Anda di halaman 1dari 22

Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm.

118-139 Vol 7 No 2

Dampak Diversifikasi Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Negara-Negara Anggota ASEAN

Faizal Amir1*, Dedi Budiman Hakim2, Tanti Novianti2


1
Universitas Muhammadiyah Malang
2
Departemen Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
*
Korespondensi: faizalbkl63@gmail.com

[diterima: September 2018- revisi: November 2018± diterbitkan daring: Desember 2018]

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak diversifikasi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi
di ASEAN. Data dalam studi ini menggunakan data delapan negara anggota ASEAN pada periode 2006-
2014. Variabel terikatnya yaitu pertumbuhan PDB per kapita, sedangkan variabel bebasnya merujuk pada
Teori Pertumbuhan Solow yang menggunakan variabel jumlah tenaga kerja, total investasi dan sebagai
indikator diversifikasi ekspor menggunakan variabel indeks. Observasi ini menggunakan Model pooled
Least Square (PLS) sebagai model terbaik. Berdasarkan hasil estimasi data dapat diambil kesimpulan
bahwa mayoritas negara anggota ASEAN memiliki hubungan positif antara indeks diversifikasi ekspor
dan pertumbuhan PDB per kapita. Pada saat krisis, indeks diversifikasi ekspor di ASEAN tidak memiliki
dampak positif pada pendapatan nasional, dibuktikan dari koefisien negatif pada variabel dummy interaksi
antara krisis global 2008 dan indeks diversifikasi ekspor.

Kata kunci: ASEAN, Diversifikasi Ekspor, Pertumbuhan Ekonomi

ABSTRACT
This study aims to analyze the impact of diversification of exports on economic growth in the ASEAN. The
sample used in this study is the eight member countries of ASEAN for the period of 2006-2014. The
dependent variable is the growth of income per capita, while the independent variable is based on the
theory of Solow growth, namely number of workers, total of investment and export diversification index.
The method used is pooled least square. Based on these results, the majority of ASEAN countries have
positive relation between export diversification index and the growth of income per capita. At times of
crisis, the export diversification index in the ASEAN is no longer have positive impact on national income
which is shown by the negative coefficient of the dummy variable interaction between the global crisis of
2008 end export diversification index.

Keywords: ASEAN, economic growth, export diversification


JEL Classification: C33, F63, O47
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

PENDAHULUAN dan negara tujuan tertentu harus dikurangi agar


perolehan nilai ekspor dan pendapatan nasional
Salah satu kestabilan variabel makroekonomi
tetap stabil saat terjadi guncangan eskternal (Hesse
fundamental negara yang harus dijaga adalah
2008). Secara teoritis, peningkatan nilai ekspor
kestabilan variabel net-ekspor yang umumnya
akan berdampak pada perubahan output, kemudian
disebut dengan neraca perdagangan. Bahkan sejak
peningkatan tersebut dapat menjadi determinan
tahun 1995, WTO semakin masif untuk
dalam pertumbuhan produksi dan tenaga kerja
memperlancar arus ekspor dan impor antar negara
yang ditunjukkan melalui peningkatan PDB
dengan menurunkan tarif sampai nol persen (Sari
(Olaleye et al. 2013).
et al. 2014). Sejalan dengan penelitian terdahulu,
Fenomena krisis global yang terjadi
perdagangan internasional sangat berperan dalam
memberikan dampak negatif pada menurunnya
menumbuhkan ekonomi setiap negara dan dunia
pendapatan negara yang bersumber dari ekspor.
(Zulkarnaen et al. 2012).
Negara-negara di Eropa dan Amerika serikat yang
Salah satu kawasan integrasi yang memiliki
menjadi tujuan ekspor utama negara-negara
persentase negara berkembang sebesar 90 persen
anggota ASEAN umumnya menurun daya belinya
adalah ASEAN. ASEAN juga merupakan wilayah
pada saat krisis melanda. Diversifikasi negara
yang memiliki kontribusi perdagangan cukup besar
tujuan dan produk ekspor disarankan menjadi
terhadap total perdagangan dunia yaitu sebesar 29
solusi saat terjadi krisis untuk dapat
persen (Nouren dan Mahmood 2014).
meminimalisasi kerugian neraca perdagangan yang
Ketergantungan ekspor yang tinggi negara-negara
dialami. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa
ASEAN pada negara-negara tujuan dan produk
konsentrasi ekspor yang semakin tinggi atau dapat
tertentu membuat pertumbuhan ekonominya rentan
diistilahkan dengan ekspor yang semakin
terhadap guncangan-guncangan eksternal dan hal
terspesialisasi juga berpengaruh positif terhadap
tersebut akan membuat perekonomian cenderung
pertumbuhan ekonomi (Aditya dan Acharyya
tidak stabil (Hasanah 2015). Oleh karena itu,
2013).
ketergantungan yang tinggi pada produk ekspor

250

200 Indonesia
Singapore
150 Malaysia
Persen

Philippines
100 Vietnam
Cambodia
50
Thailand
Brunei Darussalam
0
2008
2005
2006
2007

2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018

Sumber : World Bank (2019)


Gambar 1. Kontribusi Nilai Ekspor terhadap PDB (persen) Negara Anggota ASEAN Tahun 2005-2018
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

Berdasarkan Gambar 1, negara-negara di ekspor pada umumnya misalnya dengan


kawasan ASEAN yang memiliki persentase menambah jenis produk yang berorientasi ekspor,
kontribusi ekspor terhadap PDB di bawah 50 meningkatkan penggunaan teknologi untuk produk
persen hanya dua negara yaitu Indonesia dan ekspor, meningkatkan jumlah produk yang dapat
Filipina, sedangkan negara dengan persentase diekspor dan memperluas pasar ekspor.
kontribusi ekspor terhadap PDB terbesar adalah Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat
Singapura. Hal tersebut menunjukkan bahwa dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
stabilnya variabel ekspor memiliki pengaruh yang 1. Bagaimana kebijakan negara-negara anggota
dominan pada tingkat kestabilan ekonomi negara- ASEAN untuk mencapai keberhasilan
negara di kawasan ASEAN. Berbagai guncangan diversifikasi ekspor?
eksternal global yang berpengaruh pada tidak 2. Bagaimana pengaruh diversifikasi ekspor
stabilnya nilai tukar akan memperburuk kondisi terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara
perekonomian di kawasan ASEAN karena di kawasan ASEAN?
ketergantungan kawasan tersebut pada nilai ekspor
Tinjauan Teoritis dan Studi Terdahulu
cukup tinggi untuk menopang pendapatan
Teori Pertumbuhan Solow
nasionalnya. Nilai ekspor akan lebih stabil saat
terjadi guncangan eksternal jika konsentrasi ekspor Perdagangan internasional merupakan transaksi
suatu negara terhadap jenis produk dan negara jual beli barang dan jasa yang dilakukan oleh
tujuan tertentu dikurangi. Konsentrasi ekspor suatu penduduk suatu negara dengan penduduk di negara
negara dapat turun dengan menerapkan kebijakan lainnya atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk
diversifikasi ekspor yang masif dan efektif. yang dimaksud dapat berupa antarindividu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna (individu dengan individu), individu dengan
bagi penulis maupun pihak-pihak lain yang pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu
berkepentingan. Manfaat yang diharapkan tersebut negara dengan pemerintah negara lainnya.
antara lain: Perdagangan Internasional tercermin dari kegiatan
1. Bagi pemerintah atau institusi terkait diharapkan ekspor dan impor dimana hal tersebut menjadi
dapat memberikan masukan dan bahan salah satu komponen dalam pembentukaan PDB
pertimbangan baik dalam perencanaan maupun suatu negara (Produk Domestik Bruto) dari
dalam pengambilan keputusan terkait dengan pendekatan pengeluaran. Peningkatan ekspor
perdagangan internasional. bersih menjadi faktor penting untuk dapat
2. Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi sumber meningkatkan nilai PDB suatu negara.
informasi dan masukan dalam penelitian- Negara-negara yang terlibat dalam perdagangan
penelitian selanjutnya. internasional memiliki dua alasan untuk
Saat ini banyak negara mulai membenahi melakukan perdagangan internasional. Pertama,
sistem dalam mekanisme ekspornya dengan negara-negara tersebut melakukan perdagangan
melakukan kebijakan diversifikasi sebagai upaya karena memiliki perbedaan sumberdaya antara
jangka panjang untuk menjaga stabilitas negara satu dengan negara lainnya, seperti
pertumbuhan ekonomi negaranya. Kebijakan setiap perbedaan permintaan dan penawaran sumberdaya
negara di wilayah ASEAN yang diberlakukan yang dimiliki atau yang ingin dimiliki. Perbedaan
untuk mencapai keberhasilan diversifikasi ekspor penawaran disebabkan oleh faktor produksi dan
tentunya memiliki persamaan dan perbedaan yang teknologi, sedangkan perbedaan permintaan
disesuaikan dengan kondisi ekonomi negaranya. disebabkan oleh jumlah penduduk, selera
Kebijakan diversifikasi ekspor negara yang efektif masyarakat dan pendapatan. Kedua, negara-negara
perlu diadopsi oleh negara lainnya atau dijadikan tersebut melakukan perdagangan untuk mencapai
bahan evaluasi untuk kebijakan yang sudah skala ekonomi yang lebih tinggi di dalam produksi.
diterapkan. Penerapan kebijakan diversifikasi Setelah terjadi perdagangan, kekuatan permintaan
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

dan penawaran tersebut menentukan harga relatif signifikan dan hal ini akan memperburuk nilai
(pada saat keseimbangan) di masing-masing tukar perdagangannya.
negara.
ASEAN Free Trade Area
Integrasi Ekonomi
Asosiasi negara-negara di kawasan Asia
Definisi integrasi ekonomi yang ditandai oleh Tenggara (ASEAN) berkomitmen untuk
adanya mobilitas barang dan jasa antarwilayah, meliberalisasi perdagangan yang tercermin dengan
serta faktor ini sejalan dengan definisi integrasi terwujudnya ASEAN Preferential Trade
menurut United Nation Conference on Trade and Arrangement (PTA) yang diperkenalkan pada
Development (UNCTAD). UNCTAD tahun 1976. Selanjutnya, pada tahun 1992 negara-
mendefinisikan integrasi ekonomi sebagai negara anggota ASEAN membentuk tipe integrasi
kesepakatan yang dilakukan untuk memfasilitasi yang lebih tinggi yaitu ASEAN Free Trade Area
perdagangan internasional dan pergerakan faktor (AFTA). AFTA disepakati pada 28 Januari 1992 di
produksi lintas negara. Menurut Salvatore (1997) Singapura. Awalnya ada enam negara yang
teori integrasi ekonomi mengacu pada menyepakati AFTA, yaitu: Brunei Darussalam,
penghapusan kebijakan hambatan-hambatan tarif Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan
maupun non-tarif dalam suatu wilayah pabean Thailand. Vietnam bergabung tahun 1995,
tertentu. Maksudnya adalah negara-negara yang sedangkan Laos dan Myanmar pada tahun 1997.
tergabung dalam integrasi ekonomi kawasan Kemudian Kamboja mulai bergabung pada tahun
tertentu akan menghapuskan tarif dalam 1999.
perdagangan anatarnegara anggota, namun setiap ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan
negara akan menerapkan kebijakan hambatan tarif kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana tidak
maupun non-tarif tersendiri jika melakukan berlaku hambatan tarif maupun hambatan non tarif
perdagangan dengan negara non-anggota pabean. bagi negara-negara anggota ASEAN. Penghapusan
Integrasi ekonomi memiliki berbagai tingkatan tarif menjadi nol persen di kawasan ASEAN
mulai dari pengaturan perdagangan preferensial, dilakukan secara bertahap dari tahun 1992 hingga
kemudian dikembangkan menjadi pembentukan tahun 2010. Sejak tahun 2010, terdapat sekitar
kawasan bebas, selanjutnya menjadi persekutuan 8000 produk yang termasuk dalam daftar tarif
pabean, pasaran bersama dan terkahir akan ada perdagangan produk kawasan ASEAN sebesar nol
penyatuan ekonomi secara komprehensif. persen. Kebijakan tersebut diharapkan mampu
Pembentukan integrasi ekonomi akan meningkatkan frekuensi dan efisiensi perdagangan
memunculkan dampak-dampak kesejahteraan bagi di kawasan ASEAN. Di sisi lain, tujuan utama
negara-negara anggotanya. Salah satu diantaranya pembentukan AFTA adalah untuk meningkatkan
adalah dengan minimnya biaya administrasi karena daya saing ekonomi negara-negara ASEAN
berkurangnya jumlah kantor pabean, fungsi patrol dengan menjadikan ASEAN sebagai basis pasar
perbatasan dan sebagainya. Biaya-biaya besar yang dunia, untuk menarik investasi dan meningkatkan
terjadi pada perdagangan internasional akan lenyap perdagangan antar anggota ASEAN.
atau berkurang setelah terbentuknya integrasi
Teori Pertumbuhan Solow
ekonomi. Selain itu, negara-negara yang
membentuk persekutuan akan mengalami Perbedaan pendapatan nasional antarnegara
perbaikan kondisi nilai tukar perdagangannya dapat disebabkan karena adanya perbedaan modal,
ketika efek diversi terjadi yaitu dengan tenaga kerja dan teknologi yang dimiliki. Model
peningkatan penawaran produk ekspor yang pertumbuhan Solow menjelaskan bagaimana
dimiliki. Kondisi sebaliknya, efek kreasi dapat pertumbuhan tenaga kerja, pertumbuhan investasi
terjadi jika setelah membentuk integrasi suatu dan pertumbuhan teknologi berinteraksi dalam
negara mengalami peningkatan impor yang cukup perekonomian, serta melihat implikasinya terhadap
pendapatan atau output barang dan jasa suatu
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

negara secara agregat (Mankiw 2007). Kenaikan menurunkan ketidakstabilan penerimaan ekspor,
ouput perekonomian dalam model pertumbuhan meningkatkan pendapatan ekspor, meningkatkan
Solow disebabkan karena adanya peningkatan pada nilai tambah produk dan mencapai pertumbuhan
jumlah modal dan tenaga kerja. Peningkatan ekonomi yang lebih stabil. Selain itu, adanya
jumlah modal tersebut dapat dilihat melalui kebijakan diversifikasi ekspor dapat meningkatkan
peningkatan jumlah tabungan maupun investasi. kemampuan penggunaan teknologi masyarakat
Sedangkan peningkatan tenaga kerja dapat dilihat suatu negara dan meningkatkan skala ekonomi
dari peningkatan jumlah populasi yang siap masuk melalui proses learning by doing (Aditya dan
dan bersaing dalam pasar tenaga kerja. Oleh karena Acharyya 2013). Jadi, suatu negara yang
itu model Solow menyatakan bahwa output melakukan diversifikasi ekspor bertujuan utama
bergantung pada persediaan modal dan tenaga untuk memperbesar perolehan pendapatan nasional
kerja yang tersedia: dari neraca perdagangannya, dimana dapat
dilakukan dengan peningkatan nilai tambah produk
; L B:-á .; (1)
ekspor, pengenalan produk baru pada tujuan
dimana: ekspor lama atau sebaliknya yaitu dengan
Y = Output atau pendapatan nasional melakukan penjualan produk lama terhadap pasar
K = Jumlah kapital (persediaan modal) ekspor baru.
L = Jumlah tenaga kerja Indeks Diversifikasi Ekspor
Diversifikasi Ekspor
Di dalam berbagai literatur, terdapat beberapa
Teori perdagangan internasional klasik variasi untuk mengukur tingkat diversifikasi
menyatakan bahwa negara sebaiknya fokus untuk ekspor suatu negara. Ukuran yang paling banyak
melakukan spesialisasi daripada melakukan digunakan untuk mengukur tingkat diversifikasi
diversifikasi pada produk ekspornya. Selain itu, ekspor adalah dengan menggunakan concentration
Hecksker-Ohlin juga menyatakan bahwa setiap ratio (konsentrasi produk maupun negara tujuan).
negara seharusnya melakukan spesialisasi untuk Ukuran lain yang juga sering digunakan meliputi
dapat melakukan ekspor secara intensif (Markusen yaitu Commodity-Specific Cumulative Export
et al. 1995). Akan tetapi, diversifikasi ekspor Experience Function (CSCEEF), the Absolute
dewasa ini sangat dibutuhkan karena Deviation of the Country Commodity Shares dan
meningkatnya jenis komoditas dengan harga dan the Commodity Specific Traditionalist Index.
volume yang volatil, hal ini dapat mempengaruhi Pada penelitian ini akan menggunakan ukuran
kestabilan perekonomian dalam jangka panjang. concentration ratio karena ukuran ini paling sering
Oleh karena itu, setiap negara membutuhkan digunakan oleh berbagai peneliti di tingkat
kebijakan ekspor yang diharapkan mampu menjaga internasional. Concentration ratio sendiri memiliki
kondisi pertumbuhan ekonomi, khususnya variabel beberapa ukuran yang sudah dikembangkan oleh
ekspor tetap stabil saat terjadi guncangan eksternal. para ekonom meliputi yaitu the Hirschman index,
Diversifikasi ekspor merupakan kebijakan the Ogive index, the entropy index, the Herfindahl
untuk melakukan perubahan pada komposisi index, the Aggregate Specialization Index dan the
produk primer menjadi manufaktur maupun Hirschman-Herfindahl Index (HHI). Pengukuran-
dengan memperluas negara tujuan ekspor atau pengukuran tersebut hampir sama secara konsep
dengan menambah sektor ekonomi yang terlibat dan pendekatannya. The Hirschman Index adalah
dalam ekspor suatu negara (Samen 2010). pengukuran konsentrasi ekspor yang paling banyak
Diversifikasi ekspor merupakan salah satu strategi digunakan untuk mengukur konsentrasi komoditas
yang diterapkan banyak negara berkembang untuk perdagangan. Berikut pendekatan matematis dari
merubah produk ekspor tradisional menjadi produk salah satu ukuran concentration ratio yaitu
ekspor non-tradisional. Semakin banyaknya jenis Hirschman-Herfindahl Index (HHI):
produk suatu negara yang dapat diekspor dapat
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

selanjutnya dapat menstabilkan dan meningkatkan


ž•• Û Ú pertumbuhan ekonomi.
•8Ú@ „• A ? ”•
Ô•
HHI = Ú (2) Berbeda dengan Hesse (2008), Herzer dan
Ú?
”•
Nowak-Lehnmann (2006) menggunakan metode
analisis dan proksi variabel yang berbeda melalui
dimana xij merupakan nilai ekspor komoditi j dari penelitiannya dengan topik yang sama yaitu
negara i atau nilai ekspor dari negara i ke negara j, tentang dampak diversifikasi ekspor terhadap
ni merupakan jumlah komoditi yang diekspor atau pertumbuhan ekonomi, namun fokus observasi
jumlah negara tujuan ekspor, sedangkan xi penelitian tersebut pada satu negara yaitu Chile.
merupakan nilai ekspor total negara i. Semakin Data yang digunakan adalah data tahunan.
tinggi nilai HHI artinya semakin tinggi konsentrasi Penelitian ini menggunakan fungsi produksi Cobb-
ekspor suatu negara pada sedikit jenis produk atau Douglas sebagai landasan teori dalam pembuatan
negara tujuan ekspor atau dengan kata lain suatu modelnya, sedangkan Hesse (2008) menggunakan
negara dapat dikatakan sedang menerapkan model pertumbuhan Solow sebagai landasan
kebijakan spesialisasi ekspor. Begitu juga teorinya. Model deret waktu yang digunakan
sebaliknya, jika nilai HHI semakin kecil maka dalam penelitian Herzer dan Nowak-Lehnmann
suatu negara dapat dikatakan sedang menerapkan (2006) tersebut adalah model VAR dengan
kebijakan diversifikasi ekspor. variabel meliputi yaitu total produksi, akumulasi
Studi Terdahulu kapital, jumlah tenaga kerja, jumlah sektor ekspor
dan rasio ekspor manufaktur terhadap total ekspor.
Penelitian mengenai perkembangan maupun Proksi variabel L pada fungsi produksi Cobb-
dampak diversifikasi ekspor terhadap pertumbuhan Douglas di dalam penelitian Herzer dan Nowak-
ekonomi sudah dilakukan di tingkat nasional dan Lehnmann (2006) menggunakan jumlah tenaga
banyak dilakukan pada skala internasional. Pada kerja, sedangkan proksi variabel L pada model
skala internasional, Hesse (2008) melakukan augmented pertumbuhan Solow di dalam
penelitian untuk menganalisis pengaruh penelitian Hesse (2008) menggunakan jumlah
diversifikasi ekspor terhadap pertumbuhan populasi. Temuan yang menarik dalam penelitian
ekonomi. Penelitian tersebut menggunakan model Herzer dan Nowak-Lehnmann (2006) ini adalah
panel dinamis sebagai alat analisisnya dengan dengan bertambahnya jumlah sektor ekspor lebih
jumlah data deret waktu sebanyak 35 tahun, namun berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
data deret waktu tersebut dibagi ke dalam enam ekonomi Chile daripada dengan meningkatkan
struktur data sehingga menghasilkan enam estimasi rasio ekspor produk manufaktur terhadap total
panel dinamis yang lebih spesifik, sedangkan data ekspor. Selain itu, adanya error correction model
penampang lintangnya berjumlah 96 negara. Dari (ECM) dalam penelitian tersebut mampu
hasil penelitian tersebut, variabel-variabel mengoreksi hubungan jangka pendek menuju
independen yang berpengaruh positif terhadap keseimbangan jangka panjang antara diversifikasi
pertumbuhan ekonomi meliputi yaitu rata-rata ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Kesimpulan
lama menempuh pendidikan formal penduduk, lain yang penting dari penelitian Herzer dan
jumlah investasi yang masuk dan keterbukaan Nowak-Lehnmann (2006) tersebut adalah
perdagangan suatu negara. Sedangkan variabel melakukan diversifikasi ekspor dengan berbasis
independen yang berpengaruh negatif meliputi pada pemanfaatan natural resources memainkan
yaitu lag dari pertumbuhan PDB per kapita, peran penting dalam proses pertumbuhan negara
pertumbuhan populasi dan konsentrasi ekspor. berkembang, utamanya pada pemanfaatan hasil
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat pertanian dan pertambangan.
disimpulkan bahwa diversifikasi ekspor akan Selanjutnya, pada penelitian terbaru terkait
menyebabkan turunnya konsentrasi ekspor yang diversifikasi ekspor oleh Aditya dan Acharyya
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

(2013) dari Jadavpur University, India. Landasan diversifikasi ekspor di Indonesia. Penelitian
teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah tersebut mendeskripsikan dinamika jangka pendek
teori pertumbuhan Harrod-Domar dan berbeda ekspor Indonesia di awal abad ke-21. Pemaparan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hesse pada hasil penelitian dilakukan dengan
(2008). Peneliti tersebut menggunakan sampel menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan
sejumlah 65 negara dengan periode 40 tahun analisis ekonometrika mengenai perkembangan
(1965-2005) yang ditelaah melalui pendekatan diversifikasi ekspor di Indonesia. Analisis
model panel dinamis. Variabel-variabel yang ekonometrika yang digunakan adalah model
digunakan meliputi yaitu produk domestik bruto regresi linear berganda dengan menjadikan
(PDB) riil, nilai ekspor barang dan jasa, nilai koefisien variasi nilai ekspor 25 komoditas utama
investasi, indeks konsentrasi komoditas dan tingkat Indonesia sebagai variabel dependennya dan juga
teknologi ekspor. Variabel yang menjadi variabel sebagai pengukur tingkat diversifikasi ekspor di
dependen adalah variabel PDB riil, berbeda dengan Indonesia. Sedangkan variabel independennya
Hesse (2008) yang menjadikan pertumbuhan PDB meliputi yaitu indeks resiko perekonomian
per kapita sebagai variabel dependennya. Indonesia dan nilai foreign direct investment
Dalam penelitian ini disampaikan bahwa (FDI). Berbeda dengan penelitian-penelitian
diversifikasi dan komposisi ekspor merupakan lainnya terkait diversifikasi ekspor, Siregar dan
faktor penentu penting untuk meningkatkan Daryanto (2005) menambahkan variabel indeks
pertumbuhan ekonomi setelah mengetahui dampak resiko perekonomian sebagai variabel yang
variabel lain seperti lag dari pertumbuhan PDB, berpengaruh terhadap diversifikasi ekspor.
eskpor, investasi dan infrastruktur. Hubungan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
antara variabel konsentrasi ekspor dan pendapatan bahwa telah terjadi perubahan pola perdagangan
nasional ditemukan memiliki hubungan nonlinear Indonesia, khususnya ekspor dengan produksi jenis
dalam penelitian ini. Hubungan variabel produk dan tujuan ekspor baru. Implikasi
konsentrasi ekspor dan pendapatan nasional kebijakan yang disampaikan peneliti bahwa
tersebut dapat bernilai negatif dan kemudian Indonesia perlu lebih jauh lagi mengupayakan
berubah menajdi positif setelah mencapai titik divesifikasi ekspor. Selain itu, faktor investasi
kritis tertentu, perubahan tersebut terjadi karena asing di Indonesia tidak semata-mata berpengaruh
faktor lain. Selain itu, dampak kebijakan pada keberhasilan diversifikasi ekspor.
diversifikasi ekspor akan terlihat lebih besar jika De Pineres dan Ferrantino (1995) meneliti
ekspor suatu negara lebih besar dari nilai ekspor tentang diversifikasi dan struktur dinamis ekspor
rata-rata dunia. Penelitian ini juga melakukan dalam memacu proses pertumbuhan di Chile.
estimasi beberapa kali untuk dapat melihat secara Penelitian ini menggunakan data deret waktu
langsung perubahan nilai koefisien setiap variabel sebanyak 30 tahun dari variabel-variabel yang
pada saat sebelum dan setelah ada kebijakan mengukur tingkat diversifikasi dan perubahan
diversifikasi ekspor. Rekomendasi kebijakan dari struktur ekspor di Chile. Penelitian ini memiliki
hasil penelitian ini adalah suatu negara perlu kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh
melakukan diversifikasi ekspor jika memiliki nilai Herzer dan Nowak-Lehnmann (2006) yaitu
konsentrasi ekspor di bawah nilai kritis atau batas penelitian menggunakan Chile sebagai objek
maksimal sesuai dengan pola yang diamati dalam observasi dan menggunakan model VAR.
penelitian ini. Kemudian, negara-negara yang Perbedaannya dengan yang diteliti Herzer dan
memiliki nilai konsentrasi ekspor di atas nilai kritis Nowak-Lehnmann (2006), De Pineres dan
sebaiknya melakukan spesialisasi agar tercapai Ferrantino menggunakan export composition dan
proses produksi yang lebih efisien. specialization sebagai proksi dari ukuran tingkat
Siregar dan Daryanto (2005) melakukan diversifikasi ekspor. Peneliti menduga bahwa
penelitian untuk melihat perkembangan diversifikasi ekspor atau perubahan produksi dari
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

produk ekspor tradisional menjadi non-tradisional Menggunakan data panel memiliki beberapa
merupakan komponen penting untuk memacu keuntungan. Menurut Hsiao dalam Firdaus (2011)
pertumbuhan di Chile. Berdasarkan hasil beberapa kelebihan menggunakan data panel
penelitian, diversifikasi ekspor berpengaruh disebutkan sebagai berikut:
signifikan pada pertumbuhan ekonomi di Chile 1. Dengan mengkombinasikan data time series
sejak pertengahan tahun 1970 karena sebelum dan cross section membuat jumlah observasi
periode tersebut pemerintahan di Chile dipimpin menjadi lebih besar sehingga parameter yang
oleh pemimpin otoriter yang mengambil kebijakan diestimasi akan lebih akurat,
produksi spesialisasi tinggi. 2. Memberikan data yang lebih informatif, derajat
Perbedaan penelitian ini dengan beberapa kebebasan tinggi yang membuat model lebih
penelitian terdahulu di atas terletak pada negara- efisien, lebih bervariasi, serta mengurangi
negara yang menjadi objek penelitian, deret waktu kolinieritas antar variabel,
penelitian, dan indeks diversifikasi ekspor yang 3. Data panel lebih baik dalam hal untuk studi
digunakan. Penelitian ini memfokuskan negara- mengenai dynamics of adjustment, yang
negara yang diamati hanya pada kawasan integrasi memungkinkan estimasi masing-masing
ASEAN. ASEAN dipilih karena memiliki karakteristik individu maupun karakteristik
kontribusi ekspor terhadap PDB mayoritas di atas antar waktu secara terpisah,
50 persen, sehingga penelitian tentang pengaruh 4. Mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam
diversifikasi ekspor untuk dapat menjaga mengidentifikasi dan mengukur pengaruh yang
kestabilan ekspor di ASEAN penting untuk secara sederhana tidak dapat dideteksi oleh data
dilakukan. Selain itu, deret waktu pada penelitian cross section ataupun time series saja dan
ini menggunakan data-data terakhir sampai dengan mampu mengontrol heterogenitas individu.
tahun 2014, sehingga hasil analisis dalam Pada analisis model panel data dikenal tiga
penelitian ini dapat menggambarkan kondisi metode pendekatan estimasi yang ditawarkan yaitu
terbaru diversifikasi ekpsor di ASEAN. Kemudian, metode kuadrat terkecil (Pooled Least Square),
indeks untuk mengukur tingkat diversifikasi ekspor metode efek tetap (Fixed Effect) dan metode efek
secara horisontal dalam penelitian ini berbeda acak (Random Effect). Metode Fixed Effect yaitu
dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pada menambahkan dummy variable untuk mengizinkan
penelitian ini menggunakan kombinasi dari adanya perubahan pada intersep. Metode Random
Hirschman Index dan Herfindahl Index. Sedangkan Effect adalah variasi dari estimasi Generalized
pada penelitian-penelitian terdahulu sebagian besar Least Squares (GLS). Hampir semua penelitian
menggunakan Herfindahl Index dan Commodity WHUGDKXOX WHODK PHQJJXQDNDQ PHWRGH ³Fixed
Concentration Index (CCI). Effect´ XQWXN PHQJestimasi model pertumbuhan
METODE PENELITIAN yang diteliti. Ketika mengestimasi sebuah data
Model Panel Data panel untuk negara-negara berbeda, harus ada yang
mentolerir intersep secara terpisah untuk obesrvasi
Data panel merupakan salah satu jenis data
yang berbeda. Hal tersebut yang membuat metode
yang dapat digunakan dalam analisis model regresi
ini menarik. Pada konteks ini, maka harus
panel data (Panel Data Regression Models) atau
ditentukan secara ekonometrik metode terbaik apa
disebut juga dengan pooled data (pooling dari
yang harus digunakan untuk mengestimasi data.
pengamatan times series dan cross-section) yaitu
Pertama, menentukan mana yang lebih cocok
kombinasi dari time series dan cross-section data.
DSDNDK ³Fixed atau Random Effects´. Salah satu
Data cross section merupakan data yang
cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak
tersebut yaitu dengan menggunakan uji Haussman,
individu, perusahaan, negara dan lain-lain. Data
dimana hasilnya terdapat dua persamaan (Satu
time series adalah data yang dikumpulkan dari
untuk Fixed Effects dan Random Effects untuk
waktu ke waktu terhadap suatu individu.
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

lainnya), selanjutnya lakukan uji berikutnya seperti Jika LM lebih besar dari chi-square table maka
Chow Test. sudah cukup bukti untuk melakukan penolakan
Pengujian Model terhadap H0 sehingga model REM yang dipilih,
dan sebaliknya.
Pada analisis model dengan menggunakan data
panel, dikenal tiga macam pendekatan yang terdiri 2. Pengujian asumsi klasik
dari Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least
a) Uji Normalitas
Squared), Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect
Uji normalitas data diperlukan untuk
Model), dan Pendekatan Efek Acak (Random
mengetahui apakah error term mendekati distribusi
Effect). Pemilihan model terbaik yang digunakan
normal atau tidak. Uji normalitas diaplikasikan
untuk pengolahan data panel menggunakan
dengan melakukan tes Jarque Bera, jika nilai
beberapa pengujian. Pengujian yang dilakukan
probabilitas lebih besar dari taraf nyata yang
antara lain:
digunakan maka error term dalam model sudah
1. Pemilihan model dalam pengolahan data menyebar normal.
panel
b) Uji Homoskedastisitas
a) Chow Test Agar dapat mendeteksi adanya
Chow Test atau Uji-F digunakan untuk memilih heteroskedastisitas, dalam hasil olahan data panel
kedua model diantara Pooled Least Squared dan dengan Eviews, menggunakan metode General
Fixed Effect Model dengan hipotesis : Least Squared (Cross Section Weight), caranya
H0 : PLS adalah dengan membandingkan nilai sum squared
H1 : LSDV resid pada weighted statistic dengan sum squared
Jika pada LSDV, p-value lebih kecil dari taraf resid pada unweighted statistic. Jika sum squared
nyata yang digunakan, maka sudah cukup bukti resid pada weighted statistic lebih kecil daripada
untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga sum squared resid pada unweighted statistic maka
model LSDV akan terpilih, dan sebaliknya. model sudah homoskedastisitas. Langkah yang
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
b) Haussman Test
heteroskedastisitas adalah dengan mengestimasi
Haussman Test digunakan untuk memilih
General Least Squared (GLS) menggunakan white
model Fixed Effect Model atau Random Effect
heterocedasticity. Selain itu dapat juga dilakukan
Model, dengan hipotesis :
dengan pembobotan Cross Section SUR.
H0 : REM
H1 : LSDV c) Uji Autokorelasi
Jika pada REM, p-value lebih kecil dari taraf Agar dapat mendeteksi ada tidaknya
nyata yang digunakan, maka sudah cukup bukti autokorelasi adalah dengan melihat nilai dari
untuk melakukan penolakan H0, sehingga model Durbin ± Watson (DW) statistiknya. Jika nilai DW
LSDV yang akan dipilih, dan sebaliknya. lebih dari 1,77 atau kurang dari 2,23 maka dapat
dikatakan tidak terdapat pelanggaran asumsi klasik
c) LM Test
autokorelasi pada model.
Uji ini dilakukan jika Chow Test cukup bukti
untuk menolak H0 dan Haussman Test belum d) Uji Multikolinearitas
cukup bukti untuk menolak H0, atau sebaliknya. Suatu model dapat dikatakan mengandung
Sehingga model harus diuji kembali dengan LM multikolinearitas apabila nilai R2 tinggi tetapi
Test untuk memilih Random Effect Model atau banyak variabel yang tidak signifikan. Model yang
Pooled Least Square dengan hipotesis : memiliki multikolinearitas akan sulit untuk
H0 : PLS diinterpretasi, namun model tetap dalam kondisi
H1 : REM BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Cara
untuk mengatasi masalah multikolinearitas dalam
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

model maka dapat menggunakan beberapa cara INVit = Jumlah investasi negara i pada
berikut ini: adanya informasi apriori; tahun t (USD);
penggabungan data cross section dengan time HHIit = Indeks diversifikasi ekspor
series; mengeluarkan suatu variabel atau lebih dan negara i pada tahun t;
kesalahan spesifikasi; transformasi variabel- C_08 = Dummy krisis global tahun
variabel dan penambahan data baru. 2008;
Uit = error term.
Model Empirik
t = 2006 hingga 2014
Model yang digunakan pada penelitian ini
diadaptasi dari model yang digunakan oleh Hesse HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Model dan Asumsi Klasik
(2008). Variabel yang digunakan untuk
menganalisis dampak diversifikasi ekspor terhadap Perekonomian negara anggota ASEAN masing-
pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN antara masing memiliki kondisi yang berbeda, hal ini
lain: Pertumbuhan PDB per kapita, jumlah tenaga disebabkan karena setiap negara memiliki
kerja, jumlah investasi menggunakan proksi gross perbedaan dalam banyak sisi, khususnya dalam
fixed capital formation dan indeks diversifikasi bidang ekonomi misalnya pada sumberdaya alam,
ekspor menggunakan proksi dari Hirschman- sistem ekonomi, kebijakan-kebijakan ekonomi
Herfindahl untuk negara-negara di kawasan yang diterapkan, keanggotaan dalam perjanjian
ASEAN. perdagangan internasional, sistem nilai tukar yang
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat digunakan dan sebagainya. Pengambilan keputusan
dirumuskan persamaan tersebut menjadi sebagai dalam meregulasi dan menjaga stabilitas
berikut: perekonomian setiap negara di ASEAN memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan
GDPPCGit = a0 + a1 TLit + a2 INVit + a3 HHIit + a4 ekonomi warga negaranya. Indikator kesejahteraan
C_08it + Uit (3) ekonomi salah satunya diukur melalui tingkat PDB
per kapita. Gambar 2 menunjukkan kondisi
ket: perekonomian delapan negara anggota ASEAN
a0 = Intersep; yang dilihat keragaannya berdasarkan nilai PDB
GDPPCGit = Pertumbuhan PDB per kapita per kapita dari tahun 2000 sampai dengan tahun
negara i pada tahun t (persen); 2014.
TLit = Jumlah tenaga kerja negara i
pada tahun t (persen usia kerja);

60000
Indonesia
50000
Singapore
40000
Malaysia
USD

30000
Philippines
20000
Vietnam
10000
Cambodia
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Thailand

Sumber : World Bank (2016)


Gambar 2. PDB per Kapita (USD) Negara Anggota ASEAN
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

Berdasarkan Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa salah satunya karena Singapura merupakan
Kamboja merupakan negara anggota ASEAN yang terminal perdagangan internasional terbesar di
memiliki PDB per kapita yang terendah ASEAN dan terbesar kedua di dunia. Selain itu,
dibandingkan dengan negara anggota ASEAN Singapura memiliki jumlah populasi penduduk
lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena yang rendah yaitu sekitar 5 juta orang dan PDB
perekonomian yang tidak efisien dan jumlah yang tinggi. Dengan demikian, PDB yang
penduduk Kamboja yang besar tidak ditopang dibagikan kepada penduduk menjadi sangat besar
dengan PDB negara yang tinggi. Negara-negara jika dibandingkan dengan negara anggota ASEAN
anggota ASEAN mayoritas memiliki PDB per lainnya.
kapita di bawah angka 12 000 USD per tahun Kondisi ketenagakerjaan di ASEAN
sampai dengan tahun 2014, berbeda halnya dengan menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen
Singapura dan Brunei Darussalam beberapa tahun penduduk usia kerja mampu terserap di pasar
terakhir sudah mampu mencapai angka PDB per tenaga kerja. Berdasarkan Gambar 4, negara
kapita di atas 35 000 USD. Sampai saat ini, dengan penyerapan penduduk usia kerja di pasar
Singapura merupakan negara anggota ASEAN tenaga kerja tertinggi yaitu Kamboja, berbanding
dengan PDB per kapita tertinggi yaitu berkisar di terbalik dengan kondisi PDB per kapita negara
atas angka 20 000 USD per tahun sejak tahun tersebut yang terendah diantara negara-negara di
2000. Pertumbuhan PDB per kapita Singapura ASEAN. Sedangkan negara dengan penyerapan
yang memiliki tren positif tersebut membuat penduduk usia kerja di pasar tenaga kerja terendah
Singapura memiliki PDB per kapita di atas 50 000 adalah Malaysia yaitu di bawah angka 70 persen
USD per tahun sejak tahun 2011. Pertumbuhan berdasarkan data pada Gambar 3.
PDB per kapita yang tinggi di Singapura terjadi
90

85
Indonesia

80 Malaysia
Singapore
Persen

75 Philippines
Cambodia
70
Vietnam

65 Thailand
Brunei Darussalam
60
2009
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008

2010
2011
2012
2013
2014

Sumber : World Bank (2016)


Gambar 3. Jumlah Tenaga Kerja (Persen Usia Kerja) Negara Anggota ASEAN
Berdasarkan data pada Gambar 5, negara-negara yang investasinya kurang
perkembangan investasi di wilayah ASEAN menunjukkan perkembangan signifikan yaitu
menunjukkan tren yang cukup fluktuatif. Kamboja. Perkembangan yang positif dari
Indonesia merupakan negara dengan aliran investasi akan berpengaruh pada
kontribusi investasi terhadap PDB terbesar di semakin bergeraknya industri sehingga
wilayah ASEAN sejak tahun 2010, sedangkan semakin banyak lapangan pekerjaan tersedia.
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

Lapangan pekerjaan yang semakin meningkat pengangguran yang ada dalam suatu negara.
akan membantu mereduksi kemiskinan dan
45
40
35 Indonesia

30 Singapore
Malaysia
Persen

25
Philippines
20
Vietnam
15
Cambodia
10
Thailand
5
Brunei Darussalam
0

Sumber : World Bank (2016)


Gambar 4. Jumlah Investasi (Persen terhadap PDB) Negara Anggota ASEAN

Berdasarkan Gambar 5, Filipina merupakan adalah Vietnam, namun sejak tahun 2008
negara dengan tingkat penggunaan teknologi pada menunjukkan peningkatan cukup pesat pada
produk ekspor tertinggi di ASEAN, namun hal penggunaan teknologi ekspornya. Pada tahun
tersebut terus menurun sejak tahun 2003. 2014, Filipina masih menjadi negara dengan
Sedangkan negara yang pada awal tahun 2000an sentuhan teknologi pada produk ekspor tertinggi.
terendah dalam penggunaan teknologi ekspor
80

70

60 Indonesia
50 Singapore
Persen

Malaysia
40
Philippines
30
Vietnam
20 Cambodia
10 Thailand

Gambar 5. Tingkat Penggunaan Teknologi pada Produk Ekspor (Persen) Negara Anggota ASEAN
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

0.4
0.35
0.3 Indonesia

0.25 Singapore
Indkes
Malaysia
0.2
Philippines
0.15
Vietnam
0.1
Cambodia
0.05
Thailand
0

Gambar 6. Indeks Diversifikasi Ekspor Horisontal Negara Anggota ASEAN

Kebijakan Diversifikasi Ekspor Negara diversifikasi ekspor (Sattar 2015). Berikut akan
Anggota ASEAN diulas perkembangan kebijakan diversifikasi
Kebijakan-kebijakan yang diterapkan untuk ekspor beberapa negara anggota ASEAN.
meningkatkan dan menstabilkan pendapatan Indonesia
nasional yang bersumber dari ekspor dapat melalui
Konsentrasi ekspor Indonesia pada tahun 1980-
beberapa cara seperti dengan melakukan promosi
an terhadap negara tujuan ekspor tertentu masih
ekspor, diversifikasi ekspor, pemberian kredit
cukup tinggi. Sejak tahun 1991, konsentrasi ekspor
ekspor, standardisasi produk dan kebijakan
Indonesia mulai menunjukkan penurunan yang
lainnya. Pada umumnya kebijakan promosi,
artinya semakin besar keranjang penerimaan
standardisasi dan pemberian kredit ekspor
nasional yang bersumber dari ekspor akibat
merupakan kebijakan pendukung untuk
perluasan pasar ekspor. Berikut grafik penurunan
terwujudnya diversifikasi ekspor. Negara-negara
salah satu ukuran konsentrasi ekspor Indonesia dan
di Asia Timur dan Asia Tenggara dalam tiga
beberapa negara ASEAN lainnya.
dekade terakhir ini dianggap sebagai wilayah yang
cukup berhasil dalam menerapkan kebijakan
0.6

0.5
0.4
Indeks

Indonesia Singapore
0.3

0.2
Malaysia Thailand
0.1

0
1991

1996
1990

1992
1993
1994
1995

1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014

Sumber : World Integrated Trade Solution (2016)


Gambar 7. Indeks Diversifikasi Ekspor Empat Negara Anggota ASEAN
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

Pemerintah Indonesia turut serta dalam mesin yang telah berumur tua dengan mesin atau
penerapan kebijakan diversifikasi ekspor, hal yang teknologi baru supaya proses produksi lebih
sama juga dilakukan oleh pemerintah Malaysia dan efisien, serta meningkatkan pasar dengan
Thailand untuk mewujudkan keberhasilan melaksanakan promosi atau pameran produk-
diversifikasi ekspor. Pemerintah ketiga negara produk hasil hutan dan perkebunan baik di dalam
tersebut cukup aktif dalam menentukan kebijakan maupun luar negeri.
pasar di wilayah teritorialnya masing-masing. Arah Pada era pemerintahan tahun 2015, pemerintah
kebijakan diversfikasi ekspor di Indonesia lebih menetapkan kebijakan KITE (Kebijakan Impor
menitikberatkan pada pemanfaatan sumberdaya Tujuan Ekspor) melalui dua mekanisme yaitu
lokal yang ditransformasi menjadi produk yang fasilitas pembebasan bea masuk dan PPN (Pajak
memiliki nilai jual lebih tinggi melalui proses Pertambahan Nilai) impor atas impor bahan baku
industrialisasi. Diversifikasi yang demikian lebih untuk diolah, dirakit, dipasang yang hasil
mengarah pada diversifikasi secara vertikal dengan produksinya diekspor dan fasilitas pengembalian
memanfaatkan teknologi untuk dapat bea masuk atas impor bahan baku untuk diolah,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui dirakit, dipasang dan hasil produksinya diekspor.
ekspor. Sebagai pendukung target tersebut, Pengertian bea masuk termasuk bea masuk
pemerintah Indonesia memiliki kebijakan untuk tambahan seperti bea masuk anti dumping, bea
mendukung terwujudnya diversifikasi ekspor masuk pembalasan, bea masuk safeguard, dan bea
berupa national interest account (NIA) yaitu masuk imbalan.
melalui pemberian kredit ekspor yang diemban Selain itu, pemerintah yang baru juga
oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia menyediakan fasilitas kredit sebagai stimulus
(LPEI) atau Indonesian Eximbank (Kementerian untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Perindustrian 2013). Dana diberikan oleh (UMKM) dapat meningkatkan daya saing produk
pemerintah dan masuk dalam perhitungan APBN. ekspor UMKM yang berbasis kerakyatan. Melalui
Melalui program NIA, pemerintah dapat fasilitas kredit ini diharapkan kualitas dan nilai
menetapkan suatu proyek atau transaksi khusus tambah produk ekspor UMKM lebih meningkat.
untuk mendorong peningkatan ekspor. LPEI atau KURBE menyediakan fasilitas pembiayaan ekspor
Indonesian Eximbank adalah institusi yang yang lengkap dan terpadu untuk modal kerja
dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun (Kredit Modal Kerja Ekspor/KMKE) dan investasi
2009 untuk mendorong peningkatan ekspor (Kredit Investasi Ekspor/KIE) bagi UMKM.
melalui aspek pembiayaan, penjaminan, dan KURBE memiliki tingkat suku bunga 9 persen
asuransi ekspor. tanpa subsidi dan penyaluran kredit ini juga akan
Selain itu, terkait revitalisasi dan penumbuhan ditangani Lembaga Pembiayaan Ekspor
industri hasil hutan dan perkebunan, kebijakan Indonesia/LPEI (Indonesian Exim Bank).
pemerintah saat ini diarahkan kepada dua hal, yaitu Berjangka paling lama 3 tahun untuk KMKE dan
peningkatan nilai tambah produk (added value) atau 5 tahun untuk KIE, batas maksimal
dan peningkatan daya saing atau kualitas produk. pembiayaan KURBE mikro adalah sebesar Rp 5
Produk hasil hutan dan perkebunan diusahakan miliar. Sedangkan KURBE kecil maksimal kredit
tidak lagi diekspor dalam bentuk bahan baku, yang bisa diberikan sebesar Rp 25 Miliar (dengan
namun diolah terlebih dahulu menjadi produk ketentuan maksimal KMKE sebesar Rp 15 Miliar)
turunannya sehingga nilai tambahnya meningkat. dan KURBE Menengah maksimal sebesar Rp 50
Sedangkan peningkatan daya saing atau kualitas Miliar (dengan ketentuan maksimal KMKE
produk dilakukan melalui berbagai upaya oleh sebesar Rp 25 Miliar).
pemerintah, antara lain dengan penyusunan dan Selain itu, produk ekspor Indonesia
penerapan SNI, penerapan sertifikasi legalitas direncanakan akan diperluas negara tujuannya
untuk produk kayu (SVLK), penggantian mesin- menuju negara-negara di Timur Tengah dan Afrika
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

(Kementerian Perindustrian 2016). Neraca pemerintah Indonesia untuk memperkuat pasar


perdagangan Indonesia dengan negara-negara di domestik saat terjadi tekanan penurunan ekspor
Afrika dan Timur Tengah selama ini masih yaitu dengan terus memperkuat pengamanan
terbilang kecil, jauh di bawah satu persen dari total perdagangan melalui pengontrolan impor.
produk domestik bruto gabungan antarnegara.
Malaysia
Kedua wilayah itu akan diandalkan jika pasar
China dan India ikut terimbas krisis. Padahal, di Pemerintah Malaysia juga melakukan intervensi
saat ekspor mengalami kejenuhan di Amerika pada pelaksanaan kebijakan diversifikasi ekspor di
Serikat dan Eropa Barat, Indonesia jelas butuh negaranya. Strategi yang diadopsi Malaysia adalah
diversifikasi negara tujuan ekspor ke wilayah dengan memanfaatkan sumberdaya lokal untuk
Benua Afrika dan Timur Tengah. Kendati di sisi mengoptimalkan proses produksi ouput berskala
lain, memang harus diakui potensi ekspor Timur ekspor. Beberapa tahun terakhir Malaysia sedang
Tengah dan Afrika masih cenderung mengembangkan lebih lanjut industri pengolahan
dikesampingkan karena ongkos distribusi ke turunan minyak kelapa sawit.
negara-negara di kedua wilayah tersebut masih
cukup mahal. Upaya lain yang dilakukan
20000000
18000000
16000000
14000000
12000000
USD

10000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0

Sumber : International Trade Centre (2016)


Gambar 8. Perkembangan Ekspor Kelapa Sawit dan Turunannya (USD) Malaysia
Malaysia oleh banyak ekonom dianggap difokuskan untuk mempromosikan komoditi lain
sebagai negara kaya sumberdaya alam yang cukup seperti minyak sawit utamanya dan yang lebih
berbeda dengan negara kaya sumberdaya alam bernilai tambah tinggi yaitu produk elektronik dan
lainnya karena dianggap telah berhasil melakukan telekomunikasi. Pemerintah Malaysia menetapkan
diversifikasi ekspornya. Hal ini memberikan kebijakan untuk menjadikan Pulau Penang sebagai
isyarat bahwa banyak negara yang kaya sentra dan tempat dimulainya industrialisasi,
sumberdaya alam gagal dalam menerapkan khususnya industri elektronik untuk dapat
kebijakan diversifikasi ekspor. Sejak tahun mendorong peningkatan ekspor. Sejak tahun 1969,
1970an, Malaysia sudah berupaya meninggalkan pembangunan industri besar semikonduktor
fokus pada karet dan timah sebagai dua komoditi Malaysia ditempatkan di Pulau Penang. Selain itu,
ekspor utama. Saat ini ekspor Malaysia mulai pada tahun 1970 pemerintah Malaysia juga
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

menetapkan kebijakan Export-Oriented FDI yaitu menjadi sekitar 50 persen dan sekaligus menjadi
dengan memberikan tax free holidays bagi investor kontributor terbesar pada ekspor Malaysia (Sattar
asing yang menanamkan modalnya untuk 2015).
pembangunan industri berskala ekspor di Malaysia Selain kebijakan, langkah-langkah strategi yang
(Yusof 2011). Upaya lanjutan pemerintah untuk diterapkan oleh Malaysia sebagai upaya
mengembangkan industrialiasi berskala ekspor di mewujudkan keberhasilan diversifikasi ekspor
Malaysia dibuktikan dengan dibuatnya lembaga meliputi yaitu (i) Investasi publik yang signifikan
negara yaitu Malaysia Industrial Development pada bidang pendidikan untuk menciptakan tenaga
Authority (MIDA). MIDA bekerjasama dengan kerja dengan skill yang handal; (ii) Pendekatan
lembaga pemerintah lainnya yaitu Penang kerjasama antara pemerintah dengan swasta untuk
Development Corp (PDC) untuk dapat memenuhi menentukan arah kebijakan, pengembangan pasar
permintaan dan standardisasi yang diminta oleh dan evaluasi kebijakan ekspor; (iii) Terbukanya
investor asing. peluang asing untuk berinvestasi dalam rangka
Pemerintah Malaysia juga menggunakan mengembangkan industri utama seperti pada sektor
kebijakan tarif dan restriksi impor untuk dapat otomotif dan telekomunikasi, serta hal ini sebagai
melindungi produk dalam negerinya. Kebijakan upaya pengembangan iklim bisnis yang kondusif;
tersebut membantu untuk promosi ekspor dan (iv) Pengembangan infrastruktur yang signifikan
melindungi keberlanjutan usaha industri untuk mendukung kemajuan industri seperti jalan,
manufaktur domestik. Pada industri lainnya, pelabuhan gratis, telekomunikasi dan lainnya; (v)
pemerintah Malaysia juga menetapkan kebijakan Melakukan privatisasi BUMN agar dapat
standar untuk karet yaitu Standard Manufactured menciptakan ruang investasi yang lebih luas bagi
Rubber I (SMRI) agar produk mentah karet diolah investor domestik; (vi) Aktif dalam penetapan
terlebih dahulu menjadi produk yang lebih kebijakan perdagangan regional (ASEAN) dan
berkualitas sebelum diekspor. Produk turunan karet multirateral (WTO). Pemerintah Malaysia juga
yang diekspor Malaysia seperti ban dan sarung membuat Multimedia Super Corridor sebagai
tangan sebagai wujud diversifikasi ekspor vertikal upaya untuk menjadikan Malaysia sebagai leader
di Malaysia. dalam penguasaan aplikasi serta pengembangan
Selain itu, pemerintah Malaysia juga teknologi informasi dan komunikasi global, hal
menetapkan kebijakan Standard Malaysian Glove tersebut terinspirasi dari pendapat ekonom bahwa
(SMG) agar produk olahan karet Malaysia berupa teknologi informasi dan komunikasi berkorelasi
sarung tangan dapat memiliki kualitas yang sama positif terhadap pelayanan ekspor sehingga dapat
dan bermutu tinggi sesuai dengan yang ditargetkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang lebih
pemerintah. Pada tahun 1980an, pemerintah baik.
Malaysia juga memproduksi Perusahaan Otomobil
Thailand
Nasional Berhad (Proton) yang berorientasi ekspor
dan hasilnya berhasil mengekspor mobil ke sekitar Begitu juga seperti yang dilakukan oleh
30 negara di dunia. Setelah berbagai kebijakan pemerintah Indonesia dan Malaysia, pemerintah
diversifikasi ekspor diterapkan di Malaysia, ekspor Thailand turut serta mengintervensi kebijakan
Malaysia bertransformasi secara drastis, kontribusi diversifikasi ekspor di wilayahnya. Strategi utama
ekspor karet dan timah pada total ekspor Malaysia yang diterapkan untuk mewujudkan diversifikasi
mengalami penurunan yang signifikan yaitu ekspor di Thailand yaitu melalui pemanfaatan
sebesar 60 persen pada tahun 1962 menjadi kurang sumberdaya lokal yang ditransformasi menjadi
dari 3 persen pada tahun 2008. Sebaliknya, pada produk bernilai jual tinggi. Aplikasinya di
periode yang sama, produk elektronik dan lapangaan tercermin dari adanya 7KDLODQG¶V DJUR-
komponen telekomunikasi Malaysia meningkat processing. Thailand merupakan contoh negara
dari yang sebelumnya kurang dari satu persen yang dianggap berhasil menerapkan kebijakan
diversifikasi ekspor di dunia (Bonaglia dan
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

Fukasaku 2003). Kebijakan-kebijakan yang alam yang berorientasi ekspor (seperti hasil
mendukung keberhasilan tersebut seperti yang pertanian dan perikanan) dan memanfaatkan
dilakukan pemerintah Thailand melalui The Bank tenaga kerja secara optimum pada industri-industri
of Thailand yaitu dengan memberikan bantuan yang juga berorientasi ekspor, khususnya pada
kredit ekspor kepada para eksportir sejak tahun industri tekstil dan elektronik. Pengembangan
1980an agar eksportir sejak saat itu diharapkan produk tradisional yang potensial untuk diekspor
dapat meningkatkan nilai tambah produknya. dapat menstimulus pertumbuhan agroindustri di
Selain itu, melalui lembaga negara The Thailand. Selain itu, Thailand juga menerbitkan
Department of Export Promotion (DEP), Thailand lisensi dan standardisasi pergudangan untuk
membentuk kantor pusat perdagangan di luar menstimulus berkembangnya industri berskala
negeri dan menyediakan informasi terkait ekspor dan untuk merangsang investasi asing
perdagangan internasional kepada eksportir. mengalir deras. Foreign Direct Investment (FDI) di
Pemerintah Thailand sesuai dengan yang Thailand mayoritas bersumber dari negara-negara
tercantum pada National Economic and Social tetangga di Benua Asia seperti Jepang dan negara-
Development Plan (NEDP) disepakati untuk negara Asia NIEs lainnya.
memberikan eksportir kemudahan akses terhadap
Kamboja
insentif yang dapat diperoleh melalui BOI (The
Board of Investment). Pemerintah juga Perekonomian Kamboja menunjukkan
memberikan tax-based incentive untuk perusahaan- perubahan yang cukup signifikan dalam waktu 15
perusahaan berskala ekspor. tahun terakhir, hal ini dibuktikan dengan angka
Keberhasilan diversifikasi ekspor di Thailand pertumbuhan ekonomi rata-rata yang mencapai
terwujud dengan menerapkan dual strategy yaitu sekitar 10 persen setiap tahunnya, tepatnya sejak
meningkatkan nilai tambah industri sumberdaya tahun 1998 sampai tahun 2007.

14

12

10

8
Persen

0
2009
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008

2010
2011
2012
2013
2014

Sumber : World Bank (2016)


Gambar 9. Pertumbuhan PDB Kamboja
Ekspansi ekonomi di Kamboja didorong oleh signifikan pada PDB yaitu sebesar 16 persen pada
peningkatan ekspor yang dominan. Kontribusi tahun 1993 menjadi 60 persen pada tahun 2009.
ekspor Kamboja menunjukkan peningkatan yang
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

80

70

60

50
Persen

40

30

20

10

0
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber : World Bank (2016)
Gambar 10. Kontribusi Ekspor Barang dan Jasa terhadap PDB Kamboja
Perkembangan industri tekstil dan garmen pelayanan diversifikasi ekspor di Kamboja menjadi
merupakan katalisator utama peningkatan ekspor tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta
dan PDB di Kamboja. Kontribusinya yang dan pemangku kepentingan lainnya, serta
terhitung sebesar 16 persen terhadap PDB pada dilaksanakan dalam kerangka SWAp perdagangan.
tahun 2007 telah mampu menyediakan lapangan Pemerintah Kamboja membuat program yang
pekerjaan yang besar di Kamboja. Peningkatan disebut CEDEP (Cambodia Export Diversification
kontribusi ekspor terhadap PDB Kamboja and Expansion Program). CEDEP dirancang untuk
memerlukan kebijakan ekspor yang tepat agar meningkatkan volume ekspor dan diversifikasi
dapat menjaga stabilitas nilai ekspor saat produk ekspor di sembilan produk pada Pilar 2
menghadapi guncangan eksternal seperti krisis. Trade Sector Wide Approach progress (SWAp)
Sebagai upaya untuk mengurangi dampak Kamboja, dimana sektor ini telah diidentifikasi
negatif dari guncangan eksternal dan untuk oleh pemerintah sebagai sektor yang membutuhkan
menambah lapangan kerja, pemerintah Kamboja tindakan prioritas (MoC 2014). Sembilan produk
melakukan berbagai agenda internasional seperti tersebut yaitu beras, sutra, singkong, jagung, ikan,
menjadi penggagas utama dalam The Integrated pariwisata, garmen, makanan olahan dan perakitan
Framework (IF) for Trade-Related Technical manufaktur. Klasifikasinya meliputi CEDEP I
Assistance to LDCs. Pemerintah Kamboja mulai (Beras giling dan sutra bernilai tinggi) dan CEDEP
menerapkan berbagai strategi diversifikasi ekspor II (Singkong dan produk ikan laut). Tujuan utama
seperti: (i) Mengidentifikasi jenis produk dan jasa komponen ini adalah untuk memperkuat
yang diprioritaskan untuk meningkatkan diversifikasi ekspor beras giling dan dirancang
penerimaan dan mendiversifikasi ekspor Kamboja; untuk mempromosikan ekspor sutra bernilai
(ii) Menghubungkan lebih jelas pengembangan tambah tinggi, serta meningkatkan daya saing
sektor perdagangan dengan pengembangan produk sutra Kamboja dalam mendukung
sumberdaya manusia dalam upaya mereduksi diversifikasi ekspor dan pengurangan kemiskinan
kemiskinan; (iii) Mengidentifikasi hambatan, baik (melalui pembukaan lapangan kerja, terutama
hambatan ekspor secara umum maupun hambatan untuk perempuan). Hal ini akan dicapai melalui
spesifik setiap sektor, selanjutnya hambatan pelatihan menjahit dan pembinaan dalam
tersebut perlu dihapus atau diminimalisai untuk pemasaran, desain produk dan peningkatan
mengembangkan ekspor lebih lanjut; (iv) Proses kualitas, partisipasi dalam pameran perdagangan,
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

studi banding ke luar negeri, pengembangan Uji Model dan Asumsi Klasik
rencana ekspor perusahaan, serta adanya dukungan Berdasarkan pemilihan model yang dilakukan,
dan penasehat sutra sektor swasta. model estimasi terbaik untuk mengetahui pengaruh
Langkah-langkah lain yang dilakukan oleh diversifikasi ekspor terhadap pertumbuhan
pemerintah Kamboja untuk mewujudkan ekonomi negara-negara anggota ASEAN adalah
keberhasilan diversifikasi ekspor adalah dengan dengan menggunakan pendekatan kuadrat terkecil
meningkatkan daya saing produk. Strategi untuk (Pooled Least Square). Pendekatan ini terpilih
meningkatkan daya saing produk tersebut melalui setelah melakukan uji Haussman dan uji Chow.
kebijakan fasilitasi perdagangan, fasilitasi Setelah terpilihnya model PLS sebagai model
investasi, sanitasi dan perlindungan kekayaan terbaik maka selanjutnya dilakukan uji asumsi
intelektual. Di sisi lain, kebijakan diversifikasi klasik untuk mendapatkan model persamaan yang
ekspor Kamboja secara horisontal yaitu dengan terbebas dari pelanggaran asumsi dalam analisis
memperluas tujuan ekspor Kamboja ke wilayah regresi seperti uji normalitas, heteroskedastisitas
Asia, Timur Tengah dan Afrika. dan autokorelasi. Selanjutnya, untuk mengatasi
Vietnam pelanggaran asumsi heteroskedastisitas yaitu
dengan menggunakan estimasi cross section SUR.
Kebijakan diversifikasi ekspor melalui Sosio-
Model juga sudah tidak melanggar asumsi
Economic Development Plan (SEDP) di Vietnam
autokorelasi karena nilai statistik Durbin-Watson
dilaksanakan oleh Kementerian Industri dan
sebesar 1.92 berada pada daerah non-autokorelasi.
Perdagangan Vietnam (MOIT). MOIT telah
Pengujian terakhir yaitu uji normalitas, probabilitas
membuat master plan kebijakan perdagangan,
Jarque Bera sebesar 0.37 lebih besar dari taraf
dimana kebijakan ini akan membantu melancarkan
nyata 5 persen ( > 0.05), maka dapat dikatakan
hubungan dagang Vietnam dengan negara-negara
bahwa residual dalam model ini menyebar normal.
di dunia. Beberapa tujuan dibuatnya master plan
tersebut adalah untuk percepatan ekspor ke Hasil Regresi
berbagai negara tujuan agar keberlanjutan industri
Setelah dilakukan uji Haussman dan uji Chow,
dalam negeri juga terjaga, mendorong negosiasi
serta diperoleh model yang paling sesuai, maka
dengan negara-negara mitra dagang seperti di Uni
selanjutnya dilakukan estimasi dari model panel
Eropa dan mengembangakan kegiatan yang
data yang akan dianalisis. Estimasi persamaan
mendukung peningkatan ekspor seperti melalui
pengaruh diversifikasi Ekspor terhadap
promosi ekspor. Pada jangka pendek, SEDP tahun
pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota
2010-2015 melaksanakan restrukturisasi ekspor
ASEAN pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
dengan cara mempromosikan produk-produk
sebagian besar variabel bebas yaitu jumlah tenaga
berorientasi ekspor baru yang memiliki nilai
kerja, jumlah investasi dan indeks diversifikasi
tambah tinggi, mengurangi kontribusi ekspor
ekspor berpengaruh signifikan positif secara
bahan mentah seperti CPO dan batubara,
statistik. Sedangkan dummy interaksi antara krisis
meningkatkan ekspor produk olahan pertanian,
global tahun 2008 dengan indeks diversifikasi
kehutanan, perikanan, mempromosikan ekspor IT,
ekspor tersebut tidak berpengaruh signifikan secara
elektronik dan produk software komputer dan
statistik.
menyesuaikan seluruh produk ekspor sesuai
Pada Tabel 1, variabel jumlah tenaga kerja (TL)
dengan standar internasional. Penyesuaian standar
memiliki hubungan yang positif dengan nilai
ini dilakukan agar produk-produk berorientasi
koefisien 0.222315, hal ini sesuai dengan hipotesis
ekspor Vietnam dapat diminati dan diterima di
awal penelitian. Variabel jumlah tenaga kerja
pasar internasional (OECD 2014). Diversifikasi
berpengaruh nyata pada pertumbuhan PDB per
produk tersebut disertai dengan diversifikasi mitra
kapita negara anggota ASEAN karena memiliki
dagang, pertama dari Uni Soviet ke Asia,
probabilitas sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari
kemudian ke Eropa dan Amerika Serikat.
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

taraf nyata satu persen. Hubungan yang positif ASEAN sebesar 0.222315 persen. Hal ini karena
dengan nilai koefisien tersebut menunjukkan saat jumlah tenaga kerja meningkat menunjukkan
bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar bahwa faktor produksi suatu negara juga
satu persen menyebabkan peningkatan mengalami peningkatan, sehingga akan mampu
pertumbuhan PDB per kapita negara anggota memperbaiki kondisi perekonomian.

Tabel 1. Hasil Estimasi Dampak Diversifikasi Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara
Anggota ASEAN
Variabel tidak bebas
Variabel bebas
Koefisien Nilai Statistik t Probabilitas
TL 0.222315 7.884626 0.0000***
INV 1.446263 3.621311 0.0006***
HHI 18.90462 1.892127 0.0628*
C_08 -9.20893 0.606838 0.5460
C -46.4567 3.883348 0.0002***
Keterangan: *** signifikan pada D persen * signifikan pada D persen
Selain itu, variabel jumlah investasi (INV) dimana jika terjadi peningkatan satu persen indeks
memiliki hubungan yang positif dan memiliki nilai diversifikasi ekspor maka akan meningkatkan
koefisien sebesar 1.446263. Hal tersebut sudah pertumbuhan PDB per kapita sebesar 18.90462
sesuai dengan hipotesis awal dan teori. Hubungan persen. Variabel HHI signifikan karena memiliki
yang positif dengan nilai koefisien tersebut probabilitas lebih kecil dari taraf nyata 10 persen,
menunjukkan bahwa peningkatan jumlah investasi maka indeks diversifikasi ekspor berpengaruh
sebesar satu persen menyebabkan peningkatan nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan
pertumbuhan PDB per kapita negara anggota ASEAN. Hal ini mengindikasikan bahwa
ASEAN sebesar 1.446263 persen. Variabel jumlah kebijakan spesialisasi ekspor yang diterapkan di
investasi siginifikan dengan probabilitas sebesar ASEAN telah berhasil meningkatkan pertumbuhan
0.0006 yang berarti lebih kecil dari taraf nyata satu ekonomi.
persen, maka jumlah investasi berpengaruh nyata Variabel dummy interaksi antara krisis global
terhadap pertumbuhan ekonomi negara anggota tahun 2008 dengan indeks diversifikasi ekspor
ASEAN. bernilai negatif dengan nilai koefisien -9.208934.
Sesuai dengan penelitian Hesse (2008), variabel Variabel ini memiliki probabilitas sebesar 0.5460
indeks diversifikasi ekspor (HHI) dengan proksi yang berarti lebih besar dari taraf nyata 10 persen,
dari Hirschman-Herfindahl merupakan cerminan maka terjadinya krisis global tahun 2008 yang
seberapa besar konsentrasi ekspor suatu negara. diinteraksikan dengan nilai indeks diversifikasi
Jika semakin kecil nilai HHI suatu negara, maka ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap
semakin meningkat tingkat diversifikasi pertumbuhan PDB per kapita negara anggota
ekspornya. Sedangkan, Jika semakin besar nilai ASEAN. Pada kondisi tersebut, kebijakan
HHI, maka semakin meningkat tingkat spesialisasi spesialisasi ekspor mendominasi di ASEAN.
ekspornya. Variabel indeks diversifikasi ekspor Sehingga, fenomena krisis akan berpengaruh
berpengaruh positif dan memiliki nilai koefisien negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN.
18.90462, hal ini sesuai dengan hipotesis awal
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

KESIMPLAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


Kesimpulan
Aditya A, Acharyya R. 2013. Export
Indeks diversifikasi ekspor berpengaruh Diversification, Composition and
positif secara signifikan terhadap pertumbuhan Economic Growth: Evidence from Cross-
ekonomi kawasan ASEAN. Semakin Country Analysis. The International
bertambahnya jenis produk dan negara tujuan Journal of Trade and Development.
ekspor atau dapat diistilahkan dengan 22(7):959-992.
diterapkannya kebijakan diversifikasi ekspor Amalia AA, Novianti T, Asmara A. 2018.
menjadi faktor penting yang dapat memperbesar Analisis Kinerja Perdagangan Indonesia
kemampuan ekspor negara-negara di ASEAN. ke Negara Potensial Benua Afrika. Jurnal
Begitu juga sebaliknya, kebijakan spesialisasi Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan,
ekspor yang dominan diterapkan oleh negara- 7(1):43-59.
negara di ASEAN juga mampu meningkatkan Bonaglia, Fukasaku. 2003. Export
pertumbuhan ekonomi, namun negara-negara Diversification in Low Income Countries:
yang menerapkan kebijakan diversifikasi ekspor An International Challenges After Doha.
akan mampu mempertahankan ekspor dalam Working Paper No. 209. OECD
kondisi stabil saat krisis melanda. Development Centre.
Mayoritas negara-negara di kawasan ASEAN De Pinerez ASG, Ferrantino M. 1995. Export
tidak menerapkan kebijakan diversifikasi ekspor Diversivication and Structural Dynamics
atau dengan kata lain sedang menerapkan in the Growth Process: The Case of Chile.
kebijakan spesialisasi ekspor. Dua negara yang Journal of Development Economics.
menerapkan kebijakan diversifikasi ekspor 52(1997):375-391.
dalam kurun waktu 9 tahun terakhir berdasarkan Fitzsimons, Emla, Hogan, Neary. 1999.
penelitian adalah Vietnam dan Kamboja. Explaining the Volume of North-South
Negara-negara tersebut telah mampu Trade in Ireland: A Gravity Model
mempertahankan kondisi ekspornya dalam Approach. University College Dublin: The
keadaan cenderung stabil saat krisis 2008 Economic and Social Review. 30(4).
melanda. Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekometrika untuk
Saran Data Panel dan Time Series. Bogor (ID):
IPB Press.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah
Hasanah, NN. 2015. Export Diversification in
menambah deret waktu data agar keragaan data
Indonesia Evaluating Its Effectiveness in
setiap variabel dapat lebih terlihat, serta
Mantaining Economic Growth Stability
menambah jumlah negara yang diteliti agar
Through Trade. [Tesis]. Bogor: Sekolah
jangkauan penelitian semakin luas
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
kebermanfaatannya. Misalnya membandingkan
Herzer D, Nowak-Lehnmann DF. 2006. What
kebijakan diversifikasi ekspor antara negara
Does Export Diversification Do for
anggota ASEAN dengan negara maju di Asia
Growth? An Econometric Analysis.
Timur seperti Jepang dan Korea Selatan. Selain
Applied Economics, vol. 38, no. 15, pp.
itu, saran selanjutnya adalah mengagregasi
1825±1838.
indikator diversifikasi ekspor menjadi dua yaitu
Hesse, H. 2008. Export Diversification and
indikator untuk produk pertanian dan non-
Economic Growth. Working Paper No. 21,
pertanian.
Commission on Growth and Development,
World Bank.
Mankiw NG. 2007. Makroekonomi 6th ed.
Jakarta (ID): Erlangga.
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, hlm. 118-139 Vol 7 No 2

Markusen JR, Melvin JR, Kaempfer WH, Sari AR, Hakim DB, Anggraeni L. 2014.
Maskus KE. 1995. International Analisis Pengaruh Non-Tariff Measures
Trade:Theory and Evidence. Mcgraw Hill, Ekspor Komoditi Crude Palm Oil (CPO)
United States of America. Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor
[MoC] Ministry of Commerce Cambodia. 2014. Utama. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
Cambodia Export Diversification and Pembangunan, 3(2):111-135.
Expansion Program Part1. Department of Sattar, Z. 2015. Strategy for Export
International Cooperation, Ministry of Diversification 2015-2020: Breaking Into
Commerce Cambodia. New Markets with New Product. Policy
Noureen, Mahmood. 2014. Explaining Trends Research Institute of Bangladesh.
and Factors Affecting Export Siregar, Daryanto. 2005. Perkembangan dan
Diversification in ASEAN and SAARC Diversifikasi Ekspor Indonesia. Jurnal
Regions: An Empirical Analysis. Manajemen dan Agribisnis IPB. 2(2):157-
Working Paper No.4, School of Social 165.
Science and Humanities, National Siregar, Manning. 2001. Dynamics of
University of Science and Technology Indonesian Agricultural and
Pakistan. Manufacturing Exports: Differing
Olaleye et al. 2013. Export Diversification and Reactions to Exogenous Shocks. Mimeo,
Economic Growth in Nigeria: An Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
Empirical Test of Relationship Using a Yusof ZA. 2011. Economic Diversification: The
Granger Causality Test. Journal of Case of Malaysia. Revenue Watch
Emerging Trends in Economics and Institute.
Management Sciences, 5(1): 70-79. Zulkarnaen I, Oktaviani R, Tambunan M,
Salvatore D. 1996. Ekonomi Internasional 5th Yulius. 2012. Analisis Dampak
ed. Jakarta: Erlangga. Liberalisasi Perdagangan Kawasan
Samen, S. 2010. A Primer on Export Ekonomi Asia Terhadap Kinerja Ekonomi
Diversification: Key Concepts, Theoretical Makro ASEAN. Jurnal Ekonomi dan
Underpinnings, and Empirical Evidence. Kebijakan Pembangunan, 1(2):104-119.
Growth and Crisis Unit, World Bank
Institute.

Anda mungkin juga menyukai