Anda di halaman 1dari 93

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENANGANI MASALAH

KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT PENAMBANGAN


BATUBARA DI DUSUN TANJUNG BELIT
KABUPATEN BUNGO

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Upaya Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Jambi

Oleh:

ROZA NOPITA SARI


NIM : H1A114043

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Peran Pemerintah Daerah Dalam Menangani Masalah Kerusakan Lingkungan


Akibat Penambangan Batubara di Dusun Tanjung Belit
Kabupaten Bungo

Nama : Roza Nopita Sari


Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
NIM : H1A114043

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing 1 dan Dosen Pembimbing 2 untuk


diperiksa kembali dalam Sidang Skripsi pada Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jambi

Jambi, Juni 2020

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENANGANI MASALAH


KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT PENAMBANGAN
BATUBARA DI DUSUN TANJUNG BELIT
KABUPATEN BUNGO

Nama : Roza Nopita Sari

NIM : H1A114043

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Sidang
Skripsi Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jambi. Pada Tanggal Juni 2020

dan dinyatakan LULUS

No Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan


1 Dr. Helmi, SH., MH Ketua Pembahas 1.

2 A Zarkasi, S.H., M. Hum Pembahas Utama 2.

3 Moh. Arief Rakhman, S. IP., M. I.Pol Sekretaris 3.


Pembimbing
4 Dr. Hartati, SH., MH. 4.
Utama
Pembimbing
5 Rio Yusri Maulana, S.IP., M.Ipol. 5.
Pendamping

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Hartati, SH., MH.


NIP. 19721203 199802 2 001

iii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini pada:


Kedua Orang Tuaku
dan Adik-Adikku
Almamater Fisipol Tercinta

iv
SURAT PERNYATAAN

Nama : Roza Nopita Sari


NIM : H1A114043
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Judul : Peran Pemerintah Daerah Dalam Menangani Masalah
Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Batubara di
Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo
Alamat : Jl. Tebing Rendah, Desa Pulau Jelmu, Kecamatan Jujuhan,
Kabupaten Bungo
No. HP : 0821 7836 8758

Dengan ini menyatakan bahwa:


1. Skripsi saya ini adalah asli dan benar-benar hasil karya sendiri, dan bukan
hasil karya orang lain dengan mengatasnamakan saya, serta bukan
merupakan hasil peniruan atau penciplakan (plagiarism) dari hasil
karya orang lain. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik, baik di Universitas Jambi, maupun di Perguruan Tinggi
lainnya;
2. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dengan menyebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar kepustakaan;
3. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila di
kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam
pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis skripsi ini,
serta sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

v
MOTTO

Hidup Adalah Mimpi Bagi Mereka yang Bijaksana


Permainan Bagi Mereka yang Bodoh
Komedi Bagi Mereka yang Kaya
Dan Tragedi Bagi Mereka yang Miskin

vi
INTISARI

Skripsi ini membahas tentang peran pemerintah daerah dalam menangani


masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara di Dusun Tanjung
Belit Kabupaten Bungo. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana peran dan kendala pemerintah daerah dalam menangani masalah
kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara di Dusun Tanjung Belit
Kabupaten Bungo. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah Rio, Perangkat Dusun,
Masyarakat Dusun Tanjung Belit, serta Staff Instansi Pemerintah Daerah
Kabupaten Bungo di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo. Pengumpulan
data yang digunakan yaitu metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisis data meliputi editing data dan interpretasi. Pengolahan dan analisis
data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data,
display data dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan
Peran pemerintah daerah dalam menangani masalah kerusakan lingkungan akibat
penambangan batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo berupa:
membuat aturan di tingkat daerah (baik peraturan daerah maupun peraturan
bupati) berkaitan dengan pertambangan rakyat, dan melakukan pembinaan dan
pengawasan kepada pelaku usaha dalam implementasi kegiatan usaha
pertambangan, agar tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta melakukan inventarisasi
penambangan batubara illegal. Kendala pemerintah daerah dalam menangani
masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara di Dusun Tanjung
Belit Kabupaten Bungo yakni lapangan kerja yang terbatas, ekonomi keluarga,
kurangnya kesadaran hukum masyarakat, menipisnya moral masyarakat dengan
mengabaikan aspek keselamatan dan kelestarian lingkungan hidup, penegakan
hukum yang lemah serta ada banyak kepentingan dan berbagai pihak yang ikut
bermain dan yang sering terjadi penertiban yang dilakukan pada akhir
menimbulkan konflik dengan masyarakat penambang, kemudian penambangan
batubara illegal menyebar dan sebagian besar dilakukan di daerah yang jauh dan
sulit ditempuh/dijangkau dan sarana yang dimiliki oleh pemerintah daerah
terbatas.

Kata Kunci : Pemerintah Daerah, Kerusakan Lingkungan, Penambangan Batubara

vii
ABSTRACT

This thesis discusses the role of local governments in dealing with


environmental damage due to coal mining in Tanjung Belit Hamlet, Bungo
Regency. The formulation of the problem in this study is how the role and
constraints of the local government in dealing with environmental damage due to
coal mining in Tanjung Belit Hamlet, Bungo Regency. This type of research used
in this study is qualitative research. The informants in this study were Rio, the
hamlet apparatus, the Tanjung Belit hamlet community, and the staff of the Bungo
district government agency at the Bungo district environmental office. Data
collection used is the method of observation, interviews and documentation. Data
analysis techniques include data editing and interpretation. Data processing and
analysis in this study was carried out through three activities, namely data
reduction, data display and data verification. The results showed that the role of
the local government in dealing with environmental damage due to coal mining in
Tanjung Belit Hamlet in the form of Bungo Regency is: making regulations at the
regional level (both regional regulations and regent regulations) relating to
community mining, and providing guidance and supervision to business actors in
the implementation of mining business activities, in order to continue to pay
attention to the preservation of environmental functions and increase the welfare
of the community and carry out an inventory of illegal coal mining. The
constraints of the local government in dealing with environmental damage caused
by coal mining in Tanjung Belit Hamlet, Bungo Regency are limited employment,
family economics, lack of community legal awareness, depletion of community
morale by ignoring aspects of safety and environmental sustainability, weak law
enforcement and there are many the interests and various parties that come into
play and what often happens in the end of the order brought conflict with the
mining community, then illegal coal mining spread and mostly carried out in
areas far away and difficult to reach / reach and facilities owned by local
governments are limited.

Keywords: Local Government, Environmental Damage, Coal Mining

viii
KATA PENGANTAR

‫الرحيم‬
ّ ‫الرحمن‬
ّ ‫بســـم هللا‬
Seraya mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala
(SWT) berkat rahmat serta hidayah yang diberikan Allah SWT kepada penulis
hingga mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Sholawat beriringan salam senantiasa terarah pada junjungan Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa serta membimbing umatnya dari alam jahiliyah pada
tauhid, menuju umat yang mendapat hidayah serta nur dari Allah SWT dalam
agama Islam.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi yang berjudul “Peran Pemerintah
Daerah Dalam Menangani Masalah Kerusakan Lingkungan Akibat
Penambangan Batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo” dalam
rangka memenuhi salah satu syarat penilaian tugas akhir Program Studi Strata I
Ilmu Pemerintahan.
Tak lupa pula penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas
bimbingan selama penulis mengerjakan karya ilmiah ini kepada Ibu Dr. Hartati,
SH., MH. selaku Pembimbing 1 dan Bapak Rio Yusri Maulana, S.IP., M.Ipol.
selaku Pembimbing 2 yang telah membantu serta memberikan arahan dan
sumbangan pemikiran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Dengan penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini
dapat penulis selesaikan dengan baik serta semua ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang telah memberikan ilmu dan masukan kepada penulis. Untuk
itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Drs. H. Sutrisno, M.Sc, Ph.D., selaku Rektor Universitas Jambi
yang telah menjadi penyelenggara koordinasi perumusan kebijakan dan
memimpin penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada

ix
masyarakat, membina tenaga kependidikan, mahasiswa, dan tenaga
administrasi.
2. Ibu Dr. Hartati, SH., MH., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Jambi yang menjadi pemimpin penyelenggaraan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat, membina tenaga
kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi dan administrasi fakultas.
Dekan.
3. Bapak Makmun Wahid, S.IP., M.A., selaku Ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan yang juga banyak membantu kami mahasiswa dalam
menyampaikan aspirasi dan masalah internal mahasiswa tentang nilai dan
proses perkuliahan
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik beserta staft akademik
Universitas Jambi yang telah banyak memberikan pengetahuan pada kami,
hingga kami bisa menyelesaikan proses perkuliahan kami.
Akhirul kalam mudah–mudahan skripsi ini dapat bermanfa’at bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca semuanya. Amien Ya Rabbal ‘Alamien.

Jambi, Juni 2020

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
LEMBAR SURAT PERNYATAAN ............................................................. v
LEMBAR MOTTO ........................................................................................ vi
INTISARI ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ....................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 8
1.5 Landasan Teori ....................................................................... 9
1.5.1 Pengertian Peran ............................................................ 9
1.5.2 Kerusakan Lingkungan .................................................. 14
1.5.3 Pengertian Pertambangan .............................................. 15
1.5.4 Studi Kelayakan Pertambangan .................................... 17
1.5.5 Penerbitan Izin Usaha Pertambangan Mineral dan Batu
Bara ............................................................................... 20
1.5.6 Dampak Pembangunan di Bidang Batubara ................. 21
1.6 Kerangka Pikir ........................................................................ 22
1.7 Metode Penelitian ................................................................... 23
1.7.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................... 23
1.7.2 Lokasi Penelitian ........................................................... 24
1.7.3 Fokus Penelitian ............................................................ 24
1.7.4 Teknik Penentuan Informan ........................................... 25
1.7.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................ 25
1.7.6 Teknik Analisis Data ..................................................... 27
1.7.7 Keabsahan Data (Triangulasi Data) ............................... 29

xi
BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
2.1 Gambaran Umum Desa Tanjung Belit ................................... 31
2.1.1 Daerah Administratif Desa Tanjung Belit .................... 31
2.1.2 Keadaan Penduduk ........................................................ 31
2.1.3 Keadaan Pendidikan ...................................................... 31
2.1.4 Keadaan Sarana dan Prasarana ..................................... 32
2.1.5 Keadaan Sosial Ekonomi .............................................. 32
2.1.6 Penyebutan Kepala Desa Menjadi Rio, Desa Menjadi
Dusun dan Dusun Menjadi Kampung ........................... 33
2.1.7 Struktur Organisasi Pemerintahan Dusun Tanjung Belit 34
2.2 Gambaran Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Bungo ..................................................................................... 34
2.2.1 Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup ....................... 36
2.2.2 Keadaan Sumber Daya Manusia ................................... 36
2.2.3 Peran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo ...... 38
2.2.4 Pengelolaan Lingkungan Hidup .................................... 44
2.2.5 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bungo .......................................................... 46

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Peran Pemerintah Daerah Dalam Menangani Masalah
Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Batubara di
Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo .............................. 48
3.2 Kendala Pemerintah Daerah Dalam Menangani Masalah
Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Batubara di
Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo ............................... 59

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................ 70
4.2 Saran ...................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Keadaan SDM Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo ... 37
Tabel 3.1 : Matrik Penelitian Secara Keseluruhan ..................................... 68

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Kerangka Pikir ...................................................................... 23


Gambar 2.1 : Struktur Organisasi Dusun Tanjung Belit ........................... 34
Gambar 2.2 : Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Bungo .................................................................................... 47

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Pengumpulan Data


Lampiran 2 : Dokumentasi Penelitian

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Manusia merupakan bagian dari ekosistem sebagai objek sekaligus subjek

pembangunan. Permasalahan lingkungan yang sangat mendasar berkaitan dengan

populasi manusia, dan hal ini hanya dapat diatasi bila tingkat populasi yang tinggi

tersebut diimbangi dengan kualitas yang tinggi pula. Walaupun pembangunan

dapat memecahkan sebagian masalah, namun pengalaman menunjukkan bahwa

pembangunan dapat dan telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Dengan adanya dampak negatif tersebut maka perlu direnungkan secara bijaksana

bentuk dan corak pembangunan yang akan dilaksanakan. Salah satu kegiatan yang

sangat berpengaruh terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup adalah kegiatan

pertambangan.

Pada prinsipnya Negara Indonesia didirikan untuk bersungguh-sungguh

memajukan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia baik lahir maupun batin.1

Lahirnya hukum pertambangan selama ini tidak terlepas dari ideologi hak

menguasai negara yang dianut pada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang

menyatakan : “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan

rakyat”.

Seiring dengan perkembangan pembangunan dan berbagai kebijakan

pemerintah, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 diganti dengan dibentuknya

1
Anonim, Bahan Tayang Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI,(Jakarta : Sekretariat
Jenderal MPR RI, 2017), hlm. 23

1
2

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batubara, yang kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22

Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan, Peraturan Pemerintah Nomor 23

Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan

Batubara, dan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan

dan Pengawasan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Semangat

otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara

pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.

Tantangan sistem ekonomi yang adil dan produktif adalah terwujudnya


ekonomi yang adil dan produktif adalah terwujudnya ekonomi yang
berpihak pada rakyat serta terjaminnya sistem insentif ekonomi yang adil
dan mandiri. Sistem ekonomi tersebut berbasis pada kegiatan rakyat yang
memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkesinambungan,
terutama yang bersumber dari pertanian, kehutanan dan kelautan.2

Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam

kelangsungan peri kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu

dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-

sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Hal inilah yang

mendasari lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai pengganti Undang-Undang Nomor

23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2
Anonim, Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI. (Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI,
2017), hlm. 113-114
3

Pasal 2 huruf a Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dinyatakan bahwa

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas

tanggung jawab negara. Kemudian dalam penjelasan pasal ini dinyatakan bahwa

yang dimaksud dengan "asas tanggung jawab negara" adalah:

a. Negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan manfaat

yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi

masa kini maupun generasi masa depan.

b. Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan

sehat.

c. Negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang

menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuntut

dikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa suatu kebijakan nasional

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan secara

taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah. Dengan demikian asas

tanggung jawab negara terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

juga melekat pada daerah termasuk di Kabupaten Bungo.

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka obyek yang akan dibahas

dalam penelitian ini berkaitan dengan tanggung jawab pemerintah daerah

Kabupaten Bungo dalam mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber

daya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

khususnya tanggung jawab di bidang pertambangan yang menimbulkan kerusakan


4

lingkungan yang diakibatkan dari illegal meaning (khususnya penambangan

batubara tanpa izin).

Sumber daya alam Indonesia terutama berupa hasil tambang, pertanian dan

bahan baku industri.3 Pengelolaan sumber daya alam yang terkandung di daratan,

lautan dan angkasa dilakukan secara optimal, adil, berkelanjutan dan ramah

lingkungan.4 Hal ini cukup penting untuk dilakukan mengingat berbagai

kenyataan membuktikan bahwa kegiatan penambangan batubara yang dilakukan

menimbulkan dampak (kerusakan lingkungan) yang besar terhadap lingkungan

hidup. Walaupun telah dibentuk berbagai peraturan perundang-undangan baik di

tingkat pusat maupun di daerah Kabupaten Bungo seperti tersebut di atas,

namun aktivitas penambangan batubara tanpa izin masih terus terjadi. Proses

dalam mencari cara untuk menangani masalah kerusakan lingkungan akibat

penambangan batubara, diperlukan peran dari Pemerintah Daerah Kabupaten

Bungo untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor yang bersifat mendukung

maupun menghambat dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

Permasalahan yang muncul di Dusun Tanjung Belit di Kabupaten Bungo

adalah kerusakan lingkungan akibat dari penambangan yang dilakukan oleh warga

yang telah mendapat izin dari pemerintah namun disalahgunakan, sehingga

dampak dari penambangan tersebut terhadap lingkungan terlihat jelas, terutama

pada warga yang berada di sekitar perairan di dekat penambangan dan akibat

struktur tanah yang ada di Dusun Tanjung Belit di Kabupaten Bungo. Hal ini

3
Anonim, Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMP/MTs Kelas VIII, (Jakarta : Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), hlm. 12
4
Anonim, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, (Jakarta :
Sekretariat Jenderal MPR RI, 2017), hlm. 261
5

sesuai dengan hasil wawancara dengan salah seorang warga yang bernama

Muhammad Zaiful berikut:

“Memang warga yang sudah mendapatkan izin dalam mengadakan


penambangan oleh pemerintah sudah terlalu berlebihan dalam melakukan
penambangan, apalagi tidak adanya pengawasan khusus dari pemerintah
terkait dengan kebijakan memberikan izin resmi pada warga yang
melakukan penambangan akan akibat yang ditimbulkan oleh penambangan
pada lingkungan yang ada di sekitar tempat penambangan, air menjadi rusak
dan struktur tanah juga berubah, sehingga kalau untuk bercocok tanam agak
susah.”5

Berdasarkan informasi di atas dapat diketahui bahwa apa yang dikeluhkan

warga Dusun Tanjung Belit di Kabupaten Bungo terkait dampak dari

penambangan ini terlihat dengan jelas, sehingga terjawab bahwa mengapa perlu

adanya peran pemerintah daerah terhadap pemberian izin dan bagaimana cara

pemerintah dalam mengatasi masalah kerusakan lingkungan yang ada di Dusun

Tanjung Belit di Kabupaten Bungo akibat dari penambangan batubara yang ada di

sekitar dusun tersebut.

Penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batu bara,

mestinya evaluasi terhadap izin yang diberikan terhadap masyarakat yang

melakukan penambangan batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo

diadakan monitoring secara berkala sebagai salah satu wujud peranan pemerintah

daerah, terkait dengan penambangan yang dilakukan warga dan seberapa besar

dampaknya terhadap lingkungan sekitar.

Menurut Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor IX/MPR/2001


Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, arah
kebijakan dalam pengelolaan sumber daya alam antara lain memperluas
pemberian akses informasi kepada masyarakat mengenai potensi sumber
daya alam di daerahnya dan mendorong terwujudnya tanggung jawab sosial

5
Sumber data: Wawancara dengan warga Dusun Tanjung Belit tgl. 08 Februari 2019
6

untuk menggunakan teknologi ramah lingkungan termasuk teknologi


tradisional, memperhatikan sifat dan karakteristik dari berbagai jenis sumber
daya alam dan melakukan upaya-upaya meningkatkan nilai tambah dari
produk sumber alam tersebut, mengupayakan pemulihan ekosistem yang
telah rusak akibat eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan serta
menyusun strategi pemanfaatan sumber daya alam yang didasarkan pada
optimalisasi manfaat dengan memperhatikan potensi, kontribusi,
kepentingan masyarakat dan kondisi daerah maupun nasional.6

Karena dengan adanya penambangan yang melebihi kapasitas yang ada, hal

ini akan berdampak negatif terhadap ekosistem alam yang ada di sekitar. Kegiatan

penambangan yang terjadi di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan,

sehingga dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dalam bentuk pencemaran

air, tanah dan udara yang disebabkan oleh benda-benda asing sebagai akibat

perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi

seperti semula. Usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat

mengubah bentuk topografi dan keadaan muka tanah, sehingga dapat mengubah

keseimbangan sistem ekologi bagi daerah sekitarnya. Pencemaran akibat debu dan

asap yang mengotori udara dan air, limbah air, tailing (ampas buangan) serta

buangan tambang yang mengandung zat-zat beracun. Hal ini sesuai hasil hasil

wawancara dengan warga Dusun Tanjung Belit yang bernama Rahimah berikut:

“Kami warga biasa sebenarnya hanya bisa menerima dampak saja lagi atas

apa yang terjadi setelah penambangan ini, ampas buangan yang kata orang

beracun juga sudah menjadi konsumsi air yang ada di sekitar kami.” 7

6
Anonim, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
I/MPR/2003 Tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Tahun 1960 Sampai Dengan Tahun 2002. (Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI,
2017), hlm. 258-259
7
Sumber data: Wawancara dengan warga Dusun Tanjung Belit tgl. 20 Maret 2019
7

Hal ini juga didukung oleh hasil observasi awal penulis di lapangan terlihat

banyak area tanah yang menjadi rusak dan air yang tercemari oleh hasil

penambangan (dokumentasi terlampir). Peran pemerintah daerah dalam

menangani masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara di Dusun

Tanjung Belit di Kabupaten Bungo dilakukan untuk melihat analisis yang

melibatkan program kebijakan untuk mendapatkan semua informasi terkait

dengan penilaian kerja, proses dan hasil dari peranan pemerintah daerah tersebut.

Efisiensi program kebijakan pemerintah daerah dalam menangani masalah

kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara di Dusun Tanjung Belit PT.

Kuangsing Inti Makmur yang merusak area sekitar penambangan yang sudah

melebar ke daerah pedesaan Tanjung Belit dan merusak ekosistem alam, kinerja

dari pemerintah daerah merupakan suatu evaluasi yang memfokuskan pada

efisiensi dengan kecenderungan bagaimana memperbaiki mekanisme suatu

program dalam capaian keberhasilan kebijakan yang telah dilaksanakan.

Masih adanya penambangan ilegal batubara yang terjadi di Kabupaten

Bungo khususnya di Dusun Tanjung Belit ini memerlukan peran dari Pemerintah

Daerah Kabupaten Bungo dalam menertibkan masyarakat yang melanggar aturan

penambangan. Selain itu juga diperlukan peran dari pemerintah daerah Kabupaten

Bungo untuk menangani kerusakan lingkungan yang terjadi akibat penambangan

illegal batubara tersebut. Hal inilah yang menarik minat peneliti untuk membahas

permasalahan mengenai “Peran Pemerintah Daerah Dalam Menangani

Masalah Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Batubara di Dusun

Tanjung Belit Kabupaten Bungo”.


8

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam menangani masalah kerusakan

lingkungan akibat penambangan batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten

Bungo?

2. Apa kendala pemerintah daerah dalam menangani masalah kerusakan

lingkungan akibat penambangan batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten

Bungo?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran pemerintah daerah dalam

menangani masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara di

Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala pemerintah daerah dalam

menangani masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara di

Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang

membacanya maupun sebagai masukan dalam pertimbangan kebijakan

pemerintah daerah. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:


9

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan

informasi ilmiah kepada semua pembaca tentang peran pemerintah daerah

dalam menangani masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara

serta kendala pemerintah daerah dalam menangani masalah kerusakan

lingkungan akibat penambangan batubara.

2. Manfaat Praktis

Manfaat secara praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan dan bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten

Bungo dalam menangani masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan

batubara. Dan juga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah Dusun

Tanjung Belit dan pemerintah daerah Kabupaten Bungo, untuk dijadikan

sebagai dasar dalam membuat kebijakan dalam menangani masalah kerusakan

lingkungan akibat penambangan batubara.

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Pengertian Peran

Secara umum peranan adalah perilaku yang dilakukan oleh seseorang

terkait oleh kedudukannya dalam struktur sosial atau kelompok di

masyarakat, artinya setiap orang memiliki peranan yang berbeda sehingga

membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula dan setiap orang memiliki

masing–masing peranan sesuai dengan kedudukan yang ia miliki.

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, peranan yaitu bagian yang

dimainkan seorang pemain atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang


10

dalam suatu peristiwa.8 Sedangkan peranan (role) merupakan aspek dinamis

kedudukan (status).9 Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan

yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam

pergaulan kemasyarakatan, posisi seseorang dalam masyarakat merupakan

unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat.

Peranan mencakup tiga hal, yaitu:

a. Peranan meliputi norma-norma yang diungkap dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan – peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

masyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh

individu masyarakat sebagai individu.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting

sebagai struktur sosial masyarakat.

Menurut Komaruddin seperti dikutip oleh Florentinus, yang

dimaksudkan dengan peran adalah:10

a. Bagian dari tugas mana yang harus dilaksanakan dalam manajemen.

b. Pola penilaian yang diharapkan dapat mengenai suatu status.

c. Bagian atau fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata.

8
Anonim, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, (Surabaya : Reality Publisher, 2008), hlm.
508
9
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi, (Jakarta : CV. Rajawali,
2015), hlm. 210-211
10
Florentinus Christian Imanuel, Peran Kepala Desa Dalam Pembangunan di Desa
Budaya Sungai Bawang Kecamatan Muara Badak Kab. Kutai Kartanegara, eJournal Ilmu
Pemerintahan, Volume 3, Nomor 2, Tahun 2015, hlm. 1185
11

d. Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik yang ada

padanya.

e. Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat.

Berdasarkan pengertian di atas dapat didefinisikan bahwa peranan

merupakan seperangkat harapan – harapan yang mencakup tindakan atau

perilaku seseorang yang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan

kedudukan dalam kehidupan bermasyarakat. Seseorang diberikan kedudukan

dalam melaksanakan hak dan kewajiban harus dengan peranannya dalam

kehidupan sosial bermasyarakat dan diharapkan mampu melaksanakan tugas–

tugas yang dibebankan kepadanya.

Menurut Tjokroamidjojo seperti dikutip oleh Murdiana, peran

pemerintah dapat dilihat dari tiga macam bentuk sebagai berikut:11

a. Pertama peranan pemerintah adalah sebagai penjaga keamanan dan

ketertiban dalam perkembangan.

b. Kedua timbul pengertian tentang service state, dimana peranan pemerintah

merupakan abdi sosial dari keperluan-keperluan yang perlu diatur dalam

masyarakat.

c. Ketiga peranan pemerintah sebagai enterpreneur atau pendorong inisiatif

usaha dari masyarakat. Pemerintah menjadi development agent atau unsur

sebagai pembaharuan atau pembangunan.

Menurut Munir seperti dikutip oleh Murdiana, peran pemerintah sesuai

dengan fungsinya yaitu: 12


11
Murdiana Asih Heningtyas, Sjamsiar Sjamsuddin, Minto Hadi, Peran Pemerintah dan
Masyarakat Dalam Upaya Pengembangan Pendidikan Nonformal, Jurnal Administrasi Publik,
Volume 2, Nomor 2, hlm. 265
12

a. Enterpreneur

Artinya pemerintah daerah bertanggung jawab untuk melaksanakan usaha

dalam mengelola sumber daya ekonomi, mengelola aset-aset daerah

sumber daya ekonomi potensial, sehingga secara ekonomi menguntungkan

dan memberi manfaat bagi masyarakat.

b. Koordinator

Sebagai koordinator pemerintah daerah dapat menetapkan kebijaksanaan

atau strategi bagi pembangunan daerah dan merangkul semua komponen

masyarakat untuk menjadi aktor dalam pembangunan.

c. Fasilitator

Sebagai fasilitator pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan

melalui perbaikan lingkungan attitudional, yaitu berkaitan dengan

perbaikan prosedur perijinan dan pelayanan, serta melakukan penetapan

daerah untuk memantapkan pengaturan dimensi spasial dalam

pembangunan.

Menurut Siagian seperti dikutip oleh Murdiana mengklasifikasikan

peran dan fungsi pemerintah sebagai berikut: 13

a. Fungsi pemeliharaan ketertiban dan ketenangan (Maintenance of peace

and order). Fungsi ini merupakan fungsi yang sangat penting oleh karena

ketertiban dan ketenangan dalam pembangunan tidak akan ada apabila

12
Ibid, hlm. 266
13
Ibid, hlm. 266
13

pemerintah tidak berhasil dalam melakukan fungsi ini. Gangguan tersebut

dapat terjadi dari mana saja.

b. Fungsi pertahanan dan keamanan. Fungsi ini merupakan fungsi terpenting

pula dari pemerintah karena tidak jarang terlihat adanya keinginan dari

pihak-pihak tertentu untuk mendominasi pihak lain dengan tujuan agar

pihak lain itu dapat dipergunakan sebagai alat untuk meningkatkan

kemakmuran pihak-pihak yang lebih kuat.

c. Fungsi Perpajakan. Fungsi ini merupakan salah satu fungsi pemerintah

yang pertama timbul di negara politik, tujuannya adalah bahwa untuk

menjalankan kegiatan-kegiatan pemerintah, pemerintah selalu

membutuhkan biaya dan biaya itu secara tradisionil bersumber dari pajak.

d. Fungsi Hukum. Tujuan dari fungsi ini adalah untuk mengatur tata

benegara dan tata bermasyarakat agar konflik-konflik yang terjadi dalam

pembangungan dapat diselesaikan menurut kriteria yang telah diakui dan

diterima oleh masyarakat, karena mereka penguasa dan masyarakat akan

berkedudukan sama dimata hukum.

e. Fungsi Administratif. Dalam fungsi ini pemerintah harus bekerja demi

kepentingan dan kesejahteraan rakyat dan bukan untuk kepentingan

sekolompok orang yang dapat menghambat kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah harus berusaha melaui pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan,

tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawabnya meningkatkan taraf hidup

orang banyak dalam pembangunan tersebut.


14

1.5.2 Kerusakan Lingkungan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab I Ketentuan Umum

Pasal 1 ayat 17, kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung

dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan

hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan

lingkungan merupakan deteorisasi lingkungan yang ditandai dengan

hilangnya sumber daya tanah, air, udara, punahnya fauna liar dan kerusakan

ekosistem.

Lingkungan alam yang rusak sangat berdampak terhadap kehidupan

manusia sehingga berpotensi menghasilkan bencana untuk saat ini dan untuk

masa-masa yang akan datang. Kerusakan pada lingkungan hidup terjadi

karena dua faktor baik faktor alami ataupun karena akibat ulah manusia.

Pentingnya lingkungan hidup yang terawat terkadang dilupakan oleh manusia

dan hal ini bisa menjadikan ekosistem serta kehidupan yang tidak maksimal

pada lingkungan tersebut.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 15,

kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan sifat

fisik, kimia dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh

lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya. Berikut beberapa

faktor secara mendalam yang menjadikan kerusakan lingkungan hidup:


15

a. Faktor alami

Banyaknya bencana alam dan cuaca yang tidak menentu menjadi

penyebab terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Bencana alam tersebut

bisa berupa banjir, tanah longsor, tsunami, angin puting beliung, angin

topan, gunung meletus, ataupun gempa bumi. Selain berbahaya bagi

keselamatan manusia maupun makhluk lainnya, bencana ini akan

membuat rusaknya lingkungan.

b. Faktor buatan

Manusia sebagai makhluk berakal dan memiliki kemampuan tinggi

dibandingkan dengan makhluk lain akan terus berkembang dari pola

hidup sederhana menuju ke kehidupan yang modern. Dengan adanya

perkembangan kehidupan, tentunya kebutuhannya juga akan sangat

berkembang termasuk kebutuhan eksploitasi sumber daya alam yang

berlebihan.

1.5.3 Pengertian Pertambangan

Pertambangan merupakan suatu aktivitas penggalian, pembongkaran

serta pengangkutan suatu endapan mineral yang terkandung dalam suatu area

berdasarkan beberapa tahapan kegiatan secara efektif dan ekonomis dengan

menggunakan peralatan mekanis serta beberapa peralatan sesuai dengan

perkembangan teknologi saat ini.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal 1 butir (1) disebutkan

pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka


16

penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang

meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan,

serta kegiatan pasca tambang.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara, usaha pertambangan adalah kegiatan

dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan

kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta

pasca tambang (Pasal 1 butir (6)).

Batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari sisa tumbuhan
yang telah mati dan mengendap selama jutaan tahun yang lalu. Unsur-
unsur yang menyusunnya terutama adalah karbon, hidrogen dan
oksigen. Batu bara digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai
keperluan. Energi yang dihasilkan batu bara dapat digunakan untuk
pembangkit listrik, untuk keperluan rumah tangga (memasak),
pembakaran pada industri batu bata atau genteng, semen, batu kapur,
bijih besi dan baja, industri kimia dan lain-lain.14

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan

usaha pertambangan bahan-bahan galian dibedakan menjadi:

a. Penyelidikan umum, adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk

mengetahui kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.

b. Eksplorasi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk

memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk,

14
Anonim, Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMP/MTs Kelas VII, (Jakarta : Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), hlm. 31
17

dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian,

serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.

c. Operasi produksi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang

meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk

pengangkutan dan penjualan serta sarana pengendalian dampak

lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan.

d. Konstruksi adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan

pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian

dampak lingkungan.

e. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk

memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya

f. Pengolahan dan pemurnian, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk

meningkatkan mutu mineral dan/atau batubara serta untuk memanfaatkan

dan memperoleh mineral ikutan

g. Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan

mineral dan/atau batubara dari daerah tambang dan/atau tempat

pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan

h. Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil

pertambangan mineral atau batubara.

1.5.4 Studi Kelayakan Pertambangan

Studi kelayakan selain merupakan salah satu kewajiban normatif yang

harus dipenuhi dan prasyarat untuk memperoleh IUP (Izin Usaha

Pertambangan) operasi produksi. Jika dipahami secara benar, studi kelayakan


18

merupakan dokumen penting yang berguna bagi berbagai pihak, khususnya

bagi pelaku usaha, pemerintah, dan investor atau perbankan.

Studi kelayakan selain berguna dalam mengambil keputusan jadi atau

tidaknya rencana usaha penambangan itu dijalankan, juga berguna pada saat

kegiatan itu jadi dilaksanakan, yakni:15

a. Dokumen studi kelayakan berfungsi sebagai acuan pelaksanaan kegiatan,

baik acuan kerja di lapangan, maupun acuan bagi staf manajemen di dalam

kantor.

b. Berfungsi sebagai alat kontrol dan pengendalian berjalannya pekerjaan.

c. Sebagai landasan evaluasi kegiatan dalam mengukur prestasi pekerjaan,

sehingga apabila ditemukan kendala teknis ataupun non teknis, dapat

segera ditanggulangi atau dicarikan jalan keluarnya.

d. Bagi pemerintah, dokumen studi kelayakan merupakan pedoman dalam

melakukan pengawasan, baik yang menyangkut kontrol realisasi produksi,

kontrol keselamatan dan keselamatan kerja, kontrol pengendalian aspek

lingkungan dan lain-lain.

Adapun aspek-aspek yang menjadi kajian dalam studi kelayakan

adalah:16

a. Aspek kajian teknis, meliputi:

1. Kajian hasil eksplorasi, berkaitan dengan aspek geologi, topografi,

sumur uji, parit uji, pemboran, kualitas endapan dan jumlah cadangan.

15
Sudrajat, Nandang. Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum.
(Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2010), hlm. 97
16
Ibid, hlm. 99
19

2. Hasil kajian data-data eksplorasi tersebut sebagai data teknis dalam

menentukan pilihan sistem penambangan, apakah tambang terbuka,

tambang bawah tanah atau campuran.

b. Aspek kajian nonteknis, meliputi:

1. Kajian peraturan perundang-undangan yang terkait dengan aspek

ketenagakerjaan, aturan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), sistem

perpajakan dan retribusi, aturan administrasi pelaporan kegiatan

tambang dan lain-lain.

2. Kajian aspek sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat,

meliputi kajian aspek hukum adat yang berlaku, pola perilaku, dan

kebiasaan masyarakat setempat.

c. Kajian pasar, berkaitan dengan supply and demand, dapat dianalisis dari

karakter pasar, potensi, dan pesaing pasar.

d. Kajian kelayakan ekonomis, adalah perhitungan tentang kelayakan

ekonomis yang berupa estimasi-estimasi dengan mempergunakan

beberapa metode pendekatan. Secara umum, metode pendekatan yang

dimaksud biasanya melalui analisis Net Present Value (NPV), Benefit Cost

Ratio (BCR), Profitability Index (PI), Internal Rate of Return (IRR), dan

Payback Period.

e. Kajian kelayakan lingkungan, berbentuk AMDAL (Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan) dan UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan-

Upaya Pemantauan Lingkungan).


20

1.5.5 Penerbitan Izin Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

Legalitas pengusahaan bahan galian menurut Undang Undang Nomor 4

Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, secara substansi

hanya dalam satu bentuk, yaitu izin usaha pertambangan (IUP). Hal ini

berbeda dengan legalitas pengusahaan bahan galian tambang pada saat

berlakunya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan

Ketentuan Pokok Pertambangan yang terdiri dari berbagai macam bentuk,

yaitu KP, Kontrak Karya, PKP2B untuk karya batu bara, SIPD untuk bahan

galian industri, dan Izin Pertambangan Rakyat untuk pertambangan rakyat.

Usaha pertambangan dapat dilaksanakan dalam bentuk Izin Usaha

Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR), dan Izin Usaha

Pertambangan Khusus (IUPK). Lebih lanjut, Pasal 36 Undang-undang Nomor

4 Tahun 2009 membagi Izin Usaha Pertambangan (IUP) ke dalam dua tahap,

yaitu:

1) IUP eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi dan studi

kelayakan

2) IUP operasi produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan,

pengolahan, dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.

Pihak yang berwenang dalam memberikan izin usaha pertambangan

diatur dalam Pasal 37, yang isinya sebagai berikut:

1) Bupati/Walikota apabila WIUP berada di dalam satu wilayah

kabupaten/kota.
21

2) Gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah kabupaten/kota dalam

1 (satu) provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari bupati/walikota

setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah

mendapatkan rekomendasi dari gubernur dan bupati/walikota setempat

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1.5.6 Dampak Pembangunan di Bidang Pertambangan

Setiap kegiatan pembangunan di bidang pertambangan pasti

menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari

kegiatan pembangunan di bidang pertambangan adalah:17

1) Memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi

nasional.

2) Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD).

3) Menampung tenaga kerja, terutama masyarakat lingkar tambang.

4) Meningkatkan ekonomi masyarakat lingkar tambang.

5) Meningkatkan usaha mikro masyarakat lingkar tambang.

6) Meningkatkan kualitas SDM masyarakat lingkar tambang.

7) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lingkar tambang.

Dampak negatif dari pembangunan di bidang pertambangan adalah:

1) Kehancuran lingkungan hidup.

2) Penderitaan masyarakat adat.

17
Sudrajat, Nandang. Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum.
(Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2010), hlm.107
22

3) Menurunnya kualitas hidup penduduk lokal.

4) Meningkatnya kekerasan terhadap perempuan.

5) Kehancuran ekologi.

6) Terjadinya pelanggaran HAM pada kuasa pertambangan.

1.6 Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah gambaran alur piker dan dipahami sesuai dengan

rumusan masalah penelitian, dukungan dan teori, batasan masalah serta definisi

operasional dalam bentuk bagan. Kerusakan lingkungan akibat penambangan

batubara perlu adanya peran dari pemerintah daerah terkait dengan kebijakan yang

telah dilaksanakan dalam memenuhi fungsi controlling (pengawasan) kegiatan

penambangan batubara. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya kerjasama dalam

hal ini pemerintah daerah yakni Dinas Lingkungan Hidup untuk mengadakan

koordinasi serta menerapkan kebijakan yang dibuat. Setelah penerapan kebijakan

pemerintah daerah dalam menangani masalah kerusakan lingkungan hidup, juga

perlu diketahui kendala penerapan kebijakan pemerintah daerah tersebut.

Kerja sama tersebut harus didukung oleh pemerintah dusun dalam hal ini

yakni Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo dalam menerapkan konsep

controlling (evaluasi terhadap bantuan dan kebijakan yang dilaksanakan) terkait

dengan penanganan masalah kerusakan lingkungan hidup akibat penambangan

batubara. Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pikir dari peran pemerintah

daerah dalam menangani masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan

batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo dalam penelitian ini dapat

dilihat pada bagan berikut:


23

Gambar 1.1 Kerangka Pikir

PERTAMBANGAN DI
DUSUN TANJUNG BELIT

Dampak Pertambangan Undang-Undang Nomor 4


Batubara: Tahun 2009 tentang
Kerusakan lingkungan Pertambangan Mineral dan
Batubara

Peran Pemerintah Daerah

Kendala Penerapan
Kebijakan

1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur

analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara

kuantifikasi lainnya. Jelas bahwa pengertian ini mempertentangkan

penelitian kualitatif dengan penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitu

dengan menonjolkan usaha kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan pada

penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun pandangan

mereka yang diteliti harus rinci, dibentuk dengan kata-kata, gambaran secara

holistik (utuh). Desain penelitian memberikan gambaran tentang prosedur

untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk menjawab

seluruh pertanyaan penelitian. Peneliti menggunakan desain deskriptif


24

sehingga peneliti mampu menggambarkan dan menguraikan secara

menyeluruh tentang data-data yang ditemui di lapangan dan mampu

mengetahui peran pemerintah daerah dalam menangani masalah kerusakan

lingkungan akibat penambangan batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten

Bungo serta mengetahui kendala dan upaya-upaya dalam mengatasi kendala

tersebut.

1.7.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo,

sesuai dengan judul yang diangkat oleh peneliti, yakni menyangkut peran

pemerintah daerah dalam menangani masalah kerusakan lingkungan akibat

penambangan batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo. Dengan

alasan masih ada perusahaan yang melakukan penambangan batubara dan

mengakibatkan kerusakan lingkungan yang terjadi di Dusun Tanjung Belit

Kabupaten Bungo, namun mereka melakukan penambangan tanpa ada izin

resmi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo. Sehingga diperlukan peran

pemerintah daerah untuk menangani masalah tersebut.

1.7.3 Fokus dan Dimensi Penelitian

Pembatasan studi dalam penelitian ini digunakan batasan masalah

yang disebut dengan fokus penelitian.18 Adapun yang menjadi fokus

penelitian ini adalah masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan batu

bara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo.

18
Pahrudin, dkk. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi. (Jambi : Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Jambi, 2017). hlm. 54
25

1.7.4 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan adalah metode yang dipakai oleh peneliti

kualitatif untuk menentukan siapakah yang akan dijadikan sumber data

(informan).19 Penentuan informan dilakukan berdasarkan keterlibatan

(keterkaitan) seseorang dengan objek penelitian yang akan diteliti. Informan

dalam penelitian ini adalah Rio, Perangkat Dusun, Masyarakat Dusun

Tanjung Belit, serta Staff Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo di

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo.

1.7.5 Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data merupakan langkah untuk memecahkan sesuatu

masalah tertentu. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian

ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

a. Observasi

Data untuk menjawab masalah penelitian dapat dilakukan pula

dengan cara pengamatan. Pengamatan (observasi) yakni mengamati gejala

yang diteliti. Dalam hal ini panca indra manusia (penglihatan dan

pendengaran) diperlukan untuk menangkap gejala yang diamati. Apa yang

ditangkap tadi, dicatat dan selanjutnya catatan tersebut dianalisis.20

Teknik ini digunakan secara langsung tentang peran pemerintah daerah

dalam menangani masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan

19
Pahrudin, dkk. Op. Cit. hlm. 56
20Arikunto, S, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi IV), (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2009), hlm.70
26

batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo serta mengetahui

kendala dan upaya-upaya dalam mengatasi kendala tersebut.

b. Wawancara/ interview

Wawancara secara garis besar dibagi dua, yakni : (1) Wawancara

terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri

masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. (2) Wawancara

tak terstruktur adalah wawancara yang berbeda dengan yang terstruktur.

Cirinya kurang diinterupsi dan arbiter.21

Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi-informasi dari

sumber data antara lain: Rio, Perangkat Dusun, Masyarakat Dusun

Tanjung Belit, serta Staff Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo di

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo mengenai peran pemerintah

daerah dalam menangani masalah kerusakan lingkungan akibat

penambangan batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo serta

mengetahui kendala dan upaya-upaya dalam mengatasi kendala tersebut.

c. Dokumentasi

Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, berarti

mengajar. Sedangkan menurut istilah dokumen yaitu sumber tertulis bagi

informasi sejarah sebagai kebalikan dari pada kesaksian lisan, artefak,

peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilasan-petilasan arkeologis.

Hal ini dimaksudkan bahwa dokumentasi dilakukan untuk

memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian peran pemerintah

21
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010)
hlm.190.
27

daerah dalam menangani masalah kerusakan lingkungan akibat

penambangan batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo.

1.7.6 Teknik Analisis Data

Adapun kegiatan pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Editing Data

Dalam tahap ini, data yang dianggap tidak bernilai ataupun tidak

relevan harus disingkirkan. Hasil wawancara dengan Rio, Perangkat

Dusun, Masyarakat Dusun Tanjung Belit, serta Staff Instansi Pemerintah

Daerah Kabupaten Bungo di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo

yang tidak relevan dengan data mengenai peran pemerintah daerah dalam

menangani masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara

di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo harus dibuang.

Penulis melakukan kegiatan memilih hasil wawancara yang

relevan. Data yang relevan dengan fokus penelitian akan dilakukan

pengolahan kata dalam bentuk bahasa yang lebih baik sesuai dengan

kaidah sebenarnya. Data yang telah diolah menjadi rangkaian bahasa

kemudian dikorelasikan dengan data yang lain sehingga memiliki

keterkaitan informasi. Proses selanjutnya adalah penulis memeriksa

kembali semua data untuk meminimalisir data yang tidak sesuai.

b. Interpretasi

Penulis memberikan penjabaran dari berbagai data yang telah

melewati proses editing sesuai dengan fokus penelitian. Pelaksanaan


28

interpretasi dilakukan dengan memberikan penjelasan berupa kalimat

bersifat narasi dan deskriptif. Data yang telah memiliki makna akan

dilakukan kegiatan analisis data.

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan

melalui tiga alur kegiatan, yaitu :

a. Reduksi data

Penulis mengumpulkan data mengenai peran pemerintah daerah

dalam menangani masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan

batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo. Penulis

mewawancarai informan yaitu Rio, Perangkat Dusun, Masyarakat Dusun

Tanjung Belit, serta Staff Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo di

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo menggunakan pertanyaan

yang sama untuk mencari jawaban yang sesuai dengan apa yang diteliti.

Penulis membuang jawaban yang tidak sesuai dengan fokus penelitian.

b. Display data

Penulis melakukan pengumpulan data yang telah melalui reduksi

untuk menggambarkan kejadian yang terjadi pada saat di lapangan.

Catatan-catatan penting di lapangan, kemudian disajikan dalam bentuk

teks deskriptif untuk mempermudah pembaca memahami secara praktis.

Kegiatan lanjutan penulis pada display data ialah data yang didapat

disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk menggabungkan

informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu.


29

c. Verifikasi data

Kegiatan penulis dalam verifikasi data adalah melakukan

penggunaan penulisan yang tepat dan padu sesuai data yang telah

mengalami proses display data, melakukan peninjauan terhadap catatan-

catatan lapangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian, data yang ada

dianalisis dengan menggunakan pendekatan teori untuk menjawab tujuan

penelitian.

1.7.7 Keabsahan Data (Triangulasi Data)

Pelaksanaan teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi dengan

sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda

dengan teknik yang sama.22 Hal ini dapat di capai dengan jalan:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil


wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,
orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.23
Berdasarkan teknik digunakan untuk mengecek kebenaran dan

keabsahan data yang diperoleh di lapangan tentang peran pemerintah daerah

22
Ibid, hlm. 330.
23
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), hlm. 331
30

Kabupaten Bungo dalam menangani masalah kerusakan lingkungan akibat

penambangan batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo serta

mengetahui kendala dan upaya-upaya dalam mengatasi kendala tersebut.

Berdasarkan data yang bersumber dari observasi, wawancara, maupun

melalui dokumentasi sumber data di lapangan terkait dengan penambangan

batu bara yang merusak lingkungan, pemerintah Kabupaten Bungo

memberikan izin penambangan kepada perusahaan seperti PT. Kuangsing Inti

Makmur juga dilihat aktivitas penambangannya apakah berdampak buruk

pada lingkungan masyarakat yang ada di sekitar.

Data seperti inilah yang ingin diuji keabsahannya melalui triangulasi

dari satu sumber ke sumber yang untuk mencari data yang valid melalui

metode wawancara, dokumentasi maupun observasi sehingga dapat

dipertanggung jawabkan keseluruhan data yang diperoleh di lapangan dalam

penelitian tersebut. Triangulasi data ini bermaksud untuk menguji keabsahan

data yang diperoleh ketika mengadakan penelitian di lapangan.


BAB II
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Dusun Tanjung Belit

2.1.1 Daerah Administratif Dusun Tanjung Belit

Dusun Tanjung Belit merupakan wilayah kerja administratif Kecamatan

Jujuhan seluas 3,39 km2, dengan jumlah penduduk 1.680 jiwa dan kepadatan

penduduk 495,5 jiwa/ km2. Batas-batas Dusun Tanjung Belit adalah:24

a) Sebelah Utara : Dusun Pulau Jelmu

b) Sebelah Selatan : Dusun Rantau Ikil

c) Sebelah Barat : Dusun Ujung Tanjung

d) Sebelah Timur : Dusun Sirih Sekapur

2.1.2 Keadaan Penduduk

Berdasarkan data penduduk pada tahun 2019, jumlah penduduk Dusun


25
Tanjung Belit sebanyak 1.680 jiwa. Sedangkan jika dirinci menurut jenis

kelamin, tercatat bahwa penduduk laki-laki berjumlah 844 jiwa dan penduduk

perempuan berjumlah 836 jiwa. Dengan demikian, jumlah laki-laki lebih banyak

dibandingkan dengan perempuan.

2.1.3 Keadaan Pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia karena

pendidikan mempunyai tugas untuk menyiapkan SDM bagi pembangunan

bangsa dan negara. Salah satu program yang dilakukan oleh pemerintah

24
Dokumentasi Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo
25
Dokumentasi Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo

31
32

kecamatan adalah meningkatkan pembangunan sektor pendidikan formal mulai

dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dusun

Tanjung Belit terdapat beberapa sektor pendidikan formal yaitu: 26

a. Sekolah Dasar (SD) : 3 Unit

b. Sekolah Menengah Pertama (SMP) : 1 Unit

c. Sekolah Menengah Atas (SMA) : 1 Unit

d. Sekolah Menengah Kejuruan SMK) : 1 Unit

2.1.4 Keadaan Sarana dan Prasarana

Dusun Tanjung Belit memiliki berbagai sarana dan prasarana untuk

menjalankan pemerintahannya. Prasarana pemerintahan paling utama adalah

gedung balai desa. Sebagai prasarana keagamaan yang terdapat di Dusun

Tanjung Belit berupa Kantor KUA 1 unit, masjid 3 unit dan mushola 3 unit.27

2.1.5 Keadaan Sosial Ekonomi

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi yaitu serangkaian usaha dan

kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat,

memperluas lapangan kerja, meratakan pembagian pendapatan masyarakat dan

meningkatkan hubungan ekonomi. Dengan demikian, arah pembangunan

ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik dan tingkat

pemerataan yang semakin baik.

Mata pencaharian bagi penduduk di Dusun Rantau Pandan merupakan

kegiatan penduduk dalam memperoleh suatu pendapatan ekonomi dalam

26
Dokumentasi Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo
27
Dokumentasi Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo
33

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pencaharian ini merupakan suatu

kegiatan dan aktivitas masyarakat sesuai dengan bidang dan spesifikasi

pekerjaan. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan

untuk membiayai sekolah anak-anak mereka. Dusun Tanjung Belit disebut

daerah industri perkebunan karena industri dan perkebunan menjadi pilar utama

perekonomian dusun ini. Sehingga sebagian besar penduduk Dusun Tanjung

Belit berorientasi pada industri dan perkebunan sehingga dapat memenuhi

kebutuhan ekonomi mereka.

2.1.6 Penyebutan Kepala Desa Menjadi Rio, Desa Menjadi Dusun dan Dusun

Menjadi Kampung

Mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Bungo Nomor 9 Tahun 2007

Tentang Penyebutan Kepala Desa Menjadi RIO, Desa menjadi Dusun Dan

Dusun Menjadi Kampung. Gelar Rio selaku pemangku adat diberikan oleh

Lembaga Adat Dusun dengan berpedoman kepada ico pakai/ketentuan adat yang

sudah berlaku di dusun setempat yang ditetapkan Peraturan Daerah. Pemerintah

Dusun adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan Badan

Permusyawaratan Dusun dalam mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat, kampung adalah bagian dari wilayah kerja Pemerintahan Dusun dan

ditetapkan dengan peraturan Dusun.

2.1.7 Struktur Organisasi Pemerintahan Dusun Tanjung Belit

Tatanan struktur organisasi dalam satu ikatan yang tak dapat dipisahkan

antara satu dengan yang lain, dalam runtutan pengorganisasian pimpinan


34

merupakan orang yang fundamental dalam organisasi. Dalam rangka

pelaksanaan tugas pengawasan di bidang planning organisasi dan sebagai

supervisor dalam tatanan kepemerintahan di Dusun Tanjung Belit, struktur

organisasinya dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar 2.1
Struktur Organisasi Dusun Tanjung Belit28

BPD RIO
H. ZAINUDIN JONRI YUSREN

SEKRETARIS DUSUN

NURIL HUDA, S.Sos

KASI PELAYANAN & KAUR UMUM &


KESEJAHTERAAN
KASI PEMERINTAHAN
PERENCANAAN
KAUR KEUANGAN
SAPARUDIN DEVI ARIAN ANITA YULIA, S.Pd MARIA ULFA, SE

STAF STAF

KEPALA KAMPUNG KEPALA KAMPUNG


KEPALA KAMPUNG TUO
SUKO MENANTI TEBAT
MANSUR M. RISAN BEDRIANTO

2.2 Gambaran Umum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo, selaku lembaga yang

mengkoordinasikan pengendalian dampak lingkungan hidup di Kabupaten Bungo.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo berdiri sejak tahun 2009 berdasarkan

28
Dokumentasi Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo
35

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4741).

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo sebelumnya bemama Kantor

Pengendalian Lingkungan Hidup (KPLH) Kabupaten Bungo setelah dikeluarkannya

Peraturan Daerah Kabupaten Bungo Nomor 02 Tahun 2011 tentang Pembentukan dan

Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bungo

Tahun 2011 Nomor 2). Kantor tersebut diatur lebih lanjut melalui Peraturan Bupati

Bungo Nomor 47 Tahun 2011 tentang uraian tugas pokok dan fungsi kantor

lingkungan hidup Kabupaten Bungo. Secara legal dan formal Kantor Pengendalian

Lingkungan Hidup berubah menjadi Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten

Bungo setelah diterbitkannya Peraturan Daerah dan Keputusan Bupati di atas.

Peraturan Bupati Bungo Nomor 47 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas Pokok

dan Fungsi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo (Berita Daerah Kabupaten

Bungo Tahun 2011 Nomor 279) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku setelah

diterbitkannya Peraturan Bupati Bungo Nomor 36 Tahun 2016 tentang Susunan

Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Bagan Struktur Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Bungo. Mengacu pada Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup

melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi dibidang

lingkungan hidup sehingga terciptanya pembangunan daerah yang berwawasan

lingkungan.
36

2.2.1 Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup

Visi29

Terwujudnya Lingkungan Hidup Yang Bersih dan Sehat

Misi30

1. Mengintegrasikan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan hidup di dalam

setiap pembangunan.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur yang berkualifikasi dan

berkemampuan tinggi.

3. Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan hidup dan kebersihan.

4. Mengoptimalkan segenap sumberdaya yang tersedia dalam rangka

intensifikasi dan ektensifikasi PAD.

5. Menumbuhkembangkan kepedulian, motivasi dan sinergi instansi terkait serta

pemangku kepentingan dalam rangka menciptakan lingkungan yang bersih,

tertib dan asri.

6. Peningkatan pengelolaan sampah secara efektif dan efisien yang berwawasan

lingkungan.

2.2.2 Keadaan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu

organisasi. Peranan sumber daya manusia dalam suatu organisasi tidak terlepas

dari fungsi-fungsi manajemen. Dimana pencapaian tujuan organisasi sangat

29
Dokumentasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
30
Dokumentasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
37

bergantung dengan berperan atau tidaknya sumber daya manusia yang ada dalam

menjalankan peran dan fungsinya masing-masing dalam organisasi. Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo memiliki jumlah pegawai 16 orang. Untuk

lebih jelasnya mengenai keadaan sumber daya manusia Dinas Lingkungan

Hidup Kabupaten Bungo dapat dilihat pada uraian tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Keadaan SDM Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo31

Tingkat
No Nama Jabatan
Pendidikan
1. H. Prasetyo, SP.Msi Kepala Dinas S2
2. Alfianto, ST. MT Kabid Konservasi SDA S2
Kabid Pengendalian
3. Eka Riani, ST Pemcemaran dan Kerusakan S1
Lingkungan
4. Ir. Yuddi, M.Si Kasubbag TU S2
5. Zulkarnain, S.IP, M.Si Kabid Kebersihan S2
6. Kottada, S.Sos Kasi UPK S1
Kasi Program, Keuangan dan
7. Elda Maya Lestari Purba, ST, M.Si S2
Aset
Kasi Pengendalian Pencemaran
8. M. Gadafi, SKM S1
dan Kerusakan Lingkungan
Kasi Pengkajian Dampak
9. Vilia Melina, ST S1
Lingkungan
Kasi Pengelolaan Bahan -
10. Nelly, SE S1
Bahan Berbahaya dan Racun
Kasi Pemulihan Kualitas
11. Darma Haryeni, ST S1
Lingkungan
Kasi Konservasi SDA dan
12. Lindawati, S.Sos S1
Keanekaragaman Hayati
Kasi Penataan Hukum dan
13. David Kasidi, SH, MH Pengembangan Kapasitas S2
Kelembagaan
Kasi Sarana dan Prasarana
14. Bambang Anggono, ST S1
Persampahan

31
Dokumentasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
38

Tingkat
No Nama Jabatan
Pendidikan
15. Drs. Muhammad Akbar Kasi Pengelolaan Retribusi S1
Kasi Penanggulangan Sampah
16. H. Ismail Usman, S.IP S1
dan Tinja

2.2.3 Peran Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo

Peran Dinas Lingkungan Hidup perlu diuraikan pada bagian ini

menyangkut tugas pokok dan fungsi yang memang seharusnya dilaksanakan

oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo sebagaimana lampiran Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup. Undang-Undang tersebut di atas adalah kebijakan pemerintah pusat yang

bersifat rasional di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

Berdasarkan Peraturan Bupati Bungo Nomor 39 Tahun 2008 tentang

Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo,

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo merupakan unsur pelaksanaan

pemerintah daerah di bidang lingkungan hidup dan dipimpin oleh seorang

Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati.

1. Kepala Dinas

Tugas pokok kepala dinas adalah memirnpin, mengkoordinasikan dan

mengendalikan seluruh kegiatan dinas dalam menyelenggarakan penyusunan


32
dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup. Untuk

32
Dokumentasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
39

menjalankan tugas pokok tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup

mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang lingkungan hidup

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dibidang

lingkungan

c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dibidang

lingkungan hidup

d. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi terhadap

pelaksanaan tugas dibidang lingkungan hidup.

e. Pemberian saran dan pertimbangan serta penyampaian laporan, hasil telaah

dan analisis kepada atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya

f. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan petunjuk dan perintah

atasan.

2. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh Kasubbag Tata Usaha yang berada di bawah

dan bertanggung jawab terhadap Kepala Dinas.33 Untuk melaksanakan

tugasnya, bagian sekretariat mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana dan program kerja subbagian umum dan kepegawaian

serta subbagian program keuangan dan asset

b. Pelaksanaan pembinaan organisasi dan tata laksana di lingkungan dinas

c. Penyusunan perencanaan program dan kegiatan dinas

d. Pengelolaan administrasi kepegawaian di lingkungan kantor

33
Dokumentasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
40

e. Pengelolaan administrasi keuangan di lingkungan kantor

f. Pengelolaan surat menyurat, dokumentasi dan kegiatan rapat serta

perlengkapan dan kerumahtanggaan

g. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama di lingkungan dinas

h. Pemberian saran dan pertimbangan serta penyampaian laporan hasil

telaahan dan analisa kepada atasan sesuai dengan bidang tugas dan

fungsinya

i. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya sesuai dengan petunjuk dan perintah

atasan

3. Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan dipimpin

oleh seorang kepala bidang yang berada dan bertanggung jawab kepada
34
kepala dinas. Untuk melaksanakan tugasnya, bidang pengendalian

pencemaran dan kerusakan lingkungan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana dan program kerja bidang pengendalian pencemaran

dan kerusakan lingkungan

b. Penyusunan bahan rumusan kebijakan teknis operasional, pengawasan,

pengembangan dan pengkajian serta penilaian AMDAL

c. Penyusunan bahan rumusan kebijakan tentang pengawasan dan

pengendalian lingkungan hidup.

d. Pembinaan, pengkoordinasian, pengawasan dan pengembangan teknis

AMDAL serta kelembagaan dan kapasitas pengendalian lingkungan hidup.

34
Dokumentasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
41

e. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kerusakan dan pencemaran

lingkungan air tanah dan udara

f. Pelaksanaan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan air,

tanah, udara, PETI (Penambangan Emas Tanpa Izin)

g. Penelitian dan pengembangan teknis kemampuan pengendalian dampak

lingkungan

h. Pembinaan dan koordinasi perizinan pembuangan limbah cair, gas dan

padat termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).

i. Pemberian saran teknis dan rekomendasi terhadap penilaian dokumen

AMDAL.

j. Penerapan sistem manajemen lingkungan, ekolebel, produksi bersih dan

teknologi ramah lingkungan.

k. Pelaksanaan penegakan hukum lingkungan baik secara administrasi,

perdata dan pidana dengan pengembangan skema insentif dan disinsensitif

l. Penyiapan bahan publikasi dan sosialisasi pada masyarakat sebelum dan

sesudah penilaian dokumen AMDAL dan UKL-UPL.

m. Pemberian saran dan pertimbangan serta penyampaian laporan, hasil

telaahan dan analisa kepada atasan sesuai dengan bidang tugas dan

fungsinya.

n. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya sesuai dengan petunjuk dan perintah

atasan.
42

4. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam

Bidang konservasi sumber daya alam yang dipimpin oleh kepala bidang

yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas. 35 Bidang

konservasi sumber daya alam mempunyai tugas pokok membantu kepala

dinas dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah dibidang

lingkungan hidup urusan bidang rehabilitasi dan pemulihan.36 Untuk

melaksanakan tugasnya, bidang konservasi sumber daya alam mempunyai

fungsi:

a. Penyusunan rencana dan program kerja bidang konservasi sumber daya

alam

b. Perumusan kebijaksanaan teknis dibidang operasional konservasi,

rehabilitasi dan pemulihan kualitas sumber daya hutan, tanah, mineral,

keanekaragaman hayati dan udara.

c. Perumusan kebijaksanaan teknis dibidang peningkatan peran serta

masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

d. Pelaksanaan konservasi, rehabilitasi dan pemulihan kualitas sumber daya

hutan, tanah, air, mineral dan keanekaragaman hayati dan udara.

e. Pelaksanaan peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya kelestarian

fungsi lingkungan.

f. Pelaksanaan program nasional antara lain Adipura, Menuju Indonesia

Hijau, Kalpataru dan Adiwiyata.

g. Melaksanakan koordinasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan

35
Dokumentasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
36
Dokumentasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
43

h. Pelaksanaan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan perlindungan

atmosfir

i. Pemberian saran dan pertimbangan serta penyampaian laporan hasil

telaahan dan analisa kepada atasan sesuai dengan bidang tugas dan

fungsinya.

j. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya sesuai dengan petunjuk dan perintah

atasan.

5. Bidang Kebersihan

Bidang kebersihan yang dipimpin oleh kepala bidang yang berada di


37
bawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang. Bidang Kebersihan

mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya dibidang kualitas lingkungan. Untuk melaksanakan tugasnya,

bidang kebersihan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana program kerja bidang kebersihan

b. Penyusunan kebijaksanaan operasional pengujian kualitas lingkungan

c. Pelaksanaan pembinaan dan koordinasi pelaksanaan pengujian kualitas air,

tanah dan udara.

d. Pelaksanaan pembinaan dan koordinasi dalam pengambilan sampel,

analisis sampel dan evaluasi terhadap hasil pengujian kualitas lingkungan

serta limbah cair.

e. Menghimpun dan mengelola data pengujian kualitas lingkungan serta

limbah cair

37
Dokumentasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
44

f. Pelaksanaan pemantauan air dan badan air

g. Penyelenggaraan operasional laboratorium lingkungan

h. Pemberian saran dan pertirnbangan serta penyampaian laporan hasil

telaahan dan analisa kepada atasan sesuai dengan bidang tugas dan

fungsinya.

i. Pelaksanaan tugas kedinasan lainnya sesuai dengan petunjuk dan perintah

atasan

2.2.4 Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah

Daerah Kabupaten Bungo bertugas dan berwenang: 38

a. Menetapkan kebijakan nasional;

b. Menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria;

c. Menetapkan dan rnelaksanakan kebijakan mengenai RPPLH nasional;

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS;

e. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL- UPL;

f. Menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam nasional dan emisi gas

rumah kaca;

g. Mengembangkan standar kerja sama:

h. Mengkoordinasikan dan melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup;

38
Dokumentasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
45

i. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai sumber daya alam hayati

dan nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber daya genetik dan keamanan

hayati produk rekayasa genetik;

j. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak

perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon;

k. Menetapkan dan kebijakan mengenai limbah

l. Menetapkan dan kebijakan mengenai lingkungan laut;

m. Menetapkan kebijakan dan mengenai melaksanakan limbah, serta

melaksanakan perlindungan melaksanakan pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup lintas batas negara;

n. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan

nasional, peraturan daerah dan peraturan kepala daerah;

o. Melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha

dan atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan

perundang-undangan;

p. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;

q. Mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama dan penyelesaian

perselisihan antar daerah serta penyelesaian sengketa;

r. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengelolaan pengaduan

masyarakat;

s. Menetapkan standar pelayanan minimal;


46

t. Menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan masyarakat

hukum adat, kearifan lokal dan hak masyarakat hukum adat yang terkait

dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;

u. Mengelola informasi lingkungan hidup nasional;

v. Mengkoordinasikan, mengembangkan dan mensosialisasikan pemanfaatan

teknologi ramah lingkungan hidup;

w. Memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan dan penghargaan;

x. Mengembangkan sarana dan standar laboratorium lingkungan hidup;

y. Menerbitkan izin lingkungan;

z. Menetapkan wilayah ekoregion dan melakukan penegakan hukurn

lingkungan hidup.

2.2.5 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo

Tatanan struktur organisasi dalam satu ikatan yang tak dapat dipisahkan

antara satu dengan yang lain, dalam runtutan pengorganisasian pimpinan

merupakan orang yang fundamental dalam organisasi. Komponen atau unit

kerja dari sebuah organisasi melihat pembagian kerja dan bagaimana fungsi atau

kegiatan bisa dikoordinasikan dengan baik. Tidak hanya itu, dengan adanya

struktur organisasi tersebut kita bisa mengetahui spesialisasi dari sebuah

pekerjaan dan saluran perintah dalam menyampaikan laporan.

Berdasarkan Peraturan Bupati Bungo Nomor 36 Tahun 2016 tentang

Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Bagan Struktur Dinas Lingkungan

Hidup Kabupaten Bungo maka struktur organisasi Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Bungo dapat dilihat pada bagan berikut ini:


47

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo39

KEPALA DINAS
H. Prasetyo, SP.Msi

SEKRETARIAT
KELOMPOK
JABATAN Ir. Yuddi, M.Si
FUNGSIONAL

SUBBAGIAN UMUM DAN SUBBAGIAN PROGRAM,


KEPEGAWAIAN KEUANGAN DAN ASET

Kottada, S.Sos Elda Maya Lestari Purba, ST, M.Si

BIDANG PENGENDALIAN
PENCEMARAN DAN KERUSAKAN BIDANG KONSERVASI SUMBER
BIDANG KEBERSIHAN
LINGKUNGAN DAYA ALAM

Eka Riani, ST Alfianto, ST. MT Zulkarnain, S.IP, M.Si

SEKSI PENGENDALIAN
SEKSI PEMULIHAN KUALITAS SEKSI SARANA DAN
PENCEMARAN DAN KERUSAKAN
LINGKUNGAN LINGKUNGAN PRASARANA PERSAMPAHAN

M. Gadafi, SKM Darma Haryeni, ST Bambang Anggono, ST

SEKSI KONSERVASI SUMBER DAYA


SEKSI PENGKAJIAN DAMPAK SEKSI PENGELOLAAN
ALAM DAN KEANEKARAGAMAN
LINGKUNGAN HAYATI RETRIBUSI

Vilia Melina, ST Lindawati, S.Sos Drs. Muhammad Akbar

SEKSI PENATAAN HUKUM DAN


SEKSI PENGELOLAAN BAHAN - PENGEMBANGAN KAPASITAS
SEKSI PENANGGULANGAN
BAHAN BERBAHAYA & RACUN KELEMBAGAAN SAMPAH DAN TINJA

Nelly, SE David Kasidi, SH, MH H. Ismail Usman, S.IP

UPTD

39
Dokumentasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Peran Pemerintah Daerah Dalam Menangani Masalah Kerusakan


Lingkungan Akibat Penambangan Batubara di Dusun Tanjung Belit
Kabupaten Bungo

Pelaksanaan otonomi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki daerah,

Kabupaten Bungo perlu melakukan pengaturan, pembinaan dan pengendalian

terhadap pengelolaan dan pengusahaan potensi daerah di bidang pertambangan

rakyat untuk menjamin kepastian hukum serta terpeliharanya keseimbangan alam

serta kelestarian lingkungan. Selain itu, kegiatan pertambangan batubara di

wilayah Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo dalam pelaksanaannya perlu

diusahakan untuk menunjang pemerataan ekonomi dan meningkatkan

pembangunan ekonomi lokal.

Pengelolaan dan pertambangan rakyat merupakan salah satu potensi

daerah yang dapat menjadi sumber pendapatan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dengan semakin maraknya kegiatan

pertambangan rakyat tanpa izin di wilayah Dusun Tanjung Belit Kabupaten

Bungo, maka perlu dilakukan pengaturan sedini mungkin untuk mengurangi dan

menanggulangi dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan serta memberikan

kepastian hukum bagi masyarakat dalam berusaha. Untuk melaksanakan usaha

pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan

investasi terbatas maka perlu pemberian izin pertambangan rakyat oleh

Pemerintah Kabupaten Bungo.

48
49

Melihat besarnya potensi pertambangan batubara di Kabupaten Bungo

tentu menuntut pemerintah daerah Kabupaten Bungo membuat berbagai kebijakan

untuk pengaturannya. Berbagai kebijakan maupun langkah-langkah yang

dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bungo dalam hal ini dilaksanakan

oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo seperti yang diutarakan Bapak

Prasetyo berikut:

“Dalam menangani masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan


batubara di Dusun Tanjung Belit seperti yang dilakukan pada dusun lain
yakni: Membuat peraturan berkaitan dengan pertambangan,
pengembangan sektor pertambangan dengan memperhatikan potensi
tambang yang ada, mendorong pembangunan sektor pertambangan,
kemudian melakukan pembinaan dan pengawasan kepada pelaku usaha.
Pendekatan secara persuasif memang perlu dilakukan, mengingat warga
yang ada di Dusun Tanjung Belit punya pemikiran bahwa daerah tersebut
adalah milik mereka dan mereka merasa bebas untuk berbuat apa saja
yang harus dilakukan dengan tidak memperhatikan lahan disekitarnya.” 40

Analisa penulis terkait dengan penambangan liar (tanpa izin) memang

menawarkan beberapa peluang dalam hal lapangan kerja, pendapatan dan

peningkatan aktivitas pasar bagi warga yang ada di Dusun Tanjung Belit. Tetapi

dampak negatif yang ditimbulkannya jauh melebihi manfaatnya seperti

penghancuran lahan pertanian dan polusi air, bahaya bagi kesehatan warga yang

ada di sekitar dan peningkatan kejahatan sosial. Peran pemerintah di sini jika

penulis lihat kurang adanya punishment terhadap prilaku warga tersebut. Hal ini

sesuai dengan apa yang disampaikan salah seorang warga Dusun Tanjung Belit

yang bernama Ibu Laura berikut:

40
Wawancara, dengan Bapak H. Prasetyo, SP.Msi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bungo, tgl 20 Januari 2020
50

“Kami sebenarnya tau lah kalau penambangan batubara yang tidak

beraturan ini merusak lingkungan kami, namun karena kondisi ekonomi di rumah,

hal itu tetap kami lakukan dan razia dari pemerintah juga kurang.” 41

Kebanyakan orang yang tinggal di sekitar lokasi pertambangan sudah

terbiasa dengan situasi ini dan kegiatan pertambangan batubara merupakan

kegiatan ekonomi yang sangat penting dengan mengabaikan kerusakan

lingkungan dan gangguan kesehatan. Sebagaimana telah diuraikan pada bagian

terdahulu bahwa kegiatan penambangan batubara illegal di Dusun Tanjung Belit

Kabupaten Bungo menyebabkan terjadinya pencemaran dan atau kerusakan

lingkungan. Sehingga harus dilakukan berbagai kebijakan untuk mengatasi

masalah tersebut. Berkaitan dengan hal ini, pemerintah daerah Kabupaten Bungo

telah melakukan berbagai kebijakan dan langkah-langkah untuk menangani

masalah ini, yaitu :

1. Membentuk tim pelaksana penanggulangan penambangan batubara illegal

2. Membentuk peraturan daerah mengenai pertambangan rakyat

3. Melakukan pembinaan berupa pemberian izin di wilayah pertambangan rakyat

4. Melakukan inventarisasi penambangan batubara illegal

5. Melakukan penyuluhan secara terpadu dengan instansi terkait

6. Melakukan penertiban (hasil wawancara dengan responden) 42

Hasil analisa penulis terkait dengan kebijakan yang disampaikan oleh

kepala dinas di atas beberapa langkah dalam penangan masalah penambangan

41
Wawancara, dengan Ibu Laura Warga RT.06 Dusun Tanjung Belit, tgl 26 Januari
2020
42
Wawancara, dengan Bapak H. Prasetyo, SP.Msi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bungo, tgl 20 Januari 2020
51

batubara di lapangan terhadap masyarakat yang kurang intensif, hal ini terlihat

dengan kurang terbina nya masyarakat terhadap dampak negatif kerusakan

lingkungan yang terjadi jika ada penambangan batubara yang melewati batas

kewajaran. Selain itu setelah pemerintah memberikan izin terhadap beberapa

perusahaan besar untuk membuka lahan penambangan batubara juga kontrol dari

pemerintah daerah juga kurang, karena tidak adanya sidak lapangan secara teratur

di lapangan.

Melihat kebijakan dan langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah

daerah Kabupaten Bungo dalam menangani masalah penambangan batubara

illegal seperti tersebut di atas sudah sangat baik. Namun dalam pelaksanaannya

masih belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut terbukti

dengan masih tingginya aktivitas pertambangan rakyat tanpa izin dari pemerintah

daerah dan dampaknya terhadap lingkungan hidup juga semakin parah. Sehingga

pemerintah daerah harus mengambil langkah untuk menerapkan peraturan

perundang-undangan terutama peraturan daerah secara tegas. Hal ini perlu

dilakukan karena pemerintah daerah memiliki aspek legalitas untuk melakukan

pembinaan dan pengawasan terhadap pertambangan rakyat. Dan dengan demikian

dapat dilakukan upaya pencegahan terjadinya kerusakan dan pencemaran

lingkungan akibat dari pertambangan rakyat tersebut.

Mengenai penegakan hukum terhadap pelaku penambangan batubara

illegal disampaikan oleh Bapak Prasetyo selaku Kepala Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Bungo berikut ini:

“Sebenarnya, penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana


penambangan batubara yang ada di Dusun Tanjung Belit Kabupaten
52

Bungo yang tidak memiliki izin dan melanggar tata cara pertambangan ini
telah dilakukan oleh Kepolisian Resort Kabupaten Bungo. Akan tetapi
penambangan batubara tanpa izin dan merusak lingkungan ini tetap masih
ada sampai sekarang. Kegiatan pertambangan illegal ini masih marak di
Kabupaten Bungo karena kasus pertambangan batubara illegal ini hanya
akan ditangani oleh Kepolisian Resort Kabupaten Bungo apabila terdapat
pengaduan dari beberapa warga yang merasa dirugikan. Kalau tidak ada
pengaduan dari warga setempat, pihak kepolisian juga tidak akan
menangani kasus tersebut disebabkan berbagai alasan.” 43

Hasil analisis data dari observasi penulis di lapangan terkait dengan

penambangan yang illegal dilakukan, memang terlihat sudah melewati batas dan

tidak memperhatikan kerusakan lingkungan yang terjadi di sekitar. Hal ini terjadi

jika dilihat satu sisi karena kebutuhan warga akan ekonomi rumah tangganya

sehingga tidak memperhatikan dampak lingkungan dari hasil kerja mereka dan

sisi lain hal ini dimanfaatkan oleh beberapa oknum yang memiliki kemampuan

ekonomi dan cara melobi para petinggi di kepemerintahan.

Pemerintah daerah Kabupaten Bungo sudah banyak menghabiskan biaya

dan tenaga untuk menanggulangi penambangan batubara illegal tetapi hasilnya

masih sangat minim karena usaha penambangan batubara tersebut adalah usaha

tradisi dan merupakan mata pencaharian masyarakat. Selain itu potensi batubara

di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo cukup besar dan merupakan usaha

yang sangat menguntungkan. Kegiatan penambangan batubara yang dilakukan

masyarakat secara liar tanpa dilengkapi izin di Dusun Tanjung Belit Kabupaten

Bungo telah mengarah pada terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan

hidup, yang menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

43
Wawancara, dengan Bapak H. Prasetyo, SP.Msi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bungo, tgl 20 Januari 2020
53

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dapat dikategorikan sebagai

kejahatan (tindak pidana lingkungan).

Dampak yang mengarah pada terjadinya pencemaran dan perusakan

lingkungan yang ditimbulkan oleh usaha pertambangan merupakan problematika

Undang-Undang Pertambangan (Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967) beserta

peraturan pelaksanaannya yang belum menampakkan ciri perlindungan

lingkungan dan ciri lain yang dipersyaratkan dalam mewujudkan pembangunan

berkelanjutan. Undang-undang pertambangan dalam realitanya lebih memberi

akses bagi penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri.

Undang-undang ini memang lahir beriringan dengan UU PMA dan UU PMDN.

Tidaklah mengherankan jika undang-undang ini mengilhami spirit pengelolaan

sumber daya alam dalam konteks pertumbuhan ekonomi dan bukan dalam konteks

pelestarian kelestarian fungsi lingkungan. Namun dengan lahirnya Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2009 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, sudah

adanya upaya untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup. Hal ini

sesuai dengan wawancara dengan sekretaris dusun di Dusun Tanjung Belit yang

bernama Nuril Huda berikut:

“Penerapan aturan yang ada jika tidak diiringin dengan tindakan langsung

dari pemerintah seperti kontrol terhadap penambangan yang dilakukan oleh PT.

Kuangsing Inti Makmur yang ada di Dusun Tanjung Belit ini maka kerusakan

lingkungan sulit untuk dihindari.” 44

44
Wawancara, dengan Bapak Nuril Huda, S.Sos sekretaris dusun di Dusun Tanjung
Belit, tgl 26 Januari 2020
54

Hasil analisis penelitian penulis tentang kurangnya implementasi

penerapan aturan pemerintah terkait dengan adanya penambangan batubara

memang terlihat kurang, hal ini terlihat dari sistem kontrolnya dari pemerintah

daerah terhadap apa yang terjadi di daerahnya.

Penggunaan hukum sebagai sarana untuk melakukan rekayasa masyarakat

melibatkan penggunaan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh pembuat

hukum guna menimbulkan akibat pada peranan yang dilakukan oleh anggota

masyarakat dan pejabat. Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha memanfaatkan

hukum dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai sarana

untuk melakukan rekayasa masyarakat adalah kegiatan pengawasan dan

pengendalian dampak lingkungan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo dan

instansi terkait salah satunya Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo.

Tindakan-tindakan pejabat tersebut merupakan landasan bagi setiap usaha untuk

mewujudkan perubahan yang efektif di dalam masyarakat dengan penggunaan

hukum lingkungan sebagai sarana.

Berdasarkan pengamatan dan hasil temuan di lapangan menunjukkan

bahwa perilaku masyarakat penambang sebagai pemegang pemeran dalam

bekerjanya hukum dalam masyarakat belum adanya umpan balik dalam mematuhi

ketentuan hukum. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku

masyarakat tersebut adanya faktor-faktor non yuridis, seperti kondisi sosial,

ekonomi, budaya dan sebagainya. Selain beberapa faktor yang telah diuraikan di

atas, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi kebijakan Dinas


55

Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo dalam membangun pertambangan rakyat

yang berwawasan lingkungan, antara lain:

1. Terbatasnya lahan yang potensial, serta masih kurangnya dukungan dari

masyarakat khususnya para penambang.

2. Kesadaran masyarakat akan dampak dari aktivitas pertambangan khususnya

pertambangan batubara illegal terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup

masih rendah.

3. Penegakan hukum sering berbenturan dengan kepentingan masyarakat

penambang. 45

Mengingat kesadaran masyarakat akan dampak dari aktivitas

penambangan batubara illegal yang hampir seluruhnya tidak memperhatikan

aspek lingkungan, maka diperlukan suatu langkah-langkah berupa penyuluhan dan

pembinaan kepada masyarakat khususnya para penambang, agar selalu

memperhatikan dampak negatif dalam melakukan usaha pertambangan batubara

illegal. Karena dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan

batubara illegal yang tidak dilengkapi dengan izin tidak hanya bagi para

penambangan, tetapi juga terhadap masyarakat luas dan terlebih pada lingkungan

hidup. Hal ini sesuai dengan hasil wawacara penulis dengan salah seorang warga

yang bernama Ibu Dian Melati berikut:

“Kami sebagai warga sebenarnya sudah merasakan dampak buruk adanya


penambangan batubara yang ada di Dusun Tanjung Belit ini seperti
kerusakan air sumur yang ada sudah mulai berbau batubara, suasana panas
yang ada di disekitar penambangan serta kultur tanah yang sudah mulai
gersang untuk bertani.” 46
45
Hasil Analisa penulis terhadap beberapa kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah
Daerah
46
Wawancara, dengan Ibu Dian Melati warga RT.02 Tanjung Belit, tgl 26 Januari 2020
56

Hasil analisis penulis dan berdasarkan hasil wawancara dan observasi

penulis di lapangan memang keadaan lingkungan yang ada di sekitar

penambangan batubara terasa cukup panas suhu nya dan merusakan tanaman jika

masyarakat ingin bercocok tanam.

Upaya dalam membangun sektor pertambangan khususnya pertambangan

rakyat yang berwawasan lingkungan, maka Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Bungo harus secara aktif melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan

pertambangan, menerapkan secara tegas dan konsekuen terhadap berbagai aturan

di bidang pertambangan terutama menyangkut penambangan batubara illegal dan

pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Bungo harus selalu memberikan pembinaan kepada masyarakat yang melakukan

kegiatan pertambangan rakyat agar dapat dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah

hukum, terutama dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini

sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak Prasetyo selaku Kepala Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo berikut ini:

“Pemerintah daerah Kabupaten Bungo terutama kami Dinas Lingkungan


Hidup Kabupaten Bungo sudah melakukakan peran kami sebagai aparat
dari pemerintah dengan berbagai usaha baik dari segi pertambangannya
maupun dari segi lingkungannya. Diantaranya kami melakukan sosialisasi
informasi yang bertujuan untuk merealisasikan sistem pengambilan
keputusan dibidang pengelolaan sumber daya alam, cara berpartisipasi dan
transparan untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup serta
pengurasan sumber daya alam.”47

Hasil analisa penulis terlihat bahwa potensi pertambangan batubara yang

ada di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo merupakan salah satu sumber daya

47
Wawancara, dengan Bapak H. Prasetyo, SP.Msi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bungo, tgl 20 Januari 2020
57

alam yang diharapkan dapat menunjang perekonomian masyarakat di Dusun

Tanjung Belit. Untuk itu berbagai upaya sudah dan akan dilakukan oleh Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo dalam mengatasi penambangan batubara

illegal sebagai salah satu wujud tanggungjawab dalam perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup, antara lain:

1. Memfungsikan peraturan daerah dalam rangka memberikan kemudahan bagi

masyarakat untuk memperoleh izin pertambangan.

2. Melakukan pembinaan teknis dan pengawasan bagi setiap usaha/kegiatan

pertambangan termasuk pertambangan rakyat dan aktivitas pertambangan

batubara illegal.

3. Menjadi fasilitator dan mediator dalam menyelesaikan masalah yang timbul

antara pelaku usaha dengan masyarakat dan antara masyarakat dengan para

penambang.

4. Mencari solusi berupa larangan kerja bagi para penambang batubara tanpa izin

dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya para

penambang.

5. Mengembangkan sektor pertambangan yang berwawasan lingkungan, sehingga

menjadi salah satu sektor andalan dalam peningkatan pendapatan asli daerah. 48

Berdasarkan uraian di atas, maka tergambar berbagai upaya yang sudah

dan akan dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo dalam

membangun sektor pertambangan termasuk pertambangan rakyat. Bahkan Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo juga berupaya untuk melakukan pengkajian

48
Wawancara, dengan Bapak H. Prasetyo, SP.Msi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bungo, tgl 20 Januari 2020
58

terhadap berbagai aturan di tingkat daerah yang sudah ada, untuk lebih

mengoptimalkan potensi pertambangan yang sudah ada dan bahkan menjadikan

sector pertambangan sebagai sektor andalan bagi peningkatan pandapatan asli

daerah Kabupaten Bungo.

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo juga menyadari bahwa untuk

melakukan penertiban secara instansi terhadap aktivitas penambangan batubara

illegal sulit untuk dilakukan, karena berkaitan dengan mata pencaharian

masyarakat. Sehingga diupayakan untuk mendorong masyarakat agar mematuhi

ketentuan mengenai pertambangan rakyat khususnya yang diatur dalam peraturan

daerah. Selain itu, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo juga berupaya

untuk membangun pertambangan rakyat dengan cara melakukan pendekatan

secara persuasif kepada para penambang batubara agar mereka mau mengurus

perizinan pertambangan rakyat. Namun di sisi lain juga harus diikuti dengan

penetapan wilayah pertambangan rakyat yang potensial bagi masyarakat, agar

masyarakat dapat melakukan penambangan dengan potensi yang memadai dalam

rangka menunjang kehidupan penambang dan keluarganya, serta di sisi lain tidak

terjadi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Ibu Eka Riani, ST

selaku Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo menyatakan bahwa:

“Selama ini, penegakan hukum pidana bagi warga yang melakukan


penambangan batubara illegal di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo
belum pernah terlaksana karena aparat penegak hukum merasa tidak tega
kepada masyarakat yang bermata pencaharian penambangan dengan modal
alat-alat sederhana diberikan sanksi dan denda sesuai Undang-Undang
Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara. Akan tetapi, yang
sudah sering kami lakukan hingga saat ini adalah sosialisasi, pembinaan
59

dan pemberian himbauan kepada masyarakat untuk mengurus izin


penambangan sebelum mereka melakukan penambangan batubara.” 49

Hasil analisis penulis terkait dengan belum pernah terlaksana sanksi

karena aparat penegak hukum merasa tidak tega kepada masyarakat yang bermata

pencaharian penambangan dengan modal alat-alat sederhana diberikan sanksi dan

denda sesuai Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara,

ini juga akan membuat control terhadap penambangan makin merajalela.

3.2 Kendala Pemerintah Daerah Dalam Menangani Masalah Kerusakan


Lingkungan Akibat Penambangan Batubara di Dusun Tanjung Belit
Kabupaten Bungo

Kendala pertama adalah dari segi hokum. Dari segi hukum disini dapat

dilihat ketika pemerintah daerah Kabupaten Bungo tidak bisa menerapkan

Undang-Undang tentang Mineral dan Batubara kepada pelaku pertambangan yang

disebabkan faktor kemanusiaan. Pemerintah merasa kasihan kepada warga yang

melakukan pertambangan dengan menggunakan alat-alat sederhana untuk mencari

rezeki. Pemerintah berfikir apabila hukum diberlakukan kepada para penambang

tersebut, maka akan banyak menciptakan pengangguran di Kabupaten Bungo

yang akan menimbulkan menurunnya kesejahteraan warga. Dimana tujuan dari

pemerintah itu sendiri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan warganya

sendiri. Pemerintah tidak akan menangkap warga yang melakukan aktivitas

pertambangan yang masih dalam batas wajar. Selain itu, hambatannya yang lain

adalah pemerintah tidak dapat menerapkan hukum dikarenakan tidak ada warga

yang melaporkan kasus pertambangan illegal tersebut kepada kepolisian. Dalam

49
Wawancara, dengan Ibu Eka Riani, ST Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo tgl. 20 Januari 2020
60

kasus ini seharusnya pemerintah dan masyarakat lebih bekerja sama lagi dalam

mengungkap kasus pertambangan illegal tersebut dengan tujuan Undang-Undang

Mineral dan Batubara dapat diterapkan sebagaimana mestinya.

Aktivitas penambangan batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten

Bungo terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Penambangan batubara

illegal ini sulit dicegah karena kegiatan masyarakat dengan alasan untuk

mempertahankan hidup. Lokasi pertambangan batubara yang dilakukan oleh

masyarakat sangat merusak lingkungan hidup. Kendala yang dihadapi oleh

pemerintah daerah Kabupaten Bungo dalam membangun sektor pertambangan

dihubungkan dengan pelestarian fungsi lingkungan hidup di Kabupaten Bungo

adalah untuk kegiatan pertambangan yang memiliki izin (perusahaan) tidak ada

masalah/kendala, tetapi untuk kegiatan pertambangan masyarakat tidak ada

tanggung jawab masyarakat untuk peduli dengan lingkungan hidup sehingga

lingkungan mengalami kerusakan dan pencemaran. Hal ini sesuai dengan apa

yang disampaikan oleh Kasi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan

Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo Bapak M. Gadafi

berikut:

“Alasan masyarakat ketika ada penindakan terhadap kerusakan lingkungan


yang ada di sekitar penambangan sebenarnya adalah alasan klasik, yakni
untuk mempertahankan hidup, padahal kerusakan yang terjadi akibat
penambangan liar yang dilakukan juga berdampak terhadap dusun mereka
sendiri, tanahnya berubah tidak bisa dijadikan bercocok tanam serta untuk
mendapatkan air bersih juga tercemari.” 50

50
Wawancara, dengan Bapak M. Gadafi, SKM Kasi Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo tgl. 20 Januari 2020
61

Hasil analisis penulis memang ketika ada pemerintah desa yang ingin

memberikan tindakan secara serius terhadap penambangan yang sudah melewati

batas, hal ini banyak terkendala dengan adanya hubungan emosional yang

membuat aparatur Dusun Tanjung Belit belum bisa secara tegas melakukan

tindakan dan pelaporan.

Aktivitas penambangan batubara yang dilakukan yang dilakukan oleh

masyarakat mengakibatkan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan di

sekitar lokasi penambangan. Hal ini dilakukan secara illegal oleh masyarakat

tanpa memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Berdasarkan hasil

analisa penulis dari wawancara dengan responden, dokumentasi serta observasi

yang penulis lakukan faktor penyebab terjadinya penambangan batubara yang

dilakukan masyarakat mengakibatkan terjadinya pencemaran dan atau kerusakan

lingkungan di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo antara lain:

a. Faktor lapangan kerja yang terbatas

b. Faktor ekonomi (untuk memenuhi kebutuhan hidup)

c. Faktor kurangnya kesadaran hukum masyarakat

d. Faktor menipisnya etika/moral masyarakat dengan mengabaikan aspek

keselamatan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup

e. Faktor penegakan hukum yang lemah51

Berdasarkan data di atas, tergambar bahwa cukup banyak faktor yang

menyebabkan terjadinya penambangan batubara illegal. Namun, dari beberapa

faktor tersebut, yang dominan adalah faktor untuk memenuhi kebutuhan hidup.

51
Hasil analisa penulis
62

Hal ini didasarkan bahwa menambang merupakan pekerjaan yang sudah lama dan

turun temurun dilakukan oleh masyarakat sebagai mata pencaharian untuk

membiayai seluruh kebutuhan hidup penambang dan keluarganya. Dan bahkan

dengan menambang banyak masyarakat yang berhasil menyekolahkan anak-

anaknya sampai ke tingkat perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan wawancara

dengan Rio Dusun Tanjung Belit yang bernama Jonri Yusren berikut:

“Peranan Dinas Lingkungan Hidup dalam perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup di dusun menurut saya kami telah berupaya sebaik
mungkin melaksanakan peran tersebut dan telah diatur secara resmi dalam
PERDA Kabupaten Bungo, mereka menjalankan tupoksi mereka, namun
secara pribadi memang masalah ini terletak pada masyarakat yang ada di
dusun ini sendiri yang tidak terlalu memperhatikan dampak penambangan
yang tidak sesuai aturan dan merusak ekosistem alam disekitar.” 52

Hasil analisis penulis dari hasil observasi dan Daerah Kabupaten Bungo

terdapat beberapa daerah yang potensi batu baranya cukup tinggi. Karena setiap

melakukan kegiatan penambangan ada hasil yang mereka dapatkan sehingga bagi

mereka daerah/lokasi tersebut memiliki potensi sumber daya berupa batubara

yang cukup banyak sehingga peluang untuk mendapatkan batubara akan terbuka.

Di sisi lain tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian/kebiasaan yang

sering mereka lakukan (sebagai penambang) dan secara instan dapat

menghasilkan uang dalam waktu yang tidak lama. Hal ini dikarenakan bahwa

mereka memerlukan biaya untuk memenuhi kehidupan mereka dan keluarganya

sehari-hari. Dengan menambang batubara, hal itu dapat dipenuhi dengan cepat.

Langkah-langkah pemerintah daerah Kabupaten Bungo khususnya Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo dalam penegakan hukum terhadap

52
Wawancara, dengan Bapak Jonri Yusren, Rio Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo
tgl. 22 Januari 2020
63

pertambangan batubara illegal untuk saat belum ada penegakan hukum apapun

baik itu penegakan hukum administrasi maupun penegakan hukum pidana.

Dikarenakan para penambang batubara illegal tersebut melakukan aktivitas

pertambangannya hanya dengan menggunakan alat-alat sederhana dan hasil yang

didapat dari pertambangan batu tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan hidup

mereka sehari-hari. Berbeda dengan pertambangan yang dilakukan oleh

perseorangan maupun badan usaha yang menggunakan alat-alat berat dan

melakukan aktivitas pertambangan tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang

Mineral dan Batubara untuk melakukan aktivitas pertambangan. Dalam hal ini

Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo langsung bertindak tegas kepada para

penambang batubara tersebut dengan menerapkan Undang-Undang tentang

Mineral dan Batubara.

Dahulu kegiatan penambangan batubara illegal tidak separah sekarang ini.

Karena tidak ada lagi mata pencaharian lain, maka mereka juga ikut melakukan

kegiatan penambangan batubara illegal untuk keperluan hidup mereka. Melihat

besarnya dampak negatif yang timbul akibat kegiatan penambangan batubara

illegal yang dilakukan oleh masyarakat, maka seharusnya pemerintah daerah

sesuai dengan kewenangannya melakukan tindakan untuk mengatasi masalah

tersebut. Namun, dalam kenyataannya hal tersebut tidak dilakukan oleh

pemerintah daerah Kabupaten Bungo, yang dikarenakan beberapa faktor yang

terjadi dilapangan antara lain:

1. Kegiatan penambangan batubara tanpa izin di Kabupaten Bungo sulit

ditertibkan, karena ada banyak kepentingan dan berbagai pihak yang ikut
64

bermain dan yang sering terjadi penertiban yang dilakukan pada akhir

menimbulkan konflik dengan masyarakat penambang.

2. Lokasi penambangan batubara illegal menyebar dan sebagian besar dilakukan

di daerah yang jauh dan sulit ditempuh/dijangkau dan sarana yang dimiliki oleh

pemerintah daerah terbatas.

3. Aktivitas penambangan batubara illegal merupakan pekerjaan yang secara

turun temurun dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup

mereka dan keluarganya.

4. Masyarakat sebagai pekerja dalam kegiatan penambangan batubara illegal,

namun dibelakangnya ada pihak lain yang mendukung dari sisi peralatan dan

pendanaan

5. Penertiban yang dilakukan oleh pemerintah daerah lebih banyak bersifat

pembinaan dan belum menerapkan sanksi.53

Disadari bahwa di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo terdapat

penambangan yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan,

sederhana, turun temurun dan untuk keperluan sehari-hari yang bersifat

tradisional, maka diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan penambangan

batubara dalam bentuk Pertambangan Rakyat. Pertambangan rakyat ini hanya

dapat dilakukan oleh rakyat setempat yang setelah mendapat Izin Pertambangan

Rakyat (IPR) dan dilakukan di Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR).

Di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo cukup banyak terjadi

penambangan batubara yang dilakukan tanpa memiliki IPR, yang memang

53
Hasil observasi penulis
65

dilakukan oleh masyarakat/penduduk setempat, menggunakan peralatan

sederhana, dilaksanakan secara tradisional, namun wilayah kerjanya belum

diusulkan (belum adanya Wilayah Pertambangan Rakyat). Pertambangan rakyat

ini secara lokal dirasakan perlu mendapat perhatian dengan seksama karena di

satu pihak kegiatan ini membuka lapangan kerja, kesempatan berusaha bagi

masyarakat lapisan bawah, sedangkan di lain pihak bahwa kegiatan ini jika tidak

dibina dapat berpotensi merusak lingkungan hidup.

Hasil analisa penulis kenyataan di lapangan menunjukkan pada daerah

yang sudah ada izin kuasa pertambangannya ataupun di dalam Wilayah

Pertambangan Rakyat bahkan terdapat juga di wilayah bebas, terdapat kegiatan

penambangan batubara oleh masyarakat bukan saja penduduk setempat yang

mengerjakan penambangan batubara, tetapi sudah banyak pendatang-pendatang

dari luar dan bukan lagi menggunakan alat-alat sederhana, tetapi sudah

menggunakan peralatan mekanis yang besar dan umumnya tidak memiliki izin

dari pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan

salah seorang warga yang bernama Mario berikut:

“Kami warga sebenarnya sudah merasa terganggu dengan adanya


penambangan barubara di dusun kami ini, namun apa mau dikatalah, kami
juga butuh penghasilan untuk menghidupi keluarga di rumah, walaupun
ketika mereka sudah menggunakan alat berat untuk menggali batubara,
kami faham betul akibat buruknya bagi dusun kami.”54

Hasil analisis penulis terkait dengan penambangan batubara illegal

merupakan masalah yang pelik. Di satu sisi kegiatan penambangan tersebut tidak

menerapkan kaidah pertambangan secara benar dan hampir-hampir tak tersentuh

54
Wawancara, dengan Bapak Mario salah satu warga Dusun Tanjung Belit, tanggal 28
Januari 2020
66

hukum. Sementara di sisi lain bahan galian bersifat tak terbarukan dan dalam

pengusahaannya berpotensi merusak lingkungan. Maka yang terjadi kemudian

adalah berbagai dampak negatif yang tidak saja merugikan pemerintah daerah

tetapi juga masyarakat luas dan generasi mendatang. Sebagaimana lazimnya,

suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan akan memberikan dampak baik positif

maupun negatif terhadap lingkungan. Demikian pula halnya dengan kegiatan

pertambangan batubara yang dilakukan masyarakat tanpa dilengkapi dokumen

IPR ini, secara langsung maupun tidak langsung menimbulkan dampak terhadap

kelestarian fungsi lingkungan hidup. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

penulis dengan salah seorang perangkat Dusun Tanjung Belit yang berkedudukan

di Kaur Umum dan Prencanaan yakni Ibu Anita Yulia berikut:

“Pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup memang


seharusnya ada pengawasan penuh dari pemerintah terhadap tindakan
penambangan batu bara apakah telah melewati batas ketentuan yang ada
ataukah tidak, hal ini untuk mengontrol penyalahgunaan wewenang dan
izin yang diberikan pemerintah terhadap penambangan batu bara yang ada.
Hal ini juga membantu kami di Dusun Tanjung Belit ini menjaga
kelestarian alam dan menjaga air kami agar tetap bersih.” 55

Hasil observasi dan analisis penulis lingkup pelaksanaan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup pada dasarnya meliputi berbagai sektor yang

menjadi tanggung jawab berbagai kementerian dan instansi pemerintah. Untuk

menghindari tumpang tindih wewenang dan benturan kepentingan perlu adanya

koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi melalui perangkat kelembagaan

yang dikoordinasikan oleh menteri. Dan untuk di tingkat Dusun Tanjung Belit hal

55
Wawancara, dengan Ibu Anita Yulia Kaur Umum dan Prencanaan, tanggal 28 Januari
2020
67

tersebut juga dapat dilakukan sesuai dengan kewenangan yang ada pada

pemerintah daerah khususnya Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo.

Namun realitanya menunjukkan hal tersebut menjadi faktor kendala

berlangsungnya proses penegakan hukum dalam upaya perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup di bidang pertambangan. Oleh karena kondisi

tersebut menjadi problematik tidak adanya ketegasan batasan kewenangan, yang

mana ditunjukkan adanya anggapan ketika aktivitas kegiatan pertambangan

menghasilkan pendapatan secara ekonomis maka masing-masing pihak/instansi

memperebutkan kewenangan tersebut. Namun, ironisnya ketika aktivitas kegiatan

pertambangan tersebut berdampak pencemaran dan perusakan lingkungan maka

masing-masing pihak/instansi merasa bukan kewenangan mereka untuk

menangani dan menanggulangi dampak tersebut. Terutama jika dikaitkan dengan

hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, dimana permasalahan yang muncul

akibat dari aktivitas pertambangan batubara illegal tersebut menjadi tanggung

jawab daerah khususnya Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo untuk

mengatasinya.

Penghambat pemerintah dalam menertibkan aktivitas penambangan

batubara diantaranya adalah pemerintah kesulitan menertibkan warga yang

bekerja sebagai penambang batubara illegal karena warga sendiri merasa tanah

tempat melakukan aktivitas pertambangan tersebut adalah milik mereka, jadi

mereka tidak mau menghentikan aktivitas tersebut. Mereka merasa tanah tersebut

adalah hak mereka sehingga pemerintah hanya bisa memberikan sosialisasi

kepada masyarakat untuk tidak melakukan pertambangan di wilayah walaupun


68

wilayah tersebut milik mereka sendiri karena wilayah itu tidak diperuntukkan

untuk di tambang.

Masalah ekonomi adalah faktor penghambat paling banyak karena

sebagian warga di Dusun Tanjung Belit tidak mau beralih mata pencaharian ke

bidang pertanian karena menurut mereka hasil dari pertanian tidak bisa

mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari sedangkan bekerja sebagai

penambang batubara dapat menghasilkan uang yang lebih banyak. Untuk

menertibkan kegiatan penambangan batubara illegal ini tidak bisa hanya

pemerintah Kabupaten Bungo saja yang turun tangan. Hal ini kembali lagi kepada

tingkat kesadaran warga Dusun Tanjung Belit sendiri terhadap kepedulian

keselamatan mereka sendiri. Apabila tidak ada kesadaran dari masyarakat maka

upaya pemerintah Kabupaten Bungo khususnya Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Bungo untuk menertibkan aktivitas ini tidak akan membuahkan hasil.

Tabel 3.1 Matrik Penelitian Secara Keseluruhan

Rumusan
No Teori Pembahasan
Masalah
1. Bagaimana Pasal 2 huruf a Undang-Undang Peran pemerintah daerah
peran Nomor 32 Tahun 2009 Kabupaten Bungo khususnya
pemerintah dinyatakan bahwa perlindungan Dinas Lingkungan Hidup
daerah dalam dan pengelolaan lingkungan dalam menangani masalah
menangani hidup dilaksanakan berdasarkan kerusakan lingkungan akibat
masalah asas tanggung jawab negara. penambangan batubara di
kerusakan Perlindungan dan pengelolaan Dusun Tanjung Belit berupa:
lingkungan lingkungan hidup menuntut membuat aturan di tingkat
akibat dikembangkannya suatu sistem daerah (baik peraturan daerah
penambangan yang terpadu berupa suatu maupun peraturan bupati)
batubara di kebijakan nasional perlindungan berkaitan dengan
Dusun dan pengelolaan lingkungan pertambangan rakyat, dan
Tanjung Belit hidup yang harus dilaksanakan melakukan pembinaan dan
Kabupaten secara taat asas dan konsekuen pengawasan kepada pelaku
Bungo? dari pusat sampai ke daerah. usaha dalam implementasi
Dengan demikian asas tanggung kegiatan usaha pertambangan,
69

Rumusan
No Teori Pembahasan
Masalah
jawab negara terhadap agar tetap memperhatikan
perlindungan dan pengelolaan kelestarian fungsi lingkungan
lingkungan hidup juga melekat hidup dan peningkatan
pada daerah termasuk di kesejahteraan masyarakat serta
Kabupaten Bungo. melakukan inventarisasi
penambangan batubara illegal.
2. Apa kendala Sumber daya alam Indonesia Kendala pemerintah daerah
pemerintah terutama berupa hasil tambang, Kabupaten Bungo dalam
daerah dalam pertanian dan bahan baku menangani masalah kerusakan
menangani industri. Pengelolaan sumber lingkungan akibat
masalah daya alam yang terkandung di penambangan batubara di
kerusakan daratan, lautan dan angkasa Dusun Tanjung Belit yakni
lingkungan dilakukan secara optimal, adil, lapangan kerja yang terbatas,
akibat berkelanjutan dan ramah ekonomi keluarga, kurangnya
penambangan lingkungan. Hal ini cukup kesadaran hukum masyarakat,
batubara di penting untuk dilakukan menipisnya moral masyarakat
Dusun mengingat berbagai kenyataan dengan mengabaikan aspek
Tanjung Belit membuktikan bahwa kegiatan keselamatan dan kelestarian
Kabupaten penambangan batubara yang lingkungan hidup, penegakan
Bungo? dilakukan menimbulkan dampak hukum yang lemah serta ada
(kerusakan lingkungan) yang banyak kepentingan dan
besar terhadap lingkungan berbagai pihak yang ikut
hidup. Walaupun telah dibentuk bermain dan yang sering terjadi
berbagai peraturan perundang- penertiban yang dilakukan
undangan baik di tingkat pusat pada akhir menimbulkan
maupun di daerah Kabupaten konflik dengan masyarakat
Bungo seperti tersebut di atas, penambang, kemudian
namun aktivitas penambangan penambangan batubara illegal
batubara tanpa izin masih terus menyebar dan sebagian besar
terjadi. Proses dalam mencari dilakukan di daerah yang jauh
cara untuk menangani masalah dan sulit ditempuh/dijangkau
kerusakan lingkungan akibat dan sarana yang dimiliki oleh
penambangan batubara, pemerintah daerah terbatas.
diperlukan peran dari
Pemerintah Daerah Kabupaten
Bungo untuk mengidentifikasi
adanya faktor-faktor yang
bersifat mendukung maupun
menghambat dalam
menyelesaikan permasalahan
tersebut.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peran Pemerintah Daerah

Dalam Menangani Masalah Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan

Batubara di Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo, dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

a. Peran pemerintah daerah Kabupaten Bungo khususnya Dinas Lingkungan

Hidup dalam menangani masalah kerusakan lingkungan akibat

penambangan batubara di Dusun Tanjung Belit berupa: membuat aturan di

tingkat daerah (baik peraturan daerah maupun peraturan bupati) berkaitan

dengan pertambangan rakyat, dan melakukan pembinaan dan pengawasan

kepada pelaku usaha dalam implementasi kegiatan usaha pertambangan,

agar tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat serta melakukan inventarisasi

penambangan batubara illegal.

b. Kendala pemerintah daerah Kabupaten Bungo dalam menangani masalah

kerusakan lingkungan akibat penambangan batubara di Dusun Tanjung

Belit yakni lapangan kerja yang terbatas, ekonomi keluarga, kurangnya

kesadaran hukum masyarakat, menipisnya moral masyarakat dengan

mengabaikan aspek keselamatan dan kelestarian lingkungan hidup,

penegakan hukum yang lemah serta ada banyak kepentingan dan berbagai

pihak yang ikut bermain dan yang sering terjadi penertiban yang dilakukan

70
71

pada akhir menimbulkan konflik dengan masyarakat penambang,

kemudian penambangan batubara illegal menyebar dan sebagian besar

dilakukan di daerah yang jauh dan sulit ditempuh/dijangkau dan sarana

yang dimiliki oleh pemerintah daerah terbatas.

4.2 Saran

Ada beberapa hal yang dapat kami berikan sumbang saran pendapat

mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan judul, yakni :

1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo hendaknya ketika melakukan

pembangunan sektor pertambangan dalam rangka mempercepat

perkembangan wilayah tetap memperhatikan kelestarian fungsi

lingkungan hidup dan menerapkan prinsip-prinsip good governance

dalam pemberian perizinan di bidang pertambangan, kemudian tim

pelaksanaan penanggulangan batubara illegal mestinya benar-benar

melakukan inventarisir dan pembinaan bahkan jika perlu melakukan

tindakan penyegelan terhadap penambangan liar. Sebaiknya pemerintah

Kabupaten Bungo lebih tegas lagi kepada para penambang batubara baik

yang memiliki izin maupun yang tidak memiliki izin, karena apabila

pertambangan dilakukan secara terus menerus akan menyebabkan

kerusakan ekosistem dan lingkungan yang ada di sekitarnya dan

berkemungkinan cepat atau lambat dapat menimbulkan bencana alam

dan pencemaran lainnya.

2. Bagi Pemerintah Dusun Tanjung Belit hendaknya melakukan penyuluhan

terpadu dengan melibatkan Pemerintah Daerah Kabupaten Bungo serta


72

masyarakat dengan tema dampak negatif pencemaran lingkungan akibat

penambangan liar serta melakukan pendekatan secara persuasif dengan

masyarakat yang melakukan penambangan agar tidak melakukan

penambangan lagi.

3. Bagi masyarakat Dusun Tanjung Belit hendaknya ketika melakukan

pekerjaan yang mengambil manfaat dari lingkungan dan sumber daya

alam yang ada sebaiknya lebih meningkatkan kesadaran dari dampak

pencemaran yang akan ditimbulkan dari aktivitas pertambangan tersebut.

Sebaiknya masyarakat Dusun Tanjung Belit yang sekarang pekerjaannya

sebagai penambang batubara illegal besok bisa beralih profesi ke bidang

pekerjaan yang tidak bertentangan dengan aturan yang telah ditetapkan

pemerintah seperti beralih ke bidang pertanian, peternakan dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA

a. Buku

Anonim. 2008. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya : Reality Publisher.

Anonim. 2017. Bahan Tayang Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI. Jakarta :
Sekretariat Jenderal MPR RI.

Anonim. 2017. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta :
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Anonim. 2017. Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta :
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Anonim. 2017. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia


Nomor I/MPR/2003 Tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status
Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun
1960 Sampai Dengan Tahun 2002. Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI.

Anonim. 2017. Materi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI. Jakarta : Sekretariat
Jenderal MPR RI.

Anonim. 2017. Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia. Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI.

Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi


IV), Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Lexy J. Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Pahrudin, dkk. 2017. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi. Jambi : Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi.

Soerjono Soekanto. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi. Jakarta : CV.
Rajawali.

Sudrajat, Nandang. 2010. Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut


Hukum. Yogyakarta : Pustaka Yustisia.

b. Jurnal

Florentinus Christian Imanuel, Peran Kepala Desa Dalam Pembangunan di Desa


Budaya Sungai Bawang Kecamatan Muara Badak Kab. Kutai
Kartanegara, eJournal Ilmu Pemerintahan, Volume 3, Nomor 2, Tahun
2015.

Murdiana Asih Heningtyas, Sjamsiar Sjamsuddin, Minto Hadi, Peran Pemerintah


dan Masyarakat Dalam Upaya Pengembangan Pendidikan Nonformal,
Jurnal Administrasi Publik, Volume 2, Nomor 2

c. Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan Ketentuan Pokok


Pertambangan.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara

d. Wawancara

Wawancara, dengan Bapak H. Prasetyo, SP.Msi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup


Kabupaten Bungo, tanggal 20 Januari 2020

Wawancara, dengan Bapak Jonri Yusren, Rio Dusun Tanjung Belit Kabupaten
Bungo tanggal 22 Januari 2020

Wawancara, dengan Bapak M. Gadafi, SKM Kasi Pengendalian Pencemaran dan


Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo,
tanggal 20 Januari 2020

Wawancara, dengan Bapak Mario salah satu warga Dusun Tanjung Belit, tanggal
28 Januari 2020

Wawancara, dengan Bapak Nuril Huda, S.Sos, Sekretaris Dusun di Dusun


Tanjung Belit, tanggal 26 Januari 2020

Wawancara, dengan Ibu Anita Yulia Kaur Umum dan Perencanaan, tanggal 28
Januari 2020

Wawancara, dengan Ibu Dian Melati warga RT.02 Tanjung Belit, tanggal 26
Januari 2020

Wawancara, dengan Ibu Eka Riani, ST Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran


dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
tanggal 20 Januari 2020

Wawancara, dengan Ibu Laura Warga RT.06 Dusun Tanjung Belit, tanggal 26
Januari 2020
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Nama : ROZA NOPITA SARI


NIM : H1A114043
Prodi/Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi : Peran Pemerintah Daerah Dalam Menangani Masalah Kerusakan
Lingkungan Akibat Penambangan Batubara di Dusun Tanjung
Belit Kabupaten Bungo

Pembimbing I : Dr. Hartati, SH., MH.


Pembimbing II : Rio Yusri Maulana, S.IP., M.Ipol.

A. OBSERVASI
1. Peranan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo Dalam Menangani
Kerusakan Lingkungan.
2. Kerusakan Lingkungan Akibat Penambangan Batubara di Dusun Tanjung
Belit.

B. WAWANCARA
1. Apa saja kebijakan maupun langkah-langkah yang dilakukan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Bungo khususnya Dinas Lingkungan Hidup
dalam menangani masalah kerusakan lingkungan akibat penambangan ?
2. Bagaimana upaya Dinas Lingkungan Hidup dalam penegakan hukum
terhadap pelaku penambangan batubara illegal ?
3. Bagaimana penerapan aturan perundang-undangan di Dusun Tanjung Belit
sebagai upaya untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan
hidup?
4. Apa dampak negatif yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan
batubara illegal terhadap masyarakat dan terlebih pada lingkungan hidup ?
5. Apa peran Dinas Lingkungan Hidup dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup ?
6. Apa saja upaya yang sudah dan akan dilakukan oleh Dinas Lingkungan
Hidup dalam mengatasi penambangan batu bara illegal ?
7. Apakah penegakan hukum pidana bagi warga yang melakukan
penambangan batubara illegal di Dusun Tanjung Belit sudah terlaksana
dengan baik ?
8. Apa saja kendala yang dihadapi oleh pemerintah Daerah Kabupaten
Bungo dalam membangun sektor pertambangan dihubungkan dengan
pelestarian fungsi lingkungan hidup ?
9. Apakah peranan Dinas Lingkungan Hidup dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sudah terlaksana dengan baik ?
10. Bagaimana pendapat masyarakat dengan adanya penambangan batubara di
Dusun Tanjung Belit Kabupaten Bungo ?

C. DOKUMENTASI
1. Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
2. Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
3. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bungo
4. Struktur Organisasi Pemerintahan Dusun Tanjung Belit
5. Data Penduduk Dusun Tanjung Belit
6. Daerah Administratif Dusun Tanjung Belit

DAFTAR INFORMAN DAN RESPONDEN

No. Nama Jabatan


1. H. Prasetyo, SP.Msi Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran
2. Eka Riani, ST
dan Kerusakan Lingkungan
Kasi Pengendalian Pencemaran dan
3. M. Gadafi, SKM
Kerusakan Lingkungan
4. Jonri Yusren Rio Dusun Tanjung Belit
5. Nuril Huda, S.Sos Sekretaris Dusun di Dusun Tanjung Belit
6. Anita Yulia Kaur Umum dan Perencanaan
7. Mario Warga Dusun Tanjung Belit
8. Dian Melati Warga Dusun Tanjung Belit
9. Laura Warga Dusun Tanjung Belit
DOKUMENTASI

Wawancara dengan Bapak Dafi di Dinas Wawancara dengan Bapak Farid di PT


Lingkungan Hidup KIM

Wawancara dengan Bapak Jonri Yusren Struktur Organisasi Dinas Lingkungan


selaku Rio Dusun Tanjung Belit Hidup Kabupaten Bungo

Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kerusakan Lingkungan Akibat


Kabupaten Bungo Penambangan Batu Bara
Visi dan Misi Dinas Lingkungan Hidup Struktur Organisasi Pemerintahan Dusun
Kabupaten Bungo Tanjung Belit

Anda mungkin juga menyukai