Anda di halaman 1dari 73

KEROHANIAN

PERSAUDARAAN
SETIA HATI TERATE
Persaudaraan Setia Hati Terate

MUKADIMAH PSHT

Bahwa sesungguhnya hakekat hidup itu berkembang menurut kodrat iramanya masing-
masing menuju kekesempurnaan; demikianpun kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan
yang terutama, hendak menuju ke keabadian kembali kepada “Causa Prima” titik tolak segala
sesuatu yang ada, melalui tingkat ke tingkat, namun tidak setiap Insan menyadari bahwa apa
yang dikejar-kejar itu telah tersimpan menyelinap di lubuk hati nuraninya.

SETIA HATI sadar, meyakini akan hakiki hayati itu dan akan mengajak serta para
warganya menyingkap tabir / tirai selubung hati nurani dimana “SANG MUTIARA HIDUP”
bertahta. Pencak Silat salah satu ajaran SETIA HATI dalam tingkat pertama berintikan seni
olah raga yang mengandung unsur pembelaan diri untuk mempertahankan kehormatan,
keselamatan dan kebahagiaan dari kebenaran terhadap setiap penyerang ; dalam pada itu Setia
Hati sadar dan yakin, bahwa sebab utama dari segala rintangan dan malapetaka serta lawan
kebenaran hidup yang sesungguhnya bukanlah insan, makhluk atau kekuatan yang diluar
dirinya; oleh karena itu pencak silat hanyalah suatu syarat untuk mempertebal kepercayaan
kepada diri sendiri dan mengenal diri pribadi.

Maka SETIA HATI pada hakekatnya tanpa mengingkari segala martabat-martabat


keduniawian, tidak kandas/tenggelam pada pelajaran Pencak Silat sebagai pendidikan
ketubuhan saja melainkan lanjut menyelami ke dalam lambang pendidikan kejiwaaan untuk
memiliki sejauh-jauh kepuasan hidup abadi lepas dari pengaruh rangka dan suasana. Sekedar
syarat bentuk lahir, disusunlah organisasi dalam rangka persaudaraan SETIA HATI TERATE
sebagai ikatan antara saudara S.H dan lembaga yang bergawai sebagai pembawa dan pemancar
cita.

1
Persaudaraan Setia Hati Terate

MATERI

ARTI PAKAIAN

WARNA HITAM

Melambangkan keabadian, kesabaran, dan kekekalan, persaudaraan yang kekal dan


abadi atas dasar kesabaran.

LENGAN PANJANG

Orang Setia Hati Terate tidak mengenal rasa putus asa.

WIRU TIGA DIBELAKANG

Orang Setia Hati Terate adalah orang berbakti pada

1. Berbakti pada Tuhan Yang Maha Esa


2. Berbakti pada Ibu dan Bapak
3. Berbakti kepada Guru / Pelatih

LUBANG 5 YANG DIBERI TALI PUTIH

Melambangkan 5 dasar, yaitu

1. Persaudaraan
2. Olah raga
3. Bela diri
4. Kesenian
5. Kerohanian / kebatinan

Yang saling berkaitan dan diperlukan hubungan yang tulus, ikhlas dan suci oleh karena
itu dipakai tali putih sebagai tali yang melambangkan hubungan yang suci

2
Persaudaraan Setia Hati Terate

ARTI BAN / IKAT PINGGANG TINGKATAN

A. BAN / IKAT PINGGANG POLOS


Warna Ban/ ikat pinggang tingkat ini tidak ada / tidak berwarna karna POLOS,
pengertiannya adalah suatu keadaan yang masih lugu, tingkat polos adalah siswa yang
belum mengenal atau belum mengerti apa- apa tentang ilmu Persaudaraan Setia Hati
Terate. Walaupun belum masuk menjadi siswa Persaudaraan Setia Hati Terate mereka
pernah masuk/ berguru pencak silat kepada lain perguruan dan mereka disini sudah
mendapat sebutan bisa bermain pencak silat, tetapi untuk materi pencak silat
Persaudaraan Setia Hati Terate, mereka belum mengenal dan belum mengerti apa-apa.
B. BAN / IKAT PINGGANG TINGKAT JAMBON
Warna ban/ ikat pinggang tingkat ini adalah JAMBON ( Bahasa Jawa ) atau merah
muda. Di sini di kandung atau pengertian bahwa warna merah (tanpa muda) adalah
melambangkan suatu keberanian yang memakai perhiitungan. Jadi diharapkan siswa
tingkat ini dituntut untuk memiliki suatu yang memakai perhitungan dalam menghadapi
suatu penyelesaian masalah, tidak asal berani tanpa memakai perhitungan akan
menyebabkan suatu kegagalan dalam menyelasaikan masalah.
C. BAN / IKAT PINGGANG HIJAU / TINGKATAN HIJAU
Warna ban/ ikat pinggang tingkat ini adalah hijau, disini dikandung suatu pengertian
bahwa warna hijau melambangkan suatu pengharapan. Siswa di tingkat ini sudah
memiliki harapan untuk bisa menjadi Warga Persaudaraan Setia Hati Terate Tingkat I.
mengingat pelajaran yang diperolehnya, pelajaran jurus khususnya yaitu sudah
mencapai jurus 20. Pada tingkat ini siswa bisa diijinkan oleh pengurus cabang
(berdasarkan pertimbangan tertenntu) untuk mengikuti pengesahan menjadi warga
Persaudaraan Setia Hati Terate Tingkat I, karena telah mendapatkan materi pelajaran
jurus 17, dengan catatan siswa tersebut setelah disyahkan diwajibkan meneruskan
pelajaran sampai tuntas.
D. BAN / IKAT PINGGANG TINGKAT INI ADALAH PUTIH
Disini dikandung suatu makna pengertian bahwa warna putih melambangkan suatu
kesucian, kebersihan, diharapkan siswa pada tingkat ini mulai mempersiapkan diri
untuk menjadi warga Persaudaraan Setia Hati Terate Tingkat I dengan jalan menjaga
tindak tanduk, sikap perbuatan, batin pada hal-hal yang putih, suci dan bersih agar bisa
mengikuti pengesahan menjadi warga Persaudaraan Setia Hati Terate Tingkat I,
Terhindar dari arah melintang yang tidak di inginkan.

3
Persaudaraan Setia Hati Terate

MATERI

ARTI LAMBANG BET

1. MEMBENTUK SEGI EMPAT


Membentuk segi empat artinya melambangkan 4 kiblat 5 pancer
 4 kiblat artinya timur, selatan, barat, utara
 5 pancer artinya pusat dimana kita berpijak
Artinya : Manusia Persaudaraan Setia Hati Terate dalam mencapai tujuannya
mengembangkan diri berpegang teguh pada Setia Hati

2. JANTUNG
Jantung berwarna putih melambangkan kesucian, dibatasi warna merah melambangkan
batasan suatu kedisiplinan.
Artinya : Cinta Kasih yang diberikan adalah suci bersih tanpa pamrih, tidak berlebihan
dan ada batasnya.

3. BERSINAR
3.1. Melambangkan
Jalannya hukum karma yaitu hukum gaib dari Tuhan Yang Maha Esa yang berlaku
dalam tata kehidupan manusia yang terjadi dengan adil dan tidak memihak.
Artinya : dalam berbakti dan berkarya hendaknya di ingat bahwa segala sesuatu ada
buahnya dari pakarti dan karya tersebut.
o Nandur telo thukul telo
o Nandur pari thukul pari
3.2. Pancaran Cinta Kasih, artinya :
Manusia Persaudaraan Setia Hati Terate harus sanggup memberikan rasa cinta
kasih/ dan perwujudannya kepada umat Tuhan Yang Maha Esa tanpa berharap
imbalan.
3.3. Pancaran Sinar Terang, artinya :
Manusia Persaudaraan Setia Hati Terate harus sanggup menciptakan suasana
bahagia lahir batin dan sejahtera bagi lingkungannya, dimana dia berada.

4. BUNGA TERATE

Melambangkan ketahanan hidup dimana saja walaupun tinggal biji akan tetapi
bertunas akan hidup. Artinya:

Persaudaraan Setia Hati Terate diharapkan berdiri dan berkembang dimana saja.
Manusia Persaudaraan Setia Hati Terate mempunyai sikap Kehidupan yang diamis bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya tanpa terpengaruh oleh lingkungan yang
tidak baik.

Bunga Terate terdiri :Kuncup, Setengah kuncup dan mekar artinya:


Warga dan Siswa Persaudaraan Setia Hati Terate terdiri dari berbagai lapisan
masyarakat, dari lapisan masyarakat rendah sampai tinggi, tanpa membedakan
golongan, politik kehidupan dan sebagainya.

4
Persaudaraan Setia Hati Terate

5. DASAR HITAM
Melambangkan kekekalan dan keabadian, artinya :
Persaudaraan yang terjalin antar sesama Warga / Siswa dan sebaliknya adalah kekal,
abadi lahir dan batin.

6. Tulisan PERSAUDARAAN
Melambangkan persaudaraan, artinya:
Persaudaraan Setia Hati Terate membina siswa dan warganya yang diutamakan adalah
kekalnya tali persaudaraan, pencak silat hanya sebagai sarananya saja.

7. Tulisan SETIA HATI


Melambangkan kesetiaan pada hati, artinya:
Manusia Persaudaraan Setia Hati Terate diharapkan memiliki rasa setia pada hatinya
sendiri, percaya pada dirinya sendiri.

8. TERATE
Mengambil pengertian dari bunga terate.

9. Pita Tegak Berwarna Merah di atas Putih


Melambangkan keberanian atas dasar kesucian
Artinya : manusia Persaudaraan Setia Hati Terate adalah seorang pemberani atas dasar
kesucian, berani karena benar, takut karena salah.

10. SENJATA PERSILATAN


Melambangkan senjata atau sarana mempertahankan diri.
Artinya sekecil – kecilnya makhluk atau selemahnya mahkluk pasti mempunyai
kekuatan untuk melindungi diri. Demikian juga manusia PSHT mempunyai kewajiban
untuk melindungi diri Negara dan bangsanya, melindungi tanah tumpah darahnya
apabila ada yang mengganggu baik dari dalam/ luar .

5
Persaudaraan Setia Hati Terate

MATERI

FALSAFAH LAMBANG ORGANISASI

PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE

A. BERBENTUK “SEGI EMPAT BERATURAN”


Berbentuk segi empat beraturan adalah melambangkan kiblat empat maksudnya orang
SH dimanapun berada, insyaallah akan selamat karena di dalam mengarungi kehidupan
kita akan menghadapi “Nafsu”.
Empat nafsu tersebut adalah sebagai berikut ;
1. Nafsu amarah, artinya : kebuasan, yang dimaksud adalah wataknya yang ingin
membinasakan.
2. Nafsu Sufi’ah, Artinya : dengki, srei, dagwen kurang open dan iri atau wataknya jin
atau syetan, seneng pamer ben di “wah”
3. Nafsu Aluamah, Artinya : Serakah (nafsu yang dimiliki binatang)
4. Nafsu Mudmainah, Artinya : taat atau mengenal tuhan Tuhan Yang Maha Esa.

PENAFSIRAN

Penafsiran kita bertitik tolak pada Hati (SH). Hati adalah iman kepada Tuhan
Yang Maha Esa / Allah Swt. Bagi Orang SH (iman) segala perbuatan didasarkan karena
malu dan takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan untuk lebih takut dan malu kepada
Tuhan Yang Maha Esa / Allah Swt adalah dengan menggunakan rasio atau akal. Dan
akal ini tidak boleh dibuat suatu standart atau pedoman untuk berbakti kepada tuhan
Yang Maha Esa. Karena akal kemampuannya sangat terbatas sehingga orang SH itu
bila akan berbuat yang dipengaruhi “Nafsu Amarah, Nafsu Aluamah, dan Nafsu
Sufi’ah” ia akan takut dan malu. Akhirnya ia melakukan “Nafsu Mudmainah” karena
itu bila orang SH melakukan “nafsu mudmainah” orang itu akan selalu selamat, kalis
saka sambi kolo.

B. DASAR HITAM
Melambangkan warna hitam adalah warna yang tidak mudah kotor dan tidak
mudah berubah, warna hitam adalah warna kesabaran dan keabadian. Warna hitam
tidak mudah kotor. Kesabaran adalah indah, tidak mudah marah, tidak mudah
tersinggung, tidak gampang dengki, tidak mudah putus asa, tidak sombong dan lain
sebagainya.
Orang sabarlah yang tidak resah dan gelisah. Orang sabar kalau bicara tidak
plin-plan (dibolak balik). Jadi disinilah kehebatan orang SH (kalaupun ada warga SH
yang tidak sabar mungkin mereka belum meghayati) tentang warna hitam dan
lambangnya. Kalaupun sudah menghayati atau mempelajari masih belum sabar,
setidak-tidaknya bisa mengurangi kekeliruannya.

C. JANTUNG HATI BERSINAR


Melambangkan bahwa orang SH bisa memancarkan cinta kasih dan
melambangkan pula adanya “ HUKUM TIMBAL BALIK “ atau “HUKUM KARMA” .

6
Persaudaraan Setia Hati Terate

cinta kasih dipancarkan kepada sesamanya baik dan benar, ini adalah perbuatan yang
baik dan benar, maka pancaran ini mendapatkan balasan yang baik pula ( dan
sebaliknya ). Namun bila yang memancarkan cinta kasih akal-akalan saja mudah
terpengaruh oleh hawa nafsu setan yang terkutuk, sehingga pemancarannya pun akan
tidak baik, karena itu balasannya pun buruk pula .

Contoh :

o Nandur telo thukul telo


o Nandur pari thukul pari
Atau inilah yang disebut “Hukum timbal balik” atau “Hukum karma”

D. GAMBAR “ JANTUNG HATI YANG BERTEPI MERAH “


Gambar jantung hati maksudnya adalah : “cinta kasih yang ada batasnya “.
Cinta kasih yang tidak ada batasanya adalah pembunuhan.

Contohnya :

Seorang anak laki-laki yang dimanja, selalu ditolong bila menghadapi kesulitan yang
berat maupun yang ringan akhinya setelah anak ini dewasa, anak ini secara kejiwaan
mereka sulit untuk berdiri sendiri. Ia akan selalu menggantungkan kepada orang lain. Ia
kadang-kadang tidak sanggup menghadapi kesulitan dan tidak bertanggung jawab, ia
akan menjadi orang yang cengeng dan mudah putus asa dan tidak percaya pada diri
sendiri dan tidak punya pendirian.

E. TULISAN “ PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE atau PSHT “


Maknanya atau artinya adalah bahwa sebagai dasar persaudaraan, sebab di SH tidak
mengenal pensiun atau pemberhentian warga walaupun sudah jompo, tidak bisa pencak
silat mereka masih tetap saudara, asal mereka tersebut benar-benar warga/ sudah
disyahkan.
SETIA HATI
Maknanya setia kepada hatinya sendiri, setia kepada kebenaran dengan kata lain iman
kepada kebenaran yang hakiki berarti iman kepada Tuhan Yang Maha Esa ( Taqwa ).

F. GARIS TEGAK LURUS BERBENTUK ALIF DENGAN DASAR PUTIH MERAH


PUTIH
Artinya orang SH harus berdiri di atas keadilan tidak membela yang salah dan
akan membela pada yang benar atas dasar ketuhanan Yang Maha Esa.

G. GAMBAR BUNGA TERATE KUNCUP, SETENGAH MEKAR DAN MEKAR


Karena itu orang SH harus simpatik dan berwibawa, sedang “Bunga Terate” itu
bisa hidup dimana – mana berarti orang SH harus bisa menempatkan diri atau empan
papan (bunga terate adalah bunga yang cantik dan indah)

KUNCUP, SETENGAH MEKAR DAN MEKAR


Melambangkan bahwa di dalam kehidupan ini terdiri dari bermacam-macam
tingkatan kehidupan (adanya kaya dan miskin, pangkat dan derajat) dalam arti orang
SH tidak boleh membedakan satu sama lainnya, kesemuanya atas dasar sama derajatnya
di depan Tuhan YME. Orang SH campur dengan orang kaya tidak kelihatan

7
Persaudaraan Setia Hati Terate

kemelaratannya atau kemiskinannya, kumpul wong bodho ora minteri, kumpul wong
pinter ora katon bodhone, kumpul karo pejabat ora inggih-inggih, kumpul karo penjahat
ora melu jahat, dengan demikian orang SH punya atau memiliki kelebihan yang hebat
dan mendasarkan.

H. GAMBAR SENJATA PENCAK SILAT

Melambangkan bahwa di dalam organisasi Persaudaraan Setia Hati Terate ini


kekuatan organisasinya adalah pencak silat atau pencak silat tersebut juga merupakan
lentera dalam Negara. Pencak silat inilah sebagai lambang tentaranya Negara tersebut
demi keutuhan bagi suatu Negara. Senjatanya juga sebagai pelengkap bela diri pencak
silat.

“MENDIDIK MANUSIA BERBUDI LUHUR MELALUI PENCAK


SILAT”

Di dalam pelajaran pencak silat didalamnya terdapat unsur – unsur seni olah raga dan
seni bela diri dengan demikian dengan mempelajari dengan mempelajari pencak silat
orang tersebut akan sehat jasmani dan rohaninya cenderung pada perbuatan “Berbudi
Luhur” .

Orang lemah tidak sama dengan yang baik sebab orang yang lemah jasmani
maupun rohani cenderung menjadi orang yang munafik dan pengecut sebab orang yang
kuat luar dalamnya, lahir batinnya cenderung berbuat baik ( yang disebut manusia yang
berbudi luhur )

“seseorang dapat berdosa tanpa melakukan apa-apa”

Artinya : seseorang memiliki kemampuan/ ilmu yang diridho’I oleh Tuhan Yang Maha
Esa, tetapi tidak digunakan atau diamalkan (dimanfaatkan ).

8
Persaudaraan Setia Hati Terate

FALSAFAH PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE

Ciu tak ocak acik

Mrici polo tak gawe dakon

Maksudku tak gawe becik, dene

Ditompo olo moggo kemawon

Musuh jangan dicari, ada masalah jangan lari.

SIFAT MANUSIA PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE

Mempunyai jiwa watak sebagai berikut :

1. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berjiwa berbudi luhur
2. Berani dan tidak takut mati
3. Soal kecil dan remeh mengalah, soal besar dan prinsip baru berfikir dan bertindak
4. Sederhana
5. Memayu Hayuning Bawana.

Pemahaman Pendalaman Pengalaman

Falsafah dan Etika Persaudaraan Setia Hati Terate

Warga Persaudaraan Setia Hati Terate dalam melaksanakan kehidupan ini


selalu berpedoman pada falsafah yang menyatakan bahwa;

“ manusia dapat dihancurkan, manusia dapat dimatikan, akan tetapi manusia tidak dapat
dikalahkan selama manusia itu masih setia pada hatinya sendiri ( Masih ber-SH pada
hatinya sendiri)”

Sebagai orang/ Warga Persaudaraan Setia Hati Terate bisa berjuang harus
sampai tuntas, ibarat tidak akan menyerah kalah sebelum maksudnya tercapai dan akan
mengaku kalah apabila sudah kembali kepada ibu pertiwi.

Begitu pula dalam pepatah jawa dikatakan bahwa:

Apabila kita berjuang “ Madep Mantep Ati Karep, ciliking loro gedhene pati” wani
ngelakoni dan yakin serta selalu memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa
pasti mengabulkan/ meridhoi (dijabahi).

Sebab Tuhan Yang Maha Esa itu sifatnya selalu rochman rochim, apapun pasti
akan dikabulkan. Sebagai wujud nyata dari pengalaman falsafah tersebut diatas, maka
kita dapat mengambil hikmah atau makna dari beberapa pepatah / kata mutiara /
peribahasa sebagai berikut;

9
Persaudaraan Setia Hati Terate

“Ojo sok rumongso biso nanging sing biso rumongso”

Dikandung maksud bahwa kita sebagai warga PSHT ini jangan merasa lebih
paling super tetapi justru kita harus bisa menempatkan diri kita di tengah masyarakat
dengan sebaik- baiknya.

“Karyanak tyasing sesame, leladi sesamining dumadi”

Dikandung maksud bahwa kita warga PSHT ini harus selalu berusaha untuk
mewujudkan suatu kebahagiaan bersama, ikut memayu hayuning bawono, karena
sebenarnya kita hidup ini adalah untuk mengabdi pada kehidupan ini.

“ Sepiro gedhine sangsoro, yen tinampa amung dadi coba”

Dikandung maksud bahwa kita sebagai warga PSHT ini berani menghadapi
segala tantangan dan hambatan dalam kehidupan ini, untuk mencapai tujuan/
kesuksesan dalam kehidupan kita masing- masing.

Sebaik- baiknya manusia bila memberikan pertolongan dengan diam- diam, tidak perlu
orang lain tahu atau dalam bahasa jawanya dikatakan:

“ Sak apik – apiking wong yen weweh pitulungan kanti dhedhemitan tan

ana kang weruh “

ini dikandung maksud bahwa kita sebagai warga PSHT harus mempunyai sifat bila kita
memberikan pertolongan kepada orang lain tidak perlu kita pamerkan dan harus dengan
hati yang tulus ikhlas, tidak mengharapkan imbalan pemberiannya tersebut, yang
penting kita yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa pasti mengetahuinya.

10
Persaudaraan Setia Hati Terate

TAQWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA, BERJIWA DAN BERBUDI LUHUR

1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa


Sebagai insan pancasila, manusia SH juga dituntut memiliki iman yang penuh
dan mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar dapat dan mampu menentukan
sikap yang wajar dan tidak terlepas dari “ sumbernya” yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan keikhlasan lahir batin kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk mengenalkan diri pribadi, kita harus mampu mawas diri agar tidak
terlepas dari sumber yaitu “Tuhan Yang Maha Esa”. Ini berarti pula bahwa segala amal
perbuatan kita keluar selalu berlandaskan pada “sumber”, sedang amal ibadah kita
dalam yang bersifat “batin” menuju kembali kepada “sumber”.
Dengan demikian kita selalu hidup didalam Tuhan, berarti kehendak kita selalu
menyesuaikan diri dengan kehendak kita selalu menyesuaikan diri dengan kehendak
tuhan Yang Maha Esa dan itulah yang disebut:
“MANUNGGALING KAWULO LAN GUSTI”
Manusia yang selalu dapat berbuat demikian berarti orang yang itu selalu
pasrah lahir batin kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia yang tidak merasa kuatir
dalam segala hal, pertanda orang itu betul-betul pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa
(Mati gelem urip gelem), kalau sudah demikian maka manusia akan mempunyai sikap:
 Tidak mudah terkejut (kagetan)
 Tidak mudah heran (nggumunan)
 Yakin mudah bertindak
 Berani menjalani (wani nglakoni)

Manusia betul-betul dapat pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa akan dapat mudah
dikabulkan permohonannya, berarti manusia tersebut dapat menjadi manusia yang
“keterimo”

Ada pepatah menyebutkan :

Wong pinter kalah karo wong ngerti

Wong ngerti kalah karo wong ketrimo

2. Berjiwa besar dan Berbudi Luhur


a. Berjiwa Besar
Manusia berjiwa besar adalah yang dapat menjadi wadah (dapat ngemong) manusia
lain. Sedangkan manusia yang berjiwa kuat adalah manusia yang tidak beralasan
bagaimanapun benarnya suatu alasan, kalau menjadi kebiasaan akan menunjukkan
kelemahan jiwa.
b. Berbudi Luhur
Selain itu manusia SH juga di tuntut untuk menjadi manusia yang berjiwa besar dan
berbudi luhur, manusia yang baik dan susila yang mempunyai kepribadian tinggi,
manusia yang tahu berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bapak/ Ibu, Nusa
Bangsa Indonesia.

Manusia berbudi luhur adalah manusia yang tahu benar dan salah yang bisa
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, manusia tidak mungkin
berbuat benar terus, akan tetapi apabila dia mengetahui benar/ salah dan berkumpul

11
Persaudaraan Setia Hati Terate

dengan manusia lain yang salah, dia tidak akan mengikuti perbuatan yang salah
atau apabila dia berbuat salah, dia akan mempunyai kemampuan untuk mengubah.
Atau apabila di tunjukkan oleh orang lain bahwa perbuatannya salah, selain dia
mempunyai kemampuannya untuk mengubahnya, dia juga mempunyai kemampuan
untuk meminta ma’af. selain itu

Manusia yang berbudi luhur adalah manusia yang tidak hanya memikirkan
dirinya sendiri.

3. Pemberani dan Tidak Takut Mati


Kalau iman kita kepada Tuhan Yang Maha Esa sudah di barengi dengan rasa pasrah
dan ikhlas, maka segala perbuatan kita akan mantap dan jauh dari rasa ketakutan.
Mengapa kita mesti takut ? “
dan takut kepada siapa ?”
untuk itu marilah kita bahasa mengenai macam-macam takut, terdiri dari 3 (tiga)
macam yaitu:
a. Takut Salah
Yaitu sikap takut apabila perbuatannya akan menghasilkan suatu kesalahan atau
kekeliruan. Kita tidak boleh memiliki sikap takut jenis ini, karena:
Semua manusia pernah mengalami kesalahan, seandainya kita melakukan
kesalahan itu adalahh Wajar
Lebih baik segera tahu apa kesalahan kita, sehingga kita bisa segera
memperbaikinya dan tidak membawanya sepanjang hidup kita.
b. Takut Malu
Yaitu sikap takut apabila perbuatannya akan menghasilkan atau menimbulkan rasa
malu. Kita tidak boleh memiliki sikap takut jenis ini, karena:
Semua manusia yang berusaha menuju pada harapan yang baik pasti pernah
mengalami malu, seandainya kita malu itu wajar.
Perbuatan yang kita lakukan kita yakini benar akan kebenaran dan kebaikannya.
c. Takut Sakit
Yaitu sikap takut apabila pebuatannya akan menghasilkan atau menimbulkan rasa
sakit. Kita tidak boleh memiliki sikap takut jenis ini, karena:
Semua manusia yang berusaha mencapai prestasi yang diinginkan. Titik puncak
dari rasa sakit adalah kematian : mengapa kita mesti takut sakit karena akibat rasa
sakit yang paling berbahaya adalah mati : semua manusia nanti pasti mengalami
mati (kematian)
d. Takut mati
Yaitu sikap takut apabila akan menghasilkan atau menimbulkan kematian. Kita
tidak boleh memiliki sikap takut jenis ini, karena:
Setiap manusia pasti mengalami suatu kejadian yang disebut “mati”. Hidup ini
hanyalah merupakan suatu titipan (kehendak Tuhan Yang Maha Esa) Oleh karena
itu mati hukumnya Wajib.
Kita hidup tidak meminta, matipun tidak perlu mendaftar. Jangan memikirkan
mengapa harus mati, kapan harus mati dan sebagainya, yang penting berbuatlah hal
yang baik untuk kehidupan ini.
Hidup kita di dunia ini belum tentu bahagia, mengapa mengalami suatu kematian
akan membuat kita mesti takut, tahukah kita bahwa kematian akan membuat diri

12
Persaudaraan Setia Hati Terate

kita lebih bahagia lagi, bukankah banyak orang mati yang kerasan tidak kembali
hidup lagi.
Mereka yang takut mati berarti taqwa dan imannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kurang penuh dan dalam (mendalam)
Demikian juga dalam meghadapi lawan manusia SH Terate mempunyai
pedoman” berani tetapi takut, tidak berani juga tidak takut” artinya: manusia SH
Terate tidak mau menyerang terlebih dahulu tetapi kalau diserang akan membalas.
Jika terpaksa tidak takut mati asal dalam keadaan benar.
Apa sebabnya kalau dipukul kita harus membalas?” yang dipukul adalah tubuh
kita, padahal tubuh dan jiwa raga kita ini adalah titipan Tuhan Yang Maha Esa,
maka kita wajib merawat barang titipan tersebut. Tuhan Yang Maha Esa pasti
tidak rela kalau titipannya dihancurkan. Oleh karena itu manusia SH Terate juga
tidak mau menyerang terlebih dahulu, tidak boleh menghancurkan titipan Tuhan
Yang Maha Esa.
Selain itu keberanian yang dimiliki harus didasarkan pada kebenaran. Berani
karena benar, takut karena salah. Kebenaran adalah suatu sikap manusia yang tidak
melanggar hukum tuhan, hukum Negara dan hukum adat. Kebenaran yang sering
muncul dalam usaha menegakkan kebenaran adalah:
Benarnya sendiri artinya diri pribadi menganggap persoalan itu benar , tetapi
umum mengatakan salah dan tidak meridho’inya (melanggar hukum tuhan), maka
sikap dan persoalannya tetap salah .
Benarnya umum artinya umum menilai bahwa persoalan itu benar, diri pribadi
menilai benar atau salah akan tetapi tuhan tidak meridho’inya maka sikap dan
persoalannya tetap salah.
Sedang kebenaran sejati adalah perbuatan yang tidak melanggar hukum tuhan,
Negara, umum maupun diri sendiri.
4. Masalah kecil, remeh, mengalah
Menghadapi masalah dalam kehdupan, manusia SH diharapkan menunjukkan
kebesaran jiwanya dengan meneliti dan memisahkannya dalam 2 (dua) bagian, yaitu:
1) Berpikir dan Bertindak
2) Mengalahkan dan Membiarkan
Masalah yang bisa kita kategorikan prinsip adalah suatu tindakan negative yang
menuntut tanggung jawab kita untuk berfikir dan bertindak menyelesaikan,
antaralain mengenai Tuhan Yang Maha Esa, Agama, Nusa dan Bangsa, Pancasila,
Persaudaraan Setia Hati Terate dan lain sebagainya.
Untuk menyelesaikan masalah prinsip tersebut diatas kita berani membela titik
darah penghabisan. Sedangkan masalah kecil/remeh dalam suatu tindakan negative
yang tidak menuntut tanggung jawab kita untuk berfikir dan menyelesaikannya.
Kajian pengertian ini:
Kembang kencur ganda sedhep sanding sumur, kudu jujur yen kang sliro pingin
luhur cengkir wungu, wungune ketiban daru, dadi guru kudu sabar momot wengku.

13
Persaudaraan Setia Hati Terate

5. Sederhana
Yang dimaksudkan dengan sederhana adalah perwujudan tingkah laku kita sesuai
dengan keadaan dimana berada, atau kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan, milikilah prinsip bahwa “yang benar adalah yang sederhana”, disini
mengandung makna bahwa kita tidak dibenarkan “mengada-ada” dalam melakukan
sikap memberi pertolongan atau melaksanakan hajad dan sebagainnya.
Ingat pepatah jawa berbunyi:
“OJO SOK GOLEK WAH MUNDAK UWAH”
Kajian pengertian ini :
Yang benar adalah yang sederhana
sing biso rumongso, ojo rumongso biso

14
Persaudaraan Setia Hati Terate

MATERI
SEJARAH PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE
Setia Hati berdiri pada tahun 1903 oleh ki ngabei surodiwiryo. Sebelum ada nama setia
hati(SH) namanya “JOYO GENDOLO CINTO MULYO” pada tahun 1917 beliau (Bp. Harjo
Utomo) mulai nyantrik pada Ki Ngabei Surodiwiryo dan beliau sebagai siswa kinasih dan
sangat disayangi sehingga beliau menjadi seorang SH.

Pada tahun 1992, pada saat melawan belanda, beliau mengumpulkan para pemuda
diajari pencak silat untuk melawan belanda dan pencak silat yang didirikan di beri nama SH
PSC (Setia Hati Pencak Sport Club) dan bertempat di desa Pilang Bangu, kabupaten Madiun.

Pada tahun 1942, pada saat ketahuan belanda, SH PSC dibubarkan dan membentuk
nama baru dengan nama PSC (pemuda silat club). Murid beliau yang pertama adalah Bp. Idris
dari Dandangjati, Loceret, Nganjuk. Kedua Bp. Mudjini dan Ketiga Bp. Djava pana. PSC
menyebar luas sampai ke daerah antaralain : Madiun, Kertosono, Jombang, Ngantang,
Lamongan, Solo dan Yogya. Di beri nama PSC semata- mata untuk mengelabuhi musuh yaitu
belanda sehingga tidak dibubarkan.

Ajaran yang diberikan: “menanamkan jiwa dan semangat patriotism dan keberanian
untuk melawan dan mengusir belanda”.

Pada tahun 1942 saat jepang datang ke Indonesia SH PSC berubah menjadi nama SH
Terate, nama Terate (Bunga Terate) adalah pemberian Ki Ngabei Surodiwiryo dan juga atas
usul inisiatif Bp. Suratno Surengpati warga PSC dan tokoh pergerakan Indonesia Muda, saat itu
SH terate bersifat perguruan tanpa Organisasi.

Pada tahun 1948 atas prakarsa Bp. Sutomo Mangkujoyo, Bp. Darsono dkk, diadakan
konferensi di rumah Almarhum Bp. Hardjo Utomo di desa Pilang Bangu Kodya Madiun
menghasilkan persetujuan dan kesepakatan Perguruan Setia Hati di ubah menjadi
“Persaudaraan Setia Hati Terate” dengan ketuanya Bp. Sutomo Mangkuwidjoyo dan wakil
Bp. Darsono.

Pada Saat itu dan Pada Tahun itu juga beliau, Bp. Hardjo Utomo dapat pengakuan dari
perintah sebagai salah satu seorang pejuang perintis kemerdekaan, karna jasa-jasanya beliau
dengan keberaniannya untuk melawan dan mengusir belanda.

URUTAN – URUTAN PENGURUS (KETUA PUSAT)

Tahun 1903 : Ki Ngabei Surodiwiryo SH


Tahun 1922 : Ki Hardjo Utomo SH PSC (Pencak)
Tahun 1942 : Ki Hardjo Utomo SH PSC (Pemuda)
Tahun 1942 : Ki Hardjo Utomo SH Terate
Tahun 1948 : Bp. Sutomo Mangkujoyo PSHT
Tahun 1950 : Bp. Irsad PSHT
Tahun 1950 – 1974 : Bp. Sutomo Mangkujoyo
Tahun 1974 – 1977 : Bp. RM imam Kusupangat
Tahun 1977 – 1981 : Bp. Badini dengan Ketua Dewan Pusat Bp.RM imam Kusupangat

15
Persaudaraan Setia Hati Terate

Tahun 1985 – 1990 : Bp. Tarmidji Budi Harsono


dengan Ketua Dewan Pusat Bp.RM imam Kusupangat
Tahun 1991 – 1998 : Bp. Tarmadji Budi Harsono
Dengan ketua Dewan Bp. Drs marwoto

Semboyan Orang SH :
“ Tidak senang mencari lawan, tidak suka bermusuhan”
Pribahasa:
“Orang SH tidak suka / tidak menginginkan pedang bermerah darah dan atau istilah lain
musuh jangan dicari kalau ketemu jangan lari”

Maksud dan Tujuan Falsafah PSHT

Sebagai Seorang SH harus berbuat jujur dalam segala hal dan berbicara yang sebenarnya:

1. Suka menolong kepada fakir miskin


2. Selalu berbuat hal-hal yang baik dan tidak
3. Jangan iri terhadap kelebihan orang lain
4. Tidak mudah putus asa
5. Harus bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah

Pedoman

Orang SH itu sifatnya mengalah, tetapi mengalah yang ada batasnya, segala persoalan
hendaknya diselesaikan dengan musyawarah (damai) tetapi apabila dianggap tidak remeh dan
prinsip dihadapi secara jantan:

Orang SH pantang berjiwa pengecut dan licik


“Wani miwiti yo wani mungkasi”
“Oto tanpo rupo yen tumandang amung sedhelo”
Kewajiban orang :
Setia warga yang duduk dalam pengurus maupun pelatih:
1. Menunjuk kepekaan yang tinggi dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial di
masyarakat: kesulitan-kesulitan yang dihadapi baik warga atau siswa baik yang
disebabkan oleh keadaan alam maupun unsur – unsur lainnya dan membantu
mengatasinya dengan jiwa pengabdian yang bertanggung jawab yang disesuaikan
dengan kemampuan.
2. Menerapkan jiwa semangat pelopor, penggerak, penegak, pendidik, serta pengabdi
dalam masyarakat maupun organisasi dan tidak lepas suka hidup bergotong royong
3. Dengan cepat dapat menyerap dan mendekati gejala-gejala yang timbul sebagai cetusan
aspirasi yang hidup, serta bijaksana dalam memberikan penampungan dan penyaluran
secara konstruktif guna meningkatkan partisipasi aktif warga maupun masyarakat.
Dengan suka rela menyerahkan pelimpahan tugas dan tanggung jawab kepada generasi
penerus guna kelangsungan organisasi di masa mendatang dan senantiasa tidak selalu
menunjukkan rasa AKU- nya yang nantinya berakibat fatal dan kehancuran organisasi.

16
Persaudaraan Setia Hati Terate

MATERI
FATWA – FATWA (KATA MUTIARA)

 SEPIRO GEDHENING SANGSARA YEN TINAMPA AMUNG DADI COBA


 JIKA INGIN MENCAPAI YANG TINGGI MULAILAH DARI YANG BAWAH
 OJO RUMONGSO BISA, NANGING SING BISO RUMONGSO
 ORANG SETIA HATI ITU WEDI NING YO WANI, WANI NING YA WEDI (berani
karena benar takut karena salah)
 KENDEL WANI KUDU DUWE PATHOKAN, KUDU EMPAN LAN PAPAN
 GERAK LAHIR LULUH DENGAN GERAK BATIN, GERAK BATIN TERCERMIN
DARI GERAK LAHIR (Motto dari Ki Gedhe Gempol Bali)
kalau di Setia Hati Terate kita mengenal “ MENANG TAN NGASORAKE”
 SEMAKIN TINGGI ILMU SESEORANG SEMAKIN BANYAK PULALAH
TANGGUNG JAWABNYA
 SEMAKIN BODOH ORANG ITU SEDIKIT MASALAHNYA SEMAKIN BANYAK
PENDERITAANNYA
 ORANG SETIA HATI TERATE KALAU BICARA TIDAK BOLAK-BALIK (PLIN
PLAN)
 KITA BERSAUDARA ATAS DASAR PRINSIP
 SOPO SING MENANG SAK WENANG – WENANG BAKAL NGUNDUH
WOHING PAKARTI ORA LESTARI OLEHE SALAH
 WANI URIP KUDU WANI KANGELAN (KITA HIDUP TIDAK
MENGGANTUNGKAN ORANG LAIN)
 ELING – ELING URIP ORA NJALUK, MATI ORA DAFTAR
 TUHAN TIDAK AKAN MERUBAH NASIB SESEORANG SELAMA ORANG ITU
TIDAK MAU MEMAAFKAN KESALAHAN ORANG LAIN
 WONG SING SENGSORO URIPE MERGO LALI DALANE BEN ORA OJOLALI
DALANE KUDU NGAJENI MARANG LELUHURE (Ojo lali karo wong tuwane
dhewe ben ora sengsara uripe)
 MATI HUKUMNYA WAJIB ASAL MATI KARENA KEHENDAKNYA
 ALUWUNG TAK ENTHENGKE PATIKU TINIMBANG AKU KALAH AMARGA
BUNGAH, SUSAH, KENDEL, JEREH, IKU DUWEKE MANUNGSO, NANGING,
PATI, URIP, JODO, REJEKI, KUI DUWEKE GUSTI ALLAH
 OJO DUMEH
 MUSUH JANGAN DICARI BILA ADA JANGAN LARI
 SURO DIRO JOYONINGRAT LEBUR DENING pangastuti
 SOPO SUCI ADOH BEBOYO PATI
 SOIPO KEAKEHAN MILIK BAKAL KALIREN WEKASANE
 MENGALAHKAN ORANG ITU BUKAN HANYA PENCAK SILATNYA SAJA
TAPI “MENANG TAN NGASORAKE” ITULAH INTI DARI SETIA HATI TERATE

17
Persaudaraan Setia Hati Terate

MATERI
ARTI BUKAAN

1. Berdiri Tegak melambangkan Huruf Alif (1) artinya:


Tetap bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Mengakui bahwa tuhan satu
(Esa) sebelum melakukan tugas/ kewajiban (sambung dll) kita mohon kepada tuhan
untuk keselamatan dan keberhasilan.
2. Kedua telapak tangan bertemu, jari bertemu ibu jari merapat mengarah ke atas dan ibu
jari di jantung hati, diteruskan kepala menunduk seterusnya, Artinya:
Kita menghormati manusia secara wajar tidak berlebihan.
3. 2 jari tengah di acungkan, artinya:
Bahwa kehadiran kita di dunia ini melalui perantaran bapak dan ibu. Dan kita
memohon bapak dan ibu sebelum melaksanakan kewajiban (mohon do’a restu). Dunia
dan isinya ada dua.
4. Kaki kanan di bbuka ke samping kanan secukupnya, jari telunjuk dan jari tengah
menunjuk ke atas, menyentuh tanah dengan posisi jonghkok dengan menumpu kaki
kanan, artinya:
Kita menyadari bahwa kita hidup dengan kekuatan ibu pertiwi (semua makanan
dan minuman yang kita makan berasal dari tanah/ ibu pertiwi)
5. Posisi kaki tetap jongkok, kedua jari di acungkan ke atas, artinya :
Kita menyadari bahwa kita hidup dengan kekuatan bopo angkasa (udara yang
kita hidup sewaktu bernafas )
6. Kedua jari dibawa ke pelipis kanan, artinya:
Kita percaya pada kemampuan dan kekuatan diri kita sendiri.
7. Mengepal tangan kanan dan di tarik kedepan. Artinya :
Semua masalah bisa kita selesaikan sebaik mungkin:
8. Posisi kaki diubah jongkok ke samping kiri di ikuti siku tangan kiri melakukan
tangkisan, artinya:
Menangkis semua masalah yang ada.
9. Diteruskan dengan gerakan no 3 sampai no. 7 dengan tangan kiri.
10. Berdiri tegak kembali

18
Persaudaraan Setia Hati Terate

MATERI : ILMU SH
ILMU SETIA HATI

Ilmu Setia Hati adalah ilmu untuk mengenal diri sendiri dengan sebaik – baiknya.

SETIA HATI
Hakekat daripada HATI adalah segumpal daging berbentuk sebuah sanubari (berbentuk
daun waru) maka orang mengatakannya Hati Sanubari.

HATI NURANI
Hati adalah pelita hidup manusia, hatilah yang memberi sinar kebenaran bagi setiap
insan. Karena itu hati pasti benar. Hati adalah suci karena itu Setia Hati adalah Setia kepada
kebenaran. Disinilah cara untuk mengenal diri sendiri dengan sebaik – baiknya.
“ kenalilah hatimu kemudian akan kenal diri sendiri, selanjutnya akan kenal TUHAN
YANG MAHA ESA/ PENCIPTANYA”
Kalau sudah menghayati ketiga tiga kata tersebut di atas baru orang itu disebut
“manusia berbudi luhur tahu benar dan salah”
Sebenarnya orang Setia Hati adalah orang yang tahu norma – norma sebagai Tuhan
Yang Maha Esa
Jiwa dan Watak Seorang Setia Hati Terate:
1. Berbudi luhur
2. Berani tidak takut mati
3. Soal kecil mengalah, soal besar (prinsip) baru bertindak
4. Sederhana
5. Suka memayu hayuning bawono
Sifat orang Setai Hati Terate (asli/ tulen)
1. Ora kagetan
2. Ora gumunan
3. Yakin
4. Wani ngelakoni
Warga Tingkat I yang baik :
1. Tidak melanggar sumpah
2. Tidak melanggar pepacuh
3. Mantep (yakin)
4. Kendel (wani/berani/tanggung jawab)
5. Ora margo tinggal (ora pamer kabisan)
Kewajiban Warga Setia Hati Terate terhadap sesama warga Setia Hati Terate
1. Ngawaki
2. Ngemong
3. Nyontoni
4. Meneng

FALSAFAH SETIA HATI TERATE


Adalah manusia dapat dihancurkan, tetapi manusia tidak dapat dikalahkan selama ia masih setia
pada dirinya (masih bersetia hati)
PERCAYA PADA DIRI SENDIRI
Maksudnya adalah:
1. Jujur
2. Amal
3. Tak perlu takut pada lawan
4. Tak boleh iri pada kepandaian orang lain
5. Tidak boleh putus asa

Pepatah orang Setia Hati Terate :

19
Persaudaraan Setia Hati Terate

“ orang Setia Hati Tidak boleh menyerang dahulu, sebab orang yang tidak menyerang
dahulu itu kebanyakan selamatnya”
Ageng Suro Diwiryo ngediko
“ Wong sing gelem nyerang dhisik iku akeh cilakane tinimbang selamete”
Sebab – sebab kita menyerang dahulu :
Orang yang menyerang dahulu biladibaca dalam hatinya pasti berkata orang itu pasti akan saya
hancurkan, sedangkan kepercayaan kepada Allah, orang yang dihancurkan itu kepunyaan Allah,
maka Allah tidak akan menginjinkan miliknya akan dirusak, maka orang yang tidak menyerang
dahulu itu banyak selamat daripada celakanya

Keno diumpamaake barang mau arep dirusak wong, barang sing arep dirusak iku ora
nesu nanging sing nesu sing duwe barang. Mulo sing gawe urip iku ngutus aku yen awakku
arep dirusak wong kudu mbok jogo sing waton ojo dhisiki.

Bukti adanya persaudaraan:


1. Adannya Sambung
2. Saling mong tinemong
3. Saing tolong menolong
4.
Cara memelihara Persaudaraan:
Janganlah memutuskan Persaudaraan begiitu saja hanya karena kesalahan sepele. Orang
yang baik kalau soal kecil dia akan mengalah, tetapi kalau soal yang besar dia akan bersedia
mengorbankan dirinya sampai titik darah penghabisan (soal yang besar tidak dapat ditebus
dengan apa – apa )
Orang yang dekat disenangi tuhan adalah orang yang di senangi pula oleh masyarakat semakin
tinggi tingkatannya maka semakin banyak pula menanggung cacatnya, makin banyak pula
pahalanya dan makin dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Ciri – ciri orang Setia Hati Terate dan Kewajibannya:


1. Ora nggumunan
2. Bijaksana (tidak boleh berat sebelah)
3. Ora Da’wen
4. Melatih (ikut membiming, ikut mengajar)
5. Memberi contoh di dalam masyarakat, olo tanpo rupo yen tumandang amung sedhelo

Syarat –syarat ketika di dalam Setia Hati Terate:


1. Saling pengertian
2. Saling mencintai (cinta lahir batin)
3. Saling tanggung jawab

Hal – hal yang perlu diketahui :


1. Orang SH Terate tidak boleh mempunyai pikiran untuk mengalahkan orang lain dan
juga tidak usah khawatir dikalahkan orang lain.
2. Orang SH Terate itu sambungnya : “TEGO LARANE ORA TEGO PATINE”
3. Orang SH Terate tidak boleh kesepian.
4. Orang SH Terate tidak mengenal jalan buntu dalam menghadapi segala sesuatu hal
yang sulit, kesulitan memang berat tetapi anggap sebagai kebiasaan.
5. Suatu jalan untuk mempererat persaudaraan dalam SH Terate ialah dengan jalan
tingkatan dasar (pencak silat)
6. Orang SH Terate tidak boleh lekas marah, segala sesuatunya harus dipikirkan masak –
masak
7. Sekali boleh diam tetapi bila ada kesukaran yang sulit, harus menjadi pelopornya.
8. Semua berita dan laporan sebaiknya di dengar terlebih dahulu, tetapi belum tentu
dimasukkan dalam hati.
9. Seseorang dapat berbuat dosa tanpa melakukan sesuatu.
20
Persaudaraan Setia Hati Terate

10. Wong kuwi yen diwaneni patine ketemu uripe yen sing di waneni kesenengane ketemu
cilakane
11. Pada umumnya orang takut itu ada 4 (Empat) macam:
 Takut malu
 Takut salah
 Takut sakit
 Takut mati

21
Persaudaraan Setia Hati Terate

MATERI : PERNAFASAN

Pernafasan dibagi menjadi 2 :


1. Dengan Ngrogoh Sukmo
2. Dengan Bersemadi
Larangan pernafasan :
1. Terbit dan tenggelamnya matahari (menjelang subuh dan magrib)
2. Letak matahari tepat diubun – ubun kita
3. Berembun atau hujan
4. Dalam keadaan ramai
5. Waktu dalam keadaan kondisi badan sakit
Waktu pernafasan yang baik (tepat):
1. Waktu tengah malam antara jam 01.00 - 04.00 WIB
2. Jam 15.00 – 17.00
3. Sebaliknya dari laterangan
Tujuan dari pernafasan :
1. Untuk kesegaran tubuh
2. Untuk menghilangkan rasa lelah
3. Agar awet muda
4. Berwibawa
Sebagai dasar waktu kita melaksanakan gerakan yang sangat diperlukan. Apabila kita ingin
melakukan pernafasan bersemedi ataupun ngerogoh sukmo sebagai dasar pernafasan untuk
melatih konsentrasi dengan cara menarik nafas keluar masuk selama 7 (tujuh) kali hitungan.
Cara memohon kepada Allah Swt, yaitu : bersemadi tanpa alas, atap dengan menghadap:
 Utara : minta ilmu
 Timur : minta wibawa
 Selatan : minta harta / rejeki
 Barat : minta pangkat

22
Persaudaraan Setia Hati Terate

MATERI : MASALAH MORI

Didalam penggunaannya ilmu –ilmu Setia Hati Terate, kita berpedoman tidak akan
menyalahi hukum – hukum ketentuan Tuhan Yang Maha Esa. Hukum kehidupan yaitu bahwa
kita tidak akan merusak benda – benda atau barang – barang yang dibutuhkan oleh manusia
atau lingkungan. Hukum –hukum Tuhan Yang Maha Esa yaitu bahwa kita tidak boleh
menyekutukan Tuhan dan mampu menghindari godaan –godaan dari iblis atau setan.
Contoh hukum kehidupan :
Jelas di dalam kita memberikan pelajaran pencak silat Setia Hati Terate tidak
mengajarkan pelajaran untuk memecahkan bata, genteng, beton bis, yang kesemuanya itu
dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Seandainya. Itu diberikan sebagai pelajaran siswa Setia
Hati Terate tiap tingkatan harus memecahkan bata genteng 10, mulai dari tingkat polos, jambon,
hijau, putih sampai tingkat I sudah 50 genteng. Kalau seluruh Indonesia berjumlah 500.000
saja, kira – kira berapa rumah yang rumahnya tidak bergenteng harus kita robohkan karena
gentengnya kita gunakan untuk latihan dan ini jelas menghambat pembangunan. Sedangkan
warga Persaudaraan Setia Hati Terate cinta pada lingkungan / pembangunan karena Negara
tanpa pembangunan adalah Negara yang menunggu kehancuran. Sedangkan kenyataannya
orang dipukul jatuh adalah karena kerasnya pukulan tetapi yang dipukul jatuh itu tidak tahu
sebelumnya. Kalau dia tahu sebelumnya maka yang di pukul tidak akan jatuh.
Contoh lain :
Orang pada siang hari memanjat tumbuhan setinggi 3 meter pada nyatanya kemudian
dia melompat kebawah, kaki dia tidak akan patah karna tahu jaraknya, tetapi pada malam hari
dia berjalan dilantai yang disangka rata, tahu – tahu ada lubang dalamnya 0,25 meter saja,
kemudian kakinya patah. Karena dia tidak tahu sebelumnya, untuk itulah pertunjukkan
memecah bata, bis beton dan genteng dan lain – lain bukan merupakan syarat bahwa dia
menang di dalam pertandingan atau perkelahian. Maka dari itu Persaudaraan Setia Hati Terate
tidak mengajarkan pelajaran memecah genteng, bata, beton yang ada gunanya, karena akan
menimbulkan dampak yang negatif dari pada positifnya (menghambat pembangunan, mendidik
suka pamer dan semuanya itu menyalahi ilmu Persaudaraan Setia Hati Terate).
Contoh Hukum : hukum Tuhan Yang Maha Esa
Tuhan yang menghendaki manusia hidup yang wajar seperti kehendaknya kalau sulit
manusia kena jarum sakit artinya Tuhan menghendaki hidup yang hati – hati dan tuhan tidak
menghendaki, kena pisau tidak mempan ini adalah menyelahi kehendak tuhan. Karena orang
yang mempunyai ilmu dibacok tidak mempan dia menjadi sombong, takabur, ceroboh, tidak
hati – hati cenderung untuk bertindak sekehendaknya sendiri dan akhirnya orang tersebut
matinya juga dibacokin orang (sejarah telah mencatat tersebut)

23
Persaudaraan Setia Hati Terate

PENGERTIAN MORI
Mori adalah suatu tanda bagi warga Persaudaraan Setia Hati Terate yang mempunyai
bahwa dia telah disyahkan sebagai warga Persaudaraan Setia Hati Terate yang syah. Mori ini
wujudnya putih melambangkan tujuan dari pemiliknya yang untuk dapat hidup yang baik tidak
mempunyai sifat tercela. Karena pada umumnya orang yang mati itu dibungkus mori ini punya
maksud bahwa pasrahnya Setia Hati Terate pada Tuhan Yang Maha Esa. Artinya sewaktu –
waktu, dimanapun kalau tuhan Tuhan Yang Maha Esa memanggilnya kita telah siap dan setiap
kita melihat mori akan selalu ingat bahwa kita berjanji untuk hidup dijalannya Tuhan dan
menjadi manusia yang berbudi luhur tahu benar dan salah. Karena Tuhan itu Maha Pemurah
dan Maha Pengasih maka kita yakin bahwa mori tersebut akan dirahmati tuhan.
Tuhan menolong manusia selalu pakai sarana
Contohnya :
Tuhan ingin membuat dunia ini tentram sesungguhnya dengan sabdanya dunia ini akan
tentram karena sabdanya Tuhan itu kuasa tetapi Tuhan/ Allah tidak mau berbuat begitu saja atau
sewenang – wenangnya maka untuk menentramkan dunia diturunkannya Nabi/ Rosul. Juga
ketika jamannya nabi Musa, mohon kepada tuhan supaya dia menang, kalau dia menang dengan
ahli sihir mesir sesungguhnya kalau mau dengan sabda –Nya saja Musa sebagai sarananya bila
Musa berhadapan dengan ahli sihir Mesir tersebut. Tetapi Tuhan tidak mau berbuat begitu saja
maka diturunkanlah tongkat kepada Musa sebagai sarananya bila musa berhadapan dengan ahli
sihir Mesir supaya tongkat tersebut digunakan. Demikian juga pada nabi Muhammad SAW
akan mengerti dengan isi ayat – ayat suci Al – Quran. Namun Tuhan tidak mau berbuat begitu.
Jadi disini jelas bahwa pertolongan tuhan/ Allah memakai sarana. Di dalam bahasa jawa disebut
“ ILMU IKU TINEMUNE SARANA LAKU” demikian juga kita kembali kepada Makna MORI
Persaudaraan Setia Hati Terate.

MAKNA MORI PADA PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE


Bahwa mori tersebut digunakan kecuali sebagai tanda pasrah kita terhadap Tuhan Yang
Maha Esa sebagai ikhlas juga bisa dipergunakan apabila kita menghadapi hal-hal yang tak
wajar. Misalnya kita sakit setelah minum obat berkali- kali tidak sembuh, juga dari rumah sakit
maka kita mengerti bahwa sakit tersebut memang dari dua kejadian yaitu :
1. Sakit karena sakit (biasa)
2. Sakit dari perbuatan orang lain (black magic) seperti tenung santet, jengges, sarat dan
lain sebagainya
Kalau kita sakit dengan obat biasa tidak sembuh maka mori tersebut bisa kita
pergunakan

24
Persaudaraan Setia Hati Terate

Caranya:
Kita tidur, mori tersebut kita pakai kemul, mulai dari ujung kepala (ubun – ubun ) kita tutup
dengan mori tersebut, sambil kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT maha
pemurah maka dengan sarana mori tersebut rahmat tuhan/ Allah SWT diturunkan ke jiwa raga
kami. Kalau kita telah berdo’a berulang kali dengan berselimutkan mori , hati kita telah merasa
tentram dan senang maka acara menyelimuti diri dengan mori tersebut kita sudahi, kalau
memang sakit bisa dibuat orang lain maka do’a rahmat Tuhan Yang Maha Esa dengan sarana
kita memakai mori tersebut maka black magic akan hilang dan kembali kepada si pembuat si
black magic, mori tersebut tidak akan hanya dipakai diri sendiri, juga bisa dipakai oleh suami/
istri dan anak
Jadi mori itu mempunyai kekuatan gaib dari rakhmat Tuhan Yang Maha Esa/ Allah
SWT. Untuk menyimpan mori mohon disimpan ditempat yang suci dan bersih tidak dicampur
dengan barang lain yang kurang bersih, umpamanya celana dalam, kaos, sarung, dan celana
dalam wanita.
Untuk mencuci hanya diperbolehkan dicuci dimalam hari dibulan SURO mencucinya
dengan sabun biasa. Setelah dicuci bersih maka diulang dicuci dengan air kembang setaman.
Yang dimaksud dengan KEMBANG SETAMAN adalah semua bunga yang ada di
taman yang berbau harum.
Setelah dicuci dengan kembang setaman lalu dijemur didalam rumah dan tidak boleh
kena sinar matahari sampai kering, setelah kering disimpan lagi disimpan lagi di tempat yang
bersih dan terhormat.
Yang dimaksud MORI PUTIH ialah semua kain yang berwarna putih, tidak jadi soal
bahannya dari tetron, bludru dan sutra, yang penting adalah kain yang berwarna putih.

MENGGUNAKAN MORI :
1. Bila sakit dibuat selimut
2. Bila pikiran panas/ susah dibuat bantal
3. Bila pergi jauh dibuat sabuk
Caranya :
Meminta kepada tuhan, apa yang kita lantaran Mori/ lewat mori
Berdoalah engkau setelah sadar dari mimpi tidur mu,
Bila itu suatu kebaikan bersyukurlah,
Dan apabila ini ilham kesengsaraan,
Berdoalah jangan sampai terjadi.

Berdoa dan mengabdi adalah suatu sumber keberhasilan


Berdoa yang diterima yang kuasa adalah yang pasrah, ikhlas, jujur
25
Persaudaraan Setia Hati Terate

PANYUWUN NEMBUNG MORI :


Bismillah …..
Nini among kaki among, kakang kawah adhi ari- ari
Sedulurku anom lan tua papat kiblat lima pancer
Sing ngamong jiwa raga ku rino lan wengi,
Sing ngemban ono moriku, rino lan wengi rewangono anggonku …………..

Sebelum MENCUCI MORI :

Duh gusti kulo nyuwun pangayomen,


Bapa, ibu kulo nyuwun tambahing pangestu,
Duh kakang kawah adhi ari – ari, sedulur papat kiblat lima pancer
Nini among kaki among
Getih puser kandang ingusan lan sedulurku sing karukmatan lan sing
Karukmatan uga sedulurku kabeh rumeksanen jiwo rogoku,
Aku mung arep ngelakoni ………………, supoyo moriku tambah kawibawane ………..,
Pernapasan 3x
Niat ingsun ngumbah mori dadi sisi ing alam ning jiwo rogoku supoyo awakku kali sing
sambi kolo kebal soko beboyo
NGUMBAH

Duh gusti murbahing jagad,


Panjenegan ngapunten dosa leluhur dalem ingkang sampun kondur
ing jaman kelanggengan,
panjenengan paringono panggenan dumateng kasuargan,
sageto kempal kaliyan manunggaling kawuto gusti lan dumateng dalem,
duh gusti paringono kakiyatan gesang kulo kaliso ing sambi kolo,
menopo ingkang kawulo pikanjengan sageto kinabulno

ANGEDUSI PUSAKA MORI IRO


Niat ingsun angedusi mori aji ing sasi suro meniko supados tambah
Kakiyatanipun, sageda nambah ……… dalem utawi kulo kiblat papat limo pancer
Nini among kaki among,
Sedulurku sing karukmatan lan sing ora karukmatan aku njaluk tulung ewang – ewangono
tirakatan, melek sewengi supoyo dedungaku dedeyo

26
Persaudaraan Setia Hati Terate

TUNTUNAN KE I

ISI:

1. APAKAH SH TERATE ITU, BAGAIMANAKAH HAKEKATNYA?


2. BAGAIMANAKAH PERWUJUDAN/ MANIFESTASINYA?
3. APAKAH KEGUNAAN SH TERATE BAGI:
a. INSAN SH TERATE SECARA INDIVIDU/ SESEORANG
b. INSAN SH TERATE DALAM IKATAN ORGANISASI PERSAUDARAAN
SETIA HATI TERATE
c. KEPERLUAN KEMANUSIAAN

1. Apakah SH Terate itu, Bagaimanakah hakekatnya?


a. Kata SH adalah singkatan dari “SETIA HATI”. Setia hati mengandung arti dan
makna : DIRI SETIA KEPADA HATI SANUBARI.
Sedangkan yang disebut Hati sanubari fungsinya selalu menghadap kiblat kepada
Tuhan Yang Maha Esa, sumber dari segala hidup dan kehidupan. (satu niat, satu
tindakan jer utusaning batin)
b. Ucapan secara ringkas
(1) yang dimaksud dengan “DIRI” ialah totalitas atau keseluruhan utuh bulat dari
badan wadag atau jasad dengan segala alat kelengkapannya, seperti panca
indra, akal pikiran, kehendak keinginan, hawa nafsu dan lain sebagainya.
Badan wadag atau jasad dengan alat kelengkapannya itu kait- mengait, isi
mengisi, serap menyerap satu sama lain, mewujudkan suatu sifat dan/
perbuatan secara utuh.
(2) Adapun HATI SANUBARI ialah KALBU, SUKMA, ROSING ROSO, ROSO
JATI, HATI NURANI, atau PRIBADI
(3) Kata “SETIA” mengandung arti tidak mau dipisahkan betapapun situasi dan
kondisinya. Ikhlas berkorban demi kesetiaannya menurut kehendak yang
dilimpahi kesetiaan secara mutlak. Kesetiaan itu pada dasarnya berlandaskan
“Cinta kasih” dan “Kasih Sayang” yang mendalam.
(4) Diri Setia kepada Hati Nurani disini berarti Diri yang sudah bersatu
manunggal dengan Hati Sanubari berkiblat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
c. Hakekatnya
(1) Yang disebut “DIRI” itu sesungguhnya “Apa” dari manusianya, jadi
merupakan “Obyek” belaka, bukan “Subyek”. Dengan kata lain DIRI yang
digunakan, bukan yang menggunakan, yang digerakkan, bukan yang
menggerakkan, yang “Diwasesa”, bukan yang “Misesa”. Bandingkan “Apa” –
nya yang melihat “Siapa” yang melihat. Dengan demikian “DIRI” berfungsi
hanya sebagai “pra – sarana”.
(2) Adapun yang disebut “Hati sanubari”, Pribadi, Rosing Roso, merupakan
“Siapa” atau “Subyek” dari manusianya. Dengan demikian Hati Sanubari atau
pribadi adalah “ yang menggunakan, yang menggerakkan, yang mengku, yang
misesa, DIRI”. Akan merupakan masalah besar jikalau yang sesungguhnya
“Obyek” dianggap sebagai atau diperlakukan sebagai “subyek”, dan
sebaliknya yang sesungguhnya”Subyek” diperlakukan dan dianggap sebagai
“Obyek”. Diibaratkan: Sebuah pensil membuat tulisan. Sesungguhnya
“Pensil” itu hanya benda/ alat sarana yang digerakkan untuk membuat tulisan.

27
Persaudaraan Setia Hati Terate

Pensil baru dapat bergerak dan menulis kalau digerakkan atau dituliskan.
Pensil tidak akan dapat bergerak dan menulis sendiri tanpa adanya yang
menuliskan. Tulisanpun sesungguhnyapun bukan kepunyaan pensil, akan
tetapi kepunyaan yang menulis. Tidaklah merupakan kesalahan besar, jikalau
“Pensil” itu menyatakan “Saya menulis sendiri dan ini tulisanku”. Hati
Sanubari itu berisikan roso pangroso yang halus dan mendalam dan berfungsi
sebagai SARANA TUHAN untuk menyatakan diri dalam wadah atau
sasmitanya. Oleh karena Hati Sanubari dapat dikatakan berfungsi sebagai
Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk ke Tuhan dan dari Tuhan,
jikalau diri sudah bersatu manunggal atau bersawiji dengan pribadi dan diri
berbuat berbuat menurut dan selalu dengan Hati Sanubari, maka manusia
yang memiliki diri itu adalah “Pelaku Bulat” tulisan dan dapat disebut
manusia utuh bulat, manusia paripurna. Inilah tujuan Persaudaraan Setia Hati
Terate, membimbing para kandang menjadi insan SH sejati yang selalu hidup
dengan tuhan dan didalam tuhan. Kata dan perbuatan manusia tiada terlepas
dari suara hati nuraninya. Sudahkah kandang – kandang SH merasa menjadi
insan/ manusia SH sejati (?)
2. Bagaimanakah perwujudan/ manifestasinya?
a. Perwujudan/ manifestasi Setia Hati yang kami lihat dan kami ketahui pada
umumnya masih terbatas pada perwujudan dalam bentuk “Pencak Silat”. Jadi
masih terbatas pada “Sinar” belum pada mataharinya. Terbatas pada “diri”
belum sampai pada “Pribadinya”. Dengan kata lain belum sampai pada hakekat
dari pada Setia Hati
b. Pencak Silat SH dalam fungsinya untuk mempertahankan dan membela diri
adalah salah satu sarana memperoleh keselamatan, keamanan, dan ketentraman
hidup. Yang dimaksud dengan “keselamatan, keamanan, dan ketentraman”
disini harus diartikan keselamatan, keamanan, dan ketentraman lahir batin
menuju pada kesejahteraan, hidup lahir batin.
c. Keselamatan yang beraspek lahir diusahakan dengan melatih dan mengolah
diri, sedangkan keamanan dan ketentraman yang beraspek “Batin” perlu
diusahakan dengan melatih “Pribadi”. Pencak silat SH sesungguhnya tidak bisa
dan tidak boleh dipisahkan dari “jiwa pribadi” SH seperti halnya dengan
matahari itu sendiri atau sebaliknya “matahari” dari “sinarnya”. Begitu pula
rasa “manis” dari “madu” atau sebaliknya “madu” dari rasa “manis” nya.
Kedua-duanya mewujudkan “dwi tunggal”. dua eksistensi yang menyatu
manunggal mewujudkan satu keutuhan bulat, satu totalitas.
d. Oleh karenanya tidak tepat dan lengkaplah mempelajari PENCAK SILAT SH
TERATE, tanpa memperdalam Jiwa Pribadi SH TERATE, atau sebaliknya
memperdalam Jiwa Pribadi SH tanpa memahami Pencak Silat SH.
3. Apakah kegunaan SH Terate bagi:
a. bagi kandang – kandang SH sendiri sebagai seseorang atau individu
(1) perjalanan hidup seseorang pada umumnya selalu terombang – ambing
oleh pasang surut gelombang kehidupan, entah itu diakui sebagai “cobaan”
ataukah sebagai “Ujian” hidup. Gelombang itu biasa diakui menjadi
“kawan” atau “lawan”. Ini tergantung pada sikap kekuatan, keseimbangan
dan keselarasan “Diri Pribadi” menghadapi gelombang yang merupakan
tantangan hidup itu. Jika gelombang atau ujian hidup itu membawa suka,
diakuinya sebagai kawan, sebaliknya jika menimbulkan duka atau kecewa
28
Persaudaraan Setia Hati Terate

dianggap sebagai lawan . padahal kesemuanya proses itu tidak terlepas dan
berada dalam TATA WISESA TUHAN sesuai dengan KODRAT
(KUASA) dan IRADAT (KARSA) TUHAN. Oleh karena itu, barang siapa
selalu dalam Hukum Tuhan, menyelaraskan tiap kehendak dan
perbuatannya dengan Kodrat dan Iradat Illahi, niscaya dia akan “aman
Tentram selamat sejahtera” lahir batin.
(2) Dalam hubungan ini Setia Hati membantu membimbing kadang – kadang
mencapai tujuan tersebut dengan mengusahakan latihan- latihan untuk
dapat menguasai kekuatan jasmaniah dan kekuatan rohaniah dengan
latihan – latihan olah raga dan olah jiwa SH berkeyakinan, bahwa gerak-
mobah- molah insan bertujuan :
1) Mempertahankan Diri
2) Mencapaikan kesejahteraan dan kebahagiaan ( lahir batin )
3) Kembali kepada sumber (sesempurna- sempurnanya)
(3) Dalam pada itu perlu diinsafi pula, bahwa apa yang disebut “Tantangan
Hidup” itu bersifat lahiriah. Jadi kasat mata atau bersifat batiniah yang
tidak kasatmata. Tantangan hidup yang kasatmata mungkin berupa
penyakit atau berwujud “Oknum” yang ingin menyerang atau
mencelakakan kita, baik secara langsung atau tidak langsung dengan
menggunakan yang disebut kekuatan hitam (Black magic). Tantangan
hidup yang tidak kasatmata biasanya berupa kehendak keinginan atau
pikiran- pikiran dan gagasan- gagasan yang diprakarsai oleh hawa
nafsunya sendiri. Betapapun bentuk dan wujud dari pada “Tantangan –
tantangan” itu, kita tidak perlu cemas, asalkan kita sendiri memiliki dan
menguasai kekuatan jasmaniah dan rohaniah yang sepadan/ melebihi.
(4) Oleh karena itu setiap insan SH diwajibkan memahami pencak silat SH
dan menguasai kerohanian SH dengan melakukan latihan – latihan secara
teratur, terarah dan tekun. Tiap latihan harus dikerjakan dengan teliti atau
sampai tutug. Jiwa pribadi sebagai subyek atau yang mengku dan misesa
perlu selalu disiap – siagakan menghadapi segala kemungkinan rintangan
atau tantangan yang tidak kasat mata, sedang diri yang melingkupi jasad
dan alat – alat kelengkapannya perlu dilatih pula, agar mampu menguasai
daya kekuatan dan memiliki kemampuan serta keterampilan menghadapi
segala kemungkinan tantangan yang kasat mata. Dengan jalan menghayati
ajaran – ajaran, diharapkan setiap insan SH akan berhasil mencapai
suasana aman, tentram, sentosa, selamat, sejahtera lahir batin.
b. Kegunaan SH bagi para kandang dalam ikatan organisasi
(1) insan – insan SH yang merasa mempunyai ikatan tali Persaudaraan Setia
Hati dalam arti setia kepada Hati Sanubari, berjiwa pribadi SH serta
berpencak Silat SH sudah selayaknya merupakan satu rumpun “Rumpun
SH”.
(2) Setia Hati harus dapat dirasakan sebagai “Suh/Simpai” atau suatu alat
pengikat untuk menghimpun dan membentuk organisasi yang baik dan
teratur, agar bisa menunjukkan partisipasinya sebagai potensi yang tidak
boleh diabaikan begitu saja dalam pembangunan, khususnya dibidang
mental dan spiritual. Ikatan batin dengan jiwa pribadi SH ikatan lahir
pencak silat SH dalam suatu organisasi atau wadah yang baik dan teratur
sebagai sarana, dimana para kandang dapat berselih asah, bersilih asuh,
29
Persaudaraan Setia Hati Terate

bersilih asih (masing – masing dapat saling mempercerdas mengasuh


hingga timbul rasa cinta kasih dan kasih sayang satu sama lain).
c. Kegunaan SH bagi kemanusiaan
(1) Persaudaraan Setia Hati bermaksud memberikan bimbingan kepada
kandang – kandang SH kearah diri Setia kepada Hati Sanubari. Jika diri
Sungguh – sungguh setia kepada hati dan sanubari, maka diri tidak mau
lepas atau terpisah dari hati sanubari. Ini berarti bahwa “ Diri dengan
Pribadi” sudah menjadi satu manunggal, lengkap melengkapi dan serap
menyerap. Manusianya sungguh- sungguh mewujudkan suatu totalitas,
suatu keutuhan bulat. Manusianya sungguh – sungguh dapat disebut
“Pelaku Bulat” dari subyek Mutlak, Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran –
ajaran SH itu sesungguhnya beraspel: “Universal” untuk seluruh umat
manusia, tidak semata- mata hanya dikhususkan bagi kandang- kandang
SH saja.
(2) Kembali kepada “Hati Sanubari” atau “pribadi”, tidak dapat disangkal
bahwa landasan untuk beriman dan memantapkan iman kepada Tuhan dari
Hati dan sanubari masing- masing. Hati sanubarilah yang mewujudkan
gerak- mobah – molah perbuatan atau pakarti adil, jujur, benar, tepo selero,
dan membawa seseorang ke roso pangroso yang halus mendalam.
Sesungguhnya rasa inilah yang disebut rasa ketuhanan atau yang adil dan
beradab serta berbudi pekerti luhur. Tiada budi pekerti tanpa melandaskan
diri pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam pada itu langkah Ketuhanan
Yang Maha Esa. Tumbuh berkembangnya dihati sanubari.
(3) Oleh karena itu tidak berlebihan kiranya, jikalau yang disebut hati sanubari
atau pribadi itu dianggap berfungsi seolah – olah sebagai Duta Besar Luar
Biasa Berkuasa Penuh untuk sampai ke Tuhan dan dari Tuhan, disamping
fungsinya sebagai sarana Tuhan untuk menyatakan diri dalam wahyu-nya.
Dengan diri setia kepada hati sanubari. Maka diri menjadi satu manunggal
dangan pribadi. Diri dengan pribadi sudah lingkup melingkupi, serap
menyerap, dengan begitu diri sudah tidak menjadi tirai atau aling – aling
lagi antara pribadi dengan tuhan penciptanya. Dalam hubungan ini diri
bahkan dapat menjadi tombol/ sakral antara “Pribadi” dengan “Gusti”.
Ular- ular seperti tersebut di atas bisakah kiranya digunakan sebagai salah
satu unsur landsan dalam tata kehidupan ber-Pancasila demi memantapkan
suksesnya “PEMBANGUNAN BANGSA DAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA”. Dengan senang sesanti:
“Sepiro Gedine Sangsoro Yen Tinompo Among Dadi Coba”.

30
Persaudaraan Setia Hati Terate

TUNTUNAN KE II

ISI :

1. SAPTA – WASITA – TAMA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP SETIA HATI


TERATE
2. LANDASAN & TUJUAN TATA KEHIDUPAN SETIA HATI TERATE
3. YANG DISEBUT “AS” DALAM AJARAN SETIA HATI TERATE
4. MANUSIA SEBAGAI MAHKLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL
5. PENGHAYATAN

1. SAPTA – WASITA – TAMA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP SETIA HATI


a. Tiada maksud megurangi hak azasi masing – masing mengarah sesuatu ajaran atau
sesuatu keyakinan/ kepercayaan demi kehidupan kerohaniannya, Setia Hati
mangajarkan 7 (tujuh) dalil, disebut Sapta Wasita Tama yang berbunyi sebagai
berikut :

1) Tuhan menitahkan/ menciptakan alam seisinya hanya dengan sabda. Sebelum


di sabda (Dumadi), alam seisinya ada pada Yang Menyabda.
2) Setelah alam dan isinya ada (di sabda), tuhan menyertai sabda –nya.
3) Barang siapa meninggikan “AS” tergilaslah ia oleh sekelilingnya (omgeving,
lingkungan)
4) Barang siapa yang meninggalkan keseimbangan tergelincirlah ia
5) Barang siapa melupakan/ meninggalkan permulaan ia tak akan dapat
mengakhirinya
6) Barang siapa mengaku hasil karya menjadi miliknya, terbelenggulah ia
olehnya lahir batin.
7) Barang siapa selalu melatih merasakan rasaning rasa, merasakan sumber rasa,
insya allah, ia akan “Karoso Ing Rosing Roso (terasa atau merasakan inti
pusat dari pada rasa, atau yang disebut roso jati, Sejatining Roso). Selanjutnya
ia akan keroso kang tanpo sarono sariro, atau dengan kata lain ia akan terasa/
merasakan tanpa menggunakan (alat sariro) badan atau tubuh.

Sapta – Wasita – Tama ini telah diungkap secara ringkas dan padat dalil demi
dalil dalam “Pandangan Hidup & Pedoman Hidup Setia Hati”
b. Jika diamati secara keseluruhan, dalil – dalil Sapta Wasita Tama itu meliputi dan
diresapi oleh kabut suasana serta kabut cahaya (adanya Yang Maha Esa, dimana
manusia sebagai ciptaan tuhan dapat menempatkan dirinya dan bagaimana
menemukan serta menentukan sikap diri pribadinya terhadap sang pencipta di
dalam hubungan dengan lingkungan (Omgeving).
c. Dalil – dalil Sapta Wasita Tama perlu diterapkan dan diresapi secara mendalam
disadari arti dan maknanya untuk dihayati dan diamalkan sebagai amal bakti kita
tahap Omgeving yang berwujud masyarakat Nusa, Bangsa, dan Negara.
2. LANDASAN & TUJUAN TATA KEHIDUPAN SETIA HATI
a. Landasan
1) Seperti yang telah kami ketengahkan, Setia Hati melandaskan pandangan
hidupnya atas DIRI SETIA KEPADA HATI SANUBARI dengan pengertian,

31
Persaudaraan Setia Hati Terate

bahwa apa yang disebut Hati sanubari atau Pribadi itu selalu berkiblat
menghadap ke sumber, sesuatu yang diyakini sebagai awal telak dan akhir
tujuan sesama hidup dan kehidupan. Hati sanubari adalah sarana Tuhan untuk
menyatakan dirinya dalam wahyu- nya. Karenanya hati sanubari dapat
dianggap sebagai Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk ke Tuhan dari
Tuhan. Sesungguhnya sarana atau Tirai tuhan dalam hubungan dengan insan
Nya- pun Hati Sanubari (maka sering dinyatakan : cedak tanpo senggolan atau
dekat, namun tak singgung menyinggung).
2) Pada hakekatnya manusia hidup itu berdiri dengan berpribadi . diri dengan
berpribadi mewujudkan satu totalitas, satu keutuhan bulat. Manusia hidup
dalam wujud “Diri Pribadi” itu bukan jumlah dari bagian – bagian semata-
mata (som der dalem), namun lebih dari itu.
3) Adapun yang disebut diri itu sendiri merupakan suatu totalitas juga. Suatu
keutuhan bulat yang meliputi badan wadag, jasad atau tubuh dengan anggota-
anggota tubuh beserta panca indera, akal pikiran, kehendak keinginan, hawa
nafsu, dan lain – lain. Tubuh dan anggota tubuh berfungsi sebagai wadah,
sebagai alat peraga, sedang panca indera, akal pikiran, kehendak keinginan,
hawa nafsu dan lain – lain, berperan sebagai alat sarana. Walaupun demikian
satu dan lain kait mengait, isi mengisi, bantu membantu secara gotong -
royong yang sangat sempurna menurut fungsi masing – masing dalam suatu
koordinasi yang teratur baik untuk mewujudkan suatu keutuhan gerak- mobah
– molah dibawah satu komando. Proses ini adalah kesempurnaan tiada tara,
karena semua unsur berfungsi dalam “Tata – Wisesa – Tuhan”.
4) Untuk memudahkan memahami pengertian “Diri” dalam hubungannya
dengan pribadi perlu kita memahami fungsi masing masinglah yang
menentukan peran khas eksistensi masing – masing sebagai totalitas dan
dalam totalitas. “Diri” mempunyai aspek sebagai jasati (steffelijk), jadi pada
umumnya orientasinya bersifat “lahir”. Gerak – mobah – molah diri mengarah
kiblat kepada lingkungan atau omgeving. Biasanya gerak mobah – molah itu
berwujud tingkah laku, langkah usaha, makarya dalam mempertahankan diri
dan mengusahakan kesejahteraan demi kelangsungan hidupnya. “diri”
sesungguhnya adalah “aku” atau “ego” dari pada manusianya. Dalam pada itu
yang disebut hati sanubari atau pribadi fungsinya beraspek rohani, bertempat
kedudukan di pusat jantung dengan orientasi dan arah kiblat kepada sumber,
Yang Maha Esa. Hati sanubari atau pribadi adalah sesungguhnya ingsun atau
super ego dari manusianya
5) Yang perlu kita sadari ialah bahwa baik diri maupun pribadi alat peraganya
hanya satu, yaitu tubuh atau badan manusianya. Karena tubuh atau badan itu
tidak mungkin digunakan bersamaan sekaligus dalam waktu dan tempat yang
sama oleh “diri” atau “pribadi” masing – masing sendiri- sendiri. Akibatnya
salah satu harus “mengalah” atau “kalah”. Kalau diri berkuasa karena Pribadi
diam mengalah (untuk sementara). Maka diri dengan tubuh atau badan
mewujudkan sifat- sifat dari “aku”. Sebaliknya jika diri disudutkan atau kalau
dikuasai oleh pribadi dalam arti diri diluluhkan dalam hati sanubari, maka
gerak – mobah – molah manusianya akan mengejawantahkan sifat – sifat
“ingsun” yang berwujud keadilan, kebenaran, kejujuran, tepo seliro serta budi
luhur.

32
Persaudaraan Setia Hati Terate

6) Pribadi pada dasarnya mengejawantahkan rasa pangrasa halus dan ,mendalam,


rasa “kasukman”, oleh karenanya rasa ini sering dinyatakan sebagai “Rasa
Jati” atau “Sejatining Rasa”. Rasa ini sulit, bahkan sesungguhnya tidak
mungkin diterangkan dengan kata – kata atau dilukiskan dengan suatu
gambaran. Namun demikian “rasa” ini akan dapat dicapai dangan melalui
penghayatan – penghayatan dalam bentuk latihan – latihan yang tekun, teliti
dan teratur, tiada bosanan atau lekas memburu hasil (dipersilahkan memahami
dan menghayati dalil ke 7 Sapta – Wasita – Tama.
7) Sifat – sifat pribadi atau hati sanubari dapat disanepakan sebagai sifat “air”.
“air” selalu berusaha kembali kepada sumbernya ialah lautan. Sumber,
sebagai awal mula asal dari air ialah laut atau samudera. Terik matahari
menyebabkan air laut menguap. Uap air kemudian diangkut oleh angina
ketempat – tempat, dimana tekanan udaranya rendah. Uap air membeku,
menjadi titik – titik air, menetes digunung – gunung atau di ngarai sebagai air
hujan. Tetes – tetes air hujan itu selanjutnya menggumpal menjadi kali
(sungai) dan berusaha mengalir kembali ke laut, kembali dalam sumber
asalnya. Walaupun air diusahakan dibendung, air akan berusaha menembus
atau menjebol, jika tidak mungkin, air akan berusaha melintasinya. Kalau
melintasinya tidak mungkin, air akan mengambil jalan meresap. Namun
dalam keadaan begaimanapun air tetap akan berusaha kembali mengumpul
dalam sumber yaitu “Lautan”. Begitu pula halnya dengan pribadi betapapun
dicegah atau dirintanginya dengan segala daya upaya, pribadi tetap akan
kembali pada Sumbernya, yaitu Yang Maha Esa, pencipta alam seisinya.
b. Tujuan
Dengan landasan “Diri Setia kepada Hati Sanubari” kita menuju ke tercapainya:
1) Sehat jasmani
2) Sehat material – finansial (yang merupakan kesejahteraan lahir)
3) Sehat mental – spiritual (menyangkut kesejahteraan batin)

Ketiga pokok unsur tujuan tersebut di atas harus pula merupakan totalitas, satu
keutuhan bulat, dimana unsur – unsur itu harus kait mengait, seimbang dan serasi.
Unsur yang satu tidak boleh dilepaskan atau dipisahkan dari unsur yang lain.

Keseimbangan serta keserasian ketiga unsur dalam satu totalitas itulah yang akan
mewujudkan yang disebut “manusia utuh yang sejahtera lahir batin”.
Keseimbangan lahir dan batin itu akan terjangkau, apabila kita selalu
menempatkan diri pribadi kita pada “AS” dan dalam “AS” yang pada hakekatnya
berarti berdiri diatas “Iman dan Tauhid”

Kata “Sehat” ini berarti tidak berlebih – lebihan, namun tidak merasa kekurangan,
tetapi cukup memberi kemampuan dan memungkinkan melakukan kegiatan –
kegiatan yang wajar sesuai dengan vitalitas, stamina dan kapasitas.

3. APA YANG DIMAKSUD DENGAN “AS” DALAM AJARAN SETIA HATI


Biasanya kalau kita mendengar “As”, maka akan terbayang pada kita (asosiasi)
sebuah roda, lengkap dengan As/ poros, ruji- ruji, velg, dan bannya, kemudian
terbayang selanjutnya roda itu dalam fungsinya, berputar menurut as- nya sebagai suatu
totalitas.

33
Persaudaraan Setia Hati Terate

Sesuatu yang berputar itu sudah barang tentu ada yang menggerakkan atau
memutarnya. Dalam hal “roda” yang menggerakkan atau memutarnya adalah “As”.
“as” merupakan tempat kedudukan atau sumber, dimana gerakan memutar berawal dan
memusat. Padahal sesuatu yang bergerak itu tidak terpisah dari yang menggerakkan.
Dengan kata lain yang menggerakkan itu senantiasa menyertai gerakannya, termasuk
juga yang digerakkan. Di ibaratkan daun yang bergerak itu tidak terpisah dari angin
yang menggerakkannya. Jika tiada angin meniup atau menghembus, maka daun tidak
dapat bergerak. Pernah terlintaskah pada kesadaran kita bahwa semua perbuatan kita,
baik yang Nampak maupun yang tidak, tidak pernah terlepas dari “yang
menggerakkan” kita.
Kembali kepada masalah roda sebagai totalitas roda. Roda melingkupi ban,
velg, ruji-ruji dan as. Unsur ruji – ruji memusatkan dan berpusat di as. Pada proses roda
sedang berputar, kita lihat kejadiannya sebagai berikut:
1) Jika dilihat dari luar
Ban memutar karena putaran velg, velg berputar karena putaran ruji- ruji,
ruji- ruji bergerak memutar karena putaran as. Gerak putar ruji- ruji itu sesuai dan
seirama dengan gerak putaran as. Dalam hubungan ini as atau poros berfungsi
sebagai pusat atau sumber gerak putar roda melalui ruji- ruji kearah velg dan banya.
Di dalam as akan terdapat titik pusat yang tiada gerak.
2) Jika dilihat dari dalam
As bergerak memutar ruji- ruji, ruji- ruji memutar velg, selanjutnya
memutar ban. Oleh karenanya secara ringkas dapat disimpulkan: as adalah tempat
kedudukan, dimana suatu proses “memutar” berpusat dan memusat.

Apabila proses itu berwujud gerak – mobah – molah manusia, maka “as”
adalah “jantung” manusia itu sendiri. “jantung” manusia adalah sumber, tempat
kedudukan dari daya hati hidup atau sumber dari KARSA manusia sendiri. Diawali
dengan gerak denyut atau gerak getar jantung mulai berfungsilah seluruh alat sarana
dan alat peraga manusia sesuai dengan tugas masing – masing. Jika jantung berhenti
berdenyut/ bergetar, berhentilah semua hidup dan kehidupan manusia. Manusianya
dinyatakan “mati” atau “meninggal dunia”.

Dalam jantung, di pusatnya bersemayam yang disebut Hati dan sanubari


Pribadi atau jati. Hati sanubari tiada gerak, namun menumbuhkan seluruh gerakan
“Diri”, kecuali di jantung. Yang berupa gerak denyut atau gerak- gerak getar. Gerakan
itu kemudian menyebar ke seluruh anggota tubuh secara menyeluruh sebagai getaran
atau gerakan hidup. Dalam hubungan ini Hati Sanubari berfungsi sebagai sarana Tuhan
untuk memancarkan sinar sifat hayatnya. Namun Hati sanubari berperan pula sebagai
“Tirai” antara iman dengan Yang Khalik.

Coba renungkan dan bayangkanlah:

1) Jika gerak putar velg atau ban atau ruji – ruji itu terlepas meninggalkan as atau
porosnya
2) Jika gerak mobah – molah diri dalam mengejawantahkan kehendak keinginan atau
akal pikiran itu terlepas meninggalkan hati sanubari atau hati nurani (baca: Sapta-
Wasita – tama dalil ke 3)
4. MANUSIA SEBAGAI MAHKLUK INDIVIDU DAN MAHKLUK SOSIAL
a. Sebagai mahkluk hidup

34
Persaudaraan Setia Hati Terate

1) Seseorang sebagai individu harus sadar , bahwa ia sesungguhnya hanya


bagaikan sebuah pensil, yang hanya bisa bergerak menulis kalau dituliskan.
Jika tiada yang menuliskan pensil akan menggeletak saja, tiada sebuah pensil
bisa menulis sendiri. Sedangkan tulisan yang dibuat oleh pensil bukanlah
semata milik si pensil, tetapi milik yang menuliskan. Pensil hanya “sadermi”
(berbuat demi) meski hasil tulisan itu indah atau tidak baik pun, pensil perlu
bangga atau kecewa karna bukan miliknya.
2) Ini semua berarti, bahwa manusia sebagai individu itu sesungguhnya tidak
bisa hidup dengan sendirinya, tanpa adanya “yang menghadapi” atau “yang
menghidupkan”. Jadi semua hasil perbuatan manusia ataukah itu merupakan
sukses ataukah berupa kegagalan, janganlah diakui sebagai milik sendiri
secara membelenggunya lahir batin. Manusia sebagai individu itu
sesungguhnya hanyalah sebagai “obyek” daripada “subyek mutlak” ialah
Yang Maha Esa. Oleh karena itu kita tidak perlu congkak atau sombong,
kalau nasib kita sedang beruntung. Sebaliknya kita tidak perlu pula kecewa,
berkecil hati atau putus asa, kalau nasib kita sedang sial atau sedang di
rundung malang. Ingat dalil ke 6: barang siapa mengaku hasil karya miliknya,
ia akan terbelenggu lahir dan batin.
3) Berhubung dengan itu perlukah kita mengenal diri pribadi kita sendiri, supaya
kita dapat dan menentukan sikap kita yang wajar terhadap diri sendiri,
terhadap lingkungan (omgeving) dan didalam lingkungan. Untuk dapat
mengenal diri pribadi kita sendiri, kita harus selalu mawas diri, supaya tidak
terlepas dari as, dari sumber, dari iman tetapi selalu berada di as dan berpijak
pada as. Ini berarti pula, bahwa segala amal perbuatan kita keluar yaitu amal
perbuatan lahir, haruslah selalu berlandaskan sumber amal ibadah kita ke
dalam yang bersifat batin harus menuju kembali kepada sumber. Dengan
demikian semua perbuatan kita, baik yang megarah keluar maupun yang
megarah kedalam berpusat dan memusat disumber, berpusat dan memusat di
as, berpusat dan memusat di Hati Sanubari. Sesungguhnya sikap yang
demikian itu merupakan penghayatan atau pelaksanaan iman dan tauhid.
b. Sebagai mahkluk sosial
1) Sebagai mahkluk sosial manusia itu dititahkan berlingkungan atau
bermasyarakat. Kita dimana saja dan kapan saja tidak bisa terlepas dari
masyarakat dalam lingkungan kita. Kita harus merupakan unsur penting
dalam kesatuan lingkungan hidup masyarakat kita sendiri- sendiri. Adapun
kesatuan masyarakat dalam lingkungan hidup kita itu bisa berwujud keluarga,
teman sekerja, rukun tetangga, rukun warga (kampung), suku, bangsa, adat.
2) Dalam kesatuan lingkungan hidup kita tidak boleh tenggelam begitu saja
didalamnya. Tetapi kita harus bisa bertindak bebas serta aktif, berprestasi
demi kebaikan totalitas masyarakat itu. Dalam hubungan ini kita tidak hanya
dipengaruhi, tetapi juga bisa mempengaruhi, kita bisa diisi, tetapi juga bisa
megisi lingkungan. Tinggal bagaimana kita sendiri itu apakah “obyek” atau
“subyek” dalam lingkungan hidup. Kita sendiri sebagai “as” ataukah hanya
sebuah “ruji” dalam kesatuan lingkungan roda. Jika kita menjadi “as” dari
lingkungan, maka fungsi kita menentukan sebaliknya jika kita ini hanya
sebagai “ruji” maka kita akan diputar.
3) Apabila kita memancarkan “pribadi” kita, karena kita tidak terlepas dari “as”
atau “Hati Nurani” kita akan berpribadi, berwibawa dan akan selalu menjadi
35
Persaudaraan Setia Hati Terate

“subyek” dari lingkungan sekeliling kita, dikarenakan “pribadi” atau “hati


sanubari” itu senantiasa memancarkan sinar kewibawaan. Sebaliknya jika kita
terlepas dari “as” kita akan tenggelam dalam lingkungan, tergilas oleh
lingkungan dan akan menjadi “obyek” belaka dari lingkungan. Disamping itu
perlu disadari pula, bahwa omgeving/ lingkungan itu bisa menjadi tirai atau
aling- aling antara diri pribadi dengan tuhan. Padahal omgeving atau
lingkungan itu seharusnya menjadi tombola tau drueknop diri pribadi untuk
sampai ketuhan. Dengan hidup dalam omgeving dank arena lingkungan kita
sekaligus harus dapat merasakan adanya tuhan, keagungan tuhan, dan
kemurahan tuhan.

Penghayatan

a. Suatu ajaran tuntunan betapapun baiknya, tidak akan berarti dan tiada faedah
sedikitpun, jika tidak dihayati dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari – hari.
Penghayatan yang sungguh – sungguh dan tepat lagi mantap serta dilakukan secara
berturut – turut dan teratur akan membangkitkan kesan – kesan yang mendalam, karena
pengalaman- pengalaman diri pribadi secara komplit yang diprolehnya (karung
gudang- gudangan, tanpo laku kalido gadungan)
b. Apabila yang dihayati itu positif , sudah barang tentu aslinya akan positif pula.
Sebaliknya, jangan mengharapkan suatu hasil yang positif . jika sesuatu yang dihayati
itu sesuatu yang negatif. Tiada orang yang mencangkul hasil sabitan, dan sebaliknya .
tiada orang menyabit yang hasilnya cangkulan. Dalam hal ini, berlaku apa yang
diamanatkan para sesepuh (Ngunduh Wohing Penggaweane Dhewe “yang berarti”
semua akan memetik hasil perbuatannya sendiri)
c. Penghayatan yang dilakukan secara teratur, berturut- turut, teliti dan tepat tanpa
mengenal bosan, akan membentuk suatu adat kebiasaan atau pakulinan, lebih – lebih
kalau penghayatannya dilakukan secara tulus ikhlas mantab dengan kebulatan tekad.
d. Adat kebiasaan atau pakulinan yang positif tidak akan memberi kesempatan
berkembangnya adat kebiasaan atau pakulinan negative, bahkan akan melenyapkan,
walaupun sedikit demi sedikit.
e. Penghayatan secara berturut- turut, dan teratur dengan irama sesungguhnya sudah
merupakan latihan. Biasanya pada tahap pertama semua latihan itu dirasakan berat.
Karena belum dimulainya. Namun sekali salah satu kaki diangkat untuk melangkah
maju, yang lain akan segera mengikutinya, bagitu seterusnya. Yang pokok semua
penghayatan itu harus dilakukan secara tulus ikhlas, mantap, tiada rasa terpaksa atau
dipaksa.
f. Agar penghayatan bisa tepat dan seksama, maka melakukannya harus teliti dengan
mengamati proses yang dilakukan sebaik- baiknya. Semua itu harus menjadi pakulinan
atau yang dikatakan otomatis, sehingga istilah berat atau sulit tiada diketemukan lagi.
g. Dengan landasan ajaran – ajaran seperti yang dikemukakan dalam Sapta Wasita Tama
disertai dengan penghayatan- penghayatan yang mantap, kita akan mampu menentukan
sikap kita secara wajar terhadap diri kita sendiri menghadapi masyarakat lingkungan
kita sebagai unsur yang menentukan, sebagai “subyek” betapapun situasi dan
kondisinya.
h. Salah satu cara menghayati dalil ke 7, Sapta – Wasita – Tama akan diungkapkan lebih
lanjut dalam Tuntunan ke III dengan bantuan “Pernafasan menurut Ajaran Setia Hati”,
sesungguhnya cara pernafasan ini melandasi “Mawas Diri/ Introspeksi”

36
Persaudaraan Setia Hati Terate

TUNTUNAN KE III

(LATIHAN PERNAFASAN MENURUT SETIA HATI)

1. ARTI DAN MAKSUD PERNAFASAN


2. PROSES PERNAFASAN
3. CARA MELAKUKAN PERNAFASAN
4. PERNAFASAN/ OLAH NAFAS SEBAGAI LANDASAN OLAH JIWA
5. KEGUNAAN PERNAFASAN DAN HUBUNGAN DENGAN OLAH JIWA
6. UPLETOIR

1. ARTI DAN MAKSUD PERNAFASAN


a. Yang dimaksud dengan pernafasan ialah masuknya napas ke dalam tubuh dan
keluarnya nafas dari dalam tubuh. Adapun yang dinamakan latihan pernafasan atau
olah nafas itu pada prinsipnya ialah mengatur keluar masuknya napas secara
berturut- turut, teratur dengan irama. Dalam hubungan ini latihan pernapasan atau
olah napas lebih di titik beratkan sebagai landasan olah jiwa. Napas atau bernapas
itu sesungguhnya pertanda wujud gerak – mobah – molah, oleh karena itu dapat
disimpulkan, bahwa : “tiada napas tidak hidup, tiada gerak – mobah – molah”.
Mengatur, membina, dan menguasai gerak – mobah- molah. Dalam pada itu segala
gerak- mobah- molah itu berpusat, dan memusat pada as atau porosnya.
b. Awal mula seseorang bernapas itu ketika ia sebagai bayi dilahirkan dari dalam
kandungan ibu, ketika ia menyatakan atau dinyatakan mulai hidup sendiri sebagai
insan tuhan. Dan pernafasan itu berakhir ketika ia menghembuskan nafasnya yang
terakhir. Gerak mobah molah manusia pada waktu lahir dimulai dengan gerak
getar/ gerak denyut jantung di pusat jantung. Gerak denyut itu berjalan sepanjang
masa sewaktu manusianya dinyatakan hidup, hingga saat jantung berhenti
berdenyut. Biasanya bersamaan penghembusan nafas terakhir, di ikuti berhentinya
seluruh gerak mobah molah anggota tubuh manusianya. Pada umumnya yang
dinamakan hidup itu tidak lain daripada rangkaian rentetan masuk keluarnya nafas
atau rentetan gerak denyut/ gerak getar jantung sepanjang masa hidup manusia.
Kesimpulan tersebut belum berarti bahwa jika tidak bernafas atau jika jantung tidak
berdenyut, manusia sudah mati karena yang menentukan perkara mati itu hanya
tuhan. Dalam hubungan ini kita ingat pada pernafasan buatan atau “kunsmatig
ademhaling: jika terjadi lemas atau “sehijndood”.
c. Menghirup/ menarik nafas berarti nafas masuk atau memasukkan nafas dalam
tubuh. Ini berarti pula menghimpun kekuatan atau tenaga, menghimpun “daya
hayati” hidup. Pada hakekatnya yang disebut daya hayati hidup itu Rahsa (darah
rasa), bermuatan energy atau tenaga. Rahsa ini diambil jantung dari paru- paru.
Jantung selanjutnya berperan sebagai akumulator dan distributor, menyalurkan
lewat pembuluh – pembuluh darah keseluruh anggota tubuh secara “ambanyu mili”
berhubungan terus menerus, tiada putus- putus. Seluruh anggota tubuh dengan
demikian diserapi daya hayati hidup, lalu menjadi bertenaga untuk melakukan
gerak mobah molah. Proses ini dalam bahasa jawa disebut “anggelar”, karena
seluruh tubuh penuh dengan energy atau tenaga.
d. Sebaliknya menghembuskan nafas atau mengeluarkan napas berarti pelepasan
tenaga atau energy, karena Gerak Mobah Molah anggota tubuh memerlukan

37
Persaudaraan Setia Hati Terate

penggunaan tenaga atau kekuatan. Pada penghembusan nafas, manusianya menjadi


lemah. Paling lama keadaan badan manusia ialah pada penghembusan nafas
terakhir (tiada orang meninggal karena menarik nafas). Penghembusan napas atau
napas keluar berarti pula pengukudan/ penarikan kembali daya hayati hidup pusat
jantung disertai dengan pelepasan tenaga. Proses ini dalam bahasa jawa disebut
“Anggulung” atau “Ngukup”.
e. Secara singkat poros tersebut di atas dapat dirisalahkan sebagai berikut:
1) Nafas Masuk = menghimpun tenaga, daya hayati hidup menyerapi seluruh
tubuh = Anggelar = manusianya kuat
2) Nafas keluar = melepas tenaga. Daya hayati hidup kembali di pusat jantung
anggulung, angukup, manusianya lemah.
3) Pusat Jantung = As = pusat/ sumber/ poros dari anggelar/ anggulung daya
hayati hidup = pusat/ sumber segala tenaga & kekuatan = pusat masuk dan
keluarnya nafas.
2. PROSES PERNAFASAN

Pada proses pernafasan jantung bekerja sama dengan paru gotong- royong serta
teratur sesuai dengan tugas masing – masing. Dalam hubungan ini jantung berfungsi
sebagai akumolator dan distributor dari daerah bersih yang bermuatan Rahsa. Darah
bersih dipersiapkan di paru- paru, kemudian di ambil jantung untuk di salurkan di
seluruh anggota tubuh secara adil, merata, sesuai dengan tugas masing – masing.
Anggota tubuh yang mengeluarkan tenaga besar, jadi memerlukan energy banyak,
misalnya kaki, memperoleh darah bersih lebih banyak dari telinga, kerena telinga tidak
memerlukan banyak gerak.

a. Seterusnya darah bersih yang menyerapi seluruh anggota tubuh dan kehilangan
muatannya berubah menjadi kotor. Darah kotor ini ditarik kembali oleh jantung
untuk dikirim ke paru- paru lagi, disiapkan menjadi darah bersih, berisikan daya
hayati hidup. Begitulah garis besar putaran (Sirkulasi) darah sebagai prasarana
angkutan Rahsa menyerapi dan meresapi seluruh anggota secara teratur rapi
mengikuti “Tata Wisesa Illahi”
b. Gerak denyut jantung menyelurkan darah dan kembang kempis paru- paru
menghirup dan melepas nafas itu seirama dengan frekuensi (jumlah gerakan pada
suatu saat tertentu), gerak paru- paru itu lebih lamban dari gerak denyut jantung,
karena paru- paru wujud dan bentuknya lebih besar dari jantung. Walaupun
demikian keduanya bergerak seirama dan teratur, dalam arti isi mengisi secara terus
menerus tiada putus – putus. Mengalirnya darah bersih ke seluruh anggota tubuh itu
berjalan “ambanyu mili” (seperti air mengalir) lewat urat- urat nadi. Menyerap
darah bersih yang berisi daya hayati hidup ke seluruh anggota tubuh dapat
dirasakan dan terasa apabila diamati sungguh sungguh dengan tenang dan seksama.
Untuk itu diperlukan rasa pangrasa yang halus dan mendalam dengan pemusatan
segala perhatian pada tujuan ialah gerak denyut pusat jantung.

3. CARA MELAKUKAN LATIHAN PERNAFASAN


a. Cara melakukan latihan pernafasan

Yang dimaksud dengan olah nafas ialah mengamati secara seksama masuk
keluarnya nafas di arahkan ke pusat jantung, di as sebagai berikut :

38
Persaudaraan Setia Hati Terate

1) Awal napas masuk dari As


2) Akhir napas masuk di as
3) Awal napas keluar dari as
4) Akhir napas keluar dari as
5) As = Pusat jantung = mahligai Hati Sanubari

Kesimpulan:

Nafas masuk = nafas keluar = nafas tidak masuk = nafas tidak keluar = di as = di
pusat jantung

b. Cara melatih pernafasan


1) Harus dilakukan dengan khitmad, tenang, bebas, dan tulus ikhlas tiada merasa
dipaksa atau terpaksa. Selanjutnya ambilah sikap secara lepas lelah atau santai
(rileks). Terserah latihan pernafasan itu akan dilakukan dalam keadaan duduk,
berdirikah, berjalan atau berbaring, asalkan dilakukan sebaik- baiknya dan
dengan penuh ketekunan. Yang perlu diperhatikan ialah:
a) Tulang punggung harus selurus lurusnya.
b) Sekat rongga dada diperkembangkan, agar paru- paru dapat mengembang
secara maksimal dan mengisi udara bersih sebanyak – banyaknya.

Mengapa pada latihan pernafasan sikap tubuh perlu lepas lelah ? di ibaratkan
tubuh itu sebidang tanah kerjaan. Jika tanah kerjaan itu padat, keras, maka
sulitlah bagi air meresap ke dalamnya. Sebaliknya kalau tanah kerjaan itu
gembur (los) mudahlah bagi air meresap ke dalamnya. Tanah keras padat
akan membuat air menggenang. Genangan air biasanya malahan menjadi
sarang kuman- kuman penyakit. Demikian pula halnya dengan tubuh
manusia. Jikalau tubuh manusia itu dalam keadaan santai, lepas lelah (rileks)
tidak menonton (statis) mudahlah bagi daya hayati hidup atau Rahsa meresap
menyerapi seluruh jaringan, sehingga jasad diserap Rahsa.

2) Setelah menggambil sikap yang cocok dengan kondisi badan masing –


masing, kemudian secara perlahan – lahan tidak terputus- putus dengan halus
“ambanyu mili”, menghirup udara/ menarik nafas panjang – panjang dan
dalam- dalam. Tarik nafas itu harus dapat dirasakan diawali dipusat dan di
akhiri di pusat jantung.
Catatan:
Sewaktu dan selama menarik nafas/ menghirup udara (bersih) pada dasarnya
kita menghipun tenaga/ kekuatan, paru- paru berkembang sampai batas
kemampuan paru- paru mengisi udara. Batas kemampuan itu sedikit demi
sedikit dapat di tingkatkan melalui latihan – latihan yang berturut – turut dan
teratur. Pada saat kita menarik nafas, kita akan merasa bertenaga, kita merasa
kuat karena seluruh anggota tubuh kita diresapi daya hayati hidup atau Rahsa
secara maksimal. Dalam pada itu seluruh diri kita memuat dan berpusat pada
as, dihati sanubari atau pribadi.
3) Selama menarik nafas, paru – paru akan berkembang sampai pada batas
pengembangan. Kemudian tarikan nafas itu akan berhenti, karena paru- paru
volumenya sudah terisi penuh. Pada saat paru- paru terhenti mengembang
keadaan nafas tidak masuk dan tidak keluar. Diri pribadi kita sesungguhnya

39
Persaudaraan Setia Hati Terate

sudah memusat di kawasan as. Namun seluruh tubuh kita penuh berisi energy
atau tenaga. Kita merasa kuat dan merasa mampu untuk berbuat.
4) Selanjutnya secara perlahan- lahan pula tiada terputus- putus lepaskanlah
nafas. Lamanya pelepasan nafas perlu disesuaikan dengan tarikan nafas agar
tercapai keseimbangan ialah nafas keluar, nafas masuk, pelepasan nafas itu
berjalan sampai pada saat paru- paru berhenti mengempis, karena udara kotor
telah habis dihembuskan. Gerakannya harus diawali dipusat jantung dan
diakhiri di pusat jantung.
Catatan:
Masalah keseimbangan itu perlu diusahakan disegala bidang hidup dan
kehidupan, juga pada pernafasan. Jikalau kita sudah mendapat keseimbangan,
berarti kita sudah mendekati As, bahkan mungkin sudah dalam As. Akibatnya
kita dalam keadaan tenang- tenang, tidak mudah terpengaruh atau terseret oleh
pasang surut arus gelombang kehidupan. Kita tidak akan tenggelam dalam
suka maupun duka, karena kita sadar bahwa manusia itu sesungguhnya hanya
pelaku bulat dari Yang Maha Esa. Semua peristiwa yang berlaku dalam alam
semesta raya seisinya itu tidak terlepas dari Tata Wisesa Tuhan dan Tata
Wibawanya. Di dalam As kita akan dapat meyelami dan menyadari arti nafas
masuk – nafas keluar dan nafas tidak masuk – nafas tidak keluar, dalam
kenyataan pada saat melepas nafas, manusia dalam keadaan lemah. Paling
lemah pada saat manusia menghembuskan nafas terakhir dikarenakan
tenaganya sudah habis.
5) Sesudah paru- paru sampai pada batas mengempis, berhentilah sejenak sampai
pada keadaan paru- paru mulai mengembang lagi karena telah menerima
darah kotor dari jantung untuk dibersihkan.
Catatan :
Pada saat paru- paru sampai pada batas mengempis pernafasan berhenti
sejenak terjadi keadaan nafas tidak masuk dan nafas tidak keluar. Manusia
dalam situasi tiada tenaga jadi lemah karena kosong, ingat: dimana suatu
wadah dalam keadaan kosong maka wadah itu mudah terisi oleh sesuatu
yang bisa masuk. Sedang sesuatu itu beraspek positif atau negative, yang
tidak menguntungkan bagi manusia sendiri. Oleh karena itu kosong atau isi
manusianya harus selalu berpijak di As berpegangan pada As tiada terlepas
dari As dan hati dan sanubari yang selalu berkiblat menghadapi tuhan.
6) Kemudian mulailah dengan menarik nafas lagi panjang – panjang dan dalam-
dalam, begitu seterusnya. Yang selalu diperlihatkan sebagai yang pokok ialah:
agar pernafasan (masuknya keluar nafas) itu dilaksanakan secara perlahan-
lahan, halus, tiada terputus- putus atau tersendat- sendat dirasakan. Diawali di
pusat jantung bersemayam hati nurani, hati sanubari.
7) Yang perlu diperhatikan pada latihan – latihan itu sendiri, selanjutnya:
a) Lakukan latihan pernafasan itu dengan khidmat, tulus ikhlas disertai
kemulusan tiada rasa dipaksa atau terpaksa.
b) Lakukanlah dengan tekun dan dengan kesungguhan hati serta sadar, tidak
lekas merasa bosan. Jangan tergesa- gesa mengharapkan hasil yang
banyak. Ibarat kita menanam pohon buah- buahan. Beberapa bulah
bahkan beberapa tahun kita baru dapat merasakan hasilnya. Itupun kalau
kita rajin memeliharanya.

40
Persaudaraan Setia Hati Terate

c) Berapa kali sehari seyogyanya kita harus berlatih? Jawab: sebanyak


mungkin, menggunakan kesempatan, keadaan dan kemampuan masing-
masing tapi jangan memaksa dan terpaksa. Dalam kenyataan selama
hidup kita itu bernafas terus. Kalau masuk keluar nafas itu dapat kita atur
selalu dalam As dan di As, berarti kita tidak selalu terpisah dari pribadi
yang selalu berkiblat menghadap tuhan.
d) Sesungguhnya semua latihan itu mengandung maksud agar semua yang
dilatih menjadi adat kebiasaan atau pakulinan sehingga gerakan- gerakan
atau perbuatan- perbuatan itu menjadi otomatis.
e) Dalam tahap pertama supaya diusahakan sedikitnya dua kali sehari
melakukan latihan yaitu:
 Pertama pada saat terjaga dari tidur pagi hari (saat membuka mata
dari tidur)
 Saat berbaring tidur
 Atau sesudah bersembahyang menurut agama atau keyakinan
masing- masing

Penjelasan

a. Saat membuka mata dari tidur adalah saat mana kehidupan rohani manusia bersifat
murni. Hawa nafsu, keinginan kehendak belum berfungsi sebagaimana mestinya,
saat itu mengingatkan kita pada saat- saat kita dilahirkan.
b. Saat waktu berbaring untuk tidur adalah saat dimana kehidupan kerohanian berisi
hawa nafsu, kehendak, keinginan, gagasan- gagasan dan lain sebagainya. Jika
menjelang tidur kita masih terbelenggu oleh hawa nafsu, kehendak, keinginan, dan
sebagainya, mungkin kita bisa tidur, sebelum belenggu bisa terlepas terlebih
dahulu. Keadaan ini pun mengigatkan kita kalau menghadapi maut, sebelum kita
dapat meninggalkan keadaan duniawi atau selama kita belum bisa meniggalkan
dunia, kita tidak akan meninggal dengan sempurna.
c. Salah satu cara atau sarana untuk melepaskan diri dari belenggu tersebut ialah jika
kita menggunakan latihan pernafasan seperti yang diajarkan setia hati, karena
pernafasan dipusatkan dan memusatkan di as, di hati sanubari yang selalu
menghadap kiblat kepada illahi. Biasanya dengan melakukan olah nafas seperti
tersebut secara tekun kita akan masuk dalam keadaan sabar ditengah lautan tiada
sadar atau dengan kata lain setengah sadar, setengah tidak seperti rasanya orang
yang sedang dalam terjatuh (mungkin keadaan demikianlah yang disebut “liyep,
layap ing ngeluyup munsuping roso jati”). Ini berarti, bahwa kehidupan jasati dan
alam kehidupan rohani telah saling menyerapi. Diri dengan Pribadi telah mulai
bersatu manunggal. Kiranya proses ini lah yang dikatakan: “Warongko Manjing
Curigo”
4. PERNAFASAN : OLAH NAFAS SEBAGAI OLAH JIWA
a. Dalam praktek, apabila kita menarik nafas panjang dan dalam-dalam dengan
berpusat dan memusat di hati sanubari, maka diri dengan alat sarannya seperti
hawa nafsu, kehendak, keinginan, akal pikiran, dan lain- lain akan kurang/ tidak
makarti, karena segala sesuatu di pusatkan dan memusat di As. Tidaklah kalau kita
melangkah lalu menarik napas panjang- panjang dan dalam- dalam (bahasa jawa:
unjal ambegan)

41
Persaudaraan Setia Hati Terate

b. Sambil mengamati masuk keluarnya nafas di As dan dari As, seyogyanya disertai
pula dengan do’a puji kepada Tuhan menurut Agama dan keyakinan masing-
masing. Dengan melatih pernafasan secara demikian kita harapkan akan terasa atau
merasakan Rosing Roso atau Roso Jati, ialah inti dari rasa kita sendiri. Biasanya
kita akan merasakan tubuh kita menggetar halus sekali secara menyeluruh,
pertanda ini kiranya mengigatkan kita, bahwa kita telah mulai berpijak dan berada
dalam kawasan As atau Pribadi. Bagaimanakah perkembangan selanjutnya,
serahkanlah secara mutlak kepada yang Misesa. Yang Maha Tahu dan Maha
Bijaksana. Namun amatilah terus dengan teliti dan seksama gejala- gejala atau
tanda- tanda yang Nampak.
5. KEGUNAAN LATIHAN PERNAFASAN SEBAGAI OLAH JIWA
 Memupuk dan mempertinggi stamina atau daya ketahanan diri pribadi agar
dijauhkan dari serangan penyakit dalam, khususnya yang menyangkut jantung,
paru- paru, ginjal dan lain- lain
 Memupuk ketenangan dan kesabaran dalam menghadapi segala tantangan hidup,
karena telah terlatih untuk mampu menguasai diri dan percaya penuh kepada diri
pribadi
 Menuntun kita pada mengenal diri pribadi dan mengantar kita menjadi manusia
yang utuh bulat
 Memperkuat dan mempertinggi landasan beriman untuk mewujudkan kemanusiaan
yang adil dan beradab disertai budi susila dan budi pekerti luhur. Amin…..

42
Persaudaraan Setia Hati Terate

6. UPLETOIR

43
Persaudaraan Setia Hati Terate

ARTI DARI MAKNA LAMBANG PADA BET SETIA HATI

Gambar serta warna pada bet setia hati memang mengandung arti yang sangat tinggi,
bahkan kami sendiri agak sungkan menuliskan nya, tapi terdorong oleh desakan pertanyaan
beberapa warga, maka kami berusaha mengupasnya semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
memberikan rahmat hidayahnya kepada kami sehingga kami mendapat penerang pada hati dan
pikiran kami untuk mengupas arti dari lambang SH meskipun hanya sekelumit. Harapan kami
tulisan yang sedikit ini dapat memberikan kepuasan serta dapat membuka pikiran para warga
lain untuk mendalami dan membukanya/ mengupasnya lebih dalam lagi sehingga mudah
dimengerti dan dapat diamalkan didalam kehidupan sehari- hari. Untuk semua kami mohon
kritik serta saran agar tulisan ini dapat disepmpurnakan di kemudian hari:

Untuk singkatnya tulisan ini akan kami mulai saja kupasan kami, disini lambang SH
akan kami bagi menjadi 2 (dua), yaitu :

 Warna
 Gambar

1. Warna
Warna pada bet SH ada 4 (empat)
 Putih
 Hitam
 Biru
 Kuning emas
1.1. Warna putih
Warna putih melambangkan kesucian/ kebersian/ kebenaran. Disini mengandung
maksud hendaknya seorang warga SH selalu berdiri diatas kebenaran dan mencari
jalan serta berjalan atau sesuatu dengan hati yang suci/ tulus serta ikhlas. Dengan
kata lain seorang warga SH adalah manusia yang suci lahir dan batin (membentuk
manusia yang suci lahir maupun batinnya). Karna tujuan itulah maka warna putih
disini merupakan warna dasar yang paling dominan.
1.2. Warna hitam
Warna hitam adalah warna yang paling kuat/ tidak mudah berubah walaupun
bercampur dengan warna apapun, warna hitam akan tetap tampak kelihatan”. Disini
dimaksudkan bahwa manusia SH selalu berani/ tetap tegar walaupun menghadapi
cobaan yang bagaimanapun beratnya, pantang menyerah/ berputus asa dan akan
tetap tegak di jalan kebenaran dan kesucian.
1.3. Warna biru
Warna biru disini diambil dari warna biru laut , kita tahu laut selalu tenang tidak
mudah berubah/ terusik, bahkan bila sampai terusik karena datangnya badai maka
setelah badai reda laut akan kembali tenang seolah- olah tidak/ belum pernah terjadi
badai, tidak ada perubahan baik tinggi gelombangnya atau tinggi air laut tidak
berubah sama sekali.
Disini dimaksudkan hendaknya warga SH bisa mencontoh laut yang selalu tenang/
tidak mudah diombang – ambingkan oleh keadaan dan tidak mudah marah hanya
oleh masalah- masalah yang kecil, kalaupun sampai marah karna masalah besar.
Prinsip maka akan cepat kembali tenang dan tidak mendalam/ menyimpan dendam

44
Persaudaraan Setia Hati Terate

begitu musuhnya mau meminta maaf serta menjernihkan suasana dan berjanji untuk
tidak mengulanginya.
1.4. Warna kuning emas pada tulisan “PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE”
Diberi warna kuning emas dengan maksud untuk memberi nilai tersendiri pada
persaudara setia hati. Kita semua tahu bahwa emas adalah benda berharga kalau
bahasa karena emas adalah logam mulai yang mahal harganya serta tidak mudah
bereaksi dengan logam lain sehingga sehingga berubah wujud. Disini dimaksudkan
bahwa Persaudaraan Setia Hati Terate ditulis dengan tinta emas, tujuannya agar
manusia/ warga SH dapat selalu menjalin persaudaraan dengan siapapun, khususnya
dengan warga SH dengan ketulusan serta kesetiaan hati karena persaudaraan seperti
ini akan kekal.
2. Gambar
Gambar bet SH adalah gambar hati dengan sinarnya berjumlah 12 serta tulisan SH
ditengah dan dibatasi kotak segi empat, untuk mudahnya akan saya bagi menjadi 3
(tiga) bagian, yaitu:
 Gambar Sinar (bintang) dengan jumlah 12
 Gambar hati
 Gambar/ tulisan SH
2.1. Gambar Sinar (bintang) dengan jumlah 12
Jumlah 12 (dua belas) diambil dari jumlah hari yang 7 (tujuh) dan jumlah pasaran
yang 5 (lima) jadi jumlahnya 12. Pada tiap- tiap ujung bintang terbagi dua sama
besar dengan satu bagian yang polos sedang satu bagian lagi dibagi menjadi tiga.
Disini dimaksudkan bahwa pada dasarnya manusia terdiri dari 3 (tiga) unsur yang
mana ketiga unsur tersebut merupakan unsur pokok membentuk manusia
seutuhnya artinya apabila salah satu unsur kita kurangi maka sifat manusianya
akan hilang. Ketiga unsur tersebut ialah Raga, Sukma dan Nyawa. Dari gambar
dimaksudkan/ menggambarkan manusia seutuhnya dengan segala permasalahan
hidupnya sehari- hari artinya ilmu ini adalah ilmu yang membahas masalah
kehidupan manusia/ kita baik itu hubungannya dengan manusia lain dan hubungan
antara manusia dengan tuhannya.
2.2. Gambar hati
Kalau kita membahas gambar hati disini kita tidak lepas dari sinarnya karena
gambar hati dan sinarnya merupakan satu kesatuan apabila kita artikan sendiri-
sendiri maka artinya akan berubah tidak sesuai lagi dengan makna yang
sebenarnya. Maksud gambar hati yang hitam dengan sinarnya yang putih
mengandung arti bahwa manusia SH, warga SH mempunyai sifat menyimpan
barang yang jelek di dalam hatinya dan mengeluarkan/ menyebarkan barang/ hal-
