Anda di halaman 1dari 80

SKRIPSI

PERAN BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK


DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK
MASYARAKAT PADA PEMILIHAN UMUM
DI KOTA BANJARMASIN

Diajukan Oleh

MAULIDA CAHAYA SARI


NIM. B1A015509

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
Banjarmasin, Juni 2022
PERAN BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM
MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT
PADA PEMILIHAN UMUM DI KOTA BANJARMASIN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada


Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Lambung Mangkurat

Diajukan Oleh

MAULIDA CAHAYA SARI


NIM. B1A015509

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN
TEKNOLOGI
Banjarmasin, Juni 2022
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maulida Cahaya Sari


Nomor Induk Mahasiswa : B1A015509
Tempat/Tanggal Lahir : Banjarmasin, 22 Juli 1997
Program Kekhususan : Hukum Tata Negara
Bagian Hukum : Ilmu Hukum
Program : Program Sarjana (S1)
Program Studi : Program Studi Hukum

Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi saya yang berjudul:

PERAN BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM


MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT
PADA PEMILIHAN UMUM DI KOTA BANJARMASIN

merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri, kecuali
terhadap kutipan-kutipan yang disebutkan sumbernya.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi saya ini
hasil jiplakan (dibuatkan atau plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut, termasuk bersedia gelar kesarjanaannya saya dicabut sesuai
dengan aturan hukum yang berlaku.
Demikian pernyataan itu dibuat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari
pihak mana pun.

Banjarmasin, 30 Mei 2022


Yang membuat pernyataan,

Maulida Cahaya Sari


NIM. B1A015509
PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan siding panitia penguji

Pada hari Rabu tanggal 15 Juni 2022


Dengan susunan penguji Panitia Penguji

TIM PENGUJI

KETUA : M. Ali Amrin, Amin, S.H., M.H.

SEKRETARIS : Deden Koswara, S.H., M.H.

ANGGOTA : 1. Dr. Akhmadi Yusran, S.H., M.H.

2. Muhammad Ananta Firdaus, S.H., M.H.

3. Dr. Hj. Erlina, S.H., M.H.

Ditetapkan dengan keputusan

Dekan Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat

Nomor : 309/UN8.1.11/SP/2022

Tanggal : 20 Mei 2022


PERAN BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM
MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA
PEMILIHAN UMUM DI KOTA BANJARMASIN

Maulida Cahaya Sari

ABSTRAK

Pemilihan umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat bagi negara


demokrasi. Tolak ukur kesuksesan pemilihan umum diantaranya ditentukan oleh
partisipasi politik masyarakat. Dalam rangka meningkatkan partisipasi politik
masyarakat, maka disetiap pemerintah daerah termasuk Kota Banjarmasin
dibentuk Badan Kesatuan Bangsa dan Politik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui mekanisme Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dalam meningkatkan
partisipasi politik masyarakat pada Pemilihan Umum di Kota Banjarmasin serta
implikasi hukumnya.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif yaitu penelitian


terhadap data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan
tersier yang dikumpulkan dengan cara studi kepustakaan. Kemudian data
sekunder yang telah terkumpul diolah dan dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa mekanisme yang ditempuh oleh Badan


Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin dalam meningkatkan partisipasi
politik pada pemilihan umum adalah melakukan pendidikan, politik, dan
sosialisasi. Politik kepada masyarakat dengan melibatkan tokoh agama. Kemudian
tidak ada implikasi hukumnya apabila Badan Kesatuan Bangsa dan Politik tidak
berhasil meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum.

Kata Kunci : Peran, Kesbangpol, Partisipasi Politik, Pemilu.

i
RINGKASAN

PERAN BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM


MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT PADA
PEMILIHAN UMUM DI KOTA BANJARMASIN

(Maulida Cahaya Sari : 2022,63 hlm)

Pemilihan umum merupakan salah satu sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat.


Kedaulatan rakyat berarti rakyat yang berkuasa atau memiliki kekuasaan untuk
menentukan orang-orang yang akan menduduki lembaga legislatif dan pemimpin
negara yang dilakukan melalui pelaksanaan pemilihan umum. Oleh karena itu
kedaulatan rakyat merupakan konsep kunci dalam memahami pemilihan umum.

Tujuan pemilihan umum pada prinsipnya adalah pelaksanaan hak asasi politik
rakyat. Rakyat di negara demokrasi dijamin oleh konstitusi untuk melaksanakan
hak-hak asasinya. Oleh karena pemilihan umum sebagai implementasi kedaulatan
rakyat, maka sudah seharusnya rakyat berpartisipasi aktif dalam mendukung dan
mensukseskan pemilihan umum. Namun mengingat partisipasi politik masyarakat
dipengaruhi oleh kesadaran politik, pengetahuan dan lain-lain yang terdapat pada
masyarakat, maka hal tersebut harus mendapatkan perhatian penyelenggaraan
pemilihan umum. Dengan kata lain bahwa tinggi atau rendahnya partisipasi
politik masyarakat dipengaruhi oleh kesadaran politik, pengetahuan masyarakat
dan lain-lain.

Partisipasi politik masyarakat merupakan hal yang penting dalam mewujudkan


pemilihan umum yang berkualitas. Setiap pemerintah daerah mempunyai tugas
meningkatkan partisipasi politik pada pelaksanaan pemilihan umum. Untuk
meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum. Untuk itu
setiap pemerintah daerah termasuk Kota Banjarmasin membentuk Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik merupakan
perangkat daerah yang mempunyai tugas, antara lain adalah meningkatkan
partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum. Dengan demikian Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik mempunyai peran penting dalam rangka
meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum.
ii
Untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum, maka
tentunya Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin melaksanakan
mekanisme tertentu. Sehubungan dengan hal itu, perlu diketahui mengenai
mekanisme Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dalam meningkatkan partisipasi
politik masyarakat pada Pemilihan Umum. Kemudian bagaimana implikasi
hukumnya terhadap pemilihan umum apabila partisipasi politik masyarakat
rendah yang ditandai dengan angka Golongan Putih (Golput) yang cukup besar.
Dalam rangka mengetahui permasalahan tersebut., maka ditempuh melalui
penelitian hukum normatif, yaitu penelitian terhadap data sekunder yang berupa
bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang dikumpulkan dengan cara
studi pustaka. Kemudian data sekunder tersebut diolah dan dianalisis secara
kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa mekanisme yang


ditempuh oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dalam meningkatkan
partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum di Kota Banjarmasin adalah
dengan cara pendidikan politik dan sosialisasi politik kepada masyarakat, pelajar
dan tokoh agama. Kemudian rendahnya partisipasi politik masyarakat tidak
berimplikasi hukum terhadap pelaksanaan pemilihan umum.

iii
UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirrahmanirrahim,

Penulis panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah Subhannallahu Wata'ala,
karena Rahmat, Ridho, dan Karunia-Nya yang pada akhirnya Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “PERAN BADAN KESATUAN
BANGSA DAN POLITIK DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI
POLITIK MASYARAKAT PADA PEMILIHAN UMUM DI KOTA
BANJARMASIN”.

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Hukum di


Program Studi Ilmu Hukum Universitas Lambung Mangkurat. Penulis sangat
menyadari akan kekurangan yang disebabkan atas keterbatasan wawasan maupun
pengetahuan yang dimiliki penulis, sehingga dengan rasa terima kasih, Penulis
sangat mengharapkan akan petunjuk-petunjuk maupun saran yang bersifat
membangun dari para pihak.

Dalam penyusunan penulisan skripsi ini, tanpa adanya bantuan dan dukungan dari
Bapak dan Ibu dosen serta pihak-pihak yang terkait, penulis mengucapkan terima
kasih banyak kepada orang tua Penulis yaitu Ayahanda Iwan Setiawan dan Ibunda
Herlina serta seluruh kerabat keluarga yang memberikan semangat serta doa yang
tulus kepada Penulis. Kemudian Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih
yang sedalam-dalam nya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Halim Barkatullah S.Ag., S.H., M.Hum. selaku Dosen
dan Dekan Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang
mana sebagai tempat penulis menimba ilmu selama kuliah hingga menyelesaikan
skripsi ini;

2. Bapak M. Ali Amrin, S.H., M.H., selaku Dosen pembimbing akademik penulis
dari semester satu hingga semester tujuh ini yang selalu memberikan bimbingan
dalam pelaksanaan akademik penulis;

iv
3. Bapak Dr. Akhmadi Yusran S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Program Khusus
Hukum Tata Negara dan Pembimbing Utama dalam penulisan Skripsi yang sangat
banyak membantu Penulis dan bersedia meluangkan waktunya di tengah
kesibukan, tenaga, serta pikiran untuk kelangsungan bimbingan dalam
menyelesaikan skripsi;

4. Bapak Muhammad Ananta Firdaus, S.H., M.H., selaku Dosen dan Pembimbing
dalam penulisan Skripsi. Terimakasih banyak atas bimbingannya yang selalu
meluangkan waktu untuk penulis berkonsultasi dan memberikan perhatian serta
nasehat yang sangat besar sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
skripsi ini;

5. Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat


Banjarmasin yang telah memberikan segala ilmu pengetahuan dari semester
pertama hingga semester akhir kepada penulis selama menempuh perkuliahan;

6. Seluruh Staf Administrasi, Staf bagian Akademik, Staf bagian Kemahasiswaan,


Staf bagian Umum, Staf bagian Keuangan, dan Staf Perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Lambung Mangkurat;

7. Kepada Suami Tercinta Yudha Pratama yang selama ini tanpa henti selalu
memberikan dukungan dan semangat kepada saya yang membuat saya berusaha
lebih baik untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini;

8. Teman-teman angkatan 2015 Fakultas Hukum Universitas Lambung


Mangkurat, serta teman-teman Program Khusus Hukum Tata Negara 2015.

9. Sahabat terdekat, Emma Denadya Handayani, Nor Wafa, Rulita Nurhayati


Meha yang memberikan semangat kepada Penulis dalam proses penyelesaian
penulisan skripsi.

10.Semua pihak yang ikut terlibat yang telah banyak memberikan bantuan serta
masukan kepada Penulis yang mana Penulis tidak bisa menyebutkan namanya
satu persatu sehingga selesainya penyusunan penulisan skripsi ini.

v
Penulis hanya berdoa kepada Allah Swt. untuk Penulis berikan kepada para pihak
yang berjasa serta berkontribusi dalam penulisan skripsi ini agar dilipat gandakan
pahala- Nya.Aamiin aamiin Yarabbal Aalaamiin.

Banjarmasin, 30 Mei 2022

Penulis,

Maulida Cahaya Sari

vi
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK................................................................................................................i

RINGKASAN..........................................................................................................ii

UCAPAN TERIMA KASIH...................................................................................iv

DAFTAR ISI..........................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................................

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian........................................................................

D. Sistematika Penulisan..........................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................11

A. Tinjauan Umum Tentang Pemilihan Umum.....................................................

B. Tinjauan Umum Tentang Partisipasi Politik.....................................................

C. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin...................................

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................26

A. Jenis Penelitian..................................................................................................

B. Sifat Penelitian..................................................................................................

C. Jenis dan Sumber Data......................................................................................

vii
D. Lokasi Penelitian...............................................................................................

E. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum................................................................

F. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum...........................................................

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................30

A. Mekanisme Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Meningkatkan

Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum di Kota Banjarmasin..........

B. Upaya yang Dilakukan Oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Untuk

Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum di Kota

Banjarmasin..............................................................................................................

BAB V PENUTUP................................................................................................58

A. Kesimpulan.......................................................................................................

B. Saran..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan sebuah negara yang menganut sistem

demokrasi, sehingga memiliki substansi dasar yang berupa kekuasaan dari

rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Menurut Huda, Indonesia merupakan

sebuah negara yang menerapkan sistem pemerintahan dengan konsep

demokrasi yang paling ideal untuk sebuah negara yang modern yakni

sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dengan

kata lain, segala bentuk kekuasaan ditentukan oleh rakyat serta

dilaksanakan untuk kemakmuran rakyat. 1

Menurut Budiardjo mengatakan bahwa masyarakat memiliki peran

yang besar dalam menentukan arah dan tujuan suatu negara. Hal ini

dikarenakan kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat. Sedangkan,

Negara (pemerintahan) bertugas melayani kepentingan-kepentingan

rakyat.2

Indonesia juga menjamin terselenggaranya pemilihan umum yang

bebas, jujur, dan adil. Penyelenggaraan pemilu yang berkala juga menjadi

prasyarat sistem politik demokrasi karena pemilu merupakan salah satu

1
Ni’matul Huda. 2011. Hukum Tata Negara. Jakarta : KPT Raja Grafindo Persada, hlm.
28.
2
M. Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramadia Pustaka Utama, hlm. 15.

1
sarana kedaulatan rakyat dimana rakyat dapat memilih wakil dan

pemimpin

2
3

mereka untuk menjalankan pemerintahan. Dengan kata lain, kegiatan

tersebut disebut sebagai perilaku memilih (voting behavior) atau sikap

partisipasi politik masyarakat untuk memberikan hak suara dalam kegiatan

pemilu. Perilaku memilih merupakan bentuk partisipasi politik aktif yang

paling kecil dari masyarakat karena hal itu hanya menuntut suatu

keterlibatan minimal yang akan berhenti jika pemberian suara telah

terlaksana.3

Namun pada dasarnya Indonesia memiliki beberapa kriteria yang

harus dipenuhi oleh masyarakat supaya dapat memberikan suara mereka

dalam kegiatan pemilu salah satunya ialah warga atau masyarakat yang

telah berusia 17 tahun ke atas. Seperti dalam Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2018 Pasal 1 tentang Pemilihan Umum bahwa pemilih merupakan

warga Indonesia yang telah berusia 17 tahun atau lebih, sudah menikah

atau pernah menikah. Dalam hal ini, masyarakat dapat menentukan

seorang pemimpin yang diharapkan atau dianggap dapat melaksanakan

substansi-substansi dasar yang dianut oleh negara dengan sistem

demokrasi yakni dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

Indonesia merupakan tempat yang subur bagi ilmuwan sosial

terutama ilmuwan politik, apalagi kalau dilihat dari proses demokratisasi

yang sedang berlangsung di Indonesia. Pemilihan Umum sebagai salah

satu bagian dari demokrasi telah mampu menarik energi bangsa begitu

3
A. Gaffar. 1992. Javanese voters a case of election under hegemone. Gadjah Mada :
University Press, hlm. 31.
4

besar, sehingga hampir tidak ada manusia dewasa di Indonesia yang tidak

mengenal dan membicarakan pemilihan umum.

Pemilihan Umum yang kemudian disingkat menjadi pemilu

merupakan instrument dalam mewujudkan kedaulatan rakyat, tentu saja

dalam teknis pelaksanaannya membutuhkan aturan-aturan yang spesifik,

meskipun demikian pemilu saja bukanlah merupakan suatu jaminan dari

demokrasi itu sendiri, akan tetapi pemilu merupakan cara dari

didapatkannya legitimasi atas kekuasaan bagi rezim dalam memerintah. 4

Sehingga Pemilu memberi kesempatan berpartisipasi politik bagi warga

Negara untuk memilih wakil-wakilnya yang akan menyuarakan dan

menyalurkan aspirasi mereka.

Partisipasi politik dimaknai sebagai pengambil bagian atau

pengikut sertaan seseorang atau sekumpulan orang untuk turut terlibat

secara aktif di dalam politik yaitu memilih kepemimpinan Negara

bersama-sama baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Dengan demikian saat pemilihan umum, hampir semua lapisan masyarakat

ikut arus partai, arus kampanye, dan akhirnya arus mencoblos.

Di Negara demokrasi, makin banyak masyarakat berpartisipasi

dianggap sangat baik, sebaliknya jika masyarakatnya kurang berpartisipasi

maka dianggap kurang peka terhadap masalah-masalah kenegaraan.

Masyarakat kurang berpartisipasi kebanyakan disebabkan adanya

pemimpin negara yang otoriter dan kurang aspiratif. Oleh karena itu,

4
Yoyoh Rohaniah dan Efriza. 2015.Pengantar Ilmu Politik Kajian Mendasar Ilmu
Politik. Malang : Intrans Publishing, hlm.438.
5

kekuasaan tertinggi bukan lagi berada di pihak masyarakat, tetapi berada

di tangan pemimpin otoriter.5

Di Indonesia sendiri permasalahan politik seringkali mengalami

pasang surut. Pasca reformasi keikutsertaan masyarakat dalam wilayah

politik seperti menampakkan gejala kelesuan yang diindikasi pada

menurunnya kualitas serta kuantitas partisipasi politik. Dalam pelaksanaan

pemilu di beberapa daerah di Indonesia masih bermasalah terkait dengan

tingginya tingkat golongan putih (golput) yang diakibatkan adanya

ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja parpol maupun figur yang di

tawarkan. Pelaksanaan partisipasi politik masih terancam penggunaan

politik uang (money politics) dalam mempengaruhi proses pemilihan

seseorang.Solusi untuk menangani semua permasalahan tersebut ialah

pemerintah harus mengurangi angka golput, memberikan sanksi tegas

pihak money politics, Sehingga kepercayaan masyarakat pada pemerintah

dan figure pemimpin diharap turut meningkat. Melihat hal tersebut perlu

sekali adanya penanganan serius dari pemerintah dalam menangani

rendahnya partisipasi politik masyarakat khususnya dalam pemilihan

umum.

Salah satu badan yang didirikan pemerintah yaitu Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) yang mempunyai peran penting dalam

meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam pemilu di Indonesia.

Pelaksanaan partisipasi politik termuat dalam Undang-Undang Nomor 12

5
Yalvema Miaz. 2012. Partisipasi Politik Pola Perilaku Pemilih Pemilu Masa Orde
Baru dan Reformasi. Padang: UNP Press, hlm.26.
6

Tahun 2015 tentang Jaminan dan Perlindungan negara terhadap hak-hak

sipil dan politik warga negara, seperti hak menyampaikan pendapat, hak

berserikat, hak memilih dan dipilih, hak yang sama dihadapan hukum dan

pemerintahan serta hak mendapatkan keadilan.

Partisipasi politik pemilih Kota Banjarmasin dalam Pemilihan

Umum Legislatif Tahun 2019 (DPR, DPD, dan DPRD) masih terbilang

rendah jika dibandingkan dengan Kabupaten lainnya di Provinsi

Kalimantan Selatan. Hal ini dapat dilihat pada keterangan yang

disampaikan anggota Komisioner KPU Provinsi Kalimantan Selatan.

Menurut Edy Ariansyah Komisioner KPU Provinsi Kalimantan

Selatan tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu legislatif (DPR, DPD dan

DPRD) pada tingkat Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2019 cukup

tinggi, berkisar 80%. Namun dilihat dari tingkat partisipasi pemilih dalam

pemilu legislatif disetiap Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Selatan

menunjukkan perbedaan sebagai berikut :

1) Partisipasi pemilih tertinggi untuk pemilu DPR di

Kabupaten Tapin (87%), Kabupaten Balangan (86%) dan

Kabupaten Hulu Sungai Tengah (84%). Sedangkan

partisipasi pemilih terendah untuk pemilu DPR di

Kabupaten Tanah Bumbu (74%), Kabupaten Kotabaru

(75%), Kabupaten Banjar (77%), dan Kota Banjarmasin

(78%).
7

2) Partisipasi pemilih tertinggi untuk pemilu DPD di

Kabupaten Tapin (88%), Kabupaten Balangan (86%), dan

Kabupaten Hulu Sungai Tengah (84%). Sedangkan

partisipasi pemilih terendah untuk pemilu DPD di

Kabupaten Kotabaru (75%), Kabupaten Banjar (77%),

Kabupaten Tabalong, Kota Banjarmasin dan Kota

Banjarbaru masing-masing (78%).

3) Partisipasi pemilih tertinggi untuk pemilu DPRD (Provinsi

dan Kabupaten/Kota) di Kabupaten Tapin (88%),

Kabupaten Balangan (86%) dan Kabupaten Hulu Sungai

Tengah (85%). Sedangkan partisipasi pemilih terendah

untuk pemilu DPRD (Provinsi dan Kabupaten/Kota) di

Kabupaten Tanah Bumbu (74%), Kotabaru (75%) dan Kota

Banjarmasin (77%).6

Berdasarkan keterangan tersebut diatas menunjukkan bahwa

partisipasi politik masyarakat (pemilih) Kota Banjarmasin dalam pemilu

legislatif (DPR, DPD dan DPRD) Tahun 2019 tergolong rendah,

sedangkan tertinggi dipegang oleh Kabupaten Tapin. Dari data tersebut,

maka keberadaan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin

mempunyai peranan pentingn dalam rangka meningkatkan partisipasi

politik masyarakat dalam pemilu legislatif yang akan datang.

6
Partisipasi Pemilih Tertinggi Pemilu 2019 di Tapin Terendah di Kotabaru dan Banjar.
Https://jejakrekam.com. Diakses Pada Tanggal 14 Maret 2022.
8

Mengingat Kota Banjarmasin menjadi barometer bagi

Kota/Kabupaten lainnya di Kalimantan Selatan berkenaan dengan

perpolitikan, khususnya yang menyangkut partisipasi politik masyarakat

pada pemilu. Oleh karena itu sudah seharusnya tingkat partisipasi politik

masyarakat Kota Banjarmasin lebih tinggi jika dibandingkan dengan

Kabupaten/Kota lainnya di Kalimantan Selatan.

Untuk itu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik mempunyai peranan

penting berkenaan dengan peningkatan partisipasi politik masyarakat pada

Pemilu, karena Badan tersebut mempunyai tugas pokok yaitu melakukan

pembinaan dibidang politik. Sehubungan dengan peran tersebut, tentunya

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik menempuh mekanisme tertentu untuk

meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada Pemilu. Mengingat

Peraturan Walikota Banjarmasin Nomor 35 Tahun 2012 tentang Tugas

Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik tidak

mengatur mengenai mekanisme yang harus dilakukan untuk meningkatkan

partisipasi politik masyarakat pada Pemilu, maka peneliti akan meneliti

mengenai masalah tersebut.

Berdasarkan pemikiran tersebut diatas, penulis merasa tertarik

untuk membahasnya dalam sebuah skripsi yang diberi judul “PERAN

BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DALAM

MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT

PADA PEMILIHAN UMUM DI KOTA BANJARMASIN”.


9

B. Rumusan Masalah

Bertolak pada latar belakang tersebut diatas, maka

permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah mekanisme Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

dalam usaha meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada

Pemilu di Kota Banjarmasin?

2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan oleh Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik untuk meningkatkan partisipasi politik

masyarakat pada Pemilu di Kota Banjarmasin?

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui mekanisme Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

dalam usaha meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada

Pemilu di Kota Banjarmasin.

b. Untuk mengetahui upaya dilakukan oleh Badan Kesatuan Bangsa

dan Politik untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada

Pemilu di Kota Banjarmasin.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khasanah dibidang ilmu hukum pada umumnya, dan hukum tata

Negara pada khususnya yang berkenaan dalam meningkatkan


10

partisipasi politik masyarakat pada pemilihan umum di Kota

Banjarmasin.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan

pemikiran dalam rangka meningkatkan partisipasi politik

masyarakat pada pemilihan umum di Kota Banjarmasin.

D. Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi ke dalam 4 (empat) bab pembahasan, dan secara

garis besarnya dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, yang berisi uraian tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, yang berisikan uraian tentang

dasar hukum, pengertian dan teori tentang Pemilihan Umum, Partisipasi

Politik dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.

BAB III METODE PENELITIAN, yang berisikan Jenis

Penelitian, Sifat Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Lokasi Penelitian,

Teknik Pengumpulan Data, dan Pengolahan dan Analisis Data.

BAB IV PEMBAHASAN, terhadap masalah Mekanisme Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik dalam meningkatkan partisipasi politik

masyarakat pada Pemilu di Kota Banjarmasin. Kemudian Upaya yang

ditempuh oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik untuk meningkatkan

partisipasi politik masyarakat pada Pemilu di Kota Banjarmasin.


11

BAB V PENUTUP, yang berisikan kesimpulan dan saran terhadap

pokok bahasan dalam penelitian ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pemilihan Umum

1. Pengertian dan Dasar Hukum Pemilihan Umum

Salah satu cara atau sarana untuk menentukan orang-orang

yang akan mewakili rakyat dalam menjalankan pemerintahan adalah

dengan melaksanakan pemilihan umum. Pemilihan umum adalah

proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik. Jabatan-

jabatan tersebut beraneka ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat

diberbagai tingkat pemerintahan sampai kepala desa.7

Pemilihan umum secara konseptual merupakan sarana

implementasi kedaulatan rakyat. Melalui pemilihan umum legitimasi

kekuasaan rakyat diimplementasikan melalui "penyerahan" sebagian

kekuasaan dan hak mereka kepada wakilnya yang ada diparlemen

maupun pemerintahan. Dengan mekanisme tersebut, sewaktu-waktu

rakyat dapat meminta pertanggung jawaban kekuasaan kepada

pemerintah.8

Jimly Asshiddiqie menyatakan bahwa pemilihan umum adalah

"merupakan cara yang diselenggarakan untuk memilih wakil-wakil

7
Fajlurr Rahman Juhdi. 2018. Pengantar Hukum Pemilihan Umum. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, hlm. 1.
8
Ibid,.

12
13

rakyat secara demokratis".9 Kemudian Dahlan Thaib menyatakan

bahwa pemilihan umum adalah "suatu proses pergantian kekuasaan

secara damai yang dilakukan secara berkala sesuai dengan prinsip-

prinsip yang digariskan konstitusi.10 Selanjutnya Syamsuddin Haris

menyatakan bahwa pemilihan umum sebagai "sebuah aktivitas politik

yang merupakan lembaga sekaligus juga praktis politik yang

memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan. 11

Sedangkan menurut Ali Moertopo seperti dikutip oleh Cholisin bahwa

pada hakekatnya pemilihan umum adalah "sarana yang tersedia bagi

rakyat untuk menjalankan kedaulatannya sesuai dengan asas yang

termaktub dalam pembukaan UUD 1945.12

2. Fungsi dan Tujuan Pemilihan Umum

Penyelenggaraan pemilihan umum dilandasi oleh beberapa

fungsi. Adapun fungsi-fungsi pemilihan umum adalah :

a. Sarana memilih pejabat publik : untuk memilih pejabat

publik guna menempati pos-pos jabatan dilembaga negara

secara langsung dan secara berkala, jabatan-jabatan tersebut

adalah anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil

Presiden dan Kepala Daerah.


9
Jimly Asshidiqie. 2014. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta : Rajawali Pers,
hlm. 414.
10
Dahlan Thaib. 2009. Ketatanegaraan Indonesia Perspektif Konstitusional. Yogyakarta :
Total Media, hlm. 98.
11
Syamsuddin Haris. 1998. Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru, sebuah Bunga
Rampai. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia dan PPW-LIPI, hlm. 7.
12
Cholisin. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri, hlm. 61.
14

b. Sarana pertanggung jawaban pejabat publik : meminta

pertanggung jawaban secara periode atas apa yang telah

dilakukan pejabat selama menduduki jabatan nya.

c. Sarana pendidikan rakyat : melalui pemilihan umum rakyat

mengetahui dan memahami makna politik secara praktis,

dimana politik adalah pertukaran ide, gagasan dan

kepentingan yang saling mempengaruhi untuk diambil

dalam bentuk keputusan yang nyata

d. Mengganti pemerintahan : pemilihan umum merupakan

saran untuk melakukan pergantian kekuasaan secara

berkala

e. Menyalurkan aspirasi daerah : para anggota lembaga

legislatif yang terpilih dapat menyuarakan aspirasi daerah

nya ditingkat pusat.13

Penyelenggaraan pemilihan umum juga dilandasi oleh tujuan

tujuan tertentu. Mengenai tujuan pemilihan umum disebutkan dalam

pasal 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 sebagai berikut :

1. Memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis;

2. Mewujudkan pemilu yang adil dan berintegritas;

3. Menjamin konsistensi pengaturan sistem pemilu;

4. Memberikan kepastian hukum dan mencegah dalam

pengaturan pemilu; dan

13
Ibid, hlm. 77-95
15

5. Mewujudkan pemilu yang efektif dan efesien.

Menurut Fajlurahman bahwa tujuan pemilihan umum adalah :

a. Melaksanakan kedaulatan rakyat;

b. Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat;

c. Merawat Bhineka Tunggal Ika;

d. Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.14

3. Model Pemilihan Umum

Mahkamah konstitusi merekomendasikan 6 (enam) model

pemilihan umum serentak. Melalui putusan nomor 55 | PPU - XVII |

2019. Adapun model-model pemilihan umum serentak konstitusional

menurut mahkamah konstitusi adalah :

a. Pemilihan umum serentak untuk memilih anggota DPR,

DPD, Presiden/Wakil Presiden dan anggota DPRD;

b. Pemilihan umum serentak untuk memilih anggota DPR,

DPD, Presiden/Wakil Presiden, Gubernur dan

Bupati/Walikota;

c. Pemilihan umum serentak untuk memilih anggota

DPR,DPD, Presiden/Wakil Presiden, anggota DPRD

(Provinsi dan Kabupaten/Kota), Gubernur dan

Bupati/Walikota;

14
Ibid, hlm. 97-102.
16

d. Pemilihan umum serentak nasional untuk memilih

anggota DPR, DPD, Presiden/Wakil Presiden dan

beberapa waktu setelah nya dilaksanakan pemilihan

umum serentak lokal untuk memilih anggota DPRD

Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota, Pemilihan

Gubernur Dan Bupati/Walikota;

e. Pemilihan umum serentak nasional untuk memilih

anggota DPR, DPD, Presiden/Wakil Presiden, dan

beberapa waktu setelahnya dilaksanakan pemilihan umum

serentak provinsi untuk memilih anggota DPRD Provinsi

dan memilih Gubernur, dan kemudian beberapa waktu

setelahnya dilaksanakan pemilihan umum serentak

kabupaten/kota untuk memilih anggota DPRD

Kabupaten/kota dan memilih bupati dan walikota;

f. Pilihan-pilihan lain nya sepanjang tetap menjaga sifat

keserentakan pemilihan umum untuk memilih anggota

DPR, DPD dan presiden/wakil presiden.15

Menurut mahkamah konstitusi ke 6(enam) model pemilihan

umum serentak tersebut diatas berdasar pada 3(tiga) dasar

pertimbangan yaitu :

1. Perdebatan para pengubah UUD 1945;

15
Usep Hasan Sadikin. Enam Model Pemilu Serentak yang Konstitusional.
Https://rumahpemilu. Diakses Pada Tanggal 15 April 2022.
17

2. Penguatan sistem presidensil diindonesia;

3. Menelusuri makna pemilihan umum serentak dalam

putusan mahkamah konstitusi nomor 14 | PUU- XI |

2013.16

4. Asas-Asas Pemilihan Umum

Menurut terminologi bahasa, yang dimaksud dengan istilah

asas mempunyai dua pengertian, yaitu pertama adalah dasar, alas,

fundamen. Kedua adalah suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar

atau tumpuan berpikir atau berpendapat dan sebagainya.17 Menurut

C.W.Paton bahwa asas adalah “ suatu alam pikiran yang dirumuskan

secara luas dan mendasar adanya suatu norma hukum”.18

Suatu asas adalah “ suatu alam pikiran atau cita cita ideal yang

melatar belakangi pembentukan norma hukum yang konkrit dan

bersifat umum atau abstrak khususnya dalam bidang bidang hukum

yang erat hubungan nya dengan agama dan budaya”19 dalam konteks

inilah, Eksistensi asas pemilihan umum sangat diperlukan mengingat

secara universal pemilihan umum menjadi dasar penyelenggaraan

pemerintahan yang demokratis.20 Oleh karena itu, asas-asas pemilihan

umum sebagai dasar pikiran, dasar pijakan dan prinsip-prinsip yang

16
Ibid,.
17
W.J.S. Poerwadarminta. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka,
hlm. 60-61.
18
Chainur Arrasjid. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta : Grafika, hlm. 36.
19
Ibid,.
20
Fajlurrahman Juhdi. Op. Cit, hlm. 26.
18

digunakan dalam penyelenggaraan suatu pemilihan umum harus

dipertahankan terus dijaga nilai nilai universalitas nya.21

Mengenai asas asas pemilihan umum disebutkan dalam pasal 2

Undang-Undang Nomor 2017, yaitu langsung, umum, bebas, rahasia,

jujur dan adil. Kemudian asas-asas pemilihan umum tersebut

dijelaskan lebih lanjut dalam penjelasan pasal 2 Undang-Undang

tersebut yaitu :

1. Asas langsung berarti rakyat yang memilih mempunyai

hak secara langsung memberikan suara sesuai dengan

kehendak hati nurani nya tanpa perantara;

2. Asas umum berarti pada dasarnya semua warga negara

yang memenuhi persyaratan minimal dalam usia yaitu

sudah berumur 17 tahun atau telah pernah kawin berhak

ikut memilih dalam pemilihan umum;

3. Asas bebas berarti setiap warga negara yang berhak

memilih bebas menentukan pilihan nya tanpa tekanan

dan paksaan dari siapapun;

4. Asas rahasia berarti dalam memberikan suaranya,

pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui

oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun;

5. Asas jujur berarti dalam menyelenggarakan pemilihan

umum penyelenggara, pelaksanaan perintah dan partai

politik peserta pemilihan umum, pengawas dan


21
Ibid,.
19

pemantau pemilihan umum, termasuk memilih serta

semua pihak yang terlibat secara tidak langsung harus

bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan

per undangan yang berlaku;

6. Asas adil berarti setiap pemilih dan partai politik

peserta pemilihan umum mendapat perlakuan yang

sama serta bebas dari kecurangan pihak mana pun.

B. Tinjauan Umum Tentang Partisipasi Politik

1. Pengertian Partisipasi Politik

Partisipasi politik memfokuskan diri pada partai politik sebagai

pelaku utama, tetapi dengan berkembangnya demokrasi, banyak

muncul kelompok masyarakat yang juga ingin mempengaruhi proses

pengambilan keputusan mengenai kebijakan umum. Kelompok-

kelompok ini lahir di masa pasca industrial (post industrial) dan

dinamakan gerakan sosial baru (new social movement). Kelompok-

kelompok ini kecewa dengan kinerja partai politik dan cenderung

untuk memusatkan perhatian pada satu masalah tertentu (single issue)

saja dengan harapan akan lebih efektif mempengaruhi proses

pengambilan keputusan melalui directaction.22

Partisipasi merupakan salah satu aspek penting demokrasi.

Asumsi yang mendasari demokrasi (dan partisipasi) orang yang paling

22
Jacobus Ranjabar. 2016. Pengantar Ilmu Politik, Dari Ilmu Politik Sampai Politik di
Era Globalisasi. Bandung : Alfabeta. hlm, 229.
20

tahu tentang apa yang baik bagi dirinya adalah orang itu sendiri.

Karena keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh

pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan masyarakat,

maka warga masyarakat berhak ikut seta menentukan isi keputusan

politik, akan tetapi keputusan politik menyangkut dan mempengaruhi

kehidupan masyarakat, maka warga masyarakat berhak mempengaruhi

proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan. Sesuai dengan istilah

partisipasi, maka partisipasi berarti keikutsertaan warga negara biasa

(yang tidak mempunyai kewenangan) dalam mempengaruhi proses

pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik berupa kebijakan publik.

Kegiatan warga negara pada dasarnya dibagi dua, yakni : (1)

mempengaruhi isi kebijakan umum, dan (2) ikut menentukan pembuat

dan pelaksana keputusan politik, dengan kata lain, partisipasi politik

merupakan perilaku politik, tetapi perilaku politik tidak selalu berupa

partisipasi politik.

Partisipasi politik merupakan hal yang sangat lumrah di dalam

negara demokrasi dimana setiap masyarakat memiliki hak untuk turut

serta dalam kegiatan politik hal itu bisa berupa bermacam-macam

bentuk dari mulai pemilihan sampai kampanye dimana partisipasinya

mempunyai tingkatan yang lebih tinggi lagi. Herbert Mac Closky,

seorang tokoh masalah partisipasi berpendapat bahwa partisipasi

politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat

melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan


21

penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung,dalam proses

pembentukan kebijakan umum. Hal yang diteropong terutama adalah

tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi keputusan-

keputusan pemerintah, sekalipun fokus utamanya lebih luas tetapi

abstrak, yaitu usaha-usaha untuk mempengaruhi alokasi nilai secara

otoritatif untuk masyarakat.23

2. Tipologi Partisipasi Politik

Negara demokrasi kebebasan adalah salah satu hal yang

dijunjung tinggi, sehingga kritik politik cukup baik dan terbuka di

negara demokratis, dimana masyarakat bisa mengkritisi kebijakan

pemerintah, bahkan, menurut Lipson ada 3 aspek positif dari sistem

demokrasi, yaitu

1) Demokrasi menghargai martabat manusia;

2) Sistem demokrasi memberi peluang kepada individu-

individu untuk menaruh perhatian terhadap masalah-

masalah bersama;

3) Melalui pendidikan politik, demokrasi dapat memberikan

kontribusi bagi peradaban manusia.24

Tipologi Partisipasi Politik Menurut David F. Roth dan Frank L

Wilson Dalam buku the comparative study of politics yang dikutip

oleh Damsar, Roth dan Wilson membuat tipologi partisipsi politik atas
23
Miriam Budiardjo, 2008. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta : Gramedia, hlm. 1.
24
Muslim Mufti, dkk,.(Ed.). 2013. Teori-Teori Demokrasi. Bandung : Pustaka Setia, hlm,
191.
22

dasar piramida partisipasi. Pandangan Roth dan Wilson tentang

pirmida politik menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas dan

derajat aktivitas politik seseorang, maka semakin kecil kuantitas orang

yang terlibat di dalamnya.

Menurut Roth and Wilson ada 4 bentuk partisipasi politik yaitu

aktivis, partisipan pengamat dan apolitis.

a. Aktivis yaitu intensitas dan derajat keterlibatan yang tinggi


dalam aktivitas politik misalnya pemimpin dan para
fungsionaris partai atau kelompok kepentingan, serta
anggota partai atau kelompok kepentingan yang mengurus
organisasi secara penuh waktu (full time), termasuk dalam
kategori ini adalah kegiatan politik yang dipandang
menyimpang atau negatif seperti pembunuh politik, teroris
atau pelaku pembajakan untuk meraih tujuan politik.
b. Partisipan yaitu kelompok ini mencakup berbagi aktivitas
seperti petugas dan juru kampanye, mereka yang terlibat
dalam program atau proyek sosial, sebagai pelobi politik,
aktif dalam partai politik dan kelompok kepentingan.
c. Pengamat yaitu mereka ikut dalam kegiatan politik yang
tidak banyak menyita waktu, tidak menuntut prakarsa
sendiri, tidak intensif dan jarang melakukannya. Misalnya
memberikan suara dalam pemilihan umum (legislative dan
eksekutif) dan mendiskusikan isu politik.
d. Apolitis yaitu kelompok orang yang tidak peduli terhadap
sesuatu yang berhubungan dengan politik, mereka tidak
memberikan sedikitpun terhadap masalah politik.25

3. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik

Bentuk partisipasi politik konvensional terdiri atas: pemberian

suara, diskusi politik, kegiatan kampanye, membentuk dan bergabung

dalam kelompok kepentingan, komunikasi individual dengan pejabat

politik dan administratif.26


25
Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : Kencana, hlm. 184.
26
Eko Handoyo. 2008. Sosiologi Politik. Semarang : Universitas Negeri Semarang Press,
hlm. 233.
23

C. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin

1. Kedudukan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Merupakan perangkat

daerah yang dibentuk dalam rangka melaksanakan urusan

pemerintahan di bidang kesatuan bangsa dan politik. Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik dipimpin oleh Kepala Badan yang berkedudukan

dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui

sekretaris daerah.

Berdasarkan hal tersebut bahwa Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik melaksanakan urusan pemerintahan di bidang kesatuan bangsa

dan politik. Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa urusan pemerintahan

adalah "kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan presiden

yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan

penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani,

memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat". Kemudian dalam

Pasal 9 Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa urusan

pemerintahan terdiri dari :

1) Urusan pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan


yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
2) Urusan pemerintahan konkuren adalah urusan
pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
3) Urusan Pemerintahan Umum adalah urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Presiden sebagai Kepala
Pemerintahan.
24

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas bahwa Kesatuan Bangsa

dan Politik sebagai perangkat daerah provinsi maupun daerah

kabupaten/kota melaksanakan urusan pemerintahan yang bersifat

konkuren.

2. Tugas dan Fungsi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik mempunyai tugas pokok

menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah dalam bidang

pembinaan kesatuan bangsa, politik dan organisasi kemasyarakatan.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada Pasal 3,

Badan mempunyai fungsi yaitu :

a. Perumusan kebijakan teknis dalam bidang Kesatuan Bangsa

dan Politik sesuai dengan kebijakan umum yang ditetapkan

oleh Walikota;

b. Perumusan dan penetapan kebijakan operasional,

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan evaluasi

pelaksanaan pembinaan kesatuan bangsa;

c. Perumusan dan penetapan kebijakan operasional,

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan evaluasi

pelaksanaan pembinaan politik;

d. Perumusan dan penetapan kebijakan operasional,

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan evaluasi

pelaksanaan pembinaan organisasi kemasyarakatan;


25

e. Pengelolaan urusan kesekretariatan.

3. Susunan Organisasi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Unsur-Unsur Organisasi Badan terdiri dari :

a. Badan

b. Sekretariat :

- Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;

- Sub Bagian Penyusunan Program;

- Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan.

c. Bidang Bina Ideologi:

- Sub Bidang Bina Ideologi;

- Sub Bidang Wawasan Kebangsaan.

d. Bidang Politik:

- Sub Bidang Implementasi kebijakan Publik dan

Pendidikan;

- Sub Bidang Kelembagaan Partai Politik dan Fasilitasi

Pemilu.

e. Bidang Kewaspadaan Nasional:

- Sub Bidang Kewaspadaan Dini dan Pengawasan Orang

dan Lembaga Asing;

- Sub Bidang Penanganan Konflik.

f. Bidang Ketahanan Seni, Budaya, Agama , Kemasyarakatan

dan Ekonomi

- Sub Bidang Ketahanan Seni, dan Budaya;


26

- Sub Bidang Ketahanan Agama, Kemasyarakatan dan

Ekonomi.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum empiris.

Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji bahwa penelitian hukum

empiris adalah “penelitian hukum dengan cara meneliti data primer.27

Sedangkan menurut Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani bahwa

penelitian hukum empiris adalah penelitian hukum yang mengkaji dan

menganalisis mengenai perilaku hukum seseorang atau masyarakat

relevansinya dengan hukum yang bersumber pada data primer”.28

Berdasarkan penelitian tersebut, maka yang dimaksud dengan

penelitian hukum normatif adalah penelitian terhadap data sekunder

yang berkenaan dengan peran badan kesatuan bangsa dan politik

dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada pemilu.

B. Sifat Penelitian

Penelitian hukum ini bersifat deskriptif analitis yaitu suatu

penelitian yang bertujuan menggambarkan atau menjelaskan gejala

hukum yaitu mengenai masalah mekanisme Badan Kesatuan Bangsa

dan Politik dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada

27
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji. 2010. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 14.
28
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani. 2014. Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Disertasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 21.

27
28

pemilu di Kota Banjarmasin. Kemudian dianalisis dan ditarik suatu

kesimpulan.

C. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.

Dara primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian.

Sedangkan data sekunder adalah data yang bersumber dari :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat

mengikat yang berupa Peraturan Perundang-Undangan :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 07 Tahun 2017 Tentang

Pemilihan Umum;

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2015 tentang

jaminan dan perlindungan negara;

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;

5. Peraturan Walikota Banjarmasin Nomor 35 Tahun 2012

tentang Tugas pokok, fungsi dan Tata Kerja Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa

bahan pustaka seperti literatur hukum, jurnal hukum,


29

artikel-artikel hukum dan tulisan-tulisan dari para sarjana

hukum yang relevan dengan pokok bahasan.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang dapat

memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder seperti kamus hukum.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil Lokasi pada Badan Kesatuan Bangsa

dan Politik Kota Banjarmasin. Hal ini didasarkan atas pertimbangan

bahwa selain mudah terjangkau, juga relevan dengan permasalahan

yang dibahas.

E. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

a. Data Primer

Data Primer dikumpulkan dengan cara sebagai berikut :

1. Observasi yaitu pengamatan tidak langsung terhadap objek

penelitian yaitu mengenai Peran Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada

Pemilu di Kota Banjarmasin.

2. Wawancara yaitu mengadakan wawancara secara tertulis

dengan pihak Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota

Banjarmasin untuk memperoleh informasi atau keterangan

yang relevan dengan pokok bahasan dalam skripsi ini.


30

b. Data Sekunder

Data Sekunder dikumpulkan dengan cara studi pustaka, yaitu

meneliti, mengkaji dan menelaah peraturan perundang-undangan

dan buku-buku literatur yang relevan dengan pokok bahasan dalam

skripsi ini.

F. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan melalui

tahap-tahap, yaitu pemeriksaan (editing), penandaan (coding),

rekonstruksi (reconstructuring), dan sistematisasi (sistematizing).

Kemudian dianalisis secara kualitatif deskriptif, yaitu penganalisisan

yang tidak menggunakan angka, melainkan memberikan gambaran

dengan kata-kata atas hasil penelitian. Selanjutnya ditarik suatu

kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti.


BAB IV

PEMBAHASAN

A. Mekanisme Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam

Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan Umum

di Kota Banjarmasin

Salah satu cara atau sarana untuk menentukan orang-orang yang

akan mewakili rakyat dalam menjalankan pemerintahan adalah dengan

melaksanakan pemilihan umum. Pemilihan umum adalah proses memilih

orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan

tersebut beraneka ragam, mulai dari presiden wakil rakyat diberbagai

tingkatan pemerintahan hingga kepala desa.29

Pemilihan umum merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi

rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan

retorika, public relation, komunikasi massa, lobby, dan lain-lain.

Meskipun agitasi dan propaganda di negara demokrasi sangat dikecam,

namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik

propaganda banyak juga dipakai oleh para kandidat atau praktisi selalu

komunikator politik.30

Pemilihan umum secara konseptual merupakan sarana

implementasi kedaulatan rakyat. Melalui pemilihan umum legitimasi

29
Fajlurrahman Jurdi. 2018. Pengantar Hukum Pemilihan Umum. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, hlm.1
30
Ibid,.

31
kekuasaan rakyat diimplementasikan melalui "penyerahan" sebagian

kekuasaan dan hak

32
33

mereka kepada wakilnya yang ada di parlemen maupun pemerintahan.

Dengan mekanisme tersebut, sewaktu-waktu rakyat dapat meminta

pertanggung jawaban kekuasaan kepada pemerintah.31

Dasar hukum penyelenggaraan pemilihan umum di Indonesia

sekarang ini adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang

Pemilihan Umum beserta seperangkat Peraturan Pelaksanaannya. Salah

satu dasar pertimbangan dibentuknya undang-undang tersebut

sebagaimana disebutkan pada huruf a bagian konsiderannya adalah untuk

menjamin tercapainya cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana tercantum

dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 perlu diselenggarakan pemilihan umum guna memilih

anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah,

Presiden dan Wakil Presiden serta memilih anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah sebagai sarana perwujudan kedaulatan untuk menghasilkan

wakil rakyat dan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

Berdasarkan bunyi konsideran dari Undang-Undang Nomor 7

Tahun 2017 tersebut diatas bahwa pemilihan umum, terutama untuk

memilih anggota legislatif pusat maupun anggota legislatif daerah adalah

perwujudan atau implementasi dari kedaulatan rakyat. Dengan kata lain

bahwa tujuan diselenggarakannya pemilihan umum adalah melaksanakan

kedaulatan rakyat.
31
Ibid,.
34

Kedaulatan rakyat merupakan konsep kunci dalam memahami

pemilihan umum. Kedaulatan rakyat menempatkan rakyat sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi. Hal ini senada dengan pandangan

mendasar dalam demokrasi, bahwa pembentukan dari rakyat, oleh rakyat,

dan untuk rakyat. Demokrasi berasal dari perkataan "demos" yang berarti

rakyat dan "kratein" atau "cratie" yang berarti kekuasaan.32 Artinya

kekuasaan di tangan rakyat.33

Kedaulatan rakyat yang berarti rakyat yang berkuasa, oleh karena

rakyat suatu negara yakni kumpulan manusia yang mempunyai persamaan

antara lain persamaan asal-usul, kehormatan, daerah tempat tinggal, atau

pencarian rezeki, kepentingan atau kebutuhan, pikiran atau maksud.34

Rakyat yang berkumpul dan hidup bersama merasa perlu memilih

pemimpin atau wakilnya mereka secara bersama untuk menentukan

kehidupan mereka bersama, sehingga dilaksanakan pemilihan.35

Rakyat yang memiliki kedaulatan ditandai dengan adanya

kewenangan mereka menentukan sendiri orang-orang yang akan menjadi

pemimpin mereka. Mandat kepada orang tersebut diberikan secara

langsung oleh rakyat melalui mekanisme pemilihan umum. Dengan

demikian kedaulatan rakyat bermakna bahwa pemerintahan bersumber dari

rakyat. Pemerintahan yang bersumber dari rakyat diatur melalui sejumlah


32
Jimly Asshiddiqie. 1999. Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan
Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, hlm.135.
33
Kasman Singodimejo. 1999. Masalah Kedaulatan. Jakarta : Balai Pustaka, hlm. 13.
34
Sodikin. Kedaulatan Rakyat dan Pemilihan Kepala Daerah Dalam Konteks Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. "Jurnal Cita Hukum". Vol 1. No 1. Juni.
2014, hlm 101-116.
35
Ibid,.
35

peraturan perundang-undangan, agar rakyat dapat menyalurkan

kekuasaannya. Oleh karena itu, pemilihan umum merupakan cara untuk

melaksanakan kedaulatan rakyat. Dalam pasal 1 ayat 2 Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ditegaskan bahwa dalam

“Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-

Undang Dasar”. Secara filosofis, bermakna rakyatlah yang berdaulat

terhadap negara Indonesia, memang secara yuridis kedaulatan itu

dilaksanakan secara perwakilan melalui para wakil rakyat, tetapi

sesungguhnya keberadaan mereka untuk memenuhi kepentingan dan

melaksanakan amanah yang diberikan rakyat. Jadi hukum yang diproduk

oleh para wakil rakyat harus menggambarkan kedaulatan rakyat, bukan

pribadi kelompok atau bahkan partai.36

Tujuan pemilihan umum yang lain adalah pelaksanaan hak asasi

politik rakyat. Rakyat dinegara demokrasi diberi jaminan oleh konstitusi

untuk melaksanakan hak-hak asasi mereka yang mendasar, salah satunya

adalah hak asasi politik melalui mekanisme pemilihan umum berkala, hak

asasi politik tersebut dapat dilaksanakan dengan tertib dan damai.

Hak asasi politik tersebut merupakan salah satu hak dasar warga

dinegara negara demokrasi, dalam pelaksanaan hak ini dilakukan dengan

memberikan kesempatan yang sebesar besarnya kepada warga negara

untuk memposisikan diri dalam pemerintahan. Keterlibatan dalam

pemerintahan ini dapat dilakukan, baik didalam maupun diluar birokrasi


36
Firdaus. Membangun Hukum Indonesia yang Berwawasan Nilai-Nilai Pancasila.
"Jurnal Konstitusi (BKK Fakultas Hukum Universitas Riau)". Volume IV. No 1. Juni. 2011, hlm.
121.
36

pemerintah. Dengan pemilihan umum, setiap warga negara yang

memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Undang-Undang dapat

memilih dan dipilih. Memilih dan dipilih merupakan hak politik warga

negara yang dijamin oleh konstitusi dan Undang- Undang. Untuk itu,

pelaksanaan hak ini diatur oleh hukum sebagai aturan yang sah, agar setiap

orang dapat tunduk kepada aturan tersebut37

Sesuai dengan konsep kedaulatan rakyat, maka keberhasilan suatu

penyelenggaraan pemilihan umum tergantung dari partisipasi politik

masyarakat dalam bentuk menggunakan hak asasi politiknya, yaitu

memilih wakil wakilnya yang akan menduduki lembaga legislatif sebagai

perwujudan dari kedaulatan rakyat itu sendiri. Dengan demikian, rendah

atau tinggi kesuksesan penyelenggaraan pemilihan umum tergantung dari

tingkat partisipasi politik masyarakat.

Peran serta atau partisipasi masyarakat dalam politik adalah

kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk turut serta secara aktif

dalam kehidupan politik, dengan jalan memilih pimpinan negara dan

secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah

(public policy).38

Secara konvensional, kegiatan tersebut mencakup tindakan seperti

memberikan suara dalam pemilihan umum, menjadi anggota suatu partai

politik atau kelompok kepentingan, mengadakan pendekatan atau

37
Fajlurrahman Jurdi. Op. Cit, hlm. 98.
38
Miriam Budiardjo, hlm. 209.
37

hubungan dengan pejabat pemerintah dan anggota parlemen dan

sebagainya.39

Pada kebanyakan negara yang mempratekan demokrasi, pemilihan

umum yang dilaksanakan secara periode dalam tenggang waktu tertentu

dianggap imbang, sekaligus tolak ukur dari sebuah demokrasi. Pemilihan

umum dianggap sebagai indikator utama negara demokrasi, karena dalam

pemilihan umum rakyat menggunakan suaranya, Melaksanakan hak politik

dan menentukan pilihannya secara langsung dan bebas. Meningkatnya

keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pemilihan umum

menunjukkan semakin kuatnya tatanan demokrasi dalam sebuah negara.40

Menurut Peter L. Berger bahwa partisipasi merupakan salah satu

aspek penting demokrasi. Asumsi hanb mendasari demokrasi (dan

partisipasi) orang yang paling tahu tentang apa yang baik bagi dirinya

adalah orang itu sendiri.41Karena keputusan politik yang dibuat dan

dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan

warga masyarakat maka mereka berhak ikut serta menentukan isi

keputusan politik. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan partisipasi

politik ialah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala

keputusan yang menyangkut atau mempengaruhi hidupnya.42

39
Adminsentolo. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu. Https://sentolo.kulonprogo.kab.
Diakses Pada Tanggal 20 Maret 2022.
40
Ibid,.

41
Ramlan Surbakti. 2002. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, hlm. 140.
42
Ibid,.
38

Pelaku yang melakukan kegiatan politik, yakni warga negara yang

mempunyai jabatan dalam pemerintahan dan warga negara biasa yang

tidak memiliki jabatan pemerintahan. Pemerintah yang memiliki

kewenangan membuat dan melaksanakan keputusan (politik) sedangkan

masyarakat tidak memiliki kewenangan. Keputusan politik menyangkut

dan mempengaruhi kehidupan warga masyarakat, maka warga masyarakat

berhak mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan.

Sesuai dengan istilah partisipasi maka partisipasi berarti keikutsertaan

warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan

pelaksanaan keputusan politik. Dengan demikian, kegiatan warga negara

biasa pada dasarnya dibagi 2 (dua) yaitu mempengaruhi isi kebijakan

umum dan ikut menentukan pembuat dan pelaksanaan keputusan politik.

Kegiatan warga negara yang termasuk dalam kategori partisipasi

politik sebagai berikut :

1. Kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa


yang dapat diamati.
2. Kegiatan yang diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah
selaku pembuat dan pelaksanaan keputusan politik.
3. Kegiatan yang berhasil maupun yang gagal mempengaruhi
pemerintah.
4. Kegiatan mempengaruhi pemerintah yang dilakukan secara
langsung ataupun secara tidak langsung.
5. Kegiatan mempengaruhi pemerintah melalui prosedur yang
wajar (konvensional) tidak berupa kekerasan maupun di
luar prosedur yang wajar dan berupa kekerasan. Kegiatan
melalui prosedur yang wajar dan tanpa kekuasaan, misalnya
memilih dalam pemilihan umum. Sedangkan kegiatan
diluar prosedur yang wajar dan berupa kekerasan, misalnya
demontrasi.43

43
Ibid,. hlm. 141.
39

Menurut Jamaluddin Ghofur, dosen Fakultas Hukum Universitas

Islam Indonesia bahwa dalam pelaksanaannya, partisipasi memiliki

beberapa jenis dan pola, antara lain :

a. Otonom yaitu partisipasi yang dilakukan secara sadar


dimaksudkan untuk mempengaruhi pemerintah.
b. Konvensional yaitu partisipasi yang dilakukan secara
langsung seperti pemilu, pilkada, dan lain-lain.
c. Nonkonvensional yaitu partisipasi yang dilakukan seperti
petisi, demokrasi, dan reformasi.
d. Digerakkan yaitu partisipasi yang dilakukan dalam suatu
lembaga ya g menggerakannya, salah satunya partai politik
yang dijadikan lembaga utama dan lembaga sentral untuk
mengorganisir warga negara untuk berpartisipasi.44

Partisipasi sebagai kegiatan dibedakan atas partisipasi aktif dan

partisipasi pasif kegiatan yang termasuk dalam kategori partisipasi aktif

ialah mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, alternatif

kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan yang dibuat

pemerintah, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan yang termasuk dalam

kategori partisipasi pasif berupa kegiatan yang menaati pemerintah,

menerima dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah.45

Milbrath dan Goel membedakan partisipasi menjadi beberapa

kategori, sebagai berikut :

1. Apatis, yaitu orang yang tidak berpartisipasi dan menarik


diri dari proses politik;
2. Spektator, yaitu orang yang setidak-tidaknya pernah ikut
memilih dalam pemilihan umum;
3. Gladiator, yaitu mereka yang secara aktif terlibat dalam
proses politik, seperti komunikator, spesialis mengadakan

44
Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Indonesia. Https:www.uii. Diakses Pada
Tanggal 13 Mei 2022.
45
Ramlan Subakti. Op. Cit, hlm. 142.
40

kontak tatap muka, aktivis partai, pekerja kampanye dan


aktivis masyarakat.
4. Pengritik, yaitu dalam bentuk partisipasi tak
konvensional.46

Sesuatu yang tidak bisa dilepaskan ketika membahas tentang

partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum adalah golongan

putih (golput) untuk menyebut bagi pemilih yang tidak menggunakan

haknya. Fenomena golput tersebut ada di setiap pemilihan umum.

Dihampir setelah pemilihan, jumlah golput akan dianggap sehat jika

jumlahnya dalam kisaran angka 30 (tiga puluh) persen, meskin banyak

pemilihan jumlah golputnya melampaui titik itu, mencapai kisaran 40

(empat puluh) persen bahkan ada yang lebih.47

Golput (Golongan Putih) adalah sikap untuk tidak memilih calon

yang ditawarkan dalam pemilu. Caranya macam-macam mulai dari tidak

datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) sampai membuat kertas suara

tidak sah.48 Golongan putih adalah salah satu bentuk perlawanan terhadap

praktik politik dari orang-orang yang kecewa terhadap penyelenggaraan

negara dengan cara tidak memilih partai atau legislator atau presiden.49

Golongan Putih (Golput) yaitu sejumlah anggota masyarakat yang

menganggap masyarakat dan sistem politik yang ada telah menyimpang

dari apa yang mereka cita-citakan.50

46
Ibid,. hlm. 143
47
Ibid,.
48
Apa sih Golput Itu. Http://medium.com. Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2022.
49
Pengetahuan Golput (Golongan Putih) beserta dampaknya.
Http://www.sumberpengertian. Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2022.
50
Ramlan Surbakti. Lac. Cit.
41

Untungnya gerakan golput di Indonesia merupakan bentuk

kekecewaan terhadap wakil partai politik maupun pasangan calon kepala

pemerintahan yang dianggap tidak memperdulikan aspirasi mereka,

sehingga abstain dalam pemilu. Istilah golput sendiri dicetukqn oleh Imam

Waluyo menjelang Pemilu 1971 pada masa Orde Baru untuk "menembak"

nama partai penguasa Golongan Karya (Golkar). Termasuk membuat logo

yang mirip yaitu logo segi lima, tetapi ditengahnya kosong berwarna putih.

Sebulan sebelum hari pemungutan suara pada pemilu pertama di era Orde

Baru, di Balai Budaya Jakarta pada Tanggal 2 Juni 1971, beberapa

cendekiawan seperti Arief Budiman, Julius Usman, Imam Walujo, Husin

Umar, dan Asmara Wababan mendeklerasikan sebuah gerakan moral

dengan menyatakan tidak akan turut dalam pemilu.51

Kelompok Golput tersebut bukan untuk memboikot pemilu dan

tidak mendorong orang pasif serta menjauh dari pemilu. Mereka justru

meminta masyarakat aktif datang ke tempat pemungutan suara, akan tetapi

mencoblos bagian kertas suara yang putih bukan gambar salah satu

kontestan.52

Golongan Putih (Golput) di Indonesia pada dasarnya adalah sebuah

gerakan moral berisi seruan agar masyarakat menggunakan haknya dengan

keyakinan. Siapapun dipersilahkan memilih atau tidak memilih. Kalau ada

yang merasa lebih baik tidak memilih dari pada memilih, bertindaklah atas

51
Sejarah Munculnya Golongan Putih (Golput) di Indonesia.
52
Pengertian Golput (Golongan Putih). Https://www.padamu.net. Diakses Pada Tanggal
15 Mei 2022.
42

dasar keyakinan itu pula. Mereka pun berpandangan bahwa golput tidak

bisa dipidanakan.53

Menurut Muh. Isnaini dan Eep Saefullah Fatah bahwa golput dapat

diklasifikasikan atas empat golongan, yaitu :

1. Golput teknis yakni mereka yang karna sebab-sebab teknis


tertentu berhalangan hadir ke tempat pemungutan suara
atau mereka yang keliru mencoblos sehingga suaranya
dinyatakan tidak sah;
2. Golput teknis-politis seperti mereka yang tidak terdaftar
sebagai pemilih karena kesalahan dirinya atau pihak lain;
3. Golput politis yakni mereka yang merasa tidak mempunyai
pilihan dari kandidat yang tersedia bahwa pileg/pilkada
akan membawa perubahan dan perbaikan.
4. Golput ideologis yakni mereka yang tak percaya pada
mekanisme demokrasi (literal) dan tak mau terlibat
didalamnya dikarenakan alasan fundamentalisme agama
atau alasan politik ideologi lain.54

Terjadinya Golput dalam suatu pemilu tentunya dilatarbelakangi

oleh hal-hal tertentu. Menurut Mantan Direktur LBH Jakarta yang

tergabung dalam koalisi masyarakat sipil ALqiffhari Aqsa bahwa

sekurangnya ada empat alasan masyarakat pemilih tidak menggunakan hak

pilihnya (Golput) dalam pemilu, yaitu :

1. Karena tidak peduli terhadap politik (apolitis).

2. Golput politis yang disebabkan oleh dua hal, yakni karena

calon legislatif atau presidennya tidak ada yang baik

menurut penilaian mereka, dan tidak percaya pada sistem

politik yang ada.

53
Ibid,.
54
Ibid,.
43

3. Sama sekali tidak percaya dengan sistem demokrasi

perwakilan, tetapi hanya percaya pada sistem Demokrasi

langsung.

4. Orang tidak bisa memilih karena buruknya teknis pemilu

ataupun karena dihalangi oleh majikannya.55

Partisipasi politik di negara-negara yang menerapkan sistem politik

demokrasi merupakan hak warga negara tetapi dalam kenyataan persentase

warga negara yang berpartisipasi berbeda dari satu negara ke negara yang

lain. Dengan kata lain tidak semua warga negara ikut serta dalam proses

politik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnha

partisipasi politik. Seseorang, yaitu kesadaran politik dan kepercayaan

kepada pemerintah (sistem politik)+ yang dimaksud dengan kesadaran

politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal

ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat

dan politik, serta minat dan perhatian seseorang terhadap yang

bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud dengan sikap dan kepercayaan

kepada pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah, apakah

pemerintah dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak.56

Kedua faktor tersebut di atas tidak berdiri sendiri dalam artian

tinggi rendahnya kedua faktor itu dipengaruhi oleh faktor-faktor lain,

55
Ini Empat Alasan Orang Golput Saat Pemilu. Http://wartakota.tribunnews.com. Diakses
Pada Tanggal 15 Mei 2022.
56
Ramlan Surbakti. Op. Cit. hlm. 144.
44

seperti status sosial dan status ekonomi, afiliasi politik, orang tua dan

pengalaman berorganisasi. Status sosial adalah kedudukan seseorang

dalam masyarakat karena keturunan, pendidikan dan pekerjaan. Status

ekonomi adalah kedudukan seseorang dalam pelapisan masyarakat

berdasarkan pemilihan kekayaan. Seseorang yang memiliki Status sosial

dan status ekonomi yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki

pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada

politik, serta sikap dan kepercayaan terhadap pemerintah.57

Berdasarkan tinggi rendahnya kesadaran politik dan kepercayaan

kepada pemerintah, Paige membagi partisipasi politik menjadi empat tipe

sebagai berikut :

a. Partisipasi Politik aktif, yaitu apabila seseorang memiliki

kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang

tinggi.

b. Partisipasi Politik pasif (apatis), yaitu apabila kesadaran

politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah.

c. Partisipasi Politik Militan radikal, yaitu apabila kesadaran

politik tinggi tetapi kepercayaannya kepada pemerintah

sangat rendah.

d. Partisipasi Politik tidak aktif, yaitu apabila kesadaran

politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada pemerintah

sangat tinggi.58

57
Ibid,.
58
Ibid, hlm. 144-145.
45

Peningkatan partisipasi masyarakat sangat penting dalam

pelaksanaan pemilihan umum dalam proses memilih anggota legislatif dan

eksekutif. Karena bagaimanapun masyarakat memiliki andil yang cukup

besar dalam proses pemilihan umum dimana masyarakat sebagai pemilih

yang menentukan atas penanganan dalam proses pemilihan tersebut. Hal

ini menjadi tanggung jawab pemerintah dengan melibatkan peran serta

masyarakat dalam pemilihan umum sebagai proses demokratisasi yang

sudah berjalan di Indonesia. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam

pemilihan umum tidak semata-mata tanggung jawab penyelenggara

(KPU), tetapi peran partai politik cukup besar, disamping stakeholder yang

lain.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa tingkat partisipasi politik masyarakat menjadi tolak ukur

keberhasilan demokrasi melalui penyelenggaraan pemilihan umum. Dalam

masalah ini melahirkan suatu tugas dan kewajiban pemerintah untuk

menempuh suatu kebijakan dengan tujuan meningkatkan peran serta atau

partisipasi politik masyarakat pada penyelenggaraan pemilihan umum

dengan cara mendorong warga masyarakat agar menggunakan hak

suaranya untuk memilih para anggota legislatif sesuai dengan hati

nuraninya.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka pada setiap

pemerintahan daerah dibentuk Badan Kesatuan Bangsa dan Politik


46

(Kesbangpol), termasuk Pemerintah Daerah Kota Banjarmasin. Adapun

tugas pokok Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin adalah

menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah dalam bidang pembinaan

kesatuan bangsa, politik dan organisasi kemasyarakatan. Berdasarkan

tugas pokok tersebut, maka Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota

Banjarmasin melaksanakan kebijakan pemerintah daerah dalam bidang

pembinaan politik. Dengan tugas ini Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

harus dapat meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam

penyelenggaraan pemilihan umum.

Untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam suatu

pemilihan umum, maka Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota

Banjarmasin tentunya menempuh mekanisme tertentu. Sebagaimana telah

dikemukakan bahwa partisipasi politik masyarakat Kota Banjarmasin

menunjukkan kondisi cukup rendah jika dibandingkan dengan daerah

kabupaten lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan pada penyelenggaraan

pemilihan umum legislatif tahun 2019. Kondisi ini harus mendapatkan

perhatian serius dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik untuk

meningkatkan partisipasi politik masyarakat Kota Banjarmasin pada

penyelenggaraan pemilihan umum tahun 2024 yang akan datang. Dalam

masalah ini seharusnya Kota Banjarmasin menjadi barometer bagi daerah

kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kalimantan Selatan dari aspek

partisipasi politik masyarakat pada penyelenggaraan pemilihan umum

legislatif pada khususnya.


47

Mekanisme berasal dari kata dalam bahasa yunani "mechane" yang

berarti instrumen, mesin pengangkat beban, perangkat, peralatan untuk

membuat sesuatu. Dari kata mechas yang memilih arti sarana dan cara

menjalankan sesuatu.59 Mekanisme dapat diartikan dalam beberapa

pengertian, yaitu :

1. Mekanisme adalah pandangan bahwa interaksi, bagian-bagian

dengan bagian-bagian lainnya dalam suatu keseluruhan atau sistem

secara tanpa disengaja menghasilkan kegiatan atau fungsi-fungsi

sesuai dengan tujuan;

2. Mekanisme adalah teori bahwa semua gejala dapat dijelaskan

dengan prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan

mesin-mesin tanpa bantuan inteligensi sebagai suatu sebab atau

prinsip kerja;

Berdasarkan pengertian tersebut bahwa istilah mekanisme identik

dengan cara kerja sebuah mesin untuk mencapai suatu tujuan. Namun

demikian mekanisme merupakan istilah yang digunakan dalam berbagai

macam bidang. Pengertian mekanisme tidak hanya terbatas pada

penggunaan mesinnya saja, tetapi juga merujuk pada cara kerja suatu

organisasi, sehingga dikenal istilah mekanisme kerja dan lain-lain.

Berdasarkan konsep mekanisme tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

yang dimaksud dengan mekanisme dalam penulisan skripsi ini adalah cara

59
Mekanisme-wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
Https://id.m.wikipedia.org. Diakses Pada Tanggal 20 Maret 2022.
48

kerja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin melakukan

suatu hal untuk mencapai yaitu meningkatkan partisipasi politik

masyarakat dalam pemilihan umum.

Peraturan Walikota Banjarmasin Nomor 35 Tahun 2012 tentang

Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Banjarmasin tidak menentukan mengenai mekanisme dalam meningkatkan

partisipasi politik masyarakat pada Pemilu. Berdasarkan hasil penelitian

dapat dikemukakan bahwa mekanisme yang ditempuh oleh Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik dalam meningkatkan partisipasi politik

masyarakat pada Pemilu di Kota Banjarmasin adalah melalui kegiatan

Pendidikan Politik dan Sosialisasi Politik berkenaan dengan Pemilu dan

partai politik kepada masyarakat.

Menurut Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Jo

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 bahwa pendidikan politik adalah

"proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan

tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara". Pendidikan politik ini dilakukan oleh Badan Kesatuan Bangsa

dan Politik Kota Banjarmasin terhadap :

a. Tokoh agama dengan tujuan untuk meningkatkan peran

tokoh agama dalam menyampaikan pentingnya berpolitik

dalam setiap kegiatan berbangsa dan bernegara khususnya

guna mewujudkan demokrasi yang baik.


49

b. Masyarakat khususnya kaum pemimpin sebagai salah satu

upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang

berpolitik terhadap kaum perempuan.

c. Siswa SMA melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan (PPKN) untuk meningkatkan

kesadaran politik siswa.

Sosialisasi politik merupakan sebuah proses dengan nama

individu-individu bisa memperoleh pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-

sikap terhadap sistem politik masyarakatnya.60

Untuk menekan angka golput dalam suatu pemilu serta

meningkatkan kesadaran politik untuk kelompok masyarakat yang

berpartisipasi pasif, maka Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota

Banjarmasin perlu berkolaborasi dengan organisasi masyarakat (ormas).

Sebagaimana dikatakan oleh Allan Fatehan Gani Wardhana, dosen

Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia mengingat ormas memiliki

beberapa fungsi, diantaranya adalah :

1. Electoral Activity yaitu aktivitas Ormas untuk

mengorganisir masyarakat seperti banyak para pemimpin

ormas yang berlomba untuk mencari masa;

2. Lobbying, yaitu kegiatan ormas untuk melakukan lobby

kepemerintah terkait dengan kebijakan yang dikeluarkan;

60
Ibid,.
50

3. Organizational, Policy Making dan Social Empowering

yaitu kegiatan ormas untuk mengawal perbuatan kebijakan

pemerintah dan agenda politik pemerintah.61

Dengan merangkul dan melibatkan ormas, maka diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran politik masyarakat untuk berpartisipasi dalam

mensukseskan penyelenggaraan pemilu legislatif maupun pemilihan

presiden dan pemilihan kepala daerah. Mengingat akan fungsi ormas yang

berupa electoral activity, maka ormas diharapkan mampu memotivasi

masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu legislatif.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin melakukan

sosialisasi politik kepada masyarakat mengenai undang-undang partai

politik dan undang-undang pemilihan umum, yang dilaksanakan baik

secara tatap muka maupun melalui media sosial. Tujuan sosialisasi politik

ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat

tentang pentingnya keberadaan partai politik dan penyelenggaraan

pemilihan umum. Dengan adanya sosialisasi politik ini diharapkan

masyarakat tidak bersikap apatis terhadap partai politik dan pemilihan

umum.

Menurut penulis mekanisme yang dilakukan oleh Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin dalam rangka meningkatkan

partisipasi politik masyarakat untuk mensukseskan pelaksanaan pemilihan

umum adalah sesuatu yang tepat. Oleh karena dengan adanya kegiatan
61
Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Indonesia. Loc. Cit.
51

pendidikan politik dan sosialisasi politik akan meningkatkan pemahaman

dan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya suatu pemilihan

umum sebagai perwujudan negara demokrasi dan kedaulatan rakyat.

Dengan mekanisme ini pula diharapkan dapat mengurangi bahkan

menghapus terjadinya golongan putih (golput).

B. Upaya yang Dilakukan Oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Untuk Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Pada Pemilihan

Umum di Kota Banjarmasin.

Pemilihan umum menjadi indikator suatu negara berdemokrasi

atau tidak, sebab sebuah negara yang memberikan kekuasaan warganya

untuk menentukan siapa yang menjadi pemimpin atau perwakilannya

dilembaga legislatif menandakan negara tersebut telah berupaya

berdemokrasi. Oleh karena itu, demokrasi melalui kegiatan pemilihan

umum mensyaratkan warga untuk ikut terlibat dalam memberikan

suaranya. Tanpa adanya upaya melibatkan masyarakat, maka pemilihan

umum hanya akan menjadi kegiatan formalitas demokrasi.62

Pada beberapa negara dalam penyelenggaraan pemilihan umum,

partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum sering menjadi topik utama

diskusi sebuah negara demokrasi. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat

legitimasi hasil pemilihan umum, karena akan menentukan orang-orang

yang dipilih oleh rakyat untuk menduduki jabatan tertentu. Selain itu,
62
Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu. Https://sentolo.kulonprogo.kab. Diakses Pada
Tanggal 20 Maret 2022.
52

partisipasi masyarakat dalam memberikan suaranya juga berkaitan dengan

kepercayaan warga negara pada demokrasi dalam bentuk pemilihan umum

yang akan mewakili mereka untuk menjalankan mandat rakyat dan

menjadi perwakilan diparlemen.63

Partisipasi menjadi pilar utama dalam menjunjung demokrasi di

suatu negara, baik dari masyarakatnya maupun dari stakeholdernya. Peran

masyarakat dalam negara demokrasi sangat krusial dalam menentukan

arah kebijakan negara. Negara yang mempunyai sumber daya manusia

(SDM) yang aktif serta kritis terhadap negara merupakan salah satu contoh

hidupnya demokrasi di negara tersebut. Sedangkan pada tahap konsolidasi,

masyarakat dianggap berperan dalam upaya pembentukan pemerintahan

yang transparan dan bertanggung jawab kepada rakyat (good governance)

serta upaya untuk memastikan bahwa demokrasi merupakan satu-satunya

aturan main yang berlaku (the only game in down).64

Partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum, khususnya memilih

siapa yang akan menjadi pimpinan dan siapa yang akan menjadi wakil

rakyat di parlemen merupakan indikator keberhasilan demokrasi.

Partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum adalah salah satu aspek

penting suatu demokrasi. Adanya keputusan politik yang dibuat dan

dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan

63
Ibid,.
64
Iko Deswanda. Peran Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bengkalis
Dalam Mewujudkan Partisipasi Politik yang Cerdas dan Berintegrasi Tahun 2018. JOM Fisip.
Vol 7. Edisi 1. Januari-Juni. 2020.
53

warga negara, maka warga negara berhak ikut serta menentukan isi

keputusan politik.65

Dalam analisis politik modern partisipasi politik merupakan suatu

masalah yang penting dan akhir-akhir ini banyak dipelajari terutama

hubungannya dengan negara berkembang. Sebagai definisi umum bahwa

partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk

ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan

memilih pimpinan negara secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi kehidupan kebijakan (public policy).66

Partisipasi politik menandakan sikap dan peran masyarakat untuk

ikut serta dalam kegiatan politik. Adanya partisipasi politik dapat

mengubah masyarakat yang semula apatis menjadi aktif. Partisipasi politik

bisa diartikan sebagai peran warga negara dalam proses pemerintahan.

Bentuk partisipasi tersebut dapat mempengaruhi jabatan pemerintahan,

sehingga secara langsung atau tidak, memang berpengaruh bagi kehidupan

masyarakat suatu negara.

Menurut Ni Ketut Arniti bahwa partisipasi politik merupakan

contoh perwujudan negara demokrasi yang mana masyarakat berperan

untuk memilih pejabat negara dalam penyelenggaraan aktivitas

pemerintahan.67 Partisipasi politik memilih sejumlah manfaat, yaitu :

65
Muhammad Mulyadi. Membangun Demokrasi Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam
Memilih Pada Pemilu 2019. Info singkat Vol XI. No 09/1/Puslit/Mei/2019.
66
Ibid,.
67
Partisipasi Politik : Pengertian, Teori, Faktor dan Bentuknya.
Https://www.kompas.com. Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2022.
54

1. Sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah dan

penguasa;

2. Untuk memperlihatkan kelemahan atau kekurangan

pemerintah, supaya dapat diperbaiki;

3. Sebagai bentuk tantangan terhadap penguasa dan

pemerintah, agar perubahan struktural serta sistem politik

dapat terjadi.68

Menurut RR Emolia Yustiningrum dan Wawan Ichwanuddin

bahwa partisipasi politik memiliki tiga faktor utama yang berpengaruh,

yaitu :

a. Faktor psikologis

Faktor ini berkaitan erat dengan identifikasi individu Atau

masyarakat terhadap suatu partai politik. Proses identifikasi

ini dapat dipengaruhi oleh orang tua dan keluarga.

b. Faktor Ekonomi atau Rasional

Faktor ini dipengaruhi evaluasi atau pemikiran individu

terkait kondisi ekonomi dirinya, keluarga, serta rasional.

Hal ini jelas berpengaruh pada pilihan dan bentuk

partisipasi politiknya.

c. Faktor Sosiologis

68
Ibid,.
55

Faktor ini meliputi aspek agama, pendidikan, tempat

tinggal, usia, jenis kelamin serta tingkat ekonominya.69

Setiap perhelatan pemilihan umum yang diselenggarakan oleh

negara Indonesia memiliki dampak terhadap perkembangan kewajiban

kehidupan berbangsa dan bernegara. Para elit politik sejatinya memberikan

pendidikan politik yang cerdas kepada masyarakat agar kesadaran

berdemokrasi semakin tinggi dari berbagai kalangan kesadaran

berdemokrasi tersebut akan tinggi jika partisipasi masyarakat dalam

memberikan haknya juga tinggi.70 Meningkatnya keterlibatan masyarakat

dalam pemilihan umum menunjukkan semakin kuatnya tatanan demokrasi

dalam sebuah negara. Demokrasi menghendaki adanya keterlibatan rakyat

dalam setiap penyelenggaraan yang dilakukan oleh negara. Rakyat

diposisikan sebagai aktor penting dalam tatanan demokrasi, karena

demokrasi pada hakekatnya mendasarkan pada logika persamaan dan

gagasan bahwa pemerintah memerlukan persetujuan dari yang diperintah.

Keterlibatan masyarakat menjadi unsur dasar dalam demokrasi. Untuk itu

penyelenggaraan pemilihan umum sebagai sarana dalam melaksanakan

demokrasi, tentu saja tidak boleh dilepaskan dari adanya keterlibatan

masyarakat.71

69
Ibid,.
70
Sahbana. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum. Jurnal Warta
Edisi 51. Januari. 2017. ISSN 7463.
71
Ibid,.
56

Dalam rangka meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam

pemilihan umum, maka kedudukan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

mempunyai peranan penting untuk mencapai hal tersebut. Oleh karena

salah satu tugas pokok dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik adalah

melakukan pembinaan di bidang politik.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa untuk meningkatkan

partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum, Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin melakukan mekanisme yang berupa

kegiatan pendidikan politik kepada masyarakat, tokoh agama dan

perempuan serta sosialisasi tentang Undang-Undang Partai Politik dan

Undang-Undang Pemilihan Umum. Namun mekanisme yang dilakukan

oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ternyata kurang efektif untuk

meningkatkan partisipasi politik dalam pemilihan umum. Seperti halnya

pada pemilihan umum tahun 2019 yang lalu, tingkat partisipasi politik

masyarakat lebih rendah jika dibandingkan dengan daerah Kabupaten

Tapin di Provinsi Kalimantan Selatan. Seharusnya tingkat partisipasi

politik masyarakat Kota Banjarmasin lebih tinggi dari pada daerah

kabupaten/kota lainnya di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, karna

Kota Banjarmasin dipandang sebagai barometer politik, ditinjau dari aspek

sumber daya manusianya (tingkat pendidikan), akses informasi dan lain-

lain lebih baik dan mudah diperoleh.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah bahwa Badan Kesatuan Bangsa dan Politik merupakan


57

salah satu perangkat daerah yang dibentuk oleh setiap pemerintah daerah

dengan tegas melakukan pembinaan di bidang politik seperti

meningkatkan partisipasi politik masyarakat terhadap pemilu. Perangkat

daerah diantaranya dinas daerah Merupakan unsur pembantu Kepala

Daerah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Dengan demikian

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin adalah dinas daerah

sebagai unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintah

daerah yang dineri tuhas melakukan pembinaan di bidang politik, terutama

meningkatkan partisipasi politik masyarakat terhadap pemilu.

Dengan pembentukan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik tersebut,

maka diharapkan adanya peningkatan partisipasi politik masyarakat

terhadap pemilu. Namun apabila Badan Kesatuan Bangsa dan Politik tidak

berhasil meningkatkan partisipasi politik masyarakat terhadap pemilu,

maka apakah ada implikasi hukumnya. Secara yuridis normatif tidak ada

implikasi hukumnya apabila Badan Kesatuan Bangsa dan Politik tidak

berhasil dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan partisipasi

politik terhadap pemilu yang ditandai dengan tingginya angka golput.

Namun demikian dapat dikatakan bahwa apabila partisipasi politik

masyarakat cukup rendah maka mengurangi kualitas pemilu. Sedangkan

pemilu merupakan perwujudan negara demokrasi pada umumnya dan

kedaulatan rakyat pada khususnya.

Partisipasi politik masyarakat merupakan hal yang menentukan

kadar dan kualitas negara demokrasi yang tercermin dari pelaksanaan


58

pemilu yang menjadi sarana bagi warga negara untuk menentukan para

pemimpin negara. Dengan demikian, implikasi hukum Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik tidak mampu meningkatkan partisipasi politik

masyarakat terhadap pemilu adalah mengurangi kadar dan kualitas negara

demokrasi yang tercermin dari penyelenggaraan pemilu.

Partisipasi politik masyarakat yang rendah tidak berimplikasi

hukum pada penyelenggaraan pemilu. Meskipun demikian, keberadaan

partisipasi politik masyarakat pada pemilu mempunyai arti penting bagi

kesuksesan penyelenggaraan pemilu, karena itu Badan Kesatuan Bangsa

dan Politik harus mampu mewujudkan hal tersebut. Berdasarkan hasil

penelitian dapat dikemukakan bahwa upaya yang ditempuh oleh Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin dalam meningkatkan

partisipasi politik masyarakat pada Pemilu adalah berupa penyebaran

brosur tentang Pemilu kepada masyarakat, agar masyarakat mempunyai

pemahaman yang baik mengenai urgensi Pemilu. Kemudian merangkul

tokoh agama dan organisasi masyarakat dalam rangka turut serta

memotivasi partisipasi politik masyarakat pada Pemilu melalui berbagai

kegiatan seperti ceramah agama dan lan-lain. Kemudian berkoordinasi

dengan KPU dan Bawaslu Daerah serta Kantor Dinas Catatan Sipil dan

Kependudukan dalam rangka mewujudkan administrasi pemilih yang

efektif. Oleh karena administrasi pemilih yang tidak efektif berakibat

hilangnya hak pemilih pada Pemilu sebagaimana yang mewarnai

penyelenggaraan Pemilu selama ini. Upaya yang ditempuh oleh Badan


59

Kesatuan Bangsa dan Politik tersebut adalah sudah tepat dan karenanya

perlu ditingkatkan pelaksanaannya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, maka ditarik suatu kesimpulan

sebagai berikut :

1. Mekanisme yang dilakukan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kota Banjarmasin dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat

pada Pemilu adalah berupa Pendidikan dan sosialisasi politik kepada

masyarakat berkenaan dengan masalah Pemilihan Umum.

2. Upaya yang dilakukan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota

Banjarnasin dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada

Pemilu adalah berupa penyebaran brosur tentang Pemilu kepada

masyarakat, merangkul tokoh agama dan organisasi masyarakat dalam

rangka menumbuhkan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat

tentang pentingnya Pemilu di selenggarakan.

B. Saran

1. Untuk lebih menetapkan mekanisme yang dilakukan oleh Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Banjarmasin dalam rangka

meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum,

maka kegiatan pendidikan politik dan sosialisasi politik melibatkan

KPU Daerah, Bawaslu Daerah dan Partai Politik.

60
61

2. Hendaknya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil maupun KPU

Daerah lebih akurat dalam menentukan warga masyarakat yang berhak

memilihtelah terdaftar sebagai pemilih dan dapat menggunakan hak

pilihnya pada hari pemungutan suara.


DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Asshiddiqie, Jimly. 2006. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta :


Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI.
.___________. 1999. Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan
Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve.
.___________. 2014. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta : Rajawali
Pers.
Adminsentolo. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu.
Https://sentolo.kulonprogo.kab. Diakses Pada Tanggal 20 Maret 2022.
Arrasjid, Chainur.2004. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta : Grafika.
Budiardjo, M. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramadia Pustaka Utama.
.__________. 2008. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta : Gramedia.
Cholisin. 2000. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri.
Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : Kencana.
Deswanda, Iko. Peran Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bengkalis
Dalam Mewujudkan Partisipasi Politik yang Cerdas dan Berintegrasi
Tahun 2018. JOM Fisip. Vol 7. Edisi 1. Januari-Juni. 2020.
Firdaus. Membangun Hukum Indonesia yang Berwawasan Nilai-Nilai Pancasila.
"Jurnal Konstitusi (BKK Fakultas Hukum Universitas Riau)". Volume IV.
No 1. Juni. 2011.
Gaffar, A. 1992. Javanese voters a case of election under hegemone. gadjah Mada
: University Press.
Huda, Ni’matul. 2011. Hukum Tata Negara. Jakarta: KPT Raja Grafindo Persada.
Handoyo, Eko. 2008. Sosiologi Politik. Semarang : Universitas Negeri Semarang
Press.
Haris, Syamsuddin. 1998. Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru, sebuah
Bunga Rampai. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia dan PPW-LIPI.
Juhdi, Fajlurrahman. 2018. Pengantar Hukum Pemilihan Umum. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Miaz, Yalvema. 2012. Partisipasi Politik Pola Perilaku Pemilih Pemilu Masa
Orde Baru dan Reformasi. Padang : UNP Press.
Marzuki, Peter Mahmud. 2009. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Mufti, Muslim dkk,.(Ed.). 2013. Teori-Teori Demokrasi. Bandung : Pustaka Setia.
Mekanisme-wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
Https://id.m.wikipedia.org. Diakses Pada Tanggal 20 Maret 2022.
Mulyadi, Muhammad. Membangun Demokrasi Dengan Partisipasi Masyarakat
Dalam Memilih Pada Pemilu 2019. Info singkat Vol XI. No
09/1/Puslit/Mei/2019.
Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilu. Https://sentolo.kulonprogo.kab. Diakses
Pada Tanggal 20 Maret 2022.
Rohaniah, Yoyoh dan Efriza. 2015.Pengantar Ilmu Politik Kajian Mendasar Ilmu
Politik. Malang : Intrans Publishing.
Ranjabar, Jacobus. 2016. Pengantar Ilmu Politik, Dari Ilmu Politik Sampai
Politik di Era Globalisasi. Bandung : Alfabeta.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji. 2012. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sudarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Singodimejo, Kasman. 1999. Masalah Kedaulatan. Jakarta : Balai Pustaka.

Sodikin. Kedaulatan Rakyat dan Pemilihan Kepala Daerah Dalam Konteks


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. "Jurnal
Cita Hukum". Vol 1. No 1. Juni. 2014.

Sahbana. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum. Jurnal


Warta Edisi 51. Januari. 2017. ISSN 7463.
Sadikin, Usep Hasan. Enam Model Pemilu Serentak yang Konstitusional.
Https://rumahpemilu. Diakses Pada Tanggal 15 April 2022.

Surbakti, Ramlan. 2002. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT. Gramedia


Widiasarana Indonesia.

Tricahyo, Ibnu. 2009. Reformasi Pemilu Menuju Pemisahan Pemilu Nasional


Dan Lokal. Malang : In Trans Publishing.

Thaib, Dahlan 2009. Ketatanegaraan Indonesia Perspektif Konstitusional.


Yogyakarta : Total Media.

Prihatmoko, J. Joko. 2003. Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi. Semarang:


LP2I.

Poerwadarminta, W.J.S. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai


Pustaka.

Artikel :
Apa sih Golput Itu. Http://medium.com. Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2022.
Ini Empat Alasan Orang Golput Saat Pemilu. Http://wartakota.tribunnews.com.
Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2022
Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Indonesia. Https:www.uii. Diakses
Pada Tanggal 13 Mei 2022.
Pengetahuan Golput (Golongan Putih) beserta dampaknya.
Http://www.sumberpengertian. Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2022.
Pengertian Golput (Golongan Putih). Https://www.padamu.net. Diakses Pada
Tanggal 15 Mei 2022.
Partisipasi Politik : Pengertian, Teori, Faktor dan Bentuknya.
Https://www.kompas.com. Diakses Pada Tanggal 15 Mei 2022.
Sejarah Munculnya Golongan Putih (Golput) di Indonesia.
Peraturan Perundang-Undangan :
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 07 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2015 tentang jaminan dan perlindungan
negara.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Peraturan Walikota Banjarmasin Nomor 35 Tahun 2012 tentang Tugas pokok,
fungsi dan Tata Kerja Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota
Banjarmasin.
RIWAYAT HIDUP

Maulida Cahaya Sari, dilahirkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, bertepatan


dengan tanggal 22 Juli 1997, merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari
pasangan suami isteri Bapak Iwan Setiawan dan Ibu Herlina. Pendidikan dasar
dan menengah semuanya ditempuh di tanah kelahirannya. Tamat SDN Telaga
Biru 1 Banjarmasin pada tahun 2009, selanjutnya tamat SMPN 33 Banjarmasin
pada tahun 2012, dan berikutnya tamat SMKN 1 Banjarmasin pada tahun 2015.
Kemudian meneruskan pendidikan tinggi sejak tahun 2015 pada Fakultas Hukum
Universitas Lambung Mangkurat. Selama kuliah, penulis juga bekerja sebagai
staff di perusahaan CV.Berkat Forklift yang bergerak di bidang jasa (rental alat
berat) pada tahun 2019 hingga sekarang. Kemudian,menikah pada tahun 2020 dan
sekarang telah mempunyai dua orang anak.

Anda mungkin juga menyukai