Anda di halaman 1dari 37

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DAN AKTIVITAS FISIK

DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI PADA LANSIA

DI DESA WOMBO MPANAU

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

RHARA A’NNA MARDJUKU

NIM : PO7120319006

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI DIV KEPERAWATAN


TAHUN AJARAN 2023

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun

atau lebih menurut UU No. 13 Tahun 1998. Peningkatan taraf hidup dan umur
harapan hidup (UHH)/angka harapan hidup (AHH) merupakan gambaran

keberhasilan pembangunan bangsa. Seiring dengan adanya peningkatan UHH

akan terjadi pula peningkatan jumlah angka kesakitan karena penyakit

degenerative. Peningkatan populasi lanjut usia dengan menurunyya angka

kematian serta penurunan jumlah kelahiran menyebabkan terjadinya perubahan

struktu demografi (Ekasari, 2018).

Lansia pada umumnya mengalami berbagai gejala akibat penurunan fungsi

biologis, aspek psikologis, sosial dan ekonomi. Perubahan ini akan berdampak

pada semua aspek kehidupan, termasuk kesehatan. Masalah kesehatan yang sering

terjadi pada lansia adalah menurunnya kemampuan aktivitas fisik. Semakin

bertambah umur seseorang, maka kapasitas fisiknya akan menjadi semakin

berkurang, sehingga hal tersebut dapat mengurangi peran sosial mereka dan hal itu

dapat menyebabkan gangguan dalam hal memenuhi kebutuhan terutama kebutuhan

istirahat dan menyebabkan menurunnya kualitas tidur (Muhith & Siyoto, 2016).

Menurut National Sleep Foundation (NSF) sekitar 67% dari 1.508 lansia di

Amerika pada usia di atas 65 tahun melaporkan mengalami gangguan tidur dan

sebanyak 7,3% lansia mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan

tidur atau insomnia. Penelitian telah menunjukkan bahwa kualitas tidur secara

langsung dapat mempengaruhi kesehatan mental, fisik dan emosional (NSF, 2017)

dan pada studi penelitian yang pernah di lakukan University of California, bahwa

40-50% orang yang berusia 60 tahun keatas mengalami penurunan kualitas tidur

(Ambarwati, 2018). Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan, salah satu

faktor yang mempengaruhi kualitas tidur adalah aktivitas fisik. Dan hal ini jg
sesuai dengan pendapat Kredlow (2015) yang di dukung oleh Garfield & Kumari

(2016), yang mengatakan bahwa tingkat aktivitas fisik berdampak positif dengan

durasi tidur, dan aktivitas fisik bermanfaat untuk kualitas tidur. Dari hasil uji

statistik didapatkan bahwa responden yang melakukan aktivitas fisik secara aktif,

akan lebih berpeluang mendapatkan kualitas tidur yang baik 3-5 kali

dibandingkan dengan yang tidak melakukan aktivitas fisik, karena orang yang

lelah biasanya mendapatkan tidur yang nyenyak dan optimal, terutama bila rutin

dalam melakukan olahraga (Fakihan A, 2016). Pada penelitian yang di lakukan

oleh Richi , Yuliwa, & Dewi (2018). Lansia yang melakukannya olahraga teratur,

membersihkan rumah dan melakukan senam fisik memiliki kualitas tidur yang

baik karena dengan beraktivitas akan membuat serangkaian otot berkontraksi dan

relaksasi secara fisik, sehingga merangsang respons relaksasi baik fisik maupun

pikiran, sehinggah dapat menimbukan gelombang otak menurun dan membuat

lansia merasa lebih tenang dan rilex (Ashari, 2021).

Data WHO (World Healt Organization), penyakit ini menyerang 22%

penduduk dunia. Sedangkan di asia tenggara, angka kejadian hipertensi mencapai

36%. Dari hasil riskesdas yang terbaru tahun 2018, prevalensi kejadian hipertensi

mencapai 36%. Angka ini meningkat cukup tinggi di bandingkan hasil riskesdas

tahun 2013 yang menyampaikan kejadian hipertensi berdasarkan hasil pengukuran

tekanan darah pada masyarakat Indonesia berusia 18 tahun ke atas adalah 25,8%.

4 Prevalensi hipertensi mengalami peningkatan yang signifikaan pada pasien

berusia 60 tahun ke atas( World Health Organization, 2018).


Hasil dari data riset kesehatan dasar (Riskesdas) hasil dari pengumpulan

data bahwa prevelensi penderita tekanan darah tinggi yang berada di Indonesia

meningkat mulai 31,7% meningkat menjadi 33,24% pada tahun 2008 dimana

pada lanjut usia (lansia) 55-70 tahun mayoritas wanita beresiko terkena tekanan

darah tinggi daripada laki-laki, berada di Jawa Tengah terdapat prevalensi

tekanan darah tinggi sebesar 7,9% yang di klasifikasikan menurut hasil

pengukuran tekanan darah sebesar 34% riwayat hipertensi 7,6% dan 0,3%

menurut pengobatan farmakologis. Prevalensi 30% penderita hipertensi

mengalami kualitas tidur buruk dan kurangnya aktivitas fisik dapat memperberat

hipertensinya. Berdasarkan survey yang ada, prevalensi insomnia yang terjadi di

Amerika mencapai 60-70 kasus orang dewasa di Indonesia, prevarensi kualitas

tidur dan aktivitas fisik kurang usia lansia sekitar 10 % yang berarrti 28 juta orang

dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia. (Sunaringtyas et al,

2018).

Jumlah estimasi penderita Hipertensi berusia ≥ 15 Tahun di provinsi

Sulawesi Tengah adalah 384.072 (2,33%). Presentase capaian hipertensi dilihat

dari angka estimasi tertinggi pada tahun 2020 adalah Kabupaten Donggala dengan

capaian 7,11 %. Berdasarkan data diatas jumlah estimasi penderita hipertensi usia

≥ 15 tahun sebanyak 65.398 jiwa dan yang mendapatkan pelayanan hipertensi

sebanyak 4.650 jiwa sedangkan kabupaten yang memiliki presentase Hipertensi

terendah adalah Kabupaten Morowali Utara dengan estimasi jumlah penderita

Hipertensi 20.917 jiwa dan yang mendapatkan pelayanan capaian 28 jiwa

(0,13%). Tingginya jumlah penderita hipertensi berkaitan erat dengan pola hidup
masyarakat yang cenderung kurang melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi

terlalu banyak makanan tinggi garam, terlalu banyak kafein dan memiliki

kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol, berat badan berlebih

atau kegemukan, dyslipidemia dan stress (Palu, 2021).

Jumlah populasi masyarakat Lansia (lanjut usia) yang ada di Desa Wombo

Mpanau menurut data yang dikelolah oleh kader-kadey yang ada di Desa Wombo

Mpanau berjumlah sebanyak 88 jiwa sedangkan lansia yang mempunyai tekanan

darah tinggi 14 orang dan yang darah normal 7 orang.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat ditarik rumusan masalah

“apakah ada hubungan kualitas tidur dan aktivitas fisik dengan tekanan darah

tinggi pada lansia di Desa Wombo Mpanau Kecamatan Tanantovea”.

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui Hubungan Kualitas Tidur Dan

Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia Di Desa Wombo

Mpanau Kecamatan Tanantovea

b. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisis hubungan kualitas tidur dan aktivitas fisik dengan

tekanan darah tinggi pada lansia di Desa Wombo Mpanau Kecamatan

Tanantovea

b. Untuk menganalisis tingkat pengetahuan terhadap hubungan kualitas

tidur dan aktivitas fisik dengan tekanan darah tinggi pada lansia di

Desa Wombo Mpanau Kecamatan Tanantovea

D. Manfaat penelitian

a. Bagi Institusi

penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah kepada

mahasiswa mengenai hubungan kualitas tidur dan aktivitas fisik dengan tekanan

darah tinggi pada lansia di Desa Wombo Mpanau Kecamatan Tanantovea.

b. Bagi masyarakat

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah khususnya lanjut usia

untuk bisa mengatur waktu istrahat dan aktivitas sehari-hari agar tekanan darah

tinggi bisa diatasi.

c. Bagi peneliti

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ialah sebagai bahan untuk

meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman bagi peneliti,sehingga

dapat menerapkan ilmu yang di peroleh.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tekanan Darah

Menurut (Irianto, 2011) Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan

darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai dengan

pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi terdapat

pada arteri-arteri besar yang meninggalkan jantung dan secara bertahap menurun

sampai ke arteriol. Akhirnya setelah mencapai kapiler, tekanan ini sedemikian

rendah sehingga tekanan ringan dari luar akan menutup pembuluh darah ini dan

mendorong darah keluar. Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam

millimeter air raksa (mmHg) karena manometer air raksa telah dipakai sejak lama

sebagai rujukan baku untuk pengukuran tekanan. Sebenarnya tekanan darah

berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding

pembuluh. Terkadang tekanan dinyatakan dalam sentimeter air (cm H2O)

(Setiyorini, Candra dan Kalbuningrum, 2019).

Menurut (Ronny, 2009) Tekanan darah adalah tekanan pada pembuluh

darah yang dihasilkan oleh darah. Volume darah dan elastisitas pembuluh darah

dapat mempengaruhi tekanan darah. Peningkatan volume darah atau penurunan

elastisitas pembuluh darah dapat meningkatkan tekanan darah seseorang

(Setiyorini, Candra dan Kalbuningrum, 2019).

B. Fisiologi Tekanan

Menurut (Busdi, 2012). Darah Tekanan darah merupakan daya yang

dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh. Tekanan
darah hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air raksa (mmHg) karena

manometer air raksa merupakan rujukan baku untuk pengukuran tekanan Dua

penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah jantung dan resistensi

perifer total. Curah jantung merupakan volume darah yang dipompa oleh tiap

ventrikel per menit dan dipengaruhi oleh volume sekuncup (volume darah yang

dipompa oleh setiap ventrikel per detik) dan frekuensi jantung. Resistensi

merupakan ukuran hambatan terhadap aliran darah melalui suatu pembuluh yang

ditimbulkan oleh friksi antara cairan yang mengalir dan dinding pembuluh darah

yang stationer (Setiyorini, Candra dan Kalbuningrum, 2019).

Resistensi bergantung pada tiga faktor yaitu, viskositas (kekentalan) darah,

panjang pembuluh, dan jari-jari pembuluh. Tekanan arteri rata-rata secara konstan

dipantau oleh baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan mempengaruhi

jantung serta pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung dan resistensi

perifer total sebagai usaha memulihkan tekanan darah ke normal. Reseptor

terpenting yang berperan dalam pengaturan terus-menerus yaitu sinus karotikus

dan baroreseptor lengkung aorta.

C. Tekanan darah

Meningkat Meningkatkan tekanan darah di dalam arteri bias terjadi

melalui beberapa cara (Susilo, 2011)

a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan

pada setiap detiknya.


b. Pembuluh darah kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga

mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah

melalui pembuluh darah tersebut.

c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bias menyebabkan meningkatnya

tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga

tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.

D. Tanda dan Gejala Hipertensi

Gejala penyakit hipertensi adalah gejala umum tetapi tidak dapat dijadikan

sebagai patokan bahwa seseorang yang mengalami gejala tersebut menderitab

penyakit hipertensi, karena kenyataannya gejala -gejala tersebut juga dapat

dialami pada orang yang memiliki tekanan darah normal. Tanda dan gejala

hipertensi pada lansia secara umum antara lain (Susilo, 2011)

a. Sakit kepala atau pusing

b. Perubahan penglihatan seperti pandangan menjadi kabur yang terjadi

karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

c. Perdarahan hidung

d. Mual muntah

e. Nyeri dada

f. Sesak nafas

E. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi

a. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa

muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%

penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan

hormone setelah menopause (Susanto, 2010)

b. Umur Semakin tua

umur seseoarang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Sejalan dengan

bertambahnya usia, hamper setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah.

Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolic terus

meningkat sampai usia 55 – 60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau

bahkan menurun drastic (Susanto, 2010)

c. Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetika pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua

hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi pada

orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Susanto, 2010)

d. Obesitas atau kegemukan

Resiko relative untyk menderita hipertensi pada orang kegemukan 5 kali

lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal (Susanto,

2010)

e. Kurang Olahraga
Kurangnya aktivitas fisik menaikan resiko tekanan darah tinggi karena

bertambahnya resiko untuk menjadi gemuk (Susanto, 2010)

A. Konsep Kualitas Tidur

a. Definisi Tidur

Kualitas Tidur Tidur adalah perubahan alami status kesadaran yang

biasanya terjadi pada manusia dalam irama biologis 24 jam. Tidur merupakan

suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap

lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra

atau rangsangan yang cukup (Asmadi, 2010)

Pada usia lanjut efisiensi tidur berkurang, dengan waktu yang lebih lama

di tempat tidur namun lebih singkat dalam keadaan tidur. seiring bertambahnya

usia, terdapat penurunan periode tidur. Seorang usia lanjut membutuhkan waktu

lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur sebelum tidur) dan

mempunyai lebih sedikit waktu tidur nyenyaknya (Darmojo, 2009),

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan elah, mudah terangsang dan

gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,

konjungtiva memerah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepal, dan

sering menguap atau mengantuk (Hidayat, 2010).

b. Kualitas Tidur Pada Lansia


Kecukupan tidur seseorang bukan hanya diukur dari lama waktu tidur,

tapi juga kualitas tidur itu sendiri. Tidur seseorang dikatakan berkualitas adalah

jika ia bangun dengan kondisi segar dan bugar. Pola tidur akan berubah seiring

dengan pertambahan usia dan semakin beragamnya pekerjaan atau aktivitas.

Semakin bertambahnya usia, efisiensi tidur akan semakin berkurang. Efisiensi

tidur diartikan sebagai jumlah waktu tidur berbanding dengan waktu berbaring di

tempat tidur. Kebutuhan tidur lansia semakin menurun karena dorongan

homestatik untuk tidur pun berkurang (Prasadja, 2009).

c. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

1. Stres

Stres merupakan penyebab kesulitan tidur jangka pendek nomor satu. Pemicu

stres yang umum dialami oleh masyarakat adalah masalah sekolah atau

pekerjaan, masalah keluarga atau pernikahan, dan penyakit serius atau musibah

kematian dalam keluarga. Biasanya masalah tidur akan menghilang seiring

dengan situasi stres yang berlalu. Jika masalah tidur disebabkan oleh insomnia

dan tidak segera ditangani, hal ini akan berlanjut meskipun stres yang menjadi

pemicu telah hilang (Rafiudin, 2010).

Seseorang yang mengalami kecemasan juga dapat terganggu kebutuhan

tidurnya. Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur.

Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin

dalam darah melalui sistem saraf simpatis. Norepinefrin akan mengurangi tahap

IV pada NREM dan menghilangkan tahap REM (Asmadi, 2009)


2. Gaya hidup dan diet

Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Jika seseorang

mengalami kelelahan tingkat menengah, tidur nyenyak masih dapat dialami.

Namun bagi seseorang dengan kelelahan yang berlebihan, dapat menyebabkan

periode tidur REM lebih pendek (Asmadi, 2009).

Kebiasaan buruk atau tidak sehat yang dilakukan setiap hari dapat

mempengaruhi kualitas tidur dan kemudian menimbulkan gangguan. Gaya hidup

ini antara lain kebiasaan minum minuman beralkohol atau minuman yang

mengandung cafein di senja atau sore hari, berolahraga saat mau tidur, mengikuti

jadwal pagi dan malam hari yang tidak beraturan, dan bekerja yang memerlukan

aktivitas daya pikir sesaat sebelum tidur (Rafiudin, 2004).

3. Kerja lembur

Pekerjaan yang memerlukan jam lembur / shift, dapat mengganggu

kebutuhan tidur seseorang. Pekerjaan ini menghalangi seseorang memiliki

kesempatan untuk tidur dengan jam tidur cukup dibanding seseorang yang

memiliki pekerjaan reguler di pagi hari (Rafiudin,2010)

Status kesehatan Seseorang yang kondisi tubunya sehat, memungkinkan

seseorang dapat mengalami kualitas tidur yang baik. Namun pada orang yang

sakit dan mengalami nyeri, kebutuhan istirahat dan tidurnya mengalami gangguan

sehingga kualitas tidurnya menurun. (Asmadi, 2009).

A. Konsep Lansia
a. Pengertian Lansia

Penduduk di atas usia 15 tahun dan dibawah 65 tahun makin

membengkak karena pertumbuhan penduduk anak-anak peninggalan masa lalu.

Begitu juga penduduk diatas usia 60 tahun, atau diatas usia 65 tahun. Penduduk

usia ini dikenal sebagai penduduk lanjut usia yang tumbuh dengan kecepatan

paling tinggi (Havisa, 2014).

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

keatas, menurut UU RI No.13 Tahun 1998 Bab 1 Pasal 1. Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle

age) adalah 45 – 59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60 – 74 tahun, lanjut usia

tua (old) adalah 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun

(Nugroho, 2008). Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik

pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka

yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada

orang lain untuk menghidupi dirinya (Havisa, 2014).

b. Batasan lansia

Menurut WHO, lansia dibagi dalam beberapa kelompok yaitu :

1. Usia pertengahan ( Middle Age ) = usia 45 – 59 tahun

2. Usia lanjut ( Elderly ) = usia 60 – 74 tahun

3. 3) Usia lanjut tua ( Old ) = usia 75 – 90 tahun

4. 4) Usia sangat tua ( Very Old ) = usia diatas 90 tahun


Menurut (Havisa, 2014). lansia dikatagorikan sebagai berikut :

1. Pralansia (prasenilis) Seseorang yang berusia antara 45-59

tahun a. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

2. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah

kesehatan

3. Lansia potensial Lansia yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan / atau kegiatan yang dapat menghasilkan

barang / jasa

4. Lansia tidak potensial Lansia yang tidak berdaya mencari

nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.

c. Tipe lansia

Tipe yang ada pada lansia tergantung oleh karakter, pengalaman

hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Havisa,

2014).

1) Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

sederhana, 33 dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

2) Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru,

selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan

memenuhi undangan.

3) Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik,

dan banyak menuntut.

4) Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,

dan melakukan pekerjaan apa saja 5) Tipe bingung Kaget, kehilangan

kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak

acuh. (Setiyorini, Candra dan Kalbuningrum, 2019).

A. Konsep Aktivitas Fisik

a. Definisi Aktivitas fisik

Menurut (Fatimah, 2010) Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh

yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan

kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik sangat penting peranannya terutama bagi

lansia. Dengan melakukan aktivitas fisik, maka lansia tersebut dapat

mempertahankan bahkan meningkatkan derajat kesehatannya. Namun, karena

keterbatasan fisik yang dimiliki lansia akibat pertambahan usia serta perubahan
dan penurunan fungsi fisiologis, maka lansia memerlukan beberapa penyesuaian

dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari (Sari et al., 2018).

b. Aktivitas fisik yang sesuai bagi Lansia

Menurut Fatimah (2010) aktivitas fisik yang sesuai bagi lansia sebagai

berikut :

1. Ketahanan (edurance)

Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan dapat membantu

jantung, paru-paru, otot dan sistem sirkulasi darah agar tetap sehat dan

membuat kita lebih bertenaga. Untuk mendapatkan ketahanan maka perlu

dilakukan aktivitas fisik selama 30 menit. Contoh beberapa kegiatan yang

dapat dipilih antara lain :

1) Berjalan kaki

2) Lari ringan

3) Senam

4) Berkebun dan kerja di taman

2. Kelenturan (flexibility)

Aktivitas fisik yang bersifat kelenturan dapat membantu

pergerakan menjadi lebih mudah, mempertahankan otot tubuh agar tetap

lemas dan membuat sendi berfungssi dengan baik.


Untuk mendapatkan kelenturan, maka perlu dilakukan aktivitas

fisik selama 30 menit. Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih antara

lain :

a) Perenggangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan

atau sentakan dan lakukan secara teratur selama 10-30 menit

b) Senam taichi atau yoga

c) Mencuci pakaian

B. Klasifikasi Aktivitas Fisik

Klasifikasi aktivitas fisik berdasarkan IPAQ (International

Physical Activity Questionnare) (2005) dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Aktivitas Ringan Merupakan level terendah dalam aktivitas fisik.

Seseorang yang termasuk kategori ini adalah apabila tidak melakukan

aktivitas apapun atau tidak memenuhi kriteria sedang maupun berat.

b. Aktivitas Sedang Dikatakan aktivitas sedang apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut :

a) Melakukan aktivitas fisik dengan intensitas kuat minimal 20 menit

selama 3 hari atau lebih.

b) Melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang selama minimal

5 hari atau berjalan minimal 30 menit setiap hari.

c) Kombinasi berjalan, aktivitas fisik dengan intensitas sedang atau

keras selama 5 hari atau lebih yang menghasilkan total aktivitas

fisik dengan minimal 600 MET-menit/minggu.


c. Aktivitas Berat Dikatakan aktivitas berat apabila memenuhi kriteria

sebagai berikut :

d. Melakukan aktivitas fisik dengan intensitas keras selama 3 hari atau

lebih yang menghasilkan sebanyak 1500 MET- menit/minggu.

e. Melakukan kombinasi berjalan, aktivitas dengan intensitas keras

selama 7 hari atau lebih yang menghasilkan total aktivitas fisik

minimal sebanyak 3000 MET-menit/minggu (Sari et al., 2018).

A. Kerangka Konsep Penelitian

Menurut (Sugiono, 2020).Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang, obyek, organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Variabel Indenpenden adalah variabel bebas yang merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat),variabel indenpenden meliputi: Kualitas Tidur dan

Aktivitas Tidur.

Variabel Dependen adalah variabel terikat yang merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel variabel bebas.yang

meliputi: Tekanan Darah Tinggi


Kualitas Tidur

Tekanan Darah Tinggi

Aktivitas Tidur

B. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya

disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiono, 2020). Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban

teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang

empirik. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu hipotesis (Ha) dan (Ho).

a. Ha

1. Ada hubungan antara kualitas tidur lansia dengan tekanan

darah tinggi

2. Ada hubungan antara aktivitas tidur lansia dengan tekanan

darah tinggi
b. Ho

1. Tidak ada hubungan antara kualitas tidur lansia dengan

tekanan darah tinggi

2. Tidak ada hubungan antara aktivitas tidur lansia dengan

tekanan darah tinggi


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian menurut waktunya yaitu penelitian

cross sectional. Penelitian cross sectional adalah penelitian yang dilakukan sekali

selesai, sehingga tidak ada kelanjutannya (Sugiono, 2020).

rencana dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan

kualitas tidur dan aktivitas tidur dengan tekanan darah pada lansia di Desa

Wombo Mpanau.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2022 di

wilayah kerja Desa Wombo Mpanau

C. Populasi Dan Sampel

a. populasi

populasi adalah keseluruhan elemen yang akan dijadikan wilayah

inferensi/generalisasi. Elemen populasi adalah keseluruhan subyek yang

akan diukur. yang merupakan unit yang diteliti.


Dalam hal ini populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

: obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik

kesimpulannya (Sugiono, 2020).

Populasi dalam penelitia ini ada 88 jiwa lansia yang berada di

wilayah kerja Desa Wombo Mpanau.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiono, 2020). Sampel dalam penelitian ini adalah semua

lansia di wilayah kerja Desa Wombo Mpanau. Besar sampel dihitung

menggunakan rumus Slovin sebagai berikut.

n
N=
1+ N ( e 2 )

Keterangan :

N : Jumlah Populasi

n : Ukuran Sampel

d : Derajat Ketentuan 0,15

maka besar sampel adalah :

n
n=
1+ n ( e2 )

88
¿
1+ 88× ( 0,152 )
88
¿
1+ 88× ( 0,0225 )

88
¿
1+1,98

88
¿
2,98

= 29

Berdasarkan hasil perhitungan sampel dengan menggunakan rumus

tersebut serta pemilihan sampel dengan Teknik simple random, random sampling,

maka jumlah sampel penelitian ini adalah 29 orang.

Jumlah Lansia
× Sampel
Populasi

Maka sampel yang didapatkan di Desa Wombo Mpanau yaitu :

Dusun I :

52
× 29=17
88

Dusun II :

36
29 ×=11
88

D. Variabel Dan Definisi Oprasional

a. Variabel
Menurut (Hatch dan Farhady,1981). Variabel adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya. Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut

seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu kelompok

orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.

Variabel penelitian ini yaitu Independent (bebas) Kualitas

Tidur dan Aktivitas Fisik, dan variabel Dependent (terikat) Tekanan Darah

Tinggi (Sugiono, 2020).

b. Definisi Oprasional

Menurut (Notoatmodjo, 2018) Definisi operasional variabel adalah

uraian batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh

variabel yang bersangkutan (Fitri, 2020).

1) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah pola gerakan yang dilakukan oleh

otot rangka beserta sistem penunjangnya disertai dengan adanya

pengeluaran energi.

Cara ukur : Pengisisan Kuesioner

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil Ukur : 1 Baik, jika skor jawaban responden 76-100%

2 Cukup, jika skor jawaban responden 56-75%

3 Kurang, jika skor jawaban responden <56%


2) Kualitas Tidur

Istrahat dan tidur adalah komponen esensial dari kesehatan

fisik, mental dan penyimpanan energi.

Cara ukur : Pengisian kuisioner

Alat ukur : Kuisioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : 1 baik, bila skor jawaban ≥ mean

0 kurang baik, bila skor jawaban < mean

E. Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2019:2), metode penelitian merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. pengumpulan

data dapat dilakukan dalam berbagai sumber.bila dilihat dari sumber datanya,

maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber

sekunder (Sugiono, 2020).

Untuk memudahkan dalam penelitian dan peneliti menggunakan

tehnik pengumpulan data yaitu :

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpulan data. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau
Teknik pengumpulan data, maka Teknik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan kuesioner (angket).

Kuesioner (angket) merupakan Teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya.kuesinor merupakan Teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang

akan diukur dan tahu apa yang bias diharapkan dari responden. Uma Sekaran

(1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket sebagai

Teknik pengumpulan data yaitu: prinsip penulisan, pengukuran, dan

penampilan fisik (Sugiono, 2020).

Pada bab ini hanya akan dikemukakan pengumpulan data

berdasarkan tekniknya, yaitu angket (kuesioner).

Penelitian menggunakan skala guttman variabel kualitas tidur dan

aktivitas fisik sedangkan variabel tekanan darah tinggi menggunakan

esensi.

Kuesioner (angket) variabel kualitas tidur dan aktivitas tidur

menggunakan “skala guttman” terdiri dari 10 item pertanyaan positif

sebanyak 8 item (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10). Dan pertanyaan negatif sebanyak 2

item (2,10). Pilihan jawaban dalam bentuk pertanyaan positif yaitu dengan

pilihan Sangat Setuju (ss) diberi skor 4, Setuju (s) diberi skor 3, Tidak

Setuju (ts) diberi skor 2, Sangat Tidak Setuju (sts) diberi skor 1. Pilihan

jawaban dalam bentuk pertanyaan negative yaitu dengan pilihan Sangat


Setuju (ss) diberi skor 1, setuju (s) diberi skor 2, tidak setuju (ts) diberi

skor 3, dan sangat tidak setuju (sts) diberi skor 4.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat oranglain atau

lewat dokumen (Sugiono, 2020). Data yang diperoleh langsung dari desa

Wombo Mpanau.

F. Uji Validitas Dan Reabilitas

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya

(Saputra & Ahmar, 2020).

Yaitu menggunakan alatukur kuesioner:

a. Melakukan uji coba pada beberapa responden. Tergantung dari sampel

yang akan digunakan

b. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

c. Menghitung nilai korelasi antara masing-masing skor butir jawaban

dengan skor total dari butir jawaban.

2. Uji Realibilitas
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reability yang

mempunyai asal kata rely dan ability (Saputra & Ahmar, 2020).

Pengukuran yang reliabilitas yang tinggi disebut sebagai

pengukuran yang reliabel (reability).

G. Pengolahan Data

Pengolahan data menurut (Ariyanto, 2022).

a. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan untuk

melakukan pengecekan isi kuesioner apakah kuesioner sudah diisi dengan

lengkap, jelas jawaban dari responden, relevan dengan pertanyaan.

b. Coding

Merupakan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka/bilangan.

c. Processing/Entry Data

Setelah data sudah di kording maka langkah selanjutnya

melakukan entry data atau memasukkan data dari kuesioner kedalam

program computer.

d. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di

entry apakah ada kesehatan atau tidak.

H. Analisa Data
Analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data

yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelompok. Tujuan analisis

deskriptif untuk membuat gambaran secara sistematis data yang factual

dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki atau diteliti (Ariyanto, 2022).

1. Analisa Univariat

Analisis data dilakukan dengan cara melihat presentase data yang

terkumpul, dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kemudian

dicari jumlah presentase yang terbesar dari jumlah masing-masing

responden, kemudian dihubungkan dengan menggunakan teori kepustakaan

yang ada.

Analisis data diperoleh hasil dalam bentuk presentase, dengan rumus

(Notoatmodjo, 2018). :

f
p= ×100 %
n

Keterangan :

P = Presentase

F = Frekuensi Jawaban Responden

n = Jumlah Responde

2. Analisis Bivariat

Uji yang digunakan untuk analisis bivariat adalah Chi-square dan

proporsional dengan tingkat kepercayaan 95 % dan tingkat kemaknaan

0,05 (Notoatmodjo, 2012).

x 2=£ ¿ ¿
Keterangan :

X2 = Statistic Chi-Square

F0 = Frekuensi yang diobservasi

Fe = Frekuensi yang diharapan

Kriteria penerimaan hipotesis :

a. Ada hubungan yang bermakna, jika nilai p lebih dari 0,05 maka

dengan demikian Ho diterima.

b. Tidak ada hubungan yang bermakna, jika nilai p kurang dari 0,05

maka dengan demikian Ho ditolak.

Koefisien kongtingensi

Apabila ada hubungan antara variabel independen dan dependen

maka dianjurkan dengan uji koefisien kongestingensi untuk kuat atau

lemahnya suatu hubungan antara variabel indipenden dan dependen.

C¿
√ x2
x2 +N

Keterangan :

C : koefisien kongtingensi

X2 : nilai chi-square

N : Jumlah responden

Dengan syarat :

r = 0,00 – 0,25 Hubungan lemah

r = 0,26 – 0,50 Hubungan sedang

r = 0,51 – 0,75 Hubungan kuat


r = 0,76 – 1,00 Hubungan sangat kuat (Sugiono, 2011)

A. Penyajian Data

Setelah data mentah (row data) terkumpul, tahap selanjutnya adalah

menyajikan data tersebut dalam berbagai bentuk, tergantung jenis data dan skala

pengukurannya. Guna penyajian data adalah untuk mengambil informasi yang ada

didalam kumpulan data tersebut (Rasyid, 2015).

B. Etika Penelitian

a. (respect for persons)

Prinsip ini merupakan bentuk untuk menghormati martabat manusia

sebagai personal/pribadi (Sugiono, 2020).

a) pengambilan keputusan secara mandiri (self-determination) yang

mengandung arti bahwa subjek mempunyai hak untuk memutuskan

secara sukarela apakah dia ingin berpatisipasi dalam suatu

penelitian, tanpa takut memiliki resiko untuk dihukum. Dipaksa,

maupun diperlakukan tidak adil.

b) Hak untuk memperoleh penjelasan secara lengkap (full discousure)

jelas. Penjelasan lengkap disini adalah bahwa peneliti telah secara

penuh menjelaskan tentang sifat penelitian, hak subjek untuk

menolak berperan serta, tanggungjawab peneliti, serta keungkinan

resiko dan manfaat yang bisa terjadi.


b. (Beneficence)

Prinsip etika ini mengandung arti bahwa pada dasarnya peneliti harus

mengutamakan keselamatan dan tidak boleh membahayakan subjek penelitian

(Sugiono, 2020).

c. (Justice)

Prinsip etika ini mengandung arti bahwa hak subjek untuk memperoleh

perlakuan yang adil dan hak yang sama sebelum, selama, dan setelah, partisipasi

mereka dalam penelitian (Sugiono, 2020).


DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, A. (2022). Pengolahan dan analisis data kesehatan.

Ashari, M. U. H. H. (2021). Skripsi Hubungan Antara Aktivitas Fisik dengan

Kualitas Tidur pada Lansia. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan

Kualitas Tidur Pada Lansia, 37.

Ekasari, M. F. (2018). Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia. 5.

http://www.winekamedia.com

Fitri, R. (2020). 3 . 1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif ,

Menurut Notoatmodjo ( 2018 ) penelitian deskriptif adalah penelitian yang

diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan didalam

suatu komunitas atau masyarakat . Peneli. Poltekkesbandung.Ac.Id, 39–53.

Palu, P. D. K. (2021). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.

Rasyid, Y. H. Z. (2015). Statistik Dasar Kesehatan. Deepublish.

https://books.google.co.id/books?id=lX6ODwAAQBAJ

Saputra, A., & Ahmar, A. S. (2020). CAMI: Aplikasi Uji Validitas dan

Reliabilitas Instrumen Penelitian Berbasis Web. Yayasan Ahmar Cendekia

Indonesia. https://books.google.co.id/books?id=mZgMEAAAQBAJ
Sari, D. P., Kusudaryati, D. P. D., & Noviyanti, R. D. (2018). Hubungan Kualitas

Tidur Dan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Di Posyandu

Lansia Desa Setrorejo. Profesi (Profesional Islam) : Media Publikasi

Penelitian, 15(2), 93. https://doi.org/10.26576/profesi.271

Setiyorini, Candra dan Kalbuningrum, C. dan K. (2019). Hubungan kualitas tidur

dengan tekanan darah pada lansia hipertensi. Naskah Publikasi, 12.

http://digilib.unisayogya.ac.id

Sugiono, mitha erlisya puspamdhani. (2020). METODE PENELITIAN

KESEHATAN.

Anda mungkin juga menyukai