Anda di halaman 1dari 50

MANAJEMEN FASILITAS KESELAMATAN

(MFK)
CQE-4 LARSI, 15 Januari 2022

GEDUNG PUSDIKLAT PKU MUHAMMADIYAH


Jl. Cempaka Putih Tengah VI No 4, Jakarta Pusat, 10510
Telp : 0813 1160 1924 website:http://www.larsi.id, Email:larsi0721@gmail.com
Nuri Indrastuti, SKp. MPH
Sekretaris Divisi Monev LARSI

081932226252

• nuri.indrastuti1702@gmail.com
TUJUAN
PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti sosialisasi ini, peserta mampu


Hasil Belajar memahami standar akreditasi dan ketentuan survei
rumah sakit

Indikator Hasil Memahami standar


Belajar akreditasi dan ketentuan survei rumah sakit
MATERI DAN
SUB MATERI POKOK

MEMAHAMI STANDAR AKREDITASI RS

MANAJEMEN FASILITAS KESELAMATAN


(MFK)
Satu kata kunci
jika mendengar
Bab Manajemen
Fasilitas
Keselamatan
(MFK)
PENGELOMPOKAN STANDAR & EP
FOKUS STANDAR MFK

MATRIK PERBANDINGAN STANDAR MFK


JUMLAH STANDAR JUMLAH SUB STANDAR JUMLAH EP
SNARS Ed 1.1 11 13 105
JCI (FMS) Ed 7 13 13 105
Revisi Draft (MFK) – Draft KMK 12 2 62
Usulan Revisi Draft (MFK) - KMK 11 5 71

MFK :
S TA N DA R → 1 6
EP → 71 WORKSHOP TOT CALON SURVEYOR AKREDITASI RUMAH SAKIT
PENGELOMPOKAN STANDAR & EP
FOKUS STANDAR MFK
SNARS Ed. 1.1 Standar EP KMK Stand EP
ar
Kepemimpinan dan Perencanaan Kepemimpinan dan Perencanaan
Standar MFK 1 – Per UU 1 4 Standar MFK 1 – Per UU 1 3
Standar MFK 2 – Manrisk Fasilitas & 2 4 Standar MFK 2 – Penanggung Jawab 2 4
Lingkungan 3 4
Standar MFK 3 - Individu/Organisasi kompeten

Keselamatan dan Keamanan Keselamatan


Standar MFK 4 4 7 Standar MFK 3 3 4
Standar MFK 4.1 – PCRA 4.1 4 Keamanan
Standar MFK 4.2 – Anggaran PCRA/ICRA 4.2 3 Standar MFK 4 4 3
SNARS Ed. 1.1 Standar EP KMK Standar EP

Bahan Berbahaya dan Beracun Pengelolaan B3 serta Limbahnya


Standar MFK 5 5 7 Standar MFK 5 5 5
Standar MFK 5.1 – Pengelolaan Limbah 5.1 4 Standar MFK 5.1 – Pengelolaan 5.1 3
Limbah

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


SNARS Ed. 1.1 Standar EP KMK Standar EP
Kesiapan Penanggulangan Bencana Proteksi Kebakaran
Standar MFK 6 6 4 Standar MFK 6 6 6
Standar MFK 6.1 - Simulasi 6.1 3 Peralatan Medis
Proteksi Kebakaran (Fire Safety) Standar MFK 7 7 6
Standar MFK 7 7 6 Sistem Utilitas
Standar MFK 7.1 – Uji Fungsi 7.1 3 Standar MFK 8 8 2
Standar MFK 7.2 – Larangan Merokok 7.2 2 Standar MFK 8.1 – Pemeliharaan 8.1 5
Peralatan Medis Standar MFK 8.2 – Sumber alternatif 8.2 5
Standar MFK 8 8 6 Standar MFK 8.2.1 – Uji Coba 8.2.1 4
Standar MFK 8.1 – Sistem Recall 8.1 3 Standar MFK 8.3 8.3 3
Sistem Utilitas (Sistem Pendukung)

WORKSHOP TOT CALON SURVEYOR AKREDITASI RUMAH SAKIT


SNARS Ed. 1.1 Standar EP KMK Standar EP
Standar MFK 9 9 4 Penanganan Kedaruratan dan
Bencana
Standar MFK 9.1 – Pemeriksaan, Pemeliharaan 9.1 6 Standar MFK 9 9 6
Standar MFK 9.2 – Sumber Alternatif 9.2 6 Konstruksi dan Renovasi
Standar MFK 9.2.1 – Uji Sumber Alternatif 9.2.1 4 Standar MFK 10 10 4
Standar MFK 9.3 – Pemeriksaan Air 9.3 5 Pelatihan
Program Monitoring Fasilitas Standar MFK 11 11 8
Standar MFK 10 10 4
Pendidikan Staf
Standar MFK 11 11 4
Standar MFK 11.1 – Peran Staf 11.1 4
Standar MFK 11.2 – Pelatihan Almed & Utilitas 11.2 4

