Anda di halaman 1dari 19

BAB II

Penyebab Terbanyak Kematian Bayi Dan Penggunaan Buku KIA Untuk


Mendukung Pencegahan Kematian
PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 8
9
BAB X
PENERAPAN MTBS DI PUSKESMAS

Berdasarkan sumber data Rifaskes 2011 dan SDKI 2012 terbukti adanya korelasi negatif
antara persentase puskesmas melaksanakan MTBS dengan kematian neonatal, bayi, dan
balita. Semakin besar persentase puskesmas melaksanakan MTBS, semakin rendah
angka kematian neonatal, bayi, dan balita. Penerapan pelayanan kesehatan anak sesuai
standar MTBS sejalan dengan Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
dan Permenkes No 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak serta Standar
Pelayanan Minimal Kabupaten/ Kota.

Hasil beberapa survei menunjukan salah satu kendala utama penerapan MTBS adalah
lemahnya manajemen penerapan MTBS di Puskesmas dan kurangnya supervisi dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Sebetulnya penerapan MTBS perlu diawali dengan
komitmen Kepala Puskesmas dan Dokter Puskesmas untuk memberikan pelayanan
kesehatan anak sesuai standar sehingga seluruh petugas kesehatan khususnya perawat
bidan dapat dimotivasi untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan dimonitor untuk
dapat melayani balita sakit dan bayi muda dengan pendekatan MTBS secara benar..

A. PERSIAPAN
Persiapan yang perlu dilakukan untuk penerapan MTBS di puskesmas meliputi diseminasi
informasi MTBS kepada seluruh petugas puskesmas, persiapan logistik dan penyesuaian
alur pelayanan.
1. Diseminasi Informasi
Kegiatan diseminasi informasi MTBS di Puskesmas dilaksanakan oleh petugas terlatih
MTBS dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh petugas, meliputi: perawat,
bidan, petugas gizi, petugas imunisasi, petugas obat, pengelola SP3, pengelola
program P2M, petugas loket dan lain-lain. Bila perlu dihadiri oleh supervisor dari Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota.
Informasi yang harus disampaikan adalah Penjelasan Umum MTBS, serta peran dan
tanggung jawab petugas puskesmas dalam penerapan MTBS.

Diskusikan rencana penerapan MTBS di Puskesmas yang meliputi persiapan logistik,


penyesuaian alur pelayanan, pelaksanaan penerapan MTBS di puskesmas dan
jaringannya, serta pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan MTBS.

2. Penyiapan Logistik

Sebelum menerapkan MTBS di Puskesmas, perlu disiapkan kebutuhan logistik seperti


obat, alat, formulir pencatatan, register rawat jalan dan buku KIA. Penyiapan logistik
ini perlu direncanakan dan disiapkan dengan baik agar tidak mengganggu kelancaran
penerapan MTBS.

2.1 Penyiapan Obat dan Alat Kesehatan

Secara umum, obat yang digunakan dalam penerapan MTBS sudah tercantum
dalam Formularium Nasional yang digunakan di Puskesmas, namun demikian
perlu dinilai ketersediaannya, termasuk ketersediaan alat di Puskesmas. Dalam
menentukan ketersediaan obat dan alat, dapat dilakukan penilaian berdasarkan
pemakaian dan kebutuhan 6 bulan sebelumnya dengan menggunakan LPLPO.

Setelah diketahui kondisi ketersediaan obat dan alat, dalam mengajukan


permintaan bulan berikutnya, tambahkan yang masih kurang dan usulkan yang
belum tersedia. Jika obat yang dibutuhkan belum ada dalam LPLPO, amati dahulu
pola penyakit melalui Laporan Bulanan LB1.

Perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan dibuat berdasarkan data


kebutuhan tahun sebelumnya, pola penyakit (epidemiologi) serta rencana
pengembengan atau intervensi program dengan mempertimbangkan sisa stok.

Alat pendukung pelayanan yang sangat perlu diupayakan adalah timer yang biasa
digunakan oleh program ISPA (ARI timer). Sementara belum ada, dapat
digunakan arloji yang mempunyai jarum detik, dan segera ajukan permintaan ke
dinas kesehatan setempat atau pengadaan sendiri (jika mungkin).

Obat-obat yang diperlukan dalam penanganan balita sakit adalah :


PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 63
Peralatan dan Bahan habis pakai yang digunakan dalam penerapan MTBS :

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 64
2.2 Penyiapan Formulir Pencatatan, Buku Register, Buku KIA dan Bagan MTBS
Perlu dipikirkan sumber dana dan cara pengadaan formulir pencatatan, register
rawat jalan dan buku bagan MTBS. Bicarakan rencana pengadaannya dengan
Kepala Puskesmas. Kebutuhan lembar Formulir Pencatatan Balita Sakit Umur 2
bl - 5 th di Puskesmas dan jaringannya disesuaikan dengan jumlah kunjungan
balita sakit pada tahun sebelumnya ditambah dengan bufferstok, sedangkan
kebutuhan Formulir Pencatatan Bayi Muda Umur < 2 bl sesuai dengan sasaran
bayi lahir dikali 3 (sesuai dengan kunjungan neonatal) ditambah dengan jumlah
kasus bayi muda sakit tahun sebelumnya dan bufferstock.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 65
Kebutuhan Buku Register Rawat Jalan Balita Sakit dan Register Rawat Jalan Bayi
Muda dihitung berdasarkan jumlah Pustu ditambah Puskesmas, atau dapat
dikomunikasikan terlebih dahulu dengan Dinas Kesehatan setempat. Begitu juga
dengan Buku KIA.
Ketersediaan Buku Bagan MTBS disesuaikan dengan proposi jumlah tenaga
medis yang ada di Puskesmas dan jaringannya (jika mungkin), agar seluruh
pemberi layanan balita sakit dapat mempelajari dengan leluasa dan
menggunakannya.

3. Penyiapan Ruangan
Pelayanan MTBS sebaiknya dilakukan di ruangan tersendiri mengingat membutuhkan
waktu pemeriksaan yang cukup lama, termasuk konseling yang disampaikan kepada
ibu atau pengasuh bayi maupun balita sakit. Namun jika tidak memungkinkan, dapat
digunakan ruangan yang dimanfaatkan bersama.
Untuk pelayanan bayi muda sehat yang berkunjung ke Puskesmas dapat
menggunakan ruangan Kesehatan lbu dan Anak.

4. Penyesuaian Alur Pelayanan


Memeriksa bayi muda maupun balita sakit dengan pendekatan MTBS harus teliti dan
menyeluruh sehingga membutuhkan waktu lebih lama. Semua petugas yang terlibat
dalam alur pelayanan MTBS hendaknya ikut berperan dalam mendukung pelayanan
MTBS yang optimal.

Untuk memperlancar pelayanan MTBS dan mengurangi waktu tunggu perlu dilakukan
penyesuaian alur pelayanan yang dipahami dan mudah diakses oleh pengunjung,
meliputi: Pendaftaran, Pemeriksaan, KIE, Pemberian tindakan yang diperlukan,
Pemberian obat, atau Rujukan jika diperlukan. Penyesuaian alur pelayanan MTBS
dapat dilaksanakan mengikuti bagan berikut:

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 66
Pasien

Pendaftaran
Tanyakan identitas
pasien

rekam medis diserahkan oleh petugas


pendaftaran ke ruang MTBS/KIA

Ruang MTBS
Lakukan penilaian Laboratorium
Ruju Menentukan Ruang Imunisasi/KIA
Klasifikasi Ruang Gizi
Menentukan

Ruang Obat
Pemberian Obat
Konseling pemakaian
dan dosis obat

Pulang

Selama ini jangkauan pelayanan bayi muda sangat rendah, karena budaya
masyarakat yang melarang bayi muda keluar rumah sebelum umur 40 hari, apalagi
tidak semua persalinan dilakukan oleh petugas kesehatan. Oleh karena itu perlu
pendekatan lebih aktif yaitu dimulai sejak pelayanan antenatal yang diikuti sampai
masa nifas. Alat Bantu yang bisa digunakan adalah register kohort ibu hamil dan
kantong taksiran persalinan, sehingga sebagian besar bayi baru lahir dapat diketahui
oleh petugas kesehatan setempat. Dengan memanfaatkan kantong persalinan,
petugas dapat merencanakan kunjungan neonatal berdasar Hari Taksiran Persalinan
(HTP). Pada saat kunjungan neonatal, petugas kesehatan harus memeriksa bayi
dengan menggunakan Formulir Pencatatan Bayi Muda.

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 67
Untuk bayi muda yang sakit, diperlukan kontak dengan petugas kesehatan yang lebih
sering sesuai kondisi bayi.

B. PELAKSANAAN

Penerapan MTBS menekankan pada tiga komponen yakni memperkuat sistem pelayanan
kesehatan agar penanganan balita sakit lebih efektif, meningkatkan kualitas pelayanan
balita sakit, serta meningkatkan peran keluarga dan masyarakat dalam hal perawatan
balita sakit, deteksi dini dan pola pencarian pertolongan segera ke tenaga kesehatan.

1. Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan Anak

Seluruh balita sakit dan bayi muda harus dilayani dengan pendekatan MTBS.
Kesinambungan pelayanan dengan pendekatan MTBS didukung oleh kebijakan dari
Kepala Puskesmas yang mengusahakan tersedia SDM pelaksana yang patuh
terhadap standar, ketersediaan faktor pendukung pelayanan, biaya operasional,
supervisi berjenjang, penguatan sistem rujukan serta evaluasi berkala penerapan
MTBS.

Semua kegiatan penatalaksanaan balita sakit dan bayi muda dicatat dalam buku
Register Rawat Jalan, serta pelaporan sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Pada
kasus tertentu yang membutuhkan koordinasi lintas program, petugas puskesmas
diharapkan melakukan kunjungan lapangan dengan memanfaatkan dana operasional
Puskesmas, BOK dan atau dana Kapitasi sesuai ketentuan yang berlaku.

Agar terlaksana kesinambungan pelayanan balita sakit, pemerintah Kabupaten/Kota


juga memperkuat kualitas pelayanan anak di fasilitas rujukan, melakukan berbagai
upaya untuk mempermudah akses pelayanan serta peningkatan pemberdayaan
keluarga dan masyarakat terkait kesehatan anak.

2. Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan serta Kepatuhan Terhadap Standar.

MTBS dilaksanakan oleh perawat, bidan dan dokter (sebagai penerima rujukan dan
supervisor) serta petugas lain yang terkait dengan kompetensi dan wewenangnya.
Kepala Puskesmas dan Dokter perlu memastikan bahwa semua petugas yang terlibat
dalam pelayanan MTBS selalu terupdate pengetahuan dan kompetensinya.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dapat melalui pelatihan MTBS, refreshing,
maupun on the job training atau kalakarya.

Untuk memastikan kesinambungan pengetahuan dan ketrampilan serta kepatuhan


petugas dalam penerapan MTBS, Kepala Puskesmas dan Dokter harus
melaksanakan :

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 68
• On the job training atau kalakarya bertahap bagi petugas yang belum terlatih
• Refreshing MTBS
• Supervisi fasilitatif,
• Kaderisasi fasilitator internal di Puskesmas dengan metode pendampingan
• Monitoring berkala penerapan MTBS di Puskesmas dan jaringannya
• Pembahasan berkala kasus balita sakit, bayi muda dan hasil kunjungan
neonatal
• Tindaklanjut kendala di lapangan atau jika SDM tidak patuh terhadap standar.

3. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan orang tua dan pengasuh


Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan orang tua maupun pengasuh dalam
perawatan balita sakit dan bayi muda dilaksanakan melalui KIE secara terus menerus,
baik di dalam gedung maupun di luar gedung puskesmas, terintegrasi dengan kegiatan
lainnya seperi Posyandu, dll. Kegiatan KIE ini juga dilaksanakan pada setiap
kunjungan balita baik dengan memberikan contoh langsung atau menggunakan Buku
KIA, lembar balik, leaflet, dan video.
Dalam berkomunikasi hendaknya menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami. Sediakan waktu untuk mengklarifikasi pemahaman orang tua/ pengasuh
agar tidak terjadi salah pengertian..
KIE yang disampaikan dalam pelayanan MTBS, antara lain:
• cara memberikan obat oral di rumah.
• cara mengobati infeksi lokal di rumah.
• cara memberikan cairan di rumah.
• masalah pemberian ASI dan makanan pada anak.
• kapan harus kembali untuk kunjungan ulang
• manfaat kunjungan ulang dan alasan mengapa perlu kunjungan ulang
• kapan atau kondisi bagaimana harus segera membawa anak ke puskesmas
• pencegahan cidera pada anak.

C. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pencatatan dan pelaporan di puskesmas yang menerapkan MTBS sama dengan
puskesmas lain yaitu menggunakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP). Dengan demikian semua pencatatan dan pelaporan yang
digunakan tidak perlu mengalami perubahan. Perubahan yang perlu dilakukan adalah
konversi klasifikasi ke dalam kode diagnosis berdasarkan ICD-10 sebelum masuk ke
dalam sistim pelaporan.
Di tingkat keluarga, selain mencatat hasil pelayanan pada formulir pencatatan bayi muda,
petugas juga mencatatnya pada buku KIA, agar ibu dan keluarga dapat mengetahui

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 69
keadaan bayi muda dan dapat memberikan asuhan bayi muda di rumah serta mengenali
tanda-tanda bahaya.
Seluruh hasil pelayanan yang sudah tertulis dalam Formulir Pencatatan, dicatat atau
dipindahkan datanya setiap hari ke dalam buku register rawat jalan sesuai umur anak,
a) Register Rawat Jalan Balita Sakit Umur 2 bl – 5 th.
b) Register Rawat Jalan Bayi Muda Umur kurang dari 2 bl.
Hasil pencatatan harian dalam register rawat jalan dapat direkapitulasi setiap bulan untuk
memudahkan pemantauan dan pembinaan, Register rawat jalan apat digunakan sebagai
sumber data berbagai laporan bulanan program.
Konversi klasifikasi MTBS pada balita sakit ke dalam kode diagnosis (ICD-10)

ICD – 10
NO KLASIFIKASI KETERANGAN
KODE DIAGNOSIS
I TANDA BAHAYA UMUM
R Penetapan
Penyakit Sangat Berat Kejang Demam
56.0 diagnosa
A 35 Tetanus disesuaikan
G Meningitis, tidak dengan tanda
03.9 spesifik atau gejala dan
G 04 Ensefalitis pemeriksaan
A 36.9 Diphteri fisik
BATUK ATAU SUKAR
II
BERNAPAS
Pneumonia, tidak
1. Pneumonia Berat J 18.9
spesifik
Pneumonia, tidak
2. Pneumonia J 18.9
spesifik
3. Batuk Bukan Pneumonia J 06.9 ISPA, tidak spesifik
III DIARE
Gastroenteritis dan
1. Diare Dehidrasi Berat A 09
Kolitis, tidak spesifik

