Anda di halaman 1dari 3

DWI KHOIRUN NAHDLIYAH | PPG PRAJABATAN GELOMBANG 2

REFLEKSI 5M

Proyek Kepemimpinan 1 – Topik 5

Semua proses yang telah dilalui dalam topik ini diharapkan memberikan kesempatan belajar bagi
mahasiswa. Oleh karena itu, di tahap ini, Anda diharapkan dapat menyampaikan pembelajaran
yang diperoleh menggunakan model refleksi 5M (Bain dkk. (2002) dalam Ryan & Ryan (2013)),
yang terdiri dari lima langkah refleksi.

1. Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang terjadi.


Peristiwa bermula dari membuat komitmen yang dituangkan dalam sebuah visi
menjadi guru profesional. Selanjutnya kami membentuk kelompok yang beranggotakan lima
orang dan mencoba menyatukan visi kami menjadi visi kelompok. Dari visi kelompok, kami
mencoba merealisasikannya kedalam sebuah prakarsa perubahan yang akan kami coba
wujudkan di suatu sekolah/komunitas. Banyak sumbangsih ide dari setiap anggota kelompok
dalam menentukan sebuah prakarsa perubahan, sampai akhirnya kami memutuskan satu
diantara banyak ide untuk kami angkat sebagai prakarsa perubahan kelompok. Tema prakarsa
perubahan kelompok kami yaitu menyediakan wadah “ekstrakurikuler” di MA Kalijaga yang
memang belum menyediakan itu.
Kemudian kami menentukan apa saja cabang kegiatan ekstrakurikuler yang akan
ditawarkan. Para anggota memberikan banyak pilihan cabang kegiatan diantaranya,
olimpiade matematika, basket, badminton, PMR, karya tulis ilmiah, pramuka, dan masih
banyak lagi. Diantara semua itu, akhirnya kami memilih tiga cabang kegiatan yaitu olimpiade
matematika, basket, dan badminton.
Kesibukan kami selanjutnya adalah membuat template-template seputar alur kegiatan
yang akan dilakukan dan siapa saja yang terlibat. Sampai akhirnya kami mulai membagi
peran sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam kegiatan proyek tersebut. Muhammad
Samsudin sebagai koordinator proyek sekaligus pelatih badminton, Yova Gitti M sebagai
sekretaris sekaligus pelatih basket, saya Dwi Khoirun Nahdliyah sebagai bendahara sekaligus
pembina olimpiade matematika, Endang Krisnawati sebagai pembina olimpiade matematika,
dan terakhir Lilik Irma F juga sebagai pembina olimpiade matematika.
Nama kegiatan yang mewakili prakarsa perubahan kelompok yaitu “Ekskultif”
singkatan dari ekstrakurikuler aktif. Pembuatan nama kegiatan pun tidak terlepas dari diskusi
yang melibatkan banyak ide, sampai akhirnya terpilih satu nama sebagai perwakilan. Banyak
hal seperti penetapan anggaran untuk melaksanakan kegiatan Ekskultif menemui banyak
hambatan. Ketika itu, beberapa dari anggota kelompok memilih menyewa lapangan RT
sebagai tempat melakukan ekskul basket dan badminton untuk menghemat anggaran, namun
beberapa anggota lain merasa lapangan kampung tidak ideal dan belum memenuhi standart
DWI KHOIRUN NAHDLIYAH | PPG PRAJABATAN GELOMBANG 2

lapangan yang seharusnya untuk basket dan badminton. Namun semua perbedaan pendapat
dapat teratasi dengan baik dengan adanya komunikasi yang intens dari setiap anggota.

2. Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi


peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun
tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.
 Peristiwa penting 1: Memilih prakarsa perubahan terbaik dari de-ide prakarsa setiap
anggota kelompok
Tanggapan: Berdiskusi dengan melihat prakarsa dari masing-masing anggota kelompok,
kemudian memilih prakarsa yang dapat mewakili seluruh ide prakarsa dari anggota
kelompok. Ternyata ada satu prakarsa yang isinya memuat seluruh elemen yang
terkandung dalam prakarsa yang lainnya, sehingga prakarsa terlengkap tersebut yang
dipilih. Semua anggota menerima dengan baik.
 Peristiwa penting 2: Menentukan cabang kegiatan ektrakurikuler
Tanggapan: Kelompok melakukan diskusi, mempertimbangkan ide-ide berdasarkan
dana, waktu, dan tenaga yang terbatas maka cabang kegiatan yang terpilih adalah
olimpiade matematika, basket, dan badminton.
 Peristiwa penting 3: Anggaran untuk sewa lapangan
Tanggapan: Terbatasnya anggaran membuat kelompok kami tetap melakukan kegiatan
ekskul sehari-hari di lapangan kampung, namun sesekali untuk mengajari dan memberi
pengalaman mengenai kondisi lapangan yang sesungguhnya kepada anggota ekskul, kami
memberi kesempatan latihan di lapangan sesungguhnya.

3. Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan,


keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.
Dalam menyikapi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kelompok, kami selalu
mengedepankan prinsip berdiskusi. Diantara kami berusaha untuk saling menghargai satu
sama lain dan mengesampingkan ego masing-masing. Karena itu, segala keputusan yang
kami ambil dengan memerhatikan berbagai pandangan setiap anggota. Tidak hanya itu,
kontrol emosi pun menjadi hal yang penting dilakukan agar segalanya dapat berjalan lancar
dan baik. Hal ini menjadi bagian dari proses pendewasaan diri yang kami alami dalam
hidup. Dengan keyakinan bahwa kami memiliki tujuan sama yang hendak diraih, dengan itu
pula kami mencoba saling memahami.

4. Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut


dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau
kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.
Peristiwa tersebut dapat terjadi karena kami terdiri dari lima anggota kelompok yang
masing-masing diantara kami memiliki cara pandang, pemikiran, karakteristik, dan
kepribadian yang berbeda-beda. Oleh karenanya tidak heran bahwa didalam sebuah tim
DWI KHOIRUN NAHDLIYAH | PPG PRAJABATAN GELOMBANG 2

terdapat perbedaan pandangan dan ide yang beragam. Bagaimana cara kami menyikapi
adalah hal utama yang harus diperhatikan agar perpecahan tidak terjadi. Seperti halnya dalam
mata kuliah filosofi pendidikan mengenai pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa guru harus
mampu menjadi teladan, penyemangat, dan penyokong (Ing ngarsa sung tuladha, Ingmadya
mangun karsa, tut wuri handayani ) bagi peserta didiknya yang memiliki keberagaman
karakteristik. Jika kami kesulitan menyikapi keberagaman ide di dalam satu tim, lantas
bagaimana kami layak dikatakan sebagai seorang guru?. Itulah yang menjadi dasar bagi kami
untuk bersikap.

5. Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi


kejadian serupa di masa mendatang.
Kejadian mengenai perbedaan cara pandang nampaknya akan sering saya jumpai
dimasa yang akan datang, terlebih saat saya berada di tempat baru. Adaptasi merupakan hal
yang wajar dan harus dilakukan agar tetap dapat bertahan di tengah dunia pendidikan.
Berdiskusi dengan cara yang baik, mempertimbangkan keputusan dari segala aspek, dan
tetap menghargai perbedaan yang ada adalah cara yang bisa saya lakukan untuk menghadapi
perbedaan.

Anda mungkin juga menyukai