Total Standar dan EP 24 10 16 71


5
WORKSHOP TOT CALON SURVEYOR AKREDITASI RUMAH SAKIT
Gambaran Umum

❑ Fasilitas fisik, bangunan, prasarana dan peralatan kesehatan serta sumber daya lainnya harus
dikelola secara efektif untuk mengurangi & mengendalikan bahaya, risiko, mencegah kecelakaan,
cidera dan penyakit akibat kerja.
❑ Pengelolaan yang efektif mencakup perencanaan, pendidikan, dan pemantauan multidisiplin
❑ Bila di rumah sakit memiliki entitas non-rumah sakit atau tenant/penyewa lahan (restoran,
kantin, kafe, dan toko souvenir) maka mereka wajib mematuhi program pengelolaan fasilitas dan
keselamatan
❑ RS perlu membentuk satuan kerja yang dapat mengelola, memantau dan memastikan fasilitas
dan pengaturan keselamatan yang ada tidak menimbulkan potensi bahaya dan risiko yang akan
berdampak buruk bagi pasien, staf dan pengunjung yang disesuaikan dengan kebutuhan,
ketersediaan sumber daya dan beban kerja rumah sakit.
❑ RS tanpa melihat ukuran dan sumber daya yang dimiliki harus mematuhi ketentuan dan
peraturan perundangan yang berlaku
OVERVIEW
STANDAR MFK
Fokus meliputi:
1. Kepemimpinan dan perencanaan;
2. Keselamatan;
3. Keamanan;
4. Pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun (B3);
5. Proteksi kebakaran;
6. Peralatan medis;
7. Sistim utilitas;
8. Penanganan kedaruratan dan bencana;
9. Konstruksi dan renovasi; dan
Sumber :
10.Pelatihan. Seluruh staf di rumah sakit dan para tenant/penyewa lahan WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS
KEMENKES RI Desember 2021
Kepemimpinan dan Perencanaan

Standar MFK 1
Rumah sakit mematuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan bangunan, prasarana dan peralatan medis rumah sakit

Elemen Penilaian MFK 1


a. RS menetapkan regulasi terkait Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) yang
meliputi poin 1-10 pada gambaran umum.
b. RS telah melengkapi izin-izin dan sertifikasi yang masih berlaku sesuai persyaratan
peraturan perundang-undangan.
c. Pimpinan RS memenuhi perencanaan anggaran dan sumber daya serta memastikan RS
memenuhi persyaratan perundang-undangan.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Standar MFK 2
Rumah Sakit menetapkan penanggungjawab yang kompeten untuk
mengawasi penerapan manajemen fasilitas dan keselamatan di rumah sakit
Penanggung jawab MFK melakukan pengawasan terhadap manajemen fasilitas dan
keselamatan yang meliputi:
a. Pengawasan semua aspek program manajemen fasilitas dan keselamatan seperti
pengembangan rencana dan memberikan rekomendasi untuk ruangan, peralatan medis,
teknologi, dan sumber daya;
b. Pengawasan pelaksanaan program secara konsisten dan berkesinambungan;
c. Pelaksanaan edukasi staf;
d. Pengawasan pelaksanaan pengujian/testing dan pemantauan program;
e. Penilaian ulang secara berkala dan merevisi program manajemen risiko fasilitas dan
keselamatan serta lingkungan jika dibutuhkan;
f. Penyerahan laporan tahunan kepada direktur rumah sakit;
g. Pengorganisasian dan pengelolaan laporan kejadian / insiden dan melakukan analisis, dan
upaya perbaikan
Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI
Ruang lingkup tugas dan tanggung jawab Penanggung jawab MFK
meliputi:
a. Keselamatan .
b. Keamanan .
c. Bahan dan limbah berbahaya — Pengelolaan B3 dan limbahnya. Penanggung jawab
Manajemen Fasilitas dan
d. Proteksi kebakaran . Keselamatan (MFK)
e. Penanganan kedaruratan dan bencana . Multi Disiplin dapat
f. Peralatan medis. berbentuk unit, tim,
maupun komite sesuai
g. Sistem utilitas. dengan kondisi dan
h. Konstruksi dan renovasi. kompleksitas rumah
i. Pelatihan – Seluruh staf di rumah sakit dan para sakit.
tenant/penyewa lahan.
j. Pengawasan pada para tenant / penyewa lahan.
Elemen Penilaian MFK 2
RS telah menetapkan Penanggung jawab MFK yang memiliki kompetensi dan
pengalaman dalam melakukan pengelolaan pada fasilitas & keselamatan di lingkungan
RS.
Penanggungjawab MFK telah menyusun Program MFK yang meliputi poin a - j dalam
maksud dan tujuan.
Penanggungjawab MFK telah melakukan pengawasan dan evaluasi MFK setiap
tahunnya meliputi poin a - g dalam maksud dan tujuan serta melakukan penyesuaian
program apabila diperlukan.
Penerapan program MFK pada tenant/penyewa lahan yang berada di lingkungan
rumah sakit meliputi poin a-e dalam ruang lingkup pada maksud dan tujuan.
Keselamatan

