Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENELITIAN BUDIDAYA

IKAN LELE
( TEKNIK BIOFLOK )

DISUSUN OLEH:
GHAINA HUMAIDA
NURMAYA N.H
MALIKA MARYADI
NURAENI
SALIMAH
AHMAD DANI
MUHAMMAD RIZKY
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat , inayah,
taufik dan hinayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang di berikan
oleh bapak/ibu guru.
Kami mengucapkan terimakasih kepada orang tua, ibu guru,
teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
A. PENDAHULUAN

Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa


yang lezat, daging empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam
berbagai macam menu masakan. Pengembangan usaha budidaya ikan
lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke
Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal
antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan
terhadap penyakit. Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat
tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo
mengalami penurunan kualitas (Rahmat. 1991)
Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi
induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah.
Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama
matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan
terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate). Sebagai
upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil
melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru
yang diberi nama lele "Sangkuriang".Seperti halnya sifat biologi lele
dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam
ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing,
insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya (Rahmat.
1991)
Adapun manfaat yang dihasilkan dari budidaya lele antara lain:
a.  Sebagai bahan makanan
b.  Ikan lele jenis C. Batrachus juga bisa dimanfaatkan sebagai ikan
pajangan atau hiasan.
c.  Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas
hama padi berupa serangga air. Karena merupakan salah satu makanan
alami ikan lele.
d.  Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai macam obat lain untuk
mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan tidak teratur),
hidung berdarah, kencing berdarah, dll.
e.  Selain itu, banyak mengkonsumsi ikan lele juga dapat menyehatkan
jantung. Karena ikan lele lebih banyak mengandung omega 3 dibanding
dengan jenis ikan lainnya.

B. BUDIDAYA IKAN LELE ( TEKNIK BIOFLOK )


Pengertian Bioflok

Bioflok adalah salah satu teknologi budidaya ikan, yakni suatu teknik
budidaya melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan pasokan
oksigen dan pemanfaat mikroorganisme yang secara langsung dapat
meningkatkan nilai kecernaan pakan.

Prinsip dasar bioflok adalah mengubah senyawa organik dan anorganik


yang terdiri dari kabon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen menjadi massa
sludge berbentuk bioflok. Perubahan tersebut dilakukan dengan
memanfaatkan bakteri pembentuk gumpalan sebagai bioflok.

Teknik ini populer di kalangan peternak lele dan nilai karena mampu
menggenjot produktivitas panen yang lebih tinggi. Selain itu, metode
bioflok juga menekan penggunaan lahan menjadi tidak terlalu luas dan
hemat air.

Oleh sebab itu, bioflok menjadi solusi efektif untuk memenuhi


kebutuhan gizi masyarakat serta menjadi cara ekonomis bagi para
pebisnis bidang perikanan

Penerapan sistem bioflok melalui rekayasa lingkungan dengan


mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme mampu
menjadikan hasil panen melonjak tiga kali lipat dibanding sebelumnya.

Jika kita perbandingkan dengan budidaya sistem konvensional yang


menerapkan metode padat tebar 100 ekor/m3, dimana memerlukan
waktu 80 hingga 110 hari untuk panen. Maka untuk sistem bioflok
dengan padat tebar 500-1000 ekor/m3 hanya memerlukan waktu panen
75 hingga 90 hari saja.

Disamping itu, inovasi teknologi budidaya ikan ini juga membuat


penggunaan pakan lebih efisien. Misalnya pada metode budidaya
konvensional nilai Feed Convertion Ratio (FCR) rata-rata sekitar 1,5
maka dengan teknologi bioflok Feed Convertion Ratio (FCR) dapat
mencapai 0,8 hingga 1,0.

Artinya, untuk menghasilkan 1 kg daging ikan pada sistem konvensional


memerlukan sekitar 1,5 kg pakan. Sedangkan dengan metode bioflok,
hanya memerlukan 9,8 hingga 1,0 kg pakan ikan.

Di berbagai daerah, bioflok terbukti efisien dibanding sistem


konvensional, bahkan meningkatkan produktivitas lebih dari 3 kali lipat.
Contohnya pada kolam dengan rata-rata padat tebar 1.000 ekor/m3
dengan ukuran diameter 3 meter, maka dapat ditebar sekitar 3.000 ekor
benih lele.

Dari jumlah tersebut, dapat menghasilkan lele konsumsi mencapai 300


kg hingga 500 kg per siklus panen (75-90 hari). (LQ)
C. HASIL PENELITIAN BUDIDAYA IKAN LELE TEKNIK
BIOFLOK

1. KOLAM, AIR DAN BIBIT

Kolam bioflok dibuat dengan ukuran diagonal 3 meter dan tinggi


1 meter. Pengisian air didapat dari kali, disedot menggunakan mesin. Air
kolam diganti sebanyak empat kali dalam satu kali panen.
Penyaringannya menggunakn filter sirkulasi. Untuk perawatan air
menghabiskan biaya Rp. 800.000,-. Biaya yang dihabiskan untuk
membuat kolam sebanyak Rp. 5.600.000,-

Usaha budidaya ikan lele ini menggunakan tahap pendederan dengan 28


ribu bibit berukuran 2 inch, harga bibit Rp.160,- perekor. Ukuran
perekor saat dijual kembali adalah 5 inch dengan harga Rp.400,-
perekornya

2. PAKAN, HAMA DAN CARA PENANGGULANGAN HAMA

Jenis pakan yang digunakan adalah pelet, pakan yang digunakan


dalam satu hari sebanyak 8kg, jika sebulan bisa sampai 400kg. Pakan
diberikan 2 kali dalam sehari, siang dan malam. Total harga pakan yang
dikeluarkan dalam satu kali panen sebesar Rp.3000.000,- dalam waktu 2
bulan menuju panen.
Hama atau penyakit yang sering dialami adalah jamur. Cara
penanggulangannya menggunakan probitik yang ditambah dengan
garam. Serta pemberian vitamin 4 kali dalam sekali panen untuk
menambah daya tahan tubuh ikan lele. Dan dalam satu kali panen
vitamin dan probiotik yang digunakan sebanyak 4 botol (vitamin) dan 1
botol (probiotik). Dana yang dikeluarkan sebanyak Rp.145.000,- untuk
membeli vitamin dan probiatik.

3. PENEN

Budidaya ikan lele tahap pendederan ini dipanen selama 2 bulan


sekali. Selama panen tersebut membutuhkan pekerja untuk membantu
proses panen, dan pekerja dibayar sesuai dengan jumlah ikan yang
pekerja tersebut jual, 1 ekor ikan senilai Rp.1000,-. Misalnya, jika
pekerja tersebut menjual 100 ekor, makan ia mendapatkan gaji sebanyak
Rp. 100.000,-.

4. PENGELUARAN DAN PENDAPATAN

Pengeluaran:

Keterangan Jumlah Pengeluaran

Kolam 4 Rp. 5.600.000,-

Bibit 28.000 x Rp.160,- Rp. 4.480.000,-

Pakan 800kg Rp. 2.500.000,-

Perawatan air - Rp. 800.000,-

Probitik dan vitamin 5 botol Rp. 145.000,-

Listrik - Rp. 120.000,-

Pekerja 1 Rp. 1000.000,-


Total Pengeluaran

Rp. 14.645.000,-

Pendapatan:

Penghasilan yang didapat dalam satu kali panen bisa mencapai Rp.
9.600.000,-. Jika dikurangi pengeluaran untuk pakan, obat, listrik,
perawatan air dan gaji perkerja, maka tersisa Rp. 5.035.000,-.

D. Kesimpulan

Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan maupun


pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan
konsumen akan keberadaan ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik
pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang
memuaskan dan diminati konsumen. Oleh karena itu Pembudidayaan
ikan Lele sangat baik untuk dilakukan mengingat output yang dihasilkan
juga lumayan besar.

Anda mungkin juga menyukai