Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fiqa Hani Emnur

Kelas : VII H

SUKU JAWA

Bahasa

Bahasa Jawa merupakan bahasa Austronesia yang utamanya dituturkan oleh masyarakat Jawa di
wilayah bagian tengah dan timur pulau Jawa. Bahasa ini dikenal mempunyai jumlah besar kata
serapan dari bahasa Sanskerta, terutama ditemukan dalam sastra Jawa. Ini karena sejarah
panjang pengaruh Hindu dan Buddha di Jawa.

Suku bangsa Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam
sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awal dasawarsa 1990-an, kurang lebih hanya
42% orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar
28% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan selebihnya hanya
menggunakan bahasa Jawa saja.

Pada abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-20, bahasa Jawa aktif ditulis menggunakan aksara
Jawa terutama dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Jawa sebelum fungsinya
berangsur-angsur tergantikan dengan huruf Latin. Aksara ini masih diajarkan di DI Yogyakarta,
Jawa Tengah, dan Jawa Timur sebagai bagian dari muatan lokal, namun dengan penerapan yang
terbatas dalam kehidupan sehari-hari.

Kesenian Daerah :

Suku Jawa memiliki tari tradisional yang sangat banyak. Seluruh bagian Jawa memiliki tarian
khas masing-masing, seperti sintren, bedaya, reog, jaipong, kuda lumping dan lain-lain. Setiap
tarian memiliki gerakan yang beraneka ragam baik yang lemah gemulai maupun gerakan yang
cepat.

Tari tradisional Jawa biasanya tidak terlepas dari unsur-unsur magic . Tarian ini dimainkan
ketika ada upacara adat atau kegiatan lain seperti penyambutan tamu penting. Tetapi dengan
perkembangan zaman sekarang, tari tradisional sering digelar untuk berbagai acara yang ada di
wilayah tersebut.
Rumah adat :

Arsitektur rumah adat jawa memiliki aturan hierarki yang dominan seperti yang tercermin pada
bentuk atap rumah. Masing-masing rumah adat jawa memiliki tata letak yang sama, tetapi
bentuk atap ditentukan oleh status sosial dan ekonomi dari pemilik rumah. Proses pembuatan
rumah adat jawa juga tidak sembarangan. Harus ada di-peteng (di perhitungkan) terlebih dahulu
sebelum membangun rumah.

Letak,arah ,bentuk kerangka, posisi pintu, ukuran dari bangunan harus diperhitungkan terlebih
dahulu. Dalam perkembangannya, bentuk rumah adat jawa dipengaruhi oleh kemajuan
zaman.Berdasarkan tinjauan terhadap perubahan atapnya, rumah adat jawa dibedakan menjadi
lima macam, yaitu bentuk rumah Panggangpe, Joglo, Limasan, Tajug dan Kampung.

Pakaian adat :

Berbicara tentang pakaian adat Jawa, hal pertama yang terlintas adalah kebaya. Kebaya adalah
jenis blus, tunik, atau atasan tradisional yang dikenakan khusus oleh kaum perempuan.

Biasanya dibuat dengan bahan tipis yang dipadukan dengan kain batik, sarung, atau songket.
Nama kebaya sendiri berasal dari Bahasa Arab, abaya yang memiliki arti pakaian.

Ada sumber yang menyebutkan bahwa kebaya dibawa dari Tiongkok dan mengalami akulturasi
budaya sesampainya di tanah Jawa. Pada masa itu, kebaya adalah salah satu simbol aristrokasi
perempuan bangsawan yang membedakan mereka dengan rakyat jelata.

Rafles menuliskan bahwa jenis kebaya berbahan sutra, brokat, atau beludru dengan bukaan yang
disatukan dengan bros di depan dada sudah ada pada 1817.

Seiring berjalannya waktu, kebaya tak pernah kehilangan peminat. Dapat dikatakan, kebaya
adalah saksi dari perkembangan Indonesia sejak zaman kerajaan-kerajaan Nusantara hingga
sekarang.

Anda mungkin juga menyukai