Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nasywa Khoirunnisa

No : 23
Kelas : XII MIPA 5
TUGAS BAHASA INDONESIA
Membuat novel dengan tema kehidupan diri sendiri.

Mandarah

Mandarah berbagi cerita tentang merayakan kehilangan.


Sebab kehilangan sejatinya bukan hal tabu atau sesuatu yang harus dilupakan.
Rasa kehilangan perlu diterima, dipeluk erat, dan didengar.

Selama empat belas tahun hidup, Aku melihat sosok Ibun sebagai wanita yang ramah,
ceria, dan selalu menghidupkan suasana rumah yang disinggahi Bapak, Ibun, Kakak, Abang,
Mbak, dan si Bungsu, Aku. Hari itu, tepatnya pukul enam pagi hari, Untuk pertama kalinya Aku
melihat Ibun yang redup, tanpa kehangatan. Bersama dengan kabar yang tak ingin pernah aku
dengar
Abang pergi.
Tawa yang dulu berkumandang bebas dalam ruang berisi keluarga lengkap kini
tergantikan dengan tangisan yang tiada henti. Hancur, rasanya seperti sedang menghadapi mimpi
buruk. Membuat siapapun yang mengalaminya ingin segera bangun dari tidurnya. Waktu seolah
terhenti. Sejenak, terlintas kembali perbincangan singkatku dengan Abang di balik tirai kamar
rumah sakit kemarin sore.
Suasana dingin menelisik ke dalam tubuhku ketika Aku memasuki ruangan itu. Kutemui
Abang yang sudah lama tidak bertegur sapa denganku. Kupandangi rautnya yang sendu dengan
berbagai alat menempel di seluruh tubuhnya yang terlihat berat. Ya, Abang baru saja sadar
setelah melalui empat jam operasi. Tetapi Abang ingin si Bungsu segera menemuinya.
“Adek”. Kata pertama yang keluar setelah Aku menghampirinya. Kurasakan tangannya
yang dingin itu meraih tanganku.
Sebelum ini memang abang tidak pernah memanggilku dengan sebutan itu, kupikir hanya
sekedar efek dari obat biusnya yang belum mereda.
“Adek tau, kalo abang di rumah, abang nggak pernah nyapa Adek bukan berarti Abang
nggak sayang sama Adek. Abang sebenarnya peduli. Jangan takut sama abang ya, Dek”. Ujarnya
sembari tersenyum. Senyum yang jarang Abang tunjukkan ketika bersamaku.
Pertahananku runtuh saat itu juga. Air mata yang sedari awal sudah terbendung akhirnya
turun dengan rasa haru yang mendalam. Setelah itu, Aku belum sempat berbincang lagi dengan
Abang karena harus bergantian dengan keluarga yang lain. Rasa penyesalan hampir di benakku
mengingat kalimat menyayat itu menjadi perbincangan terakhir yang Abang sampaikan kepada
si Bungsu.
Padahal masih banyak hal yang ingin Aku katakan. Masih banyak cerita yang belum
sempat ku ceritakan padamu. . Tawa – tawa yang dulu sempat didoakan semoga sampai akhir
pun tidak terjawab dengan hasil yang baik. Bagian tersedih ketika rindu kehangatan kasih sayang
hanya bisa diucapkan dalam jarak doa.
Aku tau bukan hanya Aku yang merasa kehilangan Abang. Kupandangi Bapak yang tidak
sanggup lagi menutupi kepedihan atas kepergian putra kedua nya itu. Kakak dan Mbak yang
sama rapuhnya sepertiku, kehilangan sosok yang mandarah di kehidupannya. Dan Ibun, saat itu
aku memahami mengapa sebelumnya Ibun menatapku dengan kosong sebelum menangis hebat.
Rasanya duniaku runtuh saat itu juga.
Sekali saja, Aku tidak pernah membayangkan Abang akan pergi secepat ini. Yang bisa
kulakukan saat ini hanyalah mendekap lewat doa yang ku sampaikan pada Abang dengan
tangisan yang tak kunjung lega. Kematian bukan hanya mengosongi tubuh seseorang, ia juga
mengosongi jiwa orang yang ditinggalkan. Aku memahaminya. Aku juga pernah mengalami
kekosongan semacam ini, saat Abang mengatakan padaku bahwa tidak ada dunia lain di balik
papan tulis walaupun Aku sudah menyuruh Abang ikut menonton ChalkZone bersamaku.
Ada saat – saat di mana Aku merasa ini semua hanyalah mimpi. Mungkin sebenarnya
dunia di balik papan benar – benar ada dan Abang tidak benar – benar pergi.
Aku berharap dimanapun Abang berada, selalu ada secercah cahaya ketika Abang
melangkah, menerangi jalanmu hingga tempat yang dituju. Lalu tetap bersinar terang untuk kami
semua meski ceritamu belum disampaikan pada dunia. Satu lagi, sampaikan pada Tuhan jika aku
ingin menjadi hebat sepertimu, memandang segala hal seperti yang Abang lakukan.

Kita bisa
Selama masih ada
Rumah untuk pulang
Dan memulai segalanya

Kalau rindu bisa terucap sudah dikatakan dengan gamblang, namun kalau ingin bertemu
bisa apa?
Nasywa Khoirunnisa
2022

Anda mungkin juga menyukai