ABSTRACT
The study of Islamic educational philosophy in Indonesia is still limited and only
exists among universities. In fact, in essence, the philosophy of Islamic education is
the basic foundation for knowing the pace of growth and development of Islamic
education. So far, the philosophy of Islamic education has only focused on studies of
figures, concepts, theories and history, without touching on the basic values of
Islamic education itself. There are many problems in the current study of Islamic
educational philosophy, namely problems of Islamic education from the perspective
of ontology, epistemology and axiology. Ontology is a branch of philosophy that
deals with the nature of life. The problem of Islamic education which is of ontological
concern in the implementation of Islamic education requires a stance, a guide to life
and a human way of thinking. The epistemology of Islamic education is more directed
at methods or approaches that can be used to build Islamic knowledge, both
conceptually and applied. Axiology is a science that investigates the nature of values,
such as ethics and aesthetics.
Kajian filsafat pendidikan Islam di Indonesia masih terbatas dan hanya ada di
kalangan perguruan tinggi. Padahal secara esensi filsafat pendidikan Islam sebagai
pondasi dasar untuk mengetahui gerak laju pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Islam. Selama ini filsafat pendidikan Islam hanya berkutat pada kajian-
kajian tokoh, konsep, teori dan sejarahnya saja, tanpa menyentuh nilai dasar dari
pendidikan Islam itu sendiri. Terdapat banyak problem pada kajian filsafat
pendidikan Islam saat ini yaitu problem pendidikan Islam dalam perspektif ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Ontologi merupakan cabang filsafat yang berhubungan
dengan hakikat hidup. Masalah pendidikan Islam yang menjadi perhatian ontologi
dalam penyelenggaraan pendidikan Islam diperlukan pendirian, pegangan hidup dan
pola pandang berfikir manusia. Epistemologi pendidikan Islam lebih diarahkan pada
metode atau pendekatan yang dapat dipakai untuk membangun ilmu pengetahuan
Islam, baik secara konseptual maupun aplikatif. Aksiologi ialah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki hakikat nilai (value), seperti etika dan estetika.
diartikan bahwa, pendidikan islam Islam itu sendiri, yang membawa misi
memproduk insan yang kamil, yaitu dunia dan akhirat. Kesejahtraan itu
hal. Untuk meraih tujuan ini maka menjalankan tugas kita sebagai hamba
diwahyukan Allah swt. dan Sunnah Pencipta kita akan merasa butuh
Nabi Muhammad saw. yang Tujuan kepada Nya, dan kita akan
1
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1986), hal. 3.
yang berisi teori umum mengenai B. Pembaruan Pendidikan Islam
pendidikan Islam dikontruksikan Pembaruan pada hakikatnya
berdasarkan konsep ajaran Islam yang merupakan bagian yang tidak dapat
termuat dalam al-Qur‟an dan Hadist. dipisahkan dengan hidup dan
Meskipun demikian, filsafat penghidupan.3 Kata yang lebih dikenal
pendidikan Islam juga mengambil dan lebih popular untuk pembaruan
sumber-sumber dari ajaran lain yang adalah modernisasi. Dalam masyarakat
sejalan, atau tidak bertentangan barat pengertian modernisasi
dengan pokok ajaran Islam.2 mengandung arti pikiran, aliran,
gerakan dan usaha untuk mengubah
Pendidikan Islam sebagaimana
paham-paham, adat-adat institusi-
juga pendidikan modern harus
institusi lama dan sebagainya agar
dilandasi oleh suatu pemikiran
semua itu dapat disesuaikan dengan
filosofis tertentu dalam usaha
pendapat dan keadaan-keadaan baru
memecahkan problem yang
yang ditimbulkan dengan ilmu
dihadapinya. Filsafat pendidikan Islam
pengetahuan modern.
dalam hal ini memainkan peran
Pendidikan Islam menurut
penting bagaimana menguraikan
bahasa dalam bahasa Indonesia
problematika mendasar dalam
pendidikan terdiri dari kata didik yang
pendidikan Islam. Adapun filsafat
mendapat awalan “pen” dan akhiran
pendidikan Islam berasal dari filsafat
“an”, yang berarti perbuatan mendidik
hidup Islam, hal itu mencakup
(hal, cara dan sebagainya). Selain kata
kebenaran (truth) yang bersifat
pendidikan, dalam bahasa Indonesia
spekulatif dan praktikal yang
juga terdapat kata pengajaran yang
menolong untuk menafsirkan tentang
berarti mengajar atau mengajarkan,
manusia, sifat-sifat ilahiyah-Nya, nasib
yaitu memberikan pengetahuan atau
kesudahannya, dan keseluruhan
pelajaran. Kata pendidikan selanjutnya
hakikat.
2
Zubaedi. Isu-isu Baru dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam dan Kapita selekta
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 23.
sering digunakan untuk peradaban. Menurut Harun bahwa al-
menerjemahkan kata teaching juga Qur’an dan hadits sama-sama
dalam bahasa Inggris. memberikan kedudukan yang tinggi
Pembaruan pendidikan Islam kepada akal dan mencari ilmu
esensinya adalah pembaruan pengetahuan. Menurutnya bahwa
pemikiran pada prespektif inteletual penghargaan tinggi terhadap akal ini
muslim. Pembaruan pemikiran dalam menimbulkan corak teologi yang
Islam sangat berkaitan dengan liberal dalam Islam, di samping wahyu
pendidikan merupakan sarana paling turun untuk menolong akal manusia
penting bukan saja sebagi waahana dalam mengetahui hal-hal yang
koservasi dalam arti tempat terletak di luar jangkauan akal
pemeliharaan, pelestarian, penanaman manusia. Akal bukan hanya digunakan
dan pewarisan niai-nilai dan tradisi untuk memahami masalah keduniaan
suatu masyarakat, tetapi juga sebagai saja, tetapi juga masalah-masalah
saran kresai yang dapat meciptakan, keagamaan yang melahirkan ijtihad.
mengembangkan dan Ijtihad menurutnya adalah sumber
mentrasformasikan masyarakat kearah ketiga dalam Islam, selain al-Qur’an
pembentukan budaya baru. dan hadits. Ijtihad dalam berbagai
bidang telah melahirkan wajah Islam
C. Pembaharuan Pendidikan Islam yang dalam banyak aspeknya, seperti:
Harun Nasution teologi, ibadat, moral, mistisisme,
Harun sangat percaya bahwa filsafat, sejarah, dan kebudayaan.
superioritas akal manusia. Harun Pengetahuan yang hanya satu dua
kemudian menegaskan bahwa akal aspek atau satu aspek hanya akan
dapat memahami maksud-maksud memunculkan pemahaman yang
wahyu, sehingga akal dan wahyu dapat kurang lengkap, salah paham, sempit
seiring dan sejalan dalam menciptakan dan rigid.
3
Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaruan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012), hal 15
Harun melakukan Pascasarjana setingkat Strata 2 dan
pembaharuan pendidikan Islam dengan Strarata 3 di IAIN untuk
langkah pertama merombak kurikulum mengembangkan keilmuwan yang
IAIN yang dipandangnya jumud mereka miliki. Melalui usahanya ini
karena berorientasi pada fiqh, tafsir maka IAIN telah berhasil melahirkan
dan hadits yang legal formalistik. Magister dan Doktor dalam bidang
Pengantar ilmu agama dimasukkan ilmu agama yang bertugas menjadi
dalam kurikulum dengan memasukkan dosen atau rektor pada perguruan
filsafat, tasawuf, ilmu kalam, tauhid, tinggi Islam di Nusantara.
sosiologi, dan metodologi penelitian. Harun dalam peta filsafat
Ia sangat mendorong adanya dialog pendidikan lebih bercirikan sebagai
yang merangsang cara berfikir eksistensialisme. Pembelajaran model
mahasiswa. Sistem perkuliahan yang indoktrinasi harus dihilangkan dari
dikembangkan Harun berlangsung metode pembelajaran pendidikan
hidup dan seru karena Islam. Ajaran-ajaran Islam yang
menggoncangkan pemikiran Islam bersifat doktrinal seperti masalah
para mahasiswa, Mahasiswa diajak rukun iman, alam gaib, eskatologis dan
berfikir rasional dan tidak dogmatis. sebagainya tidak diajarkan secara
Harun merubah budaya lisan menjadi dogmatis, tetapi diajarkan secara
budaya tulisan. Ia dengan tekun rasional agar diterima oleh akal budi
melatih para mahasiswa menuliskan peserta didik.Belajar adalah dalam
pemikiran secara runtut dan sistematis. sistem pendidikan Islam adalah
Budaya ini diperkenalkannya untuk penyusunan pengetahuan dari
mengatasi kelemahan dalam budaya pengalaman konkrit, aktivitas
lisan, sehingga publik dapat menikmati kolaboratif, dan refleksi serta
pemaparan ide-ide rasional dari peserta interpretasi. Mengajar adalah menata
didiknya yang menjadikan ide-ide lingkungan agar peserta didik
pembaharuannya tersebar luas. Harun termotivasi dalam menggali makna,
bahkan merintis berdirinya Sekolah menghargai ketidakmenentuan. didik
akan memiliki pemahaman yang melalui pemahaman yang diperoleh
berbeda terhadap pengetahuan dari proses pembelajaran yang
tergantung pada pengalamannya, dan dialaminya. Pemahaman dan makna
perspektif yang dipakai dalam ilmu pengetahuan bergantung cara
menginterpretasikannya, walaupun pebelajar membentuk informasi
diajarkan secara bersama-sama dan tersebut.4
menerima stimulus yang sama.
Hal ini dapat dilihat dalam D. Problema-Problema Pokok
konteks teori-teori belajar yang lahir Filsafat Pendidikan Islam
dari Konstruktivisme merupakan
pengembangan dari pandangan filsafat
Eksistensialisme dalam pendidikan,
terutama oleh Jean Piaget dan
Vygotskian. Konstruktivisme
menyatakan bahwa proses
pengembangan ilmu pengetahuan dan
pemaknaan kepada pengetahuan
tersebut berdasarkan pengalaman
sendiri melalui proses aktif yang
berlaku dalam otak bergantung pada
persepsi, kepercayaan dan
pengalamannya tentang perkara
tersebut. Ahli konstruktivis percaya
pengetahuan tidak boleh dipindahkan
dari pendidik kepada peserta didik
secara tabula rasa, tetapi pelajar perlu
membina pengetahuannya sendiri
4
Kasmiati Kasmiati, “PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM HARUN NASUTION
(Kajian Filsafat Pendidikan),” Scolae: Journal of Pedagogy 2, no. 2 (2019): 266–71,
https://doi.org/10.56488/scolae.v2i2.66.
Sumber utama dalam Filsafat kehidupan manusia itu adalah proses
pendidikan Islam yang didasarkan atas pendidikan segala pengalaman
ajaran wahyu, pada hakekatnya sejalan sepanjang hidupnya merupakan dan
dengan yang dikehendaki oleh berfikir memberikan pengaruh pendidikan
falsafi yakni mendasar, menyeluruh baginya. Berdasarkan hal ini secara
tentang kebenaran yang umum pendidikan itu tidak ada
ditawarkannya. Dalam proses batasan, karena kesempatan orang
pertumbuhannya, filsafat sebagai hasil untuk mendapatkan ilmu berbeda-
pemikiran para ahli filsafat atau para beda. Walau demikian, untuk secara
filosof sepanjang kurun waktu dengan formal bahwa peserta didik harus
obyek permasalahan hidup didunia, mendapatkan pendidikan yang
telah melahirkan berbagai macam berstruktur dengan memberikan dasar-
pandangan. Pandangan-pandangan dasar dan pandangan hidup kepada
tersebut adakalanya saling menguatkan generasi yang sedang tumbuh, yang
dan adapula yang berbeda atau dalam prakteknya identik dengan
berlawanan. Sehingga hal ini pendidikan formal di sekolah dan
menyababkan suatu problematika dalam situasi dan kondisi serta
dalam filsafat pendidikan Islam. lingkungan belajar yang serba
terkontrol.
Masalah dalam dunia
pendidikan merupakan masalah hidup Berdasarkan hal tersebut,
dan kehidupan yang dijalani oleh masalah pendidikan akan berhubungan
manusia. Proses pendidikan berada langsung dengan hidup dan kehiupan
dan berkembang bersama proses manusia. Pendidikan merupakan usaha
perkembangan kehidupan manusia itu dari manusia dewasa yang telah sadar
sendiri. Hadis Nabi Saw mengatakan “ akan kemanusiannya, dalam
Tuntutlah ilmu mulai dari buaian membimbing, melatih,mengajar dan
hingga ke liang lahat, ini berarti bahwa menanamkan nilai-nilai serta dasar-
seluruh proses hidup dan aktivitas dasar pandangan hidup kepada
generasi muda, agar nantinya menjadi dengan langkah- langkah progresinya
manusia yang sadar dan bertanggung menuju pengetahuan (ilmiah). Adapun
jawab akan tugas-tugas hidupnya aksiologi adalah nilai-nilai sebagai
sebagai manusia, sesuai dengan sifat tolok ukur kebenaran (ilmiah), etik,
hakikat dan cirri-ciri kemanusianya dan moral sebagai dasar normatif
Dan pendidikan formal disekolah dalam penelitian dan penggalian, serta
hanya bagian kecil saja daripadanya. penerapan ilmu.5
8
Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia,
1986), hlm. 4.
dan problematika yang sangat menitikberatkan pada aspek
kompleks, yaitu : korespondensi-tekstual yang
a. Pendidikan Islam seringkali lebih menekankan yang sudah
dikesankan sebagai ada pada kemampuan anak
pendidikan yang tradisional didik untuk menghafal teks-
dan konservatif, hal ini wajar teks keagamaan daripada isu-
karena orang memandang isu sosial keagamaan yang
bahwa kegiatan pendidikan dihadapi pada era modern
Islam dihinggapi oleh seperti kriminalitas,
lemahnya penggunaan kesenjangan sosial dan lain
metodologi pembelajaran lain.
yang cenderung tidak menarik d. Pengajaran agama yang
perhatian dan bersandar pada bentuk
memberdayakan. metodologi yang bersifat
b. Pendidikan Islam terasa statis indoktrinatif-doktriner.9
kurang concern terhadap
persoalan bagaimana 3. Problematika Aksiologi
mengubah pengetahuan Pendidikan Islam
agama yang bersifat kognitif Aksiologi ialah ilmu
menjadi suatu “makna dan pengetahuan yang menyelidiki
nilai” yang perlu di hakikat nilai, pada umumnya
internalisasikan dalam diri ditinjau dari sudut pandangan
seseorang lewat berbagai kefilsafatan. Di dunia ini terdapat
cara, media dan forum. banyak cabang pengetahuan yang
c. Metodologi pengajaran agama bersangkutan dengan masalah-
berjalan secara konvensional- masalah nilai yang khusus seperti
tradisional, yakni epistemologis, etika dan estetika.
9
Mujtahid, Reformulasi Pendidikan Islam; Meretas Mindset Baru, Meraih Paradigma Unggul
(Malang: UIN-Maliki Press, 2011), hlm. 37.
Epistemologi bersangkutan berpandangan secara pasti
dengan masalah kebenaran, etika terhadap tingkatan nilai, dimana
bersangkutan dengan masalah nilai spiritual lebih tinggi daripada
kebaikan, dan estetika nilai non spiritual (nilai material).
bersangkutan dengan masalah Demikian juga dengan kaum
keindahan.10 Secara historis, realis, mereka menempatkan nilai
istilah yang lebih umum dipakai rasional dan empiris pada
adalah etika (ethics) atau moral tingkatan atas, sebab membantu
(morals). Tetapi dewasa ini, istilah manusia menemukan realitas
axios (nilai) dan logos (teori) lebih objektif, dan berfikir logis. Kaum
akrab dipakai dalam dialog pragmatis pun berbeda, menurut
filosofis.11 Jadi, aksiologi mereka, suatu aktifitas dikatakan
bisa disebut sebagai the theory of baik apabila memuaskan
value atau teori nilai. Bagian dari kebutuhan yang penting, dan
filsafat yang menaruh perhatian memiliki nilai instrumental dan
tentang baik dan buruk (good and sangat sensitif terhadap nilai-nilai
bad), benar dan salah (right and yang menghargai masyarakat.
wrong), serta tentang cara dan Dari lima komponen dalam
tujuan (means and ends). Secara pendidikan Islam (tujuan
etimologis, istilah aksiologi pendidikan, pendidik dan tenaga
berasal dari Bahasa Yunani Kuno, pendidikan, peserta didik dan alat-
terdiri dari kata “aksios” yang alat pendidikan Islam dan
berarti nilai dan kata “logos” yang lingkungan atau konteks
berarti teori. Jadi aksiologi pendidikan., ketika dikaitkan
merupakan cabang filsafat yang dengan dimensi aksiologis, maka
mempelajari nilai.8 Kaum idealis terdapat problem antara lain:
10
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono (Yogyakarta. Penerbit Tiara
Wacana, 1996), hlm. 327
11
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007), hlm.
36.
a. Tujuan pendidikan Islam objektif, nilai-nilai dan cita-cita yang
kurang berorientasi pada telah ditentukan lebih dahulu oleh
nilai-nilai kehidupan masa filsafat hidup Islam dan dilaksanakan
yang akan datang, belum oleh proses pendidikan. Di sinilah
mampu menyiapkan generasi terletak pentingnya kembali pada
yang sesuai dengan kemajuan filsafat pendidikan Islam karena
zaman. konsep filsafat Islam cukup luas dan
b. Pendidik dan tenaga komprehensif. Bahkan teori-teori
pendidikannya mulai pengetahuan yang dibawa oleh filsafat
memudar dengan doktrin Barat modern belum dapat menandingi
awal pendidikan Islam teori-teori filsafat Islam yang karya-
tentang konsep nilai ibadah karyanya bukan hanya tersebar di
dan dakwah syiar Islam. dunia Islam tetapi juga mempengaruhi
Pendidik juga disibukkan pemikiran Barat sendiri. Supaya ahli-
dengan hal-hal teknis seperti ahli pendidikan muslim dapat
tunjangan honor, tunjangan menciptakan suatu filsafat pendidikan
fungsional dan tunjangan yang sesuai bagi masyarakat Islam
sertifikasi. progressif yang menggabungkan
c. Di kalangan peserta didikpun antara keaslian dan kemampuan,
dalam menuntut ilmu haruslah mereka memelihara berbagai
cenderung mengesampingkan faktor dan kembali keberbagai sumber
nilai-nilai ihsan, kerahmatan Islam.
dan amanah dalam
DAFTAR PUSTAKA
mengharap ridha Allah.
Hamdani, hsan. (1998). Filsafat
Pendidikan Islam. Bandung: CV
KESIMPULAN
Pustaka Setia.
Filsafat pendidikan islam
menentukan tujuan akhir, maksud,
Irianto, Yoyon Bahtiar. (2012). Langgulung, Hasan. (1986). Manusia
Kebijakan Pembaruan dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Al Husna.
Grafindo Persada.
Muhaimin. (2011). Pemikiran dan
Kasmiati “Pembaharuan Pendidikan Aktualisasi Pengembangan
Islam Harun Nasution (Kajian Pendidikan Islam. Jakarta:
Filsafat Pendidikan),” Scolae: Rajawali Pers.
Journal of Pedagogy 2, no. 2
Mujtahid. (2011) Reformulasi
(2019): 266–71,
Pendidikan Islam; Meretas
https://doi.org/10.56488/scolae.v2
Mindset Baru, Meraih Paradigma
i2.66
Unggul. Malang: UIN-Maliki
Kattsoff, Louis O. (1996) Pengantar Press.
Filsafat, terj. Soejono
Sadulloh, Uyoh. (2007). Pengantar
Soemargono. Yogyakarta.
Filsafat Pendidikan. Bandung:
Penerbit Tiara Wacana,.
Penerbit Alfabeta.