ProjekMakalah1 X5 12 Kaila Luna Anandita
ProjekMakalah1 X5 12 Kaila Luna Anandita
DIGITAL TERINTEGRASI
DISUSUN OLEH
SMAN 3 BANDUNG
Jl. Belitung No.8, Merdeka, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat 40113
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya saya selaku murid dari kelas X-5, telah menyelesaikan
makalah ini dengan lancar sebagaimana mestinya, dengan judul: “Solusi
Perawatan Kesehatan Digital Terintegrasi”.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak dan saya sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang
membantu saya dalam proses pengerjaan makalah ini. Orangtua khususnya mama
saya drg. Pravitasari yang sedang mengenyam pendidikan MARS di salah satu
universitas di Jakarta yang sangat berperan besar dalam penyusunan makalah ini,
serta guru, teman-teman dan semua yang telah membantu yang saya tidak sebut
satu persatu.
Harapan saya makalah ini mampu mendapatkan nilai yang baik dan dapat
dipergunakan sebaik-baiknya. Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat
dan dampak positif bagi siapapun yang membaca dan terlibat makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya susun ini belumlah sempurna,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka
penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya. Sesudah dan sebelumnya
kami ucapkan terimakasih.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1. 1. Latar Belakang......................................................................................................1
1. 1. 2. Identifikasi Masalah............................................................................................3
1. 2. Rumusan Masalah..................................................................................................4
1. 3. Batasan Masalah.....................................................................................................4
1. 4. Tujuan & Manfaat..................................................................................................4
BAB II KAJIAN LITERATUR............................................................................5
2. 1. Tinjauan Umum Tentang Telemedicine.....................................................................5
2. 1. 2. Definisi Telemedicine............................................................................................5
2. 2. Penerapan Telemedicine............................................................................................8
2. 3. Penerapan Telemedicine di Indonesia......................................................................14
BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................17
3. 1. Pengertian............................................................................................................17
3. 1. 1. Penggunaan Telemedicine Dalam Pelayanan Kesehatan di Masa Pandemi.........17
3. 2. Jenis Platform Yang Digunakan Dalam Pelayanan Kesehatan di Masa Pandemi....19
3. 3. Survei Penerapan Telekonsultasi dan Telemedicine di Rumah Sakit......................24
BAB IV PENUTUP..............................................................................................26
4. 1. Kesimpulan..........................................................................................................26
4. 2. Saran....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................v
CV.........................................................................................................................viii
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1. Rekapitulasi Penerapan Telemedicine di Rumah Sakit.......................24
Tabel 3. 2. Survei KIC Penggunaan Layanan Telemedicine di Indonesia............25
iv
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Dewasa ini, dunia sedang mengalami pandemi virus yang menyerang setiap
penduduk di dunia yakni Covid-19. Virus ini juga yang "menyerang" masyarakat
Indonesia 3 tahun lamanya. Para tenaga medis dan tenaga kesehatan selalu
mengupayakan yang terbaik demi menyelamatkan para pasien yang terkena virus
ini. Segala usaha telah dikerahkan oleh pemerintah, termasuk menciptakan
kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Indonesia
(Community Activities Restrictions Enforcement) atau kerap disingkat PPKM.
Sebagaimana yang telah diatur oleh pemerintah, untuk menerapkan PPKM level
1, daerah harus memiliki kasus konfirmasi kurang dari 20 per 100.000 penduduk
per minggu. Sementara, rawat inap RS harus berada pada angka kurang dari 5 per
100.000 penduduk per minggu dan kurang dari 1 per 100.000 penduduk per
minggu untuk angka kematian. Lalu PPKM level 2 diterapkan jika daerah
memiliki kasus konfirmasi 20 sampai kurang dari 50 per 100.000 penduduk per
minggu. Adapun, rawat inap RS harus berada pada angka 5 sampai kurang dari 10
per 100.000 penduduk per minggu dan 1 sampai kurang dari 2 per 100.000
penduduk per minggu untuk angka kematian. Kemudian PPKM level 3 diterapkan
apabila daerah memiliki kasus konfirmasi 50-150 per 100.000 penduduk per
minggu. Sementara, rawat inap RS harus berada pada angka 10-30 dari 10 per
100.000 penduduk per minggu dan 2-5 per 100.000 penduduk per minggu untuk
angka kematian. Terakhir, PPKM level 4 diterapkan jika daerah memiliki kasus
konfirmasi lebih dari 150 per 100.000 penduduk per minggu. Sementara, rawat
inap RS harus berada pada angka lebih dari 30 per 100.000 penduduk per minggu
dan lebih dari 5 per 100.000 penduduk per minggu untuk angka kematian
( Kompas….).
Oleh karena itu, pemerintah beserta para tenaga medis maupun tenaga
kesehatan memikirkan segala upaya untuk mengikis kasus konfirmasi Covid-19.
Layanan konsultasi via teknologi komunikasi antara dokter dan pasien pun
seharusnya menjadi solusi dari permasalahan ini. Risiko saling menularkan virus
corona antara dokter dan pasien di tempat layanan kesehatan serta gencarnya
imbauan pembatasan sosial dan fisik membuat telekonsultasi menjadi pilihan
yang populer baik oleh dokter maupun pasien. Didukung oleh Surat Edaran
Menteri Kesehatan No. 303 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Layanan
Kesehatan Melalui Pemanfaatan Teknologi pada Masa Covid-19 dan Perkonsil
Nomor 74 tahun 2020 tentang Kewenangan dan Praktik Kedokteran melalui
Telemedicine pada Masa Covid-19.
1
Telekonsultasi merupakan solusi yang sangat amat brilian mengingat
pandemi Covid-19 ada bersamaan dengan perkembangan teknologi di dunia yang
begitu pesat perkembangannya. Rumah sakit yang berintegrasi harus menyediakan
layanan berbasis digital. Terbukti dari permasalahan ini, sudah banyak rumah
sakit yang menerapkan telekonsultasi (telemedicine). Sehingga pembuatan
makalah ini, diperuntukkan untuk mencari dan mengkaji dampak apa saja yang
ditimbulkan oleh perkembangan teknologi di bidang kesehatan sebagaimana
adanya telemedicine. Adanya pandemi Covid 19 membuat kebutuhan berobat
kepada dokter berubah, Telemedicine dapat membantu kebutuhan dikala covid 19
(80%), Telemedicine akan digunakan setelah covid 19 (50%), Setelah melakukan
layanan telemedicine tetap perlu tatap muka kepada dokter (50%). Hal tersebut
perlu didukung dengan penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mutu
pelayanan sangat penting untuk mengadaptasi kegiatan dalam pandemi, sekaligus
memastikan kesinambungan layanan esensial dan memastikan respons efektif
terhadap Covid-19. Salah satu studi menunjukkan bahwa lebih banyak pasien
meninggal karena pelayanan kesehatan yang bermutu rendah dibandingkan
dengan keterbatasan akses. Oleh karena itu, fasilitas pelayanan kesehatan
termasuk rumah sakit berkewajiban memberikan pelayanan kesehatan yang aman,
efektif, efisien, tepat waktu, berkeadilan, berorientasi pada kepentingan pasien
serta terintegrasi. Tenaga kesehatan diharuskan untuk tetap memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat tanpa menularkan virus Covid-19
merupakan hal yang sangat penting dan diutamakan. Pelayanan kesehatan selalu
memerlukan perawatan rutin terhambat akibat adanya virus tersebut. Namun,
pemantauan di rumah sakit terhadap semua pasien dengan peningkatan risiko
penyakit parah memberi tekanan lebih besar pada sistem perawatan kesehatan
yang sudah kewalahan (Silven et al., 2020).
2
dan email, termasuk penggunaan ponsel dan tablet dengan kamera dan platform
audio-video berbasis cloud agar memberikan komunikasi yang lancar (Latifi et al.,
2021).
1. 1. 2. Identifikasi Masalah
1. Adanya penggunaan telemedicine yang meningkat pesat sejak
pandemi covid 19
2. Perubahan asuhan keperawatan dimulai dari pandemi covid 19 dengan
Adanya perubahan kebutuhan pasien terhadap asuhan keperawatan.
3. Perubahan sarana dan prasarana rumah sakit
4. Perubahan cara pasien mendapatkan informasi Kesehatan
5. Kekhawatiran tenaga kerja Kesehatan terhadap penyakit yang akan
dihadapi
6. Dokter mengurangi jadwal praktek untuk mengurangi paparan
terhadap penyakit
3
1. 2. Rumusan Masalah
1. 3. Batasan Masalah
Makalah ini membahas terbatas pada pengguna telemedicine dan jenis -
jenis platform yang digunakan.
b. Manfaat :
1. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman
bagi penulis terkait pemanfaatan telemedicine dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan di masa pandemi.
2. Bagi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi institusi
dan siswa terkait dengan pemanfaatan telemedicine dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan di masa pandemi, serta sebagai
bahan masukan terkait pengembangan ilmu pengetahuan khususnya
terkait telemedicine.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan untuk di rumah
sakit dan bagian manajemen rumah sakit untuk mengembangkan
pengetahuan mengenai pemanfaatan telemedicine dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan di masa pandemi.
4
BAB II KAJIAN LITERATUR
2. 1. 2. Definisi Telemedicine
Menurut Bahasa kata “tele” berasal dari bahasa Yunani yang berarti: jauh,
pada suatu jarak, sehingga telemedika dapat diartikan sebagai pelayanan
kedokteran, meskipun dilakukan dengan jarak jauh. Telemedicine ialah suatu cara
yang efektif dan efisien untuk melakukan implementasi triase dan memberikan
perawatan medis yang berkualitas dan tepat waktu. Dalam situasi darurat
kesehatan masyarakat saat ini, telemedicine dapat menjaga akses dan
kesinambungan perawatan bagi pasien, sekaligus meminimalkan resiko penularan
virus Covid-19 (Lee et al., 2020). Selain itu, telemedicine merupakan moda
penyampaian layanan alternative yang memungkinkan orang yang menetap di
pedesaan atau daerah yang terpencil untuk dapat mengakses perawatan kesehatan
komunitas. Telemedicine mengacu pada penyampaian layanan yang
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti telepon, video
conferencing, pesan elektronik, atau pemantauan digital untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan. Dengan peningkatan internet dan infrastruktur, konferensi
video khususnya telah diperoleh guna meningkatkan keunggulan penyampaian
telemedicine dalam pelayanan kesehatan (Mataxen & Denise Webb, 2019). Selain
itu, telemedicine merupakan metode alternative untuk memberikan perawatan
kesehatan kepada orang-orang yang harus melakukan perjalanan jarak jauh untuk
perawatan kesehatan secara rutin. (Swiatek et al., 2021).
5
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (elektronika, telekomunikasi,
komputer, informatika) untuk mengirimkan dan/atau menerima informasi
pelayanan kesehatan, guna meningkatkan pelayanan klinis (diagnosa dan terapi),
administrasi serta pendidikan. Dalam pelayanan administrasi termasuk pula
pengiriman informasi operasional, demografi, yang mungkin tidak terlalu terkait
dengan masalah klinis.(Shafi et al., 2020).
6
Program telemedicine mengatasi hambatan fisik untuk menyediakan akses
pasien dan pengasuh ke perawatan medis yang nyaman. Meskipun begitu, dalam
proses implementasi telemedicine, masih terdapat hambatan- hambatan yang
dialami oleh tenaga kesehatan mengenai kemampuan dalam pengimplementasian
telemedicine menopang kelangsungan perawatan pasien rawat jalan selama
pandemi. Dimana semua aktivitas dilaksanakan didalam rumah, perintah dan
tindakan jarak fisik, sekaligus mengurangi komunitas dan penyebaran (Rizki &
Hartoyo, 2019). Telemedicine juga terbukti bermanfaat untuk pasien rawat inap
perawatan, khususnya untuk membantu menyeimbangkan penyediaan layanan
klinis dengan lonjakan permintaan melintasi batas fisik atau geografis,
menghemat peralatan pelindung pribadi, dan menyediakan pasien yang terisolasi
koneksi ke keluarga dan teman (Olayiwola et al., 2020).
7
2. 2. Penerapan Telemedicine
8
Dalam penelitian lain, selain menggunakan konsultasi menggunakan video,
beberapa juga menyediakan proses pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh pasien
sendiri di rumah (Olayiwola et al., 2020). Penelitian tahun 2020 yang dilakukan
oleh Anuj Goenka menerapkan telemedicine untuk perawatan pasien onkologi,
menerapkannya 3 tahun sebelum pandemi, sehingga pada saat pandemi,
departemen ini terkesan sudah siap dan mulai melakukan sedikit persiapan. Anuj
Goenka menyediakan dan memberikan kredensial kepada dokter, dan perawat
berupa paket perangkat lunak audio-video dua arah. Kemudian, secara bersamaan
tenaga kesehatan dan tim administrasi rumah sakit akan melakukan pelatihan
untuk dapat diintegrasikan ke dalam proses alur kerja telemedicine. Tim
administrasi RS diminta untuk menjadwalkan pasien untuk kunjungan
telemedicine dan membantu pasien untuk mengakses platform. Penyedia tingkat
menengah dan dokter residen juga dilatih dan digabungkan dalam alur kerja
telemedicine. Secara umum, penyedia layanan maupun resident trainee akan
memulai pertemuan telemedicine dan memecahkan masalah teknis apapun dengan
pasien menggunakan telemedicine. Setelah menyelesaikan tugas klinis yang
ditugaskan, pertemuan tersebut akan dialihkan ke dokter. Alur kerja penerapan
telemedicine yang departemen ini lakukan yaitu, pertama staf administrasi akan
memberikan instruksi kepada pasien tentang cara menggunakan platform
telemedicine pada saat penjadwalan. Mereka juga akan mencatat nomor telepon
dan/ atau email yang akan digunakan untuk janji telemedicine. Jika pasien
menyatakan bahwa ia tidak dapat mengakses platform telemedicine karena
keterbatasan teknologi, mereka akan dijadwalkan untuk melakukan kunjungan
melalui telepon, atau jika lebih disukai, kunjungan langsung. Kemuadian dokter
akan bertanggung jawab pada saat janji temu dijadwalkan untuk mengirim tautan
web untuk janji berdasarkan informasi yang dicatat oleh administrasi, dan untuk
memfasilitasi kesulitan teknis yang mungkin terjadi (Goenka et al., 2021).
Dari tujuh wilayah global yang terdiri dari 902 ahli bedah tulang yang
telah diidentifikasi sebagai pengguna telemedicine, yang menggunakan sekitar
35,6 % kunjungan klinik menggunakan kunjungan secara virtual menggunakan
telemedicine. Covid-19 telah merubah operasi tulang belakang dengan memicu
adopsi praktik kedokteran secara virtual secara cepat. Tingginya minat global
dalam pengobatan virtual menunjukkan bahwa ini merupakan proses untuk “new
normal” bagi ahli bedah di era pandemi. Layanan subspesialis seperti bedah
tulang belakang, ortopedi dan neurologis dalam penerapannya harus
menyesuaikan dengan kebutuhan pasien, untuk memastikan pasien terus
menjalani perawatan dan menerima pewatan yang diperlukan. Perubahan proses
layanan menjadi praktek pelayanan “pengobatan virtual” dengan menggunakan
telemedicine, untuk menfasilitasi komunikasi antar ahli bedah–pasien
menggunakan platform tertentu, guna mendukung masa-masa penerapan Physical
distancing. Selain menerapkan layanan telemedicine yang lebih canggih, ahli
bedah tulang juga mengadopsi pendidikan online sebagai sarana utama untuk
9
melanjutkan keterlibatan antara ahli bedah lainnya selama penghentian kasus
elektif yang meluas, pembatasan pertemuan langsung dan kendala perjalanan.
Tawaran pendidikan daring tersebut difokuskan terutama pada penyebaran
informasi tentang Covid-19 dan dampaknya pada komunitas bedah prtopedu dan
neurologis. Peluan pendidikan daring berkembang pesat dengan menyertakan
webinar berbasis topik lokal, termaksud jurnal, diskusi kasus dan konferensi
indikasi, hingga konferensi tulang belakang yang lebih besar yang diselenggaraka
oleh komunitas professional seperti AO Spine, North American Spine Society,
dan Scolio sis Research Society.
10
peserta, penerjemah bergabung dalam pertemuan video dan membantu
memfasilitasi konsultasi. Telemedicine telah menunjukkan hasil kesehatan yang
serupa dan kepuasan profesional pasien/ perawatan kesehatan dibandingkan
dengan konsultasi perawatan secara langsung dan telah meningkatkan akses
perawatan kesehatan (Annis et al., 2020).
11
monitor pernapasan, tekanan darah dan oksimetri nadi menjadi praktik standar
yang dilakukan di lingkungan luar rumah sakit dan rumah. seperti yang dilakukan
oleh Anna V Silven (2020) ia menerapkan jalur perawatan telemedicine dengan
menyediakan “Box Covid”, Box covid merupakan sebuah kotak yang berisi
thermometer, pulse oximeter, pengukur tekanan darah dan tas pengaman (untuk
pengembalian alat). Selanjutnya semua pasien penerima box covid
diinstruksikkan untuk mengukur suhu, saturasai oksigen, frekuensi pernapasan,
detak jantung, dan tekanan darah selama 3 kali sehari. Pasien sebelumnya telah
diberikan pemahaman mengenai penggunaan alat, frekuensi pengukuran yang
sesuai dan nilai batas normal setiap pengukuran. Setiap melakukan pemeriksaan
pasien di monitoring oleh tenaga kesehatan dan melakukan konsultasi video setiap
hari untuk memantau dan melaporkan gejala dan parameter vital (Silven et al.,
2020). Sedangkan konsultasi fisik hanya dilakukan jika pasien mengalami
kemunduran tanda-tanda vital, sehingga pasien akan diinstruksikan untuk
menghubungi rumah sakit. Sistem perawatan Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Ye Seul Bae,2020 penggunaan telemedicine tersebut yaitu pasien akan
melakukan pengukuran tanda-tanda vital dan melaporkan gejala pada pukul 09.00
dan 16.30 setiap hari, dan mereka berbicara dengan perawat yang bertanggung
jawab melalui konsultasi video jarak jauh dua kali sehari pada pukul 09.00-12.00
dan 17.00- 20.00 dan sekali sehari dengan dokter, selanjutnya data hasil
pemeriksaan akan masuk ke Electronic Health Record (EHR) masing-masing
pasien (Bae et al., 2020).
12
video, telemonitoring/skrining dengan perangkat yang memantau tanda- tanda
vital pasien, melalui sensor dengan pelacak GPS, dan chatbots untuk rekomendasi
kedepannya. Namun, dalam penerapan telemedicine saat ini konsultasi
menggunakan video yang paling sering digunakan. Yuliana (2020) setelah
melakukan konsultasi kesehatan menggunakan telemedicine, perlu juga
memberikan pasien resep elektronik yang berbasis cloud. Aplikasi seluler yang
dikembangkan ini memerlukan komunikasi yang efektif dan akurat antara
penyedia layanan kesehatan dan pasien, dan perangkat pemantauan tanda vital
yang dapat digunakan untuk memfasilitasi pengelolaan pasien (Bae et al., 2020).
13
2. 3. Penerapan Telemedicine di Indonesia
14
conference, SMS (Short Message System), e-mail, telepon seluler. Konsep
telemedicine di Indonesia saat ini masih terbatas pada layanan konsultasi dokter
dan pasien. Sehingga telemedicine layanan home care merupakan salah satu solusi
dalam mengatasi permasalahan akses kesehatan terebut. Telemedicine pada
homecare merupakan bagian dari konsep keperawatan yang berkelanjutan
(continue of care). Pelayanannya dapat berfokus pada upaya rehabilitasi dan
pemulihan/recorvery (Istifada et al., 2017).
15
keluarga. Adapun diskriminasi terhadap kelompok minoritas tertentu juga menjadi
halangan terhadap akses telemedicine. Di Indonesia, budaya kekeluargaan
membuat masyarakat lebih senang bertatap muka langsung dengan dokter
dibandingkan komunikasi jarak jauh. Telemedicine dan telemedicine adalah solusi
pemerataan pelayanan kesehatan yang tetap akan ada dan terus berkembang
meskipun pandemi COVID-19 telah selesai. Saat ini, perkembangan telemedicine
masih dalam tahap awal dan belum dapat mencakup seluruh lapisan masyarakat.
Meskipun begitu, COVID-19 meningkatkan urgensi untuk mendistribusikan
manfaat telemedicine yang menjangkau seluruh masyarakat. Maka dari itu,
diperlukan upaya multi sektoral untuk mempercepat perkembangan telemedicine
dan telemedicine yang ekuitabel dan dapat dinikmati oleh masyarakat.
16
BAB III PEMBAHASAN
3. 1. Pengertian
17
Telemedicine merupakan jenis teknologi baru, oleh karena itu ada beberapa
aspek negatif dari teknologi ini. Diantanya: teknologi telemedicine tidak
melakukan kontak fisik sehingga ketidakmungkinan melakukan prosedur
pemeriksaan fisik pada pasien, dan kesulitan teknologi, seperti kurangnya akses
bagi para tenaga kesehatan dan pasien (terutama untuk lansia) (Dyk et al., 2019).
Kesulitan penggunaan teknologi perawatan telemedicine, ditekankan terhadap
pasien tertentu yang belum memiliki akses ke sumber daya dan teknologi, tingkat
kepercayaan diri rendah saat menggunakan teknologi, antara pasien dan tenaga
kesehatan memerlukan dukungan dengan pengaturan perangkat keras dan
perangkat lunak. Masalah dengan perangkat lunak yang telah usang (misalnya:
menggunakan internet explorer atau tidak memiliki ponsel/ perangkat lunak
sistem operasi tablet ataupun computer) (Smith et al., 2020).
18
3. 2. Jenis Platform Yang Digunakan Dalam Pelayanan Kesehatan di Masa
Pandemi
Dunia teknologi yang semakin berkembang saat ini, menuntut akan adanya
kemajuan-kemajuan baru demi mendukung sebuah teknologi. Salah satunya
dalam dunia internet yang begitu berkembang. Internet dapat dimanfaatkan untuk
menunjang penggunaan telemedicine melalui video konferensi. Aplikasi
konferensi daring yang biasa digunakan tenaga kesehatan, seperti zoom, google
meet, dan aplikasi lainnya merupakan media yang sangat berguna untuk
koordinasi dan kolaborasi di masa pandemi. (Matt Binder, 2020). Penggunaan
internet sebagai penunjang penggunaan telemedicine tersebut dapat digunakan
untuk konsultasi pasien, dan juga mendiagnosis penyakit yang diderita pasien.
Baik dalam kondisi darurat maupun kondisi normal, internet dimanfaatkan
sebagai sarana komunikasi antar tenaga kesehatan. Tercatat jumlah download
aplikasi konferensi video, dalam hal ini Zoom, telah mencapai94 juta download
dalam rentang 1 April sampai 30 Juni 2020. Hal ini menjelaskan pertumbuhan
eksponensial penggunaan aplikasi konferensi video dalam masa pandemi,
disebabkan aplikasi tersebut merupakan salah satu pilihan favorit yang digunakan
pasien dalam melakukan konsultasi kesehatan. Konferensi video menggunakan
telemedicine merupakan teknologi video dan telekomunikasi untuk mengirimkan
informasi medis (audio, video dan grafik) antara dua atau lebih pasien maupun
tenaga kesehatan. Proses pengiriman gambar dan data dilakukan secara realtime
19
atau waktu yang bersamaan sehingga tenaga kesehatan dapat langsung
menganalisis dan berinteraksi dengan pasien (Carlberg et al., 2020).
20
4. Mengenakan pakaian yang sesuai, tidak ada perbedaan pakaian pada saat
melakukan kunjungan langsung. Biasanya menggunakan jas dan
memastikan nama petugas kesehatan tersebut terlihat, jika memungkinkan.
5. Hindari gerak tambahan yang bisa membuat pasien tidak nyaman.
6. Pastikan penempatan kepala berada ditengah layar, dan muka petugas
kesehatan terlihat jelas.
7. Pertahankan kontak mata dengan pasien, usahakan fokus dan tidak
mengerjakan hal lain.
8. Beri tahu pasien mengenai hasil dari pertemuan dan menetapkan kembali
jadwal pertemuan selanjutnya agar pasien dapat menyiapkan waktunya
Kembali (Shafi et al., 2020)
21
komputer atau smartphone canggih, panggilan telepon dapat menjadi alternatif
penggunaan konsultasi dengan tenaga kesehatan. Presiden American College of
Physicians, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa gangguan pandemi saat
ini menciptakan “waktu genting” bagi pasien lanjut usia yang tinggal dipedesaan
dan tidak memiliki akses internet yang memadai juga ada beberapa dari pasien
hanya memiliki telepon rumah (Kudakwashe & Morgen, 2021). Sehingga
penerapan telemedicine menggunakan telepon masih akan digunakan agar pasien
tetap mendapatkan pelayanan kesehatan. Panggilan telepon juga memiliki manfaat
besar bagi pasien yang berjuang dengan teknologi atau memiliki tanggung jawab
pekerjaan atau mengangu kemampuan mereka untuk melakukan panggilan video
atau kunjungan langsung. Panggilan suara melalui telepon telah menjadi alat
bantu bagi populasi rentan sehingga beberapa kelompok dokter mendorong
pergantian sementara proses pelaksanaan konsultasi kesehatan dengan panggilan
audio. Percakapan menggunakan telepon maupun smartphone adalah sarana
konsultasi untuk penanganan pasien yang dilakukan selama ini. Percakapan
menggunaan telepon sering kali dikahawatirkan menimbulkan pemahaman yang
berbeda antara kedua pihak. Pengamatan data pasien dilakukan dengan membaca
data pasien, kemudian dipahami perlahan oleh pendengar. Pendengar sebagai
penerima informasi, harus konsentrasi penuh untuk memahami. Oleh karena itu,
dengan menyediakan sarana akses data khusus dalam penanganan pasien dapat
membantu pekerjaan para medis lebih mudah dan fleksibel. Penggunaan
panggilan audio dikaitkan dengan banyaknya pasien yang tidak memiliki
pengetahuan teknis untuk menggunakan aplikasi tersebut, sehingga tidak
mengherankan ketidakmampuan pasien untuk mengakses kunjungan video secara
tidak proporsional memperngaruhi orang-orang berpenghasilan rendah dan rentan
secara medis. Pew Research Center 2018 melaporkan bahwa hampir sepertiga
rumah tangga dengan pendapatan $30.000 atau kurang, tidak memiliki
smartphone dan lebih dari 40% tidak memiliki komputer untuk akses broadband
berkecapatan tinggi. Oleh karena itu, panggilan telepon dapat menjebatani
kesenjangan yang terjadi (Jaklevic, 2020). Berbagai model perawatan
menggunakan telemedicine dapat digunakan sebagai sistem komunikasi yang
ditunjang dengan internet, jaringan nirkabel, komputer, handphone seluler dan
satelit. Serta biasanya menggunakan portal berbasis web dan email dengan sebuah
variasi perangkat untuk konferensi video, termaksud ponsel dan tablet dengan
kamera dan platform audio-video berbasis cloud agar memberikan komunikasi
yang lancer (Latifi et al., 2021).
22
kunjungan langsung, hal tersebut berhubungan dengan komunikasi yang kurang
efektif antar pasien dan tenaga kesehatan. Pasien mengatakan kesusahan dalam
berinteraksi dengan tenaga kesehatan, sehingga informasi yang didapatkan pasien
pun tidak bisa dipahami dengan mudah oleh pasien, sehingga menghambat proses
konsultasi. Proses penerapannya pada intervensi psikologis yang telah diterapkan
secara online melalui telepon, assistance hotline, online service dan video
konferensi telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perbaikan kondisi
psikologis. Salah satu intervensi psikologis secara online melalui media telepon
yang diterapkan oleh para psikolog di University Hospital Center (UHC) Pusat
Pelatihan Milosrdnice di Zagreb intervensi tersebut terutama ditunjukkan untuk
staf medis yang menjadi garda terdepan, pasien dengan gejala infeksi coronavirus,
kontak dekat, pasien yang diduga, dan pasien yang mempunyai gejala seperti
demam, pilek, dan batu (X. Jiang et al., 2020). Intervensi ini menjadi efektif saat
krisis yang terjadi tidak terlalu besar, sehingga bisa dilakukan dengan konsultasi
telepon secara rutin dan pemeriksaan psikiatri berkala untuk mengatasi
permasalahan psikologis. Namun, dengan peningkatan tajam dalam jumlah orang
yang terkena dampak pandemi. Baik kasus yang terinfeksi atau diduga dalam
isolasi, ketakutan dan kecemasan tumbuh dalam populasi umum, sehingga
membutuhkan oeningkatan yang signifikan dalam kebutuhan dukungan psikiatrik
untuk pasien dan staf medis (Pu et al., 2020). Kondisi ini kemudian membuat
konseling melalui telepon tidak efektif lagi digunakan pada kondisi pandemi yang
semakin menyebar luas.
23
3. 3. Survei Penerapan Telekonsultasi dan Telemedicine di Rumah Sakit
24
PENGGUNAAN TELEMEDICINE DI INDONESIA
Halodoc 46,5
Telemedicine RS/Klinik 41,8
Alodokter 35,7
Konsul online dokter 20,3
KlikDokter 15,5
isoman.kemkes.go.id 10,2
Good Doctor 5,4
LinkSehat 4,4
Lekasehat 2
Lainnya 1,1
25
BAB IV PENUTUP
4. 1. Kesimpulan
4. 2. Saran
1. Bagi institusi, penelitian ini diharapkan menjadi sumber wawasan bagi
peneliti selanjutnya. Penelitian ini dapat dijadikan dasar penelitian
untuk melakukan penelitian terkait pemanfaatan telemedicine dalam
pelayanan kesehatan dimasa pandemi.
2. Bagi pelayanan keperawatan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
salah satu upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya
pada pemanafaatan telemedicine dalam pelayanan kesehatan di masa
pandemi.
3. Bagi masyarakat, Orang tua, Guru diharapkan penelitian ini mampu
memberikan informasi maupun edukasi terkait pemanfaatan
telemedicine dalam pelayanan kesehatan di masa pandemi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Bae, Y. S., Kim, K. H., Choi, S. W., Ko, T., Wook, C. J. M. P., Cho, B., Kim,
M. S., & Kang, E. 2020. Information Technology-based management of
clinically healthy COVID-19 Patients: Lessons from a living and treatment
support center operated by seoul national university hospital. Seoul : Journal of
Medical Internet Research.
Carlberg, D. J., Bhat, R., Patterson, W. O., Zaatari, S., Chandra, V., Kolkin,
A., Ratwani, R. M., Wilson, M. D., Ladkany, D., Adams, K. T., Jackson, M.,
Lysen-Hendershot, K., & Booker, E. A. (2020). Preliminary Assessment of a
Telehealth Approach to Evaluating, Treating, and Discharging Low-Acuity
Patients With Suspected COVID-19. Journal of Emergency Medicine.
De Biase, G., Freeman, W. D., Bydon, M., Smith, N., Jerreld, D., Pascual, J.,
Casler, J., Hasse, C., Quiñones-Hinojosa, A., & Abode-Iyamah, K. (2020).
Telemedicine Utilization in Neurosurgery During the COVID-19 Pandemic: A
Glimpse Into the Future? Mayo Clinic Proceedings: Innovations, Quality &
Outcomes.
Dyk, L. Van, Campus, P., & Africa, S. (2014). A Review of Telehealth Service
Implementation Frameworks.
Ford, D., Harvey, J. B., Mcelligott, J., King, K., Simpson, K. N., Valenta, S.,
Warr, E. H., Walsh, T., & Debenham, E. (2020). AUTHORS : Gilbert, A. W.,
Billany, J. C. T., Adam, R., Martin, L., Tobin, R., Bagdai, S., Galvin, N.,
Farr, I., Allain, A., Davies, L., & Bateson, J. (2020). Rapid implementation of
virtual clinics due to COVID-19: Report and early evaluation of a quality
improvement initiative.
Goenka, A., Ma, D., Teckie, S., Alfano, C., Bloom, B., Hwang, J., & Potters,
L. (2021). Implementation of Telehealth in Radiation Oncology: Rapid
Integration During COVID-19 and Its Future Role in Our Practice. Advances in
Radiation Oncology.
v
Istifada, R., Sukihananto, S., & Laagu, M. A. (2017). Pemanfaatan Teknologi
Telehealth pada Perawat di Layanan Homecare. Nursing Current.
Latifi, R., Doarn, C. R., & Merrell, R. C. (2021). Telehealth and Telepresence.
Lee, I., Kovarik, C., Tejasvi, T., Pizarro, M., & Lipoff, J. B. (2020).
Telehealth: Helping your patients and practice survive and thrive during the
COVID-19 crisis with rapid quality implementation. Journal of the American
Academy of Dermatology.
Mataxen, P. A., & Denise Webb, L. (2019). Telehealth nursing: More than just
a phone call.
Moaghesh, E., & Hajizadeh, A. (2020). The role of telehealth during COVID-19
outbreak: A systematic review based on current evidence.
Nurhayati, & Imron, MAA (faculty of health science, duta bangsa university,
S. (2019). Utilization of Telemedicine for Medical Staff As a Impact of the
Industrial Revolution 4 . 0. International Conference of Health, Science and
Technology.
Olayiwola, J. N., Magaña, C., Harmon, A., Nair, S., Esposito, E., Harsh, C.,
Forrest, L. A., & Wexler, R. (2020). Telehealth as a bright spot of the COVID-
19 pandemic: Recommendations from the virtual frontlines (“frontweb”). JMIR
Public Health and Surveillance.
Srivatana, V., Liu, F., Levine, D. M., & Kalloo, S. D. (2020). Early Use of
Telehealth in Home Dialysis during the COVID-19 Pandemic in New York City.
Swiatek, P. R., Weiner, J. A., Johnson, D. J., Louie, P. K., Harada, M. G. K.,
Germscheid, N., Cheung, J. P. Y., & Neva, M. H. (2021). COVID-19 dan
kebangkitan pengobatan virtual dalam bedah tulang belakang : studi global.
Wiweko, B., Zesario, A., & Agung, P. G. (2017). Overview the development of
tele health and mobile health application in Indonesia. 2016 International
Conference on Advanced Computer Science and Information Systems.
vi
Yuliana, Y. (2020). Corona virus diseases (Covid-19): Sebuah tinjauan literatur.
Wellness And Healthy Magazine.
vii
CV
KAILA
LUNA
ANANDITA
A STUDENT AT SMAN 3 BANDUNG
JL. Melati
No. 03 RT. 04, Margarahayu
kailaluna.anandita@gmail.com
@kailalunaa
EDUCATION HISTORY
TK WALISONGO (2012-2013)
SDIT AL-QUDWAH (2013-2016)
SDIT AN-NIDA (2016-2018)
SMPN 2 LUBUKLINGGAU (2018-2019)
SMPN 13 BANDUNG (2019-2022)
SMAN 3 BANDUNG (2022-NOW)
viii
ix