Anda di halaman 1dari 2

PENTINGNYA PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN (PUP)

DALAM PENYIAPAN KEHIDUPAN BERKELUARGA

PUP sangat erat kaitannya dengan program KB. Dimana program KB untuk remaja ini dapat
diberikan melalui pengembangan program PIK remaja atau mahasiswa guna mewujudkan suatu
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. PIKMa SMART Bhamada sendiri sudah beberapa kali
memberikan materi mengenai PUP kepada mahasiwa Bhamada tujuannya agar mereka mengerti,
mamahami dan mau melaksanakan program pendewasaan usia perkawinan. Selain itu, di kampus
kami juga ada perjanjian bagi mahasiswa baru mulai tahun 2013 untuk tidak menikah selama
namanya tercatat sebagai mahasiswa Bhamada, ini juga merupakan bentuk dukungan dari kampus
agar mahasiswa Bhamada mengikuti program PUP ini.
Nah, apa sih yang dimaksud dengan PUP?
Menurut BKKBN, PUP adalah upaya untuk meningkatkan usia perkawinan pertama,
sehingga pada saat perkawinan mencapai usia minimal 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk
laki-laki. Batasan usia ini dianggap sudah siap baik dipandang dari sisi kesehatan maupun
perkembangan emosinya untuk menghadapi kehidupan berkeluarga. PUP bukan sekedar menunda
usia perkawinan samapi usia tertentu saja, akan tetapi mengusahakan agar kehamilan pertama terjadi
pada usia yang cukup dewasa. Apabila seseorang gagal mendewasakan usia perkawinannya maka
diupayakan adanya penundaan kehamilan anak pertamanya.
Tujuan dari program PUP yaitu memberi pengertian dan kesadaran kepada remaja agar
dalam merencankan keluarga mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek yang berkaitan
dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik, mental, emosional, pendidikan, sosial, ekonomi serta
menentukan jumlah anak dan jarak kelahiran. Dengan adanya program PUP ini diharapkan dapat
meningkatkan median usia kawin pertama perempuan Indonesia yang sekarang angkanya
masih relatif muda yaitu 19,8 tahun.
Pentingnya PUP bagi remaja terkait erat dengan beberapa aspek :
a. Aspek Kesehatan
Usia dibawah 20 tahun adalah usia yang dianjurkan untuk menunda perkawinan dan kehamilan
karena pada masa ini remaja masih mengalami proses tumbuh kembang baik fisik maupun psikis.
Dan proses pertumbuhan ini akan berakhir pada usia 20 tahun. Remaja puteri berusia 15-19 tahun
memiliki resiko dua kali lipat lebih besar untuk mengalami komplikasi saat hamil dan bersalin
karena anatomi tubuh remaja putri berusia kurang dari 20 tahun belumsiap mengandung maupun
melahirkan.
b. Aspek Ekonomi
Masalah perekonomian keluarga adalah salah satu sumber ketidak harmonisan keluarga. Idealnya
setiap calon pasangan suami isteri sudah menyiapkan diri untuk mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya terutama kebutuhan primer (makan, minum, pakaian, tempat tinggal) apabila ingin
melangsungkan pernikahan. Oleh sebab itu, program PUP menganjurkan setiap remaja
mempersiapkan diri secara ekonomi sebelum berkeluarga, salah satunya dengan menunda usia
perkawinan sampai adanya kesiapan ekonomi dari masing-masing calon pasangan.
c. Aspek Psikologi
Kesiapan psikologi diartikan sebagai kesiapan individu dalam menjalankan peran sebagai suami-
isteri meliputi pengetahuan akan tugasnya masing-masing dalam kehidupan rumah tangga.
Kematangan emosi dan kemampuan penyesuaian diri merupakan aspek sikologi penting dalam
berumah tangangga. Pasangan yang memiliki kesiapan untuk menjalani kehidupan perkawinan
akan mudah menerima dan menghadapi segala persoalan dalam berumah tangga. Perkawinan di
usia dewasa akan memberikan keuntungan dalam hal kesiapan psikologis. Semua bentuk kesiapan
ini mendukung pasangan untuk dapat menjalankan peran baru dalam keluarga sehingga
perkawinan yang dijalankannya selaras, stabil dan pasangan dapat merasa puas dalam
pernikahannya.
d. Aspek Pendidikan
Pendidikan dan ketrampilan merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki dalamn mengarungi
bahtera rumah tangga untuk mencari nafkah sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pernikahan di usia muda sering kali menyebabkan remaja tidak lagi bersekolah karena ia
mempunyai tanggungjawab baru sebagai suami dan istri. Disisi lain biaya pendidikan yang tidak
terjangkau menyebabkan remaja, terutama perempuan berhenti sekolah dan kemudian dinikahkan
untuk meringankan beban orang tua. Semakin muda usia saat menikah maka semakin rendah
tingkat pendidikan yang dicapai oleh remaja atau sebaliknya, semakin rendah pendidikan remaja
maka semakin besar kemungkinan mereka untuk menikah di usia muda.
e. Aspek Kependudukan
Perempuan yang menikah pada usia muda akan mempunyai rentang waktu lebih panjang terhadap
resiko untuk hamil, sehingga menikah pada usia muda juga berdampak pada tingkat fertilitas
dimasa mendatang. Semakin muda umur perkawinan seseorang maka semakin subur reproduksi
yang akan lebih panjang dilewatkan dalam ikatan perkawinan.

Jadi sebagai remaja hendaknya kita mempersiapkan segala sesuatu sebelum memasukin
kehidupan berumah tangga, salah satunya dengan melakukan pendendewasaan usia
perkawinan sehingga nantinya akan tercipta keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Mari kita sebagai remaja Indonesia, generasi berencana harus mampu berkata dengan
tegas “tidak untuk menikah muda !!!” setuju teman-teman??.......

Anda mungkin juga menyukai