Anda di halaman 1dari 11

In Search p-ISSN: 2085-7993

e-ISSN: 2580-3239
Volume 18 No. 01, April 2019

Persepsi Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Yang Melakukan Kenakalan Di RW 06
Kelurahan Samoja Kecamatan Bantununggal Kota Bandung
1
Evi Srinur Hastuti , 2 Astri Firdasannah
1,2
Fakultas Psikologi, Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia
Jalan Soekarno Hatta No. 643 Bandung
e-mail : evisrinurhastuti@unibi.ac.id

Abstrak. Masa remaja merupakan masa transisi dari remaja menjadi dewasa, yang ditandai dengan
perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun social. Perubahan tersebut terjadi dengan cepat dan
terkadang tanpa disadari. Ketika bicara perkembangan social maka pada masa ini diharapkan
tercapainya kematangan dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Bagaimana remaja tersebut dapat menyesuaikan
diri dengan aturan-aturan dan tidak menyimpang dari aturan dipengaruhi banyak hal, diataranya pola
asuh orang tua yang dipersepsikan remaja tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empirik gambaran tipe pola asuh orang tua
yang dipersepsi remaja yang melakukan kenakalan di RW 06 Kelurahan Samoja Kecamatan
Batununggal Kota Bandung. Data penelitian diperoleh dengan kuesioner. Metode yang digunakan
adalah metode deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, yaitu seluruh usia remaja
RW 06 yaitu dari usia 12 hingga 21 tahun yang tercatat dalam data RW sebagai remaja yang pernah
melakukan kenakalan atau terlibat dalam salah satu genk motor yaitu berjumlah 65 orang. Alat ukur
yang digunakan untuk persepsi pola asuh orang tua berupa kuesioner yang dikonstruksikan
berdasarkan teori Diana Baumrind dengan total 70 item.Untuk mengetahui gambaran tipe pola asuh
orang tua yang dipersepsi remaja yang melakukan kenakalan remaja maka dilakukan pemisahan data
dengan menggunakan uji persentil.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar remaja di RW 06 Kelurahan
Samoja Kota Bandung yang melakukan kenakalan mempersepsikan pola asuh permissive. Artinya
tidak adanya kontrol atau adanya aturan tetapi tidak dijalankan secara konsisten membuat anak lebih
agressif, tidak mandiri, tidak dewasa dan kurang bertanggung jawab, rasa peduli terhadap sesama
tidak berkembang, selalu ingin menjadi prioritas dan dilayani, karena ia biasa dimanjakan yang
akhirnya melakukan kenakalan.

Kata Kunci : Remaja, Persepsi Pola Asuh Orang Tua, Kenakalan Remaja

In Search – Informatic, Science, Entrepreneur, Applied Art, Research, Humanism 12


In Search p-ISSN: 2085-7993
e-ISSN: 2580-3239
Volume 18 No. 01, April 2019
1. Pendahuluan melakukan hal-hal yang beresiko yakni
Masa remaja merupakan masa transisi perilaku-perilaku yang secara potensial dapat
dari remaja menjadi dewasa, yang ditandai merugikan diri sendiri maupun orang lain
dengan perubahan hormonal,, fisik, psikologis misalnya menggunakan narkoba, melakukan
maupun social. Perubahan tersebut terjadi hubungan seks di luar nikah, aborsi dan lain-
dengan cepat dan terkadang tanpa disadari. lain. Perilaku-perilaku yang merugikan diri
Namun remaja diharapkan mencapai ersebut tergolong dalam perilaku kenakalan
kematangan termasuk dalam hubungan sosial remaja. Menurut John W Santrock, 2004,
Dengan kata lain, mampu memberikan reaksi pengertian kenakalan remaja sendiri ialah
secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku
relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan yang tidak dapat diterima secara sosial, seperti
masyarakat. Fakta lain yang terjadi di masa bertindak berlebihan disekolah, pelanggaran,
remaja, yakni remaja sering mendapat kesulitan melarikan diri dari rumah, hingga tindakan-
dalam memenuhi tugas perkembangannya, tindakan kriminal.
dikarenakan harus membuat keputusan- Yang terjadi saat ini, banyak kasus
keputusan penting, tetapi belum mampu kenakalan remaja terjadi di Indonesia
mempertanggung jawabkan terhadap khususnya di Kota Bandung. Berdasarkan
konsekensi yang diambil. Keadaan inilah yang rating LPKA(Lembaga Pembinaan Khusus
membuat remaja merasakan ketakutan. Remaja) Kota Bandung tahun 2016, kasus
Majeres (Hurlock, 1992:208), menyebutkan kriminal pembunuhan yang dilakukan remaja
bahwa usia yang menimbulkan ketakutan, menempati posisi paling tinggi saat ini,
ditandai banyak anggapan populer tentang kemudian kasus pelecehan seksual pada remaja
remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan berada pada posisi kedua dan yang ketiga ialah
sayangnya banyak diantaranya bersifat negatif. kasus narkoba. Bahkan di Jawa Barat Bandung
Anggapan stereotipe budaya remaja bahwa menduduki posisi ke empat dengan
remaja adalah remaja-remaja yang tidak rapih, permasalahan social berkaitan dengan
tidak dapat dipercaya dan cenderung kenakalan remaja (Jabar.bps.go.id).
berperilaku merusak sehingga menyebabkan Seperti di RW 06 Kelurahan Samoja
orang dewasa harus membimbing dan Kecamatan Batununggal Kota Bandung,
mengawasi kehidupan remaja tersebut. beberapa remaja ditemukan melakukan
Senada ungkapan Hall (dalam kenakalan remaja. Hasil wawancara terhadap
Santrock, 2003) mencetuskan istilah storm and warga diperoleh, setidaknya di setiap RT
stress (topan dan tekanan) mengemukakan terdapat remaja yang melanggar aturan. Bentuk
bahwa remaja sebagai masa goncangan yang kenakalan remaja yang dilakukan ialah dimulai
ditandai dengan konflik dan perubahan suasana dari perilaku membolos sekolah, berkelahi,
hati. Pada masa ini pikiran, perasaan dan berkendara motor tanpa kelengkapan atribut,
perilaku remaja berubah-ubah antara mengikuti genk motor, merokok, meminum
kesombongan dan kerendahan hati, baik, minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang,
godaan, kebahagiaan dan kesedihan. Pada suatu lari dari rumah, hamil di luar pernikahan,
saat remaja mungkin bersikap buruk terhadap aborsi, hingga kasus pencurian. Yang menjadi
teman, dan ada saatnya remaja ingin berada masalah ialah, bentuk kenakalan yang
sendirian pada suatu waktu. dilakukan oleh remaja RW 06 sudah sampai
Sementara itu, Barnet (dalam Gunarsa, pada bentuk tindakan kriminal seperti mencuri
2009) mengungkapkan bahwa ada tiga elemen dan aborsi, dan hal tersebut belum dapat diatasi
kunci pada masa badai dan tekanan yang terjadi oleh pengurus warga.
pada remaja. Pertama, konflik dengan orang tua Kondisi ini dipertegas dengan adanya
yang mencakup larangan-larangan, misalnya informasi dari Ketua RW 06, bahwa dari
kesopanan dalam berpenampilan, saat keseluruhan remaja yang tinggal, lebih dari
diperbolehkan untuk berpacaran, izin untuk 50% terlibat kasus kenakalan remaja. 30% yaitu
berpergian, serta jam berapa sudah sampai di kasus perkelahian, dan 10% kasus pencurian.
rumah. Kedua, gangguan suasana hati seperti Dan 10% sisanya, sedangkan kasus lainnya,
perasaan aneh atau perasaan tidak nyaman, meliputi lari dari rumah, hamil diluar
perasaan khawatir, gugup dan perasaan kurang pernikahan, prostitusi, sampai aborsi, kasus
diperhatikan. Ketiga, kecenderungan tersebut lebih bersifat pribadi dan tidak sampai

In Search – Informatic, Science, Entrepreneur, Applied Art, Research, Humanism 13


In Search p-ISSN: 2085-7993
e-ISSN: 2580-3239
Volume 18 No. 01, April 2019
pada pelaporan. Beberapa kasus kenakalan Tidak hanya itu, pola pemikiran orang
remaja yang tercatat, menurut Ketua RW 06 tuapun akan mempengaruhi perilaku remaja di
Kelurahan Samoja, dipengaruhi oleh beberapa RW 06 Kelurahan Samoja. Remaja yang baru
factor, salah satunya yaitu peran orang tua. lulus SMA cenderung lebih suka berkumpul
Seperti diketahui bahwa orang tua sebagai sambil merokok dengan teman sebayanya
orang terdekat dengan remaja memegang dibandingkan melakukan kegiatan yang positif
peranan penting dan dituntut untuk mau seperti, melanjutkan kuliah atau mencari
terbuka, mendengarkan dan memberikan pekerjaan. Menurut remaja RW 06, mereka
masukan/saran terhadap permasalahan- tidak merasa dituntut oleh orang tua untuk
permasalahan yang dihadapi remaja sehingga bekerja setelah lulus, sehingga hal tersebut
remaja tersebut akan merasa terbantu untuk membuat mereka lebih nyaman untuk
menyelesaikan setiap tugas perkembangannya. melakukan hal yang lebih mereka sukai yaitu
Berbagai cara atau perlakuan orang tua berkumpul bersama teman sebaya.
membimbing remaja, memungkinkan remaja Beberapa remaja berpendapat bahwa
mendapatkan norma-norma atau aturan-aturan berkumpulnya mereka sudah sepengetahuan
yang berbeda sehingga remaja dapat dan persetujuan orang tua, dengan catatan harus
mengembangkan tingkah laku yang berbeda pulang ke rumah pukul 10 malam. Meskipun
pula.. Ada orang tua yang menerapkan aturan demikian, sebetulnya orang tua memberikan
ketat, memberikan batasan yang sempit pada aturan, jika pulang lebih dari jam 10 malam,
kegiatan yang dilakukan remaja, terkadang maka mereka tidak akan dibiarkan masuk ke
mencampuri urusan remaja tanpa dilandasi rumah. Namun, para remaja tetap sering
perhatian atau afeksi. Ada juga orang tua yang melanggar aturan orang tua dan pulang lebih
menanamkan suatu komunikasi yang terbuka dari waktu yang telah ditentukan, karena pada
dan harmonis dengan penetapan peraturan dan dasarnya orang tua tidak menjalankan
perhatian yang disesuaikan dengan kebutuhan aturannya dengan ketat sehingga remaja tetap
remaja pada saat itu, tetapi ada juga orang tua dapat masuk dan hanya sedikit dimarahi. Tidak
yang memberikan perhatian yang terlalu besar konsistennya kontrol dan pengawasan orang tua
tanpa adanya kontrol. Pada kondisi seperti ini terhadap remaja memberi peluang bagi remaja
orang tuanya biasanya selalu mengalah untuk dapat melakukan kenakalan.
terhadap keinginan remaja tanpa Pola pengasuhan, dimana orang tua dengan
mempertimbangkan resiko yang akan terjadi alasan terlalu menyayangi remajanya sehingga
dimasa yang akan datang. Pada beberapa kasus orang tua kalah dominan terhadap remajanya
remaja bertindak semaunya tanpa berkembang di RW 06 Kelurahan Samoja. Hal
memperdulikan apakah perilakunya sesuai tersebut mempengaruhi orang tua dalam
dengan norma atau aturan yang berlaku, bahkan mengasuh remajanya. Kebanyakan orang tua di
ada pula yang tidak memberikan lingkungan RT 03 misalnya, menerapkan
perhatian/afeksi maupun kontrol yang jelas, pengasuhan dengan memberikan perhatian
dalam arti orang tua seakan-akan mengabaikan kepada remaja, namun orang tua tidak berani
atau membiarkan remaja berkembang dengan untuk memberikan batasan atau tuntutan
sendirinya. kedewasaan, aturan yang diberikan tidak tegas,
Bila dikaitkan dengan fenomena diatas, komunikasi yang berjalan juga tidak efektif,
ternyata tidak setiap pola asuh dapat dipersepsi sehingga kebanyakan dari remaja di lingkungan
positif oleh remaja, namun terkadang ini cenderung melawan dan lebih dominan dari
menimbulkan pertentangan antara orang tua orang tuanya sendiri. Orang tua tidak
dan remaja tersebut, sehingga antara remaja dan mengetahui cara menegur remajanya jika
orang tua terjadi jarak yang menjadikan melakukan kesalahan, karena sering kali remaja
seorang remaja enggan untuk meminta bantuan akan membalas melawan dengan berbagai
orang tua dalam mengatasi permasalahan yang alasan kepada orang tua.
dihadapinya. Bahkan ketika remaja tersebut Yang menjadi latar belakang remaja
mendapatkan hambatan dari orang tua, mereka hingga berani melawan terhadap orang tuanya
mencoba mencari jawabannya di lingkungan sendiri tentu diawali dari sejak kecil orang tua
luar rumah/lingkungan sosial, walaupun menerapkan ketegasan pada remaja. Semenjak
dengan cara-cara yang salah, sehingga remaja kecil saat remaja menerima pengasuhan
terjerumus kenakalan remaja. dari orang tua, remaja menangkap berbagai

In Search – Informatic, Science, Entrepreneur, Applied Art, Research, Humanism 14


In Search p-ISSN: 2085-7993
e-ISSN: 2580-3239
Volume 18 No. 01, April 2019
informasi tentang perlakuan orang tua terhadap remaja tidak mendapat teguran. Orang tua
dirinya, juga tanggapan orang tua ketika ia berpendapat bahwa remaja sudah terlalu besar
berbuat kesalahan. Informasi yang terus jika masih harus diatur-atur, orang tua ini
menerus menjadi suatu pola pengasuhan, yang mengaku percaya kepada remajanya dapat
akan ditangkap, diinterpretasikan, dan dihayati memutuskan segalanya sendiri, remaja sudah
sehingga remaja mempersepsikan pola asuh tidak memerlukan lagi pengawasan yang terlalu
orang tuanya. Dan dari hal tersebut timbulah ketat dari orang tua. Maka kenakalan yang
respon perilaku yang merupakan dampak dari dilakukan merupakan kompensasi dari masalah
persepsi pola asuh orang tua. Jadi, remaja- psikologis dan konflik batin dalam menanggapi
remaja yang melawan pada orang tuanya di RW stimuli eksternal/sosial dan pola-pola hidup
06 Kelurahan Samoja ialah dampak dari orang keluarga yang patologis (Kartono, 2003).
tua yang tidak tegas sejak awal jika remaja Artinya meski usia mereka sudah
melakukan kesalahan. bukan lagi remaja awal, namun pengawasan
Selain itu, ada pula remaja yang merasa dari orang tua masih sangat diperlukan.
ayahnya memperlakukannya dengan aturan Pengawasan yang diberikan orang tua pada
yang tegas, selalu marah jika membuat masa remaja memang tidak dapat disamakan
kesalahan, bahkan ayah menamparnya, dengan pengawasan yang diberikan orang tua
sedangkan ibunya selalu menutupi kesalahan pada remaja-remaja awal. Namun dasar dari
remaja di depan ayahnya. Remaja ini menjadi nilai yang ditanamkan oleh orang tua kepada
salah satu remaja yang ditindas oleh teman- remaja sejak kecil menjadi kontrol yang paling
temannya di sekolah. Dan pada akhirnya kuat terhadap perilaku remaja.
membuat ia sering berbohong pada orang tua Namun demikian, di RW 06 masih ada
karena takut dimarahi, membolos sekolah dan remaja yang tidak melakukan kenakalan.
sangat melawan terhadap ibunya. Pola asuh ini Selulus SMA mereka memutuskan untuk
menunjukan tidak berjalannya komunikasi langsung bekerja dengan alasan agar tidak
antara orang tua dan remaja. Ayah cenderung membebani orang tua, mendalami ilmu agama
tidak memahami perasaan remaja sehingga dari sambil bekerja. Berdasarkan hasil wawancara,
tidak adanya komunikasi menyebakan mereka tidak pernah merasa dipaksa oleh orang
kurangnya juga kasih sayang dan kehangatan tuanya untuk melakukan sesuatu, namun orang
orang tua terhadap remaja. Hal tersebut dapat tua selalu melibatkan mereka untuk berdiskusi
menimbulkan konflik batin pada remaja yang mengenai segala aturan yang ada di rumah,
pada akhirnya mendorong remaja pada perilaku mereka ikut diberi tanggung jawab akan
kenakalan. kelangsungan hidup keluarga meski mereka
Selanjutnya, pengasuhan orang tua masih remaja. Mengenai kontrol perilaku,
yang cenderung membiarkan remajanya orang tua memberikan batasan tentang periaku
membuat remaja dapat melakukan hal tanpa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan
batasan, remaja cenderung dibiarkan dan untuk dilakukan. Sehingga hal tersebut
diabaikan sampai pada akhirnya remaja dapat membuat remaja ini cenderung berperilaku
melakukan tindakan kriminal seperti wajar dan terhindar dari kenakalan remaja.
pengeroyokan bahkan sampai pencurian. Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik
Menurut para remaja ini, orang tua jarang untuk melakukan penelitian dengan judul
memberikan pengawasan dan batasan, “Persepsi Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja
cenderung membiarkan dan kurang Yang melakukan Kenakalan Remaja di RW 06
berkomunikasi karena kesibukan. Ketika Kelurahan Samoja Kecamatan Batununggal
mereka pulang hingga larut malam orang tua Kota Bandung.”
tidak mempertanyakan, bahkan yang sering
terjadi orang tua pun sedang tidak ada di rumah, 2. Konsep Teori
sehingga remaja menganggap bahwa 2.1 Remaja
perilakunya bukan merupakan perilaku yang Hurlock (1999 : 206) remaja adalah
salah. Remaja ini merasa bahwa orang tua tidak masa peralihan dari anak – anak menuju
pernah mempermasalahkan apapun yang ia Hurlock, dalam Elizabeth B).dewasa yang
lakukan, orang tua cenderung mengabaikan, mencakup kematangan mental, emosional,
dan hanya menasehati saja. Salah satu remaja sosial dan fisik (
merokok di dalam rumah di depan ibunya,

In Search – Informatic, Science, Entrepreneur, Applied Art, Research, Humanism 15


In Search p-ISSN: 2085-7993
e-ISSN: 2580-3239
Volume 18 No. 01, April 2019
Masa remaja digolongkan menjadi 3 tahap pada diri individu dan kecenderungan untuk
yaitu : berpikir dalam suatu cara tertentu untuk
1. Masa pra remaja (12 -14 tahun) yaitu menafsirkan berbagai stimulus. Proses
periode sekitar kurang lebih 2 tahun pembentukan persepsi berhubungan dengan
sebelum terjadinya pemasakan seksual kecenderungan individu untuk
yang sesungguhnya tetapi sudah terjadi menggambarkan situasi secara menyeluruh,
perkembangan fisiologi dalam proses ini individu memberi arti terhadap
yang berhubungan dengan pemasakan stimulus yang diterima.Dalam kehidupan ini
beberapa kelenjar endokrin dapat saja terjadi sesuatu yang sama dilihat
2. Masa remaja awal (14 -17 tahun) yaitu secara berbeda, sehingga responnya akan
periode dalam rentang perkembangan bermacam-macam. Hal ini terjadi karena tiap
dimana terjadi kematangan alat – alat orang berbeda-beda latar belakang
seksual dan tercapai kemampuan pengalamannya (Stephen Robion, 2006:171).
reproduksi.
3. Masa remaja akhir (17-21 tahun) berarti 2.3 Pola Asuh
tumbuh menjadi dewasa yang mencakup Menurut Baumrind (dalam Bee &
kematangan mental, emosional, sosial Boyd, 2004:202) pengasuhan pada prinsipnya
dan fisik. merupakan parental control, yaitu pengawasan,
penetapan aturan dan batasan serta arahan yang
2.2 Persepsi diberikan orang tua kepada anaknya.
Asrori (2009:214) pengertian persepsi Menurut Baumrind (Bee & Boyd, 2004:202),
adalah proses individu dalam terdapat empat tipe pola asuh orang tua:
menginterprestasikan, mengorganisasikan dan  Authoritative
memberi makna terhadap stimulus yang berasal Pola asuh Authoritative menetapkan
dari lingkungan di mana individu itu berada standar perilaku atau aturan terhadap anak
yang merupakan hasil dari proses belajar dan namun tetap responsif terhadap kebutuhan
pengalaman. anak. Orang tua menggunakan pendekatan
Robbin (2006:121) memberikan secara rasional dan demokratis. Terjalin
definisi persepsi adalah proses yang digunakan keakraban antara orang tua dan anak serta
individu mengelola dan menafsirkan kesan peran orang tua yang mampu menghargai
indera mereka untuk memberikan makna pada dan mengarahkan aktivitas anak. Orang tua
lingkungannya. Selanjutnya lagi menurut dapat menghargai dan mendengarkan
Robbin bahwa persepsi bagitu penting dalam pendapat anak. Peraturan yang diberikan
studi perilaku organisasi, karena perilaku kerja adalah peraturan yang disertai dengan
yang ditampilkan individu pada umumnya penalaran dan alasan. Anak yang
didasarkan pada persepsi mereka tentang apa dibesarkan dengan pola asuh ini akan lebih
yang mereka lihat atau mereka rasakan kompeten dalam bersosialisasi, adaptif,
terhadap lingkungan kerjanya. terampil bergaul, dan percaya diri.
 Authoritarian
Proses Persepsi Pola asuh Authoritarian menetapkan
Setiap individu akan mendapatkan rangsang standar perilaku pada anak akan tetapi
dari berbagai stimulus. Rangsang tersebut akan kurang responsif terhadap hak dan
diterima oleh panca indera terutama mata, keinginan anak. Orang tua memiliki
tetapi reaksi individu akan tergantung pada kendali yang tinggi dalam membentuk,
proses seleksinya dan pada akhirnya akan mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku
timbul penilaian atau pengertian terhadap anak. Kurang adanya kedekatan dan
rangsangan tersebut. Persepsi terjadi komunikasi antara anak dengan orang tua.
berdasarkan adanya perhatian (attention) Pola asuh ini menekankan pada kebutuhan
terhadap objek yang dibutuhkan, sehingga orang tua yaitu ketika pendapat orang tua
hanya sebagian saja yang mendapatkan lebih di utamakan dan hukuman menjadi
perhatian. Stimulus yang sama dapat cara untuk membentuk kepatuhan terhadap
ditafsirkan secara berbeda oleh beberapa anak. Anak yang dibesarkan dalam pola
individu. Penafsiran tergantung pada asuh ini biasanya memiliki mood yang
pengalaman masa lalu dan sistem nilai yang ada kurang stabil, pasif, penuh konflik dalam

In Search – Informatic, Science, Entrepreneur, Applied Art, Research, Humanism 16


In Search p-ISSN: 2085-7993
e-ISSN: 2580-3239
Volume 18 No. 01, April 2019
sosialisasi, dan jika frustrasi ia akan bentuk tindak kriminal baik itu dilakukan oleh
cenderung memusuhi sesama. orang dewasa maupun anak-anak : lari dari
 Permissive rumah, membolos sekolah, minum-minuman
Pola asuh Permissive menetapkan suatu keras, menentang orangtua, sulit mengontrol
standar dimana orang tua hanya emosi dan lain-lain.
menerapkan sedikit aturan dan jarang
menggunakan kekerasan ataupun kuasa.
Orang tua bersikap responsif terhadap
kebutuhan dan keinginan anak tanpa 2.5 Kerangka Pikir
adanya tuntuan ataupun kontol terhadap Lingkungan keluarga merupakan
anak. Penerapan kedisiplinan hanya sedikit lingkungan yang paling dasar bagi setiap
dan ada sikap tidak konsisten dalam individu, mulai individu tersebut lahir sampai
penerapannya. Kebebasan yang diberikan datang masa meninggalkan rumah untuk
lebih banyak bahkan menyebabkan anak membentuk kelompok sendiri. Di dalam
dapat berbuat semaunya. Anak yang keluargalah remaja mulai belajar dan meniru
dibesarkan dalam pola asuh ini cenderung perilaku, dalam arti interaksi pertama dengan
kurang dewasa, akan mengalami kesulitan lingkungan. Melalui interaksi dengan orang
ketika menghadapi tugas-tugas, dan kurang tualah seorang anak mendapatkan norma-
patuh terhadap aturan. norma, aturan-aturan, termasuk merasakan
 Neglected adanya penguatan, yang lebih dikebal dengan
Pola asuh Neglected biasanya memiliki pola pengasuhan. Pola asuh orang tua
interaksi waktu yang sedikit dengan anak- memberikan peran penting bagi setiap individu,
anaknya. Pola asuh ini orang tua lebih dimana remaja pertama kali mengenal aturan,
mementingkan kepentingan sendiri tuntutan kedewasaan, kehangatan dan
misalnya terlalu sibuk, tidak peduli bahkan komunikasi ialah di lingkungan keluarga atau
tidak tahu anaknya dimana atau sedang melalui orang tua. Anak akan berperilaku
dengan siapa, dan lain sebagainya. sesuai dengan pola pengasuhan yang
dipersepsikannya di lingkungan keluarga.
2.4 Kenakalan Remaja Persepsi itu sendiri menurut Asrori
Santrock (2004) mendefinisikan (2009:214) adalah proses individu dalam
kenakalan remaja (juvenile delinquency) menginterprestasikan, mengorganisasikan dan
sebagai rentang perilaku yang luas, mulai dari memberi makna terhadap stimulus yang berasal
perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial dari lingkungan di mana individu itu berada
(seperti bertindak berlebihan disekolah), yang merupakan hasil dari proses belajar dan
pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah) pengalaman. Remaja mempersepsikan pola
hingga tindakan-tindakan kriminal (seperti asuh orang tua akan berbeda-beda tergantung
mencuri). Kenakalan remaja (juvenile dari apa yang menjadi perhatiannya. Demikian
delinquency) adalah perilaku yang merugikan halnya pada remaja di RW 06 Kelurahan
diri sendiri bahkan oranglain antara lain dengan Samoja. Bagaimana remaja ini mendapatkan
melawan hukum (kriminal) maupun yang tidak pengasuhan dari orang tua menjadi informasi
kriminal (melanggar norma). yang terkumpul yang akan dipersepsikan
terhadap pola asuh orang tua tersebut, hal ini
Status Offenses dan Index Offenses yang disebut dengan persepsi pola asuh orang
Santrock (2006) membuat perbedaan tua.
kenakalan remaja (juvenile delinquency) Beberapa remaja mengatakan bahwa
menjadi index offenses dan status offenses. orang tua mereka hanya membebaskan dan
Index offenses (indeks pelanggaran) adalah jarang memperhatikan. Ini mencerminkan
suatu bentuk tindakan yang telah berada pada bahwa remaja mempersepsikan bahwa orang
taraf tindak kriminal baik itu dilakukan oleh tua tidak memenuhi fungsi afeksi, komunikasi,
orang dewasa maupun anak-anak : pencurian, kontrol dan tuntutan kedewasaan terhadap
perampokan, pemerkorsaan, pembunuhan dan mereka. Selain itu ada orang tua yang sangat
lain-lain. Sedangkan status offenses adalah menyayangi sehingga orang tua tidak pernah
tindakan-tindakan pelanggaran yang dilakukan marah, justru anak yang akan marah jika
anak-anak hingga remaja namun bukan suatu keinginannya tidak diikuti, maka afeksi

In Search – Informatic, Science, Entrepreneur, Applied Art, Research, Humanism 17


In Search p-ISSN: 2085-7993
e-ISSN: 2580-3239
Volume 18 No. 01, April 2019
terpenuhi namun komunikasi, kontrol dan Bandung, beberapa kasus kenakalan remaja
tuntutan kedewasaan tidak terpenuhi. Ada pula akhirnya terjadi.
ayah yang sangat keras sehingga memicu anak Santrock (2006) membuat perbedaan
untuk berbohong karena takut dimarahi, yang kenakalan remaja (juvenile delinquency)
berfungsi pada pola pengasuhan ini hanya menjadi 2, yaitu:index offenses dan status
kontrol dan tuntutan kedewasaan. Disamping offenses. Index offenses (indeks pelanggaran)
itu juga terdapat remaja yang megatakan bahwa adalah suatu bentuk tindakan yang telah berada
orang tua mereka memang tidak pernah pada taraf tindak kriminal baik itu dilakukan
memaksa mereka untuk melakukan hal apapun, oleh orang dewasa maupun anak-anak.
tetapi orang tua memberi pengertian dan Tindakan index offenses meliputi pencurian,
menuntut tanggung jawab anak terhadap segala perampokan, pemerkorsaan, pembunuhan, dan
hal, orang tua juga sangat peduli terhadap lain-lain. Sedangkan status offenses adalah
kebutuhan mereka. tindakan-tindakan pelanggaran yang dilakukan
Beragam dari pola asuh yang anak-anak hingga remaja namun bukan suatu
dipersepsikan. Merujuk pada tipe-tope pola bentuk tindak kriminal baik itu dilakukan oleh
asuh menurut Diana Baumrind (dalam Bee orang dewasa maupun anak-anak. Tindakan
and Boyd, 2004:202) pola asuh yang status offenses antara lain lari dari rumah,
dipersepsikan tersebut dibagi menjadi 4 jenis, membolos sekolah, minum-minuman keras,
yaitu: Authoritative, Authoritarian, Permissive menentang orangtua, sulit mengontrol emosi,
dan Neglected. Pola asuh Authoritative dan lain-lain. Bentuk-bentuk kenakalan remaja
menetapkan standar perilaku atau aturan yang terjadi di RW 06 Kelurahan Samoja, telah
terhadap anak namun tetap responsif terhadap meliputi kenakalan indeks offenses dan status
kebutuhan anak. Pada pola asuh ini, semua offenses, meliputi berbohong, membolos
aspek pola asuh orang tua tinggi, baik dari sekolah, merokok, minum-minuman keras,
kontrol, tuntutan, kehangatan, ataupun mengkonsumsi obat terlarang, berjudi, seks
komunikasi orang tua dengan anak, pola asuh bebas sampai hamil di luar pernikahan,
ini akan membentuk anak menjadi pribadi yang mencuri, bahkan sampai aborsi.
lebih bertanggung jawab. Pola asuh yang dipersepsi oleh remaja
Pola asuh Authoritarian yaitu orang tua RW 06 Kelurahan Samoja akan berhubungan
menetapkan standar perilaku pada anak akan dengan bagaimana tingkatan kenakalan remaja
tetapi kurang responsif terhadap hak dan yang dilakukan. Remaja dengan persepsi pola
keinginan anak. Pada pola asuh ini, aspek asuh orang tua Authoritative akan menampilkan
kontrol dan tuntan akan kedewasaan tinggi, sikap dan perilaku yang lebih bertanggung
sedangkan kehangatan dan komunikasi rendah, jawab dan sesuai aturan, jarang diantara mereka
yang terjadi, anak hanya akan merasa tertekan yang melakukan perilaku kenakalan remaja
dengan aturan yang ada. Sedangkan pola asuh atau dapat dikatakan bahwa tingkat kenakalan
permissive menetapkan suatu standar dimana remaja yang rendah. Hal ini dikarenakan
orang tua hanya menerapkan sedikit aturan dan seimbangnya atau terpenuhi control, maturity
jarang menggunakan kekerasan ataupun kuasa. demands, communication, dan nurturance,
Pada pola asuh ini aspek kehangatan dan sehingga anak memiliki batasan dan
komunikasi tinggi, sementara kotrol dan kedewasaan dalam tindakannya namun juga
tuntutan rendah, anak dengan pola ini akan tidak kurang dalam kasih sayang dan
cenderung melawan. Dan pola asuh neglected, komunikasinya dengan orang tua.
yaitu orang tua memiliki interaksi waktu yang Sedangkan pola asuh yang terlalu keras
sedikit dengan anak-anaknya. Pola asuh ini dalam kontrol dan kuasa yaitu Authoritarian
orang tua lebih mementingkan kepentingan membuat anak tidak dapat mengembangkan
sendiri misalnya terlalu sibuk, tidak peduli rasa tanggung jawabnya, dan menghambat
bahkan tidak tahu anaknya dimana atau sedang keterampilan di lingkungan sosialnya. Anak
dengan siapa, dan lain sebagainya, sehingga membatasi perilakunya hanya didasari oleh rasa
seluruh aspek pola asuh cenderung rendah. takut dihukum atau dimarahi, maka yang
Kondisi ini akan semakin buruk ketika remaja terjadi adalah anak akan menghindari hukuman
tidak berhasil menyelesaikan tugas tersebut dengan berbohong. Rasa tanggung
perkembangannya. Seperti yang terjadi di jawab tidak muncul karena tidak ada pengertian
lingkungan RW 06 Kelurahan Samoja melalui komunikasi dan afeksi atas aturan dan

In Search – Informatic, Science, Entrepreneur, Applied Art, Research, Humanism 18


In Search p-ISSN: 2085-7993
e-ISSN: 2580-3239
Volume 18 No. 01, April 2019
tuntutan yang diterapkan secara tegas oleh Peranan orang tua sangatlah penting
orang tua. Hal ini akan memicu frekuensi dalam pembentukan dan perkembangan
kenakalan remaja yang tinggi. kepribadian anak. Tugas dan peran orang tua
Sementara Persepsi pola asuh tersebut adalah berupaya mendidik dan
Permissive akan menghasilkan tingkat membimbing anak agar tumbuh dan
kenakalan remaja yang tinggi, hal ini didasari berkembang dengan baik melalui pola asuh.
minimnya kontrol orang tua sementara remaja Baumrind (2004) mengatakan bahwa pola
terpengaruh oleh faktor lingkungan dan teman asuh yang normal dari orang tua berkisar
sebaya dalam melakukan kenakalan. Anak seputar kontrol, meskipun orang tua mungkin
menganggap bahwa ia dapat melakukan apapun berbeda-beda dalam cara mereka mengontrol
yang disukainya, dan jika mereka membuat anak-anaknya, tetapi peranan utama semua
kesalahan tidak ada teguran ataupun nasihat orang tua adalah mempengaruhi, mengajar, dan
sehingga anak tidak mengetahui bahwa mengontrol anak-anaknya. Terdapat 4 (empat)
perilakunya tersebut adalah perbuatan yang tipe pola asuh orang tua yaitu authoritarian,
salah. Pola pengasuhan ini memenuhi aspek authoritative, indulgent dan neglectful yang
nurturance pada remaja, sehingga perhatian dipersepsi oleh anak. Persepsi itu sendiri
dan kasih sayang remaja terpenuhi, namun menurut Udai Pareek merupakan proses
kelektan afeksi ini membatasi orang tua dalam menerima, menyeleksi, mengorganisasikan,
memberikan tuntutan pada anak, sehingga anak mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi
akan bersikap kurang bertanggung jawab dan pada rangsangan panca indera atau data.
tidak dapat mengambil keputusan yang tepat Bagaimana remaja mempersepsikan tipe pola
atas tingkah lakunya. Alasan orang tua tidak asuh orang tuanya akan berhubungan dengan
memberikan tuntutan pada remaja, karena bentuk kenakalan remaja yang dilakukan.
orang tua menilai bahwa remaja masih seperti Remaja yang mempersepsikan tipe pola asuh
anak kecil sehingga orang tua tidak tega untuk berbeda menghasilkan perilaku kenakalan yang
menuntut suatu hal pada anak. berbeda pula
Selain itu, remaja dengan persepsi pola Berdasarkan hasil pengolahan data,
asuh orang tua Neglected cenderung melakukan kenakalan remaja apabila diurutkan
tingkat kenakalan remaja yang tinggi, hal ini berdasarkan persepsi pola asuh dengan
dikarenakan anak tidak pernah berpikir tentang frekuensi terbesar, yang pertama adalah tipe
dampak negatif yang ditimbulkan, bahkan anak pola asuh permissive. Artinya, sebagian besar
merasa ketika ia membuat kesalahan ia akan remaja di RW 06 Kelurahan Samoja Kota
lebih diperhatikan oleh orang tuanya, karena Bandung mempersepsikan pola asuh
pola asuh ini ialah pola asuh yang tidak permissive yaitu 18 orang atau 52,94% dengan
terpenuhinya aspek-aspek pola asuh orang tua, bentuk kenakalan remaja status offenses dan
yaitu control, maturity demands, terdapat 11 orang atau 35,48% remaja yang
communication, dan nurturance. Waktu mempersepsikan pola asuh permissive dengan
intensif orang tua dengan anak pun cenderung dengan bentuk kenakalan remaja indeks
sedikit, sehingga komunikasi jarang dilakukan. offenses. Tidak adanya kontrol membuat anak
Ia juga akan mendapat kesenangan ketika lebih agressif, tidak mandiri, tidak dewasa dan
berkumpul dengan teman sebayanya sambil kurang bertanggung jawab. Rasa peduli
merokok atau mabuk-mabukan. Menurut terhadap sesama tidak berkembang. Anak
remaja, orang tua cenderung tidak peduli selalu ingin menjadi prioritas dan dilayani,
terhadap mereka, orang tua tidak pernah karena ia biasa dimanjakan oleh orang tua.
menanyakan apa yang terjadi pada remaja, Seperti halnya yang terjadi pada subjek
maka pada akhirnya mereka menilai masa bodo penelitian, kasih sayang dari orang tua tanpa
jika membuat masalah karena orang tua juga adanya aturan yang konsisten membuat remaja
tidak akan peduli. Sementara menurut orang tua cenderung melakukan kenakalan.
masa remaja bukan lagi masa anak-anak, Remaja permissive terdorong untuk
remaja dinilai sudah harus dapat menentukan melakukan pelanggaran aturan karena ia tidak
jalan mereka sendiri. memiliki pengalaman atau pengetahuan tentang
konsekuensi dari perilakunya. Kemampuan
3. Hasil dan Pembahasan untuk bertanggung jawab tidak berkembang,
karena tidak diberi kesempatan, setiap

In Search – Informatic, Science, Entrepreneur, Applied Art, Research, Humanism 19


In Search p-ISSN: 2085-7993
e-ISSN: 2580-3239
Volume 18 No. 01, April 2019
kesalahan akan ditutupi oleh orang tua dengan tertekan dan tidak dapat menumbuhkan
permintaan maaf, bahkan remaja akan dibela kemampuan dirinya dalam menghadapi
meski terbukti ia bersalah, dan hal tersebut masalah, hal ini dapat menghambat
memicu remaja untuk mengulangi keterampilan emosi dan sosial pada anak serta
kesalahannya dan sampai kepada bentuk memicu anak untuk melakukan kenakalan di
kenakalan indeks offenses. Kenakalan yang masa remaja. Dalam serangkaian studi besar
biasa dilakukan oleh remaja permissive siswa sekolah menengah, termasuk studi
diantaranya bolos sekolah, merokok, mabuk- longitudinal terhadap lebih dari 6000 remaja,
mabukan, bahkan sampai seks bebas, hamil di perkembangannya menemukan bahwa remaja
luar pernikahan juga banyak ditemukan dan dari keluarga authoritarian memiliki nilai yang
untuk menutupi kesalahan sebagian dari lebih rendah di sekolah dan konsep diri yang
mereka melakukan aborsi. lebih negatif daripada remaja dari keluarga
Urutan kedua yaitu remaja yang authoritative. (Steinberg, Lamborn,
mempersepsikan pola asuh authoritarian, yaitu Dornbusch & Darling, 1992).
terdapat 10 orang atau 29.41% remaja yang Selanjutnya remaja yang
mempersepsikan pola asuh authoritarian mempersepsikan pola asuh neglected, yaitu
dengan bentuk kenakalan remaja status offenses terdapat 4 orang atau 11,76% remaja yang
dan terdapat 3 orang atau 9,68% remaja yang mempersepsikan pola asuh neglected dengan
mempersepsikan pola asuh authoritarian bentuk kenakalan remaja status offenses dan
dengan dengan bentuk kenakalan remaja indeks terdapat 17 orang atau 54,84% remaja yang
offenses. Orang tua menciptakan lingkungan mempersepsikan pola asuh neglected dengan
yang terstruktur dan tertata rapi dengan aturan- dengan bentuk kenakalan remaja indeks
aturan yang jelas, mereka menerapkan disiplin offenses. Dengan kata lain remaja yang
yang ketat dan menuntut kepatuhan segera serta meempersepsikan pola asuh neglectful merasa
kurang menggunakan metode persuasi, mereka tidak diperdulikan oleh orang tua, bahkan
tidak menunjukkan kehangatan, kasih sayang, dalam kasus ekstrim orang tua mengabaikan
pujian maupun imbalan atau penghargaan, atau bahkan menolak kehadiran anaknya.
akibatnya orang tua dengan pola asuh seperti ini Remaja dengan pola asuh seperti ini tidak
cenderung menciptakan model perilaku agresi pernah tahu atau mendapatkan pelajaran akan
dalam cara memecahkan konflik dan aturan apalagi merasakan kehangatan, remaja
menciptakan model interaksi sosial yang terbiasa untuk menghadapi semua persoalan
kurang ramah. Artinya hasil prosentasi ini dari sudut pandangnya sendiri, termasuk ketika
menunjukan ternyata lebih banyak subjek yang berada dalam situasi yang mengancam maka
termasuk pada tingkat kenakalan remaja status salah satu cara untuk memperahankan diri
dibandingkan kenakalan indeks offenses. dengan cara bergabung dengan teman atau
Remaja yang mempersepsikan tipe kelompok sebaya tanpa mempertimbangkan
pola asuh Authoritarian membuat remaja apakan kelompok tersebut mempunyai kegiatan
sangat takut untuk melakukan kenakalan karena yang positif atau sebaliknya.
remaja sendiri telah mengetahui bagaimana Salah satu karakteristik keluarga di RW 06
konsekuensi yang akan diperoleh dari orang Kelurahan Samoja Kota Bandung yang
tuanya, termasuk yang berkaitan dengan aspek menerapkan pola asuh neglectful yterjadi
kontrol dan tuntutan kedewasaan yang tinggi, karena ketidakmampuan ibu secara psikologis
sehingga dapat remaja tersebut dapat menumbuhkan kelekatan dengan anak. Ibu
menghindar dari bentuk kenakalan bentuk mungkin tertekan atau terbebani oleh masalah
indeks. Namun, kurangnya bentuk kehangatan lain di hidupnya dan mungkin kesibukan telah
dan komunikasi antara orang tua dan anak membuat hubungan emosional yang mendalam
membuat anak kurang dapat mengembangkan dengan anak tidak terbentuk. Bagaimanapun
rasa percaya dirinya, tidak merasa dihargai dan anak-anak ini terus menunjukkan gangguan
menghambat anak untuk memiliki kemampuan dalam hubungan sosial mereka selama
melindungi diri, sehingga ada kemungkinan bertahun-tahun. Untuk remaja misalnya, anak-
remaja ini menjadi korban bullying di sekolah anak yang diabaikan oleh keluarga menunjukan
atau akan terbiasa berbohong untuk menutupi perilaku antisosial, lebih impulsif dan kurang
kesalahannya. Artinya terlalu dominan bentuk kompeten dengan teman mereka, juga orientasi
kontrol dan tuntutan membuat anak merasa terhadap prestasi sangat kecil. (Block, 1971;

In Search – Informatic, Science, Entrepreneur, Applied Art, Research, Humanism 20


In Search p-ISSN: 2085-7993
e-ISSN: 2580-3239
Volume 18 No. 01, April 2019
Lambore et al, 1901, Pulkkineri, 1982). Helen, (2000). Peranan psikologi
Maka, dengan hasil ini dapat ditentukan bahwa. dalam menanggulangi masalah
Remaja dengan tipe pola asuh neglected juvenile
menunjukan hasil perilaku kenakalan remaja delinquency di Indonesia. Jurnal
indeks offenses dibandingkan dengan remaja ilmiah psikologi arkhe. Vol 5, 9,
dengan persepsi tipe pola asuh 79-
authoritative,authoritarian atau permissive. 84.
Yang terakhir adalah remaja yang Hurlock, E. B. (1996). Psikologi
mempersepsika pola asuh authoritative. Dari Perkembangan: Suatu Pendekatan
hasil perhitungan data diperoleh hanya 2 orang Sepanjang Rentang Kehidupan.
atau 5,88 remaja yang mempersepsikan pola Jakarta : Erlangga
asuh authoritative dengan bentuk kenakalan Hurlock, Elizabeth B. Alih bahasa Isti
remaja status offenses. Remaja dengan pola Widayanti dan Sudjarwo. (1999).
asuh authoritative, diberikan batasan yang Psikologi Perkembangan. Jakarta :
jelas, kedisiplinan tegas dengan alasan, adanya Erlangga.
komunikasi dan tentunya kasih sayang atau
kehangatan, maka mereka menunjukan hasil Kartono, K. (2003). Kenakalan Remaja
yang positif dengan perilaku kenakalan remaja. (Patologi sosial 2). Cetakan
Namun demikian, pada remaja di RW 06 Ketiga.
Kelurahan Samoja Kota Bandung yang Bandung: PT Raja Grapindo
mempersepsikan pola asuh authoritative Persada.
ditemukan ada yang melakukan kenakalan.
Kondisi ini terjadi karena ada beberapa factor Nurhayati Nunung, Konadi Win, dan
yang todak diteliti selain persepsi pola asuh Helliana, Statistik Penelitian
yang mempengaruhi kenakalan remaja. dengan
SPSS, (Bandung: Laboratorium
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
4. Simpulan Bisnis
Berdasarkan hasil pengolahan data dan Universitas Islam Bandung, 2013)
pembahasan dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar remaja RW 06 Prof Dr. Sugiyono (2012) Statistika
Kelurahan Samoja Kecamatan Untuk Penelitian, Bandung:
Batununggal Kota Bandung yang Alfabeta
melakukan kenakalan baik itu status
offenses ataupun indeks offenses Rita L. Atkinson et all (2010)
memperersepsikan pola asuh orang Pengantar Psikologi, Tanggerang:
tuanya permissive Interaksa

5. Referensi Santrock, J.W. (1996). Adolescence.


Bee & Boyd (2006). Life-Span 6th Edition. Dubuque, Lowa : Wm.
Developtment, 4 Edition. Boston, C.
Pearson. Brown Publishers
Collins, W. A., & Sprinthall, N. A.
(1995). Adolescent psychology a Santrock, J. W (2004). Life – Span
developmental view. New York: Development Jilid 1, Edisi
McGraw Hill. Rita L. Atkinson et Ketigabelas
all (terjemahan). Jakarta: Erlangga
(2010) Pengantar Psikologi,
Tanggerang: Interaksa Sidney Siegel (1992) Statistik
Gunarsa, Singgih. (2009). Dari anak Nonparametrik, Jakarta: PT
sampai usia lanjut bunga rampai Gramedia
psikologi perkembangan. Jakarta: Pustaka Utama
PT. BPK Gunung Mulia.

In Search – Informatic, Science, Entrepreneur, Applied Art, Research, Humanism 21


In Search p-ISSN: 2085-7993
e-ISSN: 2580-3239
Volume 18 No. 01, April 2019
Soetjiningsih. (2004). Tumbuh
Kembang Remaja dan
Permasalahannya.
Jakarta : CV Sagung Seto.
Sofyan S. Willis. (2005). Remaja dan
Masalahnya Mengupas Berbagai
bentuk Kenakalan Remaja seperti
Narkoba, Freesex dan
Pemecahannya. Bandung : CV
Alfabeta.

W. Gulo, metodologi penelitian,


(Jakarta:Grasindo,2000)

Yusuf Syamsu. (2004). Psikologi


Anak dan Remaja. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.

In Search – Informatic, Science, Entrepreneur, Applied Art, Research, Humanism 22

Anda mungkin juga menyukai