Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN MTBS

DI PUSKESMAS
LATAR BELAKANG

Berdasarkan sumber data Rifaskes 2011 dan SDKI


2012 terbukti adanya korelasi negatif antara
persentase puskesmas melaksanakan MTBS dengan
kematian neonatal, bayi, dan balita. Semakin besar
persentase puskesmas melaksanakan MTBS, semakin
rendah angka kematian neonatal, bayi, dan balita.
Penerapan pelayanan kesehatan anak sesuai standar
MTBS sejalan dengan Undang-Undang No 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan dan Permenkes No 25 Tahun
2014 tentang Upaya Kesehatan Anak serta Standar
Pelayanan Minimal Kabupaten/ Kota.
Langkah-langkah
01 PERSIAPAN
Diseminasi Informasi 02
 penyiapan logistic PELAKSANAAN
 Penyiapan Ruangan  Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan Anak
 penyesuaian alur pelayanan  Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan
serta Kepatuhan Terhadap Standar
 Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
orang tua dan pengasuh
PENCATATAN DAN
03 PELAPORAN
 Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas (SP2TP) 04
 Kode diagnosis menggunakan
ICD-10 PEMANTAUAN DAN
PEMBINAAN
Pemenuhan Gizi Seimbang,
ASI Ekslusif, Pola Asuh
Keluarga, Penyakit Menular
PERSIAPAN
1. Diseminasi Informasi

Kegiatan diseminasi informasi MTBS di Puskesmas dilaksanakan oleh petugas


terlatih MTBS dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh seluruh petugas,
meliputi: perawat, bidan, petugas gizi, petugas imunisasi, petugas obat,
pengelola SP3, pengelola program P2M, petugas loket dan lain-lain. Bila perlu
dihadiri oleh supervisor dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Informasi
yang harus disampaikan adalah Penjelasan Umum MTBS, serta peran dan
tanggung jawab petugas puskesmas dalam penerapan MTBS.

2. PERSIAPAN LOGISTIK
Sebelum menerapkan MTBS di Puskesmas, perlu disiapkan kebutuhan logistik
seperti obat, alat, formulir pencatatan, register rawat jalan dan buku KIA.
Penyiapan logistic
PERSIAPAN
3. Penyiapan Ruangan Pelayanan MTBS
sebaiknya dilakukan di ruangan tersendiri mengingat membutuhkan waktu
pemeriksaan yang cukup lama, termasuk konseling yang disampaikan kepada
ibu atau pengasuh bayi maupun balita sakit. Namun jika tidak memungkinkan,
dapat digunakan ruangan yang dimanfaatkan bersama. Untuk pelayanan bayi
muda sehat yang berkunjung ke Puskesmas dapat menggunakan ruangan
Kesehatan lbu dan Anak.

4. Penyesuaian Alur Pelayanan


Memeriksa bayi muda maupun balita sakit dengan pendekatan MTBS harus
teliti dan menyeluruh sehingga membutuhkan waktu lebih lama. Semua
petugas yang terlibat dalam alur pelayanan MTBS hendaknya ikut berperan
dalam mendukung pelayanan MTBS yang optimal.
PELAKSANAAN
Penerapan MTBS menekankan pada tiga komponen yakni memperkuat
sistem pelayanan kesehatan agar penanganan balita sakit lebih efektif,
meningkatkan kualitas pelayanan balita sakit, serta meningkatkan peran
keluarga dan masyarakat dalam hal perawatan balita sakit, deteksi dini
dan pola pencarian pertolongan segera ke tenaga kesehatan.

1. Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan Anak


Seluruh balita sakit dan bayi muda harus dilayani dengan pendekatan MTBS. Kesinambungan
pelayanan dengan pendekatan MTBS didukung oleh kebijakan dari Kepala Puskesmas yang
mengusahakan tersedia SDM pelaksana yang patuh terhadap standar, ketersediaan faktor
pendukung pelayanan, biaya operasional, supervisi berjenjang, penguatan sistem rujukan serta
evaluasi berkala penerapan MTBS.

2. Peningkatan Pengetahuan dan Ketrampilan serta Kepatuhan Terhadap


Standar.
MTBS dilaksanakan oleh perawat, bidan dan dokter (sebagai penerima rujukan dan supervisor)
serta petugas lain yang terkait dengan kompetensi dan wewenangnya. Kepala Puskesmas dan
Dokter perlu memastikan bahwa semua petugas yang terlibat dalam pelayanan MTBS selalu
terupdate pengetahuan dan kompetensinya.

3. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan orang tua dan pengasuh


dilaksanakan melalui KIE secara terus menerus, baik di dalam gedung maupun di luar gedung
puskesmas, terintegrasi dengan kegiatan lainnya seperi Posyandu, dll. Kegiatan KIE ini juga
dilaksanakan pada setiap kunjungan balita baik dengan memberikan contoh langsung atau
menggunakan Buku KIA, lembar balik, leaflet, dan video.
PENCATATAN DAN
PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan di puskesmas yang menerapkan MTBS
sama dengan puskesmas lain yaitu menggunakan Sistem Pencatatan
dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). Dengan demikian semua
pencatatan dan pelaporan yang digunakan tidak perlu mengalami
perubahan. Perubahan yang perlu dilakukan adalah konversi klasifikasi
ke dalam kode diagnosis berdasarkan ICD-10 sebelum masuk ke dalam
sistim pelaporan.

Hasil pencatatan harian dalam register rawat jalan dapat direkapitulasi


setiap bulan untuk memudahkan pemantauan dan pembinaan, Register
rawat jalan apat digunakan sebagai sumber data berbagai laporan
bulanan program.
PEMANTAUAN DAN
pelaporan atau secara langsung PEMBINAAN
Pemantauan dapat dilaksanakan secara tidak langsung dari pencatatan
a.l melalui supervisi fasilitatif,
kemudian dilakukan analisis masalah yangditindaklanjuti dengan
pembinaan yang menekankan upaya perbaikan. Supervisi fasilitatif
mengamati seluruh proses pelaksanaan MTBS mulai dari persiapan,
pelaksanaan penerapan serta hasil penerapan MTBS.

Selain supervisi fasilitatif, dilakukan juga monitoring dan evaluasi.


Monitoring bisa dilakukan secara internal oleh Kepala Puskesmas,
dokter dan bidan koordinator, atau secara eksternal oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Provinsi.
EVALUASI
Evaluasi hasil penerapan MTBS di Puskesmas dapat dilakukan dalam
forum lokakakaryamini Puskesmas atau Pertemuan evaluasi khusus
setiap 6 bulan atau sedikitnya sekali setahun. Evaluasi ini bertujuan
untuk dapat memperoleh gambaran tentang
a. Peningkatan jumlah penemuan kasus melalui MTBS
b. Ketersediaan logistic sesuai jenis dan jumlah kasus yang ditangani
dengan MTBS
c. Kualitas pelayanan MTBS
d. Penurunan kesakitan dan kematian neonatus, bayi dan balita
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai