolos  1 % total berat campuran


ayakan 75 mikron

Kadar bitumen sisa  0,3 % total berat campuran

Sebagai tambahan, bahkan dalam batas toleransi yang dinyatakan dalam hubungan
dengan rumus perbandingan campuran, campuran yang diberikan tidak boleh jatuh di
luar batas komposisi umum yang diberikan pada Tabel 6.9.1.
53
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SKh. 6.9.4 PERSYARATAN INSTALASI UNTUK PELAKSANAAN

1) Instalasi Pencampuran

Suatu instalasi pencampuran dingin yang sengaja didirikan akan digunakan. Instalasi itu
harus mampu memproduksi campuran yang terselimuti secara penuh dan merata serta
homogen. Instalasi yang sengaja dibangun itu harus dilengkapi dengan mesin remas
adukan jenis menerus atau jenis takaran dan peralatan untuk mengontrol secara tepat
penghantaran masing-masing bahan pembentuk ke mesin remas adukan dalam berat
ataupun volume.

Tempat pengumpan yang terpisah harus disediakan untuk masing-masing agregat yang
digunakan. Tangki curah penyimpan emulsi harus dilengkapi alat pengaduk mekanik
untuk menjamin bahwa emulsi senantiasa homogen. Instalasi pencampuran yang dapat
berpindah dapat diperkenankan asalkan mampu secara konsisten menghasilkan
campuran yang memenuhi persyaratan dalam Seksi ini.

2) Peralatan Pengangkut

a) Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak dari logam yang
rapat, bersih dan rata, telah disemprot dengan sedikit air sabun, minyak yang telah
diencerkan, minyak tanah, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya
campuran ke bak. Jika ada genangan minyak di bak truk setelah penyemprotan,
harus dibuang sebelum campuran dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus
ditutup dengan kanvas/terval atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang
sedemkian rupa agar dapat melindungi campuran terhadap cuaca.

b) Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan akibat sistem pegasnya atau
faktor lain, atau yang menunjukkan kebocoran oil yang nyata, atau yang
menyebabkan kelambatan yang tidak perlu, atas perintah Direksi Teknik harus
dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki.

3) Peralatan Penghampar dan Penyempurna

a) Peralatan penghampar dan pembentuk harus dari mesin mekanis yang telah
disetujui, mempunyai mesin sendiri yang mampu menghampar dan membentuk
campuran sampai sesuai dengan garis, permukaan serta penampang melintang
yang diperlukan.

b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan penadah serta ulir pembagi dari tipe
yang berlawanan untuk menempatkan campuran secara merata dimuka “secreed”
(sepatu) yang dapat disetel. Mesin ini harus dilengkapi dengan perangkat kemudi
yang cepat dan efisien dan harus dapat bergerak mundur dan maju.

c) Mesin penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti


penyeimbang (equalizing runners), pisau (straightedge runners), lengan perata
(evener arms), atau perlengkapan lainnya untuk mempertahankan kelurusan
permukaan dan kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan
pembentuk tepi yang tepat.

d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan “screed” (sepatu) atau yang dengan
tipe vibrator yang dapat digerakkan yang diperlukan untuk penghamparan
campuran tanpa menggusur atau merusak permukaan.
54
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

e) Istilah “screed” meliputi pemangkasan, penutupan, atau tindakan praktis lainnya


yang efektif untuk menghasilkan permukaan akhir dengan kerataan atau tekstur
yang dipersyaratkan, tanpa terbelah, tergeser atau beralur.

f) Jika selama pelaksanaan diketahui bahwa perlengkapan penghampar dan


pembentuk dalam pengoperasiannya meninggalkan bekas pada permukaan atau
cacat atau ketidak rataan permukaan lainnya yang tidak diperbaiki dengan
memuaskan dengan pelaksanaan yang dijadwalkan, maka penggunaan peralatan
tersebut, harus dihentikan dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang
memuaskan harus disediakan oleh Penyedia.

g) Motor grader dapat digunakan sebagai pengganti mesin penghampar aspal asal
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Motor grader harus berada dalam kondisi yang
baik secara mekanik. Tepi pemotong pada pisau pembentuk gradien yang sudah
aus yang akan menghasilkan toleransi permukaan akhir yang buruk ataupun yang
cacat lain tidak akan diperkenankan pemakaiannya.

4) Peralatan Pemadat

a) Setiap mesin penghampar harus disertai mesin gilas baja (steel wheel roller) dan
mesin gilas ban bertekanan. Semua mesin gilas harus mempunyai tenaga
penggerak sendiri.

b) Mesin gilas ban bertekanan (pneumatic tired rollers) harus dari tipe yang disetujui
yang memiliki tidak kurang dari tujuh roda ban halus dengan ukuran dan
konstruksi yang sama yang mampu beroperasi pada tekanan 8,5 kg/cm2 (120 psi).
Roda harus berjarak sama satu sama lain pada kedua garis sumbu dan diatur
sedemikian rupa sehingga roda pada sumbu yang satu jatuh diantara tanda roda
yang lainnya (tumpang-tindih). Masing-masing ban harus dipertahankan
tekanannya pada tekanan operasi yang dipersyaratkan sehingga selisih antara dua
ban harus tidak melebihi 350 gram/cm2 (5 psi). Suatu alat harus disediakan untuk
memeriksa dan menyetel tekanan ban dilapangan setiap saat. Untuk setiap ukuran
dan tipe ban yang digunakan, Penyedia harus memberikan kepada Direksi Teknik
grafik atau Tabel yang menunjukkan hubungan antara beban roda, tekanan ban,
dan tekanan ban pada bidang yang penyentuh, lebar dan luas. Masing-masing
mesin gilas harus dilengkapi dengan suatu cara penyetelan berat keseluruhannya
dengan pengaturan beban (ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat
dirubah dari 1.500 sampai 2.500 kg. Dalam operasi, tekanan ban dan beban roda
harus disetel sesuai dengan permintaan Direksi Teknik, untuk memenuhi
kebutuhan pemadatan tertentu. Pada umumnya pemadatan dari setiap lapisan
dengan mesin gilas ban bertekanan harus dengan tekanan yang setinggi mungkin
yang dapat dipikul material.

c) Mesin gilas yang dapat bergerak sendiri dapat dibagi dalam tiga tipe :

- Mesin gilas tiga roda (Three Wheel Roller)


- Mesin gilas roda tandem (Tandem Wheel Roller)
- Mesin gilas tandem dengan tiga sumbu (Three Axle Tandem Roller)

Mesin gilas harus mampu menimbulkan beban tekanan pada roda belakang tidak
kurang dari 400 kg per 0,1 m kali lebar minimum roda 0,5 m. Paling sedikit satu
dari mesin gilasnya mampu menimbulkan tekanan gilas sebesar 600 kg per 0,1 m
55
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

kali lebar. Mesin gilas harus bebas dari permukaan yang datar (flat), penyok,
robek-robek atau tonjolan yang akan merusak permukaan perkerasan.

SKh. 6.9.5 PRODUKSI CAMPURAN

1) Penyiapan Mineral Agregat

Agregat harus cukup basah untuk menjamin pelapisan optimum. Kadar air agregat tidak
boleh lebih dari 3 %.

2) Pembuatan Campuran

Waktu pencampuran harus ditentukan untuk menjamin bahwa agregat terselimuti


sepenuhnya dan secara merata.

SKh. 6.9.6 PENGHAMPARAN CAMPURAN

1) Penyiapan Permukaan

Mengingat bahwa bahan ini bersifat permeabel, maka penting bahwa permukaan yang
ada bebas dari pengaliran air (tidak boleh ada genangan air diatas permukaan) dan harus
kedap air. Penyiapan yang cermat atas permukaan yang ada dengan demikian sangat
penting. Setiap lekukan yang akan menampung air dan lubang-lubang harus ditambal
demikian juga retakan-retakan harus diisi sebelum pengerjaan pelapisan ulang dimulai.
Permukaan yang tidak tahan air (termasuk bagian perbaikan dengan campuran dingin
bergradasi terbuka, lapis base agregat yang diberi lapis resap pengikat atau lapis air
pengikat pengendap yang sudah ada dan dalam kondisi retak-retak parah) harus dilabur
dengan menggunakan aspal cair atau bahan pelabur emulsi.

Permukaan yang ada harus dibersihkan dengan baik bebas dari semua bahan yang lepas
dan yang dapat merusak. Lapis pengikat harus diberikan secara merata keatas semua
permukaan kecuali lapis resap pengikat yang masih baru.

2) Penghamparan

a) Campuran harus dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta
bentuk melintang yang disyaratkan.

b) Mesin penghampar harus dioperasikan pada suatu kecepatan yang tidak akan
menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak teraturan lainnya
pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan dan ditaati.

c) Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan, mesin penghampar
harus dihentikan dan tidak dijalankan. Tempat-tempat yang kasar atau
tersegregasi dapat diperbaiki dengan menaburkan bahan yang halus (Fine) dan
perlahan-lahan diratakan. Perataan (Raking) kembali sebaiknya dihindari sedapat
mungkin. Butir-butir kasar tidak boleh ditaburkan diatas permukaan yang
dihampar dengan rapi.

d) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul pada tepi-tepi penadah atau
tempat lainnya di mesin.
56
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

e) Dimana jalan akan diaspal hanya separoh dari lebarnya untuk setiap operasi,
urutan pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa sehingga panjang
pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir setiap hari kerja dibuat sependek
mungkin.

3) Pemadatan Awal

Segera sesudah emulsi mulai pecah (biasanya langsung sesudah penghamparan) maka
diberi penggilasan dengan mesin penggilas beroda baja sebanyak 2-4 lintasan dengan
kecepatan 5 km/jam. Penggilasan harus dimulai ditepi yang lebih bawah dan berpindah
kearah bagian tengah.

4) Penutupan

Abu batu atau pasir dapat diberikan secara merata dengan takaran 2-4 kg/m2.

5) Pemadatan Lanjutan

Lintasan tambahan dengan mesin penggilas beroda pneumatic sebanyak 2-10 lintasan.

6) Kepadatan Lapangan

Kepadatan yang dicapai tidak boleh kurang dari 98 % nilai kepadatan yang diperoleh di
laboratorium dengan memberi 25 tumbukan untuk pemadatan Marshall pada suhu
ruangan dan harus diukur dengan menggunakan alat kepadatan nuklir atau dengan
metode lain yang disetujui Direksi Teknik.

SKh. 6.9.7 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Metode Pengukuran

Banyaknya CAEBT/OGEM yang diukur untuk pembayaran harus merupakan jumlah


meter persegi lapisan yang memenuhi persyaratan Seksi ini yang telah dihampar serta
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Daerah yang diukur untuk pembayaran tidak akan
mencakup suatu daerah dengan takaran pemakaian yang lebih rendah dari batas-batas
yang telah ditentukan, daerah yang tidak memiliki ketahanan abrasi yang memadai atau
kohesi yang memadai atau yang tidak memuaskan dari segi lainnya.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar menurut Harga
Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar
dibawah dan tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga dan pembayaran ini
harus merupakan kompensasi penuh untuk mengadakan dan memproduksi dan
mencampur serta menghampar semua material, termasuk semua buruh, peralatan,
pengujian-pengujian, perkakas dan perlengkapan-perlengkapan lainnya yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

57
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran

SKh. 6.9 (1) OGEM (Lapis Pengasar Campuran Aspal Meter persegi
Emulsi Bergradasi Terbuka)

SKh. 6.9 (2) OGEM (Lapis Base atau Lapisan Perata Meter persegi
Campuran Aspal Emulsi Bergradasi
Terbuka)

58
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SPESIFIKASI KHUSUS

SEKSI 6.10

CAMPURAN ASPAL EMULSI BERGRADASI RAPAT

(CAEBR) / DGEM

SKh. 6.10.1 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini akan terdiri atas pemasokan, pencampuran, penghamparan dan


pemadatan Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat (CAEBR) untuk lapisan
base, lapis pondasi bawah atau lapis aus dan untuk penguatan atau perbaikan
bentuk. Jika CAEBR akan digunakan sebagai lapis atas di daerah dengan lalu
lintas sedang atau padat maka campuran tersebut harus ditutup dengan lapisan
campuran panas yang tipis atau diberi pelaburan (satu lapis). Dalam keadaan
apapun tidak diperlukan pengerjaan lebih lanjut.

b) Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat adalah campuran dengan aspal emulsi
dan agregat dengan gradasi sedemikian sehingga menghasilkan campuran
bergradasi rapat. Pencampuran dan pemadatan dan akan berlangsung pada suhu
ruangan.

c) Semua campuran akan direncanakan dengan menggunakan prosedur khusus


sehingga menghasilkan campuran yang memenuhi kriteria rencana. Kriteria
rencana adalah : stabilitas Marshall rendaman, stabilitas sisa, penyerapan air
sesudah perendaman dan tingkat penyelimutan agregat sebagai tambahan untuk
kriteria yang meliputi kadar bahan pengikat efektif, banyaknya rongga total dan
ketebalan film bitumen.

d) Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat dapat dicampur dalam suatu instalasi
pencampuran yang stasioner atau di lokasi dengan menggunakan instalasi yang
dapat dipindah atau motor greder. Instalasi pencampur yang stasioner
memberikan pengontrolan atas perbandingan bahan dan pencampuran juga
penyelimutan agregat oleh bitumen lebih baik dan secara keseluruhan mutu
dengan lebih baik. Instalasi pencampuran harus selalu dipakai jika campuran
dingin bergradasi rapat akan digunakan sebagai lapis atas jalan atau pelapisan
ulang.

2) Tipe Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat

a) Campuran dengan gradasi menerus, kategori I – V

Campuran kategori tipe I/50 dengan ukuran agregat nominal maksimum 50 mm


adalah campuran paling kasar dan digunakan untuk lapis pondasi bawah.
Campuran kategori tipe V/125, dengan agregat nominal 12,5 mm adalah
campuran yang paling halus yang digunakan untuk lapisan base atau lapis aus.
Campuran antara II/37,5, dan III/25 dan IV/19 dapat digunakan untuk lapis
pondasi bawah, lapisan base atau lapis aus jalan.

59
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

b) Campuran aspal emulsi, tipe VI

Tipe campuran ini terutama digunakan untuk pembuatan lapisan base terutama
untuk jalan-jalan berlalu lintas ringan atau sedang. Dalam hal apapun lapisan ini
harus diberi pengendapan.

c) Campuran bergradasi senjang, tipe CRS-A, CRS-B, dan CATB

Kelompok ini mengandung campuran emulsi dengan gradasi yang sama seperti
pada campuran aspal panas Seksi 6.5(4) – Campuran Beraspal (HRS) dan Seksi
6.5 (7) – Campuran Beraspal (ATBL). Campuran ini bisa digunakan untuk lapis
aus atau lapis dasar dan penggunaan serta karakteristiknya adalah sama seperti
pada campuran dengan pemanasan.

Oleh kenyataan bahwa campuran-campuran ini mempunyai luas permukaan


agregatnya lebih besar maka emulsi dengan reaksi lambat harus agak disesuaikan
untuk mendapatkan penyelimutan agregat yang tepat. Dengan alasan yang sama
campuran ini membutuhkan kadar bitumen yang lebih tinggi dibandingkan
campuran emulsi yang bergradasi menerus.

3) Toleransi Ketebalan Lapisan

a) Ketebalan CAEBR yang dipasang harus dipantau dengan pengeboran perkerasan


yang diambil oleh Penyedia dibawah pengawasan Direksi Teknik. Jarak dan
lokasi pengeboran tersebut haruslah sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Teknik
tetapi sekurang-kurangnya harus ada 2 pengeboran yang diambil melintang per
setengah penampang perkerasan yang diperiksa dan jarak memanjang penampang
yang diperiksa itu tidak boleh lebih dari 200 meter.

b) Ketebalan nominal CAEBR sesungguhnya yang terpasang diatas suatu bagian


pekerjaan yang diberikan harus dinyatakan sebagai ketebalan rata-rata semua
hasil pengeboran yang diambil pada bagian itu. Biaya yang diperlukan untuk
penentuan ketebalan bor harus menjadi tanggungan Penyedia sendiri.

c) Ketebalan nominal CAEBR yang sesungguhnya dihamparkan sebagaimana


ditentukan dalam Pasal 6.10.1 (3)(b) diatas harus sama atau lebih besar dari pada
ketebalan nominal rencana. Dalam beberapa keadaan Direksi Teknik atas
kebijaksanaannya sendiri dapat menyetujui atau menerima suatu ketebalan
tersendiri yang lebih tipis dari pada ketebalan nominal rencana asalkan campuran
yang terpasang dengan ketebalan itu memang kuat dalam segi apapun. Dalam
keadaan bagaimanapun ketebalan campuran yang dipadatkan tidak boleh kurang
dari ketebalan nominal rencana.

d) Variasi permukaan akhir campuran untuk lapisan aus terhadap mistar sepanjang
3 meter tidak boleh lebih dari 5 mm di titik manapun. Variasi permukaan CAEBR
akhir yag digunakan sebagai lapisan base terhadap mistar sepanjang 3 meter tidak
boleh melebihi 1 cm di titik manapun.

e) Kelonggaran secukupnya harus diberikan pada masing-masing keadaan untuk


perubahan bentuk akibat berubahnya punggung perkerasan yang direncanakan
dan lengkung vertikal pada profil memanjang.

4) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan dengan Seksi Ini

a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8


60
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

b) Kajian Teknis Lapangan : Seksi 1.9


c) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
d) Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.19
f) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1
g) Campuran Aspal Panas : Seksi 6.3

h) Campuran Aspal Dingin : Seksi 6.5


i) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1
j) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase,
Perlengkapan Jalan dan Jembatan : Seksi 10.1

5) Standar Rujukan (AASHTO)

T 176 - 73 Plastisitas partikel halus agregat bergradasi dan tanah menggunakan


pengujian ekivalen pasir.
T 89 - 81 Batas cair
T 90 - 81 Batas plastik
M 17 - 77 Bahan mineral pengisi untuk campuran perkerasan bitumen.
M 29 - 82 Agregat halus untuk campuran perkerasan bitumen.
M 140 - 80 Aspal emulsi
M 208 - 81 Aspal emulsi kationik
M 84 - 81 Berat jenis dan penyerapan oleh agregat halus.
T 55 - 78 Air dalam produk minyak bumi dan bahan bitumen yang didapat dengan
penyulingan.
T 88 - 81 Analisa saringan agregat halus dan kasar
T 145 - 73 Pengambilan contoh batu, terak, kerikil, pasir dan AASHTO bongkahan
batu yang digunakan sebagai bahan untuk jalan raya.
T 40 - 78 Pengambilan contoh bahan bitumen
T 59 - 80 Pengujian aspal emulsi
T 37 - 77 Analisa saringan pada bahan mineral pengisi.
T 49 - 80 Penetrasi bahan bitumen
T 51 - 81 Daktilitas bahan bitumen
T 96 - 77 Ketahanan terhadap abrasi pada agregat kasar yang berukuran kecil
dengan menggunakan sistem Los Angeles.
T 164 - 80 Ekstraksi kuantitatif bitumen dari campuran perkerasan bitumen.
T 166 - 78 Berat jenis curah campuran bitumen yang dimampatkan.
T 209 - 82 Berat jenis maksimum campuran perkerasan bitumen.
T 245 - 78 Ketahanan terhadap pelelehan plastik campuran bitumen dengan
menggunakan peralatan Marshall.
T 255 - 76 Kadar air total agregat dengan pengeringan
T 59 - 80 Pengujian aspal emulsi

6) Pelaporan
Penyedia harus menyampaikan hal-hal berikut kepada Direksi Pekerjaan :
a) Sebelum pelaksanaan dimulai
(i) Contoh sebanyak 25 liter aspal emulsi yang digunakan oleh Penyedia untuk
pekerjaan ini, berikut sertifikat pabrik. Sertifikat harus mencantumkan tipe
emulsi, tipe bahan pengikat yang digunakan, persentase bitumen sisa,
stabilitas penyimpanan sesudah 24 jam, viskositas, dan Spesifikasi yang
dipenuhi oleh emulsi tersebut.

61
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

(ii) Jumlah secukupnya campuran agregat (kira-kira 30 kg) yang akan


digunakan dan jumlah yang sesuai agregat kasar dan sedang dan jenis pasir
yang dipakai untuk pembuatan campuran agregat. Contoh harus
disampaikan berikut sertifikat yang menunjukkan nilai keausan agregat
untuk kehilangan akibat abrasi, nilai setara pasir (NSP) dan indeks plastik
(IP). NSP dan IP harus ditentukan dari contoh-contoh yang diambil dari
campuran agregat. Penyerapan air oleh agregat kasar dan sedang serta pasir
juga harus dicantumkan.
(iii) Agregat tambahan akan dipasok atas permintaan Direksi Pekerjaan

(iv) Penyedia harus menyerahkan rencana campuran selengkapnya yang


menunjukkan persentase fraksi kasar, halus dan bahan pengisi sesuai
dengan Pasal 6.10.3 (3), gradasi agregat, kadar bitumen sisa pada campuran
jadi, air yang ditambahkan sebelum pencampuran, stabilitas sisa,
banyaknya rongga total, penyerapan air sesudah perendaman selama 48
jam, persentase penyelimutan agregat, berat jenis kering curah campuran
yang telah dipadatkan, kadar air saat pemadatan.
(v) Sebelum pelaksanaan dimulai, Penyedia harus mengadakan suatu lajur
percobaan untuk menujukkan kepada Direksi Pekerjaan, bahwa dia mampu
membuat dan menghamparkan campuran yang diusulkan tersebut. Contoh
yang diambil dari 3 bagian percobaan yang berlainan (panjang minimum
25 m) harus dianalisa. Kadar aspal sisa pada campuran untuk masing-
masing contoh tidak boleh menyimpang lebih dari 0,3 % terhadap nilai
yang dituju.
b) Selama pelaksanaan
(i) Selama pelaksanaan Penyedia harus bertanggung jawab untuk memantau
mutu campuran dan dia harus menyampaikan laporan harian laboratorium
kepada Direksi Pekerjaan. Laporan tersebut harus menunjukkan gradasi
agregat. Kadar bitumen sisa dengan ekstraksi dan tingkat penyelimutan
agregat oleh aspal. Jumlah pengujian akan ditentukan oleh banyaknya
campuran yang dibuat setiap hari dengan mengacu kepada Pasal 6.10.7 (5).
(ii) Penyedia juga bertanggung jawab untuk memantau secara teratur ketebalan
dan kepadatan lapisan (lapisan-lapisan) yang harus sesuai dengan nilai-
nilai yang telah ditentukan. Kepadatan setelah pemadatan di lokasi dan
persentasinya jika dikaitkan ke kepadatan hasil laboratorium juga harus
dilaporkan secara harian. Pembacaan harus dilakukan dengan alat ukur
kepadatan nuklir untuk setiap 50 m.

7) Penyimpanan Bahan
a) Penyimpanan material agregat harus sedemikian rupa sehingga mutunya terjamin
dan terpelihara setiap saat untuk dipergunakan dalam pekerjaan sewaktu-waktu
dan mudah untuk diperiksa oleh Direksi Pekerjaan.

b) Penyimpanan dan penanganan emulsi


(i) Emulsi harus disimpan dalam tangki penyimpanan vertikal ukuran besar
yang dilengkapi dengan sistem pengaduk dan sirkulasi. Tangki
penyimpanan harus disekat terhadap panas atau setidak-tidaknya dicat
dengan warna muda (putih atau perak) jika tangki itu tidak dilindungi dan
harus diberi perlindungan terhadap karat.

62
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

(ii) Tangki penyimpanan mendatar boleh digunakan hanya untuk penyimpanan


jangka pendek di lokasi dan harus dilengkapi dengan pompa sirkulasi.
Sirkulasi ulang harus dicegah karena emulsi dapat menjadi tidak stabil
akibat peningkatan viskositas. Jika tangki penyimpanan mendatar
digunakan tangki tersebut harus selalu berisi penuh emulsi.

(iii) Tempat penyimpanan terpisah harus disediakan untuk masing-masing


mutu emulsi yang dipakai. Tangki penyimpanan harus dibersihkan dengan
baik setiap kali terjadi penggantian jenis emulsi yang akan disimpan
(kationik atau anionik).

Air tidak boleh ditambahkan kepada emulsi kecuali dengan persetujuan


tertulis Direksi Pekerjaan dan dibawah pengawasan langsung oleh Direksi
Pekerjaan.

Air akan ditambahkan kepada emulsi pada suhu yang sama seperti suhu
emulsi (atau agak lebih tinggi). Jangan sekali-kali menambahkan emulsi
kepada air.

(iv) Pengangkutan emulsi akan dilaksanakan dengan tangki pengantar yang


sesuai atau dalam drum. Tangki atau drum tersebut harus selalu bersih dan
bebas dari minyak mentah, pelarut, cat, residu emulsi dari bahan lain yang
merusak.

c) Penyimpanan campuran

Campuran bergradasi rapat yang dihasilkan dengan emulsi tersebut disuatu


instalasi stasioner tidak perlu ditimbun untuk pengeringan, kecuali bila terdapat
kelebihan air di dalam campuran. Campuran yang dihasilkan harus dikeluarkan
dari instalasi pencampuran langsung keatas truk untuk diantarkan ke lokasi.

8) Pembatasan oleh Cuaca

Campuran tidak boleh dipasang dalam keadaan hujan atau jika akan hujan. Kelembaban
yang tinggi, angin dan suhu akan mempengaruhi tingkat penguapan air dari campuran
dan kecepatan pengeringan.

9) Penyiapan Permukaan

a) Penyiapan permukaan yang baik adalah penting. Jika campuran emulsi rapat yang
dingin digunakan sebagai lapisan base atau lapis pondasi bawah maka permukaan
yang ada harus diberi lapis resap pengikat.

b) Jika campuran dipakai sebagai lapisan aus jalan atau untuk perbaikan bentuk atau
untuk pelapisan ulang diatas permukaan aspal yang lama, setiap cekungan atau
lubang harus dibersihkan dan ditambal dengan campuran pemeliharaan panas
atau dingin. Sebelum diberi lapisan CAEBR (DGEM) lapis perekat harus
diberikan seperlunya.

c) Jika terdapat retakan permukaan, maka retakan harus diisi sebelum pemberian
lapis rekat. Pemberian lapis pengikat harus selalu dilaksanakan dengan emulsi.

10) Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Memuaskan

Daerah dengan ketebalan dan kepadatan kurang dari nilai yang telah ditentukan atau
63
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

disetujui, maupun daerah dengan penyelimutan agregat yang tidak memenuhi nilai yang
telah ditetapkan, tidak akan dibayar sampai diadakan perbaikan oleh Penyedia
sebagaimana diperintahkan Direksi Pekerjaan. Perbaikan dapat meliputi penyingkiran
dan penggantian, penambahan lapisan pelengkap campuran emulsi rapat yang dingin,
pelaburan, campuran aspal panas, atau langkah lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi
Pekerjaan. Tidak akan diberikan pembayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan atau
jumlah bahan yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Jumlah pembayaran adalah
jumlah yang akan dibayarkan sesudah pengukuran pekerjaan seandainya pekerjaan
semula dapat diterima.

11) Perbaikan Perkerasan Sesudah Pengujian

Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainnya harus
segera ditutup kembali dengan material Campuran Aspal oleh Penyedia dan dipadatkan
hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan
yang dipersyaratkan dalam Seksi ini. Bahan pengisi dapat berupa CAEBR (DGEM).

12) Lapis Perata

Jika campuran digunakan sebagai lapis perata, semua persyaratan pada Seksi ini akan
berlaku kecuali persyaratan untuk ketebalan nominal.

SKh. 6.10.2 MATERIAL

1) Agregat – Umum

a) Agregat untuk CAEBR dapat berupa batu pecah, batu atau kerikil, kerikil
bercampur pasir, pasir pecah atau abu batu, atau kerak yang memenuhi
persyaratan dan menghasilkan campuran yang mantap, mudah pengerjaannya,
fleksibel dan awet. Jika campuran digunakan untuk lapis aus jalan maka agregat
juga harus memenuhi persyaratan umum untuk menghasilkan permukaan anti-
slip yang baik dan awet.

b) Agregat tidak akan digunakan sampai agregat itu telah mendapat persetujuan
Direksi Pekerjaan terlebih dahulu dan telah ditimbun sesuai dengan persyaratan.

c) Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia harus menimbun sekurang-kurangnya 40


% dari keseluruhan agregat yang dibutuhkan dan sesudah itu harus
mempertahankan persediaan timbunan untuk sekurang-kurangnya 40 %
kebutuhan sisanya. Tidak boleh ada perubahan atas agregat semula selama
pengerjaan kecuali jika memang mutlak diperlukan. Sumber agregat baru harus
mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum digunakan.

d) (i) Jika pencampuran dilakukan dalam instalasi pencampuran yang stasioner,


Agregat harus dihantarkan ke mesin pencampur dengan tidak kurang 2 bin
terpisah lewat sabuk penghantar (atau elevator pengumpan dingin). Bin
tersebut harus dilengkapi dengan alat yang efektif untuk menjaga
perbandingan agregat.

(ii) Jika pencampuran dilaksanakan di lokasi, campuran agregat harus menjalani


pra-pencampuran pada perbandingan yang telah disyaratkan. Pra-
pencampuran sebaiknya dilakukan dengan cara yang sama seperti
pencampuran stasioner.

64
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

e) Perhatian harus dicurahkan kepada semua tahap pencampuran agar tidak


mencampur agregat dengan agregat lainnya yang ukurannya berbeda atau bahan
asing seperti tanah atau lempung.

f) Agregat gabungan yang digunakan haruslah sedemikian sehingga penyerapan


bitumen tidak melebihi 1,7 %.

2) Agregat Kasar

(a) Agregat kasar harus terdiri atas bahan baik hasil pemecahan atau bukan, yang
bersih, ulet, awet dan bebas dari kotoran atau bahan lain yang tidak
diperkenankan. Nilai abrasi Los Angeles untuk semua tipe campuran tidak boleh
lebih dari 40 % kecuali CAEBR yang digunakan sebagai lapis aus yang harus
mempunyai nilai abrasi Los Angeles tidak kurang dari 35 % pada 500 putaran.

(b) Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi persyaratan gradasi dibawah ini:

Ukuran Ayakan Persen Berat Lolos


(mm) (ASTM) Untuk Semua CAEBR
50 2" 100
37,5 1 ½" 90 – 100
25 1" 20 – 100
12,5 ½" 5 – 100
9,5 3/8" 0 – 100
4,75 #4 0 – 30
2,36 #8 0 – 10
0,075 # 200 0–5

3) Agregat Halus

a) Agregat halus harus terdiri salah satu atau lebih pasir hasil pecahan batu atau pasir
alam, yang bebas dari gumpalan atau butiran lempung atau tanah.

b) Pasir hasil pecahan batu harus dihasilkan dari batu yang memenuhi persyaratan
mutu yang diberikan Pasal 6.10.2 (2)(a).

c) Agregat halus pada umumnya harus memenuhi atau mendekati persyaratan


gradasi dibawah ini :

Ukuran Ayakan Persen Berat Lolos


(mm) (ASTM) Untuk Semua CAEBR
9,5 3/8 " 100
4,75 #4 90 – 100
2,36 #8 20 – 100
0,600 # 30 5 – 100
0,075 # 200 1 – 11

4) Bahan Pengisi untuk CAEBR

a) Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu, kapur (limestone dust), semen portland,
abu terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non plastis lainnya dari sumber
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bahan tersebut harus bebas dari bahan lain
yang tidak dikehendaki.

65
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

b) Harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan
pengayakan basah harus mengandung bahan yang lolos saringan 75 mikron tidak
kurang dari 75 % beratnya.

c) Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya tahan
campuran, membantu penyelaputan dari partikel agregat dan membantu
mencegah pengelupasan. Akan tetapi banyaknya variasi kualitas dari sumber-
sumber kapur dan kecenderungan dari kapur tersebut untuk membentuk
gumpalan-gumpalan terbukti dapat menimbulkan masalah pada waktu penakaran.
Pengembangan kapur karena hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran
apabila kadar kapur tersebut terlalu tinggi. Apabila semen portland yang
dipergunakan maka proposi maksimum yang diijinkan adalah 2 % dari berat
keseluruhan campuran aspal.

5) Campuran Agregat Gabungan untuk CAEBR Dingin

a) Campuran agregat gabungan harus mempunyai nilai setara pasir lebih besar dari
45 %.

b) Persentase partikel pada campuran gabungan yang mempunyai dua bidang pecah
harus setinggi mungkin dan tidak boleh kurang dari 65 %. Jika CAEBR
digunakan sebagai lapis aus, campuran agregat kasar gabungan harus dibuat
semata-mata dari agregat hasil pemecahan batu.

c) Campuran agregat gabungan harus bersifat non plastik.

6) Aspal Emulsi

Aspal emulsi harus kationik dengan reaksi lambat atau sedang (CSR atau CMS) atau
anionik SS atau MS sesuai dengan AASHTO M 140 dan M 208 atau jenis lain dapat
digunakan asal mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

7) Air

a) Hanya air bersih yang sesuai dapat ditambahkan kepada campuran.

b) Jika pencampuran berlangsung di lokasi, dengan menggunakan instalasi yang


dapat dipindah atau motor grader dan jika diperlukan penambahan air, maka
perhatian harus dicurahkan untuk menjamin bahwa tangki pemasok air
dibersihkan dengan baik. Tangki pemasok air harus digunakan hanya untuk
pemasok air selama berlangsungnya pelaksanaan.

8) Zat Tambahan Kimiawi

Zat tambahan kimiawi mungkin dibutuhkan selama pencampuran untuk mengubah


waktu pemecahan emulsi dan untuk memperbaiki tingkat penyelimutan. Zat tambahan
biasanya diencerkan dengan air dan ditambahkan dalam jumlah yang ditetapkan oleh
pemasok emulsi.

66
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SKh. 6.10.3 CAMPURAN


1) Tinjauan Umum

a) CAEBR harus tersusun atas mineral agregat, aspal emulsi, air tambahan (jika
diperlukan) dan bahan pengisi (jika diperlukan).

b) Campuran harus direncanakan untuk unjuk kerja jangka panjang yang optimum
dengan mengunakan prosedur pengujian Marshall yang dimodifikasi dan harus
memenuhi batas komposisi dan persyaratan sifat yang masing-masing diberikan
dalam Tabel 6.10.3 (1) dan 6.10.3 (3). Campuran juga harus mudah
pengerjaannya, mudah dimanfaatkan dan tidak peka terhadap pengaruh
kelembaban.

c) Penyelimutan sepenuhnya campuran emulsi bergradasi rapat tidak diperlukan.


Tetapi persyaratan minimum harus selalu dipenuhi dan segala upaya harus
dilakukan untuk menghasilkan campuran dengan penyelimutan yang hampir
penuh.
d) Air, jika perlu, harus selalu ditambahkan pada agregat kering sebelum
pencampuran dengan emulsi.
e) Jika tambahan bahan pengisi dibutuhkan, maka disarankan dengan semen
portland. Semen portland mungkin dibutuhkan jika kemudahan pengerjaan,
stabilitas awal atau stabilitas sisa campuran tersebut akan diperbaiki. Penambahan
semen juga memungkinkan pamadatan dimulai lebih cepat. Jumlah semen
portland maksimum yang ditambahkan harus sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 6.10.2 (4)(c).
f) Semua campuran yang diusulkan harus ditinjau kembali dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan atau badan yang setingkat sebelum campuran digunakan pada
pekerjaan sesungguhnya.

2) Kadar Bitumen Campuran

Kadar bitumen dalam campuran harus ditetapkan agar kadar bitumen efektif (yaitu
sesudah kehilangan akibat terserap agregat) tidak boleh kurang dari nilai minimum yang
ditentukan dalam Tabel 6.10.3 (3). Oleh karena itu, persentase bitumen yang
sesungguhnya akan ditambahkan kepada campuran tergantung kepada daya serap
agregat yang digunakan dan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan ketika dia
menyetujui rumus perbandingan campuran. Nilai yang ditetapkan tersebut didasarkan
atas data uji yang tidak boleh melebihi batas yang ditentukan dalam Tabel 6.10.3 (3).

3) Perbandingan Komponen Agregat

a) Komponen campuran agregat harus ditetapkan dalam batasan yang disyaratkan


pada “fraksi rencana”, yang dinyatakan sebagai berikut :
Fraksi agregat kasar (AK) = Persentase berat total campuran yang terdiri
atas bahan yang tertinggal diatas ayakan 2,36
mm.
Fraksi agregat halus (AH) = Persentase berat campuran yang terdiri atas
bahan yang lewat ayakan 2,36 mm tetapi
tertahan diatas ayakan 75 mikron.
Fraksi bahan pengisi (FP) = Persentase berat total campuran yang terdiri
atas bahan yang lolos ayakan 75 mikron.

67
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

b) Harap diperhatikan bahwa fraksi rencana umumnya tidak sama dengan


perbandingan takaran yang diperlukan antara agregat kasar, pasir dan tambahan
zat pengisi (jika dibutuhkan). Dalam menentukan pencampuran yang tepat
berbagai agregat dan bahan pengisi yang tersedia untuk menghasilkan fraksi
rencana yang diperlukan, gradasi masing-masing agregat dan bahan pengisi yang
tersedia harus ditentukan dengan pengayakan basah untuk menjamin ukuran yang
tepat bahan yang melewati ayakan 2,36 mm dan ayakan 75 mikron.

c) Fraksi rencana untuk campuran umumnya harus berada dalam komposisi yang
diberikan pada Tabel 6.10.3 (1). Tetapi, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui atau
memerintahkan penggunaan campuran yang melampaui pembatasan ini asalkan
sifat campuran yang ditentukan dalam Pasal 6.10.3 (8) dipenuhi.

Tabel 6.10.3 (1) Fraksi Rencana Campuran

Persentase Berat Total Campuran


Fraksi Campuran Tipe I/50 Tipe II/375 Tipe IV/19 Tipe V/125 Tipe VI
Tipe III/25
Rencana Lapon Base dan Base (B) & Base (B) & Campuran Tipe CRS
Base (B) &
Bawah Lapon Lapis Lapis Pasir & Lapis dan CATB
Permukaan
(LPB) Bawah Permukaan Permukaan Permukaan

Fraksi Agregat Kasar 60 – 85 55 – 80 50 – 75 45 – 70 40 – 60 25 – 55 40 – 60


(FAK) (> # 8)
Fraksi Agregat Halus 10 – 30 13 – 35 17 – 40 20 – 40 30 – 50 60 – 65 26 – 40,5
(FAH) (# 8 - # 200)
Fraksi Zat Pengisi 0 – 4,5 1 – 6,5 2,0 – 8,0 2 – 8,5 2 – 9,0 6 – 15 4,5 – 7,5
(FZP) (< # 200)

4) Penyesuaian Perbandingan Campuran Terhadap Campuran Percobaan

a) Penyedia harus menunjukkan kecocokan semua agregat yang diusulkan dan


perbandingan komponen campuran yang diusulkan dengan membuat dan menguji
campuran percobaan di dalam laboratorium dan juga dengan menguji campuran
percobaan yang dibuat di instalasi pencampuran tepat sebelum pemasangan
campuran tersebut.

b) Pengujian aspal emulsi akan mencakup segala yang ditentukan oleh AASHTO M
208-86 atau M 140-86 dan khususnya kadar bahan pengikat, viskositas,
kemantapan dalam penyimpanan, uji ayakan, penentuan minyak suling, dan
penetrasi serta duktilitas residu bitumen. Semua pengujian ini dilaksanakan
menurut AASHTO T 59-80.

c) Pengujian atas agregat halus dan kasar yang akan digunakan akan mencakup uji
gradasi, kerapatan menyeluruh, kerapatan kering permukaan jenuh dan kerapatan
menyeluruh yang tampak untuk permukaan jenuh dan penyerapan air maupun
pengujian sifat agregat lainnya yang mungkin diminta oleh Direksi Teknik.

d) Pengujian atas campuran bitumen dingin untuk percobaan akan mencakup


pengujian atas campuran sifat bitumen berdasarkan uji Marshall yang
dimodifikasi dan penentuan persentase stabilitas sisa serta penyerapan air sesudah
perendaman kapiler selama 48 jam.

e) Percobaan campuran rencana laboratorium harus dilaksanakan dengan


menggunakan bahan persediaan untuk menentukan kadar air agregat yang
ditimbun. Sesudah kadar air agregat ditentukan, agregat harus dikeringkan dalan
oven sampai beratnya tetap sebelum suatu campuran percobaan dibuat.
68
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

f) Uji campuran percobaan laboratorium harus dilakukan dalam empat langkah


dasar berikut :

(i) Pemilihan formula campuran nominal yang akan digunakan sebagai pokok
acuan untuk campuran percobaan.

(ii) Penentuan kecocokan emulsi dengan menggunakan campuran nominal


yang dipilih.

(iii) Campuran percobaan untuk memilih suatu formula campuran optimum.

(iv) Penetapan campuran optimum dengan pengujian disertai penyesuaian


formula campuran yang dipilih jika diperlukan.

g) Sebelum percobaan laboratorium dimulai, suatu resep campuran mineral yang


tepat bagi tipe campuran yang diusulkan harus ditentukan dahulu dengan
menggunakan metodologi sebagai berikut :
(i) Perbandingan takaran campuran nominal

Untuk agregat yang dengan baik memenuhi batasan gradasi yang


ditentukan yang diberikan pada Pasal 6.10.2 (2) dan 6.10.2 (3), fraksi
rencana agregat gabungan yang tepat yang dipakai untuk menghitung
perbandingan takaran nominal yang diperlukan, ditunjukkan dalam Tabel
6.10.3 (2).

Tabel 6.10.3 (2) Perbandingan Campuran Nominal

Persentase Berat Total Campuran


Fraksi Campuran Tipe I/50 Tipe II/375 Tipe IV/19 Tipe V/125 Tipe VI
Tipe III/25
Rencana Lapon Base dan Base (B) & Base (B) & Campuran Tipe CRS
Base (B) &
Bawah Lapon Lapis Lapis Pasir & Lapis dan CATB
Permukaan
(LPB) Bawah Permukaan Permukaan Permukaan

Fraksi Agregat Kasar 75 70 65 60 60 30 50


(FAK) (> # 8)
Fraksi Agregat Halus 22,5 – b 26 – b 30 – b 34,5 – b 44 – b 61,5 – b 45,5 – b
(FAH) (# 8 - # 200)
Fraksi Zat Pengisi 2,5 4 5 5,5 6 8,5 4,5
(FZP) (< # 200)

Catatan : Untuk batas nilai ’b” (persentase bitumen terhadap berat total campuran)
dengan mengacu kepada Tabel 6.10.3 (3).

Perhitungan resep takaran campuran nominal dari komponen campuran rencana


harus dicatat pada formulir yang disediakan.

(ii) Kadar bitumen nominal

Nilai laboratorium untuk penyerapan air bagi agregat yang diusulkan harus
dipakai untuk mendapatkan perkiraan banyaknya bitumen yang cenderung
terserap oleh agregat gabungan pada campuran nominal. Penyerapan
bitumen yang diperkirakan harus 50 % dari penyerapan air yang terukur.
Bitumen yang terserap yang dihitung itu harus ditambahkan pada kadar
bitumen efektif minimum yang ditentukan dalam Tabel 6.10.3 (3) dan
jumlahnya jika perlu disesuaikan agar dapat memenuhi persyaratan
bitumen total minimum sesungguhnya yang ditentukan dalam Tabel
69
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

6.10.3 (3) harus merupakan kadar bitumen nominal untuk campuran


percobaan. Dari kadar bitumen nominal ini kadar emulsi nominal pada
campuran percobaan harus ditentukan berdasarkan kadar bitumen sisa di
dalam emulsi yang akan digunakan.

h) Sebelum percobaan laboratorium dimulai perlu diperiksa kecocokan aspal emulsi


yang tersedia. Pengujian ini harus dilakukan setiap kali suatu agregat atau emulsi
baru akan digunakan. Kecocokan emulsi pada tahap ini ditentukan oleh
kemampuan penyelimutan emulsi tersebut, sebagaimana ditentukan dengan uji
penyelubungan. Emulsi akan dianggap cocok untuk campuran percobaan
laboratorium selanjutnya jika penyelimutan campuran agregat lebih besar dari 75
%. Jika tingkat penyelimutan ini tidak dapat dicapai, pengujian lebih lanjut harus
diadakan dan suatu tipe emulsi yang baru harus diminta.

i) Campuran percobaan laboratorium harus dibuat berdasarkan resep campuran


nominal dengan variasi perbandingan pencampuran agregat, kadar bitumen dan
kadar bahan pengisi yang ditambahkan (jika diperlukan). Untuk setiap variabel
yang akan diperiksa serangkaian contoh uji Marshall akan disiapkan dengan
ketentuan bahwa satu atau dua parameter campuran yang ditinjau akan diubah
sementara parameter campuran lainnya tetap dipertahankan pada nilai yang
berlaku untuk campuran nominal. Variasi campuran berikut akan diperiksa :

(i) Variasi campuran agregat

Campuran bergradasi menerus tipe I – V


Campuran ini dipengaruhi oleh perbandingan agregat kasar dalam
campuran dan oleh perbandingan campuran pasir terhadap abu batu.
Sekurang-kurangnya 3 perbandingan terpisah agregat kasar dalam batas
yang ditunjukkan pada Tabel 6.10.3 (1) harus dicoba dan juga sekurang-
kurangnya 3 campuran terpisah pasir alam dan abu batu. Perbandingan
campuran pasir dan abu batu harus diperiksa untuk batas meliputi kira-kira
0:1, sampai kira-kira 1:2. Untuk semua uji variasi agregat ini perbandingan
campuran untuk bitumen dan tambahan bahan pengisi (jika ada) harus tetap
dipertahankan pada nilai campuran nominal.

Campuran pasir, tipe VI


Tipe campuran ini dipengaruhi oleh tipe pasir yang dipakai. Oleh karena
itu, penting sekali memeriksa semua sumber pasir yang mungkin didapat.
Jika campuran dua jenis pasir akan digunakan, sekurang-kurangnya 3
campuran terpisah dari kedua jenis pasir harus diuji. Untuk uji variasi
campuran pasir, perbandingan campuran antara bitumen dan bahan pengisi
tambahan harus ditetapkan pada nilai campuran nominal.

Campuran bergradasi senjang, tipe CRS – A, CRS – B dan CATB


Paling tidak tiga perbandingan agregat kasar yang terpisah, yang
memenuhi semua batas-batas pada Tabel 6.10.3 (2) harus dicoba, demikian
pula paling tidak tiga campuran yang berbeda dari pasir alam dan agregat
pecah. Perbandingan campuran pasir terhadap abu batu harus dicoba
dengan perbandingan kira-kira 2:1 sampai kira-kira 1:2. Salah satu
perbandingan agregat kasar dan perbandingan pasir terhadap abu batu yang
dipilih harus merupakan nilai yang sesuai dengan campuran nominal,
sedangkan nilai-nilai lainnya harus dipilih sehingga kebutuhan batas-batas
variasi tercakup dengan baik dan dengan interval yang sama. Untuk semua
70
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

variasi tes agregat ini, perbandingan campuran dan penambahan filler (bila
ada) harus dipegang pada nilai campuran nominal tertentu.

(ii) Variasi kadar bitumen


Nilai kadar bitumen sebesar 1 % dan 2 % (terhadap berat total campuran
aspal) dibawah kadar bitumen pada campuran nominal harus diuji,
demikian juga untuk nilai yang 1 % atau 2 % diatasnya.

(iii) Variasi kadar bahan pengisi tambahan


Variasi kadar bahan pengisi tambahan harus dibatasi hingga 1 % dan 2 %
diatas nilai bahan pengisi campuran nominal.

j) (i) Untuk setiap variasi pencampuran agregat yang akan diuji, kadar air optimum
pada penempatan harus ditentukan. Ini didapat dengan pemadatan 2 briket
contoh Marshall dengan kadar air yang berlainan dan dengan menggambarkan
hasilnya pada grafik untuk berat jenis kering curah campuran terhadap kadar
air pada suhu ruang dengan menggunakan 50 tumbukan diatas kedua
permukaan contoh. Perhitungan kadar air optimum pada pemadatan harus
dicatat dalam formulir yang disediakan.

(ii) Kadar air optimum pada pemadatan yang ditentukan di laboratorium adalah
kadar air yang dituju pada pemadatan di lapangan selama pelaksanaan. Variasi
terhadap nilai ini harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

k) (i) Sesudah kadar air optimum pada pemadatan ditentukan, maka untuk setiap
variasi campuran yang akan diuji sekurang-kurangnya disiapkan 4 contoh
briket Marshall, yang kemudian diuji. Sifat campuran harus dihitung dengan
menggunakan formulir yang disediakan. Sifat campuran yang diperoleh harus
digambarkan pada grafik dengan menggunakan formulir yang disediakan.
Resep campuran optimum harus ditentukan dengan memperbandingkan data
yang tercantum pada grafik terhadap batas-batas sifat campuran yang
ditentukan yang tercantum pada Tabel 6.10.3 (3) dan dengan
memperbandingkan fraksi komponen campuran yang dihitung terhadap
batasan yang diberikan pada Tabel 6.10.3 (1).

(ii) Kriteria yang menentukan dimaksudkan untuk menjamin agar diperoleh


stabilitas sisa dan stabilitas rendaman setinggi mungkin. Banyaknya rongga
total, ketebalan film bitumen dan penyerapan air juga harus memenuhi syarat
tetapi dianggap tidak begitu penting asalkan masih berada dalam batas yang
ditentukan.

l) Jika proses untuk mendapatkan campuran optimum sebagaimana diuraikan diatas


membutuhkan interpolasi nyata atas data uji, agar resep yang akhirnya dipilih
tidak secara kebetulan sama dengan salah satu diantara formula yang diuji secara
sesungguhnya selama percobaan, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan
bahwa suatu campuran percobaan lanjutan dibuat dan diuji untuk memperkuat
sifat-sifat campuran optimum yang terpilih itu. Dengan membandingkan hasil uji
percobaan tunggal sebagai penegasan dengan hasil yang didapat dari serangkaian
campuran percobaan, mungkin dibutuhkan penyesuaian kecil lebih lanjut pada
resep campuran terpilih. Demikian pula halnya, selama dilakukan pengontrolan
mutu campuran lebih lanjut, perubahan kecil resep campuran dapat diadakan
berdasarkan perbandingan atas hasil pengujian tunggal (masing-masing
pengujian mencakup sekurang-kurangnya 3 contoh uji) terhadap kecenderungan

71
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

yang ditunjukkan oleh campuran yang bervariasi yang didapatkan dalam


percobaan laboratorium sebelumnya. Prosedur campuran percobaan lengkap yang
diuraikan diatas umumnya tidak perlu diulang kecuali jika ada perubahan besar
pada bahan campuran (misalnya perubahan jenis agregat atau sumber agregat,
perubahan jenis aspal pecahan batu, perubahan jenis aspal emulsi dan
sebagainya).

5) Resep Perbandingan Campuran

a) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia harus menyampaikan kepada Direksi


Pekerjaan Resep Perbandingan Campuran yang diusulkan secara tertulis untuk
campuran yang akan dipasok ke proyek. Pada resep yang disampaikan tersebut
harus ditetapkan ukuran partikel maksimum nominal sumber agregat, jenis emulsi
dan kadar bahan pengikat, penetrasi bahan pengikat yang digunakan, kadar air
dan kadar minyak suling (jika ada), persentase agregat gabungan yang

lolos ayakan 2,36 mm (ayakan No. 8) dan ayakan 75 mikron (ayakan No. 200),
kadar bitumen total dan efektif yang dinyatakan sebagai persentase terhadap berat
total campuran dan sifat campuran lapangan, yang keseluruhannya harus berada
pada batas-batas yang telah ditentukan. Pada resep perbandingan campuran yang
diusulkan, Penyedia harus juga menetapkan kadar air agregat sebelum
pencampuran dan kadar air campuran pada pemadatan.

Usulan harus diperkuat dengan data campuran percobaan hasil laboratorium


berikut grafik-grafiknya sebagaimana diuraikan dalam Pasal 6.10.3 (4).

b) Pekerjaan tidak akan dimulai sampai Direksi Pekerjaan telah memberikan


persetujuan tertulis atas resep perbandingan campuran. Pada saat menyetujui
resep perbandingan campuran, Direksi Pekerjaan atas kebijaksanaannya sendiri
dapat menggunakan formula yang disampaikan itu atau dapat memerintahkan
Penyedia untuk mengadakan uji campuran percobaan tambahan atau untuk
memeriksa aspal emulsi atau jenis agregat pilihan lainnya.

6) Percobaan Lapangan dan Persetujuan Akhir

a) Menyusul persetujuan atas resep perbandingan campuran oleh Direksi Pekerjaan,


Direksi Pekerjaan akan meminta Penyedia untuk membuat suatu percobaan
lapangan yang menggunakan resep perbandingan campuran, prosedur
pencampuran dan prosedur pelaksanaan yang diusulkan.
b) Contoh campuran sebelum dan sesudah diadakan pemadatan akan diambil untuk
menetapkan sifat campuran dan mutu pekerjaan akhir.
c) Semua persyaratan yang ditentukan harus dipenuhi sebelum pelaksanaan dimulai.
Jika percobaan tidak berhasil memenuhi Spesifikasi tersebut dalam hal apapun,
penyesuaian sepenuhnya harus dilakukan dan percobaan diulang kembali.
7) Penggunaan Rumus Perbandingan Campuran dan Toleransi yang Diperkenankan

a) Semua campuran yang disediakan harus sesuai dengan Rumus Perbandingan


Campuran yang disetujui Direksi Teknik, dalam batas-batas toleransi yang
ditentukan dibawah ini :
Toleransi komposisi campuran

Agregat gabungan yang lolos : + 5 % berat total campuran tetapi

72
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Ayakan 9,5 mm masih berada dalam batas agregat yang


ditentukan.

Agregat gabungan yang lolos :  5 % berat total campuran tetapi


Ayakan 2,36 mm masih berada dalam batas agregat yang
ditentukan.
Agregat gabungan yang lolos :  2 % berat total campuran tetapi
Ayakan 150 mikron masih berada dalam batas agregat yang
ditentukan.
Agregat gabungan yang lolos :  1,5 % berat total campuran tetapi
Ayakan 75 mikron masih berada dalam batas agregat yang
ditentukan.
Kadar bitumen sisa :  0,3 % berat total campuran tetapi
memenuhi persyaratan minimal.

b) Setiap hari Direksi Pekerjaan harus mengambil contoh bahan dan campuran
sebagaimana diterangkan dalam Pasal 6.10.7 (4), atau setiap contoh lainnya yang
dianggap perlu untuk pemeriksaan keseragaman campuran yang dibutuhkan.

c) Jika dibutuhkan penggantian bahan (agregat atau aspal emulsi), maka suatu
Rumus Perbandingan Campuran yang baru harus disampaikan dan disetujui
sebelum campuran yang mengandung bahan baru tersebut digunakan dalam
pekerjaan sesungguhnya.

8) Sifat Campuran yang disyaratkan

a) CAEBR harus memenuhi persyaratan yang diberikan pada Tabel 6.10.3 (3).

b) Bitumen untuk penentuan kadar bitumen sesungguhnya pada campuran harus


diekstraksi dari contoh-contoh sesuai dengan AASTHO T 164-80, sesudah
campuran dikeringkan, hingga beratnya tetap, didalam oven yang bersuhu 110 
2 0 C.

c) Penentuan semua sifat bitumen yang diperlukan harus dilaksanakan pada residu
yang didapat sesudah diadakan penyulingan aspal emulsi sesuai dengan
AASTHO T 59-80.

73
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Tabel 6.10.3 (3) Persyaratan Sifat Campuran

Sifat Campuran I II III IV V VI CRS-A CRS-B CATB


Kadar Bitumen Efektif Minimum 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 7.5 7 6.4 5.7
Kadar Bitumen Terserap Maksimum 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7
Kadar Bitumen Total
Minimum Sesungguhnya Minimum 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 8.0 7.5 6.9 6.2
(% berat total campuran)
Stabilitas Rendaman (kg) Minimum 300 300 300 300 300 300 300 300 300
Stabilitas Sisa Minimum 50 50 50 50 50 50 50 50 50
(% Stabilitas kering
Semula sesudah 48 jam
pada suhu ruang)
Kadar rongga Minimum 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Potensial 1) (% berat total Maksimum 10 10 10 10 10 10 10 10 10
campuran padat)
Penyerapan air (% berat Maksimum 4 4 4 4 4 4 4 4 4
total campuran padat)

Tebal film bitumen (mikron) Minimum 8 8 8 8 8 8 8 8 8


Tingkat Penyelimutan Minimum 75 75 75 75 75 75 75 75 75

(% total permukaan agregat)


Tebal lapisan yang Minimum 80 50 40 30 25 25 30 30 30
2)
disyaratkan (mm) Maksimum 150 100 100 75 75 75 75 75 75

1) Banyaknya rongga yang menentukan = rongga udara + rongga yang ditempati


oleh air.

2) Dapat diubah sesudah uji pemadatan percobaan

74
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SKh. 6.10.4 PERSYARATAN INSTALASI UNTUK PELAKSANAAN

1) Tinjauan Umum

Pencampuran CAEBR harus dilaksanakan pada suatu instalasi pencampuran stasioner.


Pencampuran dengan mesin sudu putar atau dengan instalasi pencampur yang dapat
dipindah atau dengan mesin pengaduk putar di lokasi hanya akan diperkenankan untuk
campuran lapisan base untuk jalan berlalu lintas ringan atau sedang.

2) Instalasi Pencampuran

(a) Instalasi pencampuran dingin yang sengaja dibuat atau instalasi pencampuran
panas yang dimodifikasi akan digunakan. Instalasi pencampuran dingin harus
mampu memberikan campuran yang terselimuti secara merata dan homogen.
Instalasi harus dilengkapi dengan mesin remas adukan jenis takaran atau yang
menerus dan dengan suatu sistem yang cocok untuk mengontrol secara tepat
pengantaran masing-masing komponen bahan ke mesin giling (dalam berat atau
dalam volume).
(i) Penyimpanan agregat dingin

Agregat harus ditimbun didekat instalasi pencampuran diatas permukaan


yang bersih dan mantap dengan tempat kosong secukupnya untuk
mencegah bercampurnya atau tercemarnya bahan. Agregat yang ditimbun
itu akan dimasukkan oleh alat pemuat loader atau oleh suatu kren yang
dilengkapi dengan mangkok cengkeram jepit menuju suatu bin yang bagian
atasnya terbuka. Bin-bin yang terpisah dapat digunakan untuk agregat yang
berukuran berlainan. Timbunan agregat harus selalu dilindungi dengan
bahan yang kedap air di malam hari atau pada waktu turun hujan.

(ii) Perbandingan

(a) Sabuk pengumpanan kecepatan yang variabel yang dilengkapi dengan


pintu yang dikalibrasi dan dapat disetel dengan mudah pada bukaan
corong tuang harus digunakan untuk menjamin bahwa gradasi yang
disyaratkan dapat dipertahankan.

(b) Penyesuaian aspal emulsi selalu harus dilakukan dengan putaran


pompa emulsi atau alat-ukur-aliran elektronik. Hal yang sama juga
berlaku untuk tambahan air ke campuran agregat sebelum dilakukan
pencampuran.

(iii) Pencampuran agregat dan emulsi

(a) Campuran agregat berdasarkan perbandingan yang dikeluarkan oleh


mesin pengantar ke dalam mesin pencampur tipe peremas adukan
yang dilengkapi batang penyemprot pemasok aspal emulsi dan alat
terpisah untuk memasok air (yang mengandung atau tidak
mengandung zat tambahan kimiawi). Sistem pencampur juga harus
dilengkapi dengan suatu sistem pengantar bahan pengisi dengan
takaran yang terkendali. Mesin pencampur adalah mesin dari jenis
yang memungkinkan variasi waktu pencampuran. Mesin pencampur
harus mampu menghasilkan campuran yang terselimuti baik tanpa
disertai pemisahan.

75
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

(b) Pencampuran CAEBR biasanya harus dilakukan pada suhu ruangan


(pencampuran dingin). Tetapi jika digunakan emulsi dengan bitumen
keras (penetrasi 40-50) maka diperlukan pencampuran pada suhu yang
lebih tinggi. Dalam hal ini suatu alat pemanas yang tepat harus
disertakan pada instalasi tersebut.

(c) CAEBR dingin dapat dikeluarkan langsung ke dalam truk atau dapat
di timbun selama beberapa jam.

(d) Jika pemadatan segera diperlukan, pengeringan sebagian campuran


ditempat instalasi mungkin diperlukan dan dalam hal ini instalasi
pencampuran harus memiliki suatu sistem yang cocok untuk
pengeringan sebagian campuran tersebut. Sistem pengering harus
ditempatkan di ujung pengeluaran mesin pencampur dan bekerja
dengan penyemburan udara panas.

3) Tangki Penyimpanan

Tangki penyimpanan dengan kapasitas memadai untuk memungkinkan operasi secara


menerus instalasi tersebut harus disediakan untuk aspal emulsi dan harus sesuai dengan
persyaratan pada Pasal 6.10.1 (6).

Tangki air dan tangki bahan tambahan juga harus disediakan dan juga harus dilindungi
dari penyinaran matahari langsung, tidak diperlukan sistem pemanas untuk tangki
penyimpan.

4) Emulsi dan Unit Pengontrol Air

a) Alat yang memadai harus disediakan untuk memasok perbandingan aspal emulsi
dan air yang tepat ke tempat penyampuran dalam batas toleransi yang ditentukan.

b) Alat pengukur harus disediakan untuk aspal emulsi dan air. Alat tersebut harus
berupa pompa putar yang dilengkapi alat ukur perpindahan atau alat ukur aliran
elektronik yang cocok untuk penggunaan ini. Perlengkapan harus disediakan
untuk mengecek banyaknya dan takaran aliran emulsi bitumen dan air yang
dihantarkan ke mesin pencampur.

5) Unit Pengontrol Bahan Pengisi

Peralatan memadai harus disediakan untuk memasok dalam perbandingan yang tepat
bahan pengisi ke tempat pencampuran. Alat pengukur harus dipasang terpadu dengan
aliran agregat yang menuju mesin pencampur dan alat tersebut harus dapat disetel
dengan mudah dan tepat. Bin penyimpan bahan pengisi harus dijaga agar senantiasa
kering.

6) Pengontrolan Waktu Pencampuran

Instalasi harus dilengkapi dengan alat yang dapat mengatur waktu pencampuran dan
mempertahankannya pada suatu nilai yang tetap.

76
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

7) Persyaratan Keselamatan

a) Tangga yang memadai dan aman yang menuju ke pelataran tempat mesin
pencampur dan tangga ember yang terlindung yang menuju unit instalasi lainnya
harus ditempatkan disemua tempat yang dibutuhkan uantuk memudahkan
pencapaian ke semua operasi instalasi. Kemudahan untuk mencapai bagian atas
badan truk harus didapat dengan perantaraan suatu panggung atau alat lain yang
sesuai untuk memungkinkan Direksi Pekerjaan mengambil contoh dan
mendapatkan data suhu campuran. Untuk memudahkan penanganan peralatan
kalibrasi berskala, peralatan pengambilan contoh dan sebagainya, maka harus
disediakan alat pengerek atau suatu sistem katrol untuk mengangkat atau
menurunkan peralatan dari permukaan tanah keatas pelantaran ataupun
sebaliknya. Semua perlengkapan penggerak, katrol, rantai, “spocket”, dan bagian-
bagian bergerak lainnya yang membahayakan harus dijaga dan dilindungi
sepenuhnya.

b) Lintasan yang leluasa dan tidak terhalang harus senantiasa tersedia didalam dan
disekitar tempat pengisian truk yang juga harus bebas dari tetesan yang berasal
dari pelantaran tempat pencampuran.

8) Peralatan Pengangkut

a) Truk untuk mengangkut campuran bitumen harus mempunyai alas logam yang
rapat, bersih dan rata. Badan truk dapat disemprot dengan sedikit air, minyak
bakar yang encer, minyak parafin atau larutan kapur untuk mencegah campuran
melekat pada alas truk. Setiap genangan minyak yang sesudah penyemprotan
berada diatas lantai kendaraan harus disingkirkan sebelum campuran dimuat
kedalam truk. Setiap pemuatan harus ditutupi dengan kanvas atau bahan lain yang
cocok dengan ukuran secukupnya untuk melindungi campuran dari hujan selama
pengangkutan.

b) Setiap truk yang menunjukkan kebocoran minyak dalam jumlah yang


membahayakan, atau yang dapat mengakibatkan hambatan yang tak terduga, atas
perintah Direksi Pekerjaan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan sampai
kondisinya telah diperbaiki.

9) Peralatan Penghampar dan Penyempurna

a) Peralatan penghampar dan penyempurna CAEBR harus serupa dengan peralatan


yang digunakan untuk campuran aspal panas. Penghamparan campuran harus
dilakukan dengan mesin penghampar. Direksi Pekerjaan atas kebijaksanaannya
sendiri dapat memperkenankan penghamparan lapisan base (tetapi bukan lapisan
aus) dengan volume lalu lintas rendah.

b) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan corong tuang dan sekrup


pendistribusi dan jenis yang bekerja terbalik. Untuk menempatkan campuran
secara merata di muka penggetar yang dapat disetel. Mesin tersebut harus
dilengkapi dengan alat pengemudi yang cepat dan efisien dan harus mampu
berjalan mundur maupun maju.

c) Mesin penghampar harus menggunakan alat mekanik seperti sepatu pemadu


sambungan balok perata, atau alat pengimbang lainnya, untuk mempertahankan
mutu dan membentuk tepi perkerasan menurut batas yang tepat tanpa
menggunakan acuan tepi jalan yang stasioner.

77
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

d) Mesin penghampar harus dilengkapi dengan batang penggetar yang digerakkan


dari tipe penumbuk atau penggetar. Alat pemanas tidak diperlukan.

e) Jika selama pelaksanaan, peralatan penyebar dan penyempurna dalam operasinya


ternyata meninggalkan bekas atau lekuk-lekuk atau kelainan bentuk lainnya pada
permukaan perkerasan yang tidak diperkenankan dan yang tidak berhasil
diperbaiki secara memuaskan dalam operasi yang dijadwalkan, maka penggunaan
peralatan semacam itu akan dihentikan dan alat penyempurna lainnya yang
memadai harus disediakan oleh Penyedia.

10) Peralatan Pemadat

a) Bersama setiap mesin penghampar, dibutuhkan suatu mesin gilas beroda baja dan
satu mesin gilas beroda pneumatik. Semua mesin gilas harus dapat digerakkan
sendiri.

b) Mesin gilas beroda pneumatik harus dari jenis yang telah disetujui dan
mempunyai tidak kurang dari tujuh roda berukuran dan berkontruksi sama dengan
ban pemadat beralur halus yang mampu beroperasi pada tekanan pemompaan 8,5
kg/cm2 (120 pound/inci persegi). Roda harus terpisah pada jarak yang sama
disepanjang kedua garis poros dan disusun sedemikian sehingga ban diatas salah
satu garis poros berada ditengah-tengah diantara ban-ban pada poros lainnya
disertai suatu kedudukan yang bertumpang tindih. Masing-masing ban harus
dipompa dengan tekanan sama dengan tekanan operasi yang telah ditentukan
secara sedemikian sehingga perbedaan tekanan diantara dua buah ban tidak akan
melampaui 350 gram/cm2 (5 pound/inci persegi). Peralatan untuk memeriksa dan
menyesuaikan tekanan ban harus senantiasa tersedia ditempat pekerjaan. Untuk
setiap jenis dan ukuran ban yang digunakan, Penyedia harus memberikan grafik
atau Tabel yang menunjukkan hubungan antara beban roda, tekanan pemompaan,
tekanan kontak ban, lebar dan luas permukaan kepada Direksi Pekerjaan. Masing-
masing mesin gilas harus dilengkapi dengan sarana untuk menyesuaikan berat
totalnya dengan pengaturan pemberat sehingga beban per lebar roda dapat
dirubah antara 1500 sampai 2500 kg. Dalam operasi, tekanan pemompaan dan
beban roda harus disesuaikan sebagaimana disyaratkan oleh Direksi Pekerjaan,
untuk memenuhi persyaratan pada setiap penggunaan khusus. Pada umumnya
pemadatan setiap lapisan dengan mesin gilas roda pneumatik harus dicapai
dengan menggunakan tekanan kontak setinggi mungkin yang masih dapat dipikul
oleh bahan lapisan.

c) Mesin gilas beroda baja dapat digerakkan sendiri dapat terdiri dari 3 tipe:

(i) Mesin gilas beroda tiga


(ii) Mesin gilas beroda tandem
(iii) Mesin gilas tandem berporos tiga

Mesin gilas harus mampu memberikan beban tekanan dibawah roda belakang
tidak kurang dari 400 kg per 0,1 meter disepanjang lebar mesin gilas minimum
sebesar 0,5 meter. Sekurang-kurangnya salah satu mesin gilas harus mampu
memberikan tekanan gilas sebesar 600 kg per 0,1 meter lebar. Roda mesin gilas
harus bebas dari bagian yang datar, lekukan, lubang-lubang atau tonjolan yang
akan merusak permukaan perkerasan.

78
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

11) Instalasi dan Metode Pencampuran Lainnya


a) Instalasi yang dapat dipindah
Instalasi yang dapat dipindah hanya akan digunakan pada jalan dengan lalu lintas
ringan untuk semua lapisan atau pada jalan dengan lalu lintas sedang untuk
lapisan base. Instalasi yang dapat dipindah adalah mesin remas campuran yang
digerakkan sendiri yang akan mengatur perbandingan dan pencampuran agregat
serta aspal emulsi ditempat pada saat bergerak maju disepanjang jalan. Mesin
pengatur perbandingan tergantung dari tipe mesin, terkunci pada tingkat
kecepatan mesin pencampur atau saling terkunci untuk menjamin pencampuran
agregat-emulsi yang tetap. Ada dua jenis instalasi yang dapat dipindah : Salah
satu jenis mengambil agregat dari suatu gundukan bahan yang telah disiapkan dan
jenis lainnya menerima agregat langsung dari truk penarik. Aspal emulsi dan air
(jika dibutuhkan) ditambahkan ke dalam mesin pencampur ketika instalasi
bergerak maju dan campuran ditempatkan ke atas permukaan jalan dengan kotak
penyebar atau batang penggetar.

b) Pencampuran sudut putar (blade mixing)


(i) Pencampuran sudut putar hanya diperkenankan untuk lapisan base pada
jalan dengan lalu lintas ringan atau sedang dan hanya dengan persetujuan
tertulis dari Direksi Pekerjaan. Pencampuran sudut putar dilakukan dengan
motor grader.
(ii) Jika pencampuran sudut putar diperkenankan, campuran agregat yang
didatangkan akan dibentuk menjadi gundukan bahan yang merata dan
terukur (berbentuk trapesium). Lebar maksimum gundukan tersebut harus
sama dengan lebar batang penyemprot pada distributor emulsi. Tinggi
gundukan tersebut harus sedemikian sehingga distributor dapat beroperasi
dengan cukup leluasa diantara permukaan atas gundukan itu dan batang
penyemprot.
(iii) Emulsi akan disemprotkan secara merata keatas gundukan bahan dengan
lintasan secara berurutan pada takaran yang tergantung kepada volume
gundukan bahan itu. Takaran ini dapat dihitung dengan mempergunakan
rumus berikut :
Pe
Vw xLDA x .1 / m
Takaran penyemprotan = 100

Dimana VW = Volume agregat dalam gundukan bahan, m3/m


LDA = Berat jenis, gembur agregat kg/m3.
Pe = Persentase emulsi yang ditetapkan pamakaiannya
terhadap berat agregat.
Catatan : (a) Berat jenis emulsi dianggap 1 kg/1.
(b) Dengan diketahuinya takaran penyemprotan, kecepatan
distributor dapat ditentukan jika debit pompa pada
distributor diketahui (1 t/mm). Ini bisa diperoleh dengan
membagi debit dengan takaran penyemprotan. Emulsi
harus diberikan dalam dua atau tiga lintasan distributor,
gundukan bahan harus dicampur dan dibentuk ulang.
Bahan pada gundukan agregat dikenakan sejumlah
pencampuran, penyebaran, pembentukan dan pemerataan
sebanyak yang diperlukan untuk menyebarkan emulsi agar
benar-benar merata ke dalam seluruh campuran dan agar
79
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

menyelimuti agregat secara memadai dan efektif.

(iv) Kadar air agregat dalam gundukan bahan harus diukur untuk menentukan
apakah pemberian penguapan diperlukan. Jika pemberian penguapan
dibutuhkan maka hal tersebut biasanya dilaksanakan dengan pengerjaan
tambahan untuk agregat itu dengan mobil perata jalan.

c) Mesin pencampur putar

Penggunaan mesin pencampur putar hanya diperkenankan dalam hal campuran


agregat rapat (tanpa emulsi) telah ditempatkan, dibentuk dan dipadatkan
sebelumnya. Mesin pencampur putar terdiri atas suatu ruangan pencampuran
yang dapat dipindah serta dipasang diatas suatu mesin yang dapat digerakkan
tersendiri. Ruangan itu harus dilengkapi dengan dua atau lebih poros putar
melintang yang dilengkapi dengan sudut-sudut pemotong. Sudut-sudut itu harus
berfungsi baik untuk memotong maupun mencampur agregat tersebut.

Aspal emulsi dapat dimasukkan dengan dua cara, dengan batang penyemprot
yang menjulur diatas ruang penyampuran atau dengan suatu distributor bitumen
biasa yang menyemprotkan emulsi keatas agregat disebelah depan mesin
pencampur yang dapat dipindahkan.

SKh. 6.10.5 PEMBUATAN DAN PRODUKSI CAMPURAN

1) Penyiapan Agregat Mineral

a) Pemanasan atau penyiapan mineral tidak diperlukan. Agregat dihantarkan pada


mesin pencampur pada suhu ruangan. Tetapi jika agregat dalam keadaan basah
maka kadar air selalu harus ditentukan sebelum dilakukan pencampuran. Kadar
air alami campuran agregat gabungan sekali-sekali tidak boleh melebihi kadar air
yang disyaratkan untuk agregat gabungan yang ditentukan dengan percobaan
laboratorium (mengacu pada uji penyelimutan).

b) Jika agregat terlampau basah maka diadakan sirkulasi udara pada agregat. Hal ini
dilakukan dengan pengeringan dibawah sinar matahari atau dengan menjalankan
mesin pemuat timbunan agregat tersebut sebelum agregat dituang kedalam wadah
penyimpan agregat. Timbunan harus selalu dilindungi terhadap hujan dengan
memberikan penutup kedap air pada atap yang tetap.

c) Bahan pengisi tambahan, jika dibutuhkan diberi secara terpisah menurut


perbandingan dari suatu corong tuang yang dipasang langsung diatas mesin
pencampur. Penyebaran bahan pengisi keatas permukaan lubang penyimpan
agregat atau penuangannya ke dalam corong tuang di instalasi pemecah batu tidak
diperkenankan.

2) Penyiapan Aspal Emulsi

Pemanasan atau penyiapan secara khusus aspal emulsi bitumen tidak diperlukan.
Sebelum pencampuran dimulai, persediaan emulsi secukupnya harus tersedia ditempat
instalasi untuk memungkinkan operasi berjalan secara menerus.

3) Pembuatan Campuran

Mineral agregat harus digabungkan pada instalasi dalam perbandingan yang akan
80
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

menghasilkan fraksi agregat rencana yang telah ditentukan pada Rumus Perbandingan
Campuran.

Perbandingan takaran ini harus ditentukan dengan pengayakan basah pada contoh-
contoh yang diambil dari alat penghantar sebelum agregat masuk ke mesin pencampur
dan pada interval waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, guna tetap mengontrol pencampuran maupun pembuatan takaran. Aspal
emulsi harus diukur dan dimasukkan ke dalam mesin pencampur pada takaran yang telah
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Waktu pencampuran harus diatur dan diperiksa oleh
Direksi Pekerjaan dan hanya akan diubah dengan Persetujuannya.
4) Pengangkutan dan Penyampaian ke Lokasi
a) Campuran harus disampaikan ke mesin penghampar pada kadar air yang sudah
diketahui (kadar air dapat diukur secara cepat dengan menggunakan alat pengukur
kadar air).
b) Direksi Teknik akan menyetujui atau memerintahkan suatu langkah yang
diperlukan untuk memasang atau memampatkan campuran secara sedemikian
agar campuran dapat dipadatkan pada kadar air optimum atau yang mendekati
optimum yang didapat dari hasil laboratorium.
c) Setiap muatan akan ditimbang dan catatan tentang berat kotor, berat wadah dan
berat bersih masing-masing muatan disimpan. Muatan tidak boleh dikirim terlalu
siang karena akan menghalangi tercapainya penyelesaian pekerjaan penyebaran
dan pemadatan di siang hari kecuali jika penerangan yang memadai tersedia.

SKh. 6.10.6 PENGHAMPARAN CAMPURAN

1) Penyiapan Permukaan yang akan Dilapis


a) Segera sebelum penghamparan campuran bitumen dingin, permukaan yang ada
harus dibersihkan dari bahan lepas atau bahan yang merusak dengan penyapuan
menggunakan mesin penyapu dan jika perlu ditambah dengan penyapuan dengan
tangan. Suatu lapis pengikat atau lapis resap pengikat harus diberikan (kecuali
dinyatakan lain oleh Direksi Pekerjaan).
b) Dalam hal permukaan yang akan dilapis menunjukkan kelainan di beberapa
tempat pecah-pecah, menunjukkan tidak kestabilan, mengandung bahan lapis aus
yang sudah lama yang sudah berdeformasi secara berlebih atau tidak terikat
semestinya pada perkerasan dibawahnya, maka bagian-bagian yang cacat itu
harus dikupas ataupun diratakan kembali, semua bahan yang lepas dan lunak
disingkirkan dan permukaan yang dibersihkan dan atau diperbaiki dan dipadatkan
dengan campuran bitumen atau bahan lain yang disetujui, sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Toleransi untuk permukaan yang sudah
diperbaiki adalah sama dengan toleransi yang disyaratkan untuk konstruksi
lapisan agregat base.
2) Batang Pengarah Samping

Kayu atau bentuk acuan lainnya dapat dipasang pada batas yang disyaratkan dan
diratakan dengan tepi daerah tempat CAEBR akan dipasang.

3) Penyebaran dan Penyempurnaan


81
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

a) Sebelum operasi pelapisan jalan dimulai, batang pengarah pada mesin lapis jalan
dilumasi sedikit dengan minyak diesel. Campuran akan disebarkan dan diratakan
hingga mencapai gradien, elevasi dan bentuk penampang yang disyaratkan.

b) Mesin penghampar harus dijalankan pada kecepatan yang tidak akan


menyebabkan terjadinya retakan permukaan, pengoyakan, ketidak beresan
lainnya diatas permukaan tersebut. Tingkat penyebaran harus disetujui oleh
Direksi Pekerjaan dan diikuti dengan ketat.

c) Jika terjadi pemisahan, pengoyakan atau pencungkilan permukaan, mesin


penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan kembali sampai
penyebabnya diketemukan dan diperbaiki. Tambalan dengan bahan yang kasar
atau yang telah terpisah dapat diperbaiki dengan menyiramkan lapis pengikat,
agregat dan penggarukan lapisan. Penggarukan lapisan sedapat mungkin harus
dihindari. Partikel kasar tidak boleh disebarkan keatas permukaan yang telah
diratakan dengan batang pengarah.

d) Perhatian harus dicurahkan untuk mencegah campuran mengumpul disisi corong


tuang atau di bagian lainnya pada mesin penghampar.

e) Dalam hal jalan akan dilapis separuh lebar sekali jalan, urutan pelapisan harus
diatur secara sedemikian rupa sehingga panjang setengah lebar lapis jalan yang
tersisa diakhir setiap hari kerja adalah sesedikit mungkin.

4) Pemadatan

a) Segera sesudah campuran disebar dan diratakan, permukaan harus diperiksan dan
jika ada kelainan harus diadakan penyetelan kembali. Pemadatan harus segera
dimulai sebelum atau pada waktu yang bersamaan dengan dimulainya pemecahan
emulsi. Pemecahan emulsi ditandai oleh perubahan warna dari coklat ke hitam.

b) Penggilasan campuran terdiri atas 3 operasi terpisah yaitu penggilasan awal atau
penggilasan lanjutan (penggilasan kedua), penggilasan akhir. Pada waktu apapun
selama pemadatan jika campuran tersebut menunjukkan pergeseran tapak roda
atau bekas dorongan yang tak terduga, penggilasan harus dihentikan. Pemadatan
akan dimulai kembali hanya sesudah pengurangan kadar air terjadi. Hal ini bisa
dicapai dengan hembusan udara alami atau mekanik.

c) Penggilasan awal biasanya harus dilakukan dengan menggunakan mesin gilas


baja. Pemampatan sambungan harus dilaksanakan dengan menggunakan mesin
gilas baja penggetar.

d) Penggilasan awal harus segera diikuti penggilasan kedua atau penggilasan antara.
Penggilasan akhir harus dilakukan sementara bahan masih berada dalam kondisi
yang cukup mudah pengerjaannya agar semua bekas gilasan bisa hilang.

e) Waktu yang diperlukan untuk penggilasan awal sesudah penghamparan


campuran, penggilasan lanjutan dan jumlah lintasan senantiasa akan ditentukan
dengan percobaan di lokasi. Prosedur pemadatan yang didapat mungkin harus
diubah sedikit selama pelaksanaan akibat adanya variasi campuran atau oleh
cuaca tetapi setiap perubahan harus selalu mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan.

82
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

f) Sambungan melintang harus digilas secara melintang dengan menggunakan


papan dengan ketebalan secukupnya di tepi perkerasan untuk memungkinkan
gerakan mesin penggilas keluar dari perkerasan. Dalam hal sambungan melintang
akan dibuat disamping suatu jalur yang telah dilapis sebelumnya, maka lintasan
pertama akan diadakan disepanjang sambungan memanjang untuk jarak yang
pendek.

g) Penggilasan harus dimulai secara memanjang pada sambungan dan pada tepi
sebelah luar dan dilanjutkan sejajar dengan garis tengah jalan menuju kearah
perkerasan, kecuali untuk tikungan super elevasi penggilasan harus dimulai pada
sisi yang rendah dan selanjutnya bergeser kearah sisi yang tinggi. Lintasan mesin
gilas secara berurutan harus bertumpang tindih sekurang-kurangnya separuh lebar
mesin gilas tersebut dan lintasan tidak boleh dihentikan pada tempat yang berjarak
1 meter dari ujung lintasan sebelumnya.

h) Pada penggilasan sambungan memanjang, mesin gilas awal pertama-tama harus


berjalan diatas jalur yang telah ditempatkan sebelumnya sehingga tidak lebih dari
15 cm bagian roda penggerak melintas diatas perkerasan yang belum dipadatkan.
Mesin gilas terus digerakkan sepanjang jalur ini sambil menggeser posisinya
secara bertahap melintasi sambungan tersebut pada lintasan-lintasan selanjutnya
sampai suatu sambungan rapi yang telah dipadatkan dengan baik diperoleh.

i) Kecepatan mesin gilas tidak boleh melampaui 4 km/jam untuk mesin gilas beroda
baja dan 15 km/jam untuk mesin gilas beroda pneumatik dan pada waktu apapun
harus cukup lambat untuk mencegah pergeseran campuran. Arah lintasan tidak
boleh diubah atau dibalik secara mendadak karena akan mengakibatkan
tergesernya campuran.

j) Penggilasan harus dilanjutkan secara menerus sampai sekurang-kurangnya 95 %


kepadatan hasil laboratorium dicapai. Hal ini dapat ditentukan dengan mudah
dengan pengukuran kepadatan mampat lapisan tersebut dengan menggunakan alat
pengukur kerapatan inti. Jumlah total lintasan untuk mendapatkan kerapatan yang
diperlukan akan ditentukan lewat percobaan di lapangan.

k) Jika dibutuhkan guna mencegah melekatnya campuran ke mesin gilas, abu batu
atau pasir dapat digunakan dengan takaran pemberian yang merata sebanyak 0,5
sampai 1,0 kg/m2. Penggunaan air untuk membasahi roda mesin gilas tidak
diperkenankan.

l) Setiap produk minyak bumi yang menetes atau tumpah dari kendaraan atau
peralatan yang digunakan oleh Penyedia keatas suatu bagian perkerasan selama
pelaksanaan dapat menjadi alasan untuk penyingkiran dan penggantian bagian
perkerasan yang telah tercemar itu oleh Penyedia.

m) Permukaan campuran sesudah pemadatan harus rata dan benar-benar mengikuti


bentuk dan gradian yang ditetapkan dalam batas toleransi yang ditentukan. Setiap
campuran yang kurang rapat dan pecah tercampur dengan kotoran atau dengan
cacat apapun harus disingkirkan dan diganti dengan campuran baru yang akan
segera dipadatkan agar sesuai dengan daerah sekitarnya. Setiap campuran yang
telah ditempatkan dalam daerah seluas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan
kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus disingkirkan dan diganti. Semua
bagian dan sambungan yang menonjol, cekungan dan bagian lapisan yang
pengisiannya berongga-rongga harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

83
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

n) Sementara permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia harus


memotong rata tepi-tepinya hingga membentuk garis yang rapi. Setiap kelebihan
bahan harus dipotong rata sesudah penggilasan akhir dan dibuang oleh Penyedia
keluar dari daerah milik jalan dan tidak boleh terlihat lagi di jalan-jalan.

5) Sambungan

a) Baik sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan


harus diatur agar penempatannya bertangga supaya tidak berada tepat satu diatas
yang lain.
Sambungan memanjang harus diatur sedemikian sehingga sambungan membujur
pada lapis atas berada pada kedudukan garis yang memisahkan jalur lalu lintas.
Sambungan menyamping harus ditempatkan tergeser minimum 25 cm dan harus
benar-benar lurus.
b) Campuran tidak boleh ditempatkan menempel pada bahan yang sebelumnya telah
digilas kecuali jika ditepinya vertikal atau telah dipotong vertikal. Sapuan lapis
emulsi bitumen digunakan untuk permukaan kontak dan harus dikenakan tepat
sebelum campuran tambahan di tempatkan menempel pada bahan yang telah
digilas sebelumnya.

SKh. 6.10.7 PENGUJIAN DAN PENGENDALIAN MUTU DI LAPANGAN

1) Pemeriksaan Permukaan Perkerasan


a) Permukaan harus diperiksa dengan suatu mistar sepanjang 3 m yang disediakan
oleh Penyedia dan di tempatkan masing-masing tegak lurus dan sejajar dengan
garis tengah jalan. Penyedia harus menunjuk beberapa karyawan untuk
penggunaan mistar tersebut dibawah pengarahan Direksi Pekerjaan untuk
pemeriksaan semua permukaan.
b) Pemeriksaan kesesuaian dengan toleransi permukaan yang telah ditentukan harus
segera dilakukan sesudah pemadatan awal, semua penyimpangan harus diperbaiki
dengan menyingkirkan atau menambahkan bahan sebagaimana perlunya.
Kemudian penggilasan dilanjutkan seperti yang telah ditentukan. Sesudah
penggilasan akhir, kerataan lapisan harus diperiksa kembali dan setiap kelainan
pada permukaan yang melebihi batas yang telah ditentukan diatas serta setiap
daerah yang tekstur, pemadatan atau komposisinya tidak memadai harus
diperbaiki sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
2) Persyaratan Pemadatan

a) Kepadatan campuran yang telah dipadatkan, sebagaimana ditentukan oleh


AASHTO T 166, tidak boleh kurang dari 95 % dari kepadatan kering curah untuk
semua tipe campuran pada contoh uji yang dipadatkan di laboratorium yang
tersusun dengan bahan yang sama dalam perbandingan yang sama.
b) Metode pengambilan contoh campuran dan pemadatan contoh uji masing-masing
harus sesuai dengan AASHTO T 168 dan AASHTO T 245.

3) Pengambilan Contoh untuk Pengujian Mutu Campuran

a) Contoh bahan berikut harus diambil untuk pengujian sehari-hari :


(i) Agregat bin dingin untuk penentuan gradasi basah (ayakan basah)

84
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

(ii) Campuran agregat gabungan untuk penentuan gradasi basah (ayakan


basah)
(iii) CAEBR curah untuk ekstraksi dan penentuan Stabilitas Marshall yang
dimodifikasi.

b) Tambahan, jika rumus perbandingan campuran diubah atau dalam hal apapun dari
waktu ke waktu sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, contoh tambahan
untuk (i), (ii) dan (iii) akan diambil untuk memungkinkan penentuan berat jenis
curah agregat bin dingin dan kepadatan maksimum teoritis campuran bitumen
(AASHTO T 209-74).

4) Pengujian Pengendalian Mutu Campuran

a) Penyedia harus membuat laporan mengenai semua pengujiannya dan laporannya


ini akan dikirim kepada Direksi Pekerjaan tanpa penundaan.

b) Penyedia harus memberikan kepada Direksi Pekerjaan hasil dan laporan berikut
atas pengujian yang dilaksanakan untuk setiap produksi harian tersebut pada
pekerjaan jadi.

(i) Analisa saringan (metode basah) untuk sekurang-kurangnya 2 contoh


agregat pada masing-masing tempat penyimpanan dingin.

(ii) Analisa saringan (metode basah) untuk sekurang-kurangnya 2 contoh


agregat gabungan.

(iii) Kadar air contoh campuran di instalasi pencampur dan selama pemadatan
(sekali setiap 2 jam, jika operasi tidak terputus).

(iv) Kepadatan kering curah campuran yang dipadatkan di laboratorium


(kepadatan Marshall yang dimodifikasi) untuk sekurang-kurangnya 2
contoh.

(v) Kepadatan curah yang dipadatkan dan persentase relatif pemadatan


campuran dibandingkan terhadap kepadatan Marshall yang dimodifikasi
hasil laboratorium untuk sekurang-kurangnya 2 contoh.

(vi) Stabilitas sisa dan Stabilitas Marshall rendaman yang dimodifikasi,


penyerapan air oleh contoh sesudah perendaman, kandungan rongga
menyeluruh dan tingkat penyelimuta sebagaimana ditentukan dalam Pasal
6.10.3.

(vii) Kadar bitumen dan gradasi agregat pada campuran seperti yang ditentukan
dengan uji ekstraksi bitumen untuk sekurang-kurangnya 2 contoh.
Ekstraksi bitumen harus dilakukan menurut AASHTO T164 sesudah
CAEBR dikeringkan hingga beratnya tidak berubah (dikeringkan dalam
oven pada suhu 110  20 C). Jika metode ekstraksi sentrifugal digunakan
maka koreksi abu harus dilakukan sebagaimana disyaratkan oleh AASHTO
T164. Penentuan kadar air harus dilakukan menurut AASHTO T55-78.

(viii) Bitumen yang terserap oleh agregat harus dihitung berdasarkan berat jenis
maksimum campuran perkerasan bitumen (AASHTO T 209-74).

85
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

5) Dukungan Pengontrolan Mutu dengan Penimbangan Campuran

a) Sebagai pengecekan atas jumlah yang diukur untuk pembayaran, berat campuran
yang terpasang harus dipantau terus melalui ukuran bobot kendaraan yang
tercantum pada tiket penghantaran muatan.
b) Penentuan laboratorium atas kadar bitumen untuk campuran lapangan harus
selalu dilakukan sekali sehari jika campuran sedang diproduksi dan/atau
sekurang-kurangnya satu contoh untuk setiap 200 ton per hari. Contoh campuran
lapangan harus diambil dibawah pengawasan Direksi Pekerjaan.

SKh. 6.10.8 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Metode Pengukuran

a) Mutu lapisan yang akan diukur untuk pembayaran CAEBR harus sebagai berikut
:
(i) Untuk semua lapisan, kecuali seperti ditetapkan pada Pasal 6.10.8
(1)(a)(ii), jumlah meter persegi bahan yang dipasang dan diterima dihitung
sebagai hasil kali panjang bagian yang diukur dan lebar yang diterima.
(ii) Untuk lapisan perbaikan bentuk yang dipasang diatas permukaaan asli dan
tidak dipasang berdasarkan Kontrak yang sama, banyaknya m3 bahan yang
dipasang dan diterima dihitung sebagai hasil kali luas daerah yang diterima
dan diukur dengan tebal nominal rencana.
b) Jumlah yang diterima untuk pengukuran tidak boleh mencakup daerah dengan
CAEBR yang lebih tipis dari ketebalan minimum yang diterima atau tidak boleh
mencakup setiap bagian yang butirannya lepas, pecah, retak atau bagian
meruncing disepanjang tepi perkerasan ataupun ditempat lainnya. Daerah dengan
bahan yang mempunyai kadar bitumen kurang dari persyaratan yang disepakati
juga tidak akan diterima untuk pembayaran.
c) CAEBR dibayar berdasarkan meter persegi dan dipasang langsung diatas
perkerasan yang sudah ada dan yang tidak tercakup dalam Kontrak yang sama,
dan yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan memerlukan perbaikan bentuk
yang nyata, harus dibayar berdasarkan tebal nominal yang diterima dan dihitung
berdasarkan kepadatan hasil laboratorium untuk CAEBR padat yang ditentukan
berdasarkan AASHTO T 245-78, daerah yang diukur dan berat campuran
sesungguhnya yang dibutuhkan dan dipakai untuk pekerjaan sesungguhnya. Jika
menurut pendapat Direksi Pekerjaan tebal campuran aspal dingin rata-rata yang
digunakan melebihi tebal sesungguhnya yang dibutuhkan (dengan
memperhitungkan perbaikan bentuk, maka kekurangan ketebalan nominal yang
diterima harus ditentukan berdasarkan perhitungan wajar tebal rata-rata yang
dibutuhkan).
d) Kecuali seperti yang dinyatakan pada Pasal 6.10.8 (1)(c) diatas, tebal CAEBR
yang diukur untuk pembayaran umumnya tidak akan lebih besar dari tebal
nominal rencana yang ditunjukkan pada Gambar Rencana. Dalam hal Direksi
Teknik menyetujui dan menerima ketebalan yang lebih kecil dan dianggap
memadai berdasarkan alasan teknik atau ketebalan yang lebih besar sebagaimana
diperkenankan menurut Pasal 6.10.8 (1)(c) maka pembayaran CAEBR akan
dilakukan dengan menggunakan perubahan luas daerah terukur sebagai berikut :
Luas terukur sesungguhnya x Tebal nominal yang diterima = Luas yang disahkan
Tebal nominal rencana untuk pembayaran

86
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Tidak ada penyesuaian luas terukur yang akan digunakan untuk tebal yang
diterima yang melebihi tebal yang melebihi tebal nominal rencana yang tercantum
dalam Gambar Rencana, kecuali jika ada tambahan ketebalan memang ditetapkan
atau disetujui secara khusus oleh Direksi Pekerjaan.

e) Lebar daerah CAEBR yang akan dibayar harus sama seperti yang diperlihatkan
pada Gambar Rencana atau seperti yang disetujui Direksi Pekerjaan dan akan
ditentukan pengukurannya dengan meteran oleh Penyedia dibawah pengawasan
Direksi Pekerjaan. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus garis tengah jalan dan
harus menyisihkan setiap bahan tipis atau bahan yang tidak diperkenankan di
sepanjang tepi CAEBR yang terpasang. Jarak antara memanjang untuk
pengukuran tersebut harus sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi
harus teratur dan pengukuran tidak boleh kurang dari satu setiap 20 m. Lebar yang
digunakan untuk menghitung luas pembayaran bagi setiap bagian perkerasan
yang diukur harus merupakan nilai rata-rata pengukuran lebar yang diadakan dan
disetujui.

f) Panjang memanjang di sepanjang jalan yang menggunakan CAEBR untuk


pelapisan ulang perkerasan akan diukur di sepanjang garis tengah jalan dengan
menggunakan prosedur pengukuran standar.

g) Dalam hal perbaikan CAEBR yang sudah memuaskan telah diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan berdasarkan Pasal 6.10.1 (9), maka jumlah yang diukur untuk
pembayaran adalah jumlah yang dibayar untuk pekerjaan semula, seandainya
pekerjaan itu diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk pekerjaan
tambahan atau jumlah bahan tambahan yang dibutuhkan untuk perbaikan itu.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas, harus dibayar menurut Harga
Satuan per satuan pengukuran untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar
dibawah dan tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Harga dan pembayaran ini
harus merupakan kompensasi penuh untuk mengadakan dan memproduksi dan
mencampur serta menghampar semua material, termasuk semua buruh, peralatan,
pengujian-pengujian, perkakas dan perlengkapan-perlengkapan lainnya yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

87
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Nomor Mata
Uraian Satuan Pengukuran
Pembayaran
SKh. 6.10.(1) DGEM Tipe I/CAEBR Meter kubik
SKh. 6.10.(2) DGEM Tipe II/CAEBR Meter kubik
SKh. 6.10.(3) DGEM Tipe III/CAEBR Meter kubik
atau
SKh. 6.10.(4) DGEM Tipe IV/CAEBR Meter persegi
SKh. 6.10.(5) DGEM Tipe V/CAEBR Meter persegi
SKh. 6.10.(6) DGEM Tipe VI/CAEBR Meter kubik
atau
SKh. 6.10.(7) DGEM Tipe CRS-A/CAEBR Meter persegi
SKh. 6.10.(8) DGEM Tipe CRS-B/CAEBR Meter persegi
SKh. 6.10.(9) DGEM Tipe CATB/CAEBR Meter persegi

88
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SPESIFIKASI KHUSUS
SEKSI 10.10
PEMELIHARAAN RUTIN PERKERASAN JALAN DAN JEMBATAN

SKh. 10.10.1. UMUM

1) Uraian

Pekerjaan yang tercakup dalam Seksi ini harus meliputi pekerjaan pemeliharaan
rutin untuk menjamin agar perkerasan, bahu jalan, drainase, dan perlengkapan jalan
lama selalu dipelihara setiap saat selama Periode Pelaksanaan dalam kondisi
pelayanan yang dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan ini harus dibayar
secara bulanan dari harga penawaran lump sum untuk berbagai jenis pekerjaan
sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal 10.1.7 dari Spesifikasi ini.

Pekerjaan pemeliharaan rutin yang diperlukan harus dimulai pada saat lapangan
diserahkan kepada Penyedia Jasa, dan harus dilanjutkan sampai dengan berakhirnya
Periode Pelaksanaan.

Pekerjaan pemeliharaan rutin dilaksanakan dan dibayar menurut Seksi ini untuk
memelihara pekerjaaan agar berada dalam kondisi pelayanan yang baik harus dapat
dibedakan dengan cermat oleh Direksi Pekerjaan dari pekerjaan sejenis tetapi
berskala besar yang dilaksanakan baik untuk pengembalian kondisi maupun untuk
peningkatan kondisi pekerjaan dan yang dibayar menurut berbagai Seksi lain dari
Spesifikasi ini.

Karena pembayaran dilaksanakan secara lump sum dan bukan berdasarkan kuantitas
bahan aktual yang digunakan, Penyedia Jasa harus dianggap telah melakukan
pemeriksaan lapangan dengan teliti selama Periode Penawaran dan telah
mengetahui dengan jelas kondisi aktual lapangan, sehingga harga penawarannya
telah mencakup pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan selama Periode Pelaksanaan,
dengan memperhitungkan volume lalu lintas, kondisi cuaca dan kerusakan
perkerasan, bahu jalan, drainase, dan perlengkapan jalan lama yang mungkin terjadi
antara waktu penawaran dan saat lapangan diserahkan kepada Penyedia Jasa,
demikian pula untuk kondisi jembatan lamanya.

2) Klasifikasi Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

Pada umumnya, perbedaan pekerjaan yang diklasifikasikan sebagai pekerjaan


pemeliharaan rutin atau pekerjaan yang diklasifikasikan, baik pekerjaan
peningkatan atau pekerjaan pengembalian kondisi untuk perkerasan, bahu jalan,
drainase, perlengkapan jalan dan jembatan, akan disyaratkan di bawah ini, kecuali
diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.

89
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

a) Perkerasan

i) Perkerasan Berpenutup Aspal

Pekerjaan pemeliharaan rutin harus mencakup operasi yang terutama


bertujuan untuk memelihara permukaan jalur lalu lintas sehingga
kerataannya tetap konsisten dengan mutu permukaan rata-rata dari
perkerasan lama, seperti laburan aspal untuk menutup retak-retak,
penambalan lubang-lubang kecil dan galian kecil yang tidak termasuk
dalam pekerjaan pengembalian kondisi.
Pengembalian kondisi terhadap lubang yang lebih besar dari 40 cm x
40 cm, tepi yang rusak, retak halus yang mencakup lebih dari 10 %
dari setiap 100 m panjang, retak-retak lebar yang memerlukan
pengisian celah retak satu per satu, retak buaya yang dianggap oleh
Direksi Pekerjaan bersifat struktural sehingga perlu digali dan
ditambal, dan pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki lereng
melintang jalan, bentuk atau kekuatan struktural perkerasan yang
tidak dipandang sebagai bagian dari pekerjaan pemeliharaan rutin dan
harus diukur dan dibayar menurut Seksi-seksi yang berkaitan dari
Spesifikasi ini untuk bahan yang digunakan, seperti Campuran Aspal
Panas, dan sebagainya.

ii) Perkerasan Tanpa Penutup Aspal

Pekerjaan pemeliharaan rutin harus mencakup operasi seperti


pengisian lubang dan keriting (corrugation), dan perataan ringan
dengan "grader" untuk mendistribusi kembali bahan yang lepas.

Pengembalian kondisi jalan tanpa penutup aspal yang beralur


(rutting) atau rusak berat dengan pengkerikilan kembali selain
perataan dengan "grader" tidak boleh dimasukkan ke dalam pekerjaan
pemeliharaan rutin. Pekerjaan perbaikan semacam ini harus diukur
dan dibayar sesuai dengan bahan yang digunakan menurut Seksi 5.2
dan 8.1 dari Spesifikasi ini.

b) Bahu Jalan

Pekerjaan pemeliharaan rutin harus mencakup operasi seperti pengisian


lubang dengan agregat bahu jalan, pembuangan semak-semak, rumput-rumput
dan penghalang lainnya yang mengganggu fungsi bahu jalan.

Pekerjaan perbaikan bahu jalan berskala besar yang mencakup pengisian


agregat bahu jalan atau penggalian dan pengisian kembali agregat bahu jalan
atau pelaburan bahu jalan tidak boleh dimasukkan ke dalam pekerjaan
pemeliharaan rutin. Perbaikan bahu jalan semacam itu harus diukur dan
dibayar menurut Seksi yang berkaitan untuk bahan-bahan yang digunakan,
seperti Lapis Pondasi Agregat Kelas A, B atau S, Burtu, dan sebagainya.

c) Drainase

Pekerjaan pemeliharaan rutin harus mencakup operasi seperti pembuangan


lanau, daun, kotoran, tanah sedimen atau endapan, semak dan bahan-bahan
lain yang mengganggu saluran samping, gorong-gorong dan sistem drainase
yang ada.

90
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Pengembalian kondisi Pasangan Batu dengan Mortar atau drainase yang


dilapisi lainnya atau gorong-gorong dan pekerjaan perbaikan seperti galian
untuk selokan baru, perluasan, peninggian, realinyemen atau pelapisan pada
drainase dan selokan yang ada, atau penggantian atau perpanjangan atau
pembuatan struktur drainase baru seperti gorong-gorong, lubang penangkap
(catch pits), dsb. tidak boleh dimasukkan ke dalam pekerjaan pemeliharaan
rutin. Pekerjaan perbaikan semacam ini harus dibayar menurut Seksi lain yang
berkaitan dari Spesifikasi ini seperti Pasangan Batu Dengan Mortar, Gorong-
gorong Pipa Beton Bertulang, Pekerjaan Beton, dan lain - lain.

d) Perlengkapan Jalan

Pekerjaan pemeliharaan harus mencakup operasi seperti pembersihan dan


perbaikan rambu jalan, patok pengaman dan patok kilometer yang rusak,
perbaikan rel pengaman dan pengecatan kembali huruf yang tak terbaca pada
rambu jalan. Tidak menimbulkan goresan atau garutan pada rambu jalan
dalam proses pembersihan dan perbaikan rambu jalan.

Penyediaan rambu jalan, patok pengarah, patok kilometer atau rel pengaman
yang baru, baik pada lokasi baru atau mengganti bagian-bagian yang rusak
atau pengecatan marka jalan harus dianggap sebagai pekerjaan perlengkapan
jalan dan pengatur lalu lintas dan harus dibayar secara terpisah menurut Seksi
8.4 dari Spesifikasi ini.

e) Jembatan

Pekerjaan pemeliharaan rutin harus mencakup operasi seperti pemeriksaan


secara teratur dan pelaporan semua kondisi komponen utama dari struktur
maupun pembersihan saluran dan lubang drainase, pembersihan kotoran dan
sampah pada sambungan ekspansi, perletakan dan komponen logam lain yang
peka terhadap karat dan pembuangan akumulasi sampah dan/atau tanah
sedimen atau endapan yang diakibatkan oleh banjir pada saluran air.

Perbaikan, pengembalian kondisi dan penggantian beton, komponen baja atau


kayu yang rusak pada struktur jembatan, pengecatan kembali fbaja struktur
atau baja lainnya atau struktur kayu, penggantian bahan pada lantai struktur,
dan perbaikan dan pengembalian kondisi setiap lapisan aspal di atas lantai
struktur yang rusak tidak boleh dimasukkan ke dalam pekerjaan pemeliharaan
rutin jembatan. Pekerjaan pengembalian kondisi dan perbaikan seperti itu
harus dibayar menurut Seksi lain yang berkaitan dari Spesifikasi ini.

3) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini:

a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8


b) Kajian Teknis Lapangan : Seksi 1.9
c) Pekerjaan Pembersihan : Seksi 1.16
d) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.19
e) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1
f) Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Pada Perkerasan Ber- : Seksi 8.2
penutup Aspal
g) Pengembalian Kondisi Selokan, Saluran, Galian, : Seksi 8.3
Tim- bunan dan Penghijauan
h) Pengembalian Kondisi Jembatan : Seksi 8.5
i) Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan : Seksi 10.2

91
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SKh. 10.10.2. PEMELIHARAAN RUTIN PERKERASAN

1) Lokasi Tempat-tempat yang Memerlukan Pemeliharaan Rutin

Tempat-tempat perkerasan lama yang memerlukan pemeliharaan rutin harus dirancang


oleh Direksi Pekerjaan dengan cara pemeriksaan visual.

Metode dan besarnya pekerjaan perbaikan harus sebagaimana yang diperintahkan


secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan, yang juga akan menentukan waktu penyelesaian
yang beralasan.

2) Perkerasan Berpenutup Aspal

a) Uraian

i) Pemeliharaan rutin pada perkerasan berpenutup aspal harus mencakup


Laburan Aspal (BURAS) pada permukaan retak, yang luasnya tak
melebihi 10% dari setiap 100 m panjang, pengisian dan penambalan
lubang-lubang kecil (pembongkaran dan pengembalian kondisi) yang
berukuran tidak melebihi 40 cm x 40 cm. Semua ruas perkerasan yang
secara struktural dianggap tidak utuh (unsound) oleh Direksi
Pekerjaan harus dibongkar dan diperbaiki.

ii) Standar yang disyaratkan untuk perkerasan berpenutup aspal dalam


Kontrak haruslah sedemikian rupa sehingga dalam waktu tiga bulan
setelah lapangan diserahkan kepada Penyedia Jasa, atau dalam waktu
yang lebih pendek sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, tidak
terdapat lubang atau retak-retak pada perkerasan lama yang belum
ditutup. Selanjutnya, Penyedia Jasa harus memelihara seluruh
permukaan sehingga setiap lubang yang mungkin terjadi setiap saat
dalam Periode Pelaksanaan harus diperbaiki dalam waktu tidak
melebihi 14 hari setelah kejadian tersebut. Retak-retak yang terjadi
dalam periode waktu sama harus dilabur dalam waktu tidak melebihi
1 bulan setelah kejadian tersebut.

b) Bahan

i) Perbaikan Lubang dan Penambalan Kecil

Bahan yang digunakan untuk penambalan lubang harus sama atau


lebih tinggi mutunya dari bahan yang ada di sekelilingnya, kecuali
diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. (contoh, perkerasan dengan
Lapis Pondasi Agregat Kelas A, ATB dan AC, maka Lapis Pondasi
Agregat Kelas A harus diperbaiki dengan Lapis Pondasi Agregat
Kelas A, lapis pondasi beraspal dengan ATB dan lapis permukaan
diperbaiki dengan AC, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi
Pekerjaan). Bahan yang digunakan dapat mencakup bahan timbunan
pilihan, Lapis Podasi Agregat Kelas A (untuk jalan berpenutup aspal),
ATB, AC, Penetrasi Macadam, Lapis Resap Pengikat, Lapis Perekat,
ATB, AC, Campuran Aspal Dingin, atau bahan konstruksi lainnya
untuk perkerasan, sesuai dengan jenis lapisan perkerasan yang sedang
diperbaiki. Bahan-bahan ini umumnya harus sesuai dengan
Spesifikasi ini atau Spesifikasi Teknik yang berkaitan, seperti yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan.

92
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

(ii) Laburan Aspal pada Permukaan Perkerasan Berpenutup Aspal

Bahan dan prosedur pelaksanaan yang digunakan untuk pekerjaan ini


harus sesuai dengan Seksi 6.7 dari Spesifikasi ini.

c) Pelaksanaan

i) Perbaikan Lubang

Semua lubang harus ditambal. Semua perkerasan struktural yang


tidak utuh (unsound) harus digali dan diisi kembali. Tepi dan dasar
lubang harus digali sampai bahan yang utuh (sound).

Pada permukaan yang telah disiapkan harus bersih dan bebas dari air
yang tergenang sebelum penambalan dimulai.

Setiap lapisan harus diisi dan dipadatkan dalam satu operasi, dimulai
dari lapisan yang paling bawah. Pengisian dan pemadatan umumnya
harus sesuai dengan Spesifikasi yang berkaitan dengan bahan yang
digunakan, kecuali cara manual boleh digunakan untuk pengisian dan
pemadatan. Lapis perekat harus digunakan sesuai takaran dan
disemprotkan sampai merata untuk melapisi semua permukaan yang
akan diisi oleh campuran aspal.

Setelah penambalan selesai, mesin gilas mekanis atau pelat


berpenggetar harus digunakan untuk memadatkan lapisan teratas.

ii) Laburan Aspal (BURAS) pada Perkerasan Aspal

Tempat-tempat terpisah pada perkerasan aspal yang tidak kedap air


atau retak-retak harus diperbaiki dengan Laburan Aspal (BURAS)
yang diberikan dalam Seksi 6.7 dari Spesifikasi ini.

3) Perkerasan Tanpa Penutup Aspal

a) Uraian

Pemeliharaan rutin pada Perkerasan Tanpa Penutup Aspal pada umumnya


harus terdiri atas operasi perataan ringan dengan motor grader untuk
memperbaiki permukaan jalan yang terdapat lubang-lubang kecil dan keriting
(corrugation).

b) Pemotongan Ringan dengan Motor Grader

Untuk perkerasan tanpa penutup aspal yang berlubang banyak dan keriting
(corrugation), permukaan jalan itu harus dipangkas sedikit dengan motor
grader secara rutin, terutama pada musim kemarau, agar dapat mengendalikan
ketidak- rataan dan keriting (corrugation). Bilamana melaksanakan
pemangkasan ringan dengan motor grader pada musim kemarau, bahan-bahan
yang lepas harus didorong ke arah tepi jalan. Pada musim hujan, bahan-bahan
harus didorong ke arah sumbu jalan.

93
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

c) Perhatian Selama Operasi Perataan Kembali

Perhatian khusus harus diberikan oleh Penyedia Jasa untuk mencegah motor
grader melintasi lewat sumbu jalan dengan posisi pisau diturunkan, karena hal
ini akan mengakibatkan punggun jalan menjadi hilang. Perhatian khusus juga
harus diberikan oleh Penyedia Jasa selama operasi pemotongan untuk
menghindari lempung lunak pada selokan samping terdorong ke arah jalur lalu
lintas.

4) Standar untuk Pekerjaan Pemeliharaan Rutin Perkerasan

Sejak saat lapangan diserahkan kepada Penyedia Jasa sampai Periode Pelaksanaan
berakhir dan sebelum maupun sesudah penghamparan setiap lapis perkerasan baru
menurut Kontrak, Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan pemeliharaan rutin
perkerasan sebagaimana yang diperlukan sehingga diperoleh drainase dan kondisi
pelayanan permukaan jalan yang baik pada setiap saat.

Untuk menjamin bahwa pekerjaan itu dilaksanakan menurut standar yang memadai,
staf supervisi akan melakukan pemeriksaan visual bulanan terhadap permukaan jalan
dan akan memberitahu Penyedia Jasa atas setiap cacat pada permukaan (lubang, retak,
dsb.) yang memerlukan perbaikan.

SKh. 10.10.3. PEMELIHARAAN RUTIN BAHU JALAN

1) Uraian

a) Semua bahu jalan lama yang termasuk daerah kerja harus selalu diperiksa oleh
Penyedia Jasa selama Periode Pelaksanaan untuk penyesuaian dengan kondisi
standar yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini dan dalam Gambar. Setiap
lokasi bahu jalan yang dipandang memerlukan pemeliharaan rutin, dalam
segala hal harus dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan, yang kemudian akan
mengeluarkan perintah yang sesuai untuk jenis tindakan pemeliharaan yang
diperlukan.

b) Bilamana bahu jalan lama dianggap rusak maka Direksi Pekerjaan akan
mengeluarkan perintah yang sesuai untuk pemeliharaan rutin, jika terdapat
salah satu atau gabungan kondisi berikut ini:

i) Bahu jalan memerlukan perataan kembali untuk menghilangkan


lubang- lubang kecil atau memerlukan pembentukan kembali untuk
meningkatkan kerataan atau drainase;

ii) Bahu jalan memerlukan pemadatan tambahan agar dapat memberi


pelayanan yang lebih baik;

iii) Bahu jalan tertutup rumput/gulma yang tinggi (lebih dari 5cm tinggi)
dan/atau semak-semak sehingga akan mengurangi keamanan jalan
atau jarak pandang.

iv) Bahu jalan dengan bahan-bahan yang lepas, benda-benda yang tidak
dikehendaki atau bahan-bahan lainnya yang tidak berkaitan dengan
fungsi jalan;

94
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

v) Bahu jalan yang tidak memerlukan penggalian atau pembongkaran


bahan tepi memerlukan perataan kembali untuk mengalirkan air yang
lancar dari perkerasan berpenutup aspal ke selokan samping.

Pekerjaan Pemeliharaan Bahu Jalan yang dilaksanakan menurut perintah


Direksi Pekerjaan untuk memperbaiki salah satu dari kondisi di atas akan
dibayar menurut Pasal 10.1.7 dari Spesifikasi ini.

2) Bahan dan Pelaksanaan

Mutu bahan dan standar penyiapan, pemasangan dan pemadatan setiap bahan yang
digunakan dalam pemeliharaan rutin bahu jalan lama harus sesuai dengan ketentuan
dari
Seksi 4.2 dalam Spesifikasi ini.

95
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

SKh. 10.10.4. PEMELIHARAAN RUTIN SELOKAN, SALURAN AIR, GALIAN DAN


TIMBUNAN

1) Pemeliharaan rutin selokan dan saluran air sementara maupun permanen harus
dijadwalkan sedemikian rupa sehingga aliran air yang lancar dapat dijaga
selama Periode Pelaksanaan.
2) Selokan dan saluran air lama maupun yang baru dibuat harus dijaga agar bebas
dari semua bahan yang lepas, sampah, endapan dan pertumbuhan tanaman
yang tidak dikehendaki yang mungkin akan menghalangi aliran air permukaan.
Pemeliharaan semacam itu harus dilaksanakan secara teratur berdasarkan
rutinitas dan segera setelah aliran permukaan akibat hujan lebat telah berhenti
mengalir.

3) Selama periode hujan lebat, Penyedia Jasa harus menyediakan regu


pemeliharaan yang akan berpatroli di lapangan dan mencatat setiap sistem
drainase yang kurang berfungsi akibat penyumbatan atau karena hal lain.
Setiap kelainan pada drainase dicatat pada saat tersebut, seperti luapan air,
kekurangan kapasitas, erosi, alinyemen struktur drainase yang kurang tepat
atau rancangan lainnya yang kurang cocok, harus dilaporkan kepada Direksi
Pekerjaan, dan Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan perintah yang sesuai
dengan langkah yang harus diambil.
4) Pekerjaan pemeliharaan rutin untuk timbunan dan galian harus mencakup
pemotongan rumput, semak-semak, dan pohon-pohon kecil yang tingginya
sudah lebih dari 5 cm dan/atau sudah berumur 2 minggu sejak pemotongan
terakhir, mana yang lebih dulu tercapai, untuk memperbaiki penampilan di
dalam atau di samping jalan yang dibangun atau memperbaiki jarak pandang
atau tikungan selama Periode Pelaksanaan fisik. Pekerjaan memotong tersebut
harus tersisakan tidak lebih tinggi dari 5 cm. Pekerjaan lain yang mencakup
perbaikan lereng yang tidak stabil, pekerjaan pengembalian kondisi atau
perbaikan drainase yang bersangkutan dan stabilitas dengan tanaman harus
dilaksanakan dan dibayar menurut ketentuan dalam Seksi 8.3 dari Spesifikasi
ini.

SKh. 10.10.5. PEMELIHARAAN RUTIN PERLENGKAPAN JALAN LAMA YANG


ADA

1) Penyedia Jasa harus juga mengecat kembali setiap rambu jalan di mana kondisi cat
pada rambu tersebut telah rusak dan kata-kata pada rambu tersebut tidak jelas
terbaca.

2) Penyedia Jasa harus juga melaksanakan perbaikan pada setiap rambu jalan, bagian
rel pengaman dengan panjang kurang dari 10 meter, pagar pengarah, patok kilometer
atau perlengkapan jalan yang lain yang rusak, sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

SKh. 10.10.6. PEMELIHARAAN RUTIN JEMBATAN

1) Uraian

a) Pekerjaan pemeliharaan rutin untuk jembatan harus berlaku untuk semua


jembatan yang ada sepanjang Kontrak, tanpa memandang ukuran atau jenis
jembatan, dan pada prinsipnya harus meliputi pemeriksanaan secara teratur
terhadap komponen utama struktur, penyiapan laporan detil pemeriksaan dan
96
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020
pembersihan rutin tempat-tempat yang mudah rusak jika dibiarkan.

b) Pemeriksaan dan operasi pembersihan untuk pemeliharaan rutin jembatan

c) harus dilaksanakan dalam interval waktu yang teratur selama Periode


Pelaksanaan. Pemeriksaan terhadap daerah aliran sungai harus dilaksanakan
setelah hujan lebat yang mengakibatkan banjir dan demikian pula setelah air
banjir surut.
2) Pemeriksaan dan Pelaporan

a) Umum

Arti penting dari pemeriksaan yang akurat dan teratur beserta pelaporan pada
struktur jembatan tidak dapat diabaikan. Umur pelayanan jembatan akan
banyak berkurang jika bagian-bagian yang memerlukan pemeliharaan, baik
rutin maupun berkala, tidak diketahui selama kegiatan pemeriksaan yang
teratur.
Untuk semua jenis struktur jembatan, kelembaban bersama dengan akumulasi
debu dan sampah adalah sebab utama kerusakan yang dapat segera dihentikan
dengan operasi pembersihan dalam pemeliharaan rutin yang sederhana.
Kondisi ini akan terjadi terutama di dalam bagian-bagian jembatan yang
paling gelapdan sulit dijangkau, oleh karena itu pemeriksaan menyeluruh pada
setiap celah sangatlah perlu, terutama setelah banjir.
b) Pemeriksaan untuk Revisi Minor

Struktur jembatan akan diperiksa selama satu bulan pertama periode


mobilisasi sebagai bagian dari survei lapangan oleh Penyedia Jasa terhadap
seluruh pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan Seksi 1.9 dari Spesifikasi
ini.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menentukan tempat-tempat tertentu
pada struktur yang benar-benar memerlukan pekerjaan pengembalian kondisi.
Pemeriksaan ini tidak dianggap bagian dari pemeliharaan rutin dan biaya
untuk melaksanakan pemeriksaan yang demikian harus dianggap telah
termasuk dalam Harga Satuan yang dimasukkan dalam berbagai Mata
pembayaran lain yang relevan, yang tercantum dalam Daftar Kuantitas dan
Harga
c) Pemeriksaan Rutin

Kegiatan pemeriksaan yang teratur yang dilaksanakan menurut Seksi ini harus
mengfokuskan pada penentuan operasi pembersihan dan pembabatan yang
dilaksanakan berdasarkan rutinitas dan setiap tambahan tempat pada struktur
yang menunjukkan tanda-tanda kemunduran, sebagai akibat berjalannya
waktu atau dampak banjir yang terjadi selama Periode Pelaksanaan.

Bilamana cacat dan kerusakan dan kekurangan tambahan pada komponen


struktural jembatan yang dijumpai selama pemeriksaan rutin, harus dilaporkan
kepada Direksi Pekerjaan, Direksi Pekerjaan akan menentukan tindakan

97
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

perbaikan yang diperlukan. Rentang dan jenis pekerjaan perbaikan semacam


ini akan sangat bervariasi tergantung pada ukuran, jenis pelaksanaan, jenis
bahan dan umur struktur. Pekerjaan semacam ini tidak akan dimasukkan
kedalam bagian pekerjaan pemeliharaan rutin dan bilamana dimasukkan ke
dalam cakupan Kontrak oleh Direksi Pekerjaan, akan dibayar menurut Divisi
8, Pekerjaan Pengembalian Kondisi, atau jika perlu, Divisi 9 Pekerjaan
Harian. Bagaimanapun juga, kegiatan pemeriksaan untuk menentukan
pekerjaan pengembalian kondisi semacam ini harus dibayar menurut Seksi ini
dari Spesifikasi.

d) Pemeriksaan Selama dan Sesudah Banjir

Selama hujan lebat jembatan-jembatan yang lebih penting harus diamati


untuk melihat apakah ada kecenderungan aliran sungai tersebut berubah arah.
Pada setiap jembatan yang mengalami gerusan atau penumpukan sampah
yang serius harus dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan.

Bilamana curah hujan menunjukkan tingkat banjir, semua saluran air yang
berdekatan dengan struktur jembatan dalam lokasi pekerjaan harus diperiksa
kemungkinan penggerusan dan erosi yang terjadi segera setelah air banjir
surut. Pengukuran kedalaman air di bawah lantai jembatan di sekeliling pier
dan abutment harus dilakukan dengan menggunakan batang besi sehingga
Direksi Pekerjaan dapat membandingkan dengan Gambar yang ada atau arsip-
arsip sebelumnya untuk menentukan apakah terjadi perubahan yang tidak
biasa, sehingga diperlukan pekerjaan tambahan pada pekerjaan pengembalian
kondisi atau perlindungan.

e) Pelaporan

Hasil dari setiap pemeriksaan harus dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan


dengan bentuk dan formulir yang diterima oleh Direksi Pekerjaan.

3) Pelaksanaan Operasi Pembersihan dan Pembabatan

a) Saluran Air

Di daerah saluran air operasi pembersihan dan pembabatan yang berikut harus
dilaksanakan sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.

i) Setiap pertunbuhan tanaman yang menghalangi atau mengalihkan


atau mungkin menghalangi atau mengalihkan aliran sungai atau
saluran air harus dibuang.

ii) Setiap sampah yang terbawa banjir seperti batang kayu, cabang-
cabang pohon, atau tanaman lain yang dapat menyebabkan
penyimpangan aliran atau penggerusan harus disingkirkan dan
ditumpuk dengan rapi di atas atau di luar jangkauan aliran banjir
sehingga tidak terbawa lagi.

iii) Semua sampah dari jenis apapun yang terdampar pada bangunan
bawah jembatan harus dikeluarkan dan dibuang.

98
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

b) Bangunan Atas Jembatan dan Bangunan Bawah Jembatan

Di daerah bangunan atas jembatan dan bangunan bawah jembatan, operasi


pembersihan dan pembabatan yang berikut harus dilaksanakan sampai
diterima oleh Direksi Pekerjaan;

i) Semua tanaman yang berjuntai harus dipotong secukupnya dan sam-


pahnya dibuang dengan rapi;

ii) Semua lubang sulingan yang disediakan pada abutment dan tembok
sayap harus bebas dari sampah-sampah yang menyumbatnya.

iii) Semua dudukan jembatan dan kepala pier harus dijaga supaya bebas
dari sampah, kotoran dan air.

iv) Semua sambungan pada permukaan kayu harus dijaga agar bebas dari
sampah dan kotoran sedemikian hingga tidak menyimpan air yang
akan mempercepat proses pelapukan;

v) Semua permukaan baja harus dijaga agar bebas dari sampah dan
kotoran sedemikian hingga tidak menyimpan air yang akan
mempercepat proses korosi.

vi) Semua lubang pembuangan air, pipa buangan air, saluran drainase
dan lubang keluaran harus dijaga bersih dari sampah supaya air dapat
mengalir bebas, sehingga terhindar dari limpahan air pada perletakan,
dudukan perletakan dan rembesan melalui sambungan atau retak-
retak.

vii) Paku, baut jembatan atau pecahan kayu tidak boleh menonjol di atas
permukaan lantai jembatan sehingga dapat menusuk ban kendaraan
yang lewat.

SKh. 10.10.7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

4) Pengukuran untuk Pembayaran

a) Semua pekerjaan yang dirancang oleh Direksi Pekerjaan sebagai pekerjaan


pemeliharaan rutin menurut batas-batas yang diberikan dalam Pasal 10.1.1
dari Spesifikasi ini, harus disahkan untuk pembayaran setiap bulan
berdasarkan pengesahan tertulis dari Direksi Pekerjaan dimana standar
pelayanan perkerasan, bahu, drainase, perlengkapan jalan dan jembatan telah
dipelihara dengan baik menurut ketentuan dalam Seksi ini dari Spesifikasi.

b) Untuk tempat-tempat dimana Direksi Pekerjaan telah menentukan bahwa


cakupan pekerjaan lebih besar dari batas-batas untuk pekerjaan pemeliharaan
rutin yang diuraikan dalam Pasal 10.1.1. dari Spesifikasi ini, pekerjaan yang
telah dilaksanakan akan diklasifikasi sebagai pekerjaan pengembalian kondisi
dan tidak akan dibayar menurut Seksi ini. Pengukuran dan pembayaran harus
dilakukan berdasarkan kuantitas bahan yang aktual digunakan dalam
pekerjaan, sebagaimana ditentukan dalam Divisi 8 dari Spesifikasi ini.

99
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

3) Dasar Pembayaran

a) Pekerjaan pemeliharaan rutin yang diuraikan dalam Pasal di atas harus dibayar
dari harga lump sum dalam Kontrak untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di
bawah dan dalam Daftar Kuantitas, dimana harga tersebut harus mencakup
semua kompensasi Penyedia Jasa untuk penyediaan semua bahan, pekerja,
peralatan, perkakas dan keperluan lainnya yang perlu atau lazim untuk
pekerjaan pemeliharaan rutin perkerasan, bahu jalan, drainase, perlengkapan
jalan dan jembatan sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.

b) Dengan syarat diterbitkannya pengesahan tertulis setiap bulan dari Direksi


Pekerjaan atas kinerja Penyedia Jasa yang memenuhi ketentuan dalam
pelaksanaan semua operasi pemeliharaan rutin yang diperlukan, maka Mata
Pembayaran lump sum harus dibayarkan kepada Penyedia Jasa dengan
angsuran bulanan berikut ini:

Lump Sum
Bulan ke 1 sampai dengan 3 = --------------
8

5 x Lump Sum
Bulan berikutnya = ---------------------------------------------------------
8 x [(Periode Pelaksanaan dalam bulan) – 3]

c) Jika dalam salah satu bulan dari Periode Pelaksanaan sesuai Divisi 1 Pasal
1.1.1.(2), Penyedia Jasa telah gagal melaksanakan pekerjaan pemeliharaan
rutin yang diuraikan dalam Seksi ini sampai dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan, Direksi Pekerjaan dapat mengeluarkan peringatan tertulis kepada
Penyedia Jasa dan Penyedia Jasa harus segera memberi tanggapan atas
peringatan itu. Jika peringatan semacam itu telah diberikan dua kali dalam
tempo satu bulan tanpa tanggapan dari Penyedia Jasa, Direksi Pekerjaan dapat
memilih untuk melaksanakan pekerjaan itu dengan sumber dayanya sendiri
atau pihak lain jika dipandang perlu.

Biaya tambahan untuk setiap macam pekerjaan yang dilaksanakan oleh


Direksi Pekerjaan harus ditanggung sepenuhnya oleh Penyedia Jasa, dengan
mengurangi biaya total aktual yang digunakan oleh Direksi Pekerjaan,
ditambah uang denda 10% (sepuluh persen) dari harga lump sum untuk
pekerjaan pemeliharaan rutin yang belum dibayar atau dari sumber lain yang
menjadi hak Penyedia Jasa.

100
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukura

SKh. 10.1.(1) Pemeliharaan Rutin Perkerasan Lump Sum

SKh. 10.1.(2) Pemeliharaan Rutin Bahu Jalan Lump Sum

SKh. 10.1.(3) Pemeliharaan Rutin untuk Selokan, Saluran Air, Lump Sum
Galian dan Timbunan

SKh. 10.1.(4) Pemeliharaan Rutin Perlengkapan Jalan Lump Sum

SKh. 10.1.(5) Pemeliharaan Rutin Jembatan Lump Sum

101
Spesifikasi Khusus DPU Bina Marga Prov. Jatim 2020

102

Anda mungkin juga menyukai