Standar MFK 3
Rumah sakit menerapkan Program MFK terkait keselamatan di rumah sakit.

RS mengelola dan memantau keselamatan yang meliputi:


a). Pengelolaan risiko keselamatan di lingkungan rumah sakit secara komprehensif
b). Penyediaan fasilitas pendukung yang aman untuk mencegah kecelakaan dan cedera,
penyakit akibat kerja, mengurangi bahaya & risiko, serta mempertahankan kondisi
aman
bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung; dan
c).Pemeriksaan fasilitas dan lingkungan (ronde fasilitas) secara berkala dan dilaporkan
sebagai dasar perencanaan anggaran untuk perbaikan, penggantian atau “upgrading”.
Elemen Penilaian MFK 3
a. RS menerapkan proses pengelolaan
keselamatan rumah sakit meliputi poin a –
c pada maksud dan tujuan.
b. RS telah mengintegrasikan program
keselamatan dan kesehatan kerja staf ke
dalam program manajemen fasilitas dan
keselamatan.
c. RS telah membuat pengkajian risiko secara
proaktif terkait keselamatan di rumah sakit
setiap tahun yang didokumentasikan dalam
daftar risiko / risk register.
d. RS telah melakukan pemantauan risiko
keselamatan dan dilaporkan setiap 6 bulan
kepada piminan rumah sakit.
Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI
Keamanan
Standard MFK 4
Rumah sakit menerapkan Program MFK terkait keamanan di rumah sakit.
RS mengelola dan memantau keamanan yang meliputi:
a. Menjamin lingkungan yang aman dengan memberikan identitas sesuai dengan regulasi
RS;
b. Melakukan pemeriksaan dan pemantauan secara berkala dan membuat tindak lanjut
perbaikan;
c. Monitoring pada daerah berisiko keamanan sesuai penilaian risiko di rumah sakit.
Dapat dilakukan petugas (sekuriti) dan atau memasang kamera sistem CCTV yang dapat
dipantau oleh sekuriti;
d. Melindungi semua individu yang berada di lingkungan rumah sakit terhadap kekerasan,
kejahatan dan ancaman; dan
e. Menghindari terjadinya kehilangan, kerusakan, atau pengrusakan barang milik pribadi
maupun RS
a) Menjamin lingkungan yang
aman
b) Melakukan pemeriksaan dan
pemantauan secara berkala
c) Monitoring pada daerah
Elemen Penilaian MFK 4 berisiko keamanan
a. RS menerapkan proses pengelolaan d) Melindungi semua individu
yang berada di lingkungan
keamanan dilingkungan rumah sakit rumah sakit terhadap
meliputi poin a-e pada maksud dan tujuan. kekerasan, kejahatan dan
ancaman
b. RS telah membuat pengkajian risiko secara e) Menghindari terjadinya
proaktif terkait keamanan di rumah sakit kehilangan

setiap tahun yang didokumentasikan dalam


Daftar risiko/risk register.
c. RS telah melakukan pemantauan risiko
keamanan dan dilaporkan setiap 6 bulan
kepada Direktur rumah sakit.
Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI
Pengelolaan B3 dan Limbahnya
Standar MFK 5
RS menetapkan dan menerapkan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3)
serta limbahnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Proses pengelolaan Bahan berbahaya beracun dan limbahnya di rumah sakit meliputi:
a. Inventarisasi B3 serta limbahnya yang meliputi jenis, jumlah, simbol dan lokasi;
b. Penanganan, penyimpanan, dan penggunaan B3 serta limbahnya;
c. Penggunaan APD dan prosedur penggunaan, prosedur bila terjadi tumpahan, atau paparan/pajanan;
d. Pelatihan yang dibutuhkan oleh staf yang menangani B3;
e. Pemberian label/rambu-rambu yang tepat pada B3 serta limbahnya;
f. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, eksposur (terpapar), dan insiden lainnya;
g. Dokumentasi, termasuk izin, lisensi, atau persyaratan peraturan lainnya; dan
h. Pengadaan/pembelian B3 dan pemasok (supplier) wajib melampirkan Lembar Data Keselamatan. Informasi
yang tercantum di lembar data keselamatan diedukasi kepada staf rumah sakit, terutama kepada staf terdapat
penyimpanan B3 di unitnya.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Elemen Penilaian MFK 5
a. RS telah melaksanakan proses pengelolaan B3 meliputi poin a-h pada
maksud dan tujuan.
b. RS telah membuat pengkajian risiko secara proaktif terkait
pengelolaan B3 di rumah sakit setiap tahun yang didokumentasikan
dalam Daftar risiko / risk register.
c. Di area tertentu yang rawan terhadap pajanan telah dilengkapi
dengan eye washer/body washer yang berfungsi dan terpelihara baik
dan tersedia kit tumpahan / spill kit sesuai ketentuan.
d. Staf dapat menjelaskan dan atau memperagakan penanganan
tumpahan B3.
e. Staf dapat menjelaskan dan atau memperagakan tindakan,
kewaspadaan, prosedur dan partisipasi dalam penyimpanan,
penanganan dan pembuangan limbah B3.
Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI
Standar MFK 5.1
RS menetapkan jenis limbah berbahaya yang dihasilkan oleh rumah sakit dan
mengidentifikasi pembuangannya (misalnya, kantong/tempat sampah yang diberi kode
warna dan diberi label). Sistem penyimpanan dan pengelolaan limbah B3 mengikuti
ketentuan peraturan perundangan-undangan

Berikut ini adalah kategori limbah B3:


1. Menular. Limbah b3 adalah limbah yang
2. Benda tajam. mengandung zat-zat mudah
3. Patologis dan anatomis. meledak , pengoksidasi ,
4. Farmasi. mudah terbakar , reaktif
5. Bahan kimia / logam berat / wadah bertekanan.
6. Genotoksik / sitotoksik.
7. Bahan radioaktif.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Standar MFK 5.1
Sistem penyimpanan dan pengelolaan limbah B3 mengikuti ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Untuk pembuangan sementara limbah B-3, rumah sakit agar memenuhi persyaratan fasilitas pembuangan sementara limbah
B-3 sebagai berikut:

a. Lantai kedap (impermeable ), berlantai beton atau semen dengan sistem drainase yang baik, serta mudah dibersihkan dan
dilakukan desinfeksi;
b. Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan yang dilengkapi dengan sabun cair;
c. Mudah diakses untuk penyimpanan limbah;
d. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak berkepentingan;
e. Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau mengangkut limbah;
f. Terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir, dan faktor lain yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau
bencana kerja;
g. Terlindung dari hewan: kucing, serangga, dan burung dll;
h. Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik serta memadai;
i. Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan;
j. Peralatan pembersihan, alat pelindung diri/apd (antara lain masker, sarung tangan, penutup kepala, kacamata pelindng
(goggle) , sepatu boot, serta pakaian pelindung) dan wadah atau kantong limbah harus diletakkan sedekat-dekatnya dengan
lokasi fasilitas penyimpanan; dan
k. Dinding, lantai, dan juga langit-langit fasilitas penyimpanan senantiasa dalam keadaan bersih termasuk pembersihan lantai
setiap hari.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Standar MFK 5.1
RS mempunyai sistem pengelolaan limbah B3 cair dan
padat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Elemen Penilaian MFK 5.1


a. RS melakukan penyimpanan limbah B3 sesuai poin a-k
pada maksud dan tujuan.
b. RS mengolah limbah B3 padat secara mandiri atau
menggunakan pihak ketiga yang berizin termasuk untuk
pemusnahan limbah B3 cair yang tidak bisa dibuang ke
IPAL.
c. RS mengelola limbah B3 cair sesuai peraturan
perundang-undangan.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Proteksi Kebakaran
Standar MFK 6
RS menerapkan proses untuk pencegahan, penanggulangan bahaya kebakaran
dan penyediaan sarana jalan keluar yang aman dari fasilitas sebagai respons
terhadap kebakaran dan keadaan darurat lainnya

Rumah sakit melakukan pengkajian risiko kebakaran meliputi:


a. Pemisah / Kompartemen untuk mengisolasi asap / api.
b. Laundry / binatu, ruang linen, area berbahaya termasuk ruang di atas plafon.
c. Tempat pengelolaan sampah.
d. Pintu keluar darurat Kebakaran (emergency exit).
e. Dapur termasuk peralatan memasak penghasil minyak.
f. Sistem dan peralatan listrik darurat/alternatif serta jalur kabel dan instalasi Listrik.
g. Penyimpanan dan penanganan bahan yang berpotensi mudah terbakar, ruang penyimpanan
oksigen dan komponennya dan vakum medis.
h. Prosedur dan tindakan untuk mencegah dan mengelola kebakaran akibat pembedahan.
i. Bahaya kebakaran terkait dengan proyek konstruksi, renovasi, atau pembongkaran.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Berdasarkan hasil pengkajian risiko kebakaran, RS menerapkan proses
proteksi kebakaran untuk:
a. Pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko seperti penyimpanan dan penanganan
bahan-bahan mudah terbakar secara aman, termasuk gas-gas medis yang mudah terbakar
seperti oksigen, penggunaan bahan yang non combustible, bahan yang waterbase dan
lainnya yang dapat mengurangi potensi bahaya kebakaran;
b. Pengendalian potensi bahaya dan risiko kebakaran yang terkait dengan konstruksi apapun di
atau yang berdekatan dengan bangunan yang ditempati pasien;
c. Penyediaan rambu dan jalan keluar (evakuasi) yang aman serta tidak terhalang apabila
terjadi kebakaran;
d. Penyediaan sistem peringatan dini secara pasif meliputi, detektor asap (smoke detector),
detektor panas (heat detector), alarm kebakaran dll;
e. Penyediaan fasilitas pemadaman api secara aktif meliputi APAR, hidran, sistem sprinkler dll;
dan
f. Sistem pemisahan (pengisolasian) dan kompartemenisasi pengendalian api dan asap.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Elemen Penilaian MFK 6
a. RS telah melakukan pengkajian risiko kebakaran secara proaktif
meliputi poin a – i dalam maksud dan tujuan setiap tahun yang
didokumentasikan dalam Daftar risiko/risk register.
b. RS telah menerapkan proses proteksi kebakaran yang meliputi poin
a-f pada maksud dan tujuan.
c. RS menetapkan kebijakan dan melakukan pemantauan larangan
merokok di seluruh area RS.
d. RS telah menindaklanjuti hasil pengkajian risiko proteksi kebakaran.
e. RS memastikan semua staf memahami proses proteksi kebakaran
termasuk melakukan pelatihan penggunaan APAR, hidran dan
simulasi kebakaran setiap tahun.
f. Peralatan pemadaman kebakaran aktif dan sistem peringatan dini
serta proteksi kebakaran secara pasif telah diinventarisasi, diperiksa,
di ujicoba dan dipelihara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan didokumentasikan.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Peralatan Medis
Standar MFK 7
RS menetapkan dan menerapkan proses pengelolaan peralatan medik.

Proses pengelolaan peralatan medis, meliputi:


a. Identifikasi dan penilaian kebutuhan alat medik & uji fungsi sesuai ketentuan
penerimaan alat medik baru.
b. Inventarisasi seluruh peralatan medis yang dimiliki oleh rumah sakit dan
peralatan medis kerja sama operasional (KSO) milik pihak ketiga; serta peralatan
medik yang dimiliki oleh staf RS jika ada Inspeksi peralatan medis sebelum
digunakan.
c. Pemeriksaan peralatan medis sesuai dengan penggunaan dan ketentuan pabrik
secara berkala
d. Pengujian yang dilakukan terhadap alat medis untuk memperoleh kepastian
tidak adanya bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat penggunaan alat.
e. RS melakukan pemeliharaan preventif dan kalibrasi, dan seluruh prosesnya
didokumentasikan.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Elemen Penilaian MFK 7
a. RS telah menerapkan proses pengelolaan peralatan medik yang digunakan di
rumah sakit meliputi poin a-e pada maksud dan tujuan.
b. RS menetapkan penanggung jawab yang kompeten dalam pengelolaan dan
pengawasan peralatan medik di rumah sakit.
c. RS telah melakukan pengkajian risiko peralatan medik secara proaktif setiap
tahun yang didokumentasikan dalam Daftar risiko / risk register.
d. Terdapat bukti perbaikan yang dilakukan oleh pihak yang berwenang dan
kompeten.
e. RS telah menerapkan pemantauan, pemberitahuan kerusakan (malfungsi) dan
penarikan (recall) peralatan medis yang membahayakan pasien.
f. RS telah melaporkan insiden keselamatan pasien terkait peralatan medis
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Sistem Utilitas
Standar MFK 8
RS menetapkan dan melaksanakan proses untuk memastikan semua sistem utilitas (sistem pendukung) berfungsi
efisien dan efektif yang meliputi pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas.

RS perlu menerapkan proses pengelolaan sistem utilitas & komponen kritikal Elemen Penilaian MFK 8
sekurang-kurangnya meliputi: a. RS telah menerapkan
a. Ketersediaan air dan listrik 24jam setiap hari dan dalam waktu tujuh hari proses pengelolaan
dalam seminggu secara terus menerus; sistem utilitas yang
b. Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas, memetakan meliputi poin a- e dalam
pendistribusiannya, dan melakukan update secara berkala; maksud dan tujuan.
c. Pemeriksaan, pemeliharaan, serta perbaikan semua komponen utilitas yang b. RS telah melakukan
ada di daftar inventaris; pengkajian risiko sistim
d. Jadwal pemeriksaan, uji fungsi, dan pemeliharaan semua sistem utilitas utilitas dan komponen
berdasar atas kriteria seperti rekomendasi dari pabrik, tingkat risiko, dan kritikalnya secara proaktif
pengalaman rumah sakit; dan setiap tahun yang
e. Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu pemadaman didokumentasikan dalam
darurat secara keseluruhan atau sebagian saat terjadi kebakaran. Daftar risiko / risk register.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Standar MFK 8.1
Dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas.

Elemen Penilaian MFK 8.1


a. RS menerapkan proses inventarisasi sistim utilitas dan komponen kritikalnya
setiap tahun.
b. Sistem utilitas dan komponen kritikalnya telah diinspeksi secara berkala
berdasarkan ketentuan RS.
c. Sistem utilitas dan komponen kritikalnya diuji secara berkala berdasar atas
kriteria yang sudah ditetapkan.
d. Sistem utilitas dan komponen kritikalnya dipelihara berdasar atas kriteria
yang sudah ditetapkan.
e. Sistem utilitas dan komponen kritikalnya diperbaiki bila diperlukan.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Standar MFK 8.2
Sistem utilitas RS menjamin tersedianya air bersih dan listrik sepanjang waktu serta
menyediakan sumber cadangan/alternatif persediaan air dan tenaga listrik jika
terjadi terputusnya sistem, kontaminasi, atau kegagalan.
Untuk mempersiapkan diri terhadap keadaan darurat seperti ini, rumah sakit agar mempunyai proses
meliputi:
a. Mengidentifikasi peralatan, sistem, serta area yang memiliki risiko paling tinggi terhadap pasien dan staf
(sebagai contoh, rumah sakit mengidentifikasi area yang membutuhkan penerangan, pendinginan
(lemari es), bantuan hidup/ventilator, serta air bersih untuk membersihkan dan sterilisasi alat);
b. Menyediakan air bersih dan listrik 24jam setiap hari dan 7 hari seminggu;
c. Menguji ketersediaan serta kehandalan sumber tenaga listrik dan air bersih darurat/pengganti/back-up;
d. Mendokumentasikan hasil-hasil pengujian;
e. Pengujian sumber cadangan / alternatif dilakukan setidaknya setiap 6 bulan atau lebih sering jika
dipersyaratkan oleh peraturan perundang-undangan di daerah, rekomendasi produsen, atau kondisi
sumber listrik dan air.
Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI
a. Mengidentifikasi peralatan, sistem, serta area
yang memiliki risiko paling tinggi terhadap
pasien dan staf (sebagai contoh, rumah sakit
mengidentifikasi area yang membutuhkan
penerangan, pendinginan (lemari es), bantuan
hidup/ventilator, serta air bersih untuk
membersihkan dan sterilisasi alat);
Elemen Penilaian MFK 8.2 b. Menyediakan air bersih dan listrik 24jam setiap
a. RS mempunyai proses sistem utilitas terhadap keadaan hari dan 7 hari seminggu;
darurat yang meliputi poin a-c pada maksud dan tujuan. c. Menguji ketersediaan serta kehandalan sumber
tenaga listrik dan air bersih
b. Air bersih harus tersedia selama 24 jam setiap hari, 7 hari darurat/pengganti/back-up
dalam seminggu.
c. Listrik tersedia 24jam setiap hari,7 hari dalam seminggu.
d. RS mengidentifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling
tinggi bila terjadi kegagalan listrik atau air bersih
terkontaminasi atau terganggu dan melakukan penanganan
untuk mengurangi risiko.
e. RS mempunyai sumber listrik dan air bersih cadangan dalam
keadaan darurat / emergensi.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Standar MFK 8.2.1
RS melakukan uji coba/uji beban sumber listrik dan sumber air cadangan /
alternatif
Elemen Penilaian MFK 8.2.1
a. RS melaksanakan uji coba sumber air bersih dan listrik cadangan / alternatif
sekurangnya 6 bulan sekali atau lebih sering bila diharuskan oleh peraturan
perundang-undanganan yang berlaku atau oleh kondisi sumber air.
b. RS mendokumentasi hasil uji coba sumber air bersih cadangan / alternatif
tersebut.
c. RS mendokumentasikan hasil uji sumber listrik / cadangan / alternatif
tersebut.
d. RS mempunyai tempat dan jumlah bahan bakar untuk sumber listrik
cadangan / alternatif yang mencukupi.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Standar MFK 8.3
RS melakukan pemeriksaan air bersih dan air limbah secara berkala sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan.

