Anda di halaman 1dari 10

PENGINTEGRASIAN DAN PENGIMPLEMENTASIAN NILAI-NILAI

ANTI KORUPSI DALAM UPAYA MENINGKATKAN INTEGRITAS


KASIR KANTOR DEPAN DI INDUSTRI PERHOTELAN

Diana Rahayu, Kadek Agustin Wulandari, Ni Kadek Vidya Aishwanari,


Bening Air Indonesia, I Made Reksa Kumara, dan Kadek Priadiarta

Program Studi Manajemen Akuntansi Hospitaliti


Politeknik Pariwisata Bali
Jl. Dharmawangsa, Kampial, Nusa Dua - 80363 Bali - Indonesia
Email: info@ppb.ac.id

Abstrak

Industri perhotelan saat ini berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat


untuk melakukan aktivitasnya, terutama dalam kegiatan pariwisata. Industri
perhotelan beroperasi selama 24 jam sehari tanpa adanya hari libur dalam
pelayanan jasa terhadap para pelanggannya. Kasir kantor depan memiliki peranan
yang sangat penting bagi keberlanjutan usaha hotel, hal tersebut disebabkan
seluruh pencatatan transaksi tamu yang menginap beserta penerimaan pendapatan
hotel sebagian besar diterima dan dicatat oleh kasir kantor depan. Apabila terdapat
kasir kantor depan yang tidak melakukan tugas-tugasnya dengan baik, maka
pencatatan pendapatan di hotel akan menjadi tidak optimal dan laba yang
diharapkan pun tidak akan tercapai sesuai dengan target manajemen yang
bersangkutan. Selanjutnya, tidak menutup kemungkinan bilamana hotel akan
mengalami kerugian pula apabila kasir kantor depan lalai dalam melakukan
pekerjaannya. Pengintegrasian dan pengimplementasian nilai-nilai anti korupsi
pada dasarnya sangatlah penting untuk meningkatkan integritas kasir kantor depan
sebagai petugas yang akan senantiasa berkaitan dengan penanganan uang masuk
dan keluar serta rawan atau berpotensi untuk melakukan praktik korupsi jika tidak
adanya pengawasan internal yang efektif dan efisien. Artikel ilmiah ini akan
berisikan paparan terkait nilai-nilai anti korupsi yang dianggap dapat memberikan
solusi dalam mencegah terjadinya tindak korupsi di industri perhotelan selain
dengan menerapkan sistem pengendalian internal yang baik. Simpulan yang
didapat dari artikel ini ialah bahwa nilai-nilai anti korupsi yang terintegrasi dan
mampu diterapkan dengan baik di kasir kantor depan akan dapat membantu
mengurangi, mencegah, serta menekan terjadinya praktik korupsi sedari awal
sebelum berlanjut ke bagian atau seksi lain di departemen keuangan atau
accounting department.

Kata Kunci: Nilai-Nilai Anti Korupsi, Kasir Kantor Depan, Industri Perhotelan

Pendahuluan

Kecurangan akuntansi telah mendapat banyak perhatian publik sebagai


dinamika yang menjadi pusat perhatian para pelaku bisnis. Pada dasarnya ada dua

1
tipe kecurangan yang terjadi di suatu instansi ataupun perusahaan, yaitu eksternal
dan internal. Kecurangan eksternal yaitu kecurangan yang dilakukan oleh pihak
luar terhadap perusahaan, sedangkan kecurangan internal adalah tindakan tidak
legal dari karyawan, manajer, dan eksekutif terhadap perusahaannya sendiri
(Widjaja, 2013). Kecurangan merupakan bentuk penipuan yang sengaja dilakukan
sehingga dapat menimbulkan kerugian. Menurut Wilopo (2006), pada umumnya
kecurangan akuntansi akan berkaitan erat dengan korupsi. Kecenderungan
kecurangan akuntansi dapat dikatakan sebagai tendensi korupsi dalam definisi dan
terminologi dikarenakan keterlibatan beberapa unsur yang terdiri dari fakta-fakta
menyesatkan, pelanggaran aturan atau penyalahgunaan kepercayaan, serta adanya
Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak atau kurang memiliki integritas. Bukan
hanya di instansi pemerintah maupun di perusahaan manufaktur saja terdapat
kecurangan, akan tetapi di industri pariwisata seperti pada penyedia jasa
penginapan atau sering disebut dengan hotel juga banyak terjadi praktik
kecurangan yang sering diwajarkan. Kecurangan internal terutama yang terjadi
pada kasir kantor depan merupakan hal yang perlu untuk dicegah dalam rangka
meningkatkan integritas para petugasnya, mengoptimalkan penerimaan atau
pendapatan hotel, mengantisipasi terjadinya kerugian, serta guna menciptakan
lingkungan kerja yang sehat dan bebas dari praktik korupsi.
Hotel merupakan bisnis yang berkembang pesat di Bali. Meskipun industri
ini sempat lumpuh beberapa saat yang lalu dikarenakan pandemi covid-19,
nyatanya industri perhotelan mampu bangkit dan berproges seiring dengan
berjalannya waktu. Dengan banyaknya kunjungan para wisatawan baik domestik
maupun mancanegara ke pulau Bali, tentu saja hal ini akan berdampak pada
perkembangan hotel yang semakin meningkat pula. Dalam melakukan usahanya,
hotel memiliki berbagai macam departemen yang terkait di dalamnya. Salah satu
departemen yang memiliki peranan penting dalam industri perhotelan yaitu
departemen keuangan atau accounting department. Departemen ini akan mengatur
segala kondisi maupun kegiatan yang berhubungan dengan keuangan dan
pendanaan perusahaan. Pada bagian ini akan sangat rentan sekali terhadap
kecurangan apabila tidak dilakukan sistem pengawasan yang baik. Departemen
keuangan memiliki beberapa seksi, diantaranya adalah kasir kantor depan. Kasir
kantor depan merupakan orang yang bertugas dan bertanggung jawab untuk
menangani seluruh transaksi pada tamu-tamu yang menginap di hotel, mulai dari
check-in hingga check-out, serta membuat laporan tertulis maupun tidak tertulis
untuk diserahkan kepada atasannya. Kasir kantor depan memiliki peranan yang
sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan usaha hotel. Hal ini dikarenakan
seluruh pencatatan transaksi tamu yang menginap di hotel beserta penerimaan
pendapatan hotel sebagian besar akan diterima dan dicatat oleh kasir kantor
depan. Apabila kasir kantor depan tidak melakukan tugasnya dengan baik, maka
pencatatan pendapatan hotel akan menjadi tidak optimal. Akibatnya, laba yang
diharapkan pun menjadi tidak optimal. Bukan tidak mungkin hotel akan
mengalami kerugian apabila kasir kantor depan lalai dalam melakukan
pekerjaannya pula.
Untuk menangani masalah kecurangan akuntansi tersebut, sangat
diperlukan monitoring, untuk mendapatkan hasil monitoring yang baik,

2
diperlukan pengendalian internal yang efektif (Wilopo, 2006). Tindakan
kecurangan dapat dicegah dengan adanya penerapan sistem pengendalian internal
yang baik, monitoring oleh atasan secara berkala, serta ditambah dengan
pengintegrasian nilai-nilai anti korupsi dalam upaya menjaga integritas dari para
petugas kasir kantor depan pada khususnya. Jika pengendalian internal suatu
perusahaan lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan akan
semakin besar. Sebaliknya, jika pengendalian internalnya kuat dan baik, maka
kemungkinan terjadinya kecurangan dapat diminimalisir dan ditekan semaksimal
mungkin. Selanjutnya, pengintegrasian dan pengimplementasian nilai-nilai anti
korupsi akan menjadi benteng bagi masing-masing individu yang bekerja sebagai
kasir kantor depan untuk senantiasa bertindak jujur sesuai dengan House Rules
atau peraturan hotel serta sadar bahwa praktik korupsi merupakan hal yang tidak
benar untuk dilakukan. Dengan diterapkannya nilai-nilai anti korupsi pada industri
perhotelan khususnya pada kasir kantor depan, hal ini akan menjadi upaya
preventif atau upaya pencegahan yang efektif dikarenakan penerimaan dan
penanganan uang masuk dan keluar akan ditangani oleh kasir kantor depan untuk
pertama kalinya. Penerapan nilai-nilai anti korupsi pada saat kasir kantor depan
bekerja mempunyai pengaruh yang besar dalam upaya pencegahan potensi
kecurangan akuntansi secara lebih lanjut. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan
untuk mengetahui pentingnya pengintegrasian dan pengimplementasian nilai-nilai
anti korupsi dalam rangka meningkatkan integritas kasir kantor depan di industri
perhotelan serta bagaimana nilai-nilai anti korupsi tersebut memengaruhi petugas
kasir kantor depan ketika melakukan pekerjaannya.

Pembahasan

1. Pengertian Integrasi, Implementasi, Nilai Anti Korupsi, dan Integritas


Secara etimologis, integrasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris,
yaitu integrate atau integration yang kemudian diadaptasi ke dalam bahasa
Indonesia menjadi integrasi yang berarti menyatu-padukan, penggabungan atau
penyatuan menjadi satu kesatuan yang utuh. Jadi, integrasi berarti kesempurnaan
atau keseluruhan, yaitu proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling
berbeda menjadi satu-kesatuan yang utuh dan terkait satu sama lain. Secara istilah,
integrasi mempunyai arti pembauran atau penyatuan dari unsur-unsur yang
berbeda sehingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Secara harfiah, integrasi
berlawanan dengan kata perpisahan, yaitu suatu sikap yang meletakkan tiap-tiap
bidang dalam kotak-kotak yang berlainan. Integrasi menurut Sanusi (2013),
adalah suatu kesatuan yang utuh, tidak terpecah-belah dan bercerai-berai. Integrasi
meliputi kebutuhan atau kelengkapan anggota-anggota yang membentuk suatu
kesatuan dengan jalinan hubungan yang erat, harmonis, dan mesra antara anggota
kesatuan itu. Istilah integrasi dapat dipakai dalam banyak konteks yang berkaitan
dengan hal pengaitan dan penyatuan dua unsur atau lebih yang dianggap berbeda,
baik dari segi sifat, nama jenis, dan sebagainya. Integrasi nilai-nilai anti korupsi
adalah suatu proses penyatuan berbagai macam nilai-nilai anti korupsi menjadi
satu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka meningkatkan integritas Sumber

3
Daya Manusia (SDM) pada saat berada di dalam maupun di luar ruang lingkup
pekerjaannya.
Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya
dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut Purwanto dan
Sulistyastuti (1991), implementasi intinya adalah pada kegiatan untuk
mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver policy output) yang dilakukan
oleh para implementor kepada kelompok sasaran (target group) sebagai upaya
untuk mewujudkan kebijakan. Implementasi juga bisa berarti pelaksanaan yang
berasal dari kata bahasa Inggris implement yang berarti melaksanakan. Guntur
Setiawan (2013) berpendapat, implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling
menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya
serta memerlukan jaringan pelaksana birokrasi yang efektif. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa implementasi ialah suatu kegiatan yang terencana, bukan
hanya suatu aktivitas dan haruslah dilakukan secara sungguh-sungguh dan
berkelanjutan berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan
kegiatan.
Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk
mengukur segala sesuatu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), nilai adalah
sifat-sifat (hal-hal) yang penting dan berguna bagi kemanusiaan atau sesuatu yang
menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya. Menurut World Bank pada
tahun 2000, korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan publik untuk
keuntungan pribadi. Serta perbuatan seseorang yang dengan atau karena
melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran, memperkaya diri sendiri atau orang
lain atau badan yang dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan atau
kedudukannya. Nilai-nilai anti korupsi dapat diartikan sebagai nilai baik yang
digunakan sebagai upaya untuk mencegah, menekan, dan mengurangi terjadinya
tindakan atau praktik korupsi yang dilakukan oleh seseorang dimanapun dan
kapanpun ia berada.
Secara bahasa, integritas atau integrity berarti keutuhan, kebulatan,
kejujuran, kesamaan antara hati, ucapan, dan tindakan. Berdasarkan Kamus
Kompetensi Perilaku KPK, yang dimaksud dengan integritas adalah bertindak
secara konsisten antara apa yang dikatakan dengan tingkah lakunya sesuai nilai-
nilai yang dianut (nilai-nilai dapat berasal dari nilai kode etik di tempat ia bekerja,
nilai masyarakat atau nilai moral pribadi). Integritas erat kaitannya dengan moral
dan etika seseorang.

2. Pengintegrasian dan Pengimplementasian Nilai-Nilai Anti Korupsi


pada Kasir Kantor Depan dalam Upaya Meningkatkan Integritasnya
Ada sembilan nilai anti korupsi yang telah dirumuskan oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk ditanamkan pada semua individu yang
dalam hal ini dapat diterapkan pada kasir kantor depan di industri perhotelan,
kesembilan nilai tersebut diantaranya; pertama inti, yang meliputi jujur, disiplin,
dan tanggung jawab, kedua, sikap yang meliputi adil, berani, dan peduli, serta etos
kerja, yang meliputi kerja keras, sederhana, dan mandiri. Nilai-nilai anti korupsi
sebagaimana di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

4
a. Jujur dapat diartikan sebagai perbuatan tidak berbohong, lurus, dan
tidak curang. Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan
utama bagi penegakan integritas diri seseorang terutama di bagian
kasir kantor depan. Seorang kasir kantor depan dituntut untuk bisa
berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain. Ketika bekerja, kasir kantor depan harus
mampu menyajikan data transaksi keuangan hotel yang sebenar-
benarnya tanpa dimanipulasi untuk keuntungan dirinya sendiri. Selain
itu, kasir kantor depan harus mampu menangani penerimaan kas yang
diterimanya sesuai dengan tagihan tamu yang ada dari check-in hingga
check-out, bukan malah menggelapkannya.
b. Sikap disiplin merupakan kunci keberhasilan bagi semua orang.
Ketekunan dan konsistensi untuk terus mengembangkan potensi diri
membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam
menjalankan tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan
kebenaran haruslah menjadi pegangan utama bagi petugas kasir kantor
depan dalam bekerja dan berperilaku. Manfaat dari sikap yang disiplin
dalam bekerja adalah seorang kasir kantor depan akan mampu
diandalkan dan dipercaya oleh manajemen serta rekan kerjanya. Hal
tersebut merupakan sebuah hal yang sederhana, tetapi akan berdampak
luar biasa ke depannya. Pasalnya, dengan sikap disiplin, seorang kasir
kantor depan akan mampu terhindar dari praktik korupsi yang
notabene merupakan sebuah tindakan penyelewengan terhadap tugas
dan kewajibannya.
c. Tanggung jawab adalah keadaan seseorang untuk berani menanggung
segala sesuatunya atau risiko yang akan menimpanya. Pribadi yang
utuh dan mengenal dirinya dengan baik akan mampu menyadari bahwa
keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan
baik demi keselamatan sesama manusia. Oleh karena itu, seorang kasir
kantor depan harus mampu bertanggung jawab atas segala apa yang
dikerjakan dan dilakukannya baik saat menangani kas maupun saat
melaporkannya. Apabila ia melakukan kesalahan maupun melakukan
tindakan yang mengarah pada praktik korupsi, ia harus mau dan
mampu menerima segala sanksi yang ada sebagai konsekuensi dari
perbuatannya. Selanjutnya, ia juga harus mau bertanggung jawab
dalam memperbaiki dirinya sehingga kesalahan yang telah ia perbuat
tidak akan terulang lagi untuk kedua kalinya di masa mendatang.
d. Adil adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, dan
seimbang. Keadilan adalah penilaian dengan memberikan kepada
siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan
bertindak proporsional dan tidak melanggar hukum atau aturan yang
ada. Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa
yang ia terima sesuai dengan jerih payahnya dan bukan dengan
merebut apa yang menjadi hak orang lain. Ia tidak akan menuntut
untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Dalam hal
ini, seorang kasir kantor depan harus mau dan mampu menjalankan

5
kewajibannya dan sebisa mungkin menahan serta membentengi diri
untuk tidak mengambil uang kas yang bukan menjadi hak miliknya.
Selanjutnya, ia harus bersikap netral dalam melayani tamu dari
berbagai macam latarbelakang tanpa membeda-bedakan apalagi
mengintimidasi salah satu pihak atau golongan. Pelayanan yang baik
adalah pelayanan yang mampu memberikan kepuasan bagi semua
orang tanpa pandang bulu.
e. Keberanian adalah pilihan dan kehendak seseorang untuk melawan
derita, luka, bahaya, ketidakpastian atau intimidasi. Seseorang yang
memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk menyatakan
kebenaran, termasuk berani mengakui kesalahan, berani bertanggung
jawab, dan berani menolak kejahatan. Ia tidak akan menoleransi
adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara
tegas. Ia juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun
semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang
menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi serta
tidak gentar jika ditinggalkan temannya sendiri kalau ternyata mereka
mengajak kepada hal-hal yang menyimpang. Maka dari itu, seorang
kasir kantor depan wajib memiliki sikap ini untuk menolak secara
tegas segala bentuk praktik korupsi yang mungkin terjadi.
f. Peduli berarti memperhatikan, adanya perasaan iba, atau simpati
terutama kepada sesama. Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan
seseorang memiliki sifat kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa
sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana
masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan
membutuhkan uluran tangan. Dalam hal ini seorang kasir kantor depan
harus mau dan mampu membantu rekannya sebagai wujud atau bentuk
kepeduliannya. Misalnya saja dengan menasihati serta mencoba
memberikan saran kepada teman kerja yang berbuat tindakan
kecurangan. Selain itu, pemberian dukungan moral maupun material
kepada teman yang diberikan sanksi atas tindakannya dapat pula
diterapkan oleh seorang kasir kantor depan.
g. Kerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang
sesuai dengan target. Kerja keras dapat diwujudkan oleh seorang kasir
kantor depan misalnya saja dalam melakukan sesuatu haruslah
menghargai proses bukan hanya berpaku pada hasil semata. Artinya,
kasir kantor depan harus bekerja keras dalam pekerjaannya apabila
menginginkan hasil yang maksimal, bukan dengan melakukan
tindakan kecurangan untuk mencapai kesuksesan secara instan. Selain
itu, kasir kantor depan harus bekerja keras dalam menolak berbagai
macam tindakan kecurangan yang ada dalam ruang lingkup industri
perhotelan.
h. Kesederhanaan dapat diartikan sebagai pola pikir dan pola hidup yang
proporsional, tidak berlebihan, dan mampu memprioritaskan sesuatu
yang lebih dibutuhkan. Seorang kasir kantor depan yang berintegritas
tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan berupaya

6
memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan.
Dengan gaya hidup sederhana, seseorang dibiasakan untuk tidak hidup
boros yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, kasir
kantor depan harus mampu berpenampilan sederhana tetapi rapi dan
tidak berlebihan. Dengan tidak berlebihan dalam segala sesuatunya,
diharapkan ia akan mampu terhindar dari keinginan untuk melakukan
tindakan korupsi dalam rangka pemenuhan nafsu semata bukan apa
yang benar-benar ia butuhkan.
i. Mandiri adalah suatu sikap untuk tidak menggantungkan keputusan
kepada orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan permasalahan.
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang untuk
menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas
kemandirian yang dimiliki seseorang dapat mengoptimalkan daya
pikirnya guna bekerja secara efektif. Dengan sikap mandiri, seorang
kasir kantor depan akan mampu mengerjakan tugasnya dengan baik
serta dalam pengambilan keputusan tidak akan mudah goyah untuk
terbujuk hasutan rekan kerja yang lain dalam hal melakukan
kecurangan, walaupun hal tersebut marak dilakukan. Mandiri bukan
berarti tidak bisa bekerja secara tim, akan tetapi lebih kepada mampu
menilai mana yang baik dan buruk untuk dirinya sendiri, bukan hanya
ikut-ikutan orang lain saja.
Sembilan nilai inilah yang dianggap sebagai komponen yang signifikan
untuk menanamkan moral dan etika yang baik, serta berperan sebagai landasan
utama dalam membangun integritas dalam diri seorang kasir kantor depan di
industri perhotelan. Kesembilan nilai ini yang dianggap oleh KPK sebagai alat
kontrol untuk mengurangi tindak korupsi dan sekaligus menjadi strategi dalam
mencapai lingkungan kehidupan yang bersih dan bebas dari segala praktik
kecurangan.
Dengan pengintegrasian dan pengimplementasian nilai-nilai anti korupsi
sebagaimana yang sudah dipaparkan di atas, seorang kasir kantor depan
diharapkan akan memiliki integritas yang baik sehingga nantinya akan menjadi
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas bagi perkembangan industri
perhotelan ke depannya. Penyatuan kesembilan nilai di atas bertujuan untuk
menjadikan seorang kasir kantor depan memiliki berbagai macam kualitas diri
yang penting sebagai upaya preventif dan pemberantasan praktik korupsi di
lingkungan kerjanya secara menyeluruh.

3. Faktor Pendorong serta Hambatan dalam Pengintegrasian dan


Pengimplementasian Nilai-Nilai Anti Korupsi pada Kasir Kantor
Depan
Adapun terdapat beberapa faktor pendorong yang memengaruhi proses
pengintegrasian dan pengimplementasian nilai-nilai anti korupsi pada kasir kantor
depan, antara lain:
a. Keinginan atau dorongan dari diri sendiri;
b. Pengaruh dari lingkungan kerja;

7
c. Ketegasan manajemen dalam mengontrol dan menjalankan sistem
pengendalian internal yang baik;
d. Adanya sanksi yang tegas terhadap praktik penyelewengan.

Sedangkan hambatan yang memengaruhi proses pengintegrasian dan


pengimplementasian nilai-nilai anti korupsi pada kasir kantor depan, antara lain:
a. Hambatan struktural, yaitu hambatan yang bersumber dari praktik
penyelenggaraan organisasi yang membuat penanganan tindak pidana
korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya.
b. Hambatan kultural, yaitu hambatan yang bersumber dari kebiasaan
negatif yang berkembang di masyarakat dan ruang lingkup kerja.
Hambatan ini juga termasuk budaya yang dibawa oleh masing-masing
individu.
c. Hambatan instrumental, yaitu hambatan yang bersumber dari
kurangnya instrumen pendukung dalam bentuk peraturan yang
membuat penanganan tindak pidana korupsi di industri perhotelan
tidak berjalan sebagaimana mestinya.
d. Hambatan manajemen, yaitu hambatan yang dapat bersumber dari
diabaikannya atau tidak diterapkannya prinsip-prinsip manajemen
yang baik (komitmen yang tinggi, pekerjaan yang dilaksanakan secara
adil, transparan, dan akuntabel) yang membuat penanganan tindak
pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Beberapa solusi atau hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka mengatasi
berbagai macam hambatan di atas antara lain:
a. Hambatan struktural dapat diatasi dengan proses rekrutmen atau
seleksi calon karyawan yang diperketat dan haruslah berasaskan pada
integritas yang baik dari si pelamar. Selain itu, adanya evaluasi kerja
dari masing-masing jabatan dapat pula dilakukan secara berkala dan
mendadak dalam rangka mencegah tindak kecurangan yang mengarah
pada korupsi di industri perhotelan, khususnya pada kasir kantor
depan.
b. Hambatan kultural dapat diatasi dengan melakukan berbagai macam
bentuk pendidikan dan pembentukan moral serta karakter yang baik
dalam rangka menciptakan suasana lingkungan kerja yang berintegritas
tinggi. Penanaman kebiasaan positif dan menjunjung tinggi kejujuran
merupakan hal-hal yang dapat diterapkan dalam berbagai macam
kegiatan yang dilakukan oleh para karyawan.
c. Hambatan instrumental dapat diatasi dengan dibuatnya kebijakan atau
peraturan yang baik oleh manajemen yang bersangkutan. Peraturan
akan mengikat dan memaksa seluruh karyawan untuk mematuhinya,
sehingga pada akhirnya nilai-nilai anti korupsi dapat dilaksanakan
dengan efektif dan efisien.
d. Hambatan manajemen dapat diatasi dengan penerapan sistem
pengendalian internal yang baik dengan pengawasan yang ketat serta
menyeluruh. Dengan sistem pengendalian internal hotel yang baik,

8
misalnya dengan adanya sistem yang mampu mendeteksi kecurangan,
hal ini tentunya akan meminimalisir terjadinya praktik korupsi
sekaligus menerapkan nilai-nilai anti korupsi di industri perhotelan.

Penutup
Pengintegrasian dan pengimplementasian nilai-nilai anti korupsi pada
kasir kantor depan sangatlah signifikan dalam upaya meningkatkan integritasnya.
Pasalnya, dengan adanya nilai-nilai anti korupsi tentunya seorang kasir kantor
depan akan mampu membentengi dirinya sendiri dan pada akhirnya dapat
terhindar dari praktik korupsi yang bisa ia lakukan selama melakukan
pekerjaannya. Nilai-nilai anti korupsi akan berperan sebagai landasan utama dan
pedoman bagi seorang kasir kantor depan dalam berperilaku dan bersikap di
dalam ruang lingkup pekerjaannya. Selanjutnya, nilai-nilai anti korupsi akan
mampu membantu pihak hotel atau manajemen yang bersangkutan untuk
mengoptimalkan penerimaannya, mengurangi kerugian yang disebabkan oleh
kecurangan, serta secara tidak langsung dapat meningkatkan image atau citra
perusahaannya di mata publik sebagai akibat dari Sumber Daya Manusia (SDM)
yang dimilikinya berintegritas tinggi dan mampu dipercaya.

Daftar Pustaka
Bologna, G. Jack dan Robert J. Lindguist. 1999. Audit Kecurangan dan Audit
Forensik. Terjemahan oleh Karyono. 2013. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO).


1992. Internal Control – Integrated Framework. http://www.coso.org/.

Cressey, D. R. (1950). “The criminal violation of financial trust”. American


Sociological Review, Retrieved from www.JSTOR.org.

Crowe, H. (2011). Why The Fraud Triangle Is No Longer Enough. In Horwath,


Crowe LLP.

Fauwzi, M. Glifandi Hari. 2011. Analisis Pengaruh Keefektifan Pengendalian


Internal, Persepsi Kesesuaian Kompensasi, dan Moralitas Manajemen
Terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akuntansi.
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Hery. 2017.
Auditing dan Asuransi Pemeriksaan Akuntansi Berbasis Standar Audit
Internasional. Jakarta: Grasindo.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. SA Seksi


319. Pertimbangan Atas Pengendalian Intern Dalam Audit Laporan
Keuangan.

Karyono. 2013. Forensic Fraud, Edisi 1. Yogyakarta: Andi.

9
Melewar, T. C. 2008. Facets of Corporate Identity: Communication and
Reputation. London: Routledge.

Miles, M.B & Huberman A.M. 1984, Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh
Tjetjep Rohendi Rohidi. 1992. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Purnamawati, I Gusti Ayu, Ketut Widiasa, dan I Made Pradana Adiputra, SH SE,
M Si. 2015. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Persediaan Barang
Dagang ada UD Tirta Yasa. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja.

Putra, Muh. Yusran Sargis. 2016. Kecenderungan Kecurangan Akuntansi di


Pemerintah Daerah. Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Hasanuddin. Makassar.

Robbins, Stephen P. 2005. Organizational Behavior. 11th Edition. New Jersey:


Prentice Hall.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Elfabeta.

Suhardana, K.M. 2007. Tri Kaya Parisudha: Bahan Kajian untuk Berpikir Baik,
Berkata Baik, dan Berbuat Baik. Surabaya: Paramita.

Sulastiyono, Agus. 2011. Manajemen Penyelenggaraan Hotel, Bandung: Alfabeta.

Tuanakotta, Theodorus, M. 2012. Akuntansi forensik dan Audit Investigatif.


Bogor: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jakarta.

Wibowo, Tan Johan. 2014. Evaluasi Pengendalian Internal untuk Meminimalkan


Potensi Kecurangan pada Siklus Penjualan Pt “X” di Kota Semarang.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.

Widjaja, Amin. 2013. Corporate Fraud dan Internal Control. Jakarta: Harvarindo.

Willopo. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap


Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Studi pada Perusahaan Publik dan
Perusahaan Badan Usaha Milik Negara. SNA IX. Padang.

10

Anda mungkin juga menyukai