Langit Di Hati Bumi
Langit Di Hati Bumi
DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Hal. 1
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Hal. 2
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Summary
Prolog
Simponi 1. Ku Temukan Langit
Simponi 2. Kabarmu Tiba di Hati
Simponi 3. Mimpi Bhumi
Simponi 4. Thai Fu Shu Dhong
Simponi 5. Semburat Bianglala Langit
Simponi 6. Langit Biru
Simponi 7. Biru Sendu
Simponi 8. Istikharah Langit
Simponi 9. Jauh
Simponi 10. My Boss My Devil
Simponi 11. Aku Memilih Resign
Simponi 12. Unleash You
Simponi 13. Allah Punya Rencana
Lain
Simponi 14. Rumah Sakit
Simponi 15. Mustahil
Hal. 3
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
PROLOG
Hal. 4
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Langit menampakkan warna cerah siang ini.
Seorang pria berambut ikal, khas dengan
kacamata yang membingkai wajah sedang
berjalan gagah menuju Masjid yang
terletak di seberang jalan.
Hal. 5
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
maron di dekatnya.
Dompet wanita.
BHUMY ARTIKA LEYSHIA. Perempuan,
tinggal di jln. Garuda 212
Bekerja di INDONET DATA CENTER
Langit mengeja identitas yang tertera
dalam secarik kartu nama pada dompet.
"Nanti ku cari" bathinnya mantap.
Selang 3 menit setelah mengambil wudhu
dan hendak menunaikan shalat zhuhur,
matanya tertegun. Seraut wajah yang
baru saja diamati dari foto kartu
identitas tepat melintas di hadapannya.
Langit segera menghampiri, hatinya
Hal. 7
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Perempuan yang bernama Bhumi segera
membuka tas dan sedikit kaget, ternyata
malah ia baru sadar bahwa sebenarnya ia
telah kehilangan.
"Astaghfirullah...saya brnar-benar
bersyukur pak anda yang menemukannya.
Terimakasih banyak ya...." lanjutnya
kemudian dengan mata berbinar senang
saat menerima " harta yang kembali" .
Tak lupa di perlihatkan sederet gigi putih
dengan satu gingsul tersusun rapi sebagai
tanda keramahan yang khas pada raut
wajah yang bersinar.
"Iya, tadinya mau nyari sampai ke kantor.
Kalo nggak ketemupun ku jabani dah
sampai ke rumah"
"Hahahaha....memangnya mas tau alamat
kantor saya? Maaf mas, nama mas siapa
Hal. 9
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
ya?"
"Kebetulan kita masih satu kantor, aku
pindahan dari Bandung. Panggil saja Langit.
Namaku Langit Pradipta Wicaksana"
"Senang bertemu mas Langit, silahkan
shalat zhuhur dulu, sampai jumpa nanti di
kantor ya"
lanjutnya seraya berlalu pergi
meninggalkan senyum manis semanis teh
pocci yang Langit minum tadi pagi.
Langit tersenyum simpul. Mengingat aksi
canggung yang baru saja dilakukan Bhumi ,
saya, aku, anda, kamu, mas, pak. Ahh...
benar-benar sekehendak hati. Antara rasa
segan dan formal namun ingin mendekati.
Hahaha......
Angin semilir meniup wajah. Membawa
kesejukan di tengah gemerlap siang.
Hal. 10
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Simponi 2
Kabarmu Tiba di
Hati
Langit,
menciptakannya begitu.Tuhan
menciptakanku begini.
********
Bhumi mengakhiri tulisannya, lalu beranjak
melangkah menuju peraduan jingga
bermotif mawar disudut ruang temaram
kamar.
"Ciee...yang lagi kasmaran!"
Hal. 12
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
"Siapa kak?" Jawabku berpura-pura bego
"Mukamu tuh udah muka bloon dek..jadi
jangan ditambah lagi dengan otak bego ya"
"Diih...beneran ga ngerti kak"
"Tu senyam senyum sendiri dari tadi"
"Gaaak...aku cuma lucu baca status temen
aja kak" bohongku lagi
" Dek..tadi temen kakak titip salam"
"Temen yg mana"
"Si Dhodong"
"Bang Dhodong yang juakan Fu sui itu
kak?"
"Iya. Kenapa"
Hal. 13
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
"Waalaikum salam aja deh"
Kak Cakra tertawa sambil mengacak acak
rambutku. "Hahaha...masih ada juga ya
yang salam sama adekku yang satu ini"
Sementara aku cuma masam dan
mengerucutkan bibir
Hal. 14
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Simponi 3
Mimpi Bhumi
Kehadiran Langit di kantor memberi
sentuhan warna yang berbeda bagi
seorang Bhumi.
