HOME
MED NO TES
LI FE NOTES
STORY
Twitter
Instagram
28 NOVEMBER 2017 ADIRANATARA LEAVE A COMMENT ON PROMED:
NEONATUS YANG TAK SEGERA MENANGIS
SKENARIO 3: nafas spontan tanpa distress nafas namun ada sianosis sentral
SKENARIO 4: nafas spontan tanpa distress nafas dan sianosis dengan LDJ di
atas 100 BPM
SKENARIO 1
#2 Bantuan ventilasi: VTP (30 detik)
Selama 30 detik kedua ini, kita perlu melakukan 7 langkah sebagai berikut:
Untuk LDJ 60 < HR < 100 maka perlu dilakukan VTP kembali selama 30 detik
dengan mempertimbangkan MR. SOPA:
Mask adjustment
Reposition of the head
Suction
Open mouth
Pressure (↑): dapat dititrasi dari FiO2 21% perlahan-lahan menjadi 100%
Alternative airway: dari oropharyngeal hingga endotracheal airway (Intubasi)
1. Naikkan FiO2 untuk VTP menjadi 100% (flow oksigen sekitar 8-10 L/min)
2. Teknik kompresi pada neonatus ada 2: two-thumbs dan two-fingers.
Teknik two-thumbs lebih unggul dibandingkan two-fingers. Teknik yang
terakhir ini digunakan jika kita menangani bayi (which is very unlikely in real
life – but may be possible in OSCE setting)
3. Hal yang perlu diperhatikan saat kompresi dapat diingat
dengan mnemonic PIKIR
Posisi: letakkan jari di sternum, 1/3 atas dari processus xiphoideus
Irama: 3 kompresi (masing-masing 0,5 detik) dan 1 VTP (0,5 detik) sehingga 1
siklus 3:1 berlangsung selama 2 detik dan dalam 1 menit terdapat 90 kali
kompresi dan 30 kali ventilasi
Kedalaman: 1/3 anterior-posterior
Interupsi minimum
Recoil sempurna
4. Ketika selesai melakukan kompresi-VTP secara adekuat dalam 60 detik,
lakukan evaluasi LDJ, usaha nafas, dan tonus.
Jika LDJ masih di bawah 60 maka lakukan Kompresi+VTP dalam 60 detik
berikutnya dan dapat diberikan Epinefrin segera (dengan catatan, tidak
menginterupsi kompresi dan VTP). Dosis epinefrin IV yang direkomendasikan
pada neonatus adalah 10-30 mikrogram/kgBB (0,1-0,3 ml/kgBB dari larutan
1:10.000) bolus cepat, yang kemudian dilanjutkan dengan bolus normal salin.
Dapat diulang 3-5 menit bila perlu. Jalur pemberian dapat melalui vena
umbilikal, vena perifer, jalur intraosseus, dan pipa endotrakeal. Hanya saja, jika
via pipa endotrakeal, epinefrin diberikan dengan dosis lebih tinggi: 50-100
mikogram/kgBB (0,5-1 ml/kg dari larutan 1:10.000).
Jika dalam 2 menit Kompresi+VTP diketahui LDJ masih kurang dari 60,
dapat dilakukan persiapan intubasi (sebenarnya intubasi merupakan kompetensi
3B, sehingga dokter umum sebaiknya merujuk pada Sp.A untuk
pemasangannya).
SKENARIO 2
#2 Bantuan ventilasi: CPAP (30 detik)
Jika pada skenario 1 bantuan ventilasi yang diberikan adalah Ventilasi Tekanan
Positif (VTP) maka di skenario 2 yang kita berikan adalah pemberian tekanan
positif yang terus menerus (CPAP). Maksud dari tekanan positif terus menerus
ini adalah kemampuan CPAP untuk memberikan tekanan positif sepanjang
ekspirasi dalam bentuk PEEP (positive-end expiratory pressure), di samping
memberikan PIP(peak inspiratory pressure) seperti VTP. Tekanan PEEP ini
berguna untuk mencegah kolapsnya alveoli saat ekspirasi. Berapakah PEEP
yang kita berikan saat resusitasi? Guideline menyarankan PEEP sebesar 5-8
cmH2O.
Lalu kapan CPAP dikatakan gagal? Kita katakan CPAP gagal jika PEEP telah
kita naikkan sampai 8cmH2O dan FiO2 yang kita berikan sudah di atas 40%
namun masih terdapat distres nafas. Solusinya, pertimbangkan untuk
melakukan intubasi.
Jitteriness
Iritabilitas
Hipotonia
Letargi
Menangis lemah atau melengking
Hipotermia
Refleks hisap buruk
Takipnea, sianosis, apnea
Kejang
Apa yang kita lakukan untuk mengoreksinya? Kita dapat memberikan Dekstrosa
10% (D10) IV dengan cara pemberian:
Temperature
Suhu bayi harus dijaga antara 36,5 – 37,5 derajat celcius. Pemantauan suhu
dilakukan setiap 15-30 menit hingga suhu berada pada rentang normal dan
minimal setiap jam. Kehilangan panas dapat terjadi melalui konduksi, konveksi,
evaporasi, dan radiasi. Pada bayi yang mengalami hipotermia
dilakukan rewarming dengan menggunakan inkubator atau infant
warmer namun tidak terlalu cepat (laju tidak lebih dari 0,5 derajat celcius/jam)
untuk menghindari vasodilatasi mendadak dan hipotensi.
Airway
Komponen yang senantiasa harus dievaluasi adalah:
Laju nafas: 40-60 kali per menit
Usaha nafas: air entry, retraksi, merintih, nafas cuping hidung, apnea
Kebutuhan oksigen: disesuaikan dengan kondisi klinis bayi dan saturasi
oksigen
Saturasi oksigen: dipertahankan antara 88-92%, pengukuran dilakukan pada
pre-duktal (tangan kanan) dan post-duktal (salah satu kaki). Jika ada beda
saturasi lebih dari 10% menandakan adanya pirau
Gas darah
Blood pressure
Hal yang perlu kita pantau di bagian ini adalah kemungkinan terjadinya syok.
Pada neonatus, ada 3 jenis syok yang mungkin
terjadi: hipovolemik, kardiogenik, dan septik. Tanda-tanda syok pada bayi
adalah sbb:
Hipovolemik
Jika tanpa kehilangan darah akut dapat diberikan kristaloid (RL, salin normal)
sebanyak 10ml/kgBB/kali intravena, intraoseus, atau kateter vena umbilikal
dalam waktu 15-30 menit (untuk bayi prematur kalau bisa lebih dari 20 menit).
Produk darah diberikan jika terjadi kehilangan darah akut. Jika tidak
memungkinkan cross-match darah bayi, transfusi darah O Rh (+) dapat
diberikan (untuk WNI).
Natrium bikarbonat 4,2%: dosis 2-4 mL/kg/kali selama 30-60 menit IV untuk
mengatasi asidosis metabolik berat (jangan berikan terlalu cepat)
Dopamin hidroklorida: dosis 5-20 mcg/kg/menit kontinyu dengan pompa IV
Pantau tekanan darah dan LDJ setiap 1-2 menit selama 15 menit pertama lalu
setiap 2-5 menit tergantung respon pengobatan
Dosis awal 5 mcg/kg/menit dan dapat dititrasi 2,5 mcg/kg/menit. Jika pada dosis
20 mcg/kg/menit masih tidak memperlihatkan respons, tidak dianjutkan
meningkatkan dosis.
Masukkan melalui vena (umbilikal, perifer) dan jangan via arteri
Lab work
Pemeriksaan lab yang dapat dilakukan:
Blood count
Blood culture
Blood glucose
Blood gas
Emotional support
Dukungan emosional yang dimaksud adalah pada orangtua (terutama ibu) serta
keluarga. Ibu dapat merasa bersalah, marah, gagal, tidak percaya, takut, sedih,
hingga depresi. Dukungan dapat diberikan dengan cara:
MERUJUK?
Satu pertanyaan terakhir: kapan sebaiknya kita merujuk?
Rujukan paling ideal adalah rujukan antepartum ketika kita mengetahui bahwa
kelahirannya merupakan high-risk terjadi asfiksia dan membutuhkan resusitasi.
Namun jika sudah “terlanjur”, bila kita ada di RS dengan fasilitas yang tidak
lengkap, rujuk jika bayi tidak memberi respon pada tindakan resusitasi selama
2-3 menit. Bila kita ada di fasilitas lengkap dan mampu melakukan intubasi dan
obat-obatan, rujuk jika bayi tidak merespon pada semua tindakan ini.
And that’s it! If we do these correctly and the baby survives, Congratulation –
you just save the day!