Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fiqa Hana Emnur

Kelas : VII H

SUKU SUNDA

Bahasa :

Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun bahasa
Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh setidaknya 42 juta orang dan merupakan bahasa Ibu
dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Bahasa Sunda dituturkan
di hampir seluruh provinsi Jawa Barat dan Banten, serta wilayah barat Jawa Tengah mulai
dari Kali Brebes (Sungai Cipamali) di wilayah Kabupaten Brebes dan Kali Serayu (Sungai
Cisarayu) di Kabupaten Cilacap, di sebagian kawasan Jakarta, serta di seluruh provinsi di
Indonesia dan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda.

Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa
Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Melayu-Sumbawa.

Pakaian Adat :

Pakaian untuk kaum pria terdiri dari celana komprang, baju salontreng, dan ikat logen
sebagai penutup kepala. Celana komprang adalah celana sepanjang betis dan dilengkapi
dengan kulit atau kain ikat.

Baju salontreng pakaian atasan dengan model jahitan sederhana dan dipadukan dengan
sarung poleng yang diselampirkan menyilang badan. Perlengkapan terakhir adalah sandal
tarumpah atau sandal kayu.
Sedangkan pakaian adat untuk kaum perempuan yaitu: sinjang bunjel, beubeur atau ikat
pinggang, kamisol, baju kebaya, dan selendang. Sinjang bujel adalah kain batik panjang yang
digunakan sebagai bawahan.

Sementara kamisol berfungsi sebagai pakaian dalam atau bra. Dandanan biasanya dilengkapi
dengan junjung bun (bun kecil di atas kepala).

Aksesoris yang dikenakan pun sederhana, terdiri dari gelang akar bahar, cincin polos yang
disebut ali meneng, dan pelenis suweng (anting berbentuk bulat kancing). Alas kaki yang
dikenakan adalah sandal jepit. Contoh yang sering terlihat mengenakan pakaian adat Sunda
untuk rakyat jelata adalah tokoh Si Kabayan dan Nyi Iteng.

Rumah Adat :

Rumah Adat Jolopong

Rumah adat Jolopong merupakan rumah adat Sunda yang paling banyak ditemui di pedesaan.
Jenis Rumah adat ini memiliki bentuk yang paling sederhana dibanding lainnya. Atapnya
memiliki bentuk seperti pelana yang memanjang. Dalam pembuatannya pun tidak
membutuhkan material maupun pernak-pernik yang berlebihan karena tidak ada lekukan
rumit pada rumah adat Jolopong.

Jolopong memiliki dua bidang atap, yang keduanya dipisahkan oleh jalur suhunan di tengah
bangunan rumah. Batang suhunan memiliki panjang yang sama dan sejajar dengan kedua sisi
bawah bidang atap.

Rumah adat Jolopong terdiri dari beberapa ruangan. Ruang depan disebut emper atau teras,
kemudian tengah imah yaitu ruang tengah. Ada juga pangkeng yaitu kamar dan dapur yang
sering disebut dengan nama pawon.

Di dalam rumah ini terdapat padaringan yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan
beras. Selain itu mereka juga memiliki ruangan yang disebut dengan nama tepas. Ruangan ini
digunakan untuk menerima tamu. Uniknya dulu tepas dibiarkan kosong tanpa perabotan,
kemudian jika ada tamu mereka akan menggelar tikar. Jenis rumah ini akan banyak kalian
temui di daerah Garut tepatnya di Kampung Dukuh.
Kesenian Daerah :

Wayang Golek

Wayang golek mirip dengan wayang kulit ya. Tapi 2 jenis wayang ini ternyata berbeda
bentuk lho. Wayang itu sendiri mengandung arti boneka tiruan manusia yang terbuat dari
pahatan kayu atau kulit. Nah, sekarang tau kan perbedaan wayang kulit dan wayang golek.
Dalam pertunjukan wayang golek, sang dalang selalu menggunakan bahasa daerahnya.

Ciri-ciri kesenian wayang adalah selalu membutuhkan bantuan Dalang yaitu sebutan untuk
orang yang mengendalikan para wayang. 1 dalang bisa memainkan 4-10 karakter wayang.
Namun sayang, dengan karakter suara yang berbeda-beda dari tiap karakter wayang,
membuat kesenian ini kian sepi. Suara yang berubah-rubah membuat profesi dalang sedikit
peminatnya. Tidak putus asa disini, ternyata ada perkumpulan untuk orang-orang yang ingin
belajar menjadi dalang lho namanya Yayasan Citra Dangiang Seni. Kamu pecinta seni sunda?
Lestarikan budaya sunda. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Anda mungkin juga menyukai