Anda di halaman 1dari 22

Kebudayaan Jawa Barat

Kebudayaan Jawa Barat didominasi dua kebudayaan utama yaitu kebudayaan Sunda dan kebudayaan
Cirebon. Kebudayaan sunda berkembang di Tataran Sunda, Tanah Pasundan, dan Tanah Priangan.
Sedangkan Kebudayaan Cirebon berkembang di daerah bekas karesidenan Cirebon kawasan bagian
utara.

Adapun kebudayaan yang lain yang berkembang di Jawa Barat yaitu budaya Betawi dan Pesisir dan
berkembang di daerah-daerah yang berbatasan dengan DKI Jakarta dan daerah-daerah pesisir pantai.
Bagian barat pulau ini berbatasan dengan provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten, dan bagian timur
berbatasan dengan Jawa Tengah bagian Timur. Bandung merupakan Ibukota provinsi Jawa Barat.

Bahasa Daerah Jawa Barat


Mayoritas penduduk Jawa Barat merupakan Suku Sunda, yang bertutur memakai Bahasa Sunda. Di
Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon dituturkan bahasa Cirebon yang mirip dengan Bahasa Banyumasan
dengan dialek Brebes.Masyarakat asli Jawa Barat merupakan suku Sunda dan Cirebon, sehingga bahasa
yang digunakan sehari-hari di Jawa Barat kebanyakan bahasa Sunda dan Cirebon. Bahasa ini dipakai
sebagian masyarakat yang berada di daerah Priangan, Cirebon, dan daerah-daerah lain di sekitarnya.

Kebudayaan Sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang berkembang di Jawa Barat dengan
bahasa utama yaitu Bahasa Sunda.Menurut sejarah akibat kekuasaan Kerajaan Mataram yang dulu
pernah menaklukkan wilayah Jawa Barat pada abad XVII. Bahasa Sunda ini terpengaruh oleh bahasa
Jawa. Akibat pengaruh ini dalam bahasa Sunda dikenal undak-usuk-basa.

Undak-usuk-basa adalah cara pemakaian bahasa yang disesuaikan dengan tingkatan sosial pemakai
bahasa dalam masyarakat. Maka timbullah istilah bahasa:

Kasar

Sedang lemes (halus)

Cohag atau kasar pisan (sangat kasar)

Luhur atau lemes pisan (sangat halus)

Yang pemakaiannya disesuaikan dengan orang yang diajak berbicara.

Bahasa yang feodalistik sebelumnya ini tidak dikenal dalam tata bahasa Sunda.Dalam bahasa Sunda
dikenal juga dengan beberapa dialek. diantaranya:
Bogor (Karawang)

Priangan

Cerbon.

Setiap dialek tersebut mempunyai ciri khas sendiri-sendiri.

Rumah Tradisional Jawa Barat


Berikut ini beberapa rumah adat tradisional Jawa Barat

Imah Badak Heauy : Rumah adat Jawa Barat yang satu ini memiliki arti atau makna badak yang sedang
menguap. Rumah adat Badak Heuay ini masih banyak dijumpai didaerah masyarakat Sukabumi.

Rumah Togog Anjing : Rumah Togog Anjing mempunyai arti sebagai anjing yang sedang duduk. Desain
rumah seperti ini merupakan ciri khas rumah masyarakat Garut.

Imah Julang Ngapak : Imah Julang Ngapak maknanya yaitu burung yang sedang mengepakkan sayapnya.
Desain rumah ini banyak dipakai didaerah Tasikmalaya

Imah Jolopong : Rumah adat Jolopong ini paling banyak dibangun oleh masyarakat didaerah Garut.

Imah Parahu Kumereb : Terdapat di daerah Ciamis

Imah Capit Gunting : Capit artinya mengambil sesuatu barang dengan dijepitkan. Sedangkan Gunting
sama artinya dengan pisau yang menyilang.

Lengkong : Terdapat di daerah Garangwangi Kuningan.

Citalang : Terdapat di daerah Kabupaten Purwakarta.

Arsitektur rumah adalah hal peting untuk mencerminkan kebudayaan. Rumah tradisional yang rata-rata
mempunyai tempat atau ruang pertemuan yang luas. Kebanyakan rumah adat suku Sunda asli ini
berbentuk panggung. Sampai saat ini rumah adat ini masih banyak di jumpai di beberapa tempat di Jawa
Barat.

Rumah adat Sunda pada umumnya biasa dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu:

Bagian depan adalah teras.

Bagian tengah disebut tengah imah dan kamar tidur.


Bagian belakang berupa dapur atau pawon dan pedaringan atau goah. Rumah adat ini biasanya
mempunyai halaman depan & belakang.

Bentuk Rumah adat Sunda yaitu:

Berbentuk segi empat agak memanjang.

Kerangka rumahnya terbuat dari kayu.

Atap (hateup) rumahnya terbuat dari ijuk atau daun rumbia.

Dinding rumah adat tersebut terbuat dari bilik, yaitu irisan bambu yang dianyam dengan pola kepang
atau sasag.

Lantai rumah terbuat dari palupuh.

Tiang-tiang penyangga rumah beralaskan batu yang disebut tatapakan.

Susunan rumah adat Jawa Barat ini memanjang dengan arah barat-timur, dan pintunya menghadap arah
utara-selatan. Hal ini bertujuan agar tidak menentang arah perjalanan matahari atau kehendak alam.

Pakaian Tradisional Jawa Barat


Pada umumnya yang dikenal masyarakat Jawa Barat pakaian tradisional mereka di bagi menjadi
beberapa bagian dan berdasarkan golongan masyarakat seperti:

Baju pangsi dan kebaya sunda di tambah kain kebat (golongan rakyat biasa)

Baju bedahan dan kebaya (golongan rakyat menengah)

Jas beludru sulam benang emas (golongan rakyat bangsawan)

Beskap (untuk mojang dan jajaka)

Pakaian adat pengantin sunda.

Pakaian adat Jawa Barat pada umumnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

pakaian adat gaya Priangan

pakaian adat gaya Cirebon.


Pakaian adat Priangan dan Cirebon mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. Berikut ini
persamaan dan perbedaan pakaian adat dari ke dua suku tersebut.

Pakaian Adat Perempuan

Perempuan Priangan memakai kebaya surawe, tetapi kaum perempuan Cirebon memakai baju sorong
atau baju kurung.

Kaum perempuan Priangan dan Cirebon memakai kain batik yang dililitkan di bagian bawah badan, dari
pinggang hingga pergelangan kaki.

Perempuan Priangan dan Cirebon dari golongan rakyat memakai perlengkapan seperti gelang emas atau
perak, gelang bahar, suweng pelenis emas atau perak, ali meneng, dan sandal.

Sedangkan kaum wanita bangsawan Priangan dan Cirebon memakai perlengkapan pakaian seperti
kalung emas, gelang emas, giwang emas, serta selop dengan hiasan manik-manik di bagian ujungnya.

Pakaian Adat Laki-Laki

Laki-laki biasa Priangan dan Cirebon memakai kain sarung poleng atau polekat yang dikerudungkan dan
diikatkan atau dililitkan pada pinggang.

Laki-laki Priangan dan Cirebon memakai celana komprang yang berhiaskan pasmen.

Laki-laki Priangan dan Cirebon memakai iket untuk penutup kepala.

Laki-laki rakyat biasa Priangan dan Cirebon memakai perlengkapan pakaian seperti cincin emas, rantai
emas atau perak dengan liontin dari kuku harimau sebagai hiasan jas pada bagian dada, dan sepatu atau
selop.

Pakaian yang dijadikan simbol identitas pakaian adat di daerah Jawa Barat yaitu Pakaian Adat Priangan.

Kesenian Tradisional Jawa Barat


Masyarakat Sunda yang terkenal dengan ramah tamahnya memiliki berbagai sejarah yang menghasilkan
berbagai kesenian tradisional. Masyarakatnya pun terkenal memiliki karakter yang baik dan ramah.

Masyarakat sunda memegang semboyannya "Someah Hade ka Semah" artinya sangat ramah pada
tamu.Hanya saja berbaurnya masyarakat luar, membuat budaya bercampur. Adat istiadat masyarakat
Sunda perlahan memudar. Berikut ini beberapa kesenian tradisional Jawa Barat Khas Sunda yang masih
dilestarikan hingga sekarang
Wayang Golek : Wayang golek mirip dengan wayang kulit tetapi dalam pertunjukan wayang golek, sang
dalang selalu menggunakan bahasa daerahnya.

Tari Jaipongan : Jaipongan yaitu jenis tarian traidisional Sunda, tepatnya dari Karawang. Lahir dari
tangan kreatif H. Suanda pada tahun 1976. Tarian Jaipongan merupakan campuran dari seni lain seperti
pencak silat, topeng banjet, ketuk tilu, wayang golek dan lain-lain.

Degung : Degung adalah alat tradisional Bandung dan sudah terkenal di penjuru Indonesia.

Rampak Gendang: Kata rempak gendang diambil dari kalimat gendang serempak. Alat-alatnya terdiri
dari gendang, gong, saron dan dimainkan bersamaan.

Sisingaan : Sisingaan berasal dari kota Subang. Kesenian ini terinspirasi dari Reog di Jawa Timur yang
sangat menarik minat.

Kuda Renggong : Tarian ini berasal dari Sumedang, Renggong artinya keterampilan, kuda yang digunakan
telah dilatih untuk menari mengikuti irama musik.

Bajidoran : Sebuah kesenian yang berasal dari Subang dan Karawang. Para penari atau yang biasa
disebut Ronggeng akan melenggak lenggok menari mengikuti tabuhan gendang dan gamelan.

Cianjuran : Sebenarnya nama alat musik ini yaitu mamaos. Alat musik khas sunda sejak tahun 1930. Alat
musik ini biasanya dibarengi dengan kecapi ricik, dipadukan dengan suling, rebab, dan kacapi indung.
Dibarengi oleh penyanyi dengan berbahasa Sunda,

Kacapi Suling: Ini salah satu kesenian yang benar-benar menggambarkan budaya Sunda. Sesuai
namanya, kecapi suling yang terdiri dari instrument kecapi dan suling.

Tarian adat Jawa Barat


Tarian daerah Jawa Barat meliputi dua kelompok. Ada kelompok yaitu:

Tarian Klasik: Tarian klasik yaitu jenis tarian yang masih kental dengan tradisi budaya daerah.
Contohnya:

Tari Tayuban/Nayuban

Ronggeng Gunung

Ketuk Tilu

Doger Kontrak

Longser
Banjet

Bangreng

Kemprongan

Bedaya Tara-wangsa

Kadagan

Sekar Putri

Lenyepan

Gawil

Ponggawa

Topeng Betawi

Merak

Kijang

Kupu-Kupu

Topeng

Sulintang

Ratu Graeni

Kendang Penca

Anjasmara

Reog

Ibing Keurseus

Gotong Singa.

Tarian Kreasi: Tari Kreasi yaitu jenis tarian yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Contohnya:
Tari Jaipong.

Seni Kerajinan Jawa Barat


Di Jawa Barat ada berbagai jenis seni kerajinan rakyat. Kerajinan tersebut ada yang berkembang menjadi
kegiatan industri, dan tradisional. Berikut ini beberapa Seni Kerajinan Rakyat Jawa Barat dari berbagai
daerah:

Cirebon : Batik Tradisional Trusmi, kedok, rotan, lukis kaca dan kulit.

Indramayu : Tembikar, topeng, tas kulit ular, tikar pandan, batik tulis, dan bulu domba.

Tasikmalaya : Payung, anyaman, batik tulis, kelom geulis, sepatu kulit, bordir, anyaman mendong dan
topi.

Purwakarta : Keramik

Cibaduyut Bandung : Sepatu

Bekasi : Anyaman bambu dan pahat patung

Bogor : Kerajinan Tanduk

Lagu Daerah Jawa Barat


Lagu Daerah Jawa Barat yang terkenal diantaranya yaitu:

Bubuy Bulan

Es Lilin

Cing Cangkeling

Tokecang

Warung Pojok

Manuk Dadali

Sintren

Kembang Jahe Laos

Panon Hideung.

Upacara-Upacara Adat Jawa Barat


Pesta Laut : Tempat yang sering dilakukan seperti di Pangandaran, maupun daerah-daerah pesisir
lainnya di Jawa Barat. Perahu-perahu nelayan yang mengangkut sajen dihiasi aksesoris warna-warni
pada saat pelaksanaannya.
Ngalaksa : Upacara ini lazim ditemui di daerah Ranca Kalong, Sumedang. Upacara ini dilakukan dengan
membawa padi ke lumbung dan memakai baju rengkong.

Ruwatan Bumi : Upacara Ruwatan Bumi ini dilaksanakan setiap bulan Februari di Kabupaten Subang.

Ngalungsur Pusaka : Upacara ini dilakukan di Garut. Upacara adat membasuh pusaka ini dipimpin oleh
seorang juru kunci (kuncen).

Ngunjung : Upacara ngunjung/munjung ini termasuk upacara adat provinsi Jawa Barat yang biasanya
dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah Indramayu, Cirebon, dan sekitarnya.

Bubur Syura : Kebiasaan yang dikaitkan dengan Dewi Kesuburan, yaitu Nyi Pohaci Sanghyang Sri.
Keyakinan masyarakat bahwa upacara adat ini bisa mendatangkan kesejahteraan dan ketentraman.

Ngirab atau Rebo Wekasan : Masyarakat di Cirebon, biasa melakukan upacara ini. Kebiasaan ini
dilakukan di hari Rabu minggu terakhir di bulan Shafar.

Nyalawean : Kebiasaan ini dilakukan Cirebon. Upacara ini biasanya berlangsung selama 5 hari, dan
acaranya dilaksanakan 12 hari setelah acara peringatan di Keraton Cirebon.

Seren Taun : Upacara ini di temui di Sukabumi. Upacara Seren Taun ialah sebuah upacara yang intinya
mengangkut padi dari sawah ke lumbung dengan menggunakan rengkong.

Ngarot : Kebiasaan Indramayu yang dilaksanakan saat musim tanam dimulai atau musim penghujan
dengan mengadakan arak – arakan ke arah balai desa.

Sepitan atau Khitanan : Upacara Khitanan dilakukan pada anak laki-laki berdasarkan kepercayaan Islam.
Karena sudah menjadi kewajiban dalam agama Islam.

Tingkepan atau Tujuh Bulan : Kebiasaan adat ini diadakan saat seorang ibu yang sedang mengandung
tujuh bulan.

Upacara Pernikahan : Ada berbagai macam upacara dalam prosesi adat pernikahan, yaitu upacara yang
diadakan pra akad nikah dan yang diadakan pasaca akad nikah.

Tembuni : Merupakan upacara adat Sunda untuk memelihara placenta bayi atau ari – ari dimana
placenta sang bayi harus dirawat dengan sebaik – baiknya.

Nenjrag Bumi : Upacara tradisional khas Sunda yang sering dilakukan oleh warga Kota Bandung dimana
ditujukan kepada anak bayi agar kedepannya tidak menjadi ketakutan atau gampang kaget.

Permainan Tradisional Jawa Barat


Permainan tradisional rakyat adalah permainan yang biasanya dilakukan oleh sekelompok anak-anak di
daerah tersebut. Provinsi Jawa Barat mempunyai beragam permainan tradisional rakyat. Berikut ini
merupakan berapa permainan tradisional Jawa Barat silahkan dilihat pada tabel berikut ini:
Congkak : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

Bebentangan : Cirebon dan pantai utara Jawa Barat

Gatrik : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

Ecor : Daerah Kabupaten Karawang

Kobak : Daerah Bandung, Bogor, Garut dan Cianjur

Ngadu Karbit : Daerah Karawang dan Bekasi

Meong Bongkok : Daerah Cibitu, Kab. Garut

Ngadu Muncang : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

Oray-orayan : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

Pal-palan : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

Prang-pring : Daerah Parahyangan

Pacublek-cublek Uang : Daerah Parahyangan

Sursar/ Surser : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

Serokan : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

Susumputan : Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

Makanan Tradisional Jawa Barat


Makanan dan minuman khas Jawa Barat banyak sekali jenisnya. Setiap jenis makanan tersebut adalah
bagian dari kebudayaan daerah setempat. Jenis-jenis makanan yang menjadi ciri khas Jawa Barat adalah:

Liwet : Merupakan Khas Jawa Barat, Sunda Banget

Nasi Tembel : Mirip seperti nasi liwet dan masih berasal dari Sunda

Nasi Tutug Oncom : Berasal dari Tasikmalaya

Karedok : Karedok merupakan makanan khas Sunda yang disajikan dengan sayur-sayuran yang masih
mentah

Lotek : Hampir sama dengan Karedok dan masih berasal dari suku Sunda
Bakakak Hayam : Bakakak Hayam merupakan masakan khas Sunda yang cukup unik

Soto Bandung : Soto Bandung umumnya memakai daging sapi has dalam atau tetelan.

Soto Mie : Soto Mie sendiri merupakan jenis masakan khas Sunda yang menyajikan mie dengan kuah
kaldu yang kental.

Mie Kocok : Mie Kocok menggunakan mie pipih telur dengan kuah kaldu dan kikil yang berasal dari
Bandung.

Sate Maranggi : Makanan khas Purwakarta ini sudah sangat terkenal.

Empal Gentong : Empal Gentong khas bandung ini dihidangkan dengan nasi atau lontong, dan kucai.
Empal Gentong juga terasa enak jika dimakan dengan kuah santan.

Kupat tahu : Yang sangat terkenal yaitu dari Tasikmalaya kupat tahu singaparna.

Geco : Makanan Sunda yang populer di masyarakat Cianjur ini menggunakan bahan dasar tauge yang
kemudian disiram dengan tauco.

Surabi : Kue tradisional Sunda ini sangat populer di kota Kembang Bandung

Tahu Sumedang : Berbeda dari tahu goreng biasa, Tahu Sumedang mempunyai tekstur yang khas.

Senjata Tradisional Jawa Barat


Jawa barat memiliki beberapa senjata tradisional yang khas, di antaranya adalah:

Kujang

Kujang merupakan salah satu senjata tradisional Jawa barat yang pada awalnya mempunyai bentuk
seperti kudi. Kudi merupakan benda yang digunakan sebagai perkakas untuk pertanian, tetapi karena
zaman yang terus berkembang maka kudi sudah dialihkan menjadi senjata tradisional.Senjata tradisional
ini ternyata sudah dibuat dengan banyak variasi. Dimana variasi tersebut merupakan esensi dari ajaran
budaya Sunda dengan bentuk burung atau bentuk unggas, bentuk binatang berkaki empat dan juga
berbentuk katak.

Dengan adanya variasi tersebut maka kujang mempunyai kelompok penamaan yang beragam dengan
sesuai bentuk flora atau bentuk fauna dalam kebudayaan Sunda. Misalnya adalah Kujang Jago, Kujang
Badak, Kujang Kuntul, Kujang Naga dan masih banyak lainnya.Lalu apa yang dimaksud dengan Kujang
Ciung? Kujang Ciung merupakan salah satu senjata yang populer dan juga sudah dianggap sebagai
senjata yang khas dari Jawa Barat. Kujang ini juga mempunyai bentuk bilang dengan nilai estetika ujung
yang runcing.

Fungsi Kujang
Fungsi dari senjata ini juga ternyata tergantung dengan ukuran bilahnya. Jika bilah mempunyai ukuran
10 hingga 15 cm maka senjata tersebut digolongkan menjadi kujang Pajimatan atau jimat, jika bilah
ukuran 20 hingga 35 cm maka senjata termasuk dalam kategori kujang pusaka

Jika kujang mempunyai bilah dengan panjang 40 hingga 50 cm maka termasuk kedalam kategori kujang
pakarang yang mempunyai fungsi sebagai mata tombak Kujang juga mempunyai beberapa fungsi lain,
diantaranya adalah sebagai berikut:

Digunakan sebagai lambang atau simbol seperti logo pemerintah atau logo organisasi

Bisa digunakan untuk peralatan pertanian, hal tersebut berdasarkan dari naskah kuno Sanghyang.
Masyarakat Sunda biasanya akan menggunakan senjata ini untuk menebang kayu, memangkas
tumbuhan dan nyacar atau bisa juga disebut sebagai pemangkas

Bisa digunakan untuk hiasan atau pajangan. Senjata ini biasanya bisa dilihat dari tembok rumah warga
Sunda.

Kujang pusaka merupakan senjata yang digunakan untuk perang. Kujang pusaka bisa digunakan sebagai
lambang keagungan dan juga perlindungan

Bagian Kujang

Senjata tradisional kujang juga mempunyai berbagai bagian-bagian. Bagian-bagian tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:

Papatuk atau Congo. Bagian tersebut berada di ujung kujang dengan bentuk yang menyerupai panah.
Biasanya papatuk kujang berfungsi untuk mencongkel.

Seluk atau Silih. Bagian tersebut berada pada bagian punggung yang berfungsi untuk mencabik tubuh
dari musuh.

Tadah. Berupa lengkungan yang menonjol pada bagian perut dengan bagian depan yang runcing. Pada
bagian ini berfungsi untuk menusuk tubuh dari lawan.

Mata. Pada bagian pengging kujang tersebut mempunyai lubang-lubang yang kecil dengan jumlah
sekitar 5 hingga 9. Tetapi jika kujang tersebut tidak terdapat lubang atau mata, maka senjata ini akan
disebut sebagai kujang buta.

Tonggong. Bagian tersebut merupakan bagian yang tajam pada punggung kujang

Paksi. Paksi merupakan cincin atau ring yang ada pada bagian belakang kujang dengan bentuk yang
lancip

Selut. Selut merupakan ring yang ada pada pegangan kujang atau ujung dari gagang.
Combong. Merupakan lubang yang ada pada bagian gagang kujang.

Ganja atau Landaian. Bagian tersebut merupakan sudut runcing dengan arah ke ujung kujang.

Kowak. Kowak merupakan sarung dari senjata yang berasal dari bahan kayu samida dan juga
mempunyai aroma yang khas

Bagian yang terakhir adalah pamor. Pamor merupakan bagian yang berbentuk seperti baris-baris
sulangkar atau bintik yang tergambar pada kujang. Biasanya pamor berfungsi sebagai nilai artistik dan
juga sebagai tempat penyimpanan dari racun.

Bedog

Bedog merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang mempunyai ukuran lebih besar dari pisau, tetapi
lebih pendek dari pedang dengan bilang yang tebal dan juga lebar, senjata ini juga terbuat dari logam.
Tetapi pada saat ini, biasanya pengrajin akan menggunakan bahan baku yang terbuat dari lempengan
per bekas dari mobil.

Kegunaan Bedog

Kegunaan dari senjata bedog terbagi menjadi dua macam yakni:

Bedog gawe atau perkakas yang berguna untuk keperluan rumah tangga seperti bertani.

Bedong soren atau pakarang yang biasanya digunakan dalam seni bela diri atau sikat sebagai pegangan
pendekar atau jawara.

Fungsi Senjata Bedog

Fungsi simbolis tersebut digunakan untuk mengangkat harkat martabat pemiliknya. Sedangkan untuk
fungsi estetisnya adalah digunakan sebagai benda koleksi. Dan yang terakhir untuk fungsi ekonominya
adalah untuk memberikan mata pencaharian dari masyarakat setempat.

Biasanya senjata tradisional Sunda ini terkenal dengan penamaan yang bertujuan untuk menghilangkan
kesan menyeramkan dari senjata ini. Nama tersebut adalah “Salam Tunggal” nama tersebut mempunyai
makna “walaupun kita membawa bedog, namun keselamatan tetap harus dilakukan dengan berserah
diri kepada yang Maha Tunggal”.

Jenis Bedog atau Golok

Senjata tradisional bedog juga mempunyai beberapa jenis bentuk. Berikut ini merupakan beberapa jenis
bentuk besok atau golok dengan fungsinya.

Bedog Gagaplok. Biasanya digunakan untuk memotong dan juga menyabit rumput atau tanaman lainnya
di kebun.
Bedog atau Golok Pamencitan. Bedong ini mempunyai ukuran dengan panjang berkisar 25 hingga 27 cm
dengan lebar mencapai 3 cm. Senjata ini berasal dari kata peuncit, dimana dalam bahasa Sunda
mempunyai arti sembelih. Sehingga biasanya bedok jenis ini digunakan untuk menyembelih hewan.

Bedog atau Golok Pamoroan atau internasional survival golok. Biasanya golok ini mempunyai ukuran
antara 40 hingga 50 cm dengan lebar mencapai 3,5 cm. Biasanya senjata jenis ini digunakan untuk
berburu.

Bedog atau Golok Tani. Biasanya senjata ini mempunyai panjang antara 25 hingga 30 cm dengan lebar
sekitar 4 cm. Jika dilihat dari namanya maka biasanya masyarakat Sunda memakainya untuk kegiatan hal
yang berhubungan dengan pertanian dan juga perkebunan.

Bedog atau Golok Pamugeulan. Bedog ini mempunyai panjang antara 23 hingga 24,5 cm dengan lebar
yang dimiliki sekitar 6 cm. Biasanya masyarakat akan menggunakan senjata tradisional ini untuk
kegiatan-kegiatan barat, seperti menebang pohon. Hal tersebut didukung dengan bentuk golok yang
cukup besar.

Bedog atau Golok Sotogayot. Bedog ini mempunyai panjang antara 25 hingga 27 cm dengan lebar yakni
6 cm. Biasanya masyarakat Sunda akan menggunakan senjata ini untuk memotong bambu atau
pengerjaan material dari bambu.

Bedog atau Golok Dapur. Bedog ini mempunyai ukuran sebesar 20 hingga 23 cm dengan lebar yakni 4
cm. Jika dilihat dari namanya adalah “dapur”, maka sudah dapat disimpulkan bahwa masyarakat Sunda
akan menggunakan senjata ini untuk keperluan dapur seperti memasak atau memotong bahan bakar.

Golok Panguseupan. Golok ini mempunyai panjang sekitar 17 hingga 2 cm dengan lebar yang dimiliki
yakni 3 cm. Ngusep berasal dari bahasa Sunda dengan arti “memancing” sehingga golok ini biasanya
digunakan untuk memancing di sungai atau di laut.

Bedog Cepot. Bedog ini mempunyai ukuran yakni antara 15 hingga 17 cm dengan lebar yang dimiliki
diatas 9 cm. Biasanya golok ini digunakan untuk membelah.

Bagian-Bagian Bedog

Bedog atau golok juga mempunyai beberapa bagian-bagian didalamnya. Berikut ini merupakan bagian-
bagian dari senjata bedog.

Gagang dari bedog atau golok biasanya dinamakan parah

Bagian paling utama dari senjata ini adalah wilah yang terbuat dari baja atau besi.

Pada parah atau pada bagian gagang yang ditancapkan disebut dengan pangkal

Bagian tajam dari senjata ini disebut dengan beuteung, sedangkan pada bagian tumpul disebut dengan
tonggong.

Pada wilah terdapat ujung yang disebut dengan Congo.


Sedangkan untuk sarung bedog atau golok tersebut dinamakan serangka

Patik

Patik merupakan senjata tradisional Jawa Barat jika dalam bahasa Indonesia mempunyai arti kapak. Hal
ini dikarenakan patik mempunyai bentuk yang tidak jauh berbeda dengan kapak modern yang ada pada
perkotaan.Biasanya senjata tradisional ini digunakan oleh masyarakat untuk menebang pohon. Dimana
pada zaman dahulu, nenek moyang dari suku Sunda menggunakan patik sebagai alat untuk melakukan
ekspansi.

Ekspansi yang dimaksud adalah membuka wilayah baru yang dilakukan dengan cara membuka hutan.
Bukan hanya itu kegunaan dari patik yang masih bertahan hingga saat ini adalah dijadikan sebagai alat
untuk mencari kayu bakar atau melakukan pekerjaan yang memiliki sifat berat lainnya.Senjata ini dibuat
dari bahan besi yang kokoh dan juga tajam pada bagian ujungnya. Biasanya patik memiliki gagang
dengan ukuran yang panjang sekitar 30 hingga 35 cm. Sedangkan untuk bilah pada ujung senjata ini
mempunyai panjang sekitar 10 cm dengan ketebalan mencapai 4 cm.

Kelebihan dari senjata tradisional Jawa Barat patuk adalah efektivitas tenaganya. Sehingga meskipun
patik termasuk kedalam perkakas kelas berat, tapi patuk sangat efisien untuk membantu masyarakat
melakukan pekerjaannya pada bidang perhutanan dan juga pertanian.

Senjata ini juga termasuk kedalam senjata tradisional yang sangat populer dan digemari oleh
masyarakat Sunda. Sehingga mayoritas dari para petani dan juga pencari kayu pada sebagian besar
pedesaan akan menggunakan patik sebagai senjata yang digunakannya.

Congkrang

Congkrang merupakan salah satu senjata tradisional Jawa Barat yang mempunyai bentuk seperti cangkul
tetapi dengan ukuran yang dimiliki jauh lebih kecil. Senjata ini pada umumnya tidak mempunyai
keruncingan atau ketajaman, hal ini dikarenakan pada senjata tradisional ini tidak digunakan sebagai
alat untuk bertempur.Senjata tradisional congkrang mempunyai kegunaan utama yakni digunakan untuk
membentuk menyiangi rumput yang ada pada tanah. Bukan hanya itu, senjata ini juga digunakan untuk
membersihkan rumput atau tanaman liar yang ada pada area persawahan atau pada pekarangan rumah.

Senjata congkrang juga mempunyai beberapa keistimewaan diantaranya adalah mampu menggaruk
rumput hingga akarnya. Sehingga meskipun alat tersebut tidak mempunyai sisi ketahanan, tetapi senjata
tersebut masih bisa terus diasah dengan menggunakan kali. Sehingga masyarakat tidak perlu susah-
susah untuk mencabut rumput atau tanaman liar yang mengganggu.Senjata tradisional ini sudah ada
sejak zaman kuno dan juga masih menjadi perkakas untuk berkebun yang digunakan oleh para kaum
hawa untuk membantu suaminya.
Ani-ani (Ketam)

Ani-ani atau jika dalam bahasa Sunda akan dikenal dengan nama etem atau ketam. Senjata ini
merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang digunakan untuk memanen padi. Biasanya senjata ini
akan berbentuk seperti pisau kecil yang bisa disembunyikan pada telapak tangan.Senjata tradisional ini
digunakan untuk memanen padi dulunya menjadi pilihan, hal tersebut karena adanya perkembangan
kepercayaan bahwa masyarakat Sunda dan juga masyarakat Jawa tidak diperbolehkan untuk
menggunakan golok dan arit.

Dalam kepercayaan tersebut dipercaya bahwa Desi Padi dan Nyai Pohaci Sang Hyang Sri mempunyai
watak halus dan juga lembut akan merasa ketakutan jika melihat senjata yang tajam seperti golok atau
arit. Sehingga jika Dewi tersebut merasa takut, maka hasil panen padi yang diperoleh akan tidak
berkualitas.Bukan hanya itu, masyarakat Sunda juga masih mengamalkan kepercayaan bahwa padi
tersebut merupakan perwujudan dari Dewi Sri. Sehingga perlakuan halus kepada padi harus selalu
dilakukan atau wajib dilakukan para petani.

Padi tersebut dilarang dipanen dengan menggunakan cara dibabat secara membabi buta. Sampai saat
ini kepercayaan tersebut masih bisa kita saksikan melalui acara tahunan yang diadakan, yakni pada
tradisi Seren Taun yang akan dilakukan pada masa-masa panen.Jika padi dipanen dengan batang yang
ikut dipotong, maka pekerjaan tersebut akan menjadi melelahkan, bukan hanya itu jika memotong padi
dengan batangnya juga akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Sehingga disaat itulah para petani harus menggunakan senjata ani-ani untuk membantunya. Tetapi
senjata ini masih mempunyai kekurangan yakni membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus ada
ketelitian dalam memanen setiap gagangnya.

Sulimat

Sulimat merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang dibuat untuk membantu pekerjaan pada bidang
perkebunan, terutama pada industri kelapa. Senjata ini biasanya digunakan untuk merobek atau
mengupas kulit dari buah kelapa. Senjata tradisional ini mempunyai 2 sisi yakni sisi yang horizontal dan
juga sisi yang vertikal. Sisi horizontal akan ditancapkan pada tanah dengan tujuan sebagai pijakan atau
alas, sedangkan pada sisi yang vertikal akan dihadapkan ke atas hak tersebut karena pada sisi ini akan
digunakan untuk memisahkan antara buah kelapa dan juga serabutnya.

Senjata tradisional ini sudah jarang ditemukan, padahal kegunaan dari senjata ini sangatlah membantu
untuk melakukan pekerjaan dalam mengupas buah kelapa menjadi lebih cepat. Seperti contohnya pada
acara pernikahan akan membutuhkan jumlah kelapa yang banyak, sehingga perlu banyak orang untuk
mengupas kulitnya jika menggunakan golok. Sedangkan jika menggunakan sulimat maka pengelupasan
kelapa akan lebih efisien.

Bahan yang digunakan untuk membuat sulimat adalah besi yang disambung sehingga akan
menghasilkan 2 sisi senjata seperti yang sudah disebutkan pada penjelasan diatas. Tetapi karena
perkembangan zaman maka senjata ini juga sudah semakin langka untuk ditemui dan menjadi salah satu
senjata tradisional Sunda yang paling langkah.

Gacok

Gacok merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang mempunyai bentuk ujungnya seperti garpu besar.
Senjata ini biasanya digunakan dalam bidang pertanian dan juga pada bidang peternakan. Biasanya akan
digunakan untuk mengumpulkan rumput kering, membersihkan kandang dan jiga merapikan jemuran
gabah.

Senjata tradisional ini mempunyai gagang dengan bentuk yang menyerupai cangkul. Tetapi
perbedaannya senjata ini yakni gacok tidak dapat digunakan untuk mengambil tanah. Berbeda dengan
cangkul.Senjata tradisional ini juga termasuk kedalam senjata yang populer pada kalangan petani. Selain
dari harganya yang relatif lebih terjangkau. Senjata ini juga sangatlah ringan sehingga sangat
menghemat tenaga dan mudah untuk digunakan.

Bajra dan Gada

Bajra dan Gada merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang digunakan sebagai alat perlawanan
mengusir para penjajah pada saat zaman pra kemerdekaan. Bentuk dari senjata ini adalah senjata yang
digunakan dengan cara diayunkan atau dipukulkan. Senjata tradisional ini biasanya akan dimodifikasi
sesuai dengan keperluan dari penggunanya. Pada saat itu pernah juga ditemukan senjata gada yang
dipenuhi paku pada bagian ujungnya, sehingga luka yang akan ditimbulkan dari gada dan juga bajra tidak
boleh disepelekan.

Jika dalam pertempuran dekat, maka musuh yang dipukul akan mendapatkan luka dan juga pendarahan
yang sangat fatal bahkan bisa juga mendapatkan kebocoran pada kepala nya.Pada zaman dahulu,
senjata ini banyak ditemukan karena memang bahan yang digunakan sangatlah mudah. Yakni bisa dari
kayu keras seperti kayu jati, atau besi-besian. Tetapi karena seiring perkembangan zaman, maka senjata
ini sudah sangatlah langkah dan biasanya keberadaan dari senjata ini hanya bisa dijumpai pada
museum-museum saja.

Balincong

Balincong merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang mempunyai bentuk seperti kapak dengan 2
sisi yang tajam. Biasanya senjata ini digunakan untuk membantu pekerjaan dalam bidang perkebunan
dan juga pertanian. Sehingga senjata balincong termasuk kedalam salah satu senjata populer oleh
masyarakat pedesaan sekitar.Senjata tradisional ini dibuat dari bahan besi pada ujungnya. Sedangkan
pada bagian gagangnya dibuat dari bahan kayu. Ujung balincong sendiri mempunyai 2 sisi dengan mata
senjata yang sama tajamnya.
Jika senjata tersebut dilihat secara sekilas, maka senjata akan mirip dengan cangkul. Tetapi balincong
tidak mempunyai sisi mata senjata yang pipih dan melebar.Untuk kegunaan dari senjata balincong
adalah digunakan sebagai alat penggali tanah dan juga memecahkan batu-batuan yang ada di ladang.
Senjata ini juga bermanfaat dalam pekerjaan seperti pada pembuatan saluran irigasi pada sawah,
memperkuat aliran sungai dan masih banyak lagi.

Jenis Balincong

Balincong terbagi menjadi 2 jenis yakni:

Balincong panjang. Balincong ini biasanya akan mempunyai panjang sekitar 52 cm dengan lebar
mencapai 10 cm dengan bentuk yang horizontal. Balincong jenis ini biasanya akan digunakan dalam
pekerjaan yang sangat berat.

Balincong kecil. Balincong ini mempunyai ukuran panjang yakni sekitar 38 cm dengan lebar pipihnya 6
cm. Biasanya senjata ini digunakan sebagai senjata alternatif kebutuhan kerja lainnya.

Baliung

Baliung merupakan senjata tradisional Jawa Barat yang mempunyai bentuk seperti kapak modern.
Biasanya senjata ini digunakan untuk menebang pohon yang mempunyai ukuran besar.Sebenarnya pada
daerah-daerah lainnya masih ada senjata yang mirip dengan baliung, hanya berbeda pada nama dan
juga penyebutannya saja.Senjata tradisional ini mempunyai panjang yakni 30 hingga 35 cm pada bagian
gagangnya. Gagang dari senjata ini terlihat sangatlah tebal dan juga berat, hal tersebut dikarenakan
tingkat tekanan dan juga daya tebang dari senjata ini sangatlah besar.

Bukan hanya itu, senjata ini juga mempunyai sisi yang tajam dan juga mempunyai ketebalan sehingga
mampu untuk menggores kulit pohon yang keras. Hingga saat ini, senjata ini juga masih banyak
digunakan oleh masyarakat terutama untuk membantu pekerjaan pada bidang perhutanan.

Arit

Arit merupakan salah satu senjata tradisional Jawa Barat yang masih eksis hingga sekarang. Arit
merupakan senjata tradisional dengan bentuk seperti bulan sabit dan juga mempunyai fungsi yakni
digunakan untuk mencari rumput atau senjata lainnya.Di beberapa daerah lainnya, masih banyak
berbagai macam jenis senjata tradisional yang mempunyai bentuk seperti Arit. Seperti pada senjata
tradisional Madura yakni celurit atau pada senjata tradisional Betawi yang disebut sebagai sabit.

Alat musik tradisional Jawa Barat


Jawa Barat kaya dengan berbagai keseniannya. Begitu juga dengan alat musik khas Jabar yang punya
karakteristik unik dibandingkan dengan provinsi lainnya. Beberapa alat musik Jawa Barat ini bahkan
sudah mendunia. Dikenal di berbagai negara hingga sudah terdaftar sebagai salah satu warisan budaya
dunia oleh UNESCO.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini daftar alat musik khas Jabar:

1. Angklung

Alat musik ini terbuat dari bilah-bilah bambu yang disusun dimana ketika digetarkan atau digoyangkan
menghasilkan bunyi yang begitu merdu dan khas. Untuk menciptakan harmoni yang indah, dibutuhkan
sejumlah orang untuk memainkan angklung ini. Karena satu angklung mewakili satu tangga nada.

Banyak warga negara asing yang menyukai bunyi angklung ini. Bahkan tak jarang mereka datang ke
Indonesia dan mencoba mempelajari angklung. Hal inilah yang membuat angklung akhirnya diakui
UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia dalam daftar Representative List of the Intangible Cultural
Heritage of Humanity.

Pada 2011, alat musik angklung juga masuk di Guiness Book of World Record dengan catatan rekor
dunia dari keharmonisan alat musik angklung. Prestasi dunia ini melibatkan kurang lebih lima ribu
partisipan dari berbagai bangsa di dunia yang memainkan angklung bersama di Washington, Amerika
Serikat. Mereka membawakan lagu We Are The World oleh Michael Jackson. Keberhasilan tersebut
digawangi oleh seorang maestro angklung bernama Daeng Udjo dari Sanggar Seni Saung Mang Udjo di
Bandung.

2. Calung

Sama-sama terbuat dari bambu, alat musik calung. Bedanya yakni dari cara memainkannya. Cara
menabuh calung yaitu dengan memukul-mukul batang dari ruas-ruas atau tabung bambu yang tersusun.
Awalnya alat musik calung ini merupakan seni kalangenan (bersifat hobi), namun pada
perkembangannya Calung telah menjadi seni pertunjukkan yang populer.

Dalam seni pertunjukan, jenis Calung yang sering digunakan adalah Jingjing. Calung Jingjing merupakan
bentuk perkembangan dari Calung Rantay dan Calung Gambang yang dikembangkan secara kreatif oleh
Ekik Barkah, Parmas dkk, aktifis Departemen Kesenian UNPAD Bandung, tahun 1960. Perkembangan
Calung bukan saja pada bentuk waditranya, namun penampilannya pun telah berkembang menjadi seni
pertunjukan yang bersifat tontonan atau hiburan. Bentuk seni pertunjukan Calung yang populer dewas
ini telah dilengkapi dengan vokal/lagu, dialog-dialog humor, gerak-gerak lucu dan lawakan-lawakan yang
mengundang gelak tawa para penontonnya.

3. Gembyung
Gembyung merupakan alat musik perkusi yang terbuat dari kulit dan kayu. Berdasarkan onomatopea
(kata mengikuti bunyi), kata gembyung berasal dari bunyi pola tabuh gem (ditabuh dan ditahan) dan
byung (ditabuh dan dilepas).

Lagu yang dibawakan biasanya berbahasa Sunda buhun. Beberapa judul lagu di antaranya:
Assalamualaikum, Yar Bismillah, Salawat Nabi, Salawat Badar, Raja Sirai, Siuh, Rincik Manik, dan Éngko.
Lantunan musik dan lagu dalam seni gembyung menjadi pedoman bagi para penari dengan melakukan
gerak tari yang tidak berpola dengan iringan yang dinamis. Gembyung merupakan salah satu seni musik
tradisional yang persebarannya meliputi Cirebon, Kuningan, Majalengka, Subang, Sumedang, Ciamis dan
Garut.

4. Tarawangsa

Bentuk alat musik Tarawangsa ini sangat berbeda dengan alat musik gesek lainnya, seperti rebab.
Resonator tarawangsa terbuat dari kayu berleher panjang dengan jumlah dawai antara 2 sampai 3 utas.
Pertunjukan tarawangsa di setiap wilayah memiliki perbedaan bentuk dan struktur. Pertunjukan
tarawangsa di wilayah Rancakalong, pertunjukannya tidak dilengkapi oleh vokal, hanya dua instrumen
saja, yaitu jentreng dan tarawangsa, sedangkan seni tarawangsa di wilayah Cibalong Tasikmalaya,
dipengkapi dengan instrumen lainnya, seperti calung rantay.

5. Jentreng

Adalah sejenis alat musik kecapi dengan jumlah dawai tujuh buah. Ukurannya jauh lebih kecil
dibandingkan kecapi. Alat musik ini terbuat dari kayu nangka.

6. Suling

Alat musik tiup yang terbuat dari bambu ini bisa dimainkan secara solo atau bersama-sama dengan alat
musik lainnya. Suara suling bambu memiliki bunyi yang khas dibandingkan seruling yang terbuat dari
playsik atau besi.

7. Karinding

Karinding adalah alat musik yang terbuat dari pelepah daun enau atau bilahan bambu kecil. Cara
menghasilkan bunyinya yakni dengan memanfaatkan resonator rongga mulut untuk menghasilkan bunyi
dengung. Saat dimainkan ujung bilah bambu disentil, dijentikkan, atau dipukul-pukulkan secara berulang
menggunakan jari, sehingga menimbulkan gema yang berpadu dengan suara dengungan. Awalnya
karinding dimainkan untuk mengusir rasa sepi dan kebosanan para petani saat menjaga ladang di hutan,
dari serangga atau burung-burung pemakan tanaman. Bunyi khas karinding ternyata menghasilkan
gelombang low decibel yang mampu membuat hama menjauhi ladang.

Sistem Kekerabatan di Jawa Barat


Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Kerana
letaknya yang berdekatan dengan ibu kota negara maka hampir seluruh suku bangsa yang ada
di Indonesia terdapat di provinsi ini. 75% penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda yang
merupakan penduduk asli provinsi ini. Suku lainnya adalah Suku Jawa yang banyak dijumpai di
daerah bagian utara Jawa Barat, Suku Betawi banyak mendiami daerah bagian barat yang
bersempadan dengan Jakarta. Suku Minang dan Suku Batak banyak mendiami Kota-kota besar
di Jawa Barat, seperti Bandung, Cimahi, Bogor, Bekasi, dan Depok. Sementara itu Orang
Tionghoa banyak dijumpai hampir di seluruh daerah Jawa Barat.

Jadi, dapat di simpulkan bahwa sistem kekerabatan yang sering ada di Jawa barat adalah sistem
kekerabatan Parental (Bilateral)

Dalam sistem kekerabatan ini menarik garis keturunan dari ayah dan ibu. Penganut sistem
kekerabatan ini di antara masyarakat Jawa, Madura, Sunda, Bugis, dan Makassar. Seorang anak
akan terhubung dengan kedua orang tuanya dan sekaligus kerabat ayah-ibunya secara bilateral.

Konsekuensi sistem kekerabatan parental yaitu berlaku peraturan yang sama mengenai
perkawinan, kewajiban memberi nafkah, penghormatan, dan pewarisan. Seseorang akan
memperoleh semenda dari jalan perkawinan, baik perkawinan langsung atau perkawinan sanak
kandungnya.

Flora dan Fauna Khas Provinsi Jawa Barat


Jawa Barat telah menetapkan sepasang tumbuhan dan hewan menjadi tumbuhan dan hewan
khas atau flora dan fauna identitas provinsinya. Sebagai flora identitas telah dipilih tumbuhan
gandaria sebagai maskot sekaligus flora khas. Sedangkan untuk fauna identitas atau hewan
khas dipilih Macan Tutul Jawa atau Panthera pardus melas.

Gandaria Flora Khas Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat memilih dan menetapkan pohon Gandaria sebagai flora identitas provinsi.
Flora identitas ini biasa disebut juga sebagai flora khas atau tumbuhan maskot. Pohon Gandaria
adalah tumbuhan dari famili Anacardiaceae (suku mangga-manggaan), nama latin tumbuhan
tersebut adalah Bouea macrophylla Griff.

Gandaria yang merupakan tumbuhan asli Indonesia, di beberapa daerah mempunyai berbagai
nama lokal seperti gandaria (Jawa), jatake, gandaria (Sunda), remieu (Gayo), barania (Dayak
ngaju), dandoriah (Minangkabau), wetes (Sulawesi Utara), Kalawasa, rapo-rapo kebo (Makasar),
dan buwa melawe (Bugis). Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut sebagai Marian Plum atau
Gandaria. Selain di Indonesia, Gandaria tumbuh tersebar di wilayah tropis Asia Tenggara seperti
Malaysia dan Thailand.

Pohon Gandaria (Bouea macrophylla) yang menjadi flora khas Jawa Barat, mempunyai tinggi
pohon hingga mencapai 27 meter. Daun berbentuk bundar telur memanjang hingga jorong
dengan panjang 11- 45 cm dan lebar 4 – 13 cm. Gandaria memiliki buah berbentuk agak bulat
dengan diameter antara 2.5-5 cm. Kulit buah berwarna hijau saat muda dan kekuningan atau
jingga saat tua. Daging buah Gandaria mengeluarkan cairan kental, berbau khas menyengat,
dan memiliki rasa agak asam hingga manis. Buah Gandaria muda dimanfaatkan sebagai
campuran rujak atau sambal gandaria. Selain dapat dikonsumsi langsung pun dapat dibuat
asinan atau sirup.

Macan Tutul Jawa Fauna Khas Jawa Barat

Mendampingi Gandaria, Macan Tutul Jawa ditetapkan sebagai fauna identitas atau fauna khas
provinsi Jawa Barat. Macan Tutul Jawa adalah anakjenis (subspesies) dari Macan Tutul yang
hanya hidup di pulau Jawa, Indonesia saja. Macan Tutul Jawa memiliki dua variasi warna kulit
yaitu berwarna terang (kuning kecoklatan dengan bintik-bintik berwarna hitam) dan hitam
(biasa disebut Macan Kumbang). Macan Tutul pun menjadi jenis kucing terbesar yang tersisa di
pulau Jawa setelah Harimau Jawa dinyatakan punah.

Nama latin hewan endemik dan khas ini adalah Panthera pardus ssp. melas G. Cuvier. Dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai Javan Leopard. Hidup tersebar di beberapa titik di pulau Jawa
seperti di Taman Nasional (TN) Ujung Kulon (Banten), TN. Gunung Halimun Salak, TN. Gunung
Gede (Jawa Barat), Hutan Lindung Petungkriyono Pekalongan, Gurung Merapi (Jawa Tengah),
dan TN. Meru Betiri Jawa Timur. Populasi diperkirakan hanya tersisa 250-an ekor saja sehingga
membuat hewan langka ini didaftar sebagai spesies Criticaly Endangered dalam Daftar Merah
IUCN. Di Indonesia sendiri Macan Tutul, selain ditetapkan sebagai fauna khas Jawa Barat, pun
ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi.
Mayoritas Penganut Agama Jawa Barat

penduduk Jawa Barat sebanyak 67,59 juta jiwa pada 30 Juni 2021.
Jumlah tersebut mencapai 17,48% dari total penduduk secara nasional
yang mencapai 272,23 juta jiwa . sebanyak 46,3 juta jiwa (97,29%)
penduduk di Tanah Pasundan tercatat sebagai pemeluk agama Islam.
Ada 859,37 ribu (1,81%) penduduk Jawa Barat yang memeluk agama
Kristen.

Kemudian, penduduk Jawa Barat yang beragama Katolik mencapai


298,65 ribu jiwa (0,63%). berjumlah 98,78 ribu (0,21%) penduduk Jawa
Barat beragama Budha. Ada pula 17,03 ribu (0,04%) penduduk Jawa
Barat yang beragama Hindu. sebanyak 11,98 ribu (0,03%) penduduk di
provinsi tersebut beragama Konghucu. Sementara, 3,32 ribu (0,01%)
penduduk Jawa Barat menganut aliran kepercayaan.

Sekian..

Anda mungkin juga menyukai