Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN

Konsep Monitoring dan Evaluasi dan Pembelajaran Konsep Assesmen


Sebagai Pengendalian Mutu Pendidikan serta Eksplorasi Penjelasan
Indikator Penilaian dari Hasil Lembaga Survey Internasional Pendidikan
(EDI, PISA, dan TIMSS)

Disusun oleh :

1. Lisensia Lorenza (A1C321001)


2. Rahmad Azizi (A1C321004)
3. Roiman Silitonga Alexander (A1C321016)

Dosen Pengampu :
Dwi Agus Kurniawan S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat
dan ridho-Nya lah kami dapat membuat laporan yang berjudul “Konsep Monitoring dan Evaluasi
dan Pembelajaran Konsep Assesmen Sebagai Pengendalian Mutu Pendidikan serta Eksplorasi
Penjelasan Indikator Penilaian dari Hasil Lembaga Survey Internasional Pendidikan (EDI, PISA,
dan TIMSS)”. Tak lupa juga shalawat serta salam atas junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW serta kepada keluarga, saudara, sahabat, dan kerabatnya.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dwi Agus Kurniawan S.Pd., M.Pd.
selaku dosen pengampu “Penilaian Hasil Belajar Siswa” yang membimbing kami dalam
pengerjaan tugas ini. Selain sebagai tugas, kami membuat laporan ini untuk memberikan
pengetahuan tambahan kepada pembaca tentang pengembangan penilaian hasil belajar siswa di
Indonesia.

Mungkin dalam pembuatan laporan ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan agar kedepannya kami mampu
lebih baik lagi. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jambi, 21 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penilaian merupakan lanjutan dari suatu proses untuk dapat diketahui seberapa besar
tujuan dapat dicapai. Bila suatu penilaian tergelincir menjadi tujuan yang ingin dicapai, saat itu
pula akan mulai terjadi penyederhanaan proses pembelajaran, yaitu diorientasikan pada
bagaimana penilaian akan dilakukan (S. R. Yunus, I. G. M. Sanjaya, 2013). Dalam kehidupan
sehari-hari tanpa disadari sebenarnya kita sering membuat suatu kegiatan evaluasi dan selalu
menggunakan prinsip mengukur, menguji dan menilai. Namun, banyak orang belum memahami
secara tepat arti kata evaluasi, pengukuran, pengujian dan penilaian bahkan masih banyak orang
yang lebih cenderung mengartikan keempat kata tersebut dengan suatu pengertian yang
sama.Secara umum orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai dan
menguji, karena aktifitas mengukur biasanya sudah termasuk didalamnya. Penilaian atau
asesmen merupakan hal yang penting dalam pembelajaran, sebagai salah satu upaya
meningkatkan kualitas pendidikan. Asesmen apapun itu menjadi sangat penting karena bertujuan
untuk mengetahui ketercapaian suatu pembelajaran (Gloria, 2012). Pengukuran, penilaian,
pengujian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya keempat kegiatan
tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan
secara berurutan.

Di era modern ini, sekolah harus berhadapan dengan tuntutan baru terutama menyangkut
pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang dikuti dengan beberapa Permendiknas sebagai penjabaran dan PP tersebut
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh
wilayah hukum NKRI, yang terdiri dan delapan standar, yaitu standar isi, proses, kompetensi
lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaaan, dan
penilaian pendidikan Dengan demikian, setiap sekolah madarasah dituntut untuk menyusun,
melaksanakan serta memonitor dan mengevaluasi rencana program pengembangan guna
memenuhi standar tersebut untuk selanjutnya berusaha meningkatkan kualitas sekolah madrasah
ke standar yang lebih tinggi

Perkembangan mental, spiritual dan fisik merupakan perhatian utama pendidikan yang
diupayakan untuk membina dan mengembangkan harkat dan martabat manusia secara
menyeluruh pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta fisiologis.1 Bertolak dari sini
program pembelajaran sudah seharusnya dimodifikasi sesuai dengan karakteristik peserta didik
yang berpangkal dari empat aspek tersebut. Namun, tren pengendalian mutu pendidikan banyak
berkutat pada upaya mengembangkan penjaminan mutu dan menyampingkan asesmen hasil
belajar. Padahal untuk mendapatan informasi tentang perkembangan siswa sebagai bagian dari
upaya memuaskan pelanggan pendidikan dibutuhkan asesmen yang simultan.

Saat ini pendidikan nasional menghadapi berbagai tantangan yang sangat berat khususnya
dalam upaya menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang mampu menghadapi persaingan
global. Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul turut mendukung
kemajuan bangsa, terlebih dalam menghadapi era revolusi industri seperti sekarang ini, bangsa
Indonesia harus menghadapi persaingan dengan kreativitas, inovasi, dan kecepatan. Kualitas
sumber daya manusia di Indonesia saat ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara
lain. Salah satu faktor utama rendahnya kualitas sumber daya manusia tentu erat kaitannya
dengan dunia pendidikan. Program pendidikan nasional yang dirancang diyakini belum mampu
menjawab harapan dan tantangan di masa depan. Dalam menghadapi hal ini, pendidikan yang
bermutu merupakan sesuatu yang sangat berharga dan menjadi sebuah keharusan, karena
pendidikan memainkan peranan yang sangat fundamental dimana cita-cita suatu bangsa dan
negara dapat tercapai.

Kegiatan monitoring lebih berpunpun (terfokus) pada kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Monitoring dilakukan dengan cara menggali untuk mendapatkan informasi secara
regularberdasarkan indikator tertentu, dengan maksud mengetahui apakah kegiatan yang sedang
berlangsung sesuai dengan perencanaan dan prosedur yang telah disepakati. Secara prinsip,
monitoring dilakukan sementara kegiatan sedang berlangsung guna memastikankesesuain proses
dan capaian sesuai rencana atau tidak. Bila ditemukan penyimpangan atau kelambanan maka
segera dibenahi sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai rencana dan targetnya.Jadi, hasil
monitoring menjadi input bagi kepentingan proses selanjutnya. Sementara Evaluasi dilakukan
pada akhir kegiatan, untuk mengetahui hasil atau capaian akhir dari kegiatan atau program. Hasil
Evaluasi bermanfaat bagi rencana pelaksanaan program yangs ama diwaktu dan tempat lainnya

Assesmen atau penilaian tidak bisa dilepaskan dengan peran guru sebagai tenaga
pengajar. Assesmen termasuk salah satu indikator penentu untuk mengetahui seberapa jauh
keberhasilan atau bahkan kegagalan yang dilakukan oleh guru atau dosen selaku agen
pembelajaran dan siswa sebagai subjek pembelajaran, sebelum memilih metode yang
tepatsasaran yang dianggap sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada sehingga untuk
Langkah selanjutnya efektifitas, efisiensi dan daya tarik pembelajaran dapat terselenggara
dengan baik dan dapat menghasilkan keluaran belajar yang kompeten yang dapat membuat
assesmen pembelajaran di sekolah tersebut bernilai positif, sesuai tujuan pendidikan
nasional.Bertolak dari ketentuan perundangan PP.No.19 tahun 2003, tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang menguraikan delapan standar mutu pendidikan yaitu, (1) standar isi, (2) standar
proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidikan dan kependidikan, (5)
standarsarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar
penilaian (assesmen), maka kita dapat melihat bahwa standar penilaian (assesment) adalah
”standar penentu” bagi kesuksesan suatu proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa assesmen
(penilaian/evaluasi), merupakan indikator penting yang harus dikuasai oleh setiap guru atau
dosen untuk mengetahui apakah seluruh standar tersebut berhasil atau gagaldalam proses
pembelajaran yang dilaksanakannya, setelah diperoleh hasil assessmen dari proses pembelajaran.

Evaluasi yang sering dipahami selama ini dalam dunia pendidikan adalah terbatas pada
penilaian saja. Penilaian ini dilakukan secara formatif dan sumatif. Ketika sudah dilakukan
penilaian, dianggap sudah melakukan evaluasi. Pemahaman demikian tidaklah terlalu tepat.
Pelaksanaan penilaian cenderung hanya melihat capaian tujuan pembelajaran saja. Pada hal,
dalam proses pendidikan tersebut bukan hanya nilai yang dilihat, tetapi ada banyak faktor yang
membuat berhasil atau tidaknya sebuah program. Penilaian hanya bagian kecil dari evaluasi.
Evaluasi juga harus dipahami sebagai bagian dari supervisi. Evaluasi tidak hanya berurusan pada
nilai yang diukur berdasarkan penyelesaian soal-soal, tetapi evaluasi program pendidikan akan
mengkaji banyak faktor. Dengan demikian evaluasi program perlu diperkenalkan kepada seluruh
pendidik, karena evaluasi sangat penting dalam pengembangan mutu pendidikan (Munthe,
2015).

Perubahan besar yang berjalan cepat melanda kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara,
memaksa kita mempersiapkan diri, bukan saja agar dapat tetap bertahan, tetapi juga
mengembangkan diri. Hal ini menuntut suatu wawasan masa depan. Masa depan bukan sesuatu
yang menakutkan sehingga harus dihindari, tetapi merupakan peluang untuk meningkatkan taraf
kehidupan asalkan sebuah bangsa siap menghadapinya. Menghadapi era globalisasi, diperlukan
visi yang dapat mengarahkan misi, rencana, dan segala ikhtiar. Peningkatan kemampuan
intelektual termasuk penguasaan, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi agar dapat meningkatkan kualitas hidup. Selanjutnya, manusia Indonesia yang
berkualitas mempunyai daya saing yang tinggi di tengah-tengah kehidupan global. Sudah tentu
penguasaan intelektual tersebut selalu harus seimbang dengan peningkatan kemampuan etis dan
moral serta agama sebagai sumber nilai-nilai etika dan moral.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang mencakup pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana monitoring dan evaluasi pendidikan ?

2. Bagaimana deskripsi asesmen sebagai evaluasi dan pengendalian mutu pendidikan ?

3. Bagaimana tujuan penilaian assesmen tersebut?

4. Bagaimana pelaksanaan assesmen sebagai evaluasi dan mutu pendidikan?

5. Bagaimana eksplorasi dan penjelasan indicator penilaian dari hasil Lembaga internasional
Pendidikan deskripsi indikator EDI ?

6. Bagaimana eksplorasi dan penjelasan indikator penilaian dari hasil lembaga survey
internasional pendidikan PISA ?
7. Bagaiaman eksplorasi dan penjelasan indikator penilaian dari hasil lembaga survey
internasional pendidikan TIMSS ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat dirumuskan pada makalah ini yaitu:
1. Untuk dapat mengidentifikasi monitoring dan evaluasi pendidikan

2. Untuk dapat mengidentifikasi asesmen sebagai evaluasi dan pengendalian mutu pendidikan.

3. Untuk dapat mengetahui tujuan penilaian assesmen tersebut.

4. Untuk dapat mengimplemntasikan pelaksanaan assesmen sebagai evaluasi dan mutu


pendidikan.

5. Untuk dapat menganalisis eksplorasi dan penjelasan indicator penilaian dari hasil Lembaga
internasional Pendidikan deskripsi indikator EDI.

6. Untuk dapat memahami eksplorasi dan penjelasan indikator penilaian dari hasil lembaga
survey internasional pendidikan PISA.

7. Untuk dapat mengeksplorasi dan penjelasan indikator penilaian dari hasil lembaga survey
internasional pendidikan TIMSS.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
2.1.1 Monitoring dan evaluasi
Dunn (1994: 35) menjelaskan bahwa monitoring mempunyai tujuan yaitu: (1) kesesuaian
atau kepatuhan sesuai standard an prosedur yang telah ditentukan, (2) pemeriksaan untuk
menentukan sumber-sumber pelayanan kepada kelompok sasaran, (3) akuntansi untuk
menentukan perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi setelah implementasi sejumlah kebijakan
public dari wkatu ke waktu, (4) penjelasan tentang hasil-hasil kebijakan public berbeda dengan
tujuan kebijakan publik. Menurut Rogers dan Badham (1992: 2), evaluasi adalah proses
pengumpulan dan analisis informasi secara sistematis guna memberikan pertimbangan
berdasarkan bukti-bukti yang kuat. Pertimbangan tersebut disampaikan terkait dengan bagaimana
besaran suatu target program hendak dicapai, sehingga dapat menjadi panduan dalam
pengambilan keputusan bagi pengembangan program atau organisasi.

Khalid Nabris (2002: 8) mendefinisikan monitoring sebagai menghadirkan aktivitas


secara terus menerus untuk melacak kemajuan pelaksanaan program apakah telah sesuai dengan
perencanaan. Tujuan dilakukannya monitoring adalah menyajikan pengawasan reguler mengenai
pelaksanaan program dalam kaitannya dengan penerimaan input, penjadwalan kerja, hasil yang
akan dicapai, dan seterusnya. Shapiro (1997) mengartikan evaluasi sebagai membandingkan
antara akibat atau dampak program dengan rencana strategis yang telah ditetapkan. Artinya,
evaluasi melihat apa yang akan dilakukan oleh seseorang atau organisasi pada apa yang dicapai
dan bagaimana mencapainya. Evaluasi dapat dilakukan secara formatif, (yaitu selama masa
pelaksanaan program atau organisasi, dengan maksud meningkatkan strategi atau cara
memfungsikan program atau organisasi). Evaluasi juga bisa dilaksanakan secara sumatif, (yakni
menggambarkan kajian dari program atau organisasi secara utuh, yang tidak berfungsi dengan
baik)

Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan
penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan / atau standar yang
telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan
program (Rochiat, 2008:115).

Sedangkan evaluasi menurut Moh. Rifai (2006:23) sebagai kegiatan yang tidak bisa dipisahkan
dari kegiatan monitoring memiliki fungsi sebagai berikut: “(a) Evaluasi sebagai pengukur
kemajuan; (b) Evaluasi sebagai alat perencanaan; (c) Evaluasi sebagai alat perbaikan

Monitoring adalah suatu proses yang dilakukan secara terus menerus yang merupakan
bagian yang bersifat integral dari manajemen yang meliputi penilaian yang bersifat sistimatis
terhadap kemajuan suatu pekerjaan. Monitoring adalah seni mengumpulkan informasi yang
diperlukan dengan upaya minimum untuk membuat keputusan pada waktu yang tepat. Informasi
ini merupakan data penting dan diperlukan untuk analisis, diskusi, evaluasi, dan
pelaporan.Pelaporan biasa berupa evaluasi kinerja suatu kegiatan (Pratama & Ariana, 2019:2-3).

Menurut Kasendra et,al.,( 2016 :1 ) monitoring siswa merupakan salah satu kegiatan yang
dilakukan oleh pihak sekolah dan dalam memantau dan mengevaluasi ketiga aspek dalam proses
pembelajaran siswa. Setiap sekolah melakukan monitoring dengan cara yang berbeda-beda. Jika
kita melihat beberapa tahun silam, proses monitoring siswa sebenarnya cukup sederhana.
Apabila seorang siswa melanggar aturan atau berbuat baik, guru di bagian kesiswaan akan
mencatat aktivitas yang sudah dilakukan oleh siswa yang bersangkutan ke dalam sebuah buku
dan akan terus mencatat tindakan yang dilakukan siswa tersebut sampai akhir semester.

Secara etimologi "evaluasi" berasal dan bahasa Inggris yaitu evaluation dari akar kata
value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut alqiamah atau al-taqdir’
yang bermakna penilaian (evaluasi). Sedangkan secara harpiah, evaluasi pendidikan dalam
bahasa Arab sering disebut dengan al-taqdir altarbiyah yang diartikan sebagai penilaian dalam
bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu
(ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek dan yang lainnya) berdasarkan
kriteria tertentu melalui penilaian. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan
dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria umum, dapat pula
melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian membandingkan dengan
kriteria tertentu (Mahirah,2017: 258).

Menurut Arifin (2009:6), dalam sistem pembelajaran (maksudnya pembelajaran sebagai


suatu sistem), evaluasi merupakan salah komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh
guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan
(feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan program dan kegiatan
pembelajaran. Guru sering memberikan ulangan harian, ujian akhir semester, ujian blok, tagihan,
tes tertulis, tes lisan, tes tindakan, dan sebagainya. Istilah- istilah ini pada dasarnya merupakan
bagian dari sistem evaluasi itu sendiri.

Menurut Rahim ( 2020:22), fokus kegiatan monitoring pelaksanaan pembelajaran ada


pada kegiata n dan tingkat capaian dari perencanaan pembelajaran yang telah dibuat
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan monitoring pelaksanaan pembelajaran
berkaitan dengan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pengidentifikasian
dalam untuk memperbaiki tindakan kekurangan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Tujuan utama dari kegiatan monitoring pelaksanaan pembelajaran adalah:

a. Menyediakan informasi yang relevan dan tepat waktu pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran
yang akan membantu pembuatan keputusan manajemen yang efektif oleh pengawas satuan
pendidikan.

b. Mendorong diskusi mengenai kemajuan pelaksanaan pembelajaran bersama para guru, dan
merencanakan berbagai tindakan yang diperlukan.

c. Menyumbang pada akuntabilitas. Supervisor perlu mengetahui bahwa kegiatan pembelajaran


yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, sesuai
kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan sesuai dengan tujuan pada tingkat satuan
pendidikan.

d. Menyediakan sumber informasi kemajuan/prestasi utama bagi para pengambil keputusan

e. Memberikan masukan terhadap pengambilan keputusan. Apakah pembelajaran yang telah


dilaksanakan sudah cukup baik, atau perlu adanya inovasi dan revisi dalam kegiatan
pembelajaran.

Monitoring pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil tergantung pada hasil


perancangan/desain/rencana pembelajaran dan pengembangan kurikulum yang berbasis pada
kompetensi siswa. Keberhasilan pelaksanaan dalam mencapai tujuan sangat bergantung pada
beberapa faktor, di antaranya adalah: (1) faktor guru, (2) ketersediaan sarana dan prasarana, (3)
sistem penilaian yang digunakan, (4) buku sebagai sumber belajar, (5) perangkat pembelajaran
berupa silabus, dan (6) pemberdayaan peranserta masyarakat dalam keseluruhan kegiatan
pendidikan. Semuanya saling mempunyai keterkaitan antara satu sama lain.Pemantauan
dikatakan berhasil jika memenuhi semua faktor yang telah disebutkan (Kasaming, 2018 :12).

Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu
kegiatan tersebut telah dicapai. Bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar
tertentu yang telah ditetapkan untuk mengetahui apakah ada selisih di antara keduanya, serta
bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan yang ingin
diperoleh. Istilah evaluasi yang dimaksud disini berdekatan dengan penafsiran, pemberian angka
dan penilaian untuk kegiatan yang terencana. Dengan dilakukannya evaluasi dalam setiap
program dapat menjawab pertanyaan “Apa perbedaan yang dibuat” (Enyludfiah, 2020:15)

Menurut Rukajat (2018:154), evaluasi program dapat dikategorikan evaluasi reflektif,


evaluasi rencana, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Dalam pengumpulan data dapat
menggunakan berbagai alat pengumpul data antara lain: pengambilan data dengan tes,
pengambilan data dengan observasi (bisa berupa check list, alat perekam suara atau gambar),
pengambilan data dengan angket, pengambilan data dengan wawancara, pengambilan data
dengan metode analisis dokumen dan artifak atau dengan teknik lainnya. Monitoring
pelaksanaan evaluasi berfungsi untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan rencana
program. Teknik dan alat monitoring dapat berupa berikut: a. Teknik pengamatan partisipatif b.
Teknik wawancara c. Teknik pemanfaatan dan analisis data dokumentasi.

Menurut Suryadi (2020: 104), monitoring dilakukan untuk melihat pelaksanaan evaluasi
pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang ditetapkan atau belum. Dengan
tujuan untuk mencegah hal-hal negatif dan meningkatkan efisiensi pelaksanaan evaluasi.
Monitoring mempunyai dua fungsi pokok,yaitu: Melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan
perencanaan evaluasi, dan melihat hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi dengan
mencatat, melaporkan, dan menganalisis faktor-faktor penyebabnya.

2.1.2 Assesmen sebagai Evaluasi dan Pengendalian Mutu Pendidikan


A. Pengertian Assesmen sebagai Evaluasi dan Pengendalian Mutu Pendidikan
Penilaian (Assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
berkelanjutan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar dari siswa guna
mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu (Nasution, 2022).
assesment merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam memonitor siswa
(Zainal, 2021). Assesment merupakan istilah umum yang didefinisikan sebagai sebuah proses
yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan mengenai para siswa, kurikulum, program-program, dan kebijakan
pendidikan (Prijowintato, 2020). Jadi, assesmen merupakan kegiatan mencari sesuatu yang
berharga tentang sesuatu dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi
yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif
strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.

Menurut Kusairi (2012:71-72), asesmen merupakan kegiatan pengumpulan informasi


dalam rangka pengambilan keputusan-keputusan berdasarkan informasi. Dalam konteks
pembelajaran, asesmen berarti pengumpulan berbagai informasi tentang proses dan hasil belajar
siswa dalam rangka menentukan keputusankeputusan yang perlu dilakukan dalam pembelajaran.
Beberapa karakteristik asesmen dalam pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut: (1)
Asesmen dimulai dengan pengumpulan berbagai informasi tentang siswa dalam pembelajaran;
(2) Dalam kegiatan asesmen dilakukan analisis dan interpretasi terhadap data dan informasi yang
berhasil dikumpulkan; (3) Interpretasi menghasilkan keputusan-keputusan tentang pembelajaran;
(4) Terdapat tindak lanjut terhadap keputusan yang dihasilkan; (5) Asesmen dilakukan secara
berkelanjutan.

Evaluasi adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui dan
mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Sedangkan evaluasi program adalah aktivitas investigasi yang sistematis tentang sesuatu yang
berharga dan bernilai dari suatu objek. Evaluasi program merupakan suatu proses. Secara
eksplisit evaluasi mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan secara implisit evaluasi harus
membandingkan apa yang telah dicapai dari program dengan apa yang seharusnya dicapai
berdasarkan standar yang telah ditetapkan (Muis, 2017). Dari hasil evaluasi biasanya diperoleh
tentang atribut atau sifat-sifat yang terdapat pada individu atau objek yang bersangkutan. Selain
menggunakan tes, data juga dapat dihimpun dengan menggunakan angket, observasi, dan
wawancara atau bentuk instrumen lainnya yang sesuai (Nurhasan, 2001:3). Suherman dan
Sukjaya (1990:3) mengatakan bahwa istilah evaluasi, penilaian, dan pengukuran dapat
dibedakan. Pengukuran (measurement) menunjuk pada segi kuantitas (how much), penilaian
menunjuk pada segi kualitas (what value), dan evaluasi berkenaan dengan keduanya, yaitu
pengukuran dan penilaian.

Mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan
efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah sehingga menghasilkan
nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku (Mubarak, 2004).
Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan dibidang pendidikan nasional
dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara
menyeluruh. Mutu pendidikan merupakan faktor penting yang harus diwujudkan dalam proses
pendidikan (Baro'ah, 2020).

Menurut Supriyadi (2017:27-28), mutu pendidikan menurut Undang-Undang No. 12


Tahun 2012 Pasal 51, pendidikan tinggi yang bermutu merupakan pendidikan tinggi yang
menghasilkan lulusan yang mampu secara aktif mengembangkan potensinya dan menghasilkan
ilmu pengetahuan dan/atau teknologi yang berguna bagi masyarakat, bangsa, dan
negara.mengembangkan konsep kualitas pada pendidikan tinggi ditinjau dari empat aspek, yaitu
quality as purposeful, exceptional, transformative, and accountable. Pengendalian mutu (quality
control) dalam manajemen mutu pendidikan merupakan suatu sistem kegiatan teknis yang
bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan
kepada pelanggan. Pengendalian ini diperlukan untuk menjamin agar kegiatan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan, sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan dan
kebutuhan pelanggan (Mustofa and Hamdi, 2020).

Asesmen (assessment) adalah upaya untuk mendapatkan data/informasi dari proses dan
hasil pembelajaran untuk mengetahui seberapa baik kinerja mahasiswa, kelas/mata kuliah, atau
program studi dibandingkan terhadap tujuan/kriteria/capaian pembelajaran tertentu. Setelah
diperoleh hasil asesmen maka dilakukan proses penilaian. Penilaian (grading) adalah proses
penyematan atribut atau dimensi atau kuantitas (berupa angka/huruf) terhadap hasil asesmen
dengan cara membandingkannya terhadap suatu instrumen standar tertentu. Hasil dari penilaian
berupa atribut/dimensi/kuantitas tersebut digunakan sebagai bahan evaluasi. Evaluasi
(evaluation) adalah proses pemberian status atau keputusan atau klasifikasi terhadap suatu hasil
assesmen dan penilaian.

B. Tujuan Penilaian Evaluasi dan Pengendalian Mutu Pendidikan


Chittenden (1994) mengemukakan tujuan penilaian (assessment purpose)
adalah “keeping track, checking-up, finding-out, and summing-up”.

1. Keeping  track,  yaitu  untuk  menelusuri  dan  melacak  proses  belajar  peserta didik
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan.  Untuk itu, guru
harus mengumpulkan data dan informasi dalam kurun waktu  tertentu  melalui  berbagai 
jenis  dan  teknik  penilaian  untuk  memperoleh  gambaran tentang pencapaian kemajuan
belajar peserta didik.
2. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses
pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama mengikuti  proses 
pembelajaran.  Dengan  kata  lain,  guru  perlu  melakukan  penilaian untuk mengetahui
bagian mana dari materi yang sudah dikuasai  peserta didik dan bagian mana dari materi
yang belum dikuasai.
3. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan  kesalahan
atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga guru dapat dengan
cepat mencari alternatif solusinya.
4. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap 
kompetensi  yang  telah  ditetapkan.  Hasil  penyimpulan  ini  dapat digunakan  guru 
untuk  menyusun  laporan  kemajuan  belajar  ke  berbagai pihak yang berkepentingan.

Assesmen atau penilaian dilaksanakan mempunyai beberapa tujuan dan fungsi penilaian.
Adapun fungsi dari assesmen atau penilaian adalah sebagai berikut : (1) mendeskripsikan
kecakapan belajar para siswa; (2) mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pelajaran; (3)
menentukan tidak lanjut hasil penilaian; (4) memberikan pertanggujawaban dari pihak sekolah
kepada stakeholdrs; (5) sebagai dasar umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.
Pendidik dapat mengetahui seberapa jauh siswa dapat mencapai tingkat pencapai kompetensi
yang dipersyaratkan, baik selama mengikuti pembelajaran dan setelah proses pembelajaran
berlangsung.

1. Tujuan Evaluasi

Adapun tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan obyektif
tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program,
dampak/hasil yang dicapai, efisiensi, serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk
program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan, diperbaiki, atau
dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan penyusunan program berikutnya
maupun penyusunan kebijakan yang terkait dengan program (Gunawan, 2011). Evaluasi program
merupakan suatu proses. Secara eksplisit evaluasi mengacu pada pencapaian tujuan sedangkan
secara implisit evaluasi harus membandingkan apa yang telah dicapai dari program dengan apa
yang seharusnya dicapai berdasarkan standar yang telah ditetapkan

Tujuan evaluasi proses seperti yang dikemukakan oleh Worthen dan Sanders dalam
Sawitri (2007:24) menguraikan yaitu :

a) Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan;

b) Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan; dan


c) Memelihara catatan-cacatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi
dilaksanakan.

2. Tujuan Mutu Pendidikan

Mutu Pendidikan menurut Permendiknas nomor 63 tahun 2009 adalah tingkat kecerdasan
kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan
yang bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan proses pematangan kualitas siswa
dikembangkan dengan cara membebaskan siswa dari ketidaktahuan, ketidakmampuan,
ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, dan dari buruknya akhlak dan keimanan.
Tujuan dari manajemen mutu pendidikan adalah untuk memelihara dan meningkatan
kualitas pendidikan secara berkelanjutan (sustainable), yang dijalankan secara sistemik untuk
memenuhi kebutuhan stakeholders. Pencapaian ini membutuhkan sebuah manajemen yang
efektif dan kepemimpinan yang kuat agar tujuan tersebut mampu memenuhi harapan dan
keinginan masyarakat (Ginting and Haryati, 2012).

C. Implementasi asesmen sebagai evaluasi dan mutu pendidikan

Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi


pembelajaran, dan menyediakan informasi yang holistik sebagai umpan balik untuk pendidik,
peserta didik, dan orang tua, agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi
pembelajaran selanjutnya. Asesmen merujuk pada kompetensi yang di dalamnya tercakup ranah
sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta asesmen dilakukan terpadu dengan pembelajaran.
Selanjutnya melibatkan peserta didik dalam melakukan asesmen, melalui penilaian diri (self
assessment), penilaian antarteman (peer assessment), refleksi diri, dan pemberian umpan balik
antarteman (peer feedback).Terakhir pemberian umpan balik dilakukan dengan mendeskripsikan
usaha terbaik untuk menstimulasi pola pikir bertumbuh, dan memotivasi peserta didik.

Menurut Sumiati (2021:31), pengendalian tidak bisa dipisahkan dengan perencanaan.


Pimpinan membuat rencana, dan rencana tersebut merupakan standar, artinya sejumlah kegiatan
dapat dilakukan dan dapat diukur atau dinilai dengan membandingkan standar dengan kegiatan
yang dilakukan. Sistem dan teknik-teknik pengendalian dapat dikembangkan dari perencanaan
yang telah diibuat.Pengendalian merupakan suatu propses karena terdiri dari rangkaian kegiatan
yang sistematis. menyatakan pengendalian mutu sebagai proses manajemen yang didalamnya
kita: (1) mengevaluasi kinerja nyata, (2).membandingkan kinerja nyata dengan tujuan dan (3)
mengambil tindakan terhadap perbedaan. Kegiatan pengendalian dilakukan untuk menjaga agar
proses kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, sehingga tujuan bisa tercapai.

Menurut Kusnandi (2017;113), terdapat tiga perencanaan strategis yang berkaitan dengan
peningkatan mutu sekolah, yaitu strategi yang menekankan pada hasil (the output oriented
strategy),strategi yang menekankan pada proses (the process oriented strategy), dan strategi
komprehensif (thecomprehensive strategy).Strategi yang menekankan pada hasil bersifat top
down, di mana hasil yang akan dicapai baik kuantitasmaupun kualitas telah ditentukan dari atas,
bias dari pemeritah pusat, pemerintah daerah propinsi, ataupunpemerintah daerah
kabupaten/kota. Kasus di Indonesia saat ini, hasil yang herus dicapai telah dirumuskan
dalamStandar Kopetensi Lulusan dan Standar Kompetensi Dasar. Untuk mencapai standar yang
telah ditetapkanpemerintah juga akan menetapkan berbagai standar yang lain , seperti standar
proses, standar pengelolaan,standar fasilitas, dan standar tenaga pendidik.

2.1.3 Eksplorasi dan Penjelasan Indikator EDI


Penilaian hasil belajar siswa tidak terlepas dari kewajian utama seorang pengajar dalam
mengevaluasi hasil belajar peserta didik nya. Menurut (Bureau ,2013), penilaian (assessment)
mempunyai tujuan suatu proses merencanakan, memperoleh data dan menyediakan informasi
untuk menilai tingkat pencapaian kompetensi anak yang dilaksanakan pada saat proses
pembelajaran berlangsung dan akhir pembelajaran. Menurut (angga, cucu suryana, 2022)
Pelaksanaan evaluasi ialah inti dari pelaksanaan pendidikan dan suatu keharusan untuk dilakukan
serta menjadi catatan penting guna memetakan capaian siswa pada proses pembelajaran dan
memperoleh feedback bagi siswa. Disini penilaian atau evaluasi terhadap siswa dapat juga
dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator berskala internasional seperti EDI, PISA,
dan TIMSS.
A. Eksplorasi serta Penjelasan Indikator EDI

EDI adalah indeks yang dikembangkan oleh UNESCO untuk mengetahui tingkat
pencapaian kinerja pelaksanaan program Education For All disuatu negara anggota PUS. Adapun
komponen EDI berupa pendidikan dasar, keaksaraan orang dewasa, pengarusutamaan gender,
dan mutu pendidikan (Ahmad, 2018). Pendekatan yang digunakan untuk mengukur setiap
komponen EDI tersebut berupa APM usia 7-12 Tahun (Primary Net Enrolment Ratio), AMH
Dewasa (Adult Literacy), Indek Spesifik Gender (Gender Spesific Index), dan AB (Angka
Bertahan) sampai tingkat 5 (Survival Rate to Grade 5).

Indikator EDI ini sangat penting untuk pengembangan intelektual manusia dari berbagai
kalangan, sebab bukan hanya peserta didik ataupun mahasiswa saja yang dapat memperoleh
literasi tetapi juga orangtua bahkan lansia dapat menerima literasi yang dibutuhkan. Indikator
EDI ini sangat bermanfaat bagi semua kalangan karena dapat memajukan sistem pendidikan
nasional di suatu Negara baik formal maupun nonformal.

Sistem pendidikan yang baik tentu saja ditentukan oleh indikator yang dipakai. Salah satu
indikator yang perlu diperhatikan yaitu indikator EDI. Disini guru sebagai pemeran utama harus
dapat mendidik generasi sekarang dengan menggunakan indikator EDI, sebab pendidikan masa
kini harus dapat menjadi pilar utama pada industry 4.0 ataupun 5.0. Pada sekolah yang saya
kunjungi yaitu SMA N 3 Kota Jambi, guru fisika yang mengajar disana tidak terlalu familiar
dengan indikator EDI ini karena mereka belum pernah menerapkannya ketika melakukan
penilaian belajar terhadap siswa SMA tersebut.

B. Eksplorasi serta Penjelasan Indikator PISA

Kita pasti sering mendengar dan pasti sudah familiar dengan penilaian siswa skala besar
(Internasional), PISA (Programme for Student Assesment) merupakan penilaian siswa skala
besar atau internasional dan disponsori oleh OECD (Organisation for Economic Cooperation
and Development). Menurut (Mansur, 2018), PISA (Program for Internastional Student
Assessment) adalah salah satu asesmen utama berskala internasional yang menilai kemampuan
matematika siswa. Saat ini terdapat dua asesmen utama berskala internasional yang menilai
kemampuan matematika dan sains siswa yaitu TIMSS (Trend in International Mathematics and
Science Study) dan PISA (Program for Internastional Student Assessment). PISA dapat
mengetahui pencapaian kemampuan literasi matematika siswa. Fokus dari PISA adalah literasi
yang menekankan pada keterampilan dan kompetensi siswa yang diperoleh dari sekolah dan
dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

PISA adalah studi tentang program penilaian siswa tingkat internasional yang
diselenggarakan oleh organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) atau
organisasi untuk kerjasama ekonomi dan pembangunan. PISA bertujuan untuk menilai sejauh
mana siswa yang duduk di akhir tahun pendidikan dasar (siswa berusia 15 tahun) telah
menguasai pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk berpartisipasi sebagai warga
negara atau anggota masyarakat yang membangun dan bertanggung jawab (Bidasari, 2017).
Tujuan dari studi PISA adalah untuk menguji dan membandingkan prestasi anak-anak sekolah di
seluruh dunia, dengan maksud untuk meningkatkan metode-metode pendidikan dan hasil-
hasilnya. Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 dijelaskan
tentang fungsi dan tujuan pendidikan yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
sedangkan tujuannya adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
mandiri, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.

Menurut (Sasongko et al., 2016), Program for International Student Assessment (PISA)
adalah salah satu penilaian berskala internasional yang menilai kemampuan kemampuan literasi
matematika, IPA dan bahasa. Fokus dari PISA adalah literasi yangmenekankan pada
keterampilan dan kompetensi siswa yangdiperoleh dari sekolah dan digunakan dalam
kehidupansehari-hari. Kemampuan para pelajar Indonesia dalam bidang pendidikan maupun
ilmu pengetahuan sangat jauh dari ekspestasi pemerintah. Hal ini dibuktikan oleh adanya
penilaian standar oleh PISA dan TIMSS dalam skala internasional. Berdasarkan hasil penilaian
tersebut Indonesia terdeteksi masih sangat kurang dalam ilmu pengetahuan. Jadi, Indikator PISA
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar perkembangan kognitif peserta
didik (Bidasari, 2017 ).

Dalam hasil penilaian PISA, terdapat beberapa jenis literasi-literasi yang sering
diterapkan dalam dunia pendidikan. Literasi-literasi tersebut adalah literasi bacaan, matematik
dan IPA. Literasi-literasi ini sebenarnya sangat berguna sekali dalam memperbaiki sistem
pendidikan yang kurang terstruktur dengan baik. Berdasarkan analisis penelitian PISA, dalam hal
literasi Indonesia menduduki peringkat 10 besar terbawah dari 65 negara. (Alpansyah & Hashim,
2021 ).

This comparison of the PIRLS and PISA frameworks for the assessment of reading
literacy demonstrates how two different international consensus-building processes can result in
somewhat similar approaches to assessment. At the core of any assessment framework is the
definition of the construct being measured. Here the similarities and differences between the two
frameworks seem developmentally appropriate (Kennedy et al., 2006).

Penggunaan PISA juga dapat digunakan sebagai aktivitas yang sangat banyak bahkan di
Swedia PISA digunakan pada kegiatan debat. The studied topics of the education debate clearly
find inspiration in the PISA reports and in the declin- ing Swedish PISA results. However, the
analysis sug- gests that the topics of the debate are also reactions to national media events.
Politicians and policy makers, representatives of the teacher unions, teachers and principals
appear to act and to react upon the con- clusions drawn by several nationwide media events
(Lundahl & Serder, 2020).

C. Eksplorasi serta Penjelasan Indikator TIMSS

Menurut (Witri, 2014), The Trends for International Mathematics and Science Study
(TIMSS)merupakan studi internasional yang komprehensif untuk mengetahui pencapaian siswa
Sekolah Dasar (SD) kelas empat dan Sekolah Menegah Pertama (SMP) kelas delapan dalam
bidang matematika dan sains (TIMSS, 2011; Dogan dan Tatsuoka, 2008; Herman, 2003). TIMSS
telah dilaksanakan pertama kali pada tahun 1995 dan kemudian di tahun 1999, 2003, 2007, dan
2011.Studi ini dirancang untuk memberikan informasi penting bagi pengambil kebijakan (policy
makers),pengembang kurikulum dan peneliti di setiap negara agar mereka dapat memahami
secara lebih mendalam mengenai prestasi yang dicapai siswa dan sistem pendidikan yang
dimiliki oleh negara tersebut. Menurut (Tjalla 2008), The Trends in International Mathematics
and Science Study (TIMSS) merupakan suatu kegiatan dari the International Association for
Evaluation of InternationalAchievement (IEA), adalah organisasi yang bergerak di bidang
penilaian dan pengukuran pendidikan yang berkedudukan di negeri Belanda.

Secara umum TIMSS bertujuan memantau hasil sistem pendidikan yang berkaitan
dengan pencapaian belajar siswa dalam bidang Matematika dan Sains. TIMSS dilakukan secara
rutin setiap 4 tahun sekali, yaitu tahun 1995, 1999, 2003, 2007, 2011 dan 2015. Indonesia
termasuk salah satu negara yang menjadi objek TIMSS pada empat periode terakhir (Hunt et al.,
2013). TIMSS adalah studi internasional tentang kecenderungan atau arah dan perkembangan
matematika dan sains. Studi ini diselenggarakan oleh International Association for the
Evaluation of Educational Achievement (IEA) yaitu suatu badan asosiasi internasional untuk
menilai prestasi dalam pendidikan. TIMSS berpusat di Lynch School of Education, Boston
College, USA. Kemampuan yang diukur dalam TIMSS adalah kemampuan pengetahuan dan
keterampilan dalam dua mata pelajaran yaitu matematika (mathematics) dan IPA (science).
Tujuan utama TIMSS adalah meningkatkan pengajaran dan pembelajaran matematika dan IPA
dengan cara menyediakan data tentang prestasi siswa dalam kaitannya dengan bentuk kurikulum,
praktik pengajaran, dan lingkungan sekolah yang berbeda-beda. Selain itu, TIMSS juga
bertujuan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran matematika dan IPA.

TIMSS evaluates the knowledge and skills of 4th- and 8th-grade students with respect to
mathematics and science. In addition to evaluating students’ achievements on a specific scale,
the research was also designed to determine how learning and teaching in mathematics and
science are carried out in schools and to measure and evaluate the differences between national
education systems around the world. In this context, mathematics and science achievement tests,
and student, teacher and school surveys are used in TIMMS (Çiftçi & Yildiz, 2019).

Menurut (Wardhani & Rumiati,2011), TIMSS adalah studi internasional tentang


kecenderungan atau arah perkembangan matematika dan sains. Studi ini diselenggarakan oleh
International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) yaitu sebuah
asosiasi internasional untuk menilai prestasi dalam pendidikan. TIMSS berpusat di Lynch School
of Education, Boston College, USA. Menurut (Kuswanti, 2017), dalam perjalanan keikutsertaan
Indonesia pada penilaian internasional TIMSS, Indonesia hanya mengikut sertakan kelas delapan
(usia 14 tahun). Berdasarkan dimensi kognitif TIMSS, salah satunya untuk kelas VII. Hal itu
dilakukan untuk mengetahui kesesuaian soal yang ada dalam buku siswa terhadap target yang
ingin dicapai dimensi kognitif TIMSS dan tujuan pelaksanaan Kurikulum 2013.

2.2 Hasil Temuan Studi Kasus


Kelas Temuan
X Berdasarkan dari literatur yang penulis baca dan juga melalui wawancara
yang telah dilakukan didapat temuan-temuan yang berkaitan dengan
indikator penilaian internasional. Indikator EDI salah satu bentuk penilaian
berskala besar (Internasional) yang ditujukan pada penilaian seperti
kesetaraan gender, keaksaraan, dan mutu pendidikan dimana penilaian
education for all ini ditujukan kepada semua kalangan mulai dari anak-anak
hingga lanjut usia. Indikator PISA adalah indikator penilaian Internasional
yang paling banyak diketahui orang, indikator PISA merupakan indikator
yang menilai matematika dan sains siswa yang sama dengan indikator
TIMSS. Berdasarkan sekolah yang penulis kunjungi, guru fisika disana
ternyata baru menngetahui indikator penilaian PISA saja sedangkan yang
lain mereka tidak ketahui. Guru fisika disana juga mengatakan bahwa
menurut mereka indikator yang paling cocok digunakan untuk siswa/i IPA
adalah indikator PISA dan TIMSS karena berkaitan dengan matematika dan
sains.

XI Dari hasil wawancara yang dilakukan bahwa assesmen di SMA Negeri 3


Kota Jambi dilakukan sesuai dengan prosedur kemendikbud begitupun
dengan evaluasi hal tersebut dilakukan secara berkala. Assesmen itu juga
digunakan sebagai mutu pendidikan, hal ini karena manfaat dari assesmen
adalah untuk agar mengetahui kekurangan-kekurangan dari peserta didik
baik pada hasil belajar maupun motivasi belajar siswa. Jika guru tidak
mengetahui konsep assesmen dengan baik maka akan mengakibatkan
terjadinya miskomunikasi antara guru dan peserta didik dan juga akan
menimbulkan masalah baru tidak terkontrolnya pada indikator penilaian
siswa seperti kognitif, afektif dan juga keterampilan. Maka dari, assesmen
tersebut sangat penting untuk dilakukan di sekolah.
XII Hasil dari wawancara dengan guru SMA Negeri 3 kota Jambi yang bernama
ibu feriska. Beliau mengatakan bahwasanya setiap guru wajib
melaksanakan apa itu evaluasi dan monitoring dalam pembelajaran.
Dikarenakan pada saat proses belajar mengajar telah berlangsung banyak
siswa yang mengalami kurangnya dalam minta belajar. Apalagi ibu feriska
beliau mengajar mata pelajaran fisika di SMA. Yang mana fisika ini lebih
sering dianggap atau pun di takuti oleh siswa dikarenakan pelajaran nya
yang membosankan dan membingungkan jadi banyak nya minat dan rasa
ingin belajar disiswa yang berkurang. Dengan diadakannya monitoring dan
evaluasi dari guru maka permasalahan yang diatas bisa teratasi dengan
mudah.

Ibu feriska selalu melakukan evaluasi pada anak anaknyaa ketika sudah
selesai melakukan pembelaan karena beliau sadar apa yang beliau lakukan
belum sepenuhnya bisa di terima oleh peserta didik dengan baik dan cermat.
Semua monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Bu feriska semuanya
mengikuti standar nasional semua karena dengan standar nasional yang ada
beliau dengan mudah melaksanakan pembelajaran dan mempunyai target
yang akan di capai dari seorang guru. Selain standar nasional sebagai
panutan, seperti kurikulum juga menjadi patokan bagi seorang guru yang
bakalan mengajar di sekolah. Karena pendidikan bakalan searah dengan
kurikulum yang berlaku sampai kapanpun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Kami penulis menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
diharapkan kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang konsep-
konsep monitoring dan evaluasi pelaksanaan proses pembelajaran sebagai alat ukur keberhasilan
pendidikan dan konsep asesmen sebagai evaluasidan pengendalian mutu pendidikan dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan apabila
nantinya ditemukan permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Alpansyah, & Hashim, A. T. (2021). Kuasi Eksperimen : Teori dan Penerapan dalam Penelitian
Desain Pembelajaran . Bogor : Guepedia.

Angga, cucu suryana, ima nurwahidah. (2022). Jurnal basicedu. Jurnal Basicedu, 6(4), 5877–
5889. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i4.1230

Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya

Bidasari, F. (2017). Pengembangan Soal Matematika Model PISA pada Konten Quantity untuk
Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah
Pertama. Jurnal Gantang, 2(1), 63–77. https://doi.org/10.31629/jg.v2i1.59

Bureau, E. (2013). Assesment Dalam Pendidikan Anak Usia Dini. jurnal al-ta'dib pendidikan
6(55), 58–70.

Baro'ah, S. (2020) ‘Kebijakan Merdeka Belajar Sebagai Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan’,
4(1), 1063–1073.

Cifhti, K., & Yildiz, P. (2019). The effect of self-confidence on mathematics achievement: The
meta-analysis of Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS).
International Journal of Instruction, 12(2), 683–694.
https://doi.org/10.29333/iji.2019.12243a

Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah mada University
Press.
Enyludfiah, S. (2020). Monitoring dan evaluasi pembelajaran. Malang : media nusa creative.

Gloria, P. (2012)' Pentingnya Assesmen Alternatif dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir


dan Membaca Ilmiah Siswa pada Pembelajaran Biologi', Jurnal Penelitian IPA, 1 April,
1, pp1-10.

Glyn Rogers dan Linda Badham (1997). Evaluation in School: Getting Started on Training and
Implementation. New York, Routledge

Ginting, R. and Haryati, T. (2012) ‘Kepemimpinan dan Konteks Peningkatan Mutu Pendidikan’,
Jurnal Ilmiah CIVIS, II(2), 1–17.

Gunawan, I. (2011) ‘Evaluasi Program Pembelajaran’, Jurnal Ilmu Pendidikan, (1), 1–13.

Hunt, T., Carper, J., Lasley, T., & Raisch, C. (2013). Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS). Encyclopedia of Educational Reform and Dissent, 562–569.
https://doi.org/10.4135/9781412957403.n438

Janet Shapiro, Monitoring and Evaluation. Washington: CIVICUS

Kasaming, A. (2018). Monitoring dan evaluasi dalam pembelajaran. Malang : Media nusa
creative.

Kasenda, L. M., Sentinuwo, S. R., Tulenan, V., Informatika, T., Sam, U., & Manado, R. (2016).
Sistem Monitoring Kognitif , Afektif dan Psikomotorik Siswa Berbasis Android. Jurnal
Teknik Informatika, 9(1), 9

Kennedy, A. M., Martin, M. O., & Sainsbury, M. (2006). ASSESSMENT FRAMEWORK


Progress in International Reading Literacy Study (Issue August 2004).

Khalid Nabris (2002). Monitoring and Evaluation: Based on PASSIA Training Course.
Jerussalem, Palestinian Academic Society for the Study of International Affairs
(PASSIA).

Kusairi, Sentot. 2012. Analisis assessment formatif fisika SMA berbantuan computer. Jurnal
penelitian dan evaluasi pendidikan, 1, 48.
Kusnandi . 2017. Konsep Dasar dan Strategi Penjaminan Mutu Pendidikan Sebagai Review
Kebijakan Mutu Pendidikan. Journal Education Management & Administration
Review.1(2)

Kuswanti, Yayuk. 2017. Analisis soal dalam buku siswa matematika kurikulum 2013 untuk
sekolah menengah pertama kelas VII berdasarkan dimensi kognitif trends international
mathematics and science (TIMSS). Jurnal Edukasi. 4(3).

Lundahl, C., & Serder, M. (2020). Is PISA more important to school reforms than educational
research? The selective use of authoritative references in media and in parliamentary
debates. Nordic Journal of Studies in Educational Policy, 6(3), 193–206.
https://doi.org/10.1080/20020317.2020.1831306

Mahirah. (2017). Evaluasi Belajar Peserta Didik (Siswa). Idaarah: Jurnal Manajemen
Pendidikan, 1(2), 257–267.

Mansur, N. (2018). Melatih Literasi Matematika Siswa dengan Soal PISA. Prisma, 1, 140–144.

Mohammad Rifa’i. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Mubarak, F. (2004) ‘Faktor dan Indikator Mutu Pendidikan Islam’, Management of Education,
1(1), 10–18.

Muhibbin, Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remadja
Rosdakarya.

Munthe, A.P. (2015) ‘Disampaikan dalam Workshop untuk Mahasiswa tentang Penelitian
Metode Kuantitatif dan Kualitatif di Fakultas Ilmu Pendidikan UPH, Karawaci, 16 dan 23
Juni 2015.’, 1–14.

Muis, D.U. (2017) ‘Model Evaluasi Program dalam Penelitian Evaluasi’, 3(1), pp. 1–14.

Mustofa, I. and Hamdi, M.M. (2020) ‘Proposisi Pengelolaan Asesmen Hasil Belajar dalam
Pengendalian Mutu Pendidikan’.

Nasution, S.W. (2022) ‘Assesment Kurikulum Merdeka Belajar Di Sekolah Dasar’, 1, 135–142.
Available at: https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.181.
Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal
Olahraga. Model Evaluasi Program dalam Penelitian Evaluasi.

Pratama, I. P. A., & Ariana, A. A. G. B. (2019). Sistem Informasi Monitoring Proses


Pembelajaran di STMIK STIKOM Indonesia. Jurnal Sistem Informasi Dan Komputer
Terapan Indonesia (JSIKTI), 2(1), 135–144.

Prijowuntato, S. W. (2020). Evaluasi pembelajaran. Sanata Dharma University Press

Rahim, anshar muhammad. (2020). Monitoring dan evaluasi pembelajaran. Malang: Media nusa
creative.

Rukajat, A. (2018). teknik evalusi pembelajaran. Yogyakarta : deepublish.

S. R. Yunus, I. G. M. Sanjaya, B.J. (2013) ‘Pengembangan Autentic Assesment Berbasis Proyek


Dengan Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah
Mahasiswa’, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(2), 203–208.

Sasongko, T. P. M., Dafik, & Oktavianingtyas, E. (2016). Pengembangan Paket Soal Model
PISA Konten Space and Shape untuk Mengetahui Level Literasi Matematika Siswa SMP.
Jurnal Edukasi , 3(1), 27–32.

Sawitri. S. 2007. Evaluasi Program Pelatihan Ketrampilan Membuat Hiasan Busana dengan
Teknik Pemasangan Payet Bagi Pemilik dan Karyawan Modiste di Kecamatan
Gunungpati Semarang. Yogyakarta: PPs UNY

Supriyadi, Edi . 2017. Pengembangan Model Evaluasi Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan

Suryadi, A. (2020). Evaluasi pembelajaran jilid 1.Sukabumi: CV Jejak

Suherman, E dan Sukjaya, Y. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan
Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Sumiati, Ahmad Atika, (2021) "Pengendalian Mutu Pendidikan , Konsep Dan Evaluasi;. IQRA:
Jurnal Pendidikan Agama Islam. 1.(1).

Tjalla, awaluddin.2016. Potret mutu pendidikan Indonesia ditinjau dari hasil-hasil 44 studi
internasional. Jurnal Dosen FIP Universitas negri Jakarta. 3(5).

Wardhani, S., & Rumiati. (2011). Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar
dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: PPPPTK

Wiraatmaja, Rochiat. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Witri, G. dkk. (2014). Analisis Kemampuan Siswa Sekolah Dasar, Model the Trends For
International Gustimal Witri, Zetra Hainul Putra, Nori Gustina. Jurnal Primary Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau, 3(April), 32–39.

Zainal, N.F. (2021) ‘Pengukuran , Assessment dan Evaluasi dalam Pembelajaran Matematika’,
8–26.

LAMPIRAN

Hari/Tanggal : Selasa/ 14 Februari 2023

Nama Pewawancara : Lisensia Lorenza

Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Kota Jambi

Nama Guru/ Narasumber : Tukimin, S.Pd. M.Si

Transkrip

Renza : Terimakasih pak atas waktu, sebelumnya perkenalkan nama saya Lisensia
Lorenza dari Pendidikan fisika, Universitas Jambi. Tujuan saya disini adalah
untuk mewawancarai bapak mengenai “Konsep monitoring, evaluasi dan
pembelajaran konsep assesmen sebagai pengendalian mutu pendidikan serta
eksplorasi penjelasan indikator penilaian dari hasil lembaga survey
internasional pendidikan (EDI, PISA, dan TIMSS)” pak. Langsung saja pak,
pertanyaan pertama yaitu bagaimana cara ibu atau bapak melakukan
monitoring pendidikan kepada siswa yang kurang memiliki minta belajar ?
Apakah monitoring yang ibu lakukan sudah sesuai dengan standar
kemendikbud?.

Pak Tukimin : Kalau monitoring pendidikan itu kan kita paling bisa kita lakukan sama dengan
kegiatan penilaian sikap ya, monitoring pendidikan. Jadi, ya pas kita lakukan
saat KBM, kalau terhadap siswa kan? Berarti setiap kali kita masuk jam belajar
ya tentunya itu sudah sesuai dong dengan standar kemendikbud karena
disanakan ada ketika kita melakukan pembelajaran ada unsur penilaian,
pengamatan dan itu sudah salah jenis monitoring, itu sih.

Renza : Baik pak, yang selanjutnya apa saja yang harus bapak perhatikan sebelum
melakukan monitoring pendidikan kepada siswa ibu?

Pak Tukimin : Sebelum melakukan monitoring, selama ini ya kita biasa aja sih, tidak ada
pemberitahuan apa-apa dengan siswa, langsung masuk kelas. Saya tidak
melakukan apa-apa ya langsung aja ini tidak ada pemberitahuan apa-apa.

Renza : Jadi pertanyaan selanjutnya, apakah evaluasi yang bapak berikan kepada siswa
selama mengajar itu sudah sesuai dengan standar nasional pendidikan di
Indonesia?

Pak Tukimin : Sudah, karena kita setiap sekolah itu harus mengikuti standar nasional
pendidikan tentunya.

Renza : Nah, Apa manfaat monotoring dan evaluasi pendidikan bagi seorang siswa, dan
apa dampak jika tidak dilaksanakan monitoring tersebut?

Pak Tukimin : Manfaat monitoring adalah untuk memantau kemajuan belajar siswa kalau tidak
melaksanakan monitoring berarti kita tidak tau siswa-siswa yang bermasalah,
tidak terkontrol jadinya. Jawaban singkatnya begitu.

Renza : Nah kalau tidak dilakukannya monitoring mungkin sebaliknya ya pak ?

Pak Tukimin : Ya dampaknya siswa yang bermasalah jadi sulit ditemukan atau sudah parah
tidak tertangani, kira-kira begitu. Ketika ada monitoring siswa-siswa yang
bermasalah, masalah nilai sebagainya cepat ditangani dengan kegiatan remedi.
Renza : Pertanyaan selanjutnya, dalam melaksanakan pembelajaran, mengapa guru harus
melakukan assesmen terhadap hasil belajar siswa?

Pak Tukimin : Sebenarnya masih berkaitan dengan pertanyaan nomor 5 ketika kita
melaksanakan pembelajaran harus ada evaluasi. Ya, tujuannya untuk melihat
kemajuan belajar siswa makanya ada evaluasi.

Renza : Assemen itukan sebagai evaluasi dan mutu pendidikan, jadi bagaimana assemen
dapat digunakan sebagai pengembangan mutu pendidikan?

Pak Tukimin : Ya, Assemen yang digunakan sebagai pendidikan adalah assemen yang
dijalankan sesuai dengan kriteria assemen itu sendiri. Jadi dalam mengassemen
itukan tidak asal-asalan ada panduannya kalau seluruh panduannya diikuti ya
mudah-mudahan apa yang menjadi tujuan assemen itu akan tercapai, mengikuti
panduan yang ada.

Renza : Assesmen itu merupakan salah satu tugas guru dan guru harus memahami
konsep assesmen yang tepat. Bagaimana guru mengimplementasikan agar
mengetahui perkembangan pembelajaran?

Pak Tukimin : Nah ini, jadi assesmen itu tadi dilaksanakan tidak hanya sekali ketika belajar dan
assesmen yang bagus itu dilaksanakan secara periodik secara berkala, berulang-
ulang kemudian ada yang langkah-langkah dan Tindakan untuk mengevaluasi
assesmen itu sendiri.

Renza : Menurut bapak, apa hal yang mungkin terjadi apabila guru tidak memiliki
konsep assesemen yang baik?

Pak Tukimin : Ya kemungkinan, dampaknya murid itu jadi kurang terkontrol ya, bisa
mengakibatkan miskomunikasi, kemudian bisa menimbulkan masalah baru
pendidikan, tidak terkontrol penilaian sikap keterampilan dan lain sebagainya.
Akan menambah pembelajaran kurang terkendali.

Renza : Mungkin pertanyaan selanjutnya mengenai indikator penilaian internasional,


menurut bapak, ap aitu indikator dari EDI, PISA, dan TIMSS?
Pak Tukimin : Kalau dari singkatannya saya belum pernah dengar EDI dan TIMSS, yang EDI
ini masih belum pasti ya, kalau PISA juga udah familiar dan juga udah pernah
dilakukan di sekolah, kemudian TIMSS udah pernah dengar cuman yang
menurut saya yang PISA ya.

Renza : Jadi menurut bapak yang PISA itu apa pak?

Pak Tukimin : Soalnya saya pernah melihat pelaksanaanya saja

Renza : Dari penilaian hasil belajar siswa lebih difokuskan ke indikator mana pak
diantara indikator penilaian internasional ini pak?

Pak Tukimin : Ini yang PISA lagi ini

Renza : Jadi mungkin di sekolah udah familiar dengan PISA, tapi menurut bapak
perbedaan dari penilaian indikator tersebut apa pak?

Pak Tukimin : Karena saya belum memahami EDI dan TIMSS mungkin saya belum bisa
membedakan itu, karena belum mengerti secara mendalam.

Renza : Studi indikator mana yang lebih sering dipakai dari ketiga indikator penilaian
internasional tersebut? Berarti itu PISA ya pak

Pak Tukimin : Iya PISA kayaknya

Renza : Nah, mungkin karena bapak udah mendengar PISA apa manfaat indikator
tersebut bagi pengajar dengan adanya indikator penilaian internasional tersebut
pak?

Pak Tukimin : Jadi, Kalau yang berkaitan dengan PISA itu merupakan tantangan bagi guru dan
murid biar kita lebih meningkatkan cara bernalar siswa demikian berkaitan
dengan HOTS (Higher Order Thinking Skills), berkaitan dengan berpikir
tingkat tinggi nah itu biasanya.

Renza : Mungkin dari semua itu kesimpulan mengenai semua wawancara ini baik
indikator penilaian internasional, assesmen bahkan monitoring dan evaluasi
Pak Tukimin : Kalau yang assemen biasa itukan secara rutinitas oleh guru, nah yang untuk
assesmen yang berkaitan dengan PISA untuk pembuatan soal-soal yang memicu
untuk siswa berpikir tingkat tinggi yang menjadi harapan pemerintah juga itu.
Jadi dua-duanya udah dilakukan tapi yang PISA ini khusus untuk evaluasi kalau
untuk asessemen reguler itu ya setiap kali masuk guru ke kelas biasanya.

Renza : Mungkin dari saya itu saja pertanyaannya, apabila ada kesalahan mohon maaf
terimakasih waktunya pak

Pak Tukimin : Ya sama-sama semoga bermanfaat.

Hari/Tanggal : Selasa/ 14 Februari 2023

Nama Pewawancara : Roiman Alexander Silitonga

Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Kota Jambi

Nama Guru/ Narasumber : Nadia Dio, S.Pd.

Transkrip

Roiman : Terimakasih atas waktu, sebelumnya perkenalkan nama saya Roiman Alexander
Silitonga dari Pendidikan fisika, Universitas Jambi. Tujuan saya disini adalah
untuk mewawancarai ibu mengenai “Konsep monitoring, evaluasi dan
pembelajaran konsep assesmen sebagai pengendalian mutu pendidikan serta
eksplorasi penjelasan indikator penilaian dari hasil lembaga survey internasional
pendidikan (EDI, PISA, dan TIMSS)” bu. Langsung saja bu, pertanyaan pertama
yaitu bagaimana cara ibu atau bapak melakukan monitoring pendidikan kepada
siswa yang kurang memiliki minta belajar ? Apakah monitoring yang ibu
lakukan sudah sesuai dengan standar kemendikbud?.

Ibu Dio : Monitoring untuk siswa yang tidak mau belajar biasanya kita kasih kesepakatan
sebelum masuk atau diberi sanksi kepada siswa nya. Dengan adanya sanksi yang
diberikan setidaknya mereka mau untuk belajar, begitulah monitoring yang dapat
ibu lakukan.
Roiman : Baik bu, yang selanjutnya apa saja yang harus ibu perhatikan sebelum
melakukan monitoring pendidikan kepada siswa ibu?

Ibu Dio : Pertama kita harus tahu dulu siswa kita itu karakternya seperti apa, misalnya di
kelas XI IPA 4akabn berbeda karakternya dengan kelas IPA 5, dan dari hal itu
kita akan tahu monitoring seperti apa yang cocok untuk kita gunakan. Jadi
intinya kita harus lihat karakter siswa nya.

Roiman : Jadi pertanyaan selanjutnya, apakah evaluasi yang bapak berikan kepada siswa
selama mengajar itu sudah sesuai dengan standar nasional pendidikan di
Indonesia?

Ibu Dio : Biasanya kalau penilaian dan tugas itu tidak ada terlalu rumit lagi, soalnya disini
pulang sekolah jam 4 kan, nah jadi siswa mengadakan diskusi di kelas dengan
waktu yang lama dan juga mengerjakan soal-soal latihan. Kecuali tugas yang
dikasih blum selesai mereka dapat mengerjakan nya di rumah, jadi tugas di
rumah tidak terlalu sering ada.

Roiman : Nah, Apa manfaat monotoring dan evaluasi pendidikan bagi seorang siswa, dan
apa dampak jika tidak dilaksanakan monitoring tersebut?

Bu Dio : Manfaat untuk siswa nya yang jelas siswa nya mau belajar, dia takut jika
sanksiya akan dilakukan

Roiman : Pertanyaan selanjutnya, apakah pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi


pendidikan mengikuti perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia?

Ibu Dio : Pelaksanaan monitoring berbeda pada kurikulum merdeka dan kurikulum K-13.
Materi untuk kurikulum merdeka itu sedikit, misalnya fisika untuk semester 1
bisa hanya 3 bab saja, tetapi untuk kurikulum K-13 materinya sangat kompleks
atau lebih banyak, misalnya kan ada kelas IPA dan IPS nah IPA mengupas fisika
nya dengan kompleks sedangkan pada kurikulum merdeka tidak terlalu dikupas
tuntas.
Roiman : Dalam melaksanakan pembelajaran, mengapa guru harus melakukan assesmen
terhadap hasil belajar siswa?

Ibu Dio : Ya penting, kita bisa tahu seberapa sih mengukur seberapa paham siswa terhadap
materi pelajaran yang sudah diterapkan di kelas walupun itu diskusi kelompok
ataupun dari ceramah yang ibu lakukan, jadi penilaian itu dapat mengukur siswa
mana yang sudah paham atau belum demikian menurut ibu.

Roiman : Lanjut bu, mengapa perlu assesmen dalam implementasi kurikulum atau
pelaksanaan pembelajaran?

Ibu Dio : Perlu dong, supaya kita tahu seberapa batas mereka bisa. Kalau misalnya
penilaian tidak dilakukan kita tidak tahu mana siswa kita yang bisa atau yang
tidak bisa.

Roiman : Mungkin pertanyaan selanjutnya mengenai indikator penilaian internasional,


menurut ibu, apa itu indikator dari EDI, PISA, dan TIMSS?

Ibu Dio : Oke, EDI itu education for all, sepengetahuan saya EDI itu adalah program
untuk anak usia 7-12 tahun, PISA itu program internasional berupa penilaian
untuk anak 15 tahun dan berdasarkan matematika dan sains, nah kita fisika kan
sains jadi penilaian ini sangat cocok untuk siswa SMA, sedang TIMSS
merupakan studi internasioanl tentang perkembangan matematika dan sains
begitu menurut ibu.

Roiman : Dari penilaian hasil belajar siswa lebih difokuskan ke indikator mana diantara
indikator penilaian internasional ini bu?

Ibu Dio : Kalau ini ibu belum paham sebab ibu belum pernah menggunakan aplikasinya ini
dan baru tahu mengenai EDI, PISA, dan TIMSS. Jadi kalau ditanya apakah
sudah diterapkan, jawabannya belum. Tetapi kalau yang cocok untuk fisika yaitu
PISA dan TIMSS karena berkaitan dengan sains dan usia nya juga sesuai dengan
usia anak SMA.
Roiman : Nah, mungkin karena bapak udah mendengar PISA apa manfaat indikator
tersebut bagi pengajar dengan adanya indikator penilaian internasional tersebut
pak?

Ibu Dio : Kalau saya sendiri manfaat untuk siswa nya sendiri yaitu gampang untuk
mengelompokkan siswa, mana siswa yang paham dan mana siswa yang tidak
paham, nah jadi lebih bermanfaat ke siswa nya gitu.
Hari/Tanggal : Rabu/ 15 Februari 2023

Nama Pewawancara : Rahmad Azizi

Nama Sekolah : SMA Negeri 3 Kota Jambi

Nama Guru/ Narasumber : Feriska, S.Pd.

Transkrip

Azizi : Assalamualikum warahmatulahi wabarakatuh bu. Terimakasih atas waktu,


sebelumnya perkenalkan nama saya Rahmad Azizi dari Pendidikan fisika,
Universitas Jambi. Tujuan saya disini adalah untuk mewawancarai ibu
mengenai “Konsep monitoring, evaluasi dan pembelajaran konsep assesmen
sebagai pengendalian mutu pendidikan serta eksplorasi penjelasan indikator
penilaian dari hasil lembaga survey internasional pendidikan (EDI, PISA, dan
TIMSS)” bu. Langsung saja bu, pertanyaan pertama yaitu bagaimana cara ibu
atau bapak melakukan monitoring pendidikan kepada siswa yang kurang
memiliki minta belajar ? Apakah monitoring yang ibu lakukan sudah sesuai
dengan standar kemendikbud?.

Ibu Feriska : Didalam pembelajaran banyak sekali kasus yang menyebabkan anak tersebut
kurang minat dalam pembelajaran. Apalagi ibu mengampu fisika yang dimna
fisika dikenal dengan menakutkan dan membosankan. Oleh karena itu ibu harus
melakukan renovasi pembelajar supaya pembelajaran fisika ni lebih seru dan
menyenangkan bagi anak murid. Jika ditanya apakah sesaui dengan standar
kemendikbud ibu menjawab iya. Karena pedoman ibu yaitu pada standar yang
ada dikemendikbud

Azizi : Baik bu, yang selanjutnya apa saja yang harus ibu perhatikan sebelum
melakukan monitoring pendidikan kepada siswa ibu?

Ibu Feriska : Yang pertama ibu lakukan yaitu, mengevaluasi setalah melakukan pembelajaran
trus merefleksi setelah itu melakukan tindakan monitoring

Azizi : Jadi pertanyaan selanjutnya, apakah evaluasi yang bapak berikan kepada siswa
selama mengajar itu sudah sesuai dengan standar nasional pendidikan di
Indonesia?

Ibu Feriska : Jika ditanya apakah sesaui dengan standar nasional, ibu menjawab iyaa. Karena
ibu selalu mengikuti pedoman pedoman kemendikbud dan juga mengikuti
PERMEN yang ada di standar nasional.

Azizi : Nah, Apa manfaat monotoring dan evaluasi pendidikan bagi seorang siswa, dan
apa dampak jika tidak dilaksanakan monitoring tersebut?

Bu Feriska : monitoring dan evaluasi adalah hal yang cukup penting dalam pembelajaran.
Karena dengan hal itu kita tau sampai mana kemampuan anak tersebut dalam
mengikuti perkuliahan dan dimana masalah anak tesebut dak fokus dalam
melakukan pembelaran. Dan jika kita tidak melakukan hal itu maka dari mana
kita mengetahui hal itu tersebut.

Azizi : Pertanyaan selanjutnya, apakah pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi


pendidikan mengikuti perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia?

Ibu Feriska : iya, tentunya iya. Karena pendidikan yang ada diindonesia harus mengikuti
kurikulum yang ada diindonesia supaya sama sama berjalan.

Azizi : Dalam melaksanakan pembelajaran, mengapa guru harus melakukan assesmen


terhadap hasil belajar siswa?
Ibu Feriska : Assesmen adalah langkah terakhir guru setelah melakukan kegiatan belajar
mengajar, dari situ kita tau apa yang kurang dari pembelajaran kita. Selain untuk
melihat hasil assesmen juga sebagai evaluasi bagi guru.

Azizi : Lanjut bu, mengapa perlu assesmen dalam implementasi kurikulum atau
pelaksanaan pembelajaran?

Ibu Feriska : Karena tugas guru yaitu merancang dan merencanakan pembelajaran. Dimana
pembelajaran yang sukses didapatkan dari perencanaan dan perancangan yang
matang dari guru. Dan juga setelah itu dilakukan assesmen sebagai evaluasi bagi
guru.

Azizi : Mungkin pertanyaan selanjutnya mengenai indikator penilaian internasional,


menurut ibu, apa itu indikator dari EDI, PISA, dan TIMSS?

Ibu Feriska : sebenarnya ibu masih awam dengan yang namanya EDI, dan ibu cukup banyak
mengenaliapa itu TIMSS dan PISA. PISA yaitu indicator yang ibu pakai dalam
pembalajaran yang dimana ibu membuar standar soal sama dengan yang ada di
PISA.

Azizi : Dari penilaian hasil belajar siswa lebih difokuskan ke indikator mana diantara
indikator penilaian internasional ini bu?

Ibu Feriska : Sama jawabanya dengan yang sebelumnya ibu menggunakan PISA sebagai
indicator penilian ibu dalam pembelajaran.

Azizi : Nah, mungkin karena ibu udah mendengar PISA apa manfaat indikator tersebut
bagi pengajar dengan adanya indikator penilaian internasional tersebut ibu?

Ibu Feriska : menjadi tolak ukur guru dalam pembelajaran jadi dalam mengajar banyak target
yang ibu ingin capai melalui indikator itu.

Anda mungkin juga menyukai