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 70
2. Diare Dehidrasi Gastroenteritis dan
A 09
Ringan/Sedang Kolitis, tidak spesifik
Gastroenteritis dan
3. Diare Tanpa Dehidrasi A 09
Kolitis, tidak spesifik
Gastroenteritis dan
4. Diare Persisten Berat A 09
Kolitis, tidak spesifik
Gastroenteritis dan
5. Diare Persisten A 09
Kolitis, tidak spesifik
6. Disentri A 06 Amubiasis
IV DEMAM
1. Penyakit Berat Dengan
B 50 Malaria falciparum Jika hasil
Demam
pemeriksaan
B 51 Malaria vivax
darah, positif
B 52 Malaria malariae
malaria
B 53 Malaria ovale
Jika negatif,
atau tidak
B 54 Malaria, tidak spesifik
dilakukan
pemeriksaan
2. Malaria B 50 Malaria falciparum
B 51 Malaria vivax
B 52 Malaria malariae
B 53 Malaria ovale
Jika ditemukan
penyebab lain
dari demam,
Demam yang tidak
3. Demam Bukan Malaria R 50 tentukan
diketahui penyebabnya
diagnosa
ICD10 yg
sesuai

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 71
4. Campak Dengan Campak dengan
B 05.1
Komplikasi Berat Meningitis
Campak dengan
B 05.2
Pneumonia
5. Campak Dengan Campak dengan
Komplikasi Mata atau B 05.8 komplikasi mata atau
Mulut mulut
Campak tanpa
6. Campak B 05.9
komplikasi
Jika ada
Riwayat penyakit riwayat campak
Z 86
infeksi dan parasit dalam 3 bulan
terakhir
7. Demam Berdarah Demam Berdarah
A 91
Dengue (DBD) Dengue
8. Mungkin DBD A 90 Demam Dengue
9. Demam Mungkin Bukan Demam yang tidak Jika ditemukan
R 50
DBD diketahui penyebabnya penyebab lain
dari demam,
tentukan
Demam Tifoid dan
A 01 diagnosa
Paratifoid
ICD10 yang
sesuai
V MASALAH TELINGA
1. Mastoiditis H 70 Mastoiditis
2. Infeksi Telinga Akut H 60 Otitis Eksterna
H Otitis Media Akut
65.0 Serosa
H Otitis Media Akut
66.0 Supuratifa

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 72
H Otitis Media Supuratif
3. Infeksi Telinga Kronis
66.3 Kronik, tidak spesifik
4. Tidak Ada Infeksi Telinga -- --
VI STATUS GIZI
1. Sangat kurus Dengan
E 40 Kwashiorkor
Komplikasi
Khusus kondisi
E 42 Marasmus
stunting dengan
2. Sangat kurus Tanpa Sangat kurus Tanpa
E 43 Kode E 45
Komplikasi Komplikasi
3. Kurus E 63.9 Kurus, tidak spesifik
4. Normal -- --
VII ANEMIA
D
1. Anemia Berat Anemia tidak spesifik
64.9
D
2. Anemia Anemia tidak spesifik
64.9
D Anemia defisiensi besi,
50.9 tidak spesifik
3. Tidak Anemia -- --
VIII STATUS HIV
1. Infeksi HIV terkonfirmasi B 20 Penyakit HIV
Ada gejala, diperlukan
2. Diduga terinfeksi HIV Z 11.4
penapisan HIV
Kontak dan suspek
3. Terpajan HIV Z 20.6
terinfeksi HIV
4. Kemungkinan bukan
-- --
infeksi HIV

Konversi klasifikasi MTBS pada bayi muda ke dalam kode diagnosis (ICD-10)
ICD – 10
NO KLASIFIKASI KETERANGAN
KODE DIAGNOSIS

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBA B TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 73
KEMUNGKINAN
PENYAKIT SANGAT
I
BERAT ATAU INFEKSI
BAKTERI
1. Penyakit Sangat Berat R
Kejang Demam Penetapan
atau Infeksi Bakteri 56.0
A 33 Tetanus Neonatorum diagnosa
disesuaikan
G Meningitis, tidak
dengan tanda
03.9 spesifik
atau gejala dan
A 36.9 Diphteri pemeriksaan
Pneumonia, tidak fisik
J 18.9
spesifik
Penyakit bakteri lain
2. Infeksi Bakteri Lokal A 48
yang tidak terklasifikasi
3. Mungkin Bukan
-- --
Infeksi
II IKTERUS
Ikterus bayi baru lahir,
1. Ikterus Berat P 59.9
tidak spesifik
Ikterus bayi baru lahir,
2. Ikterus P 59.9
tidak spesifik
3. Tidak Ada Ikterus -- --
III DIARE
1. Diare Dehidrasi Berat A 09 Gastroenteritis dan
Kolitis, tidak spesifik
2. Diare Dehidrasi Ringan / A 09 Gastroenteritis dan
Sedang Kolitis, tidak spesifik
3. Diare Tanpa Dehidrasi A 09 Gastroenteritis dan
Kolitis, tidak spesifik
IV STATUS HIV
1. Infeksi HIV Terkonfirmasi B 20 Penyakit HIV
2. Terpajan HIV Kontak dan suspek
Z 20.6
terinfeksi HIV
3. Mungkin Bukan Infeksi -- --
HIV

D. PEMANTAUAN DAN PEMBINAAN


Pemantauan dapat dilaksanakan secara tidak langsung dari pencatatan pelaporan atau
secara langsung a.l melalui supervisi fasilitatif, kemudian dilakukan analisis masalah yang

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 74
ditindaklanjuti dengan pembinaan yang menekankan upaya
perbaikan. Supervisi fasilitatif mengamati seluruh proses
pelaksanaan MTBS mulai dari persiapan, pelaksanaan penerapan
serta hasil penerapan MTBS. Hal ini dilakukan untuk memastikan
terlaksananya seluruh rangkaian penerapan MTBS, dan secara
khusus dapat menghasilkan tatalaksana kasus lebih efektif,
rasiona, aman dan berkesinambungan.

Selain supervisi fasilitatif, dilakukan juga monitoring dan evaluasi.


Monitoring bisa dilakukan secara internal oleh Kepala Puskesmas,
dokter dan bidan koordinator, atau secara eksternal oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Provinsi. Monitoring juga seyogyanya
dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota melalui supervisi
fasilitatif setiap 6 bulan, kemudian melaporkan secara berjenjang ke
dinas kesehatan provinsi untuk dapat dipastikan terlaksanakanya
rangkaian penerapan MTBS.

Dalam monitoring dilakukan penilaian terkait dengan permasalahan


yang timbul dalam menerapkan MTBS di Puskesmas, perencanaan
dan output dari penerapan MTBS, sedangkan evaluasi bertujuan
untuk memperoleh gambaran tentang :
• Relevansi penerapan MTBS dengan peningkatan penemuan kasus.
• Kesesuaian antara jenis dan jumlah kasus dengan
perencanaan, pengadaan danpenggunaan logistic.
• Kualitas pelayanan MTBS
• Optimalisasi penggunaan dana operasional puskesmas
• Perilaku pencarian pertolongan kesehatan
• Penurunan kesakitan dan kematian.

Evaluasi hasil penerapan MTBS di Puskesmas dapat dilakukan


dalam forum lokakakaryamini Puskesmas atau Pertemuan evaluasi
khusus setiap 6 bulan atau sedikitnya sekali setahun. Evaluasi ini
bertujuan untuk dapat memperoleh gambaran tentang
a. Peningkatan jumlah penemuan kasus melalui MTBS
b. Ketersediaan logistic sesuai jenis dan jumlah kasus yang ditangani
dengan MTBS
c. Kualitas pelayanan MTBS
d. Penurunan kesakitan dan kematian neonatus, bayi dan balita

PANDUAN ORIENTASI TATALAKSANA PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI BAGI PETUGAS MTBS 75

Anda mungkin juga menyukai