Anda di halaman 1dari 3

Manajemen AntarBudaya

Intro :  pada era globalisasi saat ini banyak terdapat pada perusahaan atau organisasi
internasional. Dalam budaya perusahaan (Corporate culture) tidak dipungkiri bahwa ada banyak
elemen-elemen dan juga berbagai macam suku, adat istiadat agama dan watak. Hal ini tentunya
dalam pengelolaannya perusahaan akan membutuhkan sistem untuk mengatur supaya
profesionalitas teteap terjaga dalam perusahaan.
Manajemen perusahaan bertindak sebagai suatu sarana untuk mentranfer arti-arti atau nilai nilai
yang secara kultural terdapat di lingkungan eksternal untuk diaposi kedalam organisasi.
Tugas dari seorang manajer sangat lah beragam. Tujuan utamanya adalah untuk memotivasi
karyawannya untuk bekerja dengan secara kooperatif dan produktif untuk mencapai tujuan
tertentu. Bagi seorang manajer internasional hal kompleks yang terjadi pada tugas ini dipersulit
oleh pengaruh budaya. Seperti yang di tuliskan oleh trompenaars dan hampden-Turner, “bahkan
dengan perusaaahn international yang berpengalaman, banyak aplikasi universal dari teori
manajemen menghasilkan masalah”. Hal ini karena budaya memiliki pandangan berbeda
mengenai teknik manajemen yang baik dan buruk.
Menurut early dan ang, “pemahaman mengenai perbedaan budaya ini akan meningkatkan
kemampuan kita untuk memenuhi berbagai tuntutan sebagai manajer international. Dua hal
perbedaan utama yang dinyatakan oleh Early dan Ang berhubungan dengan :
(1) Kepemimpinan majerial, dan (2) bagaimana manajer menghadapi proses pengambilan
keputusan dalam organisasi.

gaya kepemimpinan di beberapa negara yg ada di buku :


1. Amerika serikat : manajer di amerika serikat memilki gaya yang menekan “doing”
(tindakan) dibandingkan “being” (ada), bersifat individualisme dibandingkan kolektivitas,
dan jarak kekuasaan yang dekat di bandingan jarak kekuasaan yang jauh.
Sebagai tambahan, penelitian pada manajer di amerika serikat membuktikan bahwa mereka
mengharagai prestasi dan inisiatif pribadi, tindakan serta akibat, dan berusaha mengurangi
perbededaan status. Bahkan, cara dimana manajer memotivasi staffnya yang
menggambrakan nilai-nilai budaya. Dalam budaya yang berorientasi tindakan, sperti
amerika serikat. Manajer kadang menginspirasi “karyawan dengan menjanjikan promosi,
kenaikan gaji, bonus, dan bentuk lain dari pengakuan publik.

Seperti yang kita lihat dalam bagaian ini, manjer dalam budaya lain menampilkan nilai
budaya yang sangat berbeda ketika mereka berusaha mengarahkan dan mengayur bawahan
mereka.

2. Jepang : budaya jepang secara tradisional beorientasi pada kelompok dan perhatian
terhadap seseorang dihindarai.
Dijepang itu Semua prestasi merupakan hasil dari usaha keseluruhan kelompok, dan
seharusnya tidak memilih seorang individu saja untuk di hargai.
Karakteristik dari gaya manajemen jepang 
1. Menjunjung tinggi nilai yang ditempatkan pada karyawan yang terintegrasi secara
harmonis dalam suatu organisasi yang di anggap keluarga besar.
2. Adanya ungkapan “setiap orang junior dan senior”, seperti yang kita ketahui jepang itu
memiliki budaya yang hirearkis. seperti yang dinyatakan oleh Trompernaars dan
Hampden – turner,
3. Rasa hormat terhadap atasan “di anggap sebagai ukuran komitmen anda terhadap suatu
organisasi dan misinya” .
Jadi, ketika seorang manajer menekankan prestasi kelompok, pada saat yang sama ia juga
sedang berusaha mendapatkan rasa hormat.

3. Korea dan China :


Di korea, atasan merupakan raja perusahaanya, karyawan harus memperlakukannya
dengan hormat. Hubungan kekuasaan juga merupakan penentu utama interaksi sosial di
cina baik luar maupun di dalam konteks bisnis. Dalam budaya yang dipengaruh ajara
confusius, senioritas merupakan sumber kekuasaan utama. Di cina serta banyak dalam
negara asia. senioritas berasal dari usia dan lama nya seseorang bekerja di organisasi
tersebut

4. Meksiko :
Eksekutif asal meksiko sangat menghargai otoritas, untuk menerima otoritas tertinggi dalam
diri orang tua dan kadang kala, orang yang lebih tua.
Budaya meksiko cenderung menerima jarak kekuasaan yang besar, yaitu secara umum.
Orang meksiko percaya bahwa setiap orang memiliki tempat dalam urutan ketidaksetaraan.
Atasan dan bawahan masing-masing memandang yang lainnya sebagai orang yang berbeda.
Bawahan percaya bahwa atasan mereka tidak mudah ditemui dan atasan memiliki hak
istimewa yang merupakan hak bawahan.

Gaya Pengambilan keputusan :


Ahli teori organisasi yang terkenal Herbert Simon menuliskan “pengambilan keputusan
merupakan peranan utama manajer”. Pengambilan keputusan dapat terjadi dalam konteks yang
berbeda seperti manajemen personalia. Untuk menjadi efektif, manajer bisnis internasional harus
menyadari siapa yang membuat keputusan dan bagaimana keputusan tersebut diambil.
Dalam sektor perusahaan, keputusan biasanya hasil dari proses top-down , disebarkan ke bawahan
melalui struktur yang berwenang. Keputusan dibuat oleh sekelompok eksekutif yang dianggap
memiliki tanggug jawab penuh dalam pengambilan keputusan atas perusahaan. Prosedur ini ialah
akibat dari warisan budaya amerika yang menekankan aliran egalitarianisme, kebebasan,
individualisme, perubahan yang sering terjadi, dan kemauan untuk menghadapi konflik.

Anda mungkin juga menyukai