Tentang awal perkenalan yang berlanjut
Hal. 15
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Simponi 4
Thai Fu Shui
Dhong
Lema rebu legit selegit theo Fu shui
Dodhong."
"Lema rebu legit selegit theo Fu shui
Dodhong."
Hal. 18
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
seraya unjuk deretan gigi di hadapannya.
" kemaren bang Dhodhong nggak lewat
sini?" Lanjutku menyelidik
"Oh...iya dex. Kemaren abang sedikit
nggak enak badan"
"Memangnya lewat sini ada aturan musti
berbadan sehat bg? "
"Hahaha...maksud abang kemaren tu
memang nggak jualan dek."
"Oh...begitu ya."
"Ini dex theo fu sui nya. Selamat
menikmati ya..."
Sembari menerima Sebungkus Theo- fu
sui ditangan, Aku segera meletakkan uang
lima ribuan di atas "mangkuk bell" bang
Dhong dalam gerobak Theo fu sui
Hal. 20
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
“Memamah biak”
S e n d....
Apa?berkembang biak?
Hal. 21
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
*****
Simponi 5
Semburat Bianglala
Langit
"Hahaha" Langit tertawa sinting menatap
ponsel. Bhumi begitu lucu dan
menyenangkan. Barangkali jika ada mainan
sebagus Bhumi tentu Langit akan
membelinya. Sayangnya Bhumi bukan
Hal. 22
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
boneka.
Ketika Mentari beranjak tenggelam ,
perlahan. Hanya menyisakan seberkas
cahaya jingga di ufuk barat. Lukisan
senjapun ikut terbentang di langit nan
luas.
Cahaya bianglala terbias sempurna selepas
hujan yang turun membasahi bumi. Di
dalam masjid At-Taqwa menghadap kiblat
ia bersimpuh, menyudahi bacaannya,
barisan-barisan syair terindah sepanjang
masa, as-syifa bagi segala penyakit jiwa
dan raga.
Tinta sedalam samudera manapun takkan
mampu menerjemahkan keindahan
kalam-kalam-Nya, ialah Al-Qur'an. Bacaan
yang mampu menumbuhkan ketenangan
maha dahsyat bagi sang pembacanya.
Setiap barisan yang terucap lembut
menggetarkan jiwa-jiwa menuju
Hal. 23
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
tuntunan-Nya.
"Shadaqallahul'adzim...." .
Langit menutup Qur'annya, meletakkannya
kembali diatas lemari.
Dialihkannya tatapan teduh keluar masjid,
sejenak dipejamkan kedua matanya
membenamkan diri dalam suasana senja
yang basah sore itu. Pikirannya melambung
jauh, menjauh bersama jejak-jejak
mentari untuk mencari titik kembali.
Tuhan telah mempertemukannya di masjid
ini untuk pertama kalinya dengan
seseorang yang bernama Bhumi. Sejak
hari itu hingga sekarang setelah dua bulan
berlalu ia merasakan keraguan yang tak
berujung yang semestinya tak pernah
terjadi. Kenapa tiba-tiba ragu terhadap
pilihannya sendiri, pilihan yang telah
ditetapkannya jauh-jauh hari sebelum ia
Hal. 24
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
***
Simponi 6
Langit Biru
Biru Lianti namanya, usianya terpaut satu
tahun lebih muda dari Langit, wanita yang
telah cukup lama dikenalinya.
Saat ini Langit memang memiliki hubungan
dekat dengan Biru.
Hal. 29
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Entah apa namanya hubungan itu.
Biru telah lama jatuh hati pada sosok
Langit yang berkharisma, bersahaja dan
bertanggung jawab. Waktu itu Langit tak
tahu harus menjawab apa karena yang ia
rasakan hanyalah perasaan sayang seorang
kakak kepada adik.
Namun seiring bergulirnya waktu, hati
Langitpun mulai melirik sikap tulus Biru
padanya, terlihat dari sabar dan
pengertian yang seolah tiada batas.
Biru sudah berjuang mati-matian untuk
mendapatkan sebuah tempat yang
bernama hati.
Dulu, Langit memutuskan untuk
membiarkan Biru berkutat dengan
perasaanya, dengan harapan perasaan yang
sama akan datang dari dalam hati Langit
seiring makin berjalannya waktu.
Hal. 30
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Namun nyatanya hingga kini perasaan itu
belum tumbuh juga, bahkan yang ada
hanya rasa sesak dan sesal tak
berkesudahan.
Langit menyesal atas keputusannya waktu
itu. Ia menyadari bahwa, membiarkan Biru
berkutat dengan rasa cinta sendirian
adalah hal yang SALAH. Karena Ia telah
memberikan harapan kosong pada Biru,
Wanita yang telah sangat mencintainya.
Dan itu artinya iapun telah membiarkan
Biru jatuh terjerembab dalam lubang
harapan palsu.
"Ahhh, ternyata akulah si penjahat cinta
itu."
***
Hal. 31
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Simponi 7
Biru Sendu
Sementara itu di lain tempat di sebuah
kamar bernuansa ungu muda seorang
wanita duduk terpaku di depan jendela,
menatap kerlip lampu jembatan di ujung
sungai seberang rumahnya. Pukul dua dini
hari. Gemuruh hujan terdengar berisik
Hal. 32
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Simponi 8
Istikharah Langit
Langit melirik arlojinya hampir setiap dua
puluh menit sekali. Tampaknya ia begitu
resah. Mondar-mandir di ruang TV seraya
memaut-maut sedikit jenggot tipis di
dagunya, dua puluh lima menit lagi ia harus
memenuhi undangan Biru untuk makan
malam bersama keluarganya.
Hal. 35
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Apa yang harus dikatakannya pada orang
tua Biru nanti? Langit merasa semakin
terjebak dalam lubang yang digalinya
sendiri.
Keputusan macam apa yang akan di
ambilnya?
Di satu sisi Biru telah dengan setia
menunggunya dalam ratusan hari, di sisi
lain hatinya sendiri sulit melepaskan
bayangan Bhumi, bahkan semakin ia
menjauh semakin dekat ia dengan
bayangan Bhumi disudut-sudut ruang hati
dan pikirannya.
Langit sadar betul ia adalah seorang
lelaki, dan ia harus tegas memilih dengan
bijak tanpa menyakiti siapapun.
Segera di ayunkan langkah kakinya menuju
kran wudhu, membasuh wajah dan anggota
Hal. 36
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Hal. 37
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
"bismillah....." desisnya....
***
Simponi 9
Jauh
wahai engkau yang ku cinta, bila tuhan
menakdirkan kita untuk bersama, maka
bagaimanapun caranya,sejauh apapun aku
berlari, tetap kan ku temui jalannya
kita untuk bersama.
Hal. 38
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
pernikahan
save..........
Bhumi menutup situs mozila firefoxnya,
merefresh lalu men-shut down laptopnya.
Menghempaskan diri ke Sofa, mengangkat
rambut panjangnya diatas sandaran kursi.
Ada pertanyaan yang mengambang
dibenaknya, tentang Langit yang menjauh
darinya beberapa minggu terakhir, bahkan
kerap kali pesan-pesan yang dikirimkannya
hanya sekedar dibaca Langit tanpa
dibalas.
Di kantor pun Langit selalu memasang
wajah dingin dan acuh padanya. Bhumi
merasa resah dan sedih. Entah kenapa ia
benar-benar merasa terganggu dengan
keadaan ini. Ia merasa tawanya hilang, ada
yang kurang. Meski Langit belum lama
dikenalnya, dan terlebih lagi diantara
Hal. 39
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Langit begitu sendu. Aku menatap layar
laptop dengan tatapan kosong. Aku bahkan
sama sekali tak mengerti apa yang harus
ku kerjakan. Setumpuk file telah
menunggu sejak tiga hari di atas meja.
Sama sekali tiada semangat untuk
menyelesaikannya. Ini minggu ke dua
Hal. 41
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
"Ya elah galak bener, lagi PMS ya"
Aku beranjak pergi meninggalkan ruangan
dan berpaling dari muka blo'on Bagas
sendirian. Aku benar-benar bad mood dan
sedang malas berkomunikasi dengan
siapapun. Terlebih kaum lelaki.
Dan parahnya lagi tempat kerjaku ini di
dominasi oleh kaum laki-laki yang berbaur
begitu bebas di ruangan para karyawati.
Kadang terpikir juga untuk resign dari
pekerjaan. Namun, apa daya, aku masih
membutuhkan.
Kring...kring.... telepon di atas meja kerja
berdering.
"Datang ke ruangan sekarang!"
Pak Fredd memberi perintah tanpa
basa-basi. Sungguh, rasanya minggu ini
adalah minggu terburuk dalam hidupku.
Dengan rasa malas akupun berjalan ke
Hal. 43
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
ruangan pak Fredd di ujung koridor.
Mengetuk pintu lalu masuk dengan rasa
enggan. Setiap kali aku menghadapnya
selalu saja ada kejadian atau rasa tak
enak hati, entah kenapa aku selalu merasa
was-was bila hanya berdua saja di ruang
kerjanya. Aku takut menjadi santapan
gosip bagi karyawan lain.
"Bapak memanggil saya?"
"Iya. Sekarang juga siapkan berkas, ada
meeting mendadak dengan direktur Kim"
"Semendadak itu?"
"Waktumu 25 menit dari sekarang,
langsung datang ke ruangan saya dan kita
berangkat sama-sama"
"Baik pak"
Jawabku seraya pergi dengan pikiran yang
Hal. 44
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
ingin mengeluarkan. Namun menahan emosi
dan menahan napas adalah dua hal yang
sama sulitnya dilakukan.
Simponi 11
Aku Memilih
Resign
Tekadku sudah bulat.
Hal. 48
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
kantorku yang kuyakini kebenarannya.
Mulai dari meja makan di kantor yang
kupisahkan. Untuk pegawai pria sendiri,
letaknya terpisah dengan meja makan
pegawai perempuan.
Tapi apa? Malah meja-meja makan itu
dikembalikan ke posisi semula.
Lalu di kantorku ada lebih dari satu toilet
umum. Aku mengusulkan agar satu toilet
khusus untuk karyawati dan toilet lainnya
untuk karyawan. Tapi aku malah dicemooh.
"Banyak maunya" begitu kata mereka.
Aku pun mencoba menyampaikan hal-hal
yang lebih prinsip. Bukan sekadar hal-hal
remeh yang kulakukan diatas. Misalnya,
aku pernah mengingatkan atasanku, dalam
sebuah briefing pagi, bahwa hadis yang ia
sampaikan itu lemah, sebagaimana yang
pernah kubaca. Namun yang kusampaikan
malah menjadi bahan tertawaan.
Hal. 51
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Aku pun pernah mengingatkan mengenai
perilaku yang menurutku keliruannya
sudah keterlaluan.
Suatu hari aku mengikuti kegiatan
outbond yang diselenggarakan oleh kantor
pusat dan diikuti oleh karyawan berbagai
kantor cabang. Salah satu kegiatan dalam
pelatihan itu, trainer mengharuskan kami
bergendongan dan berpelukan. Bukan
sejenis, tetapi dengan lawan jenis.
Disitulah aku menyampaikan protes. Tapi
tanggapan yang kuterima membuat hatiku
sakit.
“Tadi pagi saya dikritik oleh Bhumi.
Katanya haram bersentuhan laki dan
wanita, sok alim dia"
“Walaupun prianya di sebelah tembok dan
wanitanya di sisi yang lain, kalau hati
kotor, ya tetap aja kotor,” kata Pak
direktur Customer Relation Manager
Hal. 52
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Dua puluh menit tepat, Ba'da Ashar,
Seorang akhwat berkerudung hitam
dengan sepeda motornya menghampiri
Bhumi yang sedari tadi sudah menanti dan
duduk manis di bawah rindangnya
Flamboyan depan Masjid An-Nur.
Hal. 54
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
" Dik Bhumi, gimana kabarmu hari ini?",
tanya mbak imah sembari memeluk erat
tubuh mungil Bhumi,
Damai dalam rengkuhannya,
Indah dalam ukhuwah.
Tak terasa air bening menghiasi kelopak
matanya. Sejenak saling berpandangan
menyemai kasih kerinduan. Dahi saling
beradu, Tangan saling menepuk bahu,
berbagi bahagia karena masih diberikan
keistiqamahan yang sama. Sore ini mereka
dipertemukan dalam program dakwah dan
sosial di lingkungan pengajian ibu-ibu
an-Nisa setelah beberapa waktu lamanya
mereka tak bisa bertemu.
"alhamdulillah Mbak Imah....segalanya
masih berjalan baik-baik saja larut dalam
Kuasa dan ketetapan-Nya"
" Gimana dengan anak-anak TPA binaanmu
Hal. 55
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
kemarin? Masih berjalan dik? "
"alhamdulillah masih mbak, berkat
dukungan mbak juga tentunya. Ini juga
baru pulang dari sana mbak, ohya...mbak
Imah ini mampir-mampirlah bilamana ada
waktu senggang, tentu mereka akan
sangat senang mendengar kajian-kajian
mbak imah tentang sejarah-sejarah islam
beserta tokoh-tokoh para sahabat
Rasulullah SAW mbak"
Lima menit kemudian.......
"Wajib bagi seorang perempuan untuk
mencari ilmu agar ia yakin dalam
menjalankan kewajiban Allah, Aisyah
radiallahuanhu pernah berkata "
sebaik-baik perempuan adalah perempuan
Anshar, mereka tidak malu bertanya
untuk memperluas wawasan agamanya"
Ustadzah Fatimah mencoba menjelaskan
lebih lanjut. Kemudian ia melanjutkan dan
Hal. 56
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Hal. 57
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Tentunya, keluar untuk menghadiri majelis
ilmu adalah salah satu keperluan yang
diizinkan oleh syariat, karena menuntut
ilmu yang berkaitan dengan pelaksanaan
kewajibannya merupakan ibadah, saya rasa
benar begitu ustazah Fatimah?" Bhumi
tersenyum mengalihkan pandangan ke
sebelahnya pada seraut teduh wajah
wanita sederhana berjilbab syar'i
disampingnya, ustazah Fatimah,
" na'am ustazah Bhumi... Tidaklah
diragukan bahwa perempuan sederajat
dengan lelaki dalam hal kewajiban
menjalankan perintah agama. Bahwa,
kewajiban menjalankan perintah itu
mencakup seluruh perintah agama, yakni
memurnikan tauhid, shalat, zakat, haji,
puasa, ..., dan sebagainya, Perempuan
adalah seorang yang mukallaf seperti
laki-laki. Oleh karena itu, dia wajib
menuntut ilmu tentang perkara-perkara
yang diwajibkan terhadapnya agar ia
Hal. 60
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Hal. 62
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
"wah.... kapan ini mbak? sepupu mbak yang
mana?" Bhumi bersemangat sembari
membuka helaian undangan yang
terbungkus manis dari sampulnya
" Mbak punya sepupu yang dulu tinggal di
Bandung...Baru dua tahun dia mendapatkan
pekerjaan disini, kami ingin menggelar
walimatul ursynya di rumah kami saja
mengingat ia hanya sebatang kara disana,
Ummi dan abinya sejak kecil telah
meninggal dunia my, ini aji mumpung kita
bertemu disini langsung saya sampaikan
padamu mengingat aktivitasmu yang super
padat, khawatir tak sempat berjumpa,,
harus datang loh ya"
Alis Bhumi sedikit berkernyit melihat
sebuah nama yang terukir elegan tertera
di kertas undangan.
Hal. 63
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Menikah
dengan
"Langit...? namanya Langit mbak?" Bhumi
penasaran
Hal. 64
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
"Iya dik, kenapa ya?
"tunggu..tunggu... " Bhumi meraih android
di tasnya, lalu membuka beberapa file,
mencari dan...
"ini! wajah ini...Langit yang inikah?"
selorohnya kemudian
Fatimah mengamati gambar di android
Bhumi "iya...Kalian saling kenal?"
"masya Allah mbaak, iya saya kenal, dia
sekantor denganku" Bhumi tersenyum ,
senyum yang terpaksa
"hah? Masyaallah...ternyata kalian
sekantor ya, benarlah dunia ini sempit,
baguslah kalau begitu, kamu bisa
sering-sering datang kerumahku, belum
pernah kan? Terakhir tiga tahun lalu, atau
ntar bantu-bantu juga buat persiapan di
rumah ya..."
"Insyaallah mbak....barakallah ya,
sampaikan salam dariku dan ucapkan
selamat untuknya"
Hal. 65
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Simponi 13
Allah Punya
Rencana Lain
Hal. 67
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Pukul 12.00 Siang. Seorang wanita
berhijab biru dengan paduan blezer hitam
sedang duduk di sudut pantry kantor. Ia
sedang tersipu sekaligus bahagia ketika
teman-teman sekantornya mengucapkan
selamat. Ia telah menemukan mr. Right di
usianya yang ke 24.
" Dia pria yang sempurna" begitu Viona
berkata kepadanya.
Biru hanya tersenyum seraya
memutar-mutar cincin emas di jari
manisnya. Ia jadi teringat dengan salah
satu kawan baru yang memberikannya
sejumlah inspirasi.
Hal. 68
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Sore itu , sembari menunggu selesainya
acara pengajian mama di pengajian
AN-Nisa , aku duduk di samping flamboyan
selepas ashar. Kulihat seseorang yang
berpakaian rapi, berjilbab dan tertutup
sedang duduk dibawah rindangnya
flamboyan ini. Kelihatannya ia juga sedang
menunggu seseorang. Aku mencoba
menegurnya dan duduk disampingnya,
mengucapkan salam, sembari berkenalan.
Namanya Bhumi. Saat itu kami bercerita
bebas layaknya dua sahabat yang telah
lama saling kenal. Sama sekali tanpa
kecanggungan. "Ru, percaya aja sama
rencana Allah. Apapun itu yang terjadi
pasti sudah merupakan yang terbaik untuk
kita menurut pandangan Nya."
"Saat kita mengikhlaskan saat itulah
segala keinginan yang dilepaskan baru
akan datang. Itu artinya hati kita telah
siap. Telah mengosongkan tempat untuk
sesuatu yang disebut nikmat"
Begitu kata Bhumi. Sangat dalam dan
mengena di hati.
"Seperti Langit yang kini datang
Hal. 69
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Suasana hati Biru sedang meluap-luap
bahagia dan ia kesulitan untuk
menyembunyikan keceriaan itu dari dunia.
"anu...non, nyo..nyonya..,ee..eh... si non
makan sianglah dulu, setelah itu tolong
segera datang ke Rumah Sakit ,"
"kenapa mbok? Mamah kenapa?
"ka..kambuh non"
"apa...? Rumah sakit mana mbok?
"Cipto Anugrah"
***
Andai saat itu Biru tahu bahwa kawan
baru yang ditemuinya di bawah flamboyan
dekat Masjid adalah Bhumi yang selama ini
di cintai Langit.
Andai Biru tau bahwa sosok itulah yang
membuatnya penasaran dan ingin sekali
Hal. 71
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
allah...semoga mamah lekas membaik..."
air mata Biru berhamburan, mengaburkan
pandangan matanya, pikirannya
benar-benar penuh.
" Bagaimana jika hari ini dokter
memberikan pernyataan terburuk lagi
tentang mama?Tidak. "
"Aku akan melakukan apapun untuk
kesembuhannya.
Didunia ini bahkan sejak umur tiga hari
sejak papa kandungku meninggalkan
keluarga kami, aku hanya mengenal sosok
mama saja sampai sekarang.
Aku ingat betul bagaimana perjuangan
mama sebagai single parent menghidupi
ku, membiayai sekolahku, membelikan
pakaian yang layak untukku.
Aku bahkan masih merasakan rasa duka
ketika kami tidak memiliki apapun dikota
ini,
aku ingat ketika kami harus merasakan
kelaparan dan kedinginan,
aku ingat ketika kami sempat menjadi
gelandangan dikota yang kejam ini,
aku ingat ketika mama mendapat cacian
Hal. 73
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
dan cemoohan dari orang-orang,
bagaimana ketiadaaan empathy dan
simpati dari orang-orang sekitar terhadap
dua wanita lemah tak berdaya yang
ditinggalkan pergi penopang hidupnya.
Bagaimana aku bisa melupakan sepenggal
kenangan yang menjadi sejarah terperih
dalam hidup kami ya Allah,
biarkan mamaku hidup ya Allah,
Bahkan sampai hari ini aku belum bisa
membahagiakan mama,
mewujudkan impiannya untuk datang ke
tanah suci menunaikan sebagian rukun
agamamu ,
bila maut itu bisa digantikan kenapa bukan
nyawaku saja yang diambil?
Atau bila memang hari ini terjadi sesuatu
yang buruk pada mama, maka biarkan aku
tetap menemaninya" bathin Biru.
Biru memarkir mobilnya di seberang jalan
tepat didepan toko bunga di seberang
Rumah sakit. Segera dipilihnya bunga Lily
dan beberapa tangkai mawar putih
kesukaan Mama. Pandangannya semakin
mengabur, air mata seolah tak bisa
Hal. 74
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
berhenti sebentar saja.
Biru segera berlari menyebrangi jalan
menuju satu-satunya harta yang paling
berharga didunia yang sedang berbaring
tak berdaya di dalam sebuah gedung putih
Rumah sakit , mamanya.
Ia berlari dan berlari kencang sehingga
keseimbangan tubuhnya hampir hilang di
atas sepatu yang ber-heell tinggi.
"tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnn......"
suara klakson kendaraan memekakkan
telinga, sebuah motor Vixion merah
hampir saja menabraknya dari sisi kanan
membuat Biru terkejut dan benar-benar
kehilangan keseimbangan, jatuh
tersungkur dan sebelum ia sempat bangkit
berdiri tiba-tiba suara klakson kedua
semakin memekakkan telinga, hanya
sepersekian detik saja sebuah mobil truk
dengan kecepatan tinggi menabraknya
hingga terseret beberapa meter dari
tempat kejadian.
Cairan merah pekat berhamburan di aspal
Hal. 75
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Hal. 77
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Suara Dari Balik
Jendela Rumah
Sakit
Satu tahun kemudian,
Halo semesta....
Ceritakan padaku kabar langit!
Aku sedang menanti sayap-sayap baruku.
Kau tau semesta? Sejak 303 hari yang
lalu dari hari ini aku telah menjadi
kepompong yang sangat malang. Tak ada
yang bisa kulakukan selain beristirahat
dan merenungi takdir.
Hal. 78
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Aku berjuang...
Tapi maha baik Tuhan, aku yang malang
tak akan pernah semalang yang terlihat,
aku yakin janji Nya itu pasti,
Meski butuh beberapa waktu lagi untuk
dapat terbang.
Tapi aku menyukainya wahai semesta
Sebagaimana tugas baru yang kelak ku
emban, maka satu persatu bunga-bunga
cantik kan ku bantu berkembang. Akan ku
katakan padanya bahasa alam. Bahwa
setiap yang lama selalu tumbuh diganti
yang baru. Semua mahluk bermetamorfosis
sebagaimana aku.
Hal. 79
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
pada slang infusku.
Beberapa detik setelahnya kepalaku
kembali pusing dan terasa begitu mual.
Efek suntikan . Pikirku.
"Allah..Allah...Allah..Allah..Allah..."
ku ulangi nama itu terus menerus didalam
hati seraya terpejam pasrah menikmati
sakit yang menyergap saraf dan beberapa
bagian tubuhku. Tak ayal dadaku semakin
terasa ngilu dan sakit. Bahkan untuk
menarik dan menghela satu nafaspun
rasanya butuh kekuatan ekstra. Butuh
pertolongan Allah. Hanya dengan
menyebut dan memanggil-Nya lah aku
merasa mampu.
Jam 4 sore.
"Ashar ku terlambat beberapa puluh
menit".
Perlahan ku tempelkan kedua tangan pada
dinding-dinding kamar dekat pembaringan
ini untuk kemudian ku sapu pada kedua
tangan dan wajahku. Tayamum.
Hal. 82
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Aku merindukanmu ya Rabb…
****
Aku pernah membaca ini
" Shalatlah sambil berdiri. Jika tidak
mampu maka shalatlah sambil duduk. Jika
tidak mampu, shalatlah sambil berbaring
miring. Jika tidak mampu maka shalatlah
sambil berbaring terlentang." (H.R
Bukhari)
Jadi Allah tak pernah menjadikan sulit
hambanya dalam beribadah.Apapun posisi
dan kondisiku saat ini pasti akan di
maklumi-Nya karena Untuk duduk pun aku
tak mampu, bahkan mengeluarkan
suarapun aku lelah.
Pernah beberapa minggu lalu suaraku
sempat hilang. Komunikasiku? Hanya lewat
bahasa isyarat. Seharian aku hanya
menghabiskan hari-hariku diatas
pembaringan dengan beberapa bagian
tubuh tertancap jarum dan slang.
Hal. 83
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Layaknya cuaca.
Segala kondisi mudah berubah.
Begitupun suasana hati.
Kembali pilu dalam senandung di
sepanjang malam.
Indahnya bunga ternyata tak terlihat
didalam gelab.
Rumput nan hijau, langit nan biru dan
mentari yang hangat tadi siang menjelma
Hal. 85
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
hitam.
Kemana aku terbang?
Kehendak nurani bermuara pada cahaya.
Akan ku tuju
Akan ku cari
Meski pada sejumput cahaya lentera
Karena sejatinya serangga akan terbang
menuju sumber cahaya.
---------Rumah Sakit------------
Bukan manusia namanya jika tak pernah
merasa sepi. Saat kemarin ku tetapkan
hati untuk mengacuhkan memory, ternyata
saat ini justru aku
sedang merindukan
memoryku.
Benar-benar hening.
Seolah segala aktivitas
berjalan sangat monoton. Tidur, makan,
merenung, ditempat yang sama, di ruang
yang sama pada sesuatu yang bernama
pembaringan
Hal. 86
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
"Baik"
Delete......
Ahhh....tak ada kalimat yang cocok untuk
menggambarkan keadaanku Lang...
"Waalaikumsalam, aku baik-baik saja.
Tumben ?"
send....
Aaakh...salah!! Mau apa lagi, pasti pesanku
terlanjur dibawa ke layar handphone
Langit saat ini. Andaikan amplop SMS itu
bisa dikejar dan tangkap ulang....huhhhh.
Kali ini aku mendapati keadaan serba
salah. Susah payah ku lupakan segala
tentangnya dengan mencoba menghilang
dari kehidupannya selama 303 hari sejak
saat itu.
Dan hari ini?
Hal. 88
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
biasa bagiku.
Tik..tok..tik..tok...detakan jam pun seakan
berdentum layaknya tabuh genderang.
Segalanya terasa berlebihan.
Segalanya terasa diambang batas.
Di antara ada dan tiada
Antara sampai dan tidaknya
Dreeettttttt.....pintu berderit
menyentakkan lamunan.
Degggg.....
"Sosok ituuuu...."
Sebentuk tubuh kekar berjalan
mendekatiku.Sorot matanya penuh binar
kecemasan yang menusuk hingga ke
jantungku. Antara percaya dan tidak
sapaan akhirnya ku haturkan "kamu? Apa
tak salah liat? Kamu Hares?"
Seolah tak perduli dengan pertanyaan ku,
Jane segera duduk disamping tempat
Hal. 91
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
kenapa jadi gini"
"Jane....Jasadku boleh terlihat begitu
mengenaskan, tapi tidak dengan jiwaku
loh"
bohongku gagal.
Terdengar ada serak dan getar di desah
suaraku. Jane mampu menangkap semua
beban batinku. Tentu bisa dan pasti tau,
makanya ia memilih diam setelahnya
sembari menyuapiku secubit roti.
Hujan, kau selalu hadir meski saat aku
tidak menginginkanmu.
Meski kusambut hadirmu dalam airmata
namun setidaknya mampu ku rasakan sejuk
tiap tetesmu.
saat mataku gelab melihat dunia.
Masih saja Rabbku membawa seorang
kawan...sebagai penghibur
Sebagai penerang saat mentari tak lagi
ku temukan di sketsa langitku
Hal. 94
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Simponi 15
Mustahil
Tok...tok..tok..."Assalamualaikum"
Terdengar salam dan suara ketokan pintu
dari luar.
"Waalaikumsalam....masuk" sahutku lemah
"Ya Allah diik..... maafkan mbak, mbak
baru saja tahu tentang kabar sakitmu.
Bbm dan watsappmu deactivated ya."
Hal. 95
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Gak ada yang dongengin katanya"
canda mbak imah seraya mencubit lembut
pipiku
"Insya Allah mbak"
"Langit titip salam. Dia engga bisa jenguk
kesini dik. "
"Dy tau keadaanku? Iya mbak..dia pasti
sibuk dengan kehidapan barunya" Jawabku
agak frustasi mendengar nama itu
disebutkan kembali di telingaku. Iya,
Langit pasti sibuk mengurusi keluarganya
karena Langit kini adalah seorang pria
ysng berumah tangga. Sesak rasanya .
"Tau dik. Kemarin mbak kasih tau dia
tentang ihwal penyakitmu." Tukas mbak
Fatimah kemudian
"Mbak... kenapa diceritain?"
Hal. 97
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
sekarang dik"
"Bukannya dulu mau nikah mbak? Udah
nyebarin undangan malah kan... yang waktu
terakhir kita ketemu di pengajian dakwah
sosial An-Nisa itu loh...." aku kaget.
"Oh...iya. tentang itu. "
"Hmmm... waktu memang terasa jauh
berlari meninggalkan banyak cerita ya dik.
"
"Aku belum mengerti mbak"
"Sejak saat itu keesokan harinya adalah
menjadi akhir sekaligus awal kehidupan
baru Langit"
"Awal? Akhir?"
"Calon isterinya meninggal dalam
kecelakaan maut 5 hari sebelum akad
dik."
Hal. 99
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
"Innalillahi wainnailaihi rojiunnnn.... jadi
sekarang burhan dimana mbak?
"Dia ke Kairo dik, lagi ada tugas . Sebagai
Vice President Network, dia kini
bertanggung jawab untuk mengembangkan
sistem infrastruktur jaringan secara
global "
"Jauh...."
"oya, jadi kamu ngga kerja lagi di Indonet
central? Doakan saja dia sukses ya"
"Aku udah lama resign mbak. Mungkin
Allah sedang menegurku. Aku cuma pengen
menata dan mengabdikan hidupku pada
Rabb saja sekarang"
Iya mbak, selalu pasti ku do'a kan. Karena
kebahagiaanya adalah satu dari sekian
harapanku.
Hal. 100
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
****
Waktu begitu kejam bukan?
Ia terus berlari tanpa pernah perduli
untuk berhenti sejenak saja.
Terus berputar.
Kadang menyenangkan
Tapi kadang menyakitkan.
Hal. 101
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Langit....
kau datang di alam raya dengan wajah
yang sempurna.
Dan aku seorang Bumi yang terlanjur
melambung tinggikan harapan agar bisa
tetap berada dibawah naungan indahmu.
Meski ternyata fakta menjatuhkan
harapanku.
Bahwa kau tak bisa mencintai pasangan
sesuai keinginanmu.
Kau tak bisa memiliki seseorang lebih dari
satu.
Bahkan kau sudah dimiliki sejak saat
sebelum kau terlahir. Dialah Penciptamu..
dan aku tak layak memaksa keberadaanmu.
Tapi langit, jika saja saat itu aku tak
menaruh wajahku dihadapanmu pasti aku
masih menjalani kisah cintaku dengan
Hal. 102
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Hujan saat ini.
Bila saja kau mampu jujur terhadapku
pasti cerita panjang tentang mimpiku tak
pernah ada.
Kini fakta bicara banyak
Bahwa aku seorang Bhumi Artika Lheysia
hanya akan MENGIKHLASKAN.
Seorang mahluk yang memiliki banyak
keterbatasan.
Tentang mimpi ....biarkan pergi...
Tentang hujan.... biarkan datang...
Tak guna serangkai penyesalan..
Dari jendela Rumah sakit ini aku berbisik
Bahwa setiap nafas yang ku hirup adalah
hamparan permai
do'a-doaku...untukmu...untuk birumu...dan
juga hujanku.
Maafkan aku yang dulu
Aku yang mengerti tentang segala hal
Hal. 103
LANGIT DI HATI BUMI
leh
O
LEYLA FAJR
Hal. 104