FARIZ MOHAMMAD
A1A115003
FARIZ MOHAMMAD
A1A115003
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
ii
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan di hadapan Dewan Penguji
skripsi Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung
Mangkurat.
Mengetahui,
Koordinator Program Studi Pendidikan Sejarah
iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Program Studi
Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat.
Mengesahkan,
Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Sejarah
Ketua Koordinator
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri,
kecuali dicantumkan sebagai kutipan/acuan dalam naskah dengan disebutkan
sumbernya dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan tesis ini merupakan hasil jiplakan, plagiat atau
manipulasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat dan tanpa paksaan
dari siapapun.
Materai
10.000
FARIZ MOHAMMAD
NIM. A1A115003
v
ABSTRAK
vi
RIWAYAT HIDUP
A. Data Diri
C. Riwayat Pendidikan
SD : SDN Pasar Lama 1 Banjarmasin : 2003-2009
SMP : MTsN Mulawarman Banjarmasin : 2009-2012
SMA : SMAN 2 Banjarmasin : 2012-2015
D. Riwayat Organisasi
PMR MTsN Mulawarman
PRAMUKA
Japan Art Club SMAN 2 Banjarmasin
vii
KATA PENGANTAR
viii
semua pihak demi skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
dan agar kiranya dalam penulisan yang selanjutnya, penulis dapat lebih
menyempurnakannya.
Banjarmasin, Maret 2022
Penulis
Fariz Mohammad
NIM A1A115003
ix
DAFTAR ISI
x
BAB III. PERKEMBANGAN KEBEBASAN PERS DI KOTA
BANJARMASIN AWAL REFORMASI TAHUN 1998
SAMPAI TAHUN 2009 ...................................................................... 67
A. Keadaan Jurnalis pada Masa Reformasi di Kota Banjarmasin ............... 67
1. Perubahan Kebijakan Terhadap Pers Antara PWI Pusat Dengan
PWI Daerah ....................................................................................... 70
2. Pengaruh Pers Terhadap Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya
yang ada di Kota Banjarmasin ........................................................... 71
B. Pengembangan Sarana Pers di Kota Banjarmasin pada Tahun
1998-2009 ............................................................................................... 77
1. Surat Kabar ........................................................................................ 77
2. Radio .................................................................................................. 81
3. Televisi .............................................................................................. 85
4. Internet ............................................................................................... 88
C. Upaya Media dalam Menyampaikan Informasi Terhadap Masyarakat
di Kota Banjarmasin di Masa Reformasi Tahun 1998-2009 .................. 91
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Peta Wilayah Kota Banjarmasin .................................................................... 42
2.2 Surat Kabar Banjarmasin Post ....................................................................... 60
2.3 Surat Kabar Dinamika Berita ........................................................................ 62
2.4 Surat Kabar Kalimantan Post ........................................................................ 63
3.1 Gedung PWI Cabang Kalimantan Selatan .................................................... 71
3.2 Gedung Banjarmasin Post ............................................................................. 78
3.3 Gedung RRI Banjarmasin .............................................................................. 83
3.4 Gedung TVRI Banjarmasin (Kalimantan Selatan) ........................................ 88
3.5 Kantor Website apahabar.com ....................................................................... 91
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara ....................................................................................... 118
2. Daftar Informan ............................................................................................... 120
3. Foto-Foto Dokumentasi ................................................................................... 122
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers ... 126
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berkomunikasi setiap hari, kapan saja dan dimana saja antara satu orang
dengan orang yang lain. Setiap orang akan selalu memerlukan media massa
media massa pula orang akan mudah mendapatkan informasi yang mereka
orang lain, sehingga antara satu orang dengan orang lain di daerah yang
ditandai dengan lahirnya media berbasis internet. Media massa yang mapan
Mereka tidak lagi berkutat pada edisi cetak saja, tetapi mulai lebih
kehadiran media online bisa saja menjadi batu sandungan bagi media cetak
yang tidak mengikuti era baru tersebut. Media cetak yang tidak punya versi
1
2
online akhirnya tertinggal dan lama-kelamaan bisa mati digilas oleh perubahan
itu.1
bisa berjalan dan media berfungsi namun tidak optimal bagi publik.
Implementasi kebebasan pers di Indonesia masih jauh dari ideal. Belum lagi,
UUD 1945.2
segala jenis saluran yang tersedia.” Sebenarnya fungsi utama media massa
yang dijamin UUD. Namun, pada saat yang sama, pers yang bebas juga
memiliki tanggung jawab. Kebebasan dan tanggung jawab adalah dua sisi dari
1
Wahyudin, Jurnalistik Olahraga. (Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2016), hlm. 3.
2
Atmakusumah, Tuntutan Zaman: Kebebasan Pers dan Ekspresi. (Jakarta: Spasi & VHR
Book-Yayasan Tifa, 2009), hlm. 5.
3
satu mata uang yang sama, ini semua diatur dalam UU Pers dan Kode Etik
Jurnalistik.3
menjadi jargon utama dari rezim Orde Baru, dengan kata lain pers mengabdi
Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP), Permenpen Nomor 2 Tahun 1969 tentang
Nomor 214 Tentang Prosedur dan Persyaratan untuk Mendapatkan SIUPP, dan
3
Jurnalisme Positif (Panduan Kerja Para Jurnalis Berita Satu Media Holding), hlm. 3.
4
Togi Simanjuntak, Wartawan Terpasung (Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1998),
hlm. 73.
4
pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip
demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Pasal 3 ayat (1): Pers nasional
informasi yang tepat, akurat, dan benar melakukan pengawasan, kritik, koreksi,
dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum, dan
warga negara,
5
Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.
5
penjara paling lama 2 tahun atau denda paling banyak Rp 500 juta." 6 Dalam
dunia pers saat ini mempunyai dua wajah baru yang menghiasinya, wajah yang
satu ialah kebebasan pers mempunyai dampak positif dan satu yang satunya
Dampak positif dari pers ialah sejalan dengan fungsi pers dalam
segala sesuatu yang berguna untuk khalayak umum dari semua golongan
yang ada dalam masyarakat dan dapat memberi tambahan wawasan nusantara
masyarakat tidak bisa memilih mana yang harus ditonton atau didengarkan.
Bagi golongan muda, yang sangatlah rawan dengan dampak buruk kebebasan
pers, karena dapat mempengaruhi tingkah laku, maupun pola pikir seseorang
cenderung mempengaruhi trend dan gaya anak muda zaman sekarang salah
satunya trend berbusana, model potongan rambut dan trend perawatan tubuh.
yang akan memberi contoh positif untuk kalangan muda supaya bangsa ini bisa
6
Ibid.
6
menguatkan jati dirinya sendiri tanpa haruslah meniru atau berpatokan oleh
bangsa asing karena sesuatu yang dari luar tidaklah semuanya baik dan benar.
Akhirnya bangsa ini bisa memberi contoh kebebasan pers yang positif, jujur,
benar-benar transparan, menjunjung tinggi norma, nilai, kaidah agama dan adat
istiadat kepada dunia luar. Implikasi atau dampak langsung yang saat ini paling
bisa mereka sampaikan dalam aksi unjuk rasa, demonstrasi atau dalam bentuk
pernyataan yang siap disiarkan oleh berbagai media. Perilaku masyarakat juga
sedikit berubah, yang dulunya dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi
etika, sopan santun dan tata karma, sekarang sudah mulai luntur.
informasi yang sebelumnya tidak disaring dan dikritisi, sehingga tentu akan
dengan mudah percaya dengan isu-isu tidak benar dari berita-berita bohong
kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Upaya mengatasi kebebasan pers yang
“kebabalasan” itu, maka pihak yang berwenang harus lebih ketat mengawasi
telah ditetapkan. Dalam hal ini, penulis ingin lebih mengetahui latar belakang
2009”.
B. Rumusan Masalah
2. Bagaimana dampak positif dan negatif dari kebebasan pers terhadap jurnalis
C. Batasan Masalah
Batasan subyek, yaitu batasan mengenai tokoh atau orang yang mengetahui
Batasan spasial atau tempat dalam penelitian ini adalah Kota Banjarmasin.
Batasan temporal atau waktu dalam penelitian ini dari tahun 1998-2009.
Objek penelitian dari penulisan ini adalah jurnalis yang berada di Kota
transisi antara masa Orde Baru ke era Reformasi. Batasan akhir penelitian
pada tahun 2009 karena pada tahun tersebut merupakan akhir masa jabatan
D. Tujuan Penelitian
2009.
9
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat bagi Dosen
F. Metode Penelitian
menilainya secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil dalam bentuk
tulisan.1 Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis
1
Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),
hlm. 43-44.
10
ilmiah, sejarah juga terikat pada penalaran yang bersandar pada fakta,
sebagai mata rantai yang saling berpengaruh dan sebagai urutan yang harus
dikaji dan analisis secara mendalam dalam penulisan sejarah. Adapun langkah-
2
Louis Gottschalk, Understanding History: A Primer of Historical Method, a.b. Nugroho
Notosusanto, “Mengerti Sejarah”, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 35
11
Banjarmasin.
sejarah disebut juga data sejarah; bahasa Inggris dalam bentuk tunggal, data
dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan ditulis. Sebelum
dibedakan atas sumber tulisan, lisan, dan benda. Sumber sejarah primer
menurut bahannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu tertulis dan tidak tertulis
a. Sumber Lisan
3
Saefur Rochmat, Ilmu Sejarah Dalam Perspektif Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009), hlm. 153
4
Abdul Rahman Hamid & Muhammmad Saleh Madjid. Pengantar Ilmu Sejarah,
(Yogyakatra: Ombak, 2011), Hlm, 43.
12
misalnya adalah dari segi usia, juga dari segi berapa lama menggeluti
diantaranya adalah Ir. Zainal Helmie yang menjabat sebagai Ketua PWI
Kalimantan Selatan, Hj. Lili Irianti Mala, S.H. yang menjabat sebagai
b. Sumber Tulisan
13
Sumber tulisan biasanya terdiri dari sumber utama (primer) dan sumber
perkembangan pers Kota Banjarmasin pada masa transisi era Orde Baru
tersebut.
3. Kritik Sumber
dan internal.
a. Kritik Eksternal
berikut:
perubahan.
yaitu dengan cara mengumpulkan data yang lengkap seperti tanggal dan
b. Kritik Internal
fokus penelitian. syarat infoman tersebut bisa diliat dari segi usia,
mewancarai tokoh atau pelaku pers sebagai informan utama dan juga
Banjarmasin.
4. Interpretasi
berupa bentuk peristiwa lampau. Dalam tahap ini peneliti menafsirkan dan
di Kota Banjarmasi pada akhir masa Orde Baru tahun 1998 hingga masa
bentuk tulisan atau dengan kata lain penyampaian laporan hasil penelitian
lain dapat disatukan sehingga menjadi satu perpaduan yang logis dan
G. Tinjauan Pustaka
berupa buku yang sesuai dengan topik ataupun majalah. Disini penulis
1. Pers
a. Pengertian Pers
Istilah pers atau press berasal dari istilah latin Pressus artinya
berasal dari bahasa Belanda yang mempunyai arti sama dengan bahasa
Inggris “press”, sebagai sebutan untuk alat cetak.2 Keberadaan pers dari
dibedakan dalam dua arti, yang dalam arti luas adalah media tercetak
1
Tim Prodi Ilmu Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah, (Yogyakarta:
Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), hlm. 6
2
Samsul Wahidin. Hukum Pers. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 35
17
sempit atau terbatas, pers adalah media tercetak seperti surat kabar
dengan pers ialah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan
supremasi hukum.5
a) Asas Demokrasi
3
Ibid.
4
Lihat Pasal 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
5
Edi Susanto. Hukum Pers di Indonesia. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 38.
18
tulisan.6
b) Asas Keadilan
dalam pemberitaan itu tidak memihak atau tunduk pada salah satu
pihak tetapi harus berimbang dan tidak merugikan salah satu pihak
(berat sebelah).7
serta asas praduga tak bersalah. Penjelasan pasal 5 ayat (1) UU Pers
menyebutkan bahwa:
a) Asas Profesionalistas
b) Asas Nasionalisme
c) Asas Demokrasi
berimbang.12
d) Asas Religius
c. Falsafah Pers
dianut oleh sebuah negara dan masyarakat dimana pers tersebut hidup.14
d. Fungsi Pers
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Hikma Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2005), hlm.17.
21
berfungsi juga sebagai lembaga ekonomi. Suatu masyarakat yang take off
menuju taraf kehidupan modem tidak akan terlepas pula dari kemajuan di
bidang jurnalistik.15
a) To Inform
beraneka ragam.16
b) To Educate.
masyarakat pembacanya.17
c) To Controle
15
Pasal 3 menyebutkan : (1) Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. (2) Disamping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers
nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.
16
Dahlan Surbakti. “Peran Dan Fungsi Pers Menurut Undang-Undang Pers Tahun 1999
Serta Perkembangannya”. Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 5 No. 1, 2015, hlm. 80.
17
Ibid.
22
d) To Bridge
e) To Entertaint
di sini bukan hanya dalam pengertian hal-hal yang lucu saja tetapi bisa
institusi, tidak hanya untuk memperoleh informasi tetapi lebih dari itu
e. Peranan Pers
18
Ibid.
19
Ibid.
20
Ibid.
21
Muldjohardjo, Delik Pers di dalam Praktek dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,
Media Hukum, Persatuan Jaksa Republik Indonesia, Vol. 1 No. 4, 22 Februari 2003, Jakarta, hlm.
22.
23
f. Perkembangan Jurnalis
Dari segi kata, jurnalisme berasal dari kata “jurnal” dan “isme”.
Jurnal artinya laporan, isme artinya paham atau ajaran. Jurnalisme artinya
paham atau aliran jurnalistik. Isme artinya paham, seperti pada kata
Secara bahasa, istilah dan praktis, nyaris tidak ada bedanya antara
yang dilakukan oleh seorang yang bekerja pada media massa. Di dalam
dengan mata yang segar eyes that see pada setiap peristiwa untuk
media elektronik seperti televisi dan radio. Bahkan sekarang, sudah kian
Lebih dari itu, media cetak dan elektronik saat ini sudah
a) Jurnalisme Cetak
informasi atau berita melalui tulisan dan dicetak seperti koran dan
majalah.
b) Jurnalisme Online
23
Ishwara Luwi, Jurnalisme Dasar, (Jakarta: RT Kompas , 2011), hlm. 17.
24
Nurudin, Op. Cit., hlm. 13.
25
c) Jurnalisme Siaran
dituntut untuk tidak hanya pandai membuat teks berita namun juga
radio. Selain itu, jurnalisme siaran juga dituntut untuk memiliki suara
a. Pengertian Proses
atau sumber daya lainnya yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses
dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Definisi lain dari proses
peralatan, bahan atau komponen) atau tidak berwujud (seperti energi atau
sesuatu. Hasil yang diciptakan tersebut bisa berupa hasil yang memang
25
Morissan, Andy Corry Wardhani, dan Farid Hamid. Teori Komunikasi Massa, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 48.
26
Soewarno Handayaningrat. Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen, (Jakarta: Haji
Mas Agung, 1990), hlm. 2.
27
proses cukup panjang dan penuh liku. Sejarah pers di Indonesia tidak
terlepas dari sejarah politik Indonesia, dan dapat dipecah menjadi beberapa
periode :
disebut pers.27
27
Ronny Andreas. “Tinjauan Yuridis Kebebasan Pers Sebelum dan Setelah Era Reformasi
Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku.” Jurnal Online Mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Riau. Volume 2, Nomor 1 Februari 2015, hlm. 9.
28
tidak lagi mendapat dana dari partai politik. Oleh karena itu, pemimpin
terbitan harus mencari dana dari periklanan. Untuk dapat menarik iklan,
banyak.28
Akan tetapi, ada beberapa peristiwa pada masa itu yang memberi
28
Ibid.
29
kuat.29
terbitnya.30
29
Ibid., hlm. 9-10.
30
Ibid.
30
a. Pengertian Dampak
dapat bersifat alamiah baik kimia, fisik maupun biologi dan aktifitas
perubahan nyata pada tingkah laku atau sikap yang dihasilkan oleh
31
https://hukum.tempo.co/read/1059485/kebebasan-pers-di-indonesia/full&view=ok ,
dikutip pada 20 Juli 2020.
32
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (2003), hlm. 234.
33
Soerjono Soekanto. Op, Cit., hlm. 429.
34
Ibid, hlm. 43.
31
suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat dari suatu aktivitas atau
b. Bentuk-Bentuk Dampak
positif adalah pasti atau tegas dan nyata dari suatu pikiran terutama
35
J. E. Hosio. Kebijakan Publik dan Desentralisasi: Esai-Esai dari Sorong, (Cetakan
Kedua, 2007), hlm. 57.
32
pesimisme.
tertentu.
negara merupakan akar dari lahirnya ruang publik (public sphere). Hal
ini tidak lepas dari pandangan bahwa demokrasi yang baik itu tidak
melainkan juga berkaitan dengan hasil (result) dari prosedur dan isi di
peran media sebagai ruang debat publik, bahkan media ciri-ciri tersebut
sudah lama menjadi bagian integral dari pers, media massa mainstream,
baik cetak maupun elektronik yang menjadikan pers sebagai salah satu
36
Kacung Marijan. Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2010), hlm. 109-110.
34
peraturan, baik tertulis maupun lisan yang mengkontrol ruang fisik dan
seringkali juga harus melalui sensor yang terlebih dahulu dilakukan oleh
media. Media sebagai salah satu entitas juga tak lepas dari ketakutan dan
media harus siap untuk ditarik SIUP-nya (Surat Ijin Usaha Penerbitan),37
jauh lebih terbuka. Hal ini juga terjadi pada dunia maya, dengan
37
Pardamean Daulay dan Muhammad Jacky, Menelusuri Perkembangan Journalisme
Warga dan Dampaknya Terhadap Demokratisasi di Indonesia, (Makalah disampaikan pada
Seminar Nasional Citizen Journalism dan Keterbukaan Informasi Publik Untuk Semua, tanggal 11
November 2010, di UTCC – Pondok Cabe Tangerang, Jakarta), hlm. 8-9.
35
isue-isue lain, seperti masalah ekonomi, budaya, dan sosial yang nantinya
terlihat lebih lugas dikritisi oleh para penulis atau akivis cyberspace.38
38
Ibid.
36
Penelitian yang relevan terhadap tulisan ini adalah penelitian yang telah
yang sedang peneliti garap ini adalah penelitian yang dilakukan lebih
runtuhnya orba dan masuknya era reformasi. Hal ini membuat segala
aktivitas pers yang ada tidak lagi dikekang hebat oleh pemerintah. Di sisi
lain, Akibat dari kebebasan pers, banyak sekali berita-berita yang beredar di
39
Susilastuti D.N. “Kebebasan Pers Pasca Orde Baru”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Volume 4, Nomor 2, Nopember 2000, hlm. 239-240.
1
Prayudha Aditya, “Peran Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalsel Dalam
Kemerdekaan Pers di Kota Banjarmasin Tahun 1998-2018”, Banjarmasin: ULM, 2020
37
perlu memilah antara berita yang baik dengan berita yang kurang baik.
Kabar Kedaulatan Rakyat Pada Masa Orde Baru (1966-1998)” Jurusan Ilmu
Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UGM tahun 2007, skripsi ini berisi tentang
masa sesudah kemerdekaan. Surat kabar ini merupakan salah satu surat
mendapatkan informasi yang berkembang pada saat itu. Dalam surat kabar
ini terdapat beberapa kolom yang berisi iklan. Iklan tersebut berguna bagi
butuhkan.2
c. Artikel Dahlan Surbakti dengan judul “ Peran Dan Fungsi Pers Menurut
Hukum PRIORIS, Vol. 5 No. 1, 2015.3 Artikel ini membahas tentang peran
dan fungsi pers pasca Reformasi atau setelah lahirnya Undang-Undang Pers
pelaksanaan demokrasi semu, sehingga peran dan fungsi pers tersebut tidak
2
Toha Putratama, “Perkembangan Periklanan di Surat Kabar Kedaulatan Rakyat Pada
Masa Orde Baru (1966-1998)”, Semarang: IAIN Walisongo, 2014.
3
Dahlan Surbakti. “Peran Dan Fungsi Pers Menurut Undang-Undang Pers Tahun 1999
Serta Perkembangannya”. Jurnal Hukum PRIORIS, Vol. 5 No. 1, 2015.
38
pada waktu itu jumlah media cetak maupun elektronik betul-betul dibatasi
dengan penerbitan SIUPP yang sangat ketat untuk lahirnya media cetak
baru, sehingga peran media cetak khususnya tidak seperti sekarang yang
I. Sistematika Penulisan
Bab I : Berisi sub bab pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah,
Banjarmasin.
Kuala & Sungai Barito. Asal mula nama Banjarmasin berasal dari sejarah
sebutan ini diambil dari nama salah seoarang Patih yang sangat berjasa
dalam pendirian Kerajaan Banjar, yaitu Patih Masih, yang berasal dari
Desa Oloh Masih yang dalam bahasa Ngaju berarti orang Melayu atau
Kampung orang Melayu. Desa Oloh Masih inilah yang kemudian menjadi
Kampung Banjarmasih.
adalah putra kerajaan Daha yang mengasingkan diri di Desa Oloh Masih,
yang sejak itu terbentuklah kerajaan Banjar. Pada tahun 1664 Belanda
39
40
Banjarmasin. Nama lain Kota Banjarmasin adalah Kota Tatas diambil dari
berada di bawah permukaan laut. Kota ini sering dijuluki sebagai “Kota
air” atau “Kota Seribu Sungai”, karena sebagian besar sungai mengalir
disana.1
2. Kondisi Wilayah
Lintang Selatan dan antara 1140 32’ Bujur Timur. Secara geografis
1
Wisnu Subroto. "Sejarah Kota Banjarmasin Ketika Terjadi Perubahan Orientasi Dari Air
ke Darat Pada Awal Abad XX." SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya
dan Kependidikan. Vol. 1 No. 1, 2014, hlm. 87-91.
41
Utara.
Sumber : https://peta-hd.com/peta-kota-banjarmasin/
42
3. Kondisi Demografi
Banjar Pahuluan yang berasal dari Banua Anam serta orang Banjar dari
Tionghoa (di Jl. Veteran) dan Arab (di Jl. Antasan Kecil Barat). Etnis-etnis
Jiwa.2
Banjarmasin
2
http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/63/name/kalimantan-
selatan/detail/6371/kota-banjarmasin, dikutip pada 23 Juli 2020.
44
Sinar Borneo dalam tahun 1906. Kemudian pada tahun 1907 terbit surat
kabar Pengharapan, disusul Borneo Advertentie Blad pada tahun 1913 dan
surat kabar berbahasa Kapuas bernama Brita Bahalap pada tahun 1914.2
memperoleh langganan dan berbagai sebab lainnya, surat kabar ini hanya
berasal dari keturunan Tionghoa, dipimpin oleh Tio Ie Soei dan Oei Tek
Hong. Surat kabar ini membawa misi untuk membela dan mempromosikan
1
Sejarah Pers di Banjarmasin, (Dokumen Pribadi Milik Pusat Wartawan Indonesia/PWI,
Cabang Banjarmasin), hlm. 3.
2
Ibid., hlm. 8.
45
bersifat biasa. Seperti berita lokal yang tidak ada kaitannya dengan
pengusaha Belanda bernama Th. Neufer pada tahun 1913. Sesuai dengan
namanya, surat kabar ini kebanyakan memuat iklan yang sifatnya resmi
dari pemerintah Belanda dan pedagang Jerman. Mula-mula surat kabar ini
bahasa, yakni Belanda dan Melayu. Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa pada masa itu masih sedikit orang yang bisa dan paham dengan
bahasa Belanda, bahkan yang pandai baca tulis pun masih sedikit.
President Theatre. Nama surat kabar ini yang sama artinya dengan “berita
3
Misionaris Zending dalam bahasa Belanda yang dapat diartikan sebagai lembaga yang
menyebarkan Agama Kristen tepatnya Kristen Protestan.
46
Dayak.4
aktivitasnya, maka dua belas tahun kemudian atau lebih tepatnya pada
Bintang Borneo dan Borneo Post. Surat kabar Bintang Borneo yang
dengan wakilnya yang bernama Liem Lok Ie, sedang redakturnya adalah
Chairul Ali. Sementara di sisi lainnya, Surat kabar Borneo Post dicetak
pula menerbitkan edisi khusus Malam Djoem’at yang dipimpin oleh Amir
Hasan Bondan dan dibantu oleh Saleh Balala. Edisi khusus tersebut
diterbitkan setiap hari Kamis adalah sebagai salah satu siasat Belanda
4
Ibid., hlm. 9.
5
Ibid.
47
misi perjuangan. Dalam jangka waktu lebih kurang satu tahun, telah
Pada tahun 1926 terbit surat kabar yang juga menggunakan nama
berasal dari Kalimantan Tengah sekarang ini. Sayangnya surat kabar yang
bercorak nasional ini tidak berusia lama, hanya lebih kurang satu tahun.
tekanan pihak penguasa Belanda dan kekurangan modal, lebih dari itu
1930, dengan sendirinya para penulis artikel pada edisi khusus Malam
Soeara Kalimantan. Hal ini pula yang menyebabkan edisi khusus Malam
6
Ibid., hlm. 9-10.
7
Ibid., hlm. 10.
48
Soeara BIC (1934), Berita N.Oe (1935), Perintis dan Suara Pakat Dajak
Musjawaratuthalibin (1939).8
serta majalah bulanan, menurut catatan antara tahun 1935 – 1936 atas
inisiatif Hadhariah M. telah didirikan Pers Bureau atau Kantor Berita yang
harus diakui bahwa usianya relatif pendek. Paling tidak para masa itu
pada tahun 1942. Dengan hanya berjalan kaki dan menggunakan sepeda
Kalimantan.
8
Ibid., hlm. 12-13.
9
Ibid., hlm. 13.
49
menjalankan tugasnya.12
rakyat, hal itu cukup membuat kaget pihak Belanda beserta sekutunya.
Indonesia, yang berbunyi “Di bidang media massa yang merupakan alat
12
Sejarah Pers di Banjarmasin, Op. Cit. hlm. 15.
13
Ibid., hlm. 16.
14
https://historia.id/politik/articles/pers-perjuangan-di-kalimantan-PMLnJ/page/1, dikutip
pada 20 September 2020.
51
1945. Pamflet itu berisi bahwa Indonesia telah merdeka dan mengajak
pers perjuangan; akan tetapi ada pula yang disebut sebagai pers yang
kooperatif yang artinya bahwa pers yang didirikan oleh orang Indonesia,
surat kabar yang sifatnya kooperatif ini memperoleh berbagai fasilitas atau
dengan lancar.
Oktober 1945. Pendiri dan pemimpinnya adalah Merah Ardansjah dan Gt.
Ahmad Soegian Noor. Tentu saja “Soeara Kalimantan” ini tidak ada
15
Ibid.
52
1942 yakni A.A. Hamidhan yang sedang berada di Jakarta dan kebetulan
surat kabarnya dijiplak begitu saja oleh Merah Ardansjah dan Gt. Ahmad
oleh Belanda kepada Indonesia. Surat kabar ini berhaluan nasional dan
mencoba mendekati “harian atau surat kabar PNI” pada waktu itu.
yaitu surat kabar Borneo Post yang terbit lagi dalam tahun 1945
surat kabar Borneo Post di zaman NICA adalah Mr. Van der Zijl. Tulisan
Mr. di depan nama Van der Zijl tersebut bukan berarti tuan, melainkan
singkatan dari gelar Meester in de Rechten atau sama dengan gelar S.H.
Indonesia.16
Republik Indonesia Serikat (RIS) hanya berusia lebih kurang satu tahun,
untuk seterusnya dipimpin dan dimiliki oleh Gt. Ahmad Soegian Noor.
ternyata pers pun tidak dapat melepaskan diri dan harus mengikuti garis-
garis politik yang telah diambil pemerintah pusat. Setelah lahirnya dekrit 5
pers diperketat. Semua surat kabar dan penerbitan lainnya dalam tahun
Terbit (SIT).18 Dalam proses permohonan SIT baru tersebut antara lain
“Manipol/USDEK”.19
pusat ataupun di daerah harus mempunyai parpol atau ormas. Tiap parpol
pro NASAKOM yang dapat hidup, sedangkan surat kabar lainnya yang
18
Ibid., hlm. 23
19
Manipol/USDEK merupakan singkatan dari Manifesto politik / Undang-Undang Dasar
1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian
Indonesia yang oleh Soekarno dijadikan sebagai haluan negara Republik Indonesia, sehingga harus
dijunjung tinggi, dipupuk, dan dijalankan oleh semua bangsa Indonesia. Diumpamakan juga
Manifesto Politik/USDEK bagaikan Quran dan Hadis shahih yang merupakan satu kesatuan, maka
Pancasila dan Manifesto Politik/USDEK pun merupakan satu kesatuan yang sama. Lihat Juga
Printono (1960). Manipol/Usdek. Dua-R. hlm. 78 dan Soekarno (1965). Djuhartono, Kangseng
Gan, ed. Wedjangan revolusi, karya Bung Karno. Sebuah kamus ilmu perdjuangan untuk rakjat,
disusun menurut alfabet oleh sebuah team perangkai: Djuhartono dan Gan Kangseng. Jajasan
Penjebar Pantja-Sila. hlm. 307.
55
satu daerah yang cukup beruntung. Hal ini dikarenakan secara kebetulan
darurat perang yang pernah berlaku pada masa itu secara pribadi bersikap
anti komunis. Orang yang dimaskud adalah Kolonel H. Hasan Basry yang
Jakarta Raya.20
1962 sampai 1963. Dewan redaksinya terdiri dari Arthum Artha, Aspandi
20
Ibid.
21
Ibid., hlm. 24.
56
pendapat, pandangan dan kritik terhadap Orde Lama yang dikemas melalui
ini kemudian menjadi “Mimbar Mahasiswa” yang dicetak dua kali dalam
pada tanggal 1 Oktober 1965. Kala itu ketika waktu sore, Mayor Jenderal
tersebut, maka sejak 1 Oktober 1965 surat kabar BPS (Badan Pendukung
ini juga dikeluarkan oleh Pangdam lain terhadap pers tanpa izin khusus.
23
Ibid., hlm. 25-26.
24
Ibid., hlm. 26.
58
dan SPS (Serikat Penerbit Surat Kabar) di semua tingkatan termasuk yang
“Pers Pancasila” diberikan kepada insan pers yang ada dalam kerangka
25
Wawancara dengan Ir. Zainal Helmie, tanggal 28 September 2020.
59
diusahakan dari tahun 1945, peredaran surat kabar ini tidak hanya di
sempat terbit selama 4 tahun dalam bentuk koran harian, pada tahun
“Generasi Muda”, dipimpin oleh S.A. Abdis yang dibantu antara lain
Surat kabar mingguan yang hanya dapat terbit 4 kali dalam satu bulan
Offset Surabaya”.
Kaspul Yamin. Setelah itu surat kabar harian ini mengalami perubahan
nama menjadi “Utama”. memasuki awal tahun 1978, surat kabar harian
“Utama” tidak dapat lagi terbit yang disebabkan antara lain kekurangan
surat kabar ini atas prakarsa Mustafa, Drs. M. Nansi dan Rif’ah HB.
Pemimpin umum kala itu dipegang oleh Aliansyah Ludji dan pemimpin
7. Surat kabar harian “Dinamika Berita” yang diterbitkan oleh PT. Karya
sebagainya.
CV. Canang Press Tahun 1966. Pendirinya adalah A.S. Musaffa dan
redaksi dipegang oleh Saniah, Busra Karim dan Siun Ihil. Surat kabar
penerbitan lain.
Mercu Suar dan dicetak pada percetakan “Adil” dan “Mosa”. Surat
Adiani Noor, Tajuddin Noor, serta Iskandar Hasan. Hingga tahun 1972
surat kabar ini berubah nama menjadi surat kabar “Pembaharu”. Surat
Jaya dan dicetak pada PT. New Lambang, memulai kiprahnya sejak
tahun 1972. Surat kabar ini dipimpin oleh M. Ali Sri Indradjaya
redaksi. Surat kabar yang bersifat independen ini pada mulanya terbit
dua kali seminggu yakni pada hari Selasa dan Jum’at. Kemudian dalam
Desa (KMD) yang edisinya terbit pada hari Jum’at. Sebenarnya cikal
1972.
Juni 1970 dipimpin oleh A.S. Ibahy sebagai pimpinan umum dan Rusli
yang kurang baik. Anggota redaksi yang sempat bergabung pada surat
kabar ini, antara lain Roestam Effendi Karel, Sabran Azis, Gazali
perkembagan pers sudah dimulai tahun 1966 sampai tahun 1980 dan di
tahun 1980 inilah penguatan dari para wartawan yang mempunyai misi
untuk membangun media, karena media pada kala itu hanya sedikit, misal
didominasi oleh mesin ketik manual, meskipun ada beberapa media yang
sudah menggunakan mesin komputer, tetapi tidak banyak orang yang bisa
mereka ketik, selain itu juga suara mesin ketik yang khas yang dinilai
kedalam kertas.
modern. Akan tetapi, keahlian mereka dalam membuat sebuah berita itu
luar biasa karena bisa menulis sebuah berita dengan menggunakan mesin
ketik yang harus sangat teliti dalam setiap membuat kata dan susunan
kalimat.27
27
Wawancara dengan Ir. Zainal Helmie, tanggal 28 September 2020.
BAB III
1998-2009
2009 tidak jauh berbeda, namun masing-masing dekade terakhir ada ciri
era reformasi misalnya masa Orde Lama (Orla) dan Orde Baru (Orba) sedikit
banyak tentu ada beda. Pada masa Orla, pers yang merupakan supremasi
kebebasan berpendapat tidak ada ikatan atau ketentuan khusus yang seakan-
akan bebas, namun ada perangkap, baik secara sadar ataupun tidak sadar, yaitu
Kemudian pada masa Orba ada sedikit kebebasan, tetapi ada embel-
jawab itu pada dasarnya jangan sampai mengganggu stabilitas berbangsa dan
bernegara yang berdasar Pancasila dan UUD 1945. Oleh karenanya pada Orba
0
Wawancara dengan H. Syamsuddin H., tanggal 27 November 2021.
66
67
Tahun 1999 tentang Pers yang dianggap sebagai "Lex Specialized" yang
kerja sama antara Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan
Di sisi lain, tidak dipungkiri pula ketika itu terkadang masih ada aparat
apakah karena ketidaktahuan atau memang sikap arogansi. Warna lain dari
mencapai 36 buah (termasuk PWI) antara lain PWI Reformasi, Aliansi Jurnalis
Indonesia (AJI) dan Ikan Jurnalistik Televisi Indonesia (IJTI), bahkan ada
kedudukannya sangat lokal. Oleh karena itulah, sesuai dengan ketentuan dan
tersebut, maka pada akhirnya hanya diakui yaitu seperti PWI, AJI dan IJTI.0
Pada masa Reformasi itu pula, banyak insan pers dengan karya-karya
menjelang masa Reformasi pun sudah sebulan "wartawan tanpa surat kabar"
atau pemegang proyek yang terkesan lebih takut dengan wartawan Bodrex atau
abal-abal ketimbang wartawan yang resmi medianya. Akan tetapi, dalam dunia
pers di Indonesia pasca Reformasi atau hingga 2009 ada pula aturan baru
seperti KUHP yang diperbarui terdapat sejumlah pasal-pasal "karet" (yang bisa
membuat insan pers kena perangkap atau jerat) bila tidak berhati-hati.
atau "dalam jaringan" (Daring) mulai muncul. Media online merupakan sebuah
tantangan bagi media yang secara berangsur mulai hilang, disamping biaya
produksi yang relatif mahal atau kurang efesien dan efektif. Sebagai contoh di
Banjarmasin beberapa media cetak tak muncul lagi atau mengurangi penerbitan
seperti halnya Gawi Manuntung, Media Masyarakat, serta Spirit dan Metro
Daerah
atau pelarangan penyensoran. Untuk itu tidak ada yang berhak mengatur
0
Ibid.
69
kebijakan terhadap pers antara PWI Pusat dengan PWI daerah termasuk di
kegiatan pers lebih bebas tanpa takut ancaman medianya akan dibredel.
Namun masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi pers Indonesia. Salah
berupa kekerasan, mulai dari kekerasan fisik hingga pembunuhan dan soal
0
Wawancara dengan Ir. Zainal Helmie, tanggal 28 September 2020.
70
sosial dan sistem politik dari suatu masyarakat atau bangsa, karena
hubungannya atau interaksinya itu tidak bisa dihilangkan. Jadi sistem pers
itu tidak akan terlepas dari pengaruh pemikiran atau filsafat yang mendasari
sistem masyarakat dan sistem pemerintahan, sehingga pers itu berada dan
beroperasi.
kekuatan dari ekonomi rakyat itu. Melalui pers itulah, ekonomi kerakyatan
a. Politik
terlepas dari situasi dan kondisi politik secara nasional kala itu.
Habibie.
mengalami perubahan.
(Pemilu) ada yang rontok. Sebagai contoh Parpol yang berhasil meraih
Dewan setempat tetap Partai Golkar yang ketika hampir tidak ada
berusia berabad-abad tidak terlepas dari peran pers, baik daerah setempat
b. Ekonomi
akibat krisis moneter dan ekonomi Kota Banjarmasin juga turut terimbas
tidak begitu stabil serta bervariabel itu juga tidak terlepas dari peran atau
pengaruh pers melalui berbagai bentuk karya tulis jurnalistik yang baik
dipungkiri pula kemungkinan ada OKP dan LSM yang hanya sekadar
nama.
Misalnya "Barong Sai" sebuah budaya dari "Timur Jauh" atau daratan
Tiongkok menggeliat kembali, seperti tiap Hari Raya Imlek hingga Cap
Banjar. Dalam hal sosial dan budaya tersebut, baik secara langsung
positif.0
0
Ibid.
75
seperti mahasiswa.
1. Surat Kabar
Surat kabar berasal dari kata pers yang diambi dari istilah asing,
tetapi kerap dipakai dalam Bahasa Indonesia. Artinya ditulis press yang
keterangan dan hiburan bagi semua orang yang meminatinya. Oleh karena
itu, berbicara pers atau surat kabar kita hendaknya mempelajari juga ilmu
dengan secepat-cepatnya.0
a. Periode 1998-2004
0
Sumadria, Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2008), hlm. 3.
0
Wawancara dengan H. Gusti Pangeran Rusdi Effendi, tanggal 2 November 2020.
77
artian bagi media maupun pers sendiri tidak saling menjatuhkan dalam
adanya kebebasan pers agar bisa menyajikan berita yang berimbang dan
bisa dipertanggungjawabkan.0
b. Periode 2005-2009
kebutuhan dan kalau media surat kabar masih ingin maju, setara dengan
media yang telah menggunakan digital, maka media surat kabar harus
waktu tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, surat kabar mengalami
pertumbuhan baik dilihat dari sisi jumlah surat kabar maupun dari sisi tiras
atau oplah yang dicetaknya. Data dari Serikat Penerbit Surat kabar
menyebutkan bahwa pada tahun 2006 jumlah surat kabar harian berjumlah
251 surat kabar dengan total tiras yang dicetak mencapai 6.058.486
25% menjadi sebanyak 315 surat kabar dan tiras yang dicetak menjadi
2009. Peningkatan jumlah suratkabar dan tiras ini di dorong oleh terbitnya
tidak hanya terbatas pada wilayah Kalimantan Selatan saja. misalnya saja
kabar ini memiliki pembaca yang beragam. Sasaran pembaca dari Koran
ini adalah remaja, mahasiswa hingga para pekerja. Hal ini dapat dilihat
dari rubrik yang dihadirkan oleh Banjarmasin Post seperti Facebook Kita,
olahraga untuk menjaring pembaca yang lebih beragam baik dari latar
2. Radio
alat komunikasi suara, berupa radio. Radio sendiri merupakan suatu alat
Bangsa Indonesia.0
a. Periode 1998-2004
tidak hanya menggeluti masalah politik saja, tetapi juga mulai berperan
kala itu terjadi sebuah pergeseran masa pemerintahan antara masa Orde
era Reformasi, pihak media yang biasa menyiarkan berita di radio, bisa
0
Deddy Wahyu Wijaya, “Sejarah Radio Republik Indonesia Wilayah Semarang Tahun
1945-1998”. Journal Of Indonesian History, Vol. 1. No. 1, 2012, hlm. 24-25.
0
Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia VI. (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 503.
81
sendiri pada masa Orde Baru itu dikekang dalam menyiarkan sebuah
pemerintah terkait.0
0
Wawancara dengan Akhmad Surya Purnama, tanggal 2 November 2020.
0
Ibid.
82
Keterangan: Jalan Jenderal Ahmad Yani KM. 3.5 Nomor 7, Karang Mekar,
Kecamatan Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, Kalimantan
Selatan.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
b. Periode 2005-2009
Banjarmasin sendiri.
normal dalam arti tidak menurun ataupun tidak menanjak secara pesat.
perihal kriminal yang perlu juga didengarkan oleh masyarakat dan juga
RRI tersebut.
masyarakat itu tidaklah sebanyak dan seberagam di era digital ini. Oleh
karena itu, agar RRI tetap eksis di era digital maka yang perlu
zaman.0
3. Televisi
Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa
Yunani dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin.
Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya
0
Ibid.
84
dari suatu tempat yang berjarak jauh. 0 Sementara itu, menurut pendapat
television. Televisi terdiri dari istilah tele yang berarti jauh dan visi
melalui media masa pada sejumlah besar orang. Media komunikasi yang
termasuk masa yaitu radio siaran, televisi, film yang dikenal sebagai media
elektronik, serta surat kabar dan majalah yang keduanya termasuk media
cetak.0
a. Periode 1998-2004
0
Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video (Jakarta: PT Grasindo,
1993), hlm. 1.
0
Onong Uchijan/a Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Cet ke-3 (Bandung: PT.
Itra Aditya Bakti, 2003), hlm. 174.
0
Rema Karyanti. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2005), hlm. 3.
0
Penyiaran televisi digital terestrial secara umum didefinisikan sebagai pengambilan atau
penyimpanan gambar dan suara secara digital, yang pemprosesanya (encoding-multiplexing)
termasuk proses transmisi, dilakukan secara digital dan kemudian setelah melalui proses
pengiriman melalui udara, proses penerimaan (receiving) pada pesawat penerima, baik penerimaan
tetap di rumah (fixed reception) maupun yang bergerak (mobile reception) dilakukan secara
digital.
85
zaman terlebih di era digital ini, tidak hanya para pers bahkan orang
b. Periode 2005-2009
sairan di televisi.0
Keterangan: Jl. A. Yani No.Km. 6, Pemurus Luar, Kec. Banjarmasin Tim., Kota
Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
4. Internet
perkembangan teknologi itu kurang begitu digunakan oleh para pers dalam
para pers hanya bertumpu kepada media cetak dan setelah itu baru masuk
a. Periode 1998-2004
perusahaan penerbitan.
online. Situasi semakin meriah karena hadir pula stasiun televisi yang
Pada awalnya yang pertama kali merintis media digital online secara
nasional adalah situs Republika Online yang muncul pada tahun 1994,
an, para pers belum melirik untuk menggunakan media digital yang
pada kala itu sudah dipergunakan di beberapa daerah lain. Hal itu
b. Periode 2005-2009
murni yang tidak berasal dari media manapun, meskipun tidak semua
Hal ini karena menurut dewan pers bahwa media pers yang
dan ilmu pengetahuan menjadi sangat penting untuk diketahui secara cepat.
beragam informasi peristiwa dan ilmu pengetahuan dengan mudah dan cepat
dapat diperoleh. Beragam peristiwa yang sedang terjadi di tempat lain detik itu
juga dapat diketahui. Berbagai informasi penting juga dapat dengan mudah dan
0
Ibid.
90
menjadi alat ukur modernisasi dan menjadi kebutuhan primer sebuah keluarga.0
televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang
banyak, lain halnya dengan media sosial. Media sosial dapat diakses dengan
jaringan internet tanpa biaya besar, tanpa alat mahal, dan dapat dilakukan
Bagi jurnalis atau disebut juga dengan insan media, lahirnya UU Pers
No. 40 Tahun 1999 sangat berarti didalam dunia jurnalistik. UU ini juga
berita kepada masyarakat. UU Pers ini menempatkan pers sebagai bagian yang
kebebasan pers itu ada, jurnalis dalam menjalankan profesinya tetap dibatasi
berbagai pihak yang menjadi sumber berita. Hubungan antara jurnalis dengan
sumber berita tidak akan menimbulkan persoalan apa-apa, sepanjang fakta atau
informasi yang disampaikan oleh jurnalis bersifat akurat dan benar serta dapat
0
Dindin Samsudin. “Peran Media Dalam Pemasyarakatan Istilah Bahasa Indonesia.”
Dalam Jurnal Metalingua: Vol. 13, No. 2, Desember 2015, hlm. 153.
0
Ibid.
91
a. Periode 1998-2004
harian, mingguan, tengah bulanan dan bulanan. Selain itu, melalui radio dan
b. Periode 2005-2009
semarak di masa kini, medsos dan era pertumbuhan sistem digital yang
0
Wawancara dengan Lili Irianti Mala, tanggal 27 Desember 2020.
0
Wawancara dengan H. Syamsuddin Hasan, tanggal 7 Maret 2021.
92
Medsos dan atau media digital menjadi saingan ketat serta semakin
merebut perhatian pembaca atau mereka yang mau cepat mengetahui berita,
pengisi medsos tersebut mungkin saja ada yang tidak mengetahui Kode Etik
menyebarluaskan berita.0
0
Ibid.
BAB IV
kabar gembira bagi industri pers Tanah Air, termasuk di Banjarmasin. Manfaat
kebebasan pers bagi pers itu sendiri diantaranya kemudahan mengurus izin
berkumpul, dan berserikat. Adapun yang akan menjadi fokus kajian dalam
informasi.0
bisa mendapatkan informasi yang beragam dan dari berbagai sisi. Ramainya
surat kabar yang terbit membuat persaingan merebut pangsa pasar semakin
sengit. Setiap media juga dutuntut tampil beda menyajikan informasi. Jika
informasi yang disampaikan sama, pembaca cukup membaca satu media saja.
Dengan cara tampil beda itu, media massa akan dipilih oleh pembaca dan juga
0
Mardikola Tri Rahmad. “Dampak Kebebasan Pers Terhadap Penyebarluasan Informasi di
Sumatera Barat.” Hadharah: Jurnal Keislaman dan Peradaban. Volume 14, No. 1, Juni 2020, hlm.
1.
0
Ibid., hlm. 5.
93
94
1999, sebenarnya ancaman terhadap pers cenderung lebih besar karena media
bisa menulis dan menerbitkan berita apasaja. Sementara pihak yang dianggap
terdampak akibat dari produk jurnalis itu semakin banyak. Kondisi yang
mengancam terhadap kebebasan pers ketika era transisi (perpindahan dari era
Orde Baru ke Reformasi) hampir tidak pernah terjadi di Kota Banjarmasin. Hal
yang akurat, benar dan terpercaya dalam mengolah dan menyajikan suatu
berita.0
maupun dampak negatif, begitu juga dengan kebebasan pers. Pers atau media
massa memiliki peran yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan sudah
tidak diragukan lagi baik yang sifat baik atau tidak baik. Pada satu sisi
Begitupun juga sebaliknya kebebasan pers itu juga dapat menimbulkan dampak
buruk. 0
media yang terbagi dua sesuai segmennya, yaitu ada “nang muyak” alias yang
bosan sampai tidak lagi membaca atau mau mendengarkan lagi karena berita
seperti itu-itu saja seperti memberi harapan tetapi tidak sesuai kenyataan,
0
Wawancara dengan Lili Irianti Mala, tanggal 27 Desember 2020.
0
Mardikola Tri Rahmad, Loc. Cit., hlm. 7.
95
apalagi kabar tersebut jelas-jelas bohong. Mereka yang seperti ini lebih
pengetahuan. Di sisi lain, ada pula pembaca/pendengar hanya sekitar ingin tahu
agar tidak ketigalan berita, terlebih pada pekerja atau petani mereka lebih baik
merupakan tempat tinggal sebagian besar penduduk dan sebagian besar petani
pengajian, dan sangat jarang menonton berita, kecuali berita olahraga serta hal-
hal yang berkaitan peningkatan usaha pertanian secara umum. Warga pedesaan
sangat jarang membaca surat kabar, terlebih dengan tidak ada lagi koran yang
masuk ke wilayah desa. Mereka lebih baik beli makanan keperluan rumah
pada bagian ini juga akan dipaparkan beberapa dampak dari kebebasan pers
1. Dampak Positif
bernilai positif karena adanya kebebasan pers yang berarti dalam hal ini
0
Wawancara dengan H. Syamsuddin H., tanggal 27 November 2021.
96
informasi yang akurat, benar, dan terpercaya. Hal ini membuat keberadaan
diantaranya:
Manakala informasi yang disampaikan itu objektif dan jujur tentu akan
juga buruk. Oleh karenanya, dengan adanya kebebasan tersebut, pers lebih
kebabablasan.
suatu fakta atau peristiwa. Suatu peristiwa dapat dikupas dalam berbagai
0
Wawancara dengan Lili Irianti Mala, tanggal 27 Desember 2020.
0
Hamdan Daulay, Jurnalistik dan Kebebasan Pers. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2016), hlm. 30.
97
perubahan pola pikir ditandai dengan adanya pola pikir baru dari
masa depan.
Saat kita butuh pencerahan untuk bangkit dan maju. Salah satu cara
yang efektif untuk pencerahan ialah kontribusi media dalam pendidikan dan
pencerdasan bangsa. Pihak media terdiri atas dua yaitu pihak yang memiliki
Keseimbangan antara dua pihak ini dapat menjadi kunci bagi kemajuan
bangsa. Selain itu pihak akademisi dan media harus berada dalam satu
langkah bersama mencerdaskan anak bangsa demi masa depan bangsa yang
0
Mardikola Tri Rahmad, Op. Cit., hlm. 7-8.
98
lebih baik. Akan tetapi langkah ini harus didukung bersama, karena
Perubahan sikap yang lebih baik atau lebih tidak baik ditentukan oleh media
didalamnya ada pola pikir, sikap dan menjadi kebiasaan yang dianggap
wajar oleh masyarakat.0 Salah satu contoh trend kehidupan yang terjadi
smartphone atau telpon pintar yang selalu dipromosikan lewat media massa.
akan mengusahakannya.
0
Ibid., hlm. 8-9.
0
Rini, “Peran Media Massa Dalam Mendorong Perubahan Sosial Masyarakat,” Jurnal
Ilmiah Orasi Bisnis, Edisi Ke- VI, November 2012, hlm. 51-56.
99
baik di bidang politik, ekonomi, maupun sosial dan budaya.0 Demikian pula
nilai yang diyakininya. Kemerdekaan pers sebagai bagian dari kondisi yang
Indonesia (PWI).0
0
Mardikola Tri Rahmad, Op. Cit., hlm. 9.
0
Wawancara dengan Ir. Zainal Helmie, tanggal 28 September 2020.
100
demokrasi melalui pers yang bebas dan independen, yang pada akhirnya
tujuan utama pers. Semenjak adanya aturan tersebut, pers lebih leluasa
perusahaan pers tetap harus mematuhi kode etik jurnalistik yang berlaku.
Jika melanggar kode etik jurnalistik, maka perusahaan pers bisa dikenakan
7) Kemajuan Teknologi
tidak mau media cetak harus berubah dan menyesuaikan diri agar mampu
0
Sapto Nugroho, Survei Indek Kemerdekaan Pers Indonesia 2017. (Jakarta: Dewan Pers),
hlm. 19.
0
Wawancara dengan H. Gusti Pangeran Rusdi Effendi, tanggal 2 November 2020.
0
Mardikola Tri Rahmad, Op. Cit., hlm. 10.
101
teknologi digital. Surat kabar tidak hanya menempatkan diri menjadi media
media sosial, web dan perangkat digital lainnya. Jika tersistem dalam bentuk
platform, media cetak bisa saja kedepan akan hilang atau sulit ditemukan,
tetapi dalam wadah saluran informasi akan tetap abadi, bahkan dengan
konten yang lebih majemuk dan heterogen kaya akan pilihan pilihan. Di sisi
lain, rintangan yang ditemui oleh surat kabar akan jauh sangat sulit jika
dibandingkan dengan buku sebab karakter bisnis surat kabar yang sangat
mengarah negatif dan atau memunculkan dampak negatif. Surat kabar yang
alami oleh masyarakatnya sendiri, dan pada gilirannya akan mati dengan
0
Andoko. “Teknologi Digital: Akankah Media Cetak Berakhir?” Jurnal Ultimatics.
Universitas Media Nusantara. Volume 2, Nomor 1, 1 Juni. 2010, hlm. 6.
0
Wawancara dengan H. Syamsuddin H., tanggal 27 November 2021.
102
a. Periode 1998-2004
semakin banyak produk berita atau karya tulis jurnalistik jurnalis tersebut
kian nalar. Begitu pula kalau karya jurnalistik itu berkaitan kemajuan
daerah, maka daerahnya juga menjadi terpromosikan lebih luas, dan pada
memetik hasil positif dari karya tulis jurnalistik, dan pula membuat
b. Periode 2005-2009
Pada dekade ini dampak positif bagi jurnalis dan sumber media di
serba cepat mengetahui hal-hal yang terjadi. Kemudian lebih dari itu,
0
Wawancara dengan H. Syamsuddin Hasan, tanggal 7 Maret 2021.
0
Ibid.
103
2. Dampak Negatif
sumber media juga ada bernilai negatif, yakni seiring dengan terciptanya
diharapkan atau tidak, cepat atau lambat. Dampak yang terjadi akibat dari
peran media, dipastikan akan terjadi di tengah masyarakat. Pada bagian ini
diantaranya :
bangsa cukup cepat. Hal itu mengakibatkan terjadinya krisis nilai dan norma
itu belum tentu sesuai dengan nilai budaya Indonesia. Kemerosotan moral
terutama di era globalisasi ini. Media massa bagaikan “mahluk ghaib” yang
tidak bisa dikerangkeng oleh ruang dan waktu, sehingga bisa bergerak
masyarakat menjadi suatu tantangan bagi pers saat ini. Jika industri pers
0
Mardikola Tri Rahmad, Loc. Cit.
0
Masduki, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik. (Yogyakarta: UII Pres, 2004). hlm.
156.
0
Sudirman Tebra, Jurnalistik Baru. (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005), hlm. 213.
105
kepada suatu surat kabar hilang, berita-beritanya tidak akan dibaca, bahkan
juga akan berimbas pada penjualan surat kabar di Banjarmasin, seperti surat
terbit pada tahun 1970 harus terhenti memasuki awal tahun 1978,
mengedepankan kejujuran.0
bohong atau hoax. Terkadang juga hal itu disengaja untuk menaikkan
informasi tidak benar, dan dapat menimbulkan dampak yang lebih besar
0
Wawancara dengan Hj. Sunarti Suwarno, tanggal 2 November 2020.
0
Hamdan Daulay, Op. Cit., hlm. 141.
106
keributan.
sisi positif kebebasan pers. Sisi positif tidak perlu lagi dibahas karena sudah
jelas itu yang diharapkan kalangan insan pers dan masyarakat pada umum.
Akan tetapi, hal yang paling urgen untuk dikaji adalah sisi negatif
kebebasan pers, sebab perspektif inilah yang akan mengancam masa depan
orang untuk menilai orang lain sehingga ada yang namanya pembunuhan
ataupun lebih menghargai budaya populer yang ada dari pada budaya
0
Djoko Waluyo, Kebebasan Pers Dari Pandangan Wartawan, Kasus Wartawan PWI Dan
AJI, (Yogyakarta: Tiara Wacana Lokus, 2014), hlm. 116.
107
masyarakat itu sendiri, dan yang lebih global lagi menurunnya tingkat
membawa angin segar bagi pers di Banjarmasin. Akan tetapi juga “momok”
diantaranya banyak yang tidak dapat bertahan lama karena berbagai hal,
seperti kalah bersaing antara surat kabar satu dengan surat kabar lainnya,
5) Gambar Vulgar
dasarnya bukan sebuah surat kabar yang menganut asas mendidik dan
pembaca sehingga menjadi sebuah renungan untuk berbuat yang lebih baik
lagi. Oleh karena itu, tidak selalu ilustrasi pada surat kabar bersifat vulgar
terutama dalam hal negatif yang juga bisa berdampak negatif, misalnya
a. Periode 1998-2004
lebih kekinian disamping juga media berita lain, seperti siaran radio,
yang ada. Hal ini dilakukan bagi siapa yang “nakal” dan menghalakan
semua cara untuk menjalankan bisnis perusahaan pers mereka, sebab kalau
kalah dalam saingan bisnis ini bisa dipastikan perusahaan pers tersebut tidak
b. Periode 2005-2009
Dalam periode ini dampak negatif bagi jurnalis dan sumber media
tidak jauh banyak berbeda dengan periode 1998 - 2004. Bahkan pada
periode 2005 - 2009 mulai rasionalisasi media cetak atau surat kabar
0
Wawancara dengan H. Syamsuddin H., tanggal 27 November 2021.
0
Rini, Loc. Cit.
109
yang dapat merusak citra harkat dan martabat dunia pers atau jurnalistik.
Dengan situasi dan kondisi itu pula, banyak yang takut dengan wartawan
0
Ibid.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
adalah :
pada tahun 1913 dan surat kabar berbahasa Kapuas bernama Brita
1913, Surat kabar Berita Bahalap ini diterbitkan oleh misionaris zending
110
111
media-media masa tersebut yang tidak bertahan lama sampai masa era
Reformasi, tetapi ada beberapa juga yang bisa bertahan bahkan menjadi
media masa yang besar, seperti surat kabar harian “Dinamika Berita”
Tahun 1975 tentang Pengukuhan PWI dan Serikat Pekerja Surat Kabar
semua industri pers tidak semuanya mampu bertahan, karena tidak siap
112
bersaing di pasaran. Kedua, dampak positif kebebasan pers bagi pers itu
pers, dan tingginya persaingan bisnis antar industri pers. Ketiga, bagi
Buku
Abdurahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
Atmakusumah. 2009. Tuntutan Zaman: Kebebasan Pers dan Ekspresi, Jakarta:
Spasi & VHR Book-Yayasan Tifa.
Daulay, Hamdan. 2016. Jurnalistik dan Kebebasan Pers, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, teori dan filsafat komunikasi, Cetakan ke-3,
Bandung: PT. Itra Aditya Bakti.
Gottschalk, Louis. 1986. Understanding History: A Primer of Historical Method,
a.b. Nugroho Notosusanto, “Mengerti Sejarah”, Jakarta: UI Press.
Hamid, Abdul Rahman & Muhammmad Saleh Madjid. 2011. Pengantar Ilmu
Sejarah, Yogyakatra: Ombak.
Handayaningrat, Soewarno. 1990. Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Jakarta: Haji Mas Agung.
Hamid, Farid, Morissan, dan Andy Corry Wardhani. 2010. Teori Komunikasi
Massa, Bogor: Ghalia Indonesia.
Hosio, J. E. 2007. Cetakan Kedua. Kebijakan Publik dan Desentralisasi: Esai-
Esai dari Sorong.
Ibrahim, Jabal Tarik. 2003. Sosiologi Pedesaan, Cetakan I; Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003. Jakarta: Pusat penelitian bahasa
Departemen Pendidikan Nasional.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008. Jakarta: Pusat penelitian bahasa
Departemen Pendidikan Nasional.
Karyanti, Rema. 2005. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Kusumaningrat, Hikma. 2005. Jurnalistik Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Luwi, Ishwara. 2011. Jurnalisme Dasar. Jakarta: RT Kompas.
Marijan, Kacung. 2010. Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca-
Orde Baru, Jakarta: Prenada Media Group.
Masduki. 2004. Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik, Yogyakarta: UII Pres.
Narwoko, J. Swi & Bagong Suyanto. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan, Edisi Keempat, Cet. Ke-5; Jakarta: Kencana.
Nugroho, Sapto. 2017. Survei Indek Kemerdekaan Pers Indonesia. Jakarta:
Dewan Pers.
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Raja Grafindo Persada.
113
114
Internet
https://hukum.tempo.co/read/1059485/kebebasan-pers-di-indonesia/full&view=ok,
diakses pada 20 Juli 2020.
http://www.kemendagri.go.id/pages/profildaerah/kabupaten/id/63/name/
kalimantan-selatan/detail/6371/kota-banjarmasin, diakses pada 23 Juli
2020.
https://historia.id/politik/articles/pers-perjuangan-di-kalimantan-PMLnJ/page/1,
diakses pada 20 September 2020.
http://nasional.kompas.com/read/2012/02/11/04210738/
Kebebasan.Pers.yang.Berekses, diakses pada 25 November 2020.
116
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
No Rumusan Tujuan Indikator Poin Pertanyaan
.
di masa reformasi ?
b. Bagaimana
perkembangan
media radio di Kota
Banjarmasin di
masa Reformasi ?
c. Bagaimana
perkembangan
media televisi di
Kota Banjarmasin
di masa
Reformasi ?
d. Bagaimana
perkembangan
media internet di
Kota Banjarmasin
di masa Reformasi ?
3. Upaya Mengetahui Menyampaikan a. Bagaimana upaya
yang dilakukan
media dalam
menyampaikan
kebutuhan informasi
terhadap masyarakat
di Kota Banjarmasin
di masa Reformasi ?
4. Dampak Mengetahui Jurnalis a. Bagaimana dampak
positif yang
dirasakan para
jurnalis dan sumber
media di masa
Reformasi ?
b. Bagaimana dampak
negatif yang
dirasakan para
jurnalis dan sumber
media di masa
Reformasi ?
118
Lampiran 2
DAFTAR INFORMAN
Lampiran 3
FOTO-FOTO DOKUMENTASI
Gambar 1. Wawancara Bersama Dengan Ketua PWI Cabang Kota Banjarmasin,
Bapak Ir. Ir. Zainal Helmie
Lampiran 4
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 40 TAHUN 1999
TENTANG
PERS
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 28 Undang-Undang
Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
125
Dengan Persetujuan:
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PERS
126
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
13. Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap
suatu informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah
diberitakan oleh pers yang bersangkutan.
14. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan.
BAB II
ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN PERANAN PERS
Pasal 2
Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan
prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.
Pasal 3
1. Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan,
hiburan, dan kontrol sosial.
2. Disamping fungsi-fungsi tersebut pada (1), pers nasional dapat berfungsi
sebagai lembaga ekonomi.
Pasal 4
1. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.
2. Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau
pelarangan penyiaran.
3. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hal mencari,
memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.
4. Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan
mempunyai Hak Tolak.
Pasal 5
1. Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan
menghormati norma- norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas
praduga tak bersalah.
2. Pers wajib melayani Hak Jawab.
3. Pers wajib melayani Hak Koreksi.
Pasal 6
Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:
a. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;
128
BAB III
WARTAWAN
Pasal 7
1. Wartawan babas memilih organisasi wartawan;
2. Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik.
Pasal 8
Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum.
BAB IV
PERUSAHAAN PERS
Pasal 9
1. Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan
pers.
2. Setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia.
Pasal 10
Perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan pers
dalam bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk
kesejahteraan lainnya.
Pasal 11
Penambahan modal asing pada perusahaan pers dilakukan melalui pasar modal.
129
Pasal 12
Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat dan penanggung jawab
secara terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers
ditambah nama dan alamat percetakan.
Pasal 13
Perusahaan pers dilarang memuat Iklan:
a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu
kerukunan hidup antar umat beragama, serta bertentangan dengan rasa
kesusilaan masyarakat;
b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.
Pasal 14
Untuk mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke luar negeri, setiap warga
negara Indonesia dan negara dapat mendirikan kantor berita.
BAB V
DEWAN PERS
Pasal 15
1. Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan
kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen.
2. Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;
b. melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers;
c. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;
d. memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan
masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers;
e. mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah;
f. memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-
peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;
g. mendata perusahaan, pers.
3. Anggota Dewan Pers terdiri dari:
a. wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;
b. pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers;
130
c. tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dari atau komunikasi, dan bidang
lainnya yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan
pers.
4. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota.
5. Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
6. Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu
hanya dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya.
7. Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari:
a. organisasi pers;
b. perusahaan pers:
c. bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak mengikat.
BAB VI
PERS ASING
Pasal 16
Peredaran pers asing dan pendiri perwakilan perusahaan pers asing di Indonesia
disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang berlaku.
BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 17
1. Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan
pers dan menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan.
2. Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, etika,
dan kekeliruan teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers;
b. menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka
menjaga dan meningkatkan kualitas Pers nasional.
131
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 18
1. Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan
tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan
ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
2. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), serta
Pasal 13 dipidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
3. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 12
dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 19
1. Dengan berlakunya undang-undang ini segala peraturan perundang-undangan
di bidang pers yang berlaku serta badan atau lembaga yang ada tetap berlaku
atau tetap menjalankan fungsinya sepanjang tidak bertentangan atau belum
diganti dengan yang baru berdasarkan undang-undang ini.
2. Perusahaan pers yang sudah ada sebelum diundangkannya undang-undang
ini, wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan undang-undang ini dalam
waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak diundangkannya undang-
undang ini.
132
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Pada saat undang-undang ini mulai berlaku:
1. Undang-undang No. 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers
(LN Republik Indonesia Tahun 1966 No. 40, TLN Republik Indonesia No.
2815) yang telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 21 Tahun 1982
tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun
1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1967 (LN Republik Indonesia Tahun
1982 No. 52, TLN Republik Indonesia No. 3235);
2. Undang-undang No. 4 PNPS Tahun 1963 tentang Pengamanan Terhadap
Barang-barang Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban Umum
(LN Republik Indonesia Tahun 1963 No. 23, TLN Republik Indonesia No.
2533), Pasal 2 ayat (3) sepanjang menyangkut ketentuan mengenai buletin-
buletin, surat-surat kabar harian, majalah-majalah, dan penerbitan-penerbitan
berkala; dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 21
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 23 September 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd. BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
PENJELASAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 40 TAHUN 1999
TENTANG
PERS
UMUM
Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 menjamin kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan. Pers yang meliputi
media cetak, media elektronik dan media lainnya merupakan salah satu sarana
untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan tersebut. Agar pers berfungsi
secara maksimal sebagaimana diamanatkan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945
maka perlu dibentuk Undang-undang tentang pers. Fungsi maksimal itu
diperlukan karena kemerdekaan pers adalah salah satu perwujudan kedaulatan
rakyat dan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara yang demokratis. Dalam kehidupan yang demokratis itu
pertanggungjawaban kepada rakyat terjamin, sistem penyelenggaraan negara yang
transparan berfungsi, serta keadilan dan kebenaran terwujud.
Pers yang memiliki kemerdekaan untuk mencari dan menyampaikan informasi
juga sangat penting untuk mewujudkan Hak Asasi Manusia yang dijamin dengan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No.
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, antara lain yang menyatakan bahwa
setiap orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi sejalan dengan
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Asasi Manusia Pasal 19 yang
berbunyi : "Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan
pendapat; dalam hak ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan,
dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan buah pikiran
melalui media apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas wilayah".
Pers yang juga melaksanakan kontrol sosial sangat penting Pula untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan kekuasaan baik korupsi, kolusi, nepotisme, maupun
penyelewengan dan penyimpangan lainnya.
Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati
hak asasi setiap orang, karena itu dituntut pers yang profesional dan terbuka
dikontrol oleh masyarakat. Kontrol masyarakat dimaksud antara lain : oleh setiap
orang dengan dijaminnya Hak Jawab dan Hak Koresi, oleh lembaga-lembaga
kemasyarakatan seperti pemantau media (media watch) dan oleh Dewan Pers
dengan berbagai bentuk dan cara.
134
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Perusahaan pers dikelola sesuai dengan prinsip ekonomi, agar kualitas pers dan
kesejahteraan Para wartawan dan karyawannya semakin meningkat dengan tidak
meninggalkan kewajiban sosialnya.
Pasal 4
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga
negara" adalah bahwa pers bebas dari tindakan pencegahan, pelarangan, dan atau
penekanan agar hak masyarakat untuk memperoleh informasi terjamin.
Kemerdekaan pers adalah kemerdekaan yang disertai kesadaran akan pentingnya
penegakan supremasi hukum yang dilaksanakan oleh pengadilan, dan tanggung
jawab profesi yang dijabarkan dalam kode Etik Jurnalistik serta sesuai dengan hati
nurani insan pers.
Ayat (2)
Penyensoran, pembredelan, atau pelarangan penyiaran tidak berlaku pada media
cetak dan media elektronik. Siaran yang bukan merupakan bagian dari
pelaksanaan kegiatan jurnalistik diatur dalam ketentuan undang-undang yang
berlaku.
135
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Tujuan utama Hak Tolak adalah agar wartawan dapat melindungi sumber
informasi, dengan cara menolak menyebutkan identitas sumber informasi.
Hak tersebut dapat digunakan jika wartawan dimintai keterangan oleh pejabat
penyidik dan atau diminta menjadi saksi di pengadilan.
Hak Tolak dapat dibatalkan demi kepentingan dan keselamatan negara atau
ketertiban umum yang dinyatakan oleh pengadilan.
Pasal 5
Ayat (1)
Pers nasional dalam menyiarkan informasi, tidak menghakimi atau membuat
kesimpulan kesalahan seseorang, terlebih lagi untuk kasus-kasus yang masih
dalam proses peradilan serta dapat mengakomodasikan kepentingan semua pihak
yang terkait dalam pemberitaan tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 6
Pers nasional mempunyai peranan penting dalam memenuhi hak masyarakat
untuk mengetahui dan mengembangkan pendapat umum, dengan menyampaikan
informasi yang tepat, akurat dan benar. Hal ini akan mendorong ditegakkannya
keadilan dan kebenaran, serta diwujudkannya supremasi hukum untuk menuju
masyarakat yang tertib.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "Kode Etik Jurnalistik" adalah kode etik yang disepakati
organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers.
136
Pasal 8
Yang dimaksud dengan "perlindungan hukum" adalah jaminan perlindungan
Pemerintah dan atau masyarakat kepada hartawan dalam melaksanakan fungsi,
hak, kewajiban, dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 9
Ayat (1)
Setiap warga negara Indonesia berhak atas kesempatan yang sama untuk bekerja
sesuai dengan Hak Asasi Manusia, termasuk mendirikan perusahaan pers sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pers nasional mempunyai fungsi dan peranan yang penting dan strategis dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, negara
dapat mendirikan perusahaan pers dengan membentuk lembaga atau badan usaha
untuk menyelenggarakan usaha pers.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 10
Yang dimaksud dengan "bentuk kesejahteraan lainnya" adalah peningkatan gaji,
bonus, pemberian asuransi dan lain-lain. Pemberian kesejahteraan tersebut
dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antara manajemen perusahaan dengan
wartawan dan karyawan pers.
Pasal 11
Penambahan modal asing pada perusahaan pers dibatasi agar tidak mencapai
saham mayoritas dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 12
Pengumuman secara terbuka dilakukan dengan cara :
a. media cetak memuat kolom nama, alamat, dan penanggung jawab penerbitan
serta nama dan alamat percetakan;
137
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Tujuan dibentuknya Dewan Pers adalah untuk mengembangkan kemerdekaan pers
dan meningkatkan kualitas pers nasional.
Ayat (2)
Pertimbangan atas pengaduan dari masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (2)
huruf d adalah yang berkaitan dengan Hak Jawab, Hak Koreksi, dan dugaan
pelanggaran terhadap Kode Etik Jurnalistik.
Pasal 16
Cukup jelas.
138
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Untuk melaksanakan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat
ini dapat dibentuk lembaga atau organisasi pemantau media (media watch).
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dalam hal pelanggaran pidana yang dilakukan oleh perusahaan pers, maka
perusahaan tersebut diwakili oleh penanggung jawab sebagaimana dimaksud
dalam penjelasan Pasal 12.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.