Menurut Suwardjono (2005: 504), dana (fund) mempunyai dua pengertian yang
saling dirancukan. Dana dapat diartikan sebagai kas (uang), aset likuid, atau
sumber keuangan (financial resources) yang dapat digunakan untuk mendanai
suatu kegiatan, program, atau proyek dalam rangka mencapai tujuan tertentu
(spesifik). Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa
kegiatan, program, atau proyek yang didanai dengan aset likuid tersebut.
“A fund is formally defined as a fiscal and accounting entity with self balancing
set of accounts recording cash and other financial resources, together with all
related liabilities and residual equities or balances and changes there in, which
are segregated for the purpose of carrying on spesific activities or attaining
certain objectives in accordance with special regulations, restrictions, or
limitations.”
Penjelasan mengenai pos ekuitas dalam neraca dapat ditemukan di dalam Buletin
Teknis Nomor 03 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Konversi, yang menyatakan:
Pendekatan self balancing di dalam neraca yang digunakan oleh SAP merupakan
selisih antara saldo Aset dan Kewajiban. Dari penjelasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa ekuitas dana di dalam neraca merupakan:
1. kelompok dana umum
2. penyeimbang (self balancing) terhadap akun aset dan kewajiban
Saldo dana dalam neraca dapat diinterpretasi sebagai dana likuid yang siap
digunakan adalah ekuitas dana lancar Selisih Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
dan dana cadangan. Untuk menggunakan SiLPA dan dana cadangan perlu
ketetapan hukum yang mengatur penggunaan dana SiLPA yang tersedia.
EKUITAS
Pemisahan antara eksekutif dan legislatif sebagai wakil dari rakyat dalam
pemerintahan menimbulkan perlunya pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban
pemerintah terhadap keuangan rakyat yang dikelolanya diwujudkan dalam
bentuk pelaporan neraca yang mengharuskan bahwa aset pemerintah harus
ditunjukkan asalnya, apakah dari kewajiban ataukah milik pemerintah sendiri
(ekuitas dana). Dengan demikian, maka hubungan fungsional bahwa aset harus
selalu sama dengan kewajiban dan ekuitas dana harus selalu dipertahankan.
Hubungan fungsional antara aset, kewajiban dan ekuitas dana dalam akuntansi
disebut dengan persamaan akuntansi.
A = K + ED
Setiap kelompok dibagi menjadi akun-akun yang spesifik sesuai dengan dana yang
dimaksudkan. Setiap kelompok dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dari persamaan diatas, A adalah Aset, K adalah Kewajiban, EDL adalah Ekuitas
Dana Lancar, EDI adalah Ekuitas Dana Investasi, dan EDC adalah Ekuitas Dana
Cadangan.
Hubungan posisi keuangan awal dan posisi keuangan akhir setelah transaksi yang
berdasarkan anggaran pemerintah, dapat digambarkan dalam notasi persamaan
akuntansi sebagai berikut.
Posisi keuangan awal:
A = K + EDL + EDI + EDC
ILUSTRASI TRANSAKSI
Untuk menggambarkan transaksi-transaksi yang terjadi dalam pemerintahan
daerah yang disederhanakan, maka untuk memudahkan akan diilustrasikan
sebagai berikut:
Contoh 1
Kabupaten Makmur, pada tahun 2005 baru pertama kali mengadakan
inventarisasi dan dihasilkan data sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):
Kas di Kas Daerah Rp 5.000
Persediaan 2.000
Aset Tetap 3.000
Dana Cadangan 1.000
Hutang Jangka Pendek 1.500
Hutang Jangka Panjang 2.500
Buatlah persamaan akuntansi pemerintah atas inventarisasi yang dilakukan oleh
Kabupaten Makmur!
Dari soal contoh 1, kita dapat menyusun persamaan akuntansi sesuai dengan data
hasil inventarisasi neraca awal Kabupaten Makmur sebagai berikut:
Neraca awal singkat atas transaksi pencatatan tersebut adalah sebagai berikut:
Kabupaten Makmur
Neraca Awal
Per 31 Desember 2005
(dalam jutaan rupiah)
Aset Kewajiban
Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500
Kas di Kas Daerah Rp 5.000 Hutang Jangka Panjang 2.500
Persediaan 2.000 Total Kewajiban 4.000
Total Aset Lancar 7.000 Ekuitas Dana
Aset Tetap dan Lainnya Ekuitas Dana Lancar 5.500
Aset Tetap 3.000 Ekuitas Dana Investasi 500
Dana Cadangan 1.000 Ekuitas Dana Cadangan 1.000
Total Aset Tetap dan Lainnya 4.000 Total Ekuitas Dana 7.000
Jumlah Kewajiban dan
Jumlah Aset Rp 11.000 Rp 11.000
Ekuitas
8
Berikut ini adalah neraca awal Kabupaten Makmur dengan rincian akun ekuitas
dana.
Kabupaten Makmur
Neraca Awal
Per 31 Desember 2005
(dalam jutaan rupiah)
Aset Kewajiban
Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500
Kas di Kas Daerah Rp 5.000 Hutang Jangka Panjang 2.500
Persediaan 2.000 Total Kewajiban 4.000
Total Aset Lancar 7.000 Ekuitas Dana
Aset Tetap dan Lainnya Ekuitas Dana Lancar
Aset Tetap 3.000 SiLPA 5.000
Dana Cadangan 1.000 Cadangan Persediaan 2.000
Dana YHD untuk Pembayaran
Total Aset Tetap dan Lainnya 4.000 (1.500)
Hutang Jangka Pendek
Ekuitas Dana Investasi
Diinvestasikan dalam Aset
3.000
Tetap
Dana YHD untuk Pembayaran
(2.500)
Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana
1.000
Cadangan
Total Ekuitas Dana 7.000
Jumlah Kewajiban dan
Total Aset Rp 11.000 Ekuitas Rp 11.000
Ket: YHD= Yang Harus Disediakan
9
Contoh 2
Selama Tahun 2006, APBD Kabupaten Makmur ditetapkan dan direalisasikan
sebagai berikut:
(dalam jutaan rupiah)
Pos APBD APBD Realisasi APBD
Pendapatan Rp 29.000 Rp 30.000
Belanja Operasi 16.000 15.000
Belanja Modal /Aset Tetap 10.000 10.000
Surplus/(Defisit) 3.000 5.000
Penerimaan Pembiayaan_ dari Hutang Jangka Panjang 8.000 7.000
Pengeluaran Pembiayaan_ Pembentukan Dana Cadangan (7.000) (5.000)
Sisa Lebih/(Kurang Pembiayaan) 1.000 2.000
SiLPA /(SiKPA) 4.000 7.000
Penjelasan Transaksi A
Transaksi A adalah berupa pencatatan neraca awal, yang berasal dari inventarisasi
aset dan kewajiban. Dalam transaksi ini dicatat aset yang bisa diidentifikasi serta
kewajiban yang dimiliki oleh Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2005. Selisih
antara total aset dan kewajiban, masing-masing akan diidentifikasi dan
dikelompokkan ke dalam ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas
dana cadangan. Penjelasan atas transaksi pertama ini telah diuraikan di Contoh 1.
Penjelasan Transaksi B
Transaksi B adalah realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten Makmur sesuai
dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten
10
Makmur adalah Rp 30.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 30.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 30.000. Transaksi realisasi pendapatan
pemerintah ini hanya akan menambah kas dan tidak mengubah komposisi aset
lainnya.
Penjelasan Transaksi C
Transaksi C adalah realisasi belanja operasi pemerintah Kabupaten Makmur
sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi belanja operasi pemerintah
Kabupaten Makmur adalah Rp 15.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi
anggaran tersebut akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur
berupa kas sebesar Rp 15.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan
mengurangi jumlah ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 15.000. Transaksi
realisasi belanja operasi pemerintah ini hanya akan mengurangi kas, tidak
mengubah komposisi aset lainnya. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja
operasi pemerintah akan mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA).
Penjelasan Transaksi D
Transaksi D adalah realisasi belanja modal pemerintah Kabupaten Makmur sesuai
dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi belanja modal pemerintah Kabupaten
Makmur adalah Rp 10.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan mengurangi aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 10.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 10.000. Transaksi realisasi belanja operasi
pemerintah ini bukan hanya akan mengurangi kas, tetapi juga akan mengubah
komposisi aset lainnya, yaitu bertambahnya aset tetap sebagai akibat belanja
modal. Sebagai lawannya, transaksi realisasi belanja modal pemerintah akan
mengurangi ekuitas dana lancar (SiLPA) Rp 10.000.
Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:
(dalam jutaan rupiah)
Penjelasan Transaksi F
Transaksi F adalah realisasi penerimaan pembiayaan pemerintah Kabupaten
Makmur sesuai dengan APBD. Untuk tahun 2006, realisasi penerimaan
pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah Rp 7.000 yang berasal dari
hutang jangka panjang. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut
akan menambah aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar
Rp 7.000 di sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan menambah jumlah
ekuitas dana lancar (SiLPA) sebesar Rp 7.000. Transaksi realisasi belanja operasi
pemerintah ini bukan hanya akan menambah ekuitas dana lancar (SiLPA), tetapi
juga akan mengubah komposisi kewajiban jangka panjang, yaitu bertambahnya
12
kewajiban jangka panjang sebagai akibat dari penerimaan pembiayaan, yang perlu
dibayar di masa yang akan datang.
Penjelasan Transaksi G
Transaksi ini adalah kasus penerimaan kas dari penerimaan pembiayaan atau
realisasi pendapatan pembiayaan. Transaksi penerimaan pembiayaan sebesar Rp
7.000 berasal dari hutang jangka panjang akan mempengaruhi akun kas di sisi
Debet, berupa penambahan kas, dan ekuitas dana lancar berupa bertambahnya
penerimaan pembiayaan sebesar Rp 7.000. Bertambahnya penerimaan
pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap SiLPA pada akhir
periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan mempengaruhi aset
berupa kas dan ekuitas dana berupa SiLPA. Sementara untuk pengakuan adanya
hutang jangka panjang terhadap transaksi ini memerlukan satu tahap pencatatan
transaksi sebagai hutang jangka panjang. Pengakuan atas transaksi pembiayaan
sebagai penambahan hutang jangka panjang sebesar Rp 7.000, dan diimbangi
dengan penambahan atas Ekuitas Dana Investasi-Dana yang Harus Disediakan
untuk Pembayaran Hutang Jangka Panjang sebesar Rp 7.000.
Penjelasan Transaksi H
Transaksi H adalah realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten
Makmur sesuai dengan APBD untuk membentuk dana cadangan. Untuk tahun
2006, realisasi pengeluaran pembiayaan pemerintah Kabupaten Makmur adalah
Rp 5.000. Transaksi yang terjadi atas realisasi anggaran tersebut akan mengurangi
aset Pemerintah Daerah Kabupaten Makmur berupa kas sebesar Rp 5.000 di
sebelah Debet, sementara di sebelah kredit akan mengurangi jumlah ekuitas dana
lancar (SiLPA) sebesar Rp 5.000. Transaksi realisasi belanja pembiayaan
pemerintah ini bukan hanya akan mengurangi kas, tetapi akan mengubah
komposisi aset lainnya berupa perubahan pada dana cadangan. Sebagai lawannya,
13
Penjelasan Transaksi I
Transaksi pengakuan dana cadangan dan pengakuan penambahan atas ekuitas
dana cadangan merupakan transaksi yang berbeda dengan transaksi yang terjadi
di sektor swasta. Transaksi belanja pembiayaan sebesar Rp 5.000 akan
mempengaruhi akun kas di sisi Debet, berupa pengurangan kas, dan ekuitas dana
lancar berupa bertambahnya ekuitas dana cadangan sebesar Rp 5.000.
Bertambahnya belanja pembiayaan secara langsung akan berpengaruh terhadap
SiLPA di akhir periode. Pencatatan transaksi dengan metode ini hanya akan
mempengaruhi aset berupa kas dan ekuitas dana cadangan. Sementara untuk
pengakuan adanya aset berupa dana cadangan terhadap transaksi ini memerlukan
satu tahap pencatatan transaksi lagi. Pengakuan atas dana cadangan sebesar Rp
5.000, perlu diimbangi dengan penambahan atas ekuitas dana cadangan Rp 5.000.
Oleh karena itu langkah untuk mencatat transaksi ini dilakukan sebanyak 2
langkah, yaitu 1) mengakui penurunan kas dan penambahan belanja pembiayaan
sebesar Rp 5.000, dan 2) mengakui penambahan dana cadangan Rp 10.000 dan
penambahan ekuitas dana cadangan sebesar Rp 10.000.
Adanya transaksi yang belum tercatat, atau akun pada akhir tahun belum
menunjukkan angka yang tepat menunjukkan bahwa di dalam akuntansi
pemerintahan perlu dilakukan penyesuaian (judgement) terhadap akun-akun yang
muncul. Hasil dari penilaian tersebut adalah munculnya jurnal penyesuaian, untuk
memperbaiki laporan sehingga mencerminkan keadaan yang wajar.
Contoh 3
Dalam kasus Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006, untuk memastikan
keadaan yang sebenarnya, dilakukan stock opname terhadap persediaan dan
ternyata nilai wajar dari persediaan Kabupaten Makmur jumlahnya adalah Rp
3.000 juta. Disamping itu, pada awal tahun anggaran DPRD Kabupaten Makmur
memberi mandat agar menyusutkan aset tetap di Kabupaten Makmur sebesar Rp
500 juta per tahun.
Penjelasan Transaksi J
Transaksi J adalah pengakuan terhadap hasil stock opname yang menunjukkan
persediaan pemerintah Kabupaten Makmur pada akhir tahun 2006. Jumlah
persediaan hasil stock opname pada akhir tahun 2006 di pemerintah Kabupaten
Makmur adalah Rp 3.000. Hal ini menunjukkan perbedaan dengan nilai
persediaan pada awal tahun sejumlah Rp 2.000. Perbedaan sebesar Rp 1.000 perlu
diperbaiki dengan cara menambahkan masing-masing Rp 1.000 pada akun
persediaan (sebagai tambahan aset lancar) dan pada akun Cadangan Persediaan
(ekuitas dana lancar).
Penjelasan Transaksi K
Transaksi K adalah penyusutan aset tetap pada akhir tahun. Seiring dengan
semakin lamanya digunakan, aset tetap (selain tanah) akan mengalami penurunan
manfaat karena aus atau rusak akibat pemakaian. Dalam rangka penyajian nilai
wajar terhadap aset-aset tersebut dilakukan penyusutan. Selain itu, aset tetap juga
dapat direvaluasi, dihentikan penggunaannya, atau dilepaskan (dijual).
Kabupaten Makmur
Neraca
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Aset Kewajiban
Aset Lancar Hutang Jangka Pendek Rp 1.500
Kas di Kas Daerah Rp 12.000 Hutang Jangka Panjang 9.500
Persediaan 3.000 Total Kewajiban 11.000
Total Aset Lancar 15.000 Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA 12.000
Aset Tetap dan Lainnya Cadangan Persediaan 3.000
Aset Tetap 13.000 Dana YHD untuk Pembayaran
(1.500)
Akumulasi Penyusutan (500) Hutang Jangka Pendek
Nilai Buku Aset Tetap 12.500 Ekuitas Dana Investasi
Dana Cadangan 6.000 Diinvestasikan dalam Aset Tetap 12.500
Total Aset Tetap dan Dana YHD untuk Pembayaran
18.500 (9.500)
Lainnya Hutang Jangka Panjang
Ekuitas Dana Cadangan
Diinvestasikan dalam Dana
Cadangan 6.000
Total Ekuitas Dana 22.500
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
Jumlah Aset Rp 33.500 Rp 33.500
Dana
Ket: YHD=Yang Harus Disediakan
Kabupaten Makmur
Laporan Kinerja
Keuangan Per 31
Desember 2006 (dalam
jutaan rupiah)
Pendapatan
Pendapatan Rp 30.000
Belanja
Belanja Operasi 15.000
Penyusutan 500
Surplus (Defisit) Kinerja Keuangan 14.500
18
Kabupaten Makmur
Laporan Perubahan Ekuitas Dana - Horizontal
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Ekuitas Dana Awal Perubahan Akhir
Ekuitas Dana Lancar
SiLPA 5.000 7.000 12.000
Cadangan Persediaan 2.000 1.000 3.000
Dana YHD untuk
Pembayaran Hutang (1.500) 0 (1.500)
Jangka Pendek
Ekuitas Dana
Investasi
Diinvestasikan dalam
3.000 9.500 12.500
Aset Tetap
Dana YHD untuk
Pembayaran Hutang (2.500) (7.000) (9.500)
Jangka Panjang
Ekuitas Dana
Cadangan
Diinvestasikan dalam
Dana Cadangan 1.000 5.000 6.000
Total Ekuitas Dana
Jumlah Ekuitas Dana 7.000 Rp 15.500 Rp 22.500
Kabupaten Makmur
Laporan Perubahan Ekuitas Dana - Vertikal
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menjelaskan perubahan kas awal
menjadi kas akhir. Secara teoretis, laporan arus kas dapat disusun dengan
menggunakan metode langsung dan tidak langsung. Standar Akuntansi
Pemerintahan di Indonesia, sebagaimana standar akuntansi lainnya yang berlaku
di Indonesia, mensyaratkan penggunaan Laporan arus kas dengan metode
langsung. Secara umum, laporan arus kas dibagi menjadi 3 aktivitas penting, yaitu
19
Kabupaten Makmur
Laporan Arus Kas – Metode
Langsung
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Laporan Arus Kas metode tidak langsung bertujuan untuk merekonsiliasi Surplus
Defisit Kinerja Keuangan menjadi arus kas. Perbedaan penyusunannya terletak
pada informasi yang disajikan dalam arus kas dari aktivitas operasi. Pada metode
tidak langsung, Surplus Defisit Kinerja Keuangan disesuaikan dengan belanja non
tunai, sebagai contoh beban penyusutan. Selanjutnya sama seperti metode
langsung.
Jika dalam kasus Kabupaten Makmur dibuat Laporan Arus Kas dengan metode
langsung, maka akan berbentuk sebagai berikut:
20
Kabupaten Makmur
Laporan Arus Kas – Metode Tidak Langsung
Per 31 Desember 2006
(dalam jutaan rupiah)
Menurut Sinaga (2005) Neraca disajikan dengan basis akrual dan Laporan
Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas disajikan dengan basis kas.
Ekuitas dana lancar merupakan unsur neraca sehingga pendapatan dan belanja
seharusnya langsung mempengaruhi ekuitas dana lancar dalam neraca. Akan
tetapi penerimaan pendapatan dan pengeluaran belanja berdasarkan basis kas
hanya mempengaruhi jumlah kas tetapi tidak secara langsung mempengaruhi
ekuitas dana lancar. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa akun-akun
pendapatan dan belanja merupakan akun pembantu ekuitas dana lancar.
Penerimaan pendapatan dicatat terlebih dahulu dalam akun pendapatan dan
pengeluaran belanja dicatat dalam akun belanja kemudian pada akhir tahun
ditutup ke akun ekuitas dana lancar (bandingkan dengan pengertian pendapatan
dan biaya sebagai akun pembantu modal dalam akuntansi komersial). Seluruh
penerimaan dan pengeluaran pemerintah harus ada dalam anggaran, artinya
harus melalui atau tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pendapatan,
belanja, dan pembiayaan yang merupakan unsur Laporan Realisasi Anggaran akan
diakui atau dicatat pada saat kas diterima atau dikeluarkan. Pendapatan, belanja,
dan pembiayaan hanya mempengaruhi kas dan tidak mempengaruhi komponen
lainnya dalam pos neraca pada saat penerimaan dan pengeluaran kas. Akibat
perlakuan seperti ini, neraca hanya terdiri dari kas pada sisi debet dan ekuitas
pada sisi kredit. Ekuitas pun hanya muncul pada akhir periode pada saat
pendapatan dan biaya ditutup ke ekuitas dana lancar.
Kas merupakan unsur atau akun neraca yang disebut juga dengan akun riil (real
account) sedangkan pendapatan adalah unsur Laporan Realisasi Anggaran yang
disebut juga akun nominal (nominal account).
Pada saat pengeluaran kas untuk belanja dicatat dalam persamaan: Belanja
(Kas) = (Ekuitas Dana Lancar) Belanja
merupakan nominal account.
Pada saat pengeluaran belanja untuk perolehan aset tetap berupa gedung misalnya akan
dijurnal:
(Kas) = (Ekuitas Dana Lancar) Belanja Modal
Akun gedung dan bangunan dan akun kas merupakan akun riil (real account). Jika
dilakukan penjurnalan seperti di atas maka pengeluaran tersebut tidak akan
mempengaruhi belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran. Perlakuan seperti ini
hanya mempengaruhi akun-akun neraca. Oleh karena seluruh transaksi kas
pemerintahan harus melalui Laporan Realisasi Anggaran maka pengeluaran untuk
belanja modal tidak dapat dijurnal langsung ke aset yang bersangkutan, tetapi
harus melalui Laporan Realisasi Anggaran terlebih dahulu.
Pengeluaran uang kas untuk pembayaran hutang tidak dikredit secara langsung
pada kewajiban di Neraca, melainkan dijurnal ke unsur Laporan Realisasi
Anggaran yaitu Pengeluaran Pembiayaan untuk Pembayaran Pokok Hutang.
Pengeluaran uang untuk membayar pengadaan aset tetap yang merupakan belanja
modal selain mempengaruhi kas juga mempengaruhi aset tetap yang
bersangkutan dan akun pasangannya dalam kelompok ekuitas. Contohnya
pengadaan aset tetap berupa bangunan tersebut. Contoh lainnya, penerimaan
uang dari pinjaman akan menambah kas tetapi sekaligus juga menambah
kewajiban yang harus muncul di Neraca. Untuk itu harus ada mekanisme agar
pengeluaran kas tidak hanya mempengaruhi kas tetapi juga unsur neraca lainnya
yang terkait sekaligus juga masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran. Demikian
juga halnya dengan penerimaan pinjaman yang masuk dalam Laporan Realisasi
Anggaran tetapi juga harus masuk dalam kewajiban di Neraca. Mekanisme ini yang
disebut dengan jurnal korolari.
Gedung dan Bangunan = Diinvestasikan dalam Aset Tetap Korolari Belanja Modal
100 = 100
Dengan penjurnalan di atas, Pengeluaran Kas akan dicatat dalam Neraca dan
Laporan Realisasi Anggaran. Bukan hanya itu, akun Gedung dan Bangunan dalam
kelompok aset tetap dan akun Diinvestasikan dalam Aset Tetap pada kelompok
Ekuitas juga dicatat sebesar jumlah yang sama. Dari uraian di atas terlihat bahwa
jurnal korolari digunakan agar transaksi yang mempengaruhi akun Neraca
(selain kas) dan Laporan Realisasi Anggaran dapat dicatat pada waktu yang
sama.
PERTANYAAN
1. Konsep dana apakah yang dianut oleh akuntansi pemerintah di Indonesia?
Jelaskan!
2. Tuliskan Persamaan Akuntansi Pemerintah!
3. Apakah perbedaan antara persamaan akuntansi pemerintah dengan
persamaan akuntansi bisnis?
4. Apakah perbedaan antara pos ekuitas (modal) di laporan keuangan swasta
dengan pos ekuitas dana di dalam akuntansi pemerintahan?
5. Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana lancar? Tuliskan rumusnya!
6. Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana investasi? Tuliskan rumusnya!
7. Apakah yang dimaksud dengan ekuitas dana cadangan? Tuliskan rumusnya!
24
8. Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana lancar!
9. Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana
investasi!
10. Berikan beberapa contoh sub akun yang terdapat dalam ekuitas dana
cadangan!
11. Jika pemerintah daerah menerima pendapatan pajak, akun apakah yang
terpengaruh dalam persamaan akuntansi pemerintahan?
12. Jika pemerintah daerah membeli aset tetap dengan anggarannya, akun apakah
yang terpengaruh dalam persamaan akuntansi pemerintahan?
13. Apakah perlu ada penyesuaian dalam akuntansi pemerintahan? Jelaskan dan
berikan contohnya!
14. Dalam ekuitas dana pemerintahan, terdapat kemungkinan masing-masing
ekuitas dana bernilai negatif atau positif. Jelaskan dan analisa kondisi negatif
atau positif masing-masing ekuitas dana tersebut, dan hubungkan dengan
kondisi keuangan dari suatu pemerintah daerah!
15. Apakah arti pencatatan korolari dalam akuntansi pemerintahan?
16. Apakah selain pencatatan korolari ada teknik akuntansi yang lain yang dapat
digunakan? Jelaskan teknik tersebut.
17. Transaksi apa sajakah yang memerlukan pencatatan korolari dalam akuntansi
pemerintahan?
SOAL-SOAL
18. Berikut ini adalah kasus untuk penganggaran pemerintah daerah dan
pencatatan persamaan akuntansi. Sebagai ilustrasi, di Pemda Gemah Ripah
proses anggaran untuk tahun 2004 dimulai pada bulan Maret 2003. Dengan
menggunakan anggaran kinerja dan partisipasi dari masyarakat, anggaran
disetujui akhir Desember 2003 dan segera dilaksanakan mulai 1 Januari 2004.
Pelaksanaan berlangsung mulai tanggal 1 Januari 2004 hingga 31 Desember
2004. Kapankah transaksi yang mempengaruhi persamaan akuntansi
berlangsung? Apakah persamaan akuntansi terpengaruh dalam penyusunan
anggaran?
19. Data yang dikutip dari laporan Pemda Balda tahun anggaran 2000
dianggarkan Rp 95.000 untuk pendapatan dan Rp 100.000 untuk belanja.
Sedangkan pada tahap realisasi, Pendapatan Rp 90.000 dan Belanja Rp
75.000. Diasumsikan bahwa belanja hanya satu jenis dan pendapatan hanya
pendapatan pajak. Saldo awal kas yang seluruhnya berasal dari saldo tahun
25
Soal 1
Pemerintah Kabupaten A akan dimekarkan menjadi Kabupaten B dan C mulai
Januari tahun 2004. Untuk pemekaran tersebut, maka diidentifikasi aset-aset
Kabupaten A semuanya menjadi milik dari Kabupaten B. Kabupaten C tidak
mendapat aset apapun dari proses pemekaran itu. Untuk menunjang pelayanan
masyarakat di Kabupaten C, maka pada tahun tersebut Kabupaten C mendapat
dana transfer dari pemerintah berupa Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 400
miliar. Anggaran pertama ditetapkan oleh pemerintah pusat. Berikut ini adalah
APBD dan realisasi APBD Kabupaten C untuk tahun 2004:
(dalam milyaran rupiah)
26
Diminta:
1. Adakah neraca awal pemerintah kabupaten C?
2. Berdasarkan transaksi Kabupaten C, buatlah:
a. persamaan akuntansi atas realisasi anggaran tersebut
b. laporan neraca
3. Dengan kondisi di bawah ini, buatlah persamaan akuntansi untuk
penyesuaian:
a. jumlah persediaan pada akhir tahun adalah Rp 5 miliar
b. penyusutan aktiva tetap per tahun adalah 5%
4. Setelah disesuaikan, buatlah laporan keuangan neraca!
Soal 2
a. APBD Pemkab ABC tahun 2001 mencantumkan informasi sebagai berikut.
Pos APBD APBD Realisasi APBD
Pendapatan
Penerimaan cicilan penjualan rumah dinas Rp 62.500 Rp 62.500
Penerimaan pajak hiburan 162.500 175.000
Penggunaan SiLPA 400.000 250.000
Penerimaan Pengembalian Pinjaman PDAM 250.000
27
Belanja
Pembayaran bunga pinjaman 75.000 75.000
Pembelian Persediaan 50.000 40.000
Pembayaran pokok pinjaman Luar Negeri 250.000 250.000
Pembayaran pokok pinjaman Pemerintah Pusat 500.000 500.000
Realisasi pembayaran hutang dan biaya bunga tahun 2001 adalah sebagai
berikut :
Jenis Hutang Pokok Pinjaman Biaya Bunga
Hutang kepada Luar Negeri Rp 250.000 Rp 25.000
Hutang kepada Pemerintah Pusat 500.000 50.000
Hutang jangka panjang dan biaya bunga yang akan jatuh tempo tahun 2002
adalah sebagai berikut :
Jenis Hutang Pokok Pinjaman Biaya Bunga
Hutang kepada Luar Negeri Rp 250.000 Rp 20.000
Hutang kepada Pemerintah Pusat 500.000 40.000
Tagihan penjualan angsuran yang akan diterima tahun 2002 adalah sebesar
Rp 62.500.
Hasil perhitungan fisik persediaan Alat Tulis Kantor (ATK) per 31 Desember
2001 adalah sebesar Rp 10.000.
Diminta:
1. Buatlah persamaan akuntansi, dengan transaksi penyesuaiannya! Kolom
Ekuitas Dana cukup dibuat 3 kolom saja.
2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah daerah yang terdiri dari
tahun 2001!
Soal 3
Data yang dikutip dari laporan Pemda Bagus Tahun Anggaran 2001 adalah sebagai
berikut:
Penerimaan
Tahap/jenis Pendapatan Belanja
Pembiayaan
Pengesahan Rp 10.000 Rp 13.000 Rp 1.500
Realisasi 9.000 10.000 1.500
Diminta:
1. Buatlah persamaan akuntansi pemerintahannya!
2. Buatlah laporan keuangan neraca pemerintah akhir tahun 2001!
TUGAS
Dapatkan salah satu laporan keuangan neraca pemerintah pusat atau daerah.
Pastikan bahwa laporan yang saudara dapatkan berbeda dengan laporan
keuangan temannya. Pastikan laporan keuangan neraca yang ditampilkan dalam
laporan keuangan pemerintah tersebut telah lengkap. Lakukanlah hal berikut ini:
1. Gunakan persamaan akuntansi pemerintahan untuk menguji ketepatan
penyajian ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana
cadangan!
2. Buatkan Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Kinerja Keuangan untuk
laporan tersebut.
3. Jika saudara tidak bisa membuat tugas nomor 2, berikan alasan yang jelas
dengan argumentatif.