Anda di halaman 1dari 17

Adat Istiadat di Indonesia

Indonesia memiliki adat istiadat yang beragam karena penduduknya heterogen. Masyarakat
heterogen ini memiliki budaya, tradisi, dan kebiasaan yang berbeda di setiap daerah. Norma, nilai,
dan tradisi masyarakat Indonesia masih berlaku hingga kini. Adat istiadat adalah bagian dari
kekayaan budaya suatu daerah atau bangsa. Menurut KBBI, adat istiadat adalah tata kelakuan yang
kekal dan turun-temurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai warisan, sehingga kuat
integrasinya dengan pola perilaku masyarakat. Adat berasal dari bahasa Persia yang berarti
kebiasaan; cara; penggunaan; upacara; observasi. Sementara itu, istiadat berasal dari bahasa Arab
isti‘adah yang berarti permintaan kembali.
Adat istiadat adalah bagian berasal kekayaan budaya suatu wilayah atau bangsa. tata cara norma
adalah bentuk budaya yang mewakili adat, nilai, tradisi, serta kebiasaan beserta berasal suatu grup.
Umumnya, adat istiadat digunakan buat memandu sikap serta perilaku warga tertentu.
1. Bali
Pakaian adat
Payas Agung
Baju adat Bali yang lengkap dan terlihat mewah adalah Payas
Agung. Dahulunya, pakaian ini digunakan untuk kalangan
brahmana, ksatriya, dan waisya.
Baju ini sekarang digunakan oleh pengantin dalam upacara
pernikahan. Payas Agung menggambarkan keindahan, warnanya
juga cerah sehingga mencirikan kebahagiaan dan kegembiraan.

Pakaian Payas Madya


adalah pakaian adat tingkat menengah. Biasanya dipakai dalam
upacara potong gigi dan ngidih. Upacara potong gigi adalah
penyucian diri ketika sudah dewasa dan akan memasuki jenjang
pernikahan. Sedangkan ngidih yaitu ketika laki-laki meminang dan
datang ke rumah calon pasangan.

Payas Alit/Payas Nista


Payas alit atau payas nista adalah baju adat Bali yang paling
sederhana dan bisa dipakai sehari-hari, termasuk upacara adat
harian di pura. Yang dikenakan biasanya hanya menggunakan
kebaya dan songket. Laki-laki pun hanya menggunakan kemeja
putih dan dilengkapi dengan kamen serta udeng.
Tarian adat
Tari Pendet
Tari Pendet merupakan tarian tradisional
kreasi asal Bali yang sangat populer era
1970an hingga 1980an. Saat itu belum banyak
serbuan tari moderen dari luar.
Berdasarkan Encyclopedia.Jakarta-
Tourism.go.id, Tari Pendet merupakan tari
kreasi yang dikembangkan dari tarian ritual
'Pendet Dewa', yang diciptakan oleh I Wayan
Rindi dan Ni Ketut Reneng pada 1950.

Upacara adat
Upacara Ngerupuk
Upacara Ngerupuk dilaksanakan pada sehari sebelum
hari Nyepi. Dengan tujuan untuk mengusir Bhuta Kala
agar tidak mengganggu kehidupan manusia ketika
sedang melakukan brata penyepian. Upacara tersebut
dimulai dengan mengobori rumah, menyemburi rumah
dan pekarangannya dengan mesiu, dan memukul
benda sampai menimbulkan suara gaduh. Setelah
upacara tersebut selesai, ada pawai ogoh-ogoh yang diarak dengan obor mengelilingi kawasan
rumah warga.

Rumah Adat
Angkul-Angkul
Angkul-angkul ini menjadi bagian dari rumah adat
Bali yang menjadi pintu masuk rumah utama.
Fungsinya sendiri hampir sama dengan Gapura Candi
Bentar. Namun Angkul-angkul lebih berfungsi sebagai
pintu masuk. Adapun pembeda antara angkul-angkul
dengan Gapura Candi Bentar yaitu ada pada atap yang
menghubungkan kedua bangunan yang letaknya
sejajar.
Adat Istiadat Jawa Barat
Pakaian Adat

Pakaian Adat Pria Jawa Barat


Terdiri dari:
 baju jas dengan kerah yang menutup leher, biasa disebut dengan jas takwa
 Kain dodot dengan motif bebas
 Celana panjang dengan warna yang senada dengan jas takwa
 Keris yang diselipkan di belakang pinggang
 Alas kaki atau selop
 Jam rantai atau rantai kuku macan. Berfungsi sebagai hiasan
 Penutup kepala atau bendo.
Pakaian Adat Wanita Jawa Barat
 Baju kebaya yang memiliki motif polos, dengan hiasan sulam atau manik-manik
 Kain kebat dilepe
 Ikat pinggang atau beubeur. Berfungsi untuk mengencangkan kebat dilepe
 Selendang atau karembong. Berfungsi untuk hiasan atau pemanis
 Hiasan Kembang goyang di bagian atas kepala
 Bunga melati yang dirangkai untuk menghiasi sanggul
 Kalung
 Alas kaki atau selop yang selaras dengan warna kebaya.

Tarian Adat
Tari yang berasal dari Jawa Barat adalah salah
satunya tari Jaipong.
Tari Jaipong merupakan sebuah tarian
tradisional yang berasal dari daerah Karawang,
Jawa Barat. Tarian ini berkembang di era tahun
1960 an. Awalnya tari ini dikenal masyarakat
dengan nama Tari Banjet. Sebuah pertunjukan
kesenian tari yang ditampilkan dengan gerakan
tari dan diiringi alunan musik berupa instrumen
gamelan. Dulu tarian ini dijadikan sebagai
hiburan bagi masyarakat. Tarian jaipong adalah
sebuah inovasi yang dibuat oleh seorang seniman yang berasal dari daerah Karawang bernama H.
Suanda.
Upacara adat
Upacara Adat Ngaruwat Bumi

Upacara adat ngaruwat bumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu ngarawat. Makna kata ngarawat
adalah mengumpulkan atau memelihara. Upacara adat ngaruwat bumi sudah berjalan selama
ratusan tahun yang lalu. Tujuan upacara ngaruwat bumi adalah sebagai ucapan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa sebagai bentuk menolak bencana. Upacara ini juga sebagai bentuk
penghormatan pada para leluhur. Upacara adat ngaruwat bumi merupakan tradisi tahunan
masyarakat Jawa Barat. Biasanya, upacara dilakukan pada tanggal 4 sampai 5 September atau
upacara dilakukan selama dua hari. Baca juga: 5 Upacara Adat dari Maluku, dari Tradisi Sasi
hingga Obor Pattimura Ada sejumlah kegiatan yang dilakukan dalam upacara adat ngaruwat bumi,
yaitu dadahun, ngadiuken, meuncit munding, ngalawar, sholawatan, numbal, ngarak Dewi Sri,
nyawer Dewi Sri, dan pagelaran Wayang Golek.
Rumah Adat
Rumah Tagog Anjing – Garut

Rumah adat Jawa Barat yang pertama adalah rumah Togok Anjing yang berada pada daerah Garut.
Togok Anjing memiliki arti yakni seperti sikap anjing sedang duduk. Rumah adat Togok Anjing
memiliki dua bidang atap yang berbatasan pada garis batang.
Rumah adat ini memiliki desain bangunan yang sangatlah familiar dan umum ditemui saat ini.
Bentuknya menyerupai desain dari sebuah gazebo yang sering dijumpai pada daerah di Jawa Barat.
Karena desainnya yang sangat sederhana inilah menjadikan rumah Togok Anjing banyak digunakan
sebagai inspirasi orang dalam membangun rumah atau hunian.
Adat istiadat daerah Minangkabau, Sumatera Barat
Adat Minangkabau adalah peraturan dan undang-undang atau hukum adat yang berlaku dalam
kehidupan sosial masyarakat Minangkabau, terutama yang bertempat tinggal di Ranah
Minang atau Sumatera Barat. Dalam batas tertentu, Adat Minangkabau juga dipakai dan berlaku
bagi masyarakat Minang yang berada di perantauan di luar wilayah Minangkabau.
Adat adalah landasan bagi kekuasaan para Rajo atau Penghulu (pemimpin masyarakat adat), dan
dipakai dalam menjalankan kepemimpinan masyarakat adat sehari-hari. Semua peraturan hukum
dan perundang-undangan disebut Adat, dan landasannya adalah tradisi yang diwarisi secara turun-
temurun serta syariat Islam yang sudah dianut oleh masyarakat Minangkabau.
Adat Minangkabau diantaranya:
Pakaian Adat
1. Bundo Kanduang

