Anda di halaman 1dari 6

LANUN DAN TUK SEMBULUK

Pada zaman dahulu di sebuah pulau tepatnya di PULAU BELITUNG disalah satu desa yang konon
katanya hidup tentram dan damai yaitu desa Limbongan, namun ketentramannya tersebut terusik oleh
kedatangan Lanun. Lanun merupakan bajak laut jahat yang berwajah seram selalu menggunakan
topeng dan bercoreng yang merupakan ciri khas mereka. Mereka datang memasuki sungai sembuluk
dengan tujuan merampok barang-barang warga, hingga datanglah Tuk Sembuluk untuk menghentikan
tingkah para bajak laut/Lanun. Namun, gerombolan Lanun tersebut tidak menghiraukan Tuk Semuluk.
Maka dari itu Tuk Sembuluk menutup aliran sungai sembuluk dengan segenggam tanah. Sehingga para
Lanun tidak bisa kembali ke desa tersebut. Lalu wilayah tersebut di beri nama “TANAH SEKEPAL”

Mari kita saksikan bersama kelanjutan cerita LANUN DAN TUK SEMBULUK dari kelas XI.8

Suatu hari di sebuah desa yang sedang mengadakan acara adat yang biasa di sebut dengan MARAS
TAUN, warga-warga berkumpul bersama untuk memulai acara. Kik dukun memulai acaranya dengan
membaca do’a bersama.

Kik Dukun: baiklah untuk menghargai leluhur ada baik nya kita berdoa bersama (menuntun dan
membaca do’a)

Acara dimulai, masing-masing warga melakukan aktivitasnya ada yang sedang mengambil makanan, ada
yang lagi joget joget di panggung,dan ada yang lagi sibuk bermain.

Namun, suasana mulai berubah ketika diketahui kedatangan Lanun, warga seketika berhenti melakukan
kegiatan mereka, banyak warga yang bersembunyi untuk melindungi diri mereka sendiri. Lanun datang
dengan tidak tau malu meminta warga untuk memberikan semua harta bendanya. Jika tidak, mereka
mengancam akan membunuh.

Lanun 1: berikan aku semua harta yang kalian miliki, jika tidak kalian akan tau apa yang terjadi!

Para Lanun turun dari kapal untuk memulai aksi mereka, dengan itu membuat Kik Dukun dan Tuk
Sembuluk yang sedang mengobrol turun ke tanah untuk menanyakan apa yang terjadi

Kik Dukun: Kenapa ini ramai-ramai?

Kik dukun menoleh kearah para lanun dan lanun pun berkata

Lanun 2: Assalamualaikum kek kita datang mau ngerampok(HAHAHA)

Semua lanun pun ikut tertawa, Kik dukun pun dengan tegas berkata

Kik Dukun: Nyaman amat datang-datang nak ngerampok!


Kik Dukun: Kami disini sedang bergembira merayakan selamatan kampung, kalian datang tidak tahu
malu! diundang tidak, sekali datang kalian ingin merampok. Pergilah kalian sana!

Ucap kik dukun dengan suaranya yang lantang.

Lanun 1: HAHAHA kek kek kami datang kesini baik-

Kik Dukun: Baik-baik palamu, baru tadi kalian bilang ingin merampok dan mengancam kami. Itu yang
kalian katakan baik!

Kik dukun pun memotong percakapan lanun saking emosinya, hingga pada akhirnya Tuk sembuluk pun
ikut menyambung percakapan mereka.

Tuk Sembuluk: Pergilah, pergi ke tempat dimana kalian tinggal!

Lanun 3: Tidak bisa, kita kalau belum dapat merampok tidak akan pergi dari sini

Para lanun pun memulai aksi mereka, mereka mengambil beberapa emas milik warga dan beberapa
tanaman buah buahan, hingga isi rumah kik dukun pun di ombrak-ambrikan mereka

Kik Dukun: Aaa Aaa itu apalagi yang kalian cari dirumah aku!

Teriak kik dukun sambil berlari kearah rumahnya, dan kik dukun mencoba menghalangi para lanun
untuk mengambil harta bendanya.

Lanun 4: Minggir! jangan menghalangi kami

Kik dukun tersungkur oleh dorongan lanun, sambil menodongi senjata tajam kearah kik dukun

Tuk Sembuluk: Lepaskan dia! Jangan ganggu warga-warga disini, atau kalian akan merasakan akibatnya.

Ucap Tuk Sembuluk dengan lantang.

Lanun 5: Kami tidak takut dengan ancamanmu, yang terpenting adalah harta kalian.

Lanun 6: HAHAHA memangnya apa yang bisa kalian lakukan?

Ucap para Lanun meremehkan ancaman Tuk sembuluk, disisi lain para warga pun mencoba
mempertahankan harta berharga mereka

Warga 1: Tidak bisakah kalian mencari uang lebih baik dari pada merampok? kami disini juga berkerja!

Warga 2: Benar, lebih baik kalian pergi dari kampung kami!

Warga 3: Dasar kalian lanun miskin!

Warga yang tidak terima harta berharga mereka dirampas, meluapkan emosi dengan makian .

Lanun 1: Tutup mulut kalian! Cukup serahkan saja harta yang kau punya.
Warga pun terdiam dan pasrah mendapat bentakan dari lanun, lanun pun puas melihat ketakutan para
warga lalu mereka melanjutkan aksinya mengambil harta benda dari setiap rumah. Mereka mendatangi
semua rumah yang ada dikampung itu, hingga tibalah mereka dirumah paling terakhir yaitu rumah dari
kakak beradik yang merupakan anak yatim dan memiliki ibu yang sakit-sakitan.

Pintu didobrak dari luar, mengeluarkan suara yang menggelegar seisi rumah. Kakak adik itu pun terkejut
mendengar suara tersebut.

Lanun 3: Geledah rumah ini!, serunya kepada lanun yang lainnya

Lanun 4 : Aku menemukan satu tandan pisang ini untuk persedian makanan kita dikapal

Kakak: Jangan ambil pisang itu, itu adalah makanan terakhir yang kami punya. Pintanya dengan
memohon berharap lanun itu mengasihaninya.

Lanun 2: Diam kau! memangnya kami peduli,(sambil mengacungkan senjata).

Namun si kakak tidak menyerah begitu saja, dan terus mencoba memohon demi makanan untuk sang
ibu dan adiknya.

Adik: Sudah kak biarkan saja, mereka membawanya. Ucap sang adik dengan meringis ketakutan.

Kakak: Tapi dik, ini adalah satu – satunya makanan yang kita punya.

Karna dirasa memohon tidak cukup, ia mencoba merebut kembali pisang tersebut dari tangan sang
lanun. Terjadi tarik menarik antara si lanun dan si kakak. Karna adanya perbedaan kekuatan si kakak pun
jatuh tersungkur.

Adik: Kakak!!!

Warga yang menyaksikan kejadian tersebut, sangat marah. Sungguh kejam sekali kelakuan yang
diperbuat para lanun.

Kik Dukun: kalian para bedebah! Tidak cukupkah kalian merampas harta benda milik para warga,
sehingga tega merebut makanan dari anak yatim.

Warga 1 2 3 : Betul kik! Mereka sungguh tak punya hati nurani

Para lanun yang merasa tersinggung mendengar ucapan kik dukun dan warga, para lanun mengajak
untuk bertarung adu kekuatan. Sehingga terjadilah pertarungan besar antara para lanun dan warga.

Lanun 1: Kalau kalian tidak terima mari adu kekuatan saja, yang kalah harus meninggalkan kampung ini,
ucap sang ketua lanun.

Kik dukun: Baiklah, saya terima tantangan mu, jika kalian kalah jangan pernah kembali menginjak kan
kaki dikampung kami.
Setelah itu terjadilah pertarungan antara kik dukun dan ketua lanun dengan senjata yang sangat
dikuasai oleh kik dukun yaitu parang. Pertarungan dimulai sangat sengit, situasi menjadi semakin
memanas dengan kekalahan awal dari kik dukun. Sang ketua lanun pun merasa bangga dengan
kemenangan pertamanya.

Warga 1 2 3 : Kikkkkk!!! ( Teriak khawatir para warga.)

Lanun 1: HAHAHA ternyata kau sangat lemah, dan kemampuanmu pun tidak hebat.

Kekalahan kik dukun mengundang banyak gelak tawa bagi para lanun.

Lanun 5: Kau sudah tua bangka, berani melawan ketua kami yang gagah haha

Lanun 6: Lebih baik kau menyerah saja!

Kik dukun hanya diam saja mendengar semua ejekan dari para lanun, namun para warga yang malah
terpancing emosi. Tetapi kik dukun mencoba meyakinkan para warga untuk tetap tenang.

Kik Dukun : Jangan berbangga diri dulu kalian, ingatlah bahwa kemenangan diawal bukanlah
kemenangan sesungguhnya.

Para warga: Betul itu kik, jangan berbangga diri dulu kalian!

Pertarungan pun dilanjutkan, kik dukun sempat kewalahan. Namun hal tersebut dapat teratasi dengan
mudah, kemenangan pun berhasil diraih oleh kik dukun. Sorakan kegembiraan para warga bergemuruh,
para lanun tidak terima akan kekalahannya. Melihat kegembiraan para warga lanun pun merasa harga
dirinya jatuh.

Lanun 1: Aku tak terima dengan penghinaan ini !

Lanun 4: Bagaimana kalau kita serang saja mereka?

Sang ketua lanun merasa murka dan terhasut dengan perkataan anak buahnya.

Dan ketua lanun kembali memerintahkan anak buahnya untuk menyerang para warga, dan para warga
pun ikut menyerang para lanun. Hingga terjadilah pertarungan besar pada hari itu.

Lanun 5: Serang mereka!!!

Warga 1 2 3: Kita tidak bisa diam saja , ayo lawan mereka!

Pertarungan berlangsung sengit, satu – persatu para lanun berjatuhan dan dentingan suara senjata pun
jelas terdengar.

Warga 1 2 3: Hey kalian lebih baik menyerah saja dan pergi dari kampung kami

Kik Dukun: Lebih baik kalian pergi sekarang !


Lanun 1: Aku tidak akan menyerah semudah itu, sebelum aku yang menang

Kik Dukun : Oh sungguh keras kepala kalian ini, sudah jelas kami menyuruhmu pergi secara baik-baik
tapi kau malah mengajak untuk bertarung.

Lanun 1: HAHAHA apakah kalian takut! Sungguh lemah

Tuk sembuluk: Apakah kalian tidak tau daerah ini kekuasaanku, lebih baik kalian pergi sekarang sebelum
aku yang bertindak dan kalian akan menanggung akibatnya.

Lanun 1: HAHAHA kamu pikir aku akan takut dengan ancamanmu, kau hanya seorang tua bangka, kau
bisa apa!

Tuk sembuluk: Walau pun aku sudah tua aku bisa mengalahkan kalian semua, kau yakin akan menang!

Lanun 1: Cihh hey tua bangka kau jangan meremehkan aku, aku pasti akan menang!

Tuk sembuluk: Kau yakin!

Dengan sombongnya lanun melawan tuk sembuluk, namun tak membuahkan hasil yang baik karena
justru ia yang kalah.

Tuk sembuluk: Kau sudah kalah, sekarang kalian pergi saja dari sini dan jangan pernah kembali lagi

Lanun 1: Baiklah kami mengaku kalah, kami akan pergi dan kembali ketempat asal kami, pasukan ayo
kita pergi !

Dengan kalahnya pasukan lanun, mereka pun kembali ketempat asal mereka dan berjanji untuk tidak
kembali menginjakkan kaki mereka dikampung Limbongan lagi. Dengan begitu tuk sembuluk menutup
jalur perairan disungai yang para lanun lalui dengan sekepal tanah, dan jadilah sebuah pulau yang diberi
nama Pulau tanah sekepal. Warga Limbongan merasa terharu sekaligus bahagia dengan kepergian para
lanun.

SEKIAN CERITA KAMI TERIMA KASIH

Penyusun naskah:

- RIFKY ALFARIS
- ARISANDA
- TIKA SEPTIANTI
- DESI
- NADIA PUTRI
- SITI JARA F
- ADELIA NOVITA
PEMERAN:

- RIFKY ALFARIS ( LANUN 4)


- NADIA PUTRI (LANUN 2)
- ARISANDA (LANUN 3)
- TIKA SEPTIANTI ( LANUN 5)
- REVI ROMANSYA (LANUN 1)
- ZICO RAMADHAN ( LANUN 6)
- DESI (ISTRI TUK SEMBULUK)
- SOPIAN ARMADIN (TUK SEMBULUK)
- FERDY AGRIAN ( KIK DUKUN)
- RAIHAN ALARIZ ( ANAK TUK SEMBULUK)
- ADELIA DEVIANTI ( KAKAK)
- MARTA ANGELA (ADIK)
- NABILA AWALIYAH (IBU)
- ZAIN NURAINI (ANAK TUK SEMBULUK)
- SANDI ( WARGA)

MUSIK LATAR:
MALIK AMRULLAH

NARATOR:
NABILA AWALIYAH

Anda mungkin juga menyukai