Anda di halaman 1dari 30

Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk:

1. Menjelaskan pengertian dana umum dan ekuitas dana.


2. Menjelaskan fungsi ekuitas dana dalam akuntansi pemerintahan.
3. Menjelaskan pengertian elemen-elemen ekuitas dana.
4. Menjelaskan pengertian ekuitas dana lancar dan rumus
penghitungannya.
5. Menjelaskan pengertian ekuitas dana investasi dan rumus
penghitungannya.
6. Menjelaskan pengertian ekuitas dana cadangan dan rumus
penghitungannya.
7. Menjelaskan persamaan akuntansi pemerintahan.
8. Membuat persamaan akuntansi pemerintahan.
9. Menerapkan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menganalisis
transaksi sederhana di pemerintahan.
10. Menjelaskan setiap akibat transaksi dalam akuntansi pemerintahan dan
pengaruhnya terhadap persamaan akuntansi.
11. Menyusun neraca awal sederhana dari persamaan akuntansi
pemerintahan.
12. Menjelaskan contoh penyesuaian dan pengaruhnya terhadap persamaan
akuntansi dan neraca.
2

DANA UMUM DAN EKUITAS DANA


Untuk memahami akuntansi pemerintahan menurut Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), maka kita perlu mengetahui mengenai mekanisme akuntansi
dana umum yang dianut oleh SAP. Standar Akuntansi Pemerintahan Indonesia
menganut konsep dana umum, sebagaimana dinyatakan secara implisit dalam
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan paragraf 15, sebagai berikut:

“Akuntansi dana dapat diterapkan untuk tujuan pengendalian masing-


masing kelompok dana selain kelompok dana umum (the general fund)
sehingga perlu dipertimbangkan dalam pengembangan pelaporan keuangan
pemerintah.”

Pernyataan ini dapat diinterpretasikan bahwa akuntansi pemerintahan di


Indonesia menganut konsep dana umum. Hanya saja, dalam standar selanjutnya
tidak ditemukan penjelasan lebih lanjut mengenai dana umum ini. Dana umum ini
dalam praktiknya terdapat pada sisi ekuitas di neraca pemerintah.

Menurut Suwardjono (2005: 504), dana (fund) mempunyai dua pengertian yang
saling dirancukan. Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau
sumber keuangan (financial resources) yang dapat digunakan untuk mendanai
suatu kegiatan, program, atau proyek dalam rangka mencapai tujuan tertentu
(spesifik). Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa
kegiatan, program, atau proyek yang didanai dengan aset likuid tersebut.

Pengertian dana menurut General Accounting Standard Board (GASB) Codification


(Wilson and Katellus, 2004:34):

“A fund is formally defined as a fiscal and accounting entity with self balancing
set of accounts recording cash and other financial resources, together with all
related liabilities and residual equities or balances and changes there in, which
are segregated for the purpose of carrying on spesific activities or attaining
certain objectives in accordance with special regulations, restrictions, or
limitations.”

Konsep dana sangat fundamental bagi akuntansi pemerintah. Sebagaimana


dinyatakan di dalam definisi tersebut, suatu dana adalah merupakan entitas fiskal
yang terpisah yang memiliki sumber daya sendiri dan melaporkan kewajibannya
sendiri dan hasil operasi untuk periode fiskal. Lebih jauh, suatu dana secara
konseptual memiliki catatan akuntansi tersendiri (misalnya jurnal, buku besar)
dan dapat menyiapkan laporan keuangan sendiri secara terpisah. Dengan
3

demikian suatu dana merupakan entitas akuntansi tersendiri. Konsep ini


memandang bahwa kegiatan, program, proyek atau unit kegiatan lainnya sebagai
kesatuan atau entitas yang berdiri sendiri dan menjadi pusat pelaporan disebut
dengan dana. Sumber keuangan yang dianggarkan dan diserahkan untuk
pelaksanaan kegiatan dipertanggungjawabkan melalui kegiatan tersebut sebagai
dana yang berdiri sendiri terpisah dengan dana yang lain. Dengan demikian
diperlukan seperangkat sistem akuntansi yang dapat menghasilkan data akuntansi
dan laporan keuangan untuk pertanggungjawaban kesatuan dana tersebut.

Penjelasan mengenai pos ekuitas dalam neraca dapat ditemukan di dalam Buletin
Teknis Nomor 03 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Konversi, yang menyatakan:

”Pendekatan yang digunakan untuk menyajikan pos-pos ekuitas ke dalam


format neraca berdasarkan SAP, dilakukan dengan pendekatan self
balancing.”

Pendekatan self balancing di dalam neraca yang digunakan oleh SAP merupakan
selisih antara saldo Aset dan Kewajiban. Dari penjelasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa ekuitas dana di dalam neraca merupakan:
1. kelompok dana umum
2. penyeimbang (self balancing) terhadap akun aset dan kewajiban

Saldo dana dalam neraca dapat diinterpretasi sebagai dana likuid yang siap
digunakan adalah ekuitas dana lancar Selisih Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
dan dana cadangan. Untuk menggunakan SiLPA dan dana cadangan perlu
ketetapan hukum yang mengatur penggunaan dana SiLPA yang tersedia.

PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Standar Akuntansi Pemerintahan di Indonesia yang berlaku sejak tahun 2005 (PP
No. 24 Tahun 2005 / PP No. 71 Tahun 2010 Lampiran 2) menganut basis kas
menuju akrual. Menurut basis tersebut pendapatan dan belanja diakui pada saat
kas masuk ke atau kas keluar dari Kas Negara, sementara aset, kewajiban dan
ekuitas dana diakui berbasis akrual. Penerapan basis kas menuju akrual
mengandung implikasi terhadap komponen laporan keuangan pemerintahan
Indonesia, harus memiliki komponen aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan
dan belanja.

INSERT (KLASIFIKASI KOMPONEN LKP MENURUT PP 71 2010)


ASET ( ASET LANCAR, INV. JP, ASET TETAP, ASET LAINNYA)
KEWAJIBAN (JPD, JPJG)
4

EKUITAS

Pemisahan antara eksekutif dan legislatif sebagai wakil dari rakyat dalam
pemerintahan menimbulkan perlunya pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban
pemerintah terhadap keuangan rakyat yang dikelolanya diwujudkan dalam
bentuk pelaporan neraca yang mengharuskan bahwa aset pemerintah harus
ditunjukkan asalnya, apakah dari kewajiban ataukah milik pemerintah sendiri
(ekuitas dana). Dengan demikian, maka hubungan fungsional bahwa aset harus
selalu sama dengan kewajiban dan ekuitas dana harus selalu dipertahankan.
Hubungan fungsional antara aset, kewajiban dan ekuitas dana dalam akuntansi
disebut dengan persamaan akuntansi.

Persamaan akuntansi adalah hubungan fungsional antar akun (tempat mencatat


transaksi) dalam suatu sistem akuntansi, akibat dimintanya pertanggungjawaban
atas dasar konsep entitas pelaporan dan kemandirian entitas yang menghendaki
agar kekayaan yang dikelola oleh pemerintah dapat ditunjukkan sumber atau
asalnya. Secara sederhana, persamaan akuntansi pemerintah dapat digambarkan
sebagai berikut:

Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana

Dengan menggunakan notasi, maka persamaan tersebut dapat ditulis:

A = K + ED

Di dalam sistem akuntansi pemerintahan yang berlaku di Indonesia berdasarkan


Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), maka Ekuitas Dana pemerintah dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Ekuitas Dana Lancar
2. Ekuitas Dana Investasi
3. Ekuitas Dana Cadangan

Setiap kelompok dibagi menjadi akun-akun yang spesifik sesuai dengan dana yang
dimaksudkan. Setiap kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ekuitas Dana Lancar


Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka
pendek. Dengan kata lain Ekuitas Dana Lancar sama dengan aset lancar
dikurangi kewajiban jangka pendek.

Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Lancar


Akun Sub Ekuitas Dana Lancar Akun Lawan
SiLPA/SiKPA (Selisih Lebih/Kurang Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara
5

Perhitungan Anggaran) Pengeluaran, dan Investasi Jangka Pendek


Pendapatan yang Ditangguhkan Kas di Bendahara Penerimaan
Cadangan Piutang Piutang
Cadangan Persediaan Persediaan
Dana yang Harus Disediakan untuk Hutang Jangka Pendek
Pembayaran Hutang Jangka Pendek

2. Ekuitas Dana Investasi


Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam
dalam aset non-lancar selain dana cadangan, dikurangi dengan kewajiban
jangka panjang. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan bersih
pemerintah daerah yang tertanam dalam kekayaan berjangka panjang.
Penyajian Ekuitas Dana Investasi di neraca dapat diperoleh dengan
menjumlahkan:
 Investasi Jangka Panjang
 Aset Tetap
 Aset
Lainnya
Dikurangi:
 Jumlah Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka
Panjang

Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Investasi


Akun Sub Ekuitas Dana Investasi Akun Lawan
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Investasi Jangka Panjang
Panjang
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Aset Tetap
Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Aset Lainnya
Dana yang Harus Disediakan untuk Hutang Jangka Panjang
Pembayaran Hutang Jangka Panjang

3. Ekuitas Dana Cadangan


Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang
dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai peraturan
perundang-undangan. Dengan kata lain Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan
kekayaan bersih pemerintah daerah yang tertanam dalam Dana Cadangan.
Dengan demikian jumlah yang disajikan di neraca adalah sebesar jumlah Dana
Cadangan. Dana cadangan ini tersimpan di dalam rekening di bank yang diatur
dengan peraturan daerah.

Pasangan Akun dalam Ekuitas Dana Cadangan


Akun Sub Ekuitas Dana Cadangan Akun Lawan
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Dana Cadangan

Adanya 3 jenis Ekuitas Dana di dalam akuntansi pemerintahan Indonesia, akan


mengubah struktur persamaan akuntansi, menjadi sebagai berikut:
6

A = K + EDL + EDI + EDC

Dari persamaan diatas, A adalah Aset, K adalah Kewajiban, EDL adalah Ekuitas
Dana Lancar, EDI adalah Ekuitas Dana Investasi, dan EDC adalah Ekuitas Dana
Cadangan.

Untuk mengecek ketepatan dalam penjumlahan angka-angka di dalam setiap


kelompok ekuitas dana, dapat menggunakan rumus berikut ini:

EDL = Aset Lancar - Kewajiban Jangka Pendek

EDI = Investasi Jangka Panjang + Aset Tetap + Aset Lainnya –


Kewajiban Jangka Panjang

EDC = Dana Cadangan


Pemerintah melaksanakan operasional kegiatan pelayanannya kepada masyarakat
dengan berdasarkan pada anggaran. Jika dilihat dari segi transaksi, terdapat 3
tahap anggaran yaitu pada saat disahkan, diotorisasi, dan direalisasi. Anggaran
pemerintah akan berpengaruh terhadap persamaan akuntansi pemerintah pada
saat direalisasi atau saat terjadinya transaksi (dasar akrual) dan pada saat
peneriman atau pengeluaran kas (dasar kas).

Hubungan posisi keuangan awal dan posisi keuangan akhir setelah transaksi yang
berdasarkan anggaran pemerintah, dapat digambarkan dalam notasi persamaan
akuntansi sebagai berikut.
Posisi keuangan awal:
A = K + EDL + EDI + EDC

Posisi keuangan akhir:


A’ = K’ + EDL’ + EDI’ + EDC’

Tanda ’ dalam persamaan di atas menunjukkan bahwa komposisi dan jumlah


rupiah aset, kewajiban, dan ekuitas dana berubah setelah adanya transaksi tetapi
jumlah rupiah aset total akan selalu sama dengan jumlah rupiah kewajiban dan
ekuitas dana. Apabila elemen penyebab perubahan ekuitas dipisahkan, maka
selama periode fiskal terjadinya transaksi, ekuitas awal tidak akan berubah dan
sebagai gantinya timbul elemen-elemen Pendapatan (P) dan Belanja (B). Pada
akhir periode, persamaan akuntansi pemerintah akan menjadi sebagai berikut:

A = K + EDL + EDI + EDC + P - B


7

ILUSTRASI TRANSAKSI
Untuk menggambarkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam pemerintahan
daerah yang disederhanakan, maka untuk memudahkan akan diilustrasikan
sebagai berikut:
Contoh 1
Kabupaten Makmur, pada tahun 2005 baru pertama kali mengadakan
inventarisasi dan dihasilkan data sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):
Kas di Kas Daerah Rp 5.000
Persediaan 2.000
Aset Tetap 3.000
Dana Cadangan 1.000
Hutang Jangka Pendek 1.500
Hutang Jangka Panjang 2.500
Buatlah persamaan akuntansi pemerintah atas inventarisasi yang dilakukan oleh
Kabupaten Makmur!

Dari soal contoh 1, kita dapat menyusun persamaan akuntansi sesuai dengan data
hasil inventarisasi neraca awal Kabupaten Makmur sebagai berikut:

(dalam jutaan rupiah)


Kas di Aset Dana Hutang Hutang Ekuitas Ekuitas Ekuitas
Persedia-
Kas Tetap Cadang- Jangka Jangka Dana Dana Dana
an
Daerah an Pendek Panjang Lancar Investasi Cad.
DEBET (Rp) KREDIT (Rp)
5.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 5.500 500 1.000

Neraca awal singkat atas transaksi pencatatan tersebut adalah sebagai berikut:

Kabupaten Makmur
Neraca Awal
Per 31 Desember 2005
(dalam jutaan rupiah)
Aset Kewajiban
Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500
Kas di Kas Daerah Rp 5.000 Hutang Jangka Panjang 2.500
Persediaan 2.000 Total Kewajiban 4.000
Total Aset Lancar 7.000 Ekuitas Dana
Aset Tetap dan Lainnya Ekuitas Dana Lancar 5.500
Aset Tetap 3.000 Ekuitas Dana Investasi 500
Dana Cadangan 1.000 Ekuitas Dana Cadangan 1.000
Total Aset Tetap dan Lainnya 4.000 Total Ekuitas Dana 7.000
Jumlah Kewajiban dan
Jumlah Aset Rp 11.000 Rp 11.000
Ekuitas
8

Untuk menghitung ketepatan angka-angka dalam ekuitas dana, maka digunakan


persamaan sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):
Ekuitas Dana Lancar (EDL) = Aset Lancar – Kewajiban Jangka Pendek
= Rp 7.000 – Rp 1.500
= Rp 5.500

Ekuitas Dana Investasi (EDI) = Aset Tetap – Kewajiban Jangka Panjang


= Rp 3.000 – Rp 2.500
= Rp 500

Ekuitas Dana Cadangan (EDC) = Dana Cadangan


= Rp 1.000

Berikut ini adalah neraca awal Kabupaten Makmur dengan rincian akun ekuitas
dana.
Kabupaten Makmur
Neraca Awal
Per 31 Desember 2005
(dalam jutaan rupiah)
Aset Kewajiban
Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500
Kas di Kas Daerah Rp 5.000 Hutang Jangka Panjang 2.500
Persediaan 2.000 Total Kewajiban 4.000
Total Aset Lancar 7.000 Ekuitas Dana
Aset Tetap dan Lainnya Ekuitas Dana Lancar
Aset Tetap 3.000 SiLPA 5.000
Dana Cadangan 1.000 Cadangan Persediaan 2.000
Dana YHD untuk Pembayaran
Total Aset Tetap dan Lainnya 4.000 (1.500)
Hutang Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset
3.000
Tetap
Dana YHD untuk Pembayaran
(2.500)
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana
1.000
Cadangan
Total Ekuitas Dana 7.000
Jumlah Kewajiban dan
Total Aset Rp 11.000 Ekuitas Rp 11.000
Ket: YHD= Yang Harus Disediakan
9

Contoh 2
Selama Tahun 2006, APBD Kabupaten Makmur ditetapkan dan direalisasikan
sebagai berikut:
(dalam jutaan rupiah)
Pos APBD APBD Realisasi APBD
Pendapatan Rp 29.000 Rp 30.000
Belanja Operasi 16.000 15.000
Belanja Modal /Aset Tetap 10.000 10.000
Surplus/(Defisit) 3.000 5.000
Penerimaan Pembiayaan_ dari Hutang Jangka Panjang 8.000 7.000
Pengeluaran Pembiayaan_ Pembentukan Dana Cadangan (7.000) (5.000)
Sisa Lebih/(Kurang Pembiayaan) 1.000 2.000
SiLPA /(SiKPA) 4.000 7.000

Secara deskriptif, transaksi akuntansi keuangan yang terjadi pada Kabupaten


Makmur dalam tahun 2006 dapat diikhtisarkan sebagai berikut (dalam jutaan
rupiah):
A. Inventarisasi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 11.000
B. Realisasi pendapatan asli Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 30.000
C. Realisasi belanja operasi Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 15.000
D. Realisasi belanja modal Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur Rp 10.000
E. Korolari: pengakuan aset atas realisasi belanja modal Pemerintah Daerah
Kabupaten Makmur Rp 10.000
F. Realisasi penerimaan pembiayaan dari hutang jangka panjang Rp 7.000
G. Korolari: pengakuan hutang jangka panjang Rp 7.000
H. Pengeluaran pembiayaan berupa pembentukan dana cadangan pemerintah
daerah untuk pembuatan bandara di Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
Rp 5.000
I. Korolari: pengakuan atas penambahan dana cadangan Rp 5.000

Bagaimanakah pengaruh dari realisasi APBD Kabupaten Makmur terhadap


persamaan akuntansi pemerintah Kabupaten Makmur?

Penjelasan Transaksi A
Transaksi A adalah berupa pencatatan neraca awal, yang berasal dari inventarisasi
aset dan kewajiban. Dalam transaksi ini dicatat aset yang bisa diidentifikasi serta
kewajiban yang dimiliki oleh Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2005. Selisih
antara total aset dan kewajiban, masing-masing akan diidentifikasi dan
dikelompokkan ke dalam ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas
dana cadangan. Penjelasan atas transaksi pertama ini telah diuraikan di Contoh 1.

Penjelasan Transaksi B
Transaksi B adalah realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten Makmur sesuai
dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten
10

Makmur adalah Rp 30.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 30.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 30.000. Transaksi realisasi pendapatan
pemerintah ini hanya akan menambah kas dan tidak mengubah komposisi aset
lainnya.

Penjelasan Transaksi C
Transaksi C adalah realisasi belanja operasi pemerintah Kabupaten Makmur
sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi belanja operasi pemerintah
Kabupaten Makmur adalah Rp 15.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi
anggaran tersebut akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
berupa kas sebesar Rp 15.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan
mengurangi jumlah ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 15.000. Transaksi
realisasi belanja operasi pemerintah ini hanya akan mengurangi kas, tidak
mengubah komposisi aset lainnya. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja
operasi pemerintah akan mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA).

Penjelasan Transaksi D
Transaksi D adalah realisasi belanja modal pemerintah Kabupaten Makmur sesuai
dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi belanja modal pemerintah Kabupaten
Makmur adalah Rp 10.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 10.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 10.000. Transaksi realisasi belanja operasi
pemerintah ini bukan hanya akan mengurangi kas, tetapi juga akan mengubah
komposisi aset lainnya, yaitu bertambahnya aset tetap sebagai akibat belanja
modal. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja modal pemerintah akan
mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA) Rp 10.000.
Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:
(dalam jutaan rupiah)

Hutang Hutang Ekuita Ekuitas Ekuitas


Tran- Kas di Kas Persedia- Aset Dana Keterangan
Jangka Jangka s Dana Dana Dana
saksi Daerah an Tetap Cadangan Transaksi
Pende Panjan Lancar Investas Cadanga
k g i n
DEBET (Rp) KREDIT (Rp)
A 5.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 5.500 500 1.000 Neraca Awal
B 30.000 30.000 Pendapatan
35.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 35.500 500 1.000
C (15.000) (15.000) Belanja Operasi
20.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 20.500 500 1.000
D (10.000) (10.000) Belanja Modal
10.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 10.500 500 1.000
Belanja Modal:
E 10.000 10.000 Pengakuan Aset Tetap
10.000 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 10.500 10.500 1.000
Penerimaan
Pembiayaan dari
F 7.000 7.000
Hutang Jangka
Panjang
17.000 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 17.500 10.500 1.000
Pengakuan Hutang
G 7.000 (7.000)
Jangka Panjang
17.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 17.500 3.500 1.000
Pengeluaran
H (5.000) (5.000) Pembiayaan
12.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 12.500 3.500 1.000
Pencatatan
I 5.000 5.000 Penambahan Dana
Cadangan
12.000 2.000 13.000 6.000 1.500 9.500 12.500 3.500 6.000
Penjelasan Transaksi E
Transaksi pengakuan aset tetap dan pengakuan hutang jangka panjang
merupakan transaksi yang berbeda dengan transaksi yang terjadi di sektor
swasta. Transaksi belanja modal sebesar Rp 10.000 akan mempengaruhi akun kas
di sisi Debet, berupa pengurangan kas, dan ekuitas dana lancar berupa
bertambahnya belanja modal sebesar Rp 10.000. Bertambahnya belanja secara
langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA di akhir periode. Pencatatan transaksi
dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana
berupa SiLPA. Sementara untuk pengakuan adanya aset terhadap transaksi ini
memerlukan satu tahap pencatatan transaksi sebagai aset. Pengakuan atas aset
sebagai penambahan aset tetap sebesar Rp 10.000, dan diimbangi dengan
penambahan atas ekuitas dana investasi untuk pos Ekuitas Dana Investasi-
Diinvestasikan Dalam Aset Tetap sebesar Rp 10.000. Oleh karena itu, untuk
mencatat transaksi ini dilakukan 2 langkah, yaitu 1) mengakui penurunan kas dan
penambahan belanja modal sebesar Rp 10.000, dan 2) mengakui penambahan aset
tetap Rp 10.000 dan penambahan Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan dalam
Aset Tetap sebesar Rp 10.000. Langkah yang kedua di dalam akuntansi
pemerintahan dikenal dengan jurnal korolari.

Masalah lain yang muncul adalah pertanyaan, ”Mengapa pencatatan transaksi


tidak langsung mengurangi kas dan menambah aset tetap sebesar Rp 10.000?”
Apabila pencatatan dalam persamaan akuntansi dilakukan dengan cara ini, maka
akan mengakibatkan 1) tidak tercatatnya belanja modal, 2) tidak tercatatnya
penambahan didalam Ekuitas dana Investasi-Diinvestasikan dalam Aset Tetap.
Untuk mengatasi kelemahan karena pencatatan model sektor swasta, maka dalam
persamaan akuntansi pemerintah pencatatan harus dilakukan dua tahap, yaitu
tahap pertama mencatat pengeluaran kas dan penambahan belanja modal atau
realisasi belanja modal, dan tahap kedua mengakui penambahan aset tetap dan
penambahan Ekuitas Dana Investasi-Diinvestasikan dalam Aset Tetap.

Penjelasan Transaksi F
Transaksi F adalah realisasi penerimaan pembiayaan pemerintah Kabupaten
Makmur sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi penerimaan
pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 7.000 yang berasal dari
hutang jangka panjang. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 7.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 7.000. Transaksi realisasi belanja operasi
pemerintah ini bukan hanya akan menambah ekuitas dana lancar (SiLPA), tetapi
juga akan mengubah komposisi kewajiban jangka panjang, yaitu bertambahnya
12

kewajiban jangka panjang sebagai akibat dari penerimaan pembiayaan, yang perlu
dibayar di masa yang akan datang.

Penjelasan Transaksi G
Transaksi ini adalah kasus penerimaan kas dari penerimaan pembiayaan atau
realisasi pendapatan pembiayaan. Transaksi penerimaan pembiayaan sebesar Rp
7.000 berasal dari hutang jangka panjang akan mempengaruhi akun kas di sisi
Debet, berupa penambahan kas, dan ekuitas dana lancar berupa bertambahnya
penerimaan pembiayaan sebesar Rp 7.000. Bertambahnya penerimaan
pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA pada akhir
periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset
berupa kas dan ekuitas dana berupa SiLPA. Sementara untuk pengakuan adanya
hutang jangka panjang terhadap transaksi ini memerlukan satu tahap pencatatan
transaksi sebagai hutang jangka panjang. Pengakuan atas transaksi pembiayaan
sebagai penambahan hutang jangka panjang sebesar Rp 7.000, dan diimbangi
dengan penambahan atas Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang sebesar Rp 7.000.

Muncul pertanyaan, ”Mengapa pencatatan transaksi tersebut tidak langsung


menambah kas dan hutang jangka panjang masing-masing sebesar Rp 7.000,
seperti halnya di persamaan akuntansi sektor swasta?” Apabila pencatatan dalam
persamaan akuntansi dilakukan dengan cara ini, maka akan mengakibatkan 1)
tidak tercatatnya penerimaan pembiayaan, 2) tidak tercatatnya penambahan
didalam Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran
Hutang Jangka Panjang. Untuk mengatasi kelemahan karena pencatatan model
sektor swasta tersebut, maka dalam persamaan akuntansi pemerintah pencatatan
harus dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama mencatat penerimaan kas dan
penambahan penerimaan pembiayaan atau realisasi penerimaan pembiyaan dari
hutang jangka panjang, dan tahap kedua adalah mengakui penambahan kewajiban
jangka panjang dan penambahan Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus
Disediakan untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang.

Penjelasan Transaksi H
Transaksi H adalah realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten
Makmur sesuai dengan APBD untuk membentuk dana cadangan. Untuk tahun
2006, realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah
Rp 5.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut akan mengurangi
aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar Rp 5.000 di
sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah ekuitas dana
lancar (SiLPA) sebesar Rp 5.000. Transaksi realisasi belanja pembiayaan
pemerintah ini bukan hanya akan mengurangi kas, tetapi akan mengubah
komposisi aset lainnya berupa perubahan pada dana cadangan. Sebagai lawannya,
13

transaksi realisasi belanja operasi pemerintah akan mengurangi ekuitas dana


lancar (SiLPA) sebesar Rp 5.000.

Penjelasan Transaksi I
Transaksi pengakuan dana cadangan dan pengakuan penambahan atas ekuitas
dana cadangan merupakan transaksi yang berbeda dengan transaksi yang terjadi
di sektor swasta. Transaksi belanja pembiayaan sebesar Rp 5.000 akan
mempengaruhi akun kas di sisi Debet, berupa pengurangan kas, dan ekuitas dana
lancar berupa bertambahnya ekuitas dana cadangan sebesar Rp 5.000.
Bertambahnya belanja pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap
SiLPA di akhir periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan
mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana cadangan. Sementara untuk
pengakuan adanya aset berupa dana cadangan terhadap transaksi ini memerlukan
satu tahap pencatatan transaksi lagi. Pengakuan atas dana cadangan sebesar Rp
5.000, perlu diimbangi dengan penambahan atas ekuitas dana cadangan Rp 5.000.
Oleh karena itu langkah untuk mencatat transaksi ini dilakukan sebanyak 2
langkah, yaitu 1) mengakui penurunan kas dan penambahan belanja pembiayaan
sebesar Rp 5.000, dan 2) mengakui penambahan dana cadangan Rp 10.000 dan
penambahan ekuitas dana cadangan sebesar Rp 10.000.

Masalah lain yang muncul adalah pertanyaan, ”Mengapa pencatatan transaksi


tidak langsung mengurangi kas dan menambah dana cadangan sebesar Rp 5.000?”
Apabila pencatatan dalam persamaan akuntansi dilakukan dengan cara ini, maka
akan mengakibatkan 1) tidak tercatatnya belanja pembiayaan, 2) tidak tercatatnya
penambahan didalam ekuitas dana cadangan. Untuk mengatasi kelemahan karena
pencatatan model sektor swasta, maka dalam persamaan akuntansi pemerintah
pencatatan harus dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama mencatat pengeluaran
kas dan penambahan belanja pembiayaan atau realisasi belanja pembiayaan, dan
tahap kedua mengakui penambahan dana cadangan dan penambahan ekuitas
dana cadangan.

CONTOH PENYESUAIAN DALAM PERSAMAAN AKUNTANSI


Setiap akhir tahun, di dalam akuntansi pemerintahan perlu diperhatikan pos-pos
yang memerlukan penyesuaian. Penyesuaian diperlukan karena tidak setiap akun
dalam neraca menunjukkan kondisi yang sebenarnya. Sebagai misal, adalah akun
Persediaan di dalam neraca Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006 adalah
sama dengan jumlah persediaan pada awal tahun 2006 (neraca awal). Untuk
memastikan bahwa akun tersebut angkanya telah tepat, maka diperlukan
pengecekan nilai jumlah persediaan (stock opname). Kasus lainnya misalnya,
14

pemerintah Kabupaten Makmur menyusutkan asetnya untuk mendapatkan nilai


wajar dalam aset tetap di neraca.

Adanya transaksi yang belum tercatat, atau akun pada akhir tahun belum
menunjukkan angka yang tepat menunjukkan bahwa di dalam akuntansi
pemerintahan perlu dilakukan penyesuaian (judgement) terhadap akun-akun yang
muncul. Hasil dari penilaian tersebut adalah munculnya jurnal penyesuaian, untuk
memperbaiki laporan sehingga mencerminkan keadaan yang wajar.

Contoh 3
Dalam kasus Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006, untuk memastikan
keadaan yang sebenarnya, dilakukan stock opname terhadap persediaan dan
ternyata nilai wajar dari persediaan Kabupaten Makmur jumlahnya adalah Rp
3.000 juta. Disamping itu, pada awal tahun anggaran DPRD Kabupaten Makmur
memberi mandat agar menyusutkan aset tetap di Kabupaten Makmur sebesar Rp
500 juta per tahun.

Bagaimana pengaruh adanya penyesuaian ini terhadap persamaan akuntansi dan


neraca?

Pengaruh terhadap persamaan akuntansi Kabupaten Makmur sampai dengan


penyesuaian dapat digambarkan dalam tabel berikut (dalam jutaan rupiah):
Hutang Hutang
Tran- Kas di Kas Aset Dana Ekuitas Dana Ekuitas Dana Ekuitas Dana
Persediaan Jangka Jangka Keterangan Transaksi
saksi Daerah Tetap Cadangan Lancar Investasi Cadangan
Pende Panjan
k g
DEBET (Rp) KREDIT (Rp)
A 5.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 5.500 500 1.000 Neraca Awal
B 30.000 30.000 Pendapatan
35.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 35.500 500 1.000
C (15.000) (15.000) Belanja Operasi
20.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 20.500 500 1.000
D (10.000) (10.000) Belanja Modal
10.000 2.000 3.000 1.000 1.500 2.500 10.500 500 1.000
Belanja Modal: Pengakuan
E 10.000 10.000 Aset Tetap
10.000 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 10.500 10.500 1.000
Penerimaan Pembiayaan
F 7.000 7.000 dari Hutang Jk. Panjang
17.000 2.000 13.000 1.000 1.500 2.500 17.500 10.500 1.000
Pengakuan Hutang Jangka
G 7.000 (7.000) Panjang
17.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 17.500 3.500 1.000
H (5.000) (5.000) Pengeluaran Pembiayaan
12.000 2.000 13.000 1.000 1.500 9.500 12.500 3.500 1.000
Pencatatan Penambahan
I 5.000 5.000 Dana Cadangan
12.000 2.000 13.000 6.000 1.500 9.500 12.500 3.500 6.000 *
Penyesuaian nilai
J 1.000 1.000 persediaan menjadi
Rp3.000
12.000 3.000 13.000 6.000 1.500 9.500 13.500 3.500 6.000
Penystn. Aset Tetap
K (500) (500) (Terbentuk Pos
Akumulasi Penystn.)
12.000 3.000 12.500 6.000 1.500 9.500 13.500 3.000 6.000 **
Ket: * Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian
** Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
16

Penjelasan Transaksi J
Transaksi J adalah pengakuan terhadap hasil stock opname yang menunjukkan
persediaan pemerintah Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006. Jumlah
persediaan hasil stock opname pada akhir tahun 2006 di pemerintah Kabupaten
Makmur adalah Rp 3.000. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan nilai
persediaan pada awal tahun sejumlah Rp 2.000. Perbedaan sebesar Rp 1.000 perlu
diperbaiki dengan cara menambahkan masing-masing Rp 1.000 pada akun
persediaan (sebagai tambahan aset lancar) dan pada akun Cadangan Persediaan
(ekuitas dana lancar).

Penjelasan Transaksi K
Transaksi K adalah penyusutan aset tetap pada akhir tahun. Seiring dengan
semakin lamanya digunakan, aset tetap (selain tanah) akan mengalami penurunan
manfaat karena aus atau rusak akibat pemakaian. Dalam rangka penyajian nilai
wajar terhadap aset-aset tersebut dilakukan penyusutan. Selain itu, aset tetap juga
dapat direvaluasi, dihentikan penggunaannya, atau dilepaskan (dijual).

Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas


dan manfaat dari suatu aset. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan,
seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset
tersebut. Penyusutan ini bukan untuk alokasi biaya sebagaimana penyusutan di
sektor komersial, tetapi untuk menyesuaikan nilai sehingga dapat disajikan secara
wajar. Pengertian ini berdampak pada transaksi yang harus dibuat pada saat
mengakui penyusutan, dimana tidak ada pengakuan beban penyusutan melainkan
hanya penurunan nilai aset.

Nilai penyusutan untuk masing-masing periode dicatat dengan cara mengurangi


nilai tercatat aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap. Jumlah
penyusutan pada tahun 2006 di pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 500.
Penyusutan ini akan mengurangi aset tetap sebesar Rp 500 (dengan terbentuknya
akun/pos baru berupa Akumulasi Penyusutan yang merupakan akun lawan dari
aset tetap) dan mengurangi Ekuitas Dana Investasi–Diinvestasikan pada Aset
Tetap. Atau dengan kata lain Akumulasi Penyusutan bertambah (kredit) dan
Ekuitas Dana Investasi–Diinvestasikan pada Aset Tetap berkurang (Debet).

Teknik lain yang dapat digunakan adalah mengurangi penyusutan langsung


terhadap aset tetap dan Ekuitas Dana Investasi–Diinvestasikan pada Aset Tetap
sesuai dengan nilai wajarnya.

Dengan adanya penyesuaian tersebut, maka neraca setelah dilakukannya


penyesuaian adalah sebagai berikut:
17

Kabupaten Makmur
Neraca
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Aset Kewajiban
Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500
Kas di Kas Daerah Rp 12.000 Hutang Jangka Panjang 9.500
Persediaan 3.000 Total Kewajiban 11.000
Total Aset Lancar 15.000 Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA 12.000
Aset Tetap dan Lainnya Cadangan Persediaan 3.000
Aset Tetap 13.000 Dana YHD untuk Pembayaran
(1.500)
Akumulasi Penyusutan (500) Hutang Jangka Pendek
Nilai Buku Aset Tetap 12.500 Ekuitas Dana Investasi
Dana Cadangan 6.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 12.500
Total Aset Tetap dan Dana YHD untuk Pembayaran
18.500 (9.500)
Lainnya Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana
Cadangan 6.000
Total Ekuitas Dana 22.500
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
Jumlah Aset Rp 33.500 Rp 33.500
Dana
Ket: YHD=Yang Harus Disediakan

Basis kas menuju akrual, memberikan kebebasan kepada Pemerintah Indonesia


untuk memilih membuat Laporan Kinerja Keuangan dan Laporan Perubahan
Ekuitas, atau tidak membuatnya. Laporan tersebut sifatnya voluntary.

Laporan Kinerja Keuangan merupakan laporan yang membandingkan antara


pendapatan dan belanja yang disertai dengan pendapatan dan belanja secara
akrual. Dalam kasus ini, perhitungan akrual hanyalah penyusutan dengan jumlah
Rp500. Jika Laporan Kinerja Keuangan dibuat dari transaksi di atas, maka akan
didapat laporan sebagai berikut:

Kabupaten Makmur
Laporan Kinerja
Keuangan Per 31
Desember 2006 (dalam
jutaan rupiah)
Pendapatan
Pendapatan Rp 30.000
Belanja
Belanja Operasi 15.000
Penyusutan 500
Surplus (Defisit) Kinerja Keuangan 14.500
18

Laporan perubahan ekuitas dana menjelaskan perubahan ekuitas dana awal


menjadi ekuitas dana akhir. Ekuitas dana berubah karena adanya perubahan
dalam surplus / defisit kinerja keuangan atau ada penyesuaian dalam akun-akun
neraca. Jika dalam kasus Kabupaten Makmur dibuat Laporan Perubahan Ekuitas
Dana awal, maka akan berbentuk sebagai berikut:

Kabupaten Makmur
Laporan Perubahan Ekuitas Dana - Horizontal
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Ekuitas Dana Awal Perubahan Akhir
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA 5.000 7.000 12.000
Cadangan Persediaan 2.000 1.000 3.000
Dana YHD untuk
Pembayaran Hutang (1.500) 0 (1.500)
Jangka Pendek
Ekuitas Dana
Investasi
Diinvestasikan dalam
3.000 9.500 12.500
Aset Tetap
Dana YHD untuk
Pembayaran Hutang (2.500) (7.000) (9.500)
Jangka Panjang
Ekuitas Dana
Cadangan
Diinvestasikan dalam
Dana Cadangan 1.000 5.000 6.000
Total Ekuitas Dana
Jumlah Ekuitas Dana 7.000 Rp 15.500 Rp 22.500

Kabupaten Makmur
Laporan Perubahan Ekuitas Dana - Vertikal
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)

Ekuitas Dana Awal 7.000


Surplus/Defisit Kinerja Keuangan Rp 14.500
Penyesuaian Nilai Persediaan 1.000
Ekuitas Dana Akhir 22.500

Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menjelaskan perubahan kas awal
menjadi kas akhir. Secara teoretis, laporan arus kas dapat disusun dengan
menggunakan metode langsung dan tidak langsung. Standar Akuntansi
Pemerintahan di Indonesia, sebagaimana standar akuntansi lainnya yang berlaku
di Indonesia, mensyaratkan penggunaan Laporan arus kas dengan metode
langsung. Secara umum, laporan arus kas dibagi menjadi 3 aktivitas penting, yaitu
19

aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan. Standar Akuntansi pemerintahan di


Indonesia mengklasifikasi laporan arus kas menjadi 4 aktivitas utama yaitu
aktivitas operasi, investasi, pembiayaan dan non anggaran. Urutan penyajian arus
kas dimulai dengan aktivitas operasi, investasi, pembiayaan dan non anggaran
secara berurutan dan akan menghasilkan perubahan dalam arus kas. Setelah
ditemukan adanya perubahan (+/-) ditambahkan dengan saldo awal untuk
mendapatkan saldo kas akhir.
Jika dalam kasus Kabupaten Makmur dibuat Laporan Arus Kas dengan metode
langsung, maka akan berbentuk sebagai berikut:

Kabupaten Makmur
Laporan Arus Kas – Metode
Langsung
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)

A.K. dari aktivitas operasi


Pendapatan Rp 30.000
Belanja Operasi 15.000
A.K. dari aktivitas operasi 15.000
A.K. dari aktivitas investasi
Belanja Modal /Aset Tetap (10.000)
A.K. dari aktivitas investasi (10.000)
A.K. dari aktivitas pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan_ dari Hutang 7.000
Jangka Panjang
Pengeluaran Pembiayaan_ Pembentukan (5.000)
Dana Cadangan
A.K. dari aktivitas pembiayaan 2.000
Total Penambahan Kas 7.000
Kas, awal 5.000
Kas, akhir 12.000

Laporan Arus Kas metode tidak langsung bertujuan untuk merekonsiliasi Surplus
Defisit Kinerja Keuangan menjadi arus kas. Perbedaan penyusunannya terletak
pada informasi yang disajikan dalam arus kas dari aktivitas operasi. Pada metode
tidak langsung, Surplus Defisit Kinerja Keuangan disesuaikan dengan belanja non
tunai, sebagai contoh beban penyusutan. Selanjutnya sama seperti metode
langsung.
Jika dalam kasus Kabupaten Makmur dibuat Laporan Arus Kas dengan metode
langsung, maka akan berbentuk sebagai berikut:
20

Kabupaten Makmur
Laporan Arus Kas – Metode Tidak Langsung
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)

A.K. dari aktivitas operasi


Surplus Defisit Kinerja Keuangan Rp 14.500
Penyesuaian: Penyusutan 500
A.K. dari aktivitas operasi 15.000
A.K. dari aktivitas investasi
Belanja Modal /Aset Tetap (10.000)
A.K. dari aktivitas investasi (10.000)
A.K. dari aktivitas pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan_ dari Hutang 7.000
Jangka Panjang
Pengeluaran Pembiayaan_ Pembentukan (5.000)
Dana Cadangan
A.K. dari aktivitas pembiayaan 2.000
Total Penambahan Kas 7.000
Kas, awal 5.000
Kas, akhir 12.000

KOROLARI DALAM PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN


Penjelasan konsep jurnal
korolari Contoh:

Alternatif teknik jurnal


korolari Contoh:

Menurut Sinaga (2005) Neraca disajikan dengan basis akrual dan Laporan
Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas disajikan dengan basis kas.

Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan-laporan yang saling


berhubungan. Pendapatan yang merupakan isi Laporan Realisasi Anggaran
didefinisikan sebagai semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah. Selanjutnya belanja yang juga menjadi isi Laporan Realisasi
Anggaran didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.
21

Ekuitas dana lancar merupakan unsur neraca sehingga pendapatan dan belanja
seharusnya langsung mempengaruhi ekuitas dana lancar dalam neraca. Akan
tetapi penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja berdasarkan basis kas
hanya mempengaruhi jumlah kas tetapi tidak secara langsung mempengaruhi
ekuitas dana lancar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa akun-akun
pendapatan dan belanja merupakan akun pembantu ekuitas dana lancar.
Penerimaan pendapatan dicatat terlebih dahulu dalam akun pendapatan dan
pengeluaran belanja dicatat dalam akun belanja kemudian pada akhir tahun
ditutup ke akun ekuitas dana lancar (bandingkan dengan pengertian pendapatan
dan biaya sebagai akun pembantu modal dalam akuntansi komersial). Seluruh
penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus ada dalam anggaran, artinya
harus melalui atau tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan,
belanja, dan pembiayaan yang merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran akan
diakui atau dicatat pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Pendapatan, belanja,
dan pembiayaan hanya mempengaruhi kas dan tidak mempengaruhi komponen
lainnya dalam pos neraca pada saat penerimaan dan pengeluaran kas. Akibat
perlakuan seperti ini, neraca hanya terdiri dari kas pada sisi debet dan ekuitas
pada sisi kredit. Ekuitas pun hanya muncul pada akhir periode pada saat
pendapatan dan biaya ditutup ke ekuitas dana lancar.

Perlakuan-perlakuan penerimaan dan pengeluaran dalam penerapan basis kas


menuju akrual ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Pada saat penerimaan pendapatan dicatat dalam persamaan:


Kas = Ekuitas Dana Lancar Pendapatan

Kas merupakan unsur atau akun neraca yang disebut juga dengan akun riil (real
account) sedangkan pendapatan adalah unsur Laporan Realisasi Anggaran yang
disebut juga akun nominal (nominal account).

Pada saat pengeluaran kas untuk belanja dicatat dalam persamaan: Belanja
(Kas) = (Ekuitas Dana Lancar) Belanja
merupakan nominal account.

Pada saat pengeluaran belanja untuk perolehan aset tetap berupa gedung misalnya akan
dijurnal:
(Kas) = (Ekuitas Dana Lancar) Belanja Modal

Pertanyaannya, ”Mengapa tidak langsung dijurnal ke aset tetap yang


bersangkutan?” Seharusnya, seperti halnya di akuntansi komersial, pengeluaran
untuk perolehan aset tetap (belanja modal untuk pembangunan gedung) dapat
dicatat dalam persamaan akuntansi pemerintah sebagai berikut:
22

(Kas) = Gedung & Bangunan Belanja Modal

Akun gedung dan bangunan dan akun kas merupakan akun riil (real account). Jika
dilakukan penjurnalan seperti di atas maka pengeluaran tersebut tidak akan
mempengaruhi belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Perlakuan seperti ini
hanya mempengaruhi akun-akun neraca. Oleh karena seluruh transaksi kas
pemerintahan harus melalui Laporan Realisasi Anggaran maka pengeluaran untuk
belanja modal tidak dapat dijurnal langsung ke aset yang bersangkutan, tetapi
harus melalui Laporan Realisasi Anggaran terlebih dahulu.

Contoh lain, misalnya pengeluaran untuk pembayaran pokok hutang. Pembayaran


pokok hutang akan dicatat dalam persamaan akuntansi pemerintah sebagai
berikut:
(Kas) = Pengeluaran Pembiayaan Pokok Hutang Bayar pokok hutang

Pengeluaran uang kas untuk pembayaran hutang tidak dikredit secara langsung
pada kewajiban di Neraca, melainkan dijurnal ke unsur Laporan Realisasi
Anggaran yaitu Pengeluaran Pembiayaan untuk Pembayaran Pokok Hutang.

Dari uraian di atas terlihat bahwa setiap pengeluaran pemerintah atau


penerimaan pemerintah harus melalui Laporan Realisasi Anggaran. Oleh
karena itu, penerimaan dan pengeluaran mempengaruhi unsur-unsur dalam
Laporan Realisasi Anggaran dan kas di Neraca sekaligus. Jadi yang terpengaruh di
Neraca hanya akun kas. Akan tetapi penerimaan dan pengeluaran uang tidak
hanya mempengaruhi kas di Neraca.

Pengeluaran uang untuk membayar pengadaan aset tetap yang merupakan belanja
modal selain mempengaruhi kas juga mempengaruhi aset tetap yang
bersangkutan dan akun pasangannya dalam kelompok ekuitas. Contohnya
pengadaan aset tetap berupa bangunan tersebut. Contoh lainnya, penerimaan
uang dari pinjaman akan menambah kas tetapi sekaligus juga menambah
kewajiban yang harus muncul di Neraca. Untuk itu harus ada mekanisme agar
pengeluaran kas tidak hanya mempengaruhi kas tetapi juga unsur neraca lainnya
yang terkait sekaligus juga masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran. Demikian
juga halnya dengan penerimaan pinjaman yang masuk dalam Laporan Realisasi
Anggaran tetapi juga harus masuk dalam kewajiban di Neraca. Mekanisme ini yang
disebut dengan jurnal korolari.

Melalui mekanisme jurnal korolari, pengeluaran belanja untuk pembelian aset


tetap seperti pembelian gedung dicatat sebagai pengeluaran belanja modal.
Selanjutnya, agar perolehan aset tersebut muncul dalam Neraca maka perlu dibuat
jurnal pendamping (jurnal korolari). Jurnal korolari dibuat dengan mendebet aset
23

yang bersangkutan dan mengkredit akun Ekuitas Dana Diinvestasikan dalam


kelompok Ekuitas. Misalkan dikeluarkan belanja modal sebesar Rp 100 miliar
untuk pembelian gedung, maka agar dapat masuk dalam Neraca dan Laporan
Realisasi Anggaran harus dibuat persamaan akuntansi sebagai berikut:

(Kas) = EDL - SiLPA Belanja Modal


(100) = (100)
Persamaan ini akan mempengaruhi belanja modal dalam Laporan Realisasi
Anggaran. Pencatatan tersebut belum masuk dalam akun aset tetap berupa
gedung dan akun ekuitasnya. Untuk itu dibuatkan persamaan korolari:

Gedung dan Bangunan = Diinvestasikan dalam Aset Tetap Korolari Belanja Modal
100 = 100

Dengan penjurnalan di atas, Pengeluaran Kas akan dicatat dalam Neraca dan
Laporan Realisasi Anggaran. Bukan hanya itu, akun Gedung dan Bangunan dalam
kelompok aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap pada kelompok
Ekuitas juga dicatat sebesar jumlah yang sama. Dari uraian di atas terlihat bahwa
jurnal korolari digunakan agar transaksi yang mempengaruhi akun Neraca
(selain kas) dan Laporan Realisasi Anggaran dapat dicatat pada waktu yang
sama.

Pertanyaannya adalah ”Apakah tidak ada mekanisme lain yang dapat


memungkinkan dapat disajikannya unsur neraca selain kas?” Jawabnya adalah
”Ada”. Akun-akun yang dimaksud bisa saja dicatat pada akhir tahun dengan
menggunakan jurnal penyesuaian. Seluruh buku besar untuk akun-akun terkait
dibuka pada saat penyusunan neraca lajur. Akan tetapi dapat dibayangkan begitu
rumitnya menghimpun semua bukti transaksi untuk dilakukan penyesuaian pada
akhir tahun dengan mekanisme ini.

PERTANYAAN
1. Konsep dana apakah yang dianut oleh akuntansi pemerintah di Indonesia?
Jelaskan!
2. Tuliskan Persamaan Akuntansi Pemerintah!
3. Apakah perbedaan antara persamaan akuntansi pemerintah dengan
persamaan akuntansi bisnis?
4. Apakah perbedaan antara pos ekuitas (modal) di laporan keuangan swasta
dengan pos ekuitas dana di dalam akuntansi pemerintahan?
5. Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana lancar? Tuliskan rumusnya!
6. Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana investasi? Tuliskan rumusnya!
7. Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana cadangan? Tuliskan rumusnya!
24

8. Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana lancar!
9. Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana
investasi!
10. Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana
cadangan!
11. Jika pemerintah daerah menerima pendapatan pajak, akun apakah yang
terpengaruh dalam persamaan akuntansi pemerintahan?
12. Jika pemerintah daerah membeli aset tetap dengan anggarannya, akun apakah
yang terpengaruh dalam persamaan akuntansi pemerintahan?
13. Apakah perlu ada penyesuaian dalam akuntansi pemerintahan? Jelaskan dan
berikan contohnya!
14. Dalam ekuitas dana pemerintahan, terdapat kemungkinan masing-masing
ekuitas dana bernilai negatif atau positif. Jelaskan dan analisa kondisi negatif
atau positif masing-masing ekuitas dana tersebut, dan hubungkan dengan
kondisi keuangan dari suatu pemerintah daerah!
15. Apakah arti pencatatan korolari dalam akuntansi pemerintahan?
16. Apakah selain pencatatan korolari ada teknik akuntansi yang lain yang dapat
digunakan? Jelaskan teknik tersebut.
17. Transaksi apa sajakah yang memerlukan pencatatan korolari dalam akuntansi
pemerintahan?

SOAL-SOAL

18. Berikut ini adalah kasus untuk penganggaran pemerintah daerah dan
pencatatan persamaan akuntansi. Sebagai ilustrasi, di Pemda Gemah Ripah
proses anggaran untuk tahun 2004 dimulai pada bulan Maret 2003. Dengan
menggunakan anggaran kinerja dan partisipasi dari masyarakat, anggaran
disetujui akhir Desember 2003 dan segera dilaksanakan mulai 1 Januari 2004.
Pelaksanaan berlangsung mulai tanggal 1 Januari 2004 hingga 31 Desember
2004. Kapankah transaksi yang mempengaruhi persamaan akuntansi
berlangsung? Apakah persamaan akuntansi terpengaruh dalam penyusunan
anggaran?
19. Data yang dikutip dari laporan Pemda Balda tahun anggaran 2000
dianggarkan Rp 95.000 untuk pendapatan dan Rp 100.000 untuk belanja.
Sedangkan pada tahap realisasi, Pendapatan Rp 90.000 dan Belanja Rp
75.000. Diasumsikan bahwa belanja hanya satu jenis dan pendapatan hanya
pendapatan pajak. Saldo awal kas yang seluruhnya berasal dari saldo tahun
25

lalu adalah sebesar Rp 20.000. Sumber penerimaan pembiayaan Pemda hanya


berasal dari saldo tahun lalu tetapi masih menganggarkan penyertaan pada
PDAM sebesar Rp 15.000 dan terealisasi sebesar Rp 12.000. Seluruh
pembiayaan diotorisasi dengan jumlah yang sama dengan anggarannya. Aset
Pemda di samping kas hanya aktiva tetap senilai Rp 2.000.000 dan selama
tahun 2000 belanja untuk penambahan aktiva tetap tidak ada. Buatlah
persamaan akuntansinya dan susunlah neraca dari persamaan tersebut!
20. Pada Neraca Pemda B per 31 Desember 2005 diketahui bahwa:
 Kas Daerah Rp 50 juta
 Persediaan 45 juta
 Piutang Pajak 60 juta
 Investasi Jangka Panjang 100 juta
 Aset Tetap 200 juta
 Aset Lainnya 85 juta
 Dana Cadangan 300 juta
 Hutang Jangka Pendek 30 juta (termasuk Perhitungan
Fihak Ketiga/PFK Rp 5 juta)
 Hutang Jangka Panjang 150 juta
Berapakah Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi, dan Ekuitas Dana
Cadangan yang disajikan dalam neraca Pemda B per 31 Desember 2005?
21. Dari data pembukuan Pemda A ditemukan Saldo Kas di Kas Daerah per 31
Desember 2005 adalah Rp 1.000 juta. Setelah ditelusuri ternyata terdapat kas
sebesar Rp 45 juta yang belum disetor oleh Bendahara Penerimaan ke Kas
Daerah sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah kas sebesar Rp 45 juta
tersebut diketahui baru disetor ke Kas Daerah pada tanggal 6 Januari 2006.
Selain itu dari laporan bendahara pengeluaran status SKPD ditemukan adanya
sisa uang persediaan sebesar Rp 50 juta yang belum disetor ke Kas Daerah
sampai dengan 31 Desember 2005. Jumlah tersebut baru disetor pada tanggal
5 Januari 2006. Laporan Keuangan Pemda A untuk Tahun Anggaran (TA) 2005
baru diselesaikan dan diterbitkan pada tanggal 31 Maret 2006. Bagaimana
penyajian kas Pemda A di neraca per 31 Desember 2005?

Soal 1
Pemerintah Kabupaten A akan dimekarkan menjadi Kabupaten B dan C mulai
Januari tahun 2004. Untuk pemekaran tersebut, maka diidentifikasi aset-aset
Kabupaten A semuanya menjadi milik dari Kabupaten B. Kabupaten C tidak
mendapat aset apapun dari proses pemekaran itu. Untuk menunjang pelayanan
masyarakat di Kabupaten C, maka pada tahun tersebut Kabupaten C mendapat
dana transfer dari pemerintah berupa Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 400
miliar. Anggaran pertama ditetapkan oleh pemerintah pusat. Berikut ini adalah
APBD dan realisasi APBD Kabupaten C untuk tahun 2004:
(dalam milyaran rupiah)
26

Pos APBD APBD Realisasi APBD


Pendapatan
Pajak Daerah Rp 10 Rp 10
Retribusi Daerah 5 5
PAD lainnya 2 5
DAU 400 400
Total Pendapatan Asli Daerah (PAD)
417 420
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Pemilihan Umum 10 10
Belanja Bupati dan Wakil Bupati 15 15
Belanja DPRD 10 10
Belanja Pelayanan Umum 200 190
Total Belanja Operasi 235 225
Belanja Modal /Aset Tetap
Belanja Gedung 100 100
Belanja Kendaraan 50 50
Belanja Tanah 35 35
Total Belanja Aktiva Tetap 185 185
Total Belanja 420 410
Surplus/(Defisit) (3) 10
Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan_Dari Hutang Jk Panjang 15 15
Pengeluaran Pembiayaan_Membuat Dana Cadangan 10 10
Total Pembiayaan 5 5
Sisa Lebih/(Kurang) Pembiayaan Rp 2 Rp 15

Diminta:
1. Adakah neraca awal pemerintah kabupaten C?
2. Berdasarkan transaksi Kabupaten C, buatlah:
a. persamaan akuntansi atas realisasi anggaran tersebut
b. laporan neraca
3. Dengan kondisi di bawah ini, buatlah persamaan akuntansi untuk
penyesuaian:
a. jumlah persediaan pada akhir tahun adalah Rp 5 miliar
b. penyusutan aktiva tetap per tahun adalah 5%
4. Setelah disesuaikan, buatlah laporan keuangan neraca!

Soal 2
a. APBD Pemkab ABC tahun 2001 mencantumkan informasi sebagai berikut.
Pos APBD APBD Realisasi APBD
Pendapatan
Penerimaan cicilan penjualan rumah dinas Rp 62.500 Rp 62.500
Penerimaan pajak hiburan 162.500 175.000
Penggunaan SiLPA 400.000 250.000
Penerimaan Pengembalian Pinjaman PDAM 250.000
27

Belanja
Pembayaran bunga pinjaman 75.000 75.000
Pembelian Persediaan 50.000 40.000
Pembayaran pokok pinjaman Luar Negeri 250.000 250.000
Pembayaran pokok pinjaman Pemerintah Pusat 500.000 500.000

Realisasi pembayaran hutang dan biaya bunga tahun 2001 adalah sebagai
berikut :
Jenis Hutang Pokok Pinjaman Biaya Bunga
Hutang kepada Luar Negeri Rp 250.000 Rp 25.000
Hutang kepada Pemerintah Pusat 500.000 50.000

Hutang jangka panjang dan biaya bunga yang akan jatuh tempo tahun 2002
adalah sebagai berikut :
Jenis Hutang Pokok Pinjaman Biaya Bunga
Hutang kepada Luar Negeri Rp 250.000 Rp 20.000
Hutang kepada Pemerintah Pusat 500.000 40.000

Tagihan penjualan angsuran yang akan diterima tahun 2002 adalah sebesar
Rp 62.500.
Hasil perhitungan fisik persediaan Alat Tulis Kantor (ATK) per 31 Desember
2001 adalah sebesar Rp 10.000.

b. Pos-pos Neraca akhir tahun 2000 adalah sebagai berikut :


Aset
Aset Lancar
Kas Rp 400.000
Persediaan 100.000
Piutang Pajak 155.000
Bagian Lancar Penjualan Angsuran 62.500
Aset Tetap 3.000.000
Tagihan Penjualan Angsuran 187.500
Dana Cadangan 5.000
Total Aset Rp 3.910.000
Hutang
Hutang Jangka Pendek
Bagian Lancar Hutang Jangka Panjang Rp 750.000
Hutang Biaya Pinjaman 75.000
Total Hutang Jangka Pendek 825.000
Hutang Jangka Panjang
Hutang Luar Negeri 1.000.000
Hutang kepada Pemerintah Pusat 2.000.000
Total Hutang Jangka Panjang 3.000.000
Ekuitas
Ekuitas Dana Lancar
Akumulasi SiLPA 400.000
Cadangan untuk persediaan 100.000
28

Cadangan untuk piutang 217.500


Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Pendek (825.000)
Total Ekuitas Dana Lancar (107.500)
Ekuitas Dana Diinvestasikan
Diinvestasikan dalam aset tetap 3.000.000
Diinvestasikan dalam aset lainnya 187.500
Dana YHD untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang (3.000.000)
Total Ekuitas Dana Diinvestasikan 187.500
Ekuitas Dana Cadangan 5.000
Total Hutang dan Ekuitas Rp 3.910.000

Diminta:
1. Buatlah persamaan akuntansi, dengan transaksi penyesuaiannya! Kolom
Ekuitas Dana cukup dibuat 3 kolom saja.
2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah daerah yang terdiri dari
tahun 2001!

Soal 3
Data yang dikutip dari laporan Pemda Bagus Tahun Anggaran 2001 adalah sebagai
berikut:
Penerimaan
Tahap/jenis Pendapatan Belanja
Pembiayaan
Pengesahan Rp 10.000 Rp 13.000 Rp 1.500
Realisasi 9.000 10.000 1.500

Diasumsikan bahwa pendapatan hanya diperoleh dari pendapatan yang berasal


dari pajak-pajak daerah. Saldo awal kas yang seluruhnya berasal dari saldo tahun
lalu adalah Rp 1.500. Sedangkan sumber penerimaan pembiayaan Pemda selain
berasal dari saldo tahun lalu juga berasal dari Pinjaman Pemerintah Pusat sebesar
Rp 1.500. Tidak dilakukan pengeluaran pembiayaan untuk tahun 2001. Belanja
dilakukan hanya untuk belanja pegawai Rp 10.000 dan pembangunan gedung
sekolah senilai Rp 3.000 dan realisasinya belanja pegawai Rp 7.500, belanja
pembangunan gedung Rp 2.500. Sedangkan data yang diambil dari neraca per 31
Desember 2000 adalah sebagai berikut:
Kas Rp 1.500
Aset Tetap 3.000
Dana Cadangan 500
Total Aset Rp 5.000
Ekuitas
Ekuitas Dana Lancar
Akumulasi SiLPA Rp 1.500
Ekuitas Dana Diinvestasikan
Diinvestasikan dalam aset tetap 3.000
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana cadangan 500
Total Ekuitas Rp 5.000
29

Diminta:
1. Buatlah persamaan akuntansi pemerintahannya!
2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah akhir tahun 2001!

TUGAS
Dapatkan salah satu laporan keuangan neraca pemerintah pusat atau daerah.
Pastikan bahwa laporan yang saudara dapatkan berbeda dengan laporan
keuangan temannya. Pastikan laporan keuangan neraca yang ditampilkan dalam
laporan keuangan pemerintah tersebut telah lengkap. Lakukanlah hal berikut ini:
1. Gunakan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menguji ketepatan
penyajian ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana
cadangan!
2. Buatkan Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Kinerja Keuangan untuk
laporan tersebut.
3. Jika saudara tidak bisa membuat tugas nomor 2, berikan alasan yang jelas
dengan argumentatif.

Anda mungkin juga menyukai