Anda di halaman 1dari 395

Tiraikasih Website http://kangzusi.

com/

Karya : Ceng Ceng Yin/Zheng Zheng Yin (The Ceng In) Diceritakan oleh : OKT (1959) Sumber djvu Manise Ebook oleh : Dewi KZ http://kangzusi.com/ atau http:// http://dewikz.byethost22.com/ Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) O.K.T. (Oey Kim Tiang), 1903 - 1995 Pertempuran di Lembah "Bunga Hay Tong" - Hay Tong Kok/ OKT. (Oey Kim Tiang), Surabaya: Wastu Lanas Grafika bekerja sama dengan Masyarakat Cerita Silat, 2007.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

i v + 341 halaman; 13 x 18 cm ISBN 978-979-3743-86-8 1. Cerita Silat 2. Judul Pertempuran di Lembah "Bunga Hay Tong" - Hay Tong Kok Cetakan pertama: Keng Po, Jakarta, 1958. Cetakan kedua: Wastu Lanas Grafika, Surabaya, Agustus 2007. I "Cuncu, ke dalam daerah kita ada masuk sebuah perahu asing," demikian laporan satu penduduk pada ketuanya, Tan Tay Yong. "Perahu itu datangnya tadi siang, penumpangnya ada satu nona umur tujuh atau delapan belas tahun. Kita tadinya tidak terlalu perhatikan kendaraan itu, sampai sudah jauh lewat lohor, ia masih belum mau berlalu, maka itu, aku datang melaporkan." "Jikalau penumpang perahu itu tidak ada orang lelakinya, ia barangkali tidak ketahui aturan kita di sini," berkata si ketua. "Sekarang kau jangan ganggu padanya atau bertindak sembarangan, hanya pasang mata saja malam ini, besok kita nanti lihat lebih jauh. Larang siapa juga hampiri atau naiki perahu asing itu, kita semua ada laki-laki sejati, jaga jangan sampai orang bilang kita menghina orang perempuan. Kita dapati dusun kita ini mengandal sama tenaga kita, dari itu, kita mesti jaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

nama baik kita. Aku ingin laranganku ini diturut, jikalau tidak, hati-hati, jangan nanti sesalkan aku keterlaluan!" "Baik, cuncu," berkata penduduk itu yang segera

undurkan diri. Tan Tay Yong adalah ketua dari Giokliong-giam Hiecun, dusun perikanan dari lembah Giokliong-giam. Dusun ini berada di bawahan, di sebelah ilir dari sungai Englok-kang. Sungai ini berada dalam daerah Losiauwsan, di Oulam. Di sebelah udik, di atasan Englok-kang, ada berdiam rombongan penduduk lainnya, begitu pun di sebelah bawahan dusun perikanan ini, ada lagi lain-lain penduduk. Hiecun tidak punya perhubungan dengan tetangga-tetangganya; malah dengan rombongan dari Englok-kang udik mereka berselisih, sebab merekalah yang dimusuhi. Hiecun ada satu daerah yang bagus, indah pemandangan alamnya, sungainya banyak ikannya, daratannya ada sawah kebunnya, hingga di air mereka bisa tangkap ikan, di darat mereka dapat potong padi dan pungut hasil tanaman lainnya. Maka dalam semua musim mereka dapat hidup dalam kecukupan, apapula memang mereka semua hidup sederhana, makan pakainya hemat, malah bahan pakaian pun mereka tenun sendiri. Di bawah anjurannya Tan Tay Yong juga mereka semua mempunyai simpanan uang, hingga umpama kata mesti nganggur sekian waktu, mereka tidak akan kekurangan belanja. Keadaan ada lain bagi pihak penduduk Englok-kang udik: mereka tidak bersawah kebun, tidak bercocok tanam, kalau musim paceklik mereka nampak kesukaran, sedang di musim pasang, mereka kebanjiran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Giokliong-giam Hiecun ada punya aturan sendiri yang diadakan untuk keselamatan diri sendiri, yaitu melarang orang lain tempat datang menangkap ikan dalam daerahnya, melarang orang lain kampung datang tinggal di dusunnya, malah orang tidak boleh bermalam di situ. Untuk pesiar, orang diberi ketika juga, tetapi tidak dalam rombongan-rombongan. Larangan ini diikuti kekerasan, ialah andaikata ada yang melanggarnya, orang yang melanggar itu lantas diusir, kalau perlu dengan paksa. Satu kali telah terbit bentrokan antara pihak Hiecun dan pihak Englok-kang udik. Sebabnya ialah serombongan penduduk Englok-kang datang menangkap ikan. ketika dilarang, mereka melawan, hingga kedua pihak jadi bertempur Kesudahannya pihak Englok-kang kalah dengan kerusakan.

Pihak Englok-kang juga penasaran, karena mereka anggap pihak Hiecun sudah rampas daerah yang makmur itu, yang mereka anggap ada termasuk dalam daerah mereka, sedang dengan dirampasnya dusun itu, mereka jadi kehilangan daerah air yang banyak ikannya Pihak Tan Tay Yong adalah pengungsi dari daerah sungai Hucun-kang. Tadinya, dalam satu rombongan mereka datang ke Hiecun untuk menangkap ikan, dari hanya bermondok, lantas mereka berumah tangga, hingga tempat itu merupakan satu kampung kecil. Jumlah mereka ada kira-kira tujuh puluh keluarga. Tapi, meski kecil jumlah mereka, namun mereka sangat ragem dan kuat. Memang mereka ada asal rombongan nelayan yang berani. Sebenarnya pihak Hiecun ada dari rombongan Kiushe Hiekee, yaitu rombongan Nelayan Sembilan She dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hucun-kang. Rombongan ini ada mempunyai orangorang yang gagah, paling belakang masih ketinggalan dua tetuanya yang lie-hay, yaitu Hiejin Tan Ceng Po dari Tonglouw dan Lim Siauw Chong dari Liongyu. Berdua mereka jarang muncul, kalau mereka atau salah satunya datang, tentu untuk urusan penting, yaitu Hiecun berada dalam bahaya atau ada salah satu anggota keluarga yang main gila dan perlu dikendalikan. Mereka lakukan penilikan secara diam-diam pada anak cucunya. Pihak mereka tidak bergaul dengan pihak lain tapi mereka juga tidak mau ganggu lain orang. Maka itu, Tan Tay Yong selalu berjaga-jaga, supaya daerahnya tidak ada orang yang datangi. Begitulah lantas ada datang laporan berhubung kedatangannya perahu asing itu. Perahu asing itu muncul di harian yang indah dari musim Cui dari siang sampai sore ia tidak berlalu lagi, tidak heran kalau penduduk Hiecun jadi bercuriga, hingga mereka pasang-mata. Meski begitu, Tan Tay Yong hendak berlaku hati-hati. Besoknya, sampai terang tanah, perahu asing itu tetap masih belum berlalu. Sekarang diketahui, kecuali si nona sebagai penumpang, ada lagi satu orang perempuan, satu nyonya setengah tua. Berhubung dengan ini, Tan Tay Yong telah menerima laporan yang kedua kali. Tapi, meski demikian, ia belum mau ambil tindakan. Ia tidak percaya bahwa orang mau tinggal menetap.

Kemudian datang laporan yang ketiga, kali ini adalah halnya perahu asing itu telah pergi, entah ke mana Tan Tay Yong segera pergi memeriksa, ia dapati laporan itu benar adanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Bagus!" pikir Tan Tay Yong. "Memang lebih baik ia pergi siang-siang, kita jadi tidak usah pusing kepala! Syukur aku tidak bertindak sembrono...." Tapi, selagi ia memandang jauh ke sungai, tiba-tiba matanya melihat sebuah perahu kecil sedang mendatangi. Perahu itu memakai layar, lajunya pesat laksana anak panah. Cepat sekali perahu itu sudah mulai masuk ke dalam daerah Hiecun. Layar sudah lantas diturunkan, tapi perahu maju terus, sekarang karena pengaruhnya penggayuh. Ketua Tan melihat di kepala perahu ada satu nona dan di belakangnya ada satu nyonya yang menggayuh perahu. Perahu itu telah dikepinggirkan ke tempat yang kemarin. Si nona pandang Tan Tay Yong sekian lama, lantas ia singkap papan perahu akan keluarkan satu rantang penuh makanan, dengan membawa itu ia masuk ke dalam gubuk perahu. Tay Yong bertindak maju sampai dekat ke muka perahu yang ia awasi dengan teliti. Ia dapat kenyataan, kendaraan itu bukan kepunyaan pihak Englok-kang. Ia tadinya hendak menanya mereka itu orang dari mana dan bermaksud apa datang ke Hiecun, tapi ia harus batalkan niatannya, karena kedua orang perempuan itu selanjutnya tidak muncul pula. Terpaksa ia ngeloyor pulang dengan anggapan, karena mereka ada orangorang perempuan, seharusnya mereka bukan orang jahat atau dari pihak musuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di lain harinya lalu ternyata bahwa dua perempuan itu tidak niat berlalu dari Hiecun yang terlarang itu. Mereka telah mendarat dan menempati sebuah gubuk tertutup papan yang mencii sendirian di tepi sungai. Itu ada gubuknya satu familie nelayan yang datang ke situ pada dua tahun berselang, tetapi mereka telah diusir oleh pihak Hiecun dan berlalu dengan tinggalkan gubuknya itu yang mereka tidak bikin rusak atau bongkar. Karena telah lama tidak diisi, gubuk itu rusak di sana-sini. Tapi gubuk itu diperbaiki oleh si nyonya dan nona, hingga

tidak lagi ada yang bocor atau berlubang. Lagi-lagi Tan Tay Yong menerima laporan. "Sekarang ini tidak bisa lain, mereka itu harus diusir," demikian penduduk kampung itu. "Kita tidak bisa ijinkan orang asing tinggal nyelak di antara kita!" "Sabar," berkata ketua itu. "Jangan kita bertindak sembarangan atau ganggu mereka. Mereka ada orangorang perempuan, kita tidak boleh berlaku kasar. Tunggulah, aku tahu bagaimana harus bertindak. Siapa tidak dengar aku, akan dihukum menurut aturan kita!" Penduduk itu terpaksa menurut. Mereka hanya menaruh perhatian saja. Kuatir penduduknya main gila, pada suatu sore dengan diam-diam Tan Tay Yong pergi ke gubuk tua itu. la berniat menanyakan keterangan pada kedua orang asing itu. Di tepi sungai tertambat perahu kecil itu. Dari dalam gubuk, sinar api molos keluar. Jendela yang terbikin dari bambu telah ditempelkan kertas. Menghampiri pintu, Tan Tay Yong sengaja batuk-batuk selaku tanda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nyonya dan nona, aku sengaja datang berkunjung!" ia berkata. "Ada suatu urusan yang aku hendak bicarakan kepadamu berdua!" Daun pintu segera terpentang dan si nona muncul di muka pintu, ia manggut pada si ketua. "Ibu, cuncu datang berkunjung!" ia berkata pada ibunya. "Rumah kita begini macam, cara bagaimana dapat kita sambut tamu di sini?" Sambil berkata demikian, si nona tetap berdiri di tengah pintu, rupanya ia seperti kuatir ketua Tan akan menyerbu masuk.... Lantas dari dalam terdengar suaranya si nyonya setengah tua, 'Cuncu unjuk muka terang pada kita, cara bagaimana kita bisa tidak sambut padanya? Silakan cuncu masuk!" Si nona lekas-lekas berdiri nyam-ping, ia menjura pada Tan Tay Yong. 'Cuncu, silakan masuk!" ia mengundang. "Silakan duduk di dalam!" Tan Tay Yong terima undangan itu, ia bertindak masuk. Si nyonya telah muncul, ia terus unjuk hormat pada tamunya

'Cuncu, sudikah kau maafkan kami," berkata ia. "Sebenarnya begitu lekas kami datang ke Giokliong-giam, kami harus kunjungi kau, tak disangka sekarang cuncu adalah yang mendahului kami. Sungguh kami merasa kurang enak. Kami ada ibu dan anak yang terlunta-lunta hingga hidup mirip sebagai pengemis, maka itu, dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kebaikan cuncu, kami hendak tinggal di sini untuk sementara waktu saja Kami tidak mempunyai apa-apa di sini, sampai pun kursi tidak ada, kecuali bangku tua ini. Silakan duduk!" Memang juga Tan Tay Yong tidak lihat perabotan lainnya dalam ruangan itu, malah pembaringan terbikin dari dua lembar papan pintu tua, yang hanya diganjal bawahnya. Apa yang aneh, demikian miskin perlengkapannya rumah, tapi segala apa ada sangat bersih, begitu juga bersihnya pakaian dari ibu dan anak itu, meskipun pakaian mereka ada dari bahan cita yang murah. Bangku kecil ada di dekat jendela, di situ Tay Yong duduk. Nyonya rumah duduk di pembaringan, di samping berdiri gadisnya. "Aku belum ketahui she dan namamu, nyonya," Tay Yong kemudian tanya. "Nyonya berdua sebenarnya ada asal mana?" "Kami ada dari kaum keluarga Yan," sahut si nyonya, "kami asal Ciantong di Ciatkang tetapi sudah satu tahun lebih kami mengembara di Sucoan. Di kampung kami, kami tidak mempunyai sanak keluarga pula, kami sekarang tinggal berdua saja. Karena sejak muda hidup di atas air, kini pun kami terpaksa main di perahu saja. Cuncu telah kunjungi kami, mungkinkah ada suatu urusan penting?" Tay Yong heran. Kenapa nyonya itu dan anaknya ketahui ia ada ketua Hiecun? Bukankah mereka ini baru datang dan tidak pernah bicara pada salah satu penduduk, malah sebaliknya penduduk rata-rata niat usir mereka? Kenapa si nyonya nampaknya tidak puas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terhadap kunjungannya ini? Mau tidak mau, ia lalu bicara dengan sikap sungguh-sungguhkan toanio," berkata ia, "aku datang kemari karena desakannya penduduk nelayan dari dusunku ini. Baiklah aku berikan keterangan. Giokliong-giam Hiecun ini dibuka oleh kami, kami tidak punya perhubungan dengan pihak mana juga,

kami hidup mengandel tempat dan tenaga sendiri. Oleh karena kami hidup menyendiri, kami pun telah adakan aturan istimewa, ialah melarang lain orang yang bukan sekaum atau segolongan tinggal di dalam daerah ini. Kau berdua telah datang secara mendadak dan lantas tinggal di rumah ini, perbuatanmu ini ada bertentangan dengan aturan kami. Nyonya berdua biasa hidup di atas air, nyonya niscaya ketahui sifatnya kaum nelayan. Mereka itu berniat minta nyonya berdua lekas keluar dari daerah ini, tetapi aku cegah tindakan lancang dari mereka. Kau berdua sebagai orang-orang perempuan, kami tidak ingin menghina, maka itu, aku telah datang dengan maksud baik. Ini ada keteranganku yang sebenarnya, nyonya. Dusun kami ini ada aman dan makmur sekalipun di musim paceklik, kami masih tidak kekurangan suatu apa. Pribahasa kata, satu keluarga hidup senang, lain keluarga penasaran. Ini sudah terjadi dengan kami. Kami yang hidup cukup dan senang, telah membuat pihak Englokkang udik menjadi jelus dan berdengki, malah mereka niat merampas daerah ikan kami. Karena ini, kami pernah bentrok satu kali, dengan demikian kami selalu berjaga-jaga, sebab kami kuatirkan serangan yang kedua, yang mestinya ada terlebih hebat. Oleh karena itulah kami tidak bisa ijinkan orang asing tinggal di dalam dusun kami. Sekarang kami minta nyonya dan anakmu suka berdaya, lebih lekas lebih baik, karena benar-benar kamu berdua tidak dapat tinggal di sini. Diumpamakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

anak-anak muda kami bertindak lancang, terang dengan begitu kami jadi menghina pada nyonya berdua. Tidakkah nyonya pun ada berpikir demikian?" Baru saja Tan Tay Yong tutup mulutnya, atau nyonya itu sudah bersenyum tawar. "Inilah aneh!" katanya. "Kami berdua hidup di atas perahu butut sejak banyak tahun, di tempat mana saja yang ada ikannya, kami selalu singgah untuk menangkap ikan, sampai sebegitu jauh kami ada merdeka. Tan cuncu, kau ada orang dari kaum Sungai Telaga, kau niscaya ketahui bahwa sungai ada kepunyaan orang banyak dan 'Su hay wie kee' empat penjuru lautan adalah rumah kita! Kau bilang, daerah ini kau yang buka, hasilnya semua kau yang punya, hingga kau larang lain orang turut mengecap. Tapi di sebelah itu aku ketahui, negeri adalah kepunyaan pemerintah agung,

sebagaimana Giokliong-giam Hiecun ini pun tidak menjadi kecuali! Cuncu, apakah bisa jadi, daerah ini kau telah beli semua? Kami telah datang kemari, kami berdua adalah orang-orang perempuan dan pula melarat, melihat keadaan kami, kami memang tahu gampang orang memandang hina pada kami. Karena itu, kita tahu diri! Kami hidup dari hasil sungai, tetapi kami tidak berani tangkap ikan di dalam kalangan ini, maka untuk menangkap ikan, kami pergi keluar daerah. Begitupun untuk tinggal, kami tidak berani masuk ke Hiecun, kita hanya pilih gubuk ini di mulut muara, gubuk yang kosong dan rusak. Dengan tinggal di gubuk reyot ini, kami sama saja dengan orang yang dirikan gubuk saung, melulu untuk lindungi diri dari serangannya angin dan hujan. Tapi cuncu, kau larang kami menumpang di sini, apakah maksudmu yang sebenarnya? Undang-undang negeri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memang keras, meski begitu, tidak nanti negeri tutup semua sungai, telaga dan laut! Kami tinggal di sini, cuncu, tetapi tidak nanti kami ganggu pihakmu. Anakku ini adalah yang biasa tangkap ikan, ia mempunyai kebisaan sendiri. Kalau pihakmu sedang menangkap ikan, kami akan menyingkir jauh-jauh, bukankah itu tidak mengrecoki? Kami sekarang sudah tinggal di sini untuk sementara waktu, kami tidak bisa lantas pindah, maka, cuncu, harap kau suka berlaku murah...." Tan Tay Yong tercengang, itulah jawaban yang ia tidak sangka-sang-ka. Dan jawaban itu sangat beralasan, hingga ia tidak dapat jalan untuk membantahnya. Tapi di sebelah itu, ia juga merasa tidak puas mendengar lagu suara yang menantang itu. "Yan toanio, aku sebenarnya datang dengan maksud baik," ia berkata, dengan mencoba berlaku sabar. "Menurut katamu, nyonya, sudah terang kau tidak niat berlalu dari sini, meski demikian, aku masih hendak pakai aturan. Aku hendak berdamai nyonya, kenapa kau artikan secara keliru? Jikalau kau tetap tinggal di sini, bagimu bahayanya ada banyak, andaikata orang-orang muda dari kampung ini tidak mau mengerti dan mereka ambil tindakan yang tidak pantas, yang tidak menguntungi kau, aku benar-benar tidak dapat bertanggung jawab. Karena benar-benar aku tidak sanggup kendalikan lagi mereka itu. Dalam hal ini, aku minta nyonya tidak sesalkan aku...."

Air mukanya Yan Toa Nio tidak berubah meski ketua Hiecun telah menyatakan demikian. "Aku tidak berdaya, cuncu," katanya. "Sekarang baik cuncu jangan pedulikan lagi pada kami, ibu janda, anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

piatu. Apakah kami sudah ditakdirkan berperuntungan buruk! Kami terima. Tetapi aku bisa terangkan, kami berdua belum pernah lakukan apa-apa yang bertentangan dengan pri-kemanusiaan dan pri-keadilan, maka aku percaya kami akhirnya tidak akan ketemui orang yang mengandung maksud jahat terhadap kami. Andaikata penduduk Hiecun hendak mengganggu kami, apa boleh buat. Kami berdua telah merasa beruntung masih bisa hidup sampai sekarang, apa yang akan terjadi selanjutnya, kami tidak pikirkan.... Kami anggap jiwa kami sebagai benda yang tidak ada harganya...." Tan Tay Yong jadi bertambah mendongkol. Nyonya itu bicara dengan sabar, tetapi kata-katanya sangat tajam menusuk hatinya. Ia datang dengan maksud baik, siapa nyana, orang telah salah mengerti. Lantas, sambil tertawa dingin, ia berbangkit. "Yan toanio, aku mesti sesalkan diriku yang usilan," katanya, yang masih coba kendalikan diri. "Aku telah menjadi nelayan duapuluh tahun lamanya dan hidup di muka air, selama itu aku selalu bawa sikap terus terang, aku menjunjung pri-kemanusiaan. Kau telah datang ke tempat ini, aku tidak niat menghina kau dan tidak pernah pikir untuk mengganggu, inilah sebabnya aku datang sendiri padamu. Aku merasa bahwa sebagai ketua aku ada lemah, tetapi tidak pernah berlaku kurang hormat pada orang luar yang datang kemari, dan itu menyesal aku telah menyebabkan toanio jadi tidak puas. Maaf, aku telah gerecoki kau berdua. Sampai lain hari!" Lantas ia berbangkit. Yan Toa Nio juga berbangkit dan berkata, "Jangan mengucap begitu, cuncu. Kau tidak gerecoki kami. Biasanya saja kalau orang mengurus satu pada lain. Malah aku berterima kasih untuk sikapmu ini. Tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kita berada dalam kesukaran, andaikata mesti berlalu dari sini, barangkali tidak ada lain tempat di mana kami bisa tumpangkan diri. Cara bagaimana kami bisa pindah lagi? Cuncu, maafkan kita..." Tan Tay Yong dalam kemendongkolannya tidak ingin menyahuti nyonya itu. "In-jie, antarkan cuncu," sang nyonya berkata pula.

"Kau sudah besar, cuncu datang untuk unjuk kebaikannya, kenapa kau berdiam saja?...." Si nona tidak jawab ibunya, ia hanya pergi antarkan tamu yang tidak diundang itu. Selagi tadi ia masuk, Tan Tay Yong kurang perhatikan di sekitarnya, tetapi sekarang, ia heran melihat di dalam pekarangan ada lima buah batu besar sekali, setiap batu barangkali beratnya ada tiga atau empatpuluh kati, ditaruh berbaris rapi. Ia tahu, batu sebesar itu tidak terdapat di sekitar mulut muara, hanya di kaki bukit Giokliong-giam. Tapi ibu dan anak itu baru saja sampai, cara bagaimana mereka bisa datangkan semua batu itu? Meski hatinya bersangsi, Tan Tay Yong berjalan terus. "Maaf, cuncu, aku tidak mengantar lebih jauh!" berkata si nona, sesampainya ketua ini di luar pagar pekarangan. "Kalau ada tempo, sudilah kau datang pula ke sini untuk pasang omong...." "Silakan kembali, nona," sahut Tay Yong, sambil putar tubuhnya. Dengan tidak sungkan-sungkan, si nona tutup pintu pagar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baru saja Tan Tay Yong jalan tiga tindak segera ia dengar suara tertutupnya pintu gubuk, hingga ia menjadi heran. "Begitu cepat jalannya," pikir ia. Tanpa merasa ia merandek, balik ke pintu pagar dan mengintip ke dalam. Benar saja, si nona telah menghilang ke dalam rumahnya! Lantas dari dalam rumah terdengar suara tertawa, disusul dengan ucapan, "Pasti ia mendongkol bukan main!" "Eh, In-jie, apa kau bilang?" terdengar tegurannya si nyonya tua. "Tamu kita itu tentu belum pergi jauh...." Tan Tay Yong coba mendengari, akan tetapi rumah itu jadi sunyi sirep, maka dengan masgul, ia lanjuti perjalanannya pulang. Terang nyonya dan anaknya itu mencurigai, ia menduga-duga. Ada luar biasa, sebagai orang-orang perempuan, mereka hidup berduaan saja di muka air untuk bergaul dengan orang laki-laki dari segala macam tingkatan. Katanya mereka ada nelayan, tetapi roman dan keadaan mereka tidak menunjuki sebagai orang-orang kasar yang biasa hidup melarat dan bersengsara. Tidak bisa jadi mereka ada nelayan tulen. Tetapi, kenapa perlengkapan rumah mereka ada

demikian miskinnya? "Anehnya, mereka tidak takuti aku?" cuncu ini pikir lebih jauh. "Dengan maksud baik aku minta mereka pindah, kenapa mereka membelar? Aku seorang yang banyak pengalaman, tetapi tidak mampu menduga ibu dan anak itu ada dari golongan mana...." Tay Yong pergi dengan tidak diketahui oleh penduduk kampung, tetapi toh ada orang yang dapat lihat ia pergi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ke gubuk itu. Kendati mereka ini tidak berani mengikuti, tetapi mereka toh menunggui di muka kampung. "Kapan mereka ingin pergi?" demikian pertanyaan mereka. "Ibu dan anak itu tidak punya andalan," Tay Tong sengaja simpangi, "dan mereka telah dihinakan oleh pihak Englok-kang udik, maka itu, mereka telah menyingkir kemari, katanya untuk sementara waktu saja. Di sini mereka merasa lebih aman. Aku minta kamu jangan melakukan apa-apa yang tidak pantas terhadap mereka itu." Keterangan ini dipercaya oleh beberapa penduduk kampung itu, mereka lantas bubaran. Tay Yong pulang terus ke rumahnya. Keluarganya hidup sederhana, la tinggal bersama isteri dan anak gadisnya, Giok Kouw, yang baru berusia enambelas tahun. Anak ini ia ajarkan silat dan berenang. Giok Kouw sering bersama-sama kawan sepantarannya, berlomba kemudikan perahu. Ia berotak terang, maka oleh ayahnya ia suka diajak berdamai, sedang isterinya, Tay Yong seperti kesampingkan. Malam itu Tay Yong pulang dengan masgul, ia minum beberapa cangkir arak menghibur dirinya. Setelah itu, ia terus naik ke pembaringan akan tidur. Sejak pulang ia tidak mengucapkan sepatah kata. Giok Kouw melihat sikap ayahnya, ia tidak berani menanyakan, tetapi besoknya, justru hawa udara jelek dan nelayan-nelayan tidak ada yang pergi tangkap ikan, ia samper-kan ayahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kau nampaknya tidak gembira, ayah, kenapakah?" ia bertanya. "Kenapa ayah tidak ingin bicara dengan anakmu?" "Sebenarnya aku bukan tidak bergembira," Tay Yong jawab. "Sejak dari Hucun-kang kita pindah kemari, aku berterima kasih pada Thian, yang tidak ingin musnahkan

pihak Kiushe Hiekee. Tahun ketemu tahun, hidup kita di sini ada dalam kecukupan dan aman sentausa, hingga aku merasa sangat puas....." "Tetapi, ayah, kenapa semalam kau pulang dengan masgul?" Giok Kouw mendesak. "Kenapa kau diam saja? Apakah segala makhluk-makhluk menjemukan di tengah sungai itu ingin mengganggu kita dari Giokliong-giam?" "Mereka benar tidak puas terhadap kita, akan tetapi aku tidak pedulikan mereka!" kata Tay Yong dengan bersemangat. "Jika mereka berani datang pula, aku nanti sambut mereka dengan labrakan. Melainkan satu hal kecil kadang-kadang bisa mendatangkau pikiran. Apakah kau tidak ketahui halnya sebuah perahu kecil itu?" "Ya, aku ketahui halnya perahu itu," sahut si nona. "Malahan aku pun pernah lihat sendiri perahu itu! Tetapi ayah telah melarang orang dekati kendaraan air itu, bagaimana aku berani melanggar laranganmu? Sebenarnya, ayah, mereka ada gelap bagi kita! Apakah mereka ada dari pihak Englok-kang udik?" "Inilah aku tidak berani pastikan," sang ayah menyahut. "Aku pernah menduga demikian, tetapi aku masih sangsi bahwa mereka datang dengan maksud jelek. Sikapnya ibu dan anaknya itu terlalu bersifat menyerang...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lantas Tay Yong tuturkan pengalamannya waktu ia kunjungi Yan Toa Nio dan gadisnya itu, ia telah pikirkan ucapannya si nona Yan tapi tidak dapat membade. "Apa yang sudah pasti, ibu dan anak itu bukannya sembarang nelayan," kemudian Tay Yong tambahkan. "Aku sekarang masgul, karena tidak tahu tindakan apa aku harus ambil terhadap dua orang itu. Kita tidak ketahui mereka siapa, mereka belum berbuat jahat, cara bagaimana kita bisa keraskan mereka? Di samping itu, sebagai ketua, aku bertanggung jawab untuk dusun kita dan semua penduduknya, karena andaikata terhadap mereka ada terjadi suatu bencana, berapa susahnya untuk membuka lagi satu dusun perikanan seperti ini?" Giok Kouw tertawa dengan mendadak apabila ia dengar pernyataan ayahnya itu. "Ayah," berkata ia, "sekalipun kau tidak berdaya menghadapi hal ini, kau tidak usah bersusah hati? Baik hal ini kau serahkan pada anakmu, aku yang nanti urus!" Tay Yong tertawa melihat kelakuan anaknya.

"Jangan banyak tingkah di depan ayahmu!" ia menegur sambil main-main. "Mustahil aku kalah pengalaman terhadap kau? Coba bilang, kau mempunyai daya apa?" "Ayah, jangan kau pandang enteng padaku!" sang gadis pun tertawa. "Adakalanya, seorang yang banyak pengalaman masih kalah terhadap seorang yang dikatakan masih hijau! Tidak, ayah, sekarang aku tidak ingin bicara dulu, aku hendak cari tahu hal ikhwalnya ibu dan anak itu, setelah itu, ayah akan ketahui apa yang aku telah lakukan guna lenyapkan kemasgulanmu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tay Yong kenal adat anaknya, ia tidak menanyakan lebih jauh. la pun telah bisa bikin hatinya menjadi lega Selama itu, tiga hari telah lewat. Hiecun ada aman dan tenang seperti biasa, dan ibu dan anak itu, tamu-tamu yang dicurigai, juga tidak melakukan apa-apa yang menarik perhatian. Hari itu ada terang dan hawa nyaman, Giok Kouw ajak satu kawan yang bernama Siauw Hong pergi ke sungai untuk main perahu. Mereka masing-masing menggayuh sebuah kendaraan untuk dipakai berlomba, seperti telah sering terjadi. Siauw Hong pandai berenang dan menggayuh seperti lain-lain nona kaumnya Giok Kouw dididik sebagai anak laki-laki, ia pandai main di air, berenang, selulup dan kemudikan perahu. Tapi juga Siauw Hong tidak mau kalah. Demikian mereka berdua puas-puasan main di air, yang luasnya belasan lie. Tatkala itu matahari sudah mau turun, maka pemandangan alam di muka sungai ada indah dan menarik hati. Kedua perahu seperti main petak di muka air yang luas, yang bergelombang, tinggi dan rendah. Kedua nona juga sering tertawa satu dengan lain. Giok Kouw sangat gembira, karena ia dapati Siauw Hong tidak mampu menangkan padanya, nampaknya ia sangat bersemangat. "Adik Siauw Hong, tenagamu telah habis," Giok Kouw berkata, apabila ia melihat perahunya ada di depan, terpisah dari perahunya Siauw Hong kira-kira tujuh atau delapan tombak. "Apakah tetap kau masih belum menyerah? Apa kau ingin aku bikin kau menjadi telah setengah mati?...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku tidak percaya kau mampu bikin aku lelah setengah mati!" menyahut Siauw Hong sambil tertawa.

Dan ia gunakan antero tenaganya untuk susul kawan itu, perahu siapa tetap laju dengan pesat sekali. Adalah di waktu itu, mendadak di muka air, sedikit jauh di sebelah belakang mereka, ada muncul sebuah perahu lain yang pesat lajunya, dan dalam sekejap saja telah potong dan lewati kedua perahunya, nona-nona dari Hiecun itu. "Ah!" berseru Giok Kouw dan Siauw Hong dengan berbareng. Segera juga nona-nona Tan kenalkan bahwa itu adalah perahunya si orang asing, dari penumpangnya adalah si nona she Yan sendiri yang kelakuannya mencurigai. Ia heran, kenapa perahu bisa muncul secara demikian mendadak. Karena penasaran, ia lantas gayuh perahunya dan niat menyusul. Perbuatannya ini ditelad oleh Siauw Hong, sebab kawan ini juga telah mendapat tahu hal adanya perahu asing serta sikap aneh dari dua penumpangnya yang dua-duanya ada orang-orang perempuan. Dalam sekejap mata, kedua pihak sudah lantas saling susul, seperti juga mereka sedang berlomba. Si orang asing di depan, Giok Kouw di tengah dan Siauw Hong paling belakang. Perahu kecil di depan terus laju dengan pesat, tujuannya ada mulut muara, akan tetapi segera juga kepalanya terputar, untuk kembali ke muka sungai yang luas, menerjang ombak yang naik dan turun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Giok Kouw dan Siauw Hong telah gunai tenaganya akan berkuasa atas perahu mereka masing-masing, apa mau mereka tidak sanggup candak perahu di depannya, mereka senantiasa ketinggalan di belakang kira-kira tujuh atau delapan tombak. Nona asing di depan tidak pernah menoleh ke belakang, ia agaknya tidak ketahui bahwa di belakangnya ada orang yang hendak menyusul atau kuntit padanya. Sekarang barulah Giok Kouw menjadi heran. Biasanya nelayan dari Hiecun paling terkenal pandai mengendarai perahu, lain-lain golongan tunduk terhadap mereka. Ia sendiri, di bawah pimpinan ayahnya, telah menjagoi di dalam dusunnyaia sudah belajar hampir sepuluh tahun siapa nyana, sekarang ada orang yang melebihinya! Ia jadi penasaran, karena sifat dan adatnya sebagai orang laki-laki.

"Ia tentu sengaja pertontonkan kepandaiannya di depanku," ia pikir dengan sengit. Tapi sia-sia saja ia coba menyusul, ia tidak berhasil.... Siauw Hong telah mandi keringat, ia bukan basah karena air sungai. Cuaca telah mulai berobah menjadi suram, tanda dari sang sore. Saking penasaran, Siauw Hong pun menjadi panas. "Aku mesti kasih rasa padanya!" pikirnya. Ia hendak potong jalan dan terjang perahu si nona asing, supaya perahu itu apabila tidak terbalik dan tenggelam, sedikitnya akan minum air sampai setengah perahu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perahu asing itu dapat disamperi semakin dekat. Jalannya kedua kendaraan tetap ada pesat sekali. Kapan ia rasa sudah datang cukup dekat, mendadak Siauw Hong gunai tenaganya, akan bikin perahunya melesat dan tubruk perahu asing itu, yang ia'pandang sebagai musuh. Di luar dugaan, mendadak perahu asing itu belok dengan patah, lolos dari tubrukan, tubuhnya, agak berendeng satu dengan lain. Karena perahunya Siauw Hong melesat, ia mendului dan mendekati si nona tidak dikenal itu. Justru itu, mendadak Yan Leng yang menggayuh, sampok penggayuhnya Siauw Hong, atas mana, perahunya Siauw Hong jadi hilang imbangannya dan miring ke kiri, hingga hampir terbalik. Syukur ia dapat mengimbangi tubuhnya sendiri. Tatkala perahunya Giok Kouw tiba, perahunya nona Yan telah melesat jauh lagi. Siauw Hong mendongkol bukan main, mukanya menjadi pucat. Giok Kouw tahu keadaan kawannya, ia menghibur. "Jangan gusar, ia memang hendak permainkan kita," katanya. "Mari kita susul terus padanya!" Sekarang, dengan berendeng mereka mengejar. Perahu di depan agaknya tidak digayuh pesat, semakin lama, mereka dapat samperi semakin dekat, hingga terpisah hanya empat tombak satu dengan lain. "Adik Hong, hayo keluarkan tenagamu!" Giok Kouw menganjurkan, sedang ia sendiri segera putar kepala perahunya untuk mencegat dan memotong jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tenaganya Giok Kouw lebih kuat dari kawannya, perahunya bisa menyusul dengan cepat.

Kelihatannya perahunya Leng ln akan kecandak dan ketubruk, tetapi luar biasa, kapan dua penggayuhnya dikasih bekerja dengan cepat, perahunya segera melesat seperti loncat, dan kapan ia gerakkan dua penggayuhnya secara hebat, air muncrat di belakangnya, perahu itu berhenti secara mendadak! Dan dua perahu "musuh" yang tubruk tempat kosong, berada empat tombak di belakangnya! Hampir Giok Kouw dan Siauw Hong saling terjang.... "Sungguh nona-nona nelayan yang liehay!" untuk pertama kali nona Yan buka mulutnya. "Jadinya semua perahu dari Giokliong-giam Hiecun ada begini liehay? Nona-nona, kenapa kamu begini mendesak? Baiklah, besok kita orang bertemu pula!" Giok Kouw dan Siauw Hong berdua mandi keringat, napasnya memburu, baru saja mereka hendak menyahuti, atau dari kejauhan ada terdengar suara suitan bambu yang berbunyi berulang-ulang. Mereka tahu, itu adalah tanda yang cuncu sedang mendatangi. Leng In juga dengar tanda suitan itu, sambil putar perahunya ia bersenyum. "Jiewie ciecie, kamu sangat lelah! Nah, sampai kita orang bertemu pula!" ia berkata, serta segera menggayuh perahunya menggleser menuju ke mulut muara. "Encie, kita roboh kali ini!" kata Siauw Hong pada kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tidak apa!" sahut Giok Kouw dengan sengit. "Asal ia tidak kabur dan tidak tinggalkan Gioklionggiam, masih banyak ketika untuk kita orang ketemukan pula padanya! Mari kita pulang, cuncu telah datang mencari kita...." Benar-benar segera tertampak sebuah perahu yang lajunya pesat. Tan Tay Yong kelihatan di perahu itu. "Giok Kouw, kau main gila!" demikian tegurannya ayah itu. "Sekarang ini sudah jam berapa? Kenapa kau masih tidak ingin lekas-lekas pulang?" Giok Kouw dan Siauw Hong geraki perahu mereka akan papaki ayah atau ketua itu. "Ayah," memanggil yang satu. "Cuncu," memanggil yang lain. Tapi napas mereka masih saja jalan dengan keras. "Kita berdua telah loloskan seekor ikan besar!" Giok Kouw kemudian berkata sambil tertawa. "Jika ayah tidak

datang, kita tentu masih tidak ingin pulang!...." Romannya Tan Tay Yong ada gusar "Hm, nona sudah begini besar masih saja bengal!" katanya. "Hayo lekas pulang, barang santapan telah sedia!" Lantas cuncu ini perintah dua perahu itu jalan lebih dulu dan perahunya jalan belakangan. Ketika itu langit sudah gelap. Di dalam muara, di atas perahu-perahu nelayan, orang telah pasang pelita. Asap mengepul dari sana-sini, karena waktu itu penduduk Hiecun sedang masak nasi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selagi berjalan pulang, Giok Kouw dan Siauw Hong menoleh ke rumah gubuk di tepi sungai, dari dalam rumah itu bersorot keluar sinar api. Siauw Hong pulang sendirian ke rumahnya, Giok Kouw ikut ayahnya. Sesampainya di rumah, Tay Yong segera tegur gadisnya, yang selanjutnya ia larang bertindak dengan turuti suaranya hati. Ia unjuk bahayanya main di air, terutama di waktu malam, karena ombak tidak mengenal kasihan. Sekalipun siang, bahayanya masih tidak kurang. "Kau jangan anggap dirimu telah pandai berenang, tetapi yang binasa di air justru kebanyakan orang yang bisa berenang," demikian ayah itu tegaskan. "Kalau kau tidak dengar perkataanku, kau bukan anakku yang baik!...." Giok Kouw bersenyum saja atas tegurannya ayah itu, ia dahar nasinya. "Ayah, kau masih belum ketahui duduknya perkara," kemudian ia berkata. "Aku bukannya orang gila akan tidak mengenal bahaya, tetapi aku terpaksa...." Dan ia tuturkan pengalamannya bersama Siauw Hong, bagaimana Lcng In permainkan mereka. "Terang mereka bukan nelayan sembarangan, ayah baik perhatikan mereka," kata anak ini akhirnya Tay Yong berpikir. Ia memang sudah curiga, berhubung dengan pengalamannya sendiri. "Aku percaya mereka bukannya orang-orang jahat. Apa bisa jadi mereka ada dari kaum kita yang tidak bisa tancap kaki di lain tempat dan terpaksa ingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menumpang dengan kita? Atau mereka lagi menyingkir dari jaringnya wet? Kenapa mereka mesti umpeti diri?" "Biar bagaimana, ayah, aku nanti selidiki mereka!"

Giok Kouw berkata dengan tetap. "Mereka mesti ada simpan rahasia, entah apa adanya itu...." "Mereka tinggal di luar muara, bagi kita tidak berbahaya. Tapi karena kita mempunyai musuh-musuh, tidak jahatnyajika kita berlaku hati-hati. Kecuali jika mereka telah buktikan kejahatannya, kita tidak harus melakukan apa juga yang dapat menghina mereka." Giow Kouw manggut, ia setujui ayahnya itu. Besok malamnya, selagi seluruh desa terbenam dalam kesunyian dan orang di rumahnya sudah tidur, diamdiam Giok Kouw dandan dan keluar dari rumahnya, menuju ke gubuk di tepi kali di mana Yan Toa Nio dan anaknya mondok. Ia tidak nampak rintangan, sedang rembulan ada terang. Memang di dusunnya itu tidak ada penjagaan orang ronda, kecuali dua perahu, yang bikin peninjauan di muka air. Hiecun tidak menjaga malam, karena sebegitu jauh mereka ada aman sentausa. Keluar malam di waktu terang bulan ada menarik hati. Air sungai yang bergemerlap memberikan pemandangan alam yang indah. Di darat ada bukit Giokliong-giam yang permai, puncaknya tinggi, pepohonannya lebat. Selagi berjalan, tiba-tiba Giok Kouw merandek dan terus sembunyi di bawahnya pohon yangliu. Di puncak bukit mendadak kelihatan satu bayangan yang berlari-lari dengan pesat, cepat sekali melewati dua puncak yang lebih rendah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa itu?" nona ini menduga-duga. "Di sini tidak ada binatang liar, sebulan tiga kali, ayahku tentu ajak orang pergi memburu, karena ia tidak ingin binatang jahat bersarang di daerah kita ini. Apa itu ada bayangan manusia?" Giok Kouw pasang mata terus. Lekas sekali bayangan itu sudah lari turun, menuju ke mulut muara, akan kemudian berada dekat dengan ia terpisah satu dengan lain hanya belasan tombak. Orang tidak lihat padanya, karena ia sembunyikan diri. Bayangan itu benar ada bayangan manusia, tangannya menyekal seikat bambu panjangnya empat, atau lima kaki, tujuannya adalah rumah gubuk. Larinya bayangan itu ada pesat sekali. "Tidak bisa salah lagi, ibu dan anak itu ada orangorang luar biasa," berpikir Giok Kouw. Oleh karena penasaran dan ingin tahu, dengan berani

nona Tan menuju ke gubuk itu. Banyak pohon-pohon telah mengalingi tubuhnya, la hampirkan pagar dan melihat cahaya api molos dari jendela. Selagi mendekati, kupingnya dapat tangkap suara nyaring seperti bambu dibelah. Lantas dari sela-sela pagar, ia mengintip ke dalam pekarangan dan segera ia tampak pemandangan yang bikin ia celangap bahna tercengang. Satu orang tentu salah satu dari ibu dan anak itu, karena Giok Kouw tidak dapat lihat dengan tegas sedang melakukan suatu latihan istimewa. Di tanah, dengan teratur ada menggletak bambu bulat, yang telah terpotong-potong pendek, rupanya setiap batas buku. Dan orang itu bertindak di atas potongan bambu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diinjak dengan keras, saban kakinya bertindak, bambu itu tentu pecah dan menerbitkan suara keras! Nona Tan tahu dengan baik bambu itu, apapula yang baru dipetik, ada ulet seperti kayu, maka luar biasalah orang itu yang dapat menginjak hingga jadi pecah. Itu adalah tanda bahwa tenaga menginjaknya ada besar luar biasa. "Ayah ada gagah, tetapi ayah belum tentu mampu berbuat seperti ini...." Giok Kouw pikir. Sekarang nona Tan bisa kenalkan yang mana ibu dan yang mana anak di antara dua tamu asing yang luar biasa itu. Cahaya rembulan telah membantu matanya! Ia duga potongan bambu ada dari jumlah empat sampai limapuluh potong. "ln-jie, bambu yang barusan kau ambil, pergi kau letaki di bawah jendela untuk dijemur sampai setengah harian, agar sarinya menjadi setengah kering," terdengar suaranya Yan Toa Nio. "Mari kita lekas berlatih, supaya kita dapat beristirahat. Tadi kau telah buang tempo terlalu lama di atas bukit Giokliong-giam." "Bulan ada begini indah, ibu, kenapa sih mesti terburu-buru ingin masuk tidur?" terdengar suara anaknya. "Kita jangan sia-siakan ketika yang bagus seperti ini.... Apa tidak baik kita berlatih Enghoan Tiauwkieciang dan Toasui Paychiu?" "In-jie, jangan kau terlalu turuti kegembiraanmu," kata orang tua itu yang mencegahnya. "Permainan bambu barusan telah sangat meminta tenagamu, sedang tadi di atas bukit memetik bambu, kau telah gunakan tenaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lenganmu. Kau mesti mengerti, kalau tenagamu

terganggu, pelajaranmu bisa terganggu semuanya...." "Kau selamanya memang berlaku terlalu hati-hati, ibu," membandel si anak. "Apakah artinya memetik bambu seikat? Mustahil karena itu, lenganku bisa rusak? Dasar ibu yang lagi tidak gembira, maka ibu tidak mau layani aku.... Tidak, ibu, sebelumnya kau temani aku, aku tidak ijinkan kau pergi tidur!" "Kurang ajar!" kata sang ibu. "Kau berani paksa ibumu? Baik, kau mesti dikasih rasa, supaya kau mengerti! Kalau kau tidak mampu menyambuti, awas, jangan kau kucurkan airmatamu....." "Jangan omong besar dulu, ibu, jangan kau pandang terlalu rendah pada anakmu," sahut si nona. "Mari kita mulai, andaikata aku tidak sanggup menyambuti, baik selanjutnya aku berhenti berlatih!" "Ah, anak, jangan kau jumawa!" ibu itu menegur. "Tapi malam ini aku benar-benar lagi tidak gembira, maka mari kita berlatih sebentar, lantas kita masuk tidur. Kau tahu, di dalam dusun orang telah curigai kita, apapula kemarin kau telah pertontonkan kepandaianmu." "Sudah, ibu, jangan kau sebut-sebut kejadian kemarin," anak itu berkata, suaranya tercampur kemendongkolan. "Aku tidak ganggu mereka, tetapi mereka seperti hendak hinakan aku, aku mana bisa antapi saja? Mereka itu telah dapat bagiannya...." "Sudah cukup!" Yan Toa Nio mencegah. "Mari kita mulai!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Leng In turut ibunya, ia lantas undurkan diri, sebagaimana ibunya pun mundur, hingga mereka berdiri berhadapan jauh satu dengan lain. Lantas keduanya gerakkan kaki dan tangan mereka, dalam serupa aksi, sesudah itu mereka berlari-lari dengan cepat, terputar-putar di dalam pekarangan itu, akan kemudian mereka lari balik. Kembali Giok Kouw jadi tercengang melihat kegesitan tubuh mereka Ia telah belajar di bawah pimpinan ayahnya, ia merasa dirinya gesit sekali, tetapi sekarang ia tampak dua orang yang kegesitannya jauh melebihi ia! Ia jadi ketarik, ia terus pasang matanya, ia ingin melihat pertunjukan apa lagi ia bakal saksikan. Entah kapan bergeraknya, sekarang tertampak tangannya Leng In menyekal satu batu besar, sambil bawa itu, ia lari mengubar ibunya, yang kabur di sebelah

depannya Mendadak Yan Toa Nio lompat melesat ke sebelah timur. Melihat begitu, Leng In yang sedang mengejar di sebelah barat, turut lompat serta berseru, "Ibu, sambutlah ini!" Dan tangannya segera menimpuk dengan batu. Anehnya, ia seperti menimpuk dengan bola yang enteng. Batu itu menyambar Yan Toa Nio, selagi pundaknya hampir kena, ia berkelit ke kiri serta putar tubuhnya, berbareng dengan itu, dua tangannya diangkat, kelihatannya seperti hendak menangkap batu itu, tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tahunya, batu itu disampok kembali hingga berbalik menyambar ke jurusan penyerangnya Baru saja Leng ini menimpuk, ia telah pungut batu yang kedua, maka selagi batu pertama balik ke jurusannya, ia sudah bisa menimpuk pula serta berseru, "Nah, terimalah ini satu lagi!" Sekarang ia mengarah dada ibunya yang sedang menghadap padanya. Tapi berbareng dengan itu, ia jadi repot sendirinya, karena batu pertama sudah datang dekat padanya, tidak tempo lagi, ia ambil sikap seperti ibunya, dengan dua tangan ia papaki batu itu untuk disampok balik pula! Giok Kouw tercengang bukan buatan, hingga ia melongo. Benar-benar ia tidak sangka, ibu dan anak itu mempunyai tenaga begitu besar, kecelian mata dan kepandaian untuk saling sambuti batu besar itu! Toa Nio sedang mau lari tatkala batu yang kedua menyambar padanya, dadanya yang diarah, karena ia sudah mulai bergerak, batu itu sekarang menuju iga kanannya "Kurang ajar!" ia berseru serta egos sedikit tubuhnya untuk angkat kedua tangannya Kendati demikian, ia bukannya sampok balik batu itu seperti tadi dengan dua tangan, hanya dengan sebelah tangan kanan! Hampir berbareng, kedua batu yang disampok pulang balik, telah bentrok satu dengan lain hingga menerbitkan suara keras, dan karena bentroknya hebat sekali, lelatu api dan pecahan batu telah menyambar dan melesat berhamburan. Kedua batu itu telah jatuh ke tanah dengan terbelah, boleh dikata hancur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah menyampok, Yan Toa Nio lompat akan lari pula. Leng In penasaran, ia jumput batu yang ketiga, dengan cekal batu itu di kedua tangannya, ia kejar ibunya pula. Ia bisa mendekati ibunya, kira-kira satu tombak lebih terpisah dari ibunya, ia menimpuk pula. Sekali ini ia tidak berseru, hanya diam-diam saja. Karena mereka berada dekat, tidak heran bila datangnya batu ada cepat luar biasa. Yan Toa Nio lari terus, ia seperti tidak ketahui bahwa anaknya telah menimpuk, ia baru bergerak kapan ia rasai samberan angin dari batu itu. Secara mendadak ia lompat jumpalitan, tangannya mcnyambcr ke jurusan batu yang segera ia tanggapi. Ia masih belum berdiri betul ketika batu itu sudah tersampok pula, hanya dari mulutnya terdengar seruan, "Anak nakal! Terima baru ini kembali!" Cepat luar biasa, batu itu balik menyambar ke jurusan dadanya si nona. Lekas-lekas Leng In mundur dengan kaki kanan, yang ia tekuk sedikit, tubuhnya ikut mendek, kedua tangannya ia angkat, kapan batu itu sampai, dengan dua tangannya ia menyampok, hingga batu kembali pula pada ibunya. Boleh jadi karena tenaga yang dipakai ada kurang, waktu sampai di dekat Toa Nio, batu itu melayang turun ke bawah tanah, tapi justru itu, Toa Nio lompat menghampirkan untuk memapaki dengan dua tangannya, ia cegah batu itu jatuh ke tanah, hanya ia terus lempar ke jurusan pagar. Demikian baru batu itu jatuh ke tanah, menyebabkan pasir dan tanah muncrat berhamburan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dari tercengang, Giok Kouw menjadi kaget, syukur batu itu tidak sampai ke pagar, kalau tidak, ia bisa jadi celaka, karena batu justru menjurus pada tempat di mana ia sedang mengintip. Ia bergidik kalau ingat bahaya yang barusan mengancam itu. "Nah, anak, sekarang kau tidak boleh buka mulut besar pula!" segera terdengar suaranya sang ibu. "Sekarang ternyata, pelajaran Enghoan Tiauwkie-ciang dan Toasui Pay-chiu tidak lagi kau boleh pandang enteng. Pelajaran itu meminta beryakinan belasan tahun baru bisa didapati dengan sempurna...." Airmatanya Leng In mengucur, ia berkata, "Ibu, kau

telah piara satu anak yang tak berguna.... Aku tidak mempunyai harapan lagi, selanjutnya aku tidak mau yakinkan pula ilmu menimpuk dan menyambut batu...." Mendengar begitu, si ibu yang tadi bersenyum, sudah lantas lari menghampiri anaknya, yang ia segera rangkul, seperti juga gadis itu ada satu bocah cilik. "In-jie," katanya, sambil tepuk-tepuk pundak gadisnya, "kau sudah begini besar, kenapa masih kekurangan semangat? Kenapa sih kau tidak sanggup tahan sedikit kekalahan? Kalau kau betul begini lemah, percuma aku telah piara kau belasan tahun! Aku bukannya ingin mengumpak, kebisaanmu sebenarnya tidak lemah! Satu anak perempuan berkepandaian seperti kau, itulah bukannya gampang. Sudah, anak, kau jangan berduka. Kau harus ketahui, aku mempunyai kepandaian sesudah belajar di bawah pimpinan engkong luarmu sejak umur delapan tahun. Dan ilmu menimpuk dan menyanggap batu besar ini, baru aku yakinkan sempurna pada tiga tahun yang lalu. Bukankah dulu aku masih tidak mampu?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jangan putus asa, anak, jangan kau bikin hatiku menjadi tawar. Lebih dulu maksud hati kita harus kesampaian, baru kita boleh alpakan ilmu silat kita, pada waktu itu aku nanti tuntut penghidupan suci. Sekarang kau mesti pusatkan perhatianmu, empos semangatmu untuk berlatih lebih jauh! Anak, kau ada satu anak yang cerdik, kau tentunya telah insyaf sendiri! Melulu untuk kau, aku mesti hidup sampai sekarang ini, kalau tidak ada aku, apa kau kira dirimu masih hidup dalam dunia ini? Sudah, jangan berduka, untuk dapatkan kepandaian sempurna, kau harus berlatih keras. Ilmu silat tidak bisa didapati dalam tempo yang pendek. Apa yang kita harapkan sekarang adalah kita bisa panjang umur, biarlah kita lawan penderitaan hidup. Mustahil Thian akan antapi kita binasa dengan penasaran?...." Leng In susut airmatanya, lantas saja ia tertawa. "Ibu, kau paling bisa justakan anakmu!" ia berkata. "Tadi kau hinakan aku, sekarang kau angkat! Baiklah selanjutnya aku akan belajar dengan sungguh-sungguh. Sekarang mari kita masuk tidur!" Anak ini tarik tangan ibunya untuk diajak masuk. Giok Kouw menghela napas lega, ia bangun berdiriSedari tadi ia berdongko saja, mengintip mereka Tapi justru ia berdiri, dengan tidak disengaja, ia kasih dirinya

kelihatan oleh Leng In, yang kebetulan menoleh ke jurusannya, karena nona ini balik tubuh, akan pegang tangan ibunya "Siapa itu di luar?" nona Yan segera menegur. "Kau datang kemari, kenapa kau umpeti diri? Silakan masuk, kita berdua bukannya tukang makan orang...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Giok Kouw jadi malu, tapi sudah terlanjur, ia tidak bisa singkirkan diri. "Aku, orang dari dalam dusun," ia menyahut. "Aku jalan-jalan kemari, melihat gubuk ini ada orang, aku melongok. Maaf, sampai besok!" Tapi Leng In telah tolak ibunya dan tertawa. "Aku kira siapa, kiranya kau, encie!" ia berkata. "Kita sudah kenal satu dengan lain! Kau sudah datang, jika kau tidak masuk dan duduk dulu, terang kita berlaku tidak hormat!" Sembari kata begitu, nona Yan lari ke pagar untuk buka pintu. Giok Kouw tidak bisa menyingkir lagi. Dengan anggapan, mengintip saja bukannya satu kesalahan atau perbuatan jahat, ia lantas balik tubuhnya akan terima undangan itu. Ia bertindak masuk. Di bawah terangnya rembulan, Leng In lihat mukanya Giok Kouw bersenyum, tidak bengis seperti di sungai, maka ia menghampiri untuk jabat tangan orang. "Encie, aku masih belum ketahui she dan namamu...." katanya. "Aku ada orang she Tan," Giok Kouw menyahut. "Cuncu dari Giokliong-giam Hiecun adalah ayahku. Aku bernama Giok Kouw. Aku minta maaf untuk kelakuanku kemarin." "Jangan haturkan maaf, encie!" Leng In tertawa. "Dengan tidak kebentrok dulu, kita orang tidak nanti bisa berkenalan. Kita ada sama-sama orang perempuan, bukankah? Silakan masuk!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ia tarik tangan orang untuk diajak masuk. Yan Toa Nio berdiri menantikan. Leng In berkata pada ibunya, "Ibu, ini adalah nona Giok Kouw, puterinya Tan cuncu! Rumah kita ada begini buruk dan kita harus sambut satu tamu agung!" Giok Kouw girang melihat orang berlaku demikian manis terhadap ia, ia pun jadi tidak likat-hkat lagi. la samperkan nyonya rumah serta berkata, "Yan pehbo,

aku ada satu anak dusun. Tengah malam aku datang kemari mengganggu kau, aku minta maaf...." Nyonya Yan pandang nona itu sambil bersenyum. "Jangan bilang begitu, nona," katanya. "Kita lancang datang kemari dan tidak mau pergi lagi, dalam hal ini kita mengharap kemurahan hati dari cuncu. Kita pun mengharap maaf padamu, nona!" Mendengar begitu, Giok Kouw malu sendirinya, hingga ia jadi jengah. "Nona, mari masuk ke dalam," Yan Toa Nio mengundang. "Terima kasih, pehbo," sahut Giok Kouw yang lantas bertindak masuk, si nyonya mendului ia, si nona dampingi padanya. Benar seperti kata ayahnya. Giok Kouw dapati sebuah gubuk yang kosong melongpong, tidak ada perabotannya, malah tidak ada kursinya. Maka itu Leng In minta ia duduk di bangku, sedang ibunya di pembaringannya. "Nona, mari kau duduk dengan aku di sini," Toa Nio memanggil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nona Tan berbangkit, menghampiri nyonya rumah dan duduk di sampingnya. Toa Nio pegang tangannya Giok Kouw, ia awasi mukanya "Nona, berapa usiamu tahun ini?" ia tanya "Aku berumur enambelas, pehbo." "Kalau begitu, kau seumur dengan In-jie!" berseru nyonya itu. "Nona, kau pasti pernah yakinkan ilmu silat, kalau tidak, tak nanti kau tonton kita dengan asyik!...." Giok Kouw terperanjat dalam hatinya. "Rupanya orang telah pergoki aku...." pikirnya. "Sungguh berbahaya...." Tapi ia lalu bersenyum. "Aku hanya berlatih beberapa jurus di bawah pimpinan ayah, itulah sebabnya kenapa tubuhku sehat. Ayah sendiri tidak mengerti banyak, ia hanya mengerti sedikit ilmu silat dari pihaknya keluarga Chung." Toa Nio tertawa. "Mengerti silat sedikit dan tubuh sehat, itulah sudah cukup," ia bilang. "Kau toh tidak ingin mengembara untuk jual silat, bukan? Apa perlunya untuk belajar sampai pandai betul?" Di dalam hatinya, Giok Kouw tertawai nyonya ini. "Kau pandai bicara putar balik, nyonya," pikirnya. "Kau bilang pelajaranku sudah cukup tapi kau sendiri dan

anakmu masih belum puas...." Kendati ia pikir demikian Giok Kouw toh tidak berani menyeng-gapi. "Maafkan aku, pehbo, tetapi aku ingin sekali ketahui, pehbo berdua ada asal mana?" kemudian ia tanya. "Apa pehbo berniat tinggal tetap di sini? Kemarin ini, karena desakan penduduk kampung, ayah telah datang kemari,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hingga ia sudah omong lebih banyak dari semestinya. Syukur penduduk kita tidak datang sendiri. Aku kagum melihat kepandaian encie In kendalikan perahu, aku ingin menjadi sobatnya Jika pehbo niat tinggal lama di sini, aku hendak ajak pehbo dan encie datang ke dalam kampung kita, supaya kita orang bisa tinggal sama-sama. Tidakkah ini baik?" Toa Nio pandang gadisnya, ia tertawa. "Terima kasih untuk kebaikanmu, nona," ia menyahut. "Untuk kita memang tidak niat berlalu dari sini tetapi itu bukannya berarti kita mau tinggal tetap untuk selamalamanya. Barangkali bakal membikin berabe saja untuk kita pindah tinggal ke dalam dusun. Dengan tinggal di mulut muara ini, kita ada merdeka, kapan kita suka, kita bisa lantas berangkat pergi. Tidakkah benar begitu, nona?" Giok Kouw tidak puas dengan jawaban itu, tetapi ia tidak kemarakan perasaan hatinya itu. "Apakah kepandaian encie Yan, pehbo yang ajarkan sendiri?" menanya Giok Kouw. "Kepandaian apa sih yang ia punyakan? Aku sendiri tidak punya guna, apa yang aku bisa ajarkan padanya?" Dasarnya satu nona, Giok Kouw tidak bisa kendalikan hatinya. Jawaban ini membikin ia tidak puas. "Yan pehbo, di dusun kita ini tidak ada orang asing!" katanya dengan nyaring. "Semua penduduk dusun ada saudara-saudara dan keponakan, sedikitnya ada saudarasaudara angkat, maka itu, bisa dimengerti yang penduduk di sini tidak bisa awasi saja pehbo hendak memaksa berdiam di sini. Ayah sebagai cuncu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berkewajiban untuk campur tahu urusan pehbo. Aturan kita, kita mesti pegang. Coba terhadap lain orang, tindakan keras mestinya sudah diambil. Tapi pehbo berdua sebagai orang perempuan, maka kita jadi berlaku sungkan, tentang ini aku minta pehbo sudi mengerti. Sebagaimana pehbo lihat sendiri, aku telah datang

kemari, aku telah saksikan kepandaian pehbo berdua, kenapa sekarang pehbo masih menyangkal bahwa pehbo tidak mempunyai kepandaian? Aku tidak mengerti, kenapa pehbo perlakukan aku sebagai bocah cilik? Apakah itu disebabkan pihak kita sudah berlaku tidak pantas terhadap pehbo berdua? Benar-benar pehbo, aku tidak mengerti kenapa kau menyangkal...." Yan Toa Nio pandang nona itu, ia lalu bicara dengan sungguh-sungguh. "Nona, meski benar kita mempunyai kepandaian, kalau kita bicarakan itu padamu, kau niscaya tidak akan mengerti," demikian katanya. "Apa yang kita bisa adalah latihan biasa saja untuk setiap malam. Mana bisa diartikan kepandaian sejati?" Giok Kouw benar-benar jadi tidak senang. "Pehbo, kau sudah ada umur, tidak pantas aku berlaku kurang ajar terhadapmu," ia berkata pula. "Tapi dari kelakuan dan sikapmu ini, terang kau pandang di dusun kita ini tidak ada orang yang berharga. Pehbo, apa yang barusan kau berdua latihkan, adalah kepandaian sejati, aku tidak mempunyai guru yang pandai, tetapi sedikitnya aku pernah dengar orang bicara tentang bugee. Pehbo keliru apabila kau anggap kita dari Hiecun ada tukang gega-res melulu. Ayah telah berbuat sebisanya akan kendalikan penduduk kita, supaya mereka tak berbuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak selayaknya terhadap kalian berdua, siapa tahu, pehbo sebaliknya berlaku keterlaluan pada kita ayah dan anak. Kalau tetap kau berpendirian demikian, pehbo, baiklah, kita ayah dan anak tidak bisa campur lagi urusanmu, andaikata ada nelayan yang berlaku tidak pantas, kita lepas tangan!" Setelah kata begitu, Giok Kouw berbangkit akan awasi ibu dan anak itu, tapi mereka saling pandang sambil bersenyum, hingga ia jadi mendongkol sekali. Dengan tidak pamitan lagi, ia bertindak pergi. "Encie Giok, mari!" Leng In memanggil selagi orang bertindak. "Jangan gusar, encie. Ibu sudah ada umur, apa yang ia bilang ada hal yang benar, tetapi karena ia hidup di atas air, maka pergaulannya kurang. Encie, apakah kau tidak dapat memaafkannya?" "Aku ada seorang kasar," Giok Kouw jawab sambil menoleh. "Aku selamanya berlaku terus terang, maka itu, aku tidak bisa melihat orang bicara putar balik. Sudahlah,

sampai lain kali saja!" Ia tolak daun pintu, ia terus bertindak ke luar. Toa Nio dan Leng In mengikuti. "Nona Giok, tunggu sebentar," berkata nyonya itu. "Aku si nelayan perempuan yang menjemukan memang biasanya tidak bisa bicara dengan manis, juga sebabnya kenapa aku jadi tidak punya sanak dan kadang, tidak punya senderan atau andalan, tetapi kendati demikian, mustahil kami tidak mengerti maksud baik dari kau, ayah dan anak. Nona, aku minta kau jangan pandang aku sebagai si perempuan gila yang ngaco belo. Kalau sebentar kau pulang, pergi kau sampaikan pada ayahmu, bahwa aku telah ketemu orang berilmu, yang telah ajarkan aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sedikit ilmu, hingga aku mengerti juga perihal hongsui. Kau lihat Hiecun di waktu malam terang bulan seperti ini! Tidakkah desa ini mirip dengan Tohhoa-goan, daerah dari sumber bunga-bunga toh dalam kenang-kenangan? Di luar tahunya kau orang, desa yang begini indah, sekarang telah mulai tertawung dengan awan kedukaan dan halimun kesedihan. Jikalau mataku tidak lamur, kirakira dalam tempo sepuluh hari ini, aku kuatir bakal terjadi suatu bencana besar, begitu besar hingga aku kuatir juga meskipun kita jaga belum tentu bencana itu dapat diluputkan! Tinggal dengan tenang tetapi toh tetap memikirkan dan bersiaga terhadap mara bahaya itu adalah ujar-ujamya rasul dan nabi, untuk kita orang menjaga dan pelihara diri. Cuncu ada satu orang berpengalaman dari kalangan Sungai Telaga, ia mestinya mengerti ini. Bukankah kau tinggal di Hiecun secara mengungsi? Rumah tanggamu, rumah tangga asli dan asalnya, di manakah adanya? Bukankah kamu sama saja dengan kami yang sedang merantau? Tempat ada begini bagus dan aman, apakah tidak sayang andaikata tempat ini mesti dipasrahkan pada lain orang? Nona aku telah bicara, sekarang, percaya atau tidak, terserah pada orang-orangmu! Aku hendak utarakan rasa syukurku pada kau-orang, ayah dan anak, yang sudah tidak segera mengusir kami dari sini. Dengan sebenarnya kami masih ingin tinggal lamaan sedikit di tempat ini.... Di bawahnya sarang yang terbalik, tidak akan ada telur yang utuh, maka itu, sebagai tuan rumah, kamu tidak mampu bela diri, apalagi kami, orang-orang tumpangan, tamu yang tidak diundang? Tapi mudah-mudahan, ketemu bahaya,

bahaya itu dapat berobah menjadi keselamatan, ketemu kesukaran, kesukaran itu dapat menjadi kebaikan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan begitu, itu berarti keberuntungan dari aku si perempuan nelayan tua yang tak berguna!...." Giok Kouw tercengang mendengarkan ucapan yang panjang lebar, ia bisa lihat ucapan diutarakan dengan suara dan roman sungguh-sungguh, tetapi semua itu tidak masuk pada otaknya. Ia anggap nyonya ini benarbenar sedang ngaco belo! "Ia telah berlaku tidak semestinya pada kita tetapi sekarang ia hendak bujuki kita," demikian ia pikir, "apakah ia kira kita ada bocah-bocah cilik, yang boleh dilagui?" Karena memikir demikian, nona Tan tertawa. "Pehbo, kau bukan saja pandai di muka air, tapi kau nyata ada seperti separoh dewi!" kata ia dengan mengejek. "Karena kau berilmu, cara bagaimana aku berani tidak percaya kau? Baiklah, sebentar aku nanti sampaikan ucapanmu pada ayahku, aku akan anjurkan supaya ayah lekas-lekas ajak semua penduduk dari Hiecun pergi menyingkirkan diri, supaya kalau nanti ancaman bahaya telah datang, mereka tidak menjadi menyesal dan penasaran! Kita orang tadinya tinggal dengan aman dan senang di tempat yang indah ini, sekarang ternyata kita orang tidak punya rejeki untuk tinggal tetap di tempat yang indah dan makmur ini. Inilah yang dibilang, orang yang tidak punya hokkie mesti mengalah pada orang yang hokkie-nya besar! Dengan angkat kaki, kita jadi bisa serahkan tempat kita pada orang yang kehendaki ini, apakah itu bukannya takdir?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah kata begitu, dengan bersenyum sindir, Giok Kouw lantas angkat kakinya untuk berlalu dari rumah gubuk itu. Yan Toa Nio dan gadisnya berdiri di depan pintu, mereka mengawasi terus pada si nona tamu, mereka seperti tidak mau masuk ke dalam gubuknya. Giok Kouw ketahui kelakuan orang itu, ia berpura-pura tidak tahu dan jalan terus, di bawahnya sinar bulan yang permai itu. Sebab jagat ada sunyi, ia dengar nyata ucapannya Yan Toa Nio yang terakhir, katanya, "Bocah perempuan ini tidak mau percaya perkataanku, sayang.... Nanti, sesudah bencana besar datang menimpa, barulah ia

percaya...." Giok Kouw tidak gubris ocehan itu, malahan ia lekaslekas jalan pulang ke kampungnya... --ooo0dw0ooo-II Tatkala itu seluruh dusun sudah sunyi sekali, tandanya semua penduduk sudah pada tidur nyenyak, tetapi ketika Giok Kouw sampai di rumahnya dan menolak pintu pekarangan, ia dapati ayahnya sedang berdiri di latar, lagi jalan mundar-mandir. Dan ayah ini bersenyum apabila ia dapat lihat puterinya pulang. "Anak nakal, kau benar bernyali besar!" ayah ini menegur sambil tertawa "Kau jadinya sudah pergi pada ibu dan anak itu di mulut muara! Bukankah kau telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berhasil memperoleh keterangan jelas perihal mereka berdua?" Ditegur begitu, mukanya Giok Kouw menjadi merah dengan mendadak. Ia keluar di luar tahunya siapa juga, ia ingin ayahnya tidak ketahui kepergiannya, siapa nyana, ayah itu pergoki perbuatannya Tapi karena ia pulang dengan tangan kosong, dan dengan menahan kemendongkolan, ia jadi mungsang-mangsing. "Ayah, apakah kau kira kita berdua masih bisa tinggal di sini lebih lama?" demikian ia kata pada orang tua itu. "Tidak bisa tidak, kita harus segera usir ibu dan anak itu, mereka tidak boleh tinggal lebih lama lagi di desa Hiecun ini, tidak juga di daerah Giokliong-giam! Mereka ternyata telah pandang kita sebagai nelayan yang kebanyakan, yang kasar dan bodoh! Ayah, tidak saja mereka berani hinakan kau, juga aku, mereka berani permainkan! Mereka pandang kita penduduk Hiecun tidak berharga semuanya, mereka mesti segera diusir pergi! Kalau tidak, kecewa kita dari pihak Kiushe Hiekee!" Tan Tay Yong tidak menjadi heran melihat sikap gadisnya ini, yang menjadi uring-uringan, karena ia lantas menduga, mestinya anak ini tidak dapat sambutan manis dari mereka. Ia tidak mau menggoda lebih jauh, malah ia manggut-manggut, ketika ia jawab gadis itu, "Baik! Kita orang mesti kasih rasa pada dua orang itu, supaya mereka tidak lagi tidak pandang mata pada kita dari pihak Hiecun! Tapi, bagaimana ibu dan anak itu perlakukan kau? Mari kita duduk di dalam, supaya kau bisa menutur dengan jelas, supaya aku bisa pikir,

tindakan apa aku mesti ambil...."


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Giok Kouw turut ayahnya, maka mereka lantas masuk, begitu lekas sudah berduduk, ia lantas ceritakan hal penyelidikannya bagaimana bermula ia saksikan kepandaian dari anak dara dan ibunya itu, sampai kemudian ia bicara dengan mereka mulai dari manis, dan akhirnya kita jadi seperti kebentrok, karena ia tidak dapat dengarkan "ocehannya" Yan Toa Nio itu. Tan Tay Yong terperanjat mendengar Yan Toa Nio dan gadisnya mengerti Enghoan Tiauwkie-ciang dan Toasui Paychiu, dua macam ilmu menimpuk dan menyambut timpukan batu, yang berhubungan satu dengan lain. Itu ada salah satu ilmu dari "ahli dalam" (lweekeh) yang liehay. Malahan ia belum pernah dengar, ada orang perempuan yang yakinkan ilmu itu, yang meminta tenaga besar luar biasa. "Kenapa mereka mengerti dua macam ilmu itu?" demikian ia pikir. "Terang sekali, asal-usulnya ibu dan anak itu tidak sembarangan. Perlu aku selidiki mereka dengan teliti. Di pihak Kiushe Hiekee adalah ketua Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong yang mengerti kedua macam ilmu itu...." "Selanjutnya kau baik jangan coba pergi pula pada mereka," akhirnya ia pesan anaknya. Kita tidak boleh kasih alasan hingga mereka curigai kita. Aku nanti berdaya akan selidiki mereka lebih jauh." Demikian, besoknya, diam-diam Tan cuncu telah kasih perintah pada penduduk Hiecun akan mereka intip gerakgeriknya dua tamu perempuan itu, tetapi mereka dipesan supaya jangan kasih kentara hal pengintipannya itu. Meski demikian "ganjelan" toh telah mengambil tempat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Empat buah perahu telah ditambat di mulut muara, dekat gubuknya Yan Toa Nio dan anaknya. Kewajiban perahu-perahu ini adalah untuk setiap waktu, siang dan malam, pasang mata atas nyonya dan nona itu. Yan Toa Nio berdua tidak bisa larang orang dekati mereka, meski sebenarnya mereka tidak puas. Mereka menumpang dan tidak punya hak apa-apa, dan rombongan pengintip juga tidak ganggu mereka. Adalah selang tiga empat hari, baru ganjelan tercipta. Empat nelayan muda tidak mempunyai cukup kesabaran, tidak saja mereka tidak berlaku hati-hati, malahan mereka sengaja goda ibu dan anak itu. Kalau

Yan Toa Nio keluar menangkap ikan, mereka menguntit, mereka sengaja datang dekat-dekat, dan apabila orang sedang menebar jala, mereka sengaja majukan perahunya, hingga ikan jadi kaget dan lari. Meski mereka tidak kata apa, tapi terang ini berupa gangguan. Pada suatu hari, Leng In keluar sendirian, justru ia hendak lepas jalanya, ia diganggu oleh empat pemuda nelayan, hingga ia jadi mendelu. Batal menangkap ikan, ia angkat jalanya, perahunya dilajukan dengan pesat, dengan tidak menoleh lagi pada mereka itu, ia berseru sebagai juga pada dirinya sendiri, "Kawanan kerbau dungkul, apakah kau orang mau adu kepandaian dengan nona Yan! Nyatalah pihakmu sendiri yang berniat pesiar ke dalam istananya si Raja Naga!" Empat pemuda itu tertawa berkakakan melihat orang pergi dengan belum dapat barang seekor ikan, hampir dengan berbareng, mereka geraki penggayuhnya untuk kasih perahu mereka menyusul. Mereka berniat terjang perahunya si nona hingga terbalik. Mereka tidak puas terhadap ketua mereka, yang dikatai bersikap terlalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lemah pada dua tamu perempuan itu, sekarang mereka mau umbar kemendongkolannya itu. Sebenarnya Leng In ada terlebih pandai dalam menggunakan penggayuhnya, perahunya laju pesat luar biasa, apamau sekarang ia hadapi perahu yang menggunakan empat penggayuh dan yang geraki pengga-yuh pun ada orang-orang muda, yang bertenaga besar, yang semangatnya sedang berkobar-kobar, tidak heran, belum terlalu lama, perahunya sudah dapat didekati, tapi karena ia pandai kemudikan perahunya itu, ia tidak sampai bikin perahunya kena kebentur. Tapi ini melulu bikin empat nelayan itu jadi gusar, saking penasaran karena berulang-ulang maksud mereka selalu kacau, mereka telah mandi keringat, mereka jadi malu sendirinya Lalu, dengan mengincar, mereka coba lagi sekali akan tabrak si nona Leng In tidak mau kasih perahunya diterjang, meski demikian dengan sendirinya ia bikin kendaraannya terbalik dan karam begitu lekas ia sudah bisa menyingkir dari tubrukan yang hebat itu, dari itu ia jadi tercebur dan hilang dari muka air. "Hura!" berteriak empat anak muda itu berulangulang. Mereka puas sekali melihat perahu orang kelebuh

dan si nona mandi terpaksa Tapi baru saja mereka berhenti berteriak-teriak, atau mereka sekarang pada menjerit, "Eh, eh, celaka! la tentu ganggu kita!.... Itulah sebab perahu mereka mendadak bergoncang. Perahu itu memang tidak laju lagi begitu lekas mereka tungkulan bersorak-sorak hingga mereka alpakan penggayuhnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka kaget tidak lama atau kaget itu sampai di puncaknya! Mendadak perahu mereka terbalik, hingga dengan tidak berdaya, mereka mesti pada terjun ke air, mengantapi perahu mereka itu kelebuh. Dua di antaranya, saking kaget, sudah kena telan air, sampai mereka gelagapan. Syukur mereka semua pandai berenang, dari itu berdua mereka tidak sampai kelelap. Sekarang mereka mesti muncul di muka air sambil berenang. Leng In sudah muncul duluan, dengan sebat ia telah bisa bikin perahunya terbalik pula, buang airnya dan lompat naik atas perahu itu, untuk terus digayuh Ia sengaja tujukan kepala perahu pada empat nelayan itu, hingga mereka ini mesti lekas selulup supaya tidak sampai kena kebentur! Dan ketika mereka timbul pula, mereka lihat si nona telah lajukan perahunya menuju ke muka muara! Empat pemuda ini menjadi masgul berbareng mendongkol, sia-sia saja mereka gunakan tenaganya, siapa tahu kesudahannya mereka kecele, mereka sendiri yang dibikin keok dan malu. Dengan lesu mereka perbaiki perahu mereka dan gayuh pulang.... Adalah sejak kejadian ini, anak-anak muda itu jadi tidak berani lagi bertindak sembarangan. Dua hari lewat sejak kejadian tersebut, mendadak di mulut muara ada muncul dua rombongan coan-pang atau perahu, yang nyata ada kepunyaannya pihak Englok-kang udik. Maka tidak heran, rombongan perahu itu seperti telah memenuhkan atau menutup mulut muara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di mana pihak Hiecun memang ada punya perahuperahu penilik di sebelahnya mereka yang biasa keluar masuk hampir tidak putusnya, tidak heran apabila datangnya rombongan perahu-perahu asing ini segera dapat diketahui. Laporan segera sampai pada Tan Tay Yong, begitu juga laporan dari empat pemuda nelayan

yang diwajibkan mengintai ibu dan gadis itu, malahan mereka menyangka, ibu dan anak itu ada konconya pihak Englok-kang udik itu, hingga dua orang perempuan itu jadi semangkin dicurigai. Untuk membikin penyelidikan sendiri, dengan menyamar, Tan Tay Yong keluar dengan sebuah perahu kecil. Ia telah berlayar memutar, kemudian ia balik, ke dekat gubuknya Yan Toa Nio. Sampai begitu jauh, ia pun sudah lantas bercuriga, karena ia lihat, dua rombongan perahu itu bukannya perahu-perahu mayang yang sering tertampak dari lain-lain rombongan nelayan. Di sepanjang dua tepi mulut muara ada berbaris tidak kurang dari tigapuluh buah perahu. Anehnya tidak ada di antara perahu itu yang memuat penumpang perempuan. Pun kelihatan, kecuali tiga orang tua, usia di atas limapuluh tahun, yang lain kebanyakan ada pemudapemuda umur dua sampai tigapuluh tahun. Ia lihat segala perabot keperluan nelayan, akan tetapi di mata yang tajam dari Hiecun cuncu, mereka mestinya bukan bermaksud menangkap ikan melulu. Sesudah menyelidiki sekian lama, Tay Yong kembali ke dalam muara. Pihak Hiecun memang larang orang menangkap ikan di daerahnya, dilarang juga orang asing dan perahunya bermalam di daerah dusun perikanan ini, akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terhadap dua rombongan ini mereka tidak dapat segera mengusir, karena mereka sedang singgah dan singgahnya juga di luar mulut muara. Untuk mengusir, mereka tidak dapati alasan. Sesampainya di dalam dusun, Tay Yong kasih perintah bunyikan suitan bambu, untuk kumpulkan semua penduduk Hiecun. Maka semua nelayan menjadi repot, lekas sekali mereka siap dengan layarnya. Mereka heran juga selagi air pasang dan bukan waktunya untuk keluar bekerja, mereka mesti dengar pertandaan itu. Dengan dikepalai oleh perahunya Tay Yong, semua perahu nelayan segera bergerak. Dalam satu rombongan besar atau lerotan panjang, mereka menuju ke satu tempat jauhnya lebih daripada satu lie dari Hiecun. Di sini mereka bisa berkumpul dengan leluasa Tapi karena mereka kumpul di sini, baru semua nelayan ketahui yang mereka keluar bukannya untuk menangkap ikan. Oleh karena mereka semua sudah terlatih, mereka

telah atur rapi barisan perahu mereka masing-masing, kemudian yang menjadi kepala rombongan, yang dipanggil tauwbak, dengan satu tanda datang berkumpul bersama ketua mereka "Kita orang sekarang berkumpul di sini, karena satu bahaya sedang mengancam kita," berkata Tan Tay Yong dengan langsung. "Kita orang mesti berkumpul untuk berunding supaya kita orang jaga saja diri kita baik-baik, tegasnya, aku ingin kita orang bersiap, untuk membela diri." Tay Yong telah dapat sambutan yang hangat, karena semua nelayan sudah mengerti keadaan mereka, hingga mereka tidak bersangsi sedikit juga akan berikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

janjinya, janji tenaga dan jiwa. Mereka nyatakan bersedia akan turut segala titah atau pengaturannya ketua ini. Untuk sementara, Tay Yong hendak pecah semua penduduk dalam dua rombongan, untuk menjaga siang dan malam dengan bergiliran. Kecuali mulut muara yang dijaga keras, di atas Giokliong-giam juga hendak dipasang pengawasan di empat penjuru, supaya dari jauh-jauh mereka sudah bisa dapat lihat apabila ada gerakan apa-apa dari pihak penyerang. "Juga yang giliran menjaga siang tidak boleh alpa," Tay Yong minta. "Aku tidak bilang musuh akan serang kita malam ini, akan tetapi mereka pasti bisa serang kita setiap waktu. Mereka telah datang dari tempat jauh, mestinya mereka sudah siap betul-betul. Andaikata musuh menyerang, selainnya menangkis, tindakan pertama adalah mengasih tanda, supaya semua pihak kita bisa lantas sedia akan sambut mereka. Terutama mulut muara mesti dijaga keras. Panah kita mesti sedia banyak. Musuh tidak boleh diijinkan melintasi mulut muara." Tan Tay Yong juga sediakan dua-puluh orang, teristimewa untuk menjaga pihaknya Yan Toa Nio yang mesti dikurung. "Mereka itu liehay sekali, panah saja mereka dari jauh," ia pesan. "Jangan dekati mereka, meskipun kamu mengerti silat, itulah percuma. Aku pun nanti coba tindas mereka terlebih dulu, agar mereka tidak jadi penyambut bagi pihak musuh." Kemudian Tay Yong kasih tahu, ini ada tindakan pertama, dan tindakan kedua ia akan pikir lebih jauh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tindakan kedua ia maksudkan sebagai daya akan

selamati Hiecun untuk selama-lamanya. Semua nelayan buktikan semangat mereka, mereka tidak senang dan bersedia untuk bergulat. "Cuncu jangan kuatir," kata satu nelayan yang bernama Lim Siong Su. "Tidak nanti kita tinggalkan Hiecun, kita akan hidup atau musnah bersama-sama dusun kita ini. Kalau terpaksa, aku akan bikin karam semua perahu kita, supaya musuh tidak dapat punyakan!" Lim Siong Su ini ada tauwbak keempatnya Tan Tay Yong. Sama sekali ada empat tauwbak, yang setiap hari pegang pimpinan, mewakilkan cuncu, apabila sedang keluar menangkap ikan. Semua nelayan mesti tunduk pada mereka. Tauwbak pertama ada An Sam Siu, yang kedua Yap A Tiong dan yang ketiga Ho Jin. Mereka semua masih muda, pandai berenang di air. Di antaranya adalah Siong Siu, yang mengerti ilmu silat cukup baik, adatnya pun paling keras. "Kau benar, saudara Lim," kata Wan Sam Siu. Kita dari pihak Kiushe Hiekee, ke mana saja kita pergi, jangan biarkan orang pandang enteng pada kita, biar musuh ada punya tiga kepala dan enam tangan kita toh mesti lawan padanya!" "Jikalau kau semua sudah insyaf, itu bagus," kata Tay Yong pada dua orang kepercayaannya itu. "Memang, berhasilnya kita melindungi Hiecun berarti juga kita pegang kekal pamornya Kiushe Hiekee. Sekarang, karena gentingnya keadaan dan karena kau orang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengangkat aku sebagai cuncu, aku minta kau orang semua dengar aku! Siapa saja, ia mesti turut perkataanku! Umpama kata ada orang yang bandel dan bantah aku, aku tidak mau hukum padanya, tetapi aku harap kedudukanku diganti oleh lain orang! Bukankah di antara kita tidak ada orang luar?" "Kau keliru, cuncu," Yap A Tiong berkata. "Kita telah angkat kau menjadi cuncu, sudah tentu kita akan dengar perkataanmu! Aturan kita, siapa bersalah, cuncu mesti jalankan aturan terhadap orang itu! Bukankah kita sekarang tidak bisa lagi angkat kaki dari Hiecun, melulu untuk hidup sendiri?" "Perkataanmu, saudara, menyatakan kecintaanmu atas diriku!" Tay Yong bilang.

Kemudian Ho Jin nyatakan, apa tidak terlebih baik mereka turun tangan terlebih dulu terhadap Yan Toa Nio dan anaknya. "Tidak," Tay Yong jawab. "Kita curigai mereka tetapi buktinya kita belum ada, sebagai laki-laki, aku malu menghina orang perempuan! Sekarang kita perlu awasi saja sepak terjang mereka." "Kalau begitu, kasihlah aku yang ajak saudara-saudara pergi mengawasi mereka," Ho Jin minta tanggung jawab. "Apabila benar mereka main gila, aku ingin sekali buktikan, bagaimana sih liehaynya mereka!" Tan Tay Yong terima baik permintaan itu. "Tapi ingat kehormatan kita, aku minta jangan kau sembrono," ia pesan, la lantas tetapkan kewajibannya tauwbak itu. Kemudian ia kata pada Siong Siu, "Silakan bawa semua perahumu pergi menjaga mulut muara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Jaga supaya jangan ada perahu kita yang sembarangan keluar batas. Sebelumnya musuh unjuk bukti bahwa mereka hendak menyerang, kita pun jangan kentarakan suatu apa. Aku berikan kau duapuluh saudara, mereka mesti sembunyi di mulut muara, di pepohonan, di tanjakan, sedialah panah, apabila musuh merangsek, lantas gencet dan serang mereka. Di waktu bertempur, kita tidak boleh bersangsi lagi akan turun tangan. Sekarang sudah tiba saatnya untuk kita jual jiwa kita!" "Benar, cuncu!" sahut Lim Siong Siu, yang terima kewajiban itu. Setelah itu, Tan Tay Yong perintahkan Wan Sam Siu dan Yap A Tiong. "Kamu berdua boleh kepalai masing-masing rombongan seperti biasa. Sam Siu, kau boleh menjaga di depan Hiecun. Kau A Tiong, boleh pecah-pecah rombonganmu itu, begitu sang malam datang, lantas kau rondai seluruh daerah kita. Sekalipun tempat yang buntu, kau mesti perhatikan, maka itu, kirimlah dua perahu dengan dua saudara, menjaga di kaki Giokliong-giam, asal ada gerakan apa-apa, mereka ini mesti segera memberi tanda." "Cuncu nampaknya terlalu berhati-hati," A Tiong bilang. "Bukankah dari atas Giokliong-giam tidak ada jalanan sama sekali? Dari pihak bukit, kita sebenarnya tidak ada hubungan sama pihak luar yang mana saja...." "Bukannya begitu, saudara Yap. Kita lebih baik

berhati-hati daripada beralpa. Bukankah penjagaan itu tidak ada ruginya bagi kita? Mari, silakan kau pergi bekerja!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

A Tiong tidak membantah, ia pun terima baik kewajibannya. Kemudian Tay Yong berikan lain-lain titah lagi, sesudah mana ia ajak semua nelayan berangkat pulang untuk mereka itu lantas bekerja. Giok Kouw sambut ayahnya waktu ayah itu pulang, ia lantas tanya apa yang ayah itu atur. Tay Yong tuturkan segala apa pada anaknya itu, terhadap siapa ia tidak simpan rahasia. "Hiecun ada daerah yang bagus, aku percaya, biarpun ia liehay, musuh rasanya tidak akan mampu celakai kita," Giok Kouw nyatakan. "Apa yang aku harap adalah rombongan di muka muara kita itu bukannya dari pihak Englok-kang udik, yang telah menjadi musuh kita. Tentang mereka perlu dicari tahu, supaya kita tahu pasti mereka ada dari golongan mana." "Kau benar, anak. Turut penyelidikanku, mereka pasti bukannya penduduk Englok-kang yang berdekatan dengan kita, aku percaya sebagian di antaranya ada dari Englok-kang udik, sisa dari musuh-musuh yang telah menjadi pecundang kita. Rupanya mereka datang dengan tenaga baru. Kalau aku tidak salah, mereka ada rombongan Yo Ban Hoo, hanya, apa yang aneh, di antara mereka tidak ada hui-hiecun, perahu-perahu istimewa dari rombongan itu." "Kalau begitu, kita perlu bikin penyelidikan lebih jauh," Giok Kouw nyatakan. "Aku pun berpikir begitu. Kalau sebentar tidak ada perobahan apa-apa, aku hendak ajak beberapa saudara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang pandai berenang dan selulup, akan hampirkan perahu-perahu mereka" "Ayah benar, malah lebih lekas lebih baik." Boleh dibilang hampir tidak mengaso lagi, Tan Tay Yong lantas keluar pula, sekarang guna tilik semua nelayan, akan lihat pekerjaan mereka itu sebagaimana tadi telah diatur, kesudahannya ia merasa puas. Semua orang telah bekerja betul dan malahan mereka itu nampaknya siap sungguhan, seperti juga bahaya sudah pasti bakal mengancam mereka. Hatinya Tan cuncu jadi tenteram sekali, karena ia

percaya, dengan beragam dan bersungguh-sungguh, andaikata ada bahaya tentu dapat dihindarkan. Karena ini ia lalu tetapkan niatannya akan lakukan penyelidikan ke perahu asing. Tapi, sebelumnya pulang, ia pergi ke mulut muara, akan tilik rombongan perahu-perahu yang dicurigakan itu. Untuk keheranannya, selama itu pihak asing telah dapat tambahan lebih daripada duapuluh perahu lagi, semuanya perahu-perahu kecil yang lajunya pesat. Meski demikian, penumpang-penumpang perahu itu tenang semuanya, mereka bicara dan pasang omong dengan sewajarnya, pada mereka tidak tertampak gerakan apa-apa yang mendatangkan kecurigaan orang. "Benar luar biasa," pikir Tan Tay Yong. Dalam perjalanan pulang, ketua Hiecun ini coba melongok gubuknya Yan Toa Nio, ia lihat ibu dan anak dengan tenang sedang bekerja membikin bale atau pembaringan bambu, mereka sama sekali tidak bersikap luar biasa. Pemandangan ini menambah kelegaan hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selagi lewat di tempat di mana berada rombongan perahunya Lim Siong Siu barisan keempat Tay Yong lihat tauwbak-nya sedang jalan mundar-mandir di gili-gili, melihat padanya, tauwbak itu menegur. Tiba-tiba ia ingat suatu hal, ia lantas gapein tauwbak itu. "Aku ingin kau lakukan suatu pekerjaan," kata ketua ini, sesudah Siong Siu samperi ia. "Apa kau bisa pilih beberapa orang di antara orang-orangmu yang terpandai untuk berenang dan selulup?" "Aku dapat sediakan orang-orang itu," Siong Siu jawab. "Duapuluh tahun berada dalam latihan bersama, saudara-saudaraku semua sudah boleh diandalkan. Apa cuncu berniat bokong musuh?" Ditanya begitu, Tay Yong tertawa. "Saudara, kau ngaco!" ia kata. "Orangmu cuma duapuluh lebih dan perahu-perahu di sana sekarang telah berjumlah empat atau limapuluh lebih, satu tanda jumlah jiwa penumpangnya ada banyak, maka itu, cara bagaimana kau bisa pikir untuk serang mereka dengan diam-diam? Aku tidak pikir demikian, saudara, aku hanya ingin bikin penyelidikan untuk dapati kepastian, mereka sebenarnya datang dari mana dan dari golongan apa. Jika kita telah mengetahui jelas tentang mereka berarti ada lebih gampang untuk kita hadapi mereka itu.

Maksudku adalah kirim beberapa perenang menghampirkan perahu-perahu mereka, akan selidiki mereka dari dekat." Setelah mengetahui maksud ketuanya, Lim Siong Siu bersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku kira pekerjaan bagaimana, tidak tahunya hanya penyelidikan," berkata ia. "Itulah tidak berarti banyak! Cuncu serahkan pekerjaan itu padaku, cuncu harap sediakan saja buku jasa untuk catat nama rombongan kita!" "Saudara, jangan kau pandang pekerjaan ini seperti permainan anak-anak," Tay Yong mengasih ingat. "Bukankah pepatah berbunyi: kenal diri sendiri, kenal musuh, baru seratus kali berperang kita bisa seratus kali menang? Tapi aku tidak mengharap begitu, buat aku, cukup asal Kiushe Hiekee bisa lindungi pamornya. Di kalangan kita, kau memang terkenal gagah, tetapi di kalangan Sungai Telaga, kau mengerti, orang pandai bukannya sedikit. Kalau kita alpa dan memandang enteng semua orang, gampang sekali kita dibikin gagal. Kalau kita pergi bekerja, jangan lantas kita harapi pahala, sudah cukup asal kita jangan bekerja salah. Kita mesti jaga, kita pergi buat berhasil, tetapi jangan kita pergi untuk orang bikin kita kecele dan malu...." Tan Tay Yong tahu tauwbak itu beradat tinggi dan berhati keras, maka itu, ia telah bicara dengan tandes. Lim Siong Siu tidak berani adu bicara sama ketuanya, meski ia tidak setujui nasehat ketua itu. "Baiklah, cuncu, aku nanti pergi, aku tidak akan bikin gagal!" katanya Meski demikian, pada air mukanya tertampak nyata, bahwa ia kurang puas. Melihat sikap orang itu, hatinya Tay Yong tidak tenteram, akan tetapi karena ia tahu, tidak ada lain rombongan nelayan yang terlebih pandai daripada barisan keempat ini, ia terpaksa percayakan kewajiban penting itu pada tauwbak ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Baiklah," ia kata. la terus kasih tahu, bagaimana penyelidikan mesti dilakukan, kemudian lagi sekali ia pesan wanti-wanti supaya tauwbak ini berlaku hati-hati. Sesudah itu, ia terus pulang. Kapan sang malam sampai, pihak Hiecun telah siap dengan penjagaannya. Rombongan keempat ini telah siap, untuk jalankan kewajiban yang dipasrahkan oleh

ketua mereka. Dalam gelap gelita, Siong Siu pimpin pasukannya. Setiap satu tombak jauhnya, dua buah perahu, setiap perahu ada muat dua nelayan dengan dua tempuling dan dua panah berikut banyak anak panahnya. Dandanan mereka ada celana pendek, baju ringkas dan kepala di-bungkus. Mereka tidak bawa pelita atau obor. Tapi mereka tidak maju terus, hanya menantikan waktu. Di kiri kanan dan mulut muara yang tinggi merupakan bukit, ada masing-masing sepuluh nelayan yang membikin penjagaan. Perhatian mereka ditujukan terutama ke jurusan gubuknya Yan Toa Nio. Mereka ini termasuk pula rombongan dari pasukan ketiga dari tauwbak Ho Hong, yang membawa delapan perahu untuk pengawasan. Barisannya Yap A Tiong, enam-belas buah perahu rombongan kedua, tersebar di muka air untuk meronda. Setiap perahu membawa alat tanda, untuk memberi tahu ada bahaya atau untuk kumpulkan kawan. Tan Tay Yong sendiri, bersama empat nelayan sebagai pengikutnya, menilik semua, guna lihat orang bekerja sungguh-sungguh atau tidak. Persiapan malam dan siang memang ada bedanya Lebih kurang jam satu, Lim Siong Siu mendarat, naik ke puncak di mulut muara. Dari sini ia bisa melihat jauh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ke jurusan pihak asing yang disangka musuh. Di sana keadaan tenang. Hanya cahaya terang tertampak. "Sedari mulai gelap tadi, sampai sekarang mereka itu tidak bikin gerakan apa juga," begitu keterangannya satu nelayan, yang pasang mata "Baik, kau jagalah seperti biasa," berkata Siong Siu, yang lantas kembali ke perahunya. Sekarang tauwbak ini panggil empat saudaranya, yang ia ajak pergi melakukan penyelidikan, lajelaskan pada mereka hal tugas yang cuncu serahkan padanya, ia unjuk bahwa ia telah omong besar, maka ia minta empat kawan itu suka bekerja sama-sama ia dengan sungguhsungguh. Ia kata, ia malu pulang ke Hiecun andaikata mereka gagal. "Bagus! Sekarang hayo kita mulai bekerja!" kata Siong Siu dengan girang. Empat kawan itu dengan hampir berbareng, lantas terjun ke air, untuk berenang sambil selulup, Siong Siu sendiri menyusul paling belakang, la benar liehay,

dengan lekas ia telah bisa susul empat kawan itu. Cepat sekali mereka sudah sampai di luar mulut muara. Di sini mereka timbul sebentar, akan menyedot hawa, akan melihat jurusan. "Kita mesti pecah dua," Siong Siu kata. "Kau berdua maju dari kanan, aku bertiga dari kiri. Harap kau berlaku hati-hati." Dua nelayan yang jalan di kanan itu ada Cio Liong dan Cian Siu Gie. Dua, yang turut tauwbak ini, ada Thia Toa Yu dan Ie A Po.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan berenang dan selulup bergantian, berlima mereka meng-hampirkan perahu-perahu asing. Mereka bisa datang dekat dengan tidak nampak rintangan. Dengan tanda, Siong Siu minta kawan-kawan itu jangan lantas dekati perahu, hanya mereka mesti memutar dulu, guna lihat apakah musuh pasang pengawas atau tidak. Sendirian saja, Siong Siu berenang ke sebuah perahu besar di mana ada cahaya api. Perahu ini berlabuh di tengah-tengah dari yang lain-lain. la angkat kepalanya tinggi-tinggi setelah ia sudah datang dekat. Sekarang ia dapat buktikan kebenarannya dugaan dari Tan Tay Yong. Perahu besar ini ada dari Kangsan-pang. Dan perahu macam itu ada tujuh, berlabuhnya bercampuran dengan lebih daripada tigapuluh perahu lainnya, hingga dari jauh sangat sukar untuk mengenali dengan segera. Siong Siu berlaku hati-hati sekali. Ketika itu ia berada di belakangnya perahu besar itu. Ia cabut golok, yang ia soren di pinggangnya. Ia kuatir musuh pasang jaring atau gaetan. Dalam gelap gelita, biar bagaimana juga, orang tidak bisa bergerak leluasa seperti di waktu siang. Jala bisa meringkus orang tetapi gaetan adalah pertandaan. Memegang perahu dengan hati-hati sekali, Siong Siu gunakan tenaganya guna angkat tubuhnya, dengan begitu ia bisa melihat ke dalam kendaraan itu di bagian belakang. Ia lihat satu perapian besar. Di dekat situ ada rebah seorang tua usia lima atau enampuluh tahun, rupanya empe-empe itu tidur kepulasan, karena kipasnya kipas daun paimmenggeletak di pahanya. Api di perapian sudah hampir padam, tetapi tekonya telah kasih dengar suara air yang bergolak-golak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Percaya tukang perahu itu sedang tidur nyenyak, Siong Siu lalu melapay ke sebelah kiri. Di sini, dengan

berani, ia lompat naik ke atas perahu, segera ia hampirkan jendela dari gubuk perahu. Ia dengar suara dua orang bicara, karena daun jendela tertutup rapat, ia tidak bisa memandang ke dalam. "Kita tidak boleh pandang terlalu enteng pada daerah berharga yang seperti mustika ini," demikian ia dengar satu suara. "Kita hendak buka jalan hidup untuk saudarasaudara kita, untuk itu kita mesti gunakan antero tenaga kita. Aku percaya mereka tidak menjaga sejaga-jaganya saja, mereka mestinya ada atur daya upaya lainnya yang sempurna." "Sebagai orang terhormat, kita tidak harus berlaku curang!" kata suara yang kedua, yang nyaring. "Kita sudah berkumpul di sini, itu tandanya kita telah berlaku terus terang. Mereka ada satu rombongan kecil, apa terhadap mereka kita perlu kirim surat tantangan perang?" Siong Siu menjadi ketarik, ia ingin sekali lihat macamnya dua orang itu. Sekarang ia dapat lagi bukti, bukti yang memastikan, bahwa Giokliong-giam Hiecun benar-benar sedang hadapi musuh musuh untuk hidup dan mati. Baru saja ia bergerak, dengan niatan melewati jendela itu, atau mendadak di dalam gubuk perahu ada orang tertawa terbahak-bahak serta terus berkata, "Aku tidak percaya segala anak kucing dan anak anjing berani molos kemari!...." Ucapan itu sudah lantas disusul dengan suara disingkapnya kere.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siong Siu terperanjat, hingga di dalam hatinya ia berseru, "Celaka!...." Tidak buang tempo lagi, ia pegangi pinggiran perahu dan terjun ke air. Berbareng dengan itu, di kepala perahu ada terdengar suara orang berseru kaget disusul dengan suara berisik. Dengan tidak pedulikan itu semua, Siong Siu selulup terus ke kepala perahu, sampai ia terpisah satu tombak lebih. Di muka air, segala apa ada gelap, di perahu sebaliknya ada cahaya terang. Mendadak kelihatan seekor ikan, yang panjangnya tiga kaki lebih, telah lompat meletik ke kepala perahu, hingga di sana orang jadi berseru bahna kagetnya. Karena itu, semua orang di dalam perahu lantas memburu keluar. "Han suhu, ada apa?" demikian orang menanya.

Orang di kepala perahu itu segera menyahut, katanya, "Kelihatannya usaha kita bakal berhasil! Aku dengar suara, tadinya aku menyangka pada kucing dan anjing, yang berniat main gila di sini, tidak tahunya seekor ikan besar sudah meletik naik ke dalam perahu kita! Ini ada suatu alamat baik, kita bakal dapat untung!" Orang yang dipanggil Han suhu itu lantas unjuki seekor ikan. "Lauw Ho, Lauw Ho!" ia lalu memanggil-manggil. Dari dalam lantas muncul satu orang yang matanya kesap-kesip. Di kepala perahu sekarang berkumpul lima orang, si Han suhu adalah yang romannya paling bengis. "Bawa ikan ini!" ia memerintah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lauw Ho, atau si Ho Tua sudah lantas angkat ikan itu untuk dibawa pergi. Siong Siu mengerti bahwa orang telah pergoki ia, baiknya ada sang ikan, yang rupanya kaget karena ia terjun, sudah lompat meletik ke atas, naik ke perahu, hingga perhatian orang jadi ditujukan pada ikan itu. Ia tidak takut, tetapi orang di perahu terlalu banyak, untuk ia layani, sedang tujuannya adalah bikin penyelidikan di luar tahu musuh. Tapi ia belum peroleh hasil yang memuaskan, apabila suara sudah mulai sirap, ia menghampirkan ke sebelah kanan perahu itu. Ia masih ingin lihat dua orang tadi. Kali ini ia berhasil. Dua orang itu dandanannya bukan sebagai nelayan, yang satu berusia kurang lebih enampuluh tahun, tubuhnya tinggi besar, mukanya merah, berkumis dan berewokan hitam, bajunya ada baju panjang warna biru. Orang yang satunya lagi berusia lebih tua, ditaksir umurnya tujuhpuluh tahun lebih, kumisnya jarang, mukanya kurus, tetapi sepasang matanya tajam betul, sampai bersinar. Mestinya aki-aki ini ada seorang yang liehay. Selagi Siong Siu mengawasi terus, mendadak si brewok hitam tertawa dan kata, "Cui loosu, inilah yang dibilang, rejeki tidak datang bareng, bahaya tidak jalan sendirian! Yang tadi itu adalah penipuan belaka! Lihat malam ini dua rupa kegirangan datang berbareng! Lihat, lusu, ikan yang belakangan ini ada terlebih besar daripada yang ditangkap tadi!" Sembari berkata begitu, empe ini gerakkan tangannya,

menuding ke air, berbareng dengan itu sebuah senjata


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

seperti paku perak, melesat menyambar ke jurusan tauwbak dari Hiecun. Siong Siu mengawasi orang dengan tubuh tengkurep di air, kedua tangannya dipakai menahan dirinya, supaya bisa berdiam terus, ia tidak sangka bahwa ia bakal diserang secara demikian mendadak, meski ia gesit, sukar untuk ia tolong dirinya, justru ia mau bergerak dengan menyangka ia ada bagian mampus, tiba-tiba ia rasai kedua kakinya ada yang sambar dan betot begitu keras, hingga ketika senjata rahasia sampai, senjata itu lewat tepat di atas kepalanya. Kemudian ia telah dibetot terus, masuk ke dalam air, sampai di bawahnya perahu besar itu, sedang kupingnya masih dengar secara lapatlapat suara tiga orang terjun ke air, rupanya untuk cari ia. Malahan tiga orang itu semuanya cerdik, karena mereka telah berpencaran salah satu di antaranya, sudah menuju ke dasar perahu. Oleh karena ia telah dibetot secara mendadak, kendati ia pandai berenang dan selulup, saking kagetnya, Lim Siong Siu telah kena juga tenggak air, hingga ia gelagapan, syukur untuk ia, pikirannya masih sadar, meski ia lelah, ia toh berdaya akan singkirkan diri. Ia melesat ke samping, kedua kakinya digerakkan, atas mana, tubuhnya lantas mencelat ke atas. Satu kali kepalanya nongol di muka air, ia bisa buang dan menarik napas. Tapi ia tidak bisa sia-siakan tempo, la merasa ada orang susul ia, lekas-lekas ia hunus goloknya. Pihak pengejar rupanya ada pandai sekali, ia bisa menyusul dengan lekas, tangannya sudah lantas menjambret. Dengan egos diri ke kiri, Siong Siu menyabet dengan goloknya Untuk tolong diri, penyerang itu segera selulup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Adalah di waktu itu, muncul Thoa Toa Yu dan le Pa Po. Mereka juga sudah kena dipergoki oleh musuh, mereka telah diserang. Pihak musuh ada bertiga. Kemudian di pihak musuh datang si brewokan, yang ternyata ada liehay. Dengan bantuannya dia ini, dua nelayan dari Hiecun itu dengan gampang kena ditangkap, lantas mereka dilelepkan pergi datang sampai keadaan mereka setengah mati. Siong Siu telah dapat lihat dua kawannya digaet naik ke perahu, ia ada mendongkol berbareng kuatir dan

malu. la telah buka mulut besar, sekarang ia gagal. Ia malu untuk pulang. Tapi, kalau tidak pulang, lidak bisajadi. Ia perlu pulang untuk memberi laporan. Di lain pihak, sekarang ia dikepung oleh tiga orang!.... Dalam keadaan seperti itu, tauwbak ini menjadi nekat. Ia ingin bisa bacok salah satu penyerangnya, supaya ia sedikitnya tidak hilang muka, atau ia tidak nanti binasa secara kecewa. Sayang untuk ia, kendati ia pandai berenang dan selulup, ilmu silatnya rendah, sedang tiga musuhnya ternyata mengepung ia dengan maksud separoh menilik padanya. Beberapa kali ia ditubruk, beberapa kali ia bisa egoskan dirinya. Akhirnya si brewokan hitam jadi penasaran. "Kalau kita tidak bisa bekuk dia ini, orang tentu tidak akan pandang mata pada kita!" demikian ia berseru. "Silakan kau minggir, nanti aku layani sendiri padanya! Aku mau lihat, ia sebenarnya ada orang liehay macam bagaimana!" Lantas saja orang tua ini selulup. Siong Siu mengerti yang ia lagi hadapi musuh tangguh kendati benar musuh ini bicara terlalu takabur, untuk bikin perlawanan, tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

alpa akan ambil kepastian. Ia lihat lowongan di jurusan barat utara, ia segera berenang ke sana, lantas ia selulup, baru saja mengenjot tiga kali, ia sudah pisahkan diri jauhnya dua tombak lebih. Dengan cara begini, ia bisa jauhkan diri dari dua musuh, yang sedang awasi ia Kapan ia timbul, ia kehilangan si orang tua brewokan hitam, yang telah selulup sedari tadi. Untuk cari musuh, Siong Siu celingukan, tatkala mendadak ia rasai kedua kakinya membentur suatu apa. Ia kaget, ia segera menahas ke jurusan kakinya. Baru saja ia membacok, atau bebokongnya ada yang sambar, ia segera dibetot. Ia menahan napas, ia coba pertahankan diri, tetapi justru itu, ia merasa tubuhnya segera ditolak, sampai ia terdorong jauh, hingga ia muncul di muka air. Ketika ini ia pakai untuk membuang napas, akan sedot hawa udara baru. Di depannya, ia lihat air bergelombang, apabila ia awasi, ia lihat romannya si empe brewokan hitam. Berbareng dengan itu, di lain jurusan ia tampak air bergelombang, hanya dalam gelap gelita, ia tidak sanggup melihat tegas. Ia menjadi heran, hingga karena bersangsi, ia tidak ingat akan lekas undurkan diri. Ia

sedang bengong tatkala dengan mendadak di belakangnya terdengar teguran, "Manusia tidak tahu malu! Apakah kau lagi tunggui kematianmu? Kenapa kau tidak lekas menyingkir, lari pulang?" Siong Siu kaget, ia menoleh dengan lekas, tetapi ia tidak lihat orang yang menegur ia. Tapi sekarang ia insyaf, maka ia tidak berayal untuk melarikan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lantas di muka air ia dengar seruan, "Han loosu, malam ini kita bisa roboh! Kita tidak boleh sudahi saja, kita mesti cari padanya!" Siong Siu tidak peduli musuh, ia lari terus. Di tengah jalan ia ketemu dengan Cian Siu Gie, yang berada di kanannya, bersama-sama Cio Liong. Mereka lari terus sampai di mulut muara, baru mereka merasa lega. Tauwbak itu diam saja, ia berduka dan malu. Ia telah kehilangan dua kawannya. Di mulut muara mereka naik atas perahu mereka dan lantas salin pakaian yang basah, susuti tubuh mereka juga. "Aku roboh," akhirnya kata Siong Siu dengan mengelah napas panjang. "Aku malu buat tinggal lebih lama di Giokliong-giam." "Lim suhu, kenapa kau berpikiran begitu cupet?" Cian Siu Gie kata. "Terang orang telah bersiaga. Kita berdua telah samperkan beberapa perahu, saban-saban kita tidak mampu datang dekat sekali, kita juga mesti dengar ucapan-ucapan pedas, yang berupa jengekan terhadap kita. Orang pun telah sengaja siram kita dengan air kotor. Karena ini kita segera mengerti yang musuh sedang permainkan kita, tetapi karena terpaksa, kita sabar saja, sampai akhirnya kita mundur sendiri." Siong Siu jadi tambah berduka, ia tidak kata apa-apa pada dua orang itu, tapi mukanya merah dan suram, maka Siu Gie lalu ajak Cio Liong undurkan diri ke perahu mereka. Mereka tahu tauwbak itu sedang mendongkol. Siong Siu tetap dalam kemendongkolan dan kesangsian. Ia sangat malu, terutama karena ia tahu di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hiecun rata-rata orang hargakan ia, karena kepandaiannya main di air dan ilmu silatnya. Baru sekarang ia mengerti betul, siapa berada di tempat tinggi, jatuhnya parah. Karena malu, ia kertak gigi. "Biar bagaimana, aku mesti kembali pada musuh, akan cari Toa Yu dan A Po, untuk tolong mereka!" demikian

akhirnya ia pikir. "Kalau aku berhasil, syukur, kalau tidak, tidak nanti aku kembali kemari. Kiushe Hiekee melarang orang meninggalkan golongannya sendiri, tetapi aku terpaksa mesti menyingkir dari sini, aku baik pulang dulu ke Hucun-kang, akan asingkan diri di sana" Setelah ambil putusan, Lim Siong Siu lantas ambil uang, yang ia gubet di pinggangnya, sesudah itu ia pakai bajunya Adalah di waktu itu, ia dengar orang ketok jendelanya sambil berkata-kata, "Lim Siong Siu, kau tidak tahu diri! Kenapa kau bikin turun derajatnya leluhurmu? Kenapa sekarang kau niat lakukan lain kedosaan lagi? Kalau sampai kau terjatuh di tangan musuh, kau bikin aku jatuh merk juga! Kenapa kau tidak mau diam saja, bantu menjaga mulut sungai ini? Cucu yang tidak berguna awas, aku nanti terlebih dulu bereskan padamu!" Siong Siu kaget, hingga bajunya yang baru dipakai separah ia sudah tunda dengan tercengang. Ia tadinya menyangka pada Tan cuncu, yang menegur ia, tidak tahunya, suara itu bukan suaranya Tay Yong. "Siapa?" ia menegur, serta buka pula bajunya. Ia sembat goloknya, dengan tidak tunggu jawaban, ia lari keluar gubuk perahunya. Tapi di perahunya itu tidak ada orang, muka air tenang seperti biasa Salah satu dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebuah perahu rombongannya berada di sebelah depan perahunya. "Lie Hong," ia tanya, "apa kau lihat orang di perahuku ini?" "Tidak," jawab Lie Hong, orang yang ditanya itu, ialah nelayan dari perahu itu. Mau tidak mau, Siong Siu menjadi heran bukan main, hingga lagi-lagi ia mengawasi muka air, yang tetap tenang, tidak ada tanda-tandanya bekas orang berenang di situ. Ia menjadi masgul, ia kerutkan alis. Akhirnya, dengan lesu, ia bertindak masuk pula ke dalam perahunya, goloknya ia lemparkan. Ia duduk dengan jatuhkan diri. Di kupingnya masih berdengung suara tadi. "Terang ia dari pihak Kiushe Hiekee," ia berpikir. "Ia juga katakan aku cucu yang tidak berguna. Di sini aku benar paling muda, sebaliknya dari golongan tua, hanya ada empe dan encek, maka itu ada siapakah yang panggil aku cucu? Kalau ia dari pihak luar, kenapa ia panggil aku cucu? Lagian, dengan penjagaan begini kuat,

cara bagaimana musuh bisa datang kemari dengan tidak diketahui atau mendapat rintangan? Jikalau benar musuh bisa masuk dengan diam-diam, oh, benar-benar kita berada dalam bahaya besar!.... Dan tadi, di dalam air, siapa orang itu, yang telah tolong aku dari ancaman bahaya? Terang ia berkepandaian sangat tinggi, orang dengan kepandaian semacam itu, aku belum pernah lihat...." Mendadak Siong Siu ingat apa-apa. "Apakah ia bukannya salah satu dari leluhur kita, Tan Ceng Po atau Lim Siauw Chong?" demikian dugaannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lim couwhu ada eng-kongku dari turunan langsung tetapi ia telah jauhkan diri dari kita, tidak ketahuan ia tinggal di mana, malahan pihak kita di Hucun-kang tidak pernah ada yang ketahui padanya, cara bagaimana sekarang ia bisa ketahui yang anak cucunya telah merantau sampai di sini? Malahan ia ketahui juga kita sedang terancam bahaya besar dan telah datang pada saat yang berbahaya ini? Tidak, inilah tidak bisa terjadi!...." Memikir lebih jauh, Siong Siu sekarang insyaf, bahwa ia masih muda dan kurang pengalaman, kepandaiannya pun masih banyak cacatnya, hingga belum waktunya untuk ia masuk dalam kalangan Sungai Telaga. Oleh karena ini, ia jadi bersangsi dan duduk diam saja, karena ia bersangsi, apakah ia pergi atau jangan untuk tolong dua kawannya.... Meski ia rebahkan diri, tauwbak ini tidak bisa pulas, pikirannya masih terus bekerja. Adalah di waktu itu mendadak perahunya bergon-cang keras, di kepala perahunya ia dengar suara menjubiar dua kali, tanda bahwa ada orang terjun ke air atau dilemparkan ke sungai. Dengan kaget ia lompat bangun dan sembat goloknya, lupai segala bahaya, ia lari ke luar, kapan baru saja ia melongok di mulut pintu, ia jadi tercengang, matanya melotot.... Di atas perahu ada rebah dua orang, yang rupanya baru saja diangkat naik dari air, dua-duanya tidak bergerak, seperti mayat. Siong Siu kerutkan alisnya, ia beranikan hati. Ia hampirkan dua orang itu dan segera ia berseru, "Oh, kiranya kamu berdua!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka itu memang Thia Toa Yu dan le A Po, yang

tadi tertawan musuh, sekarang pulang entah siapa yang antarkan! Dengan lantas Siong Siu raba dada mereka, ia rasakan jantungnya masih memukul, karena tenggak terlalu banyak air, maka dua nelayan itu jadi pingsan dan rebah sebagai mayat. Siong Siu segera teriaki kawan-kawannya dari perahu tetangga, beberapa orang segera datang, apabila mereka lihat keadaannya Toa Yu dan A Po, lantas mereka turun tangan akan menolong dan sadarkan dua saudara itu. Tidak lama setelah air di perutnya dikuras dan mereka dicekoki air jahe hangat, Toa Yu dan A Po lantas sadar, mereka buka kedua matanya, segera mereka berseru bahna heran. Tapi ini justru bikin lega hatinya Siong Siu, begitupun yang lain. "Ajak mereka ke dalam," Siong Siu kata Beberapa orang lantas dukung dua saudara ini, dengan dipepayang dibawa ke dalam perahu dan terus direbahkan separoh nyender. Mereka sudah sedar, tetapi untuk ingat betul beberapa ketika mesti dikasih lewat. Itulah sebabnya mereka terlalu lemah. Mereka irup lagi air jahe, baru kemudian mereka bisa bicara. "Siunia, malam ini kita orang jatuh merk," akhirnya mereka kata pada Siong Siu. "Kami bisa lolos dari tangan musuh, ini adalah di luar dugaan kita...." "Saudara-saudara, aku menyesal sekali atas kejadian ini," berkata Siong Siu, sang pemimpin atau siunia. "Kamu telah terjatuh di tangan musuh, aku niat menolong, sayang tenagaku tidak ada. Aku malu sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku sampai di rumah dengan merasa sangat malu.. Aku terangkan padamu, bahwa aku tidak punya muka untuk hidup lebih lama pula. Katakan padaku, siapa telah tolong kamu berdua?" "Begitu kena ditangkap, kita lantas tidak ingat suatu apa," Toa Yu jawab. "Kelihatan musuh tidak mau celakai kita mereka taruh kita di kepala perahu, ditengkurupi, sampai air di perut kita sendiri keluar. Ketika kita sedar, jangan kata lari, geraki tubuh saja kita tidak mampu. Kita diam saja, bersedia akan terima binasa. Sembari rebah, kita dengar suara orang bicara di dalam gubuk perahu, rupanya mereka sedang berebut pikiran. Karena kita ketulian, kita tidak bisa dengar perkataan mereka. Adalah waktu itu, dari perahu sebelah mendadak lompat dua

orang yang tubuhnya sangat enteng dan gerakannya gesit sekali. Mereka pakai pakaian mandi dan kepala dibungkus. Kita lihat mereka ada orang-orang perempuan, malah mirip dengan Yan Toa Nio dan gadisnya. Dalam keadaan seperti itu, gelap dan mata masih seperti lamur, kami tidak mampu menegasi. Lantas dua orang itu samber kita masing-masing dan dibawa terjun ke sungai, kelihatannya kita mau dibawa pulang, tetapi kita tidak ketahui betul, karena begitu lekas masuk di air, lekas juga kita pingsan lagi, sebab percuma saja kita menahan karena kita masih sangat lemah. Sejak pingsan, kita tidak tahu apa-apa lagi!" Siong Siu goyang-goyang kepala, la bingung dan tidak mampu berpikir. "Kenapa justru mereka yang datang menolong, sedang mereka yang kita curigai?" demikian ia paksa asah olaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Syukur Siong Siu, ia tidak usah putar otak terlebih jauh. Sebuah perahu mendatangi, lantas ternyata, itu ada perahunya cuncu Tan Tay Yong yang diiringi oleh empat nelayan. Mereka melakukan penilikan. Terpaksa ia menahan malu dan sambut ketua itu. Begitu lekas Tay Yong telah berada di perahunya, Siong Siu tuturkan tentang perjalanan dan pengalamannya yang luar biasa itu. Ia utarakan menyesalnya untuk kegagalan itu. Ia pun tuturkan pengalaman dari Toa Yu dan A Po. "Apa yang aneh, mereka bilang bahwa yang tolong mereka adalah ibu dan anak yang kita curigai itu," ia tambahkan akhirnya. "Aku tadinya hendak beri laporan pada cuncu, tetapi sekarang cuncu telah datang lebih dulu. Sekarang aku minta cuncu angkat lain orang untuk ambil tempatku, kemudian cuncu boleh hukum aku menurut aturan kita, aku akan terima segala hukuman. Aku malu sekali, sebelumnya bertempur dengan musuh, aku telah bikin turun pamor kita...." Mendengar begitu, Tay Yong goyangi tangan berulang-ulang. "Jangan kata begitu," ia bilang. "Titah saja untuk membikin penyelidikan sudah berarti bahaya, apapula dijalankannya itu. Janganlah kau anggap bahwa kegagalanmu itu menurunkan pamor, kau mesti insyaf pentingnya perkara. Sekarang mari kau ikut aku."

Siong Siu diam saja, ia ikut diajak ke perahunya ketua itu. Di sini ia disuruh duduk. Ia menurut. "Aku tahu, Siong Siu, mengenai urusan kita, kau selalu bersungguh-sungguh," kemudian kata ketua ini. "Aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

juga tahu, kau memang beradat keras dan selamanya ingin menang sendiri. Kita sebenarnya bukan bangsa nelayan sembarangan, kita ada dari Kiushe Hiekee dan telah wariskan sifatnya leluhur kita. Buat kita, hidup atau mati, senang atau terhina, mesti sama-sama. Kau anggap dirimu malu, tetapi ke mana kau hendak pergi? Bukankah ada aturan kita yang melarang anggotanya berlalu dari rombongan dan tidak boleh ditinggal pergi? Kau mesti insyaf dan harus hormati aturan kita itu. Kita hidup senang di sini, semua bukan karena kemampuanku sendiri sebagai ketua, itu hanya disebabkan ragamnya kita semua. Maka kau berhak untuk mengicipi apa yang kita semua rasakan! Kalau kau menyingkir, kau tentu pulang ke Hucun-kang, apabila itu terjadi, di sana kau mestinya merasa malu sendiri. Kita sekarang terancam bahaya paling hebat, kau bisa buktikan ini dari pengalamanmu sendiri, maka itu kita tidak boleh pandang enteng pada musuh. Terang musuh ada liehay, apabila ia telah turun tangan, pertempuran hebat mesti terjadi. Giokliong-giam akan mandi darah, maka itu, kita justru mesti keluarkan antero tenaga akan membela diri, akan lawan musuh. Untuk kita, tambah satu orang berarti tambah satu tenaga. Tentang ilmu silat, kita tidak boleh ambil kepastian, karena yang pandai ada yang terlebih pandai lagi. Tentang orang yang bantu kita secara menggelap, kecuali sudah pasti ia berilmu tinggi, aku duga pasti ia dari kaum kita. Aku pun merasa aneh pada Yan Toa Nio dan gadisnya, kita sangka mereka sebagai cecolok, penyakit di dalam, siapa nyana mereka justru ada bintang penolong kita! Apa penolong itu bukannya mereka berdua? Tetapi, di sebelah itu kita lagi hadapi musuh berbahaya!...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lim Siong Siu tunduk saja, ia malu bukan main. "Aku bersyukur yang cuncu sudi memberi ampun padaku," ia bilang, "tetapi keampunan ini membikin aku jadi lebih-lebih bersusah hati. Untuk keselamatannya Kiushe Hiekee, aku tidak mampu berbuat jpa-apa, bagaimana aku tidak malu dan menyesal? Tapi aku berjanji, .iku akan serahkan jiwaku dan kucurkan

darahku untuk Giokliong-giam. Melainkan satu hal aku minta, sukalah cuncu menjaga hati-hati. Aku baru pergi ke rombongan musuh sebelah kiri, mereka semuanya liehay bukan main. Aku tidak takut cuncu cela aku, terus terang saja di Hiecun ini sukar untuk cari tandingan musuh, kecuali orang-orang itu yang dengan menggelap telah bantu kita. Dua kali aku telah didekati, dua-dua kalinya aku tidak bisa lihat padanya Bukan aku saja, juga pihak Kangsan-pang tidak dapat lihat padanya meskipun pihak itu liehay. Karena itu, bentrokan di antara mereka belum pernah terjadi. Asal saja orang-orang yang menolong kita suka membantu, harapan kita ada besar. Ketika keluar dari penjagaan musuh, mereka telah lumpuhkan penjagaan musuh. Tapi, yang tadi berkatakata menegur aku dari luar perahu, ia terang ada dari pihak tetua Kiushe Hiekee. Coba cuncu pikir, siapa kiranya dia itu?" "Sekarang ini yang sanggup tolong kita hingga Giokliong-giam tidak usah jatuh ke dalam tangan musuh melainkan ada 2 orang," Tay Yong berkata. "Mereka ada orang-orang luar biasa dari kaum kita ialah pehhu-ku Tan Ceng Po serta engkongmu Lim Siauw Chong. Tapi mereka umpati diri di daerah Hu-cun-kang, sudah banyak tahun mereka tidak pernah muncul. Malahan masih menjadi pertanyaan apakah kedua loojinkee itu ketahui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

atau tidak tentang kepindahan kita kemari.... Maka adalah luar biasa, justru kita berada dalam bahaya, mereka lantas datang menolong kita! Sungguh aku tidak berani mengharap untuk kedatangan mereka! Tentang Yan toanio dan gadisnya, aku bersangsi untuk pastikan mereka orang macam apa atau dari golongan mana, maka itu, mereka tetap menjadi kecurigaan kita. Tentang mereka aku juga telah pikir hingga seharian, akhirnya aku masih sangsi. Menampak keadaan musuh demikian rupa, sedang bala bantuan kita tidak bisa dapatkan, tidak bisa lain, terpaksa kita mesti mengandal pada diri sendiri! Kalau bisa kita bela, jikalau tidak kita juga akan bela sampai mati. Tay Yong tidak akan menyingkir dari sini, apapula untuk nyingkir sendirian! Segala apa aku pasrah pada Thian!.... Penjagaan di mulut muara masih kurang, coba kau tambah dengan seluruh pasukanmu. Siong Siu, tetapi hatimu jangan sangsi! Kau niat kucurkan darah untuk Giokliong-giam, angan-anganmu sama dengan

angan-anganku! Nah, mari kita orang bekerja!" Siong Siu bersyukur pada cuncu yang baik budi itu. "Baik, cuncu!" ia berkata. "Aku nanti atur saudarasaudaraku guna bela mulut muara ini! Tentang Yan toanio dan anaknya baik cuncu jangan alpa, sebaiknya kau minta Ho siokhu dari pasukan ketiga yang lakukan penilikan. Siapa tahu hati manusia? Sungguh berbahaya kalau dalam perut kita ada tersembunyi musuh!...." "Aku mengerti," sahut Tay Yong, yang lantas saja minta Siong Siu balik ke perahunya dan ia lantas bawa perahunya, akan lanjuti penilikannya. Dari mulut muara, Tan Tay Yong memandang ke jurusan perahu-perahu musuh. Malam ada gelap, cahaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

api tidak ada, sukar untuk melihat rombongan musuh itu. Keadaan pun sunyi. Maka itu, ada sukar akan mendugaduga aksi musuh. Hanya satu hal sudah pasti, ia harus berlaku hati-hati, karena musuh, yang sudah datang, tentunya sudah siap sedia akan menyerang, tinggal tunggu waktu saja. Dengan masgul ia berjalan pulang, sembari lewat, ia memandang ke jurusan gubuknya Yan Toa Nio dan anak. Gubuk ada gelap dan sunyi, rupanya orang sudah tidur dengan tenang, karena biasanya, gubuk itu selalu memasang api. Untuk mengawasi ibu dan anak ini ada kewajibannya Ho Jin dari rombongan ketiga, ia keluar menemui Tay Yong kapan ketua itu datang ke tempat jagaaannya. "Kenapa api di gubuk itu padam?" Tay Yong tanya. "Apa ada kelihatan itu ibu dan anaknya keluar dan masuk?" "Tadi, begitu lekas cuaca menjadi gelap, mereka pasang api terang sekali, tidak berhentinya mereka mundar-mandir," Ho Jin bentahukan. "Sejak jam dua, api dipadamkan dan lantas gubuk itu jadi sunyi, sampai sekarang tidak kelihatan ada gerakan apa juga di dalam situ. Aku percaya mereka tidak akan lolos dari pengawasanku." Tay Yong goleng kepala, ia tidak kata apa-apa "Ancaman bahaya ada hebat, kau harus waspada," kata ia kemudian, yang terus pulang. Ia terus tidak bertenteram hati, hingga orang-orang di rumahnya turut jadi sibuk. Giok Kouw yang tunggui ayahnya, sudah sambut ayah itu, ia bisa lihat romannya yang kucai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Malam ini toh tidak ada bahaya, ayah?" kata puteri ini. "Ayah lelah, lebih baik sekarang kau pergi rebahkan diri." Tay Yong menghela napas, sambil batuk-batuk ia jatuhkan diri di kursi. Ia lihat pelita sudah guram, maka ia berbangkit seraya ulur lengannya, akan tarik sumbu pelita itu. Atau mendadakan ia terperanjat. "Eh, perbuatan siapakah ini?" lanyanya, dengan mata mendelong. Di bawah pelita ada selembar kertas! Giok Kouw mendekati, ia pun iidak kurang herannya. Ia jumput kertas itu, yang ada suratnya, maka berdua ayahnya, ia membaca surat ini yang berbunyi begini: Perhatikan! Pihak Englok-kang niat mencari balas, barusan perahunya sudah siap! Jangan memandang enteng! Mereka telah berserikat dengan pihak Kangsan-pang, yang tangguh! Kau semua bukan tandingan mereka tetapi jagalah mulut muara dengan kuat, guna lindungi Hiecun! Jangan bertindak sembrono, untuk mencegah keruntuhan, yang harus disingkirkan. Di saatnya yang berbahaya, aku nanti datang, akan lindungi keselamatannya anak cucu dari Kiushe Hiekee, supaya mereka luput dari pembasmian secara kejam. Maka, berhati-hatilah kau! SIAUW CHONG. Siauw Chong berarti Chong si Kecil, bukan "Siauw" dari Siauw Chong. Yang sama adalah huruf "Chong" itu. --ooo0dw0ooo-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

III Ayah dan anak itu menjadi girang, setelah besarkan api, dengan hati-hati mereka letaki surat itu di atas meja dan keduanya lantas unjuk hormat sambil paykui pada surat itu. "Dasar anak cucunya Kiushe Hiekee di sini tidak akan ludas, mereka telah bikin tergerak hatinya leluhur kita, hingga mereka hendak ditolong," kata Tay Yong kemudian pada anaknya. "Siauw Chong ini adalah couwhu Lim Siauw Chong." "Dengan begini menjadi nyata, Lim couwhu dan engkong kita terang masih berada di dunia ini," kata Giok Kouw yang kegirangan. "Sudah lama aku tidak lihat mereka itu, mereka telah bertapa hingga ada yang kata

mereka telah jadi malaekat dan tidak campur lagi urusan dunia, siapa nyana sekarang mereka masih ingat anak cucunya, yang mereka hendak lindungkan keselamatannya." "Sekarang telah menjadi terang, Lim Siong Siu berlima telah ditolong oleh Lim couwhu," Tay Yong berkata. "Couwhu janji mau bantu kita, kendati demikian, kelihatannya kita masih mesti lakukan satu pertempuran hebat, karena musuh ada tangguh sekali. Aku kuatir kalau mereka lakukan pembokongan terhadap kita...." Tay Yong berhenti bicara dengan mendadak, karena mereka dengar suara apa-apa di jendela, ia kaget karena melihat daun jendela terbuka sendirinya. Hampir dengan berbareng, mereka lompat ke kedua pinggiran. Tapi daun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jendela tertutup pula kapan dari luar melesat masuk selembar kertas. "Siapa?" teriak Tay Yong, yang menjadi gusar serta hunus goloknya. Tapi keadaan ada sunyi seperti biasa. Ketika cuncu ini lari ke luar rumah, sampai di lataran, ia tidak melihat siapa juga. Malam ada tenang sekali. Dari empat penjuru, di mana kaum nelayan melakukan penjagaan, tidak ada gerakan apa juga. "Ayah, mari!" terdengar suaranya Giok Kouw di dalam rumah. Tay Yong masuk dan lihat muka anaknya pucat. "Apakah bunyinya surat itu?" ia tanya Giak Kouw angsurkan kertas itu pada ayahnya, siapa segera membaca. Surat itu datangnya dari Na Thian Hong, ketua dari Englok-kang Coanpang dan Pian Siu Hoo, ketua dari Kangsan-pang Coanpang. Coanpang berarti rombongan perahu nelayan. Mereka itu tidak menulis apa-apa kecuali memberi hormat.... "Ini ada suatu hinaan besar bagi kita!" kata Tay Yong dengan gusar sekali. "Kita telah kirim orang membikin penyelidikan, kita gagal, sudah begitu, mereka sengaja antarkan surat mengirim tabe ini. Dengan jalan ini mereka hendak majukan tantangan secara hormat, inilah tanda bahwa mereka ingin tumplek antero tenaganya untuk hadapi kita, guna rampas Giokliong-giam Hiecun! Maka sekarang tidak ada lain jalan daripada kita terima tantangannya itu. Jangan kuatir, anak, kita akan hadapi segala apa!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kita memang tidak usah takut, ayah," Giok Kouw bilang. "Aku memang ketahui, ayah ada berani dan tidak takut mati. Tapi, dengan penjagaan yang begini kuat, musuh bisa datang dan pergi dengan merdeka, apakah artinya penjagaan kita terlebih jauh?" Belum Tay Yong sahuti anaknya kapan kuping mereka dengar suitan bambu, maka berdua mereka lari keluar, akan cari keterangan, justru satu nelayan dari mulut muara datang pada mereka untuk memberi laporan. "Ada apakah?" Tay Yong mendului tanya. "Dari jurusan mulut muara, tidak ada gerakan apaapa, tanda datang dari jurusan Giokliong-giam," sahut pembawa warta itu. Tay Yong menoleh pada gadisnya. "Pergi pulang dan tunggu rumah, aku mau pergi melihat," ia berkata. "Aku juga mau pergi melihat," kata si nona. Tay Yong sudah lantas lari menuju ke jurusan bukit, ia ambil jalan air, untuk mana telah dibuka satu jalanan air yang sempit, yang muat hanya sebuah perahu kecil. Ia lompat turun atas perahu dan anaknya pun turut. Dua nelayan sudah menunggu di perahu itu, yang segera digayuh pergi. Di sepanjang jalan ada nelayan-nelayan yang menjaga, tapi saban kali Tan cuncu menanya, selalu ia dapat jawaban bahwa tanda datangnya dari atas bukit, bahwa sudah ada orang yang memburu naik ke atas bukit itu. "Apakah ada musuh datang dari sana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Semua orang menjawab tidak terang. Maka Tay Yong maju terus, dengan terus menanya tidak berhentinya, sebentar saja ia sudah sampai di tempat tujuannya. Di sini ia dapat kenyataan, nelayan-nelayan dari empat perahu yang menjaga di situ sudah pergi melakukan penyelidikan, dan dari atas bukit tertampak dua lentera sorot Khongbeng-teng yang bersinar kuning. "Apakah cuncu yang datang?" demikian terdengar orang menanyanya. "Benar," sahut Tay Yong, yang segera ajak puterinya mendarat dan naik terus. "Tidak apa-apa, cuncu," adalah laporannya satu pemimpin rombongan itu, Lie Coan Seng namanya. Ia telah papak ketua itu. "Kita sudah periksa semua tempat

di sini, kita tidak dapatkan juga...." "Sebenarnya, apa yang sudah terjadi?" ketua itu menegaskan. "Kita diperintah menjaga di bawah curam," Coan Seng jawab. "Kita tidak lihat suatu apa, tapi barusan satu saudara dengar suara apa-apa di atas curam, ketika ia pergi periksa, samar-samar ia tampak bayangan orang. Ia kuatir matanya kabur, ia tidak berani banyak berisik, tapi dengan diam-diam ia memberi kabar padaku, maka aku segera kirim dua saudara akan pasang mata. Belum lama, dari bawah lompat naik satu bayangan, loncat tinggi sampai tiga kaki, maka dengan tiga kali loncatan saja, ia telah bisa sampai di atas. Ia segera ditegur oleh saudara-saudara yang menjaga di atas, tetapi ia tidak menjawab, malahan ia lari terus, ketika ia dipanah, ia lolos. Kemudian muncul satu bayangan lain yang mengejar bayangan pertama, bayangan kedua ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mempunyai gerakan tubuh yang tidak kalah gesitnya. Ia juga ditegur tetapi ia diam saja. Maka itu terang mereka bukan ada orang dari pihak kita. Karena ini, tanda suitan lantas dibunyikan. Dari bawah kita semua memburu ke atas, untuk lakukan pemeriksaan, tetapi kesudahannya nihil, hanya dari kejauhan kita dengar orang bertempur serta saling menegur." Hatinya Tay Yong berdebar mendengar keterangan itu. Itulah di luar dugaan yang orang benar-benar ambil jalan dari atas bukit, dari curam yang tidak disangkasangka, sedang yang dijaga keras adalah mulut muara. Cara bagaimana orang bisa jalan di tempat yang tidak ada jalanannya itu, yang penuh dengan bahaya? Dengan ajak kawan, Tan cuncu coba bikin pemeriksaan sendiri, lentera Khongbeng-teng telah digunakan, hasilnya sama saja, yaitu kosong. Di tempat yang sukar itu tidak kedapatan tanda atau bekas apa juga yang mencurigai. Akhirnya Tay Yong pulang sesudah ia pesan untuk Lie Coan Seng menjaga pula dengan hati-hati serta menambah jumlahnya saudara-saudara yang menjaga di atas curam itu. Ia ajak Giok Kouw mampir ke mulut muara, akan menilik pula sambil menanyakan keterangan kalau-kalau di muara ada gerakan apa-apa, tetapi jawaban yang ia dapat adalah bahwa segala apa tenang seperti biasa. Hanya tadi, di pihak musuh datang lagi tiga

buah perahu besar di kiri dan kanan, muatannya ada tujuh atau delapan orang yang dandanannya bukan seperti dari Englok-pang. Tan Tay Yong manggut-manggut, ia mengerti bahwa musuh telah tambah tenaga, bahwa Hiecun terancam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bahaya, la utarakan apa yang ia pikir ini kepada anaknya. Tatkala itu sudah terang tanah. Dalam perjalanan pulang, Tay Yong coba melihat ke jurusan gubuk, ia lihat ibu dan anak dari keluarga Yan itu berada di dalam pekarangan rumahnya, sikapnya tenang. Lagi-lagi Tay Yong goleng kepala. Ia seorang yang berpengalaman, tetapi sekarang ia menjadi bingung. Apa yang harus dilakukan terhadap ibu dan anak itu, yang ia tidak berani malahan tidak nanti usir dengan paksa? Ia toh tidak berani pastikan dua orang asing itu ada sahabat atau musuh, sedang mereka ada orang-orang perempuan. "Andaikata mereka datang untuk membantu, aku toh harus malu, karena aku tidak mampu duga mereka dengan jitu...." demikian ia pikir. Kira-kira tengah hari, dari mulut muara datang satu nelayan yang melaporkan bahwa pemimpin dari Englokpang, Na Thian Hong, ada kirim utusan membawa karcis nama dan surat untuk minta ketemu dengan Tan cuncu. Tay Yong berpikir sebentar, lantas ia perintah utusan itu diijinkan masuk ke mulut muara, ia akan menantikan di sana di dalam perahunya. Seperginya nelayan itu, Tan cuncu lantas siap dan pergi ke mulut muara, di sini ia naik sebuah perahu besar dan atur sejumlah saudara-saudara nelayan untuk berbaris menyambut utusan musuh. Mereka berbaris rapi dan unjuk roman keren tetapi tidak bersenjata. Tidak antara lama dari mulut muara kelihatan mendatangi sebuah perahu yang laju sekali. Di kepala perahu itu berdiri tegak satu orang, tubuhnya bergeming
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kendati juga perahu memain karena bergeraknya penggayuh. Ia berumur tigapuluh lebih, baju dan celananya hijau, kaki celananya digulung, hingga kelihatan kakinya yang telanjang, hanya dibungkus dengan cauw-eh, sedang kepalanya ditutup dengan tudung rumput. Melihat romannya, ia ada seorang yang cerdik. Sebentar saja, perahu nelayan itu telah sampai pada

perahu besar. Dengan tubuh yang nampaknya enteng sekali, orang itu mencelat lompat dari perahunya pindah ke perahu besar. Dari kere, yang memisahkan mereka, Tan Tay Yong dapat melihat nyata gerakan orang yang gesit itu, hingga ia menduga pada kepandaian orang. Satu nelayan segera singkap kere serta berkata, "Silakan, tuan, cuncu undang kau masuk!" Tay Yong berbangkit menyambut sambil unjuk hormatnya "Aku girang sekali jikalau kau sudi perkenalkan dirimu, tuan," ia berkata. "Aku ada Cee Sie Kiat, orang sebawahan dari Na lootocu dari Englok Coanpang," sahut tamu itu. "Apa aku lagi berhadapan dengan cuncu dari Giokliong-giam Hiecun?" "Benar. Silakan duduk!" "Terima kasih, cuncu. Aku sedang terima perintah, aku pun ada pegawai rendah dalam Englok-pang, mana aku berani berlaku tidak tahu aturan...." Sembari kata begitu, dari jepitan surat yang ia cekal, ia keluarkan selembar karcis nama dan sepucuk amplop, yang mana ia serahkan pada tuan rumahTiraikasih
Website http://kangzusi.com/

Tay Yong menyambuti sambil mengucap terima kasih, lagi sekali ia mengundang duduk. Tapi tamu ini tetap berdiri diam. Segera juga Tay Yong kenalkan karcis nama itu, yang sama dengan yang ia terima di waktu malam. Maka ia lalu buka suratnya dan baca seperti berikut: Yang terhormat, Cuncu Tan Tay Yong dari Giokliong-giam Hiecun. Dengan hormat, karena paksaannya musim paceklik, pihak kita telah coba minta pinjam tempat di daerah perikanan Giokliong-giam, apa mau, karena penolakan cuncu, satu pertempuran yang menyedihkan telah terjadi. Tatkala itu, karena sedang bepergian, aku tidak bisa lantas datang pada cuncu untuk menghaturkan maaf. Sejak itu, banyak tahun telah lewat, tetapi saudara-saudaraku yang telah terima budi kebaikan cuncu, tidak ada satu yang bisa lupai itu. Demikianlah, sekarang kita orang datang berkunjung. Dalam tempo 3 hari, saudara-saudara kita akan memasuki Gioklionggiam untuk minta pengajaran, aku minta sukalah cuncu jangan menampik. Sekian, lain tidak.

Hormatnya. NA THIAN HONG. Tay Yong tertawa setelah ia habis baca surat itu. "Aku merasa girang sekali yang pemimpinmu begini hargakan aku," ia kata, "aku pun girang yang ketua dari Kangsan-pang turut datang juga. Memang, sejak di Hucun-kang, pihak kamu memang sudah punyai perkenalan, aku tidak nyana, setelah berselang duapuluh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tahun lebih orang masih tidak lupai aku! Karena omongan terlebih sempurna daripada surat, maka sahabat, kau saja tolong sampaikan jawabanku. Tempo tiga hari itu aku terima baik, waktu itu aku akan menyediakan air dan arak guna menyambut pihakmu, sebagaimana keharusannya satu tuan rumah. Kau banyak cape sahabat, sampai secangkir thee kau tidak minum, aku tidak berani tahan kau lebih lama lagi, nah, persilakan! Sampai ketemu pula lagi tiga hari!" "Terima kasih, cuncu!" sahut tamu itu. "Kau sudi terima kita, itu menyatakan kau ada satu sahabat. Nah, sampai ketemu pula!" la putar tubuhnya dan bertindak pergi, Tay Yong mengantarkan hingga ia bisa lihat bagaimana leluasa orang lompat balik ke perahunya, perahu bergeming, papan perahu tidak bersuara, mula-mula kakinya itu berdiri sebelah, dalam sikap dari Kimkee toklip atau "Ayam emas berdiri dengan sebelah kaki", kemudian ia putar tubuhnya serta terus angkat kedua tangannya menghadapi tuan rumah. "Maaf, aku tidak mengantar terlebih jauh!" kata Tay Yong yang balas hormat itu. Anak perahu dari Giokliong-giam tidak senang menampak sikap yang jumawa itu, maka waktu ia kasih bekerja penggayuhnya, akan bikin perahu mulai berangkat dan sengaja gunakan tenaganya dengan dikageti. Biasanya gerakan itu akan bikin terpelanting orang yang sedang berdiri di atas perahu. Tapi maksud ini gagal, karena cepat sekali Cee See Kiat sudah turunkan sebelah kakinya yang lain, hingga ia injak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

papan perahu dengan kedua kakinya kedua kaki yang berdiri dengan tetap! "Saudara-saudara, kamu benar pandai!" ia kata sambil bersenyum. "Kamu pasti ada banyak cape!" Anak-anak perahu itu menjadi malu sendirinya,

dengan tidak kata apa-apa, mereka kasih perahunya jalan terus, sampai di mulut perahu di mana tamu yang jumawa itu segera lompat ke perahunya sendiri untuk lanjuti perjalanannya pulang. Sementara itu Tan Tay Yong sudah lantas pulang, sedang tadinya orang mengharap ia menuturkan apa-apa berhubung dengan diterimanya karcis nama dan surat dari Kangsan-pang dan Englok-kang itu. Karena ini, mereka hanya bisa menduga-duga saja. Giok Kouw mengerti kesukaran ayahnya. Pian Siu Hoo dari Kangsan-pang dan Na Thian Hong dari Englok-kang memang ada musuh-musuh yang harus dimalui, sedangkan tenaganya Giokliong-giam Hiecun hanya cukup untuk dipakai melayani orang-orang biasa saja, tidak segala jagoan dari kalangan Sungai Telaga. Karena ini, ia pun diam saja, ia ikuti ayahnya pulang. Alisnya Tay Yong mengkerut. la tahu ia lagi hadapi musuh berbahaya dan ia tidak bertetap hati kendati ia ketahui, pada pihaknya ada bantuan dari pihak tetuanya yaitu Lim Siauw Chong. "Ayah, bukalah pikiranmu," kata Giok Kouw akhirnya untuk hiburkan ayah itu. "Selagi bahaya mengancam, kita mesti lupakan segala apa kecuali persiapan untuk membela diri. Louw couwhu telah berjanji akan bantu kita, aku percaya ia tidak akan antap anak cucunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menjadi korban musuh. Umpama kata kita tidak berdaya, ini juga bukannya alasan untuk kita mandah saja! Semua saudara kita bukannya orang-orang yang takut mati! Kalau sudah sampai saatnya, mari kita melawan, apabila mesti binasa, mari kita binasa semuanya!" Tay Yong manggut-manggut, anak itu benar adanya. "Aku mengerti," ia bilang, "ini ada jalan satu-satunya bagi kita." Lantas Tay Yong ajak pengiring akan melakukan penilikan lagi, setelah mana ia himpunkan semua kepala rombongan, pada mereka ia beritahukan tentang tantangan musuh dan minta semua bersatu hati untuk bersiap dan membela diri, untuk usir musuh. Ia minta, sekalipun siang, jangan ada yang alpa. Penjagaan di atas Giokliong-giam telah ditambah. Kemudian Tay Yong melongok lagi nyonya Yan dan anaknya, untuk kesangsiannya, ia dapati ibu dan anak itu tenang seperti biasa. Ia benar-benar tidak bisa bade

halnya dua orang asing ini. Sementara itu, dua hari telah lewat dengan tenteram. Di hari ketiga, Seantero hari tidak ada gerakan apaapa dari pihak musuh. Di waktu sore, Tay Yong juga tidak dapati munculnya Lim Siauw Chong, susiok-nya, tetua dari Kiushe Hiekee, ia menjadi bingung. Maka ia kumpulkan empat tauwbak: Wan Sam Siu, Yap A Tiong, Ho Jin dan Lim Siong Siu. "Kita telah terima tantangan Na Thian Hong, malam ini adalah waktu yang ditetapkan," ia berkata. "Mereka mempunyai banyak orang pandai, inilah terpaksa aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mesti bilang terus terang padamu, karena, sebagai cuncu, aku tidak boleh justakan kamu. Sebagai ketua, aku tidak boleh ucapkan kata-kata yang bisa melemahkan pihak kita, toh aku tidak bisa sembunyikan rasa hatiku. Apa faedahnya akan omong besar apabila buktinya sebaliknya? Aku tahu, apabila tidak ada orang berilmu bantu kita, kita mesti menderita kekalahan, tetapi sebagai ketua, aku akan pertaruhkan jiwaku, akan membela Hiecun sebisa-bisaku. Di atas itu, aku mesti lindungkan kehormatannya Kiushe Hiekee! Maka sekarang aku harap semua saudara pun bersatu pikiran dengan aku!" Empat tauwbak itu tidak kenal takut, sebaliknya mereka jadi bersemangat "Jangan cuncu berkuatir," mereka nyatakan. "Kita semua tidak takut mati, kita akan belakan Giokliong-giam dengan jiwa kita, kalau perlu, kita akan siram Hiecun dengan darah kita!" "Ini barulah turunan dari Kiushe Hiekee!" berkata Tay Yong sambil manggut-manggut. "Sekarang aku mau minta perhatian kamu semua. Kalau sebentar musuh datang, apabila perahu mereka tidak melebihkan sepuluh buah, kau boleh ijinkan mereka masuk, tetapi begitu mereka sudah ada di dalam, mulut muara harus ditutup, dengan tidak ada titah, penutupan itu tidak boleh dibuka, satu perahu pun tidak boleh keluar! Tentang kejadian di dalam, semua pihak penjagaan di sini jangan ambil tahu. Untuk penjagaan di mulut muara, aku ingin disediakan duapuluh empat perahu, setiap perahu mesti pasang dua lentera merah dan empat obor. Semua perahu ini harus berbaris dari Hiecun sampai di mulut muara Mulai dari mulut muara, Lim Siong Siu mesti menjaga bersama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

delapan buah perahu. Pasukan ketiga dari Ho Jin tidak usah semuanya mengawasi nyonya Yan dan anaknya, kau mesti siap untuk bantu di sebelah dalam muara, untuk menjaga kalau-kalau musuh menerjang dengan mendadak. Pasukan kedua dari Yap A Tiong semasuknya perahu-perahu musuh, mesti lantas gabungkan diri dengan pasukan kesatu dari Wan Sam Siu, kau mesti berpencar di sekitar daerah kita, untuk menunggu titah terlebih jauh. Malam ini ada malam terakhir bagi hidup atau musnahnya kita aku harap semua insyaf dengan kewajiban masing-masing. Sekarang, silakan kamu bekerja!" Empat tauwbak itu berikan janji mereka, sesudah itu mereka pergi dengan berpencaran, akan bersiap menuruti perintah ketuanya. Maka selanjutnya, Hiecun malam itu ada beda daripada biasanya Maka setiap satu tombak lebih tentu ada terdapat dua perahu di kiri dan kanan, masing-masing dengan dua lentera dan empat obor. Di depan Hiecun ada enam-belas perahu besar, pada setiap tiang layarnya ada satu lentera merah yang besar, pada setiap kepala perahu ada empat nelayan, yang bersenjata tempuling, pakaiannya pakaian berenang, kepalanya dibungkus rapi. Di pantai di depan Hiecun, di mana ada lapangan yang besar, ada ditaruh enambelas perangkat kursi meja, guna sambut tamu. Di sini ada diatur barisan-barisan dari empat-puluh nelayan, sebagian pegang lentera, sebagian bersenjata tempuling, golok dan klewang, untuk di air.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tan Tay Yong pakai thungsha biru, ia tidak bekal senjata, hanya karcis nama. Ia telah siap akan sambut tamu. Giok Kouw telah dandan dengan ringkas, tetapi orangorang perempuan lainnya semua berdiam di dalam rumah dan dilarang keluar. Tapi mereka insyaf gentingnya keadaan, maka mereka tidak masuk tidur. Sekalipun adanya persiapan, seluruh Hiecun ada sunyi senyap. Maka Tan Tay Yong merasa puas di waktu ia pergi untuk melakukan penilikan, ia dapat semua titahnya telah dijalankan betul. Belum terlalu lama, dari atas Giokliong-giam ada terdengar suara suitan bambu, yang beruntun terus, satu kali. Suitan itu memang ada pertandaan dan suaranya

ada rupa-rupa, dengan dengar suaranya orang lantas ketahui ada terjadi apa-apa. Tan Tay Yong terperanjat. "Kembali di puncak ada orang yang menoblos dengan diam-diam," ia berkata. "Sekarang semua mesti siap dan pasang mata! Na Thian Hong gunakan cara ini, terang ia bukannya saru sahabat dari kalangan Sungai Telaga. Kita telah bikin perjanjian, kenapa ia bersikap begini? Sekarang mari kasih dengar tanda, supaya semua pihak kita umpati diri, supaya dilepaskan anak panah terhadap siapa saja yang melintas dalam daerah kita!" Baru saja titah itu hendak dijalankan, mendadak dari tempat gelap di samping mereka, lompat keluar satu orang ke depannya Tay Yong. Semua orang menjadi kaget, mereka menyangka musuh, lantas mereka maju.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tan Tay Yong tidak bersenjata tetapi ia tidak takut, dengan tabah ia awasi orang itu. "Siapa kau, sobat?" ia menegur. "Kenapa kau lancang masuk kemari?" Ditegur demikian, orang itu tertawa berkakakan. "Aku pulang ke rumah sendiri, kenapa aku dikatakan lancang?" ia berkata. Tay Yong lihat orang itu pakai baju biru dengan celana pendek biru juga, kakinya tidak terbungkus kaos, bersepatu rumput, kepalanya ditawungi tudung lebar, hingga orang itu mirip dengan satu nelayan atau tukang sawah. Mengawasi lebih jauh, ia taksir usianya tujuhpuluh lebih, kumis dan jenggotnya ubanan, mukanya kurus tetapi segar dan sehat. Tiba-tiba ia terperanjat, lantas ia menghampirkan, untuk berlutut. "Siokhu, Tay Yong unjuk hormatnya padamu!" ia berkata. Melihat sikapnya ketua itu, semua orang lantas batalkan sikap mereka yang mengancam. "Bangun, bangun!" berkata orang tua itu, yang bukan lain daripada tetua Kiushe Hiekee, Lim Siauw Chong. "Sekarang bukan waktunya untuk bicara lagi, segera juga kedua kunyuk tua dari Englok-pang dan Kangsan-pang bakal datang kemari! Aku datang bersama dua orang, aku nanti ajar kau kenal dengan mereka...." Sembari kata begitu, tetua itu menoleh ke tempat gelap dan meng-gape.

"Mari sini! Sekarang aku telah menjadi tuan rumah di sini, aku undang kamu untuk minum thee! Mari!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berbareng dengan undangan, itu, dari tempat gelap ada lompat keluar dua orang, lompat turun dari tempat tingginya tiga tombak dan turunnya tepat di samping Lim Siauw Chong. Dua-dua mereka mempunyai roman luar biasa. Yang pertama rambut dan kumis jenggotnya sudah ubanan, alisnya tidak terkecuali, tubuhnya tinggi dan besar, muka bundar dan montok serta segar, satu muka yang tidak seharusnya dipunyakan oleh satu akiaki. Bajunya warna abu, adalah thungsha, dengan kancing-kancing tembaga yang besar, tangan bajunya lebar dan panjang, hingga jadi gerombongan. Kakinya pakai kaos panjang dan sepatu. Air mukanya tersungging dengan senyuman. Yang kedua, beda dengan, si jangkung dari besar itu, ia bertubuh kate dan kurus luar biasa, mirip dengan kulit membungkus tulang, pakaiannya ringkas dan pendek, bersepatu rumput dengan tidak pakai kaos kaki, sedang kulit mukanya ada pucat kuning seperti seorang yang penyakitan. Berdua mereka jadi tambah luar biasa, karena mereka berdiri berendeng, hingga roman mereka jadi beda sekali satu dengan lain. "Jiewie loo-suhu, ini adalah keponakanku yang tak berguna, Tan Tay Yong namanya," berkata Lim Siauw Chong pada kedua tamunya. "Apa yang bakal terjadi malam ini, keponakanku sekalian ada mengandel betul pada kamu berdua...." Si tua tinggi besar dan ubanan tertawa haha-hihi. "Siauw Chong, kau aneh!" ia berkata. "Kita orang bekerja janganlah seperti katanya pribahasa: 'Kapan sudah terdesak, baru merangkul kaki Budha', sesudah melewati sungai, segera merusaki jembatan, sesudah luka sembuh, lantas melupai sakit, atau sesudah urusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

beres, lantas berpura tidak kenal, hingga dua atau tiga tahun, kau sukar untuk diketemukan! Inilah aku tidak mau, sahabat, dengan begitu kau bukanlah sahabatku! Kita orang bersaudara biasanya tidak ada hutang, kita menjual kontan dan tidak mainkan tempo, maka kalau nanti urusan sudah beres, dengan baik-baik kau harus undang kita berjamu!...." Tay Yong sementara itu sudah lantas berlutut di depannya tamu untuk perkenalkan diri sambil unjuk

hormatnya. Si kate kurus, yang romannya mirip dengan monyet, sudah lantas berkata dengan suaranya yang agak serak, "Cucu, apakah kau kenal siapa kita berdua? Dengan kau berlutut di depan kita, apakah itu tidak menurunkan derajatmu sebagai ketua di sini?" demikian ia tanya. "Aku minta loo-cianpwee jangan tertawai aku, dengan sebenarnya aku tidak kenal pada loo-cianpwee berdua...." jawab Tay Yong dengan jengah. Kemudian ia menoleh pada Lim Siauw Chong sambil berkata. "Siokhu, tolong kau ajar aku kenal dengan jiwie loo-cianpwee ini... " Tetua Kiushe Hiekee manggut, ia segera tunjuk si tinggi besar yang ubanan. "Ini ada Hengyang Hie-in Sian le, untuk seluruh Ouwlam, dengan ilmu silatnya Bianciang Kanghu, ia telah pimpin semua ahli silat..." Kemudian ia menunjuk si kurus kering yang beroman monyet, ia tambahkan, "Ia adalah tukang usil urusan sewenang-wenang di daerah Tiangkang, hingga orang juluki ia Souwposu, atau si Pembalasan cepat. Ia ada orang she Cukat ber nama Pok."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Baru saja Lim Siauw Chong tutup mulutnya atau ada lompat turun orang yang ketiga yang kumis dan jenggotnya hitam menutupi mulutnya. "Dan ini ada Hee In Hong, yang namanya tersohor di selatan dan utara Taykang, karena golok besarnya Kimpwee Kamsantoo," ia segera perkenalkan lebih jauh. Maka Tay Yong pun lekas-lekas unjuk hormatnya pada orang yang ketiga ini. Kemudian ia lekas berbangkit dan segera mengundang duduk pada ketiga tamunya itu. Sementara itu beberapa nelayan segera menyuguhkan thee panas. "Kau telah undang kita, apa begini caranya kau sambut tamu?" menegur Cukat Pok pada Lim Siauw Chong. "Kamu semua benar-benar tidak boleh dibuat permainan. Sampaipun arak kau tidak sediakan! Kenapa kau begini muris, sampai uang dipandang dan disayang seperti jiwa sendiri?" "Jangan tidak kenal aturan, sahabat!" Lim Siauw Chong sahuti. "Dengan tidak berjasa kau menerima pahala, aku kuatir, umpama kau makan, barang makanan juga tidak nanti mau hancur. Kau lihat cuaca,

sekarang ini sudah jam berapa? Bukankah di mulut muara sedang menantikan sahabat-sahabat karib kita! Kita harus terlebih dulu usir mereka pergi, baru kemudian kami bisa makan dan minum dengan tenang, untuk merayakan pesta kemenangan! Waktu itu barulah barang makanan dapat digayem hingga hancur!...." "Kau harus hati-hati jika setelah melewati sungai segera merusak jembatan, atau setelah liamkeng segera memukul hweeshio!" berkata Souwposu Cukat Pok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sambil bersenyum. "Kau harus mengerti, aku bisa membayar dan membalas kontan padamu, jangan karena kau telah mencari aku, segera kau boleh perintah aku sebagai si kacung tolol, yang boleh diperintah menjual tenaga untuk si orang she Lim! Bukankah kau ada dari pihak Kiushe Hiekee? Jikalau padaku tidak dihaturkan terima kasih sebagaimana pantasnya, di antara kami mesti ada perhitungan yang belum beres!...." "Eh, Cukat Pok, kenapa sih kau tidak mengenal aturan?" menegur Hee In Hong. "Kenapa di antara sekalian tetua, kau berhitungan begini matang? Apa kau tidak kuatir kehormatan dirimu nanti juga turun harga?" Hengyang Hie-in tertawa berkakakan. "Cukat loosu, apa kau tidak dengar suara suitan di mulut muara itu?" ia tanya. "Bukankah itu ada tanda bahwa di mulut muara orang telah bergerak? Pasti, rupanya usaha kita bakal segera dimulai!...." Benar saja, suara suitan lantas terdengar berulangulang, disusul dengan lajunya sebuah perahu kecil yang sangat pesat, di atas mana ada tanda lentera dan bendera merah. Sesampainya di depan Hiecun, satu nelayan yang berdiri di kepala perahu kecil itu sambil goyang bendera merahnya segera berseru, "Tiga perahu besar dari pihak luar sudah mulai masuk!" "Aku tahu," jawab Tay Yong serta berbangkit. Atas jawaban itu, perahu kecil tersebut segera balik kembali. Sekarang semua mata ditujukan ke muka air, ke jurusan mulut muara. Tiga buah perahu nelayan besar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tertampak sedang mendatangi, empat buah perahu di kiri dan kanan mengiringi. Muka air menjadi terang, di situ memain cahaya obor dan lentera, air jadi bercahaya bergemirlapan. Lajunya perahu-perahu sangat cepat, air

sungai sampai jadi berombak. Tay Yong ajak sejumlah saudaranya pergi ke tepi untuk membikin penyambutan. Delapan nelayan, dengan masing-masing pegang lentera, berbaris di kedua pinggiran. Selagi tiga perahu besar mendatangi, kelihatan di perahu pertama ada empat anak buahnya berdiri di kepala perahu, pakaiannya serupa, di tangannya masingmasing me-nyekal obor, sedang di perahunya ada dua buah lentera besar. Kelihatan nyata di kertas lentera ada tiga huruf "Kang San Pang". Kedua jendela telah dipentang, di dalam perahu kelihatan tiga orang sedang berduduk. Penumpang lainnya adalah enam anak buah dan satu tukang kemudi. Perahu yang kedua ada sama keadaannya, kecuali di lenteranya ada tertulis tiga huruf lain, yaitu "Lan Kie Pang". Adalah perahu ketiga yang pakai lentera dengan tiga huruf "Eng Lok Pang" dan di situ ada berduduk lima atau enam orang. Sebentar kemudian ketiga perahu sudah berlabuh, dari perahu pertama mendarat satu anak buah, tangannya menyekal karcis nama, yang mana sambil menjura ia serahkan pada Tan Tay Yong. Ia kata itu adalah karcis nama tanda menghormat dari pihaknya, pihak tamu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di antara terangnya lentera, Tay Yong periksa karcis nama itu. Ia baca: Na Thian Hong, pemimpin dari Englok-pang. Pian Siu Ho, pemimpin dari Kangsan-pang. Han Kak, pemimpin dari Hangciu-pang. le Tong, pemimpin dari Lankie-pang. Auwyang Cu Him, pemimpin dari Tonglouw-pang. Sun Po Sin, pemimpin dari Liongyu-pang. Cui Cu le. Cia Kiu Jie. Dua nama yang tidak berpartai itu ada ahli-ahli silat ternama di Tiangkang. Segera Tay Yong perintah satu nelayan bawa surat itu pada Lim Siauw Chong, agar tetua itu ketahui siapa-siapa yang berada pada pihak musuh, ia sendiri lalu berkata pada pembawa karcis itu, "Silakan sekalian tamu-tamuku mendarat!" Sementara itu sekalian tamu sudah mulai mendarat,

maka kapan mereka itu telah datang dekat, sambil bertindak ke samping, Tay Yong angkat kedua tangannya untuk unjuk hormatnya. "Tan Tay Yong dari Giokliong-giam Hiecun berterima kasih yang cuwie loo-suhu telah sudi datang ke desaku ini, harap dimaafkan yang aku telah terlambat menyambut...." ia berkata. "Silakan cuwie loo-suhu duduk minum thee...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Na Thian Hong adalah yang kepalai kawan-kawannya itu. Di antara mereka, empat berpakaian sebagai nelayan sejati, yaitu baju dan celana pendek, kaki telanjang, hanya pakai cauw-eh, tetapi mereka semua membawa senjata, senjata rahasia tidak terkecuali. Dengan sikap menghormat Tay Yong memimpin rombongan tamunya menuju ke kursi meja di mana Lim Siauw Chong dengan tiga sahabatnya telah berbangkit dan bertindak maju akan bikin penyambutan. Selagi kedua pihak saling mendekati, Hengyang Hie-in Sian Ie segera mendului kawan-kawannya maju ke depan, sembari tertawa, ia lantas berkata, "Malam ini pertemuan kita ada suatu pertemuan yang beruntung sekali! Aku tidak sangka bahwa Pian loo-suhu dari Kangsanpang juga telah turut datang! Ini ada pertemuan yang sukar dicari keduanya! Dan kau, Auwyang loo-suhu dari Tonglouw-pang, apakah kau masih kenal padaku, Hengyang Hie-in Sian Ie? Cu Ie, Kiu Jie, jiewie loo-suhu, kamu telah membuang tempo akan datang kemari! Kalau tidak keliru, sudah beberapa tahun telah lewat sejak kita orang bertemu paling belakang!" Ternyata, dari pihak tamu, empat orang telah dikenal oleh Sian Ie. Di antara tamu-tamu itu, Pian Siu Hoo adalah yang merasa paling heran atas beradanya Hengyang Hie-in di Giokliong-giam Hiecun, keheranan ini sampai terpeta pada air mukanya, akan tetapi ia sudah lantas maju akan menjabat tangan orang serta berkata sambil paksakan bersenyum. "Sian loosu, kau telah datang kemari untuk bantu meramaikan pertemuan kita, inilah hal yang kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebenarnya minta pun tidak berani! Adalah pengharapanku, ke mana saja kita sampai, kita akan ketemui sahabat-sahabat kekal, karena dengan begitu, di mana ada urusan, kita orang bisa bicara dengan leluasa.

Loo-suhu, aku ingat, kita orang telah berpisah empat atau lima tahun lamanya...." "Rasanya jauh terlebih lama daripada itu, loo-suhu!" Sian le jawab. "Pada tujuh tahun yang lalu, di waktu aku pergi ke See-ouw, aku telah ketemu kau di sana! Bukankah apa yang aku ingat ini tidak keliru?" Pemimpin dari Kangsan-pang yang bergelar Tiathongliong, si Naga Besi, manggut. "Matahari dan bulan lewat laksana melesatnya anak panah, apa yang sudah lewat nampaknya ada seperti di depan mata," berkata ia. "Lihatlah, sekarang rambut dan kumis kita sudah putih, akan tetapi kita tidak engah sang waktu telah lewat entah berapa banyak tahu-tahu kita telah menjadi tua!" "Tetapi Pian loosu, aku sendiri merasa bahwa aku masih belum tua!" berkata Nelayan Tersembunyi dari Hengyang, si sobat tua bangka, kalau bukannya pada diri kita masih ada hati jagoan, mana kami berani campur tahu segala urusan orang lain?" Mukanya ketua dari Kangsan-pang menjadi bersemu merah, ia merasa terpukul sindir oleh kenalan itu, yang bicara secara manis dan halus, tetapi yang maksud ucapannya sangat menusuk hati. Maka ia lekas-lekas simpangi pembicaraan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Loo-hiapkek, di sini masih ada orang yang belum dikenal, mari kita belajar kenal, supaya kita bisa pasang omong dengan leluasa," demikian katanya. Mendengar itu, Tan Tay Yong segera mendahului. "Ini ada Cukat Pok loo-suhu," berkata ia. "Ini ada Hee In Hong loo-suhu. Dan ini ada pamanku Lim Siauw Chong." Atas itu, ketua dari Englok-pang, Na Thian Hong, juga maju, akan perkenalkan kawan-kawannya, sebagaimana nama-nama mereka telah termuat dalam karcis nama. Sampai di situ barulah mereka pada ambil tempat duduk. Beberapa nelayan sudah lantas datang menyuguhkan thee. "Berhubung dengan kedatangan kita malam ini, aku minta Tan cuncu tidak anggap kita lancang," Na Thian Hong mulai berkata. "Untuk kebaikannya nelayan dari kedua pihak, untuk penghidupan mereka, aku anggap soal lebih baik diurus beres terlebih siang. Seperti telah

diketahui, Englok-pang telah hidup turun menurun sebagai keluarga nelayan yang hidupnya di muka air selalu. Beberapa ratus keluarga kita tidak pernah memikir untuk hidup dari usaha lain. Adalah tidak beruntung, selama ini kita telah hadapi bahaya paceklik, hingga kita telah datang ke Giokliong-giam Hiecun ini. Daerah Giokliong-giam adalah daerahnya Englok-pang, sejak Tan cuncu pimpin rombongan ini, kau telah duduki daerah ini. Ketika itu kita telah ketahui, yang daerah ini telah diduduki oleh pihakmu, tetapi kami diam saja. Itulah disebabkan adanya tahun-tahun yang makmur, hingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kita masing-masing dapat hidup senang dan tenteram di masing-masing daerah sendiri. Adalah karena nasehatku, Na Thian Hong, maka pihak Englok-pang diam saja mengawasi sepotong dari daerahnya ini diduduki oleh pihak lain. Kita sama-sama mau cari hidup dan aku telah larang pihakku ganggu pihak lain. Apa lacur, tiga tahun beruntun, kita telah mengalami saat yang sukar, di sebelah itu, kita mesti melihat Giokliong-giam tidak kurang suatu apa, malahan sebaliknya daripada terancam bahaya, ia bertambah makmur. Giokliong-giam, di air ada banyak ikannya, di darat ada subur sawah kebunnya. Ini adalah suatu imbangan tidak adil, karena satu pihak terancam bahaya lapar, lain pihak makmur. Ini juga sebabnya kenapa kita akhirnya menoleh kemari, adalah menjadi pengharapan kami untuk mendapat bagian. Kita anggap keinginan kita ada pantas dan sah. Pantas karena kita ada sesama manusia, dan sah karena daerah ini asalnya ada milik kita. Tapi sayang, maksud kita itu tidak kesampaian. Kau ketahui sendiri, Tan cuncu, pihakmu telah kang-kangi Giokliong-giam yang kamu telah jadikan seperti kepunyaanmu sendiri, dan sudah begitu, lain pihak, ialah kita dari Englok-pang, dilarang datang kemari, sekalipun untuk menangkap ikan. Sebuah perahu kita pun tidak boleh masuk kemari! Kalau kau ada pihak Englok-pang juga, kita masih bisa bicara halnya siapa datang duluan dan datang belakangan, tetapi ini tidak, karena kau ada pihak tamu dan kita tuan rumah. Kenapa, sebagai tamu, kau larang tuan rumah masuk ke dalam daerahnya sendiri? Oleh karena ini, seperti telah diketahui, maka telah terjadi bentrokan di antara kita. Sebab anak-anak muda kita yang tidak bisa dikasih mengerti, yang telah turuti suara

hatinya, telah datang juga kemari dengan paksa, tetapi


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka telah diserang dan diusir, hingga antara mereka ada yang binasa dan luka, perahu-perahunya ada yang karam, kena dirampas dan rusak. Kejadian ini, aku anggap tidak pantas, inilah sebabnya kenapa pembicaraan secara baik sampai tertukar dengan cara keras. Kendati demikian, aku tidak mau berlaku lancang. Maka ini juga sebabnya kenapa sekarang kami datang secara baik untuk lakukan pembicaraan. Kita tidak datang sendiri, kita datang beramai-ramai bersama sahabat-sahabat yang kita sengaja undang. Mereka adalah dari berbagai-bagai kalangan. Dengan bertindak begini, aku tidak ingin nanti dikatakan bahwa kita telah gunai paksaan. Dengan ada saksi kita orang bisa pasang omong, guna cari keadilan, siapa benar, siapa salah. Cuncu, kau telah pegang pimpinan, kau mestinya dari satu rombongan. Ini ternyata benar, sebab aku dengar kau sebenarnya ada asal Hucun-kang, dari pihak Kiushe Hiekee. Karena kau ada dari Hucun-kang, tindakanmu jadi terlebih-lebih tidak pantas. Hucun-kang ada jauh dari sini, daerah itu ada luas, beberapa ratus lie lebarnya. Di sebelah mana saja kau dapat mendirikan pangkalan di sana, maka kenapa kau justru datang ke sini, daerah Englok-pang, dan di sini kau duduki tempat secara paksa dan segera menjagoi, hingga tuan rumah sendiri kau usir, tidak ijinkan menginjak sebelah kaki? Dengan menuruti kau, cuncu, tidak bisa tidak, adalah terlebih baik buat kita untuk bubarkan saja Englok-pang, semua angkat kaki dari muka air, akan cari penghidupan baru di daratan! Maka sekarang, cuncu, aku telah datang kemari, maksudku adalah untuk minta kau suka mengalah, supaya pihakmu pulang ke Hucun-kang dan Gioklionggiam ini kau serahkan kembali pada kita, selanjutnya kita orang hidup dengan tidak saling ganggu. Tapi andaikata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kau paksa hendak menggunakan kekerasan, sudah terang di antara kita tidak bisa lagi ada pembicaraan secara baik, kita hanya mesti andalkan tenaga dan kepandaian masing-masing!" Tan Tay Yong antapi orang bicara dengan merdeka, adalah setelah tamu sudah tutup mulutnya, ia tertawa berkakakan. "Englok pangcu, terhadap pengutaraanmu ini, aku tidak puas," ia berkata. "Sebegitu jauh aku ketahui kaum

nelayan di Englok-kang adalah merdeka, mereka tersebar di muka air, mencari penghidupan dengan tidak memakai modal uang, adalah pihakmu yang telah persatrukan mereka, hingga kemudian mereka berpencarian secara tidak terang, hingga pemerintah, pembesar negeri, telah berikan garis-garis di mana mereka bisa menangkap ikan, hingga lain pihak dilarang berusaha di situ. Orangorangku sekarang memang berasal dari Hucun-kang, dari pihak Kiushe Hiekee, tetapi kita ada penduduk yang merdeka, untuk usaha kita tidak dibataskan oleh aturanaturan atau larangan-larangan dari pembesar negeri. Kita ada merdeka untuk pergi ke mana suka. Dari Hucunkang benar aku telah datang kemari, tetapi aku tidak bermaksud untuk mengganggu orang, aku telah kendalikan orangku yang berjumlah seratus jiwa lebih. Kau ketahui sendiri, muara ini dulunya ada tersia-sia, tertutup dan balah, coba ini ada satu muara seperti sekarang keadaannya, siang-siang tentu sudah ada orangmu yang usahakan duduki, tidak nanti pihakku kebagian ketika akan berusaha di sini! Kau tahu, berapa banyak keringat telah kita kucurkan, beberapa tahun kita harus lewatkan, untuk bikin Giokliong-giam Hiecun berupa seperti sekarang ini! Pihakmu hanya melihat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berniat mendapat hasil, kamu tidak memikirkan susah payah orang bertahun-tahun, apakah itu adil! Cara bagaimana kau bisa datang-datang mau enak dahar cape lelahnya lain orang. Secara begitu, kau jadinya menghina, bersikap keterlaluan! Aku sudah ambil tujuan, kita tidak mau mengganggu orang, kita juga tidak mau diganggu! Giokliong-giam ini ada tempat kita, di sini kita mau tetap berdiam, kecuali orang musnahkan, kita tidak hendak berlalu dari sini! Na pang-cu, untuk suruh kita mengalah, itu adalah soal lain!" Na Thian Hong tertawa dingin. Tan cuncu, aku minta kau jangan pandang urusan secara begini enteng!" ia mengingatkan. "Aku si orang she Na memang ada satu nelayan yang tidak ternama, tetapi, setelah aku datang kemari, jangan kau ambil putusan cara sembarang-an. Bisa jadi aku sendiri suka terima perkataanmu, tidak demikian dengan rombonganku! Kau telah saksikan sendiri, kawanan dari Englok-pang sudah ambil sikapnya terhadap Giokliong-giam, maka aku kuatir, kapan sudah tiba saatnya, urusan tidak bisa diperbaiki lagi. Jangan

kau nanti menyesal sesudahnya kasep!..." Tan Tay Yong juga tertawa ber-kakakan. "Na pangcu, kau menjadi satu ketua, kau adalah orang yang berarti dari rombonganmu, kenapa kau bicara secara begini rupa?" ia menegur. "Kita dari pihak Kiushe Hiekee, dari yang tua, yang ubanan, yang muda sampai pada bocah-cilik, semuanya tidak kenal apa yang disebut 'takut mati'. Jikalau kau paksa kehendaki Giokliong-giam ini, kami tidak merasa puas kecuali kau telah unjuk dirimu siapa! Bagaimana kesudahannya tindakan kami ini, tidak nanti kami menyesal! Maka, Na
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pangcu, kau boleh bertindak sesukamu, jangan kau sungkan-sungkan!" Tan Tay Yong telah bicara sebagai cuncu, kendatipun di situ ada Lim Siauw Chong yang menjadi tetua. Ia berani tanggung jawab atas sikap keras dan putusannya yang pasti itu. Na Thian Hong beradat keras, ia segera berbangkit. 'Tan cuncu, kau berani omong besar, ini ada urusanmu sendiri!" ia berkata dengan nyaring. "Kau nanti lihat aku si orang she Na ambil tindakan!" Lim Siauw Chong berada di tempat berkumpul itu, selama pembicaraan itu, dari pelahan sampai keras, ia diam saja, ia melainkan bersenyum kapan ia saksikan sikap yang jumawa dari pihak tamu. Ketua dari Kangsan-pang, Tiat-hong-liong Pian Siu Hoo sudah lantas berbangkit. "Na loosu, jangan kau gusar dulu," ia berkata. "Jikalau begini macam jalannya pembicaraan, kita-orang sebagai sahabat-sahabat pasti tidak perlu lagi berada di sini. Dalam urusan ini, pertimbangannya orang banyak adalah sangat perlu, karena kami datang kemari pun untuk mencari keadilan. Tunggu sebentar loosu, aku ingin bicara sedikit dengan Tan cuncu." Mendengar ucapan itu, Tay Yong segera unjuk hormatnya pada si Naga Besi itu. "Pian pangcu, silakan bicara," ia berkata. "Dalam rombongan Hu-cun-kang aku ada dari golongan muda, dalam kalangan coanpang, rombonganku pun ada dari golongan kecil, maka itu aku ada seorang yang kurang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengalaman, hingga aku selalu bersedia akan terima pengajaran. Aku juga mohon maaf andaikata dalam omonganku ada apa-apa yang tidak seharusnya..."

"Jangan terlalu sungkan, Tan cuncu," Pian Siu Hoo bilang. "Kami dari kalangan coanpang, masing-masing mempunyai aturan sendiri. Itu bukannya undang-undang dari negeri akan tetapi aturan itu biasanya dijunjung tinggi oleh kalangan kita, dan biasanya tidak ada yang berani langgar. Kita kaum nelayan memang merdeka, lebih-lebih mereka yang tidak tunduk langsung di bawahnya pembesar setempat, tetapi kendati demikian, apabila kami tidak punya aturan, sebenarnya kami sukar merasakan ketenteraman. Aku tahu betul, sejak dulu, pihak Kiushe Hiekee hidup di daerah Hucun-kang, belum pernah ada yang pindah atau mengembara, hanya baru Tan cuncu sendiri, yang ajak suatu rombongan pergi merantau sampai di Giokliong-giam ini, ialah daerah dari sungai Englok-kang. Memang kita tahu cuncu adalah orang yang buka daerah perikanan ini, hingga menjadi makmur seperti sekarang. Tapi juga benar, pihak Englokpang yang terdiri dari beberapa ribu keluarga, di muka perairan, belum pernah menggangu lain pihak. Jadi tegasnya, masing-masing pihak hidup sendiri, tidak terbitkan onar, tidak saling ganggu. Disebabkan karena pihak Englok-pang hidup dalam kecukupan, maka kami tidak pernah perhatikan daerah Giokliong-giam ini, akan tetapi selama beberapa tahun yang terakhir ini, ia telah mengalami kesukaran, bahaya paceklik telah mengancam hidup mereka, maka akhirnya mereka menoleh kemari. Cuncu, kau ada punya daerah perikanan yang makmur, dari pihak tamu kau sekarang menjadi tuan rumah, dengan melarang pihak Englok-pang mencari hidup di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sini, menurut aku, kau berlaku kurang adil. Di kalangan Sungai Telaga ada suatu aturan umum, yaitu siapa pun juga, tidak boleh bertindak melewati batas. Maka, dalam hal ini, cuncu, aku mau minta supaya kau sudi mengalah sedikit. Umpama kata kau berkokoh, hingga kedua pihak mesti alami kerusakan, itu bukannya tindakan dari seorang cerdik! Kenapa mesti mengambil tindakan tolol? Cuncu, kita ada orang-orang luar, kita datang untuk bantu cari perdamaian. Menurut aku, daerah perikanan ini baiklah dibuka, kau kasih ijin untuk pihak mana saja menangkap ikan di sini, siapa ada nelayan pandai, dialah yang akan peroleh hasil banyak. Biarlah semua orang punyai hak, akan dapatkan hasil dari muara pemberian Thian ini. Bukankah ini ada tindakan yang bagus, yang

menguntungkan dua-dua pihak?" Tay Yong hendak jawab tamunya, tetapi Hengyang Hie-in Sian le, yang datang atas undangannya Lim Siauw Chong, telah dului ia. Orang tua ini, sambil urut-urut kumisnya yang telah jadi putih semua, berkata dengan sabar, "Pian pangcu, pertimbanganmu ini benar ada pertimbangan untuk damaikan perselisihan, maka menurut aku, setelah dengar kau, Tan cuncu haruslah mengalah, mengalah dengan banyak. Memang biasanya, dalam mendamaikan perselisihan, orang mesti lihat siapa si juru damai itu. Di antara Englok-pang dan pihak Giokliong-giam Hiecun sekarang telah terdapat satu jalan buntu, kesudahan dari itu akan ada suatu pertempuran yang hebat. Maka tidak heran sekarang, dari daerah Hucunkang, telah muncul orang ternama dari Kangsanpang, yang mau jadi juru damai, guna bikin kedua pihak menjadi akur pula. Tan cuncu, tidak peduli beralasan atau tidak, kau seharusnya mengalah pada Pian pangcu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dilihat dari pihak perseorangan, kau berdua tidak mempunyai pergaulan yang rapat, tetapi dilihat dari coanpang, ialah kalangan nelayan, kau orang sedikitnya ada punya hubungan. Tidakkah Kangsan-pang dan Giokliong-giam telah hidup dari serupa mangkok nasi? Tan cuncu, jangan kau tidak puas atas pertimbangannya Pian pangcu, kau mesti pandang si juru pendamai, maka hayo-lah kau bikin sudah perselisihan ini, kau harus lekas ajak semua penduduk Hiecun mundur dari Gioklionggiam pulang ke Hucun-kang, di sana telah menantikan periuk yang lama!...." Setelah mengucap demikian, Sian le tertawa bergelakgelak. Mukanya Pian Siu Hoo menjadi merah. Ia merasa ketusuk dengan ucapan itu. "Sian tayhiap, kita ada sama-sama orang dari kalangan Sungai Telaga, kalau bicara, aku minta sukalah kau omong dengan terus terang!" ia berkata. "Aku minta janganlah orang hanya bicara dengan andalkan lidahnya yang tajam. Tayhiap, andaikata kau anggap kami orangorang luar, ada terlalu usilan, baiklah, aku akan segera undurkan diri dari Giokliong-giam ini!" "Pian pangcu, kau omong terlalu jauh!" berkata Sian le dengan lekas. "Sebagai orang tua, aku biasa omong terus terang, apa yang dipikir di hati, dikeluarkan di mulut. Bukankah kita ada orang-orang dari satu

golongan, yaitu golongan yang paling suka campur tahu urusannya sahabat-sahabat agar sahabat-sahabat itu menjadi akur? Apakah yang pangcu anggap tidak cocok? Barangkali lain halnya jika pangcu dan Kiushe Hiekee mempunyai ganjalan yang hendak dibikin beres
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekarang, justru ada urusan sulit ini. Kalau tidak, pangcu, kau dan aku ada sama saja, kedatangan kami kemari untuk mendamaikan. Dalam hal ini, aku minta janganlah orang berpemandangan cupet!...." Mukanya Pian Siu Hoo menjadi bertambah merah, tanda dari kemurkaan, ia tentu sudah lantas berbangkit kalau tidak Han Kak, ketua dari Hangciu-pang ulapkan tangannya, akan mencegah padanya. "Sian loo-hiapkek, kau adalah tetua dalam kalangan Bulim, kendatipun aku belum pernah ketemu, tetapi namamu yang besar aku pernah dengar," berkata orang she Han ini. "Di kalangan Sungai Telaga, apakah yang paling dijunjung tinggi? Tidakkah kita orang paling bisa membedakan di antara kebaikan dan kejahatan, persahabatan dan permusuhan? Kalau kita mempunyai ganjalan dengan pihak Kiushe Hiekee, tidak nanti kita gunai ketika ini berbareng dengan adanya urusan dari Na pangcu, kami tidak akan pinjam golok orang untuk membunuh orang! Loo-hiapkek, ucapanmu barusan ada melukai perasaan orang. Kita yang datang semua ada sahabat-sahabat, kecuali Na pangcu, tidak satu dari kita ada musuhnya Tan cuncu. Kita datang guna prikeadilan, maka itu kita anggap ada kurang benar untuk pihak Hiecun kangkangi muara ini...." Mendengar perkataannya ketua dari Hangciu-pang, Lim Siauw Chong lantas berbangkit, dengan angkat kedua tangannya ia unjuk hormat pada tamunya itu. "Lauwhia, terima kasih untuk nasihatmu," kata tetua dari Kiushe Hiekee ini. "Mengenai urusan kita ini, barangkali penjelasan sangat perlu. Pada duaratus tahun yang lalu, oleh leluhur kita, kita dilarang meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hucun-kang. Maksud dari larangan itu ada baik, tetapi akibatnya ada berbahaya. Mana bisa kita hidup di satu tempat turun temurun dengan tidak ada perobahan, sedang kita ada kaum yang gagah dan bersemangat? Dulu kita bisa hidup menyendiri, tetapi sekarang tidak. Jumlah kita bertambah, tetapi daerah tidak ikut meluas mengimbangi jumlah itu, maka untuk hidup kita, anak

cucu kita harus mencari jalan sendiri. Semua orang tahu, kalangan pencarian kita ada cupet, dan pihak yang memusuhkan kita bukannya tidak ada. Sampai sebegitu jauh, pihak kita hidup dalam lapangan yang sempit, maka bisalah dimengerti bahwa kita menghadapi kesukaran. Meski begitu, kita jaga diri, kita tidak mau ganggu lain pihak dan tetap berusaha sendiri. Kita pun tetap hidup di muka air. Adalah karena terpaksa, maka di antara kita ada yang meninggalkan Hucun-kang. Rombongan Tan Tay Yong ini adalah salah satu di antaranya, la dudukkan Giokliong-giam dengan tidak menyusahkan pihak mana juga, ia banting tulang, makan dan pakai dari hasil tenaga sendiri. Semua orang ketahui, daerah perikanan ini tadinya ada daerah kosong dan tersia-sia, daerah ini baru jadi makmur setelah disiram keringat mereka yang bercape lelah. Apakah adil, kalau sekarang mereka hendak diganggu? Kenapa tidak dari tadi-tadinya, dari mulanya diusahakan, mereka dilarang dan dicegah? Kenapa baru sekarang mereka didatangi, dengan bawa satu jumlah besar kawan-kawan dan juga membikin pusing sahabat-sahabat yang sedikit pun tidak ada kepentingannya dalam hal ini? Tidakkah dengan demikian kita jadi tidak enak hati terhadap sahabatsahabat itu? Kalau Englok-pang hargai persahabatan, tidak nanti ia datang dan ganggu kita! Kalau Englok-pang tidak ganggu kita, sudah pasti kita tidak akan ganggu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

padanya. Adalah kalau terpaksa, baru kita tidak bisa diam saja. Maka sekarang aku hendak tegaskan, pihak Hiecun tidak bisa berlalu dari sini, kecuali apabila darah kita telah mengucur habis. Terserah pada Englok-pang, tindakan apa ia hendak ambil!" Ketua dari Tonglouw-pang, Auwyang Cu Hin, berbangkit. "Lim loo-enghiong, apakah kau bukannya loocianpwee Lim Siauw Chong, ketua dari Kiushe Hiekee?" ia tegaskan. Lim Siauw Chong manggut. "Itulah benar," ia menyahut dengan manis. "Lim loo-enghiong," kata pula Auwyang Cu Him, "sebenarnya adalah keinginanku yang kedua pihak saling mengalah. Dalam hal ini kita sebenarnya cocok dengan bunyinya pri-bahasa yang membilang, 'Orang hanya lihat keuntungan, tidak bahayanya, seperti ikan cuma lihat

umpan, tidak melihat pancing'. Dari pri-bahasa ini, haruslah kita menyingkir. Mengalah ada berarti keberuntungan kita, kalau sebaliknya, itu berarti jalan buntu, orang sama-sama ada di pojokan. Apakah artinya kalau kedua pihak sampai nampak kerugian, hingga muka air mesti disiram darah? Menurut aku, looenghiong baik mengalah dan Na pangcu jangan mendesak, dengan begitu, perselisihan dapat dibubarkan...." Mendengar begitu, Samsiang Cui Cu Ie dan Kimpian Cia Kiu Jie, kedua ahli silat undangannya Na Thian Hong lalu berbangkit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Apa yang Auwyang pangcu bilang ada hal yang sebenarnya," mereka nyatakan berbareng. "Urusan bagaimana besar juga, harus dibikin habis. Kenapa kedua pihak tidak mau saling mengalah?" IeTong, ketua dari Lankie-pang, juga berbangkit. "Kita kaum Sungai Telaga memang harus saling mengalah," ia berkata. "Na pangcu inginkan Kiushe Hiekee berlalu semua dari Hiecun ini, itu ada keterlaluan, dan Tan cuncu berkokoh hendak kangkangi daerah ini, itu pun kurang pantas. Di sini mesti ada tempat untuk tuan rumah dan tamu Kiushe Hiekee tetap sebagai tamu, kendati ia telah banting tulang mengusahakan daerah ini, maka itu, ia mesti sedikit sungkan. Di sebelah itu, Tan cuncu juga niscaya telah saksikan kesulitan hidup dari pihak Englok-pang. Satu makmur dan ada kelebihannya, satu malang dan lagi menderita Bagaimana sekarang? Menurut aku, baiklah Hiecun bagikan umpama separoh dari hasil kelebihannya untuk menolong pihak yang menderita dari Englok-pang. Dengan begitu, kedua pihak jadi saling menolong, kedua pihak tidak bermusuhan lagi.... Apakah kedua pihak sudi dengar pertimbanganku ini?" "Cara pemecahan ini, maafkan aku, tidak dapat aku terima!" berkata Na Thian Hong sambil bersenyum tawar. "Kalau ini dilakukan sebelumnya ada bentrokan, bisa jadi kami akan terima, tapi sekarang, tidak! Sekarang melainkan ada satu jalan, ialah pihak Kiushe Hiekee mesti angkat kaki semua dari Giokliong-giam, aku tidak akan ganggu selembar jiwa atau sebuah perahu pun, jikalau tidak, tidak bisa lain, kedua pihak harus unjuk kegagahannya! Aku si orang she Na tak berguna, aku

bersedia akan korbankan semua orang dari Englok-pang!


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Aku mempunyai kepandaian akan ambil pulang Giokliong-giam! Maka Kiushe Hiekee baik lekas mundur, kita lantas jadi tidak saling ganggu! Aku telah bicara, ijinkanlah aku berlalu!" Baru saja Na Thian Hong tutup mulutnya atau satu suara tertawa yang panjang dan nyaring yang membikin sakit kuping mendengarnya, terdengar oleh ketua dari Englok-pang itu! Itu ada suara tertawanya Souw-posu Cukat Pok, tamu yang kurus kering dari Lim Siauw Chong. Dia ini sampai sebegitu jauh duduk diam saja, atau ia bicara sambi tertawa-tawa dengan Hee in Hong, ia seperti tidak punya sangkutan suatu apa dengan jalannya pembicaraan yang begitu hebat, malahan ia agaknya tidak sudi dengar pembicaraan orang. Tetapi sekarang, dengan tiba-tiba ia kasih dengar suaranya suara yang tidak diinginkan. Kemudian, setelah lenyapnya suara tertawa itu, ia hadapi Na Thian Hong sambil menggape-gape serta berkata, "Sahabat, tunggu dulu! Dengan maksud apa kau datang kemari? Dengan cara bagaimana barusan kau datang kemari? Apakah dapat kau pergi dengan begini saja? Kenapa kau tidak menanyakan dulu pada ketua dari Giokliong-giam Hiecun, apakah tempat ini bisa mengantapi orang datang dan pergi dengan sesukasukanya saja? Tunggu dulu, sahabat, aku Cukat Pok, aku ingin tanya kau!" Mendengar suara dan melihat sikapnya, bukan main mendongkolnya Na Thian Hong. "Eh, sahabat, jangan kau berlaku kurang ajar padaku si orang she Na!" ia menegur. "Aku bukannya orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kau boleh permainkan menurut sukamu! Apakah bisa jadi kau hendak larang aku pergi?" "Sahabat, sikapmu sungguh aneh!" kata Cukat Pok, yang tidak pedulikan orang gusar. "Kalau kau datang dengan maksud untuk gunakan kekerasan saja, kau sebenarnya tidak perlu omong banyak! Kau telah datang kemari dengan cara baik, bukankah ada maksudmu untuk kita gunakan cara-cara terhormat dari kalangan Sungai Telaga, maka kenapa sekarang kau main ancamancaman? Lihatlah pasukan perahumu di luar muara! Dengan itu kau boleh gertak segala penduduk biasa! Kalau dengan pasukan itu kau hendak gertak Hiecun, kau

keliru! Nyata sekali, dengan bawa pasukan, kau sudah berniat menyapu Hiecun ini! Tetapi, kejadiannya bakal tidak begitu gampang seperti kau kira! Bukankah di sini ada berkumpul banyak sahabat-sahabat baik, yang ingin rekoki urusan? Maka aku percaya, urusan akhir-akhirnya akan dapat dibikin beres. Sahabat, turutlah aku, bereskanlah urusan secara damai, kekerasan tidak akan ada faedahnya. Kenapa air sungai ini mesti disiram dengan darah? Bisakah kau berlaku sabar? Kalau tidak, sahabat, sekarang kau boleh mundur dari Gioklionggiam, aku kasih kau tempo sepuluh hari, akan menyerang masuk kemari. Selama tempo itu, andaikata ada sebuah saja dari perahumu yang menoblos ke dalam muara ini, aku akan nyatakan takluk padamu, aku akan angkat kau menjadi guru! Ingat, sahabat, untuk bekerja, orang jangan ingat saja keuntungan diri sendiri, orang mesti ingat juga kepentingannya lain orang! Kau terlalu kouw-ka-tie, karena kau hendak korbankan banyak jiwa, malahan juga jiwanya sahabat-sahabatmu! Bukankah ada jalan paling adil kalau sekarang ditetapkan, dua kali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam satu tahun, setiap musim Cun dan Ciu, pihak Giokliong-giam membantu pihakmu dengan barangbarang kelebihan hasilnya, untuk dibagikan di antara nelayan-nelayan Englok-pang yang paling melarat? Cara ini akan menyingkirkan pertempuran yang tidak ada perlunya, akan memegang kekal persahabatan kami. Kenapa kau tidak ambil tindakan ini, Na pangcu?" --ooo0dw0ooo-IV Na Thian Hong tertawa berka-kakan setelah mendengar perkataan orang itu. "Aku kira kau mempunyai anggapan baru, tuan!" berkata ia dengan menghina. "Apa yang lain orang telah ucapkan, tidak usah kau ulangkan! Urusan kita sekarang sudah tidak bisa dibikin beres lagi, maka aku anggap, sekarang kita mengandal pada masing-masing saja, siapa yang punya kepandaian, ia keluarkan itu, siapa yang kalah ia mesti menyerah, mengaku tak punya kepandaian dan tidak boleh menyesal atau penasaran! Kita dari Englok-pang, kendati tidak bisa bangun selama beberapa tahun ini, tetapi kita tidak sampai mesti dapati sisa makanan dari lain orang. Terima kasih untuk kebaikanmu. Nah, sumpai kita ketemu pula!"

Juga Cukat Pok tertawa dingin atas kejumawaan orang itu. "Na pangcu, dengan maksud baik aku bicara dengan kau, kau tidak sudi meladeni, terserah pada mu!" ia bilang, "Tetapi, pangcu secara begini saja kau undurkan diri. pihak tuan rumah merasa tidak enak hati. Kau lihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sendiri, di Hiecun ini tidak ada banyak orang, justru sekarang ada ketika yang baik. marilah sekarang kita berdua main main sedikit, dengan begini, kita bisa segera bereskan urusan kedua pihak. Sudah tentu saja, aku harus berikan tanggungan padamu, supaya kau bisa merasa bertetap hati kau ada tamu, seharusnya kau akan dapat perlakuan menuruti hakmu dan kita akan berlaku sebagai tuan rumah. Bukankah kita orang bicara secara baik dan urusan juga mau dibereskan secara damai? Tan cuncu, silakan kau perintahkan agar semua perahu Hiecun di luar muara ditarik pulang, sesudah itu. kau antapkan pasukan besar dan Englok-pang menerjang masuk, jangan sekali kau pegat atau merintangi. Cara ini, aku anggap ada cara yang paling adil!" Belum sampai Na Thian Hong berikan jawabannya, menerima atau menolak tantangan itu, ketua Kangsanpang Tiathong-liong Pian Siu Hoo dan ketua Tonglouwpang Auwyang Cu Him telah berbangkit serta terus berkata dengan berbareng, "Cukat loosu, kau benar ada satu sahabat! Perkataanmu menyatakan suatu penetapan, baiklah, kita trima itu! Untuk bicara terus terang, kita sebenarnya sangat kagum atas nama loosu sekalian, karena masing-masing mempunyai kepandaian sendiri-sendiri, sedang ketika yang baik seperti ini ada sangat sukar dicarinya. Aku harap, loosu, dengan jalan ini kita orang bisa mendapati banyak pengalaman!...." Begitu mendengar ucapannya tamu-tamu itu, Lim Siauw Chong segera berbangkit. "Satu hal aku ingin terangkan," demikian katanya. "Ketua di sini adalah Tan Tay Yong, meski demikian sebagai tetua dari Kiushe Hiekee, aku pun ada hak untuk bicara. Di sini tuan-tuan hendak uji kepandaian, sebagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sahabat hendak saling merundingkan kebisaan, aku tidak berkeberatan. Tindakan ini ada biasa saja dalam kalangan Bulim. Akan tetapi, apabila di sini tuan-tuan hendak menguji masing-masing, aku menentangi, karena itu berarti permusuhan. Pihak untuk urusan kita kedua

pihak, atau untuk lampiaskan ganjelan siapa saja yang berbuat demikian, aku tidak bisa terima baik! Kita kedua pihak, Englok-pang dan Hiecun, akan bertempur sendiri untuk mangkok nasi kita, kita ingin gunakan tenaga sendiri, siapa menang dan siapa kalah, ia mesti terima kesudahannya dengan ikhlas, tapi siapa cari kemenangan karena andeli sahabat, itu tidak seharusnya, perbuatan demikian tidak terhormat, perbuatan demikian bukannya perbuatan dari kalangan Sungai Telaga! Aku Lim Siauw Chong, tidak sudi menipu dan tidak mau berbuat busuk, aku sengaja omong terus terang, supaya di belakang hari tidak timbul omongan yang tidak-tidak. Aku tidak ingin menjadi satu laki-laki yang bercacat!" Lim Siauw Chong bicara dengan sikap sungguhsungguh, tidak urung ia telah bikin mukanya Na Thian Hong menjadi merah padam, saking malunya. Ia memang datang dengan berkawan, untuk mengandeli kawan merebut kemenangan. Ia tidak nyana, tetua she Lim itu telah menyindir padanya, tapi ia lekas berbangkit. "Lim loosu, kau benar!" ia berkata. "Urusan adalah urusannya Englok-pang dengan Giokliong-giam Hiecun, maka dalam urusan ini, biarlah aku Na Thian Hong berhadapan dengan ketua dari Hiecun, dengan begitu orang luar jadi bisa dibilang tidak campur tangan!" Diam-diam Lim Siauw Chong kutuk kelicinannya Na Thian Hong, karena sudah terang orang she Na ini ketahui sampai di mana kepandaiannya Tan Tay Yong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan tidak ingin ia sendiri yang turun tangan untuk wakilkan Tan cuncu. Meski demikian, di muka umum ia masih bisa tertawa "Bagus!" ia berseru. "Bagus, aku memang ingin kamu berdua main-main! Ini barulah kelakuannya satu lakilaki!...." Baru saja Siauw Chong tutup mulutnya, atau Pian Siu Hoo goyangi tangan pada ketua dari Englok-pang. "Na pangcu, kau jangan repot tidak keruan!" demikian katanya. "Urusan kau orang baik ditunda dulu, sekarang kita baik kemukakan urusan persahabatan, urusan pergaulan kita" Ia menoleh pada Cu-kat Pok dan melanjuti, "Cukat loo-suhu, aku ingin menerima pengajaran dari kau. Aku dengar kebisaanmu Kauwtah Sinna dan tubuh enteng yang sangat terkenal, sekarang apa kau suka turunkan kepandaian-mu itu padaku?" "Tentu saja!" sahut Cukat Pok dengan cepat.

"Sabar," Lim Siauw Chong me-nyelak. "Apa yang barusan aku bilang, aku anggap harus dijalankan dulu. Tay Yong, apa kau belum juga perintahkan mundur semua perahu di mulut muara, supaya Englok-pang merdeka untuk berlayar masuk? Aku ingin supaya mereka jangan dilarang atau dicegah!" "Baiklah," jawab Tan Tay Yong pada pamannya itu, tetapi ketika ia mau berbangkit untuk berikan titahnya, Na Thian Hong bikin ia merandek dengan suara tertawanya yang dingin dan ucapan, "Tan cuncu, tunggu sebentar! Kami datang kemari dengan tujuan, lebih dulu gunai adat kehormatan, baru kekerasan apabila itu perlu. Kita juga tidak mau pakai cara: dengan jumlah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terlebih besar merebut kemenangan. Hiecun mesti diserang, itulah benar. Sesudah jalan menjadi buntu, kita mesti berdaya masing-masing, tetapi tidak malam ini. Dengan tindakanmu pada malam ini, nyata sekali kau ada satu laki-laki, dan kita, sebaliknya, kita jadi seperti si pengecut, karena menyerang selagi orang tidak bersiap. Kalau benar pertempuran mesti dilakukan, kita baik lalukan itu cara begini: Apabila aku ada punya kepandaian, aku nanti pimpin barisanku datang menyerang. Dan kau, apabila kau ada punya kepandaian, kau boleh menangkis sebisa-bisamu guna lindungi Hiecun. Tegasnya, kita unjuk kepandaian masing-masing! Tan cuncu, beginilah caranya satu eng-hiong. Kita sudah datang, itu tandanya kita tidak takut, umpama kata kau hendak tahan kita, persilakan!" "Na pangcu, kau benar. Kalau kau kehendaki caramu itu, baiklah, aku bersedia akan iringi kau," Tay Yong jawab. Mendengar demikian, Lim Siauw Chong menggerendeng dengan pelahan, "Menyerang dengan berterang atau bergelap ada sama saja, itu adalah seperti setengah kati dengan delapan tail....." "Sudah cukup," Cukat Pok lalu menyelak. "Na pangcu, urusan kamu berdua pihak baiklah ditutup dulu, tetapi sekarang mari kita wujudkan pembicaraan kita barusan. Aku ingin terima pengajaran dari Pian loo-suhu, enghiong yang ternama dari daerah Hucun-kang! Kau telah mengadu biru, aku tidak sabaran lagi! Pian loosu, marilah, mari kita main-main untuk beberapa jurus saja, main-main seperti caranya si penjual silat di muka

umum!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pian Siu Hoo yang ditantang hebat, sambut tantangan itu, di saat ia hendak berbangkit, Ie Tong, ketua dari Lankie-pang mendahului ia. "Pian loosu, tunggu! Demikian orang she Ie itu. "Na pangcu telah undang kita, untuk itu mesti ada perbedaan sahabat jauh dan dekat, sahabat kekal dan bukan. Kau ada seperti saudara angkat, maka itu kau harus mengalah. Apakah bisa jadi, bahwa kita sebagai sahabatsahabat yang tak berguna tidak boleh turut ambil bagian dalam ini macam piebu? Maka, Pian loosu, sukalah kau nonton saja dulu untuk bantu meramaikan, aku nanti yang layani Cukat loosu main-main sebentaran!." Setelah kata begitu, Ie Tong buka thungsha-nya sambil lemparkan itu ke samping, ia lompat maju menghampirkan Cukat Pok serta terus angkat kedua tangannya memberi hormat. "Cukat loosee, sudah sejak lama aku kagumi kepandaianmu, kau adalah orang yang jarang ada tandingannya di kalangan Bulim, maka itu aku girang malam ini bisa ketemu kau dalam Hiecun ini! Loosu, le Tong tidak tahu diri, ia ingin minta pelajaran dari kau, maka sudikah kau mengajarkan aku?" "le pangcu, kau terlalu seejie," Cukat Pok berkata. "Toh tidak ada halangannya untuk orang-orang sebangsa kita main-main satu sama lain untuk tambah pengalaman? Hanya aku kuatir, aku bukan tandinganmu, dengan cara bagaimana kau ingin kita main-main?" "Kita sebenarnya tidak kenal satu dengan lain, kita berdua tidak bermusuhan," berkata le Tong, "maka itu, main-main kita melulu ada untuk mencoba-coba saja. Cukat loosu, kau terkenal dengan Shacaplak-louw KimnaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/

hoat-mu, aku ingin kau gunai kepandaian istimewamu itu yang telah tersohor di kalangan Sungai Telaga!" Cukat Pok tertawa dingin. "Dengan menyebut-nyebut namanya ilmu kepandaian, aku menyesal tidak dapat turuti kehendakmu, le pangcu," ia bilang. "Marilah kita omong biar jelas. Karena kau telah ketahui yang aku Cukat Pok mengerti ilmu Kimna-hoat, aku hendak terangkan padamu, aku bukannya jumawa, tetapi benar, ilmu itu aku telah yakinkan dengan sungguh-sungguh, malahan selama tigapuluh tahun aku berlatih terus dengan tidak pemah alpa barang satu hari. Aku tidak

kuatir kau tertawakan aku, le pangcu, siapa saja yang pernah beradu dengan Cukat Pok, ia mesti akui sampai di mana adanya kesempurnaan dari ilmu kepandaianku itu, sebab biasanya belum pemah ada orang yang aku pemah kasih hati di bawahnya sepasang tanganku. Tapi kau, le pangcu, kau berani tantang aku, kau pasti ada mempunyai kepandaian untuk lawan atau kalahkan kepandaianku itu, maka aku harus ambil satu sikap. Untuk pertahankan nama baikku, tidak bisa tidak, aku harus gunai kepandaianku itu. Oleh karena ini, aku tahu, di antara kita, mesti ada salah satu yang bakal mendapat malu. Maka, le pangcu, selagi di antara kita tidak ada permusuhan, apa kau tidak bisa pilih lain cara? Aku anggap baiklah ditukar suatu cara lain...." le Tong tidak senang mendengar ucapan orang itu, karena ia merasa bahwa dirinya sedang dipermainkan dan diancam secara samar-samar, maka ia keluarkan suara dari hidung. "Cukat loosu, kau kelihatannya anggap urusan secara sungguh-sungguh sekali," ia berkata. "Main-main di kalangan kita, kalangan Bulim, ada hal umum, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menang dan kalah juga ada umum, hingga itu sama sekali tidak merupakan halangan suatu apa. Bukankah kita tidak bermusuhan? Maka sudah seharusnya, di antara kita tidak ada dikandung maksud jahat, hingga siapa menang dan siapa kalah, ia tidak harus buat pikiran. Cukat loosu, silakan kau keluarkan kepandaian istimewamu itu, umpama kata aku roboh di bawah tanganmu, satu ahli silat ternama, aku tidak akan jatuh merk! Bukankah begitu, loosu?" "Ie pangcu, kau ternyata ada seorang yang berpemandangan luas, kau benar ada satu enghiong," Cukat Pok berkata. "Bukannya aku Cukat Pok berpemandangan cupet, aku sengaja omong lebih dahulu, supaya segala apa di antara kita jadi jelas, agar di waktu turun tangan, apabila ada terjadi kesalahan, tidak nanti ada orang yang katakan aku tidak memandang sahabat. Di muka medan pertandingan, satu kali orang gerakkan tangan, tangannya tidak mengenal kasihan lagi. Kau baik hati, le pangcu, sekarang persilakan kau bergerak terlebih dulu?" Setelah kata begitu, Souwposu lantas mundur, segera buka pakaiannya yang gerombongan, apabila thungsha

itu dipegang lehernya dan dibalingkan sambil memutar, sekejap saja, dari satu baju panjang telah menjadi tergulung bulat dan panjang, merupakan seperti sebatang toya. Tan Tay Yong mengerti maksud orang, ia lompat menghampirkan tamunya itu, serta ulur kedua tangannya akan sambut baju panjang itu. Ie Tong bisa lihat gerakan orang, yang membikin ia terperanjat. Ia tahu, lawanan itu sengaja pertontonkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepandaiannya. Tapi ia tidak takut. Ia ketahui, Cukat Pok ada ahli dari Shacaplak-louw Kimna, ilmu "menangkap menyekal" yang terdiri dari tigapuluh enam jalan. Dengan ilmu itu, gerakan kaki tangannya ada gesit, pandai menangkap tangan dan senjata musuh, melulu dengan tangan kosong. Tapi ia sendiri mengerti Pekwanciang, ilmu "Telapakannya Monyet Putih", yang punya perobahan dari tigapuluh enam sampai tujuhpuluh dua rupa, maka ia percaya, dengan ilmu ini ia akan sanggup tandingi musuh. Demikian, keduanya sudah lantas berhadapan, akan segera bergerak memutari lapangan. Biasanya, dengan punyai ilmu Shacaplak-louw Kimna, yang ringkasnya dipanggil Kimna-hoat, orang mesti berani merangsek, tetapi tidak demikian dengan Cukat Pok. Dari itu, le Tong heran lihat musuh tidak segera merangsek padanya, hingga terpaksa ia mesti mendekati terlebih dulu. "Cukat loosu. sambutlah!" berseru ketua Lankie-pang ketika ia lompat maju serta tangannya menyamber muka orang. Dengan tangan kanan ia hanya mengancam, adalah setelah itu, tangan kirinya, dengan Yaptee touwtoh atau "Di bawah daun mencuri buah toh", ia menotok tenggorokan orang. Cukat Pok bisa menduga gerakan musuh, ia tidak mundur hanya angkat kedua tangannya ke depan dada, selagi tangan kiri musuh mendekati, tangan kanannya melonjor di bawah tangan musuh itu, dengan sedikit gerakan saja, ia sudah kasih bekerja ilmu Kimsie canwan atau "Benang sutera melibat lengan".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi Ie Tong juga bisa melihat gelagat, gerakannya pun gesit. Untuk tolong dirinya, ia bikin dua gerakan dengan berbareng, yaitu tangan kiri ia tarik pulang, tangan kanan yang tadi dipakai mengancam, menotok

pada lengan kanan lawannya di bctulan urat yang berbahaya. Lekas sekali Souwposu men-dek, supaya totokan musuh tidak mengenai sasarannya, berbareng menggerakkan kaki, ia bikin tubuhnya berada di samping kanan musuh, adalah dari sini, selagi tubuhnya bangun, tangan kanannya bergerak terlebih jauh, akan hajar pundak orang yang sedikit turun karena gerakan totokannya barusan. Oleh karena maksudnya tidak kesampaian dan berbareng dirinya terancam bahaya, terpaksa le Tong enjot tubuhnya untuk lompat mundur sampai jauhnya satu tombak lebih, dengan renggangkan diri, ia hendak mengambil sikap lain. Tetapi Cukat Pok tidak mau pisahkan diri dari musuh, sebaliknya, ia mau rapatkan terus, maka itu di waktu lihat musuh menyingkir, ia barengi merangsek dengan satu lompatan, hingga ketika keduanya injak tanah, mereka tetap berada berdekatan. Cukat Pok berada di sebelah belakang musuh, tidak tempo lagi sebelah tangannya bergerak ke arah batok kepala musuh akan hajar batok kepala itu. le Tong telah menduga pada gerakan lawannya, apapula ia pun telah merasai samberannya angin, maka begitu lekas menginjak tanah, tubuhnya ia cenderungkan ke depan. Kaki kirinya melonjor ke depan. Sambil berbuat demikian, tangannya digeraki dari bawah ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

atas, akan terjang lengan kanannya Cukat Pok pada bagian sikut. Itu adalah tipu silat Hian-in tokgoat atau "Mega menampak rembulan". Souwposu batalkan serangannya apabila ia dapat kenyataan musuh telah siap akan celakai sikutnya. berbareng dengan itu, ia majukan kaki kanannya hingga tubuhnya jadi berdiri berendeng dengan musuh itu. Melainkan tubuh mereka tidak nempel satu dengan lain. Adalah setelah itu ia totok iga kanan orang. Dengan geraki kaki kirinya ke depan, le Tong singkirkan tubuhnya dari totokan. la juga mau balas menyerang, maka tangan kanannya dari atas turun ke bawah, akan hajar pundak kanan lawan. Gerakan yang sebat ini dibarengi dengan putaran tubuh yang gesit. Tetapi serangan ini tidak memberikan hasil, karena pihak lawan telah mendului berkelit.

Demikian selanjutnya, dengan bergantian mereka saling menyerang, dua-duanya dengan unjuk kecelian mata, kegesitan tubuh dan kesehatan bergeraknya tangan dan kaki mereka. Masing-masing tidak mau mengalah, tetapi, sama-sama mereka berlaku licin, supaya bisa rebut kemenangan dengan tidak usah diri sendiri kena diserang. Penonton di kedua pihak telah menyaksikan dengan kagum dan hati berdebar-debar, sebab mereka samasama ada gesit, tetapi sesuatu serangan mereka berbahaya sekali, siapa terkena, ia mesti terluka parah. Kecuali lompat jauh, mereka juga lompat tinggi, baik di waktu merangsek maupun di waktu berkelit. Untuk duapuluh tahun le Tong dari Lankie-pang telah melatih diri dengan Pekwan-ciang, ia ternyata telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dapatkan kesempurnaannya ilmu silat tangan kosong itu. Dan sekali ini ia telah mesti gunakan puluhan macam dari perobahan gerakan tangannya, akan layani ahli dari Kimna-hoat. Tan Tay Yong berdiri bengong, dalam hatinya ia merasa malu sendiri. Ia, yang namakan dirinya ketua atau cuncu, yang berani kepalai suatu rombongan besar, ternyata tidak punya kepandaian yang berarti apabila ia mesti dipadu dengan dua orang yang sedang adu kepandaian itu. Dengan kepandaian yang rendah, cara bagaimana ia bisa pertahankan diri dan melindungi Giokliong-giam Hiecun dari serangannya Englok-pang? Musuh ada berkawan banyak dan ini satu saja sudah bukan main liehaynya! "Syukur siokhu Lim Siauw Chong datang dengan kawan-kawannya.. " demikian ia hiburkan diri. Pertempuran sudah berjalan dua-puluh jurus lebih, keduanya kelihatan sama tangguhnya. Ie Tong telah saksikan kepandaian lawan, ia lalu ambil putusan, di satu pihak ia mau jaga diri, di lain pihak ia mencari lowongan untuk berikan pukulan yang memutuskan guna merebut kemenangan. Demikian pun pikirannya Cukat Pok, yang telah merasai ketangguhannya musuh, hingga Souwposu tidak berani alpa Segera juga datang saatnya kedua tangan dari Souwposu bergerak berbareng laksana gunting, mengarah kedua pundak orang, apabila serangan ini mengenai dengan jitu, dua-dua tangan musuh akan

menjadi gepeng. Serangan ini hanya dapat dikelit, tapi Ie Tong tidak berbuat demikian, kendati ia ketahui ancaman lawan. Dengan luar biasa sehatnya ia angkat kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangannya ke depan dadanya untuk dari situ dengan cepat menyerang jurusan dada Souwposu. Sekarang dua-dua sedang menyerang, dua-dua serangan ada berbahaya sekali. Cukat Pok lihat gerakan orang, yang bikin ia kaget berbareng kagum. Ia tahu, andaikata ia berhasil, musuh juga akan berhasil seperti ia. Ia mau singkirkan ini, tapi ia tidak mau batalkan serangannya itu, maka ia mengulur tangannya, dengan kedua kaki tidak bergerak, ia bikin tubuhnya mundur dengan tangan menyerang terus. Ini ada gerakan yang dinamai Sioksin giekut-hut atau "Ringkaskan tubuh dan ciutkan tulang". Ie Tong tidak sangka musuh akan bersikap demikian, karena kedua tangannya telah terlepas, ia lantas merasai kedua pundaknya terbentur tangan musuh seperti yang tergosok, karena tenaga musuh tidak lagi penuh seperti gerakannya yang pertama, tetapi tidak urung ia segera merasai kedua pundaknya kesemutan. Terpaksa ia pindahkan kaki kirinya ke kiri dan kaki kanannya terangkat, bukan untuk menyingkir lebih jauh, hanya untuk gedor kuda-kudanya lawan. Dengan jalan ini ia ingin melakukan pembalasan. Dalam keadaan yang berbahaya itu, Cukat Pok dapat melihat gerakannya kaki musuh, ia lekas mundur dengan sebelah tangan menyabet ke bawah, akan sabet kaki musuh itu, apa mau, gerakannya le Tong cepat istimewa, kendati tangannya bergerak, kaki musuh telah mendului mengenai pahanya, meski serangan itu tidak berbahaya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cukat Pok dapat perbaiki diri terlebih dulu, merangkap kedua tangannya pada lawan itu, ia segera berkata, "le pangcu, sungguh Pek-wan-ciang ada liehay sekali, aku takluk." le Tong lekas-lekas membalas hormat. "Cukat loosu, malam ini barulah aku betul-betul takluk padamu," berkata "Baru sekarang aku dapatkan bahwa namamu tersohor tidak kecewa." Setelah berkata begitu, le Tong lantas undurkan diri. Cukat Pok juga hendak mundur ketika seseorang lain dari pihak Englok-pang maju menghampirkan ia serta

terus berkata, "Kau tidak ketahui, le pangcu, kecuali Kimna-hoat yang sangat tersohor di Kang-lam dan Kangpak, Cukat loosu juga mempunyai lain kepandaian istimewa ialah ilmu tombak Souw-cu-chio, yang ia tidak mau sembarangan pertontonkan di muka umum! Aku dengar, pada sepuluh tahun yang lalu, dengan ilmu tombaknya ia telah bikin tergetar tujuh propinsi di selatan. Maka sekarang, pangcu, silakan kau beristirahat, kebetulan ada pertemuan ini, aku hendak gunakan ketika ini akan main-main dengan Cukat loosu, aku Cia Kiu Jie ingin terima pengajaran...." "Itu benar," le Tong manggut-manggut. "Dengan begini tidaklah kecewa yang kita orang telah berkumpul di Giokliong-giam ini. Aku pun jadi dapat ketika akan turut menyaksikan Cukat loosu dengan kepandaiannya Souwcu-chio itu!" Setelah berkata begitu, le Tong lantas mundur. Cukat Pok ketahui, Kimpian Cia Kiu Jie ada ahli silat ternama dari Ouwlam, bersama Tin-sam-ouw Cui Cu le
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

adalah guru silat dari tingkatan tua (loo-cianpwee) dari Ouwlam, kepandaiannya di air dan di darat ada terkenal, sedang gegamannya cambuk Kimsie Siauw-kauw-pian, ringkasnya Kimpian. Di Ouwlam belum pernah ada tandingannya. Ia pun ketahui, Cia Kiu Jie ada ternama baik, hanya bersama Cui Cu le, ia ada beradat sedikit tinggi dan keras, maka mereka berdua saudara angkattidak suka bergaul dengan sembarang orang. Maka adalah aneh yang sekarang mereka berdua dapat diundang oleh kawanan coanpang itu. "Cia loosu, janganlah kau angkat-angkat aku," kata Cukat Pok sambil tertawa. "Namaku ada nama kosong, dan kepandaianku barusan telah dipertunjukkan, maka aku minta janganlah kau suruh aku pertunjukkan lagi keburukanku. Kita orang pun piebu untuk persahabatan, andaikata urusan kedua pihak tidak dapat diselesaikan, kita sendiri tidak seharusnya membawa sikap saling bermusuh. Dengan gunai senjata, itulah berbahaya, aku kuatir salah satu nanti terluka, kejadian itu bisa merugikan persahabatan kita, maka aku pikir, baik kita main-main dengan tangan kosong saja. Dengan jalan ini kita juga bisa menyingkir dari tertawaannya orang banyak...." "Cukat loosu, terang kau merendah saja!" kata Cia Kiu

Jie sembari tertawa. "Kami bukannya jumawa atau mengandeli ilmu silat, tetapi apa sih artinya ilmu silat? Apa namanya kepandaian jikalau kita tidak mampu kendalikan gerakannya kaki dan terutama tangan kita di waktu maju dan mundur? Souw-cu-chio sudah berada beberapa puluh tahun di tanganmu, aku tidak percaya kau bisa melukai atau membahayakan jiwa orang kecuali kau inginkan itu. Kalau dibilang gerakan senjata di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangan sukar dikendalikan, itu hanya ada ucapan untuk justakan orang. Kalau senjata di tanganmu tak bisa terkendali, kita baik jangan omong lagi perihal ilmu silat. Cukat loosu, aku telah omong dari hal yang benar, harap kau tidak tertawakan aku." "Cia loosu, oleh karena kau kata begitu, aku tidak bisa bantah pula padamu," Cukat Pok mengalah. "Hanya perlu aku terangkan, memang ada satu waktu, satu kali senjata telah digerakkan, bisa kejadian bahwa orang tidak berkuasa lagi. Dengan ucapanmu, Cia loosu, terang kau hendak menyukarkan satu sahabat, kau agaknya tidak sudi memberi ketika. Aku datang ke Giokliong-giam ini selaku sahabat, tujuanku adalah mendamaikan kedua belah pihak, maka kalau karena aku, urusan jadi tambah genting, terang kita bukannya sahabat dari kedua pihak itu!" "Kalau begitu, Cukat loosu, baiklah, aku nanti kasih keterangan dulu pada semua orang," berkata Cia Kiu Jie. Cukat Pok manggut, dalam hatinya ia kata, "Aku tidak boleh tidak pandang mata pada orang she Cia ini, ia ada satu orang gagah yang jujur dan terhormat....." Cia Kiu Jie, sudah lantas hadapi orang banyak serta angkat kedua tangannya. "Adalah kebiasaan dari aku Cia Kiu Jie akan urus urusan lain orang seperti urusan sendiri," ia berkata, "maka itu aku bisa mengerti, bahwa pembicaraanku dengan Cukat loosu barusan, telah berlaku sedikit keliru. Sekarang, selagi tuan-tuan dengar pembicaraan kita barusan, aku minta sukalah tuan-tuan tolong unjuk, bagian manakah dari kata-kataku barusan yang tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cocok. Aku tidak ingin, karena urusanku sendiri, di luar tahuku, aku nanti bikin gagal urusan besar." Ketua dari Englok-kang Coanpang, Na Thian Hong, tidak senang dengan sikapnya tamu itu. Ia anggap, setelah diundang datang Cia Kiu Jie mestinya terus

berpihak padanya dalam keadaan apa juga, karena ia pun akan tunjang tamu itu sampai di akhirnya. Siapa nyana, sekarang Cia Kiu Jie lebih utamakan kehormatan sendiri. Tapi karena di situ ia masih punyakan lain-lain kawan yang ia andelkan, ia lalu menjawab, katanya, "Cia loosu, kau telah datang bersama aku, untuk kebaikanmu aku haturkan banyak-banyak terima kasih. Dengan apa yang kau ucapkan barusan, aku akur, itu ada ucapannya satu laki-laki. Tentang urusanku, jangan kuatir, untukku, menang atau kalah aku akan menerima. Dalam halnya kau ini, loosu, aku senantiasa berada di belakangmu. Mengenai urusan di antara Englok-kang dan Gioklionggiam, putusanku sudah tetap, aku akan bergulat sampai di akhirnya, kesudahannya akan terserah nanti pada kekuatannya kedua pihak masing-masing. Cia loosu, persilakan, kau ada merdeka!" Mendengar itu, Cia Kiu Jie pun tidak puas. Jelaslah bahwa. Na Thian Hong tidak inginkan perdamaian dan mengandung maksud jelek. Tapi, karena sudah terlanjur, ia juga tidak bisa mundur. Ia lalu ambil putusan. "Na pangcu, terima kasih untuk kebaikanmu," ia berkata, la menoleh pada Cukat Pok akan berkata pula, "Cukat loosu, kau telah dengar kata-katanya Na pangcu barusan. Nyata ia telah berikan kehormatan padaku. Aku percaya, malam ini juga, hal urusan kedua pihak akan ada putusannya. Sekarang, Cukat loosu, silakan kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berikan pengajaran kepadaku, agar aku dapat pelajaran dari kau." Setelah berkata begitu, Cia Kiu Jie lompat mundur, sembari lompat, tangannya meraba ke pinggangnya, dari mana ia tarik keluar cambuk Kimsie Siauwkau-pian yang lemas, yang dapat dipakai melibat pinggang. "Baiklah!" Cukat Pok menyahut, serta ia pun mundur, sebelah tangannya juga meraba pinggang, akan loloskan tombaknya, Sun-kong Souwcu-chio, yang pun lemas seperti angkin, tetapi, apabila telah digentak dengan keras, segera menjadi lempang seperti kimpian lawan. "Cia loosu, terpaksa aku mesti layani kau," ia berkata. "Aku minta dengan kimpianmu, sudilah kau menaruh belas-kasihan kepadaku....." Sambil bersenyum, kedua pihak telah berdiri dengan bersiap. Cukat Pok sudah lantas putar souwcu-chio di atasan

kepalanya, setelah itu dengan tangan kiri ia samber bagian tengahnya. Atas itu, Cia Kiu Jie telah putar cambuknya dengan tubuhnya ikut bergerak. "Cia loosu, silakan mulai!" Cukat Pok mengundang. Sembari menyahuti, Cia Kiu Jie lompat maju, cambuknya bergerak menyamber kepala lawan dengan tipu silat Huihong loktee atau "Bianglala merah turun ke tanah". Cukat Pok menyingkir ke samping kanan, "tombak"nya menyamber ke atas, guna sambut dan libat cambuk musuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Menampak lawan dengan sekejap saja hendak bikin senjatanya terlepas, Cia Kiu Jie lantas berhati-hati. Ia lekas tarik pulang tangannya, kakinya yang di depan turut mundur juga, tapi setelah itu, tangan kanannya ia gerakkan ke depan, hingga cambuknyajadi lempang seperti to-ya, dan cambuk ini dipakai menusuk dada orang. Sekarang Cukat Pok pindahkan kaki kiri ke kiri, tubuhnya ikut mengegos. Guna membarengi, ia sabet pundak kanannya Kiu Jie. Cepat sekali, Cia Kiu Jie mendek dan terus loncat mundur, sampai lima kaki, tapi baru saja kakinya yang sebelah injak tanah, atau ia telah enjot kaki itu dan tubuhnya juga, buat terus lompat maju ke depan, sedang kimpian terus dipakai menyabet pundak kanan dari lawan. Gerakan ini ada di luar dugaan, cepatnya bukan buatan. Cukat Pok kagum untuk gerakan luar biasa dari lawan itu. Baru saja ia memukul tempat kosong, jika terlambat, ia akan menjadi korbannya kimpian. Tapi matanya celi dan gesit gerakannya. Sambil mendek, ia geser kaki kiri ke samping, begitu lekas serangan lawan mengenai lowongan, ia barengi maju, akan kirim serangan yang ketigakah. Lagi-lagi ia arah sebelah kanan lengan musuh. Demikian dua orang pandai ini telah adu kepandaiannya. Mereka berdua sama gagahnya, mata, tubuh, ada sama celi dan gesitnya. Senjata mereka juga ada sama sifatnya, ialah senjata-senjata lemas, dapat dilibat di pinggang, tetapi, jika perlu, dapat dibikin jadi kaku laksana tombak dan toya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di bawahnya sinar api, kimpian berkelebatan laksana emas dan souwcu-chio berkilau-kilau sebagai perak. Duaduanya

bergerak sebat, menuruti gerakan tubuh masingmasing. Kalangan ada luas tetapi kalangan itu seperti penuh oleh mereka berdua Sekalian penonton yang ahli, kagum berbareng kuatir. Mereka kagum untuk kepandaian orang, sebaliknya mereka kuatir untuk keselamatannya masing-masing, oleh karena mereka tahu, siapa lambat sedikit atau alpa, akan terima bagiannya yang hebat, dan pamornya akan ludes! Melainkan ahli-ahli lweekang yang dapat menggunakan dua macam senjata tersebut. Lekas sekali, duapuluh jurus telah dilewati, keduanya masih sama gagahnya. Sesudah gagal berulang-ulang, dengan siauwkauwpian, Cia Kiu Jie gunai tipu silat Hongsauw lokhio atau "Angin meniup daun rontok". Sambil mendek, cambuknya menyamber ke bawah, pada kaki lawan. Gerakan ini ada luar biasa cepat. Coba lain orang yang diserang secara demikian, ia pasti sudah loncat mencelat akan apungi diri. Serangan itu biasanya mesti beruntun, beberapa kali. Cukat Pok tidak berbuat begitu. Kaki kanannya yang berada di depan ia angkat dan pindahkan ke belakang, tubuhnya ikut bergerak, disusul oleh kaki kirinya yang terangkat juga Gerakan ini cepat luar biasa, hanya mendahului sedikit saja daripada siauwkauw-pian, dan ujung cambuk terpisah kira-kira dua tiga dim dari kaki kirinya Souwposu! Mengetahui bahwa serangannya gagal, Cia Kiu Jie benar-benar menyusul dengan yang kedua kali. Dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kanan, ia putar tubuh ke kiri, sembari menaruh kaki ia maju setindak. Serangan kali ini adalah Giok-tay wieyauw atau "Angin kumala melibat pinggang". Untuk kedua kalinya, Cukat Pok angkat kakinya seperti yang pertama kali. Ia tidak mau lompat tinggi atau loncat ke samping, memapaki cambuk itu. Hanya sekarang, sambil berkelit, ia geraki souwcu-chio akan sambar cambuk musuh, hingga kedua senjata mengenai satu dengan lain, seperti terlibat, hingga Cia Kiu Jie menjadi kaget. Sekarang ada saatnya akan ketahui, tenaga siapa terlebih besar, atau tipu siapa terlebih liehay. Guna loloskan senjata masing-masing, keduanya perlu gunakan tenaga lengan dan kekuatan kuda-kudanya,

karena jika kuda-kudanya lemah, tubuhnya akan kena tertarik, tubuh itu akan gusruk atau sedikitnya maju ke depan. Atau tangan yang dipakai mempertahankan senjata, akan kena tertarik keluar. Luar biasa cepatnya, begitu lekas masing-masing gunakan tenaganya, kedua senjata yang terlibat dengan sendirinya terlepas juga. Kelihatannya tangan dan tubuh mereka tidak tergerak, saking cepatnya gerakan mereka masing-masing. Tapi di matanya sekalian ahli, tidak ada suatu apa yang dapat lolos. Hampir seperti tidak tertampak, kuda-kudanya Cia Kiu Jie bergerak, tapi di pihaknya Cukat Pok, ternyata ia tidak menggunakan seantero tenaganya, dengan begitu, mukanya si ahli silat dari Ouwlam jadi terlindung. "Terima kasih untuk mengalahnya loosu," berkata Cia Kiu Jie serta perlihatkan hormatnya, la tidak penasaran, tidak menyerang dan tidak menantang lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cukat Pok lekas-lekas unjuk hormatnya, akan balas hormat lawan. "Cia loosu, justru adalah kau yang menaruh belas kasihan pada ujung tombakmu," ia berkata dengan merendah. Ketua dari Tonglouw-pang, Auwyang Cu Him, lantas saja tertawa berkakakan. "Siang atau malam, persobatan akan segera terikat!" ia kata. Ia dapat lihat keadaan, ia dapat terka yang Cukat Pok sayangi kepandaian orang itu dan mau melindungi muka terangnya Kiu Jie. Mendengar demikian, Cui Cu le berbangkit, akan hampirkan orang she Auwyang itu. "Auwyang loosu," berkata ia, "jietee kami tidak punya guna karena ia tidak mampu membantu si orang she Na, malah ia telah bikin si orang she Na itu mendapat malu, untuk itu, aku dan saudaraku merasa malu sekali. Auwyang loosu, sepasang Poankoan-pit-mu ada tersohor di dalam kalangan Sungai Telaga, aku Cui Cu Ie telah lama dengar itu, maka sekarang selagi ada ketikanya, kenapa loosu tidak mau keluarkan, untuk siang-siang merebut muka terang untuk Na pangcu? Dengan kau maju, kita bersaudara juga akan turut mendapat cahaya terang...." Ditegur begitu, Auwyang Cu Him bersenyum sindir. "Cui loosu, dalam pertempuran, siapa berani ambil

kepastian?" ia kata. "Apakah di hadapannya sekalian ahli silat yang ternama ini kau mengharap kemenangan yang pasti? Itulah tidak bisa terjadi! Hanya di sini ada suatu jalandi sini, persahabatan kekal atau tidak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

memandang muka atau tidak, orang sebenarnya harus berlaku sungguh-sungguh! Siapa-siapa yang mempunyai kepandaian tetapi tidak mau keluarkan di sini, itulah aneh! Kita ada sama-sama sahabat baik, bahwa aku tertawa, itu adalah sebabku sendiri. Cui loosu, kenapa kau bercu-riga tidak keruan? Di pemandangan mataku, souwcu-chio dari Cukat Pok tidak ada bagian yang tidak boleh dipandang enteng, yang sukar dilawan, maka itu aku yang rendah, ingin sekali belajar kenal!...." Cia Kiu Jie sedang undurkan diri ketika ia dengar ucapan orang itu, yang menusuk hatinya, sebab terang ia sedang dicela, maka dengan air muka sungguh-sungguh ia hadapi ketua dari Tonglouw-pang itu. "Auwyang loosu, ucapanmu ini, aku Cia Kiu Jie tidak mengerti!" ia berkata. "Apakah kau dapat lihat bagian yang mana yang aku tidak lakukan kewajibanku sebagai sahabat kekal?" Baru saja dengar begitu, belum sampai Auwyang Cu Him menyahuti, ketua dari Kangsan-pang, Tiat-hongliong Pian Siu Hoo segera berbangkit dan maju, akan menyelak di antara kedua kawan itu. "Di kalangan Sungai Telaga, kita orang adalah sahabat-sahabat yang mempunyai she dan nama," ia berkata dengan lekas, "dan kita orang sama-sama telah ikut Na pangcu datang ke Giokliong-giam, maka kalau di antara kita ada hal-hal yang bisa menyebabkan timbulnya buah tertawaan, orang luar niscaya akan tertawakan kita sampai kita mati! Memang, ucapanucapan bisa menerbitkan salah mengerti, dari itu segala apa serahkanlah padaku, Pian Siu Hoo! Ada apa juga di antara kita sekarang, nanti saja kita orang bicarakan terlebih jauh, seperginya kita dari sini! Auwyang loosu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kau ingin keluar untuk menemui Cukat loosu itu? Persilakan!" Dengan tidak tunggu jawaban, Pian Siu Hoo tarik tangannya Cia Kiu Jie untuk diajak duduk di tempatnya, sambil berbisik ia berkata, "Biar bagaimana, Cia loosu, dan kau juga, Cui loosu, sudilah kau memandang pada sahabat-sahabat. Segala apa, apabila dibicarakan di sini,

sangat jelek bagi pemandangan, maka biarlah itu ditunda sampai lain kali!" Cia Kiu Jie tidak kata apa-apa, tetapi ia duduk dengan mendongkol. Sementara itu, Auwyang Cu Him sudah bertindak, menghampirkan Cukat Pok. Souwposu tidak dengar apa yang dibicarakan oleh pihak lawan, hanya melihat dari sikapnya, ia mengerti di antara mereka telah terjadi bentrokan. Inilah menggirangkan ia. Tapi ketika ketua dari Tonglouw-pang samperkan ia, ia merandek. Auwyang Cu Him sudah lantas berkata, "Cukat loosu, Kimna-hoat dan ilmu souwcu-chio-mu yang barusan benar-benar ada kepandaian istimewa, dengan itu, pemandangan mataku, Auwyang Cu Him, menjadi terbuka. Meski demikian, permainan senjata jiwie itu, di mataku belum sampai di pokoknya kesempurnaan, jiwie tentu meninggalkan bagian-bagian yang sengaja tidak mau dipertontonkan! Ini hal, jiwie, menjadikan aku putus asa! Maka itu sekarang aku Auwyang Cu Him minta pengajaran dari kau, Cukat loosu, sudilah kau ajarkan aku!...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cukat Pok belum menjawab atau Hee In Hong telah samperkan padanya. "Eh, Cukat loosu, apa sih sebenarnya kehendakmu?" ia tegur kawan itu. "Apakah kau berniat borong semua tamu undangan dari Englok-pang? Apakah urusan Hiecun ini kau hendak urus sendiri saja? Kalau begitu kau bikin kita semua yang turut menonton, tidak mendapatkan cahaya terang pada muka kita! Maka, Cukat loosu, aku minta, sudilah kau mengalah, biarlah aku Hee In Hong dapati juga ketika akan minta pengajaran dari loo-suhu yang ternama, agar tidaklah kecewa yang aku dari jauhjauh telah datang kemari...." Cukat Pok bisa duga maksudnya Kimpwee Kamsantoo, maka itu, mendengar orang tegur atau bangkit padanya, ia tidak jadi gusar, sebaliknya ia tertawa berkakakan. Ia lalu berkata, "Hee loosu, ini bukannya tempat untuk merebut jalanan atau merampas pasar, kau telah datang bukan pada saatnya yang tepat! Sepasang poankoan-pit dari Auwyang loosu, ketua dari Tonglouw-pang, bukannya senjata yang boleh dibuat permainan, tetapi jikalau kau ingin wakilkan aku dan

roboh, awas, jangan kau nanti sesalkan aku dan katakan aku licin licik! Kebetulan sekali, sekarang ini aku sudah mulai merasa tidak ungkulan akan melayani pertempuran yang seperti roda mutar ini! Nah, Hee loosu, kau wakilkanlah aku!" Lantas, dengan tidak kata apa-apa lagi pada Auwyang Cu Him, Cukat Pok keluar dari kalangan. Ia merasa puas telah pukul sindir pada musuhnya. Auwyang Cu Him merasa sangat tidak puas, karena ia datang dengan kemendongkolan, untuk tandingi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Souwposu, siapa tahu, lawan itu telah tinggalkan ia mentah-mentah. Karena ini, ia jadi tumplek hawa amarahnya pada Hee In Hong. "Hee loosu, kau memandang terlalu tinggi kepadaku!" ia kata pada orang yang baru ini, serta angkat kedua tangannya. "Hee loosu, Kimpwee Kamsan-too-mu yang mempunyai enampuluh empat jurus, yang sangat terkenal itu, mana aku Auwyang Cu Him sanggup tandingi? Hanya, karena kau telah berikan kehormatan padaku, jika aku tidak paksakan diri menerima itu, kau bisa keliru artikan dan akan katakan aku tidak sudi melayani kau, maka sekarang aku hanya minta, di waktu geraki tangan, sukalah kau berlaku murah, supaya kau bisa kira-kira!...." Hee In Hong bersenyum mendengar ucapan itu. "Dengan begini, kami hanya saling merendah," kata In Hong. "Sekarang silakan Auwyang loosu bergerak terlebih dulu, agar aku bisa dapat saksikan keindahannya sepasang poankoan-pit." Sembari kata begitu, orang she Hee ini lantas siap. Ia memang seorang polos dan ia paling tidak suka banyak pernik. Auwyang Cu Him segera keluarkan sepasang senjatanya, yang berupa seperti ruyung dengan ujung seperti pit dari hakim, ia cekal itu di kiri dan kanan, lalu dengan letaki itu di atas lengan ia kiri, ia kiongchiu. "Hee loosu, persilakan!" ia berkata serta terus bergerak, maka sekarang, kedua senjata itu digerakkan ke kiri dan kanan, kaki kanannya diangkat naik, kaki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kirinya nancap terus, hingga ia merupakan Kimkee toklip atau "Ayam emas berdiri dengan sebelah kaki" dan kedua tangan bersikap Taypeng thiancie atau "Burung

garuda pentang sayap". Setelah ini, kaki kirinya terus mendek, tangan kanan pindah ke kiri, menindih tangan kiri, kaki kanan berbareng dipindahkan ke kanan, hingga tubuhnya turut pindah juga. Ia bergerak gesit sekali. Hee In Hong pun telah geraki goloknya, dari tangan kiri ia pindahkan pada tangan kanan, tangan kirinya dipakai menekan belakang golok itu. Dengan tubuhnya ia pun bergerak ke kanan. "Auwyang loosu, silakan kau berikan pengajaranmu!" ia berkata serta maju. Oleh karena Auwyang Cu Him pun telah maju, mereka sekarang datang semakin dekat satu dengan lain. Ketua dari Tonglou w-pang tidak mau berlaku sungkan-sungkan, dengan gerakan Siangliong cutsui atau "Sepasang naga muncul di muka air" ia totok kedua belah pundaknya Hee In Hong. Hee In Hong bisa menduga pada totokan ancaman belaka, tetapi dengan lintangi golok di depan dadanya, ia pun bersikap hendak menangkis. Benar saja, Auwyang Cu Him hanya menggertak, karena begitu lekas sepasang poankoan-pit ditarik pulang, segera diteruskan untuk menotok iga kiri dan kanan lawannya! Sambil tarik pulang goloknya untuk terus melindungi diri, Hee In Hong mundur sedikit dengan kaki kanan, karena poankoan-pit tidak ditarik pulang, sepasang senjata itu kebentrok dengan golok hingga menerbitkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suara nyaring. Adalah hampir berbareng dengan itu, Hee In Hong gerakkan kaki kirinya maju ke samping, tangannya membarengi, ujung golok mengarah dada. Ini ada gerakan Tooteng kimteng atau "Menyontek jatuh lentera emas". Auwyang Cu Him kaget melihat kedua senjatanya tidak mengenai sasaran dan ujung golok mendekati dadanya, lekas-lekas ia mendongak ke belakang dengan kaki kanan ditekuk mundur, kepalanya pun diegoskan. Dengan cara berkelit ini, ia bikin ujung golok lewat di atasan kepalanya. Karena ia tidak mau menyerah, di saat itu, dengan pit-nya ia sampok golok lawan. Hee In Hong berlaku sebat begitu mengetahui ia tusuk tempat kosong dan kemudian lihat musuh hendak ketok goloknya itu. Ia tidak mundur atau tarik pulang goloknya, hanya ia simpangkan ke kiri juga, tubuhnya ikut pindah.

Adalah dari sini, satu kali lagi ia bacok iga kanan musuh. Dalam keadaan berbahaya itu Auwyang Cu Him hanya bisa tolong diri dengan terus loncat melesat ke depan sampai tujuh atau delapan kaki. Tentu saja, ini ada gerakan yang sangat berbahaya, sebab ayal sedikit saja, golok pasti akan mengenai sasarannya. Tapi juga Hee In Hong tidak diam menonton. Menampak musuh berlaku licin, ia pun ujuk kegesitannya, sambil putar tubuh ia loncat menyusul, hingga lagi-lagi ia datang dekat pada musuh. Beruntung bagi ketua dari Tong-louw-pang ini, ia sudah bisa tancap kaki dan putar badannya, maka begitu lawan sampai, ia bisa melayani lebih jauh. Sekalian penonton menjadi kagum setelah mereka menyaksikan pertempuran itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hee In Hong benar-benar telah keluarkan enampuluh empat jurus dari Kimpwee Kamsan-too, ia mendesak hingga goloknya jadi berkilau-kilau. Tapi juga Auwyang Cu Him keluarkan seratus duapuluh tiga gerakan dari poankoan-pit, ia malahan tidak kuatirkan gempuran, karena ruyung istimewa itu terbikin seanteronya dari besi terisi, kuat dan antap. Coba golok bukan ada di tangannya itu satu ahli, sangat sukar untuk golok itu tandingi sepasang ruyung luar biasa ini. Gerakan yang cepat dengan gesit juga menyebabkan lewatnya duapuluh jurus lebih dan dua-dua kelihatan masih sama tangguh dan uletnya. "Pantas ia jumawa sekali," pikir Hee In Hong yang mesti kagumi musuh tangguh itu. Terpaksa ia mendesak, sekarang dengan serangan-serangan dari duabelas gerakan Lianhoan Capjie-chiu Tuihun-too, ialah gerakan dari "Duabelas tangan dari golok yang mengubar roh". Dengan jalan ini ia tidak mau kasih ketika lagi kepada musuh. Mula-mula sambil membungkuk, dari samping Hee In Hong majukan diri sambil membacok. Itu ada gerakan Cheecoa kuitong atau "Ular hijau pulang ke guha". Bacokan menuju ke jurusan bawah. Guna luputkan diri dari bahaya, Auwyang Cu Him enjot tubuhnya, akan lewat sampai empat kaki, tetapi seperti telah dibilang, serangannya In Hong ada beruntun-runtun, maka yang pertama tidak memberi hasil, segera menyusul yang kedua, Giokbong hoansin atau "Ular kuma-lajumpalitan" dan Pekhong koanjit atau

"Bianglala putih mengalingi matahari". Golok kimpweetoo menyambar pundak kiri.


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan tunduki kepala berikut tubuhnya, Auwyang Cu Him biarkan golok itu lewat, lalu ia membarengi sambar lengan kanan lawan dengan poankoan-pit-nya. Dengan Yauwcu hoansin atau "Alap-alap jumpalitan", Hee In Hong jauhkan diri dari bahaya, tetapi berbareng ia bacok pundak kanan orang. Auwyang Cu Him berkelit ke kiri, dari situ, senjatanya menyam-pok ke kanan, guna tangkis golok musuh, tapi Hee In Hong dengan kesehatan luar biasa sudah tarik pulang goloknya, guna dengan satu runtunan lain, dengan Tokcoa cimhiat atau "Ular berbisa mencari lubangnya" menusuk pada perut lawan. Syukur bagi Auwyang Cu Him, sebelumnya tusukan sampai, ia telah mendahului menutup dua poankoan-pitnya, maka tusukan itu segera ditarik pulang, hingga kesudahannya mereka berdua ada sama tangguhnya. Lim Siauw Chong lantas saja samperkan Hee In Hong serta berkata, "Hee loosu, kau telah tandingkan golokmu dengan sepasang poankoan-pit, itu adalah suatu timpalan sejati, maka di mana kedua pihak sama-sama tidak unjuk kelemahannya, ini ada suatu kesudahan yang harus dihargakan! Mari, loosu, kalau kau hendak lanjuti pertempuran, baik tunggu sampai sebentar lagi!" Mukanya Hee In Hong menjadi merah, karena ia tahu, kendati mereka belum dapat kepastian kalah atau menang tetapi sudah terang, Auwyang Cu Him ada terlebih licin dan dengan mendahului menutup sepasang senjatanya, ketua dari Tonglouw-pang mengunjukkan kesehatannya yang melebihi yang lain-lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lim loosu," ia menyahut, "meski secara terang aku tidak kalah, toh sudah pasti yang aku telah gagal dengan golokku ini, yang telah duapuluh tahun lebih berada di dalam tanganku. Aku harus mengaku takluk kepada Auwyang loosu yang di Giokliong-giam ini telah bikin aku tak berdaya...." Sementara itu, sambil bersenyum Auwyang Hie-in Sian le berbangkit dan bertindak masuk ke dalam kalangan, maka, menampak padanya, Lim Siauw Chong lekas-lekas persilakan Hee In Hong duduk dan ia papaki orang tua itu, dan berkata padanya, "Sian loosu, kau telah unjuk muka terang pada kita dengan kesudianmu datang ke

Giokliong-giam ini, maka kedatanganmu saja sudah cukup! Kepandaianmu di kalangan Sungai Telaga semua orang telah menghargai, maka di sini segala apa kau baiklah serahkan padaku saja...." Tetapi jago tua itu bersenyum dengan manis. "Bukannya begitu, loosu," ia menjawab. "Aku si tuabangka telah saksikan sekalian sahabat baik munculkan diri, dari itu, aku pun tidak bisa datang kemari dengan tidak berbuat apa-apa, aku merasa kecewa. Di sini ada banyak suhu yang termasyhur, yang di kalangan Sungai Telaga jarang ada ketika untuk diketemui, dari itu aku ingin turut mohon pengajaran, supaya aku si tua bangka dapat tambah pengalaman... " Setelah kata begitu, ia kiongchiu terhadap Englok-pang, "Cuwie coanpang siunia, aku Sian le telah datang kemari, melihat cuwie telah pertunjukkan masing-masing kepandaian, tidak peduli buruknya kebisaanku, aku juga ingin turut ambil bagian, supaya dari cuwie aku bisa terima pengajaran. Tapi aku tidak mau adu kepandaian seperti cuwie barusan, aku sudah tua, melihat itu saja,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mataku sudah kabur, kepalaku sudah pusing. Aku tidak mau adu kepandaian secara begitu, apabila aku salah tangan, apa aku bisa tidak jadi mati basah? Aku pernah pelajari beberapa macam permainan, yang mengandal pada tipu daya, dari itu, apabila aku turun piebu, kita hanya mencari tahu saja kepandaian siapa yang terlebih sempurna. Dengan ini kita tidak usah sampai saling melukai. Cuwie suhu, kita orang tidak pernah bermusuhan, maka aku percaya, kau orang niscaya setujui usulku ini. Kalau nanti main-main sudah sampai di akhirnya, kita orang boleh bubaran sambil tertawa Satu hal hanya aku hendak jelaskan. Meski aku majukan usul ini, aku hendak kasih tahu, aku kuatir, karena tidak dapat ketika, aku takut tidak bisa perhatikan pihak yang menjadi lawan, untuk usulku ini, segala apa bisa diatur dengan sederhana, aku tidak usah sampai membikin berabe pada kedua cuncu dan pangcu...." --ooo0dw0oooV Mendengar demikian, pihak Englok-pang diam saja, mengawasi Mereka percaya, kendati omongannya merendah dan halus, tetapi karena melitnya Sian le mestinya bakal majukan usul yang sukar.

Akhirnya, Han Kak dari Hangciu-pang majukan diri. "Sian loosu," berkata ia. "Kau ada jago tua yang ternama sekali di kalangan Sungai Telaga dan sebagai pemimpin di kalangan Hiapgie Too-bun, maka kita merasa beruntung sekali yang malam ini kau sudi datang kemari untuk berikan pelajaran pada kita. Kita memang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ketahui loosu ada punya kepandaian yang tinggi, sekarang silakan loosu jelaskan usulmu itu. Baik diterangkan terlebih dulu, kita akan melayani sebegitu lama kita sanggup. Umpama kita semua roboh di tangan loosu, kita orang akan roboh dengan merasa puas, karena pantas kita menyerah pada loosu." Sian le pandang orang yang bicara itu, yang ia kenalkan, ia tertawa. "Han loosu, jangan kau angkat aku terlalu tinggi," ia bilang. "Semakin tinggi aku diangkat, semakin parah akhirnya apabila aku kena dibikin roboh. Siapa sudah datang kemari, apakah ia mau pulang dengan tangan kosong? Siapa sudah datang kemari, perlu baginya untuk mempertunjukkan kepandaiannya. Ketika aku ada di atas Hengsan, untuk ajarkan murid ilmu entengi tubuh, aku biasa gunakan golok bambu sebagai gantinya tangan kosong. Ini ada pelajaran yang berfaedah, yang bahayanya tidak ada. Dengan ini juga, kemajuan jadi gampang didapat. Cuwie loosu ada orang-orang ternama, semua ada berkepandaian tinggi, permainan macam ini pasti tidak berharga di mata loosu sekalian. Tapi bagiku si tua bangka ini ada penting, karena aku sudah tua, tenagaku sudah habis. Untuk kebaikanku, aku sengaja pikirkan ini macam permainan, yang aku sering latih sendiri, maka sekarang aku undang cuwie loosu, atau siapa saja, satu di antaranya, sudi main-main dengan aku untuk beberapaju-rus saja. Bukankah ini ada bagus?" Sehabisnya kata begitu, dengan tidak tunggu jawaban dari pihak kawan, Sian le menoleh pada Tan Tay Yong, yang sedari tadi terus diam saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tan cuncu, tempatmu ini bukannya tempat yang terlalu makmur, dari itu aku tidak ingin minta barang aneka warna kepada kau," ia berkata. "Aku tidak ingin bikin berabe padamu! Bukankah setiap rumah mempunyai sebatang golok? Sekarang aku minta kau sediakan tigapuluh enam batang golok semacam itu.

Karena di sini ada banyak orang, aku mau minta kau tolong perintahkan supaya semua golok itu digalikan lubang dan dipendam, sedikitnya setengah kaki dalamnya. Aku minta golok dipendam dengan hati-hati, kalau tidak kuat dan kakiku yang tua berlaku ayal atau alpa sedikit saja, jiwa bangkotan dari aku tentu tidak bakal tertolong lagi dan kau bakal mengganti kerugian! Sekarang, cuncu, silakan kau perintahkan orangmu bekerja dengan lekas, agar tamu kita bisa menggunakan dengan tidak usah jadi tidak sabaran!" Sian le bicara dengan sabar dan secara main-main tetapi permintaannya itu, atau pun titahnya itu telah bikin Tan Tay Yong menjadi kaget. Cuncu ini ketahui Kengsin-sut atau ilmu membikin enteng tubuh, tetapi ia belum pernah dengar ada Bweehoa-ciang yang pelatoknya terdiri dari ujung golok yang tajam. Meski begitu, ia lantas saja bekerja, karena ia bisa menduga maksud orang. Dengan tidak pedulikan bagaimana anggapan musuh dan dengan tidak ambil tahu pihak lawan atau kawan tercengang, Sian Ie sendiri sudah lantas berikan tandatanda di mana setiap golok harus dipendam. Empat nelayan muda dengan tombak telah gali lubang. Maka kapan golok telah dibawa datang, golok itu bisa segera dipendam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu lekas semua pelatok sudah dipasang rapi, Hengyang Hie-in lantas hadapi pula Tiathong-Iiong Pian Siu Hoo sembari kiongchiu, ia bertanya, "Aku Sian Ie telah majukan usul ini, entah bagaimana dengan Pian loosu, kau sudi mengiringi aku atau tidak?" Semua orang mengawasi ketua dari Kangsan-pang. Mereka yang mengerti Bweehoa-ciang telah mengerti dengan baik bahwa Bweehoa-ciang istimewa iniyang sebenarnya dipanggil Kimtoo-tin atau "Barisan golok emas", ada jauh terlebih berbahaya, sebab siapa injakannya berat sedikit, sepatunya bakal tertusuk tembus dan kakinya celaka! Dan siapa yang Kengsin-sutnya tidak liehay, ia pasti tidak akan berani bersilat di atas pelatok-pelatok golok itu. Tapi ketua dari Kangsan-pang sambil balas menghormat, menjawab, "Aku yang rendah suka sekali menerima pengajaran dari Sian tay-hiap...." "Pian loosu sudah sudi memberikan pengajaran

kepadaku, itu saja sudah satu kehormatan besar," berkata pula Sian Ie. "Pian loosu, persilakan!" Berbareng dengan ucapan "persilakan" itu, tubuhnya Sian Ie telah mencelat ke atas Kimtoo-tin, berdiri atas satu pelatok. Perbuatan ini telah lantas diturut oleh Pian Siu Hoo, siapa loncat naik dan berdiri atas satu pelatok dengan kaki kiri dan kaki kanan terangkat, hingga ia merupakan Kim-kee toklip atau "Ayam emas berdiri atas satu kaki". Sampai di situ, kedua pihak tidak bisa bicara lagi, karena masing-masing mesti kendalikan semangat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tubuh mereka, siapa bicara, ilmu Kengsin-sut-nya lantas jadi gugur sendirinya. Pian Siu Hoo sekarang geser kaki kanan ke kanan, ke pelatok lain, tubuhnya mengikut pindah. Karena ini, Sian Ie lalu geser tubuhnya ke depan akan maju, sembari maju ia mendek sedikit, tangan kiri di depan, tangan kanan seperti menyusun di sebelah belakang. Ia bergerak, dari selatan, ke barat utara. Dua-dua jago ini ada bertubuh tinggi dan besar, tetapi untuk dapat lihat mereka terlebih nyata, penonton dari kedua pihak lantas maju sedikit, hingga lapangan jadi terkurung. Semua mata ditujukan kepada mereka berdua. Kedua pihak sudah lantas jalan setelah memutari semua pelatok, dengan itu, mereka masing-masing cari tahu kekuatannya pelatok itu, supaya jangan ada yang pendeman-nya kurang sempurna. Dari sini pun orang bisa lihat, mereka benar-benar mengerti baik Kengsinsut. Sesudah yang satu pergi ke barat utara dan yang lain ke timur selatan, lantas mereka berkumpul di tengah, akan segera mulai dengan pertempuran mereka. Pian Siu Hoo berlaku gesit, sekali loncat, ia telah lewati tiga pelatok. Tapi Sian le pun berlaku cepat, akan papaki lawan itu hingga sekarang mereka berpisah hanya antara satu pelatok. Dengan tiba-tiba Pian Siu Hoo loncat ke pelatok sebelah kiri, kedua tangannya dibuka dalam sikap Taypeng thiancie atau "Garuda pentang sayap". Dengan tangan kanan, ia serang iga kirinya Sian le.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hengyang Hie-in tidak loncat menyingkir, ia hanya egos sedikit tubuhnya ke belakang, kapan bencana sudah lewat, dengan tangan kanan ia coba sontek naik tangan

musuh, dengan tangan kiri ia totok nadi musuh itu. Lekas-lekas Pian Siu Hoo tarik pulang tangannya. Dengan menukar kaki kanan ke kiri, ia maju, akan kaki kirinya dimajui terlebih jauh. Saking cepatnya, ia jadi berada di samping lawan, akan terus hajar pada belakangnya. Kalau pukulan ini mengenai sasarannya, pihak lawan pasti bakal jatuh ngusruk. Tapi dengan tidak kalah gesitnya, Sian le putar tubuhnya selagi serangan musuh jatuh di tempat kosong, ia sendiri sudah lantas hadapi musuh itu depan berdepan. Dengan tidak sia-siakan ketika lagi, dengan dua-dua tangannya ia serang bagian dada. Pian Siu Hoo tidak takuti itu macam serangan, dengan dua tangannya juga yang ia angkat ke depan dadanya, ia buka serangan itu. Ia bersedia akan tangkis kekerasan dengan kekerasan. Tapi Sian le tidak mau adu tenaga, di saat berbahaya itu, yang bisa memberi putusan, dengan tiba-tiba ia tarik pulang kedua tangannya. Ia tidak menarik habis, ia buka kepelannya untuk masing-masing dengan dua jari menotok nadi musuh. Untuk tolong dirinya, Pian Siu Hoo lekas-lekas loncat ke kanan, melewati tiga pelatok. Setelah kedua pihak terpisah cukup jauh, mereka sekarang mulai jalan mutar, sama-sama pasang mata, sama-sama mencari lowongan untuk mulai dengan penyerangan baru. Dengan satu dari barat, yang lain dari timur, mereka mulai merangsek pula, untuk datang dekat satu dengan lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sampai di situ, Tiathong-liong Pian Siu Hoo telah dapat kenyataan yang Kengsin-sut Hengyang Hie-in itu telah sampai di batas kesempurnaan, dan bugee-nya benar lie-hay, maka ia mengerti, jika ia tidak adu jiwa, sangat sukar untuk ia merebut kemenangan. Karena ini, ia telah maju mendekati dengan hati telah memikir tetap. Dengan Kim-liong tamjiauw atau "Naga emas menyodorkan cengkeraman", ialah dengan lima jari yang menyengkeram, ia menyerang ke jurusan dada yang dinamai hoahay-hiat. Begitu melihat serangan yang ia kenalkan dengan baik, Sian Ie lantas mengerti yang pihak lawan hendak rebut kemenangan. Siapa terkena cengkereman ini, akan tak terluput dari bahaya sekalipun ia mengerti ilmu kuatkan tubuh yang dipanggil CapshaThaypoHenglian

Kanghu. Daya untuk tolong dirinya adalah mendahului serang musuh agar musuh batalkan serangannya itu, atau serangan itu berlanjut tetapi bahayanya telah menjadi kurang. Dan daya ini telah diambil oleh Hengyang Hie-in. Sian Ie angkat naik kaki kirinya, kaki kanan tetap di pelatok, hingga tubuhnya jadi seperti terangkat, berbareng dengan mana, dengan pundak terangkat, tangan kanannya dipakai menekan ke bawah, tangan kirinya ikut menyusul. Kedua pihak telah bergerak dengan gesit sekali. Tangannya Pian Siu Hoo tidak lagi bisa menuju pada hoakay-hiat hanya ke lain anggota, ialah pahanya Sian le, tangannya telah menempel kepada lawan ketika ia terperanjat oleh karena tangan lawan juga sudah mengancam kedua lengannya. Dua lengan itu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

celaka jikalau tidak lekas ditarik pulang, sedang serangannya pasti jadi tidak hebat lagi. Maka itu, untuk lindungi lengan sendiri, terpaksa ia segera batalkan penyerangannya sambil loncat mundur sampai tiga pelatok jauhnya. Di lain pihak, Hengyang Hie-in juga, karena gerakannya itu, untuk bikin tetap tubuhnya segera loncat mundur juga, tetapi ia hanya pindah satu pelatok. Gerakannya Pian Siu Hoo ada terpaksa, imbangan tubuhnya kena terganggu, tubuhnya menjadi berat sendirinya. Inilah ada berbahaya untuk kakinya yang injak pelatok golok. Dari itu, sambil gunai ilmu melesat Yahok chiongthian atau "Burung ho hutan menerjang langit" ia terus loncat turun ke tanah. Sian le tidak menghadapi bahaya, akan tetapi melihat lawannya turun dengan terpaksa, ia juga segera turut bikin gerakan akan loncat ke tanah, tetapi karena ia terus menghadapi ketua dari Kangsan-pang, ia bisa lantas angkat kedua tangannya dan memberi hormat, la terus berkata, "Pian loosu, tanganmu benar-benar liehay, aku si orang she Sian menyerah." Mukanya Pian Siu Hoo menjadi merah, karena jengah sendirinya, la merasa malu yang ia telah dikalahkan dengan cara demikian. Ia terkenal di kalangan Sungai Telaga, bu-gee-nya liehay, maka itu di Hu-cun-kang, orang angkat ia menjadi bengcu atau ketua dari kalangan coanpang. Malahan lain golongan coanpang

juga malui padanya. Ia turut datang ke Giokliong-giam atas undangannya Na Thian Hong, karena ia malu hati terhadap Auwyang Cu Him dari Tonglouw-pang. la datang untuk membantu, siapa tahu sekarang, kesudahannya, ia sebaliknya jadi mendatangkan malu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bagi pihak yang akan dibantu itu, melulu gara-gara kekalahannya ini. Karena itu, dalam sekejap saja pikirannya menjadi tersesat. "Baiklah aku adu jiwaku, biar namaku ludas di Giokliong-giam ini!" demikian ia dapat pikiran. "Aku tidak bisa berlalu dari sini dengan membawa malu besar!...." Begitulah ia segera membalas hormatnya Sian le dan berkata, "Sian tayhiap, kepandaianmu sungguh mengagumkan! Malam ini aku Pian Siu Hoo baru mengalami dan berkenalan dengan kepandaian yang tinggi luar biasa. Kau begitu baik hati, tidak mau kasih aku menderita malu terlebih hebat, untuk itu aku bersyukur sekali. Tapi sekarang adalah ketika baik yang sukar dicari, maka aku pikir baiklah ketika ini aku dapat mengakhiri cara hidupku di kalangan Sungai Telaga. Sian tayhiap, aku sekarang hendak minta pengajaran terlebih jauh. Aku tidak punya lain kepandaian lagi kecuali dua rupa senjata rahasia, mengenai itu sekarang, di hadapan sekalian ahli silat, aku mau minta pengajaran dari kau. Aku dengar tayhiap pandai menggunakan senjata rahasia dibarengi dengan kepandaian entengi tubuh, katanya tayhiap pandai segala macam senjata, maka itu di hadapan kau, aku hanya main-main. Aku percaya tayhiap akan sudi penuhkan pengharapanku, dengan begitu tidakkah sia-sia yang aku telah datang ke Giokliong-giam ini...." Mendengar demikian, Souwpo-su Cukat Pok dan ketua Kiushe Hiekee Lim Siauw Chong menjadi kaget berbareng mendongkol. Dengan segera mereka bisa membade maksud buruk dari ketua Kangsan-pang itu, yang rupanya niat adu jiwa secara tidak jujur. Mereka tahu Tiathong-liong si Naga Besi ini ada mempunyai dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

senjata rahasia, yaitu Wan-yoh-piauw dan jarum beracun Bweehoa Touwkut-ciam, dan yang belakangan adalah yang paling liehay. Jarum ini panjangnya dua dim setengah, sukar ditangkis atau dikelit, kalau mengenai sasaran, racunnya segera bekerja secara hebat, untung kalau orang tidak terkena hebat, namun lukanya tetap

parah, sedang ketika untuk binasa ada besar sekali. Kalau Sian le ketahui itu, masih mending, Nelayan Tersembunyi dari Hengyang ini bisa berlaku waspada, jikalau tidak, ia boleh dikata harus serahkan jiwanya. Sian le tertawa mendengar tantangan lawan itu. "Pian loo-suhu," ia berkata. "Kepandaianmu mengentengi tubuh aku telah saksikan, aku merasa kagum karena kau berbeda dengan yang lain-lain! Karena kita ternyata ada berimbang, aku pikir, baiklah pertandingan kita dibikin habis saja. Kenapa kita mesti adu kepandaian lagi dengan menggunakan alat-alat senjata yang dapat merampas jiwa orang?...." Belum habis Hengyang Hie-in tutup omongannya, atau Lim Siauw Chong telah putuskan pembicaraan itu. Tetua dari Kiushe Hiekee majukan diri serta berkata, "Sian loosu, janganlah kau menolak! Pian loo-suhu punya jarum rahasia Bwee-hoa Touwkut-ciam telah tersohor lama dalam kalangan Rimba Persilatan, sekarang ia hendak gunai ketika ini akan pertunjukkan itu di Giokliong-giam, inilah bagus, karena kita orang jadi dapat turut menyaksikan. Jiewie, hayolah, jangan kamu menunda lama-lama, biarkanlah kita orang yang menjadi penggemar-penggemar dapat menambah pemandangan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kapan Pian Siu Hoo mendengar ucapan itu, ia menoleh pada Lim Siauw Chong dengan sorot mata penuh kegusaran, sementara orang yang diawasi, berpura-pura memandang pada Sian le. Ia ketahui dengan baik, dengan ucapannya itu ketua dari Kiushe Hiekee telah peringatkan Hengyang Hie-in untuk jarum rahasianya yang liehay, justru dengan jarum ini ia hendak bikin lawannya terluka atau binasa. Oleh karena kegusaran ini, ia jadi terlebih keras maksudnya ingin rampas jiwa orang she Sian itu. Lantas ia berkata, "Lootayhiap, kita orang baik jangan bertanding di daratan sini. Dengan menggunakan senjata rahasia di darat, kita orang kurang leluasa bergerak. Aku tahu bahwa aku tidak mampu melukai kau, tetapi karena senjata rahasia tidak ada matanya, aku kuatir akan ada orang-orang dari kedua pihak yang kena senjata nya-sar. Aku malu terhadap Tan cuncu andaikata ada saudara-saudara dari pihak Giokliong-giam yang mendapat bencana. Lootayhiap, di sana, di muka sungai ada banyak perahu,

maka marilah kita orang main-main di atas tiang-tiang layar! Semua anak-anak perahu boleh diperintah mendarat, agar mereka tidak menjadi rintangan bagi kita orang, hingga kita orang dapat bergerak dengan merdeka. Bagaimana, lootayhiap?" Sian le manggut. "Pikiranmu cocok dengan kemauanku, loo-suhu, baiklah diatur demikian!" ia jawab. Lantas Hengyang Hie-in balik ke kursinya akan buka bajunya yang panjang dan letaki itu di situ, sedang kantong piauw-nya ia cantel di pundaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di lain pihak, Pian Siu Hoo juga sudah lantas bersiap. Kemudian Sian le minta Tan Tay Yong beritahukan semua anak buah perahu, agar mereka mendarat, tidak kecuali anak buah dari tiga perahu tamu. Mereka semua mendarat dengan cepat dan berdiri di pinggiran, sedang yang lain-lain juga pergi ke gili-gili untuk menyaksikan. Pian Siu Hoo dan Sian le pergi ke tepi sungai dengan sama-sama unjuk senyuman, yang satu puas karena tantangannya diterima, yang lain karena ketahui pihak lawan mengandung maksud buruk. Mereka tidak ingat lagi yang orang-orang dari pihaknya masing-masing berkuatir bagi keselamatan mereka berdua, karena orangorang itu insyaf bahwa pertempuran mesti membawa kesudahan hebat. "Pian loosu," Sian le berkata sembari berjalan, "aku harap sangat jarum Bweehoa Touwkut-ciam-mu bisa ingat sedikit pada persahabatan di kalangan Sungai Telaga, agar ia tidak benar-benar menginginkan jiwa bangkotanku ini, supaya dengan begitu kita pun tidak sampai orang tertawakan...." "Loo-hiapkek, perkataanmu ini aku si orang she Pian tidak sanggup jawab," sahut Pian Siu Hoo dengan tawar. "Bweehoa Touwkut-ciam benar liehay akan tetapi harus dilihat terhadap siapa ia dipersembahkannya. Bagi orang dengan kepandaian sebagai loo-hiapkek, apakah artinya jarum itu? Andaikata loo-hiapkek terus dengan katakatamu hendak mendesak aku, baiklah kita batalkan saja pertandingan ini!" Sian le tertawa. "Pian loosu," ia berkata, "aku omong main-main, kenapa kau anggap dengan sesungguhnya? Kami akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

andalkan kepandaian masing-masing, hidup atau mati, ia

harus sesalkan kepada nasibnya sendiri! Nah, Pian loosu, silakanlah!" Dengan ucapan "silakanlah" dari mulutnya, Hengyang Hie-in segera enjot tubuhnya lompat naik ke perahu besar dari Englok-pang. Perbuatannya sudah lantas diturut oleh ketua Kangsan-pang yang lompat naik ke perahu kedua Tapi ia bergerak terus dengan pentang dua tangannya, dengan gerakan Ithoo chiongthian atau "Seekor burung hoo terbang ke langit" ia mencelat ke atas tiang layar yang tingginya kira-kira enam tombak, di atas itu ia berdiri diam dengan gerakan Tay-peng thiancie atau "Burung garuda pentang sayap". Pian Siu Hoo turut dengan lompatan tinggi Yauwcu coanthian atau "Burung alap-alap tembusi langit", dan kapan ia telah sampai di atas tiang layar, sikapnya berobah menjadi sikap dari Kimkee toklip atau "Ayam emas berdiri dengan sebelah kaki", kemudian dengan gerakan Wie To pangcu atau "Malae-kat Wie To angkat toya" ia berbalik pada lawan akan unjuk hormatnya. Sian le membalas hormat, setelah mana ia terus lompat ke perahu ketiga. Setiap tiang layarnya perahu ada sebuah lentera merah. Lentera itu tidak dipancar di ujung tiang layar, hanya di sebelah, kira-kira satu kaki lebih. Cahayanya lentera ada guram Karena tiap-tiap perahu tidak teratur rapi, bisa dimengerti yang letaknya satu dengan lain tidak ketentuan, ada yang dekat, ada yang jauh, ada yang tinggi, ada yang pendek, hingga jangka itu dapat menyukar-kan kedua orang yang sedang mengadu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepandaian. Untuk lompat pindah dari satu perahu ke yang lain, mereka harus tahu benar imbangan tenaga masing-masing, siapa alpa, ia pasti akan tampak kegagalan. Sian le lompat terus sampai lima atau enam tiang layar, dan Pian Siu Hoo selalu turuti ia, karena masingmasing ingin berlatih dulu sebentaran dan menunggu ketika. Kapan Pian Siu Hoo telah lompat dari perahu keempat di sebelah utara, ia bisa datang dekat pada Hengyang Hie-in, hanya dua tombak lebih jauhnya. Nelayan itu kebetulan lagi berada di sebuah perahu kecil. Gesit sekali, ia lepas sebatang piauw menjuju dengkul kanannya pihak lawan. Dengan ini ia mau paksa lawan

berkelit, agar selagi orang berkelit atau lompat ia hendak memberondong dengan piauw-nya. Sian le benar-benar berkelit dengan melompat ke atas kiri di mana ada sebuah perahu besar dari pihak Giokliong-giam, dan benar-benar ia segera diserang lagi berulang-ulang, tetapi setiap serangan ia dapat punahkan dengan egosi diri atau ketok itu. Setelah berikan ketika untuk sang lawan menyerang ia dengan empat batang piauw, Hengyang Hie-in lantas bikin pembalasan. Tangan kirinya terayun dan dua butir peluru Lankin-wan sudah lantas menyambar ke jurusan kedua pundaknya Pian Siu Hoo. Ketua Kangsan-pang melihat datangnya dua peluru itu, ia lekas mendek, hingga serangan melewati kupingnya. Ia telah siap dan menunggu ketika untuk kirim serangannya terlebih jauh. Ia menduga, sesudahnya menyerang, lawan itu akan menyingkir ke lain tiang layar guna menghindarkan serangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pembalasan. Dugaannya hampir jitu. Benar saja Sian Ie gerakkan kaki kirinya, siapa tahu, kaki kanannya tetap nyantel di tiang layar, dan berbareng dengan itu, tangan kirinya terayun, atas mana bukan dua hanya tiga butir peluru yang melesat menyambar, mengarah dada kirikanan dan perut! Tipu daya dari Hengyang Hie-in ada di luar dugaannya Tiathong-liong, tidak heran ia menjadi kelabakan tatkala tahu-tahu senjata rahasia datang selagi ia sendiri, yang berniat, belum sempat membalas menyerang. Karena sudah terdesak, terpaksa ia buang dirinya ke belakang, cantelan kakinya terlepas, hingga ia turun ke wuwungan perahu. Ia tidak bisa tancep kaki dengan sempurna di atas perahu, maka kapan kedua kakinya menapak, perahu lantas jadi bergoyang keras, sampai tenteranya turut bergoyang-goyang! Ketika jago dari Hucun-kang ini memandang pada pihak lawan, ia lihat Sian Ie sedang lompat ke tiang layar dari perahu sebelah kiri, tubuhnya seperti terputar, disebabkan bergeraknya kedua kaki yang tadi dilepaskan sebelah dan dicantelkan sebelah. Tiba-tiba ia dapat pikiran jahat, terutama karena ia malu yang ia telah bikin keok dengan tipu yang sederhana sekali. Cepat sekali ia lompat naik, ke tiang layar dari perahu besar ketiga dari pihak Englok-pang dengan gerakan Yancu coan-in atau

"Walet tembusi mega". Selama itu Sian Ie yang tidak berdiam saja, dari perahunya pihak Giokliong-giam sudah loncat ke perahu kesatu dari Englok-pang, selagi kakinya mencari tiang layar, mendadak Pian Siu Hoo serang padanya dengan melepaskan sepasang wan-yoh-piauw sambil berseru,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Awas!" Itu ada piauw semengga-mengganya. Sasaran ada kedua dengkul jago tua dari Hengyang. Kendati juga ia telah dibokong, Sian Ie toh tidak mau berkelit dari serangan sang lawan itu. Karena kakinya sudah mengenai tiang layar, ia bisa gunakan kedua tangannya, akan lagi-lagi tepak kedua piauw jatuh ke kiri dan kanan. Di lain pihak, cepat luar biasa. Tiathong-liong telah siap dengan jarum rahasianya yang berada di genggaman tangan kanan, kapan ia lihat tubuh lawan bergeming, dengan telengaskan hati, tangan kirinya bekerja akan memutar pesawat dari bungbung jarum beracun itu. Pada saat itu dari sampingnya ia mendengar seruan yang bikin ia heran, "Awas!" Dan seruan ini dibarengi dengan menyambarnya dua peluru Tiattanwan, yang sebutir menjurus ke belakang tangan kanannya, yang sebutir lagi mengarah tempilingannya! Karena datangnya kedua peluru itu secara tak terduga dan cepat luar biasa, Pian Siu Hoo dalam kagetnya harus membatalkan penyerangannya sambil berbareng menyingkirkan diri dari bahaya. Ia mendekam dengan kepala berikut tubuhnya, maka kedua peluru lewat dengan ia sendiri tidak kurang suatu apa. la segera dapat tahu bahwa orang yang melepas peluru itu mestinya liehay melulu dengan lihat caranya peluru itu menyambar. Di sebelah timur, dari tiang layar tertampak dua bayangan berkelebat. Cepat sekali kedua bayangan itu telah sampai dan turun di antara Hengyang Hie-in dan Tiathong-liong, di sebuah perahu yang memisahkan kedua lawan itu satu dengan lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dalam kaget dan herannya, Pian Siu Hoo pandang dua bayangan itu, jarumnya ia masih genggam. Ia sangat mendongkol karena orang telah rintangi niatannya untuk bikin celaka Sian Ie. Hengyang Hie-in sendiri tidak kurang heran dan terperanjatnya, begitupun semua orang di darat, karena

datangnya dua bayangan itu ada di luar sangkaan siapa juga. Sebelumnya itu, orang tidak ketahui bahwa di antara kedua pihak ada sembunyi pihak ketiga Apabila kedua bayangan telah berdiam tetap di tiang layar dari perahu di tengah-tengah itu, mereka sekarang bisa tertampak dengan nyata. Mereka ada satu nyonya setengah tua dan satu nona, rupanya ibu dan anak gadisnya. Si nyonya pakai pakaian hijau dengan kepala dibungkus pelangi hijau juga, dan si nona berpakaian serba biru. Di belakang mereka ada tergondol pedang. "Siapa kau?" Pian Siu Hoo segera menegur. "Kenapa kamu berani berlaku begini kurang ajar?" Atas itu, si nyonya berikan jawabannya, katanya, "Pian Siu Hoo, apakah kau telah lupakan kita ibu dan anak? Di Ouwlam Selatan kita telah menerima budimu yang sangat besar, maka sekarang kita, ibu janda dan anak piatu dari keluarga Yan datang untuk membikin beres perhitungan lama!" Tiathong-liong kaget sampai air mukanya berobah. Ia enjot kakinya, akan lompat mundur ke satu perahu lain. Begitu ia telah tancap kaki kirinya, ia buka suaranya. "Ya, ini adalah ketika baik yang sukar dicari! Memang selama yang belakangan ini aku Pian Siu Hoo tidak bisa lupakan kau ibu dan anak, dengan segala daya aku telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

selidiki tentang kamu berdua, tetapi aku tidak berhasil! Maka adalah bagus yang sekarang kamu berdua berada di sini! Aku tidak memikir untuk hutang seumur hidupku, baiklah di Giokliong-giam Hiecun ini kita orang membikin perhitungan!" Pihak Giokliong-giam telah menjadi semakin heran kapan mereka terutama Tan Tay Yong dan Lim Siauw Chong ketahui bahwa dua bayangan itu adalah ibu dan anak dara dari keluarga Yan, yang tadinya mereka sangat curigakan. Sementara itu ketua Englok-pang, Na Thian Hong, sudah lantas menegur dengan tajam, "Oh, orang-orang yang tidak pegang kepercayaan!" demikian suaranya. "Selagi kedua loo-enghiong bertempur, kenapa kamu sembunyikan kawan-kawan yang pandai? Kenapa Pian loo-suhu hendak dicurangi? Apakah ini artinya pertempuran secara persahabatan? Hei, orang-orang yang baru datang, silakan kamu turun, aku si orang she Na ingin belajar kenal untuk ketahui siapa adanya kamu

berdua!...." "Na Thian Hong, jangan kau banyak tingkah!" begitu terdengar suaranya si ibu dan anak hampir berbareng. "Kita orang ada punya perhitungan lama, itu tidak ada sangkutannya dengan kau. Tidak ada halangannya untuk kita orang bicara di bawah!" Ibu dan anak itu bikin gerakan yang mengagumkan, ialah dari tiang layar mereka lompat turun ke darat, ke gili-gili di mana orang banyak sedang berkumpul. Sampai di situ, Pian Siu Hoo simpan jarumnya dan terus lompat turun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sian le juga lantas turut lompat turun, karena ia tahu, pertandingan mesti ditunda. Ia menduga pasti ada dendaman di antara kedua pihak itu. Nyonya Yan dan anaknya terus hampirkan Lim Siauw Chong dan Tan Tay Yong akan unjuk hormat pada mereka. "Tan cuncu, Lim loo-suhu, kita harap kamu sudi maafkan kita ibu dan anak," berkata si nyonya. "Kita mempunyai sebab-sebab kenapa kita telah menumpang tinggal di daerah Hiecun ini secara luar biasa Kita sebenarnya lagi mencari musuh besar kami. Di luar dugaan kita, iblis telah kirim rombongan Englok-pang datang kemari! Permusuhan kita sudah ditanam duapuluh tahun lamanya, maka itu kendati kita ketahui bahwa kita tidak berhak akan campur tahu urusan di antara Hiecun dan Englok-pang. Dengan sebenarnya kami tidak boleh datang menggerecok, tetapi kita terpaksa menyelak juga dan mengadu biru. Sebab dari kelakuan kita iniyang sangat terpaksa karena kita tidak ingin kasih ketika untuk musuh kita angkat kaki dari sini! Jikalau musuh itu sampai bisa kabur dan sembunyi, sia-sialah yang kita bertahun-tahun lamanya telah menderita untuk mencari padanya. Maka, Tan cuncu, Lim loo-suhu, sudilah kau orang mengerti kesukaran kita dan memberi maaf...." Lim Siauw Chong balas hormatnya dua orang itu. la bersenyum. "Kiranya jiwie berdua berdiam di Hiecun ini karena ada urusan hebat itu," ia berkata. "Urusan di antara kita kaum Sungai Telaga, memang sudah seharusnya dibikin beres di hadapan kita orang juga, di muka umum akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dapat diketahui siapa benar dan siapa salah. Aku percaya

Na loo-suhu dari Englok-pang pasti tidak berkeberatan jika kau tuturkan peristiwa dendaman itu...." Justru itu Pian Siu Hoo telah bertindak mendekati mereka, maka Lim Siauw Chong segera memberi hormat pada ketua dari Englok-pang serta terus berkata, "Na loo-suhu, silakan duduk! Mari kita orang omong dengan sabar. Kita ada sobat-obat di kalangan Sungai Telaga, dari itu dalam segala, hal mengenai kita, kita semua berhak untuk minta sobat-sobat maju di tengah, supaya dengan jalan yang adil dan pantas, urusan bisa dibikin beres. Ganjalan apa yang tersimpan di antara kedua pihak aku masih belum mendapat tahu, maka silakan Na loo-suhu duduk. Aku percaya, urusan bagaimana besar juga, akan dapat diselesaikan...." Pian Siu Hoo harus kendalikan diri, akan tahan hawa kemendongkolannya Sebisa-bisa ia coba unjuk senyuman, seperti juga ia menganggap urusan ada kecil. Atas undangannya Lim Siauw Chong, orang semua kembali ke tempat duduk yang tadi. Dua buah kursi segera ditambah untuk si nyonya dan anak daranya. "Tan cuncu, Lim loo-suhu," berkata nyonya Yan setelah mereka sudah duduk rapi, "kita ibu dan anak merasa sangat bersyukur yang kita orang telah dapat menumpang tinggal di daerah Hiecun, karena kita tidak diusir, kendati kita telah datang menumpang dengan tidak minta perkenan lagi ataupun hanya memberi tahu saja. Jiewie, kita berbuat lancang demikian adalah karena sangat terpaksa. Di antara pihak Kiushe Hiekee dan keluargaku sebenarnya ada hubungannya. Keluarga dari pihak ibuku ada Wan dan di Hucun-kang pernah kepalai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

juga serombongan nelayan, dan di daerah Liongyu rombongan ini pernah berdiam untuk banyak tahun. Barulah belakangan, rombongan itu pindah ke dekat Hangciu. Suamiku hidup di kalangan air akan tetapi ia bukannya nelayan, ia hanya mengurus pengangkutan, di daerah Hangciu ia pun ada terkenal. Ia bernama Yan Bun Kiam, di Hangciu ia menjadi pemimpin pusat pengangkutan, daerah pekerjaannya adalah daerah Ciatkang dan Kangsouw. Di luar dugaan, dalam pekerjaan itu suamiku telah kebentrok dengan Pian loosuhu, yang ketika itu menjadi ketua Kangsan-pang. Dan Pian loo-suhu telah berlaku begitu kejam, dengan tidak ingat persahabatan di kalangan Sungai Telaga, ia telah

turun tangan membinasakan suamiku. Ia pun telah bubarkan coanpang orang yang terdiri lebih daripada duapuluh buah perahu besar, yang separahnya ia telah bakar musnah dan separoh lagi ia rampas. Sejak itu di teluk Hangciu tidak ada lagi lain orang yang berani kepalai pengangkutan, semuanya ia yang kangkangi, apabila ada orang yang berani menerima pengangkutan, ia lalu mengganggu tengah jalan. Tatkala itu kita berdua ibu dan anak kabur dengan sebuah perahu kecil dan telah ditolong oleh satu nelayan yang tidak masuk rombongan siapa juga, hingga kita bisa lari ke darat dan luput dari bahaya kematian. Kita tidak punya tempat ke mana kita bisa pergi akan tumpangi diri. Tidak ada saudagar yang berani menerima kedatangan kita. Orang hendak menolong tetapi keberanian tidak ada. Akhirnya kita menyingkir ke rumah ayahku yang pengaruhnya kecil, sedang sebagai anggota dari Kiushe Hiekee, ia berkeberatan, karena di kalangan itu, satu kali anak perempuannya menikah, ia lantas lepas tangan. Aku ada anak satu-satunya, dapat dimengerti yang ayah sayang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

padaku, kendati demikian, nyata aku berada dalam kesukaran, ayah membikin pembalasan. Maka itu ayah hanya dapat bekerja sendirian secara diam-diam. Ayah juga mengerti bugee, ia telah cari ketua Kangsan-pang yang tersohor itu. Apa mau, laksana seekor kambing yang menghampirkan seekor harimau, pada suatu malam ayah kena dilukai, sehingga hampir ia binasa di dalam kalangan, baiknya ia telah dapat ditolong dan dibawa pulang, kendati begitu, obat tidak sanggup melindungi jiwanya. Sebelum tarik napasnya yang penghabisan, ayah pesan kita ibu dan anak agar kita jangan siarkan hal perbuatan ayah, karena ia telah menolong kami dengan tentangi aturan dari Kiushe Hiekee. Untuk pembalasan sakit hati, ayah perintah kita lekas menyingkir dari Hucun-kang dan pergi ke Go-houw-san di Kangsay, dan di sana cari satu niekouw yang berdiam di Cietiok-am di bukit Thongthian-nia. Niekouw itu ada satu ahli silat, hanya sedikit orang ketahui hal ikhwalnya. Ayah bilang, asal kita bisa diterima menjadi murid, dalam tempo tiga sampai lima tahun, pelajaran kita sudah cukup untuk mencari balas. Begitu lekas telah ucapkan pesanannya itu, ayah menutup mata untuk selama-lamanya. Kami berdua harus urus jenazah orang tua itu secara lekas dan

sederhana sekali. Setelah upacara penguburan, kita segera berangkat ke Kangsay. Kami berhasil tiba di Thongthian-nia dan telah berjumpa dengan niekouw itu, ialah Hui Sian Taysu. Apa celaka, Hui Sian Taysu menyangkal bahwa ia mengerti bugee dan ia menolak akan terima kita menjadi muridnya untuk belajar silat. Ia hanya perkenankan kita tinggal untuk bersujut pada agama. Terpaksa kita tinggal di samping kelenteng, dalam sebuah gubuk yang kami berdirikan sendiri. Kami tidak berniat meninggalkan lagi Thongthian-nia. Dapatlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dimengerti bagaimana sengsaranya hidup waktu itu untuk lewatkan hari, bulan dan tahun. Lama-lama pikirannya Hui Sian Taysu rupanya telah berobah juga. Ia rupanya telah cari tahu hal kita. Kami sangat bergembira karena pada suatu hari ia pang-gil kita berdua dan beritahukan bahwa ia hendak ajarkan kami ilmu silat. Lima tahun lamanya kami ikuti Hui Sian Taysu dan pada tahun keenam ia diserang penyakit sampai tidak dapat bangun pula, hingga ia menyesal yang ia belum keburu wariskan semua kepandaiannya, tapi ia masih tinggalkan pengajaran yang berupa peta dan catatan, untuk kita yakinkan sendiri. Suhu menutup mata dengan tinggalkan satu murid yang tidak mengerti ilmu silat, meski murid ini telah ikut ia belasan tahun lamanya. Murid ini hanya mengerti urusan agama. Sejak itu, kita berdua tidak dapat terdiam lebih lama pula di Cietiok-am, kita beli sebuah perahu kecil dan terus hidup berduaan di muka air. Kita pergi ke mana kita suka, kita mendarat jika kita dapati tempat yang kita setujui untuk tinggal di darat sekian lama, guna fahamkan pelajaran pesanan dari suhu almarhum. Peryakinan ini meminta tempo lama. Telah lima tahun kami berdua hidup tidak ketentuan, paling akhir kita sampai di Giokliong-giam ini di mana kita menumpang tinggal dengan tak minta ijin dari ketua kampung. Dengan gampang kita dapat cari tahu asalusulnya rombongan Giokliong-giam Hiecun yang kita pandang sebagai sesama sendiri, karena kita berdua sama-sama berasal dari Hucun-kang. Di sini kami berdiam dengan tidak ingin sembarangan perlihatkan diri, kesatu karena latihan kita belum sempurna, kedua karena musuh ada liehay dan kita kuatir nanti disatroni selagi kita belum bersiap. Dulu saja musuh sudah liehay, apapula sekarang! Kita sebenarnya berniat tinggal dulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sampai lama di sini, siapa nyana, keinginan kita itu dapat tentangan, karena apamau Hiecun dapat perkara dan telah disatroni. Tadinya kita kandung maksud untuk lantas perkenalkan diri dan memberikan bantuan, tapi maksud ini kita tunda kapan kita kemudian dapat tahu, pihak Englok-pang tidak datang sendiri hanya datang bersama-sama banyak kawan, di antaranya ada musuh kita. Musuh itu adalah Pian Siu Hoo dari Kangsan-pang. Akhirnya kita ambil putusan untuk terlebih dulu bekerja dengan diam-diam, di saat terakhir baru kita berdua memperlihatkan diri. Tidak kecewa kita hidup sengsara belasan tahun, sekarang kita dapat berbuat apa-apa untuk Giokliong-giam Hiecun." Semua orang agaknya heran akan dengar lelakon permusuhan itu, tetapi Pian Siu Hoo unjuk sikap biasa saja, agaknya ia dapat kuatkan hati dan kendalikan diri. Adalah Na Thian Hong dari Englok-pang yang tidak dapat menahan sabar, ia berbangkit dan hadapi Yan Toa Nio dan gadisnya. "Yan toanio, kau ada asal coanpang, seharusnya kau mengerti aturan di kalangan kita!" ia menegur. "Sekarang kedua pihak Englok-pang dan Giokliong-giam Hiecun lagi kebentrok, kita sedang hadapi saat mati atau hidup, karena urusan ini ada menyangkut dengan mangkok nasinya beberapa ratus keluarga nelayan dari Englok-kang, adalah tidak pantas untuk lain orang nyelak dan bikin kacau urusan kita ini. Kau mempunyai sakit hati dan hendak membalas, itu ada hakmu, kau boleh lakukan itu, tetapi tidak sekarang, pada malam ini. Kau harus mengerti, Giokliong-giam bukannya tempat di mana kau dapat mencari balas! Kau pun harus mengerti,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

si orang she Pian adalah orang undanganku, ia akan pertaruhkan jiwanya untuk urusanku, maka andaikata ia jual jiwanya untuk kita, tidak akan kita lupakan kebaikannya itu. Yan toanio, aku si orang she Na tidak dapat ijinkan kau mencari balas di sini!" Mendengar ucapan itu, Yan Leng In berbangkit. "Na pangcu, kita mengerti maksudmu," ia berkata, "tetapi kendati demikian aku harap kau juga suka mengerti maksud kita. Sudah sepuluh tahun kami berdua terumbang-ambing, baru hari ini kita bertemu dengan musuh, maka kenapa ketika yang baik ini harus dikasih lewat? Dengan sebenarnya, Na pangcu, kami berdua

tidak dapat menanti terlebih lama pula! Kau hendak cegah kita, kau melarang, apa kau berani menanggung jawab?" "Jikalau di luar Englok-kang, aku si orang she Na tidak akan campur-campur, tetapi di sini ada tanggunganku!" sahut Na Thian Hong dengan jumawa. "Na Thian Hong, hak apa kau mempunyai akan rintangi kita?" ia tegaskan. "Aku pikir baiklah kau jangan campur tahu urusan kita ini!" Tapi Na Thian Hong tertawa dingin. "Nelayan perempuan!" ia membentak, "Na pangcu bicara dengan baik padamu, itu disebabkan aku masih pandang memandang, maka kenapa kau begini tidak tahu diri? Aku melarang padamu untuk berkelahi di sini, apa yang kau hendak bikin?" Ketua dari Englok-pang benar-benar unjuk sikap menantang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yan Toa Nio sangat gusar, tetapi ia masih bisa tertawa dengan tawar. "Na Thian Hong, aku kuatir kau tidak sanggup urus urusan kita ini! ia bilang. "Kalau tetap kau hendak merintangi kita dan mau menanggung jawab, tidak dapat lain, kita harus hadapi kau sendiri untuk membikin beres perhitungan kita yang sudah lama!" Na Thian Hong maju dua tindak, jarinya diangkat pada hidungnya akan memperdengarkan suara menghina. "Jikalau kau mampu menangkan si orang she Na, kau merdeka untuk cari Pian pangcu untuk bikin perhitungan!" ia kata secara jumawa. "Jikalau kau tidak mampu singkirkan si orang she Na dari sini, maka kamu berdua ibu dan anak baiklah lekas-lekas angkat kaki dari sini!" Yan Leng In menjadi murka hingga ia loncat sampai di sampingnya Thian Hong. "Na Thian Hong, kau ada tua bangka yang andali kebangkotanmu!" ia berteriak. "Kau mempunyai kepandaian apa maka kau menjadi begini congkak? Nonamu ingin sekali belajar kenal dengan kau!" Pian Siu Hoo berbangkit untuk mencegah Na Thian Hong, tetapi ketua Englok-pang tidak dapat dibujuk. Ia malu bahwa orang ganggu tamunya dan ia ingin membela tamu itu sambil membela juga kehormatannya sendiri.

"Budak perempuan, hayolah kau maju!" ia menantang nona Yan. "Na pangcu nanti berikan ajaran padamu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yan Leng In tidak mampu kendalikan diri lagi, ia lompat lagi sekali sambil kirim serangannya ke arah dada orang. Na Thian Hong kelit ke samping, tangan kanannya ia angkat akan menangkis sambil ketok nadinya nona Yan. Nona Yan lekas tarik pulang tangannya itu, tetapi kapan sebelah kakinya menggeser ke samping, sebelah tangannya lagi-lagi maju akan gempur iga orang. Dengan cepat Na Thian Hong putar tubuhnya untuk kelit serangan itu, tetapi ia berputar terus hingga kembali ia hadapi si nona. Tangan kirinya dengan berbareng memukul pundak kanan. Dengan mendeki tubuhnya, Yan Leng In bikin kepalan musuh pukul tempat kosong, dan ia majukan kakinya sampai di sebelah kiri dari musuh itu, lantas dengan Hekhouw toh-sim atau "Macan hitam menyambar hati", ia serang ulu hatinya Na Thian Hong. Atas ini Na Thian Hong terpaksa loncat mundur. Dari situ, apabila keduanya telah maju pula satu dengan lain, pertempuran sudah lantas dimulai pula. Na Thian Hong mempunyai tenaga yang besar sekali, ia memangnya kejam, dalam kemurkaan yang ia hendak bikin luber, ia menyerang dengan tidak sungkan-sungkan lagi. Ia tidak kenal kasihan, ia mendesak, maksudnya adalah untuk ambil jiwanya anak dara itu. Meskipun musuh ganas, Yan Leng In tidak takut dan ia tidak mau kasih dirinya didesak. Ia juga sangat gusar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan umbar kegusarannya, maka dengan sama nekatnya, ia layani ketua dari Englok-pang. Yan Toa Nio telah pasang mata, sebagai satu ahli silat ia dapat membedakan caranya orang berkelahi, dari itu tidak heran kalau ia pun menjadi gusar dan sengit apabila ia saksikan ketelengasan musuh itu, hingga ia memikir untuk tidak tinggal diam saja. Ia pun kuatir, karena terus menerus didesak, anaknya nanti salah tangan. Ia tidak menunggu lama, segera ia lompat ke tengah lapangan. "Manusia tidak kenal aturan, kau terlalu menghina aku!" ia berteriak. Kemudian ia terus bentak anaknya, "Budak perempuan, lekas mundur!"

Yan Leng In turut perkataan ibunya, mukanya telah menjadi merah, karena desakan musuh ada terlalu hebat dan ia telah mengeluarkan terlalu banyak tenaga untuk menangkis dan balas menyerang musuh. Dalam imbangan, ia kalah tanding. Na Thian Hong kasih lihat senyuman ewah apabila ia lihat orang telah saling bertukaran, tetapi karena Yan Toan Nio sudah maju, ia tidak mau banyak bicara, ia sambut serangan musuh ini. Sekarang barulah tertampak tandingan yang setimpal, karena kendati si nyonya ada seorang perempuan, tenaga dan gerakannya tidak kalah hebatnya daripada ketua Englok-pang. Malahan Na Thian Hong lantas didesak. Yan Toa Nio merangsek untuk bikin repot pada musuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Na Thian Hong tangkis tujuh sampai delapan serangan, setelah itu ia ambil kesempatan akan balas menyerang, dengan dua-dua tangannya bergerak berbareng. Nyonya Yan bisa lihat datangnya dua tangan musuh, mendadak ia angkat kedua tangannya dan buka dengan gentakan, dengan itu ia bikin kedua tangan musuh kena ditangkis dan disampok terbuka. Tapi berbareng dengan ini, tangannya sendiri pun turut terpentang. Menghadapi keadaan lawan begitu rupa, Na Thian Hong pikir ia dapat merebut kemenangan selagi musuh anggap pihaknya menang di atas angin. Ia tarik pulang kedua tangannya secara cepat sekali, lalu tangan kirinya dipakai menyambar dari bawah ke atas, pada tangan kirinya si nyonya. Kaki kanannya maju berbareng dengan gerakan tangan kiri itu, disusul dengan tangan kanan dengan tidak kurang cepatnya. Tangan kanan ini dengan Yap-tee tamhoa atau "Di kolong daun memungut bunga" menyerang ke arah dada. Nyonya Yan bisa lihat gerakan musuh dan ia mengerti juga kehendak musuh itu ia merasa puas. Dengan sabar tetapi gesit, ia pun bikin gerakan. Dengan ancaman ia geraki kedua tangannya, satu untuk menyingkir dari musuh, yang lainnya untuk menangkis. Tapi karena itu ada ancaman belaka, tubuhnya terus ikut berputar. Dengan begini dua-dua serangan musuh menjadi punah. Tapi ia tidak berhenti karena gagalnya serangan musuh.

Ia segera membarengi dan mendek sedikit, tangannya yang kiri melayang ke depan, seperti hendak menyerang, justru musuh bergerak untuk menangkis, tangannya yang kanan maju menyusul, menjurus ke arah dada. Ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

telah gunakan tipu silat Sweepa-chiu atau "Tangan melempar ciopay", ialah ilmu pukulan dari Cietiok-am. Na Thian Hong tidak berdaya terhadap serangan yang luar biasa cepat. Berbareng dengan satu suara keras pada dadanya, ia keluarkan jeritan tertahan yang disusul dengan terlempar mundur tubuhnya sampai empat kaki jauhnya di mana ia roboh celentang dan terbanting, kedua matanya tertutup rapat, mulutnya terpentang dan dari situ menyemburkan darah! Semua orang menjadi kaget apa-pula, mereka yang termasuk pemimpin, lebih-lebih pihak Englok-kang; mereka segera lari memburu akan menghampirkan dan mereka tercengang menampak ketua itu rebah dengan tidak bergerak. Pian Siu Hoo segera berjongkok dan buka kancing bajunya Na Thian Hong untuk raba dadanya. Hatinya menjadi sedikit lega kapan ia rasai memukulnya jantung, suatu tanda bahwa jiwanya Thian Hong masih belum putus. Ia menoleh pada kawan-kawannya dan beritahukan itu, bahwa meskipun demikian, bahaya masih belum lewat. Rombongan dari Englok-pang segera terpencar menjadi dua, masing-masing sudah lantas raba senjatanya. Ketua dari Tonglouw-pay, Auwyang Cu Him segera hadapi Yan Toa Nio. "Perempuan nelayan, kenapa kau berani turunkan tangan jahat?" ia menegur. "Kenapa kau lakukan ini macam penyerangan untuk bikin hilang jiwanya Na
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pangcu? Oh, kau terlalu kejam! Baiklah, aku ingin belajar kenal dengan tangan jahatmu itu!" Yan Leng In telah hunus pedangnya apabila ia tampak sikap mengancam dari banyak orang itu, akan tetapi Yan Toa Nio berkata pada anaknya, "Simpan senjatamu!" Kemudian nyonya ini bersenyum dingin apabila ia dengar suaranya Auwyang Cu Him. "Ciongwie suhu, jikalau kami sekalian ingin turun tangan, aku persilakan!" ia berkata dengan sabar tetapi secara menantang. "Kita ibu dan anak telah datang

kemari, itu adalah tanda bahwa kita orang tidak takut! Tetapi di kalangan Sungai Telaga orang harus memakai aturan dan pri-keadilan, andaikata kamu melulu hendak andalkan tenaga kepandaian untuk menghina, baik, segala apa juga tidak usah dibicarakan lagi. Tetapi satu kali aku hendak tegaskan: Dengan si orang she Na ini, aku ibu dan anak tidak mempunyai sangkutan apa juga, kami berdua datang kemari hanya untuk cari Pian Siu Hoo, ketua dari Kangsan-pang, tapi si orang she Na telah berlaku kurang ajar terhadap kita, ia telah desak dan paksa kita menggerakkan tangan, hingga terpaksa kita menyambut tantangannya. Begitulah ia telah terima bahagiannya! Sekarang tidak bisa lain, siapa bunuh orang, ia harus membayar dengan jiwa, siapa punya hutang, ia harus membayar dengan uang! Cukup sampai di sini, apa juga, tidak usah ditimbulkan lagi!" Auwyang Cu Him menjadi terlebih gusar, hingga ia membentak, "Nelayan perempuan, kau ada mempunyai kepandaian bagaimana liehay sehingga kau berani bicara takabur seperti ini? Apakah kau sangka di antara kita orang tidak ada yang berani tempur padamu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah kata begitu, ia lantas menyerang. Tetua dari Kiushe Hiekee, Lim Siauw Chong, ada salah satu orang dari pihak tuan rumah yang telah hampirkan Na Thian Hong, ia lihat mukanya dan periksa nadinya, selama itu ia telah dengar perbantahan mulut itu, akan tetapi kapan ia saksikan ketua dari Tonglouw-pay naik darah begitu hebat hingga tidak mampu lagi kendalikan diri, ia lekas-lekas berbangkit dan menyelak sama tengah. "Auwyang loosu, harap sabar," ia berkata. "Kalau sampai pertarungan dilakukan ada sukar untuk mencegah bahaya terlebih jauh. Na pangcu terluka hebat, menurut aku adalah paling benar akan terlebih dulu tolong padanya. Perkara gampang diurus, tidak peduli perkara besar atau kecil, itu masih dapat ditunda setengah sampai satu jam dengan tidak ada halangannya. Aku ada sedia obat luka, baiklah Na pangcu segera diobatkan, kemudian kita orang nanti bicara pula." Mendengar pembicaraan itu, Pian Siu Hoo majukan diri. "Tidak usah Lim loosu capekan diri," ia berkata, yang menolak bantuan orang, "kita orang juga masih mampu

obati pada Na pangcu. Sekarang aku hendak bicara dulu dengan orang she Yan ini, dua patah saja!" Dengan tidak berayal lagi, Yan Toa Nio maju mendekati. "Pian pangcu, ada urusan apa?" ia tanya. "Silakan kau bicara!" "Perhitungan kita yang lama belum diselesaikan atau sekarang harus ditambah dengan yang baru," berkata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang she Pian itu. "Meski demikian, aku hendak minta pada kau agar perhitungan yang akan dibereskan malam ini ditunda dahulu untuk sementara waktu, karena terlebih dahulu aku harus melakukan kewajibanku sebagai satu sahabat, untuk mengatur keselamatannya Na pangcu. Urusan di antara Englok-pang dan Gioklionggiam juga urusanku si orang she Pian dengan kau ibu dan anak, dalam tempo tiga hari aku yang akan urus dan tanggung sendiri! Kau boleh percaya bahwa aku adalah sahabat di kalangan Sungai Telaga, dengan segera kita akan undurkan diri dari dalam muara ini! Tetapi, umpama kata kau anggap bahwa urusan tidak dapat ditunda hingga lain waktu, hanya mesti dibereskan pada saat ini juga, baiklah, kau boleh hunus senjatamu, aku si orang she Pian bersedia akan mengiringkan!" Atas ucapan congkak itu, Yan Toa Nio tertawa ewah. "Orang she Pian, aku percaya kau ada satu laki-laki sejati, pembicaraanmu pasti bukan obrolan belaka!" ia jawab. "Baiklah, dalam tempo tiga hari, aku ibu dan anak akan tunggu padamu!" Lim Siauw Chong lihat tidak ada lain jalan, ia turut bicara. "Pian loosu, kita ada sama-sama orang terhormat, pembicaraan rasanya sudah cukup," ia berkata. "Pian loosu, persilakan!" Pian Siu Hoo manggut, segera bersama-sama Auwyang Cu Him ia hadapi kawan-kawannya dan berkata pada mereka itu, "Ciongwie loo-suhu, mari kita orang undurkan diri! Biar bagaimana besar duduknya perkara dengan Giokliong-giam, dalam tempo tiga hari, aku yang nanti tanggung! Mari kita orang berangkat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah berkata begitu, Pian Siu Hoo minta beberapa orang pondong Na Thian Hong untuk dibawa ke perahu mereka, ia sendiri memberi hormat pada pihak tuan rumah untuk pamitan. Tapi Tan Tay Yong telah antar sekalian tamunya sampai mereka itu telah keluar dari

mulut muara, setelah mana mulut muara itu oleh Lim Siauw Chong diperintah untuk ditutup serta titah-titah atau pesanan telah diberikan untuk jaga itu baik-baik. Sementara itu Tan Giok Kouw sudah lantas samperkan Yan Toa Nio dan gadis untuk undang mereka ini pulang, bukan lagi ke gubuk mereka, hanya ke rumahnya. Karena sekarang telah ternyata, ibu dan anak itu adalah kawan mereka. Lim Siauw Chong di lain pihak ajak semua kawannya berkumpul di Cun kongso ialah kantor ketua Gioklionggiam untuk bicarakan dan menduga-duga apa yang pihak Englok-pang akan lakukan lagi tiga hari. Yan Toa Nio dan gadisnya turut hadir. "Tidak peduli apa yang Pian Siu Hoo atur, jikalau di hari kedua Seantero hari ia tidak muncul, aku dan anakku akan pergi cari padanya," berkata nyonya Yan. Setelah itu, ibu dan anak pamitan untuk pulang ke gubuknya, tapi Giok Kouw mencegah mereka pulang, hanya mereka diajak masuk ke pendalaman. Kecuali kawan, mereka masih termasuk pada golongan Kiushe Hiekee. Atas ajakan itu, Yan Toa Nio dan anaknya tidak menampik. Hengyang Hie-in dan kawannya semua berdiam di kongso.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah pembicaraan, Tan Tay Yong pergi keluar untuk bikin penilikan pada orang-orangnya, dan sekalian lakukan pengawasan terhadap musuh, sampai terang tanah baru ia kembali akan memberi laporan kepada Lim Siauw Chong. Menurut ia, pada pihak Englok-pang di waktu malam tidak tertampak gerakan apa juga, hanya setelah terang tanah, semua perahu yang tadinya dipersatukan, lalu terpecah menjadi duabelas rombongan, tetapi setelah itu mereka diam sirap. Sampai tengah hari lalu menyusul laporan kedua, tapi juga kali ini laporan itu memberitahu bahwa perahuperahu musuh tetap diam anteng, kelihatannya mereka tidak berniat angkat kaki. Sampai sebegitu jauh pengawasan dilakukan dari jauh-jauh saja. Ketika sudah sore, Tan Tay Yong datang dengan laporan yang tidak berbeda. Hengyang Hie-in Sian le, Souw-posu Cukat Pok, Kimpwee Kam-san-too Hee In Hong dan tetua dari

Kiushe Hiekee Lim Siauw Chong tetap berkumpul bersama-sama. Ketiga tamu itu tidak ingin pamitan, karena urusan masih belum ada keputusannya. Sore itu mereka berkumpul dengan Yan Toa Nio dan gadisnya pun turut hadir. Mereka juga setiap waktu terima laporan dengan perantaraan Tan Giok Kouw. "Na Thian Hong telah terluka, umpama kata jiwanya tertolong, ia tidak akan lekas-lekas dapat pulang kesehatannya," kata nyonya Yan, "atau ada kemungkinan kesehatannya tidak akan kembali seperti sediakala. Ia ada menjadi kepala, ia terluka, tetapi sekarang ia masih tidak mau berlalu dari daerah Giokliong-giam, sudah terang benar-benar Pian Siu Hoo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak memberi kabar apa-apa pada kita, aku percaya ia sedang mengatur daya upaya untuk hadapi kita. Pihak Englok-pang aku tidak takuti, hanya aku berkuatir untuk kawan-kawan undangannya. Aku merasa bahwa mereka juga tidak ingin secara mentah-mentah berlalu dari sini! Maka itu, tidak dapat aku berdiam saja, menantikan hingga mereka datang mencari aku, untuk membalas sakit hatinya Na Thian Hong! Perselisihan kedua pihak sebenarnya dapat diselesaikan pada malam itu, apamau aku telah datang sama tengah dan mendatangkan kekeruhan, hingga urusan jadi terlambat. Aku merasa, apabila kita diam saja, kita bakal kena terpedaya dan keadaan kita ada terancam. Dari itu kita berdua sudah ambil putusan, sebentar malam kita niat pergi bikin penyelidikan, guna sekalian cari Pian Siu Hoo supaya urusan kita, dapat segera dibikin beres!" "Yan toanio, aku minta jangan kau ambil tindakan demikian," Hengyang Hie-in mencegah. "Benar seperti kata-katamu barusan, urusan Giokliong-giam dan Englokpang dapat dibikin pada malam itu, meski demikian, keputusan masih harus disangsikan. Kau lihat sendiri, aku Sian le hampir-hampir roboh di tangan musuh. Maka aku pikir, kedatangan kamu berdua ibu dan anak bukannya berarti menggerecok hanya merupakan suatu bantuan besar bagi kita. Memang benar pihak Englokpang dan kawan-kawannya tidak puas, mereka pun berlalu dari sini karena terpaksa. Aku pikir baik kita lihat malam ini, tindakan apa mereka akan ambil. Umpama kata sampai besok mereka tetap belum datang atau memberi kabar, sambil di satu pihak kita harus terus

tutup dan jaga mulut muara, di lain pihak kita orang harus ambil tindakan dengan tidak usah sungkanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/

sungkan lagi. Tegasnya, kita orang harus ambil putusan di muka air untuk mencegah bencana di belakang hari!" "Menurut dugaanku, mungkin malam ini akan terjadi perobahan," Cukat Pok utarakan perasaan hatinya. "Siapa tahu? Maka aku pikir, baiklah malam ini penjagaan diperhebat. Cuwie loosu ketahui sendiri, di mulut mereka bicara perihal kehormatan atau persahabatan di kalangan Sungai Telaga, di dalam hati mereka tentu pikir lain. Aku percaya, segala macam kejahatan mereka berani lakukan!" Lim Siauw Chong manggut. "Apa yang kau bilang, Cukat Pok, ada hal yang benar," ia membenarkan. "Kemarin ini saja Auwyang Cu Him, ketua dari Tonglouw-pang, sudah hendak mengambil tindakan di luar garis. Aku pikir baik segera dibikin penilikan dan perobahan pada penjagaan kita, dengan tak ada persiapan, kita orang tidak nanti bisa tidur dengan nyenyak. Mari kita pergi berpisahan untuk lakukan penilikan, kemudian baru kita orang pikir terlebih jauh." Pernyataan ini dapat persetujuan, maka Lim Siauw Chong segera perintah Tan Tay Yong pergi kumpulkan semua tauwbak di muka kampung, supaya mereka diberikan pengertian dan diperintahkan melakukan penjagaan dengan sangat hati-hati, kemudian ia sendiri bersama kawan-kawannya pergi ke air akan naik ke perahu masing-masing dan melakukan penilikan sendiri. Kecuali di mulut muara, di mana ada empat buah perahu dengan masing-masing lentera yang terpasang terang-terang, di lain-lain bagian semua gelap gulita,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melainkan pihak Giokliong-giam sendiri yang ketahui di mana adanya penjagaan. Lim Siauw Chong bersama-sama Yan Toa Nio dan Leng In pergi ke sebelah kiri, mereka naik ke tempat tinggi yang merupakan seperti puncak di mulut muara, dari situ mereka dapat memandang jauh ke udik Englokkang. Rombongan Hengyang Hie-in Sian Ie bersama-sama Souwposu Cukat Pok, Hee In Hong dan cuncu Tan Tay Yong mendarat di sebelah kanan mulut muara, akan mengawasi dari tempat tinggi. Semua perahu-perahu dari pihak Englok-kang berbaris

dengan rapi di luar mulut muara. Mereka juga terbenam dalam kesunyian. Hanya dari lima perahu besar, yang terpisah dua atau tigapuluh tombak jauhnya satu dengan lain, ada terdapat cahaya api, dan di situ orang mundarmandir tak ada putusnya. Melihat demikian, nyata mereka tidak pikir untuk undurkan diri," berkata Lim Siauw Chong pada Yan Toa Nio. "'Aku merasa pasti yang mereka akan lakukan suatu tindakan terhadap kita. Tentang Na Thian Hong belum diketahui hidup atau mati, aku ingin sekali pergi mencari tahu dan sekalian menyelidiki maksud mereka...." "Lihat di sana, loo-cianpwee," berkata Yan Leng In, serta tangannya menunjuk. "Di depannya lima perahu besar ada lagi belasan perahu kecil, dua antaranya sedang bergerak. Apakah maksud mereka? Baiklah kita berdamai dulu dengan Sian loo-cianpwee, kemudian baru mengatur orang akan bikin penyelidikan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selagi mereka bicara, dua perahu kecil yang diunjuk sudah pisahkan diri dari lima perahu besar, lajunya pesat sekali, menuju ke tengah sungai, kemudian semua perahu tertampak bergerak, merupakan suatu pusat. Semua api segera dipadamkan, kecuali di sebuah perahu besar. "Kita harus lihat, muslihat apa Pian Siu Hoo akan mainkan!" berkata Yan Toa Nio. Justru itu Cukat Pok datang dan senggol Lim Siauw Chong. Tetua Kiushe Hiekee mengerti tanda itu. "Toa Nio berdua baik jangan sembarangan bergerak," Siauw Chong lantas berkata. "Tempat ini ada penting, aku harap kamu berdua sudi menggantikan aku mengawasi musuh...." "Kita cari Pian Siu Hoo, ia diketemukan di sini, kita pasti tidak akan tinggalkan padanya dan tidak ijinkan ia kabur juga," sahut si nyonya. "Baiklah," berkata Siauw Chong. "Kita tidak sedia pakaian mandi tapi jika perlu kita akan nyebur juga. Karena perahu-perahu kita tidak dapat dimajukan secara terang-terangan, terpaksa kita harus maju dari darat, sampai di tempat yang dekat sekali dengan perahuperahu mereka. Ada terlebih baik jika kita maju secara menggelap." "Baik," menjawab Yan Toa Nio. "Kita bekerja dengan

terpisah, supaya masing-masing bisa bergerak dengan leluasa."


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tetapi ingat," Cukat Pok turut bicara, "kita orang pergi untuk lakukan penyelidikan belaka, sekali-kali kita tidak boleh sembarangan layani musuh bertempur. Dengan tempur musuh, kita juga jadi sudah melanggar aturan kaum Sungai Telaga." Karena mereka sudah bermufakatan, lantas mereka berpisahan. Mereka tidak turun ke air, hanya naik terus ke tempat yang tingginya dua atau tigapuluh tombak. Mereka telah datang semakin dekat pada musuh tapi dirinya masing-masing semakin tersembunyi. Mereka percaya bahwa musuh tidak akan mencurigai. Lim Siauw Chong menuju ke utara, ia mutar hingga sepuluh tombak lebih, di satu tikungan ia umpati diri di lamping bukit. Di depan ia lihat enambelas perahu besar serta tujuh atau delapan perahu kecil yang memutari perahu-perahu besar itu. Ia berasal dari Hucun-kang, ia bisa kenalkan perahu-perahu dari sesuatu rombongan. Yang tertampak di depannya ini ada dari Liongyu-pang. Apa yang aneh, bukan saja tidak terlihat cahaya api di dalam perahu, bahkan seorang anak buahnya pun tidak tertampak. Maka tidak bisa jadi jika semua pengisi perahu kabur dengan jalan berenang dan selulup. Untuk kabur pun tidak ada alasan. Siauw Chong jumput sepotong batu kecil, dengan itu ia menyambit bagian belakang dari sebuah perahu kecil itu. Suaranya batu kecemplung di air terdengar dengan nyata, tetapi di perahu tetap tenang. "Pasti sekali di dalam perahu tidak ada orangnya," pikir Lim Siauw Chong. Maka dengan berani ia maju mendekati perahu kecil itu, dengan satu enjotan ia bikin tubuhnya berada di atas perahu. Ia sengaja bikin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tubuhnya berat, hingga perahu jadi bergerak. Jika ada orang, meskipun sedang tidur, gerakan perahu akan bikin orang itu mendusin. Tetapi perahu itu tetap sunyi, maka nyatalah bahwa perahu itu kosong. Maka itu, Siauw Chong loncat terus ke sebuah perahu besar yang letaknya paling dekat. Dari buntut perahu ia menghampirkan gubuk akan pasang kuping. Juga perahu besar ini ada sebuah perahu kosong. "Heran!" pikir tetua Kiushe Hiekee, setelah ia periksa empat perahu dan semua tidak ada anak buahnya.

"Semua anak buah perahu ada tukang-tukang berenang, mereka pasti telah berlalu ke lain tempat. Ke mana?" Segera Siauw Chong samperkan dua perahu lain, yang satu kosong, tetapi di perahu yang kedua, di mana dengan bergerak sembarangan, hingga perahu jadi bergerak, ia segera dengar suara orang menanya. "Han A Su, coba dengar!" demikian suara itu. "Di atas gubuk perahu ada suara apakah itu? Mari kita periksa!...." Siauw Chong terperanjat, lekas-lekas ia lompat menyingkir ke belakang perahu akan umpeti diri. Segera terdengar tindakan kaki dan kelihatan dua orang keluar dari gubuk perahu. Mereka adalah anak buah perahu yang hendak memeriksa seputar perahunya, tetapi karena tidak terdapat apa-apa, mereka telah lantas balik kembali ke dalam perahu. Dengan hati-hati Siauw Chong keluar dari tempat sembunyinya, ia hampirkan pula gubuk perahu itu, di jendela sebelah kiri ia pasang kuping dan kebetulan ia dapat dengar orang bicara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lauw Yo, kau memang biasa main gila," begitu terdengar suara, mungkin dari seorang muda. "Tidak ada apa-apa, kau bilang ada suara di atas gubuk perahu! Aku sendiri tidak dengar apa juga! Hati-hati kau, kalau dipersalahkan oleh ketua kita, sungguh penasaran! Mari kita tidur! Kita tidak diberikan pekerjaan, malahan disuruh menjaga tangsi, nyata kita diperlakukan sebagai soldadu bangkotan, maka kalau sampai terjadi apa-apa, itu semua tidak ada sangkutannya dengan kita! Kita jangan bodoh! Kita tinggal di sini, dilarang pasang api, dilarang keluar, dilarang bicara, tapi kita diharuskan menjaga perahu di antara sekitar bukit! Jangan tolol, mari kita tidur, kecuali perahu-perahu terbakar habis, kita jangan menyingkir! Sayang ketua kita, Sun sionia, di Liongyu ia ada sangat terkenal dan dimalui, apamau ia dapat diundang datang kemari! Urusan di sini bukannya urusan kita tetapi kita harus berkelahi! Kemarin ini di Giokliong-giam telah terjadi pertempuran, benar itu tidak memutuskan, tetapi dengan itu nyata kita sudah jatuh pamor! Kepala bencana ada Na pangcu, ia mati tidak, hidup pun tidak, tetapi ia masih belum ingin berhenti dan masih mengharap bantuannya orang. Ia masih berikan titah-titah hingga ketua kita jadi mirip dengan satu

soldadu saja! Kenapa ketua kita kesudian diperintahperintah oleh pihak Kangsan-pang? Inilah aku tidak mengerti! Bukankah bagi kita lebih baik pulang, makan dan tidur saja di tempat kita? Kalau malam ini kembali kita kalah, apa ketua kita masih ada muka akan hidup terlebih lama dalam dunia ini? Hayo, Lauw Yo, kita tidur, jangan pedulikan apa-apa lagi!...." "Han A Su, kau salah," berkata suara yang kedua, rupanya dari orang she Yo, yang dipanggil Lauw Yo itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dalam segala hal, kita orang harus utamakan persahabatan, apa-pula dalam kalangan coanpang. Bukankah ketua kita telah perlakukan baik sekali pada kita? Kita telah sampai di sini, kita harus lakukan apa-apa untuk sahabat kita. Ketua dari Kangsan-pang ada sangat liehay, kau jangan pandang enteng padanya. Lihatlah caranya ia mengatur pada malam ini, dirinya sendiri ia majukan di muka. Maka mau atau tidak, kita harus adu jiwa dengan pihak Giokliong-giam! Menurut dugaan, barangkali malam ini kita orang dapat merampas tempat musuh! Maka kita harus jaga baik-baik perahu-perahu kita Saudara-saudara yang malam ini keluar, semuanya seperti sudah jual jiwanya, jika mereka berhasil, kita semua akan angkat kepala, tapi andaikata mereka gagal, terpaksa kita orang harus tunduki kepala kita.... Pihak Kangsan-pang telah menyatakan, mereka tidak suka ada perahunya yang ketinggalan, supaya kita semua bisa lihat, apakah mereka ada sahabat sejati atau bukan! Sahabatku, mari kita jaga perahu-perahu, kalau terpaksa harus mundur, kita harus bisa mundur dengan utuh, supaya tenaga pihak kita Liongyu-pang dapat dilindungi. Benar begitu, bukan?" Tapi orang yang dipanggil Han A Su itu menjawab, "Menurut aku, malam ini ada lebih banyak bahayanya daripada kebaikannya, maka kalau nanti semua sudah celaka, barulah belakangan datang penyesalan...." Sampai di situ, pembicaraan sirap. Tapi pembicaraan itu sudah cukup bagai Lim Siauw Chong. Ia telah dapat kabar penting. Ia melihat ke sekitarnya, ia lihat Yan Toa Nio dan Cukat Pok ada di dua perahu lain, dengan ulapulapkan tangan, ia memberi tanda pada mereka itu. Ia girang, yang mereka berdua pun telah sampai di situ.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lantas juga Lim Siauw Chong gunai kepandaiannya lari di muka air, menuju ke perahu pertama dari lima

perahu paling besar. Ketika ia sampai, ia lihat di perahu besar ketiga ada orang lain. Ia berlaku hati-hati. Ia lihat satu anak buah keluar dari gubuk dan pergi ke belakang, sesudahnya meniliki, dia itu balik kembali ke dalam. Di perahu ketiga itu adalah Yan Toa Nio, yang dari tiang layar loncat turun ke atas gubuk. Siauw Chong pergi ke perahu yang ketiga, dengan entengi tubuh ia samperi pintu gubuk perahu, ke mana tadi si anak buah menghilang. Ia lantas pasang kuping dan dengar dua orang sedang bicara dengan perlahan. Untuk melihat mereka itu, ia maju lebih dekat ke jendela. Di pintu perahu ada dipasangkan layar. Di kepala perahu ada satu lentera merah. Perahu itu ada besar, dari kepala sampai ke pintu gubuk, enam atau tujuh kaki jauhnya. Siauw Chong berada di sampingnya dan bisa mengintip dengan leluasa Dua orang di dalam perahu sedang berpakaian untuk bersiap. Mereka adalah le Tong, ketua dari Lankie-pang, bersama Sun Po Sin, ketua dari Liongyu-pang. Mereka berdua berpakaian ringkas dengan sedia senjata dan senjata rahasia. "Aku rasa malam ini kita bakal berhasil," kata le Tong pada kawannya. "Kita orang menyerang dengan mendadak, walaupun pihak Giokliong-giam menjaga keras, tidak nanti mereka dapat menduga bahwa kita pun berbareng menyerang dari atas dan belakang mereka! Di belakang, jika satu orang saja bisa terlolos dan bunyikan ledakan sebagai pertandaan, pihak Hiecun akan kalut sendirinya dengan tidak bertempur lagi. Apa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka dapat lakukan jika mereka diserang dari depan, belakang dan tengah-tengah? Di sana ada banyak orang pandai, tetapi mereka tentu tidak mampu lindungkan semua orang dari pihaknya. Kita pun harus gempur dulu pasukan perahunya, supaya mereka kalut dan bubar, setelah itu tentu mereka akan lari keluar ke mulut muara Dengan jalan ini kita orang bisa bikin terang mukanya Englok-pang. Melihat pengaturannya Pian pangcu, kita sebenarnya harus mengaku kalah. Sekarang sudah tidak siang lagi, hayo kita pergi pada Pian pangcu, ia tentu sedang tunggui kita untuk berangkat bersama-sama. Pasukan untuk rebut mulut muara telah disiapkan, kita orang tidak boleh alpa dan terlambat, begitu pertandaan berbunyi, kita harus adu jiwa! Pendeknya, malam ini kita

harus dapat rampas Giokliong-giam untuk cuci malu!" Setelah itu, mereka berdua keluar dari dalam gubuk perahu. Sun Po Sin jalan belakangan. Siauw Chong menyingkir untuk umpetkan diri. Syukur baginya, musuh tidak dapat lihat padanya Mereka pergi ke perahu-perahu kedua, terus ke perahu ketiga Lima perahu besar kumpul menjadi satu, tetapi tidak rapat satu dengan lain, hanya masing-masing terpisah satu tombak lebih. Setelah mereka lewat, Siauw Chong muncul pula Ia terperanjat bila ia tampak bayangan berkelebat di atasannya, ia menduga pada musuh, maka ia putar tubuhnya untuk siap untuk sesuatu penyerangan. Tapi yang datang adalah Cukat Pok, sebagaimana ia segera kenalkan Souwposu, si Pembalasan Cepat. Mereka tidak berani bicara sebelum berdekatan satu dengan lain, hingga mereka bisa berbisik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lim suheng, sungguh berbahaya!" demikian Cukat Pok. "Kita harus lekas kembali." Siauw Chong manggut. "Aku pun telah dengar semua," ia pun berbisik. "Mereka ada jahat dan hendak bokong kita secara hebat. Jikalau aku biarkan si tua bangka Pian Siu Hoo berhasil, dapat dikatakan sia-sia saja aku hidup dalam dunia! Di mana Yan toanio?" "Ia sedang selidiki perahu keempat," Cukat Pok beritahukan. "Pasukan perahu mereka yang akan serang mulut muara adalah rombongan Hangciu-pang dari Han Kak." Lim Siauw Chong manggut. "Marilah!" katanya, yang tidak ingin ayal-ayalan pula. Ia tetap berlaku hati-hati, supaya kedatangan mereka tidak dapat diketahui oleh musuh. Mereka hampirkan perahu besar yang berada di tengah. Cukat Pok pernahkan diri di samping. Lim Siauw Chong langsung pergi ke jendela kiri sambil sembunyikan diri, agar orang sukar lihat ia. Ia mengintip ke dalam jendela yang teraling dengan gordijn tetapi orang toh dapat melihat ke dalam. Pian Siu Hoo kelihatan berdiri di tengah-tengah, di kiri dan kanan berduduk pemimpin-pemimpin coanpang, yang sedang terima perintah-perintah. Sun Po Sin dari Liongyu-pang dan le Tong dari Lankiepang,

bersama-sama dengan enambelas anak buah pilihan, diperintah siap untuk merampas mulut muara, begitu lekas mereka sudah dengar pertandaan. Mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ini masing-masing kepalai delapan orang. Untuk membuka jalan, senjata yang dipakai adalah panah api. Mereka akan menyerang dari atas dari kiri dan kanan. Api akan lantas digunai, untuk menangkan pengaruh, kemudian enambelas anak buah itu diperintah serang perahu-perahu Giokliong-giam, agar setiap perahu segera terbakar. Dua ketua coanpang itu dipesan wantiwanti agar bergerak jangan kecepatan dan jangan ke belakang, supaya tepat, guna bikin musuh bingung hingga mereka tidak tahu bagaimana harus bikin perlawanan. Setelah terima perintah, dua ketua itu lantas berlalu. Cia Kiu Jie diminta bawa sepasukan perahu, untuk menerjang masuk begitu lekas mulut muara sudah dapat dipecahkan dan dirampas. Di dalam perahu itu tidak tertampak Auwyang Cu Him dan Cui Cu le, tetapi sebagai gantinya, ada empat orang lain, yang romannya gagah, yang kemarin ini tidak turut hadir di Giokliong-giam. "Pui loosu, Tan loosu," terdengar Pian Siu Hoo berkata pula, "aku minta kamu dua saudara sudi ikuti Cia loosu, masing-masing boleh bawa empat perahu kecil. Kamu mesti nyerbu terus, dengan tidak usah pedulikan pertempuran di kedua pinggiran. Karena perahu-perahu ada enteng dan laju, kamu mesti bisa serbu bagian dalam dari Giokliong-giam Hiecun. Untuk membakar Hiecun di empat penjuru, aku sudah sediakan orangorangnya, supaya Hiecun habis musnah. Untuk layani pemimpin-pemimpin musuh, serahkan itu pada aku bersama-sama Auwyang loosu, Cui loosu, Thian loosu dan In loosu. Begitu lekas api sudah berkobar-kobar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pihak kita mesti berteriak-teriak. Mulut muara tidak boleh ditutup terlalu keras, mereka semua pandai selulup dan berenang, asal mereka tidak berkelahi nekat, biarkan mereka mencoba molos dan kabur. Asal kita dapat rampas Giokliong-giam, itu sudah berarti pembalasan sakit hati bagi Englok-pang." Tiga orang itu berlalu dengan lantas. Lim Siauw Chong dan Cukat Pok lekas-lekas menyingkir ke belakang perahu, dari situ mereka

menyingkir terlebih jauh, dan terus kembali ke darat, ke atas bukit. Maksud mereka untuk segera balik ke Giokliong-giam, karena umpama ancaman kebakaran, api sudah mulai disulut. --ooo0dw0ooo-VI Tatkala dua orang ini sampai di tempat pertemuan, mereka dapatkan Yan Toa Nio sudah kembali terlebih dulu dan nyonya itu, dengan cepat luar biasa, telah beritahukan Sian le, Hee In Hong dan Tan Tay Yong, tentang bahaya yang mengancam, dan kemudian ia minta Hee In Hong bersama Leng In dengan bawa belasan orang segera pergi ke atas Giokliong-giam, guna pegat dan rintangi musuh yang bakal nerobos dari atas bukit, sebab dikuatirkan lambatnya cegahan, akan bikin segala apa sudah kasep. Tan Tay Yong pun telah diminta lekas pulang ke Hiecun, guna kumpulkan semua orang di mulut muara. Melihat caranya Yan Toa Nio mengatur, dan menampak nyonya ini tetap tenang, kendati suasana ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

demikian genting, Siauw Chong dan Cukat Pok menjadi kagum. Tapi Siauw Chong lantas perintah dua orang pergi susul Tan Tay Yong, guna perintahkan cuncu itu segera kumpulkan juga semua orang perempuan, anakanak dan orang-orang tua, agar mereka lantas menyingkir dari rumah mereka, akan mundur jauh dari Hiecun. Semua penduduk itu dipesan untuk jangan pikirkan lagi harta dan benda mereka. Kemudian, dengan perahu, mereka mesti diangkut ke pedalaman Gioklionggiam, guna singkirkan dan umpatkan diri di tempat yang airnya dalam dan sunyi. Tan Giok Kouw diharuskan tanggung jawab untuk pengungsian itu. Semua orang dikasih tahu supaya jangan kaget atau bingung, mereka dilarang menangis atau bikin berisik, agar musuh tidak ketahui mereka menyingkir ke mana. Siapa yang bandel, diancam akan diceburkan ke air. "Lim loosu, aku tidak mengerti betul maksudnya Pian Siu Hoo," berkata Hengyang Hie-in pada Lim Siauw Chong. "Ia tidak dapat mundur lagi, ia mengerti bahaya, ia rupanya telah ambil putusan akan mati bersama-sama Giokliong-giam. Ia sudah atur pembokongan dari belakang, ia pun mau menyerang dari depan, guna jepit kita dari dua jurusan. Andalan apa ia punyakan maka ia

merasa pasti bakal menang? Apakah ia telah tidak sediakan daya lain lagi, yang terlebih busuk?" Ketua dari Kiushe Hiekee manggut-manggut. "Ya, sikapnya memang luar biasa," ia kata. "Apa yang aku tahu pasti, ia bakal menyerang di depan dengan gunakan api."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sian le keluarkan suara dari hidungnya. Ia pandang Siauw Chong dan Souwposu. Akhirnya ia tertawa dingin seorang diri. "Jikalau sampai perahu mereka dapat menerjang masuk, sebuah saja, lantas Pian Siu Hoo akan anggap kita sebagai gentong arak dan bakul nasi!" ia kata dengan sengit. "Malam ini kita mesti keluarkan masingmasing kepandaian kita, siapa terlebih liehay, dialah yang akan binasakan lawannya! Aku pikir, tidak peduli apa dayanya Pian Siu Hoo, baik kita siap di atas. Lim loosu, silakan kau perintahkan duapuluh orang naik kedua atas jurang, di sana mereka mesti tumpuk batu yang beratnya lima atau enampuluh kati, guna kasih rasa pada musuh beratnya balok-balok batu itu. Lim loosu, pekerjaan ini mari kita berdua yang tanggung! Dan kau, Yan toanio, bersama dengan Cukat loosu, minta kau sukalah usir balik orang-orang mereka yang berani nerobos di atas kedua jurang. Pian Siu Hoo tentu tidak mau ketinggalan, biarkan ia masuk, sesampainya di dalam, mari kita samasama bikin beres padanya!" "Satu hal aku hendak minta," berkata Yan Toa Nio. "Umpama benar Pian Siu Hoo bisa dipancing masuk kemari, sesudah ia berada di dalam, baiklah cuwie loosu serahkan ia padaku, guna aku yang layani sendiri! Cuwie loosu harus mengerti, sesudah menderita duapuluh tahun, yang kita ibu dan anak harapi adalah satu hari seperti ini! Kalau nanti sudah ternyata kita ibu dan anak tidak berdaya, waktu itu baharulah aku minta cuwie loosu bantu kita!...." Hengyang Hie-in setuju dengan usul itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Itu adalah permintaan yang pantas sekali," ia bilang. "Untuk lindungi Giokliong-giam, setelah jalan menjadi buntu begini, kita memang tidak bisa tidak turunkan tangan jahat seperti mereka itu! Baiklah, toanio, kita akan berdaya supaya kau dapat wujutkan pengharapanmu!" Setelah itu, lantas Hengyang Hie-in minta Lim Siauw

Chong lantas bekerja menitahkan mengumpul batu, yang mesti ditumpuk sampai tiga kaki, agar orang dapat bekerja dengan merdeka. Juga dikumpulkan batu yang bisa dipakai menimpuk. Hee In Hong bersama Yan Leng In telah bekerja di belakang Giokliong-giam, mereka atur bayhok, sesudah itu Yan Leng In pergi cari Tan Giok Kouw, guna bantu nona Tan atur pengungsian. Tapi ia tidak membantu terus-terusan, ia balik pula ke depan, karena seperti ibunya, ia berkeinginan keras mencari balas. Ibu dan anak ini mengerti, ini ada ketika mereka yang paling baik, kalau sampai Pian Siu Hoo dapat balik ke Hucunkang, tenaganya Kangsan-pang bakal jadi terlebih besar lagi, di sana Pian Siu Hoo ada merdeka, kalangannya lebih luas, sobatnya ada banyak. Pihak Hiecun telah bekerja dengan cepat dan rapi, seluruh dusun ada gelap dan sunyi. Sesudah mengatur dan menilik, Tan Tay Yong pergi cari Hee In Hong, akan bantui Kimpwee Kam-san-too. Di mulut muara, di atas jurang, Cukat Pok umpati diri bersama-sama Yan Toa Nio. Hengyang Hie-in dan Lim Siauw Chong, yang jaga mulut muara, juga mengawasi bagaimana musuh akan turun tangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang tidak usah menunggu terlalu lama atau di muka air sudah mulai ada gerakan, yang dimulai dengan suara suitan berulang-ulang ke mulut muara. Segera dua barisan perahu-perahu kecil mulai menerjang dengan perlahan-lahan. Kapan rombongan penjaga ketahui datangnya musuh, mereka lantas perdengarkan tanda dari suitan bambu, guna kasih tahu agar orang jangan maju terus. Tetapi tanda cegahan ini tidak digubris, dua baris perahu maju terus. Panah lantas dilepas, guna mencegah. Mendadak di perahu-perahu kecil api menyala, yang cepat sekali berkobar menjadi besar. Sekarang terlihat nyata, semua perahu kecil itu tidak ada orangnya, semua perahu terisi umpan api. Hingga menjadi terang, dua barisan itu bisa maju karena anak buahnya mendorong dari dalam air! Perahu-perahu penjaga mulut muara jadi berlaku lambat, begitu lekas mereka kena diterjang, api lantas pindah merembet, hingga perahu-perahu itu jadi turut terbakar. Inilah hebat! Dengan terbakarnya perahuperahu itu, anak buahnya mesti menyingkir. Dan

kesudahannya? Mulut muara dobol penjagaannya! Menampak cara penyerangannya musuh, Lim Siauw Chong mendongkol bukan main. "Lekas perintahkan mundur!" ia menitah mengasih tanda. "Yang sudah terbakar, antap terbakar terus, anak buahnya mesti menyingkir!" Perintah itu tentu saja diturut, karena lebih dulu dari itu, sudah ada anak-anak buah yang tinggalkan perahunya, yang jadi lautan api. Dengan berenang, mereka masuk ke sebelah dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yan Toa Nio dan Cukat Pok telah perhatikan cara penyerangan musuh, mereka kagumi dan benci Pian Siu Hoo dengan berbareng, oleh karena penyerangan itu benar liehay tetapi terang kejam. "Maju! Gunai batu!" mereka berikan titah. Penyerangan itu tidak memberikan hasil sebagaimana diharap. Perahu-perahu yang ketimpa batu bisa terbalik dan karem, akan tetapi api terus menyala dan malah melulahan, sebab bahan api tetap mengambang bersama apinya yang berkobar-kobar. Yang lebih celaka lagi, air sedang pasang, maka air jadi mengalir ke dalam Giokliong-giam! Di muka air, enam atau tujuh tombak lebarnya, hanya api yang merajalela. Selagi api bekerja, di sebelah luar sekarang terdengar suitan berulang-ulang. Suitan itu datangnya dari delapan buah perahu besar musuh, yang disiapkan untuk menerjang belakangan, yang dipimpin oleh Han Kak dari Hangciu-pang. Di kiri dan kanan barisan penyerang ini ada Ie Tong dan Sun Po Sin, yang maju dengan panah api, menyerang ke atas jurang. Dengan gunai panah dan batu, pihak Giokliong-giam sudah tangkis penyerangan itu, beberapa musuh rubuh terguling, tetapi diantar oleh panah api, toh enam atau tujuh orang bisa memaksa manjat naik. Melihat demikian, Yan Toa Nio terpaksa maju sendiri, akan pukul rubuh beberapa anak buah musuh yang dapat naik itu. Adalah di waktu itu, Ie Tong dari Lankie-pang telah loncat naik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendapatkan pemimpin musuh, Yan Toa Nio lantas menyambut. "Hei, orang yang bantu Hee Kiat berbuat jahat, kau berani pandang hina pada kami si orang perempuan!" ia

menegur seraya terus menyerang. Ie Tong bersenjata pedang, menampak serangan pada mukanya, ia kelit ke samping dengan geser kakinya yang kanan, tangannya menyabet ke atas, guna tabas tangannya di betulan nadi. Tapi Yan Toa Nio hanya mengancam, akan pancing tangkisan musuh. Selama itu, mereka telah datang semakin rapat, justru musuh mau tabas ia, Yan Toa Nio barengi dengan penyerangan. Dengan lompatan Yauwcu hoansin, ia bikin tubuhnya berada di samping musuh, lalu dengan tipu silat Yanhoan kaychiu-ciang atau "Perobahan tangan seperti walet jumpalitan," tangannya menyerang. Ie Tong kaget, ia lekas putar tubuh, akan hadapi musuh. Tapi ia terlambat, kendati ia sudah bergerak sebat sekali, malah pedangnya, ia tidak keburu kasih bekerja. Tangannya si nyonya mengenai dada kirinya, tidak tempo lagi, berbareng dengan suara tangan mengenai dada, ia menjerit dan jatuh kembali ke bawah. Tapi selagi si nyonya layani ketua dari Lankie-pang, orang-orangnya kembali sudah ada yang bisa manjat naik, karena mereka tidak pedulikan rintangan dari beberapa orang dari pihak Giokliong-giam. Maka Yan Toa Nio terpaksa maju lagi, akan hajar mereka itu. Dua orang telah dapat kesempatan memanah Yan Toa Nio dengan panah api. Itulah hebat! Untuk selamatkan diri, nyonya itu terpaksa enjot tubuhnya akan loncat tinggi sampai dua tombak lebih, maka ketika ia turun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

injak tanah, ia terpisah dari musuh tiga tombak jauhnya. Ia telah loncat dengan tipu silat Ithoo chiongthian, atau "Seekor burung hoo menerjang langit." Nyonya Yan jadi sangat gusar, dengan lekas loncat balik. Maka sebagai kesudahan, empat musuh lagi dapat dibikin terlempar jatuh ke bawah. Di pihak lain, dengan gunai panah api, Sun Po Sin dari Liongyu-pang dapat naik ke atas, ia bersenjata golok, dengan itu ia telah lukai enam atau tujuh nelayan. Ia masih merangsek terus. Cukat Pok, yang sangat gusar seperti Yan Toa Nio, telah rintangi musuh yang menyerbu ke jurusannya. Ia mengerti Pian Siu Hoo rupanya hendak musnahkan Giokliong-giam, baik, dengan jalan dirampas, baik dibakar dengan api, supaya musnah tanpa sebab, karena itu, ia juga jadi tidak main kasihan-kasihan lagi. Maka

yang harus dikasihani adalah orang-orang coan-pang, yang membantui Na Thian Hong, yang mesti binasa atau terluka untuk orang lain. Han Kak telah maju terus dengan delapan buah perahu yang besar, ia tidak pedulikan api yang melulahan, di muka air, yang ia perintah orangnya menyingkir. Ia pun tidak takuti serangan batu besar dari atas, meski juga dua perahu telah karam dengan cepat. Enam perahu lainnya telah nerobos di mulut muara. Penjaga di sebelah dalam ada Lim Siong Siu dan Ho Jin, mereka insyaf pada bahaya. Paling dulu mereka titahkan bunyikan tanda, untuk minta bantuan. Jumlah orang mereka telah kurang separuh sebab sebagian sudah ditarik ke belakang. Tetapi mereka ini berani, sambil menunggu bantuan, mereka rangsek musuh, guna
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

cegah masuknya. Maka perkelahian jadi hebat luar biasa. Hingga di dua-dua pihak, meminta banyak korban jiwa dan luka. Karena ini, majunya enam perahu besar jadi terhambat. Pian Siu Hoo berada dalam rombongan dari pasukannya Han Kak, ia naik atas sebuah perahu dengan bersendirianperahu yang laju pesat. Tapi ia tidak berada di kepala perahu, hanya, di luar tahu orangnya sendiri, ia telah nyangtel di atas tiang layar. Sambil maju ia telah pesan orang-orangnya, katanya, "Kau harus paksa perahu noblos ke sebelah dalam. Jangan pedulikan perahu ketimpa batu atau kebakar, gunai saja panah api, aku rintangi tangkis musuh. Kalau nanti perahu sudah masuk, kau boleh terjun ke air, akan menyingkir dari serangan musuh terlebih jauh. Baik kau selulup masuk ke sebelah dalam, akan persatukan diri dengan rombongan Hangciu-pang. Jangan kau pikirkan aku, aku bisa nerobos sendiri!" Tiathong-liong telah buktikan ucapannya itu. Begitu lekas perahunya sudah maju dan orang-orangnya pada terjun ke air, ia juga tinggalkan perahunya itu. Dengan loncatan istimewa, ia pergi ke tiang layar dari perahunya Hangciu-pang yang berada di paling belakang. Kedatangannya ini dapat menolong pada Han Kak, yang tadinya tidak sempat menyerang maju, hanya ia repot kepalai dan anjurkan orang-orangnya sendiri, agar mereka itu tidak kalah hati. Pian Siu Hoo maju terus, korbannya yang pertama

adalah Lim Siong Siu, yang ia hajar hingga terjungkal ke dalam air, kemudian menyusul enam atau tujuh korban lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Karena ini, Han Kak dapat kemajuan, dua perahunya telah berhasil menoblos. Adalah waktu itu, Sun Po Sin dari Liongyu-pang juga turut merangsek. Cukat Pok lihat perahu musuh bisa tobloskan mulut muara, ia mengerti bahaya mengancam hebat. Tetapi ia tidak lihat Pian Siu Hoo, ia hanya tampak Sun Po Sin. Orang she Sun itu sudah loncat naik ke sebuah perahu Hangciu-pang. Maka ia lantas menyusul ketua dari Liongyu-pang itu. Dengan gerakan Yancu coanlian atau "Walet tembuskan layar," ia mencelat ke perahu di mana Sun Po Sin berada. "Kawanan tikus!" ia membentak. "Malam ini Gioklionggiam Hiecun akan jadi tempat buronmu. Lihat, ke mana kau hendak menyingkir!" Dengan ucapan itu, dengan gunai Souwcu-chie, Souwposu serang musuhnya. Sun Po Sin dengar suara orang, ia lihat senjata datang, sambil lompat berkelit, ia membabat dengan goloknya, pada senjata musuh. Dengan putar tangannya, atau lebih benar senjatanya, seraya geraki kaki kanannya, Cukat Pok maju menyerang untuk kedua kalinya. Gerakannya luar biasa cepat, sedang senjatanya ada senjata istimewa, ialah tombak yang lemas. Ia dapat bergerak dengan leluasa, kendati di atas perahu yang kurang lega. Untuk loloskan diri, Sun Po Sin lompat naik ke atas gubuk perahu, dengan begitu, serangannya Souwposu mengenai tempat kosong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selagi Sun Po Sin loncat naik, dari lain perahu, ada satu orang justru loncat turun ke gubuk perahunya itu. Dia ini ada Hengyang Hie-in Sian Ie, yang baru saja muncul dan lantas dapat lihat pertempuran di atas perahu itu. Ia kenali ketua dari Liongyu-pang. Ia pun sependapat dengan Cukat Pok, ialah dalam keadaan seperti itu, orang tidak dapat main pandang-pandang lagi. Maka justru ia bersomplokan dengan Sun Po Sin, ia memapaki dengan sikap Benghouw hokciang atau "Harimau galak mendekam di pelatok." Sambil mendek, ia angkat kedua tangannya di depan dadanya, sesudah

itu, cepat luar basa, ia menyerang dengan Paysan unciang, atau "Tangan yang mengatur gunung." Sun Po Sin kaget bukan main, oleh karena tidak ada jalan lain, terpaksa ia egos tubuhnya ke samping. Ia tahu kalau ia lompat mundur, Cukat Pok akan terjang ia dari belakang, karena itu musuh juga sudah geraki tubuh, akan susul ia. Hengyang Hie-in menyerang dengan tidak ada hasilnya, karena serangannya ini, iajadi datang terlebih dekat kepada musuh, karena itu, Sun Po Sin segera gunai ketika, untuk balas menyerang. Ia membacok dengan tipu Twiechong bonggoat, atau "Menolak jendela untuk memandang rembulan." Bacokan ini mengarah tubuhnya antara lain pundak dan lengan atas. Sian Ie dapat lihat gerakan musuh, untuk loloskan diri dari bahaya, ia geser kaki kiri ke kiri dan tubuhnya ikut bergerak ke jurusan itu. Tapi ia berlaku sebat hampir berbareng dengan kelitannya itu, yang bikin golok nyasar, ia serang iga kanan orang dengan pukulan Henghoan pahouw, atau "Memukul harimau sambil nyamping."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sun Po Sin jadi sangat terdesak. Untuk menangkis sudah tidak keburu begitupun untuk egos tubuh. Tidak ada jalan lain, dengan kagok ia jejak kakinya dan terus loncat ke perahu besar, ke bagian belakang dari perahu itu. Cukat Pok, yang hendak susul musuh, sudah terhalang oleh datangnya dua anak buah perahu musuh hingga mereka ini jadi menggantikan ketua dari Liongyu-pang itu. Mereka ada bangsa tidak punya guna, menghadapi Cukat Pok, lekas sekali yang satu kena dibikin rebah di lantai perahu, yang lain tersampok terlempar ke air. Meski begini, Souwposu tidak sia-siakan banyak tempo, justru Sun Po Sin loncat ke perahu lain, dan ia sudah siap. "Ke mana kau hendak lari?" demikian ia bentak ketua dari Liongyu-pang sembari ia pun loncat ke depan, akan memburu, sementara souwcu-chio dibarengi dikasih bekerja. Oleh karena ini, orang dan senjata telah sampai dengan berbareng. Baru saja Sun Po Sin injak perahu ke mana ia menyingkir atau ujung tombak lemas telah menyambar bebokongnya, hingga tubuhnya jadi limbung, hingga

tidak tempo lagi, ia mesti terpelanting jatuh ke air! Sementara itu, di sebelah depan, pertempuran lain sudah terjadi. Yan Toa Nio dapat kenyataan yang mulut muara sudah tidak dapat dilindungi lagi, ia terpaksa loncat turun ke perahu, untuk berikan bantuannya pada kawankawannya yang sudah terjun lebih dulu dalam pertempuran. Ia lihat bagaimana perahu-perahu musuh telah mendesak, hingga serangan dengan batu dari atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jurang tidak memberikan hasil, hingga pihak GiokJionggiam mesti mundur. Ia tidak ketahui bahwa antara pemimpin musuh, yang kepalai penyerangan, ada musuh besarnya. Pian Siu Hoo telah maju dengan loncat dari satu perahu ke lain perahu, begitulah ia lihat Han Kak, ketua dari Hangciu-pang, sedang dirintangi oleh Lim Siauw Chong. Ia tidak mau berlaku secara laki-laki di sini, karena ia tidak mampu kendalikan lagi hawa amarahnya dan pikirannya yang sesat. Maka ketika ia sudah datang dekat, dengan Ko-lauw-pian atau "Ruyung Tengkoraknya," ia membokong dari belakang! Adalah di saat itu, Yan Toa Nio juga sampai di perahu besar itu, bukan saja ia lihat pertempuran antara Lim Siauw Chong dan Han Kak, ia pun tampak berkelebatnya Tiat-hong-liong. Menghadapi musuh besar, hawa amarahnya segera meluap, sekarang ia lihat musuh ini berlaku curang, dapatlah dimengerti bahwa ia jadi gusar bukan kepalang. "Pian Siu Hoo!" ia segera membentak. "Beginilah kelakuannya satu sobat yang terhormat! Cara bagaimana kau berani bokong Giokliong-giam, dengan menyalahi janji? Mari sekarang kita tetapkan mati atau hidup di antara kita!" Karena Pian Siu Hoo sudah serang Lim Siauw Chong dan ia sendiri berada di sebelah belakang orang she Pian ini, Yan Toa Nio tidak bisa cegah serangan itu dengan tangkisan, terpaksa ia ambil jalan satu-satunya, yaitu ia pun segera menyerang dari belakang. Dengan Ouwliong tamjiauw, atau "Naga hitam menyengkeram," ia serang bebokongnya lawan dengan tangannya yang liehay.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pian Siu Hoo dengar datangnya musuh meski ruyungnya sudah hampir mengenakan Lim Siauw Chong, ia toh mesti tarik pulang itu, untuk tolong diri sendiri. Ia

egos diri ke kiri, sambil putar tubuhnya, dengan Kolauwpian ia menyerang dari kiri. Yan Toa Nio lihat serangannya tidak berhasil dan senjata musuh menyambar ke jurusan kepalanya, untuk kelit, ia mendek sambil kaki kanannya ia tekuk. Kendati begitu, karena kedua tangannya merdeka, ia barengi menyerang dengan tangan kanan. Ia menyerang dengan tipu pukulan Kimtiauw thiancie atau "Garuda mas pentang sayap." Ia pun menyerang dengan luar biasa serunya. Tiathong-liong lihat serangannya tidak mengenai sasaran dan sebaliknya tangan musuh mengancam ia, untuk selamatkan diri, ia enjot tubuhnya, loncat ke perahu besar di sebelah kiri di mana ia jatuhkan diri di atas gubuk perahu. "Ke mana kau hendak lari?" Yan Toa Nio membentak pula. la jejak kaki kirinya dan lompat mencelat ke perahu besar itu, akan menyusul. Ia terus bertangan kosong, dengan tidak pedulikan musuh ada bergenggaman. Baru saja kakinya Pian Siu Hoo menginjak wuwungan gubuk atau ia telah balik tubuhnya dan tangannya melayang dengan cepat sekali. "Awas!" ia berseru. Dua barang berkeredepan, seperti bintang, menyambar ke jurusan dadanya si nyonya. Yan Toa Nio sedang lompat maju, ia tidak dapat tahan tubuhnya atau kelit ke samping, keadaannya sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berbahaya sekali. Tapi sebelum ia sempat geraki tangannya, akan coba ketok jatuh dua Wan-yoh-piauw, dari sebuah perahu Giok-liong-giam ada seruan, "Awas!" yang dibarengi dengan menyambarnya sebatang Samleng Socu-piauw. Di antara suara nyaring dari beradunya dua senjata, Wan-yoh-piauw kelihatan jatuh bersama-sama Samleng Socu-piauw. Itu ada piauw yang satu, yang sebelah kanan, dan piauw yang satunya lagi, yang sebelah kiri, tidak dapat cegahan suatu apa. Dan piauw ini yang merdeka, sudah terus sambar nyonya Yan. Percuma saja nyonya ini hendak tolong diri, piauw telah tembusi bajunya di sebawahan katek dan kulit, berikut dagingnya, kena dibikin luka. Meski begitu, loncatannya tidak terintang anteronya, ia masih dapat mengubar terus. Berbareng dengan itu, dari perahu sebelah, mencelat

satu bayangan orang, yang, apabila sudah sampai, ternyata ada Yan Leng In. Dan si nona ini, dengan pedangnya, segera menusuk pada Pian Siu Hoo. Tusukan ini ada tusukan dari kematian, oleh karena, selainnya benci, si nona juga gusar karena dilepaskannya dua piauw barusan dari ketua dari Kangsan-pang itu. Tetapi Tiathong-liong bukannya seorang yang lemah. Tusukan pedang tidak mampu mengenai tubuhnya yang dengan cepat ia kelit ke kiri, dari mana, dengan membarengi, ia balas menghajar dengan Kolauw-pian, untuk bikin terlepas pedang dari tangannya si nona itu. Yan Leng In ketahui dengan baik, serangannya yang tidak mengenai sasaran mesti akan hadapi bahaya, dengan tidak tunggu sampai pedangnya kena dikemplang, ia mendahului tarik pulang itu. Tapi ia tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menarik pulang untuk berdiam, tidak, sebaliknya, dengannya ia putar terus, hingga sekarang ujung pedang menikam pula pada mukanya orang itu. Pian Siu Hoo lihat serangannya gagal dan pedang datang untuk kedua kalinya, tetapi, sebelum ia sempat berdaya, Yan Toa dari samping sudah lompat menerjang ia dengan Houwpok atau "Tubrukan harimau" dan yang jadi sasaran ada bawahan pundak kirinya. Itulah hebat, karena ia diserang dari dua jurusan. Tapi ia tidak menjadi gugup. Dengan egos kepalanya, ia bikin pedang lewat di samping kuping kiri. Karena kakinya ikut bergerak ke kiri, tubuhnya pun ikut minggir. Ia berada di pinggiran, ia dapat kejeblos ke air. Tapi ia ada satu ahli silat. Dengan kakinya sebelah, ia dapat pertahankan diri. Dan selagi serangannya si nyonya lewat, ia barengi menyerang iga kirinya nyonya itu! Yan Leng In telah datang menyerang pula selagi ibunya terancam bahaya. Ia pegang pedang di tangan kiri dan kanan, tetapi, dengan imbangi tubuh, ia sekarang menusuk dengan pedang kanan, pedang kiri dipakai sebagai imbangan. Itu ada gerakan Ouwliong kianbwee atau "Naga hitam melindungi ekor." Kolauw-kiam dan pedang bergerak dengan berbareng: ruyung menyerang Yan Toa Nio, dan pedang menerjang si pemegang ruyung! Yan Toa Nio tidak mau kasih dirinya dirubuhkan secara mentah-mentah, ia tidak mau lompat jauh kendati ruyung mengancam hebat, ia hanya kelit ke kanan.

Dengan ini ruyungnya jadi lewatkan tubuhnya. Pian Siu Hoo juga dapat singkirkan ujung pedang. Ia tahu ia diserang, maka sambil geraki terus ruyungnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terhadap si nyonya, ia turut maju ke depan. Ia bergerak dengan kaki kiri, tubuhnya hampir terputar. Yan Toa Nio tidak mau mengerti. Justru ia lihat pedang gadisnya tidak mengenai sasaran, ia lalu balas menyerang. Ia sekarang gunai tangan kanannya. Lebih dulu daripada itu, tubuhnya yang miring ia telah perbaiki. Pian Siu Hoo berniat putar tubuh dengan Uyliong coansin atau "Naga kuning berbalik," guna balas serang Yan Leng In, tetapi kapan ia lihat datangnya Yan Toa Nio, ia mesti batalkan niatnya itu. Serangannya si nyonya cepat luar biasa. Lima jari kanan dari si nyonya sudah tertekuk rapi dan menjurus pada bebokong. Siapa terkena serangan itu, jangan harap dirinya dapat selamat. Si nyonya menyerang dengan tidak kenal kasihan lagi. Mengerti betul yang ia lagi hadapi bahaya, sedang untuk berkelit sudah tidak ada ketikanya, tidak ada tempat, sementara untuk terjun ke air ia sungkan karena ia pun penasaran dan tidak mau menyerah kalah Pian Siu Hoo ambil jalan yang terakhir. Ia empos semangatnya, ia angkat tubuhnya, ia bersiap, tangannya si nyonya sudah sampai. Ia segera barengi mengeluarkan seruan. Meskipun terkaman ada hebat, tenaga jari Yan Toa Nio toh menjadi buyar, karena musuh tangkis ia dengan tenaga di dalam tubuh. Pian Siu Hoo telah mesti geraki tenaga luar biasa, tidak heran kalau kakinya sudah menjejak papan perahu sampai papan itu menerbitkan suara dan pecah, hingga ia jadi sangat kaget, la mengerti, satu kali ia terbebas di dalam lantai perahu, ia tidak akan mampu bergerak lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan leluasa, umpama kata si nyonya dan si nona serang ia dengan berbareng, ia mesti hadapi bahaya maut. Oleh karena itu, terpaksa ia enjot tubuhnya, akan menyingkir dari bahaya itu. Ia berhasil enjot naik tubuhnya, ia telah lakukan itu dengan tidak pilih tempat lagi, maka kesudahannya ia telah nyemplung ke air di mana tubuhnya tenggelam lenyap berbareng busa air muncrat ke sekitarnya! "In-jie, lekas!" berseru Yan Toa Nio pada anaknya.

"Lekas kejar ia, jangan kasih ia lolos!" Yan Leng In lihat yang serangan ibunya tidak mengenai pada musuh ia pun mengerti yang musuh tidak boleh dikasih lolos. Ia sebenarnya tidak pakai pakaian mandi, maka itu untuk lompat ia mesti singsetkan dulu pakaiannya, sesudah itu, dengan Yancu liangpo, atau "Walet menyambar air," ia terjun. Sekejap saja, ia sudah menghilang dari muka air. Yan Toa Nio tidak berdiri diam akan tunggui gadisnya itu. Ia tahu Pian Siu Hoo mesti berniat kabur dan jalanan kabur hanya dari mulut muara, maka dengan berlari-lari, dengan loncati sebuah perahu, ia segera menuju ke depan. Nyonya Yan ini, kendati ia hidup di muka air bersama gadisnya, ia tidak pandai berenang dan selulup. Jika ia berani main di air, salah satu sebabnya ia andalkan kepandaian bikin enteng tubuhnya. Asal ada tempat injak kaki, ia berani main di sungai seperti di darat, kalau tidak, tentulah dia sendiri yang sudah kejar musuhnya itu. Begitulah, ia mesti berlari-lari ke depan. Sementara Yan Toa Nio dan Yan Leng In kepung Pian Siu Hoo, penyerangan musuh tidak menjadi kurangan. Itulah disebabkan delapan perahu telah dapat nerobos
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

masuk, walaupun dua antaranya sudah karam. Enam perahu pertama ini, dalam kekalutan, sudah disusul oleh belasan kawannya, yang disiapkan untuk bantu menoblos penjagaan. Setelah ternyata Pian Siu Hoo kecebur di air, perobahan segera terjadi. Karena, seperti umumnya, ular tanpa kepala, tidak dapat jalan! Dua-dua Sun Po Sin dan Ie Tong juga sudah nyemplung di air. Anak buah dari rombongan Eng-lok-pang ada tukangtukang berenang yang pandai, tetapi kepandaian silat mereka tidak punyakan, ini ada suatu kelemahan bagi mereka, maka dengan tidak ada lagi yang pimpin, mereka jadi ambruk semangat sendirinya, tatkala Giokliong-giam serang mereka secara hebat, mereka jadi kalut sendirinya dan mundur, masing-masing pada berdaya akan tolong diri sendiri. Rombongan perahu dari Englok-pang dan Hangciupang, sekalian perahu itu tidak dapat dikasih mundur dengan cepat, sudah begitu, sesampainya di mulut muara, mereka tidak dapat mundur terlebih jauh, karena mulut muara ada sempit dan perahu-perahu

mengambang kalang kabutan. Untuk tolong diri, anak buahnya semua lantas tinggalkan perahu mereka, mereka sendiri pada terjun ke air, akan kabur sambil selulup dan berenang. Dalam keadaan seperti itu, Hengyang Hie-in dan Lim Siauw Chong masih dapat dengan lekas atur pula penjagaan di mulut muara dan perahu yang malang melintang diperintah dibereskan, ditarik mundur dan ke pinggir. Kemudian Tan Tay Yong juga datang dengan serombongan perahu yang merupakan bala bantuan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan datangnya itu, Tan Tay Yong juga membawa kabar bahwa penyerangan.musuh dari belakang, ada hebat, dan Hiecun telah terbakar musnah separahnya. Syukur, barisan penyerang belakang itu tidak dapat bala bantuan, maka pihak Giokliong-giam, yang rata-rata membela mati-matian dapat bikin perlawanan nekat sampai musuh dapat dipukul mundur. Lebih dari duapuluh musuh kena ditangkap, yang lain-lain, pada terjun ke air dari mana mereka itu pada melarikan diri. Terang mereka itu noblos dari atas, mereka telah membokong. "Berhubung di sana ada Hee In Hong loo-suhu, yang dapat atur perlawanan dengan sempurna," Tay Yong terangkan lebih jauh. "Musuh dipimpin oleh guru silat dari Ouw-lam yang terkenal, yaitu busu Cui Cu Ie, serta ketua dari Tong-louw-pang Auwyang Cu Him, tetapi duadua mereka dapat dibikin mundur. Sebab lain dari hasil kita itu adalah pihak kita ketahui baik keadaan tempat, hingga musuh dapat diserang dan sana-sini, hingga mereka jadi bingung dan kewalahan." Selagi Tan Tay Yong berikan laporannya itu, anak buahnya Hie-cun, yang pada terjun ke air, untuk kejar musuh, pada timbul di muka air dan naik ke perahu, akan beritahukan yang musuh telah kabur semuanya dan perahu-perahu mereka pun tidak ada lagi yang berada di mulut muara. Cuma, di pihak mereka, Yan Toa Nio dan gadisnya yang tidak tertampak di antara mereka, karena mereka ini, yang kejar Pian Siu Hoo, masih belum kembali. Lim Siauw Chong tidak merasa puas, ia minta sebuah perahu kecil, dengan itu ia pergi ke luar mulut muara,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akan menyusul, dan mencari. Tapi ia belum pergi jauh ketika dari sebelah kiri, dari atas jurang, ada suara

teguran, "Apakah itu Lim loo-suhu? Ke mana loo-suhu hendak pergi?" Lim Siauw Chong kenali suaranya Yan Toa Nio. "Tahan!" ia perintah anak buahnya. Kemudian, sambil dongak ke atas, ia tanya, "Apa di sana Yan toa-nio?" "Benar!" demikian jawaban dari atas. "Musuh telah mundur semua, Toa Nio dan gadismu kita tidak lihat, dari itu, aku hendak menyusul," Lim Siauw Chong beritahukan. "Apakah kau berhasil mengepung Pian Siu Hoo?" "la ada sangat licin, kendati ia dikejar oleh anakku, ia dapat lolos," Yan Toa Nio beritahukan. "Selagi ia lolos, Pian Siu Hoo sudah tantang anakku untuk bertempur terus sampai di akhirnya. Ia kata ia tidak mau berhenti sebelum habis orang terakhir dari Kangsan-pang. Ia bilang ia mau pulang ke Hucun-kang, dan di sana tunggui kita ibu dan anak, guna pertempuran yang memutuskan. Ia tegaskan, apabila dalam waktu seratus hari kita tidak susul padanya, ia hendak serahkan Kangsan-pang pada orang lain dan ia sendiri mau kabur, setahu ke mana, karena ia tidak mau lagi hidup di muka air. Ia bilang, apabila terjadi demikian, ia tidak boleh dipandang takuti kita dan kabur. Tantangan itu kita telah terima baik. Dengan dilindungi oleh orang-orangnya, yang masih berjumlah besar, ia telah angkat kaki. Anakku sudah pulang lebih dahulu, untuk salin pakaian. Lim loo-suhu, silakan kau kembali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendengar itu, hatinya Lim Siauw Chong menjadi lega, karena ia tahu, untuk sementara itu, ancaman bahaya bagi Giokliong-giam sudah lewat. "Hanya sekarang Yan Toa Nio dan anaknya menghadapi bahaya," pikir ketua dari Kiushe Hiekee. "Sayang Pian Siu Hoo tidak dapat dibikin binasa, hingga ia sekarang merupakan ancaman bencana. Sebenarnya ia jauh terlebih berbahaya daripada bugee-nya yang liehay, ia juga punyai pergaulan luas, banyak sobat dan kenalannya. Di mana di Hucun-kang ia menjagoi, untuk ia gampang akan kumpul tenaga-tenaga baru. Ia sudah kabur sambil mengancam, pasti ia akan siapkan kekuatan yang luar biasa. Maka juga ini, kecuali bagi Yan Toa Nio dan anak, pun ada berbahaya bagi Giokliong-giam. Umpama kata Yan Toa Nio gagal, ke mana parannya jikalau ia tidak satroni lagi pada Hiecun?"

Dengan pikiran ngubek di otaknya Lim Siauw Chong perintah perahunya ditujukan pulang. Yan Toa Nio sendiri sudah terus pulang ke gubuknya, akan susul anaknya. Dengan pakaian kuyup, sedang itu bukannya pakaian mandi Yan Leng In tidak mau ketemu orang. Ia pulang langsung, ibunya sebaliknya, kuatir ia terluka, maka ibu ini pun terus susul ia. Lim Siauw Chong balik dan lagi sekali tilik penjagaan. Ia masih perintah sejumlah orang pergi ke segala tempat, akan cari musuh, kuatir ada yang masih umpati diri. la juga perintahkan Tan Tay Yong cari tahu kerugian, orang, perahu dan rumah-rumah. Sebab benar mereka ketolongan, tapi kerugian ada hebat, karena musuh menyerang dengan selalu gunai api.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sampai pagi, barulah orang selesai dengan pemeriksaan. Setelah cuaca menjadi terang, Hiecun telah berikan pemandangan yang menyedihkan, sebagai korban api. Di antara empat tauwbak, Lim Siong Siu dan Yo A Tiong terluka hingga mereka tidak dapat jalan. Sama sekali telah binasa tujuh pemuda, dan yang luka ada tigapuluh lebih. Rumah musnah sebagian, malah cunkongso sendiri kebakar separahnya. Tan Giok Kouw adalah orang yang kembali paling belakang, bersama orang-orang perempuan, anak-anak dan orang-orang tua. Mereka ini tidak kurang suatu apa. Mereka semua lantas pulang ke masing-masing rumahnya, siapa yang tidak punya rumah, menumpang pada mereka yang rumahnya lebih besar. Semua korban jiwa telah dirawat dan dikubur dengan baik. Orang-orang tawanan tidak diganggu, dengan perahu mereka dibawa keluar dari Hiecun dan dilepaskan, hingga mereka dapat berlalu dengan selamat. Tan Tay Yong telah keluarkan uang, untuk riangkan korban-korban. Sebab mereka, yang rumahnya ludas, selain mesti dirikan rumah baru, juga mesti beli pakaian dan rupa-rupa perabotan, terutama perabotan dapur. Syukur meski adanya semua kehebatan, usaha menangkap ikan dapat dilanjuti dan tidak tertunda. Kerugian perahu-perahu pun terganti oleh perahu-perahu rampasan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Paling akhir, atas titahnya Lim Siauw Chong, Tan Tay Yong kumpulkan semua anggota Hiecun. Ketua ini peringatkan kendati bahaya sudah lewat, mereka toh tidak boleh alpa, sebab musuh setiap waktu dapat datang kembali. Mereka dianjurkan bersatu terus. Mereka dipesan, kalau ada rombongan lain Kiushe Hiekee yang datang, rombongan itu harus diterima, untuk perkuatkan diri. Giokliong-giam Hiecun harus dipertahankan untuk selama-lamanya. Kemudian ketua ini unjuk penghargaannya untuk bantuan sobat-sobatnya dan Yan Toa Nio serta anak, karena dengan tidak ada mereka, Hiecun pasti akan ludas. Mendengar itu, semua orang Hiecun pada haturkan terima kasih mereka pada Sian Ie sekalian, hingga suara mereka bergemuruh. Walaupun bagaimana juga, kemenangan terakhir ada pada Hiecun, maka itu, dalam kedukaan Lim Siauw Chong perintah adakan pesta besar, untuk satu hari saja, untuk gembirakan mereka yang masih hidup, yang sudah berkelahi mati-matian. Sehabisnya pesta, Yan Toa Nio dan gadisnya mohon pamitan, katanya untuk berangkat memenuhi janji terhadap Pian Siu Hoo. Ia haturkan terima kasih yang mereka telah diterima di Hiecun, dan mereka telah dapat bantuan. Mereka harap, kalau mereka selamat, supaya di lain hari mereka dapat bertemu pula. "Kita ada terhitung pihak Kiushe Hiekee, barangkali kita akan kembali ke sini, dan tinggal tetap di sini," kata nyonya Yan akhirnya. "Aku lihat toanio berdua baik jangan terlalu terburuburu," Lim Siauw Chong kata. "Pian Siu Hoo baru kabur,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ia pasti belum siapkan diri, umpama toanio cari ia, ia tentu tidak akan mau lantas menemui. Toanio telah bantu kita, maka itu, aku anggap, kita juga tidak boleh an-tap kamu bekerja sendiri. Aku suka pergi ke Hucunkang, untuk membantu sedapat-dapatku. Syukur kalau kita dapat bereskan Pian Siu Hoo, jikalau sebaliknya, aku pun akan merasa puas. Karena gempuran Englok-pang pada Hiecun, kita dari pihak Hiecun juga ingin bikin pembalasan. Maka, toanio, sekarang urusan tidak mengenai kau sendiri, hanya mengenai juga kita, adalah selayaknya bila kita bekerja sama-sama. Benar, toanio, aku tidak puas andaikata aku antap Pian Siu Hoo dapat

angkat kepala lagi di Hu-cun-kang!" Cukat Pok bersenyum tawar kapan ia dengar ucapan yang paling belakang ini. "Lim loosu, bukannya aku hendak bakar kau, tetapi kau keliru jikalau kau pandang demikian enteng pada Pian Siu Hoo," berkata Souw-posu. "Pian Siu Hoo kabur karena kekalahan hebat dan ia telah menantang Toa Nio, aku percaya pasti, ia bersiap dengan tidak bekerja sendiri, ia mesti undang orang pandai guna bantu ia. Ia sudah menjagoi dua atau tigapuluh tahun di Hucun-kang, apa mungkin benar-benar ia sudi tinggalkan daerah pengaruhnya itu? Aku juga lihat Yan Toa Nio memandang terlalu enteng! Menurut aku, baiklah kita memahamkan urusan dengan teliti." "Apa yang Cukat loosu bilang ada hal yang benar," kata Yan Toa Nio, "cuma dalam hal ini kami ibu dan anak tidak dapat memikir jauh. Keinginan kita hanya pembalasan sakit hati, lain tidak! Musuh memang liehay, umpama kata kita celaka di tangannya, kita tidak penasaran, kita mau anggap saja itu sebagai takdir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitulah maka kami berdua tidak takut walaupun Pian Siu Hoo minta bantuannya orang-orang gagah." "Yan toanio, aku dapat mengerti kau," Hengyang Heein turut bicara. "Sakit hati kau ada hebat, keinginanmu adalah balas musuh dengan tangan sendiri, karena ini, kau tidak ingin bikin lain-lain kerembet-rembet. Ini ada maksud yang baik. Di sebelah itu, toanio sudah lupai persobatan di kalangan Sungai Telaga dan Rimba Persilatan. Bukankah menjadi tujuan utama kita, untuk tolong si lemah, bantu hamba-hamba setia dan anakanak berbakti, isteri-isteri yang bijaksana dan suci murni? Bukankah harus kita bantu kau, toanio? Urusanmu kita sudah dengar lama, sekarang kita dapat berkenalan langsung dengan kau, apa kita boleh diam saja melihat kau bekerja sendirian? Tidak! Apapula kita ketahui baik, kau sekarang lagi hadapi bahaya! Kamu berdua saja, mereka ada sejumlah besar, apa itu pantas diantapkan? Mereka pun hendak membalas sakit hati, mereka hendak angkat naik pula pamor mereka, malah mereka ada kandung maksud jelek terhadap Hiecun ini lebih mengharuskan kita untuk berada di damping kamu berdua. Toanio, mari kita bekerja sama-sama! Urusan ini baik kita damaikan dengan pikiran tenang."

Sampai di situ, Hee In Hong turut bicara "Sian loosu, apa yang kau bilang, semua itu benar," ia kata. "Meski begitu, aku lihat kita baik jangan terlalu berkuatir. Pian Siu Hoo lari pulang, di Hucun-kang ia tentu akan kumpul tenaga, maka sekarang, sebelum kita bertindak, baik kita lebih dahulu selidiki padanya, sesudah kita ketahui jelas, baru kita berdamai bagaimana kita harus hadapi padanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebelum Yan Toa Nio kata apa-apa, Lim Siauw Chong, yang manggut-manggut, sudah mendahului. "Sekarang baik diatur begini saja," ia bilang. "Yan Toa Nio berdua boleh berangkat lebih dulu, tapi jagalah supaya orang tidak curigai kau, kemudian kita akan susul kau. Satu hal yang pasti, kita tidak boleh bikin Pian Siu Hoo kembali dapat lolos, itulah berbahaya dan berabe." Yan Leng In lantas berbangkit. "Cuwie loo-cianpwee, terima kasih untuk perhatianmu terhadap kami," ia berkata. "Adalah tidak pantas bagi kami apabila kami tampik kebaikan hati loo-cianpwee- Cuma satu hal aku hendak minta, ialah andaikata loo-cianpwee sekalian sampai di Hucun-kang, sebelumnya kita sendiri tempur Pian Siu Hoo, jangan loo-cianpwee turun tangan. Urusan Giokliong-giam baik dikesampingkan dulu! Kami akan binasa dengan mata tak meram jikalau kami tidak dapat bunuh sendiri pada musuh kita itu!" Lim Siauw Chong bersenyum terhadap nona itu. "Mengenai ini, nona, kau dan ibumu baik jangan kuatir," ia berikan perkataannya. "Jikalau kita sampai di Hucun-kang, itu tidak akan bikin kamu berdua menjadi penasaran, kita akan biarkan kamu berdua turun tangan sendiri!" Sampai di situ, pembicaraan sudah berakhir. Hengyang Hie-in Sian Ie ada punya urusan di Kang-im, ia akan berangkat sendiri. Souwposu Cukat Pok juga tidak berkawan, karena sudah biasanya ia lebih suka jalan sendiri. Lim Siauw Chong mempunyai perjanjian dengan suheng-nya Tan Ceng Po, di Ciantong-kang, sesudah itu ia baru mau pergi ke Hucun-kang, maka ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jalan sama-sama Hee In Hong dan akan berpisahan di tengah jalan. Di hari kedua, dengan tetap gunai perahu kecilnya, Yan Toa Nio berangkat bersama anaknya Mereka dandan sebagai nelayan. Tan Giok Kouw merasa berat ditinggal

pergi, maka dengan sebuah perahu, ia mengantar sampai di mulut muara. Ia pesan dengan wanti-wanti agar ibu dan anak itu kembali ke Giokliong-giam apabila mereka sudah selesai mencari balas. Leng In duduk di tengah dengan penggayuhnya, ibunya pegang kemudi. Ia dapat menggayuh dengan baik, maka perahunya telah laju dengan pesat. Hengyang Hie-in dan yang lain-lain berangkat tidak lama dari berangkatnya Yan Toa Nio dan anak. Lim Siauw Chong berangkat paling belakang, karena lagi sekali ia kumpulkan semua penduduk Hiecun, untuk kasih mengerti pada mereka agar mereka bersatu dan beragam membelai Hiecun, sebab musuh masih dapat datang pula. la pun janji, satu waktu ia akan ajak Tan Ceng Po datang, akan longok mereka. Katanya, ia harap Kiushe Hiekee dapat pindah semua dari Hucun-kang ke Giokliong-giam, sebab di Hucun-kang, suasana telah jadi buruk dan mereka tidak boleh ikut-ikutan jadi tukang berkelahi dan jahat. Demikian, seperginya semua orang itu, Hiecun kembali jadi seperti biasa, hingga Tan Tay Yong jadi berdebardebar hatinya, karena sekarang ia mesti tanggung jawab sendiri. Maka ia pun minta semua orang bersatu dan berhati-hati, akan jaga diri. Kita sekarang turuti Yan Toa Nio dan anaknya. Mereka dapat menggayuh dengan cepat akan tetapi perjalanan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

toh tidak dapat dibikin lekas sebagaimana yang mereka harap. Selama masih berada di daerah Englok-kang, saban-saban mereka berdaya akan menyingkir dari orang-orang yang dicurigai, bukan karena takut, hanya sebab mereka tidak mau hadapi rintangan dengan tak ada perlunya. Baru setelah lewat tiga hari, mereka dapat keluar dari daerah Englok-kang. Selama di perjalanan ini, roman perahu mereka, mereka robah, hingga tidak sembarang orang dapat mengenali perahunya kendati tadinya orang pernah lihat. Mereka sendiri sengaja pakai pakaian yang banyak tambalannya, rambutnya tidak pernah disisir, muka tidak pernah disusut, hingga mereka mirip dengan dua pengemis perempuan. Di hari kesembilan, ibu dan anak ini telah mulai masuk daerah Hucun-kang. Dari Tonglouw mereka menuju ke Kiantek, mereka menyingkir dari pusatnya Lankie-pang. Karena perjalanan masih ada empat atau lima lie dari

pusat Kangsan-pang, mereka lantas singgah di satu dusun nelayan kecil di dalam teluk. Syukur bagi mereka, penduduk situ tidak terlalu perhatikan mereka. Leng ln bicara dengan lidah Bin-at tetapi ibunya tidak dapat robah lagu suara asalnya. "Di sini kita mesti hati-hati," Yan Toa Nio pesan anaknya. "Penduduk sini ada nelayan semua, karena mereka hidup di atas Hucun-kang, harus disangsikan yang mereka tidak punya hubungan dengan musuh kita. Kita mesti jaga agar rahasia kita jangan terbuka. Kita mesti berlaku hati-hati untuk mencari sarangnya Pian Siu Hoo." Leng In perhatikan pesanan ibunya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dua hari lamanya Yan Toa Nio bergaul dengan penduduk pesisir itu. Ia tidak mau lantas pergi ke udik. Satu nelayan tua, Pok AKui namanya, diajak bicarabicara. Nelayan itu telah berusia enampuluh lebih, romannya polos. "Mendengar suaramu, nyonya, kau mesti ada asal Hucun-kang juga," kata orang she Pok itu. "Kangsanpang berada di sini sudah beberapa turunan dan belum pernah pindah, siapa saja hidup di muka air sini, ia tentu ketahui di mana letak pusatnya, maka heran, sebagai nelayan, kau tidak mendapat tahu...." "Kau rupanya tidak dapat bedakan aku, loojinkee!" Toa Nio kata sambil tertawa. "Benar aku asal Hucun-kang tetapi sudah duapuluh tahun lebih aku berlalu dari sini, hingga sekarang aku menjadi seperti seorang asing. Aku ingat, sebelumnya aku pindah, aku mempunyai satu keponakan yang bekerja di dalam Kangsan-pang, sekarang aku tidak tahu, ia masih hidup atau sudah mati, atau kalau masih hidup apa ia tetap masih bekerja pada pusat. Andaikata aku bisa bertemu ia, aku percaya aku tidak usah mengalami hidup sengsara terlebih jauh seperti ini.... Kami berdua, ibu dan anak, hidup di muka air, tapi lacur, kami tidak punya kepandaian, hingga kami tidak dapat hidup sebagai nelayan. Aku pikir akan hidup di darat saja...." Nelayan tua itu manggut. Ia berniat buka mulut ketika satu nelayan muda, yang sedang masak nasi di bagian belakang, dului ia. "Ayah, kau jangan kasih keterangan sembarangan," demikian katanya. "Kau hendak suruh orang pergi ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pusat, siapakah yang mau dicari? Ayah tidak tahu, pusat sekarang sudah pindah...." "Kau ngaco!" orang tua itu membentak, sambil menoleh ke belakang. "Mustahil pusat bisa pindah? Kau masaklah nasimu! Aku tidak dapat salah!" "Kau tidak percaya, ayah?" anak muda itu masih berkata. "Memang adalah aneh, aku juga tidak percaya kalau yang bicara dengan aku bukannya orang yang aku percaya betul! Ia adalah Ciu Siu-jie, sobat kekalku. Baru kemarin ia pulang dan lewat di sini. Ia juga anggap aneh yang Kangsan-pang mesti pindahkan pusat! Sekarang ini di pusat yang lama cuma ketinggalan berapa pengurus, yang lainnya sudah pergi semua." Si nelayan tua benar-benar heran, sampai ia berseru tertahan. "Benar-benar aneh!" ia kata. "Kejadian ini tidak saja aku belum pernah saksikan, dengar pun tidak. Kangsanpang belum pernah pindah, sejak dahulu! Rupanya ada terjadi suatu apa yang hebat...." "Itulah aku tidak tahu," sahut si anak muda. "Sebenarnya ketua Kangsan-pang ada ternama melainkan adatnya ada sedikit keras. Kalau ia sampai diusir entah berapa liehay-nya sang lawan itu...." Yan Toa Nio unjuk roman tenang, meski ia juga sebenarnya sedikit heran. "Pian Siu Hoo pindah sarang, benar-benar ia ada kandung suatu maksud," ia pikir. Ia menduga musuh pasti sedang kumpulkan tenaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lantas dengan diam-diam Yan Toa Nio berdamai dengan anaknya. "Ia sudah pindah, entah ke mana," ia kata. "Untuk mencari tahu, mari kita dekati pusatnya. Kita jadi tambah pekerjaan...." Leng In setuju. Ia anggap, keterangan dapat didapatkan hanya dari orang dalam. Pada malam itu, jam dua antara gelap petang, dengan hati-hati Yan Toa Nio lepaskan perahunya dari tambatan, dan menggeleser di muka air, kemudian barulah penggayuh dikasih kerja keras, hingga dengan laju kendaraan itu menuju ke Go-cu-mui ialah pusat atau sarangnya Kangsan-pang. Oleh karena pesatnya perahu laju, pada kira-kira jam tiga, perahu ini sudah sampai di dekat Gocui-mui. Mereka

tidak berani segera hampirkan sarangnya Kangsan-pang, di satu pengkolan, tempat yang tersembunyi, mereka tahan perahu mereka. Mereka mendarat, dengan turuti gili-gili, mereka dekati mulut Gocui-mui, yang merupakan suatu muara persegi tiga. Di situ berlabuh tiga perahu besar dan dua perahu kecil. Penerangan di dalam perahu kebanyakan sudah padam. Di perahu kiri ada cahaya api dan sunyi nampaknya Yan Toa Nio hampirkan perahu ini, dengan berani ia loncat naik ke atasnya. Yan Leng In, yang jalan belakangan, susul ibunya. Di dalam perahu terdengar suara orang menggeros. Yan Toa Nio pergi ke mulut gubuk perahu, Leng In hampiri jendela.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di dalam tertampak dua orang, yang satu rebah di pembaringan, yang satunya di lantai perahu. Mereka inilah yang kasih dengar suara mengorok. Tentu sekali, dengan mengawasi saja, keterangan tak didapatkan. Selagi Yan Toa Nio berpikir, Yan Leng In telah hampiri ia, ketika ia menoleh, anak itu menunjuk ke atas. Lantas saja ia mengerti, maka lantas juga ia loncat naik ke gubuk perahu, terus ke atas tiang layar. Leng In sebaliknya ambil galah kejen, yang dengan keras ia timpukkan ke air, hingga dalam kesunyian, galah itu menerbitkan suara berisik. Berbareng dengan itu, si nona lari sembunyi ke belakang. Lekas sekali, satu orang lari ke luar. Dan ia lantas dapat lihat galah mengambang. "A Su, mari, lekas!" ia memanggil. Ia mengulangi sampai dua kali, barulah kawannya muncul, dengan lungu-lungu. "Ho suhu, ada apa?" ia tanya, matanya kesap-kesip, tindakannya limbung. "Ada apa suhu, kau kelihatannya kaget...." "A Su, hayo sadarkan diri'." orang itu menegur. "Apa barusan kau tidak dengar suara apa-apa, begitu nyaring? Tidak keruan-keruan galah kejen itu ceburkan diri ke air! Aku kuatir di sini ada orang tidak diingini!...." "Tidak bisa jadi!" jawab si A Su itu. "Kalau ada orang, mustahil! Kita tidak dapat lihat! Tentu tadi galah tidak ditaruh rapi, barusan karena tersampok angin ia rubuh sendirinya! Kita jangan ibuk tidak keruan! Ketua kita

sudah pindah dari sini, biar ada urusan bagaimana besar,


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak nanti orang cari kita. Kenapa suruh aku lihat sebatang bambu? Kita tidak usah ambil peduli!" "A Su, bukannya begitu!" kata kawannya, yang rupanya mendongkol. "Bukankah di waktu mau pergi ketua sudah bentahukan kita bahwa ia mempunyai musuh, yang hendak satrukan padanya? Juga Gocu-mui ada terlalu sempit, sedang urusan bukan urusan coanpang, maka ia anggap tidak bagus akan bikin onar di sini? Ketua toh sudah pesan, kalau ada orang cari dia, kita mesti berikan keterangan menurut pesanannya, sedikit juga jangan salah. Kau ketahui sendiri, ketua kita tidak boleh dibuat permainan, kalau kita bikin salah, kesudahannya ada hebat bagi kita. Mari kita periksa!" Ditegur begitu, A Su tidak berani banyak omong lagi, ia masuk ke dalam, untuk ambil lentera, tangan kirinya menyekal golok. Dari depan ia pergi ke belakang, dari sini ia loncat ke perahu sebelah, begitupun perahu ketiga, ia periksa dengan teliti. Ia terus ditemani oleh kawannya yang dipanggil Ho suhu. Mereka balik ke perahunya dengan tidak dapati apa-apa, sesudah mutar lagi di perahu ini, mereka masuk ke dalam. Yan Toa Nio lantas loncat turun, dan Leng In juga keluar dari tempat sembunyinya di bawahan kemudi, tetapi ia terus naik ke gubuk perahu di mana ibunya berada, maksudnya akan bicara satu pada lain. Yan Toa Nio baru mau buka mulutnya kapan matanya lihat suatu apa di tengah sungai. "Mundur!" ia berbisik seraya tolak tubuh anaknya, dengan ia kembali loncat naik ke atas tiang layar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Leng In menurut, ia loncat turun, akan kembali ke tempat sembunyinya tadi. Apa yang nyonya Yan lihat adalah sebuah perahu kecil yang mendatangi dengan lekas ke jurusan perahu besar. Di atas perahu kecil itu segera muncul satu lentera merah, yang digoyang beberapa kali. Orang di perahu rupanya telah dengar suara perahu itu, dua-duanya keluar dan menunggu di muka perahu. Kapan perahu kecil itu sudah datang dekat, lentera merah lantas disingkirkan. "Saudara siapa di sana?" begitu menegur si orang she Ho dari perahu besar. "Kenapa begini hari masih datang kemari? Apa kau antarkan barang?"

"Ya, satu nota, yang ini malam juga mesti disampaikan kemari. Katanya barang yang dimaksudkan sudah sampai cuma belum tahu, di mana ditundanya. Dan kau, Ho suhu, mulai malam ini, kau diminta menaruh perhatian. Biar bagaimana juga, jual beli sekali ini tak bisa dibatalkan lagi. Lauw Phoa sudah siap, akan sambut tetamu kita itu, yang hendak dipapak secara baik-baik. Cuma, andaikata ia sampai jauh terlebih siang, Lauw Phoa kuatir ia tidak keburu sedia lengkap, kalau perdagangan ini gagal, ia kuatir nama baik dari Kangsanpang nanti termusnah anteronya! Ho suhu, kau di sini sudah terima kabar atau belum?" "Di sini tidak ada kabar sedikit juga," sahut si orang she Ho. "Perahu-perahu berlayar tidak putusnya tetapi kita belum pernah lihat perahu barang." "Baiklah," kata orang dari perahu kecil itu. "Sekarang Ho suhu sudah dapat ketahui, kita hendak kembali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perahu kecil itu lantas digayuh balik dan terus pergi pula, dan Ho suhu serta kawannya pun masuk pula ke dalam. Yan Leng In muncul pula setelah orang sudah menghilang di dalam gubuk dan Yan Toa Nio dengan hati-hati loncat turun dari tiang layar. Anak dan ibu berkumpul menjadi satu. Dengan satu tanda gerakan tangan, Yan Toa Nio ajak anaknya loncat turun ke muka perahu di mana mereka umpatkan diri di pinggir pintu, akan pasang kuping. "Kau telah dengar sekarang," terdengar satu suara. "Urusan sekarang tidak boleh dipandang lagi seperti permainan anak-anak, selama dua hari ini, kita mesti berlaku hati-hati. Ketua kita toh sudah terangkan pada kita dalam dua hari ini bakal terjadi apa-apa, bahwa di Haytong-kok sembarang waktu dapat kedatangan orang. Kita sekarang mesti menunggu dan menjaga, kalau terjadi kegagalan di pihak kita, sungguh malu. Apa kita mesti bilang pada ketua kita? Kita harus mengaso dengan bergiliran, kalau nanti sudah terang tanah dan datang wakil kita, baru kita lepas tangan, kita boleh tidur Seantero hari, tidak nanti ada yang larang!" Leng ln lantas kasih tanda pada ibunya, ia terus ke kepala perahu, akan terus loncat lebih jauh ke darat, ibunya susul ia. "Benar-benar Kangsan-pang telah pindah," kata si

nona, setelah mereka kumpul di darat, jauh dari perahu musuh. "Di sini tidak ada orang yang penting. Perahu kecil barusan mesti ada orang suruhannya Pian Siu Hoo, yang datang dari sarang mereka yang baru itu. Mereka sebut Haytong-kok, tempat itu, satu selat yang asing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sekali bagi kita. Pian Siu Hoo ambil tempat begitu asing, itu menunjukkan terang daya upayanya atau rencananya yang ditujukan terhadap kita. Ia ingin supaya kita tidak lekas-lekas ketahui pernahnya pusatnya itu. Apa tidak baik kalau sekarang kita susul dan kuntit perahu tadi? Jikalau kita berhasil, kita tentu akan segera ketahui sarangnya musuh kita itu!" Yan Toa Nio manggut. "Aku juga pikir demikian," ia kata. "Perahu musuh ada kecil dan enteng, sekarang ia tentu sudah pergi jauh, tetapi karena sekarang ada di waktu malam, tidak ada halangannya untuk kita coba kejar padanya." Ibu dan anak telah dapat kecocokan, lantas lekaslekas mereka balik ke perahu mereka, yang mereka segera bawa keluar dari tempat sembunyi, kemudian dengan gunai tenaga, yang lebih besar daripada biasanya, mereka bikin perahu itu bergerak cepat di muka air. Mereka ambil tujuan menuju ke perahu kecil tadi, ialah ke barat. Begitu lekas sudah sampai di tengah sungai, perahu bisa bergerak dengan leluasa, kendati jagat ada gelap. Dari sini, perahu menuju lebih jauh ke jurusan barat selatan. Mereka rasanya sudah laju jauh tetapi perahu kecil tadi belum kecandak. "Kita baik jangan berbuat begini bodoh," akhirnya Yan Toa Nio kata. "Kita tidak ketahui jurusan yang musuh ambil, kita juga tidak tahu di mana letaknya Haytongkok, ke mana kita mesti menuju sebenarnya? Aku pikir baik kita menunda, akan besok dengar-dengar keterangan lebih dahulu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yan Leng In bisa setujui ibunya, maka itu, perahu mereka tidak lagi laju pesat laksana melesatnya anak panah, dan tujuan pun ke pinggir. Selagi mereka hendak mengkol: "Lihat di sana, di sebelah timur!" tiba-tiba Yan Toa Nio berkata "Apa itu bukannya cahaya lentera merah?" Leng In berpaling dengan cepat. Benar, seperantaraan lepasan anak panah, ia tampak cahaya merah yang kecil,

yang bergerak-gerak. Tapi, selagi mengawasi, cahaya itu lantas Ienyap. "Ibu, mari kita susul cahaya itu," kata si nona. "Itu ada cahaya yang sama dengan yang tadi di Gocu-mui. Jangan-jangan di sana ada pelabuhan mereka...." Yan Toa Nio putar tujuan perahunya selagi si anak belum tutup mulutnya, maka Leng In bisa lantas menggayuh. Mereka berlaku hati-hati, supaya penggayuh tidak menerbitkan suara air berisik. Tidak antara lama, mereka sudah sampai di tempat di mana mereka tadi lihat cahaya api menghilang. Itu adalah muka air yang menjadi tempat bertemunya tiga aliran sungai. Tiga atau empat perahu mayang tertambat di pinggiran, tetapi perahu kecil tadi tidak tertampak. Yan Leng In memandang ke depan dengan tidak peroleh hasil. "Ibu!" kata ia seraya tangannya menunjuk ke selatan. Yan Toa Nio gayuh perahunya masuk ke dalam perapatan, atau sha-cee-kauw, tapi sebelum ia masuk jauh, di sebelah belakangnya, ia dengar suara penggayuh, apabila ia menoleh, ia lihat sebuah perahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kecil lagi mendatangi. Karena ia menduga pada musuh, yang berbalik menguntitnya, ia gunakan tenaganya, akan bikin perahunya laju pesat. Ia sering-sering menoleh, ia lihat ia sedang dibuntuti dari kejauhan. "Perlahan sedikit, biar ia dapat susul kita," katanya pada anaknya. Sudah terlanjur, ia tidak bisa sembunyi lagi. Leng In memperlambat gerakan tangannya, dan kepala perahu ia tujukan ke pinggir. Apamau, perahu di belakang pun jadi perlahan lajunya, maka itu sekarang telah jadi terang, perahu itu sedang menguntit. "Coba berhenti, lihat, cara bagaimana ia ikuti kita," Leng In kata pada ibunya. Yan Toa Nio menurut. Perahu mereka segera dikasih minggir. Dengan perlahan, perahu kecil di belakang itu berlayar dan lewat. Penumpangnya ada tiga orang, satu kemudi, dua menggayuh. "Ibu jangan kasih diri kita dipincuk," kata Leng In. "Terang perahu itu ada perahu Kangsan-pang, ia lagi berdaya supaya kita tidak bisa susul perahu kecil di

depan tadi. Mari kita maju!" "Sabar," Toa Nio jawab anaknya. "Kasih ketika untuk aku mengingat-ingat. Dulu aku pernah lewat di perapatan itu. Jurusan barat utara ada jalanan langsung dua, yang lain ada untuk ke Iehang dan ke suatu tempat sunyi, kalau tidak salah, Tohhoa-thong namanya. Dalam satu tahun, melainkan di bulan dua dan tiga ada banyak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

perahu pesiar. Di sana, sepanjang sepuluh lie, semua ada pohon-pohon tohhoa yang indah. Kecuali dalam dua bulan itu, tidak ada perahu pergi ke sana. Mari kita coba menyelidikinya...." Baru saja nyonya Yan berhenti berkata atau dari jurusan barat utara ada muncul sebuah perahu kecil, keluarnya dari tempat penuh gelaga, lajunya pesat sekali. "Lihat itu perahu kecil, ibu!" kata Leng In. "Terang ia telah sembunyi di sini! Mari kita susul padanya!" Toa Nio juga merasa aneh, sambil menjawab, "Baiklah!" ia geraki penggayuhnya. Mencurigai ada perahu kecil di depan itu. jalannya sebentar cepat, sebentar perlahan, dan nyonya Yan tidak mampu menyandak, malah satu kali, ia seperti lenyap tetapi lekas muncul pula! Adalah setelah menghilang buat kedua kalinya, ia lenyap betul-betul. Yan Toa Nio sudah mengejar jauhnya tujuh atau delapan lie, tempat ada istimewa sunyi, malah kadangkadang perairan pun sempit, lebarnya hanya beberapa kaki, di kedua tepi penuh dengan gelagah dan pepohonan air lainnya. Nyata sekali, itu cocok untuk tempat banyak. Setelah melalui belasan lie, Yan Toa Nio dan anaknya sampai di tempat, di mana mereka lihat dua tempat pemberhentian perahu. Ketika itu, sudah waktunya fajar. "Kita tidak boleh sembarangan maju lebih jauh," kata Yan Toa Nio "Perahu kecil telah lenyap, kita berada dalam bahaya. Kalau ia benar ada dari pihak KangsanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/

pang, pasti ia sedang permainkan atau sedikitnya mereka akan tertawakan kita, dan katakan tolol..." Cuaca sudah mulai terang, keadaan di sekitarnya sudah mulai dapat dilihat nyata. "Ibu, apa itu yang nampaknya hitam di pinggiran," Leng In tanya, tangannya menunjuk itu. "Di sini memang ada beberapa kampung Mari kita mampir, akan tanya

keterangan hal Haytong-kok. Asal benar itu adalah selatnya, mesti ada orang yang ketahui." Mereka berlaku hati-hati tetapi mereka tidak takut. --ooo0dw0ooo-VII Di muka kampung kelihatan dua orang tani, yang mau pergi ke sawah, mereka ini telah dapat lihat itu ibu dan anak, mereka mandek sebentar, akan menoleh ke sekitarnya, lantas mereka jalan terus. Yan Toa Nio cepatkan tindakannya "Jiewie lauwko, tunggu sebentar!" nyonya kita memanggil. "Tunggu, aku hendak minta sedikit keterangan." Selagi dua orang tani itu berhenti bertindak, si nyonya hampirkan mereka. "Aku numpang tanya apa di dekat-dekat sini ada selat Haytong-kok?" ia tanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang yang ditanya agaknya melengak, ia menoleh pada kawannya, yang pun kelihatannya tercengang, tetapi lekas juga ia berpaling pada nyonya kita. "Kami tidak tahu di mana letaknya Haytong-kok," ia menyahut. "Ada apa nyonya cari selat itu?" "Kami berdua mau sambangi sanak kami," jawab Yan Toa Nio. "Sanak kami itu tinggal di Haytong-kok, sudah lama kami tidak pernah datang, dari itu kami lupa di mana adanya Haytong-kok itu. Jalanan mana kami mesti ambil?" Mendadak orang tani itu tertawa. "Mestinya kau salah ingat, nyonya!" berkata ia kemudian. "Tentang namanya Haytong-kok, kau tidak menyebut keliru, yang salah adalah sangkaanmu. Di dalam itu selat tidak bisa ada orang yang tinggal! Lebih baik nyonya jangan lelahkan diri lagi, selat itu kau tidak nanti dapat cari!" Yan Toa Nio lantas menduga jelek, karena perkataannya itu orang ada putar balik. "Orang tidak ketahui jelas, buat apa tanya melitmelit," kata Leng In, yang tidak sabaran. Ia tahu pasti yang orang-orang tani itu tidak sudi bicara. "Bisa jadi kita yang keliru, mari kita cari ke lain jurusan...." Yan Toa Nio mengerti maksud puterinya. "Terima kasih, jiewie," ia kata seraya manggut pada dua orang itu.

Orang tani itu putar tubuhnya, akan lanjutkan perjalanan mereka ke sawah, tetapi baru sepuluh tindak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lebih, mereka sudah menoleh pula ke belakang, terus sampai dua kali. Yan Toa Nio dan Leng In lihat sikap orang, mereka tidak mengambil peduli, malah sambil tunduk, mereka jalan terus, menuju ke kampung. "Ibu, terang dua orang itu tahu Haytong-kok tetapi mereka tidak mau kasih tahu," kata Leng In, setelah mereka jalan jauh, tapi ia bicara dengan pelahan. "Bisa jadi mereka ada sangkutannya dengan Kangsan-pang. Aku percaya sekalipun di dalam kampung, kita bakal tidak peroleh apa-apa. Mestinya itu selat berada di dekat sini." Yan Toa Nio manggut, ia setujui dugaan anak itu. Mereka sudah mendekati kampung. Melihat rumahrumah, terang di situ kebanyakan ada tinggal orangorang miskin. Dari mencilnya rumah-rumah, terang kampung itu bukan dari suatu pamili. Rumah-rumah ada beberapa puluh, kebanyakan tidak dengan pekarangan depan atau ceracapan. Dari sebuah rumah, yang dikurung dengan pagar, kelihatan muncul seorang perempuan tua bersama satu bocah perempuan, pakaian mereka sudah tua. Bocah itu, dengan sebatang kayu, ada menggebah tiga ekor kambing. Si orang tua mengawasi sambil berhenti berdiri di muka pintu. "A Lan, hati-hati!" kata nyonya tua itu. "Jaga supaya kambing kita tidak melintas ke sawah dan kebunan, nanti orang usil mengatakan kita...." Yan Toa Nio hampirkan orang tua itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Selamat pagi, encie!" ia berkata. "Aku numpang tanya, apa di sini ada tempat atau selat yang dipanggil Haytong-kok?" Nyonya itu mengawasi kedua tetamunya dengan bergantian, ia unjuk roman kaget atau curiga. "Nama tempat itu asing sekali bagi aku," ia menyahut kemudian, dengan suara tidak lampias, "boleh jadi itu bukan terletak di sini... aku belum pernah dengar...." "Pada kira-kira lima atau enam tahun berselang, kami pernah datang kemari," terangkan Yan Toa Nio, "kami tahu letaknya Haytong-kok ada di sini tetapi kami sudah lupa di sebelah mana.... Encie tinggal di sini, mengapa

encie tidak tahu?...." Mukanya si nyonya tua menunjukkan roman likat. "Harap nyonya tidak tertawakan aku...." kata ia kemudian. "Kami ada orang-orang desa, benar kami terlahir di sini, tetapi kami tidak pernah mengisar jauh dari sawah dan kebun kami, jangan kata tempat yang jauh, tempat di sekitar bukit ini saja aku belum pernah pergikan.... Boleh jadi ayahnya si A Lan tahu, sayang ia tidak ada di rumah.... Coba nyonya tanya orang lain.... Kalau nyonya tidak katakan aku seorang tua yang doyan omong, andaikata tidak ada urusan sangat penting, baiklah nyonya jangan capaikan hati terlebih jauh. Daerah sekitar kami ini ada sangat tidak aman, sampai kita sendiri, untuk cari kayu, tidak berani pergi ke bukit..." "Ada ancaman bahaya apakah di sini?" Yan Toa Nio tegasi. "Paling juga ada gangguan dari serigala...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku sudah bicara, nyonya. Aku sudah tua, kalau aku mau bicara sama kau, tentu dengan maksud baik." Leng In kutik ibunya. "Terima kasih, uwa," ia kata. "Baiklah kami nanti pergi ke lain tempat saja." Nyonya tua itu tidak menjawab, hanya ia ngoceh sendirian, "Satu nona yang elok di kampung kita tidak ada yang bisa tandingi...." Yan Toa Nio haturkan terima kasih pada si nyonya, ia ajak anaknya berlalu, baru saja mereka jalan belasan tindak, atau mereka dengar si orang tua kata pada mereka. "Kau orang berdua baiklah percaya aku. Di daerah ini tidak ada Haytong-kok. Jangan kau orang jalan asrukasrukan ke sekitar bukit ini. Aku bicara dengan sejujurnya, dengan maksud baik...." Lantas terdengar ia menghela napas. Yan Toa Nio pandang puterinya, lantas berdua mereka bersenyum. Mereka berpura-pura tidak mendengar, mereka jalan terus. Sebentar kemudian, mereka sudah berada jauh juga dari kampung itu. "Kau lihat ibu!" kata Leng In. "Terang Haytong-kok berada di bilangan ini. Penduduk sini ada orang-orang miskin, mereka tentu berada di bawah ancaman atau pengaruh, maka mereka tidak berani banyak omong. Mereka ini adalah bangsa lemah, sebaliknya pihak

Kangsan-pang ada bangsa galak, bisa dimengerti yang mereka ini takut...." Yan Toa Nio manggut, ia benarkan anaknya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka sekarang menuju ke mulut bukit. Mereka terbenam dalam kesunyian. Begitu lekas mereka bertindak masuk di mulut jalanan, mereka tidak lihat lagi rumah orang. Malah sebaliknya, jalanan ada sukar. Kereta pasti tidak bisa lewat di situ. Di kiri dan kanan ada banyak pepohonan, penuh dengan rumput tebal dan oyot. Setelah melalui kira-kira setengah lie, Toa Nio dan Leng In lihat di depan mereka, di tepi jalanan, ada berdiri dua orang lelaki, semua dengan pakaian ringkas, tapi tangan mereka tidak menyekal senjata, usia mereka kirakira tigapuluh tahun. Mereka ini terus mengawasi Toa Nio dan anaknya jalan terus, sampai mereka telah datang dekat. "Kau orang mau pergi ke mana?" tiba-tiba salah seorang menegur. "Jangan maju lebih jauh!" Yan Toa Nio hentikan tindakannya, ia awasi itu dua orang. "Kenapa kita dilarang maju?" ia tanya. "Jangan keliru mengerti, nyonya," kata orang yang satunya "Kita cegah kau orang dengan maksud baik. Mustahil kau orang hendak antarkan diri ke mulut harimau?" "Tolong kau kasih keterangan lebih jelas, aku tidak mengerti," kata Yan Toa Nio. "Bukit ini tidak aman," menyahut orang yang kedua itu. "Entah dari mana datangnya, di sini ada mengeram banyak binatang liar, malah di waktu siang, mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berani muncul akan ganggu orang. Kita semua ada pemburu, di sebelah depan sana kita telah gali lubanglubang jebakan, yang diperlengkapi dengan kawat-kawat. Kita ingin tangkap semua binatang liar di sini, supaya selanjutnya tidak ada lagi gangguan bagi orang-orang yang berlalu lintas. Kau orang ada orang perempuan, cara bagaimana kau orang bisa jalan di sini? Silakan kau orang kembali!" "Terima kasih, tuan-tuan," berkata Yan Toa Nio, yang tadinya membelar. "Kalau kita tidak ambil ini jalan artinya kita mesti mutardan buang-buang banyak sekali tempo,

mungkin berhari-hari, itu ada terlebih hebat bagi kita. Harap kau orang tak usah pedulikan lagi pada kita, kita ada punya kebisaan, barangkali kita tidak sampai kena diganggu binatang liar!" Setelah kata begitu, Yan Toa Nio sengaja lantas bertindak. "Kau benar aneh, nyonya!" kata pemburu itu. "Kita benar-benar bermaksud baik, kenapa kau tidak sudi dengar kita? Kita orang ada terdiri dari belasan saudara, untuk atur perangkap, kita sudah korbankan modal dan tenaga, kalau sekarang kau orang ambil ini jalanan, apa kau orang tidak jadi rugikan kita? Bagaimana kau sanggup ganti kerugian itu? Baik kau mundur, nyonya. Kau harus ketahui, kecuali lubang jebakan, kita pun ada atur jepretan panah, maka apabila kau tidak sayang diri, pergi kau maju terus, nantinya jangan kau sesalkan kita!...." Yan Toa Nio tersenyum. "Kau orang tidak pakai aturan, tuan-tuan," ia kata. "Melulu untuk kau orang tangkap binatang alas, lantas ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jalanan kau tutup untuk umum! Aku tidak percaya pada gangguan binatang liar itu, kita mau maju juga!" Kedua pemburu itu mundur, mereka bersenyum sindir. "Benar-benar kau aneh, nyonya! Belum pernah kita kenal perempuan kepala batu seperti kau! Kita sudah kasih nasehat, kau orang mau memaksa antarkan jiwa, karena kau orang sudah bosan hidup, jangan kau nanti sesalkan orang!...." Lantas saja berdua mereka lompat mundur, naik ke tempat yang tinggi. Yan Toa Nio dan puterinya sudah siap akan buka tindakan mereka tatkala dari sebelah depan, muncul dari tikungan seorang yang lari-lari sambil berseru, "Nyonya, jangan bikin orang mendongkol! Mereka ini bermaksud baik! Jiewie, silakan mundur! Mari kita orang bicara dengan cara baik! Menolong satu jiwa ada lebih menang daripada mendirikan menara tujuh tingkat, tapi kalau kita celakakan orang, ia pun setan tidak mau pergi!...." Suara itu ada luar biasa. Si kedua pemburu, yang niat undurkan diri ke dalam rimba, jadi berdiri diam. Dan nyonya kita, yang mau bertindak, jadi tunda dahulu niatannya, sebaliknya, bersama puterinya, ia mengawasi. Orang yang lagi mendatangi itu telah berusia

tujuhpuluh lebih, tubuhnya kecil tetapi jangkung, mukanya kurus, alisnya panjang melewati ujung mata, sedang kumis dan jenggotnya, yang panjang setengah kaki lebih, sudah putih semua. Ia pakai baju biru dengan celana kutung, kakinya hanya memakai sepatu rumput, betisnya dibiasakan telanjang. Ia terus berlari-lari hingga, ketika ia sampai, napasnya ada tersengal-sengal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yan Toa Nio dan gadisnya diam mengawasi, kedua pemburu itu agaknya heran. "Jiewie lauwko, mari turun," kata si orang tua, yang dandan sebagai satu nelayan. "Aku si tua bangka ini ada seorang yang usil, yang suka campur tahu urusan lain orang...." Dua pemburu itu menurut, mereka loncat turun dan menghampirkan. Yan Toa Nio lihat gerakannya dari pemburu itu, yang terang ada punya kepandaian, maka mereka mestinya bukan pemburu-pemburu biasa saja. Ia menduga orangorang itu dari Kangsan-pang. Dua orang itu lantas awasi si orang tua, dari atas ke bawah. "Orang tua, kau bikin apa?" lantas satu di antaranya menanya. "Kenapa kau justru datang dari atas bukit?" "Jiewie menjaga di mulut jalanan, kenapa jiewie tidak lihat aku lewat?" orang tua itu balik tanya. "Baru saja satu jam kira-kira yang aku bulak-balik di sini, aku kembali karena aku ketemu batunya! Barusan aku baru sampai di mulut tikungan ketika aku dengar pertengkaran kau orang, maka aku datang untuk mendamaikan...." Lantas ia menoleh pada Yan Toa Nio, sambil manggut, ia kata terus, "Nyonya aku harap kau suka dengar orang punya omongan. Jalanan ini benar-benar tidak bisa dilalui, di sebelah dalam, semua ada lubang-lubang jebakan, siapa kejeblos jatuh karena tidak berhati-hati, untungnya luka, celakanya binasa. Dua saudara ini telah menjadi satru-satrunya binatang-binatang alas, asal saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka saling dapat lihat, kendati baru bayangannya, mereka lantas tidak saling mengasih hati! Begitulah aku si tua bangka, barusan hampir-hampir aku antarkan jiwaku, maka itu, aku tidak kesudian menghadapi bahaya lagi! Maka, nyonya, baik kau ambil lain jalanan, jangan kau jalan di sini...."

Kembali ia menoleh pada dua pemburu itu. "Jiewie lauwko, ucapanku benar atau tidak?" ia tanya. "Di dalam ini bukit ada sembunyi sama sekali makhlukmakhluk yang berbulu yang hatinya malang melintang, maka juga, seorang baik-baik, siapa kesudian bersatru sama segala binatang liar? Jiewie lauwko, kau orang lelah, terima kasih! Kita orang memang tidak mau permainkan jiwa kita.... Nyonya, apa kau tidak mau lekas-lekas berlalu dari sini?" Sembari kata begitu, orang tua ini bertindak pergi, selagi ia lewatkan si nyonya, ia kedipkan matanya, kemudian, dengan tidak menoleh lagi, ia berjalan terus. Kedua pemburu merasa heran dan curiga menampak kelakuan sebagai orang edan atau tolol dari si orang tua itu, tetapi karena orang itu sudah lantas berlalu, mereka tidak ambil tindakan apa-apa. Yan Toa Nio sementara itu bisa menduga maksudnya si orang tua, ia tidak mau kukuhkan sikapnya barusan, sambil berpaling pada anaknya, ia kata, "Mari, nona! Si orang tua barusan telah ketemu batunya, kita juga baik jangan cari penyakit. Masa jalanan cuma di sini? Mari kita kembali!" Dengan tidak tunggu jawaban, nyonya kita lantas putar tubuhnya dan pergi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di saat ibu dan anak itu memutar tubuh, kedua pemburu kasih dengar mereka punya tertawa menyindir, tetapi Yan Toa Nio dan anaknya tidak ambil mumet, mereka terus berjalan pergi, akan susul dan cari si orang tua. Untuk keheranan mereka, melihat tidak ada orang di sekitar situ, sedang di situ tidak ada pohon-pohon atau gombolan rumput yang lebat di mana orang bisa umpatkan diri. "Apakah benar ia bisa jalan cepat luar biasa?" pikir nyonya kita. "Leng In, mari!" Mereka telah jalan terus sampai di tepi sungai di mana ada tertambat perahu mereka. "Orang tua tadi ada aneh," kata Toa Nio pada anaknya. "Selagi ia lewat di sampingku, terang ia ada kedipkan mata. la seperti telah ketahui maksud kita. Ke mana ia pergi sekarang? Kita mesti cari padanya!...." Mereka berdua di pantai, mata mereka celingukan. Tiba-tiba, beberapa tombak jauhnya, di antara gombolan telaga, mereka dengar suara air yang

tergayuh. "Ia rupanya naik perahu!" kata Leng In. Yan Toa Nio memandang ke jurusan dari mana suara itu datang, ia lantas tampak munculnya sebuah perahu kecil, yang laju ke jurusan udik, tetapi penumpangnya, satu orang, sukar buat dikenali, karena satu tudung yang lebar ada menutupi kepalanya, hanya, samar-samar, dia itu seperti si orang tua tadi. "Mari kita susul padanya!" kata Yan Toa Nio kemudian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka, berdua, ibu dan anak ini, lantas kasih kerja penggayuh mereka. Perahu mereka laju pesat, tetapi perahu di depan sukar untuk dicandak. Dengan lekas mereka sudah lalui dua atau tiga lie, tetapi jarak mereka satu pada lain tetap ada empat atau lima tombak jauhnya. "Mustahil kita berada di sebelah dianya?" kata Yan Leng In, yang penasaran. "Mari kita susul dan lewatkan padanya, akan lihat dia sebenarnya ada orang macam apa!" Yan Toa Nio tidak menjawab, hanya penggayuhnya, yang bekerja terlebih cepat. Perahu di depan mengkol di satu tikungan, dari situ tujuan ada sebuah pesisir di mana ada tumbuh banyak pohon yangliu. Kelihatan darat di situ ada sebuah kampung kecil. Selagi Yan Toa Nio berkutet sama penggayuhnya, perahu di depan sudah berlabuh dan penumpangnya telah naik di gili-gili, tapi, sekarang nyonya kita sudah bisa lihat dengan pasti, itu orang adalah si orang tua tadi! Sebenarnya Yan Toa Nio hendak teriaki itu, tatkala si orang tua menoleh ke belakang, kepalanya digoyanggoyang, tangannya menunjuk ke depan di mana ada rumah orang. Karena ini, nyonya itu batalkan niatannya. Ia bisa menduga bahwa ia telah disuruh menyusul ke darat. "Ibu, ia kelihatannya aneh sekali," kata Leng In. "Ia kasih tanda supaya kita susul ia, apa kita boleh turut tanda-tandanya itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yan Toa Nio manggut. "Sikapnya ada luar biasa tetapi romannya ada baik, ia mestinya bukan anggota lawan kita," kata si ibu. "Entah ia ada kandung maksud apa.... Mari kita ikuti padanya,

tidak usah kita takut...." Yan Leng In turut ibunya, sesudah tambat perahu mereka, mereka lompat ke darat, bertindak mengikuti jurusannya si orang tua. Kampung di situ terdiri dari kirakira empatpuluh buah rumah dan mereka kebanyakan ada dari pamili nelayan, sebagaimana hampir di setiap depan atau samping rumah ada, dijemur jala atau jaring atau lain-lain pesawat buat menangkap ikan. Keadaan sunyi, dan ada sedikit orang tampak mundar-mandir di luar rumah. Seorang tua kelihatan bertindak ke pintu pagar dari suatu rumah dan di muka pintu ia berdiri, lantas Yan Toa Nio dan anaknya maju meng-hampirkan orang itu, siapa mendahului manggut seraya terus mengundang. "Jikalau kau orang berdua, ibu dan anak tidak curigai aku, silakan masuk," kata ia dengan manis. Yan Toa Nio unjuk hormatnya. "Kita orang belum lagi kenal, aku malu akan ganggu kau, loo-jin-kee," ia kata. "Apa loo-jinkee sudi perkenalkan dirimu dan menerangkan apa sebabnya maka kau telah ajak kita berdua datang kemari?" Orang tua itu bersenyum. "Toanio, janganlah dahulu tanya aku punya she dan nama," ia menyahut. "Dengan sebenarnya, aku tidak kenal kau orang ibu dan anak, tetapi satu orang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terangkan hal kau orang kepadaku dan ia pesan aku agar aku setiap waktu bisa bantu kau di mana yang perlu. Orang itu inginkan aku mencegah kau orang terjatuh ke dalam akal muslihatnya itu orang-orang yang serong hatinya." "Aku mohon janganlah loo-jinkee bersangsi buat segera omong terus terang kepadaku," Yan Toa Nio berkata pula "Siapa itu orang, yang pesan agar loojinkee bisa membantu kita ibu dan anak?" Orang tua itu tolak pintu pagar. "Apakah toanio kenal Lim Siauw Chong dari Kiushe Hiekee?" ia tanya dengan perlahan. Melihat orang bicara begitu perlahan, Yan Toa Nio hanya manggut. "Aku ada Tan Ceng Po," kemudian si orang tua perkenalkan diri. "Kau tentu percaya bahwa terhadap kau orang berdua, aku tidak ada kandung maksud jelek...." Mendengar nama itu, Toa Nio dan gadisnya

terperanjat, malah si nyonya segera unjuk hormatnya. "Oh, kiranya Tan loo-cian-pwee!" ia kata. "Loocianpwee, maafkanlah kita berdua, ibu dan anak, yang seperti tidak punya mata...." Si orang tua tidak kata apa-apa, ia hanya bertindak masuk, maka ibu dan anak itu lantas mengikuti. Mereka hampirkan rumah, yang terdiri dari tiga ruangan, yang di samping ada kecil. Di paseban, semua ada bersih dan terawat baik. Sesampainya di muka pintu, terdengar Tan Ceng Po berkata, "Cukat loosu, kau lihat, perjalananku ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak sia-sia belaka! Kau lihat, aku berhasil mencari mereka ibu dan anak!" Dari dalam rumah sudah lantas terdengar suara orang menyahut yang diikuti dengan tindakan kaki yang berjalan keluar, tetapi sebelum orang itu muncul, Yan Toa Nio punya hati telah terbuka, karena ia telah menduga, orang di dalam rumah itu mestinya ada Souwposu Cukat Pok, salah satu orang gagah yang ia telah ketemui di dalam Giokliong-giam Hiecun. Lekas juga Cukat Pok muncul dari ruangan sebelah timur, karena Yan Toa Nio pun terus bertindak masuk, mereka telah bertemu di thia. "Cepat sekali kau orang datang!" kata Cukat Pok. "Toanio, aku kagum sekali untuk kesehatan kau orang! Karena kau bisa datang begitu cepat, kau tentunya telah ketahui juga halnya Kangsan-pang telah pindahkan pusat mereka di Gocu-mui." "Cukat loosu, kau benar ada satu kuncu!" Yan Toa Nio pun memuji. "Kita ibu dan anak ada sangat berterima kasih pada kau, yang telah bikin perjalanan begitu jauh datang kemari untuk membantu kita!" "Jangan sungkan, toanio," Tan Ceng Po campur bicara. "Cukat jietee-ku ini memang ada orang yang paling boleh dipercaya di dalam kalangan Rimba Persilatan kita! Jangan kata orang-orang yang menjadi sahabatnya Lim sutee-ku, sekalipun lain orang, di mana yang perlu, ia tentu akan angsurkan tangannya! Silakan toanio berdua duduk, mari kita orang bicara!" Toa Nio merasa ketarik sama caranya thia itu diperlengkapi, semua dengan sederhana, kursi meja ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lengkap dan bersih. Ia dan anaknya menghaturkan terima kasih, baru ia ambil tempat duduk.

"Tadi malam aku pergi ke Han-kee-cee akan coba bikin penyelidikan," kata tuan rumah kemudian, "kebetulan sekali aku dapatkan toanio sedang menguntit perahunya anggota Kangsan-pang. Sebenarnya di shaceekauw, pihak Kangsan-pang sudah siap untuk turun tangan, hanya tidak secara berterang, mereka mau suruh saudara-saudara mereka yang pandai berenang dan selulup bekerja dari dalam air, agar kau orang ibu dan anak bisa merasai pahit getir, agar dengan begitu, mereka bisa perlihatkan pengaruh mereka. Tapi aku telah rintangkan mereka itu. Mulut jalanan gunung, yang toanio hendak masuki, memang ada jalanan buat pergi ke selat Haytong-kok, hanya, buat sampai ke lembah, perjalanan masih ada belasan lie. Ketika Pian Siu Hoo berhasil menduduki itu lembah, beberapa penduduk situ ia telah usir, dengan begitu di sepanjang jalan ia merdeka mengatur penjagaan-penjagaan. Sementara ini, Pian Siu Hoo masih belum niat ketemui toanio berdua. Ia sudah pikir, pertemuan ini kali ada pertemuan untuk penghabisan kali: ia lebih suka batu dan kumala terbakar habis sama-sama! Ini juga sebabnya kenapa pusatnya dipindahkan ke dalam Haytong-kok. Untuk membantu ia, ia sudah undang beberapa orang ternama dari kalangan Sungai Telaga. Karena itu, toanio, pasti ia tidak mau sembarangan ijinkan kau lancang masuk ke dalam lembahnya. Inilah sebabnya juga, kenapa aku cegah kau orang punya niatan melanggar bahaya. Cukat jietee datang kemari atas kehendaknya Lim sutee-ku, agar aku diberitahukan duduknya perkara, supaya aku bisa sekalian bantu kau. Tidak melainkan kau orang ibu dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

anak yang bermusuhan sama Pian Siu Hoo, juga kita dari pihak Kiushe Hiekee, sebab ini ada soal mati hidup dari pihak kita. Urusan Giokliong-giam Hiecun jadi bisa dipakai alasan untuk sekalian bereskan urusan Hucukang. Selama pihak Kangsan-pang masih hidup, sukar pihak Kiushe Hiekee berdiri dengan tenteram. Maka, toanio, aku undang kau datang kemari, untuk kautunda dahulu tindakanmu. Sekarang aku sudah undang berkumpul beberapa orang yang bisa diandalkan dari pihak Kiushe Hiekee, kalau nanti mereka sudah kumpul semua, aku hendak tantang Kangsan-pang akan tetapkan suatu tanggal guna kita orang lakukan suatu pertarungan yang memutuskan, untuk mati atau hidup

kita! Perkara tempat, Kangsan-pang boleh pilih iapunya lembah Haytong-kok. Pian Siu Hoo seorang tidak usah dibuat kuatir, bukannya aku Tan Ceng Po takabur, aku tidak pandang mata padanya, hanya "apa yang mesti dipikirkan adalah beberapa orang kawannya, yang berdiri di belakangnya. Jikalau mereka semua dapat diundang kumpul di Haytong-kok, benar-benar kita orang mesti berlaku luar biasa hati-hati. Dengan kumpulnya mereka, tidak saja urusan kau sendiri bisa gagal, toanio, juga urusan kita. Dari itu sekarang, sebelumnya kita turun tangan, aku ingin cari tahu dahulu kekuatan pihak Kangsan-pang, kemudian baru kita bisa pikirkan daya upaya akan hadapi mereka." "Terimah kasih, loo-cianpwee," kata Yan Toa Nio, yang tidak sangka bahwa urusan telah berubah menjadi hebat demikian rupa. "Kalau dalam urusan membalas sakit hati kita tidak punya harapan, kita ibu dan anak malu akan hidup lebih lama, maka kita pikir, biarlah Haytong-kok merupakan tempat di mana kita dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kepastian, mati atau hidup! Hanya di sini aku hendak tegaskan, baiknya kita bekerja sama-sama, janganlah urusan kita kedua pihak digabung menjadi satu, aku ingin cari sendiri pada Pian Siu Hoo, untuk bereskan perhitungan kita sendiri!" Tan Ceng Po goleng kepala. "Dalam hal ini, jangan Toa Nia terlalu berkukuh," ia kata. "Kau harus mengerti, kau orang tetap ada turunan dari Kiushe Hiekee, maka urusan adalah urusan kita sama-sama. Kau mau membalas sakit hati, kita mau membela diri, perbedaan sebenarnya tidak ada, sebab yang kita bakal hadapi ada Pian Siu Hoo satu orang. Adalah sudah selayaknya kita satrukan Pian Siu Hoo, kesatu ia sudah tidak pegang aturan, kedua ia telah minta bantuan pihak luar untuk celakakan kita...." Tan Ceng Po masih hendak bicara terus, ketika dari luar ia dengar teguran, "Tan loo-suhu! Kita telah datang, kenapa kau kunci pintu dan tidak mau sambut kita? Kau benar berlaku tidak pantas!...." Mendengar itu, Tan Ceng Po unjuk roman kaget berbareng girang. "Kebetulan sekali kau orang datang!" kata ia pada Toa Nio dan puterinya. "Sekarang aku hendak pertemukan kau pada seorang yang kau orang niscaya tidak sangka

bisa bertemu! Ia ada seorang yang juma-wa luar biasa, kita orang mesti papak padanya...." Yan Toa Nio dan anaknya berbangkit, ia percaya ucapannya ketua dari Kiushe Hiekee itu meskipun ia belum tahu siapa adanya si tetamu yang katanya jumawa itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Malah Cukat Pok juga turut berbangkit, akan bikin penyambutan. Biar ia merasa heran buat sikapnya tuan rumah dan tetamu, Yan Toa Nio mengerti bahwa memang di kalangan Sungai Telaga ada banyak orang-orang pandai luar biasa, baik karena kepandaiannya, maupun karena sifat atau adat tabiatnya. Orang-orang pandai itu biasa umpatkan diri dan tidak pernah muncul kalau tidak pada saatnya. Di luar, malah di luar pagar, ada berdiri satu pengemis tua, pakaiannya banyak tambelannya, banyak lubangnya, dan kedua kakinya ada telanjang. Kelihatannya ia sudah berusia enampuluh lebih. Sebagai pengemis, tidak heran kalau ia bertubuh kurus kering. Hanya sepasang alisnya ada panjang dan dua biji matanya yang bundar, ada bersorot tajam. Pada kedua lengan dan kakinya, kelihatan nyata urat-urat yang kasar. Ia ada cantel sebuah kantong di pinggangnya, dua kantong lain tergantung di pundak kiri dan kanan, dan tangannya menyekal sebatang toya pendek- Apa yang menarik perhatian adalah ia tidak bertubuh lemah atau reyot, dan pakaiannya meski compang-camping tapi bersih. Begitu sampai di luar, Tan Ceng Po lantas lari menghampirkan pengemis itu, kelihatannya ia menyambut dengan luar biasa girang, dengan cara yang menghormat sekali. "Hoa loosu!" Ia berseru. "Bagaimana kau senggang hingga kau telah datang pada tempatku yang cupat ini? Aku heran, kenapa aku sama sekali tidak mendapat ketahui tentang kedatanganmu ini!" Pengemis itu pentang matanya lebar-lebar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Jangan kau main-main sama aku, eh.'" ia menegur. "Kau si nelayan tua, setiap hari kau bermain di air, membunuh pada sesama makhluk berjiwa, orang sebagai kau mana mau pandang mata padaku si pengemis miskin melarat? Tapi, aku adalah si orang yang senantiasa turuti kehendak hati sendiri! Umpama hari ini aku ada

mempunyai kegembiraan mencari kau, itu tandanya aku hendak dahar segala apa kepunyaanmu, maka kau harus layani aku dengan baik-baik! Jikalau kau turuti kehendakku, segala apa menjadi beres sendirinya, kalau sebaliknya, awas, kau yang hidup di muka air, aku nanti congtie padamu, aku nanti bikin kau tidak akan peroleh kendati seekor ikan, aku akan bikin tidak ada ikan yang mau dekati jaringmu, hingga akhirnya kau si nelayan tua, akan mati karena jengkel!...." Ucapan itu ada hebat tetapi Tan Ceng Po tertawa berkakakan. "Sahabat karibku, kau terlalu pandai bicara!" ia berkata. "Sahabatku di sini ada sahabat-sahabat lain, mari aku ajar kenal mereka kepadamu!" "Nelayan tua, jangan kau sudi gawe! Aku si pengemis melarat, siapa yang mau hargakan? Aku hanya kenal kau satu tua bangka, kau jangan bikin aku jadi banyak cape hati!...." Cukat Pok, yang muncul di belakangnya Tan Ceng Po, lantas tertawa terbahak-bahak. "Loo-cianpwee, kau benar-benar tidak memandang orang!" berkata ia dengan nyaring. "Apakah kau sangka tidak ada orang yang ketahui baik asal-usulmu? Loocianpwee, aku Cukat Pok, mataku tidak lamur! Loocianpwee, kenapa sih kau main-main terhadap kita?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pengemis itu memandang pada Souwposu, ia lalu bersenyum. "Oh, kiranya tuan yang mulia juga ada di sini!" ia berkata. "Maaf tuan, maaf, aku telah berlaku kurang hormat!...." Tan Ceng Po menyelak dengan berkata sambil tertawa, "Di kalangan Sungai Telaga orang juluki sahabatku ini si Pembalasan Cepat, maka sahabat karibku, sekarang kau telah terima pembalasanmu!" "Nelayan tua, kau keliru!" sahut si pengemis tua. "Pembalasan datangnya dari Thian, tidak dari segala orang-orang kosen yang namanya tersohor dan termasyhur! Bangsa mereka itu tidak bisa urus segala sepak terjangku sendiri! Aku telah lepas kata-kata, selama aku hidup, aku tidak mau membikin hutang untuk di lain penjelmaan! Tapi sejak aku sadar sebagai manusia, aku tidak pernah mempunyai uang kendati juga satu bun! Sekarang, setelah makan umur enampuluh

lebih, tetap langit dan bumi ada gubukku, empat lautan ada rumahku!" Sampai di situ, Yan Toa Nio menghampirkan untuk unjuk hormatnya. "Loo-cianpwee!" ia berkata. Si pengemis mengawasi nyonya kita dan gadisnya dari atas sampai ke bawah. "Nyonya, apakah kau hendak mengamal kepadaku karena kau melihat kemelaratanku?" ia tanya. "Tetapi sejak hidupku, aku ada punya semacam penyakit! Ialah aku tidak terima amalnya orang perempuan.... Sedang kau pun niscaya tidak akan sanggup memberi cukup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

amal kepadaku! Aku si pengemis bangkotan tidak inginkan air thee restan dan nasi yang kelebihan!.... Aku tidak inginkan uang, satu atau setengah bun! Maka baiklah kita orang ambil saja jalan kita masingmasing!...." Yan Toa Nio tidak berani kata apa-apa atas jawaban yang aneh itu. Sekarang Leng In yang maju akan unjuk hormatnya. Tapi si pengemis tidak mau membalas hormat, ia melainkan tertawa hihihihi! Diam-diam Tan Ceng Po golengkan kepala pada ibu dan anak itu, agar mereka tidak menjadi kecele. "Hoa loosu, silakan masuk!" ia mengundang. Dengan tak menghaturkan terima kasih, dengan tindakan lebar pengemis itu berjalan masuk. Yan Toa Nio merasa aneh bukan main, apabila tidak tetua dari Kiushe Hiekee mendahului memberi tanda padanya, ia niscaya sudah menjadi tidak senang hati. "Siapa sebenarnya orang ini?" ia berbisik pada Cukat Pok. "Kenapa ia begini aneh?" "Kau orang ibu dan anak harus bisa tahan sabar," Souwposu pun berbisik, "jagalah baik-baik agar kau orang tidak menyebabkan dia menjadi tidak senang atau gusar. Dalam urusan kita, jikalau kita orang bisa dapatkan bantuannya, dengan cepat kita orang akan mendapat kepuasan. Dia adalah orang yang di daerah Kanglam biasa dipanggil Kiongsin Hoa Ban Hie, si Malaikat Kemelaratan." Yan Toa Nio berdiam atas keterangan itu. Sebagai orang kelahiran Kanglam, ia juga pernah dengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

namanya si Malaikat Kemelaratan itu, cuma orangnya ia belum pernah lihat, sedang umurnya ia rasa ada kurang cocok dengan orangnya sendiri. Tempo ia masih muda,

ia sudah dengar halnya orang berilmu ini, yang selalu bekerja dengan umpatkan diri dan segala perbuatannya selalu ada menggemparkan. Di sepanjang Tiangkang, di darat atau di air, kalau mendengar namanya Kiongsin, bangsa Rimba Hijau selamanya nenjadi sakit kepala tidak keruan, hingga kalau di antara mereka terjadi pertentangan, sampai namanya si Malaikat Kemelaratan dijadikan dato sumpah ialah siapa yang bersalah, ia akan celaka di tangannya Hoa Ban Hie! Tapi waktu itu ia dengar Kiongsin sudah berusia setengah abad, maka sekarang, usianya si pengemis mestinya sudah delapan atau sembilanpuluh tahun, maka adalah aneh, menampak romannya, dia sekarang baru berumur kirakira enampuluh tahun. "Apakah ini tidak aneh?" demikian ia pikir. Yan Leng In juga heran jika ia ketahui siapa adanya si pengemis ini, tapi seperti ibunya, ia juga tutup mulut serta masuk dengan tidak kata apa-apa. Sesampainya di dalam, Hoa Ban Hie sudah lantas duduk menghadapi meja Patsiantoh, tongkatnya ia letaki di atas meja, dua kantongnya ia gabruki di atas kursi. Tan Ceng Po sudah lantas datang dengan secawan thee, agar bisa letakkan cawan itu di mukanya si pengemis, dengan tangan kiri ia raba orang punya tongkat yang ia hendak geser. Tapi si pengemis segera tahan tangannya. "Eh, nelayan bangkotan, kau hendak bikin apa?" ia menegur. "Apa boleh jadi kau berniat merampas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bendaku dan mencelakakan jiwaku? Kau harus ketahui, tongkat untuk menggebuk anjing ini adalah benda semengga-mengganya dari aku si pengemis tua!" Tan Ceng Po tarik pulang tangannya dengan cepat dan tertawa. "Aku tidak kesudian kau punya benda ini!" ia berkata sambil bersenyum. "Aku hidup dari penangkapan ikan, aku bisa hidup terlebih mewah daripada kau! Kalau kau anggap benda ini sebagai mustika, aku tentu tidak berani langgar!...." "Sahabat, jangan kau pandang tongkatku ini sebagai barang permainan!" si pengemis pun tertawa. "Tongkatku ini, jika ia dapat dilihat oleh anjing gelandangan dari Kang-lam, anjing itu niscaya runtuh semangatnya! Sudah banyak kali aku taklukkan makhlukmakhluk

jahat dan kejam, semua itu aku mengandal pada bendaku ini! Nelayan bangkotan, aku melihat yang sifatmu juga telah berubah, belum pernah aku melihat kau melayani tamu sebagai hari ini! Hari ini hari apa? Apa hari ini ada hari ulang tahunmu? Aku hanya dapat tenggak kau punya arak kegirangan tetapi aku tidak bisa mengantar bingkisan!" Tan Ceng Po kembali tertawa. "Tidak heran jika orang di kalangan Sungai Telaga bersakit kepala apabila mereka mendengar namamu!" ia berkata "Aku sendiri benar-benar takut padamu! Tapi, mari kita orang bicara terus terang! Ada urusan apa maka kau datang padaku di sini? Jikalau tidak ada sebabnya, tidak nanti kau kesudian berikan aku kehormatan dengan munculnya kau di sini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pengemis itu tertawa terbahak-bahak. "Nelayan bangkotan, kau benar ketahui apa yang akan terjadi!" ia berkata. "Kau ternyata telah dapat tahu terlebih dahulu yang aku datang kemari untuk menegur padamu! Aku datang untuk tanya kau! Datangnya orangorang ke Haytong-kok itu adalah atas panggilan-mu! Kenapa mereka dirikan pusat mereka di sini? Kau tinggal di sini, tentunya kau telah berikan ijinmu! Maka itu, aku sengaja datang cari kau, karena tidak ada perlunya akan aku pergi cari sendiri pada mereka itu!" Sambil jatuhkan dirinya di kursi, Tan Ceng Po menjawab teguran itu. "Kalau benar untuk urusan ini kau datang padaku, terang kau terlalu menghina padaku si tua bangkai" ia berkata. "Haytong-kok bukannya lembah milikku sendiri! Aku tinggal dengan umpatkan diri di Ceng-coh-wa ini, aku masih belum tahu dari siapa aku dapat menyewanya, maka itu, cara bagaimana aku boleh usil akan campur tahu urusan lain orang!" "Kau tidak bisa bicara secara demikian!" Hoa Ban Hie berkata dengan tawar. "Haytong-kok ada jalanan untuk aku mundar-mandir dan mereka justru dirikan pusat mereka di lembah itu! Lembah dan pusat itu berada dekat di depan kau, cara bagaimana kau boleh biarkan saja mereka malang melintang? Kenapa kau sedikit pun tidak mau campur tangan? Aku juga dengar, mereka sebenarnya ada dari rombongan perahu-perahu di dalam sungai, kenapa sekarang mereka justru lari ke gunung,

akan mendirikan pusat mereka di darat? Di tanah datar orang kendarakan perahu, sampai umur begini punya tinggi, aku si pengemis tua belum pernah dengar atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lihat! Mereka seperti menjaga kau punya pintu, kenapa kau antap-kan saja?" "Jadinya kau datang padaku untuk urusan ini?" Tan Ceng Po menanya. "Apa benar-benar kau tidak ketahui siapa yang kepalai pusat di Haytong-kok itu atau kau datang padaku melulu akan gertak-gertak aku?" "Kau tahu sendiri, belum lama aku kembali dan aku tidak punya mata-mata atau juru kabar, dari itu, mana aku dapat ketahui urusan itu? Mereka seperti menjaga di muka pintumu, aku anggap adalah tidak bisa menjadi jikalau kau tidak mendapat tahu atau tidak diketahui siapa mereka itu! Toh ada gampang sekali bagimu untuk tanyakan keterangan pada mereka? Oleh karena itu, aku sekarang datang padamu...." "Kau benar juga, ya, kau tidak keliru," Tan Ceng Po kemudian berkata pula. "Mencari aku adalah terlebih gampang daripada mencari mereka itu! Mereka pindahkan pusatnya kemari belum ada sepuluh hari, tetapi sepak terjangnya ada dalam rahasia. Sejak setengah bulan yang lalu, mereka telah mundar-mandir kemari untuk atur persiapan. Aku pun merasa heran begitu lekas mendapat dengar perihal gerak-gerik mereka itu. Memang, di dalam kalangan Sungai Telaga ada banyak hal-hal yang aneh. Pada mulanya aku tidak ketahui mereka ada rombongan siapa dan dari mana mereka datang, karena itu, aku lantas cari keterangan. Mereka sebenarnya ada rombongan Tiathong-liong Pian Siu Hoo si Naga Besi yang tersohor dari Hucun-kang, ia telah pindahkan pusatnya di Gocu-mui. Ini benar-benar yang dibilang, tahun dan bulan bisa berganti macam! Tidakkah itu ada aneh? Maka aku anggap, sepak terjang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka itu mesti ada kandung maksud yang membahayakan." "Toh kau bukannya tidak mampu mencari keterangan!" Hoa Ban Hie memotong. "Kenapa mereka pindah kemari? Apakah maksud mereka itu?" "Aku sudah bikin penyelidikan, sampai sekarang aku masih belum bisa cari tahu maksud sebenarnya dari mereka itu," Tan Ceng Po jawab. "Di samping itu, rombongan itu tidak boleh dibuat permainan! Kenapa aku

mesti usil? Kenapa aku mesti rintangi mereka pindahkan pusatnya kemari? Ada apa sangkutannya di antara mereka dan aku? Kenapa aku mesti campur urusan iseng-iseng begitu macam?" Kelihatannya Hoa Ban Hie jadi tidak sabar. "Kau jangan bicara yang tidak ada kepentingannya dengan aku!" ia berkata. "Biarpun kau tidak ingin campur, kau harus campur juga! Biarpun kau tidak ingin menanya, kau toh harus menanya! Jikalau kau tidak gebrak pada mereka supaya mereka angkat kaki dari daerah ini, pasti di antara kita bakal ada perhitungan yang tidak dapat dibikin beres!" "Dengan Tiathong-liong Pian Siu Hoo aku tidak bermusuhan atau berdendaman, kenapa aku harus adu jiwa dengan ia?" Tan Ceng Po tegaskan. "Kau ketahui sendiri, ia ada satu manusia yang sangat berbahaya! Di Hucun-kang ada berapa orang yang berani bentur padanya?" Hoa Ban Hie mendelikkan matanya. "Aku tidak pedulikan soal ada punya permusuhan atau tidak!" ia berseru. "Kangsan-pang berlaku begini tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tahu aturan, kelakuan itu aku tidak sudi lihat! Ia harus diperintah lekas pindahkan pula pusatnya, kalau ia pindah, urusan dapat dibikin beres, kalau tidak, aku ingin lihat, cara bagaimana ia bisa tinggal berdiam dengan tenteram di Haytong-kok!...." Melihat orang mendongkol, Tongkouw Hiejin Tan Ceng Po tertawa dingin. "Sahabat karibku, baiklah kau tahan dulu hawa amarahmu!" ia nase-hatkan. "Kau bilang, kau tidak ketahui kenapa Pian Siu Hoo telah pindahkan pusatnya kemari, tetapi sekarang kau bisa ketahui itu! Sebab dari itu ada sangkutannya dengan nyonya dan puterinya ini...." Sambil berkata begitu, Tan Ceng P o menunjuk pada Yan Toa Nio dan Leng In. Hoa Ban Hie awasi tuan rumah dan kemudian kedua tamunya yang perempuan itu, kemudian ia menoleh pula pada tuan rumah. "Apa kau bilang?" ia menanya. "Kenapa Pian Siu Hoo, karena ibu dan anak ini sampai mesti pindahkan pusatnya yang sudah turun menurun itu? Sahabat baik, kau perlu berikan keteranganmu padaku!"

"Kalau kau inginkan itu, Hoa loosu, aku bersedia akan berikan penjelasan," sahut Tan Ceng Po yang diam-diam menjadi girang sekali karena ia telah menangkan si pengemis tua yang masih bisa di-ogok-ogok. Dan ia tuturkan hal-ikhwalnya ibu dan anak itu yang mempunyai sangkutan hebat dengan Pian Siu Hoo.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hoa Ban Hie geprak meja apabila ia telah mendengar semua, sehingga tongkatnya terpental tinggi dan jatuh pula ke atas meja dengan menerbitkan suara keras. Adalah karena bantingan itu, Yan Toa Nio dan gadisnya sekarang mendapat tahu yang tongkat itu ada terbikin dari bahan logam, sedang tadinya mereka tidak menyangka, karena romannya tidak mengutarakan itu. "Pian Siu Hoo dari Kangsan-pang ada satu laki-laki dari Hucun-kang, kenapa sekarang ia menjadi begitu pengecut?" ia berkata dengan sengit. "Kenapa melulu karena desakannya orang perempuan ia harus pindahkan pusatnya dari air ke darat? Ia sungguh membikin suram mukanya jago-jago sungai!" Yan Toa Nio dan Yan Leng In terperanjat di dalam hati apabila mereka dengar suaranya pengemis tua itu. Bukankah dengan ucapan itu, Hoa Ban Hie utarakan tidak puas bagi sikapnya Pian Siu Hoo? Apakah ia mempunyai hubungan dengan si Naga Besi? Syukur bagi ibu dan anak itu, mereka sudah lantas mendengar terlebih jauh orang punya ucapan lanjutan. "Kalau begitu, Pian Siu Hoo pindahkan pusatnya tentu dengan kandung maksud," demikian katanya. Tan Ceng Po tonjolkan jempolnya di mukanya si Malaikat Kemelaratan. "Sahabat karibku, dugaanmu cocok!" ia berkata separuh mengejek dan separuh memuji. "Setelah pindah, Pian Siu Hoo sudah lantas atur penjagaan di Haytongkok, hingga sekarang Seantero jalanan gunung yang kita kenal itu seperti juga telah diduduki olehnya. Sekarang ia telah kirim surat undangan pada semua sahabatnya di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sepanjang sungai Tiangkang dan sahabat-sahabat lainnya, dengan siapa saja yang ia semulanya telah berkenalan. Di lembah Haytong-kok ia sedang menantikan Toa Nio dan puterinya ini supaya ibu dan anak lemparkan diri ke dalam jaring jebakan. Celakanya, ia juga rembet-rembet kaumku dari Kiushe Hiekee! Tindakannya ini ada liehay sekali! Terang Pian Siu Hoo

hendak menjadi di atas sungai, atau kalau ia gagal, ia akan tetap tancap kaki di darat, karena ia telah punyakan Haytong-kok ini. Gagah berani adalah ibu dan anak ini, sayang mereka masih kurang pengalaman, karena mereka berani lancang datang ke Haytong-kok tanpa persiapan, maka itu tadi aku telah cegat mereka dan lantas ajak pulang kemari. Lihatlah, sahabatku, apa kau boleh pandang enteng pada sepak terjangnya Pian Siu Hoo sekarang ini? Sekarang tidak bisa lain, aku harus bersiap untuk maklumkan perang kepadanya!" Berulang-ulang Hoa Ban Hie memperdengarkan suara di hidungnya. "Dengan sikapmu ini, nelayan bangkotan, kau mengunjukkan dirimu tidak seharusnya menjadi satu sahabat!" ia berkata. "Kau nyata sudah gunai alat muslihat terhadap aku! Kau ternyata mempunyai sangkutan dengan urusannya Toa Nio ini! Perbuatannya Pian Siu Hoo ada melintasi garis dari kaum Sungai Telaga, maka selama aku si pengemis tua masih hidup dalam dunia, aku tidak akan perkenankan orang semacam dia berpencak silat di hadapan mataku! Ia hendak kendalikan semua coanpang di atas dan bawahan Tiangkang? Sungguh besar cita-citanya, sungguh besar nyalinya! Sekalipun aku si pengemis tua yang sudah beberapa puluh tahun malang melintang, masih belum berani mengharap seperti apa yang ia idam-idamkan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sudah lama aku tidak main-main, maka sekarang aku ingin pentang lagi mataku, aku ingin tengok macamnya orang-orang Kangsan-pang atau kawan-kawan mereka yang berkumpul di Haytong-kok! Eh, nelayan bangkotan, apa yang kau hendak berbuat sekarang?" "Aku hendak pentang lahar di hadapan Pian Siu Hoo," sahut Tan Ceng Po dengan adem. "Aku ingin hadapi ia secara terus terang! Tidakkah ini ada menarik hati?" "Tetapi aku tidak pikir demikian, sedikitnya untuk permulaan," Hoa Ban Hie berkata. "Lebih dahulu aku hendak permainkan pada mereka, supaya sebagai anjing atau ayam, mereka nanti merasakan tidak tenteram di hati, supaya mereka bisa buka matanya dan melihat! Sesudah itu barulah kita orang nanti hadapi ia depan berdepan, guna mendapatkan, kepastian siapa menang dan siapa kalah! Nelayan tua, bagaimana pikiranmu?" "Sahabat karib, kalau kau anggap itu cocok, aku bersedia akan iringi kau!" sahut Tonglouw Hiejin, yang

girang bukan main karena ia telah berhasil tarik si pengemis tua ini pada pihaknya. Hoa Ban Hie manggut. "Baiklah!" ia berkata. "Sekarang, setelah kau berikan persetujuanmu, aku hendak nyatakan pikiranku. Kau punya tempat ini ada terlalu kecil, jika dengan tempat ini kau hendak hadapi Kangsan-pang, kau keliru. Tempat ini tidak sekuat sebagaimana yang kau sangka! Kau telah bawa Yan Toa Nio ibu dan anak kemari, kau harus berdaya akan berikan mereka tempat yang aman, untuk lindungkan mereka. Tempatmu ini gampang diserang, sukar untuk dilindungi. Apa kau hendak bikin aku si melarat mesti turut-turutan berabe dan mendapat malu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tan Ceng Po bersenyum di hadapannya si pengemis tua itu. "Hoa loosu, kau ternyata pandang terlalu tidak berharga padaku si nelayan tua!" ia berkata. "Kau jangan tidak melihat mata pada gubukku ini! Aku tidak percaya yang kawanan tikus itu akan mampu bikin tak bergeming sepotong kayu bakar di sini!" Si Malaikat Kemelaratan tertawa berkakakan sambil melenggak-lenggak. "Aku lihat sedikit api saja akan bakar musnah padamu!" ia berkata. "Apa kau kira sarangmu ini cukup tangguh? Bagaimana kalau mereka gunai api?" "Itulah lain! Memang gubukku ini tidak boleh terlalu diandalkan, tetapi aku telah undang ibu dan anak ini datang kemari, maka adalah menjadi kewajibanku untuk menanggung keselamatannya. Mereka ada seperti yatim piatu dan musuhnya ada tangguh sekali, dari itu aku perlu berkorban untuk menjamin pri-keadilan di kalangan Sungai Telaga! Aku tahu betul, kecuali kau si nelayan tua, tidak ada lain orang lagi yang tidak takut perkara, yang tidak takut bencana!" "Sahabat karibku, jangan kau terlalu andalkan diri!" berkata Hoa Ban Hie, yang berulang-ulang memperdengarkan suara menghina dari hidungnya. "Di dalam kalangan Sungai Telaga, masih banyak lain orang yang memiliki semangat laki-laki! Apa tidak lucu kalau kau agulkan dirimu sendiri? Jangan kau tidak melihat mata padaku si pengemis! Kau tahu, tempat kediamanku ada jauh terlebih tangguh daripada gubukmu ini! Yan Toa Nio dan kau nona, jikalau kau tidak memandang hina padaku si pengemis tua bangkotan, aku undang kamu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berdua untuk mengunjungi rumahku, sekalipun untuk sedikit hari, kemudian kita orang nanti pikir dengan cara bagaimana kita akan hadapi Pian Siu Hoo dan kawankawannya!" Biar bagaimana juga, Toa Nio dan gadisnya bersangsi. Mereka baru kenal si pengemis tua, kini melihat sikapnya yang luar biasa, ada sukar untuk mereka merasa tenteram. Benar dari sikapnya Tan Ceng Po ia dapat duga bahwa bantuannya orang tua ini ada sangat diharap, meski demikian mereka tidak bisa segera lenyapkan kesangsiannya. Ia sebenarnya hendak menghaturkan terima kasih dan menampik, tetapi Cukat Pok dengan samar-samar golengkan kepalanya memberi tanda untuk mereka jangan menolak. Tan Ceng Po bisa mengerti kesangsiannya mereka berdua, maka ia lalu ambil putusan sendiri. "Toanio, kamu berdua ibu dan anak benar-benar ada mendatangkan kekaguman orang!" berkata Tong-louw Hiejin. "Tempat kediamannya Hoa loosu tidak sembarang orang dapat datangi, malahan orang sembarangan juga tidak nanti diundang datang ke sana, maka kau orang yang baru dikenal, telah mendapat undangan, ini adalah kejadian yang jarang sekali!" "Kalau begitu, kita ibu dan anak ada sangat bersyukur," berkata Yan Toa Nio kemudian. Dan ia haturkan terima kasihnya pada si pengemis itu. "Kita bersedia akan penuhkan kehendak loo-cianpwee." Baru sekarang kelihatan si pengemis bersenyum gembira secara sungguh-sungguh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Kalau kamu berdua tidak cela padaku si pengemis tua yang miskin melarat, marilah ikut aku," ia berkata. "Aku ada seorang yang beradat terburu napsu, kalau satu urusan belum beres, aku ingin segera selesaikan itu. Mari kita berangkat sekarang!" Dan ia pungut "tongkat untuk kemplang anjing"-nya. "Tunggu dulu, sahabatku!" Tan Ceng Po mencegah. "Kenapa begitu kesusu? Lihatlah sang waktu! Mereka ibu dan anak baru sampai, di sini pun ada Cukat loosu, mustahil aku tidak usah jamu lagi mereka dengan thee dan makanan yang sembarangan?" Hoa Ban Hie benar-benar mendesak. "Nelayan tua, tinggalkan makananmu itu untuk kau dahar sendiri nanti!" ia berkata. "Aku si pengemis tua tidak biasa makan kau punya sisa air teh dan nasi!

Malahan kau sendiri, hayo turut aku. Kau tahu, cucu muridku tukang minta-minta telah sediakan aku beberapa botol arak yang bagus, aku undang kau untuk minum sampai puas!" "Baik, baik," Tan Ceng Po menjawab sambil bersenyum. "Satu hweeshio pengembaraan dahar di delapanbelas penjuru dan aku si nelayan tua akan makan di sembilan-belas daerah!...." "Cukup, Tan Ceng Po, cukup!" berkata Hoa Ban Hie. "Kita orang akan hadapi Kangsan-pang, ingin melihat kepandaian simpanannya boleh diandalkan atau tidak! Sudah, jangan banyak bicara lagi, mari kita pergi!" Yan Toa Nio dan gadisnya merasa heran melihat tingkah lakunya orang-orang pandai ini, hingga mereka bengong saja, mengawasi dan mendengarkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tan Ceng Po bersenyum, ia tetap tenang saja. "Hoa loosu ada begini baik budi, kebaikannya itu tidak boleh disia-siakan," ia berkata pada Yan Toa Nio berdua dan Cukat Pok. "Hayo kita berangkat!" Kiongsin Hoa Ban Hie, yang telah gendong kantongnya, segera mendahului bertindak keluar dengan tuan rumah, Yan Toa Nio dan gadisnya mengikuti. Tuan rumah masih manggut-manggut pada Cukat Pok, setelah itu barulah ia keluar dengan tidak mengunci lagi pintunya, hanya pintu pagar yang ia rapatkan. Dari luar pagar, sambil menoleh ke rumahnya, ia berkata dengan nyaring, "ACit naynay, lihat pintu! Aku mau pergi ke Hokliong-gay untuk satu atau dua hari, kalau ada orang datang cari aku, silakan supaya ia susul aku! Andaikata kucing dan anjing itu berniat masuk ke dalam kampung kita, jagalah supaya mereka tidak bisa lari kabur lagi, kurunglah mereka di dalam kurungan, agar kulitnya kita bisa keset dan dagingnya boleh dipanggang!...." Belum sampai Tan Ceng Po tutup rapat mulutnya, atau dari kamar sebelah kelihatan keluar satu pemuda dengan baju pendek dan celana yang digulung tinggi, kulitnya hitam, gerakannya gesit. Ia menghampirkan tuan rumah akan unjuk hormatnya. "Aku tahu, silakan loosu berangkat!" ia berkata dengan hormat. Terus saja ia berdiri di pinggiran. Yan Toa Nio bisa lihat, meski orang beroman sebagai pemuda dusun, tetapi matanya pemuda itu bersinar dan tubuhnya kekar. Maka ia duga pemuda ini tentu ada

murid yang diandalkan oleh Tan Ceng Po, siapa mesti ada satu penduduk yang dimalukan di tempat kediamannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hoa Ban Hie sebaliknya tidak pedulikan apa-apa, ia jalan terus dengan cepat, melewati beberapa rumah, sampai di jalanan gili-gili sawah menuju ke selatan barat, mengkol di satu tikungan. Kelihatannya Kiongsin Hoa Ban Hie jalan seperti biasa, tetapi sebagai satu ahli, Yan Toa Nio bisa bedakan orang punya tindakan kaki yang seperti juga tidak menginjak tanah. Itu adalah kesempurnaan ilmu jalan yang dinamai Kun-goan Itkhie Lengpo-pou atau Jalan seperti melayang-layang. Kepandaian seperti ini ia hanya pernah dengar tetapi belum tahu siapa yang memiliki dan belum pernah saksikan juga, maka ini adalah untuk pertama kali ia melihat dengan mata sendiri. Tidak heran apabila Yan Toa Nio dan gadisnya merasa harus menggunakan tenaga untuk menyusul Hoa Ban Hie, karena Tan Ceng Po dan Cukat Pok pun harus memperlihatkan kepandaiannya agar dapat mengikuti si Malaikat Kemelaratan. Setelah melalui dua tiga lie dan lewatkan beberapa tikungan barulah Hoa Ban Hie kendorkan tindakannya, dengan begitu Tan Ceng Po, Cukat Pok, Yan Toa Nio dan Leng In beruntun bisa datang dekat kepadanya. Mereka sekarang melalui satu jalanan pegunungan yang sempit, sedang tadinya dari sawah dan tegalan, mereka berada di kaki bukit. Setelah menjurus ke barat selatan kira-kira setengah lie, mereka segera melihat beberapa rumah yang mencil sana-sini. Dan bila jalan ini telah dilalui, tibalah mereka di suatu tempat terbuka. Jalanan masih jalan pegunungan, tetapi luasnya ada tiga empat tombak dan di kiri kanan ada berbaris pohon yangliu dengan daun-daunnya yang hijau, hingga jalanan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

di situ menjadi teduh. Kecuali yangliu, di situ pun ada pohon-pohon bunga hutan dan rumput. Lagi kira-kira selepasan panah jauhnya, setelah nikung, lantas tertampak tempat di mana ada banyak pohon siong dan pek yang lebat, yang berada di tanah datar. Tanah ini letaknya tinggi. Dari antara pohon-pohon itu lantas tertampak rumah-rumah bambu tertutup atap. Di sebelah timur ada mengalir sebuah sungai yang seperti memutari bukit, sumbernya dari selat-selat di atas

bukit. Karena airnya cetek dan banyak batu-batu yang besar, maka air yang mengalir kadang-kadang menerbitkan suara berisik dan muncrat tinggi seperti air mancur. Pemandangan alam itu bisa melegakan hati yang pepat. "Ini rupanya yang dipanggil desa Bancie sanchung dari Hokliong-gam," Yan Toa Nio berkata pada Tan Ceng Po, suaranya perlahan. Tonglouw Hiejin manggut. Hoa Ban Hie masih jalan terus di sebelah depan, sekarang ia mulai nanjak, karena letak kampungnya ada di tanah datar di atas tanjakan. Jalanan sekarang ada kecil. Tiba-tiba dari jurusan pohon-pohon kelihatan seorang muda lari mendatangi. Melihat orang itu, hampir-hampir Yan Leng In tidak tahan akan tidak tertawa geli. Karena benar perkataan, bahwa makhluk mencari bangsanya. Sebab orang yang mendatangi itu pun ada berpakaian rombeng dan penuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan tambalan, hanya yang beda adalah kebersihannya. Sesampainya di dekat Hoa Ban Hie, orang itu segera berdiri di pinggiran dan segera memberi hormat. "Loo-couwsu baru pulang," ia berkata. Pengemis tua itu tidak membalas hormat, ia tidak manggut atau menjawab, hanya angsurkan tongkatnya yang disambuti oleh orang muda itu, segera dipanggul dan dibawa pergi sambil berlari-lari pula. Hoa Ban Hie jalan terus, ketika mendekati tempat di mana ada pohon-pohon, di situ muncul dua orang tua, masing-masing dari usia lima atau enampuluh tahun dan kedua-duanya beroman sebagai tukang minta-minta, melainkan tampang mukanya bukan seperti pengemis yang kotor dan dekil. Malah yang di kiri ada kate gesit seperti Cukat Pok dan yang di kanan bertubuh tinggi besar, alisnya gompiok, matanya besar, brewokan dan mukanya merah. Ia ini pakai baju dan celana pendek, celananya sebatas dengkul, kakinya yang telanjang ditutup dengan sepatu rumput. Kedua betisnya penuh bulu hitam. Kedua lengannya penuh urat kasar. Maka itu, meskipun, ia berpakaian rombeng sebagai pengemis, orang tidak akan percaya ia ada tukang minta-minta.

Umpama kata ia bercampur dengan kawanan jembel, orang masih akan sangsikan ia. Melihat Kiongsin, kedua orang itu mengunjuk hormat tanpa berkata apa-apa, sedang si pengemis tua, seperti tadi, juga tidak ambil peduli pada kedua orang tua ini. Ia hanya jalan terus, masuk ke tempat yang banyak pohonpohon dan sama sekali tidak pernah menoleh pada tamutamunya, la tidak berlaku manis sebagaimana selayaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

satu tuan rumah, hingga kalau di muka umum, ia dapat dianggap tidak tahu aturan. Tan Ceng Po dan kawan-kawannya tidak gubris sikapnya tuan rumah yang aneh ini, mereka terus membuntuti dengan tidak berkata apa-apa. Mereka sekarang berjalan di antara pohon-pohon kayu yang seperti berbaris, daun-daun yang tebal bikin tempat itu sebagai rimba yang gelap. Setiap melewati lima atau enam pohon, pasti di belakang itu ada orang yang berkelebat, yang unjuk hormatnya pada si Malaikat Kemelaratan. Yan Toa Nio dan gadisnya tidak menjadi heran dengan apa yang mereka tampak itu. Nyata bahwa Bancie sanchung bukannya tempat sembarangan, kampung ini tetap terjaga pada waktu siang, begitu juga di waktu malam. --ooo0dw0ooo-VIII Setelah berjalan jauhnya kira-kira setengah lie, barulah di sebelah depan tampak sedikit cahaya terang. Cahaya itu disebabkan kurangnya pohon-pohon. Sebagai gantinya, lalu tampak beberapa rumah yang kebanyakan seperti menempel dengan lamping bukit atau batu gunung. Rumah-rumah itu tidak sama besarnya, ada yang dua, ada yang sampai empat dan lima ruangan. Hanya, apa yang luar biasa, yang Leng In dapat melihat dengan kebetulan saja selagi ia mendongak, di atas pohon-pohon yang paling tinggi ada berdiri rumah-rumah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gubuk, yang dibikin kuat dengan palangan malang melintang di antara cabang-cabang, sedang di bawahnya tidak tertampak tangga bambu atau tangga tali yang berupa sebagai ayunan. Rupanya rumah itu adalah tempat untuk melihat jauh. Leng In tidak ketahui di atas rumah-rumah itu ada orang atau tidak, karena segala apa ada sunyi seperti itu

rimba sendiri. Setelah sampai di luar rimba, baru Hoa Ban Hie berpaling pada sekalian tetamunya. "Beginilah cara hidup sehari-hari dari aku si miskin melarat," demikian ia kata. "Kita ada seperti orang-orang hutan, yang tidak kenal adat sopan santun. Cukat loosu, Yan toanio, harap suka maafkan aku. Aku tinggal di tempat di mana jarang lain orang datang, bagaimana kau pikir tempat ini, apa boleh juga?" "Loosu, kau bolehlah dipandang sebagai loo-cianpwee yang telah sucikan diri," kata Cukat Pok dengan kekaguman. "Sebenarnya ada sukar akan dapatkan tempat yang begini tenang dan indah. Siapa tinggal di sini, ia benar bisa lupakan penghidupan manusia yang berisik dan banyak aneka warnanya, ia bisa lupai harta dunia yang begitu diperebutkan. Loosu, bagaimana kau bisa sebut-sebut halnya si orang hutan?" Hoa Ban Hie tertawa bergelak-gelak. "Cukat loosu, jangan kau puji-puji aku," ia kata pula. "Aku adalah seorang yang tidak punya jodoh dengan jasa, nama besar dan harta dunia, di mana orang hendak suruh aku berdiam?" Souwposu tidak menjawab, ia melainkan bersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hoa Ban Hie lantas ajak sekalian tetamunya menghampirkan satu rumah yang paling besar di Hokliong-gam. Pekarangan tidak dikurung dengan tembok hanya dengan pagar bambu yang rata tingginya empat atau lima kaki, yang ujungnya semua dibikin lancip. Ketika orang sampai di muka pintu pekarangan, dua pemuda kelihatan keluar menyambut, pakaian mereka juga ada pakaiannya kawanan jembel. "Chungcu baru pulang!" mereka itu menyambut. "Barang makanan dan arak yang chungcu pesan sudah disajikan rapi." Hoa Ban Hie geraki tangannya, lantas dua pemuda itu berdiri di pinggiran, buat kasih orang lewat, maka itu, sekalian tetamu lalu dipimpin masuk. Yan Toa Nio lihat pekarangan ada lebar, tanahnya ditutup sama rumput hijau, di sana-sini ada tetanaman pohon-pohon bunga dengan rapi. Rumah itu terdiri dari tiga ruangan besar dengan dua lagi yang kecil di kedua samping.

Selagi masuk di pertengahan, di mana ada pintu angin, entah dari manajalannya, di situ tahu-tahu ada menyambut lagi dua pemuda yang tadi memapak di pintu pekarangan. Baru sekarang Kiongsin angkat kedua tangannya, akan unjuk hormat pada empat tetamunya, hingga mereka ini repot membalasnya! Melihat dandanan tuan rumah dan memandang perabotan atau perlengkapan dalam rumahnya, Yan Toa Nio dan gadisnya menjadi heran dan kagum. Kursi dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

meja, semua terbikin dari bambu hijau. Segala apa ada teratur rapi dan menarik nampaknya, semua-semua ada bersih. Di tembok bilik ada digantung pedang dan yauwkim, satu tanda bahwa selain pintar senjata tuan rumah pun gemar main tetabuhan. Di meja kecil depan jendela, yang rupanya dijadikan meja thee, ada papan catur dengan biji-bijinya, yang masih teratur, sebagai tanda bahwa orang bermain belum selesai. Sedang di bilik sebelah timur ada tertempel beberapa gambar tekenan dan tulisan-tulisan huruf yang bagus. Siapa sangka bahwa ini ada rumahnya satu pengemis? Apabila tuan rumah dan tetamu sudah ambil tempat duduk, dua pemuda tadi datang dengan air thee, yang diisi dalam cangkir-cangkir yang indah. Yan Toa Nio menduga bahwa, kecuali Hoa Ban Hie sendiri, di desa pengemis istimewa ini mesti ada lain-lain orang berilmu sebagai si pengemis tua itu. "Sahabat karibku, kau telah datang kemari, karena itu, aku perlu mengodol saku akan layani pada kau," berkata tuan rumah sambil bersenyum. "Lihat di sana, meja perjamuan sudah tersedia! Tidakkah aku, si pengemis, dalam hal melayani tetamu, ada jauh terlebih baik daripada kau? Beda dengan kau, kalau aku datang padamu, kau senantiasa tanya ini dan itu, yang bikin kepala pusing saja! Itulah sebabnya kenapa aku tidak sudi sering-sering datang padamu, sebab aku tidak hendak ganggu pada orang muris sebagai kau...." Digoda begitu, Tan Ceng Po tertawa besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lihat bagaimana hebat kau kemplang aku!" ia kata. "Sudah, sahabatku, sudah, kau jangan omong saja, tetapi mari kita lihat, siapa terlebih pandai dahar!...." Hoa Ban Hie juga tertawa. "Baik, baiklah," ia menyahut. "Lihat saja!"

Cukat Pok turut tertawa, tetapi ia tidak campur bicara, sedang nyonya Yan dan gadisnya hanya bersenyum. Ketika itu Hoa Ban Hie berbangkit, akan hadapi Cukat Pok dan Toa Nio berdua. "Aku ada satu pengemis tua, tetapi aku sekarang hendak menjamu tetamu, sungguh aku tidak tahu malu," ia kata. "Bancie sanchung tidak punya perhubungan dengan kota, maka apa yang aku bisa suguhkan, semua ada barang-barang yang bisa didapat di satu desa, hingga bisalah dimengerti bahwa untuk itu aku tidak usah ngodol saku dalam-dalam. Toh aku masih ingin kau rasai bagaimana masakan si orang pegunungan. Hanya, karena ini bukan ada makanan sisa, yang boleh dapat men-jembel, aku percaya tidaklah aku sampai merendahkan kepada tetamu-tetamuku sekalian. Harap dengan minuman itu aku bisa kasih selamat datang pada sekalian tetamuku!" Meja perjamuan ada di sebelah, di situ orang lantas duduk, dan tuan rumah sudah lantas isikan orang punya cawan dengan arak bikinannya sendiri, yang belumbelum sudah menyiarkan bau harum, sedang kemudian ternyata, masakan rebung segar dan ayam rasanya beda daripada masakan orang-orang lain. Bukan cuma Yan Toa Nio dan gadisnya serta Cukat Pok, juga Tan Ceng Po sendiri sampai berikan pujiannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

buat itu barang makanan dan arak wangi. Kekagumannya Toa Nio telah jadi bertambah. Orang bersantap dengan tidak banyak omong, kirakira jam dua, semuanya sudah merasa cukup. Sementara itu Yan Toa Nio dan anaknya heran sampai sebegitu jauh mereka tidak lihat orang perempuan atau anak-anak di desa itu, si nyonya merasa likat sendirinya, karena ternyata mereka berdua ada orang-orang perempuan semengga-mengganya di situ. Cara bagaimana mereka bisa berdiam lama-lama di itu rumah? "Loo-cianpwee, aku ibu dan anak pikir niat balik ke perahu kami," kemudian Toa Nio kata dengan diam-diam pada Tan Ceng Po. "Kami bersyukur padamu yang telah mengundang kami datang kemari dan hendak membantu kami, tetapi di sini tidak ada orang perempuan, ada kurang bagus kalau kita tetap berdiam sama-sama di sini. Kalau sudah sampai saatnya, kami datang pada loocianpwee untuk menerima bantuanmu yang kami sangat

hargakan." Tan Ceng Po mengawasi nyonya itu. "Baiknya kau bicara dengan aku, toanio, kalau kau terus bicara dengan si Malaikat Kemelaratan, ia bisa jadi tidak senang," ia kata. "Kau jangan sibuk, di sini bukannya tidak ada orang perempuan. Kau lihat caracaranya, maka kau bisa mengerti, aturan di sini mestinya ada luar biasa juga. Sabar saja, sebentar kita nanti lihat, dengan cara bagaimana ia akan mengatur kau berdua." Mendengar itu keterangan, Yan Toa Nio tidak mau banyak omong lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara itu Hoa Ban Hie, yang undurkan diri sebentar, telah kembali bersama satu pengemis umur enampuluh lebih. "Kau ibu dan anak," ia kata, "setelah kau berada di sini, kau boleh tinggal dengan hati tenteram dan tenang. Masih belum terlalu kelambatan apabila kau pergi nanti, sesudahnya urusan sama Kangsan-pang dapat dibikin selesai. Bancie san-chung bukannya bertembok besi atau tembaga, tetapi untuk melayani Pian Siu Hoo dan sahabat-sahabat sebangsanya, rasanya aku masih sanggup. Sekarang kau silakan ikut ini si Han yang tua pergi ke belakang, di loteng Cheetiok-lauw, untuk kau tempati selama kediaman kau di sini." "Terima kasih, loo-cianpwee," Yan Toa Nio kata sambil unjuk hormatnya. "Kita belum pernah kenal satu dengan lain, sekarang, pada pertemuan yang pertama, loocianpwee begini perhatikan kami, kami sungguh ada sangat bersyukur." Tuan rumah itu manggut. "Apa yang toanio bilang ada hal yang benar," ia kata, "meski demikian, aku harap selanjutnya toanio jangan ucapkan pula itu. Kita ada orang-orang dari kalangan Sungai Telagaapakah kerjaan dan kewajiban kita? Bukankah saling menolong ada keharusan kita? Nah, silakan kau beristirahat dahulu!" Yan Toa Nio menjadi tidak enak sendirinya, ia tidak nyana, selagi ia hendak unjuk bahwa ia kenal adat istiadat dan mengenal budi, ia telah ketemu paku! Tetapi ia tidak menjadi kecil hati, karena ia mengerti orang punya adat aneh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah manggut pada Tan Ceng Po dan Cukat Pok, Toa Nio ajak anaknya ikut Loo Han, si Han tua itu, pergi

ke luar, akan menuju ke sebelah timur. Di luar sudah siap lentera, buat dipakai di perjalanan, karena mereka mesti lintasi satu jalanan kecil yang seperti di dalam rimba. Kira-kira sejarak setengah panahan, Toa Nio bertiga sampai di satu rumah yang dikitari dengan pekarangan yang berpohon yangliu, yang ditutup rapat dengan pagar bambu. Rumah itu berada di sebelah kiri, menghadapi loteng atau rang-gon kecil, yang seperti terkurung pohon-pohon. Dari jendela ranggon kelihatan sinar api. Loo Han buka pintu pagar dan ajak ibu dan anak itu masuk. "Di sana ada tangga untuk naik ke ranggon," ia berkata seraya menunjuk ke jurusan timur selatan. "Aturan chungcu kita ada sangat keras, karena ini ada tempat untuk tetamu-tetamu terhormat, sampai di sini, aku tidak berani maju lebih jauh. Kita ada terlarang kendatipun mesti maju satu tindak lagi saja. Ini rumah kecil ada tempat aku berdiam dan menjaga, kalau perlu apa-apa, toanio boleh teriaki saja padaku." "Terima kasih," berkata Toa Nio, yang tidak berani berlaku sembarangan, sekalipun terhadap orang-orang suruhannya Hoa Ban Hie. "Aku melulu bikin cape pada kau." Lantas dengan ajak gadisnya Yan Toa Nio naik di tangga, yang pun terbikin dari bambu, sebagaimana loteng itu sedikit pun tidak memakai batu atau bata, maka tidak heran kalau selagi manjat, tangga itu ada kasih dengar suara kerekekan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pintu loteng ada ditutup tetapi ibu dan anak ini tolak itu, akan masuk ke dalam. "Anakku," berkata Yan Toa Nio, "kita sebenarnya sudah banyak mengembara, sampai ke beberapa propinsi dan kita telah ketemui banyak macam orang orangorang berilmu juga, tetapi sampai sebegitu jauh, belum pernah kita ketemui orang aneh sebagai ini orang tua she Hoa. Lihatlah ini loteng kecil, bagaimana luar biasa cara pembikinannya, kuat dan menarik hati. Terang di sini ada berdiam orang-orang luar biasa. Kenapa mereka berdandan rerombengan, berkelakuan sebagai serombongan jembel? Apabila pakaian mereka tidak bersih.... Hoa Ban Hie ada seorang yang penting sekali di dalam ini Bancie sanchung. Kita terum-bang-ambing

dalam lautan penghidupan, maksudnya tidak lain, melulu untuk balas sakit hati ayahmu, maka bolehlah dikatakan beruntung, di mana-mana kita ketemui orang-orang dengan hati mulia. Lihatlah Tan cuncu di Giokliong-giam Hiecun serta semua kenalan mereka! Dan sekarang, lihatlah Tan loo-cianpwee dan orang tua she Hoa ini, yang semua bersedia akan membantu kita! Kita mesti bersyukur kepada Tan loo-cianpwee, yang ajar kita kenal sama Hoa loosu! Sungguh, harapanku ada besar, yang kita bakal bisa bikin perhitungan sama Pian Siu Hoo! Rupanya roh ayahmu telah lindungi kita maka kita telah peroleh tunjangan di mana saja kita sampai." Leng In mesti benarkan ibunya itu, sebab memang perjalanan mereka selalu berkesudahan dengan menyenangkan. Mereka telah tempuh bahaya dengan tidak sia-sia belaka.... Kemudian ibu dan anak ini kagumkan kursi meja dan lain-lain perabotan di dalam itu kamar loteng, semua dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bambu dan toh semuanya bagus dan menyenangkan di pemandangan mata. "Kalau kita hanya dengar orang omong ini semua, siapa mau percaya?" kata Yan Toa Nio. "Maka kau harus ingat, jangan sekali kita bertingkah dan jumawa, di dalam dunia ada banyak sekali orang-orang pandai dan gagah...." Baru saja Yan Toa Nio berkata sampai di situ, tiba-tiba ia dengar suara suitan di jurusan barat selatan, suaranya dari jauh dan datang mendekati. Ia hampirkan pintu dan tolak daunnya, akan melongok ke luar, atau ia lekas rapati pula daun pintu itu dan kembali ke dalam. Ia tidak lihat apa-apa, ia tidak bisa melihat jauh ke luar. Loteng itu terkurung dengan pohon-pohon, dari loteng orang tidak bisa melihat ke luar, dan dari luar orang tidak mampu lihat loteng itu. "Suara suitan itu mesti ada suara pertandaan di dalam ini dusun," Toa Nio kata pada anaknya. "Dengan berdiam di sini, kita tidak bisa ketahui apa juga terjadi di sebelah luar. Ini tempat benar-benar ada tempat sunyi...." Sebelum Leng In sahuti ibunya, ia dengar tindakan kaki di luar, di bawah loteng, maka sekarang ia gantikan ibunya akan pergi ke pintu dan melongok ke luar. Ia lihat dua lentera di luar pagar dan seorang sedang diiringi. "Ibu, mari!" nona Yan panggil ibunya. "Lihat, ada

orang datang!" Yan Toa Nio hampirkan anaknya dan turut melongok ke luar. Dua orang ada membawa lentera, mereka berhenti di pintu di luar pagar, orang yang mereka antarkan sudah masuk ke dalam pekarangan, tetapi dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dalam rumah kecil, si orang tua she Han telah ke luar menyambut, entah apa yang ia kata, orang itu menghampirkan ke Cheetiok-lauw, ketika ia enjot tubuhnya, tubuh itu telah mencelat naik ke atas loteng, maka sekejap kemudian, ia sudah berada di dalam lankan. "Kiranya Lim loo-suhu!" berseru Yan Toa Nio yang kaget berbareng heran. Dan lekas-lekas bersama Leng In, ia sambut salah satu ketua dari Kiushe Hiekee itu. Lim Siauw Chong angkat kedua tangannya, akan membalas hormat. "Sungguh beruntung yang kau ibu dan anak bisa dapatkan ini pertemuan luar biasa!" berkata ia dengan suara yang menyatakan kegirangan. "Dasar Thian ada maha adil dan orang-orang baik dikaruniakan, hingga kau tidak sampai terjatuh ke dalam tangannya orangorang jahat!" "Lim loo-suhu, silakan masuk," Toa Nio mengundang. Mereka masuk ke dalam dan ambil tempat duduk, dan Leng In segera menyuguhkan thee, yang memang telah disediakan di loteng itu. "Apakah loo-suhu datang sendiri?" Toa Nio tanya. "Kau ada punya urusan tetapi kau bisa datang begini cepat! Pian Siu Hoo telah pindahkan pusatnya di Gocumui, loo-suhu pasti ketahui itu maka kau datang menyusul kemari!" Lim Siauw Chong tertawa. "Kau memuji, toanio!" ia berkata. "Kita terlahir di Hucun-kang, biar bagaimana, kita tetap ada punya hubungan sama orang-orang dari kalangan coanpang, maka segala sepak terjangnya Pian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Siu Hoo mana bisa lewat dari mata kita? Yang aneh adalah Kiongsin Hoa Ban Hie! Cara bagaimana ia boleh suka membantu padamu ibu dan anak? Maka menurut aku, rupanya bagi Pian Siu Hoo, hari-hari terakhirnya sudah mendekat, pembalasan bakal menimpa dirinya! Ini Bancie san-chung, sejak didirikannya oleh Kiongsin Hoa Ban Hie, kecuali oleh pihaknya sendiri, belum pernah dilintasi atau didatangi oleh orang lain, malah lain-lain

orang dari kalangan Rimba Persilatan pun sukar datang kemari, sama sukarnya umpama orang mendekati langit! Tapi kau ibu dan anak, sekarang kau bisa berada di sini, sungguh luar biasa, sungguh bagus peruntunganmu! Tiathong-Iiong Pian Siu Hoo boleh undang orang yang paling pandai, mereka itu bakal tidak ada di matanya Hoa loosu! Apakah kau pernah pergi ke Haytong-kok?" "Dengan banyak susah kita telah cari Haytong-kok tetapi sampai sekarang kita belum pernah masuki," Yan Toa Nio jawab. Ia tuturkan bagaimana ia batal masuk karena ce-gahannya Tan Ceng Po. "Pian Siu Hoo sudah atur sempurna pusatnya itu, untuk masuk ke sana, kita terpaksa mesti menerjang dengan andalkan kepandaian kita" Lim Siauw Chong, yang ada sabar luar biasa, bersenyum. "Pian Siu Hoo anggap dengan caranya itu ia bisa unjuk keangkerannya Kangsan-pang," ia kata, "ia tidak tahu, itu sebaliknya yang bakal melekaskan kemusnahannya. Inilah yang dikatakan orang menggunai ilmu akan cari mampus sendiri! Semakin ia unjuk kegarangan dan kekuatannya, semakin orang-orang dan kalangan Rimba Persilatan tidak mau mengasih hati padanya! Di dalam kalangan Sungai Telaga, orang mesti andalkan tenaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sendiri, siapa yang mengharapkan bantuan sobat handai, ia tidak bisa diandalkan. Sekarang sikapnya ini telah menerbitkan perasaan tidak senang dari banyak orangorang tertua dari Hucun-kang, ia itu justru ingin sekali kau ibu dan anak, jangan kuatirkan apa-apa. Pian Siu Hoo telah bikin lenyap orang punya rasa suka kepadanya, ia justru dirikan pusat di tempat yang mencil, itu adalah jalan kemusnahan yang dibikinnya sendiri." "Tapi, Lim loosu, Pian Siu Hoo ada cerdik, kenapa ia jadi keliru? Mustahil ia tidak ketahui cacatnya ini? Jikalau ia benar-benar tidak insyaf, ia menjadi si orang kuat yang tidak berbudi akal!" Masih saja Lim Siauw Chong bersenyum-senyum. "Pian Siu Hoo boleh jadi orang yang berbahaya, tetapi sudah terang di dalam Hiecun ia telah mati daya, sekarang ia kabur ke sarangnya di Hucun-kang, tidak heran kalau ia dendam hebat dan niat bikin pembalasan, hingga ia pindahkan pusatnya kemari. Aku tahu ia telah sebar surat undangan, akan minta bantuannya orang

pandai, karena kecuali ia hendak lampiaskan dendamnya, ia pun kandung suatu niatan besar, yang dibangunkan oleh ketemahaannya. Ia mau uji kepandaian sama semua orang gagah dari daerah Ciatkang dan Kangsouw, agar, kapan ia peroleh kemenangan, ia bisa terus menjagoinya. Bisa dibilang tindakannya ada tindakan gelo tetapi tindakan itu ada berbahaya. Oleh karena ini, Toa Nio, usaha kau sebenarnya ada menghadapi rintangan hebat." "Aku mengerti, loo-suhu," Yan Toa Nio kata. Ia manggut-manggut. Sampai di situ, Lim Siauw Chong berbangkit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Aku mau pergi ke depan, akan lihat mereka sudah kembali atau belum," ia kata. "Siapa mereka itu, loo-suhu?" tanya Yan Toa Nio dengan heran. "Chungcu dari Bancie san-chung serta suheng-ku Cukat loosu," jawab Siauw Chong. "Mereka semua telah pergi, ketika aku sampai, aku tidak dapat ketemukan mereka, maka itu, oleh hu-chungcu aku telah diantar kemari akan ketemukan kau orang." Yan Toa Nio terperanjat, tapi lantas ia mengelah napas. "Untuk urusan kita, orang telah sampai begitu kesusu pergi ke Haytong-kok untuk membikin penyelidikan," ia berkata, "dengan demikian, kita berbalik seperti menjadi tuan rumah saja! Kenapa kita mesti berdiam seperti manusia yang dipuja-puja dan urusan kita mesti diserahkan kepada lain orang? Inilah tidak pantas!" Lim Siauw Chong golengkan kepala. "Aku minta toanio jangan mengucap demikian," ia berkata. "Chungcu dari Bancie sanchung ada seorang yang jiatsim, jika ia sudah mau membantu dan mau bekerja, siapa pun tidak bisa cegah padanya. Sekarang pun ia pergi bukan untuk menerjang bahaya, ia hanya hendak bikin penyelidikan, jika ia sudah ketahui segala apa dengan terang, baru ia mau bertindak akan hadapkan Pian Siu Hoo. Toanio harus ketahui, urusan sekarang telah mengenai juga banyak orang ternama dari kalangan Sungai Telaga, oleh karena itu, sekalipun Hoa loo-cianpwee, ia mesti pikir-pikir dahulu sebelumnya bertindak. Ia mengerti, jika ia alpa, tempatnya ini juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bisa celaka. Ia juga pikirkan soalmu dan ia tidak mau

sembarang-an. Maka sekarang toanio berdua baik bersabar dan menunggu kesudahan penyelidikannya Hoa loo-cianpwee." Yan Toa Nio manggut, ia tidak kata apa-apa pula, bersama gadisnya ia antar tetua dari Kiushe Hiekee ke luar, tetapi setelah ia balik ke dalam, ia insyaf hebatnya perkara. Ia tidak duga urusan dengan cepat telah berubah menjadi perkara begini besar. Karena ini, meski ia bisa tinggal dengan tanpa kuatir di Cheetiok-lauw, ia toh tidak dapat pulas dengan mudah. Berapa lama ia telah rebahkan diri, Yan Toa Nio tidak ketahui, hanya di waktu fajar, selagi ayam-ayam jago berkeruyukan, kupingnya mendengar seruntunan suara suitan. Yan Leng In juga tidak bisa tidur, ia rebah dengan pikiran bekerja seperti ibunya. Bila ia dengar suara suitan itu, ia berbangkit dan hampirkan pintu yang ia buka untuk melongok ke luar. Kecuali suara suitan tadi, tidak tertampak gerakan apa juga, kesunyian balik kembali seperti sediakala. Tapi, baru saja ia putar tubuhnya akan menutup pintu, dari bawah lauwteng ia dengar pertanyaan, "Apakah Yan toanio sudah tidur?" Ia lekas buka pula pintu dan menanya, "Siapa itu di bawah?" Yan Toa Nio juga sudah lantas bergerak dari pembaringannya, baru saja ia berduduk atau orang di bawah telah meloncat lewati pagar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Justru itu, tahu-tahu si-empe Han telah menerobos dan menghampirkan orang baru itu, lantas ia bicara berbisik, setahu apa yang dibicarakan. Yan Leng In sudah lantas kenalkan Souwposu Cukat Pok. "Cukat loosu, silakan naik," ia memanggil. Si Pembalasan Cepat tidak menyahut, tetapi ketika ia sudah loncat masuk ke lankan, Yan Toa Nio justru telah sampai di luar akan sambut ia, untuk terus undang ia masuk ke dalam. "Banyak capek, loo-suhu!" berkata nyonya Yan yang ketahui orang baru kembali. "Kita ada orang-orang dari satu golongan, lain kali aku minta toanio jangan berlaku seejie," Cukat Pok berkata. "Aku baru saja turut Bancie sanchung chungcu pergi ke

Haytong-kok. Sebenarnya kita boleh bersyukur bahwa kita telah ketemu dan mendapat bantuannya ini orang berilmu. Perkara sekarang telah berubah sifatnya dan menjadi hebat, tetapi dengan demikian, berbareng urusan sakit hatimu dapat diselesaikan, toanio. Pian Siu Hoo ada kandung maksud besar dan jahat, ia tidak lagi boleh dipandang enteng, kecuali ia telah atur Haytong-kok menjadi pusat, yang tangguh, iapun telah berhasil mengundang beberapa orang yang kita tidak pernah sangka akan dapat diundang olehnya! Kecuali ingin lampiaskan dendaman, Pian Siu Hoo pun ingin menjagoi di Hucun-kang, supaya ia hidup sendiri dengan tak ada saingan atau rintangan. Orang-orang yang ia undang saja telah membuktikan maksud besarnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yan Toa Nio dan puterinya awasi Souwposu, mereka ketarik dengan keterangan orang dan ingin sekali ketahui, siapakah orang-orang undangannya Pian Siu Hoo itu. Cukat Pok tahu bahwa mereka sangat ingin memperoleh keterangan, maka ia lantas tuturkan perjalanannya ke "Lembah dari bunga Hay-tong". Setelah Yan Toa Nio dan anaknya pergi ke Cheetioklauw, Hoa Ban Hie, Tan Ceng Po dan Cukat Pok tidak lantas bubaran, hanya tuan rumah itu segera berkata pada Tonglouw Hiejin, "Sahabatku, coba katakan, terhadap Pian Siu Hoo kau hendak ambil tindakan bagaimana? Aku si setan melarat ingin mendengar pikiranmu yang sempurna, agar aku bisa peroleh pengalaman." "Sudah, Malaikat Kemelaratan, sudah, jangan kau goda aku," Tan Ceng Po menjawab. Ia keluarkan suara dari hidung. "Mengenai pertanyaanmu, baiklah kau yang jawab sendiri! Pian Siu Hoo telah pindahkan pusat, itu saja sudah merupakan suatu keterangan jelas bagi sikapnya. Ia niat bertempur benar-benar dengan pihak kita, agar didapat keputusan siapa yang menang dan kalah. Bancie sanchung bukan didirikan baru satu atau setengah tahun, jika kau tidak bersiap sungguh-sungguh, kau nanti lihat macamnya gangguan musuh! Aku ada beda daripadamu. Kecuali satu gubuk dan sebuah perahu rosokan yang menjadi milikku semengga-mengganya, aku hanya mempunyai selembar jiwa yang sudah tua, jikalau aku harus roboh di tangannya Pian Siu Hoo, aku

roboh sendirian dan tidak seret-seret lain orang. Umpama kata aku kalah, aku percaya Kiushe Hiekee
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tidak akan ludas semua. Begitulah, maka aku tidak usah pikirkan tindakan. Kalau toh aku mesti berpikir, aku hanya berpikir untuk pihakmu!" Kedua biji matanya Hoa Ban Hie terputar. "Sahabatku, kau benar-benar main gila padaku!" ia berkata dengan nyaring. "Tapi kau harus mengerti, aku bukannya satu anak muda yang berdarah panas, yang tidak mengerti selatan, yang tidak kenal bahaya dan bertindak sembrono! Kenapa kau bangkitkan hawa amarahku? Jikalau Pian Siu Hoo ciptakan angin dan gelombang di Gocu-mui, aku tidak perlu usil padanya, tetapi siapa suruh ia datang ke Haytong-kok dan main gila di sini, tepat di depan mataku? Jikalau aku tidak kasih mengerti padanya, aku mesti bakar musnah Bancie sanchung dan pindah jauh-jauh dari sini, tetapi karena aku telah mengambil kepastian akan hadapkan padanya, maka telah kupikir sejak siang-siang. Di saat aku mulai turun tangan, Pian Siu Hoo jangan harap yang Kangsanpang bisa kerek pula benderanya di Hucun-kang, apabila aku tidak mampu bikin ia musnah hingga ke akarakarnya, cukup di sini saja tamat lelakonnya Kiongsin Hoa Ban Hie, namaku boleh dicoret dari kalangan Sungai Telaga!" "Malaikat Kemelaratan, jikalau kau sudah berpikir, itulah lain," Tan Ceng Po berkata kemudian. "Dengan gunakan alasan dari halnya Yan Toa Nio dan Gioklionggiam Hiecun dari Kiushe Hiekee, kau justru bisa turun tangan, dengan begitu, layarnya Pian Siu Hoo di Haytong-kok kita boleh gulung. Sekarang sudah tidak ada soal lagi! Bilakah kau hendak mulai?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sahabatku, ini bukannya urusan untuk mana kita boleh bertengkaran! Kita telah mengambil putusan akan hadapkan Pian Siu Hoo, untuk mati atau hidup, kita harus bekerja dengan memakai anggaran. Kini kita harus tengok Haytong-kok akan melihat keadaan dalamnya dengan jelas, untuk mendapat ketahui cara bagaimana mereka telah bersiap. Aku hendak pergi sekarang, apa kau suka turut?" Tonglouw Hiejin Tan Ceng Po manggut. "Aku setujui pikiranmu!" ia menjawab. "Kita tidak boleh berayal lagi. Bancie sanchung terletak dekat

dengan Haytong-kok, sekarang nyonya Yan dan gadisnya berada di sini dengan kau, andaikata pihak Pian Siu Hoo mendapat tahu, ia tentu bakal utus orangnya datang kemari, sedikitnya untuk menerbitkan kacau balau. Gangguan itu saja, apabila sampai terjadi, akan bikin pamormu turun, maka kita sekarang tidak boleh ketinggalaan!" "Jiewie loo-suhu, aku akur dengan kau orang," Cukat Pok turut bicara. "Di mana Pian Siu Hoo telah tancap kakinya di Haytong-kok, kita memang tidak boleh terlambat lagi. Mari sekarang kita pergi menyelidiki, supaya kita dapat mengatur tenaga akan hadapkan mereka." Hoa Ban Hie lantas saja berbangkit dan bertindak ke luar akan memanggil hu-chungcu, wakilnya, yang ia bisiki, setelah mana, wakil itu pergi pulang. "Sekarang mari kita berangkat," berkata Kiongsin serta hampirkan Tan Ceng Po dan Cukat Pok. "Di sarangnya Kangsan-pang kita orang boleh cari pengalaman akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mendapat ketahui sampai di mana kepandaiannya ketua dari Kangsan-pang." Tan Ceng Po dan Cukat Pok manggut. Bertiga mereka lantas ke luar. Masih saja Souwposu tutup mulut, la sebenarnya pandai bicara, tetapi sejak berhadapan dengan si Malaikat Kemelaratan, ia bisa kendalikan diri dan rem lidahnya. Ini bukan berarti ia jeri, hanya tidak ingin pertontonkan diri, sebaliknya ia ingin menyaksikan sampai di mana lagak lagu dan kepandaiannya raja pengemis ini. Bertiga mereka keluar dari Bancie sanchung, melewati pohon-pohon yang lebat. Hampir di jarak-jarak yang tertentu, Cukat Pok bisa saksikan mata-mata atau penjaga-penjaga dari dusun pengemis istimewa ini; mereka itu berada di atas pohon atau sembunyi di antara bongkot-bongkot besar. Sesampainya di luar kalangan, barulah hu-chungcu muncul bersama beberapa kawannya untuk mengantar jalan pada ketuanya. Kiongsin Hoa Ban Hie melainkan ulapkan tangannya, atau semua orangnya itu mengundurkan diri dan menghilang pula antara pohon-pohon yang gelap. Setelah melewati tanjakan yang berbatas dengan rimba cemara, barulah tidak ada lagi penjagaan. Maju

lagi sedikit, lantas kelihatan tanah yang luas, hanya di sebelah kiri ada tepi bukit yang tinggi. Mereka menuju ke arah timur selatan, semuanya tutup mulut, sedang tindakan kaki mereka telah berubah menjadi cepat. Itu bukannya ilmu jalan yang dipanggil Lokhok hoo-heng atau "Menjangan mendekam dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

burung Hoo menindak", mereka jalan seperti biasa, bedanya melainkan tubuh mereka tidak bergerak tetapi kedua kaki menindak, semakin lama semakin cepat. Souwposu Cukat Pok ada seorang kenamaan dalam Rimba Persilatan, ia pandai nge-kang dan nui-kang dengan berbareng, tetapi sekarang, melayani jalan cepat dari Kiongsin Hoa Ban Hie, ia merasa bahwa ia harus mengeluarkan tenaga istimewa. Tentu sekali ia menjadi sangat kagum. Ia pernah dengar perihal ilmu lari cepat Kun-goan Itkie Lengpo-pou, baru sekarang ia buktikan itu. Ilmu ini menang seratus kali daripada ilmu Tengpeng touwcui atau "Menginjak kapuk menyeberangi sungai" dan Yancu samciauwsui atau "Burung walet tiga kali menyambar air". Jika orang biasa yang saksikan cara jalan cepat itu, tentulah disangka si raja pengemis telah gunakan ilmu sakti. Ilmu lari ini hanya beda sedikit daripada Lioktee huiheng-sut atau "Ilmu lari terbang di darat". Tanda yang nyata dari kesempurnaannya ilmu lari ini adalah pundak tidak bergerak. Tan Ceng Po bisa menyusul, tetapi pundaknya bergerak juga sedikit. Cukat Pok telah ketinggalan kira-kira satu tombak di belakang. Setelah melewati mulut jalan Haytong-kok kira-kira satu atau dua lepasan panah jauhnya, Kiongsin Hoa Ban Hie berhentikan tindakannya, dengan demikian Tan Ceng Po dan Cukat Pok segera mendekati padanya. "Di mulut jalan dan sekitarnya ada terdapat penjagaan rahasia, mereka dapat melihat kita, sebaliknya kita tidak dapat melihat mereka," berkata orang she Hoa ini, "dari itu kita orang tidak boleh maju dari mulut jalan, hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

harus mengambil lain jurusan. Demikianlah kita dapat singkirkan gangguan." Tan Ceng Po dan Cukat Pok manggut, tanda dari setujunya. Mereka lantas perhatikan daerah di depan mereka itu. Kemudian, dengan Hoa Ban Hie jalan di sebelah depan, mereka menyingkir ke samping. Begitu mulai manjat, mereka berpisahan. Si raja pengemis naik

di mulut utara dan Tan Ceng Po berdua Cukat Pok di mulut selatan. Mereka harus gunakan ilmu entengi tubuh, karena jalanan ada di lamping bukit. Hoa Ban Hie telah bisa naik dengan cepat sampai di atas bukit, berkat kepandaiannya yang tinggi. Di atas ada banyak pohon yang menjadi baik baginya, karena ia bisa saban-saban umpatkan diri. Tan Ceng Po diikuti oleh Cukat Pok tiba di atas bukit belakangan, dengan demikian mereka dapat menguntit si raja pengemis untuk sekalian perhatikan orang punya gerakan-gerakan atau sepak terjang. Tidak jauh dari mulut jalan, di atas bukit, Hoa Ban Hie dua kali gunakan batu menimpuk ke dalam lembah. "Itu benar," pikir Cukat Pok. "Sebagai orang-orang terang, kita tidak boleh berlaku secara menggelap...." Begitu lekas, batu jatuh, lantas dari dalam lembah terdengar melesatnya panah tangan dan piauw batu, tetapi orang-orang yang melepaskannya tidak tertampak. Setelah itu dengan sikap tidak bersangsi, Hoa Ban Hie maju pula. Tan Ceng Po dan Cukat Pok dengan pisahkan diri maju mengikuti. Cukat Pok harus gunakan kepandaiannya, tiap-tiap kali ia umpatkan diri di tempat gelap atau di belakang pohon-pohon.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mereka telah maju lebih dari satu lie, selama itu tidak pernah tampak rintangan. Di depan mereka ada tikungan, di bagian utara tanahnya rendah. Di bawahnya satu pohon besar, Hoa Ban Hie merandek. Baru saja ia berhenti, atau dari sebelah atas, antara rumput tebal, ada sebatang panah tangan menyambar dirinya. Ia mendek, panah lewat dan mengenai pohon kayu. Berbareng dengan itu, dengan satu lompatan ia menerjang ke tempat lebat dari mana panah tangan datang. Itu adalah satu tindakan yang berbahaya sekali. Baru kakinya menginjak tanah atau sebatang panah tangan lain kembali telah samber padanya. Tetapi ia benar liehay, dengan tangan kiri ia tanggapi panah tangan itu serta dari mulutnya keluar teguran, "Kau berani bokong Kiongsin? Lihat, ke mana kau hendak lari?" Teguran itu dibarengi dengan gerakan tubuh yang menerjang ke gembolan, tetapi di lain pihak, satu tubuh telah mencelat mundur, gerakannya sebat luar biasa, mundurnya sampai satu tombak lebih. Hoa Ban Hie

gunakan panah musuh akan balas memanah, tetapi musuh yang tidak kurang liehaynya telah mendahului lompat minggir ke belakang pohon, hingga ia dapat loloskan diri dari marabahaya. Setelah itu Hoa Ban Hie memperdengarkan suaranya yang angker, "Kawanan monyet, pergi kau sampaikan kabar pada ketua dari Kangsan-pang, beritahu bahwa chungcu dari Bancie sanchung akan datang berkunjung besok malam, karena perbuatannya yang tidak tahu aturan! Beritahukan pula, bahwa ia harus berbaris akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyambut aku, yang pasti akan datang untuk memberikan pelajaran! Sekarang ini aku tidak mempunyai banyak waktu akan layani kau orang bangsa monyet!" Setelah berkata demikian, dengan satu gerakan mencelat, Hoa Ban Hie lenyapkan diri ke tempat yang gelap, nampaknya seperti juga ia hendak mundur kembali. Cukat Pok dari belakang terus awaskan gerakannya si raja pengemis, maka itu ia dapat melihat bahwa orang nampaknya mundur tetapi sebenarnya mau maju, sedang pembicaraannya hanya untuk "jual" dan kelabui pada orang-orang yang umpatkan diri itu. Hanya, setelah Hoa Ban Hie berada di tempat gelap, sukar akan ia mengawasi terlebih jauh. Ia segera mengikuti dengan menduga-duga saja jurusannya kawan itu. Dalam perjalanan maju hingga kira-kira dua lie, Cukat Pok menghadapi jalan yang sukar, terutama karena banyaknya rintangan batu, hanya apa yang aneh, sampai sebegitu jauh belum pemah bertemu rintangan atau pergoki penjaga-penjaga yang sedang pasang mata. Maka ia heran, mustahil Pian Siu Hoo berlaku demikian alpa. Dari itu ia maju terus dengan tetap berlaku waspada. Jalanan memutar ke utara, menjurus pada bukit yang tinggi. Maju lebih jauh kira-kira selepasan panah, Cukat Pok umpatkan diri di belakang batu munjul, dari situ ia dapat memandang ke sebelah bawah di mana ada banyak pohon-pohon, kebanyakan pohon haytong. Di dalam gelap ada sukar melihat tegas ke tempat jauh, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

beberapa rumah tertampak di antara pohon-pohon,

kelihatan mencoretnya sinar api. "Ini tentu adalah lembah Haytong-kok," pikir Souwposu. Sekarang Cukat Pok tidak melihat Tonglouw Hiejin Tan Ceng Po. Percaya benar bahwa ia sedang menghadapi sarangnya Pian Siu Hoo, Cukat Pok berniat untuk menghampiri, tetapi, untuk turun ke bawah, jalanan benar-benar sukar, karena di situ tidak tertampak bekasbekas tapak kaki manusia. Tanah pun ada sangat mudun sekali. Maka untuk paksa turun ia harus gunakan gerakan membikin tubuhnya enteng. Setelah turun duapuluh tombak lebih, Cukat Pok dapatkan tempat di mana ada banyak pohon-pohon, tetapi tidak lebat, hingga ia tidak terlalu leluasa akan saban-saban umpatkan diri di situ. Maka itu, ia tidak diam lama-lama di situ dan segera loncat turun ke bawah, di mana ada tanah yang nampaknya rata. Tiba-tiba dari tempat yang jauhnya tiga atau empat tombak, di mana tertampak batu kalang kabutan, Souwposu mendengar suara yang didahulukan dengan tertawa dingin, "Sahabat, silakan kembali! Maaf, kita di sini tidak terima tamu!" Mendengar itu, dengan berani Cukat Pok enjot tubuhnya akan mencelat maju ke tempat dari mana suara itu datang. Ia tahu ada jaga-jaga musuh tetapi ia tidak takut, malahan ia hendak menghampiri. Hampir berbareng dengan itu, dari tempat di mana suara itu terdengar, mencelat satu tubuh manusia yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gerakannya tidak kurang gesitnya, akan pergi ke samping. Tubuh itu kecil dan kate. Dengan begitu, mereka berada satu dengan lain empat atau lima tombak jauhnya. Tempat itu sebenarnya tidak lebar di mana orang dapat mengadu kepandaian, tetapi Cukat Pok dengan cepat telah mengeluarkan souwcu-chio-nya, setelah mana ia lompat pada musuh yang tidak kelihatan nyata serta gunakan tombak istimewanya itu. Orang yang diserang sebenarnya baru saja taruh kakinya, dari itu, datangnya serangan ada terlalu hebat, tetapi ia ada gesit sekali, waktu kakinya baru menginjak tanah, tubuhnya telah dienjot, dengan begitu, tubuh itu mencelat tinggi, lolos dari serangan. Berbareng dengan

itu, selagi tubuhnya belum turun, sebelah tangannya telah bergerak, menimpuk dengan suatu barang yang berkredepan, menjuju pundak kanannya Souwposu, justru tubuhnya pun baru sampai. Cukat Pok terancam bahaya, kesatu ada sukar untuk ia menangkis, kedua ada berbahaya untuk ia lompat berkelit, karena ke mana saja ia loncat, ia menghadapi bahaya bisa kecemplung atau jatuh kejeblos. Untuk maju tidak bisa, karena itu ada pojokan atau lamping bukit. Musuh sendiri dapat mencelat tinggi, hanya luar biasa karena tubuhnya seperti menempel di lamping. Dalam saat yang mengancam jiwanya, tiba-tiba dari atas bukit terdengar seruan "Awas!" dan serupa barang datang menyambar selagi senjata musuh belum mengenai sasarannya, ialah pundaknya Cukat Pok. Senjata dari atas itu menyerang jitu, hingga Souwposu terlepas dari bahaya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ternyata senjata musuh adalah sebatang ginpiauw. Karena dapat pertolongan, Cukat Pok dapat menyelamatkan diri, tetapi ia jadi mendongkol, maka ia enjot tubuhnya akan loncat naik akan kejar musuh, yang ternyata telah mendapat tempat injakan kaki di mana ia bisa siapkan diri. Begitu sampai di atas, lagi-lagi si Pembalasan Cepat menggunakan tombaknya yang istimewa. Musuh ada liehay, tubuhnya gesit luar biasa, piauwnya ada gapah. Seketika ia disusul, sebelum senjata musuh mengenai tubuhnya, ia telah mendahului loncat ke sebelah kanan, di mana ada tempat untuk taruh diri. Tempat ini ada di bagian terlebih tinggi, hingga dengan sendirinya ia telah naik ke pinggang bukit. Selagi lakukan gerakannya, Cukat Pok telah perhatikan orang yang bantu padanya, yang dengan sepotong batu telah pukul jatuh gin-piauw musuh. Penolong itu ia duga adalah Tonglouw Hiejin Tan Ceng Po, tetapi orangnya ia tidak dapat lihat nyata. Mengingat bahwa sekarang ia sedang bikin penyelidikan, dan guna hindarkan diri dari gangguan yang bisa merusak tujuan mereka, Cukat Pok tidak ingin turuti adat, akan kejar terus pada musuh yang tidak dikenal itu. Ia mengerti, jika ia kena dipancing sampai datang saatnya Pian Siu Hoo meluruk bersama koncokonconya, ia bisa dapat celaka. Karena pikirannya itu, ia

tidak mengejar terus, malahan ia merubah tujuannya, ialah loncat ke kanan. Benar-benar musuh tidak mau mengerti dan lantas memburu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terang ia ada orangnya pihak Haytong-kok," berpikir Cukat Pok akhirnya. "Ilmu mengentengi tubuhnya ada liehay tetapi apa aku harus menyerah kalah?" Setelah berpikir demikian, Souwposu merubah tujuannya ke selatan, ia ingin mundur belasan tombak, kemudian ia mau layani sungguh-sungguh pada musuh, kalau bisa, untuk bikin beres padanya.... Baru saja Cukat Pok putar tubuhnya atau mendadak dari sebelah kiri di mana ada segerombolan pohon kecil, ada melesat satu bayangan, tingginya dua tombak dan jurusannya adalah musuh itu, dan sambil berloncat ia telah lakukan serangan yang dinamakan Paysan-ciang atau "Pukulan mengatur bukit". Kalau serangan ini mengenai dengan jitu, musuh mesti terguling ke jurang dan tubuhnya hancur remuk.... Tetapi musuh ada liehay, melihat ada orang membokong, ia lekas berkelit ke kanan, tubuhnya direbahkan, berbareng dengan itu, kaki kirinya bisa terus diangkat akan mendupak. Itu ada tipu pukulan Tiatgu kengtee atau "Kerbau besi meluku tanah". Serangan kaki ini bisa pecahkan ancaman bahaya dari musuh, dan kalau mengenai sasarannya, musuh yang sebaliknya bakal dapat celaka. Tapi si penyerang ada gesit dan bisa tahan lajunya tubuhnya, ia paksa tidak sampaikan musuh, kapan ia telah injak tanah, ia enjot tubuhnya akan loncat mundur empat atau lima kaki jauhnya. Ia telah gunakan tipu Yancu hoansin atau "Burung walet jumpalitan". Dengan demikian ia dapat menolong dirinya. Setelah tendangannya gagal, musuh itu lekas-lekas berbangkit, kelihatannya ia hendak menyusul pula, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebelum ia sempat bergerak, orang telah rangsek padanya, tubuhnya diserang dengan dua tangan yang ditekuk naik. Lagi sekali ia unjuk kegesitan tubuhnya. Dengan menggeser kaki kanan ke kanan, tubuhnya ikuti gerakan kaki itu, secara begini, ia bikin penyerangnya pukul tempat kosong. Tapi, bersamaan dengan, kecepatan istimewa, tangan kanannya menyambar ketika tubuhnya bangun, dan ia dapat menjambak dengan jitu,

maka sambil melemparkan tubuh orang ke samping, ia berseru, "Pergilah kau turun!" Si penyerang telah keluarkan jeritan hebat, "Celaka aku!"kepalanya menuju ke bawah, kakinya terangkat naik, karena ia telah dilemparkan dengan tubuh jumpalitan atau poksay. --ooo0dw0ooo-IX Cukat Pok sudah loncat naik ke atas sebuah pohon, tetapi ia menjadi kaget bukan main, karena ia dengar nyata jeritan itu bahkan kenalkan juga suara itu, ialah suara dari Kiongsin Hoa Ban Hie, si Malaikat Kemelaratan! "Apakah benar si pengemis tua mesti binasa di tangan musuh?" pikir ia, dan keadaannya ibuk bukan main. Ia pun dengar jeritan susulan ketika tubuh itu jatuh ke bawah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sampai di situ, Souwposu tidak bisa bersabar lagi. Ia loncat turun dari atas pohon akan mendekati musuh, untuk berikan hajaran kepadanya. Pada saat itu, musuh telah loncat turun. Maka waktu Cukat Pok tiba di tempat pertempuran, musuh telah menghilang. "Apakah bisa jadi Hoa Ban Hie yang demikian liehay, mesti binasa di tangan musuh?" ia berpikir pula dalam kesangsiannya. "Ketika musuh menghilang, baik aku umpatkan pula diriku...." Segera Souwposu pergi ke pinggiran akan melongok ke bawah jurang yang keadaannya begitu dalam dan gelap, maka itu ia tidak mampu melihat suatu apa pun. Ia masih bersangsi serta ibuk sendirinya. Ia berniat turun akan tengok si raja pengemis untuk mendapat kepastian. Ketika ia hendak ambil putusan, mendadak ia rasakan ada orang tepuk pundaknya, hingga ia jadi kaget dan segera loncat ke kanan. Justru itu hampir-hampir ia celaka, karena ia telah loncat terlalu jauh ke pinggir sekali, hampir ia terpeleset jatuh! Jika jatuh, ia tentu akan jadi korbannya jurang.... Di saat yang berbahaya itu, Cukat Pok bisa imbangi diri, dan begitu sebelah kakinya menginjak tanah, ia enjot pula tubuhnya akan loncat ke lain jurusan. Di sini, setelah berdiri tetap, ia mengawasi ke tempat di mana tadi orang tepuk padanya, la segera lihat satu orang

yang turun berloncat sebagai ia, sampai di tempat jauhnya tiga atau empat kaki dari dirinya, di mana orang itu berdiri tegak. Apabila Cukat Pok telah menampak orang itu, mukanya menjadi merah sendirinya, bahkan malu atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

likat. Karena ternyata, Hoa Ban Hie tidak saja mempermainkan musuh, pun terhadap dirinya sendiri. Karena orang itu adalah Kiongsin, si Raja Pengemis dari Bancie sanchung! "Kawanan anak ajag itu telah memikir yang bukanbukan hendak membikin putus jalanan dari Haytongkok," berkata si Raja Pengemis dengan pelarian, "maka kita harus coba cari tahu, Tiathong-liong Pian Siu Hoo ada mempunyai kepandaian berapa besar dan bagaimana liehay ia telah atur barisannya." Cukat Pok menghampirkan sampai dekat. "Hoa loo-suhu, orang dengan kepandaian tinggi seperti kau di kalangan Rimba Persilatan benar-benar tidak ada keduanya," ia berkata dengan pujiannya yang sungguh-sungguh. "Aku telah merantau belasan tahun tetapi belum pernah menampak kepandaian seperti baru ini aku saksikan. Menurut pendengaran suara, terang kau telah jatuh ke dalam jurang, maka aneh sekali, Hoa loosuhu, dengan cepat kau telah dapat naik pula! Nyatalah ilmu mengentengi tubuhmu Tee-ciong-sut sudah sampai di batas dari kesempurnaannya." Hoa Ban Hie bersenyum. "Cukat loosu, kau memuji aku terlalu tinggi," ia berkata. "Bilakah aku telah terjatuh ke dasarnya jurang? Adalah sang batu yang telah wakilkan aku jatuh! Aku sendiri hanya mampir sebentar di tengah-tengah jurang! Adalah si anak anjing hutan yang matanya picek, maka ia tidak ketahui duduknya hal. Toh orang itu mempunyai kepandaian sembarangan, sekarang mungkin ia telah sampai di atas, atau ia telah masuk ke pedalaman Haytong-kok guna membikin penyelidikan...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mendadak Hoa Ban Hie loncat naik ke atas, di tepi jurang, dari tempat itu ia memandang sebentar ke sekitarnya, lalu ia mendorong sepotong batu besar yang beratnya seratus kati atau lebih, dijatuhkan ke dalam jurang, apabila batu itu sampai di dasar jurang, telah menerbitkan suara sangat keras yang kumandangnya juga tidak kalah hebatnya. Di lain saat, ia pun terus

loncat naik ke atas. Cukat Pok tidak berkata apa-apa, ia turut loncat akan mengikuti si Raja Pengemis, tetapi ia kalah gesit, ketika tiba di atas, ia kehilangan ketua dari dusun pengemis, hingga ia menjadi kagum berbareng mendongkol, karena ia lagi-lagi telah ditinggal sendirian. "Tua bangka itu benar-benar ugal-ugalan...." pikirnya. "Tapi kepandaiannya benar-benar tidak ada tandingannya...." Cukat Pok segera mengawasi ke tempat di mana tadi Hoa Ban Hie menghilang, ia tidak melihat apa-apa, hanya di sebelah bawah, jauhnya kira-kira dua lepasan anak panah ada cahaya terang yang samar-samar. Di lain pihak, Tonglouw Hiejin Tan Ceng Po terus tidak muncul. "Entah ke mana ia telah pergi...." berpikir Souwposu yang terpaksa harus maju seorang diri, saban-saban ia sembunyi di tempat yang gelap. Kemudian, dari atas Cukat Pok loncat turun ke bawah pula. Setelah perhatikan sekian lama, Cukat Pok harus puji Pian Siu Hoo untuk kecerdikannya telah memilih Haytong-kok sebagai pusat. Lembah ini benar-benar bagus kedudukannya. Di mana saja, di antara lebatnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pohon-pohon orang bisa taruh jaga-jaga yang tersembunyi. Cukat Pok sekarang berada di sebelah selatan dari mulutnya lembah. Ia ada terlindung oleh pohon haytong yang banyak dan lebat. Ia menduga adanya penjagaan musuh, maka ia berlaku hati-hati dan juga ingin mencari tahu kalau-kalau musuh ada pasang orang-orang dengan kepandaian tinggi. Ia berpendapat, jika di mulut lembah ada ditaruh empat atau lima orang saja, ada sukar akan orang dapat melintas di situ. Kemudian dengan sepotong batu besar ia menimpuk ke pohon haytong di mulut lembah, ketika batu itu jatuh, terdengar suara berisik dan daun-daun yang rontok. Kecuali suara itu, tidak terdengar suara lain-lainnya. Maka dengan beranikan diri ia loncat ke mulut jalan atau lembah itu. Baru saja ia taruh kakinya di mulut lembah atau dari sebelah kiri, di belakangnya pohon haytong, ia mendengar suara tertawa dingin yang disusul dengan teguran, "Sahabat, kau baru sampai?" Dan suara ini dibarengi dengan melesatnya dua

batang panah tangan yang saling menyusul. Panah tersebut melesat dengan cepat dan sasarannya tepat. Dengan angkat kaki kanannya dan kaki kiri mengenjot, Cukat Pok lompat melesat ke kanan akan menolong diri daripada ancaman bahaya itu. Adalah pada waktu itu, di atas pohon terdengar suara cabang bergerak-gerak dan daun-daun yang rontok jatuh, tertampak dua bayang yang bergerak berulangulang, tanda dari suatu pertempuran. Dengan tak berayal pula, Cukat Pok empos semangatnya akan enjot naik tubuhnya dengan tipu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yancu coan-in atau "Burung walet tembuskan awan". Ia tidak merangsek ke mulut lembah, hanya loncat naik ke atas, ke sebelah kanan di mana ada puncak bukit. Dengan jalan ini ia dapat molos masuk ke dalam lembah. Meski dengan samar-samar, ia bisa dapatkan pemandangan luas atas Haytong-kok. Lembah sama sekali bukan terdiri dari tanah datar, di dalamnya kecuali tanah yang rendah, juga ada tumpukan-tumpukan tanjakan yang berupa sebagai puncak bukit atau gunung-gunungan kecil. Di berbagai tempat, beberapa tombak panjangnya, ada batu-batu besar yang terletak kalang kabutan yang me-nyukarkan orang lewat atau berjalan di situ. Tadi dari sebelah selatan tertampak cahaya api, tetapi sekarang dari dalam sinar itu tidak tertampak sama sekali. Maju di antara pohon, selepasan panah jauhnya, Cukat Pok melihat ada dua buah gubuk bertiang kayu, di dalam gubuk itu tidak ada cahaya api, rupanya gubukgubuk itu kosong. Dengan jalan memutar kedua gubuk, Souwposu si Pembalasan Cepat maju lebih jauh, hingga ia hadapkan tanjakan tinggi yang memutuskan jalanan. Tapi halangan itu tidak menjadikan rintangan baginya. Ia maju terus untuk peroleh penjelasan dan percaya yang kedua kawannya telah mendahului ia masuk ke dalam. Setelah tiba di tanjakan, untuk naik ke atas ia enjot tubuhnya. Baru saja ia taruh kedua kakinya di atas tanjakan itu, atau dari sampingnya ada menyambar angin yang berhawa dingin. Cepat sekali ia mengegos ke samping dan terus putar tubuhnya akan mengawasi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tempat dari mana serangan datang, kedua tangannya

berada di depan dadanya, siap untuk menangkis serangan-serangan terlebih jauh. Adalah pada waktu itu kupingnya mendengar suara, "Cukat loosu di situ?" Hatinya Cukat Pok menjadi lega, karena ia kenalkan suaranya Tan Ceng Po. Demikian keduanya segera datang dekat satu dengan lain. "Tan loosu," Souwposu menanya, "apakah ini pusatnya Tiathong-liong Pian Siu Hoo si Naga Besi? Tempat ini ada belukar dan sunyi, tidak ada bekasbekasnya orang...." "Kawanan anak kunyuk itu sedang mempertontonkan sunglap mereka," sahut Tan Ceng Po dengan perlahan. "Mulut selat dijaga kuat sekali tetapi di sini tidak ada barang satu orang! Bisakah itu terjadi? Maka aku percaya, sarangnya pusat mereka mestinya sudah tidak jauh lagi dari sini! Apakah loosu dapat melihat Kiongsin?" "Barangkali ia telah masuk dengan mendahului kita," sahut Cukat Pok. "Apakah tadi yang membantu aku di mulut lembah ada Tan loosu sendiri?" "Benar aku," jawab Tonglouw Hiejin. "Pian Siu Hoo benar bukannya seorang lemah, di setiap tempat ia telah pasang orang, dan mereka semuanya liehay, maka beruntunglah kita tidak sampai kena dirintangi. Mari kita turun ke bawah tanjakan ini, akan dari timur utara sana jalan memutar. Di sebelah depan sana ada rimba lebat yang bisa menjadi halangan, tetapi karena ada sukar untuk melihat jelas, kita boleh jalan di belakang rimba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu. Aku percaya di sana kita akan dapat melihat antero pemandangan dari Haytong-kok. Menurut dugaanku, Haytong-kok ada luas dan kosong, kecuali di daerah Huliong-giam di mana ada penduduk gunung dan pemburu binatang yang tinggal bersama-sama. Aku pun percaya, Pian Siu Hoo telah gunakan serombongan penduduk itu punya rumah-rumah untuk dijadikan sarangnya. Marilah kita orang lihat!" Cukat Pok setujui nelayan tua dari Tonglouw itu, maka dengan bersama-sama ia maju. Mereka berjalan dengan gunakan ilmu Tee-ciong-sut, mereka bisa jalan dan loncat-loncatan dengan cepat sekali. Setelah tiba di rimba yang disebut tadi, Tan Ceng Po yang jalan di depan, mutar terus sampai di jurusan barat utara. Dari

sini barulah ia menerobos lebih jauh ke dalam rimba itu. Setibanya di lain tepi, setelah memandang sekian lama, jago tua ini barulah mengerti. Inilah daerah yang dinamakan Haytong-kok, atau Lembah dari Bunga Haytong. Lembah ini tidak bisa tertampak jelas, jika orang ambil jalan dari depan rimba tadi, karena orang bisa kesasar. Di sebelah depan, letaknya tanah ada terlebih rendah, di tempat belasan tombak ada tanah rendah merupakan kwali yang seputarnya ada lamping atau tembok-tembok bukit. Di sekitarnya ada pohon-pohon haytong yang lebat. Di jurusan utara sekali, di bawah jurang, nampak sebuah kampung yang terdiri dari beberapa puluh rumah gubuk, letaknya terpencar satu dengan lain. Dari belasan rumah di antara gubuk-gubuk itu ada tertampak cahaya api. "Rupanya itu ada sarangnya Pian Siu Hoo," Tan Ceng Po berkata pada kawannya. "Kita orang mesti hati-hati,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tak mungkin bahwa penjagaan di sini tidak diperkuat, maka kita mesti jaga agar tidak sampai kena teperdaya." Cukat Pok membenarkan sahabat itu. Lalu keduanya dengan ambil jalan timur utara, di antara pohon-pohon haytong, maju menuju ke puluhan rumah gubuk itu, yang segera juga tertampak semakin nyata, hingga dapat diduga semuanya terdiri hanya dari tiga sampai empatpuluh rumah, pembuatannya kasar tetapi tegar, karena setiap rumah ada dikurung dengan tembok batu. Untuk rumah-rumah di pegunungan atau hutan, kurungan tembok itu ada berfaedah untuk menjaga diri dari gangguannya binatang-binatang liar. Dengan tetap berada di depan, Tan Ceng Po loncat ke sebelah timur dari kampung itu di mana ada berdiri dua rumah yang letaknya paling pinggir. Salah sebuah rumah itu terdiri dari tiga ruangan, temboknya rendah. Rumah itu menyender dengan lamping bukit. Ada dua rumah lagi yang temboknya lebih tinggi, di sebelah belakangnya ada sinar api yang mencorot keluar. Tan Ceng Po menunjuk dengan tangannya, sebagai tanda, dan Cukat Pok mengerti. Di tempat seperti itu, sedapahrya mereka tidak ingin banyak bicara. Segera mereka berpencaran, satu ke utara, yang lainnya ke timur. Cukat Pok yang ke sebelah timur sudah lantas sampai

di tembok pekarangan dari rumah pertama. Sekarang ia bisa melihat nyata, tembok itu hanya satu tombak tinggi dan di atasnya tidak ada rintangan, maka dengan sekali enjot, tubuhnya, ia bisa lompat naik ke atas tembok. Ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

segera memandang ke sebelah dalam. Nyata ia berada di ujung timur dari belakang rumah. Dengan tidak raguragu ia loncat turun ke sebelah dalam. Dari jendela yang kasar buatannya ada keluar cahaya api yang terang sekali dan di sebelah dalam ada bayangan orang yang mundar-mandir. Supaya bisa mendengar atau melihat lebih tegas, Cukat Pok dengan hati-hati menghampirkan ke bawah jendela. Segera tertampak bergeraknya satu bayangan sebagai orang menuju ke pintu. Dengan satu jarinya, Cukat Pok lantas tusuk kertas jendela, hingga dari lubang kecil itu ia bisa mengintip ke dalam. Kebetulan sekali, bayangan itu memutar tubuh hingga tertampak nyata Berusia lebih kurang tigapuluh tahun, orang itu mempunyai muka yang merah tercampur hitam, sepasang alisnya kaku seperti sesapu, matanya mata macan tutul, hidungnya hidung singa, mulutnya lebar, kulit mukanya kasar, tubuhnya yang tinggi dan besar, tanda dari tenaga kuat. Terang orang itu ada dari kalangan Sungai Telaga. Ia pakai baju dan celana biru dari kain kasar, dengan menggendong tangan, alisnya mengkerut, tanda dari hati yang terganggu. Ruangan di bagian baratnya ada agak guram. Orang itu dari sebelah barat menuju ke sebelah timur, setelah sampai di tembok dengan mendadak ia putar tubuhnya menghadap ke barat. "Apakah sekarang belum sampai waktunya?" tiba-tiba ia berkata. "Sekali ini ia keliru! Janganlah ia harap bahwa aku Han Loo See sudi mendengar pula perkataannya!...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Beginilah tabiatmu!" sahut satu suara dari sebelah barat. "Tocu belum pernah omong kosong. Ia sudah hitung pasti bakal ada orang datang dan ia tidak menduga salah! Melainkan sahabat atau sahabat-sahabat itu adalah orang-orang yang sopan santun, maka dalam hal ini, tocu ada sedikit keliru. Orang datang dari tempat jauh, mustahil tocu tidak akan menyambut sebagaimana layaknya sebagai tuan rumah? Menurut aku, tocu seharusnya keluar dan menyambut sendiri, maklum tamu dari tempat jauh.... Kita orang tidak boleh berlaku kurang

hormat...." Sebagai orang cerdik, Cukat Pok ketahui dari ucapannya dua orang itu bahwa Pian Siu Hoo telah menduga pasti ada orang-orang yang akan datang ke sarangnya dan karena itu, si Naga Besi telah bersiap untuk membikin penyambutan, la lalu berpikir, baik ajak Tan Ceng Po pergi mencari Hoa Ban Hie, guna mereka berkumpul menjadi satu. Baru saja ia menyingkir dari jendela atau ia mendengar suara tertawa haha-haha di dalam rumah yang dibarengi dengan terpentangnya daun pintu dan lompat keluar orang yang tertawa itu. Syukur baginya, ia pun ada gesit luar biasa, dengan satu gerakan lompat memutar tubuh yang cepat sekali, ia telah mendahului menghilang ke bawah tembok. Orang yang lompat keluar itu telah mengucapkan kata-kata, tetapi baru saja ia bilang, "Sahabat baik...." atau sepotong benda kecil yang disambitkan, jatuh di tanah di dekatnya dengan menerbitkan suara, hingga ia agaknya terperanjat dan terus saja loncat naik ke atas rumah, dari mana ia loncat lebih jauh ke tembok pekarangan. Di sini ia lalu berkata pula, katanya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sahabat-sahabat, kau orang telah datang, jangan ambil jalan yang salah!" Cukat Pok lantas menduga bahwa Tan Ceng Po atau Hoa Ban Hie sudah turun tangan, tetapi karena ia sendiri belum tertampak oleh orang itu, maka ia tidak mau sembarangan muncul dan tetap memasang mata. Ia melihat ketika orang itu baru saja tancap kakinya di atas tembok segera memperdengarkan satu suara dan tubuhnya lantas terpelanting jatuh. Di sekitarnya tidak tertampak lain orang, pun tidak diketahui siapa yang telah menyerang orang ini. Ia bertubuh besar dan kasar tetapi gesit luar biasa, ia terpelanting bukan untuk jatuh terus ke tanah, itu hanya ada gerakan Inlie tohoan-sin atau "Lompat jumpalitan di dalam mega", kakinya menginjak tanah dengan tidak menerbitkan suara apa pun. Justru itu dari atas wuwungan terdengar suara menyesali. "Cee loosu, kenapa kau perlakukan tamu dengan kurang hormat? Bukankah kau menghunjuk yang dirimu tidak mengerti adat istiadat? Boleh jadi chungcu dari

Bancie sanchung sudah sampai! Hayolah lekas menyambut!...." Setelah berkata demikian, orang yang baru muncul itu segera loncat ke belakang, ke jurusan utara, kakinya ditancap di atas tembok di sebelah bawah mana Cukat Pok yang sedang memasang mata. Souwposu terperanjat apabila ia melihat orang punya kepandaian mengentengi tubuh atau kegesitan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siapa nyana di dalam Haytong-kok ada sembunyi banyak orang pandai?" pikirnya dan terus memasang mata. Orang itu menaruh kaki kiri di atas tembok dan kaki kanannya diturunkan dan tergantung ke bawah, tubuhnya turut condong, hingga ia mirip dengan orang yang sedang terpeleset jatuh. Toh tubuhnya ada tetap bergeming, kedua tangannya bersidakap di depan dadanya, senantiasa siap sedia. Sebagai ahli silat, Cukat Pok mengerti bahwa ilmu kepandaian orang itu adalah ilmu kepandaian pihak Selatan atau Lampay, namanya Huiho koankie atau "Rase terbang tergantung di cabang". Jarang ada orang dengan ini macam kepandaian. "Baiklah aku coba-coba padanya," berpikir Cukat Pok. Ia pasang kakinya, siap akan enjot tubuhnya guna lantas loncat naik, kedua tangannya dimajukan untuk terus menyerang begitu lekas kakinya sudah menginjak tembok, la hanya ingin pecahkan Huiho koankie untuk bikin bergetar tubuh orang itu dan jatuh ke bawah. Di luar dugaan dari Souwposu si Pembalasan Cepat, lain orang telah dahului ia. Ketika ia baru hendak enjot tubuhnya, atau ia melihat orang itu sudah terlepas kakinya yang berada di atas tembok dan tubuhnya jatuh ke bawah, maka agar tidak tertimpa, ia terus lompat ke sebelah kiri, kira-kira dua tombak jauhnya, hingga ia jadi berada di tembok sebelah timur. Orang itu jatuh bukan untuk terus rebah di tanah, benar bersamaan waktu jatuhnya ada suatu benda hitam yang menyambar padanya, tetapi ia cepat mengegosi tubuhnya begitu lekas kakinya menginjak tanah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebelah tangannya digerakkan untuk hajar benda hitam itu. Cukat Pok hampir tertawa ketika berbareng dengan serangan itu ada terdengar suara ayam jago berkeok,

karena benda hitam yang dihajar itu adalah seekor ayam jantan, yang mati seketika karena hebatnya serangan. Tidak heran kalau orang itu menjadi sangat gusar hingga terdengar suaranya yang nyaring, "Kurang ajar! Kau berani permainkan padaku si orang tua!" Lalu dengan satu gerakan, orang itu mencelat ke atas tembok timur, la telah menggunakan ilmu Ceng-teng sam-ciauwsui atau "Cecapung tiga kali menyambar air". Berbareng dengan itu, di tembok barat ada satu bayangan yang bergerak. Cukat Pok dari tempat sembunyinya melihat itu semua, tetapi ia tidak berani sembrono dan tidak mau bergerak sembarangan, karena ia belum dapat pastikan, yang mana musuh dan yang mana kawan, la terus pasang mata. Tempat itu dekat dengan tembok gunung, di situ ada belasan pohon haytong, maka keadaan di sekitarnya gelap. Beberapa bayangan tertampak asik bergerakgerak. Untuk mencari tahu, ia keluar dari tempat sembunyinya dan loncati tembok akan jalan memutar. Ia berdaya sedapat mungkin, agar tidak ada orang yang melihat padanya. Ketika ia tiba di bawah sebuah pohon, atau dari atas pohon yang kelima, ia mendengar suara anjing menggonggong dibarengi dengan suara patahnya beberapa cabang pohon, suara berisik mana lalu disusul dengan satu suara orang yang tajam, "Haytong-kok ini lebih baik dipanggil Ya-kauw-cun!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan "Ya-kauw-cun" dimaksudkan "Desa Anjing Gunung". Tapi suara berisik tidak sampai di sini. Lagi sekali terdengar suara anjing, suara anjing berkuing, jauhnya belasan tombak dari pohon gouwtong kelima itu. Itu ada suara dari anjing yang terbanting mati, karena suaranya sirap dengan segera. Lantas tertampak dua bayangan berkelebat, dua bayangan yang keluar dari rumah. Atas itu, sekarang terdengar berisiknya patahnya cabang-cabang pohon, yang jatuh berbareng dengan meluruknya daun-daun rontok. Sesaat kemudian, suara berisik agak sirap. Lalu di belakang bukit ada terdengar suara yang menyindir yang disusul dengan suara tertawa nyaring, "Sungguh satu tuan rumah yang liehay! Beginilah cara menyambut tetamunya! Aku mesti ketemui tuan rumah, akan tanya ia

sebenarnya kandung maksud apa...." Suara ini dibarengi dengan melesatnya satu bayangan, yang lalu mendapat teguran, "Apa di sana chungcu dari Bancie sanchung?" Pertanyaan itu tidak peroleh jawaban. Sekarang Cukat Pok dapat lihat tegas pada orang yang majukan pertanyaan itu, tubuh siapa ada tinggi luar biasa dan kurus, gerakannya se-bat melebihkan kesehatannya sendiri. Ketika dia itu sampai, suaranya segera terdengar, katanya, "Cee loosu, mari kita antar tetamu pergi!" Sehabisnya kata begitu, orang itu lantas berangkat, bukannya ia loncat turun ke tanah tapi ke atas rumah. Kemudian ia disusul oleh satu bayangan lain, yang muncul dari sebelah kiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cukat Pok mengerti bahwa si Raja Pengemis sedang tunjukkan kepandaiannya, bahwa satu pergulatan bakal terjadi, hanya ia heran, sampai sebegitu jauh, ia tetap belum lihat Tan Ceng Po. Terpaksa ia pergi seorang diri, ke belakang. Ia terus umpatkan dirinya. Belum Cukat Pok berlalu jauh atau ia dengar suara suitan riuh di sekitar Haytong-kok, suara mana lantas disusul dengan cahaya api di sana-sini, kelihatannya teratur rapi. "Terang Pian Siu Hoo hendak unjuk pengaruhnya," pikir Souwposu, "nyata ia hendak paksa usir kita keluar dari Haytong-kok...." Dengan cepat api obor tertampak semakin banyak, saban jarak tiga sampai lima tindak, tentu ada satu obor, orang yang pegang itu, yang tertampak nyata, tidak bawa golok atau panah. Meski terang di sana-sini tetapi di jurusan lembah sekali, segala apa tetap gelap dan sunyi. Cahaya api tidak sampai mencorot ke dalam lembah itu. Dengan tidak pedulikan orang punya barisan, Cukat Pok lanjuti perjalanannya menuju ke desa kecil. Ia tidak tampak lain bayangan lagi, kecuali bayangan dari orang yang dipanggil Cee loosu dan kawannya, yang tadi ia lihat nyata. Selagi mendekati dua baris rumah paling depan di dusun kecil itu, Cukat Pok dapat dengar suara berisik di sebelah dalam itu, ada juga suara ayam dan anjing, yang menambah memberisikkan, begitupun suarajatuhnya

barang berat dari atas rumah ke tanah.


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lekas-lekas Cukat Pok pergi naik ke atas rumah yang sebelah utara, dari atas wuwungan, ia ingin dapat memandang sekitarnya dusun kecil itu, juga akan lihat dari situ ada musuh yang keluar atau tidak. Ia sudah pikir, kalau musuh muncul, ia akan coba tempur mereka. Ketika ia baru sampai di tembok yang agak tinggi dari satu rumah di tepi jalanan, ia lihat melesatnya satu tubuh manusia dari pojok barat utara, gerakannya gesit, dan tujuannya adalah ia sendiri! Melihat datangnya orang, yang tidak dikenal siapa, Cukat Pok lekas-lekas lompat menyingkir ke samping kiri, sambil berbuat demikian, ia pasang matanya, guna lihat itu orang ada bersenjata atau tidak. Adalah sedangnya ia loncat, dari jurusan selatan ada orang menegur dengan nyaring, katanya, "Sahabat baik, kau terimalah!" Dan dengan tiba-tiba, sebatang bambu panjang telah menyambar tubuhnya orang itu, siapa berkelit ke pinggir dengan kepalanya ditundukkan, tubuhnya meloncat. Dengan terbitkan suara berisik, galah itu menimpa tembok dan jatuh. Diserang secara mendadak demikian macam, orang itu murka hingga ia memperdengarkan suara menghina, tetapi sebagai jawaban, ketika ia putar tubuhnya, ia dengar teguran yang kedua, "Masih ada, hei, sahabat!" Dan serupa benda hitam telah menyambar ke arahnya. Dengan luar biasa gesitnya orang ini berkelit, ia telah lompat ke rumah sebelah selatan. Tapi di sini, muncul satu suara keras dan berisik, sepotong genteng atau bata telah menyambar padanya, ketika ia berkelit, benda itu jatuh menimpa genteng, hingga lagi-lagi terdengar suara berisik sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Segera tertampak satu bayangan melompat ke jurusan Cukat Pok, ketika Souwposu hendak berkelit, ia dengar orang punya suara, "Mundur ke utara!" Cukat Pok kenalkan suaranya Tonglouw Hiejin Tan Ceng Po, bayangan siapa menyambar terus ke tembok belakang. "Tan loo-suhu," ia menanya. Kiongsin masih belum mundur, apakah kita harus tinggalkan ia?" "Sekarang sudah mulai siang, sudah waktunya untuk kembali," Tan Ceng Po menjawab. "Baru ini di dalam lembah, Kiongsin telah bikin ayam dan anjing tidak

aman, orang dan kuda saling terbalik, hingga Tiathongliong Pian Siu Hoo telah roboh pamornya. Kalau kita tiba di luar, Kiongsin barangkali akan dapat menyusul kita. Hanya kita harus awas, karena Pian Siu Hoo sendiri tetap tidak pernah muncul." Kemudian, dongak ke atas, tetua dari Kiushe Hiekee berkata pada musuh, "Hei, orangorang dari Kangsan-pang, kamu punya permainan obor ada menyebalkan! Lihat, aku mempunyai barang yang tersedia untuk padamkan semua obormu!" Setelah berkata demikian, Tan Ceng Po raup batu dengan dua tangannya. "Benar-benar barang tersedia," pikir Cukat Pok. "Memang barang-barang begini dapat digunakan dengan tak ada habisnya...." Dan ia segera telad Tonglouw Hiejin akan lompat maju. Timpukannya Tan Ceng Po ada liehay, begitu lekas batu menyambar, api obor segera padam, sebentar saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

empat atau lima obor telah tidak menyala lagi, waktu kena ditimpuk, lelatunya terbang berpencaran. Dengan keluarkan jeritan, orang-orang yang pegang obor dan kena lelatu api, segera lari mundur karena mereka pun kaget dan ketakutan. Cukat Pok juga turut menimpuk dengan tidak kalah jitunya. Tetapi pihak musuh mempunyai barisan panah yang umpatkan diri, mereka lantas bekerja, menyerang ke arah dua bayangan yang tertampak berkelebat. Disebabkan serangan mendadak itu, hampir-hampir Tan Ceng Po dan Cukat Pok menjadi korban. Mereka menjadi gusar. "Kawanan anjing, kau berani lukakan aku si orang tua?" ia berteriak serta rogoh sakunya akan mengeluarkan dua batang panah tangan yang terus digunakan untuk menyerang ke jurusan dari mana datangnya panah. Jeritan terdengar, satu tubuh tertampak jatuh terguling. Tan Ceng Po loncat naik ke tempat tukang panah itu yang telah kosong. "Cukat loosu, mari kita ambil jalan ini akan pergi ke mulut lembah, agar bertemu dengan Kiongsin," ia berkata pada Souwposu.

"Mari, loo-suhu," Cukat Pok menyambut. Keduanya segera membuka jalan, lari ke arah mulut lembah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Samar-samar di dalam lembah masih terdengar suara berisik, tetapi dengan tak pedulikan itu, Tan Ceng Po dan Cukat Pok terus menuju ke mulut lembah. Ketika mereka mendekati mulut lembah itu, mendadak dari satu tanjakan, di belakang alingan batu besar terdengar suara tertawa nyaring yang mengejek dan disusul dengan ucapan, "Aku sangka siapa, tidak tahunya ketua dari Kiushe Hiekee! Di sini si orang she In telah menantikan lama!" Berbareng dengan suaranya orang itu telah loncat keluar dari tempat sembunyinya dan lompat ke arah Tan Ceng Po. Tonglouw Hiejin loncat ke atas satu batu besar sambil menjawab, "Kau siapa sahabat, kau berani pegat aku? Melainkan si orang she Pian yang boleh berhadapan padaku, yang lainnya maaf, aku tidak sudi melayani!" Tapi orang itu, yang sekarang telah berada di sebelah bawah, tertawa pula, suaranya penuh penghinaan. Ia berkata, "Mau tidak mau, Samsiang In Yu Liang ingin belajar kenal dengan tetua dari Kiushe Hiekee!" Tapi Cukat Pok telah mendahului loncat turun dengan tipunya Kie-eng pok-touw atau "Garuda kelaparan menyangkrem kelinci," sembari ia berseru, "Aku justru ingin berkenalan dengan jago dari Samsiang!" Sekarang ternyata, In Yu Liang itu adalah orang kurus jangkung tadi yang muncul dari dalam rumah, yang gerak-gerakannya gesit sekali. Begitu lekas ia sudah sampai, selain kakinya mencari injakan, kedua tangannya Cukat Pok sudah lantas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bekerja, tangan kanan siapa di depan dada, tangan kiri menyambar dadanya pihak lawan. In Yu Liang geser tubuhnya ke kiri, akan menyingkir dari serangan itu, tetapi berbareng tangan kanannya dari kiri menyambar ke kanan, jari-jarinya mencari orang punya nadi, untuk ditotok. Ia punya gerakan itu, yang kelihatannya sederhana, ada cepat sekali. Cukat Pok mengerti berbahayanya totokan kepada nadi itu. Ilmu itu ada melebihkan berbahayanya ilmu Tiat-piepee. Ia memang sudah dengar, jago Samsiang itu ada tersohor untuk ilmu menotoknya dengan jari, yang

disebut Itcie sinkang atau "Ilmu totokan satu jari". Maka ia lekas-lekas mendek, selagi pundak kiri turun ke bawah, tubuhnya kelit ke kanan, kemudian dengan kaki kanan nancap, kaki kirinya menyambar, menyapu kaki musuh. Ia gunai tipu Lokyap ciuhang-koay atau "Angin musim Ciu meniup rontok daun." Dengan satu enjotan tubuh, In Yu Liang melesat tinggi dan mundur sampai tiga tombak jauhnya. Terus saja ia berseru dengan pertanyaannya, "Sahabatku, apa kau ada Souwposu Cukat Pok? Inilah kebetulan, aku memang ingin coba-coba untuk menerima pelajaranmu!" Lantas, dengan tidak tunggu jawaban ia maju pula dengan penyerangannya. Cukat Pok hendak layani musuh itu, di saat ia mau geraki tubuh, mendadak ia rasai angin menyambar di belakang ia, maka ia terus lompat minggir, dan satu bayangan hitam telah melesat ke depannya jago Samsiang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sahabat, kau sedang kasih pertunjukkan apa ini?" tanya bayangan itu. "Kiongsin tidak sanggup terima kau punya budi ini!" In Yu Liang mundur satu tindak, ia tertawa berbahakbahak. "Aku memang sudah duga, bahwa adalah kau, si makhluk aneh bangkotan, yang datang mengganggu Haytong-kok!" kata ia dengan nyaring. "Pepatah ada bilang, adat istiadat memastikan, ada pergi, ada kembali, maka itu satu kali aku pun mesti berkunjung ke Bancie sanchung!" Ketika orang berkata-kata, Hoa Ban Hie telah enjot tubuhnya loncat naik ke tempat paling tinggi di samping mulut lembah itu, dari situ sambil tepuk-tepuk tangan, ia berkata-kata dengan nyaring, "Bagus sekali! Aku Hoa Ban Hie akan menunggui dengan segala kehormatan atas kunjunganmu! Sahabat, andaikata kau tidak memberikan muka padaku, pasti kau akan bikin aku si Malaikat Kemelaratan mesti keluarkan tenaga akan pergi mengundang padamu!..." Di saat itu, Tan Ceng Po pun muncul dari alingan batu, sambil berloncat turun, ia kata pada Itcie Sinkang In Yu Liang, "Kiranya di dalam Haytong-kok ini ada berdiam orang pandai dari Rimba Persilatan! Kiranya, In loosu, kau ada bersahabat dengan ketua dari Kangsan-pang! Sungguh aku tidak sangka! Mudah-mudahan kau bisa

berkunjung ke Bancie sanchung, untuk menyambut pada kau! Sekarang, In loosu, maafkanlah kita, kita tidak bisa temani kau lama-lama!" Setelah kata begitu, Tan Ceng Po putar tubuhnya, akan berlalu. Perbuatannya ditelad oleh Cukat Pok,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sedang Kiongsin Hoa Ban Hie sudah mendahului ambil jalannya sendiri. Dan mereka tidak lagi mendapat rintangan, di setiap jagaan, tidak ada orang yang keluar atau memegat, mereka sampai di rumah dengan tidak kurang suatu apa, hanya mereka lantas bertemu dengan Lim Siauw Chong, yang sudah kembali dari ranggon. Liongyu Hiejin Lim Siauw Chong berduka apabila ia dengar perihal hasil penyelidikannya tiga orang itu, sebab sekarang ternyata, Pian Siu Hoo benar-benar hendak lakukan pertempuran yang memutuskan, hingga tidak lagi ada harapan bagi perdamaian. Ia tidak nyana bahwa Pian Siu Hoo bisa undang orang yang liehay, sedang belum ketahuan, orang pandai siapa lagi yang berada di dalam lembah Haytong-kok itu. "Bagaimana sekarang kita orang harus bertindak?" akhirnya Lim Siauw Chong tanya tuan rumah. "Menurut aku, lebih lekas kita bertindak, lebih baik. Kita tidak boleh memberi ketika untuk Pian Siu Hoo mengundang terlebih banyak orang lagi. Ia ada cerdik dan licin, ia bisa pincuk lebih banyak orang lagi, seperti sekarang ia dapat mengundang Itcie Sinkang In Yu Liang. Orang yang dipanggil Cee loosu itu mestinya adalah Kimtoo Cee Siu Sin, ahli silat ternama dari pihak utara." Tapi, memandang Lim Siauw Chong, Hoa Ban Hie bersenyum sindir. "Sahabat karib, bukannya aku si Kiongsin mengejek padamu," ia berkata, "sebabnya kenapa kau dari pihak Kiushe Hiekee tidak bisa angkat kepala ialah kau orang ada terlalu tutup diri, terlalu hati-hati, hingga satu coanpang yang besar dan berpengaruh, di bawah penilikan sangat keras dari kau, telah berubah menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

lemah dan tidak bersemangat. Dalam urusan sekarang ini, aku sebenarnya ada sedikit usilan, seperti juga aku dekati api akan membakar diri sendiri. Dengan Tiathongliong Pian Siu Hoo aku tidak bermusuhan atau berselisihan, aku juga tidak hidup di atas air, hanya karena perbuatannya di dekat daerahku ini ada terlalu menyolok mataku, hingga ia telah melanggar adatku dan

aku tidak bisa mengawasi saja kepadanya. Begitulah aku sudi ketemukan padanya dan tengok macam persiapannya. Pian Siu Hoo telah melanggar kebiasaan dalam kalangan coanpang, ia telah terlalu andalkan dirinya dan sekarang ia hendak menjagoi di Haytong-kok ini, perbuatannya tidak boleh diantapi saja. Jika ia mau balik kembali ke Gocu-mui, aku pasti tidak akan campur tahu urusannya itu! Sekarang aku hendak menggunakan kesempatan ini akan belajar kenal dengan orang-orang gagah dari utara, supaya aku pun dapat mengetahui, hingga di mana adanya kebisaanku sendiri!" Lim Siauw Chong ketahui adat orang, ia ingin menyingkir dari itu, karena bagi mereka adalah sudah cukup jika si Raja Pengemis ini sudah mau ambil pihaknya. Maka ia lantas menyimpang. Setelah menghaturkan terima kasihnya, untuk mana pun diturut oleh Yan Toa Nio dan gadisnya, ia tanya bagaimana kesudahannya penyelidikan baru-baru ini. Tan Ceng Po telah wakilkan dua kawannya untuk memberikan penuturan. Mendengar itu, Yan Toa Nio kerutkan alisnya, karena ia ketahui, perkara telah menjadi besar serta hebat dan berbahaya sekali. Maka ia lantas utarakan pikirannya pada Hoa Ban Hie dan kawan-kawannya, bahwa ia ingin lekas-lekas ketemukan Pian Siu Hoo, baik untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membunuh musuh itu atau ia berdua anaknya menerima binasa di tangan musuh itu. "Pian Siu Hoo benar-benar ada sangat licin, berbahaya dan busuk," ia nyatakan lebih jauh. "Urusan dengan kita ia campur dengan urusan coanpang. Nyatalah ia ingin memperoleh kemenangan di dua-dua pihak, supaya kalau berhasil ia dapat terus menjagoi sendirian. Aku menyesal telah membikin loo-cianpwee sekalian turut menjadi pusing." Tapi atas pernyataan ini, Hoa Ban Hie tertawa. "Yan toanio, kau harus bersabar!" ia berkata. "Aku hargakan keberanianmu, tetapi kau harus mengerti, sekarang tidak lagi kau hadapi Pian Siu Hoo sendirian! Nyatalah kini kau bukannya tandingan dari Tiathongliong! Tunggu saja! Jangan-jangan sebentar malam akan datang tamu-tamu ke dusunku ini, jika dugaanku benar, kau dapat kemerdekaan untuk coba-coba ilmu pukulanmu Engtiauw hoankie-ciang atau 'Burung garuda

menyerang berbalik'. Jika sebentar malam kau memperoleh kemenangan, soal membalas sakit hatimu bukannya soal sukar lagi, jika sebaliknya, kau pasti tidak akan mempunyai harapan lagi!" Toa Nio tidak mengerti betul maksudnya tuan rumah. "Loo-cianpwee, apakah artinya ini?" ia tegaskan. "Apa sebentar malam Pian Siu Hoo akan datang sendiri kemari?" "Tidak bisa diharap yang Pian Siu Hoo sendiri mau lancang datang kemari," sahut Hoa Ban Hie. "Tetapi di antara kawan-kawannya yang ia dapat undang, ada seorang yang liehay sekali, ialah Itcie Sin-kang In Yu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Liang dari pihak selatan. Dalam hal bugee seumumnya, ia boleh tidak usah terlalu dimalui, hanya yang berbahaya adalah ilmu menotok dengan jari tangannya. Kau orang berdua, ibu dan anak, justru harus coba Engtiauw hoankie-ciang untuk menangkan ilmu menotoknya itu. Jika kepandaianmu telah diyakinkan sampai di batasnya kesempurnaan, hingga kau orang dapat membikin In Yu Liang tidak berdaya, pastilah pembalasan sakit hatimu dapat diwujudkan dengan berhasil." "Namanya orang itu aku pernah mendengar banyak kali," menyahut Yan Toa Nio, "hanya tentang kepandaiannya itu aku tidak mengetahui sama sekali. Aku dengar bahwa ilmu menotok dengan jari itu ada salah satu yang paling liehay dari Siauw-lim-sie punya tujuhpuluh dua pelajaran istimewa, jauh terlebih liehay daripada Piepee-chiu dan Kimsee-ciang, maka aku kuatir Engtiauw hoankie-ciang tidak akan dapat punahkan ilmu itu. Aku pikir terlebih baik aku pergi memapaki Pian Siu Hoo di dalam sarangnya akan membalas sakit hatiku, baik dengan jalan terang maupun gelap. Bagi kita, asal sudah mencoba, kendati binasa kita akan merasa puas." Tetapi Tan Ceng Po goyangkan kepalanya. "Di mana juga pihak Kiushe Hiekee telah tersangkut, toanio harus bersabar," orang tua ini berkata. "Kita malahan harus bertindak terlebih dahulu, karena urusan di antara kita telah diperhebat dengan kejadian di Giokliong-giam Hiecun. Pertama-tama kita orang harus bereskan keruwetan urusan coanpangdi Hucun-kang, kedua barulah kita membantu pada kamu berdua ibu dan anak, itu artinya kita orang harus bekerja sama-sama.

Mana bisa untuk toanio pergi sendiri? Baiklah ditetapkan


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

satu tanggal untuk pertempuran yang memutuskan, mati atau hidup tidak menjadi soal pula." Lim Siauw Chong pun turut bicara, katanya, "Sebagaimana kau telah nyatakan, kau orang ibu dan anak janganlah terlalu banyak berpikir. Kau orang sudah lama menyingkirkan diri, tetapi kau orang tetap ketahui jalannya urusan di kalangan coanpang, maka aku percaya kau dapat mengerti tentang urusan kita ini, Pian Siu Hoo tidak diijinkan berdiri, atau ia akan mencelakai banyak orang, karena kecuali membalas sakit hati pada kau orang, ibu dan anak, ia pun hendak menjagoi. Ia akan berhasil apabila mampu robohkan kita dua pihak. Apa yang luar biasa pada Pian Siu Hoo adalah ia telah pindahkan pusatnya, malahan dari air ia pindah ke darat. Menurut aturan coanpang, jika terdapat perselisihan, urusan tidak boleh dibereskan di lain tempat, tetapi sekarang Pian Siu Hoo melanggar kebiasaan itu, nyatalah ia ada kandung maksud lain, karena ia bukan seorang bodoh. Maka kita pun harus berhati-hati." Yan Toa Nio manggut. "Terima kasih, loo-cianpwee," ia berkata "Aku mengerti bahwa urusan kita sekarang sukar dipisahkan, aku hanya merasa kurang enak bila kita bersama-sama merembet-rembet Bancie sanchung...." Toa Nio belum tutup mulutnya, atau Hoa Ban Hie telah tertawa besar. "Toanio, kau pandai bicara!" ia menegur. "Sebenarnya, sekarang ini Pian Siu Hoo juga mempunyai urusan dengan diriku. Dengan mendirikan pusat di Haytong-kok, ia telah tidak pandang aku, tetapi aku percaya, di lain pihak ia diam-diam hendak pengaruhkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

juga pihakku. Aku berdiam di sini bukan baru satu atau setengah tahun, benar aku bukan seorang ternama, tetapi aku tidak mau ijinkan orang tidak pandang mata padaku. Hak apa Pian Siu Hoo ada punyakan untuk berpusat di Haytong-kok? Coba ia datang terlebih dahulu dan bicara dengan baik padaku, barangkali aku dapat mengambil sikap lain, tetapi sekarang tidak. Toanio, kau bersabar dan tunggulah kejadian yang akan datang! Kita akan bekerja sama-sama!" Yan Toa Nio haturkan terima kasih pada raja pengemis itu.

"Aku mengerti, loo-cianpwee, terima kasih," ia berkata. "Sekarang pembicaraan telah selesai, kita harus pikirkan soal menghadapi Pian Siu Hoo," Tan Ceng Po berkata. "Bilakah kita akan bertindak? Atau kita hendak tunggu dahulu sepak terjang musuh? Aku hanya anggap tidak boleh pandang enteng pada musuh kita itu." Cukat Pok yang sejak tadi diam saja, kini turut bicara. "Tan loo-suhu," ia berkata, "bahwa sudah terang Pian Siu Hoo mempunyai banyak kawan yang pandai dan kita telah satroni sarangnya, maka sekarang kita harus menjaga dengan hati-hati tempat kita. Karena telah dibikin malu, mereka tentu hendak membalas itu! Aku percaya, satu kali mereka akan datang kemari, maka kita orang tidak boleh alpa dan perlu setiap waktu siap sedia. Kita harus ingat bahwa pihak sana pun ada orang-orang yang pandai dan berani...." Mendengar demikian, Tan Ceng Po melirik pada Kiongsin, tetapi muka dan sikapnya tuan rumah tetap tenang, maka ia lekas manggut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tentang itu, Cukat loosu, kita tidak usah kuatir," ia menyahut. "Ketika kita hendak berlalu dari Haytong-kok, musuh yang kita ketemukan adalah In Yu Liang. Ia terkenal gagah, tetapi berpikiran cupat, maka setelah nampak kegagalan, ia tentu akan datang kemari. Tapi di sini, Hoa chungcu telah siap sedia, aku percaya, meski In Yu Liang liehay, tidak mudah ia dapat masuk. Sikap kita sekarang adalah, siapa datang, dia kita layani." Cukat Pok berdiam, tetapi ia tidak puas. "Beginilah memang sikap biasa dari orang-orang sebagai mereka," ia berpikir, "ialah serupa penyakit kepala besar. Sifat begini bagiku adalah alamat dari kegagalan. Tapi aku telah berada di sini, baiklah, kita lihat saja nanti, jika mesti roboh, apa boleh buat...." Hoa Ban Hie perhatikan sikapnya semua orang. Ia lantas bersenyum tawar. "Tan Ceng Po, ada permusuhan apakah di antara kita berdua, maka kau mengucap demikian rupa?" ia tanya Tonglouw Hiejin. "Kita orang ada sahabat-sahabat dari banyak tahun, mustahil begini saja sikapmu? Apakah benar kau tidak niat membantu melindungi Bancie sanchung? Pendeknya aku bilang, asal musuh bisa malang melintang di dalam kampungku ini, itu berarti

bahwa pamorku telah roboh! Sekarang, sahabatku, aku serahkan Bancie sanchung padamu, kau boleh berbuat apa kau suka, keributan apa juga akan terjadi sebagai akibatnya, aku akan bertanggung jawab, tidak nanti aku tarik-tarik padamu!" --ooo0dw0ooo-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

X Tan Ceng Po goyang-goyang tangannya. "Sahabatku, kau keterlaluan!" ia berkata, "Tugas yang kau berikan kepadaku ada terlalu hebat! Aku bicara menuruti keadaan, karena aku percaya Bancie sanchung sudah terjaga kuat. Tapi sekarang kau serahkan dusunmu padaku, bagaimana aku bisa menerima itu? Coba ini terjadi pada empatpuluh tahun berselang, pasti dengan tidak ayal lagi aku menerima dengan kedua tangan! Sekarang usiaku telah lanjut, aku tidak lagi ada sedemikian tolol! Baiklah kau cari lain orang saja...." Hoa Ban Hie tertawa berkakakan. "Kalau aku katakan kau tua bangka licin, kau tentu tidak puas! Bukankah kau tadi, dengan ucapanmu, hendak bikin darahku naik, supaya aku layani orang yang datang, agar kau bisa menonton, menyaksikan, akan buka matamu, akan tambahkan pengalamanmu? Kau tidak berani omong langsung, kau bicara secara samarsamar! Kau begini licin, kalau aku tidak serahkan tugas kepadamu, kepada siapa lagi? Sahabat bangkotan, kau tenangkan hatimu, si Malaikat Kemelaratan tidak nanti berlaku sampai melewati batas aturan, hingga kebaikan hati sahabatnya hendak disia-siakan! Kau harus tahu, tugas ini tidak sama dengan kewajiban buat pergi memenuhkan janji ke Haytong-kok! Kiongsin Hoa Ban Hie punya juga nama kosong di kalangan Sungai Telaga, jikalau bukannya orang yang tersohor namanya, atau yang biasa saja, tidak nanti dia berani datang kemari untuk banyak tingkah! Kalau orang sampai berani datang, ia mesti sangat tersohor, maka itu, cara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bagaimana aku boleh tidak bersiap? Mustahil aku hendak biarkan saja orang, dengan sekali gebrak, bikin rusak Bancie sanchung?" Tan Ceng Po manggut-manggut, ia tertawa. "Kau benar!" ia jawab. "Memang, siapa juga, ia mesti kalah! Untuk menghadapi orang pandai, kalau kita tidak siap dengan sempurna, kita bakal meninggalkan bencana

hebat bagi belakang hari!" "Memang! Maka juga di sini, di mana saja, yang aku anggap penting, aku ada taruh penjagaan, malah di tempat yang tidak penting, aku pun tidak lupakan. Kita mesti menjaga agar kita bisa layani dengan baik pada sesuatu orang yang datang kemari dan kita semua mesti bersatu hati! Umpama kata kita tidak mampu lindungi Bancie sanchung yang kecil, tentu kita tidak usah lagi pergi ke Haytong-kok. Kalau di tempat sendiri sudah jatuh, kenapa kita mesti pergi ke lain tempat, untuk mendapat malu saja?" "Sahabat karib!" Tan Ceng Po tertawa. "Benar-benar, sejak kenal pada kau, belum pernah aku dapatkan kau ada berhati-hati seperti sekarang ini! Itulah bagus!" Hoa Ban Hie tidak kata apa-apa, ia melainkan bersenyum. Kemudian, mereka bicarakan lain-lain urusan. Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong telah ambil putusan, buat urusan coanpang, mereka tidak mau minta bantuan lainlain orang lagi. Dan mengenai perkara sakit hati dari Yan Toa Nio, nyonya ini dan gadisnya dikasih kemerdekaan untuk menuntut balas, kalau tenaga mereka tidak cukup, barulah mereka hendak dibantu, supaya dengan begitu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

muka terang dari ibu dan gadis itu bisa terjamin. Mereka hanya hendak tunggu datangnya Hengyang Hie-in Sian Ie dan Hee In Hong. Tapi kalau undangan Haytong-kok datang terlebih dahulu, terpaksa mereka tidak bisa menanti lagi dan mesti pergi seada-adanya saja. "Maka itu, biar bagaimana, kita mesti siap, agar kita tidak nampak kegagalan," demikian Tan Ceng Po nyatakan akhirnya. Hoa Ban Hie bersenyum. "Sebenarnya di Bancie sanchung ini tidak ada yang harus ditakuti," ia kata sambil tertawa. "Aku bukannya orang bangsawan, semua orang di sini ada sama rudinnya seperti aku, malah rumah kita juga ada gubuk-gubuk yang bobrok, semua dibikinnya bukan dengan pakai uang atau ongkos, maka kalau tempat ini ada yang ganggu, tidak ada yang harus dibuat sayang. Hanya, apa yang sukar bagiku, ialah selama aku masuk di kalangan Sungai Telaga, belum pernah aku ganggu lain orang, belum pernah ada orang yang gasak setangkai rumputku atau sepotong balok, karena ini kebiasaan, asal tidak ada gangguan, aku tidak

akan jadi kalap. Demikian dalam urusan sekarang, aku dan Pian Siu Hoo boleh saling lihat saja! Umpama kata aku lagi senang, biarnya dia bakar habis Bancie sanchung sampai jadi abu, aku akan hadapkan ia dengan tertawa saja, aku akan tetap pandang ia sebagai sahabat, hanya kapan aku sedang mendongkol, sebatang rumput saja ia patahkan, kendati itu diganti dengan sepotong emas, aku tetap tidak akan mau mengerti! Biarnya dia katakan aku si Malaikat Kemelaratan sudah gila, aku tetap tidak akan kasih ampun padanya! Siapa datang dengan baik kemari, untuk melihat-lihat, kendati aku miskin, tidak nanti aku sia-sia pada mereka, aku akan jadi tuan rumah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

manis budi, hanya bila aku lagi murka, aku lantas tidak kenal siapa juga, satu datang, satu aku bereskan, sebelum aku memberikan hukuman pada semua, belum aku mau berhenti!" Mendengar tuan rumahnya sedang mengoceh, semua tetamu itu berdiam saja, hanya di dalam hati mereka tertawa geli, sebab Kiongsin benar-benar ada aneh. Seterusnya, sampai terang tanah, Bancie sanchung ada aman seperti biasanya. Sama sekali tidak ada tertampak orang keluar atau masuk. Kiongsin, dari pagi, telah pergi ke mana tahu. Tapi Tan Ceng Po bisa menduga bahwa si Raja Pengemis sudah atur persiapan. Adalah setelah matahari turun, baru ia muncul di antara sekalian tetamunya. Dan ia telah keluarkan elahan napas lega. "Aku si tua bangka sudah lima atau enam tahun belum pernah bekerja begini lelah," ia kata. "Inilah yang dibilang, di kolong langit tidak ada urusan yang bikin orang repot hanya orang mencari repot sendiri. Sekarang ada waktunya untuk aku beristirahat. Sebentar malam ada ketikanya bagi aku menyambut dan menjamu sahabat-sahabat baik, buat ini aku ingin lihat mereka punya rejeki mulut, untungnya bagus atau tidak. Aku pikir, siapa mau datang ke Bancie sanchung-ku ini, sekarang ada ketikanya yang paling baik, sebab seliwatnya ini, aku tidak akan terima tetamu lagi, aku tidak akan sambut mereka itu!" Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong ada orang-orang yang tidak boleh dibuat permainan, toh terhadap Kiongsin Hoa Ban Hie, mereka ada jeri, melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tonglouw Hiejin yang kadang-kadang berani sedikit

bersenda gurau, Lim Siauw Chong tidak sama sekali. Ketika langit mulai gelap, baru kelihatan orang-orang kampung, berdua atau bertiga, tertampak di matanya Tan Ceng Po sekalian, mereka itu agaknya seperti orangorang yang baru pulang dari pekerjaan. Chungteng pun telah nyalakan api, mereka punya pelita atau lampu ada istimewa, ialah sepotong batu pecahan dipakai sebagai tatakan dua paso kecil dari batu, seputarnya paso sudah pada gugus, isinya ada separuh, dan sumbunya ada kasar, waktu disulut, api itu bersinar tinggi hampir satu kaki. Bancie sanchung terdiri dari rumah-rumah gubuk, tetapi semuanya bersih luar biasa, dari itu pelita mereka pun ada luar biasa. Diletakkan di depan rumah yang dijadikan sebagai kantoran di mana sekalian tamutamu berdiampelita itu memberikan pemandangan tak menyurupi. Di depan pintu, di sepanjang pinggiran payon dan di kiri kanan pintu dan jendela, dengan masing-masing sepotong bambu ada digantung selembar kertas putih, maka itu, di sinarnya lentera, kertas itu menerbitkan sinar terang umpama siang. Pun di atas setiap rumah, malahan di atas cabang pohon, diikat pada sebatang bambu ada dinyalakan lentera yang serupa. Hanya sampai di depan pohon-pohon cemara yang lebat barulah tidak tertampak lentera itu. Kantor dari rumah itu, yang dipanggil cun-kongso, hanya ada empat pemuda yang menjadi pengawal, yang lain-lain setelah selesai api dinyalakan, telah mengundurkan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di semua bilangan ada sunyi senyap, melainkan dari dalam cun-kongso sering terdengar suara berisik. Menghadapi pintu kongso diatur meja dengan delapan buah kursi. Para hadirin terdiri dan enam orang berikut Hoa Ban Hie, ialah Tan Ceng Po, Lim Siauw Chong, Cukat Pok, Yan Toa Nio. Yan Leng In dan tuan rumah. Meski begitu, Tan Ceng Po tidak tanyakan apa-apa, melainkan Cukat Pok yang merasa aneh. Tidak lama, barang-barang santapan sudah mulai disajikan. Melihat itu, semua orang menjadi kagum. Dandanan sebagai pengemis, semua rombengan atau tambalan, rumah mereka semua gubuk, tetapi barang makanannya semua ada pilihan dari timur dan selatan.

Bahan makanan seperti ini, jangan kata orang miskin, sekalipun hartawan tidak semuanya mampu menyajikan. "Thjungcu mempunyai tamu, kenapa kau tidak mau undang ia keluar?" akhirnya Yan Toa Nio menanya. "Kita tidak berlaku seejie lagi terhadap chungcu, kenapa kau agak sebaliknya? Silakan undang tamu chungcu itu agar kita orang boleh duduk dan bersantap sama-sama!" Hoa Ban Hie manggut-manggut ketika ia jawab nyonya tamunya itu. "Harap toanio tidak buat pikiran," ia bilang. "Aku si pengemis tua pasti tidak akan berlaku tidak hormat. Kalau tamuku telah berada di sini, mustahil aku tidak lantas undang ia keluar dan duduk bersamasama kita? Seperti aku telah bilang, aku sediakan barang santapan, siapa yang datang, dialah yang akan merasakan itu. Menurut dugaanku, mestinya akan datang pula dua tamu, dua sahabat kekal ke Bancie sanchung ini, untuk membikin mukaku menjadi terang, tetapi, jika mereka tidak datang, apa dayaku? Silakan duduk,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

silakan, ini adalah ketika baik bagi kita orang! Selama Bancie sanchung masih utuh, selama itu juga kita orang boleh bersenang-senang, jika nanti dusun ini telah berubah menjadi abu, adalah sukar untuk mengharap kita orang bisa berkumpul pula seperti ini! Maka juga malam ini aku keluarkan semua apa yang aku miliki, dan telah kurbankan uang simpananku untuk barang-barang hidangan ini. Maka siapa yang berlaku sungkan-sungkan, ia seperti sia-siakan maksud baikku! Jangan kau orang tertawakan aku, seumur hidupku, ini adalah yang pertama kali aku undang tamu untuk berjamu! Mari, aku hendak memberi selamat dengan satu cawan!" Karena yang berkumpul ada orang-orang Sungai Telaga, mereka tidak lagi berlaku sungkan, apalagi tuanrumah sendiri telah berikan keterangannya dan berlaku merdeka. Dengan dilayani oleh empat pelayan, mereka sudah lantas mulai minum dan dahar. Cukat Pok merasa aneh, ini ada pengalamannya yang luar biasa, tetapi ia bisa sesuaikan diri. Bila orang telah minum tiga edaran, Hoa Ban Hie mengawasi lilin yang ditancap di ciaktay. "Sekarang sudah waktunya, kenapa mereka belum juga datang? Apakah benar-benar mereka hendak mainmain dengan aku? Apa benar mereka tidak hendak

minum arak? Jika demikian, mereka benar-benar hendak cari susah sendiri!...." Dari pembicaraannya itu, bisa diduga bahwa Hoa Ban Hie ada janji orang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Cukup, Hoa loosu, jangan kau main-main terlebih lama dengan aku!" Tan Ceng Po lantas menegur. "Siapa sebenarnya yang kau telah undang datang kemari akan hadiri perjamuanmu ini? Harap kau tidak membikin kita semua jadi berlaku kurang hormat terhadap tamu-tamu itu, itulah ada tidak bagus bagi kita orang...." Hoa Ban Hie bersenyum pada sahabatnya itu. "Kau sudah begini tua, kenapa kau tidak bisa tahan sabar?" ia balikkan. "Akhir-akhirnya kau toh akan melihat juga! Apa kau tidak ingat itu perkataan: asal Co Coh disebut-sebut, Co Coh lantas muncul? Barangkali sahabat-sahabatku itu juga sudah datang!...." Semua orang pasang kuping, tetapi mereka tidak dengar apa-apa, maka mereka duga tuan rumah sedang membanyol atau main gila. Tapi Hoa Ban Hie bicara tidak sambil tertawa atau bersenyum, malahan ia unjuk roman sungguh dengan menunda cawannya yang ia pegang dan pasang kuping. "Hah, kenapa mereka tidak tahu penghormatan?" tibatiba ia berkata seorang diri. "Kenapa mereka tidak mau biarkan kita bikin penyambutan? Tidak, ini tidak bisa terjadi, sebagai tuan rumah aku harus menyambut sendiri!" Dengan satu gerakan ia telah terpisah dari kursinya, bila ia telah mendek sedikit, segera tubuhnya menyusul melesat ke luar. Menampak demikian, Tan Ceng Po semua menduga bahwa tentu ada orang datang, maka itu mereka pun berbangkit. Dengan beruntun mereka bertindak ke luar sampai di depan cun-kongso. Tapi keadaan Bancie sanchung, kecuali bagian depan dari kongso ini, semua ada gelap dan sunyi, tidak terdengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suara apa-apa. Maka mereka terus pasang kuping, tidak ada satu yang bicara. Tidak terlalu lama, di jurusan timur selatan ada terdengar suara yang sangat perlahan, hingga sukar membedakan suara itu. "Dengar," berkata Tan Ceng Po pada kawankawannya, "kita rupanya akan menyaksikan si pengemis tua punya kepandaian! Sudah terang ada orang yang

telah menerobos masuk ke dalam Bancie sanchung ini, orang itu agaknya sengaja hendak uji kepandaiannya tuan rumah! Lihat saja, kita akan saksikan pertunjukan yang menarik hati!" "Tetapi, loo-cianpwee, tidak selayaknya untuk menonton saja!" berkata Yan Toa Nio. "Hoa loosu senantiasa omong besar dan seperti tidak keruan, tetapi hatinya ada sangat mulia, perbuatannya harus dibuat kagum! Untuk kami ibu dan anak, ia telah melakukan perjalanan berbahaya ke Haytong-kok, hingga ia telah tanam bibit permusuhan dengan Tiathong-liong Pian Siu Hoo, maka jika Bancie sanchung sampai turun pamor, bagi kita, itu pun ada sangat memalukan. Jika itu sampai terjadi, aku malu sekali. Marilah kita orang bantu membikin penjagaan!...." "Kau ada berbudi, toanio, kau tidak bisa lupakan orang punya kebaikan, itulah ada kebaikanmu," Lim Siauw Chong berkata, "tetapi di lain pihak, kau telah tidak insyaf bahwa terhadap si pengemis tua, kau harus bersikap lain. Kau harus ingat, kamu berdua, ibu dan anak, baru pertama kali ini ketemu padanya. Sepak terjang orang tua itu ada sangat merdeka dan sembarangan, seperti juga mulutnya bisa mengucapkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

segala apa, manis atau pahit. Kau tahu, bisa terjadi, sedang kau bermaksud baik, kebaikanmu akan tidak diterima! Jika itu sampai terjadi, cara bagaimana kau bisa berdiam lebih lama pula di Bancie sanchung ini? Beda adalah kita orang, kita tidak gubris apa yang si pengemis tua bilang, karena kita sudah ketahui tabiatnya yang aneh itu. Sekarang baiklah kita atur begini saja. Toa Nio dengan nona dan Cukat Pok boleh tetap duduk di sini sambil pasang mata, jangan kau orang berlalu dari sini, kita berdua saudara mau pergi akan melongok serta membantu jika itu perlu. Secara begini, kita juga jadi bisa belajar kenal dengan orang yang baru datang itu." Yan Toa Nio menghargakan Lim Siauw Chong, yang telah bantu padanya dan bersikap manis, maka itu ia tidak mau membantah pembicaraannya, sedang sebenarnya ia ingin sekali ajak anaknya pergi menyusul Kiongsin. "Baiklah, loo-cianpwee," ia berkata. Cukat Pok juga ingin keluar, tetapi mendengar ucapannya Lim Siauw Chong dan mengetahui sifatnya

Hoa Ban Hie, terpaksa ia tutup mulut, maka bersamasama Yan Toa Nio dan Yan Leng In, ia diam saja. Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong sudah lantas gunakan kepandaian mereka akan berlalu dengan cepat dari meja perjamuan, tetapi mereka berlalu dengan berpisahan, ialah yang satu menuju ke barat utara dan yang lainnya ke timur selatan. Tetapi, baru mereka berlalu belasan tombak dari cun-kongso, mereka sudah dapatkan rintangan. Malah Cukat Pok bertiga, telah lihat rintangan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tan Ceng Po loncat naik ke wuwungan rumah waktu ia dirintangkan, dua bayangan telah serang ia sampai hampir-hampir ia menjadi korban, berulang-ulang ia terangkan bahwa ia ada tetamunya tuan rumah, sampai ia sebutkan she dan namanya, tetap orang tidak gubris ia, yang terus tidak dikasih maju, malah ia diserang pergi datang, sama juga ia ada musuh. Tapi karena ia tidak mau mundur dan kepandaiannya ada tinggi, dengan gampang ia bisa pecahkan serangan dan nerobos maju. Pengalaman dari Lim Siauw Chong ada serupa, ia mesti gunakan kepandaiannya, akan singkirkan rintangan. Sekarang, seperti Tan Ceng Po, ia telah dapat pengalaman. Dari pengalamannya kedua tetua dari Kiushe Hiekee sekarang terbukti, penduduk Bancie sanchung, romannya saja seperti pengemis, tidak tahunya, mereka semua ada punya kepandaian berarti. Maka itu, mereka diduga bukannya orang-orangnya Hoa Ban Hie sendiri hanya ada orang-orang ternama, yang jadi sahabatnya Hoa Ban Hie, yang datang dengan sengaja menyamar sebagai penduduk dusun, untuk umpatkan romannya yang sejati. Lim Siauw Chong telah dirintangkan sampai dua kali, tetapi dua-dua kalinya ia tidak mau pecahkan rintangan dengan keluarkan kepandaiannya yang berarti, hanya dengan gunai kesehatan atau kegesitan tubuh, ia bisa egos diri dari perintang-perintang itu. Menampak rintangan itu, Cukat Pok bertiga Yan Toa Nio dan Yan Leng In jadi semakin tidak berani berlaku sembrono, mereka tidak berani tinggalkan kongso. Itu waktu empat pelayan telah benahkan segala apa, juga lentera, kecuali itu dua paso pelita, yang tetap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

berada di tempatnya, malah apinya tetap ada menyala seperti mula-mula.

Supaya bisa melihat keempat penjuru, Cukat Pok ajak Yan Toa Nio dan Yan Leng In loncat naik ke atas rumah di mana mereka mendekam di wuwungan. Mereka pun pasang kuping. Sebagai permulaan, di jurusan barat utara ada terdengar suara apa-apa, yang saling susul, yang saling berpisahan, sebentar ke utara sekali, sebentar pula ke barat, atau lantas sunyi pula. "Pengemis tua itu benar-benar liehay," kata Cukat Pok pada Yan Toa Nio. "Aku percaya, orang yang datang itu tidak bakal peroleh hasil suatu apa di dalam Bancie sanchung ini, atau bisa jadi ia bakal rubuh...." "Pengalamanku ada cetek, tetapi menurut pemandanganku, orang yang datang mesti ada satu orang yang liehay sekali," Yan Leng In turut bicara. "Coba loo-cianpwee kasih tahu padaku, suara tadi ada dari pihak tuan rumah atau dari tetamu?" "Aku percaya itu ada suara dari pihak tetamu, yang mengasih tanda pada kawan-kawannya," sahut Souwposu. "Sebegitu jauh yang aku ketahui, pertandaan di sini adalah suitan, yang gampang buat dikenalkan." "Apa loo-cianpwee bisa duga dari mana orang ambil jalan masuk?" nona Yan tanya pula. "Penjagaan di sini ada kuat sekali, biar bagaimana, orang tentu akan nampak rintangan. Barusan suara itu ada bergantian tempat, apa bisa jadi, tetamu datang dengan banyak? Kalau ini dugaan benar, kenapa pihak Bancie sanchung tidak kerahkan antero tenaganya? Jika mereka berjumlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sedikit, kenapa mereka bisa bergerak di berbagai-bagai jurusan? Kenapa mesti Kiongsin sendiri yang keluar menyambut? Maka aku percaya betul, musuh mesti ada liehay sekali!" Cukat Pok manggut, ia mau benarkan dugaan si nona. "Jangan berisik!" kata Yan Toa Nio dengan tiba-tiba. "Lihat itu di jurusan timur selatan, rupanya itu ada bergerak-geraknya bayangan orang..." Adalah di itu waktu, belasan tombak jauhnya di luar kongso, di atas rumah gubuk, tiga bayangan kelihatan nyata bergerak-gerak, tanda dari pertempuran, yang disusul sama suara bentak membentak. Mereka seperti main uber-uberan, hanya tidak dapat dipastikan, mana musuh dan mana pihak Bancie sanchung. Gerakan mereka ada gesit sekali.

Segera terdengar suara tertawa menghina, dua bayangan berdiam di atas rumah, bayangan yang ketiga entah telah pergi ke mana. Maka sekarang ternyata, ada musuh datang menyerang, ia kena dirintangi oleh dua penjaga, lantas ia menghilang. Dua bayangan itu pun turut menghilang. "Yang mengherankan adalah si pengemis tua yang telah mempunyai pembantu-pembantu yang liehay," kata Cukat Pok pada Yan Toa Nio. "Kalau orang biasa saja dari kalangan Sungai Telaga, siapa yang bisa datang masuk kemari akan cabut kumis harimau?" Souwposu belum tutup mulutnya, atau ia berseru, "Eh!" kemudian sambil tepuk pundaknya Yan Toa Nio, ia kata pula, "Lekas lihat, itu di atas rumah besar!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yan Toa Nio lekas putar tubuhnya, maka ia masih bisa lihat mencelatnya satu bayangan, yang muncul dari belakang rumah. Dengan loncatan Yancu hui-in-ciong atau "Burung walet terbang menembusi mega", Cukat Pok lantas lompat melesat ke jurusan rumah itu. Yan Toa Nio dan gadisnya lantas mengerti bahwa musuh sudah gunai akal "Seng tong kie see" atau "Bersuara di timur, menyerang di barat." Ialah karena di depan kena dirintangi, ia pergi ke belakang, kelihatannya ia mundur, tidak tahunya ia mundur dengan berpurapura. Gerakannya musuh itu ada gesit luar biasa. Yan Toa Nio dan gadisnya sudah lantas bergerak, akan menyusul, dengan berpencaran, maka bersamasama Cukat Pok, mereka jadi bergerak dalam tiga jurusan. Tapi Cukat Pok yang maju paling cepat. Musuh rupanya telah dapat lihat ada orang menghampirkan padanya, dari sikapnya, yang pasang diri, ia seperti tidak takuti apa-apa, hanya ketika ia lihat datangnya dua orang lain, tubuhnya bergerak dengan tiba-tiba. Segera terdengar suaranya, katanya, "Sahabat baik, kau telah datang kebelakangan!...." Suara itu terdengarnya jauh, tetapi waktu terdengar perkataannya yang paling belakang, yaitu "....ke belakangan," mendadak dari jurusan barat utara ada menyamber satu bayangan lain, baru saja bayangan itu injak kakinya di wuwungan, atau ia sudah mencelat pula ke jurusan musuh. Pihak musuh telah putar tubuhnya ke depan, setelah

mana, ia segera layani bayangan yang baru datang itu, hingga keduanya jadi saling menyerang. Belum lama, atau mereka lantas berpencaran, ialah yang satu loncat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mundur ke rumah samping dan yang lainnya berdiri di tempat pertempuran dan hanya mundur sedikit. Cukat Pok bertiga sekarang telah tiba di rumah besar itu, maka mereka bisa lantas kenali Hoa Ban Hie, sedang musuh yang loncat ke rumah samping, telah menyingkir lebih jauh ke belakang dari rumah itu. Melihat orang mundur, Hoa Ban Hie sudah lantas menegur, "Sahabat baik, kenapa kau berlaku tidak manis? Kau seharusnya melayani aku lagi dua jurus!...." Setelah berkata demikian, ia loncat menyusul. Yan Toa Nio memberi tanda pada anaknya, ia lantas mundur untuk terus memutar ke depan. Ia ingin bisa cegat musuh itu. Cukat Pok tidak memberi tanda apaapa, tetapi ia pun telah undurkan diri akan pergi memutar ke depan, hingga gerakannya ada hampir berbareng dengan gerakannya Yan Toa Nio dan Leng In. Di depan cun-kongso keadaan gelap, kecuali itu dua paso yang merupakan pelita istimewa, yang apinya sekarang ada agak guram, hingga di luar dua tombak, cahaya api itu tidak sampai. Tempo Yan Toa Nio dan anaknya tiba di jalanan, dari mana mereka lompat naik ke atas rumah gubuk sebelah barat, keduanya tidak dapat tampak pula bayangan musuh. Dan Kiongsin Hoa Ban Hie juga turut lenyap. Ketika mereka kembali pergi ke belakang cun-kongso, di situ mereka bertemu dengan Cukat Pok yang juga tidak berhasil mencegat musuh. Bertiga mereka malu sendirinya, karena ternyata mereka sudah kalah terhadap musuh punya kegesitan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Musuh ada liehay luar biasa," berkata Cukat Pok dengan perlahan pada Yan Toa Nio. "Sekarang mari kita coba cari padanya!...." "Jangan," Yan Toa Nio lekas mencegah. "Kita bukannya hendak unjuk kelemahan tetapi kita tidak boleh kosongkan cun-kongso, di sana hanya ada pelayan dan tidak ada yang jaga, jika ada terjadi sesuatu, apakah si Malaikat Kemelaratan tidak akan mentertawakan kita? Maka sudah cukup jika kita melakukan penjagaan saja...." "Begitupun baik," berkata Cukat Pok, yang terus putar

tubuhnya atau segera ia menjerit, "toanio, lekas! Kita telah kena dikalahkan!...." Yan Toa Nio dan Yan Leng In segera putar tubuhnya dan mereka pun menjadi kaget. Dua pelita paso di muka pintu sebelah kiri dari cunkongso sekarang telah pindah atau lebih benar: orang telah pindahkan ke muka pintu sekali. Cukat Pok masih dapat melihat bayangan orang yang memindahkan paso itu, hanya mukanya tidak tertampak nyata, maka juga, setelah keluarkan jeritannya, ia sudah gunakan antero kebisaannya akan loncat melesat hingga jauhnya tiga tombak lebih, untuk dapat menyusul musuh. Ketika ia telah injak tanah, musuh kebetulan sudah putar tubuh, loncat ke sebelah kanan kongso, naik ke atas rumah jauhnya tiga atau empat tombak. Dengan perasaan sangat malu, Cukat Pok enjot pula tubuhnya untuk menyusul. "Sahabat, ke mana kau hendak pergi?" ia berseru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Keduanya sama-sama berloncat, tetapi jika Cukat Pok hanya dapat meloncat tiga tombak lebih jauhnya, orang itu loncat empat tombak, dari situ jadi ternyata bedanya kepandaian mereka berdua. Dengan tidak buang tempo lagi Cukat Pok gerakkan kedua tangannya akan menyerang, tubuhnya turut lompat maju. Orang itu mendekkan tubuhnya, kaki kanannya diangkat, dengan gunakan kaki kiri, ia putar tubuhnya dan bangun, dengan demikian pukulannya Souwposu telah lewat, kemudian dengan tangan kiri ia samber orang punya kedua tangan. Ia telah gunakan Tantwiechiu atau "Pukulan tangan sebelah" untuk membikin patah lengan, gerakannya sangat cepat. Cukat Pok melihat serangannya gagal dan orang telah barengi menghajar padanya, lekas-lekas ia tarik pulang tangannya sambil tubuhnya mendek, kemudian dengan angkat pundak kiri, tangan kirinya digerakkan, diiringi dengan tangan kanan ia mengarah orang punya paha kiri. Musuh ada sebat betul. Ia mundur begitu lekas serangannya tidak berhasil, sambil mundur ia perbaiki diri, maka juga dengan sangat cepat ia dapat maju akan menyerang pula. Sekarang ia gunakan kedua tangan dan menjuju dada. Itu adalah ilmu pukulan Hekhouw sinyauw

atau "Harimau hitam lempangkan pinggang". Untuk menyingkir dari bahaya, Cukat Pok putar tubuhnya sambil memutar, ia bikin tubuhnya berada di samping, dari sini, dengan kaki kiri memasang diri, dengan kaki kanan ia menyapu kaki musuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Musuh itu ada awas dan gesit, atas datangnya serangan, ia enjot tubuhnya akan berkelit sambil berlompat tinggi, kemudian ia menjatuhkan tubuhnya di sebelah kiri. Cukat Pok buru-buru memperbaiki diri dan menyerang pula untuk kedua kalinya, tetapi justru itu, Yan Toa Nio dan gadisnya tiba, akan dari kiri dan kanan maju mengepung musuh yang belum dikenal itu, hingga orang itu kena dikerubuti. Ketika Yan Toa Nio telah datang dekat, musuh kebetulan baru taruh kakinya, ia ketahui musuh ada liehay luar biasa, dari itu, begitu menyerang, ia sudah lantas gunakan Eng-tiauw hoankie-ciang dan tujuannya adalah musuh punya batok kepala. Dengan tarik mundur tubuhnya, musuh itu selamatkan diri dari serangan yang berbahaya itu dan dari mulutnya telah mengeluarkan bentakan, "Nelayan perempuan, jangan kurang ajar!" Dan berbareng dengan itu, tangan kirinya telah digerakkan untuk serang Yan Toa Nio punya lengan kanan, la telah gunakan tipu silat Kimsit bekwan atau "Benang emas melibat lengan". Ketika tangan itu sampai, mendadak jari-jari tangannya terbuka, melainkan jari telunjuk yang menotok nadinya si nyonya. Dan ini adalah yang dinamakan tipu Kimkong-cie atau "Jarinya Kimkong". Yan Toa Nio kaget melihat caranya musuh menyerang padanya. Ia kenal baik tipu itu dan tahu cara menangkisnya, tetapi sekarang musuh gunakan ilmu menotok, malah ia kenal ilmu ini, ialah satu bagian dari Itcie Sinkang, salah satu ilmu totok paling liehay dari dunia persilatan dari selatan. Ia pun sekarang jadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ketahui, sama siapa ia sedang berhadapan, karena ia tahu, di pihak musuh ada In Yu Liang yang ada jadi ahli dari ilmu totok itu. Bukan main kagetnya Yan Toa Nio, karena di saat yang berbahaya itu, ia tidak tahu bagaimana ia harus bertindak, untuk tolong dirinya. Kalau nadinya kena tertotok, celakalah sebelah tangannya itu.

Dalam saat yang berbahaya itu, tiba-tiba dari atas rumah dari cun-kongso munculnya dari belakang kelihatan satu bayangan melesat turun, cepatnya luar biasa, dan turunnya di belakang sekali dari In Yu Liang. Bayangan itu segera juga kasih dengar suaranya yang nyaring dan berpengaruh, "Di dusunnya si pengemis aku tidak ijinkan kau banyak tingkah!" Dan suara itu dibarengi sama serangan tipu Kimcee-chiu atau "Tangan cagak emas." In Yu Liang kaget buat datangnya musuh secara mendadakan itu, apapula ia tahu, musuh ada liehay dan serangannya berbahaya, kalau ia tidak berdaya dengan lebih dahulu batalkan serangannya terhadap Yan Toa Nio, pasti ia celaka. Dengan terpaksa ia tarik pulang tangannya, sambil lompat ke samping, ia putar tubuhnya buat terus tangkis serangan musuh. Yan Toa Nio telah ketolongan, hatinya bukan main lega. Tapi ia tidak kenal takut, ia tidak mau menyingkir, malah sebaliknya, ia merangsek, akan serang pula musuhnya yang liehay itu. Ia pun tahu, penolongnya, adalah ketua dari Bancie sanchung, Hoa Ban Hie. Tatkala itu Cukat Pok dan Yan Leng In telah sampai, dengan tidak banyak omong, berdua mereka maju akan kepung musuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi Hoa Chungcu tidak mau main kepungkepungan. "Silakan kau orang mundur!" ia kata dengan nyaring. "Jangan kau orang rampas ini satu pahalaku! Sejak aku si pengemis tua datang ke desa ini, belum pernah aku lakukan suatu apa buat gunanya penduduk desa ini, maka sekarang adalah ke-tikanya untuk aku undang tetamuku!" Selagi ia berkata-kata, ia sudah mulai bertempur sama In Yu Liang. In Yu Liang ada satu orang tersohor di daerah Samsiang, di selatan dan utara Tiangkang, kecuali ilmu silatnya tinggi, ia juga ditakuti karena kepandaian ilmunya menotok jari Itcie Sinkang. Ia sebenarnya datang ke Bancie sanchung dengan niatan masuk dengan berterang, apa-mau selagi mendekati Bancie sanchung belum setengah lie, ia sudah hadapkan rintangan, hingga ia jadi sengit, hingga ia urungkan maksudnya yang pertama, karena ia percaya bahwa orang telah pandang rendah kepadanya. Begitu ia gunai kepandaiannya, akan

terjang sesuatu rintangan, dan rintangan semakin tangguh, ia semakin bernapsu. Dan ia ternyata bisa tobloskan sesuatu penjagaan yang kuat. Kecuali di depan, sampai di mulut desa, ia lihat segala apa ada sunyi, penjagaan seperti tidak ada, hanya setelah ini, baru ia hadapkan pula gangguan. Di sini, setiap lima tombak, ia saban-saban mesti hadapkan rintangan. Kecuali Cauwsiang huiheng atau Ilmu lari di atas rumput, In Yu Liang juga telah yakin sempurna ilmu Tengpeng touwsui atau "Menyeberangi air dengan naik kapu-kapu." Begitulah, untuk masuk, ia berlari-lari di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pepohonan. Mula-mula ia putarkan dahulu seluruh desa, hingga ia bisa lihat Bancie sanchung adalah satu desa yang sunyi dan tenang. Ia berlaku hati-hati, karena ia tahu, meskipun tenang, dusun ini mesti ada terjaga kuat. Dengan ini jalan, ia bisa pancing bergeraknya penjagapenjaga dusun, yang pada umpatkan diri, hingga ia tahu, bagian mana ada penjagaan paling lemah, kemudian dari bagian lemah ini, nerobos masuk. Hanya, mendekati cunkongso lagi kira-kira duapuluh tombak, ia lantas terpegal oleh penjaga-penjaga yang berkepandaian tinggi, di antaranya ada chungcu dari Bancie sanchung sendiri. Ini ia bisa ketahui dengan lihat saja orang punya gerakgerakan tubuh. Dari sebelah barat utara dusun, In Yu Liang nerobos ke utara sekali. Di sini ada setumpuk pepohonan murbei, yang mengurung sebuah rumah. Ia menerjang ke dalam pepohonan itu, ia loncat naik ke atas rumah. Itu waktu, ada musuh yang terus susul ia, hingga mau atau tidak, ia mesti melayani juga. Ia percaya, musuh ini ada salah satu yang tadi pegat ia di sebelah luar. Malah sekarang musuh ini berani desak ia. Tadi, di luar, karena ada cahaya bulan yang sedikit terang, penjaga itu tidak mau rangsek ia, ia hanya diganggu saja. Di tempat yang gelap, keduanya sudah lantas adu kepandaian. Sesudah bertempur sekian lama, In Yu Liang merasa heran. Ia telah dapatkan penyerang itu bersilat secara sembarangan, tetapi serangannya semua ada berbahaya, gerak-gerakannya pun gesit sekali. Ia tidak mampu terka, musuh ada gunakan ilmu silat kalangan mana. Berbareng mendongkol, iajadi penasaran. Maka akhirnya ia loncat naik ke atas sebuah pohon di sebelah baratnya dan berteriak dengan tegurannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sahabat, kau siapa? Aku In Yu Liang, aku datang untuk berkunjung, kenapa kau tolak padaku? Bukankah di dalam lembah Haytong-kok kita orang sudah berjanji? Kenapa kau langgar janjimu? Apa begini perbuatannya orang dari kalangan Sungai Telaga?" Meski In Yu Liang menanya dengan baik, penyerangnya tidak pedulikan ia, malah ia tidak disahuti sama sekali, dari itu, karena gusar, ia turun pula akan melayaninya. Ia lantas gunakan ilmu silat Citseng lianhoan-chiu atau "Tujuh bintang saling merantai" akan desak dan hajar tubuh penyerang ini. Baru saja In Yu Liang keluarkan kepandaiannya itu, atau itu penyerang loncat keluar pepohonan yang lebat, maka ia terus loncat menyusul, la sampai di luar, di sini ia belum sempat taruh kakinya atau dari belakangnya sebuah pohon ada orang serang ia pada dadanya, begitu mendadakan dan hebat serangan ini, hampir-hampir Yu Liang menjadi korban, baiknya ia keburu berkelit, dengan loncat ke belakang sebuah pohon lain, darimana ia terus jalan mutar, untuk membalas menyerang musuh yang sembunyi itu. Ia telah gunakan tenaganya, ia pakai ilmu Kimkauw-cian atau "Gunting ular naga emas". Ia menyerang iga kanan. Untuk menyingkir dari serangan pembalasan, penyerang itu telah loncat maju ke depan hingga dua tiga tombak jauhnya, dengan demikian kecuali terlepas dari bahaya, ia pun pisahkan diri jauh-jauh dari orang Haytong-kok, hingga In Yu Liang tidak bisa melihat mukanya orang itu. Masih saja In Yu Liang penasaran, ia enjot tubuhnya akan maju menyusul.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Orang itu loncat naik ke atas rumah, dari situ ia lari ke ujung, ketika In Yu Liang susul ia ke atas, ia loncat turun. Masih saja In Yu Liang menyusul, dengan luar biasa cepatnya dan kali ini dibarengi menyerang, hingga ketika tubuhnya mendekati, tangannya juga datang dekat pada badan musuh itu. Musuh itu tidak putar tubuhnya atau loncat berkelit, malahan ia tidak menoleh ke belakang, hanya justru serangan mau sampai, lagi sekali ia loncat naik ke atas rumah. In Yu Liang telah serang tempat kosong, justru itu dari ujung rumah ada orang yang keluar dan terus menerjang

padanya. Karena mereka berhadapan, terutama dari tubuh orang yang tinggi, In Yu Liang kenalkan chungcu dari Bancie sanchung. Maka sambil loncat ke kiri, dengan tangan kanan ia mendahului menyerang lengannya chungcu itu. Sambil menggeser kaki ke samping, Hoa Ban Hie menyingkir dari serangan itu, tetapi ia ingin membalas, dan bersiap cepat, dengan kedua tangannya ia menyerang. In Yu Liang merasa bahwa si pengemis tua ada bertenaga sangat besar, dan serangan itu ada berbahaya, maka ia berlaku hati-hati. Dengan tangan kiri bikin gerakan menangkis, kaki kanannya ia angkat akan loncat terus ke depan, tetapi begitu lekas terlolos dari serangan, ia balik tubuhnya sambil miring, dengan tangan kiri ia menyerang pula, sekarang ke arah pundak kiri lawannya. Hoa Ban Hie melihat serangannya tidak berhasil, ia pun nampak serangan musuh, tetapi ia tidak menangkis,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

malahan sambil tarik pulang kedua tangannya, ia loncat ke depan dan terus lari ke belakang satu pohon cemara di mana ia melenyapkan diri. In Yu Liang mendongkol dan gusar, karena ia merasa yang ia sedang dipermainkan, maka ia angkat kakinya akan loncat ke pohon cemara itu untuk mengejar, tetapi di saat ia hendak enjot tubuhnya, mendadak ia merandek dan berkata, "Chungcu, karena ternyata kau tidak hendak sambut aku, sebagai sahabat yang tidak berharga, baiklah, aku minta perkenan akan undurkan diri! Chungcu, di Haytong-kok saja aku menunggu kedatanganmu, di sana pihak Kangsan-pang sedang asyik menantikan kau orang!" Setelah berkata demikian, In Yu Liang putar tubuhnya untuk loncat ke pohon murbei, agaknya ia mencari jalanan untuk jalan pulang, gerakannya sebat luar biasa, tetapi belum jauh, setelah pungut beberapa butir batu, ia putar tubuhnya akan balik ke pohon cemara. Itu ada jalanan untuk masuk ke Bancie sanchung. Begitu ia masuk ke tempat lebat, berulang-ulang ia menimpuk dengan batu yang ia bawa, setiap kali menimpuk ia barengi loncat maju. Timpukannya setiap kali lima atau enam tombak jauhnya. Ketika ia tiba di ujung, ia balik lagi.

Dengan jalan ini ia pakai itu akal yang terkenal, "Suara di Timur, serangan di Barat." Ia jalan memutar di pinggiran, dengan tidak ada rintangan, cepat sekali, ia sudah kembali ke pepohonan bambu di sebelah belakang, dari sini ia menghampirkan cun-kongso. Ia dapat rintangan tetapi rintangan itu ia pincuk ke lain jurusan, karena kegesitannya, ia sendiri bisa kembali ke kongso. Di sini ada Cukat Pok bersama Yan Toa Nio dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yan Leng In, tetapi dengan kecerdikannya, ia bisa bikin tiga orang itu meninggalkan kongso, hingga di luar tahu siapa juga, ia bisa geser itu pelita-pelita paso. Ia merasa girang, karena ia telah peroleh kemenangan, karena ia bisa masuki Bancie sanchung dan melihat segala apa. Oleh karena ini, melihat digesernya pelita istimewa itu, Yan Toa Nio jadi malu dan gusar, hingga ia sudah menyerang dengan sengit, siapa tahu In Yu Liang benarbenar liehay, ia hampir kena dibikin celaka, baiknya Hoa Ban Hie keburu datang dan menolonginya. Kimkong-cie itu adalah ilmu kepandaian, yang In Yu Liang telah pelajari untuk tiga-puluh tahun lamanya, hingga dapat dimengerti liehaynya. Baiknya Yan Toa Nio insyaf bahaya dan lindungi diri berbareng Hoa Ban Hie bantu ia. Dalam murka, ia menyerang dengan hebat, sampai Cukat Pok dan gadisnya bantu ia kepung jago Samsiang itu. In Yu Liang telah lakukan perlawanan dengan tunjuk kegesitannya, hingga kendati dikepung oleh tiga jago, ia masih bisa bergerak-gerak dengan leluasa. Entah bagaimana, ia nampaknya tidak mau bertempur lamalama, ketika satu kali ia tertawa berkakakan, tubuhnya mencelat dalam rupa Yancu coan-thian atau "Burung walet terbang ke langit". Ia loncat tingginya dua tiga tombak, apabila tubuhnya itu turun, ia turun di belakang rumah ujung timur. Dari situ, dengan satu kali lagi enjot diri, ia bikin tubuhnya melesat melewatkan pagar pekarangan. Dan ketika Yan Toa Nio bertiga memburu, ia sudah berada di luar cun-kongso di mana ia melenyapkan diri di tempat gelap, bayangannya pun tidak tertampak lagi. Yan Toa Nio bertiga tidak mau berlaku sembrono, mereka berhenti berlari dan lalu memasang mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Belum lama, lantas dari jurusan barat selatan ada terdengar suara suitan, yang berbunyi beruntun-runtun. Itu ada tanda dari pihak Bancie sanchung, kalau ada

musuh atau bahaya. Dari mana suara datang paling dahulu, di situ tanda ada bahaya atau ancaman. Kemudian, suara itu disusul dari empat penjuru, satu tanda bahwa di empat penjuru itu pun orang ada lihat musuh. Dapat dikatakan hanya sekejap, segera segala apa kembali sunyi seperti sediakala. Dengan satu tanda, Yan Toa Nio ajak dua kawannya kembali ke cun-kongso. Baru saja mereka sampai di depan pintu, atau dari kejauhan kelihatan melesatnya satu bayangan yang berlari-lari mendatangkan, siapa ternyata adalah Hoa Ban Hie, maka mereka berempat lantas berkumpul. "Cukat loosu, malam ini bisa dibilang aku telah jatuh di tangannya si orang she In," berkata tuan rumah. "Di dalam Bancie sanchung ia tidak dapat kesempatan akan berbuat banyak, ia ternyata telah tunjuk kepala besar dan kesemberonoannya, karena ia telah berani langgar aturan yang padaku telah diwariskan oleh leluhurku! la telah tidak ingat bahwa dengan kelancangannya ini, ia sudah tinggalkan ancaman bencana yang tidak akan ada habisnya untuk hari depannya! Umpama aku si tua bangka mau kasih ampun padanya tetapi lain orang, tidak nanti!" Cukat Pok dan Yan Toa Nio ada orang-orang dengan banyak pengalaman, ucapannya si Raja Pengemis, mereka mampu tangkap artinya. Mereka tidak mau menanya, karena itu ada mengenai rahasia dari sesuatu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

golongan, yang lain golongan tidak boleh sembarangan mendapat tahu atau menyelidikinya. Adalah Yan Leng In, yang masih hijau, telah tidak sabar akan tidak menanya. "Loo-cianpwee, tolong kau berikan pelajaran kepadaku," demikian katanya. "Kenapa, untuk gantinya pelita, dipasang itu dua paso kecil? Apakah artinya aturan itu? Di lain tempat aku belum pernah nampak seperti di sini...." "Kau tidak mengerti, nona?" baliki Hoa Ban Hie, yang lantas tertawa berkakakan. "Sekarang aku belum bisa kasih keterangan, maka baik kau tunggu saja, sang tempo sudah tidak jauh lagi! Asal urusan di Haytong-kok sudah dapat dibereskan, aku nanti kasih tahu padamu kenapa Bancie sanchung gunai barang itu sebagai lampu

malam! Aku juga nanti jamu pada kau, nona!" Yan Toa Nio deliki mata pada gadisnya itu, dengan itu jalan ia tegur si anak, yang banyak mulut, berani sembarangan menanya itu orang tua yang aneh. Sementara itu, selagi Hoa Ban Hie telah kembali, Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong masih juga belum tertampak. Hoa Ban Hie tidak gubris lagi itu lampu paso, ia tidak angkat atau kembalikan di tempatnya, terus saja ia masuk ke dalam cun-kongso. Di dalam, api telah dipasang kembali. Cukat Pok, Yan Toa Nio dan anaknya ikut masuk ke dalam. "Chungcu, kenapa Tan dan Lim loosu masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

belum kembali?" Souwposu tanya tuan rumah. "Apakah yang baru saja datang benar Itcie Sinkang In Yu Liang?" Hoa Ban Hie manggut. "Oleh karena ia datang sendirian, aku jadi tidak mau terlalu ganggu padanya," ia menyahut, "aku kasih keleluasaan buat ia mundur sendirinya. Tetapi Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong telah tidak mampu kendalikan diri, kedua saudara itu mau ini malam juga membalas kunjungan! Sekarang ini mereka tentu sudah sampai di Haytong-kok." Mendengar itu, Cukat Pok terperanjat di dalam hatinya. "Benarlah orang-orang yang tidak boleh dibuat permainan...." pikir ia. "Namanya Itcie Sinkang In Yu Liang termasyhur bukan nama melulu," kemudian ia nyatakan, "gerakan tangan dan tubuhnya, semua ada gesit luar biasa. Rupanya baru saja ia belum keluarkan antero kepandaiannya, maka lain hari, kalau kita orang ketemu pula sama ia, pasti kita orang akan saksikan semua kepandaiannya itu!...." Tetapi si Malaikat Kemelaratan telah keluarkan suara dari hidung. "Sekali ini, bersama-sama Pian Siu Hoo, ia sudah bosan hidup!" ia kata, dengan lagu suara sengit. "Dengan cara merendah, dengan hadiah istimewa, Pian Siu Hoo sudah undang datang beberapa orang luar biasa dari Kanglam, di dalam lembah Haytong-kok ia hendak bikin pertemuan yang akan menetapi takdirnya! Jikalau dengan bantuannya orang-orang undangan itu Pian Siu Hoo bisa menang di atas angin, tidak saja di Hucun-kang ia hendak menjagoi sendiri, ia pun hendak sebar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pengaruhnya sampai di selatan dan utara dari Sungai Besar. Justru karena ia ada punya angan-angan luar biasa itu, aku jadi sebal padanya dan niat berikan pengajaran terhadapnya, segala anak kunyuk!" Selama mereka bicara, sang tempo telah mengutarakan jam lima, tetapi mereka terus pasang omong, sampai sang fajar telah datang dengan cahaya yang membuyarkan sang gelap gulita. Yan Toa Nio bertiga ada berhati tidak tetap, karena Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong belum juga kembali dan mereka kuatir ada terjadi suatu apa di Haytong-kok. Justru itu, dari kejauhan ada terdengar dua kali tanda suitan bambu. "Bancie sanchung sungguh beruntung!" kata Hoa Ban Hie dengan tiba-tiba. "Lihat, ada tetamu asing yang datang bikin kunjungan kepadaku! Apakah ini tidak luar biasa? Sambil kata begitu, ia terus pergi ke luar. Cukat Pok bertiga tidak bisa diam saja, mereka lalu mengikuti, cuma mereka tidak turut sampai ke luar sekali, karena tuan rumah diam saja. Mereka menunggu di thia. Dari luar lantas terdengar suara riuh dari orang bicara dan tertawa, menurut suara tindakan kaki, mereka mesti ada berlima atau ber-enam. "Boleh jadi Tan loo-suhu telah kembali," kata Cukat Pok pada Yan Toa Nio. "Coba dengar, apa itu bukan suaranya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yan Toa Nio pasang kupingnya, ia kenalkan suaranya Tan Ceng Po. Karena ini, ia lantas bertindak ke luar. Cukat Pok pun turut bertindak. Ketika itu orang di luar sudah masuk ke dalam pintu pekarangan, hingga Yan Toa Nio bisa lihat siapa-siapa yang datang, hingga ia jadi keheranan dan kegirangan. "Cukat loosu, lihat!" ia kata. "Lihat, Sian tayhiap dan Hee loosu juga telah datang!" Souwposu, yang menyusul bersama Yan Leng In, lihat orang yang diunjuk. Hoa Ban Hie jalan di muka, di depan ia ada Tan Ceng Po bersama Lim Siauw Chong. Lagi dua orang lain ada Hengyang Hie-in Sian Ie dan Kimtoo Hee Kiu Hong. Entah bagaimana, dua orang baru itu boleh ketemu sama kedua tetua dari Kiushe Hiekee.

Yan Toa Nio bertiga sudah lantas maju menyambut. Pertemuan itu ada menggirangkan, tetapi sebelumnya bicara banyak, lebih dahulu mereka masuk ke dalam kongso. "Loo-suhu sekalian," berkata Hoa Ban Hie, "jikalau tidak ada ini dua tua bangka melarat dari Kiushe Hiekee, aku si pengemis tua tidak pernah sangka bahwa kau orang mau bikin terang mukaku dengan kunjungan kau orang ini pada sarangku!" Hengyang Hie-in urut kumisnya yang panjang, ia tertawa. "Hoa loosu, aku hendak sangkal ucapanmu ini," ia berkata. "Di dalam Bancie sanchung ini, kau ada punya aturan sendiri, kau biasanya larang orang luar datang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menginjak kemari, maka itu, di antara handai taulan, siapa yang beraksi datang untuk langgar aturanmu? Baik aku omong terus terang. Ketika tadi di Haytong-kok aku ketemu sama Tan dan Lim jiewie loosu, aku telah tanyakan mereka berulang-ulang bagaimana kalau kita lancang datang mengunjungi, sebab kalau kita sampai kena ditolak oleh Hoa loosu, kita orang tidak tahu di mana kita orang mesti tempatkan diri." Hoa Ban Hie tertawa bergelak-gelak. "Nyatalah kau orang telah pandang aku si pengemis tua sebagai satu makhluk aneh yang tidak boleh didekatkan!" ia berkata. "Sebenarnya, kapannya aku pernah berlaku tidak mengenal persahabatan? Yang benar adalah, karena golonganku ada golongan lain daripada yang lain, aku tidak ingin nanti orang kena pandang hina pada kita, karena itu, aku selalu menjaga saja kepentingan sendiri. Bancie sanchung ada tempat berkumpulnya segala pengemis, tempat semacam ini cara bagaimana bisa dipakai untuk menyambut tetamutetamu yang mulia dan terhormat? Tetapi kalau orang benar hendak bikin terang mukanya si pengemis dan hendak memberikan pengajaran kepadaku, cara bagaimana aku berani tidak menyambut dengan segala senang hati? Yang aku tidak sukai adalah mereka yang matanya berada di batok kepala, yang di matanya seperti tidak ada orang lain, hingga Bancie sanchung ini dianggap tempat hina dina! Umpama orang yang tadi malam datang kemari Itcie Sinkang In Yu Liang, di kalangan Sungai Telaga bukannya seorang yang tidak

ternama, kalau ia mau datang kemari untuk perlihatkan kepandaiannya, sama sekali tidak ada halangannya, tapi ia nyata ada kandung maksud tidak baik, terang ia mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bikin aku terhina dan malu! Begitulah ia telah geser dua paso pelitaku di depan pintu besar! Ia ada satu jago ulung, ia sebenarnya tidak boleh berpura-pura tolol. Golongan kita suka terima perlakuan apa saja kecuali kita orang punya aturan leluhur, yang sama sekali tidak boleh dilanggar dan dibikin rusak! In Yu Liang telah unjuki nyali besar, terang ia lagi mencari susah sendiri. Sekarang ini, kalau di Haytong-kok ada In Yu Liang, aku juga pasti berada di sana! Dan aku pasti akan datang ke sana, kendatipun Tiathong-liong Pian Siu Hoo dari Kangsanpang dan dianya tidak undang aku!" --ooo0dw0ooo-XI Baru sekarang Cukat Pok mendapat tahu bahwa Kiongsin Hoa Ban Hie adalah ketua dari Ciongkee-pang dari Kanglam. Golongan kaum pengemis miskin ini ada punya derajat yang rendah, tetapi di antara mereka ada aturan yang keras tetapi rapi, dan di antara anggotaanggotanya ada orang-orang dengan kepandaian luar biasa. Beberapa koay-hiap, atau pengemis yang gagah mulia, ada termasuk dalam golongan ini. Di waktu-waktu biasa, orang tidak tampak apa-apa yang luar biasa pada golongan ini, hanya satu kali mereka ada terima penghinaan tak semestinya, lantas mereka kelihatan bangun. Apabila pihak pengganggu ada orang biasa saja, ia melainkan dikasih rasa sedikit pahit getir, sebaliknya, bila pengganggu itu ada satu golongan atau partai, atau orang ternama, segera muncullah gelombang hebat. Kawanan pengemis itu paling taat pada pemimpin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka, kematian dipandang sebagai barang permainan, kalau yang di depan rubuh, yang di belakang merangsek, terus tidak ada putusnya, sampai mereka telah dapat kepuasan, atau sampai mereka ludes. Umpama terjadi ada pengemis dari golongan ini yang calang, yang jahat, ialah suka ganggu orang, pengemis itu tidak boleh diganggu, hanya adukan padanya pada Keebio-nya atau rumah abu leluhur. Caranya mengadukan ialah tuturkan atas sepotong kertas tentang kejahatan si pengemis, kirim pengaduan itu ke Keebio. Biasanya bio itu tidak ada yang jaga, surat boleh dimasuki dengan begitu saja. Tapi

hasilnya pengaduan ini bisa diharap dalam tempo tak sepuluh hari, nanti si pendakwa akan dapat surat balasan di mana ia diberitahu akan pergi ke suatu tempat, akan saksikan hasilnya itu. Umpama si pengemis punya kejahatan tidak hebat, ia bakal kehilangan satu jari tangannya, atau ia telah dihajar sampai mandi darah. Tetapi siapa yang dipandang jahat luar biasa, ia akan kedapatan sebagai mayat. Dalam hal ini, si pendakwa tidak boleh bikin banyak berisik, cukup ia sediakan selembar tikar, sepotong batu dan sebungkus kertas, letaki itu di samping mayat, lantas ia boleh tinggal pergi, kalau di hari kedua ia datang tengok pula, mayat itu lantas sudah ada yang urus dan kubur. Sejak itu, pada rumah si pendakwa, tidak akan datang lagi pengemis yang minta-minta. Maka juga, orang atau saudagar yang ketahui hal ini, tidak ada yang mau bikin banyak rewel sama bangsa pengemis itu, supaya tidak usah ngalami bentrokan. Mendengar pengutaraannya si Malaikat Kemelaratan, Hengyang Hie-in Sian Ie berkata, "Hoa loosu, sebagaimana yang aku ketahui, Itcie Sinkang In Yu Liang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ada seorang yang ternama dalam Rimba Persilatan, benar kelakuannya ada rada jumawa, ia tapinya tidak pernah terdengar ada lakukan apa-apa yang jahat. Maka aku pikir, kalau bisa, baiklah urusan tak diperbesar. Siapa tahu jika ia tak ketahui aturan di sini? Orang yang tidak tahu, tidak dianggap berdosa...." Hoa Ban Hie tertawa. "Kau benar ada seorang tua dengan hati mulia, di mana saja kau sampai, kau ingin lakukan kebaikan!" ia kata. "Tapi, sahabatku, satu kali ini, kau salah pakai kemurahan hatimu itu. Kau mesti mengerti, dengan pertemuan di Haytong-kok ini, Pian Siu Hoo terang telah kandung putusan, salah satu mesti hidup atau binasa! Apa soal begini besar bisa dengan gampang-gampang diselesaikan secara damai? Siapa yang nyebur di dalam ini air butek, lantas jiwanya ada terancam bahaya! Maka aku lihat, dengan usiamu yang tinggi, Sian loosu, kau baiklah tidak campur urusan ini". Roman mukanya Sian Ie menjadi berubah. "Pengemis bangkotan ini benar-benar ada satu makhluk aneh!" ia pikir. "Dengan maksud baik aku mengasih nasehat, siapa tahu ia lantas saja sindirkan aku. Aku ingin jangan sampai ada orang yang kenamaan

menjadi rusak namanya atau mendapat kecelakaan, ia sebaliknya anggap aku pengecut!" Lalu ia pandang Raja Pengemis itu. "Hoa chungcu, dengan kau, aku ada terlebih tua beberapa tahun, kendati demikian, semangatku masih hidup!" ia kata. "Benar-benar, di mana perlu, aku tidak sayang jiwaku! Lihatlah, apa yang aku telah lakukan di Giokliong-giam Hiecun! Dalam urusannya Yan toanio dan anak dan Kiushe Hiekee terhadap Pian Siu Hoo, aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mesti selalu turut serta, apapula setelah sekarang Pian Siu Hoo telah menantang di Haytong-kok. Kau jangan dapat pandangan keliru tentang diriku, chungcu. Aku mesti pergi ke Haytong-kok, akan buka mataku, akan luaskan pemandangan!" Kiongsin Hoa Ban Hie tertawa berkakakan sambil tepuk-tepuk tangan. "Bagus, bagus!" ia berseru berulang-ulang. "Aku girang bahwa aku si miskin melarat ada punya sahabat sebagai kau! Aku girang yang Bancie sanchung bisa dapat bantuan kau! Sahabat baik, aku memang tidak ingin ayal-ayalan, aku ingin sekali lekas-lekas tengok Haytong-kok, akan belajar kenal sama segala persiapannya Pian Siu Hoo!...." Kapan si Malaikat Kemelaratan telah tutup mulutnya, lantas Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong beritahukan bahwa mereka sudah pergi ke Haytong-kok, bahwa Pian Siu Hoo, si Naga Besi, telah ketahui yang si Malaikat Kemelaratan hendak satrukan padanya, karena mana, orang she Pian itu tentu, paling lambat besok bakal kirim utusan akan menyampaikan undangan. "Maka bagaimana sekarang," mereka tanya, "kita baik tunggu sampai datangnya undangan itu atau kita mendahului pergi ke Haytong-kok?" "Menurut aku, kita tidak boleh menunggu lagi," Hoa Ban Hie bilang. "Lebih baik kita orang mendahului pergi, ini hari juga! Perhitungan dengan Pian Siu Hoo mesti lekas-lekas dibereskan! Kalau ciongwie setuju, kita boleh lantas sediakan karcis nama kita."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Yan Toa Nio dan Yan Leng In ada bemapsu buat pergi ke Haytong-kok, mereka paling dahulu nyatakan setuju sama usulnya tuan rumah, hingga yang lain-lain lantas menurut saja. Maka lantas ditetapkan mereka akan berangkat selewatnya tengah hari, maka mereka lantas

siapkan karcis nama mereka, yang didahulukan dengan namanya Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong, baru nama Yan Toa Nio dan gadisnya, disusul oleh nama Hoa Ban Hie. Kemudian menyusul namanya Sian Ie, Hee Kiu Hong dan Cukat Pok. Kemudian Hoa Ban Hie himpunkan rakyatnya di depan kongso, guna terangkan pada mereka itu hal timbulnya pertentangan sama Tiat-hong-liong Pian Siu Hoo si Naga Besi, sebab Pian Siu Hoo telah dirikan pusat di lembah Haytong-kok dan pihaknya sudah langgar kesucian aturan kaum mereka la kasih tahu bahwa Bancie sanchung mesti pergi ke Haytong-kok, guna minta keadilan, untuk bikin perhitungan. "Pian Siu Hoo berani menantang di Haytong-kok, tentu ia ada punya kekuatan cukup," Hoa Ban Hie terangkan lebih jauh, "dari itu, dengan kepergian ini, barangkali aku bakal kubur tulang-tulangku yang rudin di lembah itu. Maka di mana Bancie sanchung tak boleh satu hari tak ada ketuanya, kau orang harus lekas kirim orang pergi ke Keebio kita di belakang gereja Leng-in-sie di See-ouw untuk mengasih laporan pada couwsu supaya couwsu kirim utusan kemari, akan gantikan aku atau urus pengangkatan satu pengganti. Tentang ini kau orang tidak boleh ayal-ayalan!" Baru saja Hoa Ban Hie tutup mulutnya, lantas maju bicara dua pengemis yang telah berusia tinggi. Mereka ini masing-masing mempunyai sepasang mata yang tajam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

'Chungcu, kita di Bancie sanchung selamanya ada jaga diri baik-baik dan kita juga tidak suka ganggu lain orang, kalau sekarang Pian Siu Hoo mengancam kita, perbuatan ada keterlaluannya, tidak bisa dibiarkan saja! Chungcu, jikalau kita orang tidak turun tangan, akan berikan pengajaran pada Pian Siu Hoo, lain kali nanti segala orang hijau datang mengganggu kita dan golongan kita jadi tidak ada artinya! Di mana segala apa belum ada kepastian, aku minta chungcu jangan omong sedemikian getas. Kita dari pihak Ciong-kee-pang ada tidak punya guna, tapi kita orang suka pergi ke Haytong-kok, akan labrak musuh kita itu!" Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong lihat dua orang itu ada punya sikap yang sungguh-sungguh, maka mereka mengerti, pihak Bancie sanchung nyata ada tidak puas. "Lauwko berdua tidak usah gusar," Hoa Ban Hie kata

sambil tertawa. "Kau orang lihat sekalian sahabatku ini, dengan adanya mereka di dampingku, apa bisa jadi Pian Siu Hoo gampang-gampang bisa musnahkan aku? Apa yang aku harap, seperginya aku nanti, biarlah kau orang jaga kampung kita ini dengan hati-hati, agar tidak sampai kurang suatu apa. Sekarang, untuk sampaikan surat kita ke Haytong-kok, kita belum punya dua wakil. Kita orang benar dipanggil pengemis, tetapi Bancie sanchung mesti juga bisa pegang derajatnya, supaya kalau kita kirim orang, jangan nanti orang pandang wakil kita sebagai tukang minta-minta. Saudara-saudara, siapa di antara kau orang yang sudi terima tugas itu?" Sambil kata begitu, Hoa Ban Hie pandang kawankawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sama sekali ada berkumpul lebih dari empatpuluh orang, tua dan muda, tinggi dan kate, dengan roman mereka yang berlainan satu sama lain. Mereka semua dandan tidak keruan, karena pakaian mereka rerombengan atau tambelan. Satu hal yang nyata sendiri adalah bahwa pakaian itu semua ada tercuci bersih. Dari dalam rombongan lantas keluar dua orang, satu muda dan satu setengah tua. Si anak muda berusia duapuluh lebih, tingginya tidak ada lima kaki, tubuhnya kurus, sepasang alisnya kecil dan panjang, di bawah itu ada ditawungi dua mata yang celi. Melulu ini sepasang mata, yang bikin ia kelihatannya lain. Bajunya biru, karena tua, telah berubah menjadi dua macam warnanya. Ia ada pakai sepatu rumput, di pinggangnya ada tergantung satu kantong, tangannya ada menyekal toya pendek. Si orang tua, dari usia lima-puluh lebih, ada bertubuh kekar dan romannya gagah, coba tidak pakaiannya, orang sangsi bahwa ia ada satu pengemis. Iapunya baju ada seperti jubah hweeshio, celananya biru dan digulung tinggi sebatas betis. Ia tidak pakai sepatu. Di pinggangnya ada satu kantong, yang dicanteli satu gendul arak. la pegang tongkat atau ruyung tiga kaki panjangnya. Dan mereka ini majukan diri untuk dijadikan pembawa surat. Hoa Ban Hie awasi itu orang tua, ia bersenyum dingin. "Kie Kiam, kau berani terima ini tugas?" ia kata. "Aku kuatir, kau bukannya bakal dapat arak pemberian selamat sebaliknya kau bakal bikin turun pamornya Bancie sanchung! Sudah begitu, kau dibantu oleh Tiauw Sam Ek, bantuan itu menambah besarnya kegagalan!

Kau orang mau pergi ke Haytong-kok, kalau pihak Kangsan-pang hinakan kau orang, apa kau orang bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

bikin? Apakah kau orang bisa pergi dan pulang dengan tidak merusak Bancie sanchung punya kehormatan?" Si orang tua bersenyum tawar. "Chungcu baik jangan kuatir," ia kata. "Ketua dari Kangsan-pang, TiathongIiong Pian Siu Hoo kita pandang sebagai satu dermawan besar, maka kalau kita pergi ketemukan padanya dan kembali dengan tidak peroleh hasil, kita benar ada sampah belaka!" Nyata Hoa Ban Hie suka berikan tugas pada itu dua orang, maka Kie Kiam bisa terima surat dari tangan pemimpinnya, setelah simpan rapi surat itu di dalam sakunya, ia mengasih hormat, dengan ajak si anak muda, ia berlalu dari cun-kongso. Yan Toa Nio dan puterinya percaya bahwa kedua utusan itu ada orang-orang yang tidak boleh dipandang enteng, karena di depannya Kiongsin, tidak nanti majukan diri sembarang orang, sedang Hoa Ban Hie sendiri tidak nanti berlaku sembrono. Dugaan dari itu ibu dan anak ada tidak keliru, karena Kie Kiam dan Tiauw Sam Ek adalah orang-orang yang sedang melatih diri, malah Kie Kiam itu, dengan Hoa Ban Hie, ia ada pernah suheng dan sutee. Berdua mereka ada mempunyai masing-masing kepandaiannya. Mereka sama-sama mempunyai keentengan tubuh, kegesitan gerakan, sebab mereka mengerti Cosianghui, ilmu entengi tubuh seperti terbang di atas rumput. Mereka juga bisa bikin ciut tubuh mereka. Kie Kiam punya ilmu lompat jumpalitan Sippat sianhoan tidak ada tandingannya buat di selatan dan utara Sungai Besar. Tiauw Sam Ek ada muridnya Kie Kiam pun beradat aneh, tidak beda jauh daripada Hoa Ban Hie, maka tidak heran,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

baru saja bicara, ia dan ketuanya sudah seperti saling sindir. Di kalangan Ciongkee-pang ia disebut sebagai "Koay Kiat," si Orang Aneh. Demikian, sekeluarnya dari cun-kongso, dua orang ini lantas gunakan ilmu mereka jalan cepat akan menuju ke Haytong-kok, hingga tidak heran belum selang lama mereka sudah sampai di mulut jalanan bukit. Setelah itu, berdua mereka mulai bertindak masuk ke mulut jalanan. Di luar dugaan, mereka tidak nampak rintangan. Tempat itu ada sunyi dari manusia. Burungburung

pada berterbangan, bunga-bunga pada mekarkan diri. Sesudah jalan jauhnya kira-kira selepasan gandewa, wakil tua dan muda ini telah hadapkan satu tanjakan yang tinggi. Di atas itu nampaknya ada tanah datar. Tapi itu bukannya jalan besar, di situ ada beberapa jalanan kecil, jalanan yang bisa dilalui untuk melintaskan bukit. Sekarang ini Tiauw Sam Ek jalan di depan, gurunya di belakang ia. Mereka berada dekat satu pada lain. Selagi mereka mendekati hampir setombak jauhnya dari tanah datar, dari belakangnya sebarisan pohon, ada keluar satu orang yang terus saja menegur sambil membentak, "Siapa? Jangan maju terus! Di sini tidak ada jalanan umum! Ke mana kau orang mau pergi? Lekas kasih keterangan! Di sini, di mana-mana, ada dipasang panah jepretan, siapa kena langgar itu, itu artinya bencana!" Orang yang barii muncul itu, yang lalu berdiri di depan pohon, berumur kurang lebih tigapuluh tahun, tubuhnya besar dan kekar, kulit mukanya hitam, maka dengan mata besar dan alis gompiok, dengan hidung singa dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mulut gede, sedang juga di kedua mulutnya ada gigi sebagai caling, ia kelihatan bengis sekali. Tiauw Sam Ek awaskan itu orang, lalu ia menjawab, "Sahabat, kau pasang panah jepretan untuk tangkap burung, ada apa itu sangkutannya sama kita yang sedang berjalan? Aku lihat, sahabat, kau ada seperti tidak mengerti urusan! Kau tahu, setiap tahun, kita lewat di sini buat sepuluh atau duapuluh kali, maka justru ini kali kebetulan kita ketemu sama kau, kenapa bisa terjadi ini perubahan? Kenapa kita tidak boleh lewat di sini? Aku lihat kau ada kandung maksud kurang baik!" Sambil ucapkan perkataannya yang terakhir, Sam Ek loncat maju. Melihat yang cegahannya tidak digubris, orang di sebelah atas itu menjadi tidak senang, maka juga ia segera membentak, "Makhluk tak tahu diri! Kenapa kau tak mau dengar nasehat? Turunlah kau!" Titah itu disusul sama satu gerakan tangan, yang melemparkan sepotong batu. Tiauw Sam Ek lihat gerakan orang ia loncat ke samping, tangannya ia ulur, maka batu itu ia lantas saja kena sambuti. la tertawa ber-kakakan. "Rupanya di sini ada satu aturan, ialah menyambut

tetamu dengan timpukan batu," ia berkata "Sayang aku si pembesar adil tidak sudi makan sogokan, maka itu, buat kau ini aku bayar kembali! Tulung kau sambuti!" Dengan satu gerakan tangan, batu itu dilempar kembali. Timpukan dari Tiauw Sam Ek ada dengan memakai tenaga besar, batu itu melesat cepat luar biasa Orang di depan berkelit dengan tunduki kepala, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

batu itu lewatkan ia, terus menyambar satu pohon di belakangnya, hingga menerbitkan suara keras, hingga batu itu terpental balik, jauhnya sampai dua atau tiga tombak, lantas jatuh ke tanah, mengggelin-ding jatuh ke bawah bukit! Sementara itu, Sam Ek pun sudah loncat terus, akan naik ke atas, hingga sekarang ia telah mulai mendatangi dekat pada orang yang menjadi penghalangnya. Juga si penghalang lantas loncat maju, akan merintangkan. "Bocah, kau benar ada seekor anjing buta!" ia berteriak. "Cara bagaimana kau berani datang ke Haytong-kok akan jual lagak?" Teguran ini ditutup sama serangan dengan kedua tangan terhadap dada. Terhadap itu serangan yang berbahaya, Tiauw Sam Ek tidak menyingkir dengan lompat mundur atau ke samping, ia hanya egos tubuhnya ke kiri dengan majukan kaki kirinya, lalu kaki kanannya dimajukan terus ke depan, kapan ia telah putar tubuhnya, ia jadi berada di belakang musuh. Gerakannya ada sangat gesit hingga musuh tidak pernah menduga itu. Di sini, dengan ulur tangannya, ia samber orang punya bebokong untuk dijambak. Melihat tindakan orang itu, si penghalang lantas duga apa yang bakal kejadian, tidak tunggu sampai tangan musuh mengenai tubuhnya, ia majukan kakinya setindak ke depan, setelah mana ia balik tubuhnya. Tapi ia tidak berayal, la loncat maju dengan kaki kirinya, akan dekati musuh, akan dengan tangan kanan ia membarengi orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

punya pundak dari tangan yang tadi diulur untuk menjambak ia. Tiauw Sam Ek segera gunai tipu Sauwliok-ciauw atau "Enam kali menggape." Ia mendek dengan pundaknya yang terancam bahaya itu, berbareng ia majukan tangan kanannya, yang dari sebelah bawah tangan musuh

menyamber iga, yang ia hendak tusuk dan robek. Guna kuatkan serangannya yang berbahaya ini, kaki kanannya pun ia kasih maju, akan mendesak, dengan samberannya, sedang tangan kirinya dipakai mendorong ke depan dengan keras, pada tubuh musuh. Gerakan tangan dan kaki dari muridnya Kie Kiam ada terlalu sebat bagi musuhnya, yang telah berlaku ayal atau alpa, ia baru kaget ketika kakinya kena kebentur kaki musuh, tetapi sekarang sudah kasep; untuk tolong iganya, ia mesti egos tubuh, tapi justru karena ini, tidak usah Sam Ek gunai banyak tenaga pada tangan kirinya, musuh sudah rubuh terguling, ke bawah bukit! Tiauw Sam Ek tertawa berkakakan. "Bagaimana, suhu?" ia kata dengan nyaring. "Kau lihat, aku tidak sembrono!" "Jangan jumawa, bocah!" Kie Kiam peringatkan. "Kau baru pukul satu anak kecil, nanti datang si orang besar, akan menyambut kau! Tunggu, di belakang masih ada lain lelakon yang terlebih ramai!" Berdua mereka maju, menghampirkan segerombolan pohon kecil dan lewatkan itu. Mereka sekarang berada di satu jalanan kecil, yang menuju semakin dalam di daerah pegunungan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sam Ek berlaku gesit dan cepat, ia cegah kakinya terpleset di tempat yang licin. Segera mereka berada di jalanan, yang kedua sampingnya ada pepohonan melulu pohon-pohon yang tinggi dan rendah tak ketentuan. Di tempat begini, mereka bisa umpatkan diri. Tidak antara lama, mereka telah sampai lagi di jalanan bukit yang besar. Kie Kiam selalu mengekor di belakangnya Tiauw Sam Ek, siapa maju dengan berani, sedikit juga tidak merasa jeri. Kira-kira satu lie jauhnya, Sam Ek sampai di jalanan di tepi mana ada sebuah pohon besar, dari atas pohon itu mendadakan loncat turun satu orang, dengan gerakan seperti melayang. Cepat sekali, kedua pihak telah berdiri berhadapan. "Sahabat baik, kau baru sampai?" demikian sambutannya orang itu, yang lantas angkat kedua tangannya dengan dirangkap, kelihatannya ia mau unjuk hormatnya, tidak tahunya, kedua tangan yang

tertangkup lantas dipentang, dipakai menyerang dada! "Bagus!" berseru Tiauw Sam Ek, yang mengerti orang bukan sambut ia hanya serang padanya, dari itu dengan berbareng sama seruannya, ia loncat ke samping kiri jauhnya dua tindak, dari sini ia mencelat pula ke kanan, hingga ia hampir bentur tubuh musuh. Penyambut itu agaknya terperanjat, rupanya karena ia lihat orang punya kegesitan tubuh atau kepandaian,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tetapi kendati terperanjat, ia penasaran, maka untuk kedua kalinya, ia maju menerjang pula. Adalah di itu saat, Kie Kiam telah menyusul datang, hingga ia bisa saksikan orang punya sikap galak. Ia segera kasih dengar seruan dari tegurannya, "Sahabat baik, beginilah caranya orang menyambut tetamu? Jikalau tuan rumah terlebih dahulu berlaku tidak hormat, jangan sesalkan kalau si tetamu berlaku tak mengenal kasihan!" Dengan gerakannya terlebih jauh, Kie Kiam bikin ia berada dekat sama pihak musuh. Ia tidak berayal akan majukan kaki kiri seraya dengan tangan kanan menyamber ke jurusan pinggang. Sam Ek, di lain pihak, dari sebelah kanan, maju menyerang, hingga orang tidak dikenal itu jadi kena dikepung, dari kiri dan kanan. Dengan tipu silat Sianjin toat-ie atau "Dewa meloloskan baju," tuan rumah itu, atau si penjaga jalanan, loloskan diri dari dua serangan yang berbareng itu, ia enjot tubuhnya hingga ia naik ke tanjakan, tubuhnya enteng sekali. "Lihat, bocah!" Kie Kiam serukan kawannya. "Orang barulah telah tunjuk kementerengannya terhadap kita! Jikalau kita tidak mampu susul padanya, bagaimana kita masih akan hidup terlebih lama lagi?" "Itulah tak akan terjadi!" Sam Ek berseru. "Jikalau kita tidak mampu panjat bukit ini, apa perlunya kita orang datang kemari? Lihatlah aku si bocah!" Sam Ek benar-benar sudah lantas enjot tubuhnya, loncat mencelat naik ke atas tanjakan, ia telah geraki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tipu silat Itho chiongthian atau "Seekor burung ho menerjang langit." Benar-benar, tubuhnya tertampak seperti melayang, sebagai burung saja. Pihak tuan rumah juga bukannya bangsa lemah, la sudah mundur, jauhnya satu tombak lebih, setelah itu ia

maju pula, rupanya ia sudah siap akan lakukan penyerangan balik. Tiauw Sam Ek loncat naik, akan taruh kaki di satu undakan. Ketelakan di situ ada naik seperti tangga. Dan pihak musuh berada jauhnya dari ia empat undak. Karena ini, ia maju terlebih jauh. Dengan satu loncatan istimewa, ia lewatkan kepala musuh, hingga ia sekarang berada di mulut jalanan yang berundak-undak itu, yang ada tanah datar. Kie Kiam lihat sepak terjangnya Tiauw Sam Ek yang tidak kenal takut, ia lalu menulad. la telah loncat maju dengan gunakan Liongheng coanchiu-ciang, atau "Gerakan tangan yang beroman naga." Di luar dugaan, pihak penjaga jalanan, bukannya ia cegah Tiauw Sam Ek, ia justru pegat si orang tua ini. Belum sampai Kie Kiam tancap kakinya, ia sudah diserang dengan satu serangan sebagai terkamannya harimau. Orang itu punya gerakan kaki ada enteng dan cepat, dan tangannya sebat sekali tetapi berat, satu tanda dari digunakannya tenaga yang besar sekali. Kie Kiam tidak mau berkelit atau menangkis serangan pihak lawan, sebaliknya, ia mau barengi menyerang, akan dahulukan musuh, maka juga, selagi musuh hendak bikin ia celaka, sambil miringkan tubuh sedikit ke kiri, tangan kirinya ia ulur, telunjuk dan jari tengahnya, yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ia lempangkan dengan keras, ia pakai menusuk musuh itu, guna menotok jalan darah. Serangan ini ada sama berbahayanya dengan tipu Siokkut hun-kin-chiu atau "Memecah urat sambil ciutkan tulang." Siapa terkena serangan semacam ini, ia bakal celaka. Penjaga jalanan itu tidak menyangka bakal dapat sambutan demikian rupa, ia jadi bingung sekali, karena ia seperti mati daya. Lebih celaka, karena kaget, iapunya gerakan jadi lambat sendirinya. Di saat yang sangat berbahaya itu, tiba-tiba dari sebelah atas bukit ada loncat turun satu orang, gerakan siapa mirip dengan melayang turunnya segumpal mega merah, karena tangannya ada memegang bendera yang serupa warna. Dengan batangnya bendera merah itu, ia ketok lengan kanan dari Kie Kiam. Juga Kie Kiam tidak menyangka bakal datang serangan semacam itu terhadap dia, tetapi ia tidak

menjadi gugup, hanya untuk menyingkir dari bencana, ia lekas-lekas tarik pulang tangannya, dengan berkelit ke samping kiri, ia ciut tubuhnya. Tapi ia tidak mau menyerah dengan begitu saja, iapun penasaran, sambil bikin gerakan menolong diri secara demikian, berbareng tangan kanannya bekerja sambil berseru, "Sahabat baik, terimalah ini!" Dengan gerakan Tokee kimliang atau "Penglari mas rubuh" ia hajar orang yang pegang bendera merah itu, yang membokong ia. Orang yang diserang itu gerakannya sebat sekali. Ia kibaskan tangannya tangan kanan ke kanan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tubuhnya ikut bergerak, mundur, sampai lima atau enam tindak. Sampai di situ, orang yang pertama, ialah si penjaga jalanan, telah insyaf bahwa Kie Kiam ada liehay, maka untuk membantu kawannya, kalau dari tadi ia nonton saja, sekarang ia lompat maju. Adalah selagi keadaan genting itu, orang yang pegang bendera merah u lapkan tangan pada kawannya sambil di lain pihak ia tegur Kie Kiam, "Sahabat baik, kau orang datang untuk berkunjung, kenapa kau orang berlaku begini tidak tahu aturan? Aku datang kemari untuk menyambut tetamu, sebagaimana aku telah dititahkan oleh pangcu kita!" Ditegur begitu, Kie Kiam tertawa terbahak-bahak. "Kau orang bertindak dengan melawan kehendak Thian, sahabat baik!" ia kata dengan tak mau mengalah. "Lihat saja, dalam urusan begini kecil kau orang masih tidak mau pegang pri-kepantasan! Sebenarnya dari siang-siang kau orang mesti sambut kita secara tahu aturan begini! Tetapi kau orang anggap kau orang berkepandaian tinggi, lantas kau orang tidak lihat mata pada kita, orang-orang yang tak ternama hingga kau orang terlalu menghina!" Orang itu telah menjadi gusar, tetapi napsu amarahnya ia tahan. Ia berkata pula, "Sahabat jangan kau terlalu menghina pada kita orang! Jikalau kau orang tetap tidak mau mengerti, baik kita orang bertempur dahulu dan kemudian baru bicara! Sahabat, mari ikut kita!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan geraki bendera merahnya, orang itu putar tubuhnya, dengan tidak tunggu jawaban lagi dari pihak

musuh, atau kedua tetamunya, ia bertindak pergi. Tiauw Sam Ek telah berdiri menonton dari bawah pohon, karena pertempuran telah berhenti, ia awasi saja gurunya, yang bicara sama musuh. Ia saksikan orang dua-duanya sudah lantas pergi, dan gurunya loncat naik ke tempat tinggi, akan awasi perginya musuh mereka, la niat susul guru itu, tetapi Kie Kiam mendahulukan memanggil ia. "He, anak, kedatangan kita kemari sungguh tak siasia! Si orang she Pian benar telah tunggu kita! Hayo, bocah, mari ikut aku, akan pentang matamu lebar-lebar!" Setelah kata begitu, Kie Kiam lantas geraki tubuhnya, akan loncat maju, menyusul kedua orang bekas lawan mereka. Dengan segera, Tiauw Sam Ek lari, akan susul gurunya itu. Ia gembira sekali. Orang yang bawa bendera itu berlari-lari umpama kata seperti terbang cepatnya, dari itu terang, ia hendak uji ilmu lari cepat dari dua musuhnya. Kie Kiam dan Tiauw Sam Ek tidak mau mengalah, mereka coba mengikuti, dari itu dua-dua pihak telah berjalan seperti terbang saja. Orang yang pertama tidak ikut, ia rupanya mesti jalankan pula tugasnya, menjaga mulut jalanan ke lembah. Utusan tuan rumah telah lintaskan dua jalanan kecil, yang sukar sekali untuk dijalani, sesudah itu dari jauhTiraikasih
Website http://kangzusi.com/

jauh sudah kelihatan pepohonan haytong yang lebat, yang berupa sebagai rimba saja. Bunga-bunga sudah rontok tetapi cuaca di situ ada teduh, langit seperti kealingan mega. Di situ ada terdapat angin. Di lembah itu kedapatan banyak sekali pohon haytong di antaranya ada menyelip rumah-rumah yang teratur rapi. Di depan rimba haytong ada satu jalanan, di muka jalanan itu berdiri dua orang dengan pakaian ringkas, masing-masing bersenjata hie-cee atau tempulung dan busur serta gandewanya. Mereka itu berusia kira-kira tigapuluh tahun, kelihatannya gagah. Cepat sekali, kedua tetamu sudah lantas susul wakil tuan rumah, yang berjalan turun dengan cepat. Ketika mereka lewat di antara dua penjaga muda itu, Kie Kiam dan Sam Ek jalan terus dengan tidak menoleh lagi pada mereka, malah mereka ce-patkan tindakannya akan bisa

dampingi pembawa bendera merah itu. Sesudah melalui duapuluh tombak lebih, mereka sampai di mulut kampung, tetapi mereka tetap jalan terus, akan masuk ke dalam kampung itu. Segera juga mereka sampai di depan sebuah rumah batu, yang berada di tengah-tengah. Si pembawa bendera berhenti bertindak, ia balikkan tubuhnya. "Kasihlah suratmu padaku!" ia minta. Ia hadapkan Kie Kiam. Dengan cepat Kie Kiam awasi wakil tuan rumah itu, ia bersenyum tawar. "Surat?" ia tegaskan. "Kau bicara gampang saja, sahabat baik! Dari tempat ribuan lie aku membawa surat, pesanan untuk aku adalah aku mesti ketemu sendiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sama orang yang berhak akan terima suratku ini. Surat dari Bancie sanchung cuma boleh disambuti sendiri oleh Pian pangcu dari Kangsan-pang!" Pembawa bendera merah itu deliki matanya, agaknya ia gusar. "Kau hanya seorang suruhan, kenapa kau bersikap begini jumawa?" ia menegur dengan suaranya yang keras. "Sahabat baik, kau seperti tidak lihat orang dengan matamu! Kau mesti ketahui, dengan sudi menyambuti surat dari kau, aku bukannya pandang enteng pada kau! Jikalau kau begini angkuh, sahabat baik, kau baiklah tidak usah membawa surat datang kemari, baiklah kau perintah Kiongsin Hoa Ban Hie datang sendiri!" Baru saja si pembawa bendera tutup mulutnya, atau dari dalam menerjang keluar satu orang yang segera hampiri mereka sambil terus berkata, "Jadinya kau orang anggap orang yang hendak sambuti surat ada jumawa dan tidak tahu aturan? Baik! Tapi kau orang mesti ketahui, kalau kau orang tetap ingin pangcu yang keluar sendiri, jangan nanti kau orang menyesal!...." Kie Kiam sambut ucapan itu dengan tertawanya berkakakan. Ia rogoh sakunya dan keluarkan satu kantong tipis warna biru, yang mana ia ulapkan di depan orang itu. "Inilah dia surat yang aku bawa!" ia kata. "Aku sudah bilang aku mau ketemu pada orang yang dialamatkan sendiri! Aku lihat kau orang tidak pantas menerima surat ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Lagi sekali, Kie Kiam ulapkan suratnya itu yang terbungkus rapi. Orang yang baru keluar itu berumur kurang lebih empatpuluh tahun, mukanya bersorot kuning pucat, di bawah sepasang matanya yang seperti mata tikus, ada hidungnya yang lancip. Mulurnya diapit dengan bibir yang tipis. Mukanya terang ada muka dari si licin cerdik. Dengan tiba-tiba ia ulur sebelah tangannya, untuk menyambar surat di tangannya Kie Kiam. "Kau tidak pantas menerima ini!" berseru Kie Kiam, yang gerakkan tangannya keluar, akan sampok tangan orang, atas mana orang itu berseru sambil tubuhnya bergerak mundur, hampir-hampir ia kena tabrak si pembawa bendera merah. Adalah di saat genting itu, di muka pintu terdengar satu suara, "Pangcu titahkan membawa utusan Bancie sanchung masuk." Inilah suara yang membikin suasana tak menjadi hebat. Orang yang tangannya kena di-sampok itu, mukanya telah menjadi merah, karena sudah terang, ia telah rubuh di tangannya Kie Kiam. Berhubung dengan adanya perintah, ia lantas pergi ke samping. Lantas pintu dipentang, oleh orang yang baru datang. Kie Kiam dan Tiauw Sam Ek tidak takut barang sedikit, mereka lantas bertindak masuk di pintu itu. Sesampainya di dalam, mereka lihat satu ruangan yang luas sekali dengan perabotan mentereng semua, tak ada tandatandanya bahwa rumah besar itu diisi oleh orang tani atau orang dusun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Di ujung sebelah timur ada sebuah meja patsianto, di situ ada berkumpul beberapa orang. Yang duduk di sebelah kanan ada Tiat-hong-liong Pian Siu Hoo sendiri, ketua dari Kangsan-pang. Di sebelah kiri ada Itcie Sinkang ln Yu Liang, itu orang yang pernah datangi Bancie sanchung yang ia coba bikin kalut. Yang lain-lain adalah pelayan. Kie Kiam dan Tiauw Sam Ek maju mendekati Tiathongliong si Naga Besi, mereka angkat tangan mereka masing-masing untuk memberi hormat, setelah itu, yang pertama lantas berkata, "Kita orang datang kemari atas titahnya chungcu Hoa Ban Hie dari Bancie sanchung, untuk haturkan suratnya. Chungcu pun pesan kita untuk

menanyakan Pian pangcu punya kewarasan!" Pian Siu Hoo pandang dengan tajam pada dua utusan itu. "Kau orang berdua banyak cape," ia kata. "Mana surat yang kau orang bawa?" Kie Kiam angkat suratnya tetapi ia tidak jawab pertanyaan tuan rumah itu. Itcie Sinkang ln Yu Liang berbangkit, akan hampirkan Kie Kiam, tangan kanannya ia ulur, dengan gunai jempol dan jeriji manis dan jeriji tengah, ia jepit itu surat, yang ia tarik dengan dikageti seraya ia terus berkata dengan cepat, "Kau orang banyak cape!" Selagi In Yu Liang betot surat itu, tubuhnya Kie Kiam bergoyang dua kali, sedang kakinya Itcie Sinkang telah bergerak setengah tindak ke samping. Surat itu telah terlepas dari tangannya Kie Kiam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Loosu, tenagamu benar-benar besar!" kata Kie Kiam sambil tertawa. In Yu Liang tidak menjawab, ia hanya bersenyum ewah, dengan putar tubuhnya, ia hampiri Pian Siu Hoo, siapa sudah ulur tangannya, akan sambuti itu surat dari Bancie sanchung, yang ia terus buka. Itu ada sepotong surat merah. Apabila ia telah membaca, Pian Siu Hoo kata pada Kie Kiam, "Oleh karena sangat terpaksa dan kesusu, ketika aku dirikan pusatku di Haytong-kok ini, aku telah tidak terlebih dahulu pergi mengunjungi Hoa chungcu di Bancie sanchung. Tentang kealpaanku ini satu perbuatan kurang hormat aku ketahui dengan baik. Hoa chungcu ada baik sekali, sebelum aku ketemui dia, dia sudah mendahului kirim suratnya ini, untuk memberikan pelajaran padaku, untuk itu aku merasa sangat beruntung! Adalah terlebih baik lagi kalau Hoa chungcu niat berkunjung kemari siang-siang, pasti aku akan menyambut dengan cara hormat...." Lantas Pian Siu Hoo angkat pit dan tulis surat balasannya atas selembar kertas merah juga, surat mana ia masuki ke dalam amplop, setelah mana satu pengawalnya, yang berdiri di dekat jendela, ia perintah serahkan suratnya itu pada Kie Kiam. Setelah terima surat itu, Kie Kiam berkata, "Kita berterima kasih yang pangcu ada baik hati sudi membalas suratnya chungcu kita! Sekarang kita orang

mau lekas-lekas pulang, akan sampaikan surat balasan ini untuk selesaikan tugas kita!" "Maaf, aku tidak antar pada kau orang sampai jauh," Pian Siu Hoo bilang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Terima kasih, pangcu," jawab Kie Kiam. Apabila ia telah terima tanda pada Sam Ek yang berdiri di sampingnya, Kie Kiam putar tubuhnya akan bertindak keluar dan muridnya itu sudah lantas turut padanya. Ketika itu di kamar samping duduk satu orang, ia ini sudah lantas berbangkit dan bertindak keluar, seraya berkata, "Di Bancie sanchung, di bawah pimpinan dari chungcu Hoa Ban Hie, semua orang-orang ada berkepandaian luar biasa, maka juga sahabat ini seharusnya ada satu enghiong yang pasti lagi sucikan diri, dari itu aku Cee loosu bersedia akan wakilkan tuan rumah pergi mengantarkan padanya!" "Ya, Cee loosu, tolong kau wakilkan aku!" berkata Pian Siu Hoo yang setujui tindakannya orang she Cee ini, maksud siapa yang sebenarnya ia bisa duga. Cee loosu ini ada Kimtoo Cee Siu Sin si Golok Emas, guru silat yang terkenal dari golongan Pakpay atau Utara, ia tinggal di Kanglam dan telah angkat namanya di dua propinsi Kangsouw dan Ciatkang, tempat kedudukannya ada Ciantong di mana ia membuka rumah perguruan silat dan mempunyai banyak murid, antaranya ada yang telah lulus ujian dan mendapat nama baik. Ia ada bersahabat dengan Pian Siu Hoo sahabat setelah satu pertempuran maka itu, Tiathong-liong telah undang ia datang ke Haytong-kok, guna membantu padanya menghadapi pihak Kiushe Hiekee. Ia telah majukan diri untuk mengantarkan Kie Kiam berdua, karena ia hendak pertontonkan kepandaiannya. Ia tidak puas terhadap Itcie Sinkang In Yu Liang, siapa sudah satroni Bancie
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sanchung dan kembali dengan unjuk roman sombong, sementara barusan ketika In Yu Liang hendak mengunjuk kejumawaan terlebih jauh dengan uji Kie Kiam dengan jalan menjemput surat dengan jeriji tanganhampir-hampir jago jeriji tangan yang liehay ini mendapat malu, karena tubuhnya telah kena dibikin bergerak oleh utusan dari Bancie sanchung. Dari sini Cee Siu Sin mendapat tahu bahwa utusan pihak lawan mesti

ada orang liehay yang lagi umpetkan diri, maka itu ia ingin mencoba, kesatu untuk uji diri sendiri, kedua supaya berbareng ia bisa bikin malu pada In Yu Liang yang beradat tinggi. Ia girang, ketika ia mau unjuk kepandaiannya, Pian Siu Hoo pun setujui tindakannya itu. Begitulah ia bertindak untuk mengantarkan. Tiauw Sam Ek telah keluar dari pintu, Kie Kiam ada bersama ia. Ketika Kie Kiam baru turun di undakan tangga, Cee Siu Sin telah dapat menyusul padanya, maka berdua mereka jadi berada berdekatan. Ketika orang mendekati, mendadak Kie Kiam putar tubuhnya dengan kedua tangannya, ia rangkap bundar di hadapan dadanya, dengan kaki kanannya diangkat naik, menginjak undakan tangga sebelah atas. "Aku tidak berani terima budi loosu, yang hendak antar kita! "Silakan loosu kembali!" ia berkata sambil rangkap kedua tangannya yang merupakan orang hendak memberi hormat, tetapi agaknya hendak membentur tubuh orang yang sedang mendatangi itu! "Kau terlalu seejie, sahabatku!" menjawab Cee Siu Sin, yang juga lantas gerakkan kedua tangannya. Dari sebelah atas, kedua tangan ini turun, akan menekan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kedua tangannya pihak tamu yang berada di sebelah bawah. Dua-dua pihak dengan diam-diam telah kumpul dan gunakan tenaga mereka, maka itu bisalah diduga apa artinya kebenturnya tangan mereka satu dengan lain. Cee Siu Sin tertawa besar ketika ia bikin gerakan tangannya, sedang Kie Kiam telah tarik pulang tangannya sambil enjot tubuhnya akan mencelat turun ke undakan bawah dari tangga. Cepat luar biasa si Golok Emas telah lompat menyusul. Tiauw Sam Ek yang menoleh, melihat bahwa orang telah menyusul, ia lantas menduga bahwa orang pasti ada kandung maksud jelek, karena itu ia telah cepatkan tindakannya, malah ia lantas loncat ke tanjakan pertama. Jika tadi mereka turun, sekarang mereka harus nanjak pula. Kie Kiam turut loncat, tetapi ketika kakinya injak tanah, ia telah siap dengan tenaganya, matanya dipasang tajam ke jurusannya Cee Siu Sin. Guru silat dari Pakpay ini telah loncat menyusul, ketika kakinya menginjak tanah, ia terpisah kira-kira tiga atau

empat kaki di sebelah kanan dari orang yang ia susul. Dengan satu gerakan kaki ke kanan, diturut dengan gerakan kedua tangannya ke jurusan yang sama, Kie Kiam menyingkir kira-kira tiga kaki terlebih jauh, tetapi di sini, setelah ujung kaki kanannya menginjak tanah, lebih jauh ia menggeser ke kiri tiga atau empat kaki jauhnya. "Cee loosu, kita tidak berani terima kehormatan dengan kau mengantarkan kita terlebih jauh!" demikian tampiknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ketika Kie Kiam mengucap demikian, Cee Siu Sin sudah loncat menyusul, maka lagi sekali, ia loncat mendahulukan, maksudnya akan mencegah orang mengantar, tetapi sebenarnya untuk menghalangi. Cee Siu Sin berada dalam bahaya, tempat di mana mereka berada kebetulan ada sempit dan ia berada di pinggiran, maka untuk tolong dirinya, lekas-lekas ia rangkap dua tangannya, dalam sikap Tongcu payhud atau "Kacung menghormat Budha." Jadi tangannya menjurus pada lengan. Ia pun bersikap hendak membalas hormat, tetapi sebenarnya itu ada untuk pecahkan gangguan musuh. Ia hendak totok jalan darahnya Kie Kiam yang dipanggil Kiok-tie-hiat. Kie Kiam tahu liehaynya ilmu totokan itu, kalau ia kena diserang, kedua lengannya bakal tak mampu digunai lagi, ia tunggu sampai tangan musuh hampir mengenai ia, ia buka kedua tangannya, dari dalam dipentang ke kiri dan kanan, lantas dari kiri dan kanan, ia rangkap pula ke dalam, untuk dipakai menggempur dada musuh. Ia bisa lakukan ini, karena serangan musuh sudah dilakukan, artinya tenaga sudah dipakai, hingga tidak bisa dipakai lagi, akan menyerang balik. Hingga, serangan jari yang liehay itu jadi seperti pecah sendirinya. Cee Siu Sin terperanjat buat caranya pihak tetamu layani ia. Ia tahu, kalau ia tidak lekas berhenti, ia bisa celaka, atau kalau ia nekat, dua-duanya bisa sama-sama celaka, karena mereka akan sama-sama menyerang dengan hebat, sedang keletakan tempat ada tidak mengijinkan mereka bergerak atau menyingkir dengan leluasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Maka terpaksa ia lekas tarik pulang kedua tangannya, ia rangkap itu, untuk dipakai menekan ke bawah, guna hindarkan serangan musuh ke dada. Selagi berbuat demikian dengan tangannya, kaki kanannya ia geser

mundur ke kiri, hingga tubuhnya jadi menyingkir cukup jauh dari tangan musuh itu, kemudian lekas-lekas ia berkiongchiu sambil berkata, "Silakan sahabatku!" Kie Kiam sudah lolos dari bahaya, ia pun mundur, kedua tangannya ia angkat. "Loosu, nanti kita orang ketemu pula!" berkata ia, yang terus loncat naik, akan jauhkan diri dari guru silat dari Ciantong itu. Selagi Cee Siu Sin mengawasi, guru dan murid itu dengan lekas mereka lakukan perjalanan pulang, keduanya ada berlega hati, karena mereka sudah lakukan kewajiban mereka dengan tidak sampai rubuh di tangan musuh-musuh yang liehay. Dengan tiada ada rintangan mereka keluar dari Haytong-kok. Kapan akhirnya mereka sampai di mulut sanchung, di sana dengan satu tanda, mereka dikasih lewat oleh penjagapenjaga Bancie sanchung. Tapi segera juga mereka dapat kenyataan, dalam tempo mereka berpergian, kampung mereka sudah seperti salin rupa, karena diperkerasnya daya-daya pertahanan: dari mulut kampung terus sampai ke dalam. Di dalam cun-kongso, Hoa Ban Hie dan semua kawannya asyik menantikan, ketika Kie Kiam dan Tiauw Sam Ek muncul, untuk segera berikan laporan mereka. Kie Kiam yang bicara bagaimana ia ketemui Tiathongliong dan dapatkan jawaban dari tetua dari KangsanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/

pang itu, yang bersedia akan menyambut kedatangan sekalian tetamunya. Selama orang bicara, Hoa Ban Hie terus awaskan dengan tajam pada itu kedua utusan, guru dan murid, kemudian, sesudah orang bicara, ia tertawa. "Apakah kau orang berdua, guru dan murid, selama di Haytong-kok, tidak membikin aku jadi malu?" demikian ia tanya. "Kie Kiam, kau mesti pikir biar baik, terhadap aku Hoa Ban Hie, apabila kau sembunyikan apa-apa, itu melulu akan bikin kau mencari susah sendiri! Bagaimana jalannya maka kau orang rubuh di Haytong-kok? Bagaimana caranya, untuk kita perbaiki itu? Sebenarnya, musuh tangguh siapa yang kau telah hadapkan? Aku ingin kau bicara sejujur-jujurnya!" Kie Kiam ada seorang ulung dari kalangan Sungai Telaga di mana ia telah nyebur lebih daripada tigapuluh tahun, tetapi mendengar pertanyaannya Hoa Ban Hie, ia

tidak sanggup berikan jawabannya, melainkan mukanya yang menjadi merah. Melihat demikian, Tiauw Sam Ek lantas berkata, "Suhu, di dalam ini hal, kau tidak sebagai muridmu! Buat aku, si murid, jikalau aku kalah, itulah tidak seberapa artinya. Tapi baiklah aku berikan keterangan pada cuncu!" dan lantas ia menoleh pada Hoa Ban Hie, dengan teruskan berkata, "Cuncu, jangan kau kuatir! Sejak kita orang masuk di mulut lembah, belum pernah kita suka mengalah! Umpama kata benar kita guru dan murid telah menjadi pecundang, tidak nanti gampang-gampang kita orang mau kembali kemari! Mana kita ada punya kulit muka yang demikian tebal? Duduknya kejadian adalah begini: Di sana ada Itcie Sinkang In Yu Liang. Ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suhu angsurkan surat, ia telah jual lagak dengan kepandaian jari-jari tangannya. Ia telah gunakan Poatteng-hoat yaitu ilmu 'Menyabut paku' dari Siauwlimpay guna rampas surat dari tangan suhu. Ia ada seorang kenamaan, tetapi tidak demikian gampang sebagai ia pikir, akan lantas dapatkan surat itu! Guna hadapkan ilmu musuh itu, suhu telah gunai Pauwciang-hoat atau ilmu 'Memelukalu.' Kesudahannya ternyata, tenaga kedua pihak ada sama, seperti delapan tail adalah setengah kati. Surat suhu benar bisa kena dicabut, di lain pihak, kakinya si orang she In pun telah bergerak! Cuncu, sama sekali kita tidak kasih ketika akan musuh banyak tingkah!" Hoa Ban Hie tertawa apabila ia telah dengar keterangan itu. "Tiauw Sam Ek, aku percaya keterangan kau!" kata ia dengan nyaring. Lantas ia pandang Kie Kiam seraya terus berkata, "Kau ada seorang kangouw ulung, kenapa kulit muka kau ada tipis sekali? In Yu Liang muncul di Haytong-kok, terang sekali ia hendak angkat lebih jauh nama besarnya, begitulah kemarin ia telah datang kemari, akan pertontonkan kepandaiannya Aku tidak nyana, pikirannya ada cupat sekali! Kenapa ia coba bikin aku malu, dengan ganggu pada kau orang berdua, guru dan murid? Tapi ia benar bernyali besar! Kenapa ia lupa jalannya alam, ialah siapa bunuh orang, ia mesti mengganti dengan jiwa, siapa utang uang, ia mesti bayar dengan uang juga, dan siapa punya utang, ia mesti datang sendiri untuk membayarnya? Maka kalau aku si

melarat nanti pergi ke medan pertemuan, aku akan bikin perhitungan sampai semuanya terbayar impas! Sekarang kau orang berdua pergilah mengasoh! Tugas kau orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

adalah menjaga daerah pengempang bambu Siauwtioktongdi Lamcun-kauw, itu mulut jalanan bagian selatan dari desa kita ini!" Kie Kiam menyahuti, "Ya," dan lantas ajak muridnya undurkan diri. "Sekarang terang Pian Siu Hoo hendak bikin pertemuan sama kita," kata Yan Toa Nio pada tuan rumah, "karena itu, kita perlu siang-siang pergi padanya, guna cari pemutusan, supaya urusan tidak jadi tertunda dan tertunda lagi." "Toanio, jangan kesusu," Tan Ceng Po berkata. "Kita orang memang mesti pergi ke Haytong-kok tetapi buat itu kita perlu berdamai terlebih dahulu, terutama buat pastikan, di waktu bagaimana kita mesti pergi." "Menurut aku, lebih baik kita pergi di waktu malam," Lim Siauw Chong nyatakan pikirannya. "Dengan jalan ini kesatu kita jadi bisa bertindak lebih leluasa, kedua kita boleh balas budinya Itcie Sinkang, yang telah datangi kita malam-malam dan telah mengaduk di sini. Dengan cara ini kita jadi pakai kebiasaan di kalangan Sungai Telaga." Hoa Ban Hie manggut-manggut. "Ya, kita orang mesti berlaku secara laki-laki," ia bilang, "pergi dengan terang, pulang dengan terang juga! Cuma kita harus ingat, dengan sepak terjangnya ini, nyata sekali Tiathong-liong Pian Siu Hoo hendak ambil tindakan getas, supaya dengan sekaligus ia bisa dapatkan keputusan. Sekali ini ia hendak pastikan, Kangsan-pang musnah atau hidup bangun dan termasyhur! la ada seorang licik, ia tentu ada kandung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

maksud buruk, dari itu kita orang tak boleh tidak, mesti berlaku hati-hati. Umpama kita muncul di Haytong-kok dalam satu rombongan besar, kita terang ada seperti memasuki diri ke dalam jaring. Aku pikir, baik kita mengatur bala bantuan, yang mesti masuk ke Haytongkok secara diam-diam. Tidakkah kau orang berdua saudara mupakat?" Atas pikiran itu, Hengyang Hie-in Sian Ie lantas nyatakan ia suka masuk dengan diam-diam ke Haytongkok, supaya ia tidak usah siang-siang ketemui Pian Siu

Hoo. "Aku juga ingin cari tahu, sampai di mana Pian Siu Hoo sudah siap, ia ada atur maksud jahat atau tidak," Sian Ie nyatakan lebih jauh. "Aku setuju!" Hoa Ban Hie berkata. Lantas mereka ambil putusan akan bekerja mulai sebentar malam. Setelah itu, Hoa Ban Hie lantas bekerja lebih jauh, akan atur pertahanan di sarangnya itu, yang ia bikin menjadi kuat sekali. Ia pun pesan, akan atur persiapan, karena di waktu magrib mereka sudah dahar dan terus dandan. Hengyang Hie-in Sian Ie, seperti sudah diputuskan, berangkat lebih dahulu seorang diri, kemudian barulah menyusul rombongan dari Bancie sanchung ialah Kiongsin Hoa Ban Hie sendiri bersama-sama Cukat Pok, Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong begitupun Yan Toa Nio dan Yan Leng In. Hoa Ban Hie bawa duabelas pengikut, yang hampir semua ada murid-muridnya yang masih berusia muda, rata-rata umurnya kira-kira baru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

duapuluh lima. Mereka semua dandan sebagai pengemis, cuma pakaian mereka ada bersih. Mereka tidak bawa senjata, hanya satu kantong kain warna biru, yang mereka kempit di iga kiri, sedang tangan kanan mereka, seorang satu, ada bawa lentera dengan masing-masing tertulis empat huruf merah: "Ban Cie San Chung. " Dan mereka ini diperintah jalan di muka. --ooo0dw0ooo-XII Tepat di mulut Haytong-kok, lerotan dari Bancie sanchung lantas berhenti dan Kiongsin Hoa Ban Hie, si Malaikat Kemelaratan, sudah lantas perintah dua muridnya kasih dengar suaranya yang nyaring, "Sahabatsahabat, dengar! Chungcu dari Bancie sanchung telah datang untuk memenuhi undangan berkumpul di dalam lembah Haytong-kok! Kita orang tidak lakukan suatu apa yang bertentangan sama pri-kehor-matan, maka itu andaikata kau orang tidak mau pergi memberi warta, kita orang akan maju terus dengan tidak pedulikan apa-apa lagi!" Suara itu berkumandang dalam kesunyian tetapi tidak ada yang jawab, sedang seharusnya, dengan melihat

lerotan api saja, pihak Haytong-kok sudah mesti keluar, akan melihat, minta keterangan atau menyambut. Karena itu, Hoa Ban Hie lantas kasih perintah akan maju terus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Perintah ini sudah diturut dengan lantas oleh itu duabelas murid. Dua tetua dari Kiushe Hiekee kuatir anak-anak muda itu nanti nampak rintangan yang membahayakan mereka, maka dua tetua itu lantas maju akan mendahului, hingga mereka berada di depannya dua pemuda yang paling depan. Adalah di waktu itu, dari kiri dan kanan lembah, ada loncat keluar dua orang dari pihak Haytong-kok, dan satu di antaranya segera kasih dengar teguran, "Tetamutetamu yang terhormat, jikalau kau orang datang dengan turuti adat kebiasaan di kalangan kangouw, kenapa kau orang tidak mau bersabar untuk menantikan jawaban sampai pihak kita memberi kabar? Apakah tuan-tuan memandang rendah pada kita pihak Haytong-kok dan anggap di sini tak ada orang yang mampu merintang-kan pada tuan-tuan sekalian?" Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong, berhentikan tindakan mereka, kedua tangannya ditaruh di depan tubuh mereka. "Sahabat, jangan kau bicara dengan cara yang tak beraturan!" ia balik menegur. "Chungcu yang terhormat dari Bancie sanchung telah datang ke Haytong-kok ini akan memenuhkan janji, kenapa kau orang tidak siap untuk melakukan penyambutan? Kenapa tadi kau orang diam saja, tidak menyahuti pertanyaan kita? Kau orang berlaku begini jumawa, kau orang sambut kita seperti juga kau orang tidak melihat kita, dari itu, kita juga tidak perlu pakai aturan lagi!" "Tuan, apakah kau ada Tan loo-suhu dari Kiushe Hiekee?" tanya orang tadi dengan tak pedulikan teguran orang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Benar," menjawab Tonglouw Hiejin. "Kau orang telah kenalkan aku, maka terlebih tidak pantas bagi kau orang akan sambut kita secara begini! Bukankah kita ada orang-orang dari suatu golongan? Tuan, aku masih belum ketahui she dan nama yang mulia kau orang berdua." Ditegur begitu rupa, itu dua orang lantas perkenalkan diri. Mereka ada Thio Ban Kui dan Tow Cu In dari Sinkee

Coanpang. "Jadinya kita ada orang-orang sendiri, maka baik kita orang jangan rusaki persahabatan kita di sini," Tan Ceng Po kata pula. "Kita orang datang kemari umtuk berurusan sama si orang she Pian, maka itu, sahabat tolong kau orang lekas-lekas mengasih kabar ke Haytong-kok!" Thio Ban Kui dan Tow Cu In menyahuti dengan berbareng. "Baiklah!" setelah mana mereka berikan tiga kali tanda suitan, tanda mana telah dapat jawaban dengan cepat. Dari dalam lembah, dari dua puncak atau tanjakan, kelihatan muncul cahaya api obor dan lentera, yang segera merupakan suatu rombongan panjang, hingga romannya mirip dengan gerakannya tubuh naga api. Lekas sekali, munculnya api itu disusul sama suara suitan. Berdua Thio Ban Kui dan Touw Cu In lantas menunjuk ke sebelah dalam. "Tan loosu, Lim loosu, orang-orang yang menyambut telah datang, silakan kau orang masuk!" berkata mereka pada kedua tetamunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Itu waktu dari tanjakan di dalam lembah telah muncul empat orang atau chungteng, yang masing-masing menyekal satu lentera yang besar, dan seorang lain di tengah mereka maju menghampirkan Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong buat terus berkata, "Mulut lembah ini terpisah masih terlalu jauh dengan pusat, supaya tuantuan tetamu yang terhormat tidak usah menunggu terlalu lama, silakan tuan-tuan masuk! Warta sudah disampaikan kepada Pian pangcu yang tentu bakal keluar akan menyambut. Aku percaya tuan-tuan tidak akan curigakan kita...." Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong manggut, mereka lantas menoleh ke belakang, akan mengasih tanda pada kawan-kawan mereka, untuk maju. Kiongsin Hoa Ban Hie bersama-sama Souwposu Cukat Pok, Yan Toa Nio dan anak serta duabelas muridnya sudah lantas maju dengan tidak sangsi-sangsi lagi. Empat chungteng itu bersama tauwbak mereka sudah lantas bertindak, akan memimpin tetamu-tetamunya. Mereka jalan dengan tindakan cepat sekali. Selanjutnya, di sepanjang jalan, saban-saban ada

muncul orang-orang Haytong-kok dengan pakaian mereka yang ringkas, yang masing-masing membawa lentera atau obor, semuanya masih muda, dengan berdiri di pinggiran, mereka unjuk hormat, tetapi tidak ada satu di antaranya yang bekal senjata. Kapan rombongan ini sudah lintaskan tanjakan paling tinggi, lantas jauh di depan mereka, mereka lihat ada suatu kalangan di mana cahaya api ada terang laksana siang. Itu waktu segera terdengar suaranya suitan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

riuh, karena sambutan telah datang dari tanjakan dan hutan, dengan tidak kelihatan siapa yang bunyikan itu. Dari suaranya suitan itu telah terbukti penjagaan yang kuat dan sempurna dari Haytong-kok itu pun menyatakan jelas maksudnya Pian Siu Hoo untuk hadapkan lawannya. Selagi mendekati pusat Haytong-kok kira-kira dua lepasan anak panah, dari pusat itu tertampak mendatangi serombongan penyambut, yang kemudian kelihatan nyata semua ada berpakaian serupa dan rapi, dandanannya sebagai kaum nelayan. Jumlah rombongan itu ada dua-puluh jiwa, mereka semua pakai ikat kepala, dan semua ada bekal golok dan senjata rahasia, tetapi tangan mereka ada memegang masing-masing satu lentera. Mereka pun mendatangi dengan cepat, adalah sesudah datang dekat kira-kira empat atau lima tombak dari rombongan Bancie sanchung, baru mereka berhenti, akan berdiri di kedua tepi jalanan pegunungan itu. Belum terlalu lama segera kelihatan datangnya Tiathong-liong Pian Siu Hoo, ketua dari Kangsan-pang, bersama-sama kawan-kawan mereka yang kebanyakan ada orang-orang undangan, yang ia minta datang untuk membantu ia. Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong mendahulukan maju ke depan. "Pian pangcu, selamat ketemu!" Lim Siauw Chong berkata. "Pian pangcu, kau telah dirikan pusat baru di Haytong-kok ini, bagaimana angker kau kelihatannya di mata kita kaum Sungai Telaga!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pian Siu Hoo tahu bahwa orang telah pukul sindir padanya dengan cara halus tetapi ia tidak pedulikan itu, ia terus bertindak maju akan menghampirkan, buat terus angkat kedua tangannya.

"Lim loosu, di Giokliong-giam Hiecun kita orang telah bertemu, aku tidak sangka, di sini pun kita orang bisa bertemu pula!" demikian ia berkata. "Lim loosu, Pian Siu Hoo girang sekali atas pertemuan ini!" Lantas ia pun unjuk hormatnya pada Tan Ceng Po. "Aku tidak pernah sangka bahwa kau juga, Tan loosu, sudi datang ke lembah ini," ia berkata pula. "Di sini telah berkumpul semua orang kenamaan dari kalangan Sungai Telaga, sebentar aku si orang she Pian ingin sekali menerima pengajaran dari tetamuku sekalian! Ijinkan aku menemui terlebih dahulu Hoa loo-cianpwee dari Bancie sanchung, kemudian sebentar kita orang nanti pasang omong di dalam!" Cukat Pok, Yan Toa Nio dan Yan Leng In telah datang dekat, pada mereka itu Pian Siu Hoo unjuk hormatnya sambil unjuk senyuman. "Yan toanio, Yan kouwnio, kau orang benar-benar ada orang-orang yang terhormat!" menyambut tuan rumah. "Aku Pian Siu Hoo sangat kagum untuk kedatangan kau orang ini! Nah, Cukat loosu, kau pun persilakan!" Yan Toa Nio dan gadisnya membalas hormat tetapi mereka tidak bilang suatu apa mereka seperti tak sudi bicara sama itu musuh besar, sedang Souwposu juga tidak mau banyak omong. Tiathong-liong maju lagi dua tindak, akan sambut Hoa Ban Hie.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Nama besarnya chungcu dari Bancie sanchung telah menggetarkan daerah Kanglam," ia berkata serta unjuk hormatnya, "dan aku Pian Siu Hoo juga telah lama mendengar nama loo-cianpwee itu, maka sekarang aku girang sekali yang kita orang bisa bertemu di sini. Saudara-saudara dari pihak Kangsan-pang telah serahkan semua urusan padaku seorang, karena itu, sama sekali aku belum mempunyai ketika akan mengunjungi chungcu di Bancie sanchung untuk mengunjuk hormatku. Aku ada seorang yang telah jatuh nama, di Hucun-kang tidak ada tempat untuk aku taruh kaki, karena itu aku terpaksa datang kemari untuk tumpangi diri sementara waktu. Guna sekalian saudaraku, aku tidak bisa bubarkan mereka. Aku telah pilih tempat ini dengan tidak pemah sangka bahwa di sini aku telah jadi tetanggamu, loo-cianpwee. Kita baru saja sampai di sini, segala apa belum tersedia sempurna, oleh

karena itu, jikalau kita berlaku kurang hormat, aku mohon loo-cianpwee sudi memberi maaf pada kita!" Diam-diam Hoa Ban Hie tertawa dalam hatinya mendengar ucapan orang itu. "Pian pangcu, kau ada terlalu sungkan," ia menjawab. "Aku si pengemis telah mendirikan kampung Bancie sanchung di mana aku kumpulkan semua kawanku tukang minta-minta, tidak lain maksudnya daripada supaya mereka itu dapat tempat bernaung, agar mereka tidak sampai dahar angin dan tidur di embun. Kita orang bangsa melarat yang hidup terlunta-lunta, sejak dahulu belum pernah berani banyak tingkah hingga menerbitkan onar. Aku sendiri, si melarat, sudah lama mendengar halnya berbagai rombongan dengan keangkeran dan pengaruh besar mereka, dari itu aku sengaja jauhkan diri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dari mereka itu. Bancie sanchung tidak pemah mendekati lain-lain kaum, karenanya tidak lain ialah untuk luputkan diri dari keruwetan penghidupan, maka aku tidak sangka, Pian pangcu, kau justru telah dapat melihat letaknya lembah ini dan telah pindahkan golongan coanpang-mu kemari. Di daratan dari Haytong-kok kau telah mendirikan pusat dari rombongan perahu air, ini adalah suatu hal yang aneh dari kaum kangouw. Kau ada baik sekali, Pian pangcu, kau telah sudi terima kedatangan kita. Aku si melarat ternyata telah datang tak dengan siasia! Pian pangcu, kalau benar kau hendak bikin kita buka mata di dalam lembah Haytong-kok ini, silakan kau membuka jalan akan ajak kita masuk ke dalam! Aku si melarat mempunyai satu urusan untuk mana aku hendak mohon pertolonganmu, di dalam, kita orang akan bicarakan itu dengan leluasa." Pian Siu Hoo memperdengarkan suara di hidung. Ia merasa tidak enak mendengar perkataannya si Malaikat Kemelaratan. "Hoa chungcu, silakan!" ia berkata. "Aku Pian Siu Hoo juga mempunyai satu urusan untuk mana aku hendak minta pertolonganmu! Bersama aku ada sejumlah sahabat yang hendak bertemu dengan loo-cianpwee, maka, sebentar saja di dalam kita orang bicara sekalian!" Dengan satu tanda, segera semua orang bertindak maju. Maka itu, rombongan telah menjadi satu jumlah besar, karena kedua pihak telah menjadi satu: Pihak tamu terdiri hampir duapuluh orang dan pihak tuan

rumah duapuluh lebih. Sekarang mereka sudah masuk di daerah pedalaman dari lembah Haytong-kok, keadaan jauh terlebih tenang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

daripada di mulut lembah bagian luar, di sini tidak tertampak orang seliweran, hanya setiap jangka lima tindak, pasti ada berdiri dua orang di kiri dan kanan yang pe-gangi obor. Sebentar kemudian mereka sudah sampai, bukan di depan, hanya di bagian belakang. Rumah terbikin dari batu. Di sini api dipasang terang luar biasa, hingga segala apa bisa terlihat nyata. Rumah itu besar dan tinggi dengan tiga ruangannya. Pintu telah dibuka lebarlebar. Di kiri dan kanan berdiri delapan anak muda dengan sikap yang menghormat. Pian Siu Hoo pimpin sekalian tamunya masuk terus ke dalam akan undang mereka mengambil tempat duduk. Di situ meja dan kursi telah teratur, di kiri dan kanan atau timur dan barat. Pihak tamu duduk di gansan tamu. Bersama tuan rumah, ada hadir tujuh orang. Setelah awasi semua orang dari pihak tuan rumah, akhirnya Kiongsin Hoa Ban Hie perhatikan satu orang yang duduk di kursi kelima, siapa terus tunduki kepala, seperti tidak berani melihat orang, sedang pakaiannya tua dan rombeng, sama dengan pakaiannya pihak Bancie sanchung, malah pakaiannya Hoa Ban Hie ada jauh terlebih bersih. Orang itu berumur kira-kira enam-puluh tahun dan romannya seperti orang berpenyakitan: muka kuning, alis gundul, mata celong, hidung mancung, tulang pipi bangun, sedang kumisnya pendek. Tangannya memegang sebatang huncwee, hingga kelihatan nyata tangan yang mirip dengan ceker ayam, seperti kulit hanya membungkus tulang. Maka, dilihat sekelebatan, orang itu seperti orang miskin melarat dari kalangan kangouw atau seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tukang tenung yang bersengsara. Hawa udara waktu itu cukup panas, tetapi orang itu memakai jubah sepan juga, warnanya merah tua dan berminyak. Di pundaknya ada selembar mantel hijau yang warnanya sudah salin rupa serta banyak tambalannya, seperti jubahnya sendiri. Juga Tan Ceng Po dan yang lain-lain merasa aneh terhadap orang itu. Jika dia tertampak bukan di medan pertemuan, niscaya tidak ada satu orang yang pedulikan padanya, orang pasti sangka ia ada pengemis biasa yang

tak cukup makan dan pakai. Tetapi beradanya orang itu di medan pertemuan ada lebih menarik hati, karena ada luar biasa yang Pian Siu Hoo mau undang sembarangan orang, justru pada saat bakal mati atau hidup.... Segera datang saatnya Tiathong-liong si Naga Besi berbangkit untuk memperkenalkan pihaknya dengan pihak tamu. Karena orang ada banyak, ia tidak mau ajar kenal satu per satu, hanya ia sebutkan saja nama sambil tunjuk orangnya. Demikian, pertama kali telah ditunjuk Itcie Sinkang In Yu Liang, si Jeriji Liehay. Nomor dua adalah Kimtoo Cee Siu Sin, si Golok Emas. Nomor tiga adalah Lianhoanpiauw Hoo Cin Kong si Piauw Beruntun. Nomor empat Hay-pacu To Seng, si Macan Tutul Laut. Nomor lima ada Lioktee Sinmo Khu Liong Gan, si Iblis Bumi. Nomor enam ada Sianciang Kaysan Khiu Cu Gie si Tangan Pembuka Gunung. Dan nomor tujuh ada Tin-sankang Siauw Cee Coan, si Jago Sankang. Setelah belajar kenal, barulah Tonglouw Hiejin Tan Ceng Po tahu siapa adanya si orang aneh yang dandan sebagai pengemis rudin itu, ialah si Iblis Bumi yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

namanya ada menggetarkan dunia kangouw, karena ia mempunyai kepandaian luar biasa, yang melebihkan orang banyak, sedang adatnya pun aneh, hingga sifatnya sama anehnya dengan Kiongsin Hoa Ban Hie. "Aku tidak sangka Pian Siu Hoo bisa undang orangorang seperti mereka ini," Tan Ceng Po pikir. "Kelihatannya urusan di Haytong-kok ini ada sangat sukar untuk dibereskan secara sederhana." Sesudah belajar kenal, orang pada berduduk pula. Setelah itu, Pian Siu Hoo hadapkan Hoa Ban Hie pada siapa ia unjuk hormatnya. "Hoa chungcu," berkata ia. "Berhubung dengan kunjungan kau-orang ini aku Pian Siu Hoo ingin sekali dengar keterangan chungcu." Hoa Ban Hie tertawa ketika ia menyahut, "Pian pangcu, aku Hoa Ban Hie datang ke Haytong-kok ini juga untuk mohon sedikit keteranganmu. Di dalam kalangan kangouw, tidak peduli kaum atau golongan mana, masing-masing ada punya aturannya sendiri, dan siapa juga tidak ada yang sembarangan berani ganggu atau rusakkan sesuatu aturan golongan itu. Pian pangcu, di

Hucun-kang kau telah kepalai satu rombongan, dan Kangsan-pang-mu bukannya satu coanpang yang kecil, maka itu kau terlebih-lebih mesti bisa jaga baik aturanmu. Tapi sekarang, buktinya, kau telah rubah atau rombak aturanmu sendiri, ialah pusatnya Kangsan-pang kau telah geser pindah ke Haytong-kok. Aku Hoa Ban Hie kepalai serombongan pengemis rudin, akujuga ada punya aturan sendiri. Seumur hidupku aku telah hidup di dunia kangouw, aku telah merantau sampai ke Tiangkang udik dan ilir, belum pernah aku lihat ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

orang yang jalankan perahu di daratan atau di atas gunung yang tinggi mendirikan pelabuhan pusat, tetapi kau, Pian pangcu, kau sekarang justru telah lakukan itu keanehan, maka itu aku jadi tidak mengerti, maka juga aku hendak minta keterangan dari kau!" Sambil bicara, Hoa Ban Hie awaskan tuan rumah dengan tajam. Tiathong-liong tertawa dingin. "Aku sudah duga bahwa Hoa chungcu bakal tanyakan aku secara begini," ia menyahut. "Mengenai halnya aturan dari berbagi-bagi golongan, aku tidak berani sangkal bahwa aku telah langgar aturan. Cuma, dalam halnya pusat dari Kangsan-pang dipindahkan ke Haytong-kok ini, aku bisa terangkan, sifatnya ada untuk sementara waktu. Bahwa aku telah pindah kemari, hanya untuk pakai lembah ini sebagai tempat untuk membikin beres urusan perseorangan dari aku sendiri. Tentang kematian atau kehidupan aku si orang she Pian, itu ada urusanku sendiri, tidak ada sangkutan atau hubungannya sama Kangsan-pang, maka andaikata aku mesti binasa di dalam ini lembah, Kangsan-pang sendiri akan hidup terus, bakal ada orang yang nanti gantikan aku. Aku tidak ingin, karena urusanku sendiri, Kangsan-pang atau saudara-saudara dari Kangsan-pang, turut menyerahkan jiwanya. Sebabnya aku pindah kemari adalah karena urusanku dengan mereka berdua pihak." Dan ia tunjuk Yan Toa Nio ibu dan anak dan Lim Siauw Chong dari Kiushe Hiekee. "Dengan Yan Toa Nio dan puterinya, Yan Leng In, aku ada punya sakit hati untuk mana kita orang berdua pihak tidak seharusnya hidup sama-sama di dalam ini jaman, dan dengan Lim Siauw Chong dari Kiushe Hiekee ada satu urusan yang belum selesai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

diperhitungkan! Begitulah aku datang kemari, untuk bereskan utusan dengan mereka berdua pihak. Maka aku

tidah sangka bahwa sepak terjangku ini telah membikin kaget pada Hoa chungcu. Sekarang aku telah berikan keteranganku, maka adalah giliranku untuk minta keterangan dari chungcu, dengan kunjunganmu ini, kau hendak berikan pengajaran apa padaku?" "Hm, Pian pangcu, kau ingin dengar penjelasanku?" Hoa Ban Hie menjawab. "Aku inginkan suatu apa yang ada sedikit bertentangan sama pri-kepantasan! Ialah aku minta supaya kau terlebih dulu mundur dari Haytong-kok ini! Aku Hoa Ban Hie telah datang di daerah ini jauh terlebih dahulu beberapa tahun daripada kau, maka kau, Pian pangcu, jikalau kau berniat mendirikan pusat di sini, kau mesti berdamai dahulu sama aku. Tapi sekarang buktinya tidak, nyata sekali kau telah tidak pandang mata padaku si pengemis, karena itu, aku si melarat jadi mau campur tahu urusan ini!" Mendengar ucapan orang itu, Kimtoo Cee Siu Sin campur bicara. "Hoa chungcu," ia berkata, mendahului Pian Siu Hoo, "kita orang datang ke Haytong-kok ini melulu karena kita dengan Pian pangcu ada utamakan persahabatan di kalangan kangouw. Kau sendiri, chungcu, adalah sahabat kita yang kita kangeni namanya. Pian pangcu telah dirikan pusatnya di lembah ini, kau tidak suka itu, dan kau inginkan ia lantas pindah, caramu ini adalah hebat dan sangat menyukarkan! Kita orang ada orang-orang kaum kangouw, meski kita orang ada dari lain kaum, kita orang toh masih harus utamakan persahabatan, menggunakan paksaan, itulah bukan keharusan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hoa Ban Hie tertawa berkakakan atas ucapannya si Golok Emas itu. 'Cee loo-suhu, kau bicara dengan kepantasan!" ia bilang. "Cuma kau harus ingat, ada orang yang datang duluan dan belakangan, dan dalam segala hal, orang mesti memandang mukanya lain orang. Kita orang di kalangan kangouw apa bukan paling utamakan muka terang? Pian pangcu telah punyakan pusatnya di Gocumui. Dulu-dulu kalau di sana terjadi keruwetan urusan di muka air, lain pihak atau kaum, tidak ada yang datang ke Gocu-mui akan ganggu ia atau bikin ia susah. Aku Kiongsin Hoa Ban Hie tinggal di Bancie sanchung bukan baru satu atau setengah tahun, tetapi si orang she Pian tidak memandang sedikit juga pada aku, ia telah datang

ke Haytong-kok dengan pikiran istimewanya di tanah datar ia mau kendarakan perahu, di atas gunung ia mau bikin pelabuhan air! Coba ia mau pandang pada aku dan buka satu suara saja padaku! Tetapi ia tidak lakukan ini! Nyata sekali Pian pangcu sudah tidak pandang orang lain! Di lain pihak, pihaknya Pian pangcu sudah lakukan satu perbuatan yang melanggar kehormatan! la telah utus satu orang datang ke Bancie sanchung! Orang itu bukannya orang sembarangan, tetapi perbuatannya ada sembrono dan melewati batas! Ia telah langgar aturan kita aturan yang telah diwariskan kepada kita oleh Kiongkee-pang ialah ia telah geser pelita turunan kita yang maha suci! Hal ini, Cee loo-suhu, ada satu soal lain. Itu ada perbuatan dari nyali yang besar! "Tapi, aku tidak ingin terbitkan gelombang besar! Begitulah, dengan sekuat tenagaku, aku telah kendalikan hawa amarah dari saudara-saudara mudaku. Aku telah terangkan kepada mereka, bahwa kejadian adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

karena salah mengerti, bahwa itu disebabkan orang tidak ketahui adanya aturan rumah tangga kita! Aku terangkan juga, bahwa kalau orang ketahui aturan kaum kita, yang sangat suci, orang tidak nanti berani turun tangan! Demikian aku bikin sabar saudara-saudaraku! Umpama aku si melarat tidak berpikir jauh, andaikata aku mau main gila, di mana pengaruh ada padaku, dengan gampang sekali aku bisa anjurkan semua saudaraku turun tangan! Harus dimengerti, asal aku bergerak, gerakanku pasti bakal disambut oleh kaum Kiongkeepang di tujuh provinsi selatan di mana orang pasti tidak bakal diam saja! Coba pikir, berapa kekuatannya orang itu maka ia berani main gila terhadap aturan kita yang dipandang suci? Sekarang aku datang kemari dengan dua maksud, ialah pertama untuk minta Pian pangcu tolong urus dan tanyakan, apa maksudnya yang sebenarnya maka ia berani satroni Bancie sanchung dengan terbitkan kegaduhan di sana, dan kedua aku ingin bikin beres urusan sama itu sahabat kita...." In Yu Liang tahu orang maksudkan ia, maka ia lantas menyahut. "Hoa chungcu, kedatanganmu kemari sebagian adalah untuk urusan dengan aku, aku bersedia akan bicara sama kau," ia kata. "Kita sama-sama pernah merantau dalam kalangan Sungai Telaga, meski kita tidak punya

kepandaian yang bisa bikin langit kaget dan bumi bergerak, kendati hanya nama kosong, toh di mana kita sampai, kita masih bisa bicara dengan kepantasan, tetapi jikalau kau hendak gunakan kekuatan untuk menindih yang lemah, jikalau kau andalkan kepandaian tinggi untuk menghina orang, atau tegasnya urusan hendak diselesaikan dengan kekerasan, pembicaraan tak usah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dilakukan lagi! Hoa chungcu, aku mau minta keterangan dari kau. Pian pangcu telah dirikan pusat di Haytong-kok ini dan anggap saja bahwa ia telah langgar aturan umum, tetapi kau sendiri bukannya sahabat kaum nelayan dari Hu-cun-kang, kau tidak masuk dalam rombongan coanpang, kau mana ada punya hak akan campur tahu urusan coanpang ini? Haytong-kok juga bukan kepunyaan perseorangan, kalau Pian pangcu tempatkan itu untuk sementara waktu, apakah itu tidak pantas? Umpama Bancie sanchung merupakan satu rombongan, dan ia menjagoi di satu tempat, tetapi kalau ia larang orang lain ambil kedudukan di sini, itulah ada perbuatan sewenang-wenang! Bahwa aku ln Yu Liang sudah datangi Bancie sanchung, itu ada yang dinamai, kunjungan harus dibalas! Jikalau tidak terlebih dahulu ada orang datang ke Haytong-kok ini, tidak nanti kita menempuh bahaya pergi ke sana! Hoa chungrju, sekarang aku si orang she In telah mengerti segala apa! Hoa chungrju, kau-orang datang untuk menegur, untuk menghukum kita, kalau kau datang hanya untuk paksa Pian pangcu pindahkan pula pusatnya, setelah itu barulah kau puas, kita orang baik tidak usah bicara terlebih jauh, tidak usah kita orang omong lebih banyak lagi, paling betul mari kita orang ambil putusan dengan andalkan kekerasan, biarlah kepandaian yang tinggi dan yang rendah, yang berikan putusan untuk kita orang hidup atau musnah! Perihal urusan keluarga Yan ibu dan anak dengan Pian pangcu, itu ada urusan lain lagi, aku si orang she In tak mau campur urusan itu!" Hoa Ban Hie kembali tertawa. "In loosu, kau ada seorang jujur dan omonganmu ringkas jelas, ini adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sikap yang aku Kiongsin Hoa Ban Hie paling sukai!" ia kata Sampai itu waktu, Lioktee Sinmo Khu Liong Gan barulah angkat kepalanya, ia memandang pada Hoa Ban Hie, ia bersenyum.

"Sahabat tua, kau juga ada seorang ulung di kalangan Sungai Telaga," ia berkata, "seharusnya, setelah sejumlah sahabat datang ke daerah Bancie sanchung ini, kau mesti ambil sikap memburaskan perkara, maka aku heran, kenapa kau justru bicara sebagai juga mendorong ombak akan bantu membesarkan gelombang? Datangku kemari bukan karena undangannya Pian pangcu, aku datang untuk ketemui kau, karena sudah lama dengar yang kau, Hoa chungrju, di Bancie sanchung ini kau telah adakan pusat dari mana kau pegang pimpinan atas kaum Kiongkee-pang, hingga di dalam kalangan kangouw, kau menjadi salah satu orang besar! Sudah lama aku Khu Liong Gan memikir untuk kunjungi kau, cuma karena kita dengar kau telah menjagoi di daerah Kanglam ini, aku tidak berani berlaku sembarangan mengunjungi ke Bancie sanchung. Bahwa sekarang aku berada di sini, inilah karena aku kebetulan berada dalam perjalanan dan selagi lewat di sini, ternyata di sini ada dua sahabatku, maka aku mau ketemu sahabat-sahabatku itu, untuk minta keterangan perihal letaknya Bancie sanchung, sebab aku tahu, Bancie sanchung berada di bilangan ini. Maka adalah di luar sangkaanku, yang kau, Hoa chungcu, kau justru datang kemari, untuk terbitkan hal yang tidaktidak.... Tindakan kau ini, aku anggap, tidak berharga. Menurut pikiranku tidak selayaknya bagi Hoa chungcu akan datang kemari melulu untuk menegur dan menghukum! Si orang she Pian pindahkan pusatnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kemari, itu disebabkan ia mempunyai permusuhan yang tak gampang dapat diselesaikan dengan pihak Kiushe Hiekee, sedang dengan keluarga Yan ibu dan anak, ia pun mempunyai urusan lain. Tapi, ringkasnya, urusan mereka adalah urusan coanpang, dalam urusannya itu, orang luar tak berhak untuk turut campur tahu. Maka, Hoa chungcu, kalau menurut aku baiklah kita orang ambil sikap menjunjung keadilan, melindungi persahabatan, apabila kita orang sanggup bikin beres urusan mereka bertiga pihak, mari kita orang dengan sekuat tenaga selesaikan itu. Tapi andaikata kita orang tidak berhasil, baiklah kita orang jangan campur urusan mereka dan biarkan mereka sendiri yang bereskan itu!" Hoa Ban Hie tidak puas yang ia telah ditegur secara demikian. "Sahabat tua, ucapanmu adalah nasehat yang berharga sekali, seharusnya aku turut itu dengan

segera," ia berkata, "hanya sayang, kau cuma tahu ingin membikin akur perselisihan atau dendaman orang, tetapi kau tidak perhatikan aturan sendiri-sendiri dari masingmasing golongan. Sahabat tua, keangkeranmu di kalangan kangouw, aku Kiongsin telah ketahui dengan baik, ucapanmu sangat berharga Dengan meraba tulang iga sendiri, aku seharusnya turut itu. Dengan menuruti nasehat-mu, itulah yang dinamakan orang sayang diri sendiri! Melainkan dalam halku ini, ada suatu apa yang membikin aku tidak mampu berkuasa sendiri. Itu adalah aturan kaum kita yang tidak boleh dirusak oleh siapa pun! Maka juga, biar tulang-tulangku mesti lebur atau musnah menjadi abu, aku harus cari orang yang menghina Bancie sanchung itu dan barulah aku mau berhenti umpama kata ia sudah mau akui kesalahannya itu! Aku adalah ketua dari Kiongkee-pang, aku tidak bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ijinkan orang ganggu aturan kita di hadapan mataku! Kalau toh perdamaian dikehendaki, Pian pangcu dan In loosu mesti diminta untuk memakai upacara pergi ke Bancie sanchung serta memperbaiki lagi kedudukannya lampu suci kita, kecuali itu, tidak ada lagi jalan damai!" Hoa Ban Hie telah berikan putusannya yang tidak bisa ditawar lagi, mendengar demikian, Lioktee Sinmo Khu Liong Gan si orang aneh dari kalangan Sungai Telaga telah putar kedua biji matanya. Ia manggut-manggut. "Bagus, Hoa chungcu, bagus, kau telah utarakan rasa hatimu," ia berkata, "dengan demikian kau telah bikin sahabat tuamu tidak bisa bilang apa-apa lagi." Sampai di situ, dengan tidak tunggu sampai Hoa Ban Hie berikan jawabannya pada Khu Liong Gan si Iblis Bumi, Yan Toa Nio berbangkit akan hadapkan Pian Siu Hoo. "Pian pangcu, aku ingin bicara dengan kau!" ia berkata. "Ketika pertemuan kita di Giokliong-giam Hiecun, kau telah janjikan pertemuan di Hucun-kang ke mana kau telah undang kita. Kau tahu, karena janjimu itu, kita ibu dan anak sudah lantas berangkat ke Hucunkang, siapa tahu, sesampainya kita di Go-cu-mui, kita jadi hilang harapan! Sia-sia saja kunjungan kita ke pusatmu itu, karena kau sendiri sudah pindah dengan diam-diam! Kita hilang harapan, karena kita telah lakoni perjalanan ribuan lie untuk memenuhkan janji! Kenapa kau pindah dengan tak meninggalkan sedikit kata-kata,

supaya kita bisa susul kau lebih jauh? Mana kita tahu bahwa kau telah pindah ke lembah Haytong-kok ini? Jikalau tidak ada dua tetua dari Kiushe Hiekee, yang kita ketemukan dan sudi membantu pada kita ibu dan anak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

niscaya sampai sekarang ini kita masih bergelandangan saja untuk mencari kau! Pian pangcu, kau ada satu lakilaki, kenapa terhadap orang-orang perempuan kau berlaku begini tak punya kehormatan? Tidakkah kau membikin hati orang menjadi tawar? Beruntung buat kita, kita sudah dapat menumpang di Bancie sanchung dan semua loo-cianpwee telah sudi membantu kita, dengan demikian akhirnya kita bisa sampai di lembah ini. Maka Pian pangcu, hutang kita yang lama, mari kita orang bereskan terlebih dahulu!" Mukanya Pian Siu Hoo menjadi merah. Ia tahu adalah pihaknya sendiri yang kalah cenglie dan karena itu ia tidak bisa buka mulut dengan leluasa, hingga ia hanya bisa umbar hawa amarahnya. "Yan toanio, jangan kau sembarangan bicara!" ia membentak. "Aku Pian Siu Hoo ada sahabat yang boleh dibunuh tetapi tidak diperhinakan! Memang dalam pertemuan di Giokliong-giam aku telah nampak kekalahan, tetapi selama napasku masih ada, tidak nanti aku sembunyikan diri! Aku telah kembali ke Hucun-kang, ke Gocu-mui, adalah melulu untuk bersiap, untuk memenuhkan janji kita! Kau harus ketahui, urusanku bukan hanya dengan kau orang saja, juga dengan Kiushe Hiekee. Di antara Kangsan-pang dan Kiushe Hiekee, salah satu pihak mesti sirna dari muka bumi ini! Gocumui ada pusat pelayaran, di sana masih berlaku undangundang negara, coba kau pikir, negara mana ijinkan kita orang perang mati-matian di sana? Karena itu, maka aku telah pilih tempat yang sunyi ini. Aku tahu, dengan tindakanku ini, aku telah melanggar aturan dalam kalangan coanpang, tetapi dengan berbuat begini, aku ada kandung pikiran lain. Lembah ini aku hendak pakai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk sementara waktu saja Dengan tetap pakai Gocumui, aku kuatir nanti muncul lain-lain keruwetan yang tidak ada hubungannya dengan kita orang. Di sini hanya kita orang berdua pihak saja yang berurusan, di sini aku harap didapat keputusan! Kangsan-pang musnah atau hidup terus! Di sini aku belum bersiap sempurna, itulah sebabnya aku belum sempat kembali atau kirim wakil ke

Gocu-mui untuk papak dan sambut kau orang ibu dan anak. Tidak, nyonya, aku tidak sembunyi! Coba aku telah selesai dengan persiapanku, bukan kau tetapi aku yang akan cari padamu, karena aku juga tidak mau ijinkan kau lolos dari tanganku! Sekarang, Yan toanio, kalau kau hendak bikin perhitungan dengan aku, silakan! Silakan kau orang, ibu dan anak turun tangan, supaya tidak ada lain orang nanti gerecoki kita!" Dengan ucapannya yang terakhir itu, Pian Siu Hoo menyindir dua musuhnya yang lain. "Hm, Pian Siu Hoo. k.au pandai sekali membantah!" Yan Toa Nio menegur. "Sekarang memang ada temponya untuk kita orang hidup atau binasa, maka silakan kita orang pergi ke luar!" Itu ada permintaan atau tantangan yang Pian Siu Hoo harap-harap, maka ia lantas berbangkit. Tapi Hoa Ban Hie justru mau satrukan ia dan tidak berikan ia berlalu dengan begitu saja. "Tunggu dahulu, Pian pangcu!" berkata tetua dari Bancie sanchung. "Urusan kau dengan keluarga Yan ibu dan anak baik ditunda sebentar! Bukankah urusan kita orang telah tertunda bertahun-tahun? Maka kenapa kau orang mesti repoti itu di saat ini juga? Kau mesti terlebih dahulu usir aku si pengemis tua bangka, barulah kau urus urusan kau orang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hoa Ban Hie, kau benar-benar terlalu menghina!" Pian Siu Hoo membentak. "Apakah sikapmu ini disebabkan kau pandang terlalu hina padaku si orang she Pian? Apakah kau sangka aku tidak berani tandingi kau? Baik, Hoa Ban Hie, mari kita orang bicara di luar!" Ketika itu Tin-sankang Siauw Cee Coan berbangkit, ia memberi hormat pada Hoa Ban Hie dan Pian Siu Hoo. "Jiewie loo-suhu," ia berkata, "aku numpang tanya, di antara kau orang dulu-dulu sebenarnya ada permusuhan bagaimana besar hingga sekarang urusan itu tidak bisa dibereskan kecuali dengan gunakan tenaga? Kau orang sama-sama hidup di kalangan kangouw, sama-sama mempunyai kaum sendiri, janganlah karena urusan salah mengerti yang kecil, kedua pihak jadi mesti celaka dan musnah! Tak menahan sabar bukanlah perbuatan dari kau orang yang sama-sama telah berusia lanjut! Aku si orang she Siauw datang di medan pertemuan ini mengandung satu harapan, ialah biarlah kedua pihak

berlaku tenang dan dalam ketenangan menyelesaikan urusan secara damai. Kenapa mesti adu jiwa?.... Hoa loosuhu," Siauw Cee Coan melanjuti pada ketua dari Kiongkeepang, "terhadap Pian loo-suhu, aku minta kau sudi mengalah sedikit. Pian loo-suhu kembali dari Englokkang, karena urusan permusuhannya yang lama, yang mesti diperhitungkan, dan karena itu, ia sampai pindahkan pusatnya ke Haytong-kok ini. Seperti ia sudah bilang, ia mau pakai lembah ini untuk sementara waktu, selama ia hendak bereskan perhitungan lamanya, maka itu, aku harap sudilah kau maklum padanya. Mengenai perbuatan In loo-suhu, yang telah masuk ke Bancie sanchung dan telah langgar aturan dari Kiongkee-pang, itu disebabkan melulu karena ia tidak paham terhadap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

aturan dari berbagai-bagai kaum, jadi ia lakukan itu tak dengan sengaja. Maka kalau loo-suhu desak ia keterlaluan, itu adalah tak selayaknya. Ringkasnya aku Siauw Cee Coan inginkan kedua pihak bereskan urusan secara damai! Atas nama persahabatan Rimba Persilatan, aku suka wakilkan In loo-suhu pergi ke Bancie sanchung untuk perbaiki kedudukan pelita suci dari Kiong-keepang. Biarlah salah mengerti disingkirkan dan itu dirubah menjadi persahabatan! Tidakkah ini ada terlebih baik daripada permusuhan diperhebat? Bagaimana, Hoa loosuhu, maukah kau pandang pada mukanya si orang she Siauw ini?" Hoa Ban Hie tahu Tin-sankang ada seorang jujur, sekarang terbukti pula dengan sikapnya ini yang malang di tengah. Ini ada sifat dari Siauw Cee Coan, yang di Kanglam semua orang menghargakan. "Siauw loo-suhu, aku Kiong-sin berterima kasih untuk kebaikanmu ini," ia berkata sambil balas hormatnya kenalan itu. "Loo-suhu, jikalau aku berkokoh dengan anggapanku, orang niscaya akan katakan aku tidak kenal persahabatan, maka itu, dengan memandang pada kau, aku suka terima baik usulmu. Sekarang aku minta Pian pangcu datang sendiri ke Bancie sanchung untuk kembalikan pelita suci kita pada tempatnya, setelah itu, aku tidak akan usil-usil lagi soal ia mendirikan pusatnya di Haytong-kok ini. Tapi, andaikata Pian pangcu tidak bersedia akan perbaiki kesalahan itu, harap Siauw loosuhu tidak katakan bahwa aku tidak hargakan padamu!" Tapi, mendengar itu, Pian Siu Hoo tertawa dingin.

"Siauw loo-suhu, terima kasih untuk kebaikanmu," ia berkata. "Dalam halnya urusan malam ini, aku minta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sahabat-sahabat baik jangan kecilkan hati lagi! Aku Pian Siu Hoo bukan bocah umur tiga tahun, aku telah bisa melihat dengan terang dan jelas! Nyata sekali orang mau bikin supaya aku tidak mampu angkat kepalaku di daerah Hucun-kang! Untuk pergi ke Bancie sanchung buat perbaiki kedudukannya pelita suci, adalah soal gampang, tetapi aku ingin itu dilakukan nanti, setelah di sini ada keputusan, siapa kuat dan siapa lemah! Sampai waktu itu, jangan kata aku si orang she Pian disuruh pergi ke Bancie sanchung untuk haturkan maaf, sekalipun aku dipaksa akan berlutut setiap satu tindak, aku tidak nanti berani tidak lakukan itu! Sekarang, Siauw loo-suhu, aku minta supaya semua orang sudi jadi juru pemisah yang adil, akan saksikan keputusan kita orang!" Setelah berkata demikian, Pian Siu Hoo lantas unjuk hormatnya pada si pengemis tua. "Hoa loo-suhu, silakan kita orang pergi ke luar!" ia berkata. Ia terima tantangan dengan menantang jugaBegitulah semua orang berbangkit menuju ke luar. Di luar, di depan rumah batu, sudah teratur dua baris tempat duduk, di kiri dan kanan. Itu adalah dua bangku panjang terbikin dari bamboo, dengan di tengah-tengah ada sebuah meja kecil. Letaknya ada timur dan barat, berdampingan dengan tembok bukit. Di empat penjuru, di atas pohon-pohon haytong ada digantungkan banyak lentera merah. Di kedua baris tempat duduk ada orang-orang dari Haytong-kok dengan obor di tangan mereka, hingga tanah lapang menjadi terang seumpama siang hari.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Begitu lekas semua pihak sudah duduk, Pian Siu Hoo lantas berbangkit. Pada mukanya tertampak hawa amarahnya yang sedang meluap, terutama kegusarannya terhadap Hoa Ban Hie, yang ia anggap sangat menghina padanya. Ia angkat kedua tangannya ke jurusan pihak lawan. "Anggap saja bahwa aku si orang she Pian, dalam hidupnya di kalangan kangouw sudah bertindak tak selayaknya,, hingga ia telah tanam banyak permusuhan, sebagaimana pada malam ini di Haytong-kok telah datang tiga musuh yang menagih hutang padaku. Ini ada kejadian yang cocok dengan perkataan: 'Hutang jiwa

bayar jiwa, hutang uang, bayar uang'. Sekarang aku mau tahu, pihak mana yang ingin aku bayar hutangnya terlebih dahulu?...." Yan Toa Nio dan Leng In sudah lantas mendahului berbangkit. "Pian pangcu, lebih baik kau bikin perhitungan terlebih dahulu dengan aku!" berkata nyonya itu. "Aku tidak ingin yang kau main ayal-ayalan lagi!" "Hm!" Tiathong-liong si Naga Besi memperdengarkan suaranya. "Sebabnya aku kembali ke Hucun-kang memang pertama adalah untuk menunggui kau orang ibu dan anak, sekalian supaya urusan di Hucun-kang diselesaikan di Hu-cun-kang juga!" "Yan toanio," Tan Ceng Po me-nyelak, "aku minta kau berdua ibu dan anak suka menunggu sebentar. Dalam segala hal orang ada yang datang dahulu dan belakangan. Begitulah, urusan Giokliong-giam Hie-cun dengan Pian pangcu telah terjadi lebih dahulu, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

harap kau sabar dan sampai urusan kita sudah selesai, barulah kau perhitungkan urusanmu!" Ketika Pian Siu Hoo sendiri hanya mengawasi dengan senyum ewah, Lioktee Sinmo Khu Liong Gan telah memperdengarkan suara tertawanya yang dingin. Ia tetap duduk di tempatnya dan tidak berbangkit, hanya mengawasi Tonglouw Hiejin. "Tan loo-suhu, janganlah kau pandang empat penjuru lautan kosong melongpong!" ia berkata, "janganlah kau anggap di depan matamu tak ada lain orang! Si orang she Pian masih belum sampai pada jalan buntunya, di sampingnya masih ada sejumlah sahabat karibnya, hingga kau juga tidak pandang mata pada lain orang. Urusan di Giokliong-giam adalah urusan Englok-kang Coanpang dengan kau dari pihak Kiushe Hiekee, aku dengar ketua dari Englok-pang telah roboh di tanganmu, karena itu, urusan sebenarnya sudah habis! Si orang she Pian benar campur urusan di Giokliong-giam Hiecun, tetapi waktu itu ia berada dalam kedudukan sebagai sahabat yang membantu sahabat, untuk persahabatan di kalangan kangouw kita, maka sekarang, Tan loosu, kalau kau timpakan tanggung jawab kepada si orang she Pian, nyata perbuatanmu yang keterlaluan!" "Hm, Khu loo-suhu!" berkata Tan Ceng Po yang menjadi tidak senang. "Kau anggap hal itu tidak adil,

tetapi kalau menurut pendapatmu, bagaimana?" "Menurut aku, urusan sebenarnya gampang diatur," sahut si Iblis Bumi. "Di Haytong-kok ini, baiklah semua urusan kau orang dikesampingkan terlebih dahulu! Di sini sekarang ada berkumpul orang-orang pandai dari Rimba Persilatan dari selatan dan utara Sungai Besar, ini ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ketika baik yang,sukar untuk didapati, maka itu, kenapa ketika yang sebaik ini kita tak mau gunakan? Kenapa sekarang kita orang tak mau bikin pertemuan persilatan? Kita kesampingkan urusan kau orang, lantas kita orang pertunjukkan sedikit dari kepandaian masing-masing, batasnya adalah kemenangan dan kekalahan! Umpama si orang she Pian roboh, dalam hal urusannya dengan keluarga Yan, aku tak mau campur tahu! Usul lainnya aku tak mau tahu, bagaimana kau pikir sekarang?" Sebelum Tan Ceng Po berikan jawabannya, Itcie Sinkang In Yu Liang sudah campur bicara, terhadap Hoa Ban Hie. "Hoa chungcu, usulmu adalah tak pantas!" demikian katanya. "Satu laki-laki mesti bicara secara terhormat dengan kepercayaan! Di mana baru-baru ini telah diputuskan, pemecahan adalah pertemuan persilatan, aku tak akan sangkal itu! Hoa chungcu, aku In Yu Liang telah siap untuk menerima pelajaran!" Hoa Ban Hie bersenyum tawar terhadap sikap jumawa itu. "Sahabat baik, aku pun sudah siap!" ia menjawab. "Memang tidak ada lain jalan untuk selesaikan perbuatanmu di Bancie sanchung!" "Mendengar suaramu, nyatalah kau anggap aku si orang she In bukannya tandinganmu, Hoa chungcu," berkata pula In Yu Liang "Nyatalah kau sangat takabur!" Tiba-tiba, dari sampingnya Hoa Ban Hie, loncat maju satu orang", yang terus hadapkan Itcie Sinkin| in Yu Liang si Jeriji Liehay.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"In Yu Liang, kau benar tahu diri!" kata ia, "apa yang kau bilang, sedikit pun tidak salah, kau memang bukan tandingan dari Hoa chungcu! Aku yang akan layani kau!" In Yu Liang pandang orang yang baru muncul itu, satu pengemis muda. Ia tahu betul, orang itu mesti ada muridnya Hoa Ban Hie. Maka ia maju beberapa tindak, seraya menuding. "Anak muda, cara bagaimana kau berani pandang

sangat enteng padaku?" ia menegur. "Lekas beritahukan namamu!" "Aku ada Chong Gim Ciu, murid dari Hoa chungcu, atau leluhur mudamu yang pegang pimpinan atas Kiongkee-pang Sankang!" Pemuda itu tutup mulutnya sambil barengi maju menyerang sedikit juga ia tidak mau berlaku sungkansungkan lagi pada si Jeriji Liehay, hingga In Yu Liang jadi sangat gusar. Atas serangan musuh, In Yu Liang egos kepalanya ke kiri, berbareng dengan itu, tangan kanannya dilonjorkan pada lengan musuh, tetapi Chong Gim Ciu sudah lekas tarik pulang lengannya itu, akan dengan tangan kiri, ia barengi menyerang pula, dengan Hokhouw tosim atau "Macan hitam menyambar hati", ia menjuju dada. In Yu Liang tidak dapat totok lengan kanan musuh, sebaliknya tangan kiri musuh itu menyambar pula, ia lekas egos sedikit tubuhnya ke kiri, tangan kanannya diteruskan, dari kanan menekan tangan kiri musuh. Serangan ini ada hebat. Atas gerakan musuh yang sebat, Chong Gim Ciu lantas tarik pulang tangannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Itcie Sinkang In Yu Liang ada seorang kenamaan, pengalamannya ada banyak, maka dalam tempo yang pendek, ia sudah ketahui yang pengemis muda itu telah gunakan ilmu silat Bie-ciong-kun atau "Kepelan Menyesatkan." Itu ada ilmu yang utamakan kegesitan kaki tangan dan tubuh. Maka untuk melayaninya, ia gunakan Ngoheng Lianhoan-kun. Pertempuran sudah lantas berjalan dengan seru, karena kedua pihak sama-sama tidak mau mengalah, sebab dua-duanya justru ada sangat liehay. Setelah melalui sepuluh jurus, In Yu Liang berlaku semakin hati-hati. Ia dapat kenyataan, dalam sengitnya, lawannya sudah berlaku telengas, sedikit pun dia itu tidak mengenal kasihan. Kapan sudah sampai ke jurus yang kelimabelas, dalam penasarannya yang sangat, In Yu Liang merasa sibuk juga Ia, satu jago tua, tidak mampu rubuhkan dengan cepat satu anak muda. Buat ia, jangan kata kalah, tidak bisa kalahkan saja pemuda itu, sudah menurunkan pamor. Maka ia lantas gunakan Jie-pay-lian, atau "Runtunan huruf melintang," untuk tutup tangan kanan

dari lawannya. Dengan sebelah kaki menginjak tanah, dari kiri, Chong Gim Ciu putar tubuhnya ke kanan, sambil mutar, tubuh itu ia bikin kate, tapi sambil mutar juga, mendadakan ia bangun berdiri sambil kedua tangannya dimajukan dalam tipu silat Pek-wan hianko atau "Lutung putih persembahkan buah." Dua-dua tangan itu menyerang berbareng pada pundak kiri dari In Yu Liang. Gerakan itu semua ada sebat luar biasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

In Yu Liang geser kaki kanannya ke belakang, tubuhnya ikut mutar, berbareng dengan itu, pundaknya yang kiri turut berkelit, sebab kaki kirinya lantas turut bergerak, akan imbangi kaki kanan, selagi ia terlolos dari itu serangan hebat, di lain pihak sekarang dengan kaki kanan berada di depan ia bisa barengi membalas menyerang iga kanan orang. Ia telah gunakan Honghong tantian-cie atau "Burung hong pentang sebelah sayap". Ketika itu, iga kanan lawan jadi kosong. In Yu Liang telah gunakan antero tenaganya yang dikumpul di jari tangan, sedang keistimewaannya adalah jari tangannya yang liehay maka kalau iga terkena tangannya itu, urat-urat bisa putus, tulang-tulang bisa patah. Chong Gim Ciu bisa lihat maksud musuh, cepat luar biasa, kedua tangannya ia tekan turun ke bawah selaku menindih, dan kaki kirinya ia geser, untuk jauhkan tubuhnya. Gerakan tangannya itu adalah buat barengi menghajar tangan kanan musuh yang mengarah iganya. Ternyata In Yu Liang telah geraki serangannya dengan melihat selatan. Kapan ia dapatkan pihak lawan siap-siap akan balas menyerang, buru-buru ia pindahkan kaki kirinya ke kiri, tubuhnya mengikut, sedang tangan kanannya, ia juga tarik pulang. Tetapi di lain pihak, selagi lakukan gerakannya itu semua, ia pun membarengi menyerang pula sekarang dengan tangan kirinya, tujuannya tetap ada iga kanan dari musuh. Oleh karena ia gusar sekali, semua serangannya telah dilakukan dengan tenaga sepenuhnya. Diserang demikian rupa, walaupun ia sangat gesit, Chong Gim Ciu sudah tidak berdaya akan menangkis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

atau membatalkan serangan itu, sebagaimana ia mampu berbuat terhadap serangan yang pertama Bagus buat ia, ia bisa lihat gerakan musuh. Karena sudah tidak ada

jalan lagi, terpaksa ia ambil jalan yang penghabisan, guna selamatkan iganya itu. Ia menjejak dengan kaki kanan, tubuhnya ikut naik dan mencelat ke belakang. Ia gunai Kimlee coanpo atau "Ikan gabus terjang ombak." Karena gerakan dilakukan secara kesusu, ia tidak mampu imbangi diri sebagaimana mestinya, ketika kakinya menginjak tanah di sebelah kiri ia, ia tidak bisa pertahankan tubuhnya, yang jadi bergoyang-goyang. Adalah dengan susah payah, baru ia bisa berdiri tegak. Tentu saja, untuk orang-orang terhormat, itu ada tanda dari kekalahan. In Yu Liang telah dapatkan kemenangan, ia tidak merangsek, akan hajar lebih jauh pada lawan, yang kalah gesit itu, tetapi karena tadi ia sangat mendongkol, kemenangan ini bikin ia lupa adat sopan santun. Ia telah tertawa terbahak-bahak sambil berkata, "Begini saja kepandaiannya leluhur muda yang pegang pimpinan di Sankang! Baiklah kau pergi berlatih pula!" Kejumawaan itu tidak pada tempatnya bagi seorang kenamaan sebagai ia, ejekan ini bikin Chong Gim Ciu sangat malu, muka siapa telah menjadi merah padam. Adalah di saat itu, dari belakangnya Hoa Ban Hie, ada mencelat satu orang, yang maju ke tengah medan pertempuran. Karena letaknya mereka itu, ia ini justru sampai di belakangnya Itcie Sinkang. Ia ternyata tidak mau pakai aturan, begitu sampai terus saja ia menyerang sambil membentak, "Kau tertawakan apa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

In Yu Liang terperanjat, karena berbareng dengan suara itu, meski serangan belum sampai, angin toh sudah mendahului, maka terpaksa ia loncat ke samping kiri, jauhnya satu tombak lebih, setelah mana, ia putar tubuhnya akan melihat siapa yang sudah bokong padanya. Penyerang tak memakai aturan itu ada satu pengemis berumur kira-kira enampuluh tahun, mukanya panjang dan romannya sangat jelek. Sementara itu, atas tanda dari si pengemis tua, Chong Gim Ciu sudah undurkan diri sambil tunduki kepala. "Sahabat, kenapa kau tidak pakai aturan kangouw?" Itcie Sinkang tegur si pengemis tua. "Kita orang di sini lakukan pertempuran secara persahabatan, tetapi kau telah bokong aku! Kau siapa?" Pengemis itu tertawa dengan mengejek, matanya

dilototi, satu tanda bahwa ia membalas teguran itu dengan penghinaan. "Orang she In, kau anggap aku tidak pakai aturan kangouw," ia menjawab, "tetapi sayang adalah kau! Sebagai orang ternama, kenapa terhadap satu anak muda kau berlaku sangat takabur? Dalam pertempuran, kepandaian tinggi dan rendah akan menetapi kemenangan atau kekalahan, maka apakah artinya jika satu anak muda dari Bancie sanchung roboh di tangannya seorang tua yang namanya telah tersohor? Kenapa kau justru menghina keterlaluan terhadap satu anak muda? Orang she ln, kau adalah satu eng-hiong yang matanya tertutup, kalau leluhur muda tidak bisa lawan kau, si leluhur tua akan gempur padamu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

--ooo0dw0ooo-XIII Napsu amarahnya Itcie Sinkang jadi berkobar-kobar. "Pengemis tua bangka, kau berani mencaci aku?" ia berseru. "Kau mesti ketahui, si orang she In tak boleh dibuat permainan! Lekaslah kau perkenalkan dirimu, supaya aku bisa ajar adat padamu!" Pengemis tua itu menjawab dengan tertawa dingin. "Kau tanya she dan namanya leluhur tuamu?" ia baliki. "Aku sebenarnya ada saru kepala kecil di dalam rombongan pengemis, tetapi sebagai leluhur tuamu, aku bernama Ang Tiu!" In Yu Liang tidak sanggup kendalikan diri lagi, karena ia merasa terlalu dihinakan. Dengan gerakan Goyang poksit atau "Kambing kelaparan menubruk makanan" ia lompat menerjang dengan kedua tangannya yang terbuka ke arah dadanya si pengemis tua. Ang Tiu mendek sambil berkelit ke kiri, di sini ia berdiri serta gerakkan kedua tangannya dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, guna "bacok" lengan kanannya In Yu Liang. Lekas-lekas In Yu Liang tarik pulang kedua tangannya yang sudah tidak mengenai sasarannya, sambil bergerak demikian, rubuhnya sendiri ia egosi ke kiri, tetapi untuk meny e-rang pula, dengan luar biasa cepat, tangan kanannya dipakai "memotong" tangan lawan sebatas lengan atas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

AngTiu tarik pulang tangannya dengan cepat, tubuhnya terus berputar, dengan kaki kiri mendek

sedikit, kaki kanannya segera menyapu tangan musuh yang sedang menyerang padanya. Gerakannya cepat luar biasa. In Yu Liang lihat serangan yang berbahaya itu, ia selamatkan dirinya dengan meloncat sampai satu tombak lebih tingginya. Demikian mereka bertempur dengan cepat dan seru, masing-masing menggunakan serangan atau terjangannya yang liehay. In Yu Liang lihat lawannya tangguh, maka ia memikir akan gunakan antero kepandaiannya untuk merobohkan dan merebut kemenangan, kalau tidak, ia harus mandah kena dijatuhkan. Serangan Ang Tiu tadi adalah dengan tangan kiri, dan In Yu Liang dengan tangan kanan. In Yu Liang tarik pulang tangannya untuk lekas dibaliki, buat diteruskan menotok pundak kiri orang. Tangannya bergerak dari bawah ke samping, dari samping naik ke atas, lantas turun pula ke bawah. Kembali ia gunakan dua jarinya. Itu adalah jari yang telah dilatih tiga atau empat puluh tahun, yang bisa punahkan ilmu kedot Tiat-pouwsan atau "Baju kain besi". Ini kali, karena gesitnya gerakan, pundaknya Ang Tiu telah kena ditotok, meski juga si pengemis tua itu telah lekas-lekas mendek sedikit. Di luar dugaannya Itcie Sinkang In Yu Liang, totokan itu yang bisa putuskan urat atau bikin mandek jalannya darah, telah mengenai pundak yang empuk laksana kapas. Pundak itu, dagingnya seperti juga tak mempunyai sifat keras atau perlawanan. Bahna kaget, ia berniat lekas-lekas tarik pulang tangannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nyatalah Ang Tiu sudah gunakan Sia-kut-hoat, ilmu membikin tulang "terlepas". Ilmu ini lemas seperti kapas dan keras laksana baja. In Yu Liang dilayani justru dengan kelemasan yang segera disusul dengan kekerasan. Dan si pengemis tua sengaja gunakan tipu atau ilmu ini akan jebak lawan yang tangguh itu. Agar dapat terlolos dari bahaya, In Yu Liang segera tarik pulang tangannya, yang telah digunakan dengan tenaga sepenuhnya, hingga kaki depannya turut maju dan kaki belakangnya turut cenderung ke depan. Di lain pihak, ia telah hadapkan Ang Tiu, yang telah tukar kelemasan dengan kekerasan dan unjuk kecepatan istimewa Ketika pundak kirinya telah menjadi keras laksana

baja, dengan tangan kanannya, Ang Tiu barengi menyerang tangan kanan musuh yang telah menotok padanya Ia pun telah gunakan tenaga penuh, karena ia tahu bahwa ia sedang berhadapan dengan musuh liehay. Hanya kalah cepat sedikit atau tangan kanannya Itcie Sinkang kena tersampok begitu keras, sampai rubuhnya turut tergerak terpelanting, hingga untuk cegah ia roboh terguling, In Yu Liang harus mundur dua tiga tindak dengan sempoyongan. Dasar liehay ia bisa cegah tubuhnya jatuh atau tangannya terluka Tapi dari sini sudah lantas ternyata bahwa ia telah nampak kekalahan. Dalam keadaan biasa, In Yu Liang bisa berlaku sebagai seorang terhormat, yang mukanya tipis, bersedia akan akui kekalahannya ini, tetapi ini kali keadaan ada lain. Sejak adu bicara baru-baru ini, ia sudah ambil putusan akan melakukan pertandingan untuk kemenangan atau binasa di selat Haytong-kok. Karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kiongsin Hoa Ban Hie tidak inginkan lain, ialah ia harus menyerah atau perbaiki kedudukan pelita suci orang. Dan untuk berbuat begini, ia merasa malu. Maka itu, ia lalu tebalkan mukanya Dengan muka merah, yang ia tidak bisa cegah, ln Yu Liang hadapkan Ang Tiu dengan kedua tangan terangkat naik, selaku tanda mengunjuk hormat. "Sahabat baik, kau benar-benar liehay," ia kata. "Dari sini jadi terbukti bahwa benar-benar murid-murid dari Hoa chungcu bukan murid-murid yang orang melulu sohorkan, tetapi benar berisi. Meski begitu, sahabat, aku hendak majukan satu usul, dan apakah kau bersedia akan mengiringi?" Ang Tiu senantiasa bersiap, ia kuatir musuh berlaku curang. Sekarang ia dapat kenyataan, lawan itu bukan main curang hanya hendak unjuk kenekatan. Atau lebih tegas, musuh ini mau adu jiwa. Maka itu, ia lantas kasih dengar suara di hidung. "Sahabat baik, ada usul apa pun, kau boleh kemukakan, aku selalu sedia akan menerima baik, malah kau boleh anggap aku sudah setujui!" ia berkata, dengan sikap mengejek. "Aku memang sudah ketahui, kalau secara begini saja pertandingan dihabiskan, kau niscaya tak merasa puas dan tak tahu bagaimana harus mengundurkan diri! Menghormati orang mesti menghormati sampai di akhirnya, apapula kita kaum

Kiongkee-pang terhadap kau, satu busu yang kenamaan di kalangan kangouw! Nah, sahabat baik, persilakan!" "Orang she Ang, tutup mulut kau!" mendadakan In Yu Liang membentak, la gusar bukan main atas penghinaan itu, hingga ia tak mampu kendalikan diri lagi. "Kau harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ketahui, kita orang di kalangan kangouw, batang lehernya boleh putus, kehormatannya tak boleh diperhina! Jangan kau omong lebih banyak lagi, karena aku si orang she In juga mempunyai mulut! Di dalam pertandingan, kekalahan atau kemenangan tidak berarti banyak, dari itu jangan kau anggap bahwa kepandaian kau boleh dibuat menjagoi! Aku telah lama dengar yang kau orang kaum Kiongkee-pang mempunyai pusaka kepandaian leluhurmu yang dinamai toya Susat Coatsupang, yang dalam Rimba Persilatan ada istimewa, maka itu, sebagai orang Kiongkee-pang, apa kau suka pertunjuki itu di depannya si orang she In ini, agar aku bisa mendapat pelajaran, supaya di akhirnya aku bisa merasa puas dan ikhlas?" Ang Tiu tertawa terbahak-bahak. "In Yu Liang, tak kecewa yang kau menjadi orang kenamaan dari Rimba Persilatan!" ia kata dengan nyaring. "Pengetahuan kau ada banyak sekali! Hanya ini kali, dalam halnya kepandaian pusaka itu, kau ada sedikit keliru. Pusaka kepandaian itu cuma dipunyai oleh orang yang menjadi loo-couwcong kita, ialah ketua pusat kita, dan aku si orang she Ang, tak berhak akan gunai itu! Sahabat, kalau kau memangnya berniat gunakan senjata, aku sudah siapkan itu, maka silakan kau siapkan senjatamu, supaya kita orang boleh main-main! Aku harap supaya ini kali kau insyaf dan tak penasaran lagi!" Si pengemis tua ini ucapannya selamanya tajam dan menusuk. "Aku si orang she In bolehlah dibilang bernasib malang, karena apa-mau, di sini aku telah berhadapan sama seorang seperti kau dan gurumu!" ia bilang. "Aku tidak ingin damprat kau, sahabat baik, karena dampratan berarti mencemarkan kehormatanku! Sekarang aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hanya hendak terangkan, ini hari kita orang mesti ambil putusan di antara mati dan hidup! Nah, sahabat, siapkanlah senjatamu!" Sehabisnya kata begitu, In Yu Liang bikin gerakan memutar tubuh dan berloncat ke belakang, sampai lima atau enam kaki jauhnya, kemudian sambil menggape

terhadap Pian Siu Hoo, ia teruskan berkata, "Tuan, tolong kau ambilkan pedangku!" Dengan hanya menoleh, Pian Siu Hoo telah bikin satu chungteng muncul dengan sebatang pedang, yang terus diantarkan dan diserahkan pada In Yu Liang, siapa sudah lantas hunus itu, akan terus hampirkan Ang Tiu. "Orang she Ang, kau hendak tunggu apa lagi?" ia menegur, dengan takabur. Si pengemis tua sudah lantas mundur, empat atau lima kaki jauhnya. "Sahabat baik, silakan kau gunakan pedangmu!" ia menantang. Sambil berbuat demikian, ia geraki kedua tangannya ke jurusan pinggangnya, maka sebentar saja, ia telah tarik keluar serupa senjata, senjata mana dengan tangan kanan ia majukan ke depan dan tangan kirinya menindih tangan kanan itu. Ini ada suatu cara atau sikap penghormatan. Diam-diam In Yu Liang kaget apabila ia sudah lihat nyata senjatanya pihak lawan itu, karena ia segera merasa bahwa jangan-jangan ia sukar bisa menyingkir hidup-hidup dari ujungnya senjata lawan itu. Sebab senjata itu ada tombak pendek Lianhoan Coa-kut-chio, tombak si "Tulang Ular". Itu ada semacam alat yang paling sukar untuk dilayani, yang ada sebangsa ruyung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ku-louw-pian dan tombak Liancu-chio. Ia, mesti tunjuk kenekatan kalau ia ingin menyingkir dari bahaya.... Lantas In Yu Liang pasang kuda-kudanya, ia tidak mau banyak omong lagi, karena ia sudah merasai bagaimana lidahnya si pengemis tua ada sangat berbisa, sesuatu ucapannya melulu membangkitkan kemen-dongkolan atau hawa amarahnya, sedang ia tahu, dengan berhati panas, ia tak akan bisa berkelahi dengan betul. Ia telah kasih lihat sifat atau wujud dari Patkwa Kie-bun-kiam. Ia lompat maju dengan satu tusukan pada mukanya si pengemis tua, tipu silat yang ia gunakan ada "Dewi menenun." "Sungguh liehay!" Ang Tiu berseru apabila ia lihat serangan itu. Di lain pihak, dengan tombaknya datang dari bawah, dengan kaki kanannya maju ke samping kanan, dengan tipu Gioktay wieyauw atau "Angkin kumala melibat pinggang", ia balas serang iga kanan orang. Melihat serangannya gagal dan senjata musuh

menyambar, In Yu Liang putar tubuhnya ke kiri, sebab ia terputar terus waktu ia berbalik pula menghadapi lawan, pedangnya diteruskan dipakai membabat tombak pendek yang mengarah iganya. Begitu lekas dapat kenyataan serangannya tak membawa hasil, begitu lekas juga Ang Tiu telah tarik pulang tombaknya, saking kagetnya tarikannya, gelang kuningan yang mengalungi tombak itu, telah menerbitkan suara nyaring. In Yu Liang tidak mau mengerti, ia maju lagi, menusuk muka orang. Ia merangsek dengan luar biasa senatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sekarang Ang Tiu pegang tombaknya dengan dua-dua tangannya dengan geser kaki kiri, ia mundur sedikit, akan bikin ujung senjata musuh tidak mengenai mukanya, tetapi berbareng dengan itu, ia gunai tombaknya, akan bentur pedang orang. Satu bentrokan tak dapat dicegah lagi, suara nyaring segera terdengar, lelatu api muncrat ke empat penjuru, ke atas dan ke bawah. Setelah itu, kedua pihak lantas periksa masing-masing senjatanya, akan lihat rusak, atau tidak. Tetapi si pengemis tua berlaku cepat luar biasa, begitu dapatkan tombaknya selamat, senjata itu dipakai kemplang kepala orang. Itcie Sinkang mesti berlaku awas dan gesit. Lagi sekali ia menangkis, akan tolong dirinya, hingga lagi sekali, kedua senjata beradu dan meletik lelatu api seperti yanhwee di antara suaranya yang keras dan nyaring. Dan sekarang In Yu Liang, yang perlihatkan kepandaiannya, karena dengan satu rangsekan, ia terus menikam iga kanan orang. "Bagus!" berseru Ang Tiu, yang iganya dicari ujung pedang. Ia loncat ke kiri, agar iganya terlolos dari bahaya, sembari loncat, tombaknya dari atas dibarengi turun ke bawah akan hajar lengan kanan orang yang memegang pedang itu. Karena ia tidak loncat, mereka tetap ada berdekatan satu pada lain. Lekas luar biasa, In Yu Liang berkelit seraya tarik pulang pedangnya, tetapi karena tombaknya Ang Tiu pun tidak kurang gesitnya, sekarang adalah ujung pedang yang kena kebentrok ujung tombak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Si Jeriji Liehay benar lihay agar ujung pedangnya tidak terganggu. Ia lekas-lekas bertindak ke kanan seraya tarik

nyimpang pedangnya, hingga sekarang, dengan mendek sedikit, ia bisa geraki tangannya, terus membabat ke bawah, pada kedua kaki musuh. Ia telah gunakan tipu "Angin taufan meniup daun rontok." Bahaya itu ada hebat, untuk selamatkan diri, Ang Tiu menjejak tanah, loncat mencelat sampai tingginya setombak lebih, lalu sembari turun, ia gunakan tombaknya akan balas menyerang musuh. Ia mempunyai ketika yang bagus untuk serangannya ini, dan telah gunakan tipu pukulan Tianghong koanjit atau "Bianglala melintangkan langit." Sekarang ini adalah In Yu Liang yang terancam bahaya, bukan saja karena mereka berada dekat satu pada lain, ia pun lagi mendek dan pedangnya baru saja menyambar tempat kosong. Terpaksa ia kelit seraya menangkis senjata musuh. Buat kesekian kalinya, kedua senjata telah beradu. Coa-kut-chio telah kena terbacok tengah-tengahnya, tetapi waktu dipakai menindih terus, senjata ini merosot turun ke jurusan gagang pedang, menyambar pada runce pedang, hingga runce itu melibat. "Lepaskan tanganmu!" berseru si pengemis tua, yang tarik tombaknya dengan keras seraya ia bertindak ke kanan, guna kumpul tenaganya. In Yu Liang terperanjat, untuk bisa loloskan libatan itu, ia lonjorkan tangannya, dengan begitu tarikan musuh jadi tidak terlalu keras. Tetapi Ang Tiu pun liehay, ia bisa menduga siasat musuh, maka ia pun tidak mau dipedayakan. Ia menggeser ke kanan, ia mendahului
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melepaskan kedua senjata, dengan begitu, ia bisa mendahului akan menerjang lagi, ke jurusan batang leher. Lekas-lekas In Yu Liang mendek, hingga ujung tombak tidak mengenai sasarannya. Sesudah ini, ia mundur setindak, ke samping kanan, lebih banyak ke belakang, kemudian sambil angkat tubuhnya, ia menyambar pula kaki kanan orang, untuk bikin musuh berkaki sebelah! Melihat itu serangan, Ang Tiu lekas-lekas angkat kaki kanannya, yang ia bawa mutar ke kiri, dari sini, tangannya turut mutar juga, dan bersama tangan, tombak istimewanya, yang menjuju kepala lawan. Dan kapan In Yu Liang bisa menyingkir dari tombak itu dengan berkelit, si pengemis tua tarik pulang tombaknya

sekalian dipakai menyambar pinggang. Melulu dengan loncat ke kanan, enam atau tuju kaki jauhnya, In Yu Liang bisa menyingkir dari serangan itu beruntun dua kali, kempolannya kebentur sedikit tetapi tidak sampai terluka. Tetapi Ang Tiu tidak mau berhenti dengan begitu saja, dengan kegesitannya, ia lagi-lagi mendahului menyerang terus. Ini ada runtunan yang ketiga. Bukan main repotnya Itcie Sin-kang, ia ibuk dan mendongkol dengan berbareng. Ia mau berlaku nekat, siapa tahu, ia kalah desak. Ia pun bingung, karena ia tahu, sekarang ia tak punya kesempatan akan berkelit. Tapi untuk tolong diri, ia paksa tancapkan pedangnya ke tanah, dengan kedua kakinya ia angkat, akan lompat ke kiri. Hanya, karena ia bikin tangkisan atau jagaan secara demikian, ia tidak bisa cegah yang tombak musuh kembali mengenai pedangnya, yang kena ke-bangkol.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Mau atau tidak, In Yu Liang terpaksa putar tubuhnya akan hadapi lawannya "Pengemis tua, Coa-kut-chio-mu benar-benar liehay," ia akui, "aku ln Yu Liang menyerah kalah, hanya urusan dari Bancie sanchung...." Ia belum mengucap habis, ketika Pian Siu Hoo dengan mencelatkan diri telah loncat, akan cabut pedang yang masih menancap di tanah, seraya berkata, "In loosu, menang atau kalah dalam pertempuran, ada perkara biasa! Sekarang jangan kau banyak bicara dahulu! Pertempuran di Haytong-kok ini belum sampai di akhirnya, semua-semua ada jadi tanggung jawab dari aku, si orang she Pian! Loosu, silakan kau beristirahat dulu!...." Tindakannya Pian Siu Hoo ini ada satu pertolongan bagi In Yu Liang. Ia sebenarnya mau mengaku kalah dan bersedia akan berpura-pura pergi ke kampung si pengemis, akan betuli pelita pusaka, di sana secara nekat, ia hendak menyerang pula secara mati-matian. Tapi pikiran itu ia batalkan. "Kalau begitu, Pian pangcu, baiklah, aku akan turut perkataan kau," ia kata. Ia sambuti pedangnya dan lantas undurkan diri. Ang Tiu jadi mendongkol yang Pian Siu Hoo rintangi pertempurannya secara demikian macam, ia merasa sangat tidak puas.

"Pian pangcu, kau ada terlalu takabur!" ia kata pada ketua dari Kangsan-pang. "Kau cuma ada kepala dari salah satu rombongan nelayan di Hucun-kang, bagaimana di sini kau berani tanggung segala apa? Apa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kau anggap satu jiwamu ada cukup menjadi tanggungan? Bukannya aku si orang she Ang tidak memandang mata padamu, tetapi aku anggap, kau tidak pantas buat jadi si penanggung jawab. Kalau kau anggap urusannya si orang she In ada dalam tanggung jawab kau, aku minta kau jangan tunggu beresnya urusan di Haytong-kok ini, mari kau ajak si orang she In itu ke dalam kampungku, guna ia perbaiki kekeliruannya! Tentang urusan di sini, kau jangan kuatir, semua loosuhu tentulah akan memikul pertanggungan, sedang yang pergi cuma kita semua pengemis.... Kau percaya aku, asal In Yu Liang perbaiki kesalahannya, segala apa bisa dibereskan dengan damai." Pian Siu Hoo gusar mendengar ucapan keras itu. "Pengemis tua, kau terlalu menghina!" ia menegur dengan nyaring. "Apakah Bancie sanchung ada laksana kedung naga dan gua harimau maka aku si orang she Pian takut pergi ke sana? Sekarang juga aku bisa iringi kau!" Ang Tiu geser tombaknya pada tangan kiri. "Baik, Pian pangcu, mari kita pergi!" ia kata. In Yu Liang tidak bisa saksikan itu kejadian di hadapan matanya dengan berdiam saja, meskipun ia ada satu pecundang, la malu yang Pian Siu Hoo mesti menanggung jawab seluruhnya. Maka ia maju sambil lompat jauh seraya terus tuding si pengemis tua. "Orang she Ang, kau tidak kenal artinya pergaulan kita kaum kangouw!" ia menegur. "In Yu Liang telah kalah di tanganmu, itu sudah berarti muka terang sekali bagi kau, kenapa sekarang kau bertindak begini mendesak?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bukankah aku belum angkat kaki dari selat ini? Urusan di Bancie sanchung itu, aku akan bertanggung jawab, maka kenapa kau berlaku begini tidak pakai aturan sopan santun? Ang Tiu, jangan kau gertak aku dengan namanya Kiongkee-pang! Kau ada orang Kiongkee-pang, kau pandang aturan kau keras sekali, agung sebagai gunung Taysan, tetapi aku orang luar, aku tak menghargai sedikit juga, aku pandang itu enteng seperti bulu kerbau! Jangan kata baru aku geser pelita pusaka,

meski aku bikin ludas Bancie sanchung, aku bersedia buat menanggung jawab, paling juga kau bisa bakar tubuhku sampai jadi abu! Tapi, halnya Pian pangcu ada lain. la ada ketua di sini, sudah seharusnya kalau ia hendak lindungi kawan-kawannya! Sekarang begini, pengemis tua, meski Bancie sanchung ada sebagai kantor neraka, aku nanti pergi ke sana!" Ang Tiu tertawa menghina. "Bagus, orang she In! Kau mau tanggung jawab, dengan begitu kau tidak usah rembet-rembet si orang she Pian. Sekarang hayo kita orang pergi ke kampungku!" Tapi Tiathong-liong Pian Siu Hoo, si Naga Besi, tidak mau mengerti. "Ang Tiu, kau benar ada terlalu jumawa!" ia berseru. "Di dalam Haytong-kok ini, kau tidak diijinkan terlalu banyak tingkah! Apa si lic-haynya Lianhoan Coa-kut-chio? Apa kau sangka aku si orang she Pian tak sanggup layani senjata kau itu? Mari, pengemis tua, mari, aku ingin belajar kenal sama senjatamu itu!...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Itu waktu dari deretan barat ada berbangkit satu orang, yang terus loncat di antara mereka yang sedang adu bicara. "Pian pangcu, benar-benar lucu!" kata ia, ialah Tinsankang Siauw Cee Coan. "Di sini ada Haytong-kok, kita ada punya urusan kita sendiri, maka sudah seharusnya, segala urusan perseorangan dari pihak mana saja, mesti ditaruh di samping. Tapi sekarang, kenapa justru itu yang diributkan? Kita orang mau bikin piebu, di sini telah berkumpul banyak ahli silat ternama, ketika ini sebenarnya sukar untuk dicari, maka ketika ini, jangan kita sia-siakan. Ini Ang suhu mau bereskan urusan Bancie sanchung, ia seperti mau rusaki atau batalkan urusan kita, aku anggap ia ada terlalu tak memandang persahabatan. "Maka, Ang suhu," ia teruskan pada si pengemis tua sendiri, "aku Siauw Cee Coan jadi ingin campur urusan ini. suhu, aku minta urusan kau sama In loosu, atau lebih benar urusan Bancie sanchung, dikesampingkan dulu, itu boleh diurus belakangan, sesudah piebu selesai. Aku anggap, siapa yang menggerecok, itu tandanya bahwa ia mau menjagoi sendiri dan hendak menindih pada kita orang, dari itu, kita jadi ingin ketahui, sampai di mana adanya

kepandaian dari si tukang menggerecok itu!" Ang Tiu bersenyum ewah. "Aku tidak sangka, Siauw loosu, kau telah pandang demikian tinggi pada aku si pengemis tua, dan kau telah namakan aku si tukang menggerecok. Itulali aku tidak sanggup terima! Siauw loosu, nampaknya kau anggap aku ada keterlaluan, dengan begini, kau juga jadinya ada memandang enteng pada aturan kita dari Kiongkee-pang! Dengan anggapan berbedaan, kita orang sukar cari kecocokan. Apa Siauw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

loosu juga hendak bertanggung jawab bagi si orang she In itu? Bagaimana kau anggap perbuatannya si orang she Pian, yang hendak menjagoi? Siauw loosu, mari kita orang omong secara terus terang! Andaikata benar kau pun hendak bertanggung jawab, baiklah, aku bersedia akan iringi segala kehendak kau!" Pengemis ini menantang, karena ia tak setujui sikapnya guru silat itu. Tonglouw HiejinTan Ceng Po merasa tidak puas. Kelihatan orang bertindak semakin jauh pada pangkal pemberesan. Ia pun tahu Tin-sankang Siauw Cee Coan ada liehay dan belum tentu Ang Tiu bisa menangkan padanya. Umpama si pengemis tua kena dikalahkan, maka orang she Siauw ini dengan sendirinya harus bertanggung jawab juga buat urusannya In Yu Liang. Karena itu, ia lantas lompat, akan hampirkan mereka itu. "Pian pangcu," ia kata pada tuan rumah pada siapa ia unjuk hormat, "kau ada jadi tuan rumah di Haytong-kok ini, tolong kau mundur dahulu sebentar, karena itu urusan tak bisa beres dengan kau turut campur tahu." Kemudian ia menoleh pada Ang Tiu, akan berkata terus, "Ang suhu, urusan Bancie sanchung tidak bisa dibereskan berbareng, itu mesti diurus belakangan, sesudah selesai urusan Haytong-kok ini. Aku Tan Ceng Po sudah sejak lama mendengar nama besar dari Tin-sankang Siauw loosuhu, dari itu, sesudah kita orang berkumpul di selat ini, aku tidak boleh lewatkan ketika ini akan kita orang belajar kenal, dengan main-main untuk beberapa jurus...." "Jikalau kau hendak bereskan satu-satu urusan, Tan loosu, aku bersedia akan dengar perkataan kau," kata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ang Tiu, yang bisa diajak bicara, "cuma aku hendak kasih tahu bukannya kita berkepala besar sesudah urusan Haytong-kok beres, lantas datang giliran urusan kita!

Andaikata urusan kita tak dapat diselesaikan, aku pasti tak mau mengerti!" "Ang suhu, aku mengerti," kata Siauw Cee Coan. "Nah, mari kita bereskan urusan satu demi satu!" "Baik, Siauw loosu," sahut Ang Tiu. "Sampai datang giliran kita!" Ang Tiu lantas undurkan diri, maka In Yu Liang pun lantas ikut Pian Siu Hoo balik ke tempat mereka. Semua orang lantas pandang Siauw Cee Coan dan Tan Ceng Po, yang dua-duanya ada orang-orang kenamaan dalam kalangan Sungai Telaga. Cuma, dilihat dari dandanannya, Tan Ceng Po kalah pamor, karena ia mirip dengan satu nelayan aki-aki, sedang di lain pihak, dandanan dari kaum Kiongkee-pang ada lebih tak menarik hati lagi.... Di sebelah Tonglouw Hiejin yang sederhana, ada Siauw Cee Coan yang pakai baju sutera, yang tubuhnya besar dan kekar, sedang mukanya ada merah dan keren. "Tan loosu, sudah lama aku dengar kau dan saudaramu berdua ada merupakan satu kaum tersendiri," Siauw Cee Coan kata, "bahwa kau orang telah yakinkan seratus duapuluh jurus Kiauwta Sinna, maka itu di Haytong-kok sini, aku minta kau sudi pertunjuki itu, supaya aku Siauw Cee Coan bisa dapat tambah pengalaman...." Tan Ceng Po bersenyum seraya angkat kedua tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Siauw loosu, aku harap siapa pun tidak usah puji siapa," ia berkata dengan sabar sekali. "Benar aku jadi ketua dari Kiushe Hiekee tetapi tentang ilmu silat, pengetahuanku tidak berarti. Sekarang silakan loosu mulai. Kita orang tidak bermusuhan, aku rasa kau mupakat kalau kita berjanji pertempuran sudah cukup andaikata salah satu ada yang ketowel lebih dahulu...." "Tan suhu!" sahut Siauw Cee Coan, yang lantas bersiap. Tan Ceng Po ada berpakaian dari cita kasar semua, kakinya tidak pakai kaus, cuma ketutup sama sepatu rumput, ia bisa dibilang bertubuh kurus akan tetapi kedua lengannya berurat kasar. Ia mundur dua tindak, akan bersiap. Benar seperti katanya Siauw Cee Coan, Tonglouw Hiejin sudah gunai tipu-tipu silat Kiauwta Sinna yang

terdiri dari seratus duapuluh delapan jurus, yang ia ciptakan dari dua rupa ilmu Kimna dari dua golongan Siauwlim dan Butong, sedang lawannya gunai Loohankun. Cepat sekali, kedua pihak sudah sama-sama perlihatkan kegesitan tubuh mereka, karena kalau tidak, siapa ayal, ia mesti menyerah lebih dahulu. Tan Ceng Po bisa bergerak cepat laksana angin atau kilat, kecuali serang-serangan biasa, ia pun gunai totokan jari. Siauw Cee Coan punya Loohan-kun ada warisan tulen dari Siauw-lim-pay dan ia telah yakinkan itu buat beberapa puluh tahun, tidak heran kalau dengan itu, ia bisa layani ketua dari Kiushe Hiekee. Ini adalah salah satu warisan tipu silat pihak Siauwlim yang biasa diandalkan guna lindungi pamornya golongan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Selama duapuluh jurus, yang berlangsung dengan cepat, tetapi penuh dengan bahaya buat kedua pihak masing-masing, tandingan itu merupakan tandingan yang berimbang, baik untuk liehaynya sesuatu serangan, maupun buat sehatnya sesuatu kelitan. Tan Ceng Po menjadi kagum akan saksikan kepandaian orang, tadinya ia cuma dengar nama besar Tin-sankang, sekarang ia telah buktikan sendiri. Karena ini, ia berlaku semakin hati-hati. Juga Siauw Cee Coan mesti kagumi itu lawan, yang namanya, pantas ada kesohor, jadi tidak percuma orang malui ketua dari Kiushe Hiekee itu. Lekas juga, tigapuluh jurus sudah lewat. Penonton dari kedua pihak juga menjadi kagum, mereka ketarik bukan main, hingga semua menonton dengan diam, mata mereka seperti tak berkesip. Segera juga kelihatan Tan Ceng Po gunai tipu Jiauwpouw Poan-soan, atau "Tindakan mengitar, terputar-putar," untuk kelit satu serangan dari Siauw Cee Coan, ia sampai lompat jumpalitan. Karena ini, waktu kakinya menginjak tanah, ia berada di belakang lawan. Lantas dengan dua jari, dengan tangan yang diulur, ia menotok bebokongnya lawan itu. Siauw Cee Coan telah duga ke mana musuh bakal turun, ia pun telah dengar sambaran angin, maka lekaslekas ia majukan kaki kirinya ke samping, akan berbareng putar tubuh, akan hadapkan musuh, sedang tangannya yang kanan, dari bawah diangkat ke atas, dipakai mengganjal lengan kanan orang, yang menotok

ia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tan Ceng Po angkat tinggi tangannya itu, tangan kanan, buat terus ditarik pulang. Dengan diangkat tinggi, tangan itu luput dari serangan lawan. Di lain pihak, sama cepatnya, tangan kirinya bergerak, menuju ke iga musuh yang jadi kosong. Untuk kelit tubuh, Cee Coan geser kaki kirinya ke kanan, dari sini dengan mendadakan ia geraki kedua tangannya, akan ganjal dengan jepitan pada iga kanan dari lawannya, la telah gunai tipu Layliong sin-yauw atau "Naga mas mengulet." Ia telah gunai tenaga yang besar. Buru-buru Tan Ceng Po pindahkan kaki kanannya ke belakang, terus ke kanan, tubuhnya ikut nyam-ping. Di sini ia bikin gerakan loncat ke depan, ke samping musuh. Itu ada tipu Koaybong hoansin atau "Siluman ular naga jumpalitan." Setelah itu, dengan Kimliong tamjiauw, atau "Naga mas mengulur cang-kreman," ia cari iga kanan orang. Siauw Cee Coan menghadapi bencana, karena kedua tangannya justru lagi dikeluarkan, maka lekas-lekas ia geser kaki kirinya ke depan terus nyamping ke kiri, kaki kanannya ikut dengan menjejak, dengan demikian, dengan satu loncatan sedikit, ia bisa hindarkan diri dari ancaman. Dan kapan tubuhnya telah terputar, ia kembali sudah hadapkan lawan, akan terus potong tangan kiri orang. Sekarang adalah Tan Ceng Po, yang hadapkan bahaya. Tapi ia tidak mau kalah sebat. la tidak tarik pulang tangannya itu, hanya sebaliknya, ia teruskan, akan tusuk dada orang. Maka Siauw Cee Coan menjadi kaget, sebab percuma ia hajar tangan lawan kalau tangan itu nanti mengenai dadanya. Dari itu, sambil tarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tubuhnya mundur sedikit, ia tolak tangan musuh itu, hingga nyimpang dari sasarannya. Demikian kedua pihak bertempur terus, sama-sama liehay dan gesit, sama-sama hebat sesuatu penyerangannya, siapa ayal dan kalah sebat, dialah yang bakal jatuh merk. Maka juga, dua-duanya sama-sama berlaku waspada, celi dan gesit, pikirannya bekerja. Segera juga datang satu serangan pada perut dari Siauw Cee Coan, serangan dari dua tangan berbareng. Tin-sankang mundur sambil ciutkan perutnya itu, kaki kanannya pindah ke kanan, kaki kirinya terangkat, dan

kapan kaki kiri itu diturunkan, tangan kirinya menyambar iga musuh. Dengan segera mendek, Tan Ceng Po tolong dirinya Kembali mereka saling serang, masih saja sama hebatnya Sesudah pertandingan berjalan begitu jauh, Tan Ceng Po lantas tukar siasat. Ia mau mencoba. Dengan tibatiba, ia menyapu dengan kakinya, pada kedua kaki pihak lawan. Siauw Cee Coan terperanjat, ia lompat mundur, lima atau enam kaki jauhnya. Di luar sangkaan, Tonglouw Hiejin merangsek, akan menyerang bebokong selagi lawan itu belum sempat putar tubuh. Untuk selamatkan dirinya, Cee Coan berkelit dengan bongkoki tubuh, cenderung ke depan, lalu dengan kaki kiri pindah ke kiri, ia putar tubuhnya, tangan kirinya terus saja melakukan pembalasan. Ia mau potong tangan orang, yang arah bebokongnya. Kalau ia berhasil, tangan musuh mesti patah atau kehabisan tenaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tan Ceng Po tidak tarik pulang tangannya itu, tidak peduli bahaya ada mengancam hebat. Ia cuma menggeser sedikit, lantas dengan tangan itu juga, ia balas menyerang, pada tangan musuh yang baru saja dipakai menyerang tangannya itu! Tujuannya adalah nadi! Di sebelah itu, dengan kaki dimajukan, tangan yang kanan dipakai membarengi menyerang iga musuh, hingga serangan maju dalam satu saat. Siauw Cee Coan menghadapi bahaya di dua jurusan, maka itu ia mesti berlaku nekat. Dalam keadaan seperti itu, ia tidak mau loncat mundur. Ia justru mau uji kekuatan tangan kirinya atau tangannya, musuh! Dengan kumpul tenaga di lengan kiri, ia mau bentur tangan musuh, sedang tangan kanan, dipakai menangkis serangan pada iga. Serangan Tan Ceng Po ada serangan ujian, ia memancing aksi musuh, maka setelah lihat sikap musuh, mendadakan ia tarik pulang kedua tangannya, buat terus di dekatkan satu sama lain buat dipakai menyerang pula, ke jurusan tubuh bagian atas. Siauw Cee Coan bisa duga sepak terjang lawan itu, ia mengerti yang ia bisajatuh, tetapi ia pun penasaran, maka sekali ini, ia hendak lawan keras dengan keras, akan ketahui tenaga siapa ada terlebih besar, atau

tangan siapa terlebih tangguh. Dalam sekejap saja, empat tangan telah kebentrok satu pada lain, begitu hebat, sampai dua-dua pihak mundur sendirinya, karena damparannya terlalu keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tan Ceng Po mundur dengan kaki kiri, kapan kaki ini menginjak tanah, tubuhnya lantas berdiri dengan tetap, sebab kaki kanannya telah bantu menahan. Siauw Cee Coan mesti mundur sampai dua tindak, baru ia bisa berdiri tetap. Dari sini segera ketahuan kekuatan dari kedua pihak, ialah Tin-san-kang telah kalah satu "urat". Maka juga, air mukanya lantas berubah menjadi merah sendirinya. Tonglouw Hiejin Tan Ceng Po rangkap kedua tangannya. "Siauw loosu, kepandaianmu benar bukan kepandaian dalam cerita saja," ia kata, "aku Tan Ceng Po menyerah terhadap kau.... Loosu, apa sesudah ini kau sudi beri pengajaran terlebih jauh padaku, dengan gunakan senjata?" Sementara itu, Siauw Cee Coan telah kagumi lawan itu, kepandaian siapa ada beda daripada kebisaannya si pengemis tua dari Bancie sanchung, yang tadi ia tantang. Ia pun mengerti bahwa orang telah berlaku manis terhadap ia, karena kalau selagi ia mundur ia diserang terus, entah bagaimana jadinya. "Tan loosu, aku berterima kasih untuk kebaikan kau," ia kata "Loosu hendak ajarkan aku ilmu menggunai senjata, terima kasih, loosu, aku bersyukur sekali pada kau." --ooo0dw0ooo-XIV
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Dengan piebu persahabatan ini, kita orang akan peroleh kemajuan, halangannya tidak ada," Tan Ceng Po bilang. "Mari, loosu, kita main-main pula beberapa gebrak!" "Kau benar, Tan loosu," sahut Siauw Cee Coan. Biar bagaimana, Tin-sankang ada penasaran, maka kebetulan sekali, musuh tantang ia menggunai senjata, ia hendak mencoba sekali ini, akan rebut pulang muka terangnya. Dengan tidak tunggu sampai diminta, orang dari kedua pihak sudah lantas angsurkan senjata-senjata dari masing-masing jagonya.

Siauw Cee Coan bersenjata sebatang golok Liongtauw Kauw-liam-too. Tapi Tan Ceng Po menyekal sepotong pedang pendek, cuma satu kaki delapan dim, dan gagangnya tidak lebih daripada dua kaki dua dim. Tubuhnya pedang ada bergurat-gurat, tanda dari besi dan waja tulen. Di lain pihak goloknya Tin-sankang ada berat, panjangnya tiga kaki delapan dim, lebarnya empat dim, tebal belakanganya empat hun. Ujung golok merupakan kepala naga, tubuhnya merupakan sisik naga, dan di belakang ujung golok ada ditambahkan dua pisau pendek dari satu dim setengah, yang beroman bulan, hingga senjata tambahan ini mirip dengan dua potong tanduk naga. Maka dapat dimengerti, yang golok itu tidak termasuk dalam kitab hal macam-macam alat senjata. Tan Ceng Po sudah dengar perihal golok istimewa ini, yang tajamnya pun luar biasa, karena itu, ia hendak uji itu senjata Ini ada ketikanya yang paling baik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kedua pihak sudah lantas bersiap, maka setelah masing-masing mengucapkan "Persilakan!" mereka sudah lantas pada bergerak. Dengan lintangkan goloknya di sebelah kiri, Siauw Cee Coan bertindak ke kanan, akan mengitar. Karena ini, Tan Ceng Po lantas bertindak ke kiri, pedangnya ditekuk ke atas, ke belakang, dan tangan kirinya terangkat ke jidat. Sikapnya ini ada yang dinamai Kwahouw tengsan, atau "Manjat bukit sambil menunggang macan." Lagi sekali kedua pihak bergerak, lantas mereka berdiri berhadapan. Goloknya Siauw Cee Coan sekarang sudah pindah, kepada tangan kanan, dan tangan kirinya menindih belakangnya golok itu. Ia maju pula setindak, senjatanya diayun. Ia bukannya membacok, hanya menusuk, ke jurusan muka. Tan Ceng Po berkelit ke kiri, tangannya dibarengi menusuk, ke katek kanan dari lawan. Atas ini, Tinsankang mesti lekas menggesar ke kanan, tetapi supaya bisa kembali menyerang, goloknya disabetkan sekalian ke bawah, pada paha kanan. Dengan angkat kaki kanan ke kiri, Tan Ceng Po putar tubuhnya, menyingkir dari sabetan itu, tetapi waktu kaki kanannya injak tanah kaki kirinya hanya tetap, melainkan terputar ia jadi berada di samping lawan.

Dari sini terus saja ia membacok, ke bebokong musuh, tubuh siapa telah terputar mengikuti sabetan goloknya tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan loncat sedikit, Siauw Cee Coan selamatkan dirinya dari pedang, dengan kesebatannya, goloknya dipakai membabat pedang musuh. Tan Ceng Po tidak mau adu senjata, apapula akan kasihkan pedangnya dibabat, selagi golok menyambar, ia tarik pedangnya itu, tetapi justru golok lewat, ia barengi menusuk pula. Ia berlaku gesit luar biasa Lagi-lagi Siauw Cee Coan mencelat, dua tindak jauhnya. Ia putar tubuh begitu lekas kedua kakinya telah mengenai tanah. Ia merangsek pula, goloknya dikasih bekerja. Dengan pegang senjata yang lebih besar dan panjang, ia jadi terlebih berani. Ia tidak kuatir andaikata kedua senjata beradu. Tan Ceng Po, sebaliknya, tidak mau adu senjata Ia unjuk kegesitan tubuhnya, kesehatan tangan. Ia senantiasa menyingkir dari golok musuh yang besar dan berat. Sesudah berkelit, ia balas menikam iga kiri lawan itu. Karena ini, Tin-sankang juga mesti unjuk kegesitannya Segera juga Siauw Cee Coan perlihatkan ilmu golok Ngohouw toanbun-too atau "Lima harimau memegat pintu." Goloknya menyambar berkeredepan, anginnya menderu-deru. Menghadapi ilmu itu, Tan Ceng Po keluarkan Patsiankiam, yang buat empatpuluh tahun lebih ia telah pahamkan dan latih dengan sungguh-sungguh, dengan begitu kendati pedangnya ada terlebih pendek dan terlebih enteng, itu tidak menjadikan rintangan bagi ia akan tcnipm mi guru silat yang kesohor. Pedangnya pun berkilau-kilauan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Berdua mereka menyerang, menangkis atau berkelit, dengan bergantian, dengan sama gesit dan uletnya. Tan Ceng Po mau pertahankan kemenangannya, Siauw Cee Coan ingin lenyapkan penasarannya Mereka maju dan mundur bergantian. Penonton dari kedua pihak kembali kena dibikin kagum, semua menonton dengan semangat tercengkeram. Diam-diam mereka mesti merasa kagum. Sudah duapuluh jurus dikasih lewat, kedua-duanya tetap bisa pertahankan diri.

Siauw Cee Coan bukan hanya menyerang dengan arti menyerang biasa, dua tanduk di ujung goloknya pun bekerja, saban-saban mencoba akan gaet dan rampas pedang musuh, maka Tan Ceng Po berbareng mesti menjaga supaya pedangnya tidak sampai kena digaet dan dirampas. Ia mesti cekal keras dan hati-hati pedangnya itu. Dengan begini, ia tidak kasih dirinya kena dipengaruhi oleh sepak terjangnya golok lawan. Kemudian datang saatnya Siauw Cee Coan menyerang muka dengan tipu silat Thaykong tiauwhie atau "Kiang Thay Kong pancing ikan." Tan Ceng Po berkelit sambil berbareng menusuk lengan orang, Tin-sankang lihat gerakan itu, ia sengaja bikin gerakan tangannya ayal sedikit, kemudian tiba-tiba ia menarik dengan cepat, untuk gaet pedang musuh. Tan Ceng Po terperanjat. Ia tahu, kalau maksud musuh berhasil, ia bakal kalah. Ia tarik tangannya dengan cepat, apa mau, ia kena didahulukan, pedangnya benar-benar kena bangkolannya golok Liongtauw Kauwliamtoo. Tidak heran, kalau ia menjadi kaget. Tidak ada jalan lain, ia kumpul tenaganya di tangan, pedang itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk dipertahankan dari aksi lebih jauh dari golok musuh. Ia tidak mau gampang-gampang menyerah kalah, di saat terakhir, ia masih berdaya. Ia telah kumpul ambekannya. Siauw Cee Coan girang yang ia akhir-akhirnya berhasil membangkol pedang musuh tapi karena sekarang ia tidak bisa gunakan lebih jauh goloknya itu, mendadakan ia ulur tangan kirinya, buat sodok iga orang itu. Selama pertahankan pedangnya, Tan Ceng Po kumpulkan tenaga di lengan kanan. Ia pun berdaya, akan loloskan bangkolan itu. Maka justru ia lihat gerakan tangan kiri dari musuh, yang ia tahu apa maksudnya, selagi musuh menyerang, hingga kekuatan tangan kanannya ada terbagi, ia lekas ke kanan sambil berbareng berlalu. Satu gentakan membikin kaki kanannya sedikit ke depan, tangan kirinya dipakai menangkis tangan kiri musuh. Siauw Cee Coan terperanjat, la tahu goloknya bisa terbetot dan terlepas, jikalau ia tetap pertahankan bangkolan itu. Tangan kirinya sudah tak berdaya. Kudakudanya pun telah kedesak dengan majunya kaki pihak lawan. Maka terpaksa ia mendak sedikit sambil

berbareng menarik pulang tangan kanannya, hingga di waktu terlepas satu dari lain, golok dan pedang menerbitkan suara nyaring. Dengan sikap Ouwliong poan-cu atau "Naga hitam melilit tiang", Tan Ceng Po tarik pedangnya dengan tubuhnya ikut mutar. Di lain pihak, Siauw Cee Coan bergerak dengan Uyliong coansin atau "Naga kuning memutar tubuh." Maka itu, mereka sama-sama menyingkir, satu ke kiri, satu ke kanan. Tapi juga duaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/

dua tidak berniat mundur, hanya mereka merangsek pula. Satu bacokan golok menuju pada pundaknya Tonglouw Hiejin, pedang siapa justru mencari iga kiri, maka mereka sama-sama menyerang dengan berbareng. Tan Ceng Po mengerti bahaya, untuk selamatkan diri, ia mesti berkelit, tapi buat menyingkir dengan begitu saja, ia tak sudi, maka sambil egos tubuh, pedangnya ia tarik mundur, buat diteruskan kepada nadi. Juga Siauw Cee Coan tidak inginkan kecelakaan. Lekas-lekas ia robah gerakan goloknya, guna dipakai membabat pedang lawan. Dari bawah, golok menyambar ke atas, kepada pedang yang lagi arah nadi. Ketua dari Kiushe Hiekee masih tidak mau berhenti, di satu pihak ia tarik pulang pedangnya, di lain pihak tangan kirinya dengan jari, mencari jalan darah di tubuh musuh, guna ditotok. Atas ini, Siauw Cee Coan loncat ke belakang, maka kecuali terpisah, mereka jadi menyingkir dari bahaya yang mengancam masing-masing. Tapi setelah itu, Tinsankang mendahului, akan menyerang pula, dengan babatan golok kepada kaki. Tan Ceng Po loncat naik dengan apungi tubuh sampai dua tombak lebih, di waktu tubuhnya turun, ia terpisah dari lawan jauh satu tombak lebih. Dengan majukan kaki kanan sambil nyerosot, ialah gerakan liu-ma, Tin-sankang maju pula, akan rangsek musuh, karena ia ada bernapsu, dan goloknya lagi-lagi dikasih bekerja, la berani berbuat begini, karena itu waktu Tan Ceng Po membaliki belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dirangsek secara demikian, Tan Ceng Po lekas-lekas menyingkir ke kiri. la telah merasai sambaran angin di belakangnya, hingga ia ketahui adanya serangan sebelum ia sempat balik tubuh, la berlaku cepat luar

biasa. Waktu ia balik tubuhnya, musuh sudah datang dekat, maka terus saja ia memapaki, menusuk lengan kanannya musuh. Karena ia sedang merangsek Tin-sankang tidak keburu tahan lajunya tubuh, ia sudah coba, sia-sia saja. la pun ayal dalam gertakannya akan singkirkan goloknya yang lagi menusuk ke depan. Maka tidak tempo lagi, ujung pedang yang memapaki telah mengenai lengan kanannya bagian atas. Dasar ia liehay, dalam keadaan seperti itu, ia bisa mendek, tangannya diputar, goloknya terus menyambar muka dari penyerangnya! Lagi-lagi Tan Ceng Po berkelit dengan berlompat, sesudah injak tanah, lagi-lagi ia maju merangsek akan tusuk lengan kanan orang. Kegesitannya bikin ia bisa bergerak dengan leluasa. Siauw Cee Coan mundur dengan kaki kiri pindah ke belakang kaki kanan, goloknya dibawa ke depan dada. Secara begini, ia jadi telah lindungi diri sambil bersikap menangkis ujung pedang. Kedua senjata tidak usah beradu, sebab Tan Ceng Po sudah lekas tarik pedangnya itu. Maka Tin-sankang lantas membalas dengan maju membacok. Datangnya Liongtauw Kauwtoo ada hebat sekali, bacokan dilakukan dengan kaki maju satu tindak untuk merangsek. Ujung golok mengancam iga kiri bagian belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tan Ceng Po insyaf bahaya itu, maka ia berpikir, ia mesti berlaku sama kerasnya seperti pihak lawan, yang telah menjadi sengit. Demikian, bukannya ia mundur atau minggir ke samping, ia justru maju satu tindak, akan hadapkan musuh. Yang maju dengan kaki kanannya, meski seharusnya kaki kiri. Melihat demikian, Siauw Cee Coan tahu bahwa bengis dilawan bengis. Ia menduga Tonglouw Hiejin bakal lawan ia dengan tipu Ciauwhu bunlouw atau "Tukang kayu menanyakan jalanan". Tapi dugaannya meleset. Dengan mendadak Tan Ceng Po geser kaki yang kanan ke kanan, kaki kirinya ikut, hingga, bukannya maju, iajadi nyamping. Adalah dari samping ini, mendadak ia menyerang dengan pedangnya yang lebih dahulu daripada itu, ia sudah bawa ke depan dadanya. Ia telah menikam pada arah dada.

Dilihat sekelebatan, itu ada penyerangan biasa saja, tak ada yang aneh. Siauw Cee Coan gerakkan goloknya, juga sebagaimana biasanya, akan tangkis pedangnya Tonglouw Hiejin. Ia menggunakan belakang golok. Nyata Tan Ceng Po sudah menggunakan tipu. Penyerangannya yang biasa itu, ada umpan pancing saja Ketika ia ditangkis, mendadak ia loncat mencelat, pedangnya ditarik pulang dengan cepat, bukan untuk disimpan, hanya buat diayun akan dipakai menyerang pula, sekarang menjuju perutnya pihak lawan. Tin-sankang terperanjat buat gerakan orang itu, dengan tersipu-sipu ia geser kaki kanannya ke kanan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tubuhnya ikut berkelit. Secara begini ia terlolos dari serangan yang dimulai dengan berjingkrak itu. Tetapi Tan Ceng Po tidak berhenti dengan satu serangan itu saja, yang sudah tidak mengenai sasaran, karena ia tidak ulur habis tangannya, secara cepat ia bisa menggeser ke samping untuk sekali lagi menyerang, menyabet ke kiri ketika musuh berada di sebelah kiri, dan terus ke kanan ketika musuh berkelit ke kanan. Tegasnya, itu ada serangan be-runtun-runtun. Akhirnya Siauw Cee Coan berkelit ke kiri. Cepat sebagaimana biasa, Tan Ceng Po menyerang terus. Ia tidak pernah berhentikan serie penyerangan yang berbahaya itu, yang meminta kegesitan istimewa. Ini kali ia berhasil. Tidak ada jalan buat Tin-sankang menyingkir lagi, ia sudah terdesak betul. Tapi di saat yang hebat itu, Tonglouw Hiejin ingat bahwa Siauw Cee Coan adalah guru silat kenamaan yang namanya didapat bukan dengan tak bersusah payah, maka kenapa ia mesti celakai orang dengan siapa ia tidak punya sangkutan sedikit juga? Ia merasa sayang sekali kalau pamornya lawan itu roboh dalam piebu yang istimewa ini. Maka itu, ia tidak teruskan pedangnya, melainkan gurat baju orang, lantas ia mencelat jauh keluar kalangan! Siauw Cee Coan kaget sampai ia keluarkan keringat dingin, ia pun loncat, tetapi berbareng buat dapat kenyataan, bajunya sudah jadi korban ujung pedang, baju itu melowak tiga dim. Maka juga darahnya jadi bergolak, naik ke muka dan kupingnya, yang menjadi merah dengan tiba-tiba! Ia merasa telah habislah nama besarnya. Sekonyong-konyong ia menjadi gusar dan

nekat!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tan Ceng Po hadapkan lawan ini untuk bicara, guna merendahkan diri dan kagumi lawan itu. Ia tidak menyangka bahwa orang ada malu dan murka, dengan mulutnya segera berseru, "Terimalah ini!" Dan seruan ini ditutup dengan serangan mendadak. Ia terperanjat, inilah ia tidak sangka, terutama dari satu ahli silat ternama seperti orang she Siauw itu. Tapi ia mesti lindungi diri, maka ia loncat ke samping kiri akan jauhkan diri dari ujung golok. Ketika kedua pihak masih renggang, tiba-tiba tertampak datangnya satu bayangan yang melayang sebagai burung terbang atau menyambar turun, berdiri di antara mereka berdua. Dengan demikian, kedua pihak batal untuk maju dan saling menyerang. Orang ketiga ini ada Hay-pacu To Seng. Ia adalah sahabat karibnya Siauw Cee Coan. Ia telah lihat bagaimana sahabatnya sudah kalah terhadap Tan Ceng Po bahwa ketua dari Kiushe Hiekee tidak berniat celakai pecundangnya, bahwa adalah Tin-sankang sendiri yang tak mau mengerti, malah sudah berlaku tak kenal adat istiadat. Karena ini, ia datang menyelak di antara mereka. Buat ini, ia tidak lagi kata apa apa pada Pian Siu Hoo. "Siauw loosu, sudah cukup!" ia lantas berkata. "Bukankah kita orang telah bikin perjanjian? Maka kau kasihlah ketika buat aku yang coba menerima pelajaran dari orang kenamaan dari Kiushe Hiekee!" Tin-sankang bisa memikir, maka setelah ada jalan ini untuk mundur, ia tidak mau berlaku membelar. "To suhu mau terima pelajaran dari Tan loosu, baiklah," ia menyahut "To suhu, harap kau berhasil! Tan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

suhu, maafkan aku, aku tidak bisa menemani terlebih lama pula!" Ia angkat kedua tangannya, lantas ia undurkan diri dan bertindak dengan cepat. Dengan gerakan tangannya ia coba umpeti bajunya yang melowek. Benar waktu itu ada malam, akan tetapi api obor ada dipasang terangterang. Ia dekati Pian Siu Hoo, pada siapa ia unjuk hormatnya "Pian pangcu, maafkan aku," ia berkata. "Aku tak mempunyai kepandaian, di selat ini aku tidak mampu bantu kau, aku malu, maka kebetulan aku ada urusan

yang aku mesti selesaikan sendiri, sukalah kau perkenankan aku berlalu sekarang! Pangcu, sampai nanti kita orang bertemu pula!" Sehabisnya kata begitu, dengan bawa goloknya, Siauw Cee Coan lantas bertindak keluar akan berlalu dari Haytong-kok. "Maaf, aku tidak bisa mengantarkan loosu," berkata Pian Siu Hoo, yang ketahui kekalahan orang, karena mana ia tak mau cegah sahabat itu. To Seng sudah unjuk hormatnya pada Tan Ceng Po, ia mau bicara, waktu Lim Siauw Chong dengan satu lompatan jauh telah datang di antara mereka. "Tan loosu, kau baik sekali?" berkata kawan ini sambil bersenyum dingin. "Tin-sankang Siauw Cee Coan hanya namanya besar, sayang ia tidak kenal aturan, orang telah berlaku murah, ia anggap sebaliknya. Dan kau, To loosu, kau pun baik sekali, kau sudah tolong Tin-sankang, jikalau tidak, tak nanti ia mampu keluar dari sini! Suheng,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pergi kau beristirahat, biar aku yang temani To loosu untuk aku menangkis beberapa jurus...." To Seng tertawa apabila ia dengar Lim Siauw Chong beber rahasia hatinya. "Lim loosu, sungguh kau cerdik!" ia bilang. "Kita orang tak mempunyai permusuhan, maka kecewa sekali jikalau Siauw loosu mesti roboh di sini, apabila itu sampai terjadi, itulah keterlaluan! Tapi Lim loosu sudi memberi pengajaran padaku, silakan kau berikan itu, aku bersedia akan menerima pelajaran...." To Seng adalah cabang atas di darat dan di air, di bebokongnya ia tancapkan sepasang Cancoan Thie-koay atau semacam tongkat seperti linggis peranti mendoboli perahu, senjata mana ia sudah lantas cabut, pegang di antara kedua tangannya. Dengan gegaman itu ia hadapkan ketua muda dan Kiushe Hiekee. Melihat sikap orang, Lim Siauw Chong tahu pihak lawan hendak menggunakan senjata, maka ia mundur tiga tindak, dari dalam tangan bajunya ia keluarkan ruyung Kiu-hap Kimsie-pang-nya, yang ia pegang dengan tangan kanan dan tangan kirinya dipakai mengimbangi. "To loosu, silakan!" ia lantas mengundang. "Persilakan, Lim loosu!" berkata juga Hay-pacu To Seng, yang memang sudah siap terlebih dahulu. Maka tempo ia tampak Lim Siauw Chong bergerak ke kiri ia

pun turut, tongkatnya berada di kiri dan kanannya. Setelah memutar beberapa putaran, dengan sendirinya kedua pihak lantas datang dekat satu dengan lain, maka sebentar kemudian, mereka sudah mulai bergebrak. Adalah To Seng yang terlebih dahulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mencoba menusuk mukanya lawan dengan tipunya Ciauwhu bunlouw atau "Si tukang kayu menanyakan jalanan". Lim Siauw Chong tidak mau menyerang lebih dahulu tetapi setelah serangan datang, ia menangkis dengan sebat, akan bikin senjata musuh terpental, setelah mana ia teruskan, bikin senjatanya dari atas turun ke arah kepala. To Seng lekas-lekas berkelit ke kiri, tangan kirinya diangkat, guna bantu menghalangi ruyung yang lagi turun, di lain pihak, dengan tongkat kanan, ia hendak gempur ruyung lawannya. Maka dua-dua senjatanya jadi bergerak dengan berbareng. Senjata kedua pihak sudah lantas kebentrok. Di ujung ruyungnya Lim Siauw Chong dipasangi gaetan Jie-iekauw, maka itu, dengan gaetan ini Liongyu Hiejin niat bangkol tongkat orang guna ditarik dan dibikin terlepas dari cekalan. Kepandaian To Seng bukannya lemah, malah ia hendak memberi umpan. Ia tidak lekas tarik pulang senjatanya, sebaliknya, ia kumpul tenaganya di tangan, akan pertahankan tongkatnya, senjata mana duaduanya dengan tiba-tiba ia gerakkan lebih jauh, mengarah perut. Ia telah gunakan tipu Giehu sanbong atau "Nelayan menyebar jala". Perubahan gerakan tangannya ada cepat luar biasa. Lim Siauw Chong tidak menyangka atau ia pandang enteng pada gerakan pertama dari musuh, maka barulah ia terperanjat ketika sepasang tongkat menghampirkan perutnya, karena nyata ia sedang hadapi bahaya maut. Karena tidak dapat jalan lain, ia cepat-cepat sedot napas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

akan bikin perutnya kempes, sambil tubuhnya dibikin mengisar sedikit ke belakang. Dari itu, hanya setengah dim lagi, ujung tongkat pasti sudah mengenai mangsanya. Guna membikin pembalasan, Lim Siauw Chong gerakkan ruyungnya menyambar ke kiri, guna serang lawan sambil berbareng melepaskan diri dari ancaman

bahaya. To Seng mengerti bahaya sesudah ia dapatkan serangannya yang istimewa itu tidak mendapat korban, ia berkelit ke kiri. Tapi karena ia tidak mau mengerti, sebelah tongkatnya terus bekerja, akan sampok kaki orang. Dengan satu enjotan tubuh, Liongyu Hiejin lompat ke samping jauhnya lima atau enam kaki, tetapi kendati demikian, senjata mereka tak dapat dicegah beradunya. Ruyung telah terpental ke tanah, membentur batu dengan menerbitkan suara nyaring. Kalau tadi ia menyerang dengan tangan kiri, sekarang To Seng menyusul dengan.tangan kanan, ia arah iga kanan lawannya. Ia berlaku sebat luar biasa. Dengan kedua tangannya Lim Siauw Chong menangkis serangan yang datang itu, dan ia berhasil membikin tongkat tersampok hingga terpental. Tetapi Hay-pacu tidak jadi terhalang karena serangan kanannya itu tertangkis, dan sambil memutar tubuhnya, dengan tangan kiri ia menyerang ke selangkangan, sementara tangan kanannya yang ia tarik pulang dengan cepat, menghajar kepala lawan. Setiap gerakannya ada sangat cepat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan enjot dan berbareng putar tubuhnya, Lim Siauw Chong loncat ke belakang untuk ancaman bahaya itu. Hay-pacu gusar bukan main karena semua rangsekannya selalu luput, maka dengan satu loncatan ia maju akan menyerang pula, guna mendesak lawannya. Ia angkat kedua tongkatnya akan kemplang bebokong lawan dan telah gunakan tenaga yang luar biasa besar, karena ia telah umbar hawa amarahnya. Lim Siauw Chong ada berlaku sabar dan tenang, kendati berulang-ulang ia kena didesak. Pun sekali ini, bukannya ia berbalik, akan tangkis serangan musuh, hanya ia loncat lebih jauh nyamping ke kiri, hingga lawannya itu lagi-lagi luput dengan serangannya itu. Saking bemapsu To Seng tidak bisa cegah yang tubuhnya maju cenderung ke depan. Serangan semacam itu ada berbahaya, karena imbangan tubuh jadi lenyap sendirinya dan tubuh jadi sukar terkendali. Dari kiri, Liongyu Hiejin telah putar tubuhnya dengan cepat luar biasa, sebab ia bikin gerakan tak kesusu,

imbangan tubuhnya tidak nampak rintangan. Dengan geraki ruyungnya, dengan melintang, ia babat pinggang orang. Ia telah bisa bergerak dengan leluasa, karena kedudukannya yang bagus. Dengan tubuh cenderung ke depan, sampai ia seperti bongkok, sedang kedua tangannya berada di depan juga, dan dua-dua kakinya seperti "mati": satu di depan dipakai mencegah ia kenyuknyuk, dan satu di belakang terangkat sebelah, To Seng telah mati daya, ia mau berkelit juga tidak bisa, sedang buat buang tubuh ke depan, berarti ia mesti jatuh ngusruk. Buat menangkis,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ketikanya sudah tidak ada. Maka itu, ia telah hadapi bahaya besar. Tetapi ketua dari Kiushe Hiekee bukannya seorang kejam, ia piebu untuk "main-main," ia tak pernah pikir buat celakai orang, maka juga, kendati ia dapat ketika yang sangat bagus, buat bikin musuh binasa atau ringsek, ketika itu ia sudah tidak gunai. Ketika senjatanya mengenai pinggang lawannya. Ia bukannya menekan atau mendorong saja. Tapi justru ini, Hay-pacu si Macan Tutul Laut jadi terpaksa mesti kenyuknyuk ke depan, tiga empat tindak jauhnya, sesudah itu, baru ia bisa pertahankan diri dan lekas-lekas putar tubuhnya. Selagi To Seng memutar tubuh, Lim Siauw Chong sudah tarik pulang senjatanya, dan justru orang hadapi dia, ia lantas saja angkat tangannya, akan mengunjukkan hormatnya, seraya berkata, "To loosu, aku Lim Siauw Chong suka mengalah!" Mukanya Hay-pacu menjadi merah, tetapi ia segera berkata, "Lim loosu, kepandaianmu benar tinggi, adalah aku To Seng yang sudah tidak kenal diri sendiri! Di belakang hari, andaikata ada ketikanya akan kita orang bertemu pula, umpama aku masih ada umur, pasti aku akan minta pengajaran pula dari loosu." Lim Siauw Chong tidak kata apa-apa, cuma terdengar suara dari hidungnya, sebab dari omongan itu, terang si Macan Tutul Laut tidak puas dengan kekalahannya itu, sedang tadinya adalah dia itu yang kelihatannya menang di atas angin. Hay-pacu lantas undurkan diri dengan masih merasa malu sendirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sebagai gantinya, dari pihak Haytong-kok lantas muncul satu orang lain, ialah Lioktee Sinmo Khu Liong

Gan si Iblis Bumi, ia memberi hormat pada Lim Siauw Chong seraya terus berkata, "Lim loosu, Kiuhap Kimsiepangmu benar-benar ada liehay, maka itu aku ingin sekali kau berikan pelajaran beberapa jurus padaku guna aku tambah pengetahuan." Itu artinya tantangan. Lim Siauw Chong membalas hormat sambil unjuk senyuman "Khu loosu, di sini kita orang sedang ikat persahabatan, maka tidak ada apa-apa yang tak boleh diberikan," ia kata. "Aku pun memang sudah lama dengar loosu punya kepandaian yang istimewa, yang di kalangan selatan dan utara tak ada bandingannya, maka kalau ini malam di dalam selat Haytong-kok ini loosu hendak berikan pengajaran kepadaku, itu adalah hal yang memberuntungi sekali bagi aku, sebab dalam keadaan biasa, untuk mohon itu pun pasti tidak akan ada ketikanya! Khu loosu, silakan kau siap dengan senjatamu, aku ingin sekali terima pelajaran untuk beberapa jurus." Lim Siauw Chong tahu bahwa musuh ada sangat liehay, bahwa bisa jadi ia bukan ada tandingan yang setimpal, akan tetapi karena orang telah maju dan menantang, ia malu akan menampik. Ia telah pikir untuk melayani beberapa jurus, kalau ia berlaku hati-hati, barangkali ia bisa dapatkan lowongan. Mendengar jawaban orang Lioktee Sinmo pun bersenyum. "Lim loosu," berkata ia, "sejak aku masuk dalam kalangan Sungai Telaga, belum pernah aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mengerti caranya buat menggunai golok atau tongkat, sebab hatiku adalah yang paling kecil, hingga pekerjaan membunuh orang atau menumpahkan darah adalah pekerjaan yang aku si tua bangka paling tak berani lakukan! Lim loosu, aku nanti temani kau main-main beberapa jurus dengan tanganku yang berdaging ini, aku ingin sekali menerima pengajaranmu." Tapi, mendengar ini, Liongyu Hiejin menjadi mendongkol, karena terang bahwa ia telah dihinakan, tak peduli orang telah bicara secara demikian merendah. Ia merasa terlalu hina yang sebagai ketua dari Kiuhap Kimsie-pang, ia mesti layani musuh yang bertangan kosong. Jangan kata ia kalah, sekalipun ia menang, ia masih merasa terhina juga! Tapi, selagi ia hendak jawab

penantang itu, ia lihat Kiongsin Hoa Ban Hie berbangkit dan bertindak menghampirkan mereka, dengan tindakan bunlie-bunliean. "Eh, Lim loosu!" lantas saja si Malaikat Kemelaratan ini tegur sahabatnya, "di sini ada Haytong-kok dan urusan di sini bukannya sudah diborong sendiri oleh kau berdua saudaramu! Kau harus ketahui, aku si tua bangkotan juga turut mempunyai sedikit hak di sini! Maka Lim loosu, silakan kau beristirahat dahulu! Kau tahu, dengan Khu loosu ini, aku ada punya jodoh untuk bertemu muka, maka itu sesudah sekarang kita orang bisa saling bertemu di sini, ketika yang baik itu tak boleh dikasih lewat dengan sia-sia saja...." Diam-diam, Lim Siauw Chong bergirang. Ini barulah tandingan yang setimpal, sebab dua-dua orang itu adalah orang-orang aneh dari dunia kangouw dan dengan mereka berdua diantapkan "main-main," semua orang jadi bisa menyaksikan suatu pertempuran yang bakal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menambah luasnya pengetahuan. Pasti sekali, sekali beradu tangan, mereka berdua bakal perlihatkan kepandaian simpanan dari mereka. Maka ia lekas-lekas unjuk hormat pada si raja pengemis itu. "Jikalau Hoa loosu ingin main-main sama Khu loosu, pasti sekali aku Lim Siauw Chong mesti mengalah dan mundur sembilanpuluh Iie...." Dan benar-benar, Liongyu Hiejin lantas balik ke tempatnya. Hoa Ban Hie tidak unjuk hormat lagi pada si Iblis Bumi, hanya ia menggape. "Sahabat karib, sejak perpisahan kita, apa kau ada banyak baik?" ia menegur. "Di malam ini di selat Haytong-kok yang bergemilang karena kunjunganmu, aku harap kau nanti perlihatkan kepandaianmu yang istimewa supaya semua saudara dari Rimba Persilatan bisa membuka mata mereka! Aku si tua bangka ini bersediaakan korbankan jiwaku, supaya aku bisa layani kau beberapa jurus untuk menerima pengajaran!...." Khu Liong Gan memperdengarkan suara di hidung. "Hoa loosu, jangan kau mengucap demikian akan angkat-angkat aku!" ia berkata. "Malam ini kita orang beruntung telah bertemu di sini, sudah pasti sekali kita orang mesti pertontonkan apa yang kita orang bisa, supaya sahabat-sahabat dari Rimba Persilatan bisa turut

menyaksikan! Ini adalah ketika baik yang sukar didapatinya! Hoa loosu, kau ada ternama di Bancie sanchung, kau ada ketua dari Kiongkee-pang, maka di dalam kalangan Sungai Telaga, ada siapa yang tak kenal nama besarmu? Kau tersohor buat kepandaian nui-kang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan nge-kang begitupun toya pusakamu, Susat Sinliongpang! Hoa loosu, sudah cukup, maka kalau kau benar ada memandang mata padaku Khu Liong Gan, silakan kau keluarkan beberapa jurus, aku bersedia akan coba menyambut kau...." Hoa Ban Hie bersenyum pula. "Kau baik sekali, sahabat karib, itu tandanya kau ada memandang mata padaku si pengemis tua," ia menyahut, "maka itu, mustahil aku akan menjadi si orang yang tidak tahu diri akan sia-siakan kebaikanmu ini? Tadi beberapa tuan-tuan sudah menggunakan senjata, jikalau kita pun gunakan itu, kelihatannya adalah terlalu lumrah, maka Khu loosu, kepandaian apa kau ada punyai, silakan kau perlihatkan, satu atau dua rupa, supaya semua sahabat di sini bisa buka mata mereka!" Lioktee Sinmo tertawa berkakakan. "Hoa loosu, janganlah kau dengan sengaja hendak bikin aku susah!" ia berkata. "Aku datang ke Haytong-kok ini melulu disebabkan persahabatanku dengan tuan rumah ia tunjuk Pian Siu Hoo dan sekalian untuk belajar kenal dengan beberapa sahabat yang baru, jadi bukan maksudku yang utama akan mengganggu siapa pun. Juga aku sama sekali tidak berani unjukkan kepandaian dengan tak keruan juntrungannya di hadapannya banyak sahabat ini. Maka mari kita memperlihatkan saja beberapa rupa kepandaian tangan kosong, supaya tidak percuma yang kita orang telah datang kemari...." "Sahabat karib, janganlah kau bersikap, demikian!" Hoa Ban Hie tertawa. "Sikapmu demikian rupa adalah seperti juga kau tidak memandang mata padaku, si pengemis tua! Sahabat karib, pertemuan kita malam ini bisalah dikatakan sebagai si penjual emas bertemu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan si pembelinya! Sahabat, aku ingin main-main dengan kau dalam kalangan ilmu nuikang, maka silakan kau mulai guna memastikan kemenangan atau kekalahan. Harap sahabatku, kau tidak banyak bicara lagi, silakan kau berikan, pengajaranmu kepadaku!" "Sahabat karib, kau keliru artikan aku!" Khu Liong Gan

bilang sambil bersenyum. "Sahabat, aku ketahui maksudmu yang sebenarnya! Kau sebenarnya hendak coba Susat Sinliong-pang-mu yang disebut juga Susat Hokmo-pang, untuk menghadapi aku, sedang baru saja aku telah tegaskan, aku ingin tak menggunakan gegaman! Sahabat, jangan kau anggap aku tidak berani melayani padamu! Guruku benar tidak ajarkan aku menggunakan alat senjata, akan tetapi aku sendiri telah yakinkan juga satu rupa, hanya biasanya, selama aku mengembara di selatan dan utara, belum pernah aku mencoba menggunakan itu! Jangan kau gusar, sahabat baik, tetapi aku hendak terangkan, jikalau aku gunakan senjataku itu, selamanya belum pernah orang yang hadapi aku bisa mendapat kesudahan yang baik, selamanya semua menjadi apes! Kita orang di sini semua ada bersahabat baik, maka itu kenapa kita orang mesti ciptakan permusuhan hingga selanjutnya, kita orang bisa tidak hidup sama-sama di kolong langit?" Setelah berkata demikian, Khu Liong Gan simpan kantong tembakaunya. Sudah biasanya bagi Kiongsin Hoa Ban Hie, ia belum pernah niat mengalah bicara, tidak peduli dengan orang macam bagaimanapun, dan sudah biasa juga orang yang kenal padanya, tidak mau adu mulut, maka itu ia menjadi sangat tidak senang yang sekarang Lioktee Sin-mo berani banyak bicara terhadap ia, tetapi meski demikian,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

ia ternyata bisa kendalikan diri. Malah sambil angkat kedua tangannya sembari bersenyum, ia berkata, "Khu loo-suhu, kau benar ada orang istimewa! Di dalam Rimba Persilatan, ada siapa yang bisa melebihi kau? Kau ada baik sekali dan tidak niat bikin aku jatuh merk, aku berterima kasih padamu! Nah, sahabat karib, kita baik jangan abaikan ketika, silakan kau perlihatkan ilmu kepandaian rahasiamu ialah Shacaplak-louw Pekwan cianghoat, supaya aku si pengemis tua bisa buka mata, agar semua hadirin di sini bisa tambah pengetahuannya dengan kepandaian istimewamu itu!" Lioktee Sinmo sebenarnya kaget yang ilmu kepandaiannya telah dibeber oleh si pengemis tua, tetapi dengan seruan, "Baiklah!" dan tertawa, ia bisa umpeti perasaannya itu, sedang juga ia lantas mulai bersiap. Berdiri masing-masing di timur dan barat, kedua lawan itu perlihatkan roman yang luar biasa: yang satu

pengemis, yang lain sebagai guru sekolah yang melarat. Dengan masing-masing angkat kedua tangan, dua orang itu berseru, "Persilakan!" setelah mana mereka maju mendekati satu dengan lain. Benar saja, Khu Liong Gan sudah lantas memperlihatkan gerakan dari Pekwanciang, Tangan Lutung Putih! Orang telah menduga bahwa Hoa Ban Hie akan mainkan Kimna-hoat, ilmu "Menangkap"untuk hadapkan si Iblis Bumi, tetapi di luar dugaan orang banyak, ia justru keluarkan Thaykek-touw, hingga menampak demikian, Lioktee Sinmo sendiri menjadi terperanjat, maka lekas-lekas ia robah gerakannya dan gunakan Patkwa-mui bagian Biansie Liuyap Mosin-ciang atau "Kepelan lemas".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cepat luar biasa, tubuhnya Hoa Ban Hie telah merangsek dekat pihak lawan, tangannya bergerak, akan tetapi di saat kepelannya belum sampaikan tubuh musuh, tubuhnya sudah bergerak pula, berkelit sendiri dengan memutar, akan tahu-tahu ia sudah berada di sebelah belakangnya Khu Liong Gan. Itu adalah gerakan laksana kilat cepatnya! Si Iblis Bumi tahu artinya gerakan musuh, ia bisa membade dengan pasti, tetapi gerakan kilat itu ada menerbitkan kesukaran bagi ia, karena ia mesti turutturutan berlaku sebat juga, berbalik atau memutar tubuh ke jurusan mana si musuh berbalik atau memutar, karena ia mesti pasang mata untuk kaki tangan musuh, yang bisa tendang atau toyor ia sembarang waktu. Hanya, yang sudah terbukti, ia cuma diancam saja, serangan belum ada sama sekali. Benar-benar, gerakannya Malaikat Kemelaratan ada laksana orang main petak atau bersendagurau, karena ia terus terputar-putar, putar sana dan putar sini, tangannya kiri dan kanan menyerang, kakinya mendupak atau menendang, tetapi semua itu tidak sampai mengenai sasaran atau ia telah tarik pulang, sedang pihak lawannya, sambil terputar-putar sebagai dia, mesti juga geraki kaki tangan, guna menangkis atau berkelit. Toh semua serangan tak meminta hasil. Tetapi, kendati begitu, Lioktee Sinmo mesti beraksi, karena ia kuatir, selagi ia tak bersiap, ia nanti betul-betul dicepol atau didupak terguling. Gerakannya Hoa Ban Hie mirip benar dengan sifatnya

thaykek, yang merupakan lingkaran, dengan lingkaran mana, Khu Liong Gan seperti terkurung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sesudah babakan yang pertama, orang lihat tubuhnya ketua Kiongkee-pang bergerak-gerak jauh terlebih cepat pula: satu waktu ia berputar-putar, satu waktu ia berbalik, atau lain waktu ia loncat mumbul, akan sabansaban, sebagai akibatnya, ia datang pula merapatkan diri. Sama sekali ia tidak mengasih ketika akan pihak lawan dapat mengaso, ia tak ijinkan pihak lawan itu kasih pembalasan. Baru sekarang Lioktee Sinmo Khu Liong Gan ketahui benar liehaynya si pengemis tua ini, yang orang sohorkan dan malui, sebab benar-benar orang tidak boleh main gila terhadap padanya. Kegesitan tubuh seperti itu, mana sembarang orang bisa layani.... Ada orang-orang yang sangka, Hoa Ban Hie menjagoi karena terlalu banyak pengikutnya, yang tersebar di sungai besar selatan dan utara. Anggapan ini pun ada anggapan dari si Iblis Bumi sendiri, siapa nyana, anggapan itu tidak berdasar. Nyata, kecuali banyak pengikutnya, si Malaikat Kemelaratan memang benar ada sangat liehay. Pekwan-ciang dari Khu Liong Gan ada suatu ilmu pukulan yang liehay, yang gerakannya sebat luar biasa, karenanya, ia ada sangat dimalui, tetapi sekarang menghadapi si pengemis tua, ia menjadi repot. Coba ia tidak perkuatkan pembelaannya, mestinya sedari siangsiang ia sudah kena dipecundangi. Sekarang, dengan terpaksa, ia kuatkan hati, ia perlihatkan kegesitannya, buat melayani terus... Karena cepatnya gerakan, cepat juga lewatnya jurusjurus, sebentar saja, sudah lebih daripada sepuluh jurus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tapi justru karena ini, Khu Liong Gan lantas ketahui, musuh mempunyai nuikang atau lweekang yang liehay. Saking terpaksa, Khu Liong Gan lantas perlihatkan semua gerakan dari Shacaplak-louw Pekwan cianghoat. Ia tidak mau sembarangan menyerah kalah, ia melawan terus sebisa-bisanya. Lioktee Sinmo telah gunai Cie-yang Taykiu-chiu, guna kumpul tenaga di lengannya, tetapi Hoa Ban Hie mencoba punahkan itu dengan Yancu Sippat Siamhoan, terbang jumpalitannya burung walet. Semua penonton jadi sangat ketarik, yang tadinya

duduk, lantas bangun berdiri. Semua mereka menjadi kagum luar biasa, baru sekarang mereka lihat pertandingan yang berarti. Itulah tidak heran jika diingat, masing-masing dari kedua tandingan itu telah punyakan latihan hampir setengah abad. Menurut jalannya pertandingan, adalah Hoa Ban Hie yang saban-saban menyerang Khu Liong Gan, tetapi menurut apa yang tertampak, sebaliknya adalah Khu Liong Gan yang seperti ubar-ubar Kiongsin. Demikian kita lihat, Lioktee Sinmo susul si Malaikat Kemelaratan, yang mutar balik dari jurusan timur utara. Si pengemis tua ini sudah lantas gunai ilmu entengi tubuh Polong tengpengleng coanpou, yang ada lebih liehay daripada ilmu Cosiang-hui atau "Jalan di atas rumput laksana terbang." limu lari ini bisa keliru dianggap sebagai ilmu siluman, saking cepatnya. Sekali ini, Khu Liong Gan menjadi ibuk sekali. Waktu ia dikurung, ditendang dan dicepol, ia bisa berkelit dan menangkis, meski juga tangan dan kaki mereka tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sampai beradu, tapi sekarang, guna balas menyerang, ia kewalahan akan kejar tandingan yang bisa lari seumpama terbang itu. Bagaimana ia bisa menyandak? Kalau ia tidak sanggup menyandak, bagaimana ia bisa menyerang, baik dengan tangan maupun dengan kaki? Bagaimana ia bisa mendekati tubuh musuh kalau ia kalah lari? Jika tidak mengubar terus, itulah tidak bisa jadi, sebab Kiongsin bukannya kalah! Mereka pun lagi adu kepandaian: kepandaian rupa-rupa! "Celaka, malam ini aku bisa jatuh pamor...." pikir si Iblis Bumi. Hoa Ban Hie tapinya tidak lari terus-terusan, ia kendorkan kakinya, ia putar tubuhnya, dengan begitu, ia kecandak, tetapi begitu rapat pula, lagi-lagi dia yang mendahului menerjang, beruntun-runtun. Maka itu, sudah tiga kali mereka berkelahi "rapat," sedang mereka main udak-udakan, sudah dua kali. Khu Liong Gan jadi sengit, ia bergerak dengan hebat. Ia ingin peroleh keputusan: ia menang atau kalah! Ia tidak layani lawan seperti biasa, dengan berani ia ambil aksi memegat, akan kacaukan berkelahi orang yang luar biasa itu. Ia tidak lagi ada di sebelah belakang, dengan tiba-tiba ia memegat dari kiri, tubuhnya berloncat, tangan kirinya bergerak, disusul oleh tangan kanannya.

Sasarannya iga kiri dan Kiongsin. Ia pun telah kumpulkan tenaganya. Dipegat secara demikian, Hoo Ban Hie masih bisa berhentikan tindakannya. Kaki depannya berhenti, tubuhnya mutar, berbalik ke belakang, kapan pundak kanannya di angkat, tangan kirinya ditekankan ke bawah, bukan untuk cegah atau tangkis tangan musuh, hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk "potong" lengan musuh itu. "Babatan" ini membahayakan. Khu Liong Gan, sebagai satu ahli sudah siap. Dari menyerang, ia berbalik jadi diserang. Ia batalkan serangannya dan ia bawa tangannya ke bawah, terus ditarik pulang ke depan dadanya. Mula-mula akan tolong tangan kirinya, yang sudah maju lebih dahulu, tangan kanannya, yang maju belakangan, ia bisa kembalikan dengan sebat. Dan dengan tangan kanan, ia menyambar mukanya si pengemis, kaki kanannya berbareng juga turut maju bekerja. Sebagai pihak penyerang, Hoa Ban Hie sudah siap. Dengan gampang ia bisa loloskan diri dari ancaman musuh. Ia tidak mau menyerah dengan begitu saja. Musuh gunai akal, ia pun bisa jika ia mau. Men-dadakan ia majukan kaki kirinya, tubuhnya ikut mendak sedikit, tangannya bergerak, pada jalan darah dari musuh. Tangan ini tahu-tahu telah mengenai baju. Khu Liong Gan terperanjat, pundaknya diegosi, ke kiri, lantas kaki kirinya, yang sudah bergerak, dipakai menyapu, guna barengi musuh, la arah kaki kanan musuh. Jikalau serangan kaki ini berhasil, akibatnya hebat bukan main bagi Hoa Ban Hie. Kakinya si Iblis Bumi, yang telah terlatih, keras laksana besi, siapa terkena itu, pasti tulangnya patah, uratnya putus. Tapi Hoa Ban Hie tidak kelabakan, akan menyingkir dari serangan itu. Ia geser kaki kanannya ke belakang, kaki kirinya diangkat sedikit, kedua tangannya disiapkan. Secara begini, dengan gampang ia bisa lolos dari ancaman bahaya itu. Nampaknya, karena gerakannya itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tubuhnya seperti hendak jatuh celentang, tetapi tahutahu ia telah mengisar ke kanan, tangan kanannya menyerang dengan satu totokan ke otak. Ini adalah salah satu totokan berbahaya dari Susatchiu. Khu Liong Gan egos diri ke kiri. Totokan itu tidak

bisa diluputkan, kalau sasaran tidak dapat dikenakan, mesti ada lain-lain bagian yang menjadi korbannya, umpama tempilingan. Tapi Lioktee Sinmo masih punyakan daya lain: sembari egos tubuh, ia mengebut dengan tangan kanan, atau lebih benar ujung baju dari tangan kanan itu, menuju nadi orang itu. Itu adalah kebutan ujung baju, tetapi ujung baju dari satu ahli nuikang ada tak kurang liehaynya dari pukulan biasa. Ini pun ada serangan yang dinamai Po-in kianjit atau "membuka awan akan melihat matahari." Hoa Ban Hie tahu keliehayan lawan, ia tarik pulang tangannya dan tubuhnya pun dimencelatkan maju. Sambil berbuat begitu, ia tertawa berkakakan! "Iblis tua, tidak salah apa yang kau bilang!" ia kata. "Aku si pengemis tua benar bukan tandinganmu! Terang, kau ingin betot aku hingga kecebur ke air! Oh, sahabat karib, dalam pertempuran ini aku harus menyerah kalah!...." "Hm, sahabatku!" Khu Liong Gan pun kata. "Bukankah Susat-chiu masih ada lain-lain bagiannya yang berbahaya?" "Dengan begitu kau puji-puji aku! Aku tidak berani 6embarangan, sahabat!" Hoa Ban Hie kata. "Dengan kantong tembakaumu, kau bisa mainkan pukulanmu yang berbahaya pada tigapuluh enam jalan darah atau urat, itu adalah kepandaian yang istimewa dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tersembunyi sekalipun di kalangan Rimba Persilatan. Apa kau sangka aku si pengemis tua tidak ketahui tentang kepandaian simpanan dari kau ini? Silakan kau keluarkan kepandaianmu itu, aku si pengemis tua akan tak sayang lagi jiwa bangkotanku. Aku nanti temani kau main-main untuk beberapa jurus! Iblis tua, hayolah, dengan secara terbuka, kau pertunjuki kepandaian kau itu, supaya khalayak ramai bisa buka matanya!" Dikocok begitu rupa, Khu Liong Gan manggutmanggut. "Hoa Ban Hie, aku mesti tunduk pada kau," ia kata. "Silakan dengan bebas, kau perlihatkan kepandaian simpananmu. Biar bagaimana juga aku tak berguna aku nanti layani pada kau! Nah, sahabat, silakan mulai!" "Iblis tua, baiklah, begini saja perjanjian kita!" kata Hoa Ban Hie. Demikian berdua mereka saling ejek. Ketika itu Chong Kim Ciu, salah satu murid dari

Kiongkee-pang, yang sedang berduduk saja, lantas berbangkit dan bertindak menghampirkan, akan serahkan senjata pusaka turunannya Hoa Ban Hie dari leluhur Kiongkee-pang, ialah toya Susat-pang. Ketika ia sampai di depan pemimpinnya, ia tekuk sebelah kakinya. Hoa Ban Hie sambuti itu senjata, yang diberikannya secara demikian hormat. Chong Kim Ciu tunggu sampai senjata pusaka itu sudah diterima dengan baik, baru ia undurkan diri, menurut caranya sendiri, yang istimewa Ia berbangkit, ia tidak putar dahulu tubuhnya, buat bertindak ke tempatnya tadi, hanya begitu berbangkit, tubuh itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

segera mencelat lompat ke tempatnya tadi, dengan satu jumpalitan Yauwcu tohoansin atau "Burung jungkir balik" Ia bergerak laksana terbangnya burung, hingga siapa yang menyaksikan, jadii kagum sekali. Lioktee Sinmo, di pihaknya, sudah singkap bajunya yang panjang, akan keluarkan huncwee dengan kantong tembakaunya, setelah nu na, ia mundur, seperti juga si pengemis tua, hingga mereka berdiri berhadapan cukup jauh satu dari lain. Semua penonton buka lebar-lebar mata mereka, kesatu mereka hendak saksikan pertempuran dari dua jago kenamaan, dan kedua mereka hendak saksikan juga senjata-senjata yang istimewa itu, bagaimana digunakannya senjata itu dan bagaimana kefaedahannya Kedua pihak sudah lantas siap tetapi lebih dahulu daripada itu, Hoa Ban Hie telah menjura ke jurusan barat utara asli, kemudian dengan mendak sedikit, toyanya ia lintangi di depan dadanya. --ooo0dw0ooo-XV Lioktee Sinmo juga lintangi kantong tembakaunya Han-yan-tay, tangan kirinya dimajukan ke depan, jerijinya duduk di atas tangan kanan, kemudian sambil mengucapkan, "Silakan?" ia bertindak ke kiri, hingga kedua pihak lantas datang dekat satu pada lain. Khu Liong Gan sudah lantas turun tangan terlebih dahulu, ia mendahului, dengan arah dada lawan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hoa Ban Hie tidak menangkis, hanya ia kelit ke kiri; dari sini, ia geraki Susat-pang. Ia berada di sebelah kanan musuh. Khu Liong Gan kelit sambil putar tubuhnya, berbareng

dengan itu, ia menyerang pula, pada belakang kepala orang. "Bagus!" berseru Hoa Ban Hie, sambil ia berkelit dengan tunduki kepala, sedang kaki kanannya ditarik mundur. Lagi-lagi ia menggeser ke kanan, terus mutar, diturut oleh toyanya. Kalau tadi ia diserang belakang kepalanya, sekarang ia hajar bebokong lawan itu. Ia selalu mencari jalan darah atau urat. Begitulah kedua pihak bertempur, dengan lantas saja menjadi seru, karena dua-duanya ada gesit dan sasaran mereka selalu ada anggota-anggota tubuh yang berbahaya, hingga siapa lebih ajal, ia harus terima kalah. Di matanya orang banyak, buat sementara itu, kelihatan nyata bahwa kedua tandingan ada setimpal. Dengan suara sambaran angin yang keras, Susat-pang menjurus ke tubuhnya Khu Liong Gan. Dengan lompat jumpalitan Giok-bong tohoansin, ialah "Ular naga kumala jungkir balik tubuhnya," Lioktee Sinmo berkelit ke kiri, Han-yan-tay-nya turut bergerak, dari bawah ke atas, menyampok toya musuh, hingga kedua senjata jadi beradu sambil perdengarkan suara keras. Susat-pang terpental sedikit ke tinggi dengan Han-yantay berbalik turun. Ini telah terjadi saking kerasnya benturan, atau saking kuatnya tenaga dari kedua pihak. Baru sekarang orang-orang dari kedua pihak dapat tahu, ruyung dari Hoa Ban Hie bukan ruyung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sembarangan, dan terbikinnya dari bangsa logam. Tadinya, karena dicat dan nampaknya seperti tidak dirawat, ruyung itu orang tidak tahu terbikin dari kayu atau bahan lainnya Karena itu benturan, kedua pihak telah saling mundur akan periksa, senjata mereka masing-masing, ada yang rusak atau tidak, apabila keduanya sama-sama merasa puas, dengan sendirinya mereka maju pula, akan rapatkan diri. Susat-pang, sebagai pusaka dari Kiongkee-pang, benar mempunyai tigapuluh enam jalan, yang lebih jauh terpecah jadi tiga gerakan lain buat masing-masing satu jalannya, maka itu sama sekali menjadi seratus delapan jalan, Di lain pihak, Han-yan-tay mempunyai jalan yang sama banyaknya dan telah terkenal di tigabelas provinsi selatan dan utara: tujuh di selatan, enam di utara. Cara menyerangnya juga ada yang menurut ilmu menotok

jalan darah, dari mana jadi ternyata liehaynya senjata itu. Tandingan yang setimpal ini bergerak dengan cepat dan gesit, tubuh mereka tertampak seperti berkelebatan saja. Lioktee Sinmo Khu Liong Gan jadi sangat kagumi lawannya itu. Sejak masuk dalam dunia Sungai Telaga, ia sudah merantau di dalam dan luar Tionggoan, di selatan dan utara, di atasan dan bawahan sungai Tiangkang, ia pernah hadapkan banyak tandingan tangguh, tetapi tidak pernah ia ketemu orang sebagai si pemimpin pengemis ini, justru datangnya ke Haytong-kok melulu untuk berkenalan dengan orang-orang kangouw, yang luar biasa, ahli-ahli dari Rimba Persilatan. Ia tidak pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyangka bahwa ia bakal hadapkan Hoa Ban Hie, hingga ia memikir, jangan-jangan di sini ia bakal tampak kejadian yang akan bikin ia tercemar. Oleh karena ini, ia lantas berkelahi dengan sungguh-sungguh dan hati-hati, ia keluarkan semua kepandaiannya. Juga bagi Hoa Ban Hie, ini ada pengalamannya yang pertama. Sudah empatpuluh tahun ia nyebur di kalangan Sungai Telaga, buat ia tidak ada soal sukar atau sulit, ia tetap tenang dan gembira, ia paling gemar membanyol atau menyindir. Hanya kali ini di Haytong-kok barulah ia bisa memikir, apa ini bakal menjadi saatnya yang terakhir atau bukan.... Apa yang luar biasa, senjata kedua pihak pun sama luar biasanya. Duapuluh jurus sudah lewat dengan cepat. Hoa Ban Hie sekarang merasai benar berbahayanya musuh, senjata siapa ada seimbang liehaynya dengan senjatanya sendiri. Yang berbahaya adalah kalau senjata musuh itu mencari urat atau jalan darahnya, sebagaimana senjatanya sendiri pun mampu berbuat. "Aku mesti lindungi pamorku," berpikir Hoa Ban Hie. Ia kepalai empat atau limalaksa pengikut Kiongkee-pang, maka kalau ia gagal, ia malu akan tinggal hidup lebih lama. Tadinya ia pikir akan layani Khu Liong Gan sampai mereka dapat jalan akan berhentikan pertempuran secara baik, secara damai, tapi sekarang, melihat sikapnya Lioktee Sinmo, ia bersangsi. Maka sekarang, ia tidak lagi mau main-main.... Ketika itu Khu Liong Gan berada di sebelah selatan,

dengan tipu Ciauwhu bunlouw atau "Tukang kayu


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menanyakan jalanan," ia mau totok tenggorokan dari Hoa Ban Hie. Untuk bela dirinya, Hoa Ban Bie tidak menangkis, hanya ia egos tubuhnya ke kiri. Tetapi sembari menyingkir, ruyungnya ia geraki, akan sambil lalu sabet pundak kiri orang. Karena ia tidak mau berkelit dengan hanya berkelit saja. Khu Liong Gan lihat Serangannya tidak mengasih hasil, sebaliknya, pundaknya terancam bahaya, dengan lekas ia berkelit seraya senjatanya ditarik pulang, dipakai akan sapu senjata musuh. Maka untuk kedua kalinya, Susatpang dan Han-yan-tay telah saling kebentrok pula, dengan luar biasa keras, sebab kedua pihak menggunai tenaga penuh, maka kedua senjata telah sama-sama terpental balik. Menggunai saat kedua senjata beradu dan terpental, Lioktee Sinmo memikir untuk rebut kemenangan. Mengunai saat senjatanya terpental, ia barengi gerakkan tenaganya, akan bikin senjata itu mutar balik, buat diteruskan menyerang lawan, sembari berbuat begitu, ia kasih dengar suara dari hidung, la telah menjuju perut orang itu. Gerakan ini dipanggil Kimkee tauwleng atau "Ayam mas menggibrik bulu," yang gerakannya sangat cepat. Hoa Ban Hie berada dalam ancaman bahaya, karena serangan musuh ada serangan yang tak dapat didugaduga, untuk menangkis itu, ketikanya sudah tidak ada, sedang buat berkelit mundur, gerakan tubuh tidak leluasa, maka tidak ada lain jalan, si Malaikat Kemelaratan sudah lantas tancap kedua kakinya dengan rubuhnya ditarik ngelenggak ke belakang, sampai tubuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu sedikit melengkung. Secara begini, Han-yan-tay telah menyambar untuk lewat saja, tak mengenai sasarannya. Tetapi Khu Liong Gan telah menduga bahwa orang bakal lupakan diri dengan cara menarik tubuh itu, ia sudah siap, selagi tubuh lawan melengkung, ia majukan kaki kanannya, dan lagi sekali, arah perut orang itu. Ia bisa lakukan serangan itu beruntun karena tangannya sedang terayun dan terputar terus. Gerakannya ada cepat luar biasa. Hoa Ban Hie ada terancam bahaya, karena sekarang ia sudah tidak bisa mundur atau berkelit lagi, akan tetapi di

lain pihak, ia telah dapat ketika akan siap dengan duadua tangan dan kakinya. Ia rupanya bisa menduga atas aksi selanjutnya dari pihak lawan. Cepat sekali, ia geser kaki kirinya ke kiri, kapan kaki ini telah menancap, kaki kanannya diangkat, dikasih jinjit. Secara begini, ia sudah lolos dari bahaya. Tetapi ia tidak berhenti sampai di situ. Kedua tangannya ada merdeka sedari tadi, ia hendak gunai ruyungnya. Begitulah sambil geser tubuh ke kiri, Susat-pang dipakai barengi menyambar ke pilingan kiri. Lioktee Sinmo telah memikir bahwa satu kali ini ia bakal bisa rubuhkan lawannya yang tangguh dan termasyhur itu, karena desakannya yang hebat, karena kegesitannya istimewa, maka tidak nyana, ketua dari Bancie sanchung masih punya-kan kesempatan, akan perbaiki diri dan berbareng balas menyerang dengan tidak kurang hebatnya. Sebab ia sudah tidak bisa gunai lagi Han-yan-tay, untuk tolong diri, terpaksa ia pakai tangan kosong, untuk sambuti ruyung musuh dan tekan itu, agar senjata itu tidak sampai mengenai sasarannya, latahu serangan ada hebat, dan barangkali ia kekurangan tenaga, tetapi di waktu demikian, ia empos
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

semangatnya, akan kumpul tenaga dan tenaga bathinnya. Kiongsin menjadi kagum kapan ia saksikan caranya musuh membela diri itu. Ini macam tangkisan juga ia tidak pernah pikirkan. Ia lekas tarik pulang ruyungnya begitu ruyung mengenai tangan musuh, agar senjata itu tidak kena dicekal atau dibetot. Maka dengan sendirinya, kedua pihak pun terpisah satu dari lain. Untuk ketiga kalinya, kemudian dua lawan telah saling berhadapan pula. Pertempuran telah dilanjuti dengan kedua pihak semangkinan sengit. Lioktee Sinmo, si Iblis Bumi, telah kirim pukulan-pukulan dari kematian, ujung senjatanya terus mencari urat-urat atau jalan darah yang membahayakan jiwa. Duabelas tayhiat atau jalan darah paling berbahaya dari si Malaikat Kemelaratan senantiasa menjadi sasaran. Hoa Ban Hie bisa lihat sepak terjang lawan yang tangguh itu, ia mengerti, ia tidak mau berlaku alpa. Ia gunakan kecelian mata, kegesitan tubuh, baik di waktu berkelit dan menangkis maupun di saat ia lakukan pembalasan, karena ia tidak mau jadi pihak yang selalu diserang.

Khu Liong Gan telah gunai Lianhoan capjie kiauwtah, runtunan serangan duabelas kali, dan Hoa Ban Hie layani ia dengan tenang. Runtunan yang ketujuh ada Kim-hong hielui atau "Tawon gula permainkan tangkai bunga," sasarannya ialah jidat. Hoa Ban Hie tidak mau menangkis atau berkelit saja, hanya ia balas menyerang sembari ia egos tubuhnya ke kiri, ruyungnya menuju ke piringan kiri. Secara begini, orang she Khu itu mesti batalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

serangannya karena ia mesti tolong diri, dengan sampok keras pada Susat-pang. Hoa Ban Hie telah belajar kenal dengan lweekang musuh, ia tahu bahayanya kalau senjatanya kena disambar, akibatnya ada terlepas dari cekalan atau terpental keras hingga ia bakal hilang kekuasaan atas senjatanya itu, maka sebelumnya bencana datang, ia mendahului. Dengan sebat ia tarik ruyungnya selagi Hanyantay menyambar, ketika gegaman musuh lewat, ia barengi menyerang pula, dengan tidak kalah sebarnya. Tangan kirinya juga turut menyambar ke arah dada. Khu Liong Gan telah hadapkan bahaya. Ia tahu yang serangan musuh ada hebat sekali. Apa daya sekarang? Ia tidak bisa menyingkir, maka ia mesti hadapkan itu. Terpaksa ia gunai Han-yan-tay, akan rintangi Susatpang, dan dengan tangan kiri juga, ia halangi tangan kiri pihak lawan mengenai tubuhnya. Tidak dapat dicegah lagi, satu bentrokan telah terjadi. Satu suara nyaring kedengaran. Tangan kirinya Lioktee Sinmo telah tergetar. Tetapi setelah itu, keduanya samasama lompat mundur. Tidak ada salah satu yang mendapat luka. "Hoa loosu, Susat-pang sesungguhnya liehay sekali!" berkata Khu Liong Gan. "Aku Khu Liong Gan menyerah kalah...." "Khu loosu," berkata Kiongsin, sambil tersenyum, "Han-yan-tay-mu benar-benar istimewa! Aku si pengemis tua telah luntang-lantung empatpuluh tahun lamanya sebegitu jauh belum pernah aku ketemukan tandingan sebagai kau, maka ini malam aku mesti mengaku bahwa aku telah menyerah kalah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hoa loosu," berkata pula si Iblis Bumi, "sebenarnya kau belum keluarkan antero kepandaianmu. Dengan sebenarnya, pertemuan ini malam ada pertemuan yang sangat sukar dicari ketikanya! Hoa loosu, aku masih

punyakan dua rupa permainan, yang di depan loosu aku niat pertunjukan keburukannya, apa kau sudi layani aku mencoba-coba sebentaran?" Hoa Ban Hie tahu bahwa manusia aneh ini belum puas, belum mau menyerah kalah, maka ia tahu juga, kecuali ini manusia aneh dapat dibikin takluk, pertempuran di Haytong-kok sukar sampai pada akhirnya, yang lain-lain pasti sekali tak akan mau sudah juga. "Maka tidak bisa lain, aku mesti layani padanya, akan bikin ia merasa puas!" demikian ia pikir akhirnya. Sementara itu satu muridnya Kiongkee-pang telah lompat pada ketuanya itu, akan dengan hormat menyambuti Susat-pang, setelah mana, dengan hormat juga, ia undurkan diri ke tempatnya. "Khu loosu," berkata si Malaikat Kemelaratan, "benar seperti kau telah bilang ketika baik seperti ini sungguh sukar dicari keduanya! Ya, Khu loosu, di dalam pertemuan ini malam di Haytong-kok ini, kita benar harus keluarkan semua kcbisaan kita, kita mesti tinggalkan semua di sini, supaya kalau nanti kita mati, tidak usah kita bawa-bawa ke dalam peti mati! Khu loosu, bukankah manusia hidup tak melebihkan seratus tahun? Bukankah, hari-hari hidup kita, tinggal lagi sekejap saja? Maka, setelah pertemuan ini, barangkali kita baru bisa ketemu pula sesudah kita orang berada di lain dunia! Khu loosu, haraplah kau tidak anggap ucapanku ada ucapan sial, ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

adalah ucapan yang benar-benar cocok dengan kenyataan!" "Hoa loosu, benar-benar pikiranmu terbuka!" kata Khu Liong Gan, dengan tertawa tawar. "Hoa loosu, orang telah sohorkan Su-sat-pang-mu, sekarang aku telah buktikan itu! Orang pun bilang bahwa ilmumu mengentengi tubuh yang dinamai Kengkongteesut-hoat ada istimewa, aku percaya itu, maka, jikalau kau suka, maukah kau pertunjuki itu di depan kita? Aku merasa girang apabila padaku diberikan pengajaran tentang ilmu itu...." "Dengan segala senang hati, Khu loosu!" sahut Hoa Ban Hie. "Buat aku, ilmu apa saja, yang aku mengerti, aku bersedia buat pertunjuki, untuk mengiringi kau. Hanya ilmu yang aku tak mampu biar bagaimana, aku tidak berani pertunjukkan, benar-benar aku tak

sanggup!" "Ya, Hoa loosu, aku mengerti," kata Lioktee Sinmo. "Memang tidak harusnya orang paksakan orang buat ilmu yang dia tak mengerti! Hoa loosu lihat itu pohonpohon hay-tong! Bagaimana kalau kita pinjam pohonpohon itu, untuk kita orang coba-coba? Aku percaya ini bukannya soal sukar untuk kau...." "Bagus, Khu loosu," kata Hoa Ban Hie, "kau benarbenar ada orang yang mengetahui dan bisa mengimbangi lain orang! Dengan begini, kitajuga jadi tidak usah bikin berabe pada tuan rumah dengan minta disediakan ini atau itu, hanya sayang itu pohon-pohon haytong, kita bakal kena injak-injak! Aku tidak peduli bahwa aku bakal rubuh tetapi tindakan kakiku benarbenar tak tetap!...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Sudah, Hoa loosu, sudah, kau tidak usah membanyol lagi," kata Khu Liong Gan. "Sekarang hayo kita orang lantas mulai!" Si Malaikat Kemelaratan unjuk roman kaget. "Eh, bagaimana, Khu loosu? ia tanya. "Jadinya kau inginkan kita orang main-main di atas pohon itu? Jadinya kau ingin hajar tulang-tulangku yang tidak belarakan menjadi berhamburan? Baik, baik, Khu loosu, aku akan temani kau! Biarlah, aku si tua tidak sayangi lagi jiwaku! Nah, silakan!" Lioktee Sinmo tahu yang pihak lawan melulu lagi kocok padanya, ia tidak mau meladeni hanya setelah singsetkan pakaiannya, ia berjalan beberapa tindak, dan akhirnya enjot tubuh, loncat naik ke atas sebuah pohon yang sebelah timur. Kapan ia sampai di atas, ia angkat kaki kanannya dan putar tubuh, akan hadapkan Hoa Ban Hie, untuk memberi hormat. Hoa Ban Hie sudah lantas turut sikapnya si orang she Khu, dengan beruntun loncat tiga kali, ia terus enjot tubuhnya loncat naik ke sebuah pohon di sebelah barat. Itu ada pohon yang tinggi tetapi ia tidak sampai di puncaknya, ia taruh kaki di sebelah bawah, selagi kakinya menginjak, tubuhnya bergoyang-goyang, cabang-cabang pohon bersuara seperti patah atau ringsek. Di matanya orang biasa, ia seperti tidak bisa berdiri tetap dan hendak jatuh, tetapi di matanya satu ahli, ia sebenarnya lagi pertunjuki kepandaiannya. Sebab ia perlihatkan Giok-niauw touwkie atau "Burung kumala

menclok di cabang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Khu Liong Gan tidak puas melihat tingkah orang itu, maka dengan tidak banyak omong lagi, ia lompat maju, akan mendekati ketua pengemis itu. Hoa Ban Hie lihat sikap orang, ia menduga maksudnya, ia tunggu sampai orang telah datang dekat, tiba-tiba ia beratkan tubuhnya, sampai cabang pohon yang ia injak jadi mendot ke bawah sampai berbunyi seperti cabang patah. Khu Liong Gan terperanjat, ia lekas lompat balik, ke pohon di sebelahnya. Ia tahu bahwa ia bisa celaka kalau ia diam saja. Lantas Hoa Ban Hie unjuk kepandaiannya, cabang pohon yang ia injak tidak naik pula, berbareng dengan mana, ia sendiri loncat ke pohon di mana pihak lawan lagi berdiri, sedang mulutnya berseru "Bagus!" "Sambutlah, loosu! kata si pengemis tua yang terus saja menyerang dengan Kimkauw-ciang atau Tangan Gaetan Mas, yang menjurus ke bebokong. Khu Liong Gan terperanjat, lekas-lekas ia loncat ke kiri, dari mana ia lalu loncat balik, hingga ia berada di belakang musuh, hingga ia dapat ketika akan segera balas menyerang. Karena serangannya mengenai tempat kosong, Hoa Ban Hie terus saja mendak. Dengan jalan ini kecuali ia pertahankan tubuh, ia pun lenyapkan ancaman dari serangan musuh itu. Hanya lagi-lagi bangun akan menyerang pula, selagi tangan musuh belum keburu ditarik pulang, hingga musuh itu jadi repot, untuk tarik tangannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sampai di situ, bergantian mereka menyerang satu pada lain. Kedua pihak telah pertunjuki kegesitan, keentengan tubuh dan kecelian mata mereka, sebab mereka tahu, siapa alpa atau ayal atau kurang celi matanya, dia bakal jatuh nama. Mereka ada laksana monyet-monyet atau tawon gula. Semua penonton di kedua pihak jadi sangat kagum, ini adalah pertandingan yang mereka baru pernah saksikan. Tiga kali Khu Liong Gan lari mutar, ia ingin coba Hoa Ban Hie, si pengemis tua bisa uber ia atau tidak, tidak tahunya, dua kali ia kena dilewatkan secara mengagumkan hingga ia jadi ketahui bahwa musuh ada jauh terlebih gesit daripadanya. Tapi ia penasaran, ia lari

terus, hanya sekarang, di saat ia lihat musuh hendak menyandak ia, mendadakan ia lompat jumpalitan, akan bikin dirinya berada di belakang musuh. Dengan begini ia ingin berbalik untuk dia yang kejar lawan itu, untuk diserang dari belakang. Tetapi Hoa Ban Hie tidak kasih dirinya berada di depan atau lawan di belakang, selagi orang jumpalitan, ia tahan larinya, maka di saat musuh itu berdiri pula, berdua mereka jadi berdiri berhadapan. Oleh karena ia memang sudah mengandung pikiran, Khu Liong Gan tidak sia-siakan ketika, kedua tangannya sudah lantas dimajukan, akan menyerang dada Hoa Ban Hie ada celi matanya dan siap, ia tidak jadi terdesak karena serangan yang mendadakan. Ia mendek, kedua tangannya itu ia majukan, guna ketok dua-dua sikut musuh, selagi kedua tangan musuh itu sudah lolos mengenai sasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Khu Liong Gan terperanjat, sebab tangannya tidak keburu ditarik pulang, ia hanya melainkan bisa teruskan, akan dipentang ke kiri dan kanan. Dengan begini, ia bisa tolongi kedua sikutnya. Tetapi Kiongsin tidak berhenti sampai di situ. Ia lihat kedua tangan lawan itu terpentang, ia tidak tarik pulang kedua tangannya, ia teruskan, akan pakai itu untuk menyerang perut orang, yang terbuka untuk pukulan. Juga ini ada serangan yang tidak kalah berbahayanya. Lioktee Sinmo insyaf akan bencana yang mengancam dia, ia mesti unjuk ketabahan dan kegesitannya. Kedua tangannya terus ia tarik turun, akan dipakai menindih kedua tangan musuh yang hendak gempur perutnya. Kedua tangannya berada di sebelah atas, ia bisa berbuat dengan merdeka, asal ia berlaku sebat. Dan kesehatannya itu ia punyakan. Liehay adalah ketua dari Kiongkee-pang dari Bancie sanchung, melihat musuh hendak gempur dua tangannya kedua tangannya itu ia lekas balik, untuk dipakai memapaki, menjaga serangan dari atas itu. Ia tidak takut yang ia berada di sebelah bawah. Nyata Khu Liong Gan tidak mau adu tangan, ia batal menyerang dengan lompat mundur, maka Hoa Ban Hie pun tidak usah ambil tanggung jawab, ia juga lantas mundur, hanya setelah terpisah dari musuh, ia terus lari mutar.

Khu Liong Gan hendak adu kegesitan dan keentengan tubuh, siapa nyana ia telah hadapkan satu lawan yang betul-betul tangguh. Karena gerakan musuh itu, terpaksa ia mesti lagi-lagi coba kejar musuh itu. Ia sekarang mengerti bahwa ada sukar untuk ia rebut kemenangan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

la juga mengerti, bahwa pihak musuh hendak coba permainkan ia, dari itu, ia jadi penasaran dan sengit. Di sebelah utara pepohonan ada rumah, di situ pepohonanjadi buntu, tetapi di sini justru Khu Liong Gan hendak pegat lawannya. Ia sudah berpikir matang dan siap. Dengan loncatan Yancu Hui-in, atau "Walet terbangi awan," mendadakan ia melombai dan memegat pula, tangan kirinya terus saja menyambar ke bebokong. Datangnya pukulan ada dari samping. Hoa Ban Hie bisa duga maksud musuh, karena ia bisa lihat datangnya pukulan, ia tolong diri dengan kelit ke samping, hanya seperti biasa, dari sini sesudah kakinya menginjak, terus saja ia membarengi menyerang lengan kiri orang itu. Kedua pihak berdiri dekat satu dari lain, terpisahnya hanya dua kaki. Mendadakan tangan kiri dari Lioktee Sinmo bergerak, tetapi ini ada ancaman belaka karena yang menyerang kemudian ternyata ada tangan kanan. Serangan ini menggunakan tenaga sepenuhnya. Sasaran adalah iga kanan. Kalau ia terkena serangan ini, tak ampun lagi, Hoa Ban Hie mesti rubuh dan binasa. Tetapi ketua dari Bancie sanchung bisa bade maksud lawan itu, malah ia pun tahu orang serang ia dengan hati yang panas. Ia antap gerakan tangan kiri dari lawan itu, tubuhnya bergerak ke kiri sedikit, hingga, ia jadi berada di sebelah kanan musuh. Ia bergerak sedikit tetapi cepat, dengan demikian, kepalan musuh tidak sampai mengenai iga, sebaliknya, ia sekarang bisa balas serang iga kanan musuh yang lowong itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Khu Liong Gan lekas tarik pulang dua-dua tangannya, yang mana ia pakai akan papaki kedua tangan musuh, guna cegah tangan itu membikin ia celaka. Ia pun bergerak dengan sangat cepat, hingga empat tangan jadi beradu, kaki mereka sama-sama pasang kuda-kuda, untuk bantu tenaga di tangan. Karena ini, genteng rumah yang mereka injak sampai menerbitkan suara kerekekan.

Sekejap saja kedua pihak adu tenaga, lantas saja muncul kesudahannya. Dengan dibarengi oleh satu seruan, Kiongsin gunai tenaga dan ambekannya, akan gempur musuh. Di lain pihak, Lioktee Sinmo juga kumpul semangatnya, akan lawan musuh sambil menggempur musuh itu. Dengan satu jejekan, kaki kiri ke belakang, Hoa Ban Hie tancap kuda-kudanya, rubuhnya tidak bergerak sedikit juga, tetapi Khu Liong Gan mesti mundur sampai tiga atau empat kaki, meskipun benar, ia bisa pertahankan tubuhnya tidak miring atau doyong. Di mata umum, mereka nampaknya berimbang, tetapi di mata ahli, si Iblis Bumi nyata sudah kalah tenaga ambekan. "Aku telah terima pengajaran," kata orang she Khu itu. Hoa Ban Hie melainkan bersenyum dan mendahului akan loncat turun dari atas genteng, setelah mana, Khu Liong Gan susul ia. Sesampainya di tanah, sambil takepi kedua tangannya, Hoa Ban Hie unjuk hormat pada lawannya. "Sahabat baik, kau benar-benar ada liehay," ia berkata. "Aku si pengemis tua sangat beruntung yang ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

malam di lembah Haytong-kok ini aku bisa terima pelajaran dari kau. Bagaimana, sahabat baik apa kau masih hendak lanjuti main-main ini?" "Hoa loosu, kau benar ada seorang baik," ia bilang. "Kau pun ada seorang yang cerdik, karena kau bisa bade hatiku! Hoa loosu, sekarang aku telah ambil putusan akan per-tunjuki apa yang aku bisa di hadapanmu, untuk minta pengajaranmu, karena dengan terima pelajaran dari kau, tidaklah sia-sia yang aku telah merantau di kalangan Sungai Telaga? Aku pun merasa beruntung, yang kau telah menaruh perhatian terhadap diriku...." Hoa Ban Hie tertawa berkakakan. "Sahabat baik, nyata sekali kau menaruh harga kepadaku!" ia kata. "Dengan begini terang bahwa kau telah pandang aku si pengemis tua sebagai sesama kaummu. Baiklah, sahabat, baik kita gunai saat yang baik ini, yang sukar dicari keduanya! Kau ada punya kepandaian apa lagi, yang liehay? Silakan kau keluarkan itu di Haytong-kok ini, aku si tua bangkotan selalu bersedia akan iringi padamu, bisa atau tidak aku akan melayani, sebab demikian adatku, aku selamanya suka

lukm orang merasa senang! Sahabat b.uk. kau ada sangat ternama, maka kalau segala orang sembarangan, siapa berani hadapkan kau? Dengan tidak ada yang layani, bukankah sia-sia saja kau punyakan kepandaian liehay? Sungguh kecewa kalau kepandaian tinggi dibawa masuk ke dalam peti mati! Nah, sahabat kekal, jangan sia-siakan tempo, apa kau kehendaki, silakan kau utarakan, aku akan dengarkan!" Khu Liang Gan bersenyum ewah akan dengar kocakan yang hebat itu, di sebelah itu, ia tidak sanggup melayani,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

maka akhirnya ia hanya bilang, "Hoa loosu, baik kau jangan puji-puji aku lebih jauh, se-mangkin aku naik tinggi, nanti jatuhnya aku semangkin parah! Kita tidak usah omong banyak-banyak lagi, mari kita orang mulai! Aku berniat mencoba-coba senjata rahasia dan Iweekang, kedua ilmu itu tidak akan mencelakai kita!...." Hoa Ban Hie tertawa apabila ia dengar usul itu dan caranya itu diutarakan. "Sahabat baik, kau sedang berlelucon, eh!" kata ia. "Kalau senjata rahasia digunai ia bisa minta jiwa orang, apa itu namanya tak mencelakai? Bagaimana kalau napas berhenti kerja dan tubuh tak bisa berkutik lagi?..." "Hoa loosu, kenapa kau tidak tunggu aku sampai bicara habis? Kenapa kau begini kesusu memegat perkataanku?" tanya Khu Liong Gan. "Bukankah, pada mulanya, kita orang tidak bermusuhan? Bukankah kita kebetulan saja bertemu di lembah ini? Loosu datang untuk menegur Pian pangcu, itulah aku mengerti, tetapi aku hanya datang sama tengah, dari itu dapat dimengerti yang aku tidak bermaksud jelek. Piebu senjata memang berbahaya, tetapi apa bisa jadi, kita nanti gunai itu di tempat yang membahayakan? Tidak, loosu. Aku tahu loosu pandai dalam tiga macam ilmu, ialah Susat-pang, ciichee-cio dan Kun-goan Itkhie Lengpo-pou, dan ini semua kau tidak dapat sangkal, karena di selatan dan utara Sungai Besar, kepandaianmu itu sudah terkenal! Aku telah mencoba Susat-pang, sekarang itu batu citchee-cio, yang aku hendak coba, sebab buat Lengpopou, aku tidak pernah yakinkan, loosu, berapa jauh kau bisa menimpuk? Kita akan atur jarak, supaya kalau sampai senjata mengenai, kita tidak akan terluka parah. Aku pun mau gunai semacam senjata enteng, ialah kimTiraikasih
Website http://kangzusi.com/

chie-piauw. Coba loosu pikir, apa kedua senjata ini

membahayakan jiwa?" Hoa Ban Hie kagumi caranya orang bicara. Nyata Khu Liong Gan banyak pendengarannya, luas pengetahuannya, sampai kepandaian istimewanya dia pun ketahui, malah diketahui juga yang citchee-cio ia jarang gunai barangkali buat lamanya duapuluh tahun lebih. "Khu loosu, kau benar luas pengetahuanmu," ia memuji. "Memang aku pernah yakin ilmu menimpuk dengan batu itu, cuma sudah duapuluh tahun lebih, aku belum pernah coba lagi, aku kuatir, tanganku sudah kaku, maka dengan permintaan kau ini, kau bakal bikin namaku rusak...." "Hoa loosu, harap kau tidak menjawab secara begini!" kata Khu Liong Gan. "Apa yang aku harap adalah supaya kau berlaku murah hati terhadap aku, sebab kalau aku sanggup layani kau, itu bagiku sudah berarti suatu keberuntungan! Dengan gunai senjata rahasia, nanti ketahuan perihal lweekang kita. Hoa loosu, sesudah pertandingan tiga macam ini, selanjutnya aku mau cuci tangan, aku tidak mau bicara lagi tentang ilmu silat!" --ooo0dw0ooo-XVI "Baiklah, Khu loosu!" Hoa Ban Hie sambut tantangan itu. "Baiklah, aku nanti gunai tubuh bangkotanku ini untuk dijadikan bahan sasaran! Cuma coba tolong kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sebutkan, berapa jauhnya tenaga timpukanmu guna mengatur jarak...." "Seperti aku sudah bilang, Hoa loosu, kita orang tidak bermusuhan, kita orang melainkan mencoba-coba, maka tentang jauhnya jarak, silakan kau tetapkan saja menurut jauhnya timpukan batumu, timpukan uangku akan menuruti saja. Paling jauh aku bisa menimpuk lima tombak, lebih tidak mampu...." Keterangannya Lioktee Sinmo bikin terperanjat orangorang dan kedua pihak. Lima tombak bukannya jarak yang dekat, sebab umumnya orang hanya pandai menimpuk tiga tombak, apapula dengan kim-chie-piauw. Cuma Hoa Ban Hie yang tertawa mendengar keterangan itu. "Dengan sikapmu ini, Khu loosu, terang kau sudah mengalah terhadap aku," ia kata. "Baiklah, kita tetapkan saja jarak itu jauhnya lima tombak!"

Khu Liong Gan manggut, lantas ia menoleh pada Pian Siu Hoo. "Pian pangcu, tolong kau ambilkan kita delapan dari lentera-lentera yang berada di empat penjuru kita itu," ia kata. "Aku ingin itu dipasang di sekitar kita, jauhnya lima tombak satu dari lain. Aku percaya tidak terlalu sukar akan tancap semua lentera itu di sekitar kita ini." Pian Siu Hoo manggut. Ia memang telah siap segala apa, apapula orang-orangnya. Delapan potong bambu, sebentar saja sudah dikasih datang dan mulai digalikan lubang, untuk mendirikan, lantas di atas itu, digantung delapan lentera yang diminta. Pekerjaan ini selesai dalam tempo yang pendek sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Setelah itu, si Iblis Bumi lantas pandang si Malaikat Kemelaratan. "Hoa loosu, silakan kau berikan pengajaran padaku!" ia menantang. "Baiklah, Khu loosu, aku pun ingin terima pelajaran dari kau," sahut Hoa Ban Hie. Berdua mereka saling unjuk hormat, lantas mereka berpisah, ke barat dan ke timur dengan beberapa kali loncat, mereka sudah sampai di tempatnya masingmasing. Tiang lentera adalah watas di mana mereka mesti terpisah satu dari lain. Sesudah sampai di tiang lentera, dua-dua jago ini lantas bergerak terlebih jauh, untuk persiapan piebu mereka dengan senjata rahasia. Khu Liong Gan dari barat menuju ke selatan, Hoa Ban Hie dari timur ke utara. Gerakan mereka berdua ada cepat sekali. Hoa Ban Hie merogoh pada kantongnya, akan siapkan tiga potong citchee-cio, di tangan kiri, kemudian ia keluarkan lagi dua, akan genggam di tangan kanan. Itu bukannya batu sembarangan, karena didapatnya pun dari Sucoan. Itulah, asalnya ada baru besar, yang pecah ke-gempur air, pecah dalam rupa-rupa ukuran, lantas diambil dan digosok, dirupakan tiga persegi mirip dengan Iengkak, dijadikan senjata rahasia oleh si tetua pengemis yang liehay itu. Saking lamanya dibuat main, batu itu jadi licin mengkilap dan sinarnya pun merah. Sukar untuk dapati batu semacam itu, dalam tiga sampai lima tahun, masih susah akan peroleh itu. Beratnya batu pun mirip dengan beratnya besi. Dengan senjata ini Hoa Ban Hie bisa menimpuk jauhnya tujuh tombak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hoa loosu, persilakan!" kedengaran suaranya Khu Liong Gan. "Khu loosu, silakan?" sahut Kiongsin. "Aku si pengemis tua ingin terlebih dahulu menyambuti tiga batang piauwmu!" "Baiklah, loosu!" sahut Lioktee Sinmo, si Iblis Bumi. Lantas, dari sebelah barat, Khu Liong Gan mencelat ke barat utara, sedang Hoa Ban Hie sekarang sudah sampai di ujung timur selatan. "Loosu, sambutilah!" terdengar si orang she Khu. Ia telah bikin gerakan tubuh, dari kanan ke kiri, tangan kanannya turut bergerak, hingga dua batang piauw segera terlepas melesat dari tangannya itu, sampai menerbitkan suara menga-ung. Meski jaraknya jauh, toh senjata rahasia itu bergerak sangat cepat. Piauw pertama menuju ke pundak kiri, dan yang kedua ke lain jurusan. Dengan duajari tangannya, Hoa Ban Hie sambar jatuhnya piauw yang pertama itu, setelah mana, ia egos tubuh, akan ketok piauw yang kedua, yang arah tetenya. Apamau, piauw ketiga telah menyusul dengan terlebih cepat lagi, menuju ke tete kirinya. Terpaksa, ia egos balik tubuhnya, hingga serangan itu dapat disingkirkan. Kelihatannya gampang saja untuk Hoa Ban Hie selamatkan diri tetapi sebenarnya ia mesti berlaku celi dan gesit luar biasa, karena datangnya piauw pun sangat cepat, bukan seperti piauw yang dilepaskan oleh kebanyakan orang. Sekarang datang gilirannya Kiongsin, akan balas menyerang. Dengan membarengi berseru bahwa ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hendak membalas budi, tangan kanannya lantas bergerak dan sepotong batu citchee-cio segera melesat. Khu Liong Gan baru saja menimpuk ketika piauw batu itu sampai, ia buang diri ke samping dengan tangan kirinya menyampok, maka itu batu lantas kedampar jatuh ke tanah, tetapi justru itu, di antara seruannya Hoa Ban Hie, batu yang kedua telah datang menyusul. Sekali ini, Khu Liong Gan sam-pok batu itu dengan tangan kanan, dengan tubuhnya ikut mengegos juga. Sampai di situ, Hoa Ban Hie tidak menyerang lebih jauh, hanya ia memburu, maka Khu Liong Gan lantas menyingkir. Si Iblis Bumi tahu, serangannya si Malaikat Kemelaratan tidak sampai di situ saja, tidak mestinya hanya sedemikian sederhana. Ia lantas teriaki, "Hoa loosu, silakan perlihatkan kepan-daianmu!"

"Begini saja adanya, kepandai-anku, apa lagi yang aku mesti perlihatkan?" sahut Kiongsin sambil ia maju terus. Khu Liong Gan mendongkol buat jawaban itu, yang suaranya merendah berbareng menyindir, karena ia merasa bahwa ia sedang dipermainkan. Karena ia terus menyingkir, Lioktee Sinmo telah sampai di ujung timur selatan, terpisahnya ia dari pihak lawan ada lima tombak. Kiongsin juga tidak ingin mereka terpisah terlalu dekat atau terlalu jauh satu dari lain. Diam-diam, Khu Liong Gan telah siapkan pula piauwnya. Dari timur selatan, ia menuju ke barat, dan Hoa Ban Hie dari timur utara menuju ke timur. Dengan tiba-tiba Khu Liong Gan balik tubuhnya dan merangsek, cepat sekali mereka terpisah hanya tiga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tombak satu pada lain, di saat itu sembari berseru. "Sambutlah!" tangannya melayang, melepaskan sepotong uang, yang menjurus ke perut. Hoa Ban Hie lihat gerakan musuh, ia lihat menyambarnya piauw, lekas-lekas ia kelit ke kiri, kaki kanannya ikut pindah juga, berbareng dengan itu, dengan dua jari tangan kanan telunjuk dan tengah ia ketok piauw itu hingga jatuh ke tanah. Apamau, berbareng dengan itu, Khu Liong Gan telah menyerang pula, sekarang dengan tiga piauw lainnya dengan beruntun, dengan jurusan yang masing-masing berlainan. Tiga piauw melesat dengan hampir berbareng, karena tiga-tiganya digeraki dengan tenaga yang terlebih kuat dan terlebih kuat lagi. Itu adalah tipu timpukan yang dinamai "Tiga bintang mengawani bulan sisir." Kalau piauw yang pertama ada "tanya jalanan," piauw yang kedua adalah berarti serangan dari kematian, dan yang ketiga ada susulan belaka. Hoa Ban Hie dapat lihat penyerangan itu, kendati mereka terpisah cukup dekat satu dari lain, bukannya ia repot berkelit, hanya ia tertawa berkakakan, dua tangannya terayun dengan berbareng. Ia memang sudah siap dengan batunya, maka sekali ini, ia bisa menyambit dengan berbareng, dua dengan tangan kanan, satu dengan tangan kiri, meskipun tangan kirinya baru saja dipakai memunahkan piauw lawan itu, Tiga potong citchee-cio melesat dengan berbareng, ke jurusannya tiga kimchie-piauw dari Lioktee Sinmo. Dan

jitu sekali, enam senjata rahasia kebentrok satu pada lain, dengan menerbitkan suara nyaring, dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kesudahannya semuanya jatuh ke tanah pada menggeletak! Si Malaikat Kemelaratan tidak pedulikan jatuhnya enam senjata rahasia itu, di mana ia menangkis dengan sambil bergerak terus, kaki belakangnya berada di belakang kaki kiri, tubuhnya madap ke utara, bebokongnya madap ke selatan, ia sekarang putar terus tubuhnya, dibarengi dengan gerakan tangan kiri, akan lepaskan citchee-cioyang terakhir yang tergenggam di tangan kirinya itu. Ia menyerang dengan luar biasa cepat dan kuat, sampai batu itu mengaung keras. Lioktee Sinmo tercengang, karena, serangan istimewanya dengan gampang dapat dipunahkan oleh pihak lawan, justru begitu, batu menyambar ia, di luar dugaannya. Ia terperanjat, ia berkelit. Ia bisa bergerak dengan cepat sekali. Tetapi cit-chee-cio ada terlebih cepat pula, meski ia tidak terluka, toh baju di betulan pundaknya telah ditobloskan batu dan pecah, pecahnya sambil menerbitkan suara berisik! Setelah itu barulah citchee-cio jatuh ke tanah, setombak lebih jauhnya. Sampai di situ, Khu Liong Gan mesti menyerah kalah, ia tidak pikir untuk piebu terlebih jauh, dengan angkat kedua tangannya, ia memberi hormat. "Hoa loosu, aku telah terima pengajaran kau," kata ia. "Hoa loosu benar-benar liehay, aku menyerah kalah!" Hoa Ban Hie tertawa nyaring. "Khu loosu, aku tidak berani aku bahwa kimchiepiauwmu telah dikalahkan oleh citchee-cio," ia kata. "Aku juga mesti mengaku kalah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Inilah, Hoa loosu, menunjuki kebesaran budi, kebaikan hatimu," berkata Lioktee Sinmo. "Bagaimana kalau sampai di sini kita berhentikan piebu pakai senjata rahasia ini?" "Tentu saja aku bersedia akan turut titah loosu," sahut Hoa Ban Hie. Sementara itu, Khu Liong Gan sedang memikir untuk mencoba Iweekang. "Lihat di sana, Hoa loosu," kata ia, sambil menunjuk dengan tangannya, "lihatlah itu dua pohon haytong di sebelah timur itu. Bagaimana kalau kita coba Iweekang kita terhadap itu pohon?"

"Aku akur," sahut Hoa Ban Hie dengan cepat. Khu Liong Gan lantas samperi kedua pohon itu, akan perhatikan lebih jauh seraya duga-duga terpisahnya satu dari lain. "Maksudku, Hoa loosu," kata ia kemudian, "aku ingin kau coba tenaga tanganmu terhadap pohon ini, yang mana saja satu, kau boleh pilih." "Jangan seejie, Khu loosu," Hoa Ban Hie bilang. "Silakan kau mencoba terlebih dahulu, nanti aku buka mataku, akan coba tulad kau...." "Sungguh licin tua bangka ini," pikir Lioktee Sinmo, "dengan aku yang mulai, ia bisa turuti cara geraki tanganku, dengan begitu, akhirnya, aku kembali yang keok.... Tidak, aku tidak boleh bikin maksudnya kesampaian!" Lantas ia kata pada ketua pengemis itu, "Hoa loosu, beruntun-runtun aku telah kalah dalam ilmu entengi tubuh dan senjata rahasia, aku harap kau tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

usah merendahkan diri terlebih jauh, harap kau suka mencoba terlebih dahulu!" "Sahabatku, kau ada sangat pintar!" Hoa Ban Hie tertawa. "Karena kau tidak inginkan aku tulad padamu, baiklah, mari kita orang bertindak dengan secara merdeka, sesuka-suka kita, dengan tidak ada wates penilikannya!" "Itu benar, loosu!" sahut Khu Liong Gan. Ia terus hampirkan pohon haytong yang sebelah kiri, ia gulung tangan bajunya. Ia berdiri menghadapi pohon itu, tubuhnya terpisah dari pohon itu kira-kira satu kaki, kakinya dipentang ke kiri dan kanan, berdirinya sebagai huruf "Pat" (delapan). Ia berdiri dengan tegar. Hoa Ban Hie tidak mau tunggu gerakan orang, karena mereka sudah bikin perjanjian, maka ia hampirkan pohon yang kanan, di sini ia berdiri, secara sembarangan saja, agar ia tidak turut berbuat sesuatu. Ia berdiri di belakang pohon itu, terpisahnya lima atau enam kaki. Maka keduanya jadi satu madap ke timur, satu ke barat. Nampaknya Hoa Ban Hie berdiri sebagaimana biasa saja, tidak tahunya, injakan kakinya adalah kuda-kuda yang dinamakan Cu-ngo-kian, dan perhatiannya telah dipusatkan, seperti orang bersamedhi saja. Lioktee Sinmo pun bersikap diam laksana patung, kedua tangannya tidak dikasih bergerak. Melihat sikap orang itu, di dalam hatinya, Hoa Ban Hie

kata, "Kunyuk tua, lagakmu ini tidak boleh dipertontonkan di hadapan aku si pengemis tua bangka! Aku hendak lihat, sampai berapa lama kau bisa berdiam saja secara begitu...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Khu Liong Gan juga diam-diam perhatikan sikapnya itu lawan, maka ia heran waktu ia dapat tahu, pengemis tua itu bersikap sembarangan saja, tidak bersungguhsungguh sebagai dia sendiri. Ia pun tidak berani kata apa-apa, umpama akan desak lawan itu, sebab mereka sudah berjanji akan sama-sama merdeka.... Akhir-akhirnya si Iblis Bumi kumpul semangatnya, dengan ilmu Toocoan samcia atau "Memutar balik tiga buah kereta," ia pusatkan tenaganya di tangan. Ia mendak sedikit, dadanya dimajukan, lantas kedua tangannya dimajukan, ditempel satu pada lain, ujungnya dikasih turun ke bawah. Lengan bajunya gerombongan, kedua tangannya itu tidak terlihat nyata. Semua mata, dari kedua pihak, telah ditujukan bergantian pada itu dua jago. Mereka pada berdiam saja, meskipun mereka masing-masing berpikir atau mendugaduga, apa bakal terjadi sebagai akibatnya piebu Iweekang itu. Maka itu Haytong-kok jadi sangat sunyi. Lioktee Sinmo telah bikin gerakan begitu lekas ia sudah kumpul penuh tenaga dan ambekannya. Orang telah menduga bahwa ia bakal pentang kedua tangannya, siapa tahu, ia hanya menolak ke depan, gerakannya lambat, sebagai juga ia tidak menggunakan tenaga, hanya setelah tangan itu mengenai bongkot pohon, baru ia pakai tenaganya. Bongkot pohon itu seperti digencet atau dikacip. Gerakan ini memberikan kesudahan yang bikin orang kagum. Cabang pohon pada bergerak, daunnya pada rontok. Dan ketika gerakan dilanjuti sampai tiga kali, bongkot pohon pun mengasih tanda dalam, bekas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

gencetan itu. Pada tiga kakinya, cabang-cabang pun ikut rontok bersama daunnya! Selagi orang baru bergerak satu kali, Kiongsin yang liehay telah dapat lihat gerakan itu, ialah gerakan tenaga yang dipermainkan dengan kecerdikan, maka ia pun tidak berayal lagi. Ia kumpul tenaganya, sampai ia berdiri laksana ia tumbuh di atas bangku, matanya dirapati tapi seperti bukan dimeramkan, sinar matanya melihat ke bawah, ke hidung, menuju ke mulut, semangatnya

menjadi satu. Kemudian, dengan ujungnya kedua tangan nempel satu pada lain, kedua lengannya dibuka ke kiri dan kanan, dipakai mendorong ke depan, perlahanlahan, sambungan tulang-tulangnya sampai menerbitkan suara nyaring. Kelihatannya Hoa Ban Hie seperti tidak memakai tenaga sama sekali, kedua tangannya nempel sama bongkot pohon sebagai kedua tangan yang tidak digeraki, demikian pemandangan orang luar. Tetapi, tidak demikian halnya. Begitu lekas tangannya nempel pada pohon, cabang-cabang pohon paling atas, telah bergerak-gerak, disusul dengan suara berisik, dari bergeraknya cabang-cabang itu sampai di tengah-tengah batang yang besar. Baru sekarang perhatian orang jadi ketarik, dengan kekaguman. Kemudian datanglah saat penghabisan. Lioktee Sinmo Khu Liong Gan, dengan tipu Piepee-chiu telah bikin akar-akar pohon terputus dan tercabut, kapan ia telah berbangkit berdiri, kedua tangannya digerakkan ke kiri, dari mana ia membetot ke kanan, akan kemudian kedua tangan itu dipakai mendorong bongkot pohon,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

maka berbareng dengan suara ngerekek, pohon itu lantas roboh ke kanan. "Loo-suhu sekalian, harap tidak tertawakan aku!" berkata Khu Liong Gan, yang telah lompat mundur, dan kiongchiu pada orang-orang pihaknya Pian Siu Hoo. Boleh dibilang berbareng dengan akhirnya gerakan dari Khu Liong Gan, Hoa Ban Hie pun telah berseru dan gunakan tenaganya yang besar, membikin roboh pohon haytong hingga tercabut akar-akarnya, robohnya ke sebelah barat. Karena ini semua orang dari kiri dan kanan telah mengeluarkan seruan kaget dan kagum. "Khu loosu," berkata Hoa Ban Hie yang mendekati Khu Liong Gan, "dalam hal adu tenaga lweekang ini kali aku menyerah kalah." Di lain pihak, si Iblis Bumi telah kagumkan benarbenar si pengemis tua itu. "Hoa loosu," berkata ia serta unjuk hormatnya, "aku Khu Liong Gan menyerah kalah terhadap kau! Di Kanglam dan Kangpak kau boleh menjagoi, aku malu akan berebut kedudukan lagi dengan kau. Di lain kali, kalau toh aku muncul pula di dunia kangouw, itu ada

saatnya untuk kunjungi Bancie sanchung! Nah, Hoa loosu, sampai ketemu pula!" Kemudian ia hadapi Pian Siu Hoo dan kawannya untuk unjuk pula hormatnya serta berkata: "Sahabat-sahabat, sampai ketemu lagi!" Sehabis mengucap demikian, dengan membawa Hanyantay-nya Khu Liong Gan loncat ke atas lembah, maka sebentar kemudian, ia sudah lenyap dari pemandangan mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pian Siu Hoo tidak cegah orang berangkat pergi, karena ia tahu, sia-sia saja akan mencegah, karena ia kenal baik adatnya si Iblis Bumi yang aneh. Malah ia juga tidak mengantarkan! Hoa Ban Hie pun antap orang angkat kaki, ia hanya memandang ke pihak Haytong-kok akan tanya siapa lagi yang hendak adu kepandaian, atau Pian Siu Hoo telah berbangkit dari kursinya akan angkat kedua tangannya. "Hoa loosu," ia berkata, "kepandaianmu benar-benar telah bisa menindih semua orang, aku Pian Siu Hoo sangat kagumi. Sebenarnya, sampai saat ini aku tidak usah pertunjukkan lagi apa-apa yang bisa membikin aku malu, karena kalau beberapa orang kenamaan tadi bukan tandingannya loosu, apa lagi aku. Terhadap kau, loosu, aku tidak berdaya sama sekali. Tapi, aku ada jadi ketua di sini, aku ada jadi tuan rumah, maka itu meskipun mesti jatuh, aku toh ingin main-main dengan loosu untuk terima pelajaran dari kau. Aku harap Hoa loosu mengerti keadaanku...." Tapi, beda terhadap yang lain-lain, Hoa Ban Hie gusar mendengar ucapan tuan rumah ini, yang nyata ada sangat bandel. "Pian pangcu, baiklah kita jangan berlaku seejie lagi," ia berkata dengan ketus. "Pertemuan telah dibikin, kita telah datang, maka sekarang ketika piebu ada daya pemecahan, kita jangan terlalu banyak bicara lagi! Pian pangcu, bicaralah terus terang, apa yang kau inginkan! Kalau kau benar mengaku kalah, piebu sudah boleh ditutup, kalau tidak, silakan kau sebut, kau hendak piebu dengan pakai senjata atau bertangan kosong, aku selalu bersedia!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pian Siu Hoo tertawa berkakakan. "Aku berlaku hormat dan merendah, apa salahnya?" ia berkata. "Kenapa loosu bicara dengan keras dan tegur aku? Loosu, nyatalah kau terlalu pandang enteng padaku

si orang she Pian! Baik, loosu, aku ingin coba-coba dengan kau, pemimpin dari Kiongkee-pang!" "Begitu paling benar! Pakai senjata atau tidak?" "Hoa loosu, Susat-pang-mu ada tersohor, aku sekarang hendak coba ruyung istimewa itu!" Pian Siu Hoo berkata dengan menantang. "Pian pangcu, jangan kau dengar obrolan orang atau puji-puji padaku," berkata Hoa Ban Hie, "kau lihat sendiri tadi, ruyungku tidak ada faedahnya! Aku lebih setuju kalau kita gunakan tangan kosong!" "Aku telah minta, Hoa loosu, tetapi kau tidak meluluskan, kau bikin aku malu," berkata ketua dari Kangsan-pang. "Baiklah aku bicara dengan sebenarnya. Aku mempunyai cambuk Kulouw-pian, setabung jarum Bweehoa Touwkut-ciam dan satu piauw Wan-yoh-piauw, dan semua macam senjata ini aku hendak minta pengajaran dari loosu, sebelum itu, hatiku tidak bisa dibikin puas!" Hoa Ban Hie sangat mendongkol. "Oh, manusia busuk, kau benar keterlaluan!" ia berpikir. "Kau jadinya hendak robohkan aku dengan Bweehoa-ciam dan Wan-yoh-piauw? Oh, kunyuk, baiklahbaik kau jangan melamun! aku si tua nanti layani kau!" Lantas ia tertawa dengan menyindir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Pian pangcu," ia berkata, "kau telah memaksa minta aku main-main dengan senjata dan senjata rahasiamu, baiklah, apabila aku tidak mengiringkan, nanti ternyata bahwa aku si pengemis tua tidak sayang diri dan mensiasiakan kebaikan hatimu! Baiklah, pangcu, aku tidak sayangi lagi jiwaku ini, maka aku nanti layani kau dengan tanganku yang berdaging, membungkus tulang ini, guna sambut alat senjatamu itu!" Jawaban ini membikin Pian Siu Hoo mendongkol hingga hampir ia kalap. Ia merasa sangat diperhina karena orang hendak layani ia dengan tak bergegaman. Nyata ia tak dipandang sama sekali! Tapi karena ini, ia pun jadi ingin lekas dilakukan pertempuran. Ia memang sudah pikir tak mau kasih semua tamunya keluar lagi dari Haytong-kok! "Hoa loosu," katanya kemudian, dengan coba kendalikan hawa amarahnya, "dengan sikapmu yang mengalah ini, kau benar ada cian-pwee yang sejati, aku

ada sangat bersyukur. Sekarang, loosu, mari kita orang mulai!" Sambil berkata demikian, Tiat-hong-liong mundur empat atau lima tindak, tangannya meraba ke kancing baju dan dari pinggangnya ia keluarkan cambuk Kulouwpian, bila cambuk itu telah digabruki ke tanah, ia segera sambar ujungnya. "Hoa loosu, silakan kau beri pelajaran padaku!" ia berkata. Tangan kirinya disusun di atas tangan kanan, kedua kakinya mendek sedikit. Sikapnya ini disusul dengan lompatan akan mendekati pihak lawan, yang ia terus hajar pinggangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hoa Ban Hie tidak berkelit, sebaliknya ia loncat akan merangsek dan rapati musuh, kedua tangannya digerakkan dalam rupa hendak menyerang dada orang. Dengan rapatkan tubuhnya, ia tidak usah takut nanti kena terserang. Tentu saja gerakan ini sangat berbahaya, tetapi ini ada tipu yang istimewa. Pian Siu Hoo terperanjat. Serangannya tidak berhasil dan dadanya terancam bahaya. Terpaksa ia loncat ke kanan, kaki kirinya ikut ke belakang, sambil berbuat demikian, tangan kanannya menyabet dengan Kulouwpian pada bebokong orang. Dengan terus lempangi tubuh hingga seperti melonjor, Hoa Ban Hie bikin senjata musuh lewat di atas bebokongnya itu, kapan ia telah bangun pula, sambil merangsek ia ulur tangan kanannya tetapi yang diserang adalah dada kirinya si Naga Besi. Lagi-lagi Pian Siu Hoo menyerang tempat kosong, lagilagi ia terancam bahaya, tapi sekarang, sambil berkelit ke kanan, tangan kirinya digunakan untuk membacok tangan kanan musuh. Hoa Ban Hie tarik pulang tangannya itu, dengan mendek sedikit tangan kirinya menggantikan bergerak akan totok tangan kirinya Tiat-hong-liong. Melihat bahaya, Pian Siu Hoo segera lompat mundur empat kaki. Ia sengaja renggangkan diri, sesudah itu tangannya menyambar pula. Sekarang ia gunakan Kulouw-pian untuk ketiga kalinya. Ia serang pundak orang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nyata ketua dari Haytong-kok hendak unjuk ketangkasannya.

Melihat datangnya senjata musuh, Kiongsin berkelit dengan mendek, dan kasih senjata itu lewat di atasan kepalanya. Berbareng dengan itu, ia merangsek, tangannya mengancam gegaman musuh, yang ia hendak rampas. Lekas-lekas Pian Siu Hoo tarik pulang pian-nya itu. Demikian mereka bertempur, yang bersenjata menyerang dengan senjata, yang lain bertangan kosong: yang satu hendak rubuhkan musuh, yang lain mau merampas senjata pihak lawan. Dua-duanya bergerak dengan cepat. Hoa Ban Hie ingin lihat kepandaian orang, ia unjuk kegesitannya. Ia telah gunai ilmu silat Cappe sian-hoan dirangkap dengan Shacaplak-louw toantah, maksudnya terutama akan rampas Kulouw-pian. Kalau musuh mau renggang, adalah ia main rapat. Pian Siu Hoo benar liehay, sedang cambuknya itu adalah cambuk yang dinamai raja senjata untuk gegaman lemas semacamnya. Sampai sepuluh jurus lebih, barulah Tiathong-liong buktikan sendiri liehaynya si raja pengemis, tubuh siapa gesit dan licin, tetapi karena ini, ia jadi penasaran, ia mengandung niatan busuk. Maka, kapan ia mulai menyerang, ia berlaku telengas. Mendadakan ia mendek dan menyabet kakinya Hoa Ban Hie. Tidak ada jalan untuk menyingkir dari serangan itu kecuali loncat mencelat dan ini telah dilakukan oleh Hoa Ban Hie, yang lompat jauhnya sampai satu tombak lebih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Ini justru ada apa yang diinginkan oleh Pian Siu Hoo, tangan siapa diam-diam sudah siap dengan jarumnya, yang lubangnya pun sudah terisi. Ketika serangannya mengenai tempat kosong, lekas-lekas ia memutar ke kanan, ke jurusan mana musuh telah menyingkir. Si Malaikat Kemelaratan lompat hanya untuk menyingkir sebentar, karena ketika kakinya injak tanah, ia enjot pula tubuhnya, akan lompat kembali pada musuh, guna lagi-lagi datang dekat pada musuh itu. Ini ada saat yang diharap dan ditunggu-tunggu oleh Tiathong-liong. "Ke mana kau hendak pergi?" berpikir si Naga Besi, yang gerak tangan kanannya, agaknya ia mau mengancam, tidak tahunya, tangan kirinya kerjakan jarumnya kapan jarinya menekan. Bweehoa-ciam segera

loncat keluar dari lubangnya beruntun lima batang! Yang jadi sasaran adalah kiri dan kanan, atas, bawah dan tengah! Semua orang terperanjat, apapula pihaknya sendiri. Siapa bisa lolos dari itu macam serangan laksana bokongan? Berbahayanya adalah justru si pengemis tua lagi loncat maju.... Akan tetapi ketua dari Bancie sanchung telah bersiaga setiap waktu, karena ia sudah duga, Pian Siu Hoo bakal buktikan perkataannya akan gunai jarum dan piauw di sebelahnya cambuk Kulouw-pian. Ia juga tahu, sebagai ketua dari Haytong-kok, orang she Pian itu mestinya berhati kejam, sudah sedia hendak membinasakan sesuatu musuhnya. Maka selagi ia berkelahi dengan tangan kosong, ia bisa siapkan kimchie atau uang logam,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dan kapan ia lihat berkredepannya banyak jarum, sambil tahan tubuhnya, ia geraki tangannya tangan kiri. Hoa Ban Hie tidak melainkan pertunjuki ilmu menggunai kimchie itu, malah ia telah pertunjuki kepandaiannya yang istimewa. Di mana musuh melepaskan lima batang jarum dengan berbareng, ia juga tidak bisa gunai sepotong kimchie. Hanya, selagi dengan dua-dua tangan ia bisa melepaskan sepuluh hampir berbareng, sekali ini. ia gunai delapan biji. "Bagus!" ia berseru ketika jarum-jarum berkredepan menyambar ia, setelah mana, ia teruskan, "Lihat piauw!" Seruan itu disusul dengan suara kebentroknya jarumjarum dengan kimchie, yang semuanya telah jatuh runtuh ke tanah, hanya, karena kagetnya Pian Siu Hoo, tahu-tahu tiga batang piauw lainnya sudah menyambar ke jurusannya: atas, bawah dan tengah! Jarang sekali Pian Siu Hoo gunai jarumnya, ia tidak mau berlaku sembarangan. Ia tahu, asal jarum itu digunai, pihak lawan mesti binasa atau entengnya, terluka parah. Sampai pada saatnya pertempuran di Haytong-kok ini, guna mati dan hidupnya, baru tiga kali ia gunai bweehoa-ciam. Maka ia heran, kaget dan menyesal sekali, senjatanya yang liehay itu, satu kali ini telah tidak menghasilkan suatu apa. Sudah begitu, selagi ia keheran-heranan, tiga batang piauw uang dari si Malaikat Kemelaratan justru menyerang ia! Menggunai kecelian mata dan kegesitan tubuhnya, Tiathong-liong lekas berkelit dengan loncat ke kiri sambil

Kulouw-piannya ia pergunakan, maka berbareng tubuhnya selamat, tiga batang piauw-nya ia bisa sampok jatuh dengan berbareng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tetapi Hoa Ban Hie gesit laksana kilat, selagi piauwnya sampai tubuhnya sendiri pun sudah mencelat menyusul, dan selagi pian dari si Naga Besi dipakai menyampok piauw-nya, ia sendiri sudah menyerang, dengan ilmu pukulan Tokcoa simhiat-chiu atau "Ular berbisa mencari lubangnya." Yang bergerak utama adalah dua jari telunjuknya yang tengah dari tangan kanan. Menghadapi lawan tangguh itu, Pian Siu Hoo mesti perlihatkan kegesitan tubuhnya keawasan mata. Ia tidak mau kasih tubuhnya kena ditotok, dari itu, lagi sekali ia egos tubuhnya ke kiri. Tetapi ia tidak mau hanya berkelit, sembari berkelit, ia kerjakan pian-nya yang tidak kurang liehaynya. Dengan satu sabetan, Kulouw-pian menyambar ke pinggang. Itu ada sabetan yang dinamai Yauwheng gioktay atau "Angkin kumala memapar pinggang." Yang luar biasa, pian dari tangan kanan dipindahkan ke tangan kiri, tangan kiri ini yang menyerang, dan tangan kanan, sambil digeraki ke atas, disusul dengan seruan, "Awas!" Dan tangan kanan itu ternyata sudah dipakai menggunakan Wan-yoh-piauw, dua buah, satu mengarah pundak kiri, satunya lagi ke iga kanan. Hoa Ban Hie mengerti maksudnya seruan itu, ia pun mengerti bahaya yang mengancam ia, karena jaraknya mereka berdua berada terlalu dekat satu pada lain. Ini pun menjadi keinginan dari si Naga Besi, yang merasa pasti, jikalau ia menimpuk dari jauh, timpukannya bakal sia-sia saja terhadap ketua dari Bancie sanchung itu. Dalam saat yang berbahaya ini, tidak bisa lain, Kiongsin mesti gunai ilmu entengi tubuhnya yang paling istimewa, ialah Tootiam Lengpo-pou, yang mirip dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

terbang melayang. Berbareng dengan gerakan pundaknya, kakinya menjejak, tubuhnya menyusul, mencelat ke atas, justru kedua piauw baru saja mau sampai kepada tubuhnya. Tapi ia tidak berkelit jauh, hanya selagi piauw lewat, ia sudah turun pula ke tanah, tidak jauh di sampingnya. Di mana Tiathong-liong telah lakukan dua gerakan dengan berbareng, ia sebenarnya berada dalam

kedudukan berbahaya, sebab selagi tubuhnya ada tidak tetap, kedua tangannya pun tidak bersiap. Dan, yang bikin ia tercengang, selagi tubuhnya turun Hoa Ban Hie sudah ulur tangannya, akan menyambar kedua potong Wan-yoh-piauw disambar dari samping, seperti dijumput saja. Memang, dijumput dari belakang, lenyaplah bahayanya senjata rahasia itu. Nyata Kiongsin tidak puas dengan sikapnya ketua dari Kangsan-pang atau tuan rumah dari Haytong-kok tuan rumah sembatan saja. Ia tahu bahwa orang telah berlaku terlalu telengas terhadap dia. Maka itu, ia pikir, ia tidak boleh tidak balas "kehormatan" yang diberikan kepadanya. Maka juga sebat luar biasa, hingga gerakan tangannya seperti tidak kelihatan menimpuk, ia sudah kirim balik dua piauw itu! Tiathong-liong tahu yang ia telah lakukan dua macam penyerangan dengan berbareng dengan membahayakan musuh begitupun dirinya sendiri, sebab dirinya jadi lowong, tetapi karena ia tahu, ia sedang hadapkan musuh luar biasa tangguh, ia pun berlaku hati-hati, ia mau bersiap, ia mesti gunai kegesitannya. Demikian, sekalipun ia tercengang dan kagum atas kepandaian musuh, toh ia sudah lekas-lekas pindahkan pian dari tangan kirinya, ke kanan, maka juga, tatkala piauw-nya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dikirim balik padanya, ia tidak menjadi gugup, tenang tetapi cegat sekali, ia gunai Kulouw-pian, akan menyampok, guna selamatkan dirinya. Di sini adalah kesehatan yang memegang peranan. Bagaimana cepat Pian Siu Hoo bersiap, ia melainkan bisa sampok piauw yang menyambar pundaknya, sebab piauw datangnya berbareng, ia sukar sampok senjata yang arah iga. Maka, dengan terpaksa, sambil menyampok, ia egos tubuhnya. Tapi serangan dari Hoa Ban Hie, yang pun menyerang dari tempat dekat, bukannya serangan dari orang kebanyakan, kedua piauw-nya menyambar bukan main cepatnya. Maka itu, biar ia berlaku sangat sebat, Pian Siu Hoo toh kaget sampai ia keluarkan keringat dingin ketika piauw kena sambar bajunya di bagian iga, sampai baju itu bolong oleh karena toblosannya piauw! Lagi sedikit saja, ia tentu bakal terluka. Dengan satu gerakan, Pian Siu Hoo loncat ke kanan, pian-nya ia lepaskan hingga jatuh ke tanah, karena ia

tahu yang pertandingan tidak bisa dilanjuti lagi. "Aku menyerah," ia kata. Hoa Ban Hie berhentikan segala gerakannya, ia berdiri diam mengawasi tuan rumah dengan unjuki senyuman tawar. Di waktu itu, Yan Toa Nio dan Yan Leng In telah berbangkit, dengan niatan loncat masuk ke dalam kalangan. Mereka telah pikir, tidak peduli Pian Siu Hoo sudah menyerah kalah tetapi mereka sendiri tak mau berhenti dengan begitu saja. Mustahil, karena orang menyerah, mereka lantas tidak wujudkan pembalasan sakit hati mereka?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiathong-liong telah dapat lihat sikapnya itu ibu dan anak, ia segera tertawa berkakakan. "Hoa chungcu!" ia lantas kata, dengan suaranya yang nyaring, "dengan pertemuan malam ini, aku si orang she Pian telah nampak keruntuhanku! Tentu saja aku bertanggung jawab atas segala apa, untuk itu, aku tidak nanti mundur, maka andaikata kau masih tidak puas dan kau berniat ambil kepalaku dari batang leherku, silakan kau turun tangan, aku si orang she Pian tidak bakal menghalangi atau melakukan serangan membalas! Tapi, jikalau kau masih hargakan peraturan di kalangan Sungai Telaga, aku harap kau masih bisa menimbang! Aku telah kalah, maka pemberesan selanjutnya baik kita orang bicarakan di atas meja, kalau dalam pembicaraan orang inginkan tubuhku remuk dan tulang hancur belarakan, baik, aku nanti terima ini!" Hoa Ban Hie, biar bagaimana aneh adatnya, masih bisa menimbang. Ia anggap ia tidak boleh antap itu ibu dan anak turun tangan, karena sesudah Pian Siu Hoo mengalah, ketua Kangsan-pang ini tidak boleh didesak habis-habisan, itu bisa menerbitkan perasaan tidak puas atau kemurkaan umum di kalangan Sungai Telaga. Ia pun tadinya tidak sangka yang Pian Siu Hoo hendak menyerah dengan begitu saja. "Sabar," ia lantas berkata seraya ulap-ulapkan tangan pada itu ibu dan anak, "urusan kau orang nanti kita orang carikan pemberesannya. Kalau kamu berdua ibu dan anak masih memandang padaku si pengemis tua, tolong kau bersabar dahulu." Kemudian ia teruskan pada tuan rumah, "Pian pangcu, secara begini pertemuan di Haytong-kok ini diselesaikan, ini menandakan

kebijaksanaanmu, cuma urusan kita semua, ini malam


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

juga perlu dibereskan, dari itu, coba kau utarakan caranya untuk membereskannya. Harap kau berlaku sedikit sebat." Pian Siu Hoo sudah jumput cambuk Kulouw-pian-nya, untuk dililit pula di pinggangnya. "Hoa chungcu," ia menyahut, "tentu saja aku si orang she Pian niat bereskan urusan kita yang masih bergantung. Bukankah siapa juga tahu siapa membunuh orang, ia mesti mengganti jiwa, siapa hutang uang, ia mesti membayar uang? Jikalau aku si orang she Pian takut mati, tidak nanti sekeluarnya dari Giokliong-giam, aku lantas dayakan pula pertemuan ini. Kalau aku takut mati, niscaya aku sudah singkirkan diri jauh? Maka sekarang, di Haytong-kok ini, kita nanti bereskan urusan kita. Di dalam Haytong-kok ini masih ada satu tempat lain yang bagus dan sunyi dan bersih, meski di sini aku berdiam untuk sementara, toh tempat itu aku telah siapkan. Sahabat-sahabat baik, kenapa kita orang tak mau bikin pertemuan yang penghabisan, agar kalau nanti kita orang bertemu pula, itu bakal terjadi di lain dunia?...." Dengan matanya yang tajam, Hoa Ban Hie awasi orang-orang pihaknya sendiri, kemudian ia bersenyum. "Bagus, Pian pangcu!" akhirnya ia menjawab. "Kau ada orang kenamaan dalam dunia kangouw asal kau suka bereskan soal menurut caranya satu enghiong sejati, aku si pengemis tua, suka iringkan kau. Aku bukannya satu sahabat jikalau aku tidak sudi bantu kau! Nah, mari aku si tua temani kau!" Pian Siu Hoo lantas menoleh pada orang-orangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lekas bawa lentera!" ia kata. "Lekas pimpin tetamutetamu kita yang terhormat pergi ke belakang!" Segera juga muncul duapuluh lebih anggota Kangsanpang, yang pada lemparkan senjata mereka ke pinggiran, hingga suaranya tombak, golok dan toya, jadi berisik, kemudian, sebagai gantinya, dengan tangan kosong, mereka pada ambil lentera dan obor. Mereka berdiri dalam dua barisan, dengan rapi mereka bertindak, menuju ke belakang, ialah ruangan yang dimaksudkan oleh Pian Siu Hoo, yang beradanya di sebelah belakang dari lapangan di mana mereka adu jiwa. "Hoa chungrju, harap kau suka pimpin

rombonganmu," kata Pian Siu Hoo pada si pengemis, sikapnya menghormat sekali. "Persilakan!" Dari sikapnya, kelihatan nyata Pian Siu Hoo tidak lagi kandung maksud jelek. Di pihaknya Hoa Ban Hie, melainkan Yan Toa Nio dan gadisnya, yang tetap unjuk roman tidak puas, tetapi mereka toh terpaksa ikut. Mereka bisa sabarkan diri, untuk dengar caranya penyelesaian dilakukan. Sekarang, kecuali sikapnya Pian Siu Hoo, si musuh besar, mereka pun hendak uji ketua dari Bancie sanchung. Pian Siu Hoo juga unjuk hormat pada semua orang di pihaknya, orang-orangnya sendiri atau tetamu-tetamu yang bantu ia, yang ia persilakan turut masuk. Kecuali rombongan yang bawa api, ia adalah yang jalan di muka, diikuti oleh rombongannya sendiri dan Hoa Ban Hie, yang jalan di muka semua kawannya. Mereka telah lewatkan selerotan rumah-rumah terbikin dari kayu, lantas jalanan ada buntu, sebab di muka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mereka sekarang mengadang, satu tembok bukit, yang merupakan bukit, yang tinggi. Buat ahli-ahli silat, bukit itu tidak menjadikan rintangan, tetapi itu waktu, bukan saatnya orang unjuk kepandaian. Orang berjalan terus. Mereka sampai di kaki bukit, yang seperti merupakan tembok itu, di situ mereka berada di antara sekumpulan pohon haytong. Mereka lintasi pohon-pohon ini, hingga mereka lantas hadapi lamping bukit di mana ada mulut gua atau terowongan. Kelihatannya itu ada jalanan buatan manusia, lebarnya cukup untuk empat atau lima orang masuk dengan berbareng. Jalanan di mulut terowongan itu ada bersih. Duapuluh lebih orang barisan pengantar jalan terus, masuk ke dalam terowongan itu. Cukat Pok cepatkan tindakannya, akan tempel Hoa Ban Hie, lengan siapa yang kiri ia bentur. Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong juga sudah lantas maju. Bertiga mereka bercuriga. Mereka tidak takut kalau mesti bertempur secara berterang, tetapi kalau ketua Kangsanpang itu atur tipu daya, itulah berbahaya, hebat akibatnya. Meski begitu, mereka tidak berani buka mulut, akan cegah Hoa Ban Hie. Kiongsin jalan terus. Ia berendeng dengan Pian Siu Hoo, yang saban-saban undang tetamunya jalan di sebelah depan. Ketika masuk di mulut terowongan, si

Naga Besi bertindak lebih dahulu. Ia rupanya mengerti bahwa ia tidak boleh bikin orang nanti curigai ia. Si Malaikat Kemelaratan bertindak dengan diiringi oleh Cukat Pok, Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong, setelah mereka, baru ikut yang lain-lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Kapan akhirnya mereka lewatkan terowongan, ternyata mereka telah tiba di suatu tempat terbuka yang nampaknya sebagai paso atau jambangan, panjangnya dari timur ke barat ada lima atau enambelas tombak, dan lebarnya ada sepuluh tombak lebih. Melihat ke atas mereka tampak langit. Di sekitarnya ada lamping bukit yang tinggi, di situ tumbuh pohon-pohon kecil dan rumput. Tingginya lamping ada belasan tombak. Agaknya itu ada lembah di dalam lembah. Jika dipandang dari atas, tempat itu merupakan jurang yang mirip mangkok. Cahaya lentera-lentera dan obor merupakan pemandangan yang suram. Tonglouw Hiejin Tan Ceng Po lantas saja percaya bahwa tempat ini adalah tempat yang sudah diatur. Di sebelah timur, menghadap ke lamping bukit, ada diatur meja-meja serta kursi-kursinya. Di atas setiap meja ada diletaki sebatang lilin yang besar, sebagaimana besarjuga ciak-tay-nya. Sebenarnya, begitu tiba di mulut terowongan sebelah dalam, Tan Ceng Po ingin merandek untuk lebih dahulu minta penjelasan dari Pian Siu Hoo. Ia benar-benar bersangsi dan menduga Pian Siu Hoo ada mengandung maksud tidak baik. Sesudah menang piebu di luar, bagaimana dengan di dalam? Liongyu Hiejin Lim Siauw Chong juga dapat dugaan sebagai kawannya itu, tetapi ia sebagai saudaranya, tidak mau tanya apa-apa pada Hoa Ban Hie, siapa bertindak terus dengan berani, sikapnya sewajarnya saja. la bisa bicara dan tertawa, agaknya ia tak bercuriga sedikit juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Lihat, Hoa thjungcu, apakah tempat ini tidak bagus?" berkata Pian Siu Hoo serta memandang ke sekitarnya. Ia unjuk roman gembira "Sejak kita orang datang kemari, baru saja dua malam kita orang dapatkan tempat yang bagus ini di mana kita orang lantas berdiam. Ada sukar akan dapatkan tempat kedua yang semacam ini. Ini adalah tempat buatan alam. Aku pun pilih ini karena aku anggap rumah-rumah di sebelah depan tak cocok untuk

dijadikan tempat kita orang berkumpul akan berunding. Apakah chungcu setuju?" "Pian pangcu, ini benar-benar ada tempat bagus yang sukar dicari keduanya!" berkata Hoa Ban Hie dengan turuti lagu suara orang. "Aku suka tempat seperti ini! Jangan seejie lagi, pangcu, mari kita orang berduduk!" "Aku tidak mampu bikin pesta besar, tetapi untuk tamu-tamuku sekalian, aku toh bisa suguhkan sedikit perjamuan," Pian Siu Hoo berkata pula. "Di sini, sesudah berjamu dan bicara, kita orang akan bikin pertemuan yang penghabisan...." Baru saja Pian Siu Hoo berhenti bicara atau dari mulut terowongan telah muncul belasan anggota Kang-sanpang yang membawa nenampan terisi barang-barang makanan, piring mangkok, sumpit dan cawan berikut araknya. Semua itu sudah lantas diatur di atas mejameja yang berbaris di kiri dan kanan. Pian Siu Hoo juga sudah minta semua orang, tamu-tamu dan pihaknya sendiri akan ambil tempat duduk. "Silakan minum, sahabat-sahabat," Pian Siu Hoo mengundang untuk pertama kali. Ia tunggu sampai semua cawan sudah diisi, sembari berdiri sambil pandang Hoa Ban Hie, ia berkata, "Hoa chungcu, sudah tigapuluh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tahun lebih aku hidup di kalangan Sungai Telaga, sekarang akan mendekati hari penghidupanku yang terakhir. Benar-benar aku tidak pernah sangka bahwa aku akan tamatkan penghidupanku ini dengan jalan roboh di tangannya seorang kenamaan sebagai kau! Ini pun ada hal yang terjadinya sangat sukar, maka itu, chungcu, mari minum!" Sebenarnya arak dari Haytong-kok ini bisa mendatangkan kecurigaan, tetapi Hoa Ban Hie tidak bersangsi sedikit juga. "Pian pangcu, kau sangat baik," ia berkata. "Aku harap, setelah pertemuan ini, kau nanti pimpin semua orang di pihakmu pada jalan yang benar, agar kita semua bisa hidup dengan aman dan damai, supaya mereka bisa jadi orang-orang yang berarti. Di dalam dunia tidak ada urusan yang tak dapat diselesaikan. Pian pangcu, kau telah utarakan hatimu, nah, mari kita orang minum!" Hoa Ban Hie angkat cawannya menghadapi tuan rumah, lantas berbareng dengan tuan rumah, ia keringkan cawannya. Perbuatan ini diturut oleh orangorang

dari kedua pihak, tetapi mereka hanya tempel saja mulut cawan untuk icipi araknya.... "Malam ini aku si orang she Pian tidak lagi akan berlaku licin," berkata Pian Siu Hoo. "Kita orang sudah piebu dengan perjanjian, pihakku kalah, aku terima itu dengan senang. Dalam hal ini aku bertanggung jawab, tidak peduli di antara pihakku ada tamu-tamu yang terhormat. Dari sahabat-sahabatku itu aku mengharap kebijaksanaan, agar mereka menurut segala putusanku. In loosu telah melakukan pelanggaran di dalam Bancie sanchung, ia sudah melanggar kesuciannya pelita suci dari Kiongkee-pang, untuk memperbaiki itu, aku sendiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

yang nanti pergi akan perbaiki kedudukannya pelita itu, buat sekalian haturkan maaf pada sucouw dari Kiongkeepang. Tapi kalau diharuskan si orang she In yang pergi dan lakukan itu sendiri, inilah aku tidak mau mengerti, secara demikian aku jadinya bukan bertanggung jawab sepenuhnya. Sesudah urus halnya pelita suci itu, lantas kita dari pihak Kangsan-pang dibiarkan penghidupan kita. Tentu saja aku tidak ada muka akan kembali ke Hucunkang! Perihal urusanku dengan Yan Toa Nio ibu dan anak, itu pun aku niat bereskan sekarang, aku akan serahkan kepu-tusannya pada mereka berdua. Hanya semua suhu di sini mesti ketahui, Kangsan-pang bukan terdiri dari aku satu orang, meski benar aku sudah serahkan diriku, kalau terhadap diriku orang turun tangan sekarang juga, di sini aku tidak mau tanggung jawab untuk akibatnya. Apa ada kawan-kawanku yang puas, suka melihat aku diperlakukan tak semestinya? Apa mereka tidak nanti bikin Haytong-kok ini jadi tempat penumpahan darah? Aku minta lembah ini jangan dipandang sebagai Giokliong-giam Hiecun. Itu ada urusan Englok-pang dan aku sebagai sahabat melainkan membantu sahabatku, hanya kebetulan saja, di sana bolehnya ada musuhku sendiri, hingga aku tidak bisa menyingkir dari mereka itu. Aku telah roboh di sini, aku malu buat hidup lebih lama, maka lebih baik di sini aku kucurkan darahku akan mencuci malu. Aku tidak mau menyingkir dari Yan toa-nio berdua, aku hanya minta diberikan sedikit waktu, ialah sampai aku telah selesai perbaiki kedudukan pelita suci di Bancie sanchung dan selesaikan pembubaran Kangsan-pang, sesudah itu, di Haytong-kok ini aku akan tunggu kedatangannya Yan

toanio berdua. Aku si orang she Pian bisa jatuh satu kali, tidak buat kedua kalinya, dan tidak nanti aku tebalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

muka akan siapkan perlawanan lagi! Aku tak akan cari malu lagi! Hoa chungcu, aku telah bicara, coba sekarang chungcu sekalian pikir, bagaimana dengan usulku ini, akur atau tidak?" Semua orang terperanjat untuk usul atau putusannya Pian Siu Hoo itu. Dengan itu, kecuali dirinya sendiri, Pian Siu Hoo juga hendak tamatkan lelakonnya Kangsanpang. Toh Pian Siu Hoo bukannya satu bubeng siauwcut. Tidak disangka si Naga Besi berani ambil putusan jujur dan terhormat itu. Hoa Ban Hie selalu awasi Pian Siu Hoo, maka setelah selesai orang bicara, ia berbangkit serta berkata, "Pian pangcu, kau benar ada satu laki-laki! Di depan tadi kau ada lain, di sini lain lagi. Memang juga, di dalam piebu orang jangan terlalu rewelkan kalah atau menang, kesudahan itu harus diterima dengan ridlah. Pangcu, kau telah menyerah dan majukan usul, aku harap itu telah keluar dari hatimu yang suci dan tidak mengandung lain maksud lagi! Aku harap pangcu insyaf bahwa di sini kau telah bicara di muka orang banyak. Pangcu, kau telah menanggung jawab, kau malah hendak wakilkan sahabatmu si orang she In, sikapmu ini membikin aku sukar. Kau harus ketahui, aku juga ada seorang perantauan, aku benci orang kejam yang hendak habiskan segala apa sampai di akar-akarnya Sekarang kau telah insyaf, apa kau harus didesak? Tidak, pangcu. Baik, kau hendak berkorban untuk si orang she In, aku juga mau berkorban untuk kaumku. Sekarang aku tidak inginkan kau pergi ke Bancie sanchung untuk memperbaiki kedudukannya pelita suci, meski aku lakukan itu, biaraku yang mengaku dosa dan bersalah terhadap su-couw. Sekarang selesailah urusan Bancie
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sanchung! Maka sekarang mari kita bereskan urusanmu dengan pihak Kiushe Hiekee. Menurut aku, baiklah kamu orang membagi daerah dan bekerja masing-masing, untuk selanjutnya tidak lagi saling mengganggu, sebaliknya agar kamu orang saling menghormat! Pangcu, biar bagaimana, kau tidak bisa gunakan kekuasaanmu akan bubarkan Kangsan-pang. Kau harus mengerti, akibatnya itu ada hebat. Anggota Kangsan-pang ada banyak, kalau mereka bubar, mereka akan kelayapan

dan hidup tidak keruan, ini akan membikin rusak hidupnya mereka. Lebih oaik mereka tetap dikumpulkan serta hidup tenang dan damai satu dengan lain. Di sini ada Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong kedua loosu, aku percaya mereka setujui pemecahanku ini. Bagaimana bagus untuk hidup terpisah tetapi tidak bermusuhan. Tentang dirimu sendiri, itu terserah padamu: kau boleh tetap ikuti Kangsan-pang, kau pun boleh tinggal pergi, asal mereka tidak dibubarkan. Sekarang tinggal halnya permusuhan kau dengan Yan Toa Nio dan anaknya. Kau telah binasakan suami dan ayah mereka, inilah hebat. Karena sakit hati itu, mereka terlunta-lunta duapuluh tahun, hidup sengsara dan hati sakit, hingga mereka takut kembali ke Hucun-kang dan harus pergi jauh dan umpetkan diri.... Memang tidak pantas kalau ibu dan anak itu tidak diberikan ketika untuk mereka mencari balas. Tapi, Pian pangcu, di sini ada satu soal lagi. Kalau kamu orang bertempur dan kau terima hukumanmu, itu ada lain, tetapi kau hendak serahkan dirimu, kau bersedia buat dibunuh, maka apakah kejadian ini kita orang boleh awasi saja sebagai juga kita orang sedang menonton suatu pertunjukan? Tidak! Ini pun ada satu soal. Sebenarnya, sakit hati harus dilenyapkan, bukannya mesti diperkeras. Sekarang ibu dan anak membalas sakit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

hati, sedangkan kau mempunyai murid atau turunan, tentu mereka itu juga mau membalas sakit hati. Kalau kedua pihak terus mau membalas, kapan ini habisnya? Maka aku anggap, sesudah mau mengaku salah dan insyaf, aku pikir baiklah kau akui kesalahan itu terhadap Yan toa-nio dan puterinya, kau minta ampun dari mereka, kemudian kau bikin sembahyang buat almarhum Yan loosu. Sejak itu, lantas sakit hati habis, urusan beres, dan selanjutnya kita semua bisa hidup dengan damai hingga pada turunan kita juga. Untuk penghidupannya keluarga Yan, aku percaya pihak Kangsan-pang bersedia akan berikan tunjangan tetap dan tentu. Dengan cara ini, Pian pangcu, kesatu kau tidak usah terpisah kepala dari tubuh, kedua Yan toanio dan anak telah unjuk kebijaksanaan yang harus dijunjung!" "Hoa chungcu," berkata Pian Siu Hoo, setelah ia dengarkan pembicaraan yang panjang lebar itu, "terang dengan pertimbanganmu ini, kau hendak melindungi aku,

maka biar bagaimana juga, aku tak akan lupakan budimu. Dua usul yang pertama aku bersedia akan menerima. Meski begitu, aku sendiri nanti pergi ke Bancie sanchung akan haturkan maafku. Hanya yang ketiga, aku tidak sanggup terima." Yan Toa Nio dan Yan Leng In sudah berdiri, mereka tidak puas terhadap pertimbangan dari Hoa Ban Hie, mereka hendak membantah. Cara bagaimana mereka mesti dicegah membalas sakit hati untuk Yan Bun Kiam, suami dan ayah mereka? Sebelum mereka buka mulut, mereka dengar penyahutannya Pian Siu Hoo, itu adalah penyahut-an yang kebetulan bagi mereka. Sudah begitu, Pian Siu Hoo pun awaskan mereka sambil bersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Hoa chungcu, harap kau tidak salah mengerti," berkata pula Pian Siu Hoo sebelumnya si pengemis tua keburu buka mulutnya, "bukannya aku tidak hargakan kau tetapi urusan yang ketiga ini lain sifatnya. Dalam hal ini, aku tidak ingin hidup, aku tidak mau tinggalkan ekor keruwetan bagi pihak sahabat-sahabatku di Hucun-kang dan bersedia untuk menjadi setan tak berkepala?...." Baru saja Tiathong-liong tutup mulutnya, atau dari mulut terowongan telah berlari-lari mendatangi dua anggota Haytong-kok yang terus hampirkan si Naga Besi dan memberi hormat serta melaporkan, katanya, "Di luar datang Kee Thian Leng suhu, ketua dari pelabuhan Tiatcit-kang dari Lengpo, ia sudah masuk di mulut lembah, malah barangkali ia sekarang telah tiba di Haytong-kok." Pian Siu Hoo segera berbangkit, ia kertak gigi, romannya ada mendongkol. "Kenapa loo-cianpwee itu datang kemari justru di saat begini?" ia berkata, seperti pada dirinya sendiri. "Benarbenar celaka!" Suaranya anggota Haytong-kok itu nyaring dan terdengar nyata oleh semua orang. Maka itu, mereka juga turut merasa heran. Kee Thian Leng, ketua atau liongtauw dari Tiatcitkang, ada satu ahli silat yang ternama, yang sudah lama mengundurkan diri, sebagaimana Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong, jarang sekali ia muncul dalam pergaulan. Di masa pergaulannya, ia sangat terkenal dan dimalui karena kegagahannya. Dalam waktu dua atau tiga tahun, daerah perairan Lengpo yang terganggu bajak telah

dapat dibikin aman, dengan demikian ia telah tolong juga


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kaum nelayan hingga selanjutnya hidupnya mereka ini jadi terhindar dari gangguan. Tadinya, satu tahun atau setengah tahun sekali, ia masih suka datang akan tengok kaum nelayan itu, hanya setelah berselang sepuluh tahun lebih, ia tidak pernah tertampak pula. Maka sekarang tiba-tiba jago tua itu muncul, orang menjadi heran. Dan umumnya orang menganggap, jangan-jangan urusan akan menjadi salin rupa. Hoa Ban Hie pun heran bahwa Pian Siu Hoo bisa datangkan guru silat tersohor itu. "Hoa chungcu," berkata Pian Siu Hoo kemudian, "hal ini ada di luar dugaanku. Aku tidak sangka yang loocianpwee itu boleh datang ke Haytong-kok. Urusan di sini aku telah bikin rusak, aku sangat malu akan ketemu dengan orang tua itu, tetapi karena aku menjadi ketua di sini, aku toh mesti keluar akan sambut padanya, sebab aku tidak boleh berlaku tidak tahu adat. Aku percaya chungcu sekalian pernah mendengar namanya Kee loocianpwee itu, maka silakan cuwie tunggu sebentar, aku nanti sambut padanya dan undang ia datang kemari." Setelah berkata demikian, Pian Siu Hoo balik tubuhnya akan hadapkan kawan-kawannya. Ia lalu berkata dengan cara yang menghormat, "Ciongwie, tolong berlaku manis padaku, mari ikut aku pergi sambut Kee loo-cianpwee! Orang telah datang dari tempat yang jauh, kita orang mesti sambut padanya secara hormat." Sampai waktu itu, Hoa Ban Hie yang cerdik dan berpengalaman masih belum bisa menduga ada hubungan apa di antara jago tua dari Lengpo itu dengan ketua Kangsan-pang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sementara itu Itcie Sinkang In Yu Liang, Kimtoo Cee Siu Sin dan kawan-kawannya yang termasuk pihak Haytong-kok telah berbangkit dan semua ikuti Pian Siu Hoo keluar dari dalam lembah istimewa itu, sedang semua anggotanya yang memegang lentera dan obor, lantas berbaris di mulut gua, semua unjuk sikap seperti mereka hendak sambut orang besar. Ketika orang berjalan keluar, Tan Ceng Po dekati Hoa Ban Hie. "Loo-cianpwee, urusan ini ada aneh," ia berkata dengan berbisik. "Di antara pihak Lengpo-pang dan Hucun-kang pasti tidak ada perhubungan baik, menurut

apa yang aku ketahui, mereka kedua pihak sering berbentrok, malah pada satu tahun yang berselang, mereka telah bentrok secara besar-besaran. Bagaimana ketua dari Lengpo-pang justru sudi datang kemari, meskipun ia diundang oleh Kangsan-pang? Apapula Kee loo-cianpwee itu sudah banyak tahun tidak pernah munculkan diri. Pian Siu Hoo hendak menjagoi sendiri, ia ingin robohkan semua kaum lainnya, cara bagaimana ia bisa mengikat tali persahabatan dengan Lengpo-pay? Loo-cianpwee, aku kuatir orang licin ini sedang mengatur akal?...." Hoa Ban Hie usut kumisnya, ia bersenyum ewah. "Kalau dugaanmu benar, itulah terlebih baik lagi!" ia menyahut. "Kalau benar orang tua itu telah diundang datang kemari, ia benar-benar ada tandinganku, maka ini ada ketikanya untuk aku si pengemis tua melakukan ujian yang penghabisan! Umpama si binatang main gila dengan jalan keluar dari sini untuk meninggalkan kita, itu berarti telah sampai saat kematiannya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Cukat Pok bangun berdiri. "Kita orang telah peroleh kemenangan, mustahil kita orang bisa diundang masuk kemari untuk mandah dipengaruhi," katanya pada Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong. "Kita orang tidak boleh terlalu ber-besar hati. Mari kita keluar akan melihat!" Di saat Souwposu hendak meninggalkan kursinya, mendadak di mulut gua terdengar tiga kali suara suitan yang terus saja disusul dengan seruan, "Kenapa semua api tidak mau lekas dilemparkan? Hayo kita orang bikin penyambutan!" Seruan itu diturut oleh duapuluh lebih anggota Haytong-kok yang memegang lentera dan obor, yang terus melemparkan lentera dan obor mereka, sedang mereka sendiri segera bergerak menyingkir keluar. "Inilah aneh!" berkata Cukat Pok yang bercuriga dan terus saja loncat ke mulut gua itu. Di dalam gua masih ada cukup cahaya terang, karena pengaruh-pengaruhnya lilin-lilin di atas meja Baru saja Cukat Pok sampai di mulut terowongan, lantas di kedua samping mulut jalanan itu, ia dengar bunyinya suara yang nyaring dan berisik, disusul dengan suara tergetarnya lembah itu, karena dari atas bukit lantas jatuh sepotong batu sangat besar, yang jatuh

bergelindingan. Syukur Souwposu ada celi kuping dan gesit gerakannya, ia bisa lompat menyingkir dari batu besar itu. Segera juga menyusul suara berisik yang lain, yang lantas ternyata ada dari bekerjanya banyak tangan yang menggunakan batu, tanah dan lain-lain untuk menutup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jalan terowongan itu, hingga sebentar kemudian, rombongannya si Malaekat Kemelaratan telah tertutup di dalam lembah istimewa itu. Suara berisik yang menakutkan tidak berhenti sampai di situ. Di atas bukit, di empat penjuru, lantas terdengar suitan berulang-ulang yang disusul dengan bersinarnya cahaya api, karena lantas ternyata di situ orang menyalakan obor. Hoa Ban Hie, Tan Ceng Po, Lim Siauw Chong, Cukat Pok, Yan Toa Nio dan gadisnya, Kie Kiam, Ang Tiu dan yang lain-lain, murid-murid dari Bancie sanchung, lantas hunus senjata mereka. Semua mata mereka ditujukan pada Kiongsin, pemimpin mereka yang mereka telah sesalkan di dalam hati saja sudah terlalu percaya pada Tiathong-liong Pian Siu Hoo. Sekarang ternyata mereka sudah dipancing masuk ke dalam jambangan itu!.... Semua orang jadi berkecil hati, karena mereka menduga serangku pihak musuh akan lekas datang, kalau tidak dengan hujan anak panah, pasti dengan api, dan semuanya itu ada sangat berbahaya, karena di situ mereka tidak bisa menyingkir atau cari tempat untuk berlindung. Sampai di saat itu, tenang laksana gunung. Taysan, Hoa Ban Hie masih duduk tetap di kursinya. Ia tidak bergerak dan tidak bicara, ia seperti tidak lagi hadapkan kegentingan. Pengemis tua Ang Tiu ada sama derajatnya dengan Kiongsin, tetapi ia tidak berani banyak bicara atau tegur ketua dari Bancie sanchung, karena itu, Tan Ceng Po dan Lim Siauw Chong pun tidak mau berkata apa-apa. Hanya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

setelah lewat pula beberapa saat, Ang Tiu tidak bisa tahan lagi kemendongkolannya. Ia lantas perdengarkan suara dingin. "Chungcu, Pian Siu Hoo benar-benar ada satu sahabat sejati! Dan kau, chungcu, kau juga ada satu sahabat tulen! Kita sekarang telah kena dirobohkan, baru

sekarang kelihatan nyata isi perutnya orang she Pian itu isi perut dari srigala dan anjing! Chungcu, kau telah puas merantau, barulah sekarang matamu terbuka lebar!...." Hoa Ban Hie berdiam saja, kecuali matanya yang dipakai memandang ke segala penjuru, ia dengar teguran atau sesalannya Ang Tiu, mendadak ia tepuktepuk meja sambil tertawa berkakakan. "Ang loo-ngo!" katanya kemudian, "beginilah caranya kau melihat bagaimana gampang aku kena tertipu! Apakah benar-benar aku mau menyerah kalah?" Mendadak Kiongsin berbangkit sambil tangannya menekan meja, atas mana meja itu memperdengarkan suara keresekan, karena tenaga yang besar dari si Malaekat Kemelaratan sudah bikin meja itu ringsek, hingga cangkir, piring dan mangkok telah roboh terbalik. Orang tua itu berdiri dengan air muka suram, ia hadapkan Ang Tiu, Kie Kiam dan Tiauw Sam Ek sekalian. "Binatang itu sudah main sandiwara di hadapanku," ia berkata, "kalau aku segera beber rahasianya, nanti orang-orang kangouw yang kebanyakan katakan aku keterlaluan, atau orang akan katakan aku tidak bisa maafkan sesamanya. Di saatnya ia undang aku datang ke tempat terkurung ini, aku sudah menduga pada maksud busuknya, tetapi aku toh masih iringi kehendaknya untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

melihat sifat terakhirnya. Sekarang, sudah sampai saat yang penghabisan, maka lihatlah, siapa nanti yang menang!" Sementara itu di atas bukit, di empat penjuru, oborobor bertambah banyak, sebagaimana itu pun tertampak nyata dari sinarnya api, yang bertambah terang secara cepat luar biasa. Kemudian datanglah saat yang paling genting. Di atas bukit, di pojok timur selatan, segera terdengar suara nyaring, "Sahabat-sahabat kekal, maafkan aku! Aku Tiathong-liong Pian Siu Hoo sudah ambil tindakan ini karena terpaksa! Haytong-kok adalah lembah di mana kita orang mesti ambil putusan siapa mati dan siapa hidup, maka itu, melainkan ia yang terlebih pandai yang harus merebut kemenangan! Sahabat-sahabat, kamu orang telah masuk dalam jebakan jaring, tetapi kendati demikian, aku masih tidak sudi lakukan tindakan yang paling hebat. Aku mengerti sakit hati harus diburaskan

dengan kekerasan! Maka, sahabat-sahabat, andaikata kamu orang masih ingin hidup di dalam dunia ini, harap kau terima baik satu permintaan tak berarti dari aku si orang she Pian! Kangsan-pang tidak ada hubungannya dengan Bancie sanchung, apa-mau kau, sahabat she Hoa, kau telah campur urusan kita dan telah paksa padaku, hingga Kangsan-pang tidak akan bisa berdiri lebih lama pula! Sahabat she Hoa, sikapmu ada keterlaluan! Sahabat, sekarang ada terbuka satu jalan untuk kamu orang segera ambil putusan! Di sini ada satu surat perjanjian, jika kamu ingin keluar dengan masih hidup dari Haytong-kok ini, harap kau segera bubuhkan tanda tanganmu kau yang harus membubuhkan sendiri!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Bunyinya perjanjian adalah semua kendaraan air di Hucun-kang, selanjutnya berada di bawah pimpinan dan kekuasaan aku si orang she Pian sebagai ciangliongtauw, kepala yang tertinggi, dan pihak Kiushe Hiekee tidak mempunyai tempat lagi di Hucun-kang, mereka mesti lantas pergi mundur! Dan Bancie sanchung, sahabat baik, kau juga mesti pindahkan, karena daerah Haytong-kok ini adalah tempat di mana aku bangun! Di dalam daerahku, aku tidak bisa ijinkan kamu orang rombongan pengemis, mundar-mandir lagi atau main gila! Perihal Yan Toa Nio dan anaknya, kalau mereka tetap hendak wujudkan pembalasan sakit hati suami dan ayahnya, sekarang pun ada saatnya untuk mereka mengambil putusan! Sebenarnya, kalau cuma mereka berdua ibu dan anak, mereka bukannya tandinganku si orang she Pian! Bukankah mereka melulu ada orang-orang perempuan? Bukankah aku justru ada satu laki-laki? Sekarang ini, jiwa mereka berdua telah dikorbankan oleh si pengemis bangkotan! Pendeknya, asal mereka ibu dan anak mau berjanji, aku akan lantas kasih mereka angkat kaki dari Haytong-kok ini, lantas dalam waktu seratus hari, aku akan tunggui mereka di pusatku di Gosan-mui, mereka boleh datang untuk lakukan pertempuran yang memutuskan dengan aku! Dalam pertempuran itu, aku tidak mau mereka ajak kawan, aku tidak mau ada pihak ketiga yang campur tahu! Kalau dalam tempo seratus hari mereka tidak datang, selanjutnya aku tidak ijinkan mereka injak lagi daerah Hucun-kang, umpama aku dapat lihat padanya,

nah, jangan katakan aku si orang she Pian kejam, mereka tak akan dapat ampun lagi! Di sini ada sebuah keranjang, di dalamnya aku letaki surat perjanjian yang aku sebutkan barusan, itu seharusnya dibubuhkan tanda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tangan dalam tempo seirupan thee, kalau terlambat, meskipun kau telah bubuhkan tanda tanganmu, aku akan anggap tidak sah dan tidak ambil peduli lagi! Sampai itu waktu, sahabat-sahabat, aku persilakan kamu orang pergi saja ke Kwiebun-kwan, Kota Selatan di dalam neraka!" Suara menantang dan mengancam itu ditutup dengan sambutan suara tertawa nyaring dari Hoa Ban Hie, siapa terus saja menuding si Naga Besi. "Pian Siu Hoo, kunyuk, bagus tipu dayamu ini!" berkata si Malaikat Kemelaratan. "Hanya aku kuatir bahwa kau sebenarnya sedang mimpi! Umpama kata siang-siang aku beber rahasiamu, atau aku segera berikan hukuman pada kau, dunia nanti cela dan katakan aku kejam, tetapi sekarang, kau telah beber sendiri hati ajag dan peparu anjingmu, ini artinya hari kematianmu sudah datang! Kunyuk, jikalau leluhurmu tidak mau terima baik perjanjianmu itu, apa kau hendak bikin?" "Pengemis tua!" Pian Siu Hoo membentak. "Pengemis tua, kau telah masuk dalam telapakan tanganku, apa kau masih berani banyak tingkah? Jadinya kau masih hendak lihat kepandaian terakhir dari Pian pangcu-mu? Baiklah, aku nanti bikin bersih padamu, pengemis tua, sampai pun kepala kau turut ludas semua!" Sehabis kata begitu, Pian Siu Hoo mundur beberapa tindak, akan hadapkan orang-orangnya. "Boleh turun tangan!" ia mengasih titah. Ketika si Naga Besi berikan perintahnya, Hoa Ban Hie pun telah geraki tangannya dalam mana tergenggam kimchie-piauw, dengan itu padamkan tiga batang lilin di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

atas meja. Perbuatannya segera ditulad oleh Cukat Pok, yang dengan pelurunya, Liancu Tiattan-wan, telah bikin padam empat lilin di sebelah barat. Maka sekejap saja, lembah itu menjadi gelap petang. "Awas pada batu dan panah!" Hoa Ban Hie serukan kawan-kawannya. "Di sebelah kiri mulut terowongan, di atas bukit, ada batu mengkilap, lekas mundur!" Baru saja ucapan itu keluar atau dengan menggelugur, sebuah batu sebesar gantang lantas saja menggelinding

jatuh, suaranya sangat berisik, membikin kuping pengang, apapula ketika batu itu telah jatuh sampai di dasar lembah. Begitu hebatnya sampai batu itu telah menyebabkan mengulaknya debu atau asap. "Lihat aku si pengemis tua bekuk itu kunyuk'" berseru Hoa Ban Hie, yang berada di antara pecahan batu, yang telah lantas mencelat naik ke atas lamping bukit. Ia mencelat ke sebelah kanan mulut terowongan, yang termasuk jurusan barat selatan. Sebab dari tadi, ia sudah perhatikan itu lembah dan sekitarnya. Menyusul orang tua ini, mencelat dua tubuh lain, ialah Ang Tiu dan Tan Ceng Po. Mereka ini lihat gerakannya Kiongsin dan mereka lantas menulad. Keduanya mereka ini gunai tipu loncat naik Inliong sanhian dan Huiniauw coan-in atau "Naga awan perlihatkan diri" dan "Burung terbang menerjang mega." Sebab mereka juga telah perhatikan letaknya lembah dan tahu, kalau mulut lembah ditutup, sudah tidak ada jalan keluar lagi kecuali mereka yang bisa panjat lamping lembah yang tinggi luar biasa dan tak ada jalanannya untuk naik. Hoa Ban Hie telah mencelat naik sebagai terbang menyambarnya seekor burung, tetapi ia tidak langsung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

naik, hanya saban-saban ia bergerak ke kiri dan ke kanan. Dengan cara ini ia mau menyingkir dari terjangannya batu-batu besar, yang dilepaskan dari atas. Di antara lamping di sekitarnya, bagian barat selatan ini ada paling rendah, setinggi-tingginya cuma kira-kira duapuluh tombak. Cepat sekali, si Malaikat Kemelaratan sudah mendekati puncak tinggal lagi lima atau enam tombak. --ooo0dw0oooXVIII Seperti sudah diketahui, dengan padamnya semua api lilin, lembah itu menjadi gelap sekali. Benar di atas ada banyak obor, tetapi cahaya obor itu tidak sampai ke dasar lembah. Pian Siu Hoo telah perintahkan orangorangnya melepas batu-batu besar, meski begitu ia toh menjaga kalau-kalau ada orang menerjang naik, lantaran ia ketahui di dalam lembah ada musuh-musuh yang liehay. Maka itu, kecuali batu, belakangan ia suruh duapuluh lebih orangnya akan lempar-lemparkan juga obor mereka, maka, dengan adanya api obor itu, seluruh lembah jadi terlihat nyata. Antaranya pun ada obor yang

seperti mandek di tengah-tengah lamping bukit. Hoa Ban Hie manjat sendirian, saking cepatnya, ia berangkat tidak kelihatan, apa mau, selainnya dia, ada ikut Ang Tiu dan Tan Ceng Po, maka tidak heran kalau Pian Siu Hoo lantas lihat mereka bertiga, tidak peduli gerakan mereka ini sangat cepat. Dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penunjukannya, api lantas dilempar ke jurusan si Raja Pengemis itu. "Lekas, batu, batu!" berseru si Naga Besi berulangulang, ketika ia sudah loncat ke jurusan barat selatan itu, akan perintahkan orang-orangnya lepas api dengan terlebih gencar, guna rintangi ketua dari Bancie sanchung. Sekarang ini batu tidak lagi dilepas turun secara sembarangan. Delapan orang, dengan bekerja samasama, saban-saban lepaskan batu ke jurusannya tiga orang tua yang gagah itu. Hingga tidak heran kalau mereka ini jadi repot sekali, akan menyingkir dari sesuatu batu. Pian Siu Hoo kertak gigi, karena ia lihat tiga orang itu tidak bisa dihajar dengan batu, maka diam-diam ia jumput satu batu besar, ia siap sambil awaskan Hoa Ban Hie, orang yang ia hendak hajar paling dulu. Kiongsin telah maju dengan pesat, tangannya sedang pegang oyot, kalau ia enjot tenaga tangan dan kakinya, ia segera akan bisa sampai di atas bukit, dan satu kali ia berada di atas, ia bakal merupakan seekor harimau yang lolos dari jaring. Dan di saat genting itu, Pian Siu Hoo berseru, "Hoa chungcu akan bikin tamat lelakon hidupmu!" seraya ia lemparkan batu besarnya. Hoa Ban Hie memang senantiasa melihat ke atas, maka itu, ia bisa lihat datangnya sesuatu batu, sekarang serangannya si Naga Besi diberikuti teriakan, ia jadi bisa melihat dan mendengar, hanya sekali ini, serangan ada hebat, karena batu dilemparkan oleh orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tenaganya besar. Tapi ia tidak putus asa, ia tunggu sampai batu bendak hajar kepalanya, segera ia menjambret ke kanan seraya terus pindahkan tubuhnya ke kanan juga, hingga batu kematian itu lewati tempat kosong! Suara keras terdengar waktu batu itu jatuh ke dasar lembah!

Hoa Ban Hie tidak berhenti karena ia sudah terlepas dari bahaya itu, ia terus unjuk kesebatannya, karena ia tahu Tiathong-liong pasti tidak mau mengerti dan akan mengulangi serangan berbahayanya semacam itu. Ia manjat terus, selagi tangan kirinya menggantikan tangan kanan, akan menjambret oyot, tangan kanannya, yang genggam kimchie-piauw, menimpuk ke atas. Tatkala itu si pengemis tua Ang Tiu dan si nelayan dari Tonglouw Tan Ceng Po, juga telah manjat terus, karena mereka telah berhasil menyingkirkan diri dari sesuatu batu yang menyambar mereka. Malah karena Kiongsin terhalang oleh serangan liehay dari Tiathong-liong, mereka bisa menyusul, hingga bertiga mereka jadi berimbang tingginya. Pian Siu Hoo gusar berbareng kuatir kapan ia lihat serangannya tidak mengasih hasil dan musuh-musuhnya telah naik terus. Ia mengerti, seandainya Hoa Ban Hie bisa ada di atas, ludaslah pengharapannya, musnahlah ikhtiarnya. Maka sekarang, di saat terakhir, ia lantas siapkan jarum bweehoa-ciam-nya. Selagi tiga musuh naik terus, Pian Siu Hoo sengaja mundur sedikit. Ini ada satu siasat dari ia, akan bikin musuh dapat hati dan nanti terus saja loncat naik ke atas, karena dengan melihatnya tanah datar, tiga orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

itu niscaya jadi bernapsu dan akan hilang, atau kurangan, perhatiannya, la mau sambut tiga-tiga musuh dengan jarumnya yang liehay itu. Di lain pihak, empat atau lima anggota, yang berada paling dekat, masih saja melemparkan batu, cuma serangan mereka tidak digubris oleh tiga orang berilmu itu. Jikalau mereka tidak berkelit, tentu batu itu ditanggapi dengan tangan yang dilonjorkan, dan dibikin terus melewati lengan dan jatuh. Pian Siu Hoo siap terus, matanya dipasang dengan celi. Ia sangat bernapsu dan ingin dengan sekali timpuk, tiga-tiga musuhnya roboh. Cepat sekali sang waktu yang ditunggu-tunggu telah datang. Tiga kepala telah muncul, tinggal satu gerakan lagi, mereka akan sudah berada di atas tanah datar. Maka juga, pada saat itu si Naga Besi sudah lantas gerakkan tangannya. Di saat berbahaya ini, mendadak dari sebelah kirinya

Tiathong-liong terdengar seruan, "Awas!" yang dibarengi dengan menyambarnya dua buah peluru yang mengenai lengannya yang kanan. Akan tetapi, ketika si Naga Besi kesakitan, berbareng jarumnya pun dilepaskan dan tiga batang jarum telah melesat ke jurusan Hoa Ban Hie, Ang Tiu dan Tan Ceng Po bertiga! Karena ia dibokong, meskipun tangannya sakit, Tiathong-liong sudah lantas putar tubuhnya akan berpaling ke jurusan dari mana serangan gelap datang. Ia lihat di puncak, dua tombak lebih tingginya dari tempat ia berdiri, ada satu orang yang sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

menyerang dengan pelurunya, tetapi bukan terhadap ia, hanya kepada anggota-anggotanya dan ia lihat nyata beberapa orangnya terluka, hingga mereka itu mesti berhentikan penyerangannya dengan batu pada musuhmusuh yang masih berada di dalam lembah. Dengan demikian, serangan jadi tak gencar lagi dan akhirnya berhenti sama sekali setelah semua orang kena dihajar atau merat karena ketakutan sebab melihat kawankawan di sebelahnya menjerit atau roboh dan pegangi lengannya yang sakit. Dalam kemurkaannya Pian Siu Hoo segera kenali orang yang bokong padanya, ialah Hengyang Hie-in Sian le, lawan yang ia telah hadapkan di Giokliong-giam Hiecun! Dalam gusarnya, ia hadapi musuh gelap itu dan menyerang dengan jarumnya. Pada saat itu, Hoa Ban Hie telah muncul, diturut oleh Tan Ceng Po dan Ang Tiu. Mereka terlolos dari bahaya, karena semua jarumnya Pian Siu Hoo menjurus ke tempat kosong, karena serangan itu hilang tujuannya disebabkan lengannya terkena pelurunya Sian Ie, orang yang muncul secara tiba-tiba! Hengyang Hie-in tidak terluka karena melesatnya jarum musuh, karena serangan ini ia sudah duga dan ia telah pasang mata serta berlaku gesit, ialah ketika tangannya si Naga Besi bergerak, ia barengi lompat ke sebelah kanan di mana ada puncak lainnya yang terpisah di dekatnya. Dan serangan jarum ini ia sambut dengan tertawa berkakakan! "Orang she Pian!" berseru Sian Ie kemudian, "bagus benar perbuatanmu! Apa sekarang kau masih memikir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

untuk angkat kaki dari sini? Kejadian ini adalah buatanmu sendiri dan bukan karena Thian!"

Segera, secara sangat berani, dengan satu gerakan tubuh Sian Ie lompat dari tempat berdirinya ke tempatnya Pian Siu Hoo untuk samperi si Naga Besi yang ia hendak serang. Bukan main mendongkolnya Tiathong-liong, memancing musuh masuk ke dalam lembah yang berupa sebagai jambangan ini ada dayanya yang terakhir, karena ia dapat kenyataan, di tempat terbuka ia tidak berdaya terhadap musuh-musuhnya yang tangguh. Ia sengaja berpura-pura menyerah kalah dan berlaku manis, melulu guna bikin sekalian musuhnya kena tertipu. Maka betapa mencelos hatinya, ketika dapatkan Hoa Ban Hie bisa loloskan diri dan di atas dengan tibatiba muncul si Nelayan dari Hengyang. Ia lantas ketahui dengan baik, bahwa menurut gelagat ada sukar untuk ia hidup lebih lama. Maka secara nekat ia menyerang hebat dengan jarumnya yang liehay. Tetapi, menghadapi musuh-musuh liehay, jarumnya tak memberi hasil. Dari itu, tidak ada lain jalan, ia harus angkat kaki dari Haytong-kok. Sekarang ini Pian Siu Hoo tidak pikirkan lagi kawankawannya dari Kangsan-pang. Ia mohon semua tamunya segera angkat kaki, kecuali Itcie Sinkang In Yu Liang yang masih mempunyai urusan dengan pihak Bancie sanchung. Pada mereka itu ia berkata, "Sekarang aku si orang she Pian tidak bisa tancap kaki lagi di kalangan kangouw. Aku malu bahwa aku telah bikin kau orang, saudara-saudara, turut mendapat malu. Sekarang ada saat terakhir bagiku, dari itu aku minta semua sahabat dan saudara suka lekas berlalu dari Haytong-kok ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

tentang diriku, kamu tidak usah pedulikan lagi. Jika aku akhirnya bisa terlolos dari sini, nanti aku kunjungi saudara-saudara sekalian untuk menghaturkan terima kasihku. Harap saudara-saudara jangan berayal lagi, karena kalau sampai bahaya keburu datang, aku sangat menyesal...." Ucapan ini telah membuka rahasia sendiri, maka itu, di antara orang-orang yang tidak puas, ada juga yang merasa kasihan pada Tiathong-liong yang sedang menghadapi jalan buntu. Romannya si Naga Besi juga ada sangat menyedihkan. Nyata, saking terpaksa, Pian Siu Hoo sudah menjusta ketika ia perintah orangnya melaporkan kedatangan Kee Thian Liong dari Tiatcitkang.

Itu melulu ada akalnya supaya semua orang pihak Haytong-kok bisa keluar dari lubang jebakan. "Kalau demikian, Pian pangcu," berkata Cee Siu Sin dan Siauw Cee Coan semua, "baiklah, sampai di sini saja, sampai kita orang bertemu pula!" Segera mereka itu saling memberi hormat dan berlalu. Sesudah itu Pian Siu Hoo dan In Yu Liang lantas saja bekerja, ialah mereka pimpin orang-orangnya akan kurung lembah jambangan dari sebelah atas dan menyerang dengan batu begitu lekas sudah ternyata Hoa Ban Hie dan kawannya masih tidak mau menyerah kalah. Pian Siu Hoo tidak pernah pikir bahwa ketua dari Bancie sanchung, pada saat ia masuk ke dalam lembah, sudah lantas perhatikan letaknya tempat dan Kiongsin telah memikir, meskipun lubang terowongan ditutup, tidak nanti ia bisa dirintangi akan molos keluar dari situ. Si Ma-laekat Kemelaratan percaya, begitu lekas ia sudah bisa naik, ia akan sanggup menolong kawan-kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Nyata pengemis tua ini telah memikir dengan sempurna dan siasatnya Pian Siu Hoo tidak tepat. Di samping itu, Hoa Ban Hie juga telah menaruh kepercayaan besar terhadap Hengyang Hie-in Sian Ie, yang sendirian telah masuk ke dalam Haytong-kok dengan ambil jalan lain. Berdua mereka memang sudah bersepakat. Nelayan dari Hengyang itu memang bertugas mengamati segala gerak-geriknya si Naga Besi dan ia pun telah berhasil mencegah sepak terjangnya lebih jauh dari ketua Kangsan-pang, hingga orang she Pian ini akhirnya menjadi putus pengharapan. Ketika Pian Siu Hoo disamperi oleh Sian Ie, In Yu Liang masih berada di sebelah utara sedang memimpin anggota-anggota Haytong-kok melanjutkan penyerangan mereka dengan batu, tetapi karena ia terancam bahaya, Tiathong-liong tidak perhatikan kawan itu. Untuk menyingkir dari musuhnya, ia gerakkan tubuhnya akan lompat ke samping, dua atau tiga tombak jauhnya. "Orang she Pian, kau masih memikir untuk lari?" berseru Sian Ie, yang telah tubruk tempat kosong. "Susah, sahabat, susah, itu ada terlebih sukar daripada pergi naik ke sorga!...." Seruannya Sian Ie disusul dengan gerakan tubuhnya, akan lompat menyusul, sedang sebelah tangannya turut melayang. Ia cekal sebatang Buhong-piauw dan piauw

itu ia lepaskan berbareng dengan lompatannya. Pian Siu Hoo sudah nekat. Ia tidak dapat berpikir banyak-banyak Ia balik tubuhnya, tangannya bergerak, maka piauw-nya pun lantas melesat ke jurusan lawannya. Maka segera terdengar suara nyaring, karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

kedua piauw kebentrok satu dengan lain dan sama-sama jatuh ke tanah! Tapi Pian Siu Hoo telah lepaskan piauw dengan beruntun, karena ternyata piauw yang kedua sudah lantas menyusul, malah tahu-tahu senjata yang liehay itu telah menyambar dadanya Sian Ie. Hengyang Hie-in berlaku awas dan gesit, hatinya tabah bukan main. Ia egosi tubuhnya ke kanan, tangannya ia angkat, ketika piauw lewat, ia jemput itu hingga piauw musuh sekarang berada di tangannya. "Awas!" ia segera berseru, berbareng dengan itu ia menyerang dengan piauw musuh. Pian Siu Hoo telah lompat akan menyingkir begitu lekas ia lihat piauw-nya kena ditangkap, tetapi gerakan Sian Ie ada cepat, ketika ia mencelat, piauw sudah menjurus kepadanya, ke arah bebokongnya. Dalam gerakan berbareng itu, sukar untuk ia berdaya, meskipun ia coba egos diri, tidak urung piauw itu sudah makan tuannya, mengenai pundak kirinya, hingga bajunya tembus sampai pada kulit dan dagingnya, hingga darahnya lantas mengucur. Meski demikian, ia tidak merandek, dengan membawa lukanya, ia lari terus. Serangan-serangan dari Sian Ie telah melambatkan gerak-geriknya Pian Siu Hoo, dari itu tidak heran kalau Hoa Ban Hie bersama-sama Tan Ceng Po dan Ang Tiu, yang telah lolos dari ancaman jarum, sudah keburu datang memburu. Itu waktu, Hoa Ban Hie sudah lantas dapat lihat In Yu Liang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

"Tua bangka she Sian!" berseru si Malaikat Kemelaratan pada sahabatnya dari Hengyang itu, "lihat di seberang sana, itu kunyuk In Yu Liang masih saja banyak tingkah! Dia tidak boleh dikasih hati! Serahkan Pian Siu Hoo padaku! Kalau dia sampai bisa lolos dari Haytong-kok ini, oh, benar-benar jatuhlah pamorku! Maka, sahabat, aku serahkan pada kau itu kunyuk dan orang-orangnya!" Hoa Ban Hie tutup perkataannya dengan mencelatnya

tubuhnya, ke jurusan tempat menyingkirnya Pian Siu Hoo, guna susul si Naga Besi itu. Sian Ie dan Tan Ceng Po telah sahuti perkataannya si Malaikat Kemelaratan, sedang si pengemis tua Ang Tiu sudah lantas lari ke jurusannya In Yu Liang, seraya ia teriaki, "Si orang she In memang masih punya urusan yang belum diperhitungkan dengan kita, serahkanlah dia kepadaku!" Dan ucapan ini disusul dengan lompatan pesat dan jauh, disusul lebih jauh dengan cara lari mengen-tengi tubuh, karena ia pandai menggunai Kengsin-sut. Di pihak ln Yu Liang, orang masih belum tahu yang Pian Siu Hoo sudah kabur, mereka masih terus dengan penyerangan mereka dengan batu-batu besar serta anak panah juga. Si pengemis tua tidak pedulikan jumlah orang yang banyak, ia menuju langsung kepada Itcie Sinkang In Yu Liang. Di lain pihak, Hoa Ban Hie telah lakukan pengejaran terhadap Tiathong-liong, yang ia susul dengan cepat. Ia sekarang telah cekal Susat-pang-nya, karena ia tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

mau kasih lolos lagi pada ketua yang licin dan busuk dari Kangsan-pang itu. Ia telah gunai ilmu lari Cauwsiang-hui atau "Terbang di atas rumput," supaya dengan begitu ia bisa susul musuhnya. Selama itu, Pian Siu Hoo sudah kabur jauhnya belasan tombak dari tempat di mana tadi ia berdiri di atasan lembah jambangan, di situ sebenarnya tidak ada jalanan, yang dipanggil jalan hanya tumpukan-tumpukan puncak kecil atau gem-bolan-gembolan pepohonan dan oyot, atau juga pohon-pohon kayu yang cukup besar, kendati demikian, itu semua tak menjadi rintangan bagi si Naga Besi, malah ia lebih sukai jalanan yang sukar dan lebat, agar ia bisa menyingkir ke dalam bukit. Yang paling penting untuk dia adalah tolong jiwanya sendiri! Dengan gunai kepandaiannya lari cepat dan lompat jauh, Pian Siu Hoo saban-saban lompat mencelat, dari satu puncak ke lain puncak, tujuannya adajurusan timur, la sekarang tidak lagi punyakan jarumnya yang liehay dan piauw-nya yang berbahaya, ia telah obral itu hingga ia keputusan. Ini pun ada salah satu sebab kenapa ia jadi semangkinan ingin lekas-lekas lolos saja. Ia pun tahu, siapa yang sekarang terus kuntit ia ialah si Raja

Pengemis yang ia malui! Sebenarnya cuaca malam itu ada gelap, tetapi bagi Kiongsin, cuaca itu tidak menjadi rintangan, saking liehaynya matanya, apapula ilmu larinya yang cepat membikin ia tidak ketinggalan jauh dari si Naga Besi, ilmu lari siapa sebenarnya harus dikagumi. Coba Tiathong-liong ada lain orang, ia barangkali sudah kecandak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Sia-sia saja Pian Siu Hoo memikir akan umpetkan diri di antara gegombolan atau tempat gelap matanya si Malaikat Kemelaratan belum pernah kehilangan ia, maka mau atau tidak, ia mesti lari terus lari sekuat-kuatnya ia bisa. Ia tidak lagi memikir akan tempur secara nekat pada itu kepala pengemis dari Bancie sanchung. "Thian rupanya mestikan aku binasa...." pikir Tiathong-liong sembari lari. Ia bingung kapan ia menoleh dan lihat Hoa Ban Hie terus intili padanya. Tujuan menyingkir tetap ada jurusan timur. Di depannya Tiathong-liong sekarang ada melintang satu solokan yang lebarnya empat atau lima tombak, di seberang sana adalah tempat pegunungan seperti di seberang sini. Solokan itu ada gelap, entah berapa dalamnya, karena di situ orang tak bisa lihat apa-apa kecuali sang gelap gulita. Meski ia tahu watasnya Kengsin-sut-nya, Pian Siu Hoo masih tidak berani coba loncati solokan itu, maka itu, ia jadi ibuk bukan main. Di belakang ia, Hoa Ban Hie terdengar tertawa terbahak-bahak. "Kunyuk, kau hendak lari ke mana?" demikian si Malaikat Kemelaratan. "Binatang, hayolah kau serahkan jiwamu!" Suara itu masuk nyata sekali ke kupingnya si Naga Besi. Di sebelah barat utara ada sekumpulan pohon besar, Pian Siu Hoo putar tubuhnya dan lari ke jurusan gombolan itu, dengan niatan umpetkan diri di situ, agar ia bisa molos dari kepungan. Tetapi, di luar tahunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

dengan ambil jalan itu, ia sebenarnya bakal kembali ke mulut lembah dari Haytong-kok. Sembari mengubar terus, Hoa Ban Hie kasih dengar suaranya berulang-ulang. "Binatang, apa kau ingin leluhurmu antar kau pulang? Apa kau masih hendak cari tempat yang terlebih bagus untuk lubang kuburmu, meskipun kematian sudah datang

dekat padamu? Baiklah!" Kedua pihak masih saja terpisah satu dari lain. Bicara hal Kengsin-sut, sebenarnya Hoa Ban Hie jauh terlebih liehay, coba mereka ada di tanah datar, Pian Siu Hoo mestinya sudah dapat dicandak, tetapi kalau sekarang Tiathong-liong masih tetap merdeka, itu disebabkan, kalau si Naga Besi kabur mati-matian, dengan tidak ingat lagi bahaya dari sukarnya jalanan, tetapi Hoa Ban Hie masih memikir-mikir. Si Malaikat Kemelaratan hanya ingin supaya ia tidak terpisah jauh dari itu musuh, agar dia itu tidak sampai lolos. Selagi di sini Hoa Ban Hie dan Pian Siu Hoo seperti main petak, di atas lembah, Hengyang Hie-in Sian Ie dan Tonglouw Hiejin Tan Ceng Po sudah selesaikan tugas mereka akan bikin tidak berdaya anggota-anggota dari Kangsanpang. Tapi dua jago ini tidak mau kurbankan jiwanya banyak orang, terutama karena mereka tahu, rombongan anggota Haytong-kok itu bukannya orangorang yang bertanggung jawab. Hati mereka berdua ada murah, pertimbangan mereka ada adil. "Lekas menyerah?" demikian mereka serukan. "Siapa mau hidup, lekas letaki senjata, lekas mundur akan tunggu putusan! Kita orang tak akan bunuh orang yang tidak bersalah, kita tidak akan musnahkan perusahaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

penangkapan ikan dari Kangsan-pang, tetapi, jangan melawan!" Seruan itu mengasih hasil, semua anggota Haytongkok jadi ketakutan, bukan saja mereka berhenti menyerang, malah mereka pada lari turun bukit. In Yu Liang lihat orang berhenti menyerang dan oborobor pada padam, ia tidak lihat pada Pian Siu Hoo, lantas saja ia menduga pada keruntuhan pihaknya, ia bisa menduga bahwa si Naga Besi sudah kabur atau bercelaka di tangan musuh. "Aku pun mesti menyingkir," ia pikir akhirnya. Hanya sayang, Itcie Sinkang berpikir sesudah kasep, sebab segera juga ia lihat datangnya satu pengemis tua, ialah Ang Tiu. "Eh, orang she ln, perhitungan kita mesti dibereskan!" kata pengemis itu. "Apa benar kau hendak anglap utangmu dan kabur?" Sebagai juga seekor walet, dengan habisnya jengekan itu, Ang Tiu sudah lompat menghampirkan In Yu Liang,

begitu ia injak tanah dengan tombak pendeknya Lianhoan Coakut-chio, ia sudah lantas menyerang. In Yu Liang gusar, di mana ia tahu ia sukar lari, ia hunus pedangnya dengan apa ia tangkis tusukan musuh, maka di situ, berdua mereka jadi bertempur. Ang Tiu merangsek, serangannya gencar, agaknya benar-benar ia tidak mau loloskan musuh ini. Justru itu, orang-orang Kangsan-pang atau Haytongkok telah kabur semua, obor mereka dilemparkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

sembarangan, maka di antara sampokan angin, oborobor itu ada yang berkobar-kobar. Tatkala itu, di pihak lain Pian Siu Hoo sudah lari balik ke mulut lembah. Di sini ia mesti saksikan bagaimana orang-orangnya sudah kabur semua. Dalam kekuatirannya, ia segera melihat Tan Ceng Po dan Sian Ie lari menghampirkan untuk rintangi padanya. Dua orang itu masing-masing datang dari jurusan timur dan barat. Tiathong-liong mesti kertak gigi, karena ia nampak, maju sukar, mundur tidak bisa. Maka ia cekal keras cambuk Kulouw-pian-nya, dengan satu gerakan ia loncat ke depan, bila kakinya menginjak tanah, ia sengaja mendek sedikit dan sempoyongan dua tindak. Di saat itu, Kiongsin telah dapat menyusul, sambil berlompat ia kerjakan ruyung Susat-pang-nya untuk hajar bebokongnya ketua Kangsan-pang dan menotok dengan gunakan ujung ruyung. Dalam saat genting yang berbahaya itu, Pian Siu Hoo tidak lupakan kelicinannya, ia masih mau gunakan akal atau tipu daya. Dengan geser rubuh sambil memutar sedikit, ia telah kasih ruyung lewat di samping tubuhnya, sambil berbuat demikian, dengan cambuknya ia terus menyabet pinggang musuh, gerakannya sangat cepat. Hoa Ban Hie terperanjat, dalam kagetnya ia lompat menyingkir ke kiri, ruyungnya digerakkan akan merintangi cambuk. Tapi cambuk itu sudah mengenai batu kecil, hingga batu itu mencelat berhamburan. Pian Siu Hoo tidak berhenti sampai di situ. Ia gunakan ketika akan putar tubuhnya dengan gerakan Lianhoan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

jiauwpou atau "Tindakan beruntun-runtun" dan sambil berbuat demikian, ia hajar pula batu kecil berulangulang, hingga batu itu meletik ke sekitarnya. Batu-batu itu bisa jadi perintang bagi musuh-musuhnya, terutama

Hoa Ban Hie. Kemudian, sesudah dua putaran, cambuknya dipakai terus menyabet paha kanannya Kiongsin. Selama batu berhamburan, Hoa Ban Hie tidak bisa merangsek lebih jauh, ia terpaksa merandek dengan lindungi saja dirinya, maka waktu ia diserang secara mendadak, terpaksa ia mesti berkelit sambil lompat tinggi. Ini adalah ketika yang dikehendaki oleh Tiathongliong. la lihat musuh lompat mundur, bukannya ia lompat akan menyusul dan menyerang lebih jauh, justru ia lompat ke jurusan timur utara, ke satu tanah munjul untuk angkat kaki. la tahu letaknya tempat, maka ia pun ketahui, bila ia bisa lewatkan puncak itu, ia akan tiba di luar mulut lembah, di situ ada tempat yang sukar, jalanan yang berbahaya dan ia kenal baik. la ingin ambil jalanan berbahaya itu untuk menyingkir dari ancaman ke-bencanaan. Waktu itu, penyerangan di dalam lembah pun sudah berhenti, maka juga Lim Siauw Chong dan Cukat Pok bersama Yan Toa Nio dan Yan Leng In sudah lantas maju ke jurusan barat selatan, tempat yang agak rendah untuk nerobos naik. Tempat itu sebenarnya berbahaya, tapi dengan tak ada serangan pula, bahaya itu telah lewat untuk mereka berempat. Mereka loncat naik dengan pegangi oyot-oyot pohon untuk merayap ke atas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Tiauw Sam Ek dan yang lain-lain, semua orang Kiongkee-pang, tidak turut teladan dari Cukat Pok dan kawan-kawannya, sebaliknya mereka maju ke mulut terowongan, di sini mereka semua bekerja akan membuka jalan. Ketika Lim Siauw Chong dan kawan-kawannya manjat ke atas, waktu itu justru Pian Siu Hoo sedang mengambil jalan yang berbahaya akan meloloskan diri, maka juga Yan Toa Nio dan gadisnya, lihat si Naga Besi hendak melarikan diri. Yan Leng In ada sangat gusar ketika melihat musuh besarnya itu hendak kabur. "Hoa loosu, jangan ijinkan manusia jahat itu lari!" berseru nona Yan. "Kita hendak membalas sakit hati kepadanya!" Hoa Ban Hie dengar seruan itu. "Ya, kunyuk itu hendak melarikan diri!" ia sahuti. "Ia hanya bisa kabur jika aku si pengemis tua sudah

gantikan ia mampus!" Sementara itu, Pian Siu Hoo sudah sampai di atas. Ia ada sebat dan ulat. Di situ ia berhenti akan pungut beberapa batu besar, dengan itu ia menyerang ke bawah, pada musuh-musuhnya. Ia harap musuhnya binasa tertimpa batu atau sedikitnya mereka terhalang untuk naik ke atas. Hoa Ban Hie mesti gunakan senjatanya akan pukul batu-batu yang menyerang padanya. Ia jadi sangat gusar karena serangan itu. "Pian Siu Hoo!" ia berteriak. "Kalau bapak moyangmu bisa ijinkan kau menyingkir dari sini, aku akan jadi turunanmu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Hoa Ban Hie pun tidak sudi, di depan banyak orang, bikin musuh itu terlolos. Ia anggap itu berarti jatuh merknya. Maka, dengan siapkan Susat-pang ia lantas loncat naik ke atas akan maju dan kejar musuh licik itu. Ia gunakan Kengsin-sut dan awasi batu musuh. Dengan loncatan Cianliong sengthian atau "Naga naik ke langit", sekejap saja ia sudah sampai di tempat yang tingginya tiga tombak lebih, di sini ia bisa dapatkan tempat untuk menaruh kakinya. Pada saat itu, beruntun tiga buah batu menyambar padanya, itu adalah penyerangan yang sekian kalinya dari Pian Siu Hoo dengan timpukannya beruntun-runtun. Dengan gagah Hoa Ban Hie singkirkan semua bahaya itu. Ia sekarang terpisah hanya dua tombak lagi dari ketua Kangsan-pang, maka ia jadi bertambah sengit dan bernap-su. Dengan menerjang bahaya, lagi sekali ia enjot tubuhnya akan lompat naik. Ia gunakan ilmu lompat Ouw-liong coantah atau "Naga hitam tembuskan menara". Tentu saja ia tidak mau maju dari depan, hanya ia naik di sebelah belakangnya Pian Siu Hoo yang sedang menyerang ke bawah dengan seru sekali, hingga ia tidak sempat awasi musuhnya. Maka tahu-tahu si Ma-laekat Kemelaratan sudah berada di dekatnya. Bukan main kagetnya Tiathongliong. Ini ada saat mati atau hidup. Tempat pun sempit. Justru tempat yang sempit ini ia mau gunakan untuk keuntungan dirinya. Ia balik tubuh dengan sangat cepat dan sama hebatnya ia kerjakan cambuk Ku-louw-pian-nya. Tetapi Kiongsin pun telah berlaku sebat luar biasa. Ia

datang dekat dan terus menyerang dengan ruyungnya


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

pada iga kanan orang. Pian Siu Hoo menjadi nekat, dengan tidak gubris Susat-pang ia turunkan Kulouw-piannya dari atas ke bawah, akan hajar batok kepala orang agar menjadi hancur, la ingin supaya mereka binasa sama-sama. Akan tetapi Hoa Ban Hie tidak mau serahkan jiwa secara demikian, melihat serangan yang nekat itu, ia batalkan serangannya sendiri dan lompat ke kiri akan berkelit, ia angkat ruyungnya akan menangkis. Sekarang ia hendak uji tenaga orang. Kedua senjata telah bentrok dengan keras, hingga menerbitkan suara berisik, setelah itu, ujung cambuk melibat ruyung. Hoa Ban Hie lekas-lekas pasang kudakudanya, dengan kumpul tenaga di tangan kanan, ia gerakkan ruyungnya itu, supaya terlepas dari libatan dengan berbareng ia bisa tarik senjata musuh. "Kunyuk, kau turunlah!" ia membentak, berbareng dengan kerahkan tenaganya. Susat-pang bergerak ke kanan dengan luar biasa kerasnya, tetapi di lain pihak, tangan kirinya si Malaekat Kemelaratan dikeluarkan, ditujukan pada perut orang. Itu adalah tipu silat Kimliong hianjiauw atau "Naga emas mengulur kuku". Pian Siu Hoo mesti hadapkan bahaya besar. Karena ujung cambuknya melibat ruyung, ada sukar untuk ia dengan cepat-cepat loloskan libatan itu. Tentu saja, ia tidak mau lepaskan cambuknya, meski dengan demikian ia akan terhindar dari bahaya terbetot oleh ruyung itu, karena ia tahu, dengan tak bersenjata, semakin sukar untuk ia layani pengemis tua yang liehay itu. Maka ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

coba tancap kakinya akan perte-guhkan kuda-kudanya, sedang tenaga di tangan pun ia kerahkan. Hoa Ban Hie telah keluarkan tenaganya, ia bisa bikin tubuhnya Pian Siu Hoo doyong ke kanan, menuruti betotannya ruyung. Dengan demikian, tubuh musuh datang semakin dekat padanya, hingga tangan kirinya semakin berbahaya. Adalah di waktu itu, berkat pertahanannya yang matimatian, tiba-tiba Tiathong-liong bisa bikin cambuknya terlepas dari libatannya, karena ia hendak menyingkir dari serangan pada perutnya, ia pun barengi angkat kedua kakinya, akan berkelit sambil lompat. Apamau, ia

lompat dengan tak tujuan, maka ia telah lompat ke kiri, ke pinggiran, hingga lantas saja rubuhnya menjadi miring. Kaki kirinya telah kena injak pinggiran dan kaki kanannya belum sempat injak tanah, hingga ia tidak mampu bikin tubuhnya berat sebelah! Maka kalau ia jatuh ia bakal jatuh kecemplung ke dalam jurang yang dalam. Ketua dari Bancie sanchung tidak pedulikan bagaimana rupanya keadaan musuh, ia maju pula. Pian Siu Hoo sedang kaget sekali waktu kupingnya dengar seruan, "Manusia jahat, ke mana kau hendak lari?" menyusul mana, dari sebelah kanan ia, ada angin yang menyambar dengan keras. Ia tidak sempat lihat orang yang buka suara itu, tetapi ia kenalkan suara itu ialah suaranya Yan Toa Nio, musuh besarnya. Percuma saja ketua Kangsan-pang mau berdaya, kakinya tak bertenaga di pinggiran jurang itu, kendati begitu, ia masih coba akan berkelit!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Serangan dari Yan Toa Nio ditujukan kepada pundak kanan, tetapi si nyonya telah bisa menduga bahwa musuh toh bakal berkelit, maka juga dengan tangan yang lain, ia barengi menyerang juga pundak kiri musuh. Itu ada serangan dari ilmu pukulan, yang Yan Toa Nio dan gadisnya telah yakinkan sejak mereka umpetkan diri. Sia-sia saja Pian Siu Hoo berkelit, pundak kirinya tidak bisa lolos dari serangan musuh, maka itu, dengan tubuh sempoyongan, ia rasai sakit yang bukan main hebatnya. Rasa sakit itu, dari pundak, turun ke lengan, ke peparu juga. Ia sempoyongan, ia tidak mampu lantas pertahankan tubuh. Tetapi, serangan masih belum berhenti. Tiba-tiba terdengar jeritan yang menyeramkan, yang memilukan, "Ayah yang bercelaka, aku balaskan sakit hatimu!" Jeritan itu disusul dengan berkelebatnya sinar pedang ke jurusan mukanya Pian Siu Hoo, hingga dia ini jadi kaget, hingga tidak lagi pertahankan tubuh, ia justru buang tubuhnya jatuh, maksudnya agar ia bisa menyingkir dari pedang yang tajam dan menakuti itu. Tapi, percuma saja ia berdaya, akan tolong diri, gerakannya sudah jadi lambat, maka ujung pedang telah nancap di dadanya, hingga dengan tak menjerit lagi, tubuhnya rubuh celentang.

Di depan ia sekarang muncul Yan Leng In serta Yan Toa Nio, anak dan ibu ini telah selesaikan kewajiban mereka, membalas sakit hatinya ayah dan suami mereka. Hoa Ban Hie telah menghampirkan disusul oleh Souwposu Cukat Pok, malah orang she Cukat ini dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

membawa sebuah obor di tangannya, hingga dengan begitu, tempat di mana mereka berkumpul menjadi bercahaya terang. Kemudian juga muncul Hengyang Hie-in Sian Ie serta si pengemis tua Ang Tiu, hingga di situ, puncak Siauwthian-hong, ada berkumpul cukup banyak orang, yang hadapkan mayatnya Pian Siu Hoo dengan tubuh berlumuran darah dan muka berjengit. "Apakah semua musuh sudah disapu bersih?" Hoa Ban Hie tanya Cukat Pok. Souwposu belum menjawab, atau Ang Tiu telah mendahului, katanya, "Chungcu, si orang she In bisa lolos, tetapi dengan tubuh tapadakpa! Pedangnya terjatuh ke dalam tanganku, jalan darahnya Koan-goanhiat telah kena aku totok! Ia mempunyai Iweekang yang liehay dan tubuh yang kuat, tetapi biarnya itu peryakinan dari beberapa puluh tahun, totokanku bakal bikin ia bercelaka sedikitnya dua atau tiga tahun, hingga ia tidak usah harap bahwa dia nanti bisa muncul pula di dunia kangouw untuk menjagoi lagi! Biarlah kita gunai saja pedang ini untuk minta ampun pada su-couw kita...." Hoa Ban Hie tidak lantas bicara, hanya dari tubuhnya Pian Siu Hoo yang jengkang, ia memandang kepada pedangnya In Yu Liang yang tercekal dalam genggamannya Ang Tiu. Ia telah unjuk roman yang keren sekali. Adalah sesaat kemudian, baru ia mengelah napas. "Aku tidak sangka bahwa begini macam ada kesudahannya pertemuan di Haytong-kok ini," kata ia dengan sabar. "Tadinya aku mengharap, dengan kegagahanku, dengan kesabaranku, aku bisa bikin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

permusuhan jadi kecil dan lenyap. Sebenarnya Pian Siu Hoo, karena kelicinannya, karena kejahatannya, pantas dapat hukuman ini meskipun tidak ada urusannya dengan keluarga Yan, maka adanya urusan itu telah menambah kedosaannya. Orang semacam dia mana bisa tak menerima pembalasan yang hebat? Sayang adalah In Yu Liang, yang gagah dan setia pada sahabat hingga

gunai membelai Pian Siu Hoo, ia berani satroni Bancie sanchung dan permainkan pelita kecil kita. Mana ia tahu bahwa kesembronoannya itu telah memberi akibat ini untuk dirinya sendiri, karena ia telah bangkitkan kegusaran dari kaum Kiongkee-pang. Aku orang yang benci kejahatan, untuk itu aku biasa berlaku kejam, tetapi akan turun tangan terhadap In Yu Liang, aku masih sangsi-sangsi. Ia ada gagah dan setia, orang semacam dia harus dihargai, apapula ia telah menjadi satu ahli silat yang kenamaan. Sekarang ia mesti hidup bercacat...." Baru saja Hoa Ban Hie berkata sampai di situ, kelihatan Tan Ceng Po datang bersama-sama Lim Siauw Chong. Mereka ini muncul untuk mengundang Hoa Ban Hie pergi ke mulut lembah. "Hee In Hong sekalian telah bisa pegat mulut lembah dan semua orang Kangsan-pang keburu dicegah kaburnya," Tan Ceng Po kasih tahu. "Sekarang mari kita tengok mereka itu." Hoa Ban Hie menurut. "Marilah," ia kata. Dalam satu rombongan, dengan tinggalkan mayatnya Pian Siu Hoo, mereka berlalu dari puncak itu akan pergi ke mulut lembah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Dengan sebenarnya Hee In Hong, bersama semua kawannya, sudah bisa pegat mulut lembah, hingga semua orang Kangsan-pang tidak berani nerobos lari. Di bawah ancaman senjata, mereka tidak berani bikin perlawanan begitu lekas mereka diberitahukan bahwa Pian Siu Hoo sudah terima ajalnya. Mereka tidak jadi nekat, sedang di antaranya memang ada beberapa yang tak setujui sikapnya Tiathong-liong, dan mereka menurut pun saking terpaksa. Tidak lama, Hoa Ban Hie telah sampai, ini raja pengemis lantas angkat bicara pada orang-orang pihak musuh itu. "Kau orang jangan takut," ia bilang, "kita datang justru untuk mencari perdamaian." Lantas ketua dari Bancie sanchung beber kejahatannya Pian Siu Hoo, yang bermusuhan dengan keluarga Yan dan pihak Kiushe Hiekee, bagaimana si Naga Besi mau ganggu daerah Bancie sanchung, bagaimana perdamaian tidak bisa didapat, hingga

mereka kedua pihak mesti lakukan pertempuran matimatian. "Tapi kita sekarang tidak mau ganggu kau orang, asal kau orang mau mengerti dan selanjutnya mau hidup damai," kata Kiongsin lebih jauh. Ia lalu kemukakan syarat, untuk Kangsan-pang hidup damai dengan pihak Kiushe Hiekee dan keluarga Yan, ialah dengan bagi daerah perairan, supaya kedua pihak hidup akur, agar keluarga Yan ditun-jang. "Kalau kau orang mupakat, silakan angkat pemimpin baru, guna kita orang tetapkan perjanjian ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Pihak Kangsan-pang itu setuju, mereka lantas pilih ketua yang baru, ialah Sincit Ie Thian Siu, seorang yang pandai main di air dan salah satu orang yang tidak setujui sepak terjangnya Pian Siu Hoo. Sampai di situ, perjanjian lantas dibikin. Tapi Yan Toa Nio dan anaknya tidak mau ditanggung kehidupannya oleh pihak Kangsan-pang, mereka nyatakan mau kembali ke Giokliong-giam Hiecun, tempat yang mereka setujui, untuk tinggal tetap di sana. Dengan begini, dengan sendirinya, pihak Kangsan-pang jadi terlepas dari salah satu tanggungan. Begitu lekas perjanjian sudah di bikin, kedua pihak lantas berpisahan. Hoa Ban Hie pulang ke Bancie sanchung, dan lakukan upacara memperbaiki kedudukan pelita suci, Tan Ceng Po sekalian turut menyaksikan. Kemudian lagi, Yan Toa Nio dan anaknya telah pergi urus jenazah suami dan ayah merekaYan Bun Kiam untuk dikubur pula dengan upacara di Samcee-kauw, di daerah Hucun-kang, di satu tempat yang terpilih baik. Pihak Kiushe Hiekee juga sudah lantas perbaiki kedudukan mereka di Hucun-kang, hingga kaum nelayan ini bisa tuntut penghidupan seperti biasa. Adalah banyak waktu kemudian, Yan Leng In terpuja oleh sekalian nelayan, tukang-tukang perahu dan orangorang pelayaran, karena ia jadi pembela mereka terhadap gangguan bajak-bajak di daerah sekitar Giokliong-giam Hiecun, di mana sering orang lihat ia seorang diri mengendarai perahu di muka perairan daerah perikanan yang makmur itu.... TAMAT
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/

Anda mungkin juga menyukai