Anda di halaman 1dari 21

SUPERVISI FASILITATIF

TEKNIK PENGUATAN MANAJEMEN MUTU PELAYANAN


PUSKESMAS PONED DAN MAMPU PERSALINAN
PADA JARINGAN DAN JEJARINGNYA

ENDANG SS, SKM.M.Kes


SEKSI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
DINAS KESEHATAN KABUPAEN PATI

DISAMPAIKAN DALAM PERTEMUAN KOORDINASI PEMBINAAN


PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK
PATI, 5 AGUSTUS 2020
Puskesmas Non-PONED (MAMPU PERSALINAN)
 Puskesmas standar yang dalam hal memberikan pelayanan Maternal dan
Neonatal mempunyai fungsi hampir mirip dengan Polindes, namun
mempunyai tenaga kesehatan, sarana dan prasarana yang lebih
memadai antara lain tersedia dokter, bidan dan perawat, mobil
puskesmas keliling dan sebagainya.
 Puskesmas Non PONED dapat menyelenggarakan pelayanan pertolongan
persalinan normal, melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi
tertentu sesuai dengan tingkat kewenangannya dan kemampuannya
atau melakukan rujukan pada Puskesmas PONED dan Rumah Sakit
PONEK
 Puskesmas Non-PONED sekurang kurangnya harus mampu melakukan
stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan ke Puskesmas PONED dan
Rumah Sakit PONEK, yaitu semua pasien dengan kegawatdaruratan
obstetri dan neonatal, ibu hamil / bersalin yang datang sendiri maupun
yang dirujuk oleh Bidan di Desa atau Dukun / Kader.
Keterampilan Puskesmas Non-PONED
(MAMPU PERSALINAN)
1. Stabilisasi pasien gawat darurat Obstetri dan Neonatal.
2. Melakukan Kompresi Bimanual pada ibu dengan perdarahan
post partum.
3. Melakukan manual plasenta pada kasus retensio plasenta.
4. Melakukan digital kuretase pada kasus rest plasenta.
5. Melakukan resusitasi sederhana pada kasus asfiksia bayi baru
lahir.
6. Melakukan Metode kanguru pada BBLR diatas 2000 gram.
Puskesmas PONED
 Puskesmas PONED merupakan Puskesmas yang mempunyai Tim
Dokter dan Bidan yang mampu, terlatih dan terampil serta adanya
sarana prasarana yang memadai untuk melakukan Pelayanan
Obstetri dan Neonatal Dasar (PONED) 24 jam dalam wilayah
beberapa puskesmas.
 Puskesmas PONED memberikan pelayanan langsung terhadap ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir baik yang datang
sendiri atau atas rujukan Puskesmas, Bidan di Desa atau rujukan
Kader/Dukun.
 Puskesmas PONED dapat melakukan pengelolaan kasus persalinan
atau bayi dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat
kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada
Rumah Sakit PONEK.
Keterampilan Puskesmas PONED
1. Stabilisasi pasien gawat darurat obstetri dan neonatal.
2. Pemberian oksitosin parenteral atau drip intravena.
3. Pemberian antibiotika injeksi atau injeksi intravena.
4. Penanganan perdarahan post partum.
5. Melakukan manual plasenta pada kasus retensio plasenta.
6. Melakukan kuretase pada kasus sisa/rest plasenta.
7. Penanganan pre eklamsia/ eklampsia dengan obat MgSO4.
8. Melakukan pertolongan persalinan dengan letak sungsang
9. Melakukan pertolongan persalinan dengan distosia bahu
10. Melakukan vakum ekstraksi dan forcep ekstraksi pada partus lama
Lanjut….,
11. Penanganan infeksi nifas.
12. Melakukan resusitasi pada kasus asfiksia bayi baru lahir.
13. Penanganan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), berat
badan bayi antara 1500 - 2500 gram .
14. Penanggulangan hipotermi pada bayi baru Lahir (BBL).
15. Penanggulangan hipoglikemi pada BBL.
16. Penanggulangan ikterus pada BBL.
17. Penanggulangan masalah pemberian minum pada BBL.
18. Penanggulangan gangguan nafas pada BBL.
19. Penanggulangan kejang pada BBL.
20. Penanggulangan infeksi pada BBL.
Jenis dan lingkup pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang dapat dilakukan
di Puskesmas PONED & NoN PONED meliputi:

1. Pemeriksaan Kehamilan / Antenatal Care (ANC) dengan 7T yaitu timbang


berat badan, mengukur tekanan darah dan tinggi fundus, pemberian imunisasi
tetanus toxoid, pemberian tablet tambah darah (TTD), tatap muka dan tes urine.
2. Persiapan persalinan.
3. Pencegahan Infeksi ibu melahirkan dan bayi baru lahir.
4. Pertolongan Persalinan Normal.
5. Pemeriksaan Nifas, termasuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
6. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir (perawatan tali pusat, pemberian salep
mata, Vitamin K injeksi & Imunisasi Hepatitis B1).
7. Pelayanan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS).
8. Pelayanan pemakaian Kontrasepsi Wanita Usia Subur.
9. Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan obstetri dan neonatal sesuai
ketrampilannya.
10. Melakukan rujukan pasien maternal dan neonatal.
Bidan koordinator (Bikor) adalah bidan di puskesmas yang karena
kemampuannya mendapat tanggung jawab membina bidan di wilayah
kerjanya baik secara perorangan maupun berkelompok (Depkes RI, 2008).

Tugas pokok bikor :


 Melaksanakan penyeliaan, pemantauan, dan evaluasi kinerja bidan di
wilayah kerjanya terhadap aspek klinis profesi dan manajemen
program KIA.
 Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor baik secara
horizontal dan vertikal ke dinas kesehatan kabupaten/kota maupun
pihak lain yang terkait.
 Membina hubungan kerja bidan dalam tatanan organisasi puskesmas
maupun hubungannya dengan organisasi dinas kesehatan
kabupaten/kota, serta organisasi profesi yang berkaitan dengan
tugas pokok dan fungsi bidan (Depkes RI,2008).
FUNGSI BIKOR
 Membimbing pengetahuan, keterampilan klinis profesi dan sikap bidan.
  Membina bidan dalam pengelolaan program KIA.
 Melakukan pemantauan, penyeliaan dan evaluasi program KIA termasuk penilaian
terhadap prasarana dan logistik (fasilitas pendukung), kinerja klinis dan kinerja
manajerial bidan di wilayah kerjanya.
 Membantu mengidentifikasi masalah, mencari dan menetapkan solusi serta
melaksanakan tindakan koreksi yang mengarah pada peningkatan mutu pelayanan KIA.
 Memberi dorongan motivasi dan membangun kerjasama tim serta memberikan
bimbingan teknis di tempat kerja kepada bidan di wilayah kerjanya.
 Melakukan kerjasama tim lintas program dan lintas sektor baik secara horizontal (pada
tingkat puskesmas) dan vertikal (pada tingkat kabupaten).
 Bersama dengan pimpinan puskesmas mengusulkan pemberian penghargaan
 terhadap bidan berprestasi, kesempatan untuk peningkatan pendidikan dan
pengembangan karir bidan (Depkes RI, 2008).
KUALIFIKASI BIKOR :
 Bidan koordinator puskesmas adalah bidan yang masih bertugas
di puskesmas.
 Bidan koordinator kabupaten adalah bidan yang masih bekerja
di dinas kesehatan kabupaten/kota. Bagi dinas kesehatan
kabupaten/kota yang tidak mempunyai bidan,dapat menunjuk
salah satu bidan dari Puskesmas/ anggota IBI/ bidan di RSUD
sebagai bidan koordinator.
 Memiliki masa kerja klinis profesi minimal 5 tahun.
 Mampu dan terampil dalam pelaksanaan klinis profesi bidan
dan manajemen program KIA (perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi).
 Dapat bekerja dalam tim.
Supervisi Fasilitatif
 adalah suatu proses manajemen mutu pengarahan, bantuan dan pelatihan yang
mendorong peningkatan kinerja dalam pelayanan yang bermutu. Hasil yang diharapkan
dari supervisi fasilitatif adalah jaminan terhadap berjalannya perbaikan mutu, yang
implementasinya menggunakan penilaian ukuran standar terarah, sistematis, efektif,
fasilitatif dan berbasis data serta upaya pemberdayaan objek selia, efektif dan fasilitatif
 kegiatan penyeliaan membutuhkan alat bantu berupa daftar tilik sehingga proses
penyeliaan dapat dilakukan secara terurut dan sistematis.
 Daftar tilik adalah kumpulan syarat esensial yang diterima/disepakati untuk mengukur
tingkat kepatuhan terhadap standar (harapan) tertentu,tidak ditujukan untuk
memastikan bahwa seluruh prosedur standar dipenuhi, namun pada syarat esensial dari
prosedur tersebut, berisi syarat terpenting atau penanda (marker) dari standar tertentu (
terutama standar input dan proses). Sehingga perubahan peningkatan mutu pelayanan
dapat dirasakan dan diukur dengan baik, penetapan dan pembandingan tingkat kinerja
individu dan fasilitas dapat dilakukan dengan sederhana (Kemenkes RI, 2015).
TEKNIK SUFAS

1. Pengamatan langsung
Pengamatan langsung digunakan untuk menilai fasilitas/sarana pendukung (ruangan,
obat, dan alat) dengan menggunakan daftar tilik yang telah diisi.Untuk penyeliaan
ketrampilan klinis paling ideal tim penyelia melakukan pengamatan langsung bidan yang
diselia pada saat melaksanakan pelayanan KIA sehingga penyelia tahu tingkat kepatuhan
bidan yang diselia. Bila pengamatan langsung pada pasien tidak mungkin dilakukan, maka
pada saat pertemuan konsultatif dapat dimanfaatkan untuk melakukan praktek/peragaan
ketrampilan-ketrampilan yang diseliakan.
2. Kajian Dokumen:
Mengkaji pencatatan hasil pelayanan kesehatan dengan menggunakan
rekam medis (status ibu, partograf, status bayi atau yang lain yang telah diisi).
Mengkaji kohort ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah, laporan- laporan yang ada.
3. Wawancara
Metode.

Metode yang digunakan dalam penyeliaan fasilitatif bertumpu pada pendekatan


perbaikan mutu yaitu :

1. Upaya pengembangan standar,


2. Upaya penilaian mutu
3. Upaya peningkatan mutu (Kemenkes RI, 2015).
Penyeliaan fasilitatif dan perbaikan mutu

 instrument manajemen yang mengoreksi dan mengendalikan input, serta proses jelas sangat
terkait dengan perbaikan mutu pelayanan.
 Penguatan sistem penyeliaan akan menggiring pelayanan kesehatan diberikan sesuai standar.
 Bersama instrumen manajemen lainnya, pemantauan dan evaluasi, penyeliaan fasilitatif
menjadi tumpuan perbaikan mutu pelayanan secara berkesinambungan (Kemenkes RI, 2015).
 Peningkatan mutu pelayanan didasari atas beberapa prinsip di bawah ini:
  Orientasi pelayanan pada kepuasan pelanggan (klien)
  Pembudayaan dan upaya efisiensi biaya pelanggan
  Fokus perubahan pada proses pelayanan
  Komitmen pemimpin dan keterlibatan serta rasa memiliki per staf/petugas
  Pengambilan keputusan berdasarkan data
  Keseinambungan proses belajar, pengembangan dan pemberdayaan fasilitas.
PERAN SUFAS BIKOR

 Bikor Puskesmas harus mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi,


membantu memecahkan masalah, membangun kerjasama tim, serta
membimbing dan mengarahkan bidan yang diselianya ke arah praktek terbaik
dan memenuhi standar (Depkes RI, 2008).
 Supervisi bikor mempunyai pengaruh positif terhadap standar mutu pelayanan
ANC pada bidan, serta motivasi kerja pada bidan (Aminah, 2018).
 Motivasi kerja bidan desa meningkat setelah dilakukan penyeliaan fasilitatif
karena merasa mendapat bimbingan dari bidan koordinator dan dukungan dari
Kepala Puskesmas, terbukti bidan desa sanggup memenuhi item yang belum
terpenuhi sesuai dengan kemampuannya (Mursilah, 2009).
 Pengetahuan, motivasi, persepsi terhadap kepemimpinan memiliki hubungan
yang kuat dengan kinerja bidan puskesmas dalam pelaksanaan penyeliaan
fasilitatif program KIA, serta yang paling dominan berpengaruh adalah
kepemimpinan (mardiyanti, 2018).
Langkah bikor dalam penyeliaan fasilitatif.

 Pra- penyeliaan: Bikor puskesmas diharapkan mempunyai pemahaman dan keterampilan memberikan penyeliaan fasilitatif dan
menguasai dengan benar daftar tilik penyeliaan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan penyeliaan fasilitatif atau
belajar sendiri melalui buku acuan penyeliaan fasilitatif.
 Orientasi
 Orientasi pemahaman konsep, metode, pelaksanaan, dan penjelasan daftar tilik yang diterapkan melalui kajian mandiri dan
verifikasi. Pada saat ini juga dilakukan kesepakatan tentang jadwal dan operasional kegiatan penyeliaan.
 Kajian Mandiri
  Pelaksanaan kajian mandiri dengan menggunakan daftar tilik dilakukan oleh bidan di wilayah kerja puskesmas. Bikor bersama tim
puskesmas juga melakukan kajian mandiri terhadap program KIA dengan menggunakan daftar tilik yang ada.
 Verifikasi
 Verifikasi dilakukan oleh bikor puskesmas terhadap bidan di wilayah kerjanya dengan menggunakan daftar tilik yang telah diisi
terlebih dahulu oleh bidan. Bikor melakukan verifikasi untuk setiap komponen yang dianggapnya perlu diverifikasi kebenaran dan
kelengkapan pengisiaannya. Bikor puskesmas kemudian melakukan melakukan rekapitulasi hasil verifikasi untuk tiap fasilitas dan
memberikan bimbingan untuk proses yang tidak memenuhi standar. Hal yang sama dilakukan pengelola program dinas kesehatan
kabupaten/kota yang melakukan verifikasi ke puskesmas.
 Pertemuan Bulanan
 Pertemuan bulanan membicarakan hasil verifikasi baik tingkat kepatuhan terhadap standar aupun item-item yang tidak mematuhi
standar. Pada pertemuan ini juga dilakukan rencana tindak lanjut untuk mengatasi ketidakpatuhan. Tiap item dipilah, mana yang
dapat dipenuhi oleh bidan, mana yang dapat diatasi oleh puskesmas dan mana item yang akan dipenuhi oleh dinas kesehatan
kabupaten. Proses bimbingan yang bersifat fasilitatif juga dapat diberikan pada pertemuan bulanan ini.
 Upaya Peningkatan Mutu
 Berdasarkan temuan hasil dari penilaian daftar tilik, bail bikor di puskesmas maupun bidan di wilayah kerjanya membuat perencanaan
mutu layanan. Hasil pencapaian dan peningkatan yang dilakukan akan dibicarakan pada pertemuan berkala periode berikutnya.
Demikian secara berkelanjutan dilakukan kegiatan penyeliaan fasilitatif yang bertujuan untuk melakukan peningkatan mutu
pelayanan secara berkesinambungan yang pada akhirnya akan memberi dampak pada menurunnya angka kematian ibu dan anak di
wilayah kerja bikor puskesmas (Kemenkes RI, 2015).
Sumber data penyeliaan

1. komponen dari daftar tilik (nakes,sarpras,alkes,BHP)


2. instrumen pemantauan dan evaluasi internal untuk peningkatan kualitas program
# PWS-KIA (Perencanaan Wilayah Setempat- Kesehatan Ibu dan Anak)
# Buku register kohort ibu, bayi, dan balita.
 # Pencatatan asuhan kebidanan pada :
# Kartu/ status ibu (hamil, persalinan, nifas, bayi baru lahir)
  # Kartu/ status pemeriksaan kesehatan bayi.
  # Kartu/ status pelayanan KB.
  # Buku KIA
# KMS (Kartu Menuju Sehat)
  # Otopsi verbal kematian ibu dan bayi baru lahir.
SUFAS BIKOR TERHADAP JARINGAN DAN
JEJARINGNYA
Pembinaan klinis profesi bidan dan manajemen
program KIA ditujukan kepada seluruh bidan sesuai
wilayah kerjanya, yang mencakup bidan di desa,
bidan di puskesmas, bidan praktek swasta (BPS) dan
bidan yang bekerja di Rumah Bersalin ( RB ). Aspek
utama yang dibina bikor puskesmas adalah aspek
klinis profesi bidan dan manajemen program KIA
(Depkes RI, 2008).
 Aspek yang dibina : aspek klinis, non klinis, logistik dan manajemen
 Pembinaan Bikor puskesmas terhadap bidan di lingkungan kerja
puskesmas untuk Klinis profesi bidan dan manajemen program KIA
mencakup pada aspek perencanaan, pelaksanaan, penyeliaan,
pemantauan dan evaluasi.
 Dalam menjalankan fungsi manajemen, Bikor puskesmas dianjurkan
bekerja dalam tim yang paling tidak melibatkan Kepala Puskesmas
dan Pengelola program KIA serta tenaga kesehatan lainnya. Kerjasama
tim dan dukungan kepala puskesmas merupakan kunci keberhasilan
dalam menjalankan fungsi manajemen ini (Kemenkes RI, 2015).
ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU SUFAS

Input Proses Output


 

PelaksanaanPenyeliaan
1. Perencanaan Penyeliaan  Pelaksanaan Penyeliaan Mutu Pelayanan
POA (Plan Of Action) / Fasilitatif
Program KIA
RUK & RPK  Pertemuan Konsultatif
2. Anggaran Dana &  Pembinaan Puskesmas
 Hambatan (PONED/ Mampu
Ketersediaan Sarana/Prasarana
3. Kemitraan Dengan  Pemantauan Penyeliaan Persalinan)
Jejaring/Jaringan  Kunjungan Bikor ke Bidan
(Klinik,Bidan Desa, BPM ) Mandiri
4. Daftar Tilik Penyeliaan
fasilitatif
RTL
1. Pelatihan/refreshing pelatihan Sufas
2. Kuantitas & Kualitas Nakes Pelaksana agar Bikor
fokus penuh sbg koordinator program
3. Peningkatan hubungan yang harmonis Puskesmas
dengan Jaringan & Jejaringnya
4. Keterbukaan Jaringan & Jejaring Puskesmas misal
ketepatan laporan, Puskesmas sbg rujukan lini
pertama utk menyelesaikan masalah kesehatan
dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai