Anda di halaman 1dari 114

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INSTALASI

PENGOLAHAN AIR MINUM


DI KECAMATAN NAMORAMBE
KABUPATEN DELI SERDANG

TUGAS AKHIR

RIO HENDRO
150407008

Pembimbing I Pembimbing II
Ivan Indrawan, S.T., M.T. Muhammad Faisal, S.T., M.T.
NIP. 197612052006041001 NIP. 198005172017061001

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INSTALASI
PENGOLAHAN AIR MINUM
DI KECAMATAN NAMORAMBE
KABUPATEN DELI SERDANG

TUGAS AKHIR

RIO HENDRO
150407008

TUGAS AKHIR INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN


PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir dengan judul:

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INSTALASI


PENGOLAHAN AIR MINUM
DI KECAMATAN NAMORAMBE
KABUPATEN DELI SERDANG
Dibuat untuk melengkapi persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Program Studi
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini
telah diujikan pada Sidang Tugas Akhir pada 30 Juli 2021 dan dinyatakan telah
memenuhi syarat/sah sebagai Tugas Akhir pada Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Medan, September 2021
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ivan Indrawan, S.T., M.T. Muhammad Faisal, S.T. M.T.


NIP. 19761205 200604 1 001 NIP. 19800517 201706 1 001

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Dr. Eng. Ir. Hafizhul Khair AM, S.T., M.T. Ronald Leonardo Siregar, S.T. M.T.
NIP. 19870812 201404 1 003 NIP. 19861202 201805 1 001

Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Tugas Akhir Ketua Program Studi Teknik
Lingkungan

Rahmi Utami, S.T., M.T. Ir. Netti Herlina, M.T.


NIP. 19920920 202001 2 001 NIP. 19680425 199903 2 004
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir dengan judul “Perencanaan dan Perancangan Instalasi Pengolahan Air Minum di
Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang”.

Terima kasih Penulis ucapkan kepada Bapak Ivan Indrawan, S.T., M.T. dan Bapak
Muhammad Faisal, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima
kasih kepada :

1. A. Simanjuntak dan R. Sianipar selaku Orang Tua saya, yang telah memberi
semangat dan doa kepada penulis.
2. Aprael Jackson Simanjuntak dan Andry Simon Simanjuntak, yang telah
memberi semangat dan doa kepada penulis.
3. Bapak Dr. Eng. Ir. Hafizhul Khair AM, S.T., M.T. dan Bapak Ronald Leonardo
Siregar, S.T., M.T. selaku Dosen Penguji selama Tugas Akhir ini berjalan.
4. Ibu Isra Suryanti, S.T., M.si. dan Ibu Rahmi Utami, S.T., M.T. selaku
pembimbing akademik.
5. Ibu Gesti dan Ibu Pono yang telah membantu dalam administrasi ke instansi
tekait.
6. Ribka Sabarina Sembiring, Rori Andika Gultom dan Mia Audina R yang telah
membantu dalam pengerjaan Tugas Akhir ini serta pengambilan sampel untuk
data yang diperlukan.
7. Delviero Anggiat Pandawa Tampubolon, Samuel Evan Firdaus Sitanggang,
Yose Enrico Sembiring Meliala, Apara Anro C Siahaan, Yohannes Franklin
Sitinjak, Angga Atana Tarigan, Kakak Berliana Desy Lestari Manik, Maria
Lourena br Bangun, Nadya Lorenta Manurung, Yolanda Hadameon Siregar,
Catherine Angelina, Grace Natalia Karina yang telah memberikan ilmu,
semangat, motivasi, dan doanya.
8. Teman-teman seperjuangan Teknik Lingkungan Angkatan 2015 yang telah
memotivasi penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

i
9. Adinda-adinda Junior Teknik Lingkungan : Eyzekita R Keliat, Kevin Agustinus
Tarigan, Bisuk Hasibuan dan adinda lainnya yang tidak tersebutkan yang telah
memberikan semangat.
10. Semua pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan yang harus
diperbaiki, untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak agar di masa yang akan datang Tugas Akhir ini
menjadi lebih sempurna. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi
semuanya.

Akhir kata penulis berharap Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Medan, September 2021

Penulis

ii
ABSTRAK
Air merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Agar tetap sehat, air harus
memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan biologi sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010. Air tanah sudah tidak aman untuk
dijadikan sumber air baku air minum karena telah terkontaminasi oleh rembesan septik
tank, maupun air permukaan buangan limbah industri dan rumah tangga. Hal ini yang
menjadi alasan pembelian air minum menjadi pilihan masyarakat untuk dikonsumsi.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh tingginya tingkat masyarakat yang belum terlayani
oleh pengolahan air minum berstandar nasional. Penelitian ini bertujuan untuk
merancang suatu bangunan pengolahan air minum yang dapat melayani masyarakat
Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kualitas air baku yang akan diolah menjadi air minum memiliki beberapa parameter
kimia, fisik, dan biologi tidak memenuhi syarat sebagai air bersih sesuai baku mutu
PERMENKES RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Dari hasil penelitian didapatkan
total kebutuhan air minum masyarakat Kecamatan Namorambe sebesar 8.897.580
liter/hari atau dengan debit sebesar 184 liter/detik dapat melayani kebutuhan air
masyarakat Kecamatan Namorambe, dengan rencana pembangunan instalasi
pengolahan air lengkap. Unit pengolahannya berupa : Unit Intake, Unit Koagulasi, Unit
Flokulasi, Unit Sedimentasi, Unit Filtrasi, Unit Desinfeksi, Unit Reservoir.

Kata Kunci : Kecamatan Namorambe, Kebutuhan Air, Kualitas Air, Instalasi


Pengolahan Air.

iii
ABSTRACT

Water is the most important aspect in human life. In order to stay healthy, the water
must meet physical, chemical, and biological requirements set in the Regulation of
Minister of Health, The Republic of Indonesia No.492/Menkes/Per/IV/2010. Ground
water is not safe to be used as clean water because it has been contaminated by the leak
of septic tank or the industrial and household liquid waste. This is the reason for buying
water to be the people’s choice for consumption. This study is initiated by the high level
of people who have not been served by national standard water treatment plant. This
study aims to design water treatment plant building that can serve the people in
Namorambe subdistrict, Deli Serdang district. The results of the study show that the
quality of raw water to be processed in to drinking water has several chemical,
physical, and biological parameters does not meet the requirements as drinking water
according to PERMENKES RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010. From the results of the
research, it is found that the water needs of people’s of the Namorambe subdistrict for
8.897.580 liter/day or with a debit of 184 liter/second can serve the water need of
people’s with a plan to build a complete water treatment plant. The processing unit is :
the Intake Unit, the Coagulation Unit, the Floculation Unit, the Sedimentation Unit, the
Filtration Unit, the Disinfection Unit, the Reservoir Unit.

Keywords : Namorambe Subdistrict, Water needs, Water Quality, Water Treatment


Plant.

iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................................. iii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... I-1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... I-1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... I-3
1.3. Tujuan Perancangan .................................................................................. I-3
1.4. Manfaat Perancangan ................................................................................ I-3
1.5. Ruang Lingkup .......................................................................................... I-3
1.6. Sistematika Penulisan ................................................................................ I-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... II-1
2.1. Umum ........................................................................................................ II-1
2.2. Kualitas Air ............................................................................................... II-2
2.3. Sumber Air Minum ................................................................................... II-2
2.3.1. Air Sungai ...................................................................................... II-3
2.3.2. Air Hujan ....................................................................................... II-3
2.3.3. Air Permukaan ............................................................................... II-3
2.3.4. Air Tanah ....................................................................................... II-4
2.3.5. Mata Air ......................................................................................... II-4
2.4. Syarat-syarat Air Minum ........................................................................... II-4
2.4.1. Syarat Bakteriologis ...................................................................... II-4
2.4.2. Syarat Kimia .................................................................................. II-5
2.4.3. Syarat Fisik .................................................................................... II-5
2.5. Rencana Desain ......................................................................................... II-5
2.5.1. Bangunan Pengambil Air (Intake) ................................................. II-5
2.5.2. Pompa Transmisi ........................................................................... II-6
2.5.3. Koagulasi ....................................................................................... II-6
4.3.3.1. Pengadukan Cepat (Rapid Mixing) ............................... II-7

v
2.5.4. Flokulasi ........................................................................................ II-7
2.5.5. Sedimentasi ................................................................................... II-9
2.5.6. Filtrasi ............................................................................................ II-11
2.5.7. Desinfeksi ...................................................................................... II-12
2.5.8. Reservoir ....................................................................................... II-13
BAB III METODE PERANCANGAN ............................................................... III-1
3.1. Konsep Alur Perancangan ......................................................................... III-1
3.2. Lokasi Perancangan ................................................................................... III-5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. IV-1
4.1. Proyeksi Jumlah Penduduk ....................................................................... IV-1
4.1.1. Metode Aritmatika......................................................................... IV-1
4.1.2. Metode Geometri ........................................................................... IV-3
4.1.3. Metode Logaritma ......................................................................... IV-4
4.1.4. Metode Regresi Linear .................................................................. IV-5
4.1.5. Dasar Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk ............................... IV-6
4.1.6. Pemilihan Proyeksi Jumlah Penduduk .......................................... IV-6
4.2. Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Air ................................................ IV-8
4.2.1. Analisis Ketersedian Air ............................................................... IV-8
4.2.2. Analisis Kebutuhan Air Bersih Domestik ..................................... IV-8
4.2.3. Analisis Kebutuhan Air Non-Domestik ........................................ IV-10
4.2.4. Rekapitulasi Kebutuhan Air Kecamatan Namorambe .................. IV-11
4.2.5. Analisis Kualitas Air Baku ............................................................ IV-12
4.3. Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) ............................... IV-12
4.3.1. Intake ............................................................................................. IV-13
4.3.1.1. Pompa Intake ................................................................... IV-15
4.3.1.2. Sumur Pengumpul ........................................................... IV-16
4.3.2. Unit Koagulasi ............................................................................... IV-17
4.3.3. Unit Flokulasi ................................................................................ IV-21
4.3.3.1. Dimensi Inlet Flokulasi ................................................... IV-21
4.3.3.2. Dimensi Flokulasi............................................................ IV-22
4.3.4. Unit Sedimentasi ........................................................................... IV-30
4.3.4.1. Menghitung Dimensi Bak Sedimentasi ........................... IV-30

vi
4.3.4.2. Menghitung Desain Zona Pengendapan (Tube Settler) ... IV-32
4.3.4.3. Menghitung Dimensi Total Bak Sedimentasi ................. IV-36
4.3.4.4. Menghitung Ruang Lumpur ............................................ IV-37
4.3.4.5. Menghitung Saluran inlet ................................................ IV-39
4.3.4.6. Menghitung Saluran outlet .............................................. IV-44
4.3.5. Saringan Pasir Cepat ...................................................................... IV-47
4.3.6. Desinfeksi gas Klor (Cl2)............................................................... IV-51
4.3.7. Reservoir........................................................................................ IV-52
BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA RANCANGAN ............................. V-1
5.1. Umum ........................................................................................................ V-1
5.2. Biaya Investasi .......................................................................................... V-1
5.3. Biaya Pengelolaan dan Perawatan ............................................................. V-2
5.4. Langkah-langkah Perhitungan Rencana Anggaran Biaya ......................... V-2
5.5. Analisa Rencana Anggaran Biaya ............................................................. V-2
5.6. Perhitungan Kuantitas Bangunan .............................................................. V-2
5.7. Harga Satuan Dasar ................................................................................... V-4
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. VI-1
6.1. Umum ........................................................................................................ VI-1
6.2. Saran .......................................................................................................... VI-1
DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan .................................................................. III-1
Gambar 3.2 Peta Lokasi Kecamatan Namorambe ................................................... III-5
Gambar 3.3 Lokasi Rencana Pembangunan IPA .................................................... III-6
Gambar 3.4 Kondisi Eksisting Lokasi Rencana Pembangunan IPA ....................... III-6
Gambar 4.1 Grafik Proyeksi Penduduk Kecamatan Namorambe, Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2009-2028 ......................................................... IV-8
Gambar 4.2 Sketsa Unit Pengolahan ....................................................................... IV-12
Gambar 4.3 Unit Intake ........................................................................................... IV-15
Gambar 4.4 Pompa Intake ....................................................................................... IV-16
Gambar 4.5 Sumur Pengumpul ............................................................................... IV-17
Gambar 4.6 Bak Koagulasi dan Bak Penampung Koagulan ................................... IV-19
Gambar 4.7 Unit Flokulasi ...................................................................................... IV-30
Gambar 4.8 Unit Sedimentasi.................................................................................. IV-37
Gambar 4.9 Unit Filtrasi .......................................................................................... IV-50
Gambar 4.10 Unit Reservoir.................................................................................... IV-54

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. I-6
Tabel 2.1 Kriteria Perencanaan Unit Flokulasi (Pengaduk Lambat) ..................... II-9
Tabel 4.1 Proyeksi Penduduk dengan Metode Aritmatika .................................... IV-2
Tabel 4.2 Proyeksi Penduduk dengan Metode Geometri ...................................... IV-3
Tabel 4.3 Proyeksi Penduduk dengan Metode Logaritma ..................................... IV-4
Tabel 4.4 Proyeksi Penduduk dengan Metode Regresi Linear .............................. IV-5
Tabel 4.5 Nilai R dan SD Untuk Setiap Metode Proyeksi .................................... IV-6
Tabel 4.6 Proyeksi Penduduk Kecamatan Namorambe tahun 2009-2008 ............ IV-7
Tabel 4.7 Kebutuhan Air Non Domestik ............................................................... IV-11
Tabel 4.8 Desain Unit Flokulasi ............................................................................ IV-29
Tabel 4.9 Perhitungan Filtrasi ............................................................................... IV-48
Tabel 4.10 Perhitungan Sistem Underdrain Bak Filtrasi ...................................... IV-49
Tabel 4.11 Tinggi Bangunan Filtrasi ..................................................................... IV-51
Tabel 4.12 Perhitungan Dimensi Reservoir Distribusi .......................................... IV-53
Tabel 5.1 Analisis Harga Satuan Pekerjaan Pembuatan 1 m2 Pagar Sementara
dari Kayu Tinggi 2 m (ASHP PU A.2.2.1.1)......................................... V-4
Tabel 5.2 Analisis Harga Satuan Pekerjaan Pembuatan 1 m2 Rumah Jaga
Konstruksi Kayu (ASHP PU A.2.2.1.6) ................................................ V-4
Tabel 5.3 Analisis Harga Satuan Pekerjaan 1 m2 Lapangan dan Perataan
(AHSP PUA.2.2.1.9) ............................................................................. V-5
Tabel 5.4 Analisis Harga Satuan Pekerjaan Galian Tanah Biasa Sedalam 1 m
(ASHP PU A.2.3.1.1) ............................................................................ V-5
Tabel 5.5 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pengurugan Pasir
(AHSP PU A.2.3.1.11) .......................................................................... V-6
Tabel 5.6 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Mengurug Kembali Galian/Timbunan
Kembali (AHSP PU A.2.3.1.19) ........................................................... V-6
Tabel 5.7 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pasang Batu Kosong/Anstamping
(ASHP PU A.3.2.1.9) ............................................................................ V-7
Tabel 5.8 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Beton Pondasi Beton Mutu K 300
(AHSP PU A.4.1.1.10) .......................................................................... V-7
Tabel 5.9 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pembesian 1 Kg dengan Besi Polos
Atau Besi Ulir (ASHP PU 4.1.1.17) ...................................................... V-8
Tabel 5.10 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pemasangan Bekisting Untuk
Pondasi (AHSP PU A.4.1.1.20)............................................................. V-9
Tabel 5.11 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pemasangan 1 m2 Dinding Bata
Merah (5 x 11 x 22) Tebal 1/2 Batu Campuran 1SP : 5PP
(AHSP PU A.4.4.1.10) .......................................................................... V-9
Tabel 5.12 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Plasteran 1SP : 5PP Tebal 15 mm
(AHSP PU A.4.4.2.5) ......................................................................... V-10
Tabel 5.13 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan 1 m’
Bouwplank (AHSP PU A.2.2.1.4) ...................................................... V-10
Tabel 5.14 Rancangan Anggaran Biaya Tahap Awal............................................ V-11
Tabel 5.15 Rancangan Anggaran Biaya Unit Pengolahan .................................... V-11
Tabel 5.16 Rancangan Anggaran Biaya Tahap Akhir .......................................... V-13
Tabel 5.17 Rekapitulasi Rancangan Anggaran Biaya .......................................... V-13

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air dapat berupa air tawar dan air asin (air laut) yang merupakan bagian terbesar di
bumi ini. Didalam lingkungan proses, perubahan wujud, gerakan aliran air (di
permukaan tanah, di dalam tanah, dan di udara) dan jenis air mengikuti suatu siklus
keseimbangan dan dikenal dengan istilah siklus hidrologi (Kodoatie dan sjarief, 2010).

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi
kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologi, kimiawi dan radioaktif
yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. (Permenkes RI
No.492/MENKES/PER/IV/2010)

Ketersediaan air minum adalah harga mutlak yang harus dipenuhi. Dewasa ini,
ketersediaan air minum untuk kebutuhan manusia mengalami berbagai kendala dari
mulai permasalahan kualitas air, kuantitas dan kontinuitas air minum. Walaupun seperti
kita ketahui bahwa sudah banyak kemajuan dan pengembangan teknologi dan ilmu
pengetahuan yang membuat sistem distribusi air minum modern yang murah dan dapat
dipercaya seperti saat ini jika kita bandingkan dengan keadaan beberapa dekade ke
belakang (Walsky, 2006).

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2019 tentang sumber daya air
mengatakan bahwa sumber daya air adalah air, sumber air, daya air yang terkandung di
dalamnya, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di permukaaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut
yang berada di darat.

Instalasi pengolahan air bersih sebagai infrastruktur kota sangat berperan dalam
menunjang perkembangan kota. Kota modern membutuhkan sistem perencanaan air
bersih yang baik, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pertumbuhan penduduknya.
Pengelolaan sistem penyediaan air bersih yang layak serta memenuhi kebutuhan
masyarakat dan aktivitas perkotaan secara keseluruhan akan meningkatkan

I-1
I-2

produktivitas kota dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan


kesejahteraan masyarakat berbanding lurus dengan ketersediaan air minum yang
dilakukan oleh Pemerintah (Direktorat Cipta Karya, 2010).

Hal ini juga berhubungan dengan peningkatan ekonomi dimana dengan ketersediaan air
minum yang layak dan berkesinambungan diharapkan dapat membuat masyarakat dapat
bekerja dengan efektif. Kekurangan dalam sistem penyediaan air minum di Indonesia
masih berkutat pada rendahnya cakupan wilayah yang terlayani air bersih oleh
Pemerintah, baik dalam sistem perpipaan maupun dalam sistem non-perpipaan.
Rendahnya cakupan pelayanan tersebut secara operasional merupakan refleksi dari
pengelolaan sistem yang kurang efisien maupun kurangnya pendanaan untuk
pengembangan sistem pengembangan sistem yang sudah ada (Direktorat Cipta Karya,
2010).

Air dapat dikatakan sebagai air bersih dilihat dari 3 indikator fisik yaitu warna, bau dan
rasa. Sementara dalam air minum indikator yang dipakai selain indikator fisik terdapat
indikator kimia dan indikator biologi. Dalam indikator kimia parameter yang dipakai
berupa pH, total solid, besi, mangan, klorida, seng dan lain-lain. Untuk indikator
biologi biasanya indikator yang digunakan berupa ada atau tidaknya bakteri atau kuman
di dalam air. Dalam pelayanannya air minum harus memperhatikan 3K yaitu kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas. Peningkatan kuantitas air merupakan syarat kedua setelah
kualitas air, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi
pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum maka
dibutuhkan air rata-rata sebesar 5 liter/hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan
air di suatu rumah tangga untuk masyarakat Indonesia diperlukan sekitar 60 liter/hari
(Tri Joko, 2010).

Dari hasil survei di lapangan, masyarakat Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli


Serdang masih menggunakan air sumur pribadi sebagai sumber air dalam memenuhi
kebutuhan air mereka. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap kualitas air
sumur pribadi masyarakat, dari aspek kualitas didapatkan air yang digunakan oleh
masyarakat belum memenuhi standar kualitas air minum. Maka dari itu pengolahan air
yang berstandar nasional sangat dibutuhkan oleh masyarakat di Kecamatan Namorambe
I-3

untuk menghasilkan air yang memenuhi standar kualitas air minum yang sesuai standar
peraturan yang berlaku.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun maksud dari tugas akhir perencanaan dan perancangan bangunan pengolahan
air bersih ini yaitu :
1. Bagaimana kualitas air yang dipakai oleh masyarakat yang berada di Kecamatan
Namorambe, Kabupaten Deli Serdang.
2. Bagaimana merancang Instalasi Pengolahan Air Minum di kecamatan Namorambe,
Kabupaten Deli Serdang.

1.3 Tujuan Perancangan


Adapun tujuan dari tugas akhir perencanaan dan perancangan bangunan pengolahan air
bersih ini yaitu :
1. Merancang Instalasi Pengolahan Air Minum di Kecamatan Namorambe, Kabupaten
Deli Serdang.
2. Memberikan pelayanan Kebutuhan Air Bersih di Kecamatan Namorambe,
Kabupaten Deli Serdang.

1.4 Manfaat Perancangan


Adapun manfaat dari tugas akhir Perencanaan dan Perancangan Instalasi Pengolahan
Air Minum ini yaitu :
1. Kualitas air yang diterima oleh masyarakat di Kecamatan Namorambe, Kabupaten
Deli Serdang dapat memenuhi standar kualitas air bersih.
2. Memberikan saran kepada instansi/perusahaan yang berkaitan dalam meningkatkan
kualitas air baku yang dipergunakan oleh masyarakat di Kecamatan Namorambe,
Kabupaten Deli Serdang.

1.5 Ruang Lingkup


1 Wilayah studi yang dipergunakan dalam perencanaan dan perancangan bangunan air
minum ini adalah Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang.
I-4

2 Standar yang digunakan dalam analisis kualitas air baku air minum adalah PP No.
82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Kelas I.
3 Aspek yang ditinjau dalam perancangan instalasi pengolahan air ini meliputi aspek
teknis.
4 Sumber air baku yang dipergunakan dalam perancangan berasal dari Sungai Deli.
5 Mendesain bangunan pengolahan air minum dari intake sampai dengan reservoir
tanpa mendesain pipa distribusi dan bendungan air yang diperlukan.
6 Dalam pengerjaan tugas akhir ini, pemetaan topografi di wilayah yang akan
dilakukan perancangan tidak dilakukan.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang, maksud, tujuan, ruang lingkup dan
sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Berisikan tentang kajian teori tentang metode proyeksi penduduk,
konsumsi air bersih, kualitas air bersih, proses pengolahan air minum,
dasar-dasar perencanaan, bangunan sistem pengolahan air yang sesuai
perencanaan.

BAB III : METODE PERANCANGAN


Memuat data-data pendukung dalam perencanaan sistem pengolahan air
minum Kecamatan Namorambe, seperti batas-batas wilayah, keadaan
topografi, tata guna lahan, kependudukan meliputi jumlah penduduk
serta fasilitas perkotaan yang ada di Kecamatan Namorambe.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN


Memuat data-data pendukung dalam perencanaan sistem pengolahan air
Bersih Kecamatan Namorambe yang berupa proyeksi penduduk,
proyeksi penggunaan air bersih dan proyeksi air minum yang dihasilkan
I-5

dan perhitungan desain bangunan pengolahan air minum di


Kecamataan Namorambe.

BAB V : RENCANA ANGGARAN BIAYA


Berisikan tentang perhitungan rencana anggaran biaya yang dibutuhkan
untuk merancang bangunan pengolahan air minum yang direncanakan.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN


Berisikan hasil akhir dari pembuatan laporan Perencanaan dan
Perancangan Bangunan Pengolahan Air Minum, yaitu kesimpulan dari
keseluruhan bab serta saran untuk perbaikan isi laporan selanjutnya.
I-6

Tabel 1.1 Penelitian yang telah dilakukan mengenai perancangan instalasi


pengolahan air minum
No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1. Dina Yuliyana Analisis Kebutuhan Menganalisa Dari penelitian yang
Ekawati, 2017 dan Ketersediaan kebutuhan air bersih dilakukan, didapat bahwa
Air Bersih Untuk di kecamatan kapasitas produksi air bersih
Kecamatan Pracimantoro dengan di Kecamatan Pracimantoro
Pracimantoro yang cara survey ke hingga tahun 2016 yaitu
dilayanai PDAM beberapa rumah, lalu sebesar 19 lt/detik, namun
Giri Tirta Sari mencari data kapasitas tersebut tidak
Proyeksi Tahun ketersediaan air yang dapat mencukupi kebutuhan
2027 bisa di distribusikan air bersih di tahun 2027
dari pihak PDAM setelah dilakukannya
Giri Tirta Sari. proyeksi terhadap
Kemudian dilakukan peningkatan penduduk.
proyeksi untuk
beberapa tahun
kedepan.
2. Rinto B., 2006 Perencanaan Melakukan analisis Hasil yang didapat dari
Pengembangan data yang didapat, perhitungan yang dilakukan,
instalasi pengolahan lalu diproyeksi diperlukan peningkatan
air minum Broni hingga tahun 2025. kapasitas produksi IPA
Kota Jambi sampai Setelah itu, Broni Kota Jambi sebesar
tahun 2025 dilakukan 460 lt/dtk, dimana akan
perhitungan sehingga dilakukan pembangunan
dapat direncanakan dalam 2 tahap pada tahun
pengembangan 2009 dan tahun 2019 yang
instalasi pengolahan masing-masing debitnya
air minum. 250 lt/detik.
3. Endar Budi Kajian kualitas Menentukan kualitas Secara keseluruhan,
Sasongko, Air dan air sumur gali dan parameter yang diteliti tidak
Endang Penggunaan Sumur perilaku masyarakat memenuhi baku mutu
Widyastuti, Gali Oleh sekitar sungai ketentuan PERMENKES RI
Rawuh Edy Masyarakat di kaliyasa di NO.
Priyono (2014) Sekitar Sungai Kelurahan Tegal 416/MENKES/Per/IX/1990.
Kaliyasa Kabupaten Kamulyan, Hasil kajian perilaku
Cilacap Kecamatan Cilacap masyarakat dari aspek
Selatan, Kabupaten pengetahuan adalah tidak
Cilacap tahu, aspek sikap adalah
tidak setuju, dan aspek
tindakan adalah tidak baik.
Secara umum perilaku
masyarakat tidak baik.
I-7

Lanjutan Tabel 1.1


No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

4. Mizanuddin Evaluasi Mengevaluasi Ketersediaan air yang telah


Sitompul, Rizki Ketersediaan Air ketersediaan air dianalisis, didapat hasil
Efrida (2018) DAS Deli Terhadap dengan kebutuhan air yaitu dapat memenuhi
Kebutuhan Air yang didasarkan oleh kebutuhan air untuk satu
(Water Balanced) laju pertumbuhan tahun kedepan untuk semua
penduduk yang kalangan, baik domestik
selalu meningkat tiap maupun non-domestik.
tahunnya.
5. EkoAry Perancangan Unit Merancang suatu Kampus ITS memiliki
Priambodo Pengolahan Air pengolahan air bersih potensi dalam
(2016) Minum Kampus di kampus Institut pemanfaatan limpasan air
Institutu Teknologi Teknologi Sepuluh hujan untuk memenuhi
Sepuluh November November dengan
kebutuhan air minum
menggunakan kolam
Kampus ITS dengan
penampungan air
hujan sebagai intake
kualitas memenuhi
dan menganalisis air standar air baku kelas 2.
baku dalam Selain itu biaya
menentukan pembangunan operasional
rancangan bangunan dan maintenance unit
pengolahan air pengolahan air minum
minum dengan Kampus ITS dapat
memperhatikan menghemat anggaran
kondisi eksisting biaya untuk penyediaan
sekitar.
air minum Kampus ITS.
6. Douglas S. Resendential Water Mengetahui Model permintaan yang
Kenney, Demand kebutuhan air dan digunakan dalam analisis ini
Christoper Management : faktor koefisien berfungsi baik sebagaimana
Goemans, Lesson From dengan dibuktikan oleh fakta bahwa
Roberto Klein, Aurora, Colorado mengasumsikan semua kecuali satu koefisien
Jessica Lowrey, permintaan air menunjukkan tanda yang
and Kevin terutama fungsi diharapkan dan signifikan
Reidy (2008) harga, cuaca, rumah pada 1%.
dan karakteristik
rumah tangga
lainnya.
7. Joseph E. Evaluation of Mengevaluasi Kehadiran bahan organi
Goodwill Ferrate penggunaan Pra alami sangat mempengaruhi
(2015) Preoxidation for Oksidasi Ferrate ukuran dan muatan partikel
yang dihasilkan dari reduksi
Drinking Water menggunakan
ferrate. Ada perbedaan
Treatment beberapa metode. signifikan dalam ukuran dan
morfologi antara partikel
I-8

Lanjutan Tabel 1.1


No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
yang dihasilkan dari hasil
hidrolisis besi besi di
dalam air alami.
Dibandingkan dengan
penambahan besi klorida,
ketika ferrate diterapkan
ke dalam air, partikel
yang dihasilkan memiliki
ukuran yang jauh lebih
kecil, dan lebih granular,
morfologi yang lebih
halus.
8. Darren A. Innovative Untuk Menunjukkan bahwa
Ltyle, Collin biological water menunjukkan kontraktor dan filter
White, Daniel treatment for the efektivitas air dioperasikan dengan
Williams, removal of biologis yang tingkat pemuatan 2,2
Lauren Koch elevated ammonia. sederhana dan gpm/sq ft dan 2,0 gpm/sq
and Emily inovatif, ft Masing-masing
Nauman pendekatan memenuhi tujuan kualitas
(2013) pengobatan untuk air yang diinginkan. Studi
menghilangkan 3,3 ini juga mengidentifikasi
mg Nitrogen (N) parameter operasi yang
per liter amonia diperlukan untuk
dan besi dari air. memenuhi tujuan yang
Studi dilakukan di diinginkan amonia
sebuah utilitas di lengkap dan penghilangan
Iowa. besi dan mendiskusikan
desain sistem skala penuh
dengan tujuan yang sama.
9. Walter Q. Drinking Water Menentukan metode Penerapan metode baru
Betancourt, Treatment pengolahan air yang seperti USEPA 1623
Joan B. Rose Processes for tepat dalam dalam kombinasi dengan
metode kultur molekuler
(2004) Removal of penghilangan
dan jaringan telah
Crytosporidium Crytosporodium meningkatkan
and Giardia. dan Giardia. kemampuan kita untuk
I-9

Lanjutan Tabel 1.1


No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
mendeteksi tingkat rendah
kontaminasi protozoa
yang ditularkan oleh air.
10. Th. Heberer, From Municipal Menentukan kadar Phac ditemukan sebagai
K. Reddersen Sewage to Phac dari beberapa residu yang sangat
And A. Drinking Water : kanal yang ada di persisten pada tingkat
Mechilinski Fate Removal of kota Berlin sebagai µg/L di noda-noda kota
(2002) Pharmaceutical indikasi Berlin. Beberapa Phac
Residues in The pencemaran air. polar diidentifikasi
Aquatic sebagai sangat baik
Environment in penanda untuk
Urban Areas. kontaminasi limbah di
permukaan dan air tanah
karena kegigihan senyawa
ini di lingkungan akuatik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut sebagai air baku
adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah atau air hujan
yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum (SNI-6773-2008).

Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga
perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan
mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan mempengaruhi
kondisi kesehatan dan keselamatan manusia serta kehidupan makhluk hidup lainnya (PP
RI No.82 Tahun 2001).

Air merupakan komponen penting bagi kehidupan dan menjadi komponen utama bagi
keberlangsungan hidup manusia, juga makhluk hidup lainnya. Air Minum adalah air
yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum menurut (PERMENKES RI
NOMOR.492/MENKES/IV/2010).

Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air
laut dan air fosil. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk
dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4
(empat) kelas. Kelas satu adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut (PP RI No. 82 Tahun 2001).

Penyediaan air minum dan air bersih untuk kebutuhan manusia harus memenuhi empat
konsep dasar yaitu dari segi kuantitas; air harus cukup untuk memenuhi kebutuhan
manusia, segi kualitas; air harus memenuhi persyaratan kesehatan terutama untuk air
minum, segi kontiunitas; air tersebut selalu ada berputar pada siklusnya dan tidak
pernah hilang dan segi ekonomis; harga jual air tersebut harus dapat terjangkau oleh

II-1
II-2

segala kalangan masyarakat mengingat air sangat dibutuhkan oleh semua golongan
tanpa kecuali.

2.2 Kualitas Air


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, kualitas air berdasarkan
mutu dibedakan menjadi :
1. Kelas I, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

2. Kelas II, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk sarana/prasarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

3. Kelas III, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan
atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.

2.3 Sumber Air Minum


Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi
kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologi, kimiawi dan radioaktif
yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. (Permenkes RI
No.492/MENKES/PER/IV/2010)

Sebuah siklus pastilah memiliki tahapan yang berangkai. Tahapan-tahapan itu bila
tergabung antara satu sama lain maka akan terciptalah sebuah siklus. Dengan kata lain
sklus ini terjadi karena adanya tahapan-tahapan yang saling berkaitan satu sama lain dan
bentuknya berputar. Siklus hidrologi ini setidaknya mencakup 9 tahap, yakni evaporasi,
II-3

transpirasi, evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run off dan


infiltrasi.

Dari siklus hidrologi yang terjadi, menghasilkan beberapa sumber mata air yang dapat
digunakan menjadi bahan baku air minum. Adapun sumber-sumber mata air, yaitu :

2.3.1 Air Sungai


Air sungai adalah air hujan yang jatuh kepermukaan bumi dan tidak meresap kedalam
tanah akan mengalir secara gravitasi searah dengan kemiringan permukaan tanah dan
mengalir melewati aliran sungai. Sebagai salah satu sumber air minum, air sungai harus
mengalami pengolahan secara sempurna karena pada umumnya memiliki derajat
pengotoran yang tinggi.

2.3.2 Air Hujan


Air hujan sebagai sumber air minum adalah salah satu solusi dari kelangkaan air bersih,
namun sangat perlu diperhatikan bagaimana sebenarnya kualitas air hujan untuk
sekarang ini, apakah layak untuk dikonsumsi atau tidak.

Curah hujan yang tinggi seringkali mengkhawatirkan, dan bahkan terkadang hujan yang
deras sangat meresahkan karena seringkali menimbulkan banjir. Namun sebenarnya, hal
ini tidak perlu dikhawatirkan jika pengelolaan air berjalan dengan baik, seperti
tersedianya penamoungan air yang memadai. Di lain pihak, hujan sangat ditunggu-
tunggu khusunya rumah tangga yang sumber air minumnya adalah air hujan. Curah
hujan yang tinggi seharusnya diberdayakan dengan semaksimal mungkin, namun saat
ini diperkirakan hanya sekitar 30% air hujan menjadi sumber air yang potensial
tertampung pada danau alam, danau buatan, waduk-waduk, rawa-rawa dan sebagian lain
meresap ke dalam tanah sebagai air tanah.

2.3.3 Air Permukaan


Air permukaan merupakan air yang terkumpul di atas tanah atau di mata air, sungai,
danau, lahan basah, atau laut. Air permukaan berhubungan dengan air bawah tanah atau
air atmosfer. Air permukaan secara alami, akan terisi melalui presipitasi dan secara
alami berkurang melalui penguapan dan rembesan ke bawah permukaan sehingga
II-4

menjadi air tanah. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu perairan
darat dan perairan laut.

2.3.4 Air Tanah


Menurut UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, air tanah merupakan air yang
terdapat pada lapisan tanah atau batuan dibawah permukaan tanah. Secara umum,
proses terbentuknya air tanah mengikuti siklus hidrologi, dimana turun air hujan dari
atmosfer sebagian besar akan langsung mengalir sebagai aliran permukaan menuju ke
sungai, rawa atau danau, dan sebagian lainnya akan meresap ke dalam tanah.

2.3.5 Mata Air


Mata air merupakan penghasil air bersih yang biasa masyarakat gunakan untuk berbagai
keperluan hidup. Air yang berasal dari mata air biasanya merupakan air yang sudah
layak konsumsi karena mengalami purifikasi secara alami (self purification). Mata air
dapat terbentuk akibat terpotongnya aliran tanah oleh bentuk topografi setempat dan air
keluar dari batuan. Berdasarkan proses terbentuknya maka keluarnya air tanah biasanya
terdapat di daerah kaki bukit, lereng, lembah perbukitan, dan di daerah dataran.

2.4 Syarat – syarat Air Minum


Pada umumnya ditentukan ada beberapa standar atau patokan yang pada beberapa
negara berbeda-beda menurut: kondisi negara masing-masing, perkembangan ilmu
pengetahuan dan perkembangan teknologi.

2.4.1 Syarat Bakteorologis


Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan
tak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli dan bakteri Koliform. menurut
Permenkes No. 492 Tahun 2010 kadar maksimum yang diperbolehkan untuk air minum
untuk golongan Coli dan koliform adalah 0 bakteri/100 mililiter air. Golongan Coli dan
koliform ini berasal dari usus besar (feses) dan tanah. Air yang mengandung golongan
Coli dianggap telah terkontaminasi atau berhubungan dengan kotoran manusia.
Kelompok bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain: Bakteri typhsum,
Vibrio colerae, Bakteri dysentriae, Entamoeba hystolotica serta Bakteri enteritis
(penyakit perut). Air yang terkontaminasi oleh bakteri jika dikonsumsi dapat
menyebabkan penyakit disentri, kolera, tifus dan penyakit perut.
II-5

Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologis, harus langsung diperiksa apakah air
itu mengandung bakteri patogen tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan
Colli.

2.4.2 Syarat Kimia


Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu
dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan. Adapun jenis-jenis zat kimia
yang ditetapkan dalam Permenkes No. 492 tahun 2010 yaitu terdiri dari 2 golongan
yaitu golongan kimia organik dan golongan kimia non organik. Adapun golongan kimia
organik meliputi arsen, flourida, total kromium, kadmium, nitrit, nitrat, sianida serta
selenium. Sedangkan golongan non organik meliputi aluminium, besi, kesadahan,
klorida.

2.4.3 Syarat Fisik


Adapun syarat fisik air minum yang layak untuk dikonsumsi, ialah harus jernih, tidak
berbau, tidak ada rasa dan tidak berwarna. Sementara suhunya sebaiknya sejuk dan
tidak panas, agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa. Lalu
tidak adanya endapan pada air minum.

2.5 Rencana Desain


2.5.1 Bangunan Pengambil Air (Intake)
Intake adalah suatu unit yang digunakan untuk mengambil dan mengumpulkan air dari suatu
sumber baku untuk selanjutnya diolah.

Rumus dan kriteria desain yang digunakan dalam perhitungan intake adalah :

• Kecepatan aliran pada pintu intake (Qasim, Motley, & Zhu, 2000).
𝑄
V = ..................................................................................................................(2.1)
𝐴

Dimana :
V : kecepatan (m/s)
Q : debit aliran (m3/s)
A : luas bukaan (m2/s)

• Volume Bak Pengumpul


II-6

V = 𝑡𝑑 × 𝑄 .......................................................................................................(2.2)

V = 𝑃 × 𝐿 × 𝑇..................................................................................................(2.3)
Dimana :

V : Volume (m3)
td : Waktu detensi
Q : Debit aliran (m3/s)
P : Panjang bak pengumpul (m)
L : Lebar bak pengumpul (m)
T : Tinggi/kedalaman bak pengumpul (m)(1m – 1,5m)

Kriteria desain (Qasim, Motlet, & Zhu, 2000) :


▪ Kecepatan aliran pada saringan kasar < 0,08 m/s.
▪ Kecepatan aliran pada pintu intake < 0,08 m/s .
▪ Kecepatan aliran pada saringan halus < 0,2 m/s.
▪ Lebar bukaan saringan kasar 5 – 8 cm.
▪ Lebar bukaan saringan halus ± 5 cm.

2.5.2 Pompa Transmisi

Pompa transmisi merupakan sistem pemompaan untuk mentrasmisikan air baku dari
intake menuju ke instalasi pengolahan air minum. Hal ini dilakukan karena lokasi intake
lebih rendah dibandingkan dengan instalasi pengolahan air minum.

2.5.3 Koagulasi
Proses koagulasi merupakan proses pengumpulan partikel-partikel penyusun kekeruhan
yang tidak dapat diendapkan secara gravitasi, menjadi partikerl yang lebih besar
sehingga dapat diendapkan dengan cara pemberian bahan kimia koagulan melalui
pengadukan cepat. Koloid mempunyai ukuran tertentu sehingga gaya tarik menarik
antara partikel lebih kecil dari pada gaya tolak menolak akibat muatan listrik. Dalam
beberapa pengolahan air minum, untuk mengukur kadar kekeruhan air biasanya
dilakukan dengan menggunakan metode Jar Test.
II-7

2.5.3.1 Pengadukan Cepat (Rapid Mixing)


Tipe alat yang biasanya digunakan untuk memperoleh intensitas pengadukan dan
gradien kecepatan yang tepat dapat diklarifikasikan sebagai berikut :

1. Pengaduk Mekanis
2. Pengaduk Pneumatis
3. Pengaduk Hidrolis
Persamaan waktu detensi dan gradient kecepatan (G) yang digunakan untuk unit
koagulasi hidrolis adalah sebagai berikut (Qasim, Motley, & Zhu, 2000) :

𝑉
td = ...............................................................................................................(2.4)
𝑄

𝑔.ℎ𝐿
G=√ .........................................................................................................(2.5)
𝑣.𝑡

Dimana :
td : Waktu detensi (s)
V : Volume bak (m3)
Q : Debit aliran (m3/s)
G : Gradien kecepatan (s-1)
g : Percepatan gravitasi (m/s2)
hL : Headloss (m)
v : Viskositas kinematik (m2/s)

Kriteria desain unit koagulasi sebagai berikut (Qasim, Motley, & Zhu, 2000) :
▪ Gradien kecepatan, G = 100 – 1000 (detik-1)
▪ Waktu detensi, td = 10 detik – 5 menit
▪ G x td = (30000 – 60000)

2.5.4 Flokulasi
Flokulasi merupakan pengadukan lambat untuk menggabungkan partikel-partikel padat
yang telah terdestabilisasi agar proses pengendapannya berlangsung dengan cepat pada
unit pengolahan berikutnya (Reynolds, 1982). Flokulasi dapat dilakukan dengan cara
pengadukan hidrolis, mekanik dan pneumatik.
II-8

Prinsip perhitungan G yang diperlukan dalam flokulasi pada dasarnya sama dengan
koagulasi. Perbedaan yang mendasar terletak pada intensitas pengadukan dari kedua
unit tersebut yang berbeda.

1. Perhitungan Gradien Kecepatan (G)


Persamaan matematis yang dipergunakan untuk menghitung gradient kecepatan ini
sama dengan perhitungan yang telah diberikan pada unit koagulasi (Qasim, Motley, &
Zhu, 2000) :
𝑔.ℎ𝐿
G=√ ..........................................................................................................(2.6)
𝑣.𝑡

Dimana :
G : Gradien kecepatan (s-1)
g : Percepatan gravitasi (m/s2)
hL : Headloss (m)
v : Viskositas kinematik (m2/s)

2. Perhitungan kehilangan tekanan total (Htot)


Kehilangan tekanan total sepanjang salurang horinzontal buffle channel ini diperoleh
dengan menjumlahkan kehilangan tekanan pada saat saluran lurus dan pada saluran
belokan.

𝑉
H = K𝑔 .............................................................................................................(2.7)

Dimana :
H : Kehilangan tekanan di belokan (m)
K : Koefisien gesek, diperoleh secara empiris
V : Kecepatan aliran pada belokan (m/s)
g : Percepatan gravitasi (m/s)
II-9

Tabel 2.1 Kriteria Perencanaan Unit Flokulasi (Pengaduk Lambat)


Flokulator Mekanis
Flokulator Flokulator
Kriteria Umum Sumbu Horizontal Sumbu Vertikal
Hidrolis Clarifier
dengan Pedal dengan Bilah
G (Gradient
70 (menurun) –
Kecepatan) 60 (menurun) – 5 60 (menurun) - 10 100 – 10
10
1/detik
Waktu Tinggal 30 – 45 30 – 40 20 – 40 20 – 100
Tahap Flokulasi
6 – 10 3-6 2-4 1
(buah)
Pengendalian Bukaan Pintu/ Kecepatan Kecepatan
Kecepatan Putaran
Energi Sekat Putaran Aliran Air

Kecepatan
Aliran Max.
(m/detik) 0,9 0,9 1,8 - 2,7 1,5 - 0,5
Luas
Bilah/Pedal
- 5 - 20 0,1 - 0,2 -
Dibandingkan
Luas Bak (%)
Kecepatan
Perputaran - 1-5 8 – 25 -
Sumbu (rpm)

Tinggi (m) 2 - 4*
Sumber : BSN : SNI 6674 : 2008
Keterangan : *termasuk ruang sludge blanket
2.5.5 Sedimentasi
Sedimentasi adalah pemisahan padatan dan cairan dengan menggunakan pengendapan
secara gravitasi untuk memisahkan partikel terususpensi yang terdapat dalam cairan
tersebut (Raynolds, 1982). Proses ini sudah umum digunakan dalam pengolahan air
minum.
Rumus-rumus dan kriteria desain yang digunakan dalam perhitungan sedimentasi yaitu :
• Rasio panjang-lebar bak (Qasim, Motlet, & Zhu, 2000) :
𝑝
Rumus Rasio = ...............................................................................................(2.8)
𝑙

Dimana :
p : Panjang bak
l : Lebar bak
II-10

• Surface Loading Rate (Qasim, Motley, & Zhu, 2000) :


𝑄
v = .................................................................................................................(2.9)
𝐴
Dimana :
v : Surface loading rate
Q : Debit bak (m3/s)
A : Luas permukaan bak (m2)
• Kecepatan aliran di tube settler (Montgomery, 1985)
𝑄
V = ............................................................................................................(2.10)
𝐴.𝛼
Dimana :
V : Kecepatan aliran pada settler (m/s)
Q : Debit bak (m3/s)
A : Luas permukaan bak (m2)
α : Kemiringan settler = 60o

• Weir loading rate (Qasim, Motley, & Zhu, 2000)


𝑄
W = .............................................................................................................(2.11)
𝐿

Dimana:
W : Weir loading rate (m3/m.hari)
Q : Debit bak ( m3/hari)
L : Panjang total weir (m)

• Bilangan Reynold dan Bilangan Froude (Montgomery, 1985)


𝐴
r = 𝑃 .................................................................................................................(2.12)
𝑉. 𝑟
R= ............................................................................................................(2.13)
𝑣
𝑉
F = 𝑔.𝑅 ..............................................................................................................(2.14)

Dimana :
r : Jari-jari hidrolis (m)
A : Luas permukaan (m2)
P : Keliling settler (m)
II-11

V : Kecepatan aliran di settler (m/s)


v : Viskositas kinematik (m2/s)
g : Percepatan gravitasi (m/s)
R : Bilangan Reynolds
F : Bilangan Froude

• Waktu detensi bak (Qasim, Motley, & Zhu, 2000)

𝑉
T = 𝑄 .................................................................................................................(2.15)

Dimana :
T : Waktu detensi bak (s)
V : Volume bak (m3)
Q : Debit bak (m3/s)

Menurut Montgomery (1985), kriteria desain suatu bak sedimentasi :

▪ Surface loading rate = (60-150) m3/m2.hari


▪ Weir loading rate = (90-360) m3/m2.hari
▪ Waktu detensi bak = 2 jam
▪ Waktu detensi settler = 6-25 menit
▪ Rasio panjang terhadap lebar = 3:1 – 5:1
▪ Kecepatan pada settler = (0,05 – 0,13) m/menit
▪ Bilangan Reynolds < 2000
▪ Bilangan Froude < 10-5

2.5.6 Filtrasi

Filtrasi adalah proses pemisahan zat padat dari cairan dengan cara melewatkan air yang
diolah melalui media berpori dengan tujuan menghilangkan partikel-partikel yang
sangat halus (Martin, 2001).

Pemisahan solid liquid yang mana liquid dilewatkan melalui media berpori untuk
memisahkan suspended solid yang lebih halus (Mochtar, 1999). Menurut (Martin, 2001)
mengatakan selama proses filtrasi terjadi beberapa proses, yaitu:
II-12

a. Penyaringan Mekanis
b. Proses ini terjadi pada saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat. Media yang
dipergunakan dalam filtrasi adalah pasir yang mempunyai pori-pori yang cukup
kecil.
c. Pengendapan
d. Proses ini hanya terjadi pada saringan pasir lambat. Ruang antar butir media pasir
berfungsi sebagai bak pengendap kecil.
e. Biological action
Proses ini hanya terjadi pada saringan pasir lambat. Suspensi-suspensi yang terdapat
dalam air mengadung organisme-organisme.

• Luas penampang bak


L= p x l x jumlah bak ............................................................. ..................(2.16)

• Beban permukaan (kecepatan filtrasi)


𝑄𝑏𝑎𝑘
......................................................................................... ..................(2.17)
𝐴

Dimana :
Qbak : debit masing-masing filter.
A : luas penampang

• Debit maksimum (Qmax)


Qmax = Luas x maksimum beban permukaan .......................... ..................(2.18)

2.5.7 Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses untuk membunuh bakteri, protozoa dan virus dengan kuantitas
desinfektan yang kecil dan tidak beracun bagi manusia. Reaksi desinfeksi yang terjadi
harus dilaksanakan di bawah kondisi normal, termasuk suhu, aliran, kualitas air dan
waktu kontak. Hal ini akan membuat air menjadi tidak beracun, tidak berasa, lebih
mudah diolah, ekonomis serta akan meninggalkan residu yang tetap untuk jangka waktu
yang aman, sehingga kontaminan dapat dihilangkan (Al-Layla, 1980). Desinfeksi yang
sering digunakan adalah dengan klorinasi menggunakan gas klor. Metode desinfeksi
secara umum ada dua, yaitu preklorinasi dan post chlorination.
II-13

Kebutuhan gas klor = Q  6X .......................................................... ..................(2.19)


10

Dimana:
Q : debit air (mg/l)
X : konsentrasi gas klor (mg/l)

2.5.8 Reservoir
Reservoir adalah tangki penyimpanan air yang sudah diolah kemudian ditransfer ke
sistem distribusi. Desain dari reservoir meliputi pemilihan dari ukuran dan bentuknya,
pertimbangan lain meliputi proteksi terhadap air yang disimpan, struktur reservoir dan
pekerja pemeliharaan reservoir.

Kriteria desain reservoir :


▪ Jumlah unit atau kompartmen > 2
▪ Kedalaman (H) = (3-6) m
▪ Tinggi jagaan (Hj) > 30 cm
▪ Tinggi air minum (Hmin) = 15 cm
▪ Waktu tinggal (td) > 1 jam
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Konsep Alur Perancangan


Langkah perancangan yang dilakukan dapat dilihat pada diagram alir perancangan pada
gambar 3.1

Mulai

Survey

Tinjauan Pustaka

Pengumpulan Data
Data Primer Data Sekunder
1. Lokasi
2. Kualitas air 1. Kondisi Eksisting
2. Jumlah SR
baku
3. Kebutuhan Air
Bersih

Analisa Data

Perancangan unit
pengolahan

Rancangan Anggaran Biaya

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan

III-1
III-2

Dari diagram alir di atas, langkah-langkah penyelesaian proyek akhir adalah sebagai
berikut :

1. Memulai

Mahasiswa mencari dosen pembimbing dan menentukan judul penelitian yang ingin
dibawakan dalam membuat tugas akhir.

2. Survey

Survey dilakukan untuk melihat kondisi eksisting lokal tempat penelitian, permasalahan
yang ada di tempat penelitian, dan untuk melihat data yang ada di tempat penelitian.
Wilayah yang disurvey adalah Kecamatan Namorambe. Kecamatan Namorambe
terletak di Kabupaten Deli Serdang. Letak wilayah Kecamatan Namorambe 3o26’57,97”
Lintang Utara dan 98o38’57,22” Bujur Timur. Batas wilayah Kecamatan Namorambe :
 Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Tuntungan Kota Medan
 Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Sibolangit
 Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Sibiru Biru
 Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Pancur Batu.
Kecamatan Namorambe terdiri atas 36 desa/kelurahan. Desa yang terdapat dalam
wilayah Kecamatan Namorambe, yaitu :

1. Desa Batu Gemuk 19. Desa Lubang Ido


2. Desa Batu Mbelin 20. Desa Namo Batang
3. Desa Batu Rejo 21. Desa Namo Landur
4. Desa Bekukul 22. Desa Namo Mbaru
5. Desa Cinta Rakyat 23. Desa Namo Mbelin
6. Desa Gunung Berita 24. Desa Namo Pakam
7. Desa Gunung Kelawas 25. Desa Namo Pinang
8. Desa Jaba 26. Desa Namo Rambe
9. Desa Jati Kesuma 27. Desa Rimo Mungkur
10. Desa Kuala Simeme 28. Desa Rumah Keben
11. Desa Kuta Tengah 29. Desa Rumah Mbacang
12. Desa Kuta Tualah 30. Desa Salang Tungir
III-3

13. Desa Lau Mulgap 31. Desa Silue Lue


14. Desa Sudi Rejo 32. Desa Suka Mulia Hilir
15. Desa Suka Mulia Hulu 33. Desa Tangkahan
16. Desa Tanjung Selamat 34. Desa Timbang Lawan
17. Desa Ujung Labuhen 35. Desa Uruk Gendang
18. Kelurahan Batu Penjemuran 36. Kelurahan Deli Tua

Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan, didapatkan bahwa suplai air bersih yang
dipergunakan oleh masyarakat Kecamatan Namorambe berasal dari sumur galian.

3. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini adalah mencari, mengumpulkan, dan mempelajari referensi serta berbagai
kegiatan yang mendukung dalam penyusunan tugas akhir.

4. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data yang relevan. Data yang dikumpukan berupa
kualitas air dari sungai, serta jumlah penduduk di Kecamatan Namorambe, Kabupaten
Deli Serdang. Untuk mendapatkan kualiatas air, dilakukan penelitian kualitas sumber air
baku. Lokasi sampling kualitas air berada di Sungai Deli. Sampling diambil dengan
metode Composite Place Sampling. Lokasi pengambilan sampel terdapat 1 titik yaitu di
tepian pinggir sungai sebelah kiri. Tata cara pengambilan sampel :

i. Cuci wadah sampel dengan air sungai.


ii. Cuci kembali wadah sampel dengan aquades
iii. Isi penuh wadah dengan air sungai (mencegah terperangkapnya oksigen)
iv. Lapisi seluruh wadah dengan lakban hitam tanpa ada celah sedikit pun (mencegah
matinya bakteri yang ingin di analisa)

5. Analisa Data

Data yang terkumpul dari data primer dan sekunder harus dianalisis untuk mendapatkan
dasar perhitungan dan perancangan.
III-4

6. Perancangan Unit Pengolahan

Pengembangan unit-unit pengolahan ini dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan


yang meliputi tata guna lahan, pengamatan kondisi lapangan yang ada dan hasil analisis
data yang mengacu pada parameter standar kualitas air baku.

7. Rancangan Anggaran Biaya

Setelah didapatkan rancagan unit pengolahan, selanjutnya dilakukan perancangan


anggaran biaya untuk setiap unit pengolahan yang akan dirancang. Sehingga nantinya
didapatkan total rancanga anggaran biaya kesulurahannya.

8. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dari hasil yang didapat dan diberikan saran kepada pemerintah Kecamatan
Namorambe untuk mengembangkan perencanaan yang dibuat.
III-5

3.2 Lokasi Perancangan

Gambar 3.2 Peta Lokasi Kecamatan Namorambe


III-6

Gambar 3.3 Lokasi Rencana Pembangunan IPA

Gambar 3.4 Kondisi Eksisting Lokasi Rencana Pembangunan IPA


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi adalah perhitungan yang menunjukkan keadaan fertilitas, mortalitas, dan
migrasi dimasa yang akan datang. Dalam merencanakan sistem penyediaan air minum
di Kecamatan Namorambe ada beberapa dasar perencanaan yang harus diperhatikan.
Terutama mengenai kuantitas air bersih yang dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang
dilayani dan perlu dilakukan suatu prediksi jumlah penduduk sesuai dengan periode
tahun perencanaan, yaitu dengan metode proyeksi. Berikut ini beberapa metode statistik
yang dapat digunakan untuk memprediksi laju pertumbuhan penduduk :
1. Metode Aritmatika
2. Metode Geometrik
3. Metode Logaritma
4. Metode Regresi Linier

4.1.1 Metode Aritmatika

Metode aritmatika biasa digunakan jika laju pertumbuhan populasi penduduk relatif
konstan tiap tahun. Kondisi ini dapat terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil
dan tingkat pertumbuhan ekonomi kota rendah. Proyeksi penduduk Kecamatan
Namorambe dengan metode arimatika dapat dilihat pada tabel 4.1

IV-1
IV-2

Tabel 4.1. Proyeksi Penduduk dengan Metode Aritmatika

Penduduk Yrata-
Xi Tahun Xi2 Xi.Yi Y' (Yi-Y') (Yi-Y')2 (Yi-Yrata) (Yi-Yrata)2 SD R
(Yi) rata
1 2009 29050 1 29050 33557 -4506,85 20311732,98 -10298,30 106054982,89

2 2010 36651 4 73302 34844 1807,16 3265820,04 36651,00 1343295801,00

3 2011 37756 9 113268 36131 1625,17 2641177,53 37756,00 1425515536,00


4 2012 38745 16 154980 37418 1327,18 1761412,06 38745,00 1501175025,00

5 2013 39683 25 198415 38705 978,19 956863,50 39683,00 1574740489,00


39348 1859,58 0,99896
6 2014 40587 36 243522 39992 595,21 354270,18 40587,00 1647304569,00

7 2015 41479 49 290353 41279 200,22 40087,25 41479,00 1720507441,00

8 2016 42346 64 338768 42566 -219,77 48298,85 42346,00 1793183716,00

9 2017 43185 81 388665 43853 -667,76 445900,75 43185,00 1864944225,00

10 2018 44001 100 440010 45140 -1138,75 1296742,45 44001,00 1936088001,00

55 393483 385 2270333 393483 0,00 31122305,59 354134,70 14912809786


Sumber : Perhitungan, 2021

a = 32269,87
b = 1286,99
Y = 32269,87 + ( 1286,99 × Xi)
IV-3

4.1.2. Metode Geometri


Metode geometri digunakan bila data jumlah penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Proyeksi penduduk
Kecamatan Namorambe dengan metode geometri dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2. Proyeksi Penduduk dengan Metode Geometri
Penduduk ln Xi .
Xi Tahun ln Xi ln Xi2 ln Yi Y' (Yi-Y') (Yi-Y')2 Y rata-rata Yi-Yrata (Yi-Yrata)2 SD R
(Yi) ln Yi
1 2009 29050 0,00 0,00 10,28 0,00 30791,69 -1741,69 3033470,40 -10298 106054983
2 2010 36651 0,69 0,48 10,51 7,28 34355,49 2295,51 5269343,40 36651 1343295801
3 2011 37756 1,10 1,21 10,54 11,58 36628,46 1127,54 1271352,34 37756 1425515536
4 2012 38745 1,39 1,92 10,56 14,65 38331,78 413,22 170753,53 38745 1501175025
5 2013 39683 1,61 2,59 10,59 17,04 39707,33 -24,33 592,15 39683 1574740489
39348 1074,58 0,99965
6 2014 40587 1,79 3,21 10,61 19,01 40867,81 -280,81 78854,38 40587 1647304569
7 2015 41479 1,95 3,79 10,63 20,69 41875,40 -396,40 157132,37 41479 1720507441
8 2016 42346 2,08 4,32 10,65 22,15 42768,27 -422,27 178312,39 42346 1793183716
9 2017 43185 2,20 4,83 10,67 23,45 43571,63 -386,63 149481,20 43185 1864944225
10 2018 44001 2,30 5,30 10,69 24,62 44303,03 -302,03 91224,63 44001 1936088001
55 393483 15,10 27,65 105,74 160,48 393200,89 282 10400517 354135 14912809786
Sumber: Perhitungan, 2021
a = 10,335
b = 0,158
Y = EXP(10,335 +(0,158 × ln Xi))
IV-4

4.1.3. Metode Logaritma

Proyeksi penduduk Kecamatan Namorambe dengan metode Logaritma dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Proyeksi Penduduk dengan Metode Logaritma
Penduduk
Xi Tahun ln Xi ln Xi2 Yi lnXi Y' (Yi-Y') (Yi-Y') Yrata-rata (Yi-Yrata) (Yi-Yrata)2 SD R
(Yi)
1 2009 29050 0,00 0,00 0,00 30657 -1607,22 2583165,77 -10298,30 106054983
2 2010 36651 0,69 0,48 25405 34646 2005,41 4021664,52 -2697,30 7275427
3 2011 37756 1,10 1,21 41479 36979 777,36 604293,22 -1592,30 2535419
4 2012 38745 1,39 1,92 53712 38634 111,04 12330,02 -603,30 363971
5 2013 39683 1,61 2,59 63867 39918 -234,93 55190,76 334,70 112024
39348 922,57 0,97690
6 2014 40587 1,79 3,21 72722 40967 -380,01 144403,95 1238,70 1534378
7 2015 41479 1,95 3,79 80714 41854 -374,99 140616,04 2130,70 4539882
8 2016 42346 2,08 4,32 88056 42622 -276,33 76356,92 2997,70 8986205
9 2017 43185 2,20 4,83 94887 43300 -115,05 13236,74 3836,70 14720267
10 2018 44001 2,30 5,30 101316 43906 94,70 8968,98 4652,70 21647617
55 393483 15,10 27,65 622158,81 393483,005 -0,004841064 7660226,908 0,00 167770174
Sumber: Perhitungan, 2021
a = 30657,226
b = 5753,999
Y = 30657,226 + (5753,999 × ln Xi)
IV-5

4.1.4. Metode Regresi Linear

Proyeksi penduduk Kecamatan Namorambe dengan metode Regresi Linear dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Proyeksi Penduduk dengan Metode Regresi Linear

Penduduk
Xi Tahun Xi2 Ln. Yi Xi.ln Yi Y' (Yi-Y') (Yi-Y')2 Yi rata-rata (Yi-Yrata) (Yi-Yrata)2 SD R
(Yi)
1 2009 29050 1 10,28 10,28 33557 -4507 20312817,77 -10298,30 106054982,9
2 2010 36651 4 10,51 21,02 34718 1933 3738309,69 -2697,30 7275427,29
3 2011 37756 9 10,54 31,62 35918 1838 3377430,92 -1592,30 2535419,29
4 2012 38745 16 10,56 42,26 37160 1585 2510834,34 -603,30 363970,89
5 2013 39683 25 10,59 52,94 38446 1237 1531114,43 334,70 112024,09
39348,3 18839,30 0,88795
6 2014 40587 36 10,61 63,67 39775 812 658947,01 1238,70 1534377,69
7 2015 41479 49 10,63 74,43 41151 328 107678,70 2130,70 4539882,49
8 2016 42346 64 10,65 85,23 42574 -228 52003,08 2997,70 8986205,29
9 2017 43185 81 10,67 96,06 44046 -861 742093,23 3836,70 14720266,89
10 2018 44001 100 10,69 106,92 45570 -1569 2461062,61 4652,70 21647617,29
55 393483 385 105,74 584,42 392915 568 35492291,77 0,00 167770174,1
Sumber: Perhitungan, 2021
a = 10,387
b = 0,034
Y = EXP(10,387 + (0,034 × Xi)
IV-6

4.1.5. Dasar Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk

Dari keempat metode yang tersedia untuk memproyeksikan jumlah penduduk, harus
dipilih salah satu metode yang paling mewakili pola pertumbuhan penduduk di wilayah
perencanaan. Untuk menentukan metode yang paling mewakili pola pertumbuhan
penduduk di wilayah perencanaa, diperlukan perhitungan faktor korelasi, standar
deviaisi, dan keadaan perkembangan kota di masa yang akan datang. Perhitungan faktor
korelasi dan standar deviasi dapat dilakukan dengan menganalisa dan membandingkan
data kependudukan yang tersedia dengan data penduduk dari perhitungan metode
proyeksi yang digunakan. Kriteria korelasi adalah sebagai berikut :

• r < 0, kedua data memiliki korelasi yang kuat tetapi bernilai negatif dan memiliki
hubungan berbanding terbalik satu sama lain.
• r = 0, kedua data tidak memiliki korelasi.
• r > 0, kedua data memiliki korelasi kuat dan memiliki hubungan positif yang
berbanding lurus satu sama lain.
4.1.6. Pemilihan Proyeksi Jumlah Penduduk

Data jumlah penduduk selama 10 tahun terakhir yang telah didapatkan, dianalisa secara
statistik menggunakan metode aritmatika, geometrik, logaritma, dan regresi linier.
Selanjutnya, dilakukan perhitungan r dan SD untuk menentukan metode yang paling
tepat dan paling mewakili. Pada tabel 4.5. dapat dilihat nilai r dan standar deviasi untuk
setiap metode.

Tabel 4.5. Nilai R dan SD Untuk Setiap Metode Proyeksi

Perbandingan
Metode Proyeksi
Nilai SD Nilai R
Aritmatika 1859,58 0,99896
Geometri 1074,58 0,99965
Logaritma 922,57 0,97690
Regresi Linier 18839,30 0,88795
Sumber : Perhitungan, 2021

Berdasarkan tabel 4.5. dapat ditentukan bahwa metode yang paling tepat dan paling
mewakili untuk digunakan sebagai metode proyeksi jumlah penduduk Kecamatan
IV-7

Namorambe untuk 10 tahun kedepan adalah metode geometri. Hal ini dikarenakan
metode ini memiliki faktor korelasi (R) mendekati 1 dibandingkan dengan ketiga
metode lainnya. Jadi metode yang paling menggambarkan kondisi penduduk
Kecamatan Namorambe pada tahun 2028 mendatang adalah metode Geometrik.

Hasil proyeksi penduduk selama periode perencanaan menggunakan keempat metode


diatas dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Proyeksi Penduduk Kecamatan Namorambe tahun 2009-2028

PROYEKSI PENDUDUK
NO TAHUN PENDUDUK
ARITMETIKA GEOMETRI EKSPONENSIAL LOGARITMA
1 2009 29050 29050 29050 29050 29050
2 2010 36651 36651 36651 36651 36651
3 2011 37756 37756 37756 37756 37756
4 2012 38745 38745 38745 38745 38745
5 2013 39683 39683 39683 39683 39683
6 2014 40587 40587 40587 40587 40587
7 2015 41479 41479 41479 41479 41479
8 2016 42346 42346 42346 42346 42346
9 2017 43185 43185 43185 43185 43185
10 2018 44001 44001 44001 44001 44001
11 2019 46427 44975 47146 44455
12 2020 47714 45598 48776 44955
13 2021 49001 46178 50463 45416
14 2022 50288 46722 52208 45842
15 2023 51575 47234 54014 46239
16 2024 52862 47718 55882 46611
17 2025 54149 48178 57815 46960
18 2026 55436 48615 59814 47288
19 2027 56723 49032 61883 47600
20 2028 58010 49431 64023 47895
Sumber : Perhitungan, 2021

Berikut ini adalah grafik proyeksi penduduk di Kecamatan Namorambe tahun 2009-
2028.
IV-8

70000
PROYEKSI PENDUDUK KECAMATAN NAMORAMBE
60000
ARITMETIKA
50000
Jumlah Penduduk

40000 GEOMETRI
(Jiwa)

30000 EKSPONENSIAL

20000 LOGARITMA

10000
0

Tahun

Sumber : Perhitungan, 2021.


Gambar 4.1. Grafik Proyeksi Penduduk Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2009-2028

4.2. Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Air


4.2.1. Analisis Ketersediaan Air

Sungai Deli yang akan digunakan sebagai sumber air baku sudah memenuhi dua dari
tiga syarat prinsip dalam merencanakan dan merancang instalasi pengolahan air. Sungai
Deli secara kuantitas dan kontinuitas telah memenuhi syarat sebagai sumber air baku.
Dari segi kuantitas, sungai deli memiliki debit andalan yaitu 6,18 m3/detik hingga 50
m3/detik (Mizanuddin & Rizki, 2018). Dari segi kontinuitas, sungai deli yang memiliki
debit andalan 6-50 m3/detik, dapat memenuhi kebutuhan air beberapa tahun kedepan.
Namun, Sungai Deli tidak memenuhi syarat secara kualitas sebagai sumber air baku,
oleh karena itu diperlukan beberapa analisis dalam menentukan perancangan dan
pengolahan air bersih di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang yaitu :

a) Analisis kebutuhan air bersih.


b) Analisis kualitas air baku.

4.2.2. Analisis Kebutuhan Air Bersih Domestik

Analisis kebutuhan air domestik dapat dihitung dengan :

1. Menggunakan Analisis Kebutuhan Air Per Jiwa


IV-9

Asumsi angka kebutuhan air bersih warga perumahan Kecamatan Namorambe


Kabupaten Deli Serdang adalah 120 liter/orang/hari, angka ini dibutuhkan dalam
menentukan total kebutuhan air bersih yang dibutuhkan oleh seluruh warga. Total
jumlah warga di Kecamatan Namorambe sampai tahun 2028 adalah sebanyak 49.431
jiwa. Perhitungan kebutuhan air dan debit :

Peak faktor = 1,5 (ketetapan).

Rencana Operasi = 24 jam.

Rata-rata kebutuhan air per jiwa = 120 liter/hari.

Jumlah kebutuhan air dalam 1 hari = Jumlah Jiwa × rata − rata kebutuhan air
= 49.431 × 120 liter/orang/hari
= 5.931.720 liter/hari

Kebutuhan air pada peak faktor = 1,5 × jumlah kebutuhan per hari

= 1,5 × 5.931.720 liter/hari

= 8.897.580 liter/hari

Total kebutuhan air pada jam puncak


Jumlah debit yang dibutuhkan =
24 jam

8.897.580 liter/hari
= = 102,98 ≈ 103 liter/detik.
24 ×3600 detik

2. Menggunakan data PDAM Tirta Deli Sibolangit

Data yang dibutuhkan :

Jumlah jiwa = 49.431 Jiwa.

Asumsi jiwa/SR = 5 Jiwa.

49.431
Jumlah SR = = 9.886,2 ≈ 9.887 SR.
5

Menurut Yetty (2013) data PDAM Tirta Deli Sibolangit 1 liter/detik dapat melayani 65
NPA (Nomor Pelanggan Aktif). Maka perhitungan debit didapat menjadi :
IV-10

Jumlah Jiwa di Kecamatan Namorambe = Jumlah SR x 5 jiwa

= 9.887 x 5

= 49.435 Jiwa.

9.887 SR
Jumlah debit yang dibutuhkan =
65 SR

= 152,1 ≈ 153 liter/detik

Sebagai kontrol perlu diketahui jumlah pemakaian air oleh masyarakat/hari,


perhitungannya sebagai berikut :

Jumlah kebutuhan air dalam 1 hari = 153 liter/detik x 86400

= 13.219.200 liter/hari

Rata-rata kebutuhan air per jiwa = 13.219.200 : 49.431

= 267,42 ≈ 268 liter/orang/hari

Debit yang digunakan dalam merancang bangunan pengolah air minum adalah 153
liter/detik berdasarkan perhitungan menggunakan data PDAM Tirta Deli Sibolangit.

4.2.3. Analisi Kebutuhan Air Non-Domestik

Standard penyediaan air non domestik ditentukan oleh banyaknya konsumen non
domestik yang meliputi fasilitas seperti perkantoran, kesehatan, industri, komersial,
umum dan lainnya. Konsumsi non domestik terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu :

a) Umum, meliputi : tempat ibadah, rumah sakit, sekolah, terminal, kantor dan lainnya
sebagainya.
b) Komersil, meliputi : hotel, pasar, pertokoan, rumah makan dan sebagainya.
c) Industri, meliputi : peternakan, industri, dan sebagainya.
IV-11

Tabel 4.7 Kebutuhan Air Non Domestik

Kategori Kebutuhan Air


Masjid 25 – 40 L/orang/hari
Gereja 5 – 15 L/orang/hari
Terminal 15 – 20 L/orang/hari
Umum
Sekolah 15 – 30 L/orang/hari
Rumah Sakit 220 – 300 L/tempat tidur/hari
Kantor 25 – 40 L/orang/hari
Peternakan 10 – 35 L/ekor/hari
Industri
Industri Umum 40 – 400 L/orang/hari
Bioskop 10 – 15 L/kursi/hari
Hotel 80 – 120 L/orang/hari
Komersil
Rumah Makan 65 – 90 L/meja/hari
Pasar/Toko 5 L/m2/hari
Sumber : Ir. Sarwoko, “Penyediaan Air Bersih”

4.2.4. Rekapitulasi Kebutuhan Air Kecamatan Namorambe

Adapun rekapitulasi kebutuhan air minum di Kecamatan Namorambe sebagai berikut :

Debit yang digunakan = 153 liter/detik

Menurut M. Taufiq, dkk (2012), kebutuhan non domestik memiliki nilai sebesar 20%
dari kebutuhan domestik. Maka perhitungan kebutuhan non domestik dapat dilihat
dibawah :

Kebutuhan non-domestik = 20% dari kebutuhan domestik


= 20 % x 153 liter/detik
= 30,6 ≈ 31 liter/detik
Jadi total debit yang digunakan dalam merancang instalasi pengolahan air minum di
Kecamatan Namorambe adalah :
Total Debit = 153 liter/detik + 31 liter/detik
= 184 liter/detik
IV-12

4.2.5. Analisis Kualitas Air Baku

Analisis kualitas air baku dapat dilihat pada lampiran 3. Analisis kualitas air baku
diperlukan untuk mengetahui sistem pengolahana air yang akan dirancang di
Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang. Sampel air Sungai Deli yang
merupakan sumber air baku yang di teliti di laboratorium untuk mendapatkan kualitas
air. Hasil laboratorium menunjukkan bahwa kadar kualitas air baku sangat buruk dan
tidak sesuai dengan kualitas air baku ada PERMENKES RI No.492 Tahun 2010.

4.3 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA)


Perancangan IPA di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang dengan kapasitas
debit 198 liter/detik memiliki beberapa tahap pengolahan antara lain :

Tahap 1 : Intake, Koagulasi dan Flokulasi Tahap 3 : Filtrasi


Tahap 2 : Sedimentasi Tahap 4 : Desinfeksi dan Reservoir

Unit-unit instalasi terdiri dari intake, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan
reservoir. Untuk bak Prasedimentasi, tidak dipakai dikarenakan proses penjernihan air
dilakukan pada bak Sedimentasi. Sketsa pengolahan dapat dilihat pada gambar 4.2.

INTAKE

KOAGULASI KOAGULAN

FLOKULASI

SEDIMENTASI
SI

FILTRASI
DESINFEKTAN
RESERVOIR

Gambar 4.2. Sketsa Unit Pengolahan


IV-13

4.3.1 Intake

Intake merupakan bangunan penangkap atau pengambil air baku dari suatu badan air
sehingga air baku tersebut dapat dikumpulkan dalam suatu wadah untuk selanjutnya
dilakukan pengolahan.
Rencana Desain Intake :

Jenis Intake yang digunakan adalah River Intake. River Intake adalah jenis Intake yang
menggunakan pipa penyadap dalam bentuk sumur pengumpul. Intake ini digunakan
untuk sungai yang mempunyai perbedaan level muka air pada musim hujan dan musim
kemarau yang cukup tinggi.
Untuk rencana perancangan River Intake, sumur pengumpul dibuat dengan kedalaman
sumur pengumpul lebih dalam 1 m dari kedalaman sungai.
Debit = 0,184 m3/detik

Pipa Sadap = 7 m

Pipa Pembawa = 40 m

Kecepatan aliran rata-rata = 1,5 m/detik

Jenis pipa yang digunakan adalah pipa galvanis.

a. Pipa Sadap
Perhitungan :
Q
A=
V
0,184 m3 /detik
A= = 0,123 m2
1,5 m/detik

4×𝐴
Dpipa = √ 3,14

4 ×0,123
Dpipa = √ = 395 mm
3,14

Pipa yang digunakan pipa GIP 8 inch


Q
Vcek =
1/4 × 3,14 × D2
IV-14

0,184
Vcek = = 1,16 m/detik …………….(memenuhi)
1/4 × 3,14 × 0,4502
𝐿
HL =
(0,00155 × C × D2,68 )1,85
𝑄1,85
7
HL = 184 liter/detik1,85
(0,00155 × 120 × 45 cm2,68 )1,85

HL = 0,013 m

b. Pipa Pembawa
Pipa pembawa berfungsi untuk membawa air dari sumur pengumpul ke unit
koagulasi. Pipa pembawa memliki panjang 40 meter dan memiliki dimensi yang
sama dengan pipa hisap.
Perhitungan :
Q
A=
V
0,184𝑚3 ⁄𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
A= = 0,123 m2
1,5 m/detik

4 ×A
Dpipa = √
3,14

4 ×0,123
Dpipa = √ = 395 mm
3,14

Pipa yang digunakan pipa ukuran 6 inch (450 mm).

Q
Vcek = 1⁄4 ×3,14 ×D2

0,184
Vcek = = 1,16 m/detik …………….(memenuhi)
1/4 × 3,14 × 0,4502

𝐿
HL =
(0,00155 × C × D2,68 )1,85
𝑄1,85
40
HL = 184 liter/detik1,85
(0,00155 × 120 × 45 cm2,68 )1,85

HL = 0,08 m
IV-15

Gambar 4.3. Unit Intake


4.3.1.1. Pompa Intake
Pompa intake yang akan digunakan sebanyak 2 unit dengan debit masing-masing 99
liter/detik.
Head Pompa = Hf + Hs + sisa tekan
= 0,093 m + 4 m + 4 m
= 8,093 m
Berdasarkan analisis dari tugas akhir sebelumnya, dimensi pompa yang direncanakan
sebagai berikut :
Head pompa = 8,093 m
Debit = 184 liter/detik
Efisiensi pompa = 70%
Efisiensi transmisi = 85%
Faktor cadangan = 0,15
Sementara dimensi pompa yang dipakai adalah :
Panjang = 19,25 cm
Lebar = 14,69 cm
Tinggi = 38,96 cm
Perhitungan :
Q × massa jenis air ×ℎ𝑒𝑎𝑑 pompa
Daya hidrolik pompa =
75
0,184 liter/detik × 1000 kg/m3 × 8,093m
=
75
= 19,85 hp

daya hidrolik pompa


Daya poros pompa = efisiensi pompa
IV-16

19,85 hp
= = 28,36 hp
70%

daya poros pompa (1 + faktor cadangan)


Daya penggerak = efisiensi transmisi

28,36 (1 +0,15)
= = 38,37 hp
85%

Gambar 4.4. Pompa Intake

4.3.1.2. Sumur Pengumpul

Sumur pengumpul bertujuan untuk menampung air yang dihisap dari sungai yang
nantinya akan dipompakan menuju unit koagulasi. Desain sumur pengumpul
disesuaikan dengan ukuran pompa.

Jumlah pompa = 2 unit


Jarak antar pompa = 100 cm
Jarak antar dinding = 55 cm
Dalam sungai =4m

Panjang sumur pengumpul = (19,25 cm x 2) + 100 cm + (55 cm x 2)

= 248,5 cm ≈ 2,5 m

Lebar sumur pengumpul = 14,69 cm + (55 cm x 2)

= 124,69 cm ≈ 1,25 m

Kedalaman sumur pengumpul = 3 m + 1 m

=4m
IV-17

Gambar 4.5. Sumur Pengumpul

4.3.2. Unit Koagulasi

Kriteria Desain (SNI 6774 Tahun 2008) :

G = > 750 detik-1

td = 1 detik – 5 detik

Rencana Desain Bak Koagulasi :

Debit = 184 liter/detik = 0,184 m3/detik

Jumlah terjunan (n) =1

Tipe = Pengaduk cepat dengan terjunan

G = 800 detik-1

Td = 5 detik

G x td = 40.000

Perhitungan :

Volume (V) :
V = Q x Td
IV-18

V = 0,184 m3/s x 5 detik


V = 0,92 m3

g ×h
G = √
𝑣 ×td

9,81𝑚⁄𝑠 ×h
800 =√
0,893 ×10−6 𝑚⁄𝑠 ×5 detik

h = 0,291 m (tinggi terjunan)

V =PxLxh

0,92 = P x L x 1 m (asumsi tinggi 1 meter)

Asumsi P : L = 2 : 1 maka P = 2L, maka dimensi bak koagulasi yang didapat :

Panjang (P) = 1,356 m

Lebar bak (L) = 0,678 m

Tinggi bak (T) =1m

Freeboard = 0,2 m

Tinggi Terjunan = 0,29 m

Cek Perhitungan :

Volume (V)

Volume = 1,356 m x 0,678 m x 1 m


Volume = 0,919 ≈ 0,92 m3…………………………………………(sesuai)

Waktu detensi (td)

V 0,92 m3
Td = = = 5 detik…………………………………………..(sesuai)
Q 0,184 m3 /s
IV-19

Gradien (G)

g ×h 9,81m⁄s2 × 0,291 𝑚
G=√ =√ = 799,59 s-1 ≈ 800 s-1......(sesuai)
𝑣 ×td 0,893 × 10−6 m2 ⁄s ×5 detik

Gambar 4.6. Bak Koagulasi dan Bak Penampung Koagulan

Bak Penampung Koagulan

Bak penampung koagulan yang direncanakan memiliki dimensi 5 m x 4 m x 4 m yang


berjumlah 2 unit. Dimana 1 bak sebagai bak pembubuhan dan 1 lagi sebagai bak
penyeduh. Bak penampung ini juga dilengkapi mixer agar mempermudah dalam proses
pembuatan larutan koagulan. Perencanaan bak mengikuti tugas akhir sebelumnya (Eko
Priambodo, 2016) :

Kadar tawas bongkahan = 17 %

Dosis Tawas = 5 mg/l

Kadar tawas pada larutan = 5 %

Densitas tawas = 1,09 kg/l

Perhitungan :

Kebutuhan tawas = Q x kadar pembubuhan

= 184 liter/detik x 40 gr/m3 x 86400 detik/1000


IV-20

= 636 kg/hari

636 kg⁄hari
Kebutuhan tawas 17 % =
17%

= 3741,2 kg/hari

3741,2 kg⁄hari
Volume tawas =
1,09 kg⁄l

= 3432,3 liter/hari

95 %
Volume air pelarut = x 3432,3 liter/hari
5%

= 65213,2 liter/hari

Volume larutan = volume tawas + volume larutan


= 3432,3 liter/hari + 65213,2 liter/hari
= 68645,5 liter/hari

volume larutan
Debit pembubuhan = 24 jam

68645,5 liter⁄hari
= 24 jam

= 2860,2 liter/jam

volume bak
Kapasitas bak = volume larutan

80 𝑚3
= 68645,5 liter⁄hari

= 1,16 hari

Jenis koagulasi yang digunakan adalah koagulasi dengan tipe pengaduk cepat dengan
terjunan. Proses pengadukan cepat dimaksudkan agar terjadi pencampuran antara
koagulan dengan air secara cepat. Pengadukan dengan cepat dilakukan dengan cara :

• Memanfaatkan ketinggian jatuh (Hydraulic Jump)


• Menggunakan alat pengaduk mekanis
IV-21

• Mempergunakan alat pengaduk secara gravitasi


Dalam keefektifitasannya, jenis koagulasi tipe pengaduk cepat dengan terjunan dapat
menghemat waktu lebih cepat. Sistem ini juga sangat membantu untuk menghasilkan
proses flokulasi yang baik, karena proses pencampuran koagulan dengan air dilakukan
secara cepat, dan flok akan lebih mudah dan cepat terbentuk pada bak flokulasi.

4.3.3 Unit Flokulasi


4.3.3.1. Dimensi Inlet Flokulasi

Saluran inlet flokulasi yang direncanakan menggunakan pipa galvanis dengan


spesifikasi :

Panjang = 1,5 m

Koefisien kekasaran = 120

Debit = 92 liter/detik (karena bak flokulasi ada 2)

Kecepatan aliran = 1,5 m/detik

Cek headloss pada inlet :

Q
Apipa =
V

0,092 m3 ⁄detik
= 1,5 m⁄det

= 0,061 m2

4×A
Dpipa = √ 3,14

= 0,278 m

Digunakan pipa pasaran dengan diameter 300 mm (4 inch)


Q
Vcek = 1⁄4 × 3,14 × D2
0,092
= 1⁄4 × 3,14 × 0,32
IV-22

= 1,3 m/s .................................................................................(memenuhi)

L
Hf = (0,00155 × Q1.85
C × D2,68 )1,85

1,5 m
= (0,00155 × 921,85
120 × 302,68 )1,85

= 3,8 m

4.3.3.2. Dimensi Flokulasi

Kriteria Desain (SNI 6774 Tahun 2008) :


Waktu detensi (td) = 30 – 45 menit

Gradien Kecepatan = 5 – 60 s-1

G x td = 104 - 105

Koefisien gesekan (k) = 2 – 3,5 ; dipilih 2,5 (Kawamura, 2000)

Kehilangan tekanan (hL) = 0,3 m – 1 m (Kawamura, 2000)

Viskositas kinematik (v) = 0,893 × 10-6 m2/s (Kawamura, 2000)

Rencana Desain Bak Flokulasi Yang Akan Dirancang :

Td total = 45 menit

G total = 60 s-1 – 5 s-1 (menurun)

Headloss :<1m

Tipe : Pengaduk Lambat Baffle Channel

Jumlah bak : 2 bak

Q 0,184 m3 /s
Debit masing-masing bak = = 0,092 m3/s
2 2

Jumlah Kompartemen : 3 kompartemen


IV-23

Perhitungan :

I. Kompartemen I

Rencana Desain Kompartemen I

Td = 10 menit

G = 30 s-1

Perhitungan :

V = Q x td
= 0,092 m3/s x 600
= 55,2 m3
Asumsi P : L : T = 3 : 2 : 1

Maka didapat dimensi bak pada kompartemen 1 sebagai berikut :

Panjang (P) = 6,28 m

Lebar (L) = 4,19 m

Tinggi (h) = 2,09 m

Menghitung headloss total :

g × HL
G = √ 𝑣 ×td

9,81 m⁄s2 ×HL


30 = √0,893 ×10−6 ×600 𝑠

HL = 0,049 m

Luas penampang saluran (luas basah)

A = L x H = 4,19 m x 2,09 m = 8,75 m2

Keliling basah

P = L + 2h = 4,19 m + (2 x 2,09 m) = 8,38 m


IV-24

Jari-jari basah

𝐴 8,75 𝑚2
R=𝑃= = 1,04 m
8,38 𝑚

Sloof

∆𝐻 0,01 𝑚
(S) = = 8,38 𝑚 = 0,0011
𝑃

Kecepatan aliran saluran

1
VL = n R2/3 S1/2

1
= 0,013 (1,04)2/3 (0,0011)1/2

= 2,62 m/s

Koefisien kekasaran saluran terbuat dari beton (n) = 0,013

HL (kehilangan tekanan pada saat aliran lurus)

2 2
n. VL. L1⁄2 0,013 × 2,62 × (4,19)1⁄2
HL = ( ) =( ) = 0,004 m
R2⁄3 1,04 2⁄3

Kehilangan tekanan total (Htot)

Htot = HL – Hb

Hb = 0,049 m – 0,004 m

Hb = 0,045 m

𝑉𝑏 2 𝑉𝑏 2
Hb = 𝑘 =2
2𝑔 2 × 9,81 𝑚/𝑠2

𝑉𝑏 2
0,045 = 2 × 2 × 9,81 𝑚/𝑠2

Vb2 = 0,44 m/s


Vb = 0,66 m/s
IV-25

Q
Vb =
Ab

Q 0,092 𝑚3 /𝑠
Ab = 𝑉𝑏 = 0,66 𝑚/𝑠

Ab = 0,14 m2

Keterangan : Hb = headloss belokan


Vb = kecepatan aliran belokan
Ab = luas belokan

Cek perhitungan kompartemen I :

Waktu detensi (td)

V 55,2 𝑚3
Td = Q = 0,092𝑚3 ⁄𝑠 = 600 detik ...............................................(sesuai)

Gradien (G)

𝑔 × HL 9,81𝑚⁄𝑠2 × 0,049 𝑚
G = √𝑣× = √0,893 × = 30 s-1.......................................(sesuai)
td 10−6 × 600 𝑑𝑒𝑡

II. Kompartemen II
Rencana Desain Kompartemen II
Td = 15 menit

G = 20 s-1

Perhitungan :

V = Q x td
V = 0,092 m3/s x 900
V = 82,8 m3

Karena lebar dan tinggi memiliki nilai yang sama dari kompartemen I sampai dengan
kompartemen III maka didapat dimensi bak pada kompartemen II sebagai berikut :
Panjang (P) = 9,46 m
Lebar (L) = 4,19 m
Tinggi (h) = 2,09 m
IV-26

Menghitung headloss total

g ×HL
G = √ 𝑣 × td

9,81 m/s2 ×HL


20 = √0,893 x 10−6 × 900 s

HL = 0,032 m
Luas penampang saluran (luas basah)
A = L x H = 4,19 m x 2,09 m = 8,76 m2
Keliling basah
P = L + 2H = 4,19 m + (2 x 2,09) = 8,38 m
Jari-jari basah
A 8,76 𝑚2
R=P = = 1,04 m
8,38 𝑚

Sloof
∆𝐻 0,01 𝑚
(S) = = 8,38 𝑚 = 0,0011
𝑃

Kecepatan aliran saluran


1
VL = 𝑛 R2/3 S1/2
1
VL = 0,013 (1,04)2/3 (0,0011)1/2

= 2,62 m/s
Koefisien kekasaran saluran terbuat dari beton (n) = 0,013

2 2
n. VL. L1⁄2 0,013 × 2,62 × (4,19)1⁄2
HL = ( ) =( ) = 0,004 m
R2⁄3 1,04 2⁄3

Kehilangan tekanan total (Htot)

Htot = HL – Hb

Hb = 0,032 m – 0,004 m

Hb = 0,028 m

𝑉𝑏 2 𝑉𝑏 2
Hb = 𝑘 =2
2𝑔 2 × 9,81 𝑚/𝑠2
IV-27

𝑉𝑏 2
0,028 = 2 × 2 × 9,81 𝑚/𝑠2

Vb2 = 0,27 m/s

Vb = 0,52 m/s

Q
Vb =
Ab

Q 0,092 𝑚3 /𝑠
Ab = 𝑉𝑏 = 0,52 𝑚/𝑠

Ab = 0,18 m2

Cek perhitungan kompartemen II :

Waktu detensi (td)

V 82,8 𝑚3
Td = Q = 0,092𝑚3 ⁄𝑠 = 900 detik ...............................................(sesuai)

Gradien (G)

𝑔 × HL 9,81𝑚⁄𝑠2 × 0,049 𝑚
G = √𝑣× = √0,893 × = 20 s-1.......................................(sesuai)
td 10−6 × 900 𝑑𝑒𝑡

III. Kompartemen III

Rencana desain kompartemen III


Td = 20 menit

G = 10 s-1

Perhitungan :

V = Q x td
V = 0,092 m3/s x 1200
V = 110,4 m3
Karena lebar dan tinggi memiliki nilai yang sama dari kompartemen I sampai dengan
kompartemen III maka didapat dimensi bak pada kompartemen III sebagai berikut :
IV-28

Panjang (P) = 12,61 m


Lebar (L) = 4,19 m
Tinggi (h) = 2,09 m
Menghitung headloss total
g ×HL
G = √ 𝑣 × td

9,81 m/s2 ×HL


10 = √0,893 x 10−6 × 1200 s

HL = 0,01 m
Luas penampang saluran (luas basah)
A = L x H = 4,19 m x 2,09 m = 8,76 m2
Keliling basah
P = L + 2H = 4,19 m + (2 x 2,09) = 8,38 m
Jari-jari basah
A 8,78 𝑚2
R=P = = 1,04 m
8,38 𝑚

Sloof
∆𝐻 0,01 𝑚
(S) = = 8,38 𝑚 = 0,0011
𝑃

Kecepatan aliran saluran


1
VL = 𝑛 R2/3 S1/2
1
VL = 0,013 (1,04)2/3 (0,0011)1/2

= 2,62 m/s
Koefisien kekasaran saluran terbuat dari beton (n) = 0,013

2 2
n. VL. L1⁄2 0,013 × 2,62 × (4,19)1⁄2
HL = ( ) =( ) = 0,004 m
R2⁄3 1,04 2⁄3

Kehilangan tekanan total (Htot)

Htot = HL – Hb

Hb = 0,01 m – 0,004 m
Hb = 0,006 m
IV-29

𝑉𝑏 2 𝑉𝑏 2
Hb = 𝑘 =2
2𝑔 2 × 9,81 𝑚/𝑠2

𝑉𝑏 2
0,006 = 2 × 2 × 9,81 𝑚/𝑠2

Vb2 = 0,05 m/s

Vb = 0,24 m/s

Q
Vb =
Ab

Q 0,092 𝑚3 /𝑠
Ab = 𝑉𝑏 = 0,24 𝑚/𝑠

Ab = 0,38 m2

Cek perhitungan kompartemen III :

Waktu detensi (td)

V 110.4 𝑚3
Td = = = 1200 detik ...............................................(sesuai)
Q 0,092𝑚3 ⁄𝑠

Gradien (G)

𝑔 × HL 9,81𝑚⁄𝑠2 × 0,049 𝑚
G = √𝑣× = √0,893 × = 10 s-1.......................................(sesuai)
td 10−6 × 1200 𝑑𝑒𝑡

Tabel 4.8 Desain Unit Flokulasi


Kompartemen Kompartemen Kompartemen
No. Parameter Kriteria Desain
1 2 3
-1
10-60 s
1 G 30 s-1 20 s-1 10 s-1
(SNI 6774)
15-45 menit
2 Td 10 menit 15 menit 20 menit
(SNI 6774)
<1m
3 Headloss 0,049 meter 0,032 meter 0,01 meter
(Kawamura, 2000)
Sumber : Perhitungan, 2021
IV-30

Gambar 4.7. Unit Flokulasi

4.3.4. Unit Sedimentasi

Perhitungan

Kriteria desain yang perlu diperhatikan untuk unit sedimentasi adalah sebagai berikut
(SNI 6774 Tahun 2008) :

Surface loading rate (Q/A) = 0,8 – 2,5 m3/m2/jam = 2,2 x 10-4 – 7 x 10-4 m/det

Rasio panjang terhadap lebar = 5 : 1

Reynold number (Re) = < 2000

Froude number (Fr) = > 10-5

Efisiensi penyisihan = 90 %

Kondisi performance bak (n) = 1/3 (Good Performance)

Dengan kriteria diatas, maka dapat direncanakan desain dari unit sedimentasi yang tepat
dengan perhitungan sebagai berikut :

4.3.4.1. Menghitung Dimensi Bak Sedimentasi

Untuk menghitung dimensi bak sedimentasi harus dipilih terdahulu kriteria perencanaan
yang diperlukan untuk perhitungan seperti :

Surface loading rate (Q/A) = 7,0 x 10-4 m/det


to/td = 3,5
IV-31

Dari kedua kriteria diatas maka dapat dihitung :

to 𝑉𝑜
=Q
td ⁄A

to 𝑄
V0 = × = 3,5 × 7,0 × 10-4 = 2,45 × 10-3 m/det
td 𝐴

Maka, untuk menentukan dimensi bak sedimentasi adalah sebagai berikut :

Debit yang diolah (Q) = 184 liter/detik = 0,184 m3/det

Dengan mempertimbangkan pengecekan perhitungan terhadap bilangan reynold dan


bilangan froude maka bak sedimentasi yang akan dirancang dengan debit sebesar 0,184
m3/detik dibagi menjadi 5 unit dengan masing-masing bak memiliki ukuran dan
kapasitas yang sama. Sehingga debit tiap bak sedimentasi yang akan diolah adalah
sebagai berikut :

0,184 m3 /det
Debit tiap bak = = 0,0368 m3/detik untuk setiap unit
5 unit

Vo = 2,45 x 10-3 m/detik

Rumus :

𝑄
A =
𝑉𝑜

0,0368 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
A = 2,45 ×10−3 𝑚/𝑑𝑒𝑡 = 15,02 m2

Setelah diketahui luas permukaan bak maka, ditentukan panjang dan lebar bak dengan
perbandingan P : L adakah 5 : 1.

P:L=5:1

Lebar bak :

A=PxL
15,02 m2 = 5 x L2
L = 1,73 m
IV-32

Panjang bak :
P=5xL
P = 5 x 1,73
P = 8,65 m

4.3.4.2. Menghitung Desain Zona Pengendapan (Tube Settler)

Dalam perencenaan unit sedimentasi yang direncanakan harus sesuai dengan kriteria
desain sehingga kriteria tube settler yang akan dibangun adalah sebagai berikut :

Waktu detensi dalam tube = 5 - 20 menit

Perbandingan P : L = 4:1 – 6:1

Lebar tube settler (w) = 0,05 m

Tinggi tube settler = 0,5 m

Tebal tube settler (t) = 2,5 x 10-3 m

Kemiringan tube settler (θ) = 30o – 60o

Jarak antar settler (W) = 10 cm

Viskositas kinematis (v) pada 25oC = 0,9055 x 10-6 m2/det

Untuk menghitung dimensi tube settler harus dipilih terdahulu kriteria perencanaan
yang diperlukan untuk perhitungan seperti :

Debit tiap bak sedimentasi = 0,0368 m3/detik

Perbandingan P : L =5:1

Lebar tube settler (w) = 0,05 m

Tinggi tube settler = 0,5 m

Tebal tube settler (t) = 2,5 x 10-3 m

Kemiringan tube settler (θ) = 60o


IV-33

Jarak antar settler (W) = 10 cm

Viskositas kinematis (v) pada 25oC = 0,9055 x 10-6 m2/det

Perhitungan :

Kecepatan tube settler (Vα)

𝑤⁄
𝐻 sin α
sin α
+ cos α 𝑄⁄
Rumus : vα = 𝑤
⁄sin α 𝑡𝑔 𝛼 𝐴

0,05⁄
0,5 𝑚 sin 60
sin 60
+ cos 60
vα = 0,05 × 7,0 × 10-4 m/det
⁄sin 60 𝑡𝑔 60

0,693 𝑚
vα = × 7,0 × 10-4 m/det = 0,0048 m/det
0,1 𝑚

Luas tube settler

𝑄
Rumus : A = 𝑉𝑎

0,0368 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
A= = 7,67 m2
0,0048 𝑚/𝑑𝑒𝑡

Dimensi tube settler


Perbandingan yang digunakan untuk panjang : lebar = 5 : 1
Jadi :

Lebar tube settler (L)

𝐴
= √5

7,67𝑚2
=√ 5

= 1,24 m

Panjang tube settler (P)


=5xL
IV-34

= 5 x 1,24

= 6,2 m

Lebar efektif tube settler (w’)

𝑤
= sin α

0,05
= sin 60

= 0,057 m ≈ 0,06 m

Jumlah tube settler pada sisi panjang (np)

𝑃
=
𝑤′

6,2 𝑚
= 0,06 𝑚

= 103,3 ≈ 104 buah

Jumlah tube settler pada sisi lebar (nL)

𝐿
=
𝑤′

1,24 𝑚
=
0,06 𝑚

= 20,6 ≈ 21 buah

Jari-jari hidrolis

luas basah
=
keliling basah

0,05 × 0,05
= = 0,0125 m
4 × 0,05

Setelah mendapatkan dimensi dan desain tube settler sesuai dengan kriteria yang
diinginkan, maka dilakukan pengecekan dengan perhitungan bilangan reynold dan
bilangan Froude seperti berikut :
IV-35

Bilangan Reynold (NRe)

𝑉𝑎 × 𝑅
NRe = 𝑣

0,0048 𝑚/𝑑𝑒𝑡 × 0,0125 𝑚


= 0,9055 × 10−5 𝑚2 /𝑑𝑒𝑡

= 66,26 < 2000 ..............................................................................(sesuai)

Bilangan Froude (NFr)

𝑉𝑎
NFr =
√𝑔 × 𝑅

0,0048 𝑚/𝑑𝑒𝑡
= = 9 × 10-3
√9,81 𝑚/ det× 0,0125 𝑚

= 1,285 × 10-3 > 10-5................................................................(sesuai)

Control scouring
Dimana : Vα < 18 Vo
Vα 0,0048 𝑚/𝑑𝑒𝑡
= = 1,94 < 18
𝑉𝑜 2,45 ×10−3

Dalam perawatan bak sedimentasi harus dilakukan perawatan berkala (backwash).


Namun hal tersebut tidak dapat dilakukan langsung pada semua bak sehingga
diperlukan perawatan secara bertahap. Oleh karena itu diperlukan pengecekan terhadap
bak sedimentasi apabila dilakukan pengurasan pada 1 unit bak. Cek apabila backwash :

Q (debit yang diolah) = 0,184 m3/det


Luas tube = 7,67 m2
Jumlah bak yang beroperasi(n) = 4 unit
Perhitungan
Q 0,184 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
Vα = luas 𝑡𝑢𝑏𝑒 × = = 6 × 10-3 m/det
n 7,67 𝑚2 × 4

Cek terhadap Q/A


𝑤⁄
𝐻 sin α
sin α
+ cos α 𝑄⁄
vα = 𝑤
⁄sin α 𝑡𝑔 𝛼 𝐴
IV-36

𝑄 𝑉𝛼 6 ×10−3 𝑚/𝑑𝑒𝑡
= = = 8,6 × 10-4 ..............................................(sesuai)
𝐴 6,93 6,93

Vo = 3,5 × 8,6 × 10-4 = 3,01 × 10-3 m/det

Control scouring, Vα < 18 Vo

0,86 × 10−3 m/det


Va = = 0,28 < 18 ...............................................(sesuai)
3,01 × 10−3 m/det

Cek terhadap Bilangan Reynold (NRe)

𝑉𝑎 × 𝑅
NRe = 𝑣

6 × 10−3 𝑚/ det × 0,0125 𝑚


= = 82,8
0,9055 × 10−6 𝑚2 /𝑑𝑒𝑡

= 82,8 < 2000 .....................................................................(sesuai)

Cek terhadap Bilangan Froude (NFr)

𝑉𝑎
NFr =
√𝑔 × 𝑅

6 ×10−3 𝑚/𝑑𝑒𝑡
=
√9 ,81 × 0,0125

= 0,017 > 10-5.....................................................................(sesuai)

4.3.4.3. Menghitung Dimensi Total Bak Sedimentasi

Dalam menghitung dimensi total dari bak sedimentasi yang akan dibangun diperlukan
data sebagai berikut :
a. Panjang bak = 8,65 m
b. Lebar bak = 1,73 m
c. Tebal tube = 2,5 x 10-3 m
d. Jumlah tube pada sisi panjang = 104 buah
e. Jumlah tube pada sisi lebar = 21 buah
f. Tinggi bak =3m
IV-37

Panjang total bak


= panjang bak + tebal tube x ( jumlah tube pada sisi panjang + 1)
= 8,65 m + (0,0025 m x (104 +1)) = 8,1925 m

Lebar total bak


= lebar bak + lebar tube x (jumlah tube pada sisi lebar + 1)
= 1,73 m + (0,0025 x (21 + 1)) = 1,785 m

Tinggi total bak


= tinggi bak + freeboard
= 3 m + 0,5 m = 3,5 m

Gambar 4.8. Unit Sedimentasi

4.3.4.4. Menghitung Ruang Lumpur

Data yang didapat dari perhitungan sebelumnya berupa :

Qbak = 0,0368 m3/detik

Kriteria perencanaan yang digunkan :

Kandungan solid dalam lumpur = 1,5 % (Eko Priambodo, 2016)

Lama pengurasan (t) = 5 menit = 300 detik

Waktu pengurasan (td) = 1 kali sehari


IV-38

Kecepatan pengurasan (v) = 0,5 m/det

Qunderdrain = 2 % x Qbak

= 0,02 x 0,0368 m3/detik

= 0,000736 m3/detik

Panjang = Lebar, dan volume lumpur = volume limas

Perhitungan :

Volume lumpur (Vlumpur)(1 hari)

% lumpur × td × Q𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟𝑑𝑟𝑎𝑖𝑛
= 1000

1,5 × 86400 × 0,000736 m3 /detik


=
1000

= 0,095 m3

Volume limas

Luas Alas × t
= 3

3 × 0,095
= 1,785 × = 0,089 m3
1,785

Debit lumpur (Qlumpur)

Volume (Vlumpur)
= 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢(𝑡)

0,095 𝑚3
= 300 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 3,2 × 10-4 m3/detik

Luas penampang pipa penguras (A)

𝑄
A=
𝑣

3,2 × 10−4 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡


A= = 0,00064 m2
0,5 𝑚/𝑑𝑒𝑡
IV-39

Diameter pipa penguras (d)

4×𝐴
d=√
𝜋

4 × 0,00064 𝑚2
d=√ = 0,009 m = 1 inch
3,14

Diameter yang terdapat di pasaran 1 inch

4.3.4.5. Menghitung saluran inlet

Kriteria perencanaan (Kawamura, 2000) :

Qorifice terdekat dengan terjauh ≥ 90 %

Diameter orifice (d) = 0,1 m

Kecepatan orifice = 0,2 m/detik

Jumlah orifice = 4 buah

Perbandingan muka air terdekat dengan terjauh = 0,01 m

Kecepatan inlet bercabang (v) = 1 m/detik

Lebar flume = 50 cm = 0,5 m

Dengan kriteria perencanaan diatas, maka kriteria yang dipilih untuk menghitung desain
saluran inlet pada bak sedimentasi yang direncanakan adalah sebagai berikut :

Kecepatan inlet bercabang (v) = 1 m/detik

Flume dilengkapi dengan orifice

Kecepatan orifice (Vorifice) = 0,2 m/detik

Diameter orifice (d) = 0,1 m

Lebar flume = 50 cm = 0,5 m


IV-40

Dengan data yang diperlukan berupa :

Debit yang diolah = 0,0368 m3/detik

Lebar bak = 0,623 m

Perhitungan :

Luas penampang pipa cabang (A)

𝑄
=
𝑣

0,0368 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= = 0,0368 m2
1 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Diameter pipa inlet bercabang (d)

4×𝐴
=√
𝜋

4 × 0,0368 𝑚2
=√ = 0,22 m = 8,6 inch
3,14

Diameter pipa yang terdapat di pasaran yaitu 10 inch = (250mm)

Kecepatan inlet bercabang (v)

𝑄
=
1⁄4 × 𝜋 × 𝑑2

0,0368 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
= = 0,9 ≈ 1 m/detik.............................................(sesuai)
1⁄4 × 3,14 × (0,22)2

Kecepatan inlet utama (v) dengan diameter inlet utama (asumsi) = 500 mm

𝑄
v =
1⁄4 × 𝜋 × 𝑑2

0,0368 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
= = 0,18 m/detik
1⁄4 × 3,14 × (0,5)2
IV-41

Debit tiap orifice (Qorf)

Q tiap bak
= n 𝑜𝑟𝑖𝑓𝑖𝑐𝑒

0,0368 m3 /det
= = 0,0092 m3/detik
4

Luas orifice (Aorf)

Q 𝑜𝑟𝑖𝑓𝑖𝑐𝑒
= 𝑣 𝑜𝑟𝑖𝑓𝑖𝑐𝑒

0,0092 m3 /det
= = 0,046 m2
0,2 m/det

Jarak antara orificei (Lorf)

L 𝑏𝑎𝑘 – ( n 𝑜𝑟𝑓 × d 𝑜𝑟𝑓)


= n 𝑜𝑟𝑓

1,785 – ( 4 × 0,1)
= = 0,35 m
4

Jarak orifice dengan dinding

= 1/2 x jarak antara orifice


= 1/2 x 0,35 m
= 0,175 m

Dimensi flume

𝑄
- Luas flume (A) =
𝑣
0,0368 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
= = 1,67 m2
0,022 𝑚/𝑑𝑒𝑡
𝐴
- Tinggi flume (T) = Lebar 𝑓𝑙𝑢𝑚𝑒

1,67 𝑚2
= = 3,34 m
0,5 𝑚

Perhitungan headloss

Data yang digunakan untuk perhitungan :


IV-42

Debit (Q) tiap orifice = 0,0092 m3/detik

Luas orifice (Aorf) = 0,046 m2

Perhitungan :

Headloss orifice 1 yang terdekat dengan pipa inlet cabang (Hl1)

𝑄l2
=
0,72 𝐴2 . 𝑔

(0,0092 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡)2
= = 5,7 × 10-3 m
0,72 (0,046)2 × 9,81

Debit orifice keempat

𝑄2
× 100% = 90%
𝑄1

𝑄1 × 90%
Q2 = 100%

0,0092 × 90%
Q2 = = 0,00828 m3/detik
100%

Headloss orifice ke-4 (Hl4)

𝑄22
=
0,72 𝐴2 . 𝑔

(0,00828 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡)2
=
0,72 ( 0,046)2 . 9,81

= 4,5 × 10-3 m

Penurunan headloss dalam flume dari tengah ke tepi

= Hl1 – Hl4

= 5,7 × 10-3 – 4,5 × 10-3

= 1,2 × 10-3 m

Pengecekan jika salah satu bak di kuras :


IV-43

Q tiap orifice (Qorf)

Q tiap bak
= n 𝑜𝑟𝑖𝑓𝑖𝑐𝑒

0,0092 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
= = 0,0023 m3/detik
4

Headloss orifice 1 yang terdekat dengan pipa inlet cabang (Hl1)

𝑄l2
=
0,72 𝐴2 . 𝑔

(0,0023 𝑚3 / det)2
= = 3,5 × 10-4 m
0,72 × (0,046)2 × 9,81

Debit orifice ke empat

𝑄2
Q2 = 𝑄1 × 100% = 90%

𝑄1 × 90%
Q2 = 100%

0,0023 × 90%
Q2 = = 0,00207 m3/detik
100%

Headloss orificie ke empat (Hl4)

𝑄22
=
0,72 𝐴2 . 𝑔

(0,00207 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡)2
=
0,72 ( 0,046)2 . 9,81

= 2,8 × 10-4 m

Penurunan headloss dalam flume dari tengah ke tepi

= Hl1 – Hl4

= 3,5 × 10-4 – 2,8 × 10-4

= 0,7 × 10-4 m
IV-44

4.3.4.6. Menghitung saluran outlet

Kriteria perencanaan :

Menggunakan V-notch 90o

Jarak antar V-notch = 10 cm

Lebar pelimpah = 10 cm

Lebar saluran pengumpul = 20 cm

Weir loading = (7,13-15) m3/m/jam ; dipilih weir loding = 13

= 3,61 x 10-3 m3/m/detik

Kecepatan saluran pelimpah = 0,5 m/det

Kecepatan saluran pengumpul = 0,3 m/det

Data yang telah didapat berupa

Debit tiap bak (Q) = 0,0368 m3/detik

Lebar bak = 1,785 m

Perhitungan :

Panjang pelimpah total (Ptot)

Q 𝑏𝑎𝑘
=𝑣 𝑤𝑒𝑖𝑟 𝑙𝑜𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔

0,0368 m3 /det
= 3,61 × = 10,19 m
10−3 𝑚3 ⁄𝑚/𝑑𝑒𝑡

w’ = lebar bak – lebar saluran pengumpul

= 1,785m – 0,2 m = 1,585m

Jumlah saluran pelimpah (n)

P 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
=2 × 𝑤′
IV-45

10,19 m
=2 = 3,21 ≈ 4 buah
× 1,585

Panjang 1 saluran melimpah (P1saluran pelimpah)

𝑃 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 𝑛 ( 1 𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛= 2 𝑝𝑒𝑙𝑖𝑚𝑝𝑎ℎ)

10,19 𝑚
= = 1,27 m
4 × 2

Luas saluran pelimpah (A)

𝑄
=
𝑉 saluran pelimpah

0,0368 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
= = 0,0736 m2
0,5 𝑚/𝑑𝑒𝑡

Tinggi saluran pelimpah (T)

𝐴
= 𝐿 pelimpah

0,0736 𝑚2
= = 0,736 m
0,1 𝑚

Jarak antar saluran pelimpah

𝑃 total − ( 2 × lebar saluran pelimpah)


= (𝑛 saluran pelimpah+1)

10,19 𝑚 − (2 × 0,1 m)
= = 1,998 m
4+1

Perhitungan V-Notch

Jumlah V-Notch (nv-notch)

𝑤′
= 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ (jumlah pelimpah)

1,585 𝑚
= × (4 buah) = 63,4 ≈ 64 buah
0,1 𝑚
IV-46

Q tiap V-Notch

𝑄 tiap bak
= 𝑛 𝑉−𝑁𝑜𝑡𝑐ℎ

0,0368 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
= = 5,75 × 10-4 m3/det
64

Tinggi air pada V-Notch

Qv-Notch = 1,417 x H5/2

2/5
5,75 × 10−4 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
H=( ) = 0,04 m
1,417

Tinggi V-Notch

= H + (15% x H)

= 0,04 m + (15% × 0,04 m) = 0,046 m

Perhitungan saluran pengumpul :

Tinggi saluran pengumpul (h)

𝑄
=𝑙 × 𝑣 saluran pengumpul

0,0368 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
= 0,2 𝑚 × = 0,61 m
0,3 𝑚/𝑑𝑒𝑡

Cek kecepatan untuk debit tiap bak (v)

𝑄
=
𝐴

0,0368𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
= = 0,3 m/det ....................................................(sesuai)
0,2 𝑚 × 0,61 𝑚

Panjang saluran pengumpul

= (n × lebar saluran pelimpah) + ( (1/n ) × jarak antar pelimpah)


= (4 × 0,1 m) + ( (1/4) × 1,998)
= 4,1 m + 0,4995 m
= 4,5995 m
IV-47

Perhitungan dimensi ruang pengumpul

Asumsi waktu detensi (td) = 120 detik


Tinggi ruang pengumpul =1m
Kecepatan aliran ruang pengumpul = 1 m/detik
Panjang ruang pengumpul = 2 × lebar sedimentasi
= 2 × 1,785 m
= 3,57 m
Volume bak = Q × td
= 0,0368 m3/detik × 120 detik
= 4,416 m3

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 4,416 𝑚3
Lebar ruang pengumpul (l) = = = 1,23 m
𝑝 × ℎ 3,57 𝑚 × 1 𝑚

4 × 𝑄
Dimensi pipa keluar (d) = √𝜋 × 𝑣

4 × 0,0368
=√ = 0,22 m
3,14 × 1

Diameter pipa yang terdapat di pasaran yaitu 250 mm (10inch)

𝑄 0,0368 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
Cek kecepatan = = = 0,96 ≈ 1 m/det...(sesuai)
𝐴 1⁄4 × 3,14 × (0,22)2

4.3.5. Saringan Pasir Cepat

Kriteria Perencanaan (SNI 6774 Tahun 2008) :

Kecepatan filtrasi = 11 m/jam (6 – 11 jam)

P:L =2:1

Diameter pasir = 0,5 – 0,7 mm

Koefisien kerataan (Uniformity Coefficient) = 1,2 – 1,4

Tebal lapisan pasir = 30 – 70 cm

Tebal lapisan penyangga (Gravel) = 80 – 100 cm


IV-48

Tebal lapisan kerikil = 20 – 30 cm (Kawamura, 2000)

Sementara data yang dimiliki adalah :

Debit (Q) = 0,184 m3/detik

Tabel 4.9 Perhitungan Filtrasi


Parameter Rumus Perhitungan Hasil Keterangan
Debit tiap Q 0,184 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
Q= Q= 0,092 m3/detik
saringan 𝑛𝑏 2
Luas tiap bak 𝑄 0,092 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
A= A = 0,0031 𝑚/𝑑𝑒𝑡 29,7 m2
(A) 𝑣

Dimensi Filter
Asumsi :
𝐴 29,7 𝑚2 P:L=2:1
Lebar Bak (L) L=√ L=√ 3,85 m
2 2 A=P×L
A = 2L2
Panjang bak
P = 2L P = 2 × 3,85 m 7,7 m
(P)
A = 7,7 m × 3,85
Luas (A) A=P×L A = 29,7 m2
m
Cek Perhitungan
𝑄 0,092 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡 0,0031 m/detik
Kecepatan (v) v= v= Sesuai kriteria
𝐴 29,7 𝑚2 = 11 m/jam
Cek pada saat backwash
𝑄 0,184 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
Kecepatan (v) v= v= 0,0062 m/detik Sesuai kriteria
Jumlah bak × A 1 × 29,7 m2

Sumber : Perhitungan, 2021

Rencana Desain (Kawamura, 2000) :

Underdrain bak filtrasi = tipe perpipaan manifold dan lateral


Luas media filter = 30 m2
Rasio luas orifice dengan luas area filter = 0,25%
Rasio luas pipa lateral dengan luas orifice = 4 : 1
Rasio luas manifold dengan luas lateral =3:1
Diameter orifice = 2 cm
Jarak antar lateral (w) = 30 cm
Hasil perhitungan underdrain dapat dilihat pada tabel 4.5
IV-49

Tabel 4.10 Perhitungan Sistem Underdrain Bak Filtrasi

Parameter Rumus Perhitungan Hasil


D orifice 2 cm = 0,02 m
1 1
Luas orifice (Aorf) Aorf = 𝜋.d2 Aorf =
4
× 3,14 × (0,02)2 3,14 × 10-4 m2
4

Luas bukaan total


ATO = 0,25% × Ltiap bak ATO = 0,25% × 29,7 m2 0,07 m2
orifice (ATO)

Jumlah lubang orifice A 𝑡𝑜 0,07 𝑚2


norf = norf = 222,9 ≈ 223 buah
(norf) A 𝑜𝑟𝑓 3,14 × 10−4 𝑚2

Luas bukaan total


ATL = 4 × Aorf ATL = 4 × 3,14 × 10-4 m2 0,001256 m2
lateral (ATL)

Diameter pipa lateral 4 × A 𝑡𝑙 4 × 0,001256 m2


(d) d=√ d=√ 0,04 m = 40 mm
𝜋 3,14

Diameter pasaran 50 mm
Luas bukaan
ATM = 3 × ATL ATM = 3 × 0,001256 m2 0,003768 m2
manifold (ATM)

Diameter pipa 4 × A 𝑡𝑙 4 × 0,003768


manifold (dm) dm = √ dm = √ 3,14
0,069 m = 69 mm
𝜋

Diameter pasaran 75 mm
Panjang pipa lateral Lebar bak − 𝑑 3,85 m − 0,069 m
PL = PL = 1,9 m
(PL) 2 2

Jumlah pipa lateral di 𝑃 7,7 𝑚


salah satu pipa nL = nL = 25,67 ≈ 26 buah
𝑤 0,3 𝑚
manifold (nL)

Jumlah pipa lateral


NTL = 2 × nL nTL = 2 × 26 buah 52 buah
total (nTL)

Jumlah orifice tiap 𝑛 223 buah


no/L = no/L = 4,28 ≈ 5
lateral (no/L) 𝑛 TL 52 buah

Jarak antar titik 𝑃 1,9 𝑚


= = 0,38 m
tengah orifice 𝑛o⁄L 5

Jarak orifice dinding = 0,5 × jarak titik


= 0,5 × 0,38 m 0,19 m
dan ke pipa manifold tengah

Sumber : Perhitungan, 2021


IV-50

Gambar 4.9. Unit Filtrasi


Media penyaringan

Media pasir

Pasir Nre < 5

Porositas awal (f) = 0,4

Tebal pasir = 50 – 70 cm

Diameter (d) = 0,5 – 0,7 mm

Viskositas (v) = 0,000008039 m2/detik

Kecepatan Filtrasi (Vf) = 3,1 × 10-3 m/detik


1 𝑉𝑓 × 𝑑
Nre = 1−𝑓 × 𝑣

1 (3,1 × 10−3 ) × (0,7 × 10−3 )


= × = 0,45 m.........................(sesuai)
1−0,4 0,000008039

𝑣 (1−𝑓)2 V𝑓
HL = 180 × 𝑔 × × 𝑑2 × L
𝑓3

(0,00008039) (1−0,4)2 3,1 ×10−3


= 180 × × × (0,7 × 0,7 = 0,0367 m
9,81 0,43 × 10−3 )2

Media penyangga kerikil

Antrasit Nre < 5

Porositas awal (f) = 0,5


IV-51

Tebal pasir = 30 cm

Diameter = 0,003 m

Viskositas (v) = 0,000008039 m2/detik

Kecepatan filtrasi (Vf) = 3,1 × 10-3 m/detik


1 𝑉𝑓 × 𝑑
Nre = 1−𝑓 × 𝑣

1 (3,1 × 10−3 ) × (3 × 10−3 )


= × = 2,31 m.........................(sesuai)
1−0,5 0,000008039

𝑣 (1−𝑓)2 V𝑓
HL = 180 × 𝑔 × × 𝑑2 × L
𝑓3

(0,00008039) (1−0,4)2 3,1 ×10−3


= 180 × × × (3 × 0,3 = 0856 m
9,81 0,43 × 10−3 )2

HL media = HL pasir + HL kerikil

= 0,0367 m + 0,0856 m

= 0,1223 m

HL total = HL media + HL underdrain

= 0,1223 m + 0,0778 m

= 0,2003 m

Tabel 4.11 Tinggi Bangunan Filtrasi

Kriteria Desain Kriteria


No. Kedalaman
(m) perencanaan (m)
1 Tinggi bebas 0,2 – 0,3 0,3
2. Tinggi air diatas media penyaring 0,9 – 1,5 1,25
3. Tebal lapisan pasir penyaring 0,6 – 1 0,8
4. Tebal lapisan kerikil 0,2 – 0,3 0,25
5. Underdrain 0,1 – 0,2 0,2
Total 2 – 3,3 2,8
Sumber : Perhitungan, 2021

4.3.6. Desinfeksi gas Klor (Cl2)

Klorinasi dilakukan dengan cara injeksi pada inlet reservoir. Dosis penentuan klor
diambil dari penelitian terdahulu karena pada dasarnya penetuan dosis klor harus
IV-52

menguji lab air baku yang sudah melalui proses pengolahan. Penentuan dosis klor tidak
mempengaruhi dimensi.

Direncanakan (Eko Priambodo, 2016) :

Sisa klor : 0,3 mg/l

Kadar klor : 99 %

Kapasitas tabung : 75 kg

Dosis klor optimum (DPC) : 2,61 mg/l

Perhitungan :

Dosis klor = dosis optimum + sisa klor

= 2,61 mg/l + 0,3 mg/l

= 2,91 mg/l

Kebutuhan klor = 2,91 mg/l × 184 liter/detik

= 46,26 kg/hari

75 𝑘𝑔
Lama pergantian tabung = 46,26 𝑘𝑔/ℎ𝑎𝑟𝑖

= 1,6 ≈ 2 hari

4.3.7. Reservoir

Reservoir adalah penampung air hasil olahan, dimensi reservoir disesuaikan dengan
kebutuhan air warga dan juga debit air yang diolah.

Dimensi reservoir yang direncanakan :

Aktivitas warga (T warga) : 17 jam

Waktu produksi (T Ipa) : 24 jam

Debit produksi : 184 liter/detik


IV-53

Kedalaman reservoir : 4 meter

Tabel 4.12 Perhitungan Dimensi Reservoir Distribusi

Parameter Rumus Perhitungan Hasil Satuan


Q = debit per Q = 0,184 m3/detik
Debit per hari detik 15.897,6 M3/hari
detik x x 86.400 det/hari
hari

% permakaian air 20 %
V=Qx% V = 15.897,6 m3 x 3.179,5
Volume reservoir M3
pemakaian air 20% ≈ 3.180
Bak dibuat 2 buah
Volume masing- V = Vreservoir / 3.180 𝑚3
V= 1.590,5 M3
masing bak 2 2

Dimensi Bak
1.590,5 m3 = 2L ×
Lebar bak V=P×L×T 14,1 M
L×4m
Panjang Bak P = 2L P = 2 × 14,1 m 28,2 M
Total Tinggi Bak T = 4 m + 0,5 m 4,5 M
Pipa overflow & Asumsi 50
pipa penguras mm
Q 0,092m3 /detik
Cek kecepatan v= v= 1 46,88 m/dtk
A × π ×(0,05)2
4

Cek jika salah satu bak dikuras


Debit 0,184 M3/detik
Q 0,184m3 /detik
Cek kecepatan v= v= 1 92,74 m/detik
A × π ×(0,05)2
4

Asumsi 50
Pipa inlet cabang
mm
Q 0,092m3 /detik
Cek kecepatan v= v= 1 46,88 m/dtk
A × π ×(0,05)2
4

Cek jika salah satu bak dikuras


Debit 0,184 M3/detik
IV-54

Q 0,184m3 /detik
Cek kecepatan v= v= 1 92,74 m/detik
A × π ×(0,05)2
4

Asumsi 50
Pipa inlet utama
mm
Q 0,184m3 /detik
Cek kecepatan v= v= 1 92,74 m/detik
A × π ×(0,05)2
4

Pipa outlet Asumsi 50


cabang mm
Q 0,092m3 /detik
Cek kecepatan v= v= 1 46,88 m/dtk
A × π ×(0,05)2
4

Cek jika salah satu bak dikuras


Debit 0,184 M3/detik
Q 0,184m3 /detik
Cek kecepatan v= v= 1 92,74 m/detik
A × π ×(0,05)2
4

Pipa outlet Asumsi 75


cabang mm
Q 0,184m3 /detik
Cek kecepatan v= v=1 41,67 m/detik
A × π ×(0,075)2
4

Sumber : Perhitungan, 2021

Gambar 4.10. Unit Reservoir


BAB V
RENCANA ANGGARAN BIAYA RANCANGAN
5.1 Umum
Rencana anggaran biaya merupakan perkiraan biaya yang diperlukan dalam suatu
pekerjaan konstruksi. Dalam menentukan rencana anggaran biaya dibutuhkan
perhitungan volume galian dan timbunan, volume pekerjaan dan harga satuan pekerjaan
yang nantinya digunakan sebagai acuan didalam perhitungan anggaran. Perhitungan
volume mengacu pada gambar teknis yang telah dibuat. Perhitungan biaya meliputi
biaya investasi dan biaya pengelolaan. Untuk suatu proyek, maka diperlukan jadwal
pelaksanaan yang efektif dan efisien, sehingga akan menghemat jumlah anggaran yang
diperlukan.

Perhitungan perkiraan anggaran biaya di wilayah perencanaan mencakup biaya


pembangunan. Harga yang digunakan adalah berdasarkan harga satuan pekerjaan yaitu
harga yang harus dibayar untuk pembangunan fisik suatu pekerjaan, harga satuan
pekerjaan ini sudah termasuk harga bahan, upah buruh, transportasi lokal, asuransi, dan
keuntungan kontraktor.

5.2 Biaya Investasi


Biaya investasi adalah biaya yang dibutuhkan sejak pembangunan dimulai sampai
dengan selesai. Yang termasuk dalam biaya investasi adalah :
1. Biaya konstruksi fisik bangunan ini pengolahan air minum termasuk dalam biaya
pemebebasan dan pekerjaan tanah, konstruksi beton, pemasangan pipa, mobilisasi
alat dan sebagainya.
2. Biaya pemasangan pipa dan perlengkapannya.
3. Biaya pajak dan pertambahan nilai (ppn), biaya ini diperkirakan sebesar 10% dari
jumlah biaya total.

Selain hal-hal diatas, yang termasuk dalam biaya investasi lainnya adalah biaya
pembebasan tanah atau ganti rugi, biaya perlenggkapan bangunan, serta biaya
pembersihan dan perataan tanah.

V-1
V-2

5.3 Biaya Pengelolaan dan Perawatan

Biaya pengelolaan dan perawatan adalah biaya yang diperlukan untuk pembelian
peralatan dan pemeliharaan unit pengolahan.

5.4 Langkah-langkah Perhitungan Rencana Anggaran Biaya

Langkah – langkah yang dilakukan untuk menghitung rencana anggaran biaya dan biaya
suatu pekerjaan fisik yaitu :
1. Menghitung volume tiap – tiap pekerjaan sesuai dengan gambar.
2. Menentukan analisa harga satuan pekerjaan yang dibutuhkan.
3. Menentukan harga satuan bahan dan upah. Dengan mengalikan harga satuan
pekerjaan dengan volume pekerjaan didapatkan harga pekerjaan.
4. Dibuat rekapitulasi harga pekerjaan.

Biaya pembangunan adalah harga pekerjaan fisik yang ditambahkan PPn sebesar 10%
harga pekerjaan fisik. Harga inilah yang digunakan dalam setiap pelanggan pekerjaan
pemborongan.

5.5 Analisa Rencana Anggaran Biaya

Analisa yang digunakan pada perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) pekerjaan
pendahuluan, pembangunan unit-unit pengolahan air minum yang terdiri dari Unit
Intake, Koagulasi, Flokulasi, Sedimentasi, Filtrasi, dan Reservoir pada Kecamatan
Namorambe berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2016
tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.

5.6 Perhitungan Kuantitas Bangunan


Perhitungan kuantitas bangunan diperlukan untuk mengetahui perhitungan volume pada
masing-masing pekerjaan sehingga harga dapat ditetapkan. Berikut adalah salah satu
contoh perhitungan kuantitas salah satu bangunan pada perencanaan, yaitu pada Unit
Intake.
Pipa yang digunakan pada instalasi intake yang direncanakan adalah pipa galvanis.
Pipa penyadap : L = 7 m ; d = 6 inch
Pipa pembawa : L = 40 m ; d = 6 inch
V-3

Sumur Pengumpul; Panjang = 2,5 m; Lebar = 1,25 m; kedalaman = 5 m + 0,5 m


Tebal beton = 0,3 m; kedalaman pondasi = 0,3 m; tebal lantai cor camp = 0,05 m
Maka :
Volume beton = (5,5 m + 0,3 m) × (2 + (2 × 0,3 m)) × 2,5 m × 1,25 m – (5,5 m
× 2,5 m × 1,25 m)
= 29,93 m3
Volume beton pondasi = 0,3 m × 2,5 m × 1,25 m = 0,9375 m3
Volume urugan pasir = 2,5 m × 1,25 m × (5 m + 0,5 m) = 17,2 m3
Voluma galian = 2,5 m × 1,25 m × (0,3 m + 5,5 m) = 18,125 m3
Timbunan tanah = 18,125 m3 × 1/4 = 4,55 m3
Lantai cor camp = 2,5 m × 1,25 m × 0,05 m = 0,15 m3
Plester luar dan dalam = (2,5 m × 5,5 m × 4 dinding) = 55 m2
= (2,5 m × 1,25 m × 1 dinding) = 3,125 m2
= (1,25 m × 5,5 m × 4 dinding) = 27,5 m2 +
= 85,625 m2
Contoh lainnya, seperti untuk mencari bangunan koagulasi.
Panjang = 1,356 m; Lebar = 0,678 m; dan kedalaman = 1 m
Total beton = 0,3 m; kedalaman pondasi = 0,3 m; tebal lantai cor camp = 0,05 m
Volume urugan pasir = 1,356 m × 0,678 m × (1 m + 0,5 m + 0,5 m) = 1,84 m3
Volume beton pondasi = 0,3 m × 1 m × 0,678 m = 0,20 m3
Volume beton = (1,5 m + 0,3 m) × (2 + (2 × 0,3) × 1 × 0,678 – (1 m ×
0,678 m × 1,5 m) = 2,50 m3
Volume galian = 1 m × 0,678 m × (0,3 m + 1,5 m) =1,22 m3
Timbunan tanah = 1,22 m3 × 1/4 = 0,305 m3
Volume lantai cor = 1 m × 0,678 m × 0,05 m = 0,03339 m3
Plester/ cor dinding = 1 m × 1,356 m × 4 dinding = 5,424 m3
1 m × 0,678 m × 1 dinding = 0,678 m3
0,678 m × 1,5 m × 4 dinding = 4,068 m3 +
= 10,17 m3
Perhitungan tiap kuantitas unit sama dengan yang dikerjakan diatas, baik untuk unit
flokulasi, sedimentasi, filtrasi, ataupun reservoir. Setelah perhitungan kuatitas tiap unit
didapat, kemudian rancangan anggaran biaya dapat dimulai.
V-4

5.7 Harga Satuan Dasar (HSD)

Tabel 5.1 Analisis Harga Satuan Pekerjaan Pembuatan 1 m2 Pagar Sementara


dari Kayu Tinggi 2 m (AHSP PU A.2.2.1.1)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Satuan Koefisien
(Rp.) (Rp.)
A. TENAGA
1. Pekerja OH 0,4 136.827 54.730,8
2. Tukang Kayu OH 0,2 133.640 26.728
3. Kepala Tukang OH 0,02 149.060 2.981,2
4. Mandor OH 0,02 138.780 2.775,6
Jumlah Tenaga Kerja 87.215,6
B. BAHAN
1. Dolken Kayu Ø 8-10 Batang 1.250,00 53.456 66.820
2. Semen Portland Kg 5.000 1.793,85 8.969,25
3. Pasir Beton M3 0,005 546.074 2.730,4
4. Koral Beton M3 0,009 216.353,33 1.947,18
5. Kayu 5/7 M3 0,072 4.938.500 355.572
6. Paku Biasa 2" - 5" Kg 0,06 25.494 1.529,64
7. Residu Liter 0,4 14.135 5.654
Jumlah Harga Bahan 376.402,47
C. PERALATAN

Jumlah Harga Alat


D. Jumlah (A+B+C) 463.618,07
E. Overhead & Profit 15% × D 69.542,71
F. Harga Satuan Pekerjaan 533.160,78
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021

Tabel 5.2 Analisis Harga Satuan Pekerjaan Pembuantan 1m2 Rumah Jaga
Konstruksi Kayu (AHSP PU A.2.2.1.6)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
A. TENAGA
1. Pekerja OH 1 136.827 136.827
2. Tukang Kayu OH 1,5 133.640 200.460
3. Kepala Tukang OH 0,15 149.060 22.359
4. Mandor OH 0,05 138.780 6.939
Jumlah Tenaga Kerja 366.585
B. BAHAN
V-5

Lanjutan Tabel 5.2


1. Dolken Ø 8-10/400 cm Batang 3 53.456 160.368
2. Kayu m3 0,276 71.960 19.860,96
3. Paku Biasa Kg 0,7 22.440 15.708
4. Seng Gelombang Kg 1,5 75.147 112.720,5
Jumlah Harga Bahan 308.657,46
C. PERALATAN

Jumlah Harga Alat


D Jumlah(A+B+C) 675.242,46
E Overhead & Profit (15%) 15% × D 101.286,37
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 776.528,83
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP 2021

Tabel 5.3 Analisis Harga Satuan Pekerjaan 1 m2 Lapangan dan Perataan (AHSP
PU A.2.2.1.9)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
A. TENAGA
1. Pekerja OH 0,1 136.827 13.682,7
2. Mandor OH 0,05 138.780 6.939
JUMLAH TENAGA KERJA 20.621,7
B. BAHAN
JUMLAH HARGA BAHAN -
C. PERALATAN
JUMLAH HARGA PERALATAN -
D Jumlah (A+B+C) 20.621,7
E Overhead & Profit (15%) 3.093,26
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 23.714,96
Sumber : Data dan Perhitungan, 2021

Tabel 5.4 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Galian Tanah Biasa Sedalam 1 m
(AHSP PU A.2.3.1.1)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,750 136.827 102.620,25
Mandor OH 0,025 138.780 3.469,5
JUMLAH TENAGA KERJA 106.089,75
B BAHAN
V-6

Lanjutan Tabel 5.4

JUMLAH HARGA BAHAN -


C PERALATAN

JUMLAH HARGA ALAT -


D Jumlah (A + B + C) 106.089,75
E Overhead & Profit 15% x D 15.913,46
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 122.003,21
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021

Tabel 5.5 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pengurugan Pasir (AHSP PU


A.2.3.1.11)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,300 136.827 41.048,1
Mandor OH 0,010 138.780 1.387,8
JUMLAH TENAGA KERJA 42.435,9
B BAHAN
Pasir Urug M3 1,200 165.097 198.116,4
JUMLAH HARGA BAHAN
C PERALATAN

JUMLAH HARGA ALAT -


D Jumlah (A + B + C) 240.552,3
E Overhead & Profit 15% x D 36.082,85
F Harga Satuan Pekerjaan (D + E) 276.635,15
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021

Tabel 5.6 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Mengurug Kembali Galian/Timbunan


Kembali (AHSP PU A.2.3.1.19)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
A. TENAGA
Pekerja OH 0,102 136.827 13.956,35
Mandor OH 0,019 138.780 2.636,82
JUMLAH TENAGA KERJA 16.593,17
B. BAHAN
V-7

Lanjutan Tabel 5.6


JUMLAH HARGA BAHAN
C. PERALATAN

JUMLAH HARGA ALAT


D Jumlah (A+B+C) 16.593,17
E Overhead & Profit 15% x D 2.488,98
F Harga Satuan Pekerja (D+E) 19.082,15
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021

Tabel 5.7 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pasang Batu Kosong/Anstamping


(AHSP PU A.3.2.1.9)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,780 136.827 106.725,06
Tukang Batu OH 0,390 133.640 52.119,6
Kepala Tukang OH 0,039 149.060 5.813,34
Mandor OH 0,039 138.780 5.412,42
JUMLAH TENAGA KERJA 170.070,42
B BAHAN
Batu Belah M3 1,200 205.600 246.720
Pasir Urug M3 0,432 165.097 71.321,9
JUMLAH HARGA BAHAN 318.047,9
C PERALATAN

JUMLAH HARGA ALAT


D Jumlah (A+B+C) 488.112,32
E Overhead & Profit 15% x D 73.216,85
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 561.329,17
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021

Tabel 5.8 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Beton Pondasi Beton Mutu K 300
(AHSP PU A.4.1.1.10)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 1,650 136.827 225.764,55
Tukang Batu OH 0,275 133.640 36.751
Kepala Tukang OH 0,028 149.060 4.173,68
V-8

Lanjutan Tabel 5.8


Mandor OH 0,083 138.780 11.518,74
JUMLAH TENAGA KERJA 278.207,97
B BAHAN
Semen Portland kg 413 1.793,85 740.860,05
Pasir Beton M3 681 546.074 371.876.394
Kerikil (Maks 30 mm) M3 1021 407.088 415.636.848
Air Liter 215 2.737 588.455
JUMLAH HARGA BAHAN 788.842.557,05
C PERALATAN

JUMLAH HARGA ALAT


D Jumlah (A+B+C) 789.120.762,02
E Overhead & Profit 15% x D 118.368.114,75
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 907.488.879,77
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021

Tabel 5.9 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pembesian 1 kg Dengan Besi Polos atau
Besi Ulir (AHSP PU A.4.1.1.17)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,070 136.827 9.577,89
Tukang Besi OH 0,070 138.780 9.714,6
Kepala Tukang OH 0,007 149.060 1.043,42
Mandor OH 0,004 138.780 555,12
JUMLAH TENAGA KERJA 20.891,03
B BAHAN
Besi Beton (polos/ulir) Kg 10,500 17.414 182.847
Kawat Beton Kg 0,150 29.401 4.410,15
JUMLAH HARGA BAHAN 187.257,15
C PERALATAN

JUMLAH HARGA ALAT

D Jumlah (A+B+C) 208.148,18


E Overhead & Profit 15% x D 31.222,227
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 239.370,407
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021
V-9

Tabel 5.10 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pemasangan Bekisting Untuk Pondasi
(AHSP PU A.4.1.1.20)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,520 136.827 71.150,04
Tukang Kayu OH 0,260 133.640 34.746,4
Kepala Tukang OH 0,026 149.060 3.875,6
Mandor OH 0,026 138.780 3.608,28
JUMLAH TENAGA KERJA 113.380,28
B BAHAN
Kayu Meranti Papan M3 0,040 1.890.000 75.600
Paku 5 – 10 cm Kg 0,300 25.494 7.648,2
Minyak Bekisting Liter 0,100 20.354 2.035,4
JUMLAH HARGA BAHAN 85.283,6
C PERALATAN

JUMLAH HARGA ALAT


D Jumlah (A+B+C) 198.663,88
E Overhead & Profit 15% x D 29.799,582
F Harga Satuan Pekerja (D+E 228.463,462
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021

Tabel 5.11 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pemasangan 1 m2 Dinding Bata


Merah (5 x 11 x 22) Tebal 1/2 Batu Campuran 1SP :5PP (AHSP PU A.4.4.1.10)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,300 136.827 41.048,1
Tukang Batu OH 0,100 133.640 13.364
Kepala Tukang OH 0,010 149.060 1.490,6
Mandor OH 0,015 138.780 2.081,7
JUMLAH TENAGA KERJA 57.984,4
B BAHAN
Bata Merah M3 70,000 700 49.000
Semen Portland Kg 9,680 1.793,85 17.364,47
Pasir Pasang M3 0,045 203.544 9.159,48
JUMLAH HARGA BAHAN 75.523,95
C PERALATAN
V-10

Lanjutan Tabel 5.11


JUMLAH HARGA ALAT
D Jumlah (A+B+C) 133.508,35
E Overhead &Profit 15% x D 20.026,25
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 153.534,6
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021

Tabel 5.12 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Plasteran 1SP : 5PP Tebal 15mm
(AHSP PU A.4.4.2.5)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,300 136.827 41.048,1
Tukang Batu OH 0,150 133.640 20.046
Kepala Tukang OH 0,015 149.060 2.235,9
Mandor OH 0,015 138.780 2.081,7
JUMLAH TENAGA KERJA 65.411,7
B BAHAN
Semen Portland Kg 5,148 1.793,85 9.234,74
Pasir Pasang M3 0,026 203.544 5.292,14
JUMLAH HARGA BAHAN 14.526,88
C PERALATAN

JUMLAH HARGA ALAT


D Jumlah (A+B+C) 79.938,58
E Overhead & Profit 15% x D 11.990,79
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 103.920,16
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021

Tabel 5.13 Analisa Harga Satuan Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan 1 m’


Bouwplank (AHSP PUA.2.2.1.4)

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Satuan Koefisien
(Rp) (Rp)
A TENAGA
Pekerja OH 0,10 136.827 13.682,7
Tukang Kayu OH 0,10 133.640 13.364
Kepala Tukang OH 0,01 149.060 1.490,6
Mandor OH 0,005 138.780 693,6
JUMLAH TENAGA KERJA 29.231,2
B BAHAN
V-11

Lanjutan Tabel 5.13


Kayu balok 5/7 M3 0,012 4.938.500 59.262
Paku 2” – 3” Kg 0,02 25.494 509,88
Kayu Papan 3/20 M3 0,007 2.100.000 14.700
JUMLAH HARGA BAHAN
C PELARATAN

JUMLAH HARGA ALAT


D Jumlah (A+B+C) 43.931,2
E Overhead & Profit 15 % x D 658,968
F Harga Satuan Pekerjaan (D+E) 44.590
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021

5.8. Analisa Dan Perhitungan

Tabel 5.14 Rancangan Anggaran Biaya Tahap Awal

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Pekerjaan Satuan Volume
(Rp) (Rp)
1 Pembersihan Lahan M2 565 23.714,96 13.399.517
Pemasangan Pagar Sementara
2 M2 568 533.160,78 302.835.323,04
dari Kayu tinggi 2m
Memasang Papan Nama
3 Bh 1 100.000 100.000
Proyek 80 x 120 cm
4 Membuat Gudang Sementara M2 10 479.480,8 4.794.808
Pengukuran dan Pemasangan
5 M 253,8 44.590 11.316.942
Bouwplank
6 Listrik & Air Kerja Ls 1 1.000.000 1.000.000
7 Mob & Demob Alat Ls 1 5.000.000 5.000.000
8 Tes Material Baja dan Beton Ls 1 1.000.000 1.000.000
Rambu-rambu lalu lintas dan
9 Ls 1 750.00 750.000
keselamatan
Sub Total 1 340.196.590
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021

Tabel 5.15 Rancangan Anggaran Biaya Unit Pengolahan

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Pekerjaan Satuan Volume
(Rp) (Rp)
 Intake
3
Galian Tanah M 12,5 122.003,21 1.525.040
Urugan Pasir M3 0,3125 276.635,15 86.449
Pekerjaan Beton M3 7,35 1.216.714 8.942.848
Cor Dinding M3 6,15 675.257 4.152.830
V-12

Cor Lantai M3 0,64 675.257 432.165


Plesteran bidang tembok M3 0,3 103.920 31.176
Pekerjaan Bekisiting M2 60 228.464 13.707.840
Pompa Unit 2 676.424 1.352.848
Sub Total 1 30.231.196
 Koagulasi & Bak Bahan Koagulan
Galian Tanah M3 0,92 122.003 112.242
3
Urugan Pasir M 0,34 276.635 94.055
3
Pekerjaan Beton M 2,5 1.216.714 3.041.785
2
Pekerjaan Bekisting M 8,14 228.464 1.859.697
3
Cor Dinding M 22,8 675.257 15.395.859
Cor lantai M3 6,3 675.257 4.254.119
3
Plesteran bidang tembok M 0,77 103.920 80.019
Sub Total 2 24.837.776
 Flokulasi
Galian Tanah M3 248,26 122.003 30.288.464
3
Urugan Pasir M 15,23 276.635 4.213.151
3
Pekerjaan Beton M 76,44 1.216.714 93.005.618
2
Pekerjaan Bekisting M 421,88 228.464 96.384.392
3
Cor Dinding M 30,02 675.257 20.271.215
3
Cor Dinding Sekat M 16,1 675.257 10.871.637
3
Cor Lantai M 18,3 675.257 12.357.203
Plesteran Bidang Tembok M3 4,5 103.920 467.640
Sub Total 3 267.859.320
 Sedimentasi
3
Galian Tanah M 51,2 122.003 6.246.553
3
Urugan Pasir M 2 276.635 553.270
3
Pekerjaan Beton M 21,1 1.216.714 25.672.665
2
Pekerjaan Bekisting M 369,1 228.464 84.326.062
3
Cor Dinding M 28,4 675.257 19.177.298
Cor Lantai M3 2,24 675.257 1.512.575
3
Plesteran Bidang Tembok M 2,82 103.920 293.055
Sub Total 4 136.781.478
 Filtrasi
3
Galian Tanah M 88,94 122.003 10.850.947
3
Urugan Pasir M 2,9 276.635 802.241
3
Pekerjaan Beton M 29,7 1.216.714 36.136.405
2
Pekerjaan Bekisting M 191,7 228.464 43.796.548
Cor Dinding M3 29,5 675.257 19.920.081
3
Cor Lantai M 9,11 675.257 6.151.591
3
Plesteran Bidang Tembok M 1,15 103.920 119.508
Sub Total 5 117.777.321
 Reservoir
V-13

Galian Tanah M3 1590,5122.003 194.045.771


Urugan Pasir M3 39,8 276.635 11.010.073
Pekerjaan Beton M3 127,31.216.714 154.887.692
Pekerjaan Bekisting M2 1246,8228.464 284.848.915
Cor Dinding M3 119 675.257 80.355.583
Cor Lantai M3 61,1 675.257 41.258.202
Plesteran Bidang Tembok M3 7,3 103.920 758.616
Sub Total 6 767.164.852
TOTAL RANCANGAN ANGGARAN BIAYA UNIT PENGOLAHAN 1.344.651.943
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021

Tabel 5.16 Rancangan Anggaran Biaya Tahap Akhir

Harga Satuan Jumlah Harga


No. Uraian Pekerjaan Satuan Volume
(Rp) (Rp)
Pembersihan Tahap Akhir Ls 1 2.500.000 2.500.000
Dokumentasi dan Laporan Ls 1 1.000.000 1.000.000
JUMLAH TOTAL 3.500.000
Sumber : Data dan Perhitungan AHSP, 2021

Tabel 5.17 Rekapitulasi Rancangan Anggaran Biaya

No. Keterangan Jumlah Harga (Rp)


1 Rancangan Anggaran Biaya Tahap Awal 340.196.590
2 Rancangan Anggaran Biaya Unit Pengolahan 1.344.651.943
3 Rancangan Anggaran Biaya Tahap Akhir 3.500.000
Total 1.688.348.533
PPN 10% 168.834.853
Total Keseluruhan Biaya 1.857.183.386
Sumber : Perhitungan, 2021
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Umum
1. Hasil uji laboratorium untuk kualitas air baku yang berasal dari Sungai Deli yang
akan diolah menunjukkan bahwa kadar fisik, kimia, dan biologis tidak sesuai
dengan kualitas berdasarkan PERMENKES RI No.492 Tahun 2010.
2. Total kebutuhan air minum di Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang
adalah 8.897.580 liter/hari
3. Total debit pengolahan air 184 liter/detik dengan pengeoperasian 24 jam dapat
melayani seluruh kebutuhan air minum warga Kecamatan Namorambe Kabupaten
Deli Serdang.
4. Instalasi pengolahan air lengkap yang terdiri dari intake, koagulasi, flokulasi,
sedimentasi, filtrasi, dan reservoir dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas air yang
diterima oleh warga Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang.
5. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan dimensi rancangan untuk tiap unit
pengolahan yaitu :
Unit Intake: Panjang = 2,5 m ; Lebar = 1,25 m ; Tinggi = 4 m.
Unit Koagulasi : Panjang = 1,356 m ; Lebar = 0,678 m ; Tinggi = 1 m.
Unit Flokulasi : Panjang = 28,35 m ; Lebar = 4,19 m ; Tinggi = 2,09 m.
Unit Sedimentasi : Panjang = 8,1925 m ; Lebar = 1,785 m ; Tinggi = 3,5 m.
Unit Filtrasi : Panjang = 7,7 m ; Lebar = 3,85 m ; Tinggi = 3 m.
Unit Reservoir : Panjang = 28,2 m ; Lebar = 14,1 m ; Tinggi = 4 m.
6. Total Rencana Anggaran Biaya yang direncanakan untuk perancangan Instalasi
Pengolahan Air Minum di Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang adalah
Rp 1.857.183.386

6.2 Saran
1. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang terutama PDAM Tirta Deli diharapkan dapat
menyediakan Instalasi Pengolahan Air Minum di setiap wilayah pemerintahannya.
2. Melindungi serta merawat sumber air yang menjadi sumber air baku pengolahan air
minum.

VI-1
VI-2

3. Melakukan penelitian lebih lanjut agar dapat menghasilkan metode baru dalam
pengolahan air minum.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Layla, M. Anis. 1980. Water Supply Engineering Design. Dean. College of


Engineering University of Mosul : Iraq.
DPU Ditjen Cipta Karya. (2010). Rencana Strategis Direktorat Cipta Karya 2010-2014.
Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum, Direktoral Jenderal Cipta Karya.
Hadiwidodo, Mochtar. (1999). Satuan Operasi. Semarang : Pusat Pendidikan
Teknologi, PU-UNDIP.
Joko, Tri. (2010). Unit Air Baku Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Kawamura, S. (1991). Integrated Design of Water Treatment Facilities. New York :
John Wiley & Sons.
Kodoatie, R. J., & Sjarief, R. (2010). Tata Ruang Air, Yogyakarta : C.V ANDI
OFFSET (PENERBIT ANDI).
Martin, D. (2001). Teori dan Perencanaan Instalasi Pengolahan Air. Bandung :
Yayasan Suryono.
Montgomery, J. M. (1985). Water Treatment : Principles and Design. New York : John
Wiley & Sons.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). PERMENKES RI NO
492/MENKES/PER/IV/2010. Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Bersih.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. (2016). PERMEN PU NO 11/PRT/M/2016.
Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82. (2001). Kriteria Mutu Air
Berdasarkan Kelas.
Priambodo, Eko Ary. (2016). Perancangan Unit Bangunan Pengolahan Air Minum
Kampus ITSN. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November.
Qasim, Syed R, dkk. (2000). Water Works Engineering. Texas : University of Texas.
Reynolds. (1982). Unit Operation and Process in Environmental Engineering.
California : McGraw Hill International Ed.
Sitompul, M., & Efrida, R. (2018). Evaluasi Ketersedian Air DAS Deli Terhadap
Kebutuhan Air (Water Balanced). Padang : Universitas Andalas.
SNI 6774. (2008). Tata Cara Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Bersih.
Taufiq, Mohammad, dkk. (2012). Simulasi Pola Operasi Tandong Air Untuk
Penyediaan Air Bersih Pada Kecamatan Lape Kabupaten Sumbawa Besar.
Malang : Universitas Brawijaya.
Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Walsky, T. M. (2006). A history of water distribution. ProQuest Science Journals.
(2):110.
LAMPIRAN 1
HASIL UJI PARAMETER SUNGAI DELI

No Parameter Hasil Uji Baku Mutu* Satuan Acuan Metode


I Parameter Yang Berhubungan Langsung Dengan Kesehatan
A Parameter Mikrobiologi
1 E.Coli 30 0 Jml/100 ml APHA 9222 G
2 Total Bakteri Coliform 120 0 Jml/100 ml APHA 9221 B
B Kimia An-Organik
1 Fluorida 0,37 1,5 mg/L SNI 6989.29.2005
2 Total Kromium 0,008 0,05 mg/L SNI 6989.17.2009
3 Kadmium 0,005 0,003 mg/L SNI 6989.16-2009
4 Nitrit, (Sbg NO2 -) 0,727 3 mg/L SNI 06-6989.9.2004
5 Nitrat, (Sbg NO3-) 35,4 50 mg/L SNI 6989.79.2011
6 Sianida 0,07 mg/L HACH METHOD 8027
II Parameter Yang Tidak Langsung Berhubungan Dengan Kesehatan
A Parameter Fisik
1 Bau Berbau Tidak Berbau - ORGANOLEPTIK
2 Warna 21,20 15 TCU APHA Method 2120 C
3 Total Zat Padat Terlarut
166 500 mg/L SNI 06-6989.27.2005
(TDS)
4 Kekeruhan 1550 5 NTU SNI 06-6989.25.2005
5 Rasa Berasa Tidak Berasa - ORGANOLEPTIK
6 Suhu 27,5 Suhu Udara ± 3 0C SNI 06-6989.23.2005
B Parameter Kimiawi
1 Besi 1,046 0,3 mg/L SNI 6989.4-2009
2 Kesadahan 217,1 500 mg/L SNI 06-6989.12-2004
3 Khlorida 36,84 250 mg/L HACH METHOD 8113
4 Mangan 0,010 0,4 mg/L SNI 6989.5-2009
5 pH 7,32 6,5 – 8,5 mg/L SNI 06-6989.11.2004
6 Seng 0,014 3 mg/L SNI 6989.7-2009
7 Sulfat 365 250 mg/L HACH METHOD 8051
8 Tembaga 0,058 2 mg/L SNI 6989.6-2009
9 Amonia 2,091 1,5 mg/L SNI 06-6989.30.2005
LAMPIRAN 2
PERBAIKAN SIDANG TUGAS AKHIR

1. - Dasar pemilihan Bak Intake dengan jenis River Intake, karena sungai memiliki
tinggi level permukaan air yang berbeda disaat kemarau dan hujan.
- Dasar pemilihan Bak Koagulasi, untuk memisahkan kandungan TSS dari air
baku dengan sistem pengadukan cepat. Dimana dilakukan penambahan koagulan
berupa Tawas, yang gunanya untuk membetuk partikel tersuspensi menjadi
sebuah flok yang memmpunyai muatan lebih besar, sehingga menjadi lebih
mudah untuk di endapkan.
- Dasar pemilihan Bak Flokulasi, untuk membentuk flok menjadi muatan lebih
besar, yang dilakukan dengan proses pengadukan lambat.
- Dasar pemilihan Bak Sedimentasi, adalah untuk mengendapkan flok-flok yang
sudah terbentuk dari proses pada bak koagulasi dan bak flokulasi. Sehingga
kandungan TSS pada air baku menghilang.
- Dasar pemilihan Bak Filtrasi, adalah untuk memisahkan antara solid-liquid
dengan melewatkan cairan melalui media penyaring berupa pasir.
- Dasar pemilihan Bak Koagulasi, adalah untuk menampung air baku yang
sudah diolah menjadi air minum, dan juga untuk menjaga tekanan air sehingga
air yang akan didistribusikan tidak mengalami kendala pada saat
pendistribusiannya.

2. Mekanisme pencucian Bak Filtrasi adalah dengan cara mengalirkan air bersih
dengan arah aliran yang berlawanan dengan arah aliran penyaringan.

Anda mungkin juga menyukai