Anda di halaman 1dari 17

BAB I

KOORDINAT KARTESIUS DAN SEGMEN


GARIS

1.1 SISTEM KOORDINAT


Istilah Kartesius digunakan untuk mengenang ahli
matematika sekaligus filsuf dari Perancis Descartes, yang
perannya besar dalam menggabungkan aljabar dan geometri
(Cartesius adalah latinisasi untuk Descartes). Hasil kerjanya
sangat berpengaruh dalam perkembangan geometri analitik,
kalkulus, dan kartografi. Ide dasar sistem ini dikembangkan
pada tahun 1637 dalam dua tulisan karya Descartes. Pada
bagian kedua dari tulisannya Discourse on Method, ia
memperkenalkan ide baru untuk menggambarkan posisi
titik atau obyek pada sebuah permukaan, dengan
menggunakan dua sumbu yang bertegak lurus antar satu
dengan yang lain. Dalam tulisannya yang lain, La Géométrie,
ia memperdalam konsep-konsep yang telah
dikembangkannya.
Untuk menentukan posisi suatu titik pada suatu bidang
datar diperlukan patokan mula (awal). Patokan mula ini
dapat diambil dari beberapa kondisi, yakni: dua garis yang
saling tegak lurus, dua garis lurus yang tidak tegak lurus,
dan 2 lingkaran. Sistem koordinat Kartesius digunakan
untuk menentukan tiap titik dalam bidang dengan
menggunakan dua bilangan yang biasa disebut koordinat x
dan koordinat y dari titik tersebut. Untuk mendefinisikan
koordinat diperlukan dua garis berarah yang tegak lurus
satu sama lain (sumbu x dan sumbu y), dan panjang unit,
yang dibuat tanda-tanda pada kedua sumbu tersebut. Sistem
koordinat Kartesius dalam dua dimensi umumnya
didefinisikan dengan dua sumbu yang saling bertegak lurus
antar satu dengan yang lain, yang keduanya terletak pada

Bistari, 2017 1
satu bidang (bidang xy). Sumbu horizontal diberi label x, dan
sumbu vertikal diberi label y. Pada sistem koordinat tiga
dimensi, ditambahkan sumbu yang lain yang sering diberi
label z. Sumbu-sumbu tersebut ortogonal antar satu dengan
yang lain. Satu sumbu dengan sumbu lain saling tegak lurus.
Titik pertemuan antara kedua sumbu dikenal sebagai
titik asal, umumnya diberi label 0. Setiap sumbu juga
mempunyai besaran panjang unit, dan setiap panjang
tersebut diberi tanda dan ini membentuk semacam grid.
Untuk mendeskripsikan suatu titik tertentu dalam sistem
koordinat dua dimensi, nilai x ditulis (absis), lalu diikuti
dengan nilai y (ordinat). Dengan demikian, format yang
dipakai selalu (x,y) dan urutannya tidak dibalik-balik, karena
pasangan tersebut tergolong pasangan berurutan. Sistem
koordinat Kartesius dapat pula digunakan pada dimensi 3,
dengan menggunakan tiga sumbu (sumbu x, y, dan z).
Daerah untuk menggambarkan atau meletakkan titik
tersebut disebut sebagai bidang Kartesius, yang dibagi
menjadi empat daerah atau kuadran. Kuadran I, koordinat x
dan koordinat y positif. Kuadran II, koordinat x negatif dan
koordinat y positif. Kuadran III, koordinat x negatif dan
koordinat y negatif. Kuadran IV, koordinat x dan koordinat y
negatif.
Setiap kuadran dibatasi oleh sumbu koordinat. Untuk
kuadran I sumbu X dan sumbu Y masing-masing dalam batas
positif. Sedangkan skala yang biasa dituliskan dalam sistem
bilangan bulat. Tetapi tak menutupi kemungkinan jika
bilangan tidak bulat.
Perlu juga dibedakan antara diagram kartesius dan
bidang kartesius. Untuk diagram kartesius biasanya
digunakan dalam konsep himpunan, yakni cara lain
merepresentasikan konsep himpunan. Misal A = {2, 4, 6} dan

Bistari, 2017 2
B = {1, 5, 9} dihubungkan dengan relasi “lebih dari”. Maka
diperoleh A R B = {(2,1), (4,1), (6,1), (6,5)}. Bila disajikan
dalam diagram kartesius sebagai berikut.
B
A R B yaitu “anggota A lebih dari anggota B”
9

2 4 6 A

Gambar 1.1 Diagram Kartesius A R B

Berbeda dengan diagram kartesius, untuk bidang


kartesius mewakili suatu bidang rata yang terbatas. Daerah
dari suatu bidang kartesius di belah menjadi 4 bagian seperti
berikut.

Bistari, 2017 3
Gambar 1.2 Sistem Koordinat Kartesius (Dimensi-2)

Berdasarkan gambar 1.1 dapat dirincikan bahwa


daerah yang terbagi 4 bagian tersebut berdasarkan sistem
salib sumbu dibatasi oleh sebagian sumbu koordinat yang
dijadikan batas setiap kuadran tersebut.

Tabel 1.1
Koordinat dan Kwadran
Kwadran Nilai x Nilai y
I Positif Positif
II Negatif Positif
III Negatif negatif
IV positif Negatif

Selain sistem koordinat kartesius di atas, ada sistem


koordinat lain, akan tetapi kurang banyak pembahasannya
dalam matematika sekolah, yakni sistem koordinat jajar
genjang dan sistem koordinat lingkaran. Sistem koordinat
jajargenjang hampir sama dengan sistem koordinat
Kartesius, hanya sumbu yang berpotongan tidak saling tegak
lurus. Penggunaan sistem koordinat jajargenjang dianggap
kurang praktis. Sistem koordinat lingkaran, aplikasinya lebih
banyak digunakan dalam radar. Misalkan (3,4)

Bistari, 2017 4
Gambar 1.3 Sistem Koordinat Jajargenjang

Gambar 1.4 Sistem Koordinat Dua Lingkaran

Diantara ketiga sistem koordinat, yang lebih sering


digunakan dalam matematika adalah sistem koordinat
dengan dua garis saling tegak lurus. Dua sistem lainnya
hanya merupakan pengenalan, yang dipandang kurang
praktis penggunaannya dalam matematika umumnya.
Namun demikian, sistem koordinat tersebut dapat dijadikan
pangayaan bagi peserta didik tertentu.

Sistem Koordinat Kartesius (tegak lurus)


Dalam sistem koordinat Kartesius dibentuk oleh dua
garis utama yang saling tegak lurus, yakni garis mendatar
(horizontal) dan garis tegak (vertikal). Titik potong dua garis
tersebut biasanya diberi nama O dan disebut titik asal
(pangkal). Garis yang mendatar dinamakan sumbu X dan

Bistari, 2017 5
yang tegak dinamakan sumbu Y. Sebagai ilustrasi perhatikan
gambar berikut.

P
P1

0 P2 X

Gambar 1.5 Posisi Titik P pada Sistem Koordinat Cartesius

Pada sumbu X, dari titik O ke kanan disebut arah positif


atau sumbu X positif, sedangkan dari titik O ke kiri dikatakan
arah negatif atau sumbu X negatif. Untuk sumbu Y, dari titik
O ke atas dikatakan arah positif atau sumbu Y positif.
Sedangkan dari titik O ke bawah dikatakan arah negatif atau
sumbu Y negatif. Dua garis yang saling tegak lurus dengan
ketentuan-ketentuan tersebut di atas dinamakan sistem
koordinat Cartesius tegak lurus. Melalui sistem koordinat
tersebut, dapat dipergunakan untuk menentukan letak/
posisi suatu titik pada bidang datar terhadap kedua garis
tersebut.
Misalkan P sebuah titik sembarang (Gambar 1.4) yang
telah dilengkapi dengan sumbu X dan sumbu Y. P 1
merupakan proyeksi dari P pada sumbu X, dan P 2 adalah
proyeksi P pada sumbu Y. Letak titik P pada bidang tersebut
dikaitkan dengan dua bilangan, yaitu bilangan yang
menyatakan jarak O ke P1, dan bilangan yang menyatakan
jarak O ke P2. dengan memperhatikan arah O ke P 1 atau O ke
P2, maka dikenal bilangan yang bertanda negatif dan positif
sesuai dengan letak P1 dan P2. Bilangan yang menyatakan
jarak O ke P1 disebut koordinat X dari titik P atau disebut

Bistari, 2017 6
absis titik P. Sedangkan bilangan yang menyatakan jarak O ke
P2 dinamakan koordinat Y dari titik P atau disebut ordinat
titik P.
Untuk memberikan kemudahan dalam penulisan,
biasanya pasangan koordinatdinyatakan dengan pasangan
bilangan terurut (x,y). Dua pasangan bilangan terurut (a,b)
dan (c,d) sama apabila a = c dan b = d. Sumbu-sumbu
koordinat, yaitu sumbu X dan sumbu Y, membagi bidang
datar menjadi 4 daerah yang masing-masing disebut
kuadran. Masing-masing kuadran tersebut memberikan ciri
khas pada konsep-konsep yang terkait. Misal, jika empat
kuadran tersebut dikaitkan dengan sifat-sifat pada
trigonometri, maka nilai-nilai masing-masing sinus, cosinus,
tangen dan kotangen memberikan nilai-nilai tertentu.
Dengan cara demikian tiap titik pada bidang dapat
ditentukan oleh sepasang bilangan, yang pertama
menunjukkan absis dan yang kedua ordinat. Sebaliknya tiap
pasang bilangan menentukan sebuah titik pada bidang.
Himpunan semua pasangan bilangan terurut yang bilangan
tempat pertama dan bilangan tempat kedua masing bilangan
real dapat dinyatakan: R2 = RxR = {(x,y)| xR, y R}.

Hubungaan Sistem Koordinat Kutub dengan Koordinat


Cartesius
Titik P (r, α ) seperti yang ada pada gambar (a) posi-
sinya sama dengan P (x,y) pada gambar (b). Bila gambar (a)
dan gambar (b) digabung menghasilkan gambar baru seperti
yang terlihat pada gambar (c). Bila diberikan sebuah titik
koordinat pada bidang Cartesius, misal P(x , y); maka P juga
dapat dinyatakan dalam sistem koordinat kutub (polar).
Y
P (r, α )
P(x , y)

Bistari, 2017 7
α
0 X

(a) Koordinat Polar (b) Koodinat Cartesius

P (r, α ) = (x , y)

r
y

α
X
0 x

(c)

Gambar 1.6: Gabungan Koordinat Polar dan Koordinat


Cartesius

Hubungannya sebagai berikut.


Secara Phytagoras:
x2 + y2 = r2
y
tg α = x( α ditentukan berdasarkan letak titik di Kuadran)
Berdasarkan hubungan tersebut, maka koordinat Cartesius
dapat diubah menjadi koordinat Kutub.

Contoh 1
Ubahlah titik A (3, 3) menjadi koordinat kutub!
Jawab:
Diketahui, x = 3 dan y = 3, sehingga:
r2 = x2 + y2
r2 = 32 + 32
r = 3 √2
Untuk besar sudut dicari berdasarkan hubungan tangen,
yakni:
tg α = 3/3

Bistari, 2017 8
tg α = 1
Berarti α = 450
Dapat disimpulkan bahwa koordinat (3,3) = (3 √ 2 , 450)
Contoh 2
Ubahlah koordinat kutub K (4, 300) menjadi koordinat
Cartesius!
Selanjutnya tunjukkan dalam bidang Cartesius!
Jawab
K (4, 300) dalam koordinat kutub berarti r = 4 dan α = 30 0,
sehingga diperoleh hubungan:
x = r Cos α atau x = 4 Cos 300
x = 2√2 (atau x = 2,8)
y = r Sin α atau y = 4 Sin 300
y=2
Jadi K (4, 300) = K (2√2, 2)

K (4, 300) = K (2√2, 2)

300

Gambar 1.7: Koordinat di bidang Kartesius

Sebaiknya anda dan teman anda dapat membuat soal sendiri


dan jawab sendiri. Ajak teman anda untuk mencari koordinat
kutub bila koordinat kartesius disajikan. Demikian juga, jika
yang disajikan koordinat kartesius, maka dapat diupayakan
untuk mencari koordinat kutub. Sajikan masing-masing

Bistari, 2017 9
koordinat dalam kuadran yang tak sama. Selanjutnya teman
anda dapat berbalik meminta anda yang untuk giliran
menjawabnya.
1.2. KONSEP DASAR GARIS
Sebuah garis berarah digambarkan seperti pada gambar 1.6
Pada garis bearah tersebut secara ekplisit ada dua titik
dilalui yakni titik A dan titik B.

A
g B

Gambar 1.6 Garis Berarah dan Ruas Garis Berarah

Garis g dan garis berarah yang melalui A dan B memberikan


makna yang berbeda. Sebuah garis tidak memerlukan arah dan
panjang. Garis berarah adalah garis yang memiliki arah tertentu.
Sedangkan ruas garis berarah merupakan garis berarah yang
memiliki panjang tertentu. Bila ⃗ AB diartikan A menuju ke B
dan ⃗BA diartikan B menuju ke A , maka ⃗ AB tidaklah sama
dengan ⃗ BA . Secara simbol ⃗ AB diberikan skor 3 maka ⃗ BA
diberikan skor -3. Dengan demikian berlaku bahwa ⃗ AB = - ⃗
BA .
Pemberian skor negatif tersebut dimaksudkan karena
diberlakukan arah atau posisi dari suatu unsur.

Definisi Nilai Absolut


Nilai absolut dari sebuah bilangan real a, ditulis dengan |a|
adalah bilangan real dinyatakan bahwa

Bistari, 2017 10
|a| = a dimana a positif atau nol
|a| = -a dimana a negatif

Perlu dibedakan beberapa hal yakni:


Garis salah satu contoh bentuk abstrak dalam satu dimensi.

dapat diperpanjang dari kedua arah.


B
Segmen garis AB
A

Ruas garis A B

1.3. JARAK DUA TITIK DAN PERBANDINGAN


SEGMEN GARIS
Jarak Dua Titik
Definisi: Jarak dua titik merupakan panjang garis penghubung
terpendek dari kedua titik tersebut.

Y
yB B

yA T
A

0 xA xB X
Gambar 1.7: Jarak titik A ke B

Bistari, 2017 11
Misalkan A (xA , yA) dan B (xB , yB) adalah dua titik pada
bidang. Melalui titik A ditarik garis sejajar sumbu X dan
melalui titik B ditarik garis sejajar sumbu Y. Kedua garis
berpotongan di T, sedemikian sehingga ATB membentuk
segitiga siku-siku. Dengan,
|AT| = |xB – xA| dan |BT| = |yB – yA|

Karena ATB siku-siku, berlaku Teorema Phytagoras :


|AB|2 = |AT|2 + |BT|2
|AB|2 = |xB – xA|2 + |yB – yA|2

|AB| = √|xB – xA|2 + |yB – yA|2 ....................................... (1)


Jadi bentuk (1) di atas adalah rumus jarak dari titik A ke B
pada bidang datar.
Dari uraian di atas dapat dibentuk Teorema berikut.
Teorema : Misalkan A(xA , yA) dan B(xA , yB) jarak antara
titik A dan B

|AB| = √|xB - x A|2+|yB - y A|2


Perbandingan Segmen Garis dan Koordinat
Perhatikan gambar berikut.
Y
Q

n
T
m

Bistari, 2017 12
0 xP xT xQ X

Gambar 1.8: Perbandingan Segmen Garis


Teorema 2 :
Diberikan dua titik P(xP, yP) dan Q(xQ, yQ). Bila T terletak
diantara PQ sedemikian sehingga |PT| : |TQ| = m : n. Maka,
buktikan bahwa pasangan koordinat titik T adalah

n x P+ m x y +m y
x= T m+n
Q

dan y=T
n P
m+n
Q

Bukti :
o Konstruksi P, T dan Q sedemikian sehingga T ada diantara
ruas garis PQ dengan perbandingan |PT| : |TQ| = m : n
(Lihat gambar 7).
o Misalkan T(xT , yT). Perhatikan gambar 7 ! Proyeksi titik T,
P dan Q pada sumbu X masing-masing adalah T 1(xT , 0),
P1(xP , 0) dan Q1(xQ , 0).
o Perhatikan bangun PP1Q1Q dengan PP1 // TT1 // QQ1
berlaku
|P1T1| : |T1Q1| = |PT| : |TQ| (sifat segmen garis yang
garis-garis sejajar)
|P1T1| : |T1Q1| = m : n
(xT – xP) : (xQ – xT) = m : n (Rumus jarak dua titik)
(x − x )= m
T P

( x −x
n
Q T (pengubahan model penulisan)
n (xT – xP) = m (xQ – xT) (Perkalian silang)
(m + n) xT = nxP + mxQ
nx +mx
x= T
P
m+n
Q

Bistari, 2017 13
o Dengan memproyeksikan P, T dan Q terhadap sumbu Y,
akan diperoleh
ny + my
y=
T
P
m+n
Q

Contoh:
Jika P(4,7), Q(8,1) dan titik T pada ruas garis PQ sedemikian |
PT| : |TQ| = 1 : 3. selanjutnya tentukan, pasangan koordinat
titik T!
Jawab :
o Diketahui xP = 4, yP = 7, xQ = 8 dan yQ = 1 ; dengan m = 1
dan n = 3
o Menurut Teorema 2, dapat ditentukan

x T=
3 (4 )+1(8 )
1+3 =5 dan
y T=
3(7 )+1(1) 1
1+3 =5 2

o Jadi koordinat T yang dimaksud adalah T(5 , 5½)

Bila arah diperhatikan, maka harga m dan n tidak selalu


positif. Bilangan negatif pada perbandingan untuk
mempertegas arah yang digunakan. Sebagai gambaran dapat
diperhatikan beberapa kasus berikut. Anggap bentuk awal
adalah perbandingan standar.
B
n

T
m

A
Jika |AT| : |TB| = m : n, maka perbandingan bentuk standar
tersebut dapat diubah bentuknya menjadi bentuk yang lain.

Bistari, 2017 14
|AT| : |BT| = m : (-n)
|TA| : |BT| = (-m) : (-n)
|AB| : |BT| = (m+n) : (-n)
|BT| : |TA| = (-n) : (-m)
LATIHAN BAB I
1. Berikan penjelasan masing-masing kesamaan dan
perbedaan antara sistem koordinat jajargenjang, dua-
lingkaran dan Cartesius.
2. Ambil angka terakhir dari tanggal lahir anda sebagai x,
dan angka terakhir pada bulan lahir anda sebagai y.
Selanjutnya jadikan pasangan koordinat dan sajikan
gambarnya dalam sisten koordinat jajargenjang, dua-
lingkaran dan Cartesius.
(Misal: 13 Juni 1995 maka x = 3 dan y =6)
3. Tunjukkan bahwa titik-titik A(0,1), B(2,5) dan C(4,3) bila
dihubungkan akan membentuk segitiga sama kaki.
4. Apakah ketiga titik berikut membentuk segitiga sama sisi:
A(-2,-3), B(6,1) dan C(-2,5). Berikan alasan mu? Jika tidak
sama sisi, bagaimana cara membentuk agar menjadi
segitiga sama sisi (hanya satu titik yang boleh berubah)?
Sifat apa yang kamu dapat ditunjukkan bahwa segitiga
ABC sama sisi?
5. Diketahui sebuah segitiga dengan titik-titik sudut P(-3,2),
Q(0,-1) dan R(5,4). Buktikanlah bahwa segitiga tersebut
merupakan segitiga siku-siku dan gambarlah!
6. Diketahui ruas garis dengan titik-titik ujung A(-5,-6) dan
C(10,1). Selidiki, apakah titik B(4,-2) terletak pada ruas
garis tersebut.
7. Diketahui sebuah segitiga yang titik-titik sudutnya adalah
A(3,0), B(-2,4) dan C(-5,-3). Tentukanlah koordinat-

Bistari, 2017 15
koordinat titik beratnya. (Titik berat suatu segitiga adalah
titik perpotongan ketiga garis beratnya).
8. Titik P(3,0) adalah titik pusat sebuah lingkaran titik A(-
2,7) adalah titik ujung sebuah garis tengahnya.
Tentukanlah koordinat-koordinat titik ujung lainnya dari
garis tengah itu.
9. Tentukan sebuah titik P yang terletak pada AB dengan
A(-5,1) dan B(3,-5), sehingga AP : PB = 3 : 5
10. Diketahui A(-5,1), B(3,-5) dan C(2,2). Hitunglah luas
segitiga ABC.
11. Bila koordinat A, B dan C adalah koordinat soal 5 ; dan
ABCD suatu jajaran genjang. Carilah koordinat D?
12. Dari suatu segitiga ABC sama sisi diketahui A(-1,-3) dan
B(5,5). Tentukan titik C?
13. Tunjukkan bahwa titik-titik A(0,1), B(2,5) dan C(4,3) bila
dihubungkan akan membentuk segitiga sama kaki.
14. Apakah ketiga titik berikut membentuk segitiga sama
sisi: A(-2,-3), B(6,1) dan C(-2,5). Berikan alasan mu? Jika
tidak sama sisi, bagaimana cara membentuk agar
menjadi segitiga sama sisi (hanya satu titik yang boleh
berubah)? Sifat apa yang kamu tunjukkan bahwa segitiga
ABC sama sisi?
15. Diketahui sebuah segitiga dengan titik-titik sudut P(-3,2),
Q(0,-1) dan R(5,4). Buktikanlah bahwa segitiga tersebut
merupakan segitiga siku-siku dan gambarlah!
16. Diketahui ruas garis dengan titik-titik ujung A(-5,-6) dan
C(10,1). Buktikan bahwa titik B(4,-2) terletak pada ruas
garis tersebut.
17. Titik P(3,0) adalah titik pusat sebuah lingkaran titik

Bistari, 2017 16
A(-2,7) adalah titik ujung sebuah garis tengahnya.
Tentukanlah koordinat-koordinat titik ujung lainnya dari
garis tengah itu.
18. Tentukan sebuah titik P yang terletak pada AB dengan
A(-5,1) dan B(3,-5), sehingga AP : PB = 3 : 5

Bistari, 2017 17

Anda mungkin juga menyukai