Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Laporan keuangan merupakan informasi yang dapat memberikan penjelasan
perihal ekonomi sebagai pengambilan keputusan bagi pihak yang menggunakannya
(Janrosl & Yuliadi, 2019, p. 3). Menurut Oktafiana, Sari, et al. (2019, p.
246)Financial statements yaitu bentuk informasi yang sangat efektif bagi para pihak
yang bersangkutan. Menurut Sari et al. (2019, p. 171) laporan keuangan merupakan
penyajian sistematis dari prestasi suatu entitas. Laporan keuangan melaporakan
informasi kepada pengguna dari pihak internal maupun pihak eksternal perihal posisi
keuangan, prestasi, serta arus kas pada entitas. Aksi yang diperbuat oleh manajemen
pada laporan keuangan untuk menyembunyikan keadaan keuangan entitas yang
sebenarnya tersebut merupakan aksi penipuan laporan keuangan (Apriliana &
Agustina, 2017, p. 106). Hasil kinerja yang bagus akan meningkatkan penilaian pihak
pengguna dan tentunya akan memberikan keuntungan bagi entitas, hal ini
memungkinkan entitas untuk mengatur financial statements yang akan diserahkan
kepada pihak yang bersangkutan dan kemungkinan terbesar untuk terjadinya fraud
atau manipulasi (Christian et al., 2019a, p. 73).
Menurut Utomo (2018, p. 77) fraud adalah aksi terencana untuk mengecoh
dengan cara menutup-nutupi serta menghilangkan jejak aksi tersebut sehingga orang
yang melakukannya mendapatkan keuntungan. Menurut Wicaksana & Suryandari
(2019, p. 45) kecurangan atau disebut juga dengan fraud merupakan tindakan yang
disengaja yang dilakukan manajemen entitas bertujuan untuk mengakali serta
membuat pengguna laporan keuangan teresat. Menurut Association of Certified Fraud
Examiners (ACFE) (2020, p. 4) mengklasifikasikan hasil penelitiannya yakni kasus
penipuan terdapat 2.504 kasus dari 125 negara menyebabkan kerugian lebih dari $ 3,6
miliar setiap tahunnya. Survei ACFE Indonesia Chapter (2019, p. 9) menunjukan
kerugian terbesar yang dialami Indonesia yakni korupsi dengan persentase 69,9%,

1
posisi kedua 20,9% kerugian disebabkan oleh penyalahgunaan aset atau kekayaan
pemerintah, serta posisi ketiga 9,2% adalah manipulasi financial statements. Secara
keseluruhan kasus fraud di Indonesia sebanyak 239 dengan total kerugian
keseluruhan sebesar Rp 873.430.000.000.
Tabel 1. 1 Fraud yang paling merugikan di Indonesia
No Jenis Manipulasi Total Kasus %
1 Korupsi 167 69,9
2 Manipulasi laporan keuangan 22 9,2
3 Penyalahgunaan Aset negara 50 20,9
Sumber: ACFE Indonesia Chapter (2019, p. 15)
Berdasarkan survei ACFE Indonesia Chapter (2019, p. 35) data menunjukan
bahwa sektor keuangan pada sub sektor perbankan merupakan sektor yang
mengalami kerugian sebab adanya manipulasi perihal ini konsisten dengan survei
tahun 2018. Salah satu kasus fraud financial statement terjadi pada PT Asuransi
Jiwasraya Persero. Tanggal 08 Januari 2020 jurnalis CNN Indonesia menuliskan
sebuah artikel bahwa Badan Pemeriksaaan Keuangan (BPK) membuat pernyataan
resmi berikatan dengan rumor PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang telah melakukan
rekayasa akuntansi sejak tahun 2006 yakni semunya laba entitas tersebut. Direktur
Pengawasan Asuransi OJK mempublikasikan surat pengesahan cadangan premi 2016
sebesar Rp 10 triliun, Direktur Utama serta Direktur keuangan perseroan dicopot dari
jabatannya lalu menunjuk Asmawi Syam sebagai Direktur utama. Nasabah
mencurigai adanya kelalaian Direksi lama. Direksi baru mengungkapkan kepada
Kementrian BUMN bahwa terdapat ketidakwajaran laporan keuangan. Perihal
tersebut diselidiki dan mendapatkan bukti dari hasil audit Kantor. Perseroan merilis
tidak mampu melunasi permintaan polis yang telah jatuh tempo nasabah JS Saving
Plan sebesar Rp 802 miliar. Hexana Tri Sasongko menggantikan Asmawi Syam
sebagai Direktur utama yang di tunjuk oleh pemegang saham mempublikasikan
bahwa PT Asuransi Jiwasraya membutuhkan dana sebesar Rp 32,89 triliun untuk
menutupi beban utang perseroan. Pada tahun 2019 Kementrian BUMN melaporkan
adanya manipulasi financial statements yang dievalusi tidak transparansi (Sumber:

2
CCN Indonesia). Kasus Fraud yang baru terjadi pada saat ini adalah PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk. sejak tahun 2017 melakukan aksi fraud dengan tujuan
menaikkan harga saham perusahaan (sumber kontan.co.id)
Menurut Sari et al. (2019, p. 172) fraud financial statement merupakan perilaku
disengaja ataupun tidak disengaja yang akan menyesatkan laporan keuangan, perihal
tersebut akan merugikan pihak pengguna laporan keuangan, seperti pihak eksternal
yakni investor serta kreditor. Kasus fraud financial statement terjadi setiap tahunnya.
Untuk itu, dibutuhkan kontribusi dari berbagai pihak untuk membenahi serta
menuntaskan kecurangan laporan keuangan (Sari et al., 2019, p. 172). Kecurangan
laporan keuangan berpotensi melemahnya keberlangsungan ekonomi Indonesia.
Entitas mengalami dampak buruk atas tindakan tersebut dan jika ini terus terjadi akan
membuat entitas mengalami dampak buruk bagi negara.
Berdasarkan hasil penelitian ACFE Indonesia Chapter (2019, p. 32) sebagian
besar perlu 12 bulan untuk mendeteksi adanya manipulasi serta pihak yang sangat
dirugikan sebab adanya manipulasi adalah pemerintah, BUMN, entitas swasta,
organisasi nirlaba serta lainnya.
Tabel 1. 2 Kerugian akibat fraud berdasarkan jenis organisasi
Nilai Kerugian Lembaga Lembaga Pemerintah BUMN Entitas
lainnya Nirlaba swasta
< 10 juta 26,2% 13,0% 6,5% 12,7% 7,5%
10 juta – 50 juta 8,7% 17,4% 6,4% 7,9% 9,4%
50 juta – 100 juta 8,7% 8,7% 11,7% 11,1% 13,2%
100 juta – 500 juta 13,0% 8,7% 14,3% 17,5% 15,1%
500 juta – 1 mili 17,4% 17,4% 23,4% 15,9% 24,5%
1 Miliyar–5 Miliyar 8,7% 7,8% 9,5% 13,2%
5 Miliyar–10 Miliyar 13,0% 8,7% 9,1% 14,3% 3,8%
>10 Miliyar 13,0% 17,4% 20,8% 11,1% 13,3%
Sumber: ACFE Indonesia Chapter (2019, p. 35)
Fraud dapat dilakukan dengan 3 faktor disebut juga dengan Triangle Theory
yang ditemukan oleh Cressey (1953) yang terdiri dari tiga faktor yakni peluang
(Opportunity), desakan/paksaan (Pressure), serta rasionalisasi (Rationalization),
selanjutnya diamond theory dikembangkan oleh Wolfe & Hermanson (2004),

3
diamond theory merupakan kelanjutakan dari triangle theory dengan menambahkan
satu faktor yakni kemampuan (Capability), selanjutnya pentagon theory yang
ditemukan oleh Crowe (2011) teori ini menambahkan faktor arogansi (arogance)
yang merupakan penyempurnaan dari teori sebelumnya. Perihal tersebut disebabkan
karena teori sebelumnya tidak dapat dipakai dalam semua keadaan (Budiwitjaksono
& Haqq, 2019, p. 320)
Peneliti menggunakan Pentagon theory sebagai pendeteksi kecurangan laporan
keuangan. Terdapat 5 elemen yakni pressure (tekanan) diproksikan financial target
(sasaran keuangan). Desakkan yang diterima manajemen untuk mencapai target
keuangan yang ditentukan oleh entitas yakni berupa laba pada setiap periode
(Sasongko & Wijayantika, 2019, p. 69). Perihal tersebut menjadi desakan atau
tekanan bagi pihak manajemen sehingga kemungkinan besar untuk melakukan fraud.
Elemen kedua adalah opportunity (kesempatan) yang diproksikan ineffective
monitoring yang menerangkan bahwa sistem pengawasan yang lemah menjadi
kesempatan bagi seseorang untuk melakukan manipulasi (Budiwitjaksono & Haqq,
2019, p. 321). Lemahnya pengendalian mengakibatkan terjadinya fraud, sebab yang
berkuasa atau yang memiliki wewenang tinggi besar kemungkinan melupakan sistem
pengendalian yang ada. Perilaku tersebut jika diabaikan terus-menerus akan menjadi
contoh para pegawai lain, tidak adanya pengontrolan yang ketat akan memungkinkan
kasus fraud terjadi (ACFE Indonesia Chapter, 2019, p. 38). Elemen ketiga yakni
rationalization (rasionalisasi) dengan proksi pertukaran auditor (change in auditor).
Adanya sikap rasionalisasi atau sikap merasa benar membuat seseorang termotivasi
untuk berbuat curang karena menganggap hal tersebut sebagai perbuatan yang logis
atau rasional (Budiwitjaksono & Haqq, 2019, p. 321). Entitas melakukan pertukaran
auditor untuk menyembunyikan jejak manipulasi agar tidak ditemukan bukti-bukti
manipulasi (Oktafiana, Nisa, et al., 2019, p. 251). Oleh sebab itu, perbuatan fraud
dapat dirasionalisasikan oleh pihak manajemen. Elemen keempat adalah capability
(kapabilitas atau kompetensi). Kapabilitas diproksikan dengan pertukaran direksi.
Dengan adanya pergantian direksi dapat diduga terdapatnya aksi manipulasi. Seorang

4
direksi mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan keadaan entitas, ahli dalam
melancarkan pemaksaan, serta memiliki kepercaya dirian yang tinggi. Adanya
kemampuan seseorang yang dapat memahami keadaan entitas dengan baik akan
menjadi peluang untuk melakukan fraud (Budiwitjaksono & Haqq, 2019, p. 324).
Elemen terakhir yakni arrogance (arogansi) yang merupakan sikap sombong atau
superioritas yang merasa bahwa tidak berpengaruhnya kebijakan serta pengendalian
internal terhadap dirinya (Budiwitjaksono & Haqq, 2019, p. 324). Elemen arogansi
diproksikan dengan frekuensi kemunculan gambar CEO. Seorang CEO ingin
menampilkan kepada semua orang posisi yang dimilik dalam entitas, Untuk
mempresentasikan tingkat arogansi atau superioritas seorang CEO, dapat dilihat dari
banyaknya foto CEO yang ditampilkan pada laporan keuangan tahunan (Sasongko &
Wijayantika, 2019, p. 70). Foto yang dimaksud berupa foto-foto kegiatan yang
dilakukan entitas.
Beberapa penelitian terdahulu membahas mengenai teori pentagon yakni
penelitian oleh Nurmala & Rahmawati (2019, p. 210) membahas mengenai pengaruh
fraud pentagon terhadap deteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil dari penelitian
ini variabel financial stabilitas, financial target, ineffective monitoring, change in
auditor, change in director serta number of CEO’s picture tidak memiliki pengaruh
terhadap pendeteksi kecurangan laporan keuangan, sedangkan variabel nature of
industry berpengaruh terhadap pendeteksi kecurangan laporan keuangantarget
keuangan. financial stabilitas, financial target, ineffective monitoring, nature of
industry, change in auditor, change in director serta number of CEO’s picture
memiliki pengaruh secara simultan terhadap deteksi kecurangan laporan keuangan.
Penelitian terdahulu oleh M. I. Lestari & Henny (2019) hasil dari penelitian ini yakni
variabel financial stability serta ineffective monitoring berpengaruh terhadap
pendeteksi fraud financial statement, sedangkan variabel financial target, change in
auditor, CEO’s education, serta frequent number of CEO picture tidak berpengaruh
terhadap pendeteksi fraud financial statement. financial stability, financial target,

5
ineffective monitoring, change in auditor, CEO’s education, dan frequent number of
CEO picture secara simultan berpengaruh terhadap fraud financial statement.
Penelitian terdahulu menunjukan hasil berbeda-beda serta membutuhkan
peluasan untuk mendapatkan bukti dari observasi. Peneliti terdorong untuk meneliti
elemen-elemen yang dapat mendeteksi manipulasi financial statements dikarenakan
maraknya kasus fraud dan menyebabkan kerugian bagi entitas serta negara. Variabel
independen, sampel serta periode penelitian adalah perbedaan antara penelitian yang
ditulis peneliti dengan peneliti terdahulu. Menurut penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa terjadinya ketidakkonsistenan antara variabel independen
terhadap pendeteksian manipulasi terhadap financial statements, Penelitian ini
dilakukan karena banyaknya kasus fraud financial statement yang terjadi di Indonesia.
Hingga saat ini pun masih sedikit penelitian mengenai kasus kecurangan laporan
keuangan dengan menggunakan teori fraud pentagon. Terdapat berbagai hasil mengenai
pendeteksian fraud melalui fraud pentagon, yang menunjukkan masih terdapat potensi
untuk dapat diteliti. sehingga peneliti tertarik untuk menyusun penelitian yang
berjudul “Aspek-Aspek Pendeteksi Fraud Financial Statement Menggunakan
Pentagon Theory pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Identifikasi Masalah


Menurut penjelasan latar belakang sebelumnya, hasil survei oleh ACFE
Indonesia Chapter (2019, p. 9) menyatakan jumlah kasus fraud di Indonesia
sebanyak 239 dengan total kerugian Rp 873.430.000.000, dengan kerugian rata-rata
sebesar Rp 7.248.879.668 per kasus. Manipulasi atau fraud berpotensi melemahnya
keberlangsungan ekonomi Indonesia. Entitas mengalami dampak buruk atas tindakan
tersebut dan jika ini terus terjadi akan berdampak pada kestabilan ekonomi negara.
Untuk mendeteksi adanya manipulasi financial statements, peneliti membutuhkan
ilmu pengetahuan mengenai fraud. Teori yang digunakan sebagai alat pendeteksi
manipulasi financial statements adalah teori pentagon, teori tersebut dikemukakan
oleh Crowe (2011), yang merupakan penyempurna dari teori-teori sebelumnya yaitu

6
Triangel theory dan Diamond theory. Peneliti bermaksud untuk meneliti pengaruh
elemen-elemen dari teori pentagon terhadap manipulasi financial statements.
1.3 Batasan Masalah
Menurut penjelasan latar belakang sebelumnya, masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Objek yang diteliti adalah perusahaan sektor perbankan di Bursa Efek
Indonesia.
b. Periode penelitian tahun 2016-2020.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Apakah target keuangan berpengaruh terhadap manipulasi financial
statements periode 2016-2020?
b. Apakah ketidakefektifan pengendalian berpengaruh terhadap manipulasi
financial statements periode 2016-2020?
c. Apakah pertukaran auditor berpengaruh terhadap manipulasi financial
statements periode 2016-2020?
d. Apakah pertukaran direksi berpengaruh terhadap manipulasi financial
statements periode 2016-2020?
e. Apakah kemunculan gambar CEO berpengaruh terhadap manipulasi
financial statements periode 2016-2020?
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui target keuangan terhadap manipulasi financial statements
periode 2016-2020.
b. Untuk mengetahui pengaruh ketidakefektifan pengendalian terhadap
manipulasi financial statements periode 2016-2020.
c. Untuk mengetahui pengaruh pertukaran auditor terhadap manipulasi
financial statements periode 2016-2020.

7
d. Untuk mengetahui pengaruh pertukaran direksi terhadap manipulasi
financial statements periode 2016-2020.
e. Untuk mengetahui pengaruh kemunculan gamabar CEO terhadap manipulasi
financial statements periode 2016-2020.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk beberapa pihak yakni sebagai berikut:
a. Manfaat untuk pihak entitas
Penelitian ini bermanfaat untuk entitas karena dapat menambah
pemahaman pihak manajemen mengenai aspek-aspek pendeteksi terjadinya
fraud pada financial statements, sehingga akan mengecilkan kemungkinan
terjadinya manipulasi serta pengambilan keputusan yang salah.
b. Manfaat untuk pihak investor
Dalam membuat keputusan untuk berinvestasi pada sebuah entitas,
pihak investor akan menganalisis sehat atau tidaknya financial statements
suatu entitas tersebut, sehingga penelitian ini dapat membantu para investor
untuk mengetahui apakah data-data financial statements transparan serta
dapat membuat keputusan yang tepat.
c. Manfaat untuk pihak kreditur
Manfaat penelitian ini bagi kreditur pada saat entitas melakukan
pinjaman, maka pihak kreditor dapat mengambil keputusan agar tidak
terjadinya kemungkinan gagal bayar dikarenakan entitas melakukan
manipulasi financial statements.
d. Manfaat untuk penelitian selanjutnya
Manfaat penelitian ini untuk penelitian selanjutnya yakni dapat
menjadikan sebagai acuan atau literatur untuk penelitian yang berkaitan dengan
manipulasi financial statements.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)


Agency theory merupakan teori dasar yang digunakan dalam penelitian.
Ekonomi dewasa ini, memisahkan pengelola entitas (agen) dengan pemegang saham
(principal). Perihal tersebut sepaham dengan agency theory, yang menekankan
makna kepemilikan entitas melepaskan pengelolaan kepada pihak manajemen.
Munculnya ikatan antara pemilik saham dengan pihak manajemen pada saat pemilik
saham menyerahkan pengelolaan entitas kepada pihak manajemen atas nama
pemegang saham dalam peranan pengambilan keputusan (Aprilia, 2017, p. 103).
Tugas agen adalah menjalankan kepentinganya berupa mengelola entitas
dengan cara meningkatkan keinginan ekonomi serta psikologisnya, sedangkan
keinginan pemegang saham (principal) adalah mendapatkan keuntungan yang
maksimal, perihal ini menjadi desakan pihak manajemen dalam mencapainya, untuk
mewujudkan keinginan serta harapan pemegang saham terhadap pengelola,
manajemen melakukan berbagai cara, dengan adanya kemampuan yang dimiliki akan
menjadi peluang terjadinya kecurangan (Sari et al., 2019, p. 173). Terjadinya
bentrokan antara kepemilikan entitas (principal) dengan pihak manajemen (Agen)
karena keinginan masing-masing yang memotivasi terjadinya fraud terhadap
financial statements. Dalam kasus manipulasi financial statements memiliki kaitan
antara pemegang saham dengan manajemen (agen) yang mempunyai tujuan berbeda.
2.2 Financial Statement Fraud
Menurut Budiwitjaksono & Haqq (2019, p. 322) financial statement fraud
adalah penjelasan yang salah yang dibuat dengan sengaja untuk memperdaya
pengguna laporan keuangan yang akan mengalami kerugian. Berdasarkan Association
of Certified Fraud Examiners (ACFE) (2020, p. 86) financial statement fraud strategi
karyawan yang berencana membuat kecerobohan dalam pencatatan laporan keuangan

9
entitas, contohnya membuat pencatatan pendapatan yang tidak nyata, serta
membesarkan aset yang dilaporkan secara fiktif. Terjadinya fraud terhadap financial
statements disebabkan oleh pihak manajemen yang dapat mengatur laporan keuagan
yang diberikan kepada pihak yang membutuhkan informasi financial statements
(Christian et al., 2019b, p. 1).

2.3 Pentagon Theory

Elemen-elemen yang memotivasi timbulnya aksi manipulasi terkandung dalam


teori kecurangan. Cressey (1953) merupakan orang pertama yang mengemukakan teori
kecurangan yakni fraud triangel theory yang meliputi pressure, opportunity, dan
rationalization. Kelanjutan dari triangle theory merupakan diamond theory yang
dikemukakan oleh Wolfe & Hermanson (2004) menambah elemen capability sebagai
aspek pendeteksi manipulasi financial statements. Penyempurna kedua teori tersebut
merupakan teori yang dikemukakan oleh Horwath (2011) yakni pentagon theory, teori
tersebut memasukan satu elemen yang dapat memengaruhi manipulasi financial
statements yakni elemen arogansi. Horwath (2011) mengemukakan Pentagon Theory
yang berisi elemen-elemen yang perngaruh terhadap manipulasi financial statements
yakni desakan (pressure), kesempatan atau peluang (opportunity), rasionalisasi
(rationalization), kemampuan/kompetisi (competence), serta arogansi (arrogance).

Gambar 2. 1 Fraud Pentagon Horwath (2011)

10
Berikut merupakan penjelasan faktor-faktor teori pentagon adalah sebagai
berikut:

1. Pressure (Desakan)

Menurut Ulfah et al. (2017, p. 401) pressure merupakan sebuah tekanan


atau dorongan seseorang untuk menjalankan aksi penipuan untuk
menyelesaikan masalah finansial, adapun yang terdorong karena keserakahan
yang dimiliki. Presure adalah keadaan yang mendesak dimana manajemen
ataupun karyawan lain ditekan untuk berbuat curang (Faradiza, 2019, p. 7)
2. Opportunity (Kesempatan/Peluang)
Terjadinya penipuan disebabkan karena adanya peluang ataupun
kesempatan yang dimiliki pelaku (Ulfah et al., 2017, p. 402). Opportunity
merupakan peluang atau kesempatan untuk menjalankan aksi penipuan ataupun
keadaan dimana manajemen ataupun karyawan lain memiliki kesempatan
melakukan penipuan. Kesempatan dapat muncul apabila pengendalian internal
entitas tidak efektif (Faradiza, 2019, p. 6)
3. Rationalization
Rasionalisasi merupakan sikap pembenaran. Menurut Faradiza (2019, p.
7) rationalization merupakan seseorang yang mempunyai pemikiran untuk
membenarkan bahwa tindakan penipuan yang terjad, alasan yang rasional akan
dijadikan alasan para pelaku melakukan penipuan.
4. Kompetensi/Kemampuan (competence/capability)
Pelaku kecuragan memiliki kemampuan untuk membobol pengendalian
internal entitas, kemampuan dalam mengembangkan strategi, penggelapan,
serta mengontrol keadaan sosial dengan mengajak atau membujuk seseorang
untuk bekerja sama dalam melakukan kecuragan (Faradiza, 2019, p. 6).
5. Arogance
Arogansi adalah perilaku angkuh yang merasa bahwa dirinya memiliki
kemampuan untuk menjalankan kecurangan. Perilaku ini merupakan sikap

11
prioritas pada diri sendiri yang membuat sifat arogansi seseorang menjadi besar
(Faradiza, 2019, p. 6).
2.4 Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No Judul Penulis Variabel Hasil Penelitian
1 Pengaruh Nurmala & Variabel Hasil penelitian
Fraud Rahmawati dependen: fraud menunjukan bahwa
Pentagon (2019) financial variabel Stabilitas
terhadap statements. keuangan, Target
Deteksi Variabel keuangan,
Kecurangan Independen: ketidakefektifan
Laporan Stabilitas pengawasan, Nature of
Keuangan keuangan, industry, Pergantian
terget auditor, Pertukaran
keuangan, direksi, frekuensi number
ketidakefektifan of CEO’s picture tidak
pengawasan, berperngaruh terhadap
nature of kecurangan laporan
industry, keuangan.
pergantian
auditor,
pertukaran
direksi,
frekuensi
number of
CEO’s picture
2 Pengaruh Ulfah et al. Variabel Hasil penelitian
Fraud (2017) dependen: fraud menunjukan bahwa

12
Pentagon financial variabel financial target,
dalam statements. stabilitas keuangan,
Mendeteksi tekanan eksternal,
Fraudulent Variabel kepemilikan saham
Financial independen: institusi, ketidakefektifan
Reporting Financial target, pengawasan, kualitas
stabilitas auditor eksternal,
keuangan, pergantian direksi,
tekanan frekuensi kemunculan
eksternal, gambar CEO tidak
kepemilikan berpengaruh terhadap
saham institusi, kecurangan laporan
ketidakefektifan keuangan.
pengawasan, Sedangkan variabel
kualitas auditor pergantian auditor, opini
eksternal, auditor, berpengaruh
kualitas auditor terhadap kecurangan
eksternal, laporan keuangan.
pergantian
auditor, opini
auditor,
pergantian
direksi,
frekuensi
kemunculan
gambar CEO
3 Fraud (Budiwitjaks Variabel Hasil penelitian ini
Pentagon ono & Haqq, dependen: fraud menunjukan variabel

13
for 2019) financial financial stability,
Detecting statements. financial target,
Financial ineffective monitoring,
Statement Variabel nature of industry,
Fraud independen: change in auditor,
financial number of CEO’s
stablity, picture, pergantian
financial target, direksi tidak berpengaruh
ineffective terhadap kecurangan
monitoring, laporan keuangan.
nature of financial stablity,
industry, financial target,
change in ineffective monitoring,
auditor, nature of industry,
pergantian change in auditor,
direksi, dan pergantian direksi, dan
number of CEO number of CEO picture
picture secara simultan tidak
berpengaruh terhadap
deteksi kecurangan
laporan keuangan.
4 Analisis Nuryanto & Variabel Hasil penelitian ini
Fraud Nusantara dependen: menunjukan variabel
Pentagon (2020) manipulasi number of CEO picture,
Terhadap financial financial target, personal
Kecurangan statements. financial need,
Pelaporan rationalization tidak
Keuangan Variabel berpengaruh terhadap

14
Independen: kecurangan laporan
number of CEO keuangan.
picture, Sedangkan variabel
financial financial stability,
stability, ineffective monitoring,
ineffective tekanan dari luar,
monitoring, berpengaruh terhadap
tekanan dari kecurangan laporan
luar, financial keuangan.
target, personal
financial need,
rationalization.
5 Faktor (Sasongko Variabel Hasil penelitian
Risiko & dependen: menunjukan hanya
Fraud Wijayantika, fraudulent variabel change of CEO
terhadap 2019) financial yang berpengaruh
Pelaksanaan reporting terhadap fraudulent
Fraudulent financial reporting.
Financial Variabel Sedangkan variabel
Reporting Independen: Independen: financial
financial stability, financial target,
stability, external pressure, nature
financial target, of industry, auditor
external change, frequent member
pressure, nature of CEO, CEO duality
of industry, tidak berpengaruh dalam
auditor change, mendeteksi kecurangan
change of CEO, laporan keuangan.

15
frequent
member of
CEO, CEO
duality
6 Analysis of (Ratnasari & Variabel Hasil penelitian
Fraudulent Solikhah, dependen: menunjukan bahwa
Financial 2019) Kecurangan variabel target keuangan,
Statement: laporan tekanan eksternal,
the Fraud keuangan yang efektivitas pengawasan,
Pentagon diproksikan kualitas auditor
Theory dengan eksternal, pergantian
Approach manajemen laba auditor, pergantian
direksi, pengalaman
Variabel internasional anggota
Independen: dewan, CEO duality
Target tidak memiiki pengaruh
keuangan, terhadap kecurangan
stabilitas laporan keuangan.
keuangan, Sedangkan variabel
tekanan stabilitas keuangan
eksternal, memiliki pengaruh
efektivitas terhadap kecurangan
pengawasan, laporan keuangan.
kualitas auditor
eksternal,
pergantian
auditor,
pergantian

16
direksi,
pengalaman
internasional
anggota dewan,
CEO duality.
7 Faktor- (Agusputri Variabel Hasil penelitian
Faktor yang & Sofie, dependen: menunjukan bahwa
Berpengaruh 2019) Fraudulent variabel financial target,
Terhadap Financial external pressure,
Fraudulent Reporting ineffective monitoring,
Financial berpengaruh terhadap
Reporting Variabel kecurangan laporan
dengan Independen: keuangan, sedangkan
menggunaka Financial variabel financial target,
n Analisis target, financial nature of industry,
Fraud stabilitas, change in auditor,
Pentagon external rationalization,
pressure, pergantian direksi,
inefective frequent number of
monitoring, CEO’s picture tidak
nature og berpengaruh terhadap
industry, kecurangan laporan
change in keuangan.
auditor,
rationalization,
pergantian
direksi, frequent
number of

17
CEO’s picture
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan judul penelitian sebelumnya, penulis mengemukakan hipotesis
adalah sebagai berikut:

2.5.1 Financial target dapat memengaruhi terhadap fraud financial


statements
financial target (sasaran keuangan) adalah proksi dari pressure (tekanan
atau desakan). Desakkan yang diterima manajemen untuk mencapai target
keuangan yang ditentukan oleh entitas yakni berupa laba pada setiap periode
(Sasongko & Wijayantika, 2019, p. 69). Manajer dituntut untuk mewujudkan
target yang telah direncanakan oleh direksi, perihal ini menjadi tekanan bagi
pihak manajemen untuk mencapai hasil yang terbaik (Wahyuni et al., 2017, p.
51). Apabila target keuangan tidak terwujud, akan memungkinkan terjadinya
kecurangan dalam laporan keuangan, jalan pintas agar tercapainya target
keuangan, manajemen akan memanipulasi laporan keuangan tersebut
(Budiwitjaksono & Haqq, 2019, p. 322).

Penelitian oleh Agusputri & Sofie (2019, p. 117) mengemukakan bahwa


ROA sebagai proksi dari target keuangan dapat berpengaruh positif dalam
mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Perihal ini dikarenakan nilai ROA
yang tinggi pada periode masa lalu dapat menerangkan bahwa entitas dapat
memperoleh keuntungan yang meningkat sehingga pada periode yang akan
datang entitas menargetkan perolehan laba yang lebih tinggi. Tingginya target
yang ditentukan entitas, maka rentan bagi manajemen untuk melakukan
kecurangan pada pencatatan laba (Sasongko & Wijayantika, 2019, p. 69).
Peneliti dapat membuat hipotesis sebagai berikut:

H1: Stabilitas Keuangan berpengaruh terhadap fraud financial statements.

18
2.5.2 Ketidakefektifan pengendalian dapat memengaruhi terhadap fraud
financial statement
Opportunity (kesempatan) yang diproksikan ineffective monitoring yang
menerangkan bahwa sistem pengawasan yang lemah menjadi kesempatan bagi
seseorang untuk melakukan manipulasi (Budiwitjaksono & Haqq, 2019, p.
321). Pengendalian yang baik akan mengurangi aksi manipulasi. Tidakefektif
pengendalian merupakan keadaan sistem kontrol internal berjalan tidak
efektif (Septriyani & Handayani, 2018, p. 15). Peluang lancarnya aksi
manipulasi financial statement disebabkan oleh ketidakefektifannya
pengendalian internal, perihal tersebut membuat seseorang yang memiliki niat
untuk berbuat curang (Agusputri & Sofie, 2019, p. 109). Lemahnya pengendalian
mengakibatkan terjadinya fraud, sebab yang berkuasa atau yang memiliki
wewenang tinggi besar kemungkinan melupakan sistem pengendalian yang ada.
Perilaku tersebut jika diabaikan terus-menerus akan menjadi contoh para
pegawai lain, tidak adanya pengontrolan yang ketat akan memungkinkan kasus
fraud terjadi (ACFE Indonesia Chapter, 2019, p. 38). Penelitian oleh Agusputri
& Sofie (2019, p. 119) membuktikan bahwa ketidakefektifan pengendalian
berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Peneliti dapat
membuat hipotesis sebagai berikut:

H2: Ketidakefisienan pengendalian dapat memenagruhi terhadap fraud financial


statement.

2.5.3 Pertukaran auditor dapat memengaruhi terhadap fraud financial


statement
Pertukaran auditor (change in auditor) adalah proksi dari Rationalization
(rasionalisasi). Adanya sikap rasionalisasi atau sikap merasa benar membuat
seseorang termotivasi untuk berbuat curang karena menganggap hal tersebut
sebagai perbuatan yang logis atau rasional (Budiwitjaksono & Haqq, 2019, p.

19
321). Untuk melenyapkan jejak kecuragan yang didapat oleh auditor terdahulu,
entitas akan melakukan pergantian auditor independennya dengan auditor yang
bermutu rendah dari auditor terdahulu, entitas akan membenarkan segala cara
untuk menghilangkan jejak kecurangan tersebut tanpa memikirkan informasi
yang disajikan kepada pengguna laporan keuangan yang tidak reliabel atau
tidak benar (Ulfah et al., 2017, p. 412). Hal ini didukung oleh Penelitian Ulfah
et al. (2017, p. 409) yang menjelaskan bahwa pergantian auditor berpengaruh
dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Peneliti dapat membuat
hipotesis sebagai berikut:

H3: Pertukaran Auditor dapat memengaruhi terhadap fraud financial statements.

2.5.6 Pertukaran direksi dapat memengaruhi terhadap fraud financial


statements
Elemen selanjutnya penyebab terjadinya manipulasi pada teori fraud
pentagon ialah variabel capability/competence yang diproksikan oleh
pergantian direksi. Dalam teori agensi, agen menjalankan kepentinganya
berupa mengelola entitas dengan cara meningkatkan keinginan ekonomi serta
psikologisnya, perihal tersebut membuat pemegang saham tidak dapat
memenuhi harapannya karena kinerja direksi yang tidak baik. Adanya
permasalahan tersebut membuat entitas melakukan pertukaran direksi. Direksi
lebih memahami keadaan entitas yang sebenarnya, sehingga entitas berupaya
menggantikan direksi untuk menyembunyikan serta menghilangkan kecurangan
yang telah dilakukan (Ratnasari & Solikhah, 2019, p. 102). Selain itu,
digantikannya eksekutif atau direksi berhubungan dengan upaya politik serta
kepentingan lainnya, perihal tersebut mengakibatkan terbukanya harapan untuk
terjadinya manipulasi, hal tersebut juga menyebabkan terjadinya situasi yang
disalahgunakan untuk aksi manipulasi (Rusmana & Tanjung, 2019, p. 7).

20
Hal ini didukung oleh penelitian Septriyani & Handayani (2018, p. 21)
bahwa pergantian direksi berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan
keuangan. Terjadinya pergantian direksi dikarenakan untuk melenyapkan jejak
manipulasi. Digantikannya direksi akan sulit untuk dideteksi kecurangan yang
ada pada entitas, karena direksi baru memerlukan waktu agar dapat beradaptasi.
Peneliti dapat membuat hipotesis sebagai berikut:

H4: Pertukaran direksi dapat memengaruhi terhadap fraud financial statements.

2.5.5 frekuensi kemunculan gambar CEO dapat memengaruhi fraud


financial statement
perilaku merasa unggul atas kekuasaan dan merasa bahwa pengawasan
serta peraturan entitas tidak bereaksi pada dirinya, perihal ini disebut sikap
arogansi. arogance adalah perilaku angkuh yang merasa dirinya sanggup
menjalankan aksi manipulasi, perilaku ini timbul sebab tertanamnya sikap egois
pada diri sendiri (Faradiza, 2019, p. 6). Arogansi diproksikan dengan frekuensi
kemunculan gambar CEO, banyaknya kemunculan gambar CEO yang terdapat
pada laporan keuangan tahunan dapat diartikan sebagai presentasi tingkat
arogansi CEO, perihal tersebut dapat menjelaskan bahwa CEO ingin
menunjukan dirinya kepada semua orang akan status serta kedudukan yang
dimilikinya (Agusputri & Sofie, 2019, p. 111). Besarnya tingkat arogansi yang
muncul dapat menyebabkan terjadinya kecurangan, hal ini dikarenakan sikap
superioritas yang dimiliki CEO yang merasa bahwa pengendalian internal tidak
berlaku bagi dirinya karena status dan kedudukan yang dimiliki (Sasongko &
Wijayantika, 2019, p. 70). Hal ini didukung oleh penelitian

H5: Frekuensi kemunculan gambar CEO dapat memengaruhi terhadap fraud


financial statements.

21
2.6 Kerangka Pemikiran

Pressure
(Stabilitas keuangan)

Opportunity

(Ketidakefektifan
pengendalian)

FRAUD FINANCIAL
Rationalization
STATEMENTS
(Pertukaran Auditor)
(Y)

Competence

(Pertukaran direksi)

Arogance

(Frekuensi gambar
CEO)

Gambar 2. 2 Paradigma penelitian

22

Anda mungkin juga menyukai