Anda di halaman 1dari 3

Dua Hati Putih Abu

Lorong waktu menunjukkan dunia terasa indah kala itu. Pemuda yang rupawan
mengetuk pintu ruang kelas. Suasana berubah bak pasar, semua tertegun melihat ke arah nya.
Nona-nona yang ada di kelas saat itu berlomba-lomba menyebut nama pemuda itu, dia
bernama Rasya. Rasa penasaran pun tak terhindarkan oleh semua orang, tak terkecuali aku.

Waktu bergulir sangat cepat kini rasa penasaran itu telah terjawab. Aku menemukan
sesuatu yang berbeda dalam dirinya, pemuda yang mengutamakan relasi dengan sang
pencipta. Pertemuan demi pertemuan mengubah rasa yang semula biasa meretas menjadi
cinta. Aku tak tahu hati ini berdegug kencang ketika tak ada spasi dengan nya. Saat itu, Bu
Fatma meminta dia untuk duduk disampingku karena dia tak membawa modul belajar.
Bangku kosong menjadi saksi ketika dua hati ini saling tertundun malu, bibir ini memilih
untuk bungkam tanpa ada sepatah kata yang terucap. Perhatian ku alihkan dengan bermain
HP sambil menghubungi salah satu sahabatku dan mengungkapkkan semua tentang dia.

Hingga pada saatnya, Rasya mencoba mengawali pembicaraan dengan menyapaku


dengan sebutan”mba”. Pada saat itulah puncak awal zona asmara bermekaran. Hingga aku
memutuskan untuk keluar dari ruang itu dan pergi ke kamar mandi dalam beberapa menit.
Lalu aku mulai mencurahkan isi hati dan bertanya-tanya mengapa aku menjadi begini yang
tak sanggup ketika ada di dekatnya. Setelah merasa lebih baik aku memilih kembali ke kelas
dan duduk di sampingnya.

Aku dan Rasya kompak melihat ke pintu belakang. Datanglah gadis cantik bernama
liqueen. Li terkejut karena dikelas itu hanya ada aku dan Rasya. Rasya yang mengetahui
kedatangannya sontak bergegas pindah tempat duduk. Akhirnya Li menggantikan posisi
duduk disampingku dan meminjamkan buku kepada Rasya. Aku merasa lega atas kehadiran
Li yang memecahkan suasana hening entah apa jadinya jika tak ada satupun yang datang ke
tempat les.Suasana kembali normal hingga pembelajaran selesai.Suara adzan memanggil
insan yang bernapas. Sebelum pulang Rasya menyempatkan untuk sholat magrib begitu juga
dengan ku. Setelah itu kami semua bergegas pulang karena hari sudah larut malam.
Sesampainya dirumah aku terngiang akan wajahnya yang selalu hadir dalam mimpi.

Rasa ini terus berlanjut bahkan naik ke level yang lebih panas. Aku hanya bisa diam
tak mampu mengungkapkan kepadanya. Menyembunyikan semua perasaaan ini
sendirian.Berharap semesta mampu menyampaikan rasa yang membelenggu dijiwa ini.
Meski kini jarak dan waktu memisahkan kita. Aku tetap berdoa, penantian ini tak kan
berakhir sia-sia.

Disudut jendela aku memandang kerlap-kerlip lampu bangunan nan megah. Bayang-
bayang wajah nya selama 2 tahun ini kini terasa kembali. Aku dan Rasya telah melepas masa
putih abu, dan resmi menyandang gelar mahasiswa. Masing-masing dari kami pergi tuk
memperjuangkan mimpi. Entah kapan Tuhan mempertemukan kita kembali di bilik rahasia.
Rahasia Tuhan akan terbuka diwaktu yang tepat. Album putih abu ini akan kupandangi dalam
sela hari-hariku yang penuh warna.
Nama Penulis : Della Angge Septiyani

Nama Pena : Liquin

Akun Instragram : delaangge

Nomor WA : 085895413681

Email : dangge480@gmail.com

Alamat surat menyurat :Jl Sutorejo Baru No. 7 Kec. Mulyorejo Surabaya

Anda mungkin juga menyukai