Disusun Oleh:
Dede Thania
Nurul Amaliyah
M. Rafka Pratama
Muhammad Husen Kelas 9D
Kebudayaan Jawa Barat
Kebudayaan Jawa Barat didominasi dua kebudayaan utama yaitu kebudayaan Sunda dan
kebudayaan Cirebon. Kebudayaan sunda berkembang di Tataran Sunda, Tanah Pasundan, dan
Tanah Priangan. Sedangkan Kebudayaan Cirebon berkembang di daerah bekas karesidenan
Cirebon kawasan bagian utara.
Adapun kebudayaan yang lain yang berkembang di Jawa Barat yaitu budaya Betawi dan Pesisir
dan berkembang di daerah-daerah yang berbatasan dengan DKI Jakarta dan daerah-daerah
pesisir pantai. Bagian barat pulau ini berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta dan Provinsi
Banten, dan bagian timur berbatasan dengan Jawa Tengah bagian Timur. Bandung merupakan
Ibukota provinsi Jawa Barat.
Kebudayaan Sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang berkembang di Jawa Barat
dengan bahasa utama yaitu Bahasa Sunda.Menurut sejarah akibat kekuasaan Kerajaan Mataram
yang dulu pernah menaklukkan wilayah Jawa Barat pada abad XVII. Bahasa Sunda ini
terpengaruh oleh bahasa Jawa. Akibat pengaruh ini dalam bahasa Sunda dikenal undak-usuk-
basa.
Undak-usuk-basa adalah cara pemakaian bahasa yang disesuaikan dengan tingkatan sosial
pemakai bahasa dalam masyarakat. Maka timbullah istilah bahasa:
Kasar
Sedang lemes (halus)
Cohag atau kasar pisan (sangat kasar)
Luhur atau lemes pisan (sangat halus)
Yang pemakaiannya disesuaikan dengan orang yang diajak berbicara.
Bahasa yang feodalistik sebelumnya ini tidak dikenal dalam tata bahasa Sunda.Dalam bahasa
Sunda dikenal juga dengan beberapa dialek. diantaranya:
Bogor (Karawang)
Priangan
Cerbon.
Setiap dialek tersebut mempunyai ciri khas sendiri-sendiri.
Baju pangsi dan kebaya sunda di tambah kain kebat (golongan rakyat biasa)
Baju bedahan dan kebaya (golongan rakyat menengah)
Jas beludru sulam benang emas (golongan rakyat bangsawan)
Beskap (untuk mojang dan jajaka)
Pakaian adat pengantin sunda.
Pakaian adat Jawa Barat pada umumnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
pakaian adat gaya Priangan
pakaian adat gaya Cirebon.
Pakaian adat Priangan dan Cirebon mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. Berikut ini
persamaan dan perbedaan pakaian adat dari ke dua suku tersebut.
Inilah sepuluh minuman asli Jawa Barat yang wajib dicicipi ketika berada di Tanah Sunda!
1. Bandrek yang terbuat dari jahe dan gula merah ini bisa menghangatkan perut. Cocok banget
dikonsumsi saat cuaca sedang dingin
2. Sekilas warna bajigur mirip bandrek, sama-sama kecokelatan. Bedanya, bajigur menggunakan
bahan gula aren dan santan yang dicampur sedikit jahe
3. Cendol terbuat dari tepung beras yang diberi pewarna hijau makanan. Biasanya disajikan
dengan parutan es, siraman santan, dan gula merah
4. Es doger terdiri dari cincau hitam, susu, tapai, pacar cina, hingga sirup berwarna merah.
Disajikan dengan parutan es yang segar banget
5. Goyobod khas Garut ini menyerupai es campur. Bahan-bahannya terdiri dari jeli, santan, gula,
ketan hitam, mutiara, dan sirup berwarna merah
6. Cincau merupakan agar-agar berwarna hijau bertekstur kenyal. Biasanya disajikan dengan
serutan es, santan, dan sirup gula atau gula aren
7. Es oyen dikenal dari Bandung dengan penjual awalnya bernama Pak Oyen. Isi es oyen mirip
es campur: alpukat, kelapa muda, hingga pacar cina
8. Es lilin pertama kali dibuat dengan campuran santan dan susu. Varian rasanya kian
berkembang, ada buah-buahan, ketan hitam, hingga rujak serut
9. Es pala banyak ditemukan di Bogor, Jawa Barat. Terbuat dari buah pala yang diiris tipis, lalu
dicampur dengan larutan air, gula, dan biji selasih
10. Meski namanya bir, tetapi tak ada kandungan alkohol di dalamnya. Terbuat dari kayu manis,
secang, cengkih, kapulaga, dan gula merah
Bagian Kujang
Senjata tradisional kujang juga mempunyai berbagai bagian-bagian. Bagian-bagian tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
Papatuk atau Congo. Bagian tersebut berada di ujung kujang dengan bentuk yang menyerupai
panah. Biasanya papatuk kujang berfungsi untuk mencongkel.
Seluk atau Silih. Bagian tersebut berada pada bagian punggung yang berfungsi untuk mencabik
tubuh dari musuh.
Tadah. Berupa lengkungan yang menonjol pada bagian perut dengan bagian depan yang runcing.
Pada bagian ini berfungsi untuk menusuk tubuh dari lawan.
Mata. Pada bagian pengging kujang tersebut mempunyai lubang-lubang yang kecil dengan
jumlah sekitar 5 hingga 9. Tetapi jika kujang tersebut tidak terdapat lubang atau mata, maka
senjata ini akan disebut sebagai kujang buta.
Tonggong. Bagian tersebut merupakan bagian yang tajam pada punggung kujang
Paksi. Paksi merupakan cincin atau ring yang ada pada bagian belakang kujang dengan bentuk
yang lancip
Selut. Selut merupakan ring yang ada pada pegangan kujang atau ujung dari gagang.
Combong. Merupakan lubang yang ada pada bagian gagang kujang.
Ganja atau Landaian. Bagian tersebut merupakan sudut runcing dengan arah ke ujung kujang.
Kowak. Kowak merupakan sarung dari senjata yang berasal dari bahan kayu samida dan juga
mempunyai aroma yang khas
Bagian yang terakhir adalah pamor. Pamor merupakan bagian yang berbentuk seperti baris-baris
sulangkar atau bintik yang tergambar pada kujang. Biasanya pamor berfungsi sebagai nilai
artistik dan juga sebagai tempat penyimpanan dari racun.
Bedog
Bedog merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang mempunyai ukuran lebih besar dari pisau,
tetapi lebih pendek dari pedang dengan bilang yang tebal dan juga lebar, senjata ini juga terbuat
dari logam. Tetapi pada saat ini, biasanya pengrajin akan menggunakan bahan baku yang terbuat
dari lempengan per bekas dari mobil.
Kegunaan Bedog
Kegunaan dari senjata bedog terbagi menjadi dua macam yakni:
Bedog gawe atau perkakas yang berguna untuk keperluan rumah tangga seperti bertani.
Bedong soren atau pakarang yang biasanya digunakan dalam seni bela diri atau sikat sebagai
pegangan pendekar atau jawara.
Fungsi Senjata Bedog
Fungsi simbolis tersebut digunakan untuk mengangkat harkat martabat pemiliknya. Sedangkan
untuk fungsi estetisnya adalah digunakan sebagai benda koleksi. Dan yang terakhir untuk fungsi
ekonominya adalah untuk memberikan mata pencaharian dari masyarakat setempat.
Biasanya senjata tradisional Sunda ini terkenal dengan penamaan yang bertujuan untuk
menghilangkan kesan menyeramkan dari senjata ini. Nama tersebut adalah “Salam Tunggal”
nama tersebut mempunyai makna “walaupun kita membawa bedog, namun keselamatan tetap
harus dilakukan dengan berserah diri kepada yang Maha Tunggal”.
Jenis Bedog atau Golok
Senjata tradisional bedog juga mempunyai beberapa jenis bentuk. Berikut ini merupakan
beberapa jenis bentuk besok atau golok dengan fungsinya.
Bedog Gagaplok. Biasanya digunakan untuk memotong dan juga menyabit rumput atau tanaman
lainnya di kebun.
Bedog atau Golok Pamencitan. Bedong ini mempunyai ukuran dengan panjang berkisar 25
hingga 27 cm dengan lebar mencapai 3 cm. Senjata ini berasal dari kata peuncit, dimana dalam
bahasa Sunda mempunyai arti sembelih. Sehingga biasanya bedok jenis ini digunakan untuk
menyembelih hewan.
Bedog atau Golok Pamoroan atau internasional survival golok. Biasanya golok ini mempunyai
ukuran antara 40 hingga 50 cm dengan lebar mencapai 3,5 cm. Biasanya senjata jenis ini
digunakan untuk berburu.
Bedog atau Golok Tani. Biasanya senjata ini mempunyai panjang antara 25 hingga 30 cm
dengan lebar sekitar 4 cm. Jika dilihat dari namanya maka biasanya masyarakat Sunda
memakainya untuk kegiatan hal yang berhubungan dengan pertanian dan juga perkebunan.
Bedog atau Golok Pamugeulan. Bedog ini mempunyai panjang antara 23 hingga 24,5 cm dengan
lebar yang dimiliki sekitar 6 cm. Biasanya masyarakat akan menggunakan senjata tradisional ini
untuk kegiatan-kegiatan barat, seperti menebang pohon. Hal tersebut didukung dengan bentuk
golok yang cukup besar.
Bedog atau Golok Sotogayot. Bedog ini mempunyai panjang antara 25 hingga 27 cm dengan
lebar yakni 6 cm. Biasanya masyarakat Sunda akan menggunakan senjata ini untuk memotong
bambu atau pengerjaan material dari bambu.
Bedog atau Golok Dapur. Bedog ini mempunyai ukuran sebesar 20 hingga 23 cm dengan lebar
yakni 4 cm. Jika dilihat dari namanya adalah “dapur”, maka sudah dapat disimpulkan bahwa
masyarakat Sunda akan menggunakan senjata ini untuk keperluan dapur seperti memasak atau
memotong bahan bakar.
Golok Panguseupan. Golok ini mempunyai panjang sekitar 17 hingga 2 cm dengan lebar yang
dimiliki yakni 3 cm. Ngusep berasal dari bahasa Sunda dengan arti “memancing” sehingga golok
ini biasanya digunakan untuk memancing di sungai atau di laut.
Bedog Cepot. Bedog ini mempunyai ukuran yakni antara 15 hingga 17 cm dengan lebar yang
dimiliki diatas 9 cm. Biasanya golok ini digunakan untuk membelah.
Bagian-Bagian Bedog
Bedog atau golok juga mempunyai beberapa bagian-bagian didalamnya. Berikut ini merupakan
bagian-bagian dari senjata bedog.
Gagang dari bedog atau golok biasanya dinamakan parah
Bagian paling utama dari senjata ini adalah wilah yang terbuat dari baja atau besi.
Pada parah atau pada bagian gagang yang ditancapkan disebut dengan pangkal
Bagian tajam dari senjata ini disebut dengan beuteung, sedangkan pada bagian tumpul disebut
dengan tonggong.
Pada wilah terdapat ujung yang disebut dengan Congo.
Sedangkan untuk sarung bedog atau golok tersebut dinamakan serangka
Patik
Patik merupakan senjata tradisional Jawa Barat jika dalam bahasa Indonesia mempunyai arti
kapak. Hal ini dikarenakan patik mempunyai bentuk yang tidak jauh berbeda dengan kapak
modern yang ada pada perkotaan.Biasanya senjata tradisional ini digunakan oleh masyarakat
untuk menebang pohon. Dimana pada zaman dahulu, nenek moyang dari suku Sunda
menggunakan patik sebagai alat untuk melakukan ekspansi.
Ekspansi yang dimaksud adalah membuka wilayah baru yang dilakukan dengan cara membuka
hutan. Bukan hanya itu kegunaan dari patik yang masih bertahan hingga saat ini adalah dijadikan
sebagai alat untuk mencari kayu bakar atau melakukan pekerjaan yang memiliki sifat berat
lainnya.Senjata ini dibuat dari bahan besi yang kokoh dan juga tajam pada bagian ujungnya.
Biasanya patik memiliki gagang dengan ukuran yang panjang sekitar 30 hingga 35 cm.
Sedangkan untuk bilah pada ujung senjata ini mempunyai panjang sekitar 10 cm dengan
ketebalan mencapai 4 cm.
Kelebihan dari senjata tradisional Jawa Barat patuk adalah efektivitas tenaganya. Sehingga
meskipun patik termasuk kedalam perkakas kelas berat, tapi patuk sangat efisien untuk
membantu masyarakat melakukan pekerjaannya pada bidang perhutanan dan juga pertanian.
Senjata ini juga termasuk kedalam senjata tradisional yang sangat populer dan digemari oleh
masyarakat Sunda. Sehingga mayoritas dari para petani dan juga pencari kayu pada sebagian
besar pedesaan akan menggunakan patik sebagai senjata yang digunakannya.
Congkrang
Congkrang merupakan salah satu senjata tradisional Jawa Barat yang mempunyai bentuk seperti
cangkul tetapi dengan ukuran yang dimiliki jauh lebih kecil. Senjata ini pada umumnya tidak
mempunyai keruncingan atau ketajaman, hal ini dikarenakan pada senjata tradisional ini tidak
digunakan sebagai alat untuk bertempur.Senjata tradisional congkrang mempunyai kegunaan
utama yakni digunakan untuk membentuk menyiangi rumput yang ada pada tanah. Bukan hanya
itu, senjata ini juga digunakan untuk membersihkan rumput atau tanaman liar yang ada pada area
persawahan atau pada pekarangan rumah.
Senjata congkrang juga mempunyai beberapa keistimewaan diantaranya adalah mampu
menggaruk rumput hingga akarnya. Sehingga meskipun alat tersebut tidak mempunyai sisi
ketahanan, tetapi senjata tersebut masih bisa terus diasah dengan menggunakan kali. Sehingga
masyarakat tidak perlu susah-susah untuk mencabut rumput atau tanaman liar yang
mengganggu.Senjata tradisional ini sudah ada sejak zaman kuno dan juga masih menjadi
perkakas untuk berkebun yang digunakan oleh para kaum hawa untuk membantu suaminya.
Ani-ani (Ketam)
Ani-ani atau jika dalam bahasa Sunda akan dikenal dengan nama etem atau ketam. Senjata ini
merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang digunakan untuk memanen padi. Biasanya
senjata ini akan berbentuk seperti pisau kecil yang bisa disembunyikan pada telapak
tangan.Senjata tradisional ini digunakan untuk memanen padi dulunya menjadi pilihan, hal
tersebut karena adanya perkembangan kepercayaan bahwa masyarakat Sunda dan juga
masyarakat Jawa tidak diperbolehkan untuk menggunakan golok dan arit.
Dalam kepercayaan tersebut dipercaya bahwa Desi Padi dan Nyai Pohaci Sang Hyang Sri
mempunyai watak halus dan juga lembut akan merasa ketakutan jika melihat senjata yang tajam
seperti golok atau arit. Sehingga jika Dewi tersebut merasa takut, maka hasil panen padi yang
diperoleh akan tidak berkualitas.Bukan hanya itu, masyarakat Sunda juga masih mengamalkan
kepercayaan bahwa padi tersebut merupakan perwujudan dari Dewi Sri. Sehingga perlakuan
halus kepada padi harus selalu dilakukan atau wajib dilakukan para petani.
Padi tersebut dilarang dipanen dengan menggunakan cara dibabat secara membabi buta. Sampai
saat ini kepercayaan tersebut masih bisa kita saksikan melalui acara tahunan yang diadakan,
yakni pada tradisi Seren Taun yang akan dilakukan pada masa-masa panen.Jika padi dipanen
dengan batang yang ikut dipotong, maka pekerjaan tersebut akan menjadi melelahkan, bukan
hanya itu jika memotong padi dengan batangnya juga akan membutuhkan waktu yang cukup
lama.
Sehingga disaat itulah para petani harus menggunakan senjata ani-ani untuk membantunya.
Tetapi senjata ini masih mempunyai kekurangan yakni membutuhkan waktu yang cukup lama
karena harus ada ketelitian dalam memanen setiap gagangnya.
Sulimat
Sulimat merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang dibuat untuk membantu pekerjaan pada
bidang perkebunan, terutama pada industri kelapa. Senjata ini biasanya digunakan untuk
merobek atau mengupas kulit dari buah kelapa. Senjata tradisional ini mempunyai 2 sisi yakni
sisi yang horizontal dan juga sisi yang vertikal. Sisi horizontal akan ditancapkan pada tanah
dengan tujuan sebagai pijakan atau alas, sedangkan pada sisi yang vertikal akan dihadapkan ke
atas hak tersebut karena pada sisi ini akan digunakan untuk memisahkan antara buah kelapa dan
juga serabutnya.
Senjata tradisional ini sudah jarang ditemukan, padahal kegunaan dari senjata ini sangatlah
membantu untuk melakukan pekerjaan dalam mengupas buah kelapa menjadi lebih cepat. Seperti
contohnya pada acara pernikahan akan membutuhkan jumlah kelapa yang banyak, sehingga
perlu banyak orang untuk mengupas kulitnya jika menggunakan golok. Sedangkan jika
menggunakan sulimat maka pengelupasan kelapa akan lebih efisien.
Bahan yang digunakan untuk membuat sulimat adalah besi yang disambung sehingga akan
menghasilkan 2 sisi senjata seperti yang sudah disebutkan pada penjelasan diatas. Tetapi karena
perkembangan zaman maka senjata ini juga sudah semakin langka untuk ditemui dan menjadi
salah satu senjata tradisional Sunda yang paling langkah.
Gacok
Gacok merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang mempunyai bentuk ujungnya seperti
garpu besar. Senjata ini biasanya digunakan dalam bidang pertanian dan juga pada bidang
peternakan. Biasanya akan digunakan untuk mengumpulkan rumput kering, membersihkan
kandang dan jiga merapikan jemuran gabah.
Senjata tradisional ini mempunyai gagang dengan bentuk yang menyerupai cangkul. Tetapi
perbedaannya senjata ini yakni gacok tidak dapat digunakan untuk mengambil tanah. Berbeda
dengan cangkul.Senjata tradisional ini juga termasuk kedalam senjata yang populer pada
kalangan petani. Selain dari harganya yang relatif lebih terjangkau. Senjata ini juga sangatlah
ringan sehingga sangat menghemat tenaga dan mudah untuk digunakan.
Balincong
Balincong merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang mempunyai bentuk seperti kapak
dengan 2 sisi yang tajam. Biasanya senjata ini digunakan untuk membantu pekerjaan dalam
bidang perkebunan dan juga pertanian. Sehingga senjata balincong termasuk kedalam salah satu
senjata populer oleh masyarakat pedesaan sekitar.Senjata tradisional ini dibuat dari bahan besi
pada ujungnya. Sedangkan pada bagian gagangnya dibuat dari bahan kayu. Ujung balincong
sendiri mempunyai 2 sisi dengan mata senjata yang sama tajamnya.
Jika senjata tersebut dilihat secara sekilas, maka senjata akan mirip dengan cangkul. Tetapi
balincong tidak mempunyai sisi mata senjata yang pipih dan melebar.Untuk kegunaan dari
senjata balincong adalah digunakan sebagai alat penggali tanah dan juga memecahkan batu-
batuan yang ada di ladang. Senjata ini juga bermanfaat dalam pekerjaan seperti pada pembuatan
saluran irigasi pada sawah, memperkuat aliran sungai dan masih banyak lagi.
Jenis Balincong
Balincong terbagi menjadi 2 jenis yakni:
Balincong panjang. Balincong ini biasanya akan mempunyai panjang sekitar 52 cm dengan lebar
mencapai 10 cm dengan bentuk yang horizontal. Balincong jenis ini biasanya akan digunakan
dalam pekerjaan yang sangat berat.
Balincong kecil. Balincong ini mempunyai ukuran panjang yakni sekitar 38 cm dengan lebar
pipihnya 6 cm. Biasanya senjata ini digunakan sebagai senjata alternatif kebutuhan kerja lainnya.
Baliung
Baliung merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang mempunyai bentuk seperti kapak
modern. Biasanya senjata ini digunakan untuk menebang pohon yang mempunyai ukuran
besar.Sebenarnya pada daerah-daerah lainnya masih ada senjata yang mirip dengan baliung,
hanya berbeda pada nama dan juga penyebutannya saja.Senjata tradisional ini mempunyai
panjang yakni 30 hingga 35 cm pada bagian gagangnya. Gagang dari senjata ini terlihat
sangatlah tebal dan juga berat, hal tersebut dikarenakan tingkat tekanan dan juga daya tebang
dari senjata ini sangatlah besar.
Bukan hanya itu, senjata ini juga mempunyai sisi yang tajam dan juga mempunyai ketebalan
sehingga mampu untuk menggores kulit pohon yang keras. Hingga saat ini, senjata ini juga
masih banyak digunakan oleh masyarakat terutama untuk membantu pekerjaan pada bidang
perhutanan.
Arit
Arit merupakan salah satu senjata tradisional Jawa Barat yang masih eksis hingga sekarang. Arit
merupakan senjata tradisional dengan bentuk seperti bulan sabit dan juga mempunyai fungsi
yakni digunakan untuk mencari rumput atau senjata lainnya.Di beberapa daerah lainnya, masih
banyak berbagai macam jenis senjata tradisional yang mempunyai bentuk seperti Arit. Seperti
pada senjata tradisional Madura yakni celurit atau pada senjata tradisional Betawi yang disebut
sebagai sabit.
2. Calung
Sama-sama terbuat dari bambu, alat musik calung. Bedanya yakni dari cara memainkannya. Cara
menabuh calung yaitu dengan memukul-mukul batang dari ruas-ruas atau tabung bambu yang
tersusun. Awalnya alat musik calung ini merupakan seni kalangenan (bersifat hobi), namun pada
perkembangannya Calung telah menjadi seni pertunjukkan yang populer.
Dalam seni pertunjukan, jenis Calung yang sering digunakan adalah Jingjing. Calung Jingjing
merupakan bentuk perkembangan dari Calung Rantay dan Calung Gambang yang dikembangkan
secara kreatif oleh Ekik Barkah, Parmas dkk, aktifis Departemen Kesenian UNPAD Bandung,
tahun 1960. Perkembangan Calung bukan saja pada bentuk waditranya, namun penampilannya
pun telah berkembang menjadi seni pertunjukan yang bersifat tontonan atau hiburan. Bentuk seni
pertunjukan Calung yang populer dewas ini telah dilengkapi dengan vokal/lagu, dialog-dialog
humor, gerak-gerak lucu dan lawakan-lawakan yang mengundang gelak tawa para penontonnya.
3. Gembyung
Gembyung merupakan alat musik perkusi yang terbuat dari kulit dan kayu. Berdasarkan
onomatopea (kata mengikuti bunyi), kata gembyung berasal dari bunyi pola tabuh gem (ditabuh
dan ditahan) dan byung (ditabuh dan dilepas).
Lagu yang dibawakan biasanya berbahasa Sunda buhun. Beberapa judul lagu di antaranya:
Assalamualaikum, Yar Bismillah, Salawat Nabi, Salawat Badar, Raja Sirai, Siuh, Rincik Manik,
dan Éngko. Lantunan musik dan lagu dalam seni gembyung menjadi pedoman bagi para penari
dengan melakukan gerak tari yang tidak berpola dengan iringan yang dinamis. Gembyung
merupakan salah satu seni musik tradisional yang persebarannya meliputi Cirebon, Kuningan,
Majalengka, Subang, Sumedang, Ciamis dan Garut.
4. Tarawangsa
Bentuk alat musik Tarawangsa ini sangat berbeda dengan alat musik gesek lainnya, seperti
rebab. Resonator tarawangsa terbuat dari kayu berleher panjang dengan jumlah dawai antara 2
sampai 3 utas. Pertunjukan tarawangsa di setiap wilayah memiliki perbedaan bentuk dan
struktur. Pertunjukan tarawangsa di wilayah Rancakalong, pertunjukannya tidak dilengkapi oleh
vokal, hanya dua instrumen saja, yaitu jentreng dan tarawangsa, sedangkan seni tarawangsa di
wilayah Cibalong Tasikmalaya, dipengkapi dengan instrumen lainnya, seperti calung rantay.
5. Jentreng
Adalah sejenis alat musik kecapi dengan jumlah dawai tujuh buah. Ukurannya jauh lebih kecil
dibandingkan kecapi. Alat musik ini terbuat dari kayu nangka.
6. Suling
Alat musik tiup yang terbuat dari bambu ini bisa dimainkan secara solo atau bersama-sama
dengan alat musik lainnya. Suara suling bambu memiliki bunyi yang khas dibandingkan seruling
yang terbuat dari playsik atau besi.
7. Karinding
Karinding adalah alat musik yang terbuat dari pelepah daun enau atau bilahan bambu kecil. Cara
menghasilkan bunyinya yakni dengan memanfaatkan resonator rongga mulut untuk
menghasilkan bunyi dengung. Saat dimainkan ujung bilah bambu disentil, dijentikkan, atau
dipukul-pukulkan secara berulang menggunakan jari, sehingga menimbulkan gema yang berpadu
dengan suara dengungan. Awalnya karinding dimainkan untuk mengusir rasa sepi dan kebosanan
para petani saat menjaga ladang di hutan, dari serangga atau burung-burung pemakan tanaman.
Bunyi khas karinding ternyata menghasilkan gelombang low decibel yang mampu membuat
hama menjauhi ladang.
Ras Austronesia adalah sekumpulan etnolinguistik atau gabungan berbagai etnis besar di benua
Asia (khususnya Asia Tenggara), sebagian Oseania dan sebagian Afrika yang memakai bahasa-
bahasa dari keluarga Austronesia. Mereka meliputi penduduk asli Taiwan; kebanyakan
kelompok etnisnya berada di Filipina, Malaysia, Timor Leste, Indonesia, Brunei, Kepulauan
Cocos (Keeling), Madagaskar, Mikronesia, dan Polinesia, serta suku Melayu di Singapura, suku
bangsa Polinesia dari Selandia Baru dan Hawaii, dan orang non-Papua di Melanesia. Mereka
juga ditemukan di kawasan Pattani di Thailand, kawasan Cham di Vietnam dan Kamboja, dan
kawasan Hainan di Tiongkok, sebagian Sri Lanka, selatan Myanmar, ujung selatan Afrika
Selatan, Suriname, dan sebagian kecil Kepulauan Andaman, Kepulauan Cocos (Keeling), dan
Pulau Natal serta Australia.
Kawasan yang diduduki oleh suku bangsa pemakai bahasa Austronesia secara kolektif dikenal
sebagai Austronesia. Kebanyakan orang Austronesia memiliki penampilan serupa seperti kulit
berwarna muda sampai coklat dengan rambut lurus, keriting atau bergelombang.
^Data di atas diambil sebelum Banten memisahkan diri dari Jawa Barat^
Terdapat tiga alasan utama, yaitu ketertinggalan pembangunan, angka kemiskinan yang tinggi,
dan masalah keterbelakangan pendidikan. Banten memiliki tingkat kesenjangan yang tinggi
dengan sejumlah daerah lain di Jawa Barat, terutama Serang, Pandeglang, serta Lebak. Melalui
pembentukan provinsi Banten, rakyat ingin percepatan kesejahteraan. Meskipun setelah provinsi
Banten lahir, tidak serta merta menjadi daerah maju.
Alasan lain kenapa Banten pisah dari Jawa Barat adalah status istimewa yang diberikan
pemerintah kepada Yogyakarta dan Aceh. Masyarakat Banten merasa dahulu bersama
Kesultanan Banten memiliki jasa besar di pertempuran melawan Belanda sehingga layak juga
mendapatkan status daerah istimewa. Bahkan, di tahun 1949 pernah berdiri sendiri melawan
blokade Belanda sampai haru mengeluarkan mata uang sendiri.
Banten telah secara resmi menjadi provinsi tersendiri. Keinginan masyarakat Banten untuk
memisahkan diri dari Jawa Barat sebenarnya sudah muncul sejak tahun 1950 dan Orde Baru.
Namun perjuangan itu selalu menemui kegagalan. Setelah reformnasi, Banten akhirnya
menemukan momentum pemisahakan diri dari Jawa Barat. Pada 4 Oktober 2000, Banten telah
secara resmi menjadi wilayah provinsi tersendiri.
Sekian...
Editor : Dede Thania