Anda di halaman 1dari 19

JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

PEMIKIRAN SYEKH NAWAWI AL-BANTANI DAN


RELEVANSINYA DI ERA MODERN

Ahmad Wahyu Hidayat


ahmadwahyuhidayat95@gmail.com
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Abstract: This research elaborates the education in accordance to Sheikh Nawai Al-
Bantani. This research used library research with analytical study method. Analytical
Studies used are analytical content and analytical descriptions of education according to
Sheikh Nawai Al-Bantani. The results can be seen from the ideas of Shaykh Nawawi Al-
Bantani which includes: 1. The Existence of the Universe, 2. Human Potential, 3. Human
Existence, 4. Educational Objectives and 5. The principles of Islamic educational
activities. Islam in Indonesia will certainly be able to develop meaningful indigenous
Islamic traditions, which will be truly Islamic and creative. There were signs that
contain an expectation for the future in dynamic educational and intellectual activities
based on the development of Islamic school and universities in Indonesia.
Keywords : Biography, Education, Relevance.

Abstrak: Penelitian ini menjelaskan konsep pemikiran pendidikan menurut Syekh


Nawawi al-Bantani. Penelitian ini menggunakan data kepustakaan dengan metode
analisa konten dan analisa deskripsi tentang pendidikan menurut Syekh Nawawi al-
Bantani. Hasil temuanya bisa dilihat dari ide-ide pemikiran pendidikan Syekh Nawawi
al-Bantani yang meliputi: 1. eksistensi alam semesta, 2. potensi-potensi Manusia, 3.
eksistensi manusia, 4. tujuan Pendidikan dam 5. prinsip-prinsip aktivitas pendidikan
Islam. Pemikiran al-Bantani dapat berkontribusi dalam perkembangan tradisi Islam
pribumi yang bermakna, yang akan benar-benar bersifat Islami dan kreatif. Terdapat
tanda-tanda yang mengandung harapan bagi masa depan aktivitas pendidikan dan
intelektual yang dinamis didasarkan pada perkembangan sekolah dan universitas-
universitas Islam yang berkembang di Indonesia.
Kata Kunci: Biografi, Pendidikan, Relevansi.

196
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

Pendahuluan Dengan demikian, rumusan


pendidikan selalu berawal dari
Indonesia adalah salah satu
konsep tentang manusia dalam
negara yang mayoritas penduduknya
berbagai dimensinya, yang
beragama Islam, semua itu tidak lepas
merupakan refleksi dari pemikiran-
dari peran ulama-ulama terdahulu
pemikiran dinamis dan kreatif. Tanpa
yang giat menyebarkan agama Islam,
berorientasi kepada manusia sebagai
di antara ulama-ulama tersebut ada
acuan dasar, maka rumusan-rumusan
satu sosok ulama yang luar biasa,
pendidikan Islam akan statis dan
yaitu Syekh Nawawi al-Bantani yang
gamang sehingga sulit menghadapi
merupakan sosok ulama multi-
dan mengantisipasi problem-problem
dimensional dengan latar belakang
pendidikan.
pendidikan pesantren. Nama beliau
Nawawi menjelaskan kata
sudah sangat dikenal baik di kalangan
addibuhum artinya allimuhum
akademisi maupun praktisi
mahâsin al-akhlaq. 1 Addibuhum
pendidikan Islam di seluruh penjuru
artinya didiklah mereka (istri, anak-
dunia. Melalui karya-karya dan
anak dan setiap orang yang masuk
pemikirannya yang monumental,
dalam tanggunganmu) tentang
beliau telah memberikan pengaruh
kebagusan akhlaq. Kata ta’dib
dalam berbagai bidang keilmuan
disinonimkan dengan kata ta’lim,
meliputi bidang Tafsir, Tauhid, Fiqh,
namun penekanannya kepada
Tasawuf, Sejarah Nabi serta Bahasa
pembentukan akhlaq (transformasi).
dan Retorika. Karya-karya beliau
Dengan demikian Nawawi tidak
memberikan sumbangan yang sangat
membedakan secara tajam antara
besar dalam kemajuan Islam di
pengertian kata ta’lim dan ta‟dib,
Indonesia, dan sampai sekarang,
yang semuanya mengacu pada
karya-karya Syekh Nawawi masih
transfer dan transformasi dalam
terus dikaji dan diajarkan sehingga
pendidikan. Karena pembentukan
memberikan pengetahuan tentang
akhlak peserta didik itu tidak cukup
ajaran Islam yang menyejukkan umat.
dengan transfer saja, akan tetapi
Pendidikan berhubungan
harus menggunakan transformasi
langsung dengan manusia. Sedangkan
juga. Pendidikan tidak hanya terbatas
konsep pendidikan harus
pada masa kanak-kanak saja, akan
mengandalkan pemahaman mengenai
tetapi juga masa dewasa bahkan
siapa senyatanya manusia itu. Hal ini
sampai mati. Hanya saja, penekanan
berarti bahwa konsep manusia akan
kata ta‟dib lebih kepada pendidikan
menentukan segala hal yang
budi pekerti (akhlak).
menyangkut sistem pendidikan
Pendapat Nawawi tersebut
secara fundamental. Konsep
diperkuat dalam bukunya Abu Al-
pendidikan Islam misalnya, tidak
Qasim Abd Karim Al-Qusyairi, Ibn
akan dapat dipahami sepenuhnya
Abbas menafsirkan QS Al-Tahrīm
sebelum memahami penafsiran Islam
[66]:6 yaitu: Peliharalah dirimu dan
tentang pengembangan individu
sepenuhnya. Shindunata mengatakan
bahwa idealisme pendidikan mengacu 1 Syekh Nawawi, Syarh Uqud al-

pada sosok manusia. Lujjayyin fi Bayan Huquq al-Zaujain


(Semarang: Maktabah wa Mathba’ah Thoha
Putra, t.t.), h.6.

197
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

keluargamu dari api neraka yang Tanari al-Bantani al-Jawi, dilahirkan


bahan bakarnya adalah manusia dan di daerah Jawa Barat. Seorang ulama
batu..., mengatakan: " ‫عن التفسير فى جاء‬ yang paling tersohor dan dikenal
‫“ وأدبوىم فقهوىم" عباس ابن‬ajarilah mereka terutama dikalangan para santri dan
(faqqihûhum) dan didik mereka ulama Indonesia, dengan sebutan
dengan adab (addibuhum). 2 Disini Syekh Nawawi al-Bantani. Beliau lahir
tampak jelas bahwa apa yang di kampung Tanara, kecamatan
ditafsirkan Syekh Nawawi sesuai Tirtayasa, Kabupaten Serang,
dengan apa yang di tafsirkan Ibn Keresidenan Banten pada tahun
Abbas. Di mana Ibn Abbas 1813M/1815M.3
menyatakan ajarilah mereka dengan Secara silsislah Nawawi
kata (faqqihûhum), Syekh Nawâwî merupakan keturunan ke-12 dari
menyatakan ajarilah mereka dengan Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan
kata (allimu). Begitu juga dalam GunungJati Cirebon), yaitu keturunan
menafsirkan addibuhum, antara dari putra Maulana Hasanuddin
Syekh Nawawi dengan Ibn Abbas (Sultan Banten 1) yang bernama
sama, yaitu: didik mereka dengan Sunyararas (Tajul ‘Arsy). 4 Nasabnya
adab. bersambung dengan Nabi Muhammad
Ketokohan Syekh Imam SAW melalui ayahnya K.H. Umar dan
Nawawi al-Bantani diakui secara luas, ibunya Zubaidah.
dia terkenal bukan hanya secara Untuk jelasnya silsilah Syekh
regional, nasional dan bahkan sampai Nawawi dari garis ayahnya sebagai
internasional, ia berhasil di bidang berikut: Syekh Nawawi bin Kyai Umar
ilmu-ilmu keagamaan dan juga bin Kyai Arabi bin Kyai Ali bin Kyai
menjadi mahaguru dari ulama Jamad bin Ki Janta bin ki Masbugil bin
ternama di Indonesia, akan tetapi ki Masqun bin Ki Masnun bin Ki
pemikiran pendidikannya masih maswi bin Ki Tajul Arusy Tanara bin
bertebaran, maka perlu dikonstruksi Maulana Hasanuddin Banten bin
menjadi pemikiran pendidikan Islam Maulana Syarif Hidayatullah Cirebon
yang utuh dan sistematis.
Dalam makalah ini penulis 3Dari beberapa sumber yang
akan menguraikan pemikiran Syekh meriwayatkan tentang kelahirannya, tidak
diperoleh kesamaan mengenai penyebutan
Nawawi al-Bantani, khususnya
tahun masehinya; satu pihak menyebutkan
pemikirannya dalam pendidikan beliau dilahirkan tahun 1813 sedang yang
Islam dan relevansinya terhadap lain menyebutkan tahun 1815. Namun, untuk
dunia modern. penyebutan tahun hijriyahnya, beberapa
sumber menyebutnya serupa yakni beliau
dilahirkan tahun 1230. Lihat Zamakhsyari
Biografi Syekh Nawawi al-Bantani
Dhofier, Tradisi Pesantren. (Jakarta: LP3ES),
Syekh Nawawi, atau nama 1982), h. 87; Lihat pula Ma‟ruf Amin dan M.
Nashruddin Anshory Ch., “Pemikiran Syekh
lengkapnya Abu Abdul Mut’hi
Nawawi al-Bantany”, dalam Pesantren, No.
Muhammad Nawawi ibn Umar al- 1/Vol. V1/1989, h. 95. Lihat pula Suwito dan
Fauzan, Sejarah Pemikiran Para Tokoh
Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 2003), h.
2Abu Al-Qasim Abd Karim Al- 290.
Qusyairi, Al-Risâlah Al-Qusyairiyyah fi’Ilm Al- 4Salman Iskandar, 55 Tokoh Muslim
Tashawwuf (Damaskus: Dâr Al-Khair, 1988), Indonesia Paling Berpengaruh, (Solo: Tiga
h.284. Serangkai, 2011), h. 63

198
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

bin Raja Amatudin Abdullah bin Ali K.H. Yusuf yang merupakan ulama
Nuruddin bin Maulana Jamaluddin besar Purwakarta.6
Akbar Husain bin Imam Sayyid Dengan kecintaan Syekh
Ahmad Syah Jalal bin Abdullah Nawawi terhadap ilmu agama
Adzmah Khan bin Amir Abdullah membuat dirinya bersemangat untuk
Malik bin Sayyid Alwi bin Sayyid selalu mempelajari berbagai macam
Muhammad Shahib Mirbath bin jenis ilmu agama, dalam menuntut
Sayyid Ali Khali’ Qasim bin Sayyid ilmu, Imam Nawawi kelihatanya
Alwi bin Imam Ubaidillah bin Imam sangat terpengaruh dengan
Ahmad Muhajir Ilallahi bin Imam Isa pernyataan Imam Safi’i dalam
An-Naqib bin Imam Muhammad mendorong pencarian Ilmu kepada
Naqib bin Imam Ali Aridhi bin Imam murid-muridnya. “Tidaklah layak bagi
Ja’far Ash-Shaddiq bin Imam seseorang yang berakal dan berilmu
Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali beristirahat dalam mencari ilmu.
Zainal Abidin bin Sayyiduna Husain Tinggalkan negerimu dan
bin Sayyidatuna Fathimah Zahra binti berkelanalah, kelak engkau akan
Muhammad Rasulullah SAW dan menemukan pengganti orang yang
Silsilah dari garis ibunya adalah kau tinggalkan. Bersusah payalah,
Syekh Nawawi bin Nyi Zubaidah binti karena sesungguhnya ketinggian
Muhammad Singaraja.5 derajat kehidupan hanya bisa dicapai
Sejak kecil Syekh Nawawi telah dengan kesusahpayahan”.7
diarahkan ayahnya, K.H. Umar bin Pernyataan tersebut memacu
Arabi yang merupakan seorang dan mendorong Syekh Nawawi al-
pejabat penghulu yang memimpin Bantani untuk menggali, mencari, dan
masjid untuk menjadi seorang ulama, memperdalam ilmu agamanya pada
sudah terlihat kecerdasan beliau usia 15 tahun, dimana pada usia
dimana pada usia 5 tahun Syekh tersebut Syekh Nawawi bersama
Nawawi dengan mudahnya menerima kedua saudaranya pergi ke Makkah
pelajaran yang telah diberikan untuk menunaikan ibadah Haji.
ayahnya, beberapa pertanyaan Setelah musim haji usai ia tidak
kritispun sering ia lontarkan yang langsung pulang ke Indonesia
terkadang membuat ayahnya melainkan tinggal di Mekkah untuk
bingung, dengan melihat potensi yang memperdalam ilmu Agamanya. 8
ada pada diri anaknya sehingga K.H kesempatan ini digunakannya untuk
Umar menyerahkan putranya kepada belajar Ilmu Kalam, Bahasa dan Sastra
K.H Sahal yang merupakan ulama Arab, Ilmu hadits, Tafsir dan terutama
terkenal di Banten, setelah belajar belajar ilmu Fiqh.9
dengan K.H Sahal, Nawawi
melanjutkan pendidikannya kepada 6Nur Rokhim, Kiai-Kiai Kharismatik

dan Fenomenal, (Yogyakarta: IRCisoD, 2015),


h. 89.
7 Suwito dan Fauzan, Sejarah
Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, (Bandung:
Angkasa, 2003), h. 290.
8 Salman Iskandar, 55 Tokoh Muslim

5Maragustam, Pemikiran Pendidikan Indonesia Paling Berpengaruh,...h.64.


9 Maragustam, Pemikiran Pendidikan
Syekh Nawawi al-Bantani, (Yogyakarta: Data
Media, 2007), h. 100-101. Syekh Nawawi al-Bantani,..., h.102.

199
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

Melihat kondisi sosial yang Nakhrawi, Syekh Sayyid Ahmad


tidak nyaman bagi beliau dan karena Dimyati, dan Syekh Ahmad Zaini
keengganannya bekerjasama dengan Dahlan. Setelah itu beliau belajar di
pemerintah kolonial, lantas beliau Madinah pada Syekh Khatib Al-
bertekat untuk kembali ke Hijaz. Hambali.12 Banyak hal yang ia pelajari
Entah berapa lama beliau berada di dati guru-gurunya ini, mulai dari
Banten, beberapa sumber ushuluddin, fiqh, balaghah, sampai
menyebutkan waktu yang berbeda, dengan Mantiq.
ada yang mengatakan beberapa bulan Ulama yang cukup mewarnai
saja dan ada yang mengatakan tiga prinsip keilmuan dan jalan pikiran
tahun di banten, baru kembali ke Syekh Nawawi al-Bantani adalah
Makkah. Dari sinilah kiprah Syekh Sayyid Akhmad Nakhrawi dan
internasional Syekh Nawawi al- Syekh Sayyid Ahmad Dimyathi, sebab
Bantani dimulai, bersama santri asal dua ulama inilah yang mula-mula
Jawa yang lain, beliau kembali membimbing Nawawi dalam berbagai
menuntut ilmu dengan menghadiri disiplin ilmu, membentuk
majlis-majlis ulama Haramain, tidak karakternya dengan sikap positif
puas di situ, beliau juga pergi ke Mesir didalam menghadapi goncangan
dan Syam untuk menimba ilmu di psikologis yang ada dan mengajarkan
sana, dari Mesir, beliau tidak kembali untuk selalu memegang nilai-nilai
ke tanah air, tetapi kembali ke Hijaz Agama dan memantapkan prinsip
dan menetap di sana.10 aqidah.
Dorongan serta ketekunan Tiga tahun lamanya, Nawawi
yang kuat menyebabkan Nawawi menggali ilmu dari ulama-ulama
bertahan di Mekkah untuk menimba Mekkah, setelah merasa bekal
ilmu kepada ulama-ulama besar ilmunya cukup, ia kembali ketanah
kelahiran Indonesia dan negeri kelahirannya untuk memulai
lainnya seperti Mekkah, Hejaz, dan mengamalkan dan mengajarkan ilmu
daerah-daerah sekitar Mekkah serta yang dimilikinya kepada umat yang
beliau sempat belajar hingga ke sangat mengharapkan kehadirannya.
Mesir.11 Pertama kali beliau belajar di Akan tetapi karena kondisi tanah air
Masjidil Haram Mekkah yang ketika ketika itu masih berada dibawah
itu merupakan satu-satunya penjajahan Belanda, dan setiap gerak-
pendidikan Islam tertinggi di Saudi gerik ulama diawasi, termasuk
Arabia. Ditempat ini beliau belajar kegiatan Syekh Nawawi-Al-Bantani,
kepada Syekh Sayyid Akhmad beliau kembali kembali ke Mekkah
dan tinggal di perkampungan Syi’ib.13
Kecerdasan dan ketekunan
10 Rofik Maftuh, Inklusisifitas
Pemikiran Syaikh Nawawi al-Bantani; Studi menghantarkannya menjadi salah
Atas Konsep Ahl al-Fatrah dalam Tafsir satu murid yang terpandang di
Maraḥ Labid, Jurnal MAGHZA, Vol. 3, No. 1, Masjidil Haram. Ketika Syekh Ahmad
Januari-Juni, 2018, h.119-133.
11 Rofik Maftuh, Inklusisifitas
Pemikiran Syaikh Nawawi al-
12Suwito dan Fauzan, Sejarah
Bantani; Studi Atas Konsep Ahl al- Pemikiran Para Tokoh Pendidikan,..., h. 290.
13 Sudirman Tebba, Mengenal Wajah
Fatrah dalam Tafsir Maraḥ Labid,
Jurnal MAGHZA, Vol. 3, No. 1, Januari- Islam yang Ramah, (Ciputat Tanggerang
Juni, 2018, h. 102. Banten: Pustaka Irvan, 2007), h. 157.

200
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

Khatib Sambas uzhur menjadi imam yang direncanakan sesuai dengan


Masjid, ia ditunjuk untuk kebutuhan jumlah murid-muridnya.
menggantikannya. Sejak itulah ia Dia menerima murid baru, sejak
menjadi Imam Masjidil Haram dengan tingkat permulaan tata bahasa Arab,
panggilan Syekh Nawawi Al- Bantani di samping murid yang sudah cukup
Al-Jawi. Selain menjadi Imam ia juga pintar dan yang mengajar sendiri di
mengajar dan menyelenggarakan tempat mereka. Golongan ini juga
diskusi ilmiah secara halaqah bagi mengambil alih sebagian tugasnya di
murid-muridnya yang datang dari bidang pendidikan dasar, seperti juga
berbagai belahan dunia yang berkisar beberapa orang yang hidup di
pada tahun 1860-1870 yang rumahnya (antara lain adiknya
merupakan tahun dimana ia sudah sendiri Abdullah, umur 16 tahun yang
secara aktif menulis berbagai kitab. sepanjang hidupnya dididik oleh
Laporan C. Snouck Hurgonje, kakaknya sendiri). Syekh Nawawi
seorang orientalis pernah juga pernah berdialog langsung
mengunjungi Mekkah pada tahun dengan Syekh Muhammad Abduh dan
1884-1885 menyebutkan sejak pukul beberapa kali memberikan ceramah
07.30-12.00, Syekh Nawawi di Universitas Al-Azhar.15
memberikan tiga perkuliahan sesuai
dengan kebutuhan jumlah muridnya, Karya-karya Syekh Nawawi al-
sebagian muridnya berasal dari
Bantani
Indonesia, seperti K.H Khalil
(Madura), K.H. Hasyim Asy’ari (Jawa Syekh Nawawi juga sangat giat
Timur), K.H. Raden Asnawi (Jawa dalam menulis buku, ia termasuk
Tengah), K.H. Asy’ari (Bawean), K.H. penulis yang produktif dalam
Asnawi (Caringin Labuan Banten), melahirkan kitab-kitab mengenai
K.H. Tubagus Bakri ( Sempur berbagai persoalan agama, paling
Purwakarta), serta K.H Arsyad Thawil tidak ada 34 karyanya tercatat dalam
dari Banten. Mereka inilah yang Dictionary Of Arabic prientea books
kemudian menjadi ulama-ulama karya Yusuf. 16 Beberapa kalangan
terkenal.14 malah menyebut karyanya-karyanya
C. Snouck Hurgronje sewaktu mencapai lebih dari 100 judul,
mengunjungi Mekkah selama enam meliputi berbagai disiplin ilmu,
bulan pada tahun 1884/1885, sempat seperti tauhid, ilmu kalam, sejarah,
berdialog langsung dengan Syekh syari’ah, tafsir dan lainya. Diantara
Nawawi. Kemudian laporan itu ia buku yang ditulisnya dan mu’tabar
bukukan dengan judul Meka, In The adalah tafsir Marah Labid, Atsimar Al-
Latter Part Of The 19th Century, Yaniah fi Ar-Riyadah Al-Badiah,
Snouck mengatakan bahwa Syekh Nurazh Sullam, Al-Futubat Al-
Nawawi setiap pagi, antara jam 7.30 Madaniyah, Tafsir Al-Munir,Tangih Al-
dan 12.00 memberi tiga perkuliahan
Snouck Hurgronje, Mekka In The
15
14 Toni Pransiska, Pendidikan Islam Latter Parti of the 19t Century, (Leiden: Brill.
Transformatif Syeikh Nawawi al-Bantani: 1931), h. 269.
Upaya Mewujudkan Generasi Religius- 16 Solihin, Rosihon Anwar, Ilmu
Saintifik, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, VOL. 18, Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.
NO. 2, Februari 2018, h. 172-188. 267.

201
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

Qoul, Fath majid, Sullam Munajah, saat sedang menyusun sebuah buku
Nihayah Zein, Salalim Al-Fudhala, yang menguraikan Minhaj ath-
Bidayah Al-Hidayah, Al-Ibriz Al-Dani, Thalibin-nya Imam Yahya bin Syaraf
Bugyah Al-Awwam, Futhus.17 bin Mura bin Hasan bin Husain bin
Kitab-kitab Syekh Nawawi Al- Muhammad bin Jam’ah Hujam An-
Bantani banyak di terbitkan di Mesir. Nawawi.18
Selanjutnya, kitab-kitabnya itu
menjadi bagian dari kurikulum Ciri-Ciri Dunia Modern
pendidikan agama di seluruh
Pendidikan pada umumnya
pesantren di Indonesia, bahkan
dan pendidikan Islam khususnya
Malaysia, Filifina, Thailand, dan juga
mempunyai peranan yang sama bagi
Timur Tengah.
kehidupan umat manusia agar
Setelah karyanya banyak
manusia dapat mengarungi
masuk di Indonesia, wacana
kehidupan di dunia dan memperoleh
keIslaman yang dikembangkan di
kemenangan-kemenangan yang
pesantren mulai berkembang. Sejak
hakiki, yaitu memperoleh
1888, kurikulum pesantren mulai ada
kebahagiaan dan kenikmatan hidup
perubahan yang mencolok. Jika
tidak hanya di dunia yang fana ini
sebelumnya tidak ditemukan sumber
tetapi juga pada kehidupan akhirat
referensi di bidang tafsir, ushul fiqh,
yang kekal.19
dan hadits, sejak saat itu bidang
Hidup di dunia tampaknya
keilmuan tersebut mulai dikaji.
telah sampai pada era global/ modern
Karya-karya Syekh Nawawi memang
yaitu era di mana kehidupan telah
mendominasi kurikulum pesantren
mendunia ditandai dengan, Teknologi
sampai tahun 1990 yang tidak
dan Fasilitas trasportasi ke segala
terlepas dari jasa K.H. Hasyim Asy’ari,
arah dengan begitu mudah,
yang merupakan salah seorang murid
komunikasi dengan cepat, dan
Syekh Nawawi yang berasal dari
perdagangan bebas. Hal itu
Jombang.
berdampak pada perubahan dalam
Syekh Nawawi Al-Bantani
bermasyarakat, berekonomi, dan
wafat dalam Usia 84 Tahun di Syeib
berpolitik pada setiap negara,
‘Ali, sebuah kawasan dipinggiran kota
sehingga menimbulkan berbagai
Mekkah, pada 25 Syawal 1314
permasalahan baru menyangkut
H/1897 M. Ditempat kediamannya
pendidikan umum dan pendidikan
Shi’ib Ali Mekkah. Jenazahnya
Islam pada khususnya.20
dimakamkan dipemakaman Ma’la
Mekkah, berdekatan dengan makan
Ibnu Hajar dan Siti Asma binti Abu 18 Sudirman Tebba, Mengenalkan
Bakar Ash-Shiddiq. Dia wafat pada Wajah Islam Yang Ramah (Jakarta: Pustaka
Irfan, 2007), h. 155.
19 Amin Abdullah, Dkk, Pendidikan

Islam dan Tantangan Globalisasi Buah Fikiran


17 M Ulul Fahmi, Ulama Besar Seputar “Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial, dan
Indonesia, Biografi dan Karyanya, (Kendal: Budaya”, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004),
Pustaka Amanah, 2007), h. 11-12. Uraian h. 25-26
lebih jelas karya-karya syekh nawawi oleh 20 Amin Abdullah, Dkk, Pendidikan
M.Th.Moutsma dan A.J.Wensinch dkk,serta Islam dan Tantangan Globalisasi Buah Fikiran
Harun di klasifikasikan kedalam nomor- Seputar “Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial, dan
nomor berikut: Budaya”, h. 26

202
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

nilai dari ajaran tersebut serta


Konsep Pemikiran Syekh Nawawi bagaimana mengimplementasikan
ajaran tersebut dalam kehidupan
Al-Bantani
sehari-hari.
Hakikat pendidikan dan
pengajaran dalam Islam menurut Ayat tentang tarbiyah
syekh Nawawi mencakup term ta’lim,
tarbiyah dan ta’dib. Pendidikan Artinya: Dan rendahkanlah dirimu
mencakup transfer of knowledge, terhadap mereka berdua
transfer of value, transfer of dengan penuh kesayangan
methodology dan transformasi. dan ucapkanlah: "Wahai
Pendidikan mencakup jasmani Tuhanku, kasihilah mereka
(praktik/amal), intelektual, keduanya, sebagaimana
mental/spiritual dan berjalan mereka berdua telah
sepanjang hidup dan integral. 21 mendidik aku waktu kecil".
(Al-Isra’: 24)
Ayat tentang ta’lim
Dalam ayat ini tarbiyah lebih
Artinya: Ya Tuhan Kami, utuslah ditekankan kepada pendidikan anak
untuk mereka sesorang diwaktu
Rasul dari kalangan kecil, Syekh Nawawi menafsirkan
mereka, yang akan ayat pertama sebagai perintah bahwa
membacakan kepada kita wajib berbuat baik kepada kedua
mereka ayat-ayat Engkau, orang tua kita dan juga
dan mengajarkan kepada mendoakannya walaupun hanya lima
mereka Al kitab (Al Quran) kali dalam sehari, karena kedua orang
dan Al-Hikmah (As-Sunnah) tua kitalah yang telah mendidik kita
serta mensucikan mereka. dari kecil hingga dewasa.22
Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Kuasa lagi Ayat tentang ta Ta’dib,
Maha Bijaksana (Al-
Baqarah : 129) Nawawi menafsirkan Ayat 6
dalam surat At-Tahriim yang
Syekh Nawawi menafsirkan berbunyi:
bahwa membacakan dalam ayat ini “Hai orang-orang yang
bukan hanya sebatas membacakan beriman, peliharalah dirimu
saja, akan tetapi membacakan dengan dan keluargamu dari api neraka
mengarahkan manusia kepada iman, yang bahan bakarnya adalah
sedangkan makna mengajarkan manusia dan batu; penjaganya
(ta’lim)Al-kitab, Nawawi memberikan malaikat-malaikat yang kasar,
makna yang lebih luas, yaitu keras, dan tidak mendurhakai
mengajarkan dan memahamkan nilai- Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada
21Amin Abdullah, Dkk, Pendidikan
Islam dan Tantangan Globalisasi Buah Fikiran 22 Syekh Muhammad Nawawi, Murah
Seputar “Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial, dan labayd, (Mesir: Darul Ihya’Al-Kutb Al-
Budaya”, h. 2-3. ‘Arabiyah, Tanpa Tahun), h.376.

203
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

mereka dan selalu mengerjakan Terkait dengan pendidikan


apa yang diperintahkan.” Islam, sudah seharusnya sumber-
sumber yang dipakai dalam
Dikutip oleh Maragustam dari pendidikan tersebut adalah berasal
Syarh ‘Uqud karangan Nawawi bahwa dari agama Islam, dalam hal ini
Nawawi mengartikan ta’dib Nahlawi menyampaikan bahwa
disamakan dengan ta’lim, akan tetapi sumber pendidikan Islam adalah Al-
ta’dib lebih ditekankan kepada Qur’an dan Sunnah An-Nabawiyyah.
pembentukan Akhlaq. Dengan Dan Al-qur’an sebagai sumber utama
demikian, Nawawi tidak terlalu sudah tidak diragukan lagi, karena
membedakan antara makna ta’lim keberadaan Al-qur’an telah
dan ta’dib, karena semuanya mengacu mempengaruhi sistem pendidikan
kepada trasformasi dalam Rasulullah SAW dan para sahabat.
pendidikan. Terlebih ketika Aisyah istri Rasulullah
Sifat-sifat pendidikan yang menyampaikan bahwa akhlaq
dikemukakan oleh para ahli Rasulullah adalah Al-qur’an.
pendidikan Islam termasuk Syekh Ditegaskan lagi dalam firman Allah:
Nawawi sangat ketat. Hal ini karena
peranan guru dalam Islam tidak Artinya: Berkatalah orang-orang
sekedar ahli ilmu, nilai dan metode, yang kafir: "Mengapa Al
tetapi juga transformasi (membentuk Quran itu tidak diturunkan
kepribadian peserta didik). kepadanya sekali turun
Disamping itu diyakini bahwa para saja?"; demikianlah, supaya
pendidik menempati posisi ulama Kami perkuat hatimu
sebagai pewaris para nabi, sehingga dengannya dan Kami
pendidik harus dapat menjadi teladan membacanya secara tartil
bagi peserta didiknya. (teratur dan benar). (Al-
Furqan : 32)

Sumber yang kedua setelah Al-


Sumber Pemikiran Pendidikan qur’an adalah As-Sunnah. Nahlawi
Islam berpendapat bahwa keberadaan As-
Sunnah pada hakikatnya ditujukan
Berbicara tentang pendidikan untuk mewujudkan dua sasaran
Islam, kita tidak akan terlepas dari yaitu: pertama, menjelaskan apa yang
tujuan utama diciptakannya manusia terdapat dalam Al-Qur’an yang
di bumi ini, yaitu untuk menjadi berupa konsep-konsep dan
khalifah yang tugasnya adalah kesempurnaan pendidikan Islam.
beribadah kepada Allah. Untuk Kedua, menjelaskan syari’at dan pola
mengaplikasikan tujuan tersebut perilaku yang dilakukan oleh
dibutuhkan sebuah pengamalan, Rasulullah SAW.24
pengembangan serta pembinaan yang
mana itu semua terealisasikan dalam Masayarakat (Jakarta: Gema Insani, 2004),
wadah pendidikan Islam.23 h.25.
24 Abdurrahman An-Nahlawi,
23 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masayarakat h. 31-32.

204
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

Pendapat di atas sedikit keutamaan; c) Membiasakan mereka


berbeda dengan pendapat Syekh dengan kesopanan yang tinggi; dan d)
Nawawi, menurutnya sumber Mempersiapkan mereka untuk suatu
pemikiran pendidikan Islam tidak kehidupan dengan penuh keihklasan
hanya dengan Al-qur’an dan As- dan kejujuran.27
Sunnah, beliau menambahkan Ijama’, Menurut Syekh Nawawi tujuan
Qias, Ijtihad serta pendapat para ahli memperoleh ilmu atau tujuan
salaf as-shalih sebagai sumber pendidikan ialah mardatillah dan
pendidikan dalam Islam. Dalam memperoleh kehidupan ukhrawiyah,
melakukan ijtihad, Syekh Nawawi membrantas kebodohan, memajukan
menggunakan metode qias, serta Islam, melestarikan Islam dengan
menafsirkan kembali ayat-ayat Al- kaidah-kaidah ilmu serta sebagai
qur’an dan Sunnah serta perwujudan dari rasa syukur karena
mendialogkan pemikirannya dengan diberi akal dan tubuh yang sehat.
pendapat para ahli salaf as-shaleh.25 Kewajiban bersyukur mencakup
aspek keilmuan (ranah kognitif),
Tujuan Pendidikan aspek rasa senang (ranah afektif), dan
menggunakan nikmat Tuhan sesuai
Pada hakikatnya tujuan
dengan permintaan pemberi nikmat
pendidikan Islam adalah idelaitas
yakni Allah (ranah psikomotor dan
(cita-cita), yaitu idealitas yang
spiritual).28
mengandung nilai-nilai Islami yang
Untuk mencapai tujuan
mana itu semua dicapai dalam proses
pendidikan tersebut memerlukan
kependidikan yang berdasarkan
pemikiran tentang muatan
ajaran Islam secara bertahap. Dalam
pendidikan Islam. Dari berbagai
hal ini Arifin menyampaikan, bahwa
pernyataan Syekh Nawawi, hal utama
pendidikan Islam merupakan
yang diberikan dalam proses
penggambaran nilai-nilai islami yang
pendidikan adalah masalah ilmu-ilmu
berhak diwujudkan dalam pribadi
keagamaan yang wajib personal.
manusia didik pada akhir dari proses
Sedangkan yang paling utama dari
sebuah pendidikan.26
kewajiban personal itu ialah iman
Sedangkan Muhammad
tauhid.29
Athiyyah menyimpulkan bahwa
Kurikulum pendidikan Islam
tujuan pendidikan dan pengajaran
yang tidak didasarkan pada tauhid
bukanlah sebatas memenuhi otak
akan melahirkan manusia yang serba
anak didik dengan segala macam ilmu
tergantung kepada makhluk, dan
yang belum mereka ketahui,
akan melahirkan manusia-manusia
melainkan: a) Mendidik akhlaq dan
yang menyimpan tuhan-tuhan kecil
jiwa anak; b) Menanamkan rasa
selain Allah serta melahirkan

25Bashori, Pemikiran Pendidikan


Syekh Nawawi Al-Bantani, HIKMAH: Jurnal
27Muhammad ‘Atthiyyah AL-Abrasyi,
Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 1 Januari-Juni Prinsip-prinsip dasar Pendidikan Islam
2017, h.37-58. (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h.13.
26 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, 28 Maragustam, Pemikiran Pendidikan

Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Syekh Nawawi al-Bantani,..., h. 258.


Pendekatan Interdisipliner (Jakarta:Bumi 29 Maragustam, Pemikiran Pendidikan

Aksara, 2003), h. 54. Syekh Nawawi al-Bantani,.h.259

205
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

musyrik-musyrik kecil pula. Dalam lingkungan sosial dan teman dalam


kurikulum pendidikan Islam, Syekh pergaulan.31
Nawawi menekankan ilmu Beberapa etika peserta didik
muqaddimaat karena ilmu-ilmu terhadap ilmu menurut Syekh
keagamaan itu berbahasa Arab dan Nawawi di antaranya:
peserta didik berkewajiban a. Membersihkan hatinya dari
mempelajarinya. kotoran-kotoran dan dosa
Pada masa sekarang ini bahasa untuk menerima ilmu,
sangat dipentingkan dalam kurikulum memeliharanya dan
pendidikan Islam. Bahkan kelemahan- mendapatkan hasilnya.
kelemahan sekolah-sekolah b. Selalu mencari ridha gurunya
keagamaan sekarang ini ialah sekalipun berbeda pendapat
kelemahan penguasaan bahasa. Hal dengannya, tidak boleh
ini sependapat dengan pendapat mengumpat atau
tokoh pendidikan Islam kontemporer, memfitnahnya, dan tidak
karena di samping menganggap boleh mencari-cari
penting pengetahuan-pengetahuan kesalahannya secara
yang diperoleh (acquired) melalui sembunyi-sembunyi.
akal juga mementingkan pengetahuan c. Ia seharusnya tamak dalam
melalui wahyu (perennial). Sebab belajar, disiplin dalam
wahyu, al-Qur'an dan Sunnah ini seluruh waktunya, malam,
tertulis dalam bahasa Arab. Maka siang, berada di tempat dan
keahlian bahasa Arab, terutama yang waktu musyafir.
berkenaan dengan tuntutan dasar d. Bersabar atas perilaku guru
Islam seperti ibadat sembahyang dan dan kejahatan akhlaknya.
lain-lain haruslah dikuasai oleh e. Memperhatikan kesahehan
murid-murid dari tingkat dasar.30 pelajaran yang ia dapatkan
Peserta didik sebagai secara benar dan meyakinkan
makhluk educandum dan educandus dari gurunya.32
menurut Syekh Nawawi sangat
memperhatikan lingkungan Adapun prinsip-prinsip
kebudayaan termasuk pendidikan metodik dalam pendidikan Islam
dan sosialnya. Kehidupan peserta menurut pendapat Syekh Nawawi,
didik berada dalam suatu kontrak sebagai berikut:
sosial. Eksistensi peserta didik berada a. Menyajikan mata pelajaran
dalam interdependensi baik secara secara jelas dimulai dari yang
sosial maupun lingkungan mudah, yang konkrit yang
kebudayaan. Pengaruh lingkungan dapat ditangkap oleh akal
luar terhadap peserta didik sangat pikiran peserta didik, baru
signifikan. Untuk itu Syekh Nawawi kemudian secara bertahap
membuat etika peserta didik, agar dibawa kepada yang lebih sulit
lebih selektif dalam memilih dan abstrak.

30 Langgulung, Hasan. Manusia dan 31 Maragustam, Pemikiran Pendidikan

Peradaban, Suatu Analisa Psikologi dan Syekh Nawawi al-Bantani,..., h. 262


Pendidikan. (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995), 32 Maragustam, Pemikiran Pendidikan

h. 203. Syekh Nawawi al-Bantani,,..h. 81-82.

206
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

b. Dalam penyampaian materi, serta kecenderungan mereka. 35


pendidik harus melihat Ulama-ulama Islam klasik
keadaan peserta didiknya menekankan pentingnya peranan
terutama dalam hal pendidikan bagi keluarga dan
kemampuan dan tipologinya. pentingnya keluarga memegang
c. Menggunakan metode peranan itu terutama pada usia
mengajar sesuai dengan kanak-kanak. Hal itu berdasar
keadaan peserta didiknya. pengalaman-pengalaman mereka
d. Guru dalam menyampaikan sendiri, juga pengalaman dan
materi tidak menambah perhatian orang-orang sebelumnya.
pelajaran sebelum pelajaran selain itu, nash-nash al-Qur'an,
yang terdahulu dipahami sunnah dan bekas-bekas peninggalan
peserta didiknya karena hal itu Assalaf-Saleh yang banyak
akan membuat peserta didik menekankan pentingnya peranan
menjadi malas. pendidikan bagi keluarga.36
e. Prinsip Syekh Nawawi menambahkan
pengulangan (tikrar) dalam bahwa tanggung jawab pendidikan
pengajaran.33 dalam keluarga tidak hanya
mengirimkan anak kepada guru,
Selain itu, Syekh Nawawi juga tetapi juga tentang biaya
mengemukakan bahwa etika relasi pendidikannya. Apabila keluarga
guru dan murid juga memberikan tidak mampu, maka biaya pendidikan
etika bersama antara guru dan murid. dibebankan kepada pemerintah,
Yaitu keduanya tidak boleh sedangkan apabila pemerintah tidak
melanggar kewajiban, fungsi dan mampu maka tanggung jawabnya
kedudukan masing-masing pihak, dibebankan kepada orang-orang yang
seperti adanya penyakit ringan dan mampu.37
semisalnya yang dengannya ia Pada prinsipnya, metode
bekerja atau sibuk. Dan ia meminta pendidikan Islam sangat efektif dalam
sembuh dengan ilmu dan tidak boleh membina kepribadian anak didik dan
bertanya kepada seseorang dengan memotivasi mereka sehingga nilai
cara menekan dan melemahkan. Bagi keislaman dapat teraplikasikan dalam
penanya yang demikian tidak berhak dunia pendidikan secara meluas.
mendapatkan jawaban.34 Dalam hal ini Nahlawi
Salah satu lembaga pendidikan menklasifikasikan beberapa metode
yang penting ialah pendidikan yang relevan dalam perkembangan
keluarga. Keluarga memiliki dampak pendidikan Islam yaitu: a) Metode
yang besar dalam pembentukan dialog Qur’ani dan Nabawi; b)
perilaku dan pengembangan vitalitas Mendidik melalu kisah-kisah Qur’ani
dan ketenangan dalam keluarga. dan Nabawi; c) Mendidik melalui
Melalui keluarga, anak-anak
mendapatkan bahasa, nilai dan norma 35Maragustam, Pemikiran Pendidikan
Syekh Nawawi al-Bantani,.. h. 264.
36 Langgulung, Hasan. Manusia dan
33 Maragustam, Pemikiran Pendidikan Peradaban, Suatu Analisa Psikologi dan
Syekh Nawawi al-Bantani,.. h. 263 Pendidikan.,.... h.361.
34 Maragustam, Pemikiran Pendidikan 37Maragustam, Pemikiran Pendidikan

Syekh Nawawi al-Bantani,.. h.82-83. Syekh Nawawi al-Bantani,...,h.265.

207
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

perumpamaan Qur’ani dan Nabawi; harus didahulukan ialah tuntutan


d) Mendidik melalui keteladanan; e) keagamaan.40
Mendidik melalui aplikasi dan Adapun dampak negatif
pengalaman; f) Mendidik melalui edukatifnya.Syekh Nawawi menjadi
ibrah dan nasehat; g) Mendidik term al-‘ilm yang dalam nash bersifat
melalui targhib dan tarhib.38 mutlak, bersifat muqayyad (terbatas),
Dalam menggambarkan ide-ide hanya pada ilmu keagamaan, dan
dasar pendidikan, kecenderungan kecenderungan pencapaian spiritual
Syekh Nawawi terhadap nuansa yang lebih menonjol. Mendorong
agamisnya lebih dominan sehingga pemikiran pendidikan Islam ke arah
aspek lain menjadi kurang dominan. pengabaian urusan dunia dengan
Penafsiran realitas berpangkal pada segala kemanfaatan dan amal usaha
agama, maka pendidikan pun yang sebenarnya boleh dinikmati.
dijadikannya sebagai instrumen Oleh karena itu pengabaian urusan
untuk mencapai tujuan-tujuan dunia, maka ilmu-ilmu yang bersifat
keagamaan.39 keduniaan dikuasai oleh non muslim
Pemikiran Syekh Nawawi dan menjadi lemahnya pelaksanakan
tersebut tentu memiliki dampak amar makruf nahi munkar dalam
positif dan dampak negatif reformasi dan transformasi sosial
edukatifnya. Dampak positifnya yang bermoral. Padahal penguasaan
edukatif adalah rasa tanggung jawab dunia sebagai sarana pendakian
yang sangat kuat telah menghujam kebahagiaan di akhirat.41
pada pemikiran pendidikannya, dan Ide-ide Syekh Nawawi tentang
mengukuhkan rasa tanggung jawab etika pendidik dan peserta didik dan
moral. Penghargaannya terhadap etika bersama terdapat implikasi
persoalan pendidikan Islam sangat bahwa tokoh ini melihat peserta didik
tinggi, bahkan menilainya sebagai masih memerlukan tuntunan dan
wujud tanggung jawab keagamaan bimbingan. Peserta didik belum bisa
yang sangat luhur. Tugas mengajar lepas dari pendidik, ia tetap dalam
dan belajar tidak sekadar sebagai bimbingan dan pengawasan pendidik.
tugas-tugas profesi kerja dan tugas- Peserta didik merupakan orang yang
tugas kemanusiaan tetapi lebih jauh belum dewasa, namun memiliki
dari itu yakni sebagai tuntutan potensi yang luar biasa. Untuk itu
kewajiban agama. Tanggung jawab pendidik berperan besar untuk
dan kewajiban agama sebagai titik mengaktualisasikannya.42
sentral baik dalam kontruksi tataran Dari berbagai keterangan
konsep maupun tataran aplikasi Syekh Nawawi tentang kurikulum
pendidikan. Atau dengan kata lain jika pengajaran, terdapat implikasi bahwa
tuntutan tidak sejalan dengan memandang pengetahuan itu
tuntutan keagamaan, maka yang berdasarkan dari sudut pandang

Maragustam, Pemikiran Pendidikan


40

Syekh Nawawi al-Bantani,. h. 267-268.


38 Abdurrahman An-Nahlawi, 41 Maragustam siregar.
Pendidikan Islam di Rumah…, h. 204. www.wordpress.com. 2010
39 Maragustam, Pemikiran Pendidikan 42 Maragustam, Pemikiran Pendidikan

Syekh Nawawi al-Bantani,..., h.266. Syekh Nawawi al-Bantani,.. h. 269.

208
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

aplikatif dari norma-norma agama ingin dicapai melalui kegiatan


bukan dari sudut substansi ilmu pendidikan ada dua, diantaranya:44
tersebut. Dengan kata lain dasar atau
hal yang esensial didahulukan a. Pertama, mendekatkan diri
kemudian disusul dengan materi lain. kepada Allah SWT.
Mendahulukan matan kitab dari pada b. Kedua, bukan untuk mencari
syarh dalam pendidikan. kedudukan, kemegahan, dan
Mendahulukan kewajiban personal kegagahan.
kemudian disusul dengan kewajiban
komunal dan sunnah komunal.43 Karena jika tujuan pendidikan
Akhirnya, peneliti melihat diarahkan bukan pada mendekatkan
bahwa pemikiran Syekh Nawawi al- diri kepada Allah Swt, maka akan
Bantani dalam dunia pendidikan dapat menimbulkan kedengkian,
Islam yang di gagasnya tetap relevan kebencian, dan permusuhan. Nawawi
untuk di aktualisasikan dalam dunia mengatakan bahwa tujuan
modern dan masyarakat Indonesia pendidikan adalah membentuk para
yang religious dan multicultural. ilmuan yang memiliki keluhuran
Seperti, prinsip-prinsip pendidikan akhlak dan budi pekerti yang baik.45
yang mengacu kepada tauhid Rumusan pendidikan yang demikian
illahiyyah dan reformasi sosial. Sifat itu sejalan dengan firman Allah SWT,
dasar manusia dan proses tentang tujuan penciptaan manusia,
perkembangannya ialah fitrah tauhid- yaitu:
dualis-interaktif berpengaruh dalam
proses pembelajaran. “Dan aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya
Relevansi Pemikiran Syekh mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S.
Al-Dzariyat: 56).46
Nawawi al-Bantani di Era Modern
Pemikiran Syekh Nawawi al- Sebagaimana dengan tujuan
Bantani tentang pendidikan pendidikan di Indonesia dalam
mempunyai relevansi dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan
pendidikan pada masa sekarang atau Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3
pada era modern ini. Banyak aspek yang dikutip oleh Maragustam yaitu
atau sudut pandang yang bisa berkembangnya potensi peserta didik
digunakan untuk melihat relevansi agar menjadi manusia yang beriman
pemikiran Syekh Nawawi al-Bantani dan bertakwa kepada Tuhan Yang
tentang pendidikan. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
Pada aspek tujuan pendidikan berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
Islam yang dirumuskan Syekh
Nawawi al-Bantani dapat diketahui 44 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan
dengan jelas bahwa tujuan akhir yang Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997), h. 162
45 Heri Gunawan, Pendidikan Islam,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2014), h. 326
46 Al-Qur’an dan Terjemahan,
43 Maragustam, Pemikiran Pendidikan (Bandung: Mizan Publishing House,
Syekh Nawawi al-Bantani,.. h. 270. 2011), h. 524

209
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

menjadi warga negara yang kependidikan Islam. Ia juga menjadi


demokratis serta bertanggung salah satu bagian dari bahan masukan
jawab. 47 Tujuan akhir dan tertinggi yang mengandung fungsi sebagai alat
pendidikan Islam sangat ideal yang pencapaian tujuan Islam. Dari
bersifat universal dan mutlak. Karena pandangan Nawawi al-Bantani bahwa
tujuan tersebut identik dengan tujuan ilmu dapat mendekatkan diri kepada
penciptaan manusia. Maka tujuan Allah sekaligus tolok ukur
akhir dan tertinggi pendidikan Islam kesempurnaan manusia, dan untuk
ialah menjadikan manusia bertakwa kesana ada jembatan yang disebut
yang beribadah/ menghamba yang ilmu pengetahuan. Jika ilmunya
seluas-luasnya. banyak dan sempurna, ia akan
Teori Imam al-Nawawî yang semakin dekat kepada Allah dan
berkaitan dengan etika seorang semakin menyerupai malaikat.49
pendidik dalam menyampaikan Pandangan Syekh Nawawi al-
pelajarannya. Hal ini berkaitan Bantani mengenai metode pendidikan
dengan interaksi antara pendidik yang relevan dengan perkembangan
dengan peserta didik. Ia memaparkan pendidikan Islam itu metode dialog
bahwa di antaranya seorang pendidik qur’ani dan nabawi, melalui kisah-
harus menganggap para peserta kisah, keteladanan, aplikasi dan
didiknya seperti anak kandungnya pengalaman, ibrah dan nasehat, targib
sendiri. Prinsip ini sungguh dan tarhib.50 Senada dengan pendapat
menggambarkan kedekatan dan Maragustam bahwa metode
kesungguhan dalam memberikan pendidikan dalam Islam adalah
ilmu kepada para peserta didiknya. seperangkat cara, jalan dan teknik
Jika prinsip ini dibangun, maka tidak yang digunakan oleh pendidik dalam
akan ada lagi seorang pendidik yang proses pembelajaran untuk mencapai
memperlakukan peserta didiknya tujuan pendidikan yang telah
dengan tidak senonoh. Prinsip ini dirumuskan atau menguasai
sungguh sangat relevan dengan kompetensi menuju terwujudnya
kondisi di zaman sekarang ini. Sikap kepribadian muslim.51
ini dapat terealisasi dengan niat yang Sementara itu, wujud
ikhlas yang bermuara kepada Sang penerapan dari nilai-nilai Pendidikan
Pencipta, yaitu Allah SWT.48 Islam saat ini memang cukup
Dalam kurikulum juga Syekh menunjukkan perkembangan yang
Nawawi Al-Bantani tidak dapat lepas menggembirakan, karena banyak
dari pandangannya tentang ilmu sekolah-sekolah bercirikan Islam,
pengetahuan. Bahwa kurikulum madrasah atau pesantren favorit yang
merupakan komponen yang sangat
penting karena merupakan bahan- 49 Yahya Zahid Ismail, Konsep
bahan ilmu pengetahuan yang Pendidikan Nawâwî Al-Bantani, Ulûmuna:
diproses didalam sistem Jurnal Studi Keislaman, Vol.1 No.1 Desember
2015, h. 121-145.
50 Fathiyah Hasan Sulaiman, Konsep
47 Maragustam, filsafat pendidikan Pendidikan al-Ghazali, (Jakarta: Perhimpunan
Islam.,,,h. 196 Pesantren dan Masyarakat (P3M), 1986), h.
48 Salminawati, Etika Pendidik 35
perspektif Imam Al-Nawawi, Jurnal MIQOT, 51 Maragustam, filsafat pendidikan
Vol. XL No.2 Juli-Desember 2016, h.288-307. Islam.,,,h. 223

210
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

banyak diminati oleh masyarakatatau Indonesia pasti akan mampu


pengguna pendidikan. Muncul dan mengembangkan tradisi Islam
berkembang pula berbagai fenomena pribumi yang bermakna, yang akan
gagasan corak pendidikan percontoh- benar-benar bersifat Islami dan
an, madrasah model, sebagai pilot- kreatif. Terdapat tanda-tanda yang
project Kementerian Agama, sekolah mengandung harapan bagimasa
percobaan, sekolah akselerasi, depan dalam aktivitas pendidikan dan
sekolah unggulan, sekolah atau intelektual yang dinamis didasarkan
madrasah internasional dan lain- pada perkembangan universitas-
lain.52 universitas Islam yang berkembang di
Penerapan pendidikan Islam Indonesia.53
yang ada di Indonesia sebenarnya Dari analisis diatas dapat
sudah diterapkan jauh-jauh hari disimpulkan bahwa pemikiran Syekh
dalam lingkungan pondok pesantren Nawawi al-Bantani dalam pendidikan
dengan diajarkannya berbagai tidak hanya digunakan pada masa
pelajaran tentang Islam dan nilai-nilai beliau saja tetapi juga digunakan di
kehidupan yang digali dari falsafah masa sekarang, di era modern. Jadi,
Islam yang telah diajarkan oleh dalam hal ini, baik tujuan pendidikan
Rasulullah. Hal ini membuktikan Islam, yang lebih mengedepankan
meski dianggap ketinggalan zaman aklhlak mulia dalam kurikulumnya
ternyata nilai-nilai pendidikan Islam sangat bagus untuk diterapkan
yang digambarkan Syekh Nawawi al- karena zaman sekarang atau era
Bantani secara esensi masih bisa modern sedang degradasi moral.
diterapkan bahkan menjadi roh bagi
dunia pendidikan yang dapat Kesimpulan
mengontrol moral anak didik. Teori
Syekh Nawawi al-Bantani
pendidikan yang telah digambarkan
adalah seorang ulama dan intelektual
Syekh Nawawi al-Bantani asalkan
yang legendaris. Melalui karya-
tidak dianggap yang paling benar
karyanya yang mendunia dalam
dalam arti perlu dipadukan dengan
berbagai bidang, menjadikannya
teori-teori pendidikan modern
panutan oleh banyak pemburu ilmu
tentunya akan menciptakan suatu
pengetahuan. Selain ilmu-ilmu agama,
bentuk teori pendidikan yang mampu
beliau juga ahli dalam bidang
melahirkan produk-produk
pendidikan. Karya-karyanya sangat
pendidikan yang cakap ilmu
luar biasa, karena banyak memiliki
pengetahuan dengan dihiasi pribadi
kandungan syarh yang padat tentang
yang bermoral Islami.
karya-karya ulama terdahulu dan
Ada sudut pandang yang
telah di modifikasi sehingga
menarik dari Fazlur Rahman tentang
memudahkan pembacanya.
Pendidikan Islam Indonesia beberapa
Pemikiran pendidikannya sangat
tahun yang lalu. Fazlur Rahman
komulatif dari mulai ide dasar, nilai-
mengatakan bahwa Islam di

52 Hujair AH. Sanaky,


53 Fazlur Rahman, Islam &
Mengembangkan Model Ideal Pendidikan Modernity,Transformation of an Intellectual
Islami, EL-TARBAWI, VOL. 7 NO.1 2014, h. 1- Tradition, (Chicago: The University of Chicago
11 Press, 1982), h. 154.

211
JURNAL AQLAM – Journal of Islam and Plurality –Volume 4, Nomor 2, Desember 2019

nilai, sampai panduan aktivitas


pembelajaran dalam Islam. Ide-ide
pemikiran pendidikan Syekh Nawawi
al-Bantani meliputi: 1. Eksistensi
Alam Semesta, 2. Potensi-potensi
Manusia, 3. Eksistensi Manusia, 4.
Tujuan Pendidikan dam 5. Prinsip-
prinsip aktivitas pendidikan Islam.
Islam di Indonesia pasti akan mampu
mengembangkan tradisi Islam
pribumi yang bermakna, yang akan
benar-benar bersifat Islami dan
kreatif. Terdapat tanda-tanda yang
mengandung harapan bagimasa
depan dalam aktivitas pendidikan dan
intelektual yang dinamis didasarkan
pada perkembangan universitas-
universitas Islam yang berkembang di
Indonesia. Dasarnya adalah kajiannya
dari para pemikir klasik, pertengahan
dan modern yang kemudian di
integrasikan dengan buah
pemikirannya sendiri. Menjadikan
hasil dari pemikirannya sangatlah
realitas dan dapat memenuhi
kebutuhan para praktisi pendidikan
Islam. Ditambah dengan pondasi
pengetahuan keagamaan serta
pemahaman hukum-hukum Islam
yang mendalam, serta pengaruh para
guru sehingga membentuk karakter
yang matang. Pemikiran Syekh
Nawawi al-Bantani dalam pendidikan
tidak hanya digunakan pada masa
beliau saja tetapi juga digunakan di
masa sekarang, di era modern. Jadi,
dalam hal ini, baik tujuan pendidikan
Islam, yang lebih mengedepankan
aklhlak mulia dalam kurikulumnya
sangat bagus untuk diterapkan
karena zaman sekarang atau era
modern yang sarat dengan krisis
moral.

212
Daftar Pustaka Maragustam, Pemikiran Pendidikan
Syekh Nawawi Al-Bantani,
Yogyakarta: Data Media,
Al-Qur’an dan Terjemahan, 2007.
Bandung: Mizan Publishing
House, 2011. Mas’ud, Abdurrahman., Dari
Haramaian Ke Nusantara;
Al-Qusyairi, Abu Al-Qasim Abd Jejak Intelektual dan Arsitek
Karim, Al-Risâlah Al- Pesantren, Jakarta: Kencana.
Qusyairiyyah fi’Ilm Al- 2006.
Tashawwuf, Damaskus: Dâr
Al-Khair, 1988. Muhammad ‘Atthiyyah AL-
Abrasyi., Prinsip-prinsip
Amin Abdullah, Dkk, Pendidikan dasar Pendidikan Islam,
Islam dan Tantangan Bandung: Pustaka Setia.
Globalisasi Buah Fikiran 2003.
Seputar “Filsafat, Politik,
Ekonomi, Sosial, dan Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan
Budaya”, Yogyakarta: Ar- Islam, Jakarta: Logos
Ruzz Media, 2004. Wacana Ilmu, 1997.

An-Nahlawi, Abdurrahman, Rahman, Fazlur, Islam &


Pendidikan Islam di Rumah, Modernity,Transformation
Sekolah dan Masayarakat, of an Intellectual Tradition,
Jakarta: Gema Insani, 2004. Chicago: The University of
Chicago Press, 1982.
Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam,
Tinjauan Teoritis dan Rokhim, Nur,. Kiai-Kiai
Praktis Berdasarkan Kharismatik dan Fenomenal,
Pendekatan Interdisipliner, Yogyakarta: IRCisoD. 2015.
Jakarta: Bumi Aksara, 2003 Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Qur’an; Tafsir Maudhu’i atas
Pesantren. Jakarta: LP3ES, Belbagai Persoalan Umat,
1982. Bandung: Mizan, 1998.

Hurgronje, Snouck., Mekka In The Solihin, Rosihon Anwar, , Ilmu


Latter Parti of the 19t Tasawuf, Bandung: Pustaka
Century, Leiden: Brill. 1931. Setia, 2008.

Iskandar, Salman, 55 Tokoh Muslim Sulaiman, Fathiyah Hasan,. Konsep


Indonesia Paling Pendidikan al-Ghazali,
Berpengaruh, Solo: Tiga Jakarta: Perhimpunan
Serangkai, 2011. Pesantren dan Masyarakat
(P3M), 1986.
Langgulung, Hasan., Manusia dan
Peradaban, Suatu Analisa Suwito dan Fauzan, Sejarah
Psikologi dan Pendidikan, Pemikiran Para Tokoh
Jakarta: Al-Husna Zikra, Pendidikan, Bandung:
1995. Angkasa, 2003.
Syaodih, Nana, Metode Penelitian Vol. XL No.2 Juli-Desember
Pendidikan, Bandung: 2016.
Remaja Rosdakarya, 2010. Sanusi, Ahmad, “The Contributions
Syekh Muhammad Nawawi, Murah of Nawawi al-Bantani In
labayd, Mesir: Darul Ihya’Al- the Development of
Kutb Al-‘Arabiyah, t.t. National Law of Indonesia”,
AL-‘ADALAH, Vol. 15,
Syekh Nawawi, Syarh Uqud al-
Nomor 2, 2018.
Lujjayyin fi Bayan Huquq al-
Zaujain, Semarang: Toni Pransiska, “Pendidikan Islam
Maktabah wa Mathba’ah Transformatif Syeikh
Thoha Putra, t.t. Nawawi Al-Bantani: Upaya
Mewujudkan Generasi
Tebba, Sudirman., Mengenal Wajah
Religius-Saintifik”, Jurnal
Islam yang Ramah, Jakarta:
Ilmiah DIDAKTIKA, VOL.
Pustaka Irvan. 2007.
18, NO. 2, Februari 2018.
Yahya Zahid Ismail, “Konsep
Bashori, “Pemikiran Pendidikan
Pendidikan Nawâwî Al-
Syekh Nawawi Al-
Bantani”, Ulûmuna: Jurnal
Bantani”, HIKMAH: Jurnal
Studi Keislaman, Vol.1 No.1
Pendidikan Islam, Vol. 6,
Desember 2015.
No. 1 Januari-Juni 2017.
Hujair AH. Sanaky,
Ma‟ruf Amin dan M. Nashruddin
“Mengembangkan Model
Anshory Ch., “Pemikiran
Ideal Pendidikan Islami”,
Syekh Nawawi al-Bantany”,
EL-TARBAWI, VOL. 7 NO.1
dalam Pesantren, No. 1/Vol.
2014.
V1/1989.
Ilyas, M. Azizzullah, “Ajaran
Syeikh Nawawi al-Bantani
Tentang Pendidikan Akhlak
Anak”, AR-RIAYAH: Jurnal
Pendidikan Dasar, Vol. 2,
No. 2, 2018.
Rofik Maftuh, “Inklusisifitas
Pemikiran Syaikh Nawawi
al-Bantani; Studi Atas
Konsep Ahl al-Fatrah
dalam Tafsir Maraḥ Labid”,
Jurnal MAGHZA, Vol. 3, No.
1, Januari-Juni, 2018.
Salminawati, “Etika Pendidik
perspektif Imam Al-
Nawawi”, Jurnal MIQOT,

214

Anda mungkin juga menyukai