Rumah sakit perlu mempunyai proses meliputi:


a. Pelaksanaan monitoring mutu air bersih paling sedikit satu tahun sekali.
Untuk pemeriksaan kimia minimal setiap 6 bulan atau lebih sering bergantung
pada ketentuan peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air, dan
pengalaman sebelumnya dengan masalah mutu air. Hasil pemeriksaan
didokumentasikan;
b. Pemeriksaan air limbah dilakukan setiap 3 bulan / lebih sering bergantung
pada peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air, dan hasil
pemeriksaan air terakhir bermasalah. Hasil pemeriksaan didokumentasikan;
c. Pemeriksaan mutu air yang digunakan untuk dialisis ginjal setiap bulan untuk
menilai pertumbuhan bakteri dan endotoksin. Pemeriksaan tahunan untuk
menilai kontaminasi zat kimia. Hasil pemeriksaan didokumentasikan; dan
d. Melakukan monitoring hasil pemeriksaan air dan perbaikan bila diperlukan.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Penanganan Kedaruratan dan Bencana
Standar MFK 9
RS menerapkan proses penanganan bencana untuk menanggapi bencana yang
berpotensi terjadi di wilayah rumah sakitnya.

Proses pengelolaan bencana, meliputi:


a. Menentukan jenis yang kemungkinan terjadi dan konsekuensi bahaya, ancaman, dan kejadian;
b. Menentukan integritas struktural dan non struktural di lingkungan pelayanan pasien yang ada dan
bagaimana bila terjadi bencana;
c. Menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa/kejadian tersebut;
d. Menentukan strategi komunikasi pada waktu kejadian;
e. Mengelola sumber daya selama kejadian termasuk sumber-sumber alternatif;
f. Mengelola kegiatan klinis selama kejadian termasuk tempat pelayanan alternatif pada waktu kejadian;
g. Mengidentifikasi dan penetapan peran serta tanggung jawab staf selama kejadian dan; dan
h. Proses mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung jawab pribadi staf dan
tanggung jawab rumah sakit untuk tetap menyediakan pelayanan pasien termasuk kesehatan mental
dari staf.
Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI
Elemen Penilaian MFK 9
a. RS menerapkan proses pengelolaan bencana yang meliputi poin a - h pada
maksud dan tujuan diatas.
b. RS telah mengidentifikasi risiko bencana internal dan eksternal dalam
Analisa kerentanan bahaya / HVA ((Hazard Vulnerability Analysis) secara
proaktif setiap tahun dan diintegrasikan ke dalam daftar risiko / risk register
dan profil risiko.
c. RS membuat Program pengelolaan bencana di rumah sakit berdasarkan
hasil Analisa kerentanan bahaya / HVA ((Hazard Vulnerability Analysis)
setiap tahun.
d. RS telah melakukan simulasi penanggulangan bencana (disaster drill)
minimal setahun sekali termasuk debriefing.
e. Staf dapat menjelaskan dan atau memperagakan prosedur dan peran
mereka dalam penanganan kedaruratan serta bencana internal dan
external
f. RS telah menyiapkan area dekontaminasi sesuai ketentuan pada instalasi
gawat darurat.
Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI
Konstruksi dan Renovasi
Standar MFK 10
RS melakukan penilaian risiko prakontruksi/Pre Construction Risk Assessment
(PCRA) pada waktu merencanakan pembangunan baru (proyek konstruksi),
renovasi dan pembongkaran.

Proses penilaian risiko prakonstruksi meliputi:


f. Bahan dan limbah berbahaya;
a. Kualitas udara; g. Keselamatan kebakaran;
b. Pencegahan dan h. Keamanan;
pengendalian infeksi; i. Prosedur darurat, termasuk jalur / keluar
c. Utilitas; alternatif dan akses ke layanan darurat; dan
d. Kebisingan; j. Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan,
e. Getaran; pengobatan, dan layanan.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Elemen Penilaian MFK 10
a. RS menerapkan penilaian risiko prakonstruksi (PCRA) terkait
rencana konstruksi, renovasi dan demolisi meliputi poin a-j
seperti di maksud dan tujuan diatas.
b. RS melakukan penilaian risiko prakontruksi (PCRA) bila ada
rencana kontruksi, renovasi dan demolisi.
c. RS melakukan tindakan berdasarkan hasil penilaian risiko untuk
meminimalkan risiko selama pembongkaran, konstruksi, dan
renovasi.
d. RS memastikan bahwa kepatuhan kontraktor dipantau,
dilaksanakan, dan didokumentasikan.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Pelatihan
Standar MFK 11
Seluruh staf di RS dan yang lainnya telah dilatih dan memiliki pengetahuan
tentang pengelolaan fasilitas rumah sakit, program keselamatan dan peran
mereka dalam memastikan keamanan dan keselamatan fasilitas secara efektif.

Elemen Penilaian MFK 11


a. Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan
keselamatan (MFK) terkait keselamatan setiap tahun dan dapat
menjelaskan dan / atau menunjukkan peran dan tanggung jawabnya dan
didokumentasikan.
b. Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan
keselamatan (MFK) terkait keamanan setiap tahun dan dapat menjelaskan
dan / atau menunjukkan peran dan tanggung jawabnya dan
didokumentasikan.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


Elemen Penilaian MFK 11 (Lanjutan...)
c.pelatihan program MFK terkait pengelolaan B3 dan limbahnya.
d.pelatihan program MFK terkait proteksi kebakaran
e.pelatihan program MFK terkait peralatan medis.
f.pelatihan program MFK terkait sistim Utilisasif.
g. pelatihan program MFK terkait penanganan kedaruratan dan bencana.
h.Pelatihan tentang pengelolaan fasilitas dan program keselamatan mencakup vendor,
pekerja kontrak, relawan, pelajar, peserta didik, peserta pelatihan, dan lainnya, sebagaimana
berlaku untuk peran dan tanggung jawab individu, dan sebagaimana ditentukan oleh rumah
sakit.

Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI


STANDAR dan ep MFK ?? 11 (Standar) 5 (Sub Standar) 71 (EP)

Fokus pada standar Manajemen Fasilitas dan Keselamatan

1. Kepemimpinan dan perencanaan;


2. Keselamatan;
3. Keamanan;
4. Pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun (B3);
5. Proteksi kebakaran;
6. Peralatan medis;
7. Sistim utilitas;
8. Penanganan kedaruratan dan bencana;
9. Konstruksi dan renovasi; dan

10. Pelatihan.
Sumber : WS TOT Calon Surveior Akreditasi RS KEMENKES RI
Rumah sakit wajib menyusun
program manajemen risiko
fasilitas dan lingkungan yang
• izin-izin/sertifikat yang harus ada di rumah sakit
Izin Persyaratan / Sertifikasi yang berlaku Limbah B3 RS mencakup enam bidang.
• sesuai peraturan undang undang :
sesuai peraturan undang undang :
• Limbah Infeksius
a) izin mengenai bangunan 1.Keselamatan dan Keamanan
1.
b) Izin mendirikan
izin operasional rumahbangunan
sakit yang masih berlaku • Limbah Farmasi
c)
2. Sertifikat
Izin laik fungsi (SLF)
operasional RS bila diperlukan 2.Bahan berbahaya dan beracun (B3)
dan Laboratorium
d) Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
3. Sertifikat Laik Fungsi (SLF) serta limbahnya3
e) izin genset • Suld IPAL
4.
f)
Izin IPAL
izin radiologi
5.
g) Izin Genset
sertifikat sistem pengamanan/pemadaman
• Lampu TL 3.Manajemen Penanggulangan Bencana

6. Izin Radiologi
kebakaran • Limbah Tinta meliputi risiko kemungkinan terjadi
h)
7. sistem kelistrikan
Sertifikat sistem pengamanan /
i) izin incinerator (bila ada) • Limbah Batrai bencana 4.Sistem Proteksi Kebakaran
j)
pemadaman kebakaran
izin tempat pembuangan sementara B-3 (TPS B-3)
8. Sistem kelistrikan • Limbah Cadridge
k) izin lift (bila ada) 5.Peralatan Medis
9.
l) Izin incenerator,
izin instalasi petir izin lift, izin instalasi
m) izin lingkungan
petir, 6.Sistem Penunjang
EVALUASI

Sebutkan minimal 5 fokus standar


dalam Bab MFK

Sebutkan minimal 3 bidang program yang


wajib dibuat oleh Rumah sakit terkait
manajemen risiko fasilitas dan lingkungan
Pergi ke pasar beli rambutan, .
Rambutan pulasan sedap rasanya,
Jangan lupa jaga keselamatan,
KESELAMATAN ITU AMATLAH BERHARGA

Bunga Kamboja banyak warnanya


Kamboja putih banyak disuka
Jika bekerja… NYAWA bukan
taruhannya
Keselamatan adalah yang UTAMA
GEDUNG PUSDIKLAT
Jl. Cempaka Putih Tengah I/ No 1 Jakarta Pusat Telp. (021) 4244208, Email : larsi0721@gmail.com

GEDUNG PUSDIKLAT PKU MUHAMMADIYAH


Jl. Cempaka Putih Tengah VI No 4, Jakarta Pusat, 10510
Telp : 0813 1160 1924 website:http://www.larsi.id, Email:larsi0721@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai