Disusun oleh:
Nada Naufa Karimah
Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa, lebih tepatnya
terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air menurut sensus BPS tahun 2010. Suku Jawa adalah
kelompok terbesar di Indonesia dengan jumlah yang mencapai 41% dari total populasi.
1. Suku Sunda
A. Lokasi
Suku Sunda adalah salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia, yang mayoritas
mendiami wilayah Provinsi Banten dan Jawa Barat. Menurut data sensus penduduk pada
tahun 2010, populasi orang Sunda di Indonesia mencapai hampir 37 juta jiwa. Dalam catatan
Portugis, Suma Oriental, orang Sunda digambarkan memiliki sifat optimis, ramah, sopan,
riang, dan bersahaja. Kata Sunda berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu sund atau sudsha, yang
memiliki makna terang, bersinar, putih, atau berkilau. Dalam bahasa Bali dan Jawa Kuno
juga terdapat kata Sunda, yang artinya bersih, suci, murni, tak bernoda, dan tak tercela.
Suku Sunda memiliki kepercayaan tradisional yang masih lestari hingga kini, yang
dinamakan Sunda Wiwitan. Para penganut kepercayaan Sunda Wiwitan masih bisa ditemukan
di beberapa pedalaman atau pedesaan di Jawa Barat atau Banten, seperti di Kuningan dan
masyarakat Baduy di Lebak, Banten. Sunda Wiwitan adalah ajaran agama dengan unsur
monoteisme purba, yang memiliki konsep kepercayaan tertinggi terhadap Sang Pencipta Yang
Maha Kuasa yang tak berwujud dan disebut "Sang Hyang Kersa" yang setara dengan "Tuhan
Yang Maha Esa" di dalam ideologi Pancasila, tetapi mayoritas orang Sunda pada zaman ini
beragama islam.
C. Budaya
Kebudayaan Sunda menjadi salah satu sumber multikultural dari Bangsa Indonesia.
Berikut adalah beberapa seni dan budaya warisan Sunda.
Tari Jaipongan
Tari Jaipong merupakan salah satu tari tradisional dari Jawa Barat. Pada awal
perkembangannya Tari Jaipong muncul di Bandung dan Karawang. Sebagai kesenian Jabar,
Tari Jaipong juga merupakan gabungan dari tiga kesenian lain, yaitu Ketuk Tilu, Wayang
Golek, dan Pencak Silat.
Wayang Golek
Wayang golek merupakan salah satu aliran dari kesenian wayang. Umumnya wayang ini
dipentaskan di wilayah Parahyangan, Jawa Barat dengan menggunakan Bahasa Sunda.
Sisingaan
Sisingaan atau Gotong Singa merupakan salah satu jenis seni pertunjukan rakyat khas
Sunda dan berasal dari wilayah Kabupaten Subang yang menggunakan media tandu yang
dingkat oleh 4 orang dan diatasnya ditunggangi 1 orang atau pada umumnya oleh seorananak
kecil.
Angklung adalah alat musik multitonal yang berkembang dari masyarakat Sunda. Alat
musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan sehingga
menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap
ukuran, baik besar maupun kecil.
D. Bahasa
Dalam melakukan komunikasi setiap hari, orang Sunda memiliki bahasa daerah
sendiri, yaitu Bahasa Sunda. Bahasa ini masih lestari di wilayah Sunda, seperti di Banten
dan Jawa Barat yang memiliki mayoritas dihuni oleh orang Sunda. Bahasa Sunda
berkembang menjadi beberapa sub bahasa atau dialek, sebagai berikut.
Sunda Banten: Bahasa Sunda yang biasa dipakai oleh orang Banten
Sunda Utara: Bahasa Sunda yang dipakai oleh orang Bogor dan beberapa daerah
pantai utara
Sunda Selatan: Bahasa Sunda yang biasa digunakan berkomunikasi oleh orang
Priangan, seperti Bandung, Sumedang, Tasikmalaya, Cimahi, dan Garut.
Sunda Timur Laut: Bahasa Sunda yang biasa digunakan berkomunikasi oleh orang
Cirebon dan Kuningan.
Sunda Tengah Timur: Bahasa Sunda yang biasa digunakan berkomunikasi oleh orang
Majalengka dan Kuningan.
Sunda Tenggara: Bahasa Sunda yang digunakan oleh orang Ciamis, Banjar, dan
bahkan beberapa daerah di Jawa Tengah.
Contoh bahasa sunda: Tong sok api–api = Jangan suka pura–pura. Tong hilap, nya = Jangan
lupa, ya. Tong ngalamun = Jangan melamun. Tong ngambek atuh = Jangan marah dong.
Ada pula yang disebut aksara Sunda. Aksara Sunda merupakan bentuk penulisan dari
bahasa Sunda yaitu bahasa daerah yang berasal dari Jawa Barat, salah satu aksara tradisi hasil
karya ortografi masyarakat Sunda melalui perjalanan sejarahnya sejak 5 abad yang lalu
hingga saat ini.
E. Rumah adat
Capit Gunting
Perahu Kumureb
Jubleg Nangkub
Badak Heuay
Tagog Anjing
Jolopong
Buka Pongpok
Julang Ngapak
F. Senjata tradisional
Kujang
Alat pertanian ini unik sebab memiliki bentuk mirip peta Jawa Barat, namun dengan dua
ujung yang tajam dan lancip. Ciri khas lainnya, terdapat lubang di bagian punggungnya.
Bajra dan Gada
Alat ini digunakan untuk perlindungan diri, dengan sisi runcing untuk menusuk (bajra)
dan sisi tumpul untuk memukul musuh (gada).
Gacok
Gacok punya fungsi untuk mencangkul tanah. Namun, kemudian masyarakat mulai
menggunakan alat ini untuk memangkas rumput atau mengumpulkan jerami. Senjata
tradisional ini mulai langka ditemukan dan alih fungsi menjadi hiasan dinding.
Arit
Pertanian menjadi fungsi utama dalam senjata ini, yakni memangkas rerumputan atau
mengambil pakan ternak.
Baliung
Baliung adalah senjata adat yang lebih memiliki kemiripan dengan kapak, namun lebih
tebal. Karena alat ini cukup besar dan berat, baliung dapat digunakan untuk menebang pohon
atau membelah kayu dengan daya tekan yang kuat.
Balincong
Balincong memiliki ciri khas bentuk yang menyerupai kapak. Salah satu ujungnya lancip
dan ujung lainnya berujung pipih. Meski bentuknya menyerupai kapak, namun senjata ini
punya dua mata yang tajam dan lebih tipis. Balincong punya fungsi sebagai alat pemecah
batu dan penggali tanah.
Bedog
Alat ini memiliki bentuk menyerupai pisau dengan ukuran yang cukup besar sekitar
30-40cm dan pipih. Bedog memiliki banyak nama sesuai dengan fungsi masing-masing,
seperti bedog pameuncitan untuk menyembelih, bedog dapur untuk memasak dan
memotong daging, begog tani untuk bertani, dan lainnya.
G. Baju adat
Baju adat untuk laki-laki
Baju adat untuk pria Sunda
di kalangan rakyat biasa disebut
dengan salontreng. Pakaian ini
tampak seperti baju kain
berwarna gelap dengan sarung
sederhana yang biasa dililitkan
menyilang di bahu. Sementara
untuk bawahannya dinamakan
celana pangsi atau komprang
yang merupakan celana kain besar yang tidak ketat di kaki atau bisa menggunakan kain
sinjang (biasanya untuk spiritual atau kebudayaan).
Baju adat untuk perempuan
Wanita Sunda dari kalangan rakyat biasa
menggunakan kain batik panjang yang biasa
disebut sebagai sarung kebat. Nama lain dari
bawahan untuk pakaian adat ini adalah sinjang
bundel yang merupakan rok yang dipakai sampai
betis. Untuk atasannya, para wanita mengenakan
kebaya yang dilengkapi selendang batik dengan
beubeur (sejenis ikat pinggang).
2. Suku Aceh
A. Lokasi
Suku Aceh merupakan salah satu suku yang mendiami Provinsi Aceh. Letak geografis
Aceh sangat strategis, yaitu berada di sepanjang Selat Malaka dan dikelilingi dua teluk
(Teluk Benggala dan Teluk Persia).
C. Budaya
Tari Saman
Tari Saman merupakan
tari populer yang
ditampilkan
berkelompok minimal
sembilan orang.
Tari Ratoh Jaroe
Tari Ratoh Jaroe mirip
dengan Tari Saman, namun
tari ini ditarikan oleh
penari perempuan dengan
iringan musik rapa'i. Tari
Ratoh Jaroe bermakna
bahwa perempuan Aceh
adalah orang yang kuat, tangguh, dan berani.
Tari seudati
Tari Seudati merupakan
tari khas Aceh yang
berkembang di daerah
pesisir. Tari ini
merupakan tari yang
energi, penuh semangat,
dilakukan dengan
berdiri, dan dengan iringan musik serta syair.
Didong
Lagu Daerah
Aceh memiliki sejumlah lagu daerah, yaitu Bungong Jeumpa yang melambangkan
semangat dan keindahan Aceh. Lagu daerah lainnya yaitu Lembah Alas yang
bermakna sepasang kekasih yang saling menjaga kesetiaan walaupun terpisah jarak.
Sarune Kalee
Peusijuek
Sumang
Upacara ini dilakukan suku Aceh dengan tujuan supaya manusia menjadi makhluk
yang berpendidikan dan memiliki akhlak mulia.
Meugang
D. Bahasa
Dalam keseharian, suku Aceh menggunakan bahasa daerah yang bernama Bahasa
Aceh Chamik. Bahasa tersebut merupakan hasil percabangan dari bahasa Melayu-
Polinesia dan Austronesia. Sedangkan, kosa kata banyak menyerap bahasa Arab.
E. Rumah adat
Rumah adat suku Aceh bernama Rumoh Aceh. Rumoh Aceh merupakan rumah
panggung yang memiliki tiga bagian. Setiap rumah memiliki ruang utama. Jumlah ruang
yag dimiliki tergantung kemampuan dan kebutuhan masyarakat.
F. Senjata tradisional
Suku Aceh memiliki
senjata tradisional
sebagai ciri khas, yaitu
rencong. Senjata ini
telah digunakan sejak
masa kesultanan Aceh,
bentuk senjata tersebut berupa belati panjang. Selain untuk melindungi diri, rencong
juga sebagai lambang keberanian pemiliknya.
G. Baju adat
A. Lokasi
Suku Minang berada di Sumatera Barat sebagai salah satu provinsi yang terletak
di sepanjang pesisir pulau Sumatera. Padang sebagai ibu kota Sumatera Barat dikenal
dengan masakannya yang khas dan dominan bumbu asli dari rempah-rempah
Indonesia.
Tari lilin
Tari paying
Tari rantak
Tari indang
Tari pasambahan
Merantau
Merantau merupakan tradisi suku Minang, yang biasa dilakukan oleh laki-laki.
Tradisi ini terkait dengan sistem matrilineal di Minangkabau. Tradisi merantau
mengandung makna sebagai gerbang untuk menjadi laki-laki yang tangguh.
Makan Bajamba
D. Bahasa
E. Rumah adat
F. Senjata tradisional
G. Baju adat
Terdapat ragam pakaian adat Sumatera Barat yang kerap digunakan orang
Minangkabau yaitu;
Pakaian pengantin.
4. Suku Dani
A. Lokasi
Suku Dani adalah salah satu suku asli yang mendiami tanah Papua. Suku ini
diketahui tinggal di pedalaman wilayah pegunungan dan lembah Papua.
Sebagian besar suku Dani memeluk agama Kristen Protestan, namun tidak bisa
lepas dari adat istiadatnya sebagai penganut kepercayaan roh-roh orang yang sudah
meninggal,
C. Budaya
Bahasa Wano
Bahasa Nggem
Dani Tengah: Bahasa Lembah Besar Dani (dialek atas, tengah dan bawah), Bahasa
Hupla (Hubula), Bahasa Dani Barat (Laani)–Bahasa Walak
Ngalik: Bahasa Nduga, Bahasa Silimo, Bahasa Yali
E. Rumah adat
Suku Dani
membangun
rumah dari kayu
dengan atap
berbentuk
kerucut. Rumah
ini disebut rumah
honai. Atap
rumah honai
terbuat dari
jerami atau ilalang. Tumpukan jerami atau ilalang di atap tersebut bisa mencapai 2,5
meter. Ruah honai terbagi dalam tiiga macam, yaitu untuk laki-laki atau disebut honai,
untuk wanita yang disebut ebei, dan kandang babi yang disebut wamai.
F. Senjata tradisional
Kapak batu
Pisau yang terbuat dari tulang Binatang
Tongkat galian
G. Baju adat
Pakaian adat
dari masyarakat
Dani adalah koteka
atau holim. Koteka
berfungsi menutupi
alat vital, kaum pria
Suku Dani hanya
menggunakan
koteka tanpa baju
dan alas kaki. Mereka juga menggunakan aksesoris berupa bulu burung di bagian
kepalanya.