Anda di halaman 1dari 11

Media Informasi dan Integritas Santri

Semua Oang
MENGEJAR
KEBAHAGIAAN

Buletin Istanaqu | Edisi 07 | Vol. 1/07 | 17 Februari 2023


Media Informasi dan Integritas Santri

Judul : Semua Orang Mencari Kebahagiaan


Penulis : Elma Cahyani, S.Ag.
Editor : Arif Hidayat
Proofreader : Jinggamerahmu
Tata Letak : Istanaqu Media
Desain Cover : Istanaqu Media

Pengasuh: M. Islahudin Santoso, S.T. | Ajib Budiawan, S.E.


Pimpinan Umum: Ginanjar Widia Sasmita Pimpinan Redaksi:
Arif Hidayat. Editor: Elma Cahyani, S.Ag. | Arif Hidayat Dewan
Redaksi: Ginanjar Widia Sasmita | Faukon, A.Md. | Miftahul Hidayat,
S.T. | Elma Cahyani, S.Ag. | Lisna Milha Maris, M. Pd | Fitri Fauziatun.
Distribusi: Habibullah, S. Pd. Setting & Lay Out: Elma Cahyani.
Alamat Redaksi: Pondok Pesantren Muhammadiyah Istana Qur’an
| Jl. Karangsari-Sarwodadi, Km. 01 Sarwodadi, Pejawaran,
Banjarnegara. Kontak: 08522 600 8181
“ Bahagia itu hanyalah milik mereka
yang hatinya tertaut kepada Allah

Semua orang yang hidup di dunia ini pasti


ingin mendapatkan kebahagiaan. Lantas
bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah
mendapatkan kebahagiaan seperti yang
diharapkan?

S u a t u h a r i R a s u l u l l a h S A W p e r n a h
mengatakan:

َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ِ ‫َ ْ َأن‬
ً ِ‫آدم َواد‬

‫ن‬ ‫ أن‬ ‫ِ ذ ٍ أ‬

ُ َ ‫َ هُ إ ا‬
ُ ‫اب َو َ ُ ُب ا‬ َ َ ْ َ ْ َ َ ِ َ َ ُ َ

ِ ‫وادِ ِن و‬
َ ََ
‫َ ْ ب‬

َ

“Sungguh, seandainya anak Adam memiliki


satu lembah dari emas, niscaya ia sangat ingin
mempunyai dua lembah (emas). Dan tidak akan

-1-
ada yang memenuhi mulutnya kecuali tanah.
Kemudian Allah mengampuni orang yang
bertaubat.” (HR. Al-Bukhari)

Melihat hal tersebut tentunya dapat kita


ketahui akan sifat dasar manusia, yaitu tidak
akan pernah merasa puas dengan hal apa pun.

Maka dari itu, seandainya kebahagiaan


didasarkan pada penilaian hawa nafsu maka
hanya akan menjadi kebahagiaan yang semu,
karena hawa nafsu selalu berbohong dengan
janji-janjinya. Atau mungkin hanya akan
menjadi kesenangan sementara, sekejap,
bahkan terkadang harus kita bayar dengan
penderitaan dalam jangka yang sangat
panjang.

Dan pada akhirnya, jika yang dicari adalah


selain Allah maka seseorang tidak akan pernah
menemukan kebahagiaan yang sebenarnya.

Bahagia itu hanyalah milik mereka yang selalu


menyambungkan hatinya kepada Allah,
karena mereka yang terus berupaya dekat
dengan Allah itulah yang akan dekat pula
dengan kebahagiaannya.

-2-
Kenapa demikian?

Karena mereka tahu harus memohon


pertolongan kemana, juga mereka punya
tempat untuk mengadu, tempat mencurahkan
segala kegelisahan, bahkan mencurahkan
segala kesulitan dan kesedihan.

Apabila kita merasakan kesusahan karena


suatu masalah, merasa sedih karena sebuah
peristiwa, merasa bingung dengan datangnya
musibah, maka carilah sisi kebahagiaan di
semua kondisi itu. Bisa jadi bahagiamu ada di
s a n a , d a l a m g e n g g a m a n t a n g a n - N ya ,
mendekatlah kepada Allah, sebut nama-Nya,
puja keagungan-Nya, dan kembalilah kepada-
Nya.

Allah Ta’ala ber irman dalam Surat At-Taubah,


ayat 40:
َّ ْ َ ْ َ َ
َ َ َ َ ‫إن ا‬
ِ ‫ ن‬
“Janganlah bersedih, sesungguhnya Allah
bersama kita.”

Allah tidak akan pernah meninggalkan kita,


justru tanpa kita sadari sebenarnya kitalah

-3-
yang pergi meninggalkan-Nya. Padahal, Allah
itu Maha Mengetahui segala isi hati, Mahatahu
segala harap, Maha Mengerti segala hajat,
bahkan lintasan batin yang belum sempat
tersampaikan sekalipun, Allah Mahatahu
semuanya.

Allah itu sayang dan selalu menanti taubat kita,


sepanjang siang dan malam Allah tak pernah
bosan memberi maaf dan ampunan. Kenapa
kita malah berlarut-larut dalam kesedihan?

Biasanya, yang menghalangi kita dari


kebahagiaan itu adalah hasrat dan keinginan
yang tidak diletakkan pada tempatnya.
Misalnya, dalam meletakkan cinta. Jika cinta
masih dibelenggu oleh ego hawa nafsu,
perjalanan menemukan kebahagiaan hakiki
pun akan tersesat.

Untuk kembali lagi ke rute yang benar adalah


dengan menjernihkan niat, melepaskan diri
dari belenggu ego, dan dengan membidikkan
cinta hanya kepada Allah semata.

Pada dasarnya tidak ada yang salah dengan


keinginan atau pun bermimpi. Akan tetapi,

-4-
semuanya tentang bagaimana cara kita agar
dapat membingkainya dalam tawakal,
membingkai keinginan dengan pasrah yang
indah, agar hati lapang, agar hati tenang.
Wu j u d p e n g e j awa n t a h a n d a r i m a k n a
fatawakal ‘alallahi.

Perlu kita ketahui bahwa ada beberapa hal


yang menjadi kunci kebahagiaan itu tercapai,
salah satunya adalah jangan khawatir
terhadap sesuatu yang kita lakukan, titipkan
dan serahkan saja semuanya pada Allah.

Lalu setelah itu penuhilah hati dengan kasih


sayang dan cinta, perbanyak kebaikan dengan
amal sholeh, jangan gantungkan harapan pada
manusia, karena berharap pada manusia
hanya akan membuat patah hati saja.

Kata Imam Ali, “Aku sudah pernah merasakan


kepahitan dalam hidup, tetapi tidak ada yang
lebih pahit melebihi pahitnya berharap
kepada manusia.”

Yang pasti, ketenangan jiwa; kedamaian hati;


dan kebahagiaan itu hanyalah makmum dari
i m a m ke i m a n a n , h a nya l a h b u a h d a r i

-5-
penghambaan kita kepada Allah yang Esa.

Maka ada satu doa sangat indah yang pernah


kanjeng Nabi ajarkan:
َ َ
ُ ِ ْ ُ ً َ ْ ُ َ ً ْ َ َ ُ ْ ‫ا َ ُ إ ّ أ‬
ِ ِ ِِ
َ َ ُ َ ْ َ ‫ِ َ َ َو َ ْ َ َ َ َ َو‬
ِ ِ ِ ِ ِ

ِ

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang


merasa tenang kepada-Mu, yang yakin akan
bertemu dengan-Mu, yang ridha dengan
ketetapan-Mu, dan yang merasa cukup dengan
pemberian-Mu.” (HR. Thabrani)

Berdasarkan doa di atas, ada tiga pilar untuk


menjadikan hati kita bahagia:

Pertama, yakin bahwa Allah sebagai tujuan


hidup, bukan yang lain. Seseorang yang telah
memenuhi hatinya dengan Allah maka Allah
akan menjadi tujuannya.

Dia akan paham ke mana harus melangkah,


bagaimana harus memtuskan, dan seperti apa

-6-
harus bersikap. Karena tujuannya sudah jelas,
yaitu Allah Ta’ala.

Kedua, hati yang ridha terhadap semua


ketetapan Allah. Tak ada nikmat yang lebih
agung daripada mendapatkan ridha dari Allah,
dan untuk mendapatkannya maka hamba
harus ridha terlebih dahulu terhadap semua
ketetapan Allah.

Ketiga, hati yang merasa cukup dengan semua


pemberian Allah.

Sebanyak apa pun materi yang Allah berikan


p a d a h a m b a , j i k a A l l a h t a k p e r n a h
anugerahkan rasa cukup dalam hatinya, maka
yang sebanyak itu tidak akan pernah membuat
hatinya tentram dan tenang.

Dengan meyakini ketiga pilar tersebut akan
men ga n t a rka n k it a p a da keten a n ga n ,
kedamaian dan kebahagiaan yang hakiki.
Wallahu a’lam. []

-7-
Prol Penulis

Elma Cahyani, S.Ag.

Alamat
Desa Beji, Pejawaran,
Banjarnegara, Jawa Tengah

Pendidikan Akhir
UIN PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO (2018-2022)
(Gelar S.Ag, Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir)

Tim Digital Strategis (TDS) Hayyu Academy


Tim Digital Marketing Koperasi Sejahtera Bersama Istanaqu
PONDOK PESANTREN MUHAMMADIYAH
ISTANA QURAN SARWODADI
Alamat: Jl. Karangsari-Sarwodadi Km. 01 Sarwodadi, Pejawaran, Banjarnegara.
Email: ppmistanaquran@gmail .com | Telpon +62 8522 600 8181

Anda mungkin juga menyukai