DI SUSUN OLEH:
MUHAMMAD ASLAMIN RAJAB AL ISHAK
LAODE MUHAMMAD FIDEL ATHTHAR
HIKMAWATI
LAODE MUHAMMAD FARHAN
Puji syukur penulis ucapakan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Narkoba dan Pencegahannya” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas pelajaran PJOK. Saya ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan saya juga
menyadari akan pentingnya sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah banyak memberi
petunjuk dan semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyususan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Saya menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Azmi
Daftar Isi
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan.........................................................................................................................2
BAB II Pembahasan.........................................................................................................................7
3.1. Kesimpualan...........................................................................................................................21
3.2. Saran.......................................................................................................................................21
Daftar Pustaka...............................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu hal yang sejak dulu menjadi permasalahan dalam masyarakat dan
membutuhkan perhatian khusus adalah penyalahgunaan obat-obatan. Pada awalnya
penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang terbatas pada dunia kedokteran
namun belakangan terjadi penyimpangan fungsi dan penggunaannya tidak lagi
terbatas pada dunia kedokteran (Budiarta 2000). Penggunaan berbagai macam jenis
obat dan zat adiktif atau yang biasa disebut narkoba dewasa ini cukup meningkat
terutama di kalangan generasi muda. Morfin dan obat-obat sejenis yang semula
dipergunakan sebagai obat penawar rasa sakit, sejak lama sudah mulai
disalahgunakan. Orang-orang sehat pun tidak sedikit yang mengkonsumsi obat-
obatan ini. Maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan
terlarang diakui banyak kalangan menjadi ancaman yang berbahaya bagi bangsa
Indonesia.
Sianipar (2004) mengatakan bahwa berdasarkan survey nasional penyalahgunaan
narkoba yang dilaksanakan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) terhadap 13.710
responden yang terdiri dari pelajar SLTP, SLTA dan mahasiswa pada tahun 2003
diperoleh data bahwa dalam setahun terakhir terdapat 3,9% responden yang
menyalahgunakan narkoba. Penelitian tersebut juga menunjukan semakin dininya
usia penyalahgunaan narkoba, dengan usia termuda adalah 7 tahun. Ditambah pula
oleh Sianipar bahwa jenis narkoba yang sering digunakan adalah inhalan, sementara
itu pada usia 8 tahun ada yang sudah menggunakan ganja dan pada usia 10 tahun
telah menggunakan narkoba dengan jenis yang bervariasi, yaitu pil penenang, ganja
dan-morphin.
1
penolakan oleh lingkungan seperti adanya perasaan minder, latar belakang dari
keluarga yang berantakan, patah hati, atau hal-hal lain. Penyebab lain adalah sebagai
tindakan untuk mengurangi stres dan depresi, sekedar mencoba untuk mendapatkan
perasaan nyaman dan menyenangkan, sebagai tindakan agar diterima dalam
lingkungan tertentu dan adanya rasa gengsi atau sebagai tindakan untuk lari dari
realita-kehidupan.
2
Pemakaian dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan yang tidak sesuai
aturan, dapat menimbulkan beberapa dampak negatif baik bagi pemakai itu sendiri
maupun bagi lingkungan di sekitar pemakai. Menurut Wartono, dkk (1999), dampak
yang ditimbulkan antara lain dapat berupa gangguan konsentrasi dan penurunan daya
ingat bagi pemakai, sedangkan dampak sosialnya dapat menimbulkan kerusuhan di
lingkungan keluarga yang menyebabkan hubungan pemakai dengan orangtua menjadi
renggang, serta menimbulkan perilaku yang tidak diinginkan seperti pencurian atau
penodongan.
Disamping itu, penggunaan narkotika yang terlalu banyak atau overdosis akan
dapat menyebabkan kematian karena dosis yang digunakan makin lama makin
bertambah banyak sedangkan daya tahan tubuh makin lama makin berkurang.
Dikarenakan banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan
narkoba secara bebas dan tidak sesuai aturan, maka diperlukan perhatian khusus
untuk menanggulangi masalah ini. Banyak cara dilakukan untuk menanggulangi
masalah ini baik secara preventif maupun represif. Menurut Budiarta (2000), upaya
preventif merupakan pencegahan yang dilakukan agar seseorang jangan sampai
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan narkoba. Sedangkan
upaya represif artinya usaha penanggulangan dan pemulihan pengguna narkoba yang
mengalami ketergantungan. Budiarta menambahkan bahwa usaha-usaha represif
dapat dilakukan dengan mendirikan panti-panti rehabilitasi maupun Rumah Sakit
Ketergantungan Obat. Di dalam RSKO atau panti Rehabilitasi itulah nantinya
dilaksanakan program-program pemulihan bagi pengguna narkoba.
Menurut Wresniwiro (1999), rehabilitasi merupakan usaha untuk menolong, merawat
dan merehabilitasi korban penyalahgunaan obat terlarang, sehingga diharapkan para
korban dapat kembali ke dalam lingkungan masyarakat atau dapat bekerja serta
belajardenganlayak.
3
Di dalam proses pemulihan, disamping faktor-faktor dari luar seperti mengikuti
program-program pemulihan di panti rehabilitasi, ada faktor lain yang tampaknya
juga penting, yaitu faktor dari dalam. Salah satu faktor yang berasal dari dalam adalah
adanya keinginan individu untuk berhenti menggunakan narkoba serta memiliki
keyakinan bahwa dirinya akan mampu melepaskan diri dari pengaruh narkoba
tersebut.
Dalam mengatasi situasi kehidupan yang sulit. Disamping itu Kaplan, dkk (1993)
menyebutkan self-efficacy ini sebagai sebuah konsep yang bermanfaat untuk
memahami dan memprediksi tingkah laku.
4
1.2 . Identifikasi masalah
Dari latar belakang yang sudah disebutkan di atas, serta belum adanya data
penelitian tentang narkoba dan pencegahannya. Maka diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai hal tersebut.
Batasan masalah yang didasarkan pada latar belakang adalah sebagai berikut :
5
8. Apa saja bahaya narkoba?
9. Apa saja dampak yang ditimbulkan?
10. Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan?
11. Apa saja penyelesaian atau solusi yang dapat dilakukan?
6
BAB II
PEMBAHASAN
Narkotika adalah bahan atau zat yang dapat memengaruhi kondisi kejiwaan
psikologi seseorang, serta dapat menimblkan ketergantungan secara fisik dan
psikologi.
Menurut UU RI No. 35/2009, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
b. Pengertian Psikotropika
Menurut UU RI No. 35/2009, Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
7
Myanmar dan Laos (The Golden Triangle) maupun di Pakistan dan Afganistan.
Selain istilah Narkoba juga dikenal istilah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan
Zat adiktif lainnya. Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang
umumnya mempunyai risiko kecanduan.
Bentuk narkoba yang sering digunakan oleh mereka (pecandu narkoba) antara
lain ialah berbentuk cair, serbuk, pil, atau dengan cara memasukan kedalam tubuhnya
dengan cara menyuntikan di salah satu bagian tubuhnya.
1. Narkotika
a. Golongan I
Heroin
Heroin ini merupakan turunan morfin yang sudah mengalami proses kimiawi.
Pada mulanya heroin ini digunakan untuk pengobatan ketergantungan morfin,
tetapi kemudian terbukti bahwa kecanduan heroin justru lebih hebat. Morfin
atau heroin disebut juga putaw. Bentuknya seperti serbuk putih tidak berbau.
Kokain
Efek dari penggunaan kokain dapat meyebabkan paranoid, halusinasi serta
berkurang rasa percaya diri. Pemakaian obat ini akan merusak syaraf di otak.
8
Selain memperburuk sistem pernafasan, penggunaan yang berlebihan sangat
membahayakan dan bisa membawa kematian. Kokain yang turunannya putaw
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Ganja
Ganja yang dikenal juga dengan nama cannabis sativa pada mulanya banyak
digunakan sebagai obat relaksan untuk mengatasi intoksikasi (keracunan
ringan). Bahan yang digunakan dapat berupa daun, batang dan biji, namun
kemudian disalahgunakan pemakaiannya. Ganja dapat membuat ketagihan
secara mental dan berfikir menjadi lamban dan pecandunya nampak bodoh
karena zat tersebut dapat mempengaruhi konsentrasi dan ingatan serta
kemampuan berfikir menjadi menurun.
b. Golongan II
Morfin
Morfin merupakan turunan opium yang dibuat dari hasil pencampuran getah
poppy (papaver somary ferum) dengan bahan kimia lain, sifatnya jadi semi
sintetik. Morfin merupakan zat aktif dari opium. Di dalam dunia kedokteran,
zat ini diguanakan untuk mengurangi rasa sakit pada waktu dilakukan
pembedahan atau operasi.
c. Golongan III
Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalma terapi dan
atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah :
9
Kodein
Kodein adalah sejenis obat yang digunakan untuk mengobati nyeri sedang
hingga berat. Efek sampingnya dapat mengecam jiwa, seperti halnya senyawa
opiat lainnya adalah depresi saluran pernapasan.
2. Psikotropika
a. Golongan I
Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contohnya adalah :
Ekstasi
Dari sekian banyak jenis narkoba yang beredar maka ekstasi mungil inilah
yang paling banyak dikonsumsi di dalam negeri. Selain dari bahan bakunya
mudah di dapat, harga jualnya pun bervariasi. Mulai dari harga golongan
“high class eksekutif”selebritis, diatas Rp.100.000 hingga harga banting di
warung kafe Rp.10.000/butir
b. Golongan II
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan
atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Contohnya adalah :
Amphetamine
Memiliki nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz. Bentuknya ada yang
berbentuk bubuk warna putih dan keabuan, dan ada juga yang berbentuk
10
tablet. Cara penggunaan denga cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet
diminum dengan air.
c. Golongan III
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan
atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Contohnya adalah :
Phenobarbital
Phenobarbital merupakan antikonvulsan turunan babiturat yang efektif dalam
mengatasi epilepsi. Phenobarbital menekan korteks sensor, menurunkan
aktivitas motorik, menyebabkan kantuk, efek sedasi, dan hipnotik.
d. Golongan IV
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan
atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Contohnya adalah : Diazepam
Zat adiktif lainnya adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif di luar
narkotika dan psikotropika, meliputi :
11
1. Golongan A dengan kadar alkohol 1-5% (Bir)
2. Golongan B dengan kadar etanol 5-20% (Berbagai minuman anggur)
3. Golongan C dengan kadar etanol 20-45% (Whisky, Vodca, Manson House,
Johny Walker)
b. Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa
senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,
kantor, dan sebagaipelumas mesin. Beberapa yang sering disalahgunakan adalah
lem, tiner, penghapus cat kuku, dan bensin.
c. Tembakau. Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat. Rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan
NAPZA
12
Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis terakhir.
Biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinu atau
pemberian antagonis narkotik.
Sindroma putus obat mencapai puncak intensitasnya selama hari kedua atau ketiga
dan menghilang selama 7 sampai 10 hari setelahnya. Tetapi beberapa gejala mungkin
menetap selama enam bulan atau lebih lama.
Gejala Putus Obat ketergantungan:
Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea lakrimasipiloereksi,
menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia disregulasi temperatur,
termasuk pipotermia dan hipertermia. Seseorang yang ketergantungan opioid jarang
meninggal akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar
yang parah, seperti penyakit jantung.
Gejala residual seperti insomnia, bradikardia (detak jantung melemah, biasanya
akibat demam tinggi), disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap
selama sebulan setelah putus zat. Selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal
morfin atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala pengguna putus opioid
adalah gelisah, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah.
Efek yang ditimbulkan:
Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan perhatian,
belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan maslah. Menghisap rokok
meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan perasaan depresif.
Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah serebral tanpa
mengubah metabolisme oksigen serebtral.
Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran darah serebral.
Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak sebagai relaksan
otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin. Nikotin adalah zat
kimia yang sangat toksik. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena
paralisis (kegagalan) pernafasan.
13
2.1.7. Faktor yang Mendorong
a. Menurut efeknya
Halusinogen, efek dari narkoba ini bila dikonsumsi dalam sekian dosis
tertentu, dapat mengakibatkan seseorang menjadi berhalusinasi dengan melihat suatu
hal/benda yang sebenarnya tidak ada/ tidak nyata. Contohnya kokain & LSD
Stimulan, efek dari narkoba ini bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti
jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan
14
seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu, dan cenderung membuat seorang
pengguna lebih senang dan gembira untuk sementara waktu.
Depresan, efek dari narkoba ini bisa menekan sistem syaraf pusat dan
mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan bisa
membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw.
Adiktif, seseorang yang sudah mengonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan
ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung
bersifat pasif, karena secara tidak langsung narkoba memutuskan syaraf-syaraf dalam
otak. Contohnya ganja, heroin, putaw
b. Menurut Jenisnya
Opioid:
Depresi berat
Apatis
Rasa lelah berlebihan
Malas bergerak
Banyak tidur
Gugup
Gelisah
Selalu merasa curiga
Denyut jantung bertambah cepat
Rasa gembira berlebihan
Banyak bicara namum cadel
Rasa harga diri meningkat
Kejang-kejang
15
Pupil mata mengecil
Tekanan darah meningkat
Berkeringat dingin
Mual hingga muntah
Luka pada sekat rongga hidung
Kehilangan nafsu makan
Turunnya berat badan
Kokain :
Ganja :
Mata sembab
16
Kantung mata terlihat bengkak, merah, dan berair
Sering melamun
Pendengaran terganggu
Selalu tertawa
Terkadang cepat marah
Tadak bergairah
Gelisah
Dehidrasi
Tulang gigi keropos
Liver
Saraf otak dan saraf mata rusak
Skizofrenia
Ectasy :
Shabu-shabu :
Enerjik
17
Paranoid
Sulit tidur
Sulit berfikir
Kerusakan saraf otak, terutama saraf pengendali pernafasan hingga measa
sesak nafas
Banyak bicara
Denyut jantung bertambah cepat
Pendarahan otak
Shock pada pembuluh darah jantung yang akan berujung pada kematian
Benzodiazepin :
Berjalan sempoyongan
Wajah kemerahan
Banyak bicara tapi cadel
Mudah marah
Konsentrasi terganggu
Kerusakan organ-organ tubuh terutama otak
a. Remaja
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan natar masa nak-anak dan
masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam mas aanak-anka dan remaja akan
membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila
masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau hancurlah msa
depannya.
18
Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan
gaya hidup, setta bersenang-senang. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar
saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan
narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang paling banyak
adalah kelompok usia remja.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para
remaja tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti
dari pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan
kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan
merebaknya HIV/AIDS.
b. Pelajar
19
Tidak memedulikan kesehatan diri
Selalu mencuri untuk membeli narkoba
20
a. Upaya terhadap sekolah
Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat
penyalahguaan NAPZA
Melibatkan siswa dalam perencanaan, pencegahan, dan penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA di sekolah
Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan keterampilan yang
positif
Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa (ekstrakulikuler)
Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling
Penerapan kehidupan bergama dalam kehidupan sehari-hari
b. Upaya mencegah peredaran NAPZA di sekolah
Razia dengan cara sidak
Melarang orang yangtidak berkepentingan untuk tidak masuk ke lingkungan
sekolah
Melarang siswa keluar sekolah pada jam pelajaran tanpa izin guru
Membina kerja sama yang baik dengan berbagai pihak
Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan pulang
sekolah
c. Upaya membina lingkungan sekolah
Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan membina
hubungan yang harmonis antara pendidik dan peserta didik
Mengupayakan kehadian guru secara teratur di sekolah
Sikap keteladanan guru amat penting
21
2.1.11. Penyelesaian atau Solusi
1. Primer
Sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan,
penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui
keluarga, dll. Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak
berperan pada tahap intervensi ini. Kegiatan dilakukan seputar pemberian
informasi melalui berbagai bentuk materi KIE yang diajukan kepada remaja
langsung dan keluarganya
2. Sekunder
Pada saat peggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan
(treatment). Fase ini meliputi: fase penerimaan awal (initialintake) antara 1-3
hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan fase detoksifikasi
dan terapi komplikasi medik, antara 1-3 minggu untuk melakukan
pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
3. Tersier
Yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dan dalam
proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas fase stabilisais, antara 3-
12 bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan fase
sosialisasi dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu
mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini
22
biasanya berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-kelompok
dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dll.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
24