Sensasi Indera Laporan Praktikum PDF Free
Sensasi Indera Laporan Praktikum PDF Free
Laporan Praktikum
Oleh
Kelompok 3
1. Andita Miftakhul Ilmi 170341615003
2. Azizah Nur Rochmah 170341615045
3. Firdha Ilman Nafi’a 170341615048
4. Nira Yulika Rahmaulana 170341615007
5. Nurul Alfi’ah 170341615070
6. Putri Wahyuni A N 170341615018
Pendidikan Biologi/ Offering C 2017
Berdasarkan fungsinya sel saraf yang membawa implus dari reseptor disebut
sel saraf sensori; yang membawa implus ke efektor disebut sel saraf motoric; dan sel saraf
yang menghubungkan sel saraf sensori dan sel saraf motor disebut sel saraf
interneuron.Semua reseptor sensori berisi dendrit dari neuron sensori, menampilkan
derajad eksitabilitas tinggi, dan memiliki stimulus threshold rendah. Sebagian besar
implus sensori dihantarkan menuju area sensori dari korteks serebral, disinilah suatu
stimulus menghasilkan sensasi. Kita melihat, mendengar, mencium bau adalah akibat
korteks serebral yang menerjemahkan implus sensori yang dirangsang. Berdasar
seederhana atau kompleksnya reseptor dan jalur saraf, reseptor sensori
dikelompokkan menjadi: 1. Indera umum yang meliputi reseptor dan jalur saraf
sederhana; sensasi taktil (sentuhan, tekanan, vibrasi), sensasi termoreseptif (panas
dan dingin), sensasi sakit, sensasi proprioseptif (kesadaran atau aktifitas otot, tendon,
sendi keseimbangan); 2. Indera khusus yang meliputi sensasi olfaktori (pembau),
sensasi gustatory (pengecap), sensasi visual (penglihatan), sensasi auditori
(pendengaran), sensasi equilibrium (orientasi tubuh).Suatu refleks adalah setiap respon
yang terjadi secara otomatis tanpa disadari terhadap perubahan lingkungan internal
maupun lingkungan eksternal. Terdapat dua macam refleks: 1. Refleks sederhana
atau refleks dasar yang menyatu tanpa dipelajari, misalnya refleks menutup mata bila ada
benda yang menuju ke mata, 2. Refleks yang dipelajari, atau refleks yang
dikondisikan(conditioned reflex), yang dihasilkan dari belajar. Rangkaian jalur saraf
yang terlibat dalam aktivitas refleks disebut lengkung refleks, yang terdiri atas 5
komponen dasar: 1. Reseptor, 2. Saraf aferen, 3. Pusat saraf (otak atau sumsum tulang
belakang), 4. Saraf aferen, 5. Efektor (Soewolo; 1999: 262).
Sebagian besar refleks merupakan refleks yang rumit, melibatkan beberapa neuron
penghubung antara neuron sensorik dan neuron motoric (refleks polisinap) sebagai
contohnya refleks menarik tangan yang kena benda panas (withdrawal reflex). Hanya
ada satu refleks yang lebih sederhana daripada withdrawal reflex, yaitu refleks
regangan (stretch reflex). Refleks sederhana hanya melibatkan dua neuron, tanpa neuron
penghubung (refleks monosinap), misalnya refleks patella. Karena penundaan atau
penghambatan refleks dapat terjadi pada sinap-sinap, maka makin banyak sinap yang
terlibat pada lengkung refleks makin banyak pula waktu yang diperlukan untuk menghasil
kan suatu refleks. Berdasarkan atas system pengendaliannya, refleks digolongkan atas
refleks somatic (yang dikendalikan oleh system saraf somatic) dan refleks otonom
(yang dikendalikan oleh system saraf otonom). Kedua macam refleks tersebut dapat
berupa refleks kranial atau refleks spinal. Refleks spinal dapat terjadi tanpa melihat otak,
misalnya refleks fleksor. Meskipun demikian otak seringkali memberikan “pertimbangan”
pada aktivitas refleks spinal, sehingga dapat menguatkan atau menghambat refleks
tersebut.
Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi. Sensasi
(ekspresi sensoris) adalah interpretasi otak terhadap impuls yang datang ke otak terhadap
impuls yang datang ke otak dari saraf sensoris. Pada otak terdapat berbagai macam pusat
sensasi yang akan memberitahukan tentang sensasi tertentu kepada kita apabila pusat tadi
menerima impuls dari reseptor. Secara normal setiap reseptor akan dihubungkan oleh
serabut saraf dengan pusatnya. Jadi, yang menentukan macam sensasi itu bukan jenis
stimulus atau darimana impuls berasal, tetapi terletak pada pusat sensasi apa yang
menerima impuls (Soewolo dkk., 2005).
Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada
tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh
berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal). Informasi dari luar
diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera
oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera
oleh propriseptor (misalnya, organ vestibular). Berdasarkan kekompleksannya reseptor
dan jalur saraf, reseptor sensori dikelompokkan menjadi indera umum dan indera khusus.
Indera umum yang meliputi reseptor dan jalur sederhana; sensasi taktil (sentuhan, tekanan,
vibrasi), sensasi termoreseptif (panas dan dingin), sensasi sakit, sensasi proprioseptif
(kesadaran atau aktifitas otot, tendon, sendi, keseimbangan). Sedangkan indera khusus
yang meliputi sensasi olfaktori (pembau), sensasi gustatory (pengecap), sensasi visual
(penglihatan), sensasi auditori (pendengaran), sensasi equilibriumm (orientasi tubuh)
(Susilowati dkk., 2016).
a. Adanya objek yang diamati atau kekuatan stimulus. Objek menimbulkan stimulus
yang mengenai indera (reseptor) sehingga terjadi sensasi.. Untuk bisa diterima oleh
indera diperlukan kekuatan stimulus yang disebut sebagai ambang mutlak (absolute
threshold).
b. Kepastian alat indera (reseptor) yang cukup baik serta syaraf (sensoris) yang baik
sebagai penerus kepada pusat otak (kesadaran) untuk menghasilkan respon.
c. Pengalaman dan lingkungan budaya. Pengalaman dan budaya mempengaruhi kapasitas
alat indera yang mempengaruhi sensasi.
D. Prosedur Kerja
1. Uji pembeda dua titik
Pengamat menyentuhkan dua ujung jarum pentul pada ujung jari subyek
dengan jarak yang terpendek
Catat jarak terpendek kedua ujungj jarum pentul yang dirasakan subyek
Buat petak ukuran 2,5 cm pada punggung lengan, kemudian bai menjadi
25 petak kecil
Subyek menutup mata, pengamat menekankan ijuk pada petak-petak sapa
bengkok. (sekali pada setiap petak dan tekanan harus sama)
Letakkan ujung jarum pada permukaan kulit dan tekan sapai menghasilkan
rasa sakit. Bedakan rasa sakit dan sentuhan
4. Menentukan propioresptor
Tulis huruf “X” pada papan dan biarkan spidol masih pada huruf “X”
Tutup mata, angkat tangan kanan di atas kepala, kemudian buat titik
sedekat mungkin dengan huruf “X”
Ulangi tiga kali, catat hasilnya dengan mengukur jarak titik dengan “X”
untuk setiap kali coba
Subyek menutup mata, kemudian menunjuk jari tengah tangan kiri dengan
jari telunjuk tangan kanan
Dengan menutup mata, subyek merentangkan tangan kanan sejauh
mungkin dibelakang tubuhnya, kemudian membawa jari telunjuk ke ujung
hidung
5. Bintik buta
6. Proyeksi binokular
Buatlah dua lubang dengan jarak sama dengan jarak kedua pupil
Pandang kedua lubang (mata kiri ke lubang kiri, mata kanan ke lubang
kanan)
Dekatkan karton ke arah mata, pada jarak tertentu sampai nampak satu
lubang
8. Adaptasi olfaktori
catat waktu yang diperlukan sampai aroma tercium dari penciuman subyek
9. Reseptor gustastori (penegcap) / mengenali zona pengecap
Pengamat meletakkan butiran gula pasir pada ujung lidah subyek dan
mencatat waktunya
Subyek mengangkat tangan bila telah mengecap rasa gula, pengamat catat
waktu lagi, merekam berapa lama subyek mengecap rasa gula
Letakkan timer 2 meter lebih jauh dari jarak terjauh bunyi masih dapat di
dengar subyek
ukur jarak terjauh bunyi mulai trdengar subyek. Apakah jarak sama?
Mengapa?
Letakkan tangkai pada kepala atau antara dua gigi atsa dan bawah dan
dengarkan sumber suara
Tutup salah satu telinga, dimana letak sumber suara ? kemudian tutup
kedua telinga , dengarkan letak sumber suara
Letakkan garputala yang bergetar di atas kepala
Bila sudah terdengar suara, pindahkan garputala ke dekat telinga dan catat
hasilnya
13. Keseimbangan
E. Hasil Pengamatan
F. Analisis
1. Uji pembeda dua titik
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada ujung jari jarak
terpendek antar dua titik yaitu 0,9 cm, pada sisi hidung yaitu 2 cm, pada punggung
tangan yaitu 0,7 cm da pada belakang leher yaitu 0,3 cm. Hal tersebut membuktikan
bahwa keempat daerah tersebut peka terhadap sentuhan dan rangsangan. Subyek
merasakan hanya satu titik karena hanya satu yang mengenai reseptor sedangakan
merasakan dua titik karena tepat mengenai dua reseptor
4. Menentukan propioreseptor
Berdasarakan hasil pengamatan setelah menuliskan huruf “X” di papan tulis
kemudian membuat titik terdekat pada huruf “X“ dengan mata tertutup, jarak terdekat
titik dengan huruf “X” pada ulangan pertama yaitu 5,7 cm, pada ulangan kedua 6,5
cm dan ulangan ketiga yaitu 3 cm. Subyek berhasil tepat mengenai jari tengah tangan
kiri yang ditunjuk oleh jari telunjuk tangan kanan dengan mata tertutup. Subyek juga
berhasil tepat menunjuk hidung dengan jari telunjuk tangan kanan dalam kondisi mata
yang tertutup. Keberhasilan dan ketepatan tersebut dipengaruhi oleh propioreseptor.
5. Bintik buta
Berdasarkan hasil pengamatan dengan membuat gambar X dan O yang
kemudian didekatan dengan mata subyek, pada jarak 0,9cm dari mata gambar O
menghilang dari pandangan obyek. Hal tersebut membuktikan bahwa bayangan jatuh
pada titik buta sehingga gambar O tidak terlihat.
13. Keseimbangan
Pada praktikum keseimbangan ini subyek diberikan dua perlakuan yaitu
berdiri dengan tegak dengan mata terbuka dan angkat diangkat satu. Pada perlakuan
satu ini subyek masih dapat menjaga keseimbangan tubuhnya. Pada perlakuan yang
kedua yaitu subyek berdiri tegak dengan mata tertutup dan salah satu kaki diangkat,
subyek mulai tidak dapat mejaga keseimbangan tubuhnya hal ini ditandai dengan
terdapat beberapa gerakan
G. Pembahasan
1. Uji pembeda dua titik
Pada percobaan uji pembeda dua titik dilakukan dengan cara menyentuhkan
dua jarum pentul pada ujung jari dan menghitung jarak terdekat subyek bisa
merasakan sentuhan satu titik atau dua titik. Percobaan tersebut dilakukan pada ujung
jari, sisi hidung, punggung lengan dan belakang leher. Pada empat daerah tersebut
semuanya peka terhadap rangsangan sentuhan. Dari keempat daerah tersebut belakang
leher memiliki kepekaan yang tinggi. Hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan
Tortora (1984) yang menyatakan bahwa urutan yang paling sensitif adalah ujung
lidah, ujung jari, sisi hidung, punggung lengan, dan belakang leher.
Tortora (1984) menjelaskan bahwa sensasi sentuhan memiliki reseptor yang
sederhana yang terdiri dari dendrit dari neuron sensoris yang terbungkus kapsul dari
epitalium jaringan konektif dan terbungkus kapsul. Reseptor ini merupakan reseptor
berkapsul badan meissner yang berbentuk oval dibungkus kapsul tipis. Badan
meissner terletak di dalam dermis yang merupaka mekanoreseptor yang merespon
terhadap sentuhan ringan. Oleh karena itu bagian tubuh yang sensitif banyak dijumpa
badan meissner.
Subyek dapat merasakan satu titik dikarenakan stimulus yang diberikan hanya
mengenai satu eseptor sedangakan subyek bisa measakan dua titik karena stimulus
yang diberikan tepat mengenai dua reseptor. Apabila jarak dua titik yang terdeteksi
pendek berarti jarak antar 2 reseptor juga pendek. Hal tersebut membuktikan bahwa
pada tempat tersebut mengandung banyak eseptor sehinggan kepekaan yang dimiliki
juga tinggi.
4. Menentukan Propioreseptor
Pada perobaan menetukan propioreseptor dilakuan dengan menuliskan huruf
“X” di papan tulis kemudian membuat titik terdekat pada huruf “X“ dengan mata
tertutup, jarak terdekat titik dengan huruf “X” pada ulangan pertama yaitu 5,7 cm,
pada ulangan kedua 6,5 cm dan ulangan ketiga yaitu 3 cm. Subyek berhasil tepat
mengenai jari tengah tangan kiri yang ditunjuk oleh jari telunjuk tangan kanan dengan
mata tertutup. Subyek juga berhasil tepat menunjuk hidung dengan jari telunjuk
tangan kanan dalam kondisi mata yang tertutup. Keberhasilan dan ketepatan tersebut
dipengaruhi oleh propioreseptor.
Dari percobaan diatas dapat diketahui bahwa propioreseptor dapat terjadi
ketika ada kontraksi otot, yaitu saat mata ditutup dan praktikan membuat titik terdekat
dengan huruf X, titik yang dibuat tidak terlalu jauh. Hal tersebut dikarenakan tangan
praktikan sempat dibiarkan beberapa saat pada huruf X. Pada saat mata tertutup dan
ketika tangan kita bergerak menuju huruf X terjadi kontraksi otot, sehingga reseptor
dapat menerima stimulus yang diteruskan ke otak. Pada akhirnya reseptor ini akan
menjga gerak tangan kita, sehingga titik yang dibuat praktikan tidak terlalu jauh
dengan huruf X.
Begitu pula ketika praktikan menutup mata lalu menunjuk jari tengah tangan
kiri menggunakan telunjuk tangan kanan. Pada perlakuan ini praktikan (subjek)
berhasil menyentuh jari tengah tangan kiri. Hal tersebut dikarenakan propioreseptor
dari subjek bekerja dengan baik.Ketika praktikan menutup mata lalu menyentuh ujung
hidung dengan tangan kanan, subjek berhasil menyentuh ujung hidung. Hal tersebut
dikarenakan propioreseptor pada praktikan (subjek) dapat bekerja dengan baik.
5. Bintik buta
Pada percobaan bintik buta dilakukan dengan membuat gambar X dan O yang
kemudian didekatan dengan mata subyek, pada jarak 0,9cm dari mata gambar O
menghilang dari pandangan obyek. Hal tersebut membuktikan bahwa bayangan jatuh
pada titik buta sehingga gambar O tidak terlihat.
Menurut Soewolo (1999) dalam proses melihat sebuah bayangan harus
terbentuk pada retina untuk merangsang retina yang berupa sel batang dan sel kerucut
dan menghasilkan impuls saraf yang harus dihantarkan ke area visual korteks
serebralis. Cahaya tersebut kemudian akan di proyeksikan oleh lensa tepat pada retina
. Sebelum mencapai fotoreseptor cahaya tadi akan melewati lapisan ganglion dan
lapisan bipolar. Selanjutnya akson sel-sel ganglion akan merambat pada permukaan
dalam retina dan berkumpul menjadi satu pada bagian belakang bola mata dan
membentuk saraf pengelihatan. Tempat menyatunya akson-akson sel ganglion pada
permukaan sel retina disebut bintik buta
7. Penglihatan Binokular
Pada praktikum ini, subjek menutup salah satu mata sambil memegang pensil.
Pengamat memegang tabung reaksi secara vertikal dengan lubang tabung diatas lalu
subjek memasukkan pensil kedalam tabung reaksi, praktikum ini terdapat 10 kali
ulangan. Berdasarkan hasil praktikum, jumlah ulangan pensil yang masuk ke dalam
tabung reaksi sebanyak 5 kali dan jumlah ulangan pensil yang kurang tepat masuk ke
dalam tabung sebanyak 5 kali. Hal ini sesuai dengan pendapat Basoeki (1999) yang
menyatakan bahwa perlakuan tersebut terjadi karena ketika mata subjek ditutup salah
satu permukaan refraktif mempunyai daya bias yang kurang memadai untuk
membelokkan cahaya yang tingkatannya mencukupi untuk memfokuskan sebagai titik
yang jelas pada retina, sehingga fokus penglihatan subjek menjadi berkurang.
Disinilah pentingnya penglihatan binokular yang bertujuan untuk mempertajam objek
yang dilihat mata serta mendapatkan satu kesatuan dari kedua mata karena mata
normal memiliki permukaan refraktif daya bias yang memadai untuk membelokkan
cahaya yang tingkatannya mencukupi untuk memfokuskannya sebagai titik yang jelas
pada retina.
8. Adaptasi Olfaktori
Pada praktikum ini subjek diminta untuk menutup mata dan menutup nostril
dengan satu kapas. Selanjutnya pengamat memegang sebotol minyak cengkeh di
bawah nostril yang terbuka, subjek bernapas dengan satu nostril lalu menghembuskan
napas lewat mulut. Pengamat mencatat waktu yang diperlukan sampai aroma
menghilang dari penciuman subjek. Berdasarkan hasil pengamatan, waktu yang
diperlukan aroma untuk menghilang dari penciuman subjek adalah 3 detik. Reseptor
pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut epitelium
olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong.
Stimulus reseptor olfaktori berupa gas atau uap suatu zat. Bila suatu zat mengenai
reseptor olfaktori, maka pada reseptor tersebut akan timbul impuls yang diteruskan ke
pusat pembau di otak melalui saraf pembau (Soewolo,1999). Apabila epitelium
olfaktori terhalang oleh suatu zat maka daya untuk mengenali reseptor olfaktori akan
berkurang.
13. Keseimbangan
Pada praktikum keseimbangan ini subyek diberikan dua perlakuan yaitu
berdiri dengan tegak dengan mata terbuka dan angkat diangkat satu. Pada perlakuan
satu ini subyek masih dapat menjaga keseimbangan tubuhnya. Pada perlakuan yang
kedua yaitu subyek berdiri tegak dengan mata tertutup dan salah satu kaki diangkat,
subyek mulai tidak dapat mejaga keseimbangan tubuhnya hal ini ditandai dengan
terdapat beberapa gerakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tortora (1984) saat kita
diam alat keseimbangan yang berfungsi adalah alat keseimbangan statis yang berupa
makula akustika yang terletak di dalam sakulus dan utrikulus. Sedangkan Menurut
Soewolo ( 2003) bila seseorang dalam posisi tegak, maka rambut sel reseptor dalam
utrikulus berorientasi vertikal dan rambut sel reseptor dalam sakulus berorientasi
horizontal. Bilasalah satu mata kmita di tutup maka orientasi sel reseptor dalam
utrikulus dan sakulus akan terganggu dan akan berubah arah sehingga mengakibatkan
tidak seimbangnya posisi tubuh.
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada indera
ada beberapa sensasi yang umum dan khusus. Untuk sensasi umum dapat dirasakan oleh
beberapa indera karena reseptor yang sama pada indera tersebut . sedangkan untuk sensasi
khusus karena sensasi dapat terjadi pada indera yang diberi stimulus. Hal ini disebabkan
karena hanya pada indera tersebut terdapat reseptor tertentu.
DAFTAR RUJUKAN