Bundo Kanduang jika diartikan secara harfiah memiliki makna ibu kandung. Maka dari itu, pakaian adat
Bundo Kanduang kerap digunakan oleh perempuan yang sudah menikah. Orang Minangkabau memang
dikenal memiliki budaya matrilineal atau memandang hubungan kekerabatan dari garis ibu, sehingga posisi
perempuan terutama ibu diberikan penghargaan yang tinggi. Hal ini juga terlihat dari pakaian Bundo
Kanduang atau juga disebut Limpapeh Rumah Nan Gadang (penyangga rumah gadang).
2. Pakaian Adat Penghulu

Pakaian adat Penghulu yang juga disebut sebagai Baju Pemangku Adat adalah busana yang dikenakan oleh
pria Minangkabau. Pada zaman dahulu, hanya kepala suku yang boleh mengenakan pakaian adat Penghulu.
Baju adat ini tak bisa dipakai sembarang orang karena terdapat tata cara tertentu agar seorang pria dapat
mengenakannya. Kelengkapan pakaian adat Penghulu terdiri dari destar, sarawa, sesamping, sandang, keris,
dan tongkat. Ciri khas pakaian adat Penghulu adalah warna hitam sebagai lambang ketegasan dan
kepemimpinan. Namun saat ini, pakaian adat Penghulu telah dimodifikasi sehingga bisa digunakan dalam
berbagai acara resmi, seperti untuk mempelai pria ketika menikah.
3. . Pakaian Pengantin

Selain dua pakaian adat Sumatera Barat di atas ada juga pakaian yang digunakan dalam pernikahan baik oleh
pengantin pria atau wanita . Pakaian pengantin khas Sumatera Barat dikenal dengan kesan elegan dan mewah
dengan banyak corak emas. Salah satu aksesori khas dari pakaian pengantin minang adalah hiasan kepala
anak daro atau pengantin perempuan yang disebut suntiang. Suntiang adalah hiasan kepala pengantin
perempuan yang dirangkai bersusun dalam jumlah ganjil, terdiri dari bungo sarunai, bungo gadang, kembang
goyang, dan kote-kote. Biasanya dalam sebuah suntiang terdapat tujuh susunan yaitu lima lapis bungo
sarunai dan tiga lapis bungo gadang. Adapun hiasan paling atas disebut kembang goyang, sementara hiasan
yang jatuh di kanan dan kiri disebut kote-kote. Suntiang biasanya digunakan dalam pernikahan adat di
daerah Padang dan Pariaman. Suntiang dikenal sangat berat, yang menjadii lambang beban tanggung jawab
yang akan diemban seorang perempuan setelah menikah.
Rumah Adat Minang

Rumah Gadang mempunya tipe arsitektur yang serba inspiratif dan unik. Hunian ini sengaja
dibangun tinggi atau memiliki panggung yang berfungsi agar terhindar dari hewan liar.
Bentuk Rumah Gadang sendiri menyerupai bentuk kapal, yaitu kecil di bawah dan besar di bagian
atas nya. Bentuk atap nya melengkung ke atas seperti setengah lingkaran, dan berasal dari daun
Rumbio (nipah). Biasanya Rumah Gadang digunakan sebagai tempat musyawarah.
Upacara adat

1. Tabuik Upacara adat tabuik merupakan salah satu tradisi masyarakat Minang dalam rangka
memperingati wafatnya cucu Rasulullah yang ebrnama Hassan dan Hussein. Prosesi upacara tabuik
dilaksanakan selama satu minggu. Puncak perayaan tradisi ini dinamakan Hoyak Tabuik yang
dilaksanakan setiap 10 Muharram di Pariaman.
Tabuik

2. Batagak Rumah Upacara adat Minangkabau selanjutnya adalah batagak ruamh. Upacara adat ini
dilaksanakan ketika ada seseorang yang mendirikan rumah gadang. Terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam upacara adat batagak rumah diantaranya adalah mufakat awal, maleo
kayu, mancatak tiang tuo, batagak tiang, manaiakkan kudo-kudo, serta manaiak-I rumah.
3. Upacara Turun Mandi Upacara adat turun mandi merupakan tradisi yang dilaksanakan dalam
perayaan rasa syukur kepada Sang pencipta atas lahirnya seorang bayi. Tujuan diadakannya tradisi
ini adalah untuk memperkenalkan keturunan baru dari satu keluarga ke masyarakat atau kelompok
tertentu. Pada umumnya, upacara turun mandi dilaksaknakan ketika bayi menginjak usia tiga bulan.

Tarian adat

1. Tari Piring
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Tari Piring merupakan salah satu jenis kebudayaan
yang sangat terkenal dari Ranah Minang. Tepatnya berasal dari Kota Solok, Sumatera Barat.
Tak hanya gerakannya yang elok, namun filosofi di baliknya juga cukup menarik. Tarian yang
sudah ada sejak abad ke-12 ini awalnya digunakan untuk menyembah dewa-dewa seperti Dewa
Padi. Seiring berjalannya waktu, tarian ini sekarang digunakan untuk hiburan.
Seperti namanya, tarian ini memanfaatkan piring sebagai salah satu atributnya. Biasanya, jumlah
penarinya ganjil, mulai dari 3, 5, sampai dengan tujuh orang.
Adat Jawa Barat
1. Pakaian Adat

Pakaian Adat Pria Jawa Barat


 baju jas dengan kerah yang menutup leher, biasa disebut dengan jas takwa
 Kain dodot dengan motif bebas
 Celana panjang dengan warna yang senada dengan jas takwa
 Keris yang diselipkan di belakang pinggang
 Alas kaki atau selop
 Jam rantai atau rantai kuku macan. Berfungsi sebagai hiasan
 Penutup kepala atau bendo.
Pakaian Adat Wanita Jawa Barat
 Baju kebaya yang memiliki motif polos, dengan hiasan sulam atau manik-manik
 Kain kebat dilepe
 Ikat pinggang atau beubeur. Berfungsi untuk mengencangkan kebat dilepe
 Selendang atau karembong. Berfungsi untuk hiasan atau pemanis
 Hiasan Kembang goyang di bagian atas kepala
 Bunga melati yang dirangkai untuk menghiasi sanggul
 Kalung
 Alas kaki atau selop yang selaras dengan warna kebaya.
2. Tarian Adat

Tari Topeng adalah salah satu tarian di wilayah Kesultanan Cirebon yang dalam sebutan sekarang
berarti mencakup Cirebon, Indramayu, Subang, Jatibarang, Losari, Majalengka, dan Brebes. Saat
pementasan, penari topeng biasanya disebut dalang karena mereka memainkan karakter dengan
topeng-topeng itu. Tarian Topeng ini beragam dan mengalami perkembangan dalam beberapa
gerakan ataupun cerita yang ingin disampaikan.
3. Upacara adat

Upacara Adat Nenjrag Bumi Upacara Adat nenjrag bumi banyak ditemukan pada masyarakat di
Bandung. Tujuan upacara adat nenjrag bumi adalah supaya bayi tidak mudah kaget dan ketakutan.
Cara pelaksanaan upacara adat nenjrag bumi adalah dengan meletakkan bayi di atas lantai dengan
bahan bambu terbelah. Kemudian, lantai bambu itu diinjak sebanyak tujuh kali. Injakan tersebut
sebagai alat terapi untuk bayi agar tidak mudah ketakutan dan kaget. Sehingga saat dewasa nanti,
bayi akan menjadi sosok pemberani dan tidak mudah takut.
4. Rumah Adat
Imah Julang Ngapak – Tasikmalaya

Tasikmalaya dikenal sebagai salah satu daerah yang kaya akan kuliner lezat. Tidak hanya itu saja,
ternyata ada sebuah rumah adat yang berasal dari Tasikmalaya yakni Imah Julang Ngapak. Kata
Julang Ngapak sendiri memiliki arti burung yang sedang mengepakkan sayap.
Rumah adat Julang Ngapak ini memiliki bentukan atap yang melebar pada setiap sisinya. Pada
bagian atas dari rumah ini menyerupai huruf V dan ketika dilihat akan menyerupai sebuah burung
yang sedang mengepakkan sayapnya.
Untuk bisa masuk ke dalam rumah adat ini disediakan sebuah tangga yang disebut
sebagai golodog yang terbuat dari bambu atau kayu dan umumnya hanya memiliki tiga buah anak
tangga saja. Golodog tersebut juga biasanya digunakan sebagai tempat untuk membersihkan kaki
sebelum tamu atau keluarga masuk ke dalam rumah.
Adat suku Aceh
Kebudayaan Aceh adalah warisan budaya yang kaya dan kompleks yang telah ada sejak zaman
nusantara. Karena letaknya yang strategis dan menjadi jalur perdagangan, banyak budaya dari pedagang
yang singgah ikut memberikan pengaruh pada kebudayaan Aceh, antara lain budaya Arab,
India/Gujarat, dan sebagian kecil budaya tionghoa. Pengaruh ini terlihat sebagian besar pada rempah
yang digunakan dalam masakan, bentuk masakan, hingga pakaian adat. Budaya Aceh sangat terkenal
karena kekayaan keseniannya. Seni Aceh terutama ditunjukkan dalam bentuk seni pertunjukan dan seni
rupa. Seni pertunjukan Aceh antara lain tarian, musik, dan teater, yang biasanya disajikan dalam acara-
acara adat, perayaan keagamaan, dan perayaan kebudayaan. Beberapa tarian khas Aceh antara lain Tari
Saman, Tari Ratoh Duek, dan Tari Seudati. Tarian-tarian ini biasanya dilakukan dalam rangkaian
upacara adat, pernikahan, dan acara keagamaan. Selain itu, musik tradisional Aceh juga sangat terkenal.
Bentuk musik khas Aceh adalah lagu yang biasanya dinyanyikan oleh seorang penyanyi dengan diiringi
oleh alat musik tradisional seperti rebab, serune kalee, dan gendang.

1. Pakaian Adat

Pakaian Linto Baro yang digunakan oleh pria terdiri dari beberapa elemen, yakni baju, celana,
senjata tradisional, penutup kepala, dan hiasan-hiasan lain. Pakaian ini digunakan oleh para pria
Aceh dalam acara pernikahan, Meugang, Peusijuk, Tung Dara Baro (Ngunduh Mantu), acara adat,
dan peringatan hari-hari besar.
2. Rumah Adat
Masyarakat suku Aceh menyebut rumah adat mereka dengan nama Rumoh Aceh. Layaknya rumah
adat suku-suku di Pulau Sumatera, Rumoh Aceh juga merupakan rumah panggung yang memiliki
tiga bagian. Panggung pada Rumoh Aceh tergolong tinggi, yaitu sekitar 2,5 hingga 3 meter. Setiap
rumah ini selalu terdapat rambat atau ruang utama. Adapun ruang-ruang yang lain umumnya
tergantung pada kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Nantinya jumlah ruangan akan
mempengaruhi panjang rumah dan tiang yang menyangganya. Seperti rumoh yang memiliki tiga
ruang misalnya, ia harus disangga oleh setidaknya 16 tiang. Sementara lima ruang, akan disangga
24 tiang.
3. Upacara Adat
Ada pula tradisi upacara adat yang masih berlangsung hingga kini, di antaranya Upacara Peusijuek,
Meugang, Kenduri Beureuat, Ritual Sawah Suku Kluet, Upacara Reuhab, Upacara Uroe Tulak
Bala, hingga Kenduri Pang Ulee. Semua upacara tersebut memiliki keunikan dan tujuannya sendiri.
Upacara Reuhab
Merupakan upacara adat kematian yang kental
akan budaya dari masyarakat Alue Tuho di
Nagan Raya, Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD). Tradisi Reuhab dapat diartikan
sebagai sebuah kamar sakral yang ditinggali
ketika ada seseorang yang meninggal dunia.
Selain dianggap sebagai sebuah kamar yang
sakral bagi orang yang telah meninggal,
Reuhab juga dapat diartikan sebagai barang
yang ditinggalkan oleh orang yang telah meninggal dunia. Pada umumnya, barang-barang yang
ditinggalkan dapat berupa pakaian terakhir yang dikenakan oleh orang meninggal, kemudian
disimpan dalam kamar Reuhab yang telah disakralkan selama 40 hari.
4. Tarian Adat

Nama tari Ratéb Meuseukat berasal dari bahasa


Arab, yaitu ratéb asal kata ratib (artinya ibadat)
dan meuseukat asal kata sakat (artinya diam).
Gerak dan gaya tarian ini diciptakan oleh Wan
Rakibah, anak perempuan dari ulama besar Al
Qutb Wujud Habib Abdurrahim bin Sayid Abdul
Qadir Al-Qadiri Al-Jailani yang dikenal dengan
Habib Seunagan.(Nagan Raya),
sedangkan ratéb-nya (syair) diciptakan oleh
Teungku Chik di Kala, seorang ulama di Seunagan, yang hidup pada abad ke-XIX.
Adat Daerah Batak
Suku Batak merupakan suku bangsa terbesar ketiga di Indonesia yang berasal dari Sumatera Utara.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik pada 2010, populasi Suku Batak di Indonesia mencapai
8.466.969 juta jiwa. Angka tersebut sama dengan 3,58 persen dari keseluruhan penduduk di
Indonesia kala itu. Di Sumatera Utara, Suku Batak mendiami beberapa kabupaten, seperti
Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, dan Asahan.
1. Rumah Adat
Rumah adat bolon

Rumah Adat Suku Batak yang pertama adalah rumah adat Bolon. Rumah ini memiliki
ukuran yang cukup besar. Uniknya, jumlah rumah adat Bolon ini terbilang sedikit. Pada
satu kampung atau huta (dalam bahasa Batak) rumah adat Bolon hanya berjumlah satu
buah saja. Hal ini disebabkan biaya untuk pembangunan rumah ini sangat mahal.
2. Pakaian Adat

Pakaian adat Sumatera Utara didominasi oleh pakaian adat suku Batak, disebut
sebagai ulos. Ini karena mayoritas penduduk di provinsi ibu kota Medan berasal dari
suku Batak.
3. Tarian Adat
Tarian-tarian Batak umumnya melambangkan hubungan manusia dengan alam, Tuhan, dan
sesamanya.
Setiap gerakan dan irama memiliki makna mendalam yang mencerminkan filosofi hidup
masyarakat Batak.
Salah satu tarian daerah Suku Batak yang paling sering dikenal ialah Tari Tor-tor.

Tarian Tor-tor merupakan berasal dari hentakan kaki penarinya di atas alas papan
rumah adat Suku Batak. Di era kolonial Belanda, tarian Tor-tor merupakan bentuk
hiburan kepada raja-raja sekaligus menyiratkan patriotisme perlawanan terhadap
penjajah. Tari Tor-tor biasa dimainkan di berbagai acara atau upacara
adat masyarakat Suku Batak, salah satunya adalah pernikahan.
Uniknya, dalam tari Tor-tor, tidak ada penari khusus. Semua orang bisa bergabung
dan menjadi penortor (penari). Tujuannya adalah agar melibatkan partisipasi siapa
saja yang datang dan memeriahkan suasana.
4. Upacara Adat

Sipaha Lima adalah salah satu ritual atau upacara suci dalam tradisi masyarakat suku Batak
di Sumatera Utara, khususnya bagi mereka yang menganut kepercayaan Malim (Permalim).
Tradisi Sipaha Lima ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas apa yang mereka
dapatkan kepada sang pencipta.
Adat Suku Sunda
Suku Sunda berasal dari bagian barat Pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan
yang mencakup sebagian besar wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta dan
sebagian wilayah barat Jawa Tengah. Populasi Suku Sunda secara signifikan juga dapat ditemukan
di wilayah provinsi lain di Indonesia, dan di luar negeri seperti di Taiwan, Arab Saudi, Malaysia,
Singapura, Eropa, Jepang, Korea Selatan, Hongkong (Tiongkok) dan negara-negara lainnya sebagai
tempat bagi para diaspora Sunda. Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasa dan
budayanya. Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, riang, dan bersahaja.
1. Rumah Adat
Capit Gunting

Jenis rumah adat Sunda pertama dan merupakan yang tertua dari rumah adat Sunda lainnya
adalah rumah adat Capit Gunting. Bangunan ini telah ada sejak ratusan tahun dan dapat
ditemukan di daerah Tasikmalaya.
Rumah ini diberi nama Capit Gunting karena bagian atap rumah adat ini atau dikenal dengan
undagi memiliki bentuk seperti huruf ‘X’ atau gunting.
Atap bangunan rumah adat Capit Gunting pun terbilang cukup tinggi. Umumnya, atap
rumah ini terbuat dari dedaunan kering untuk menjaga suhu ruangan tetap sejuk.

2. Pakaian Adat
Mojang Jajaka
Mojang dalam bahasa Sunda memiliki arti gading, sedangkan jajaka berarti laki-laki yang
belum menikah. Pakaian adat Mojang Jajaka memiliki desain seperti pasangan karena
menggunakan warna yang senada.
Pakaian mojang jajaka pada laki-laki biasanya menggunakan jas dan celana berwarna
senada dengan aksesoris topi. Untuk perempuan, biasanya menggunakan kebaya berwarna
senada dengan yang digunakan laki-laki dan bawahan yang bermotif batik.
3. Tarian Adat
Tari Ketuk Tilu

Tari Ketuk Tilu merupakan salah satu tari tradisional asal Jawa Barat yang banyak
dipentaskan dalam berbagai acara, seperti pernikahan, hiburan penutup acara, dan sebagainya.
Tari Ketuk Tilu awalnya merupakan tarian untuk upacara adat menyambut musim panen.
Tarian ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada dewi padi dalam kepercayaan
masyarakat Sunda, yaitu Dewi Sriwedari. Di masa lampau, Tari Ketuk Tilu dipentaskan pada
malam hari. Seorang gadis akan diarak ke tempat yang luas dengan diiringi bunyi-bunyian
dari alat musik tradisional. Namun saat ini Tari Ketuk Tilu sudah menjadi hiburan masyarakat
luas. Adapun Ketuk Tilu sendiri diambil dari alat musik pengiring yang mengeluarkan tiga
suara, yaitu rebab, kendang, dan kulanter.
4. Upacara Adat
Upacara Memelihara Tembuni

Upacara adat yang pertama ialah dengan merawat tembuni atau usai persalinan agar bayi selamat
serta berbahagia. Tembuni sendiri berarti plasenta bayi atau biasa juga disebut dengan ari-ari.
Menurut kepercayaan masyarakat Sunda, tembuni merupakan saudara bayi sehingga tak boleh
dibuang secara sembarangan dan harus dilakukan melalui ritual khusus saat mengubur atau Ketika
menghanyutkannya.
Bersamaan dengan kelahiran bayi, tembuni kemudian dibersihkan serta diletakan ke dalam pendil
atau kendi untuk kemudian diberi bumbu-bumbu yakni garam, asam, serta gula merah. Terakhir,
pendil ditutup dengan kain putih serta diberi bambu kecil agar kemudian tetap menerima udara.
Paraji (dukun bersalin) kemudian akan menggendong serta memayungi pendil hingga dikuburkan di
area halaman rumah atau dihanyutkan ke sungai secara adat. Upacara penguburan tembuni ini
sendiri disertai pembacaan doa untuk memohon keselamatan.
Di dekat kuburan tembuni akan diberikan pelita atau penerang yang terus menyala hingga tali pusat
bayi lepas dari area perutnya

Anda mungkin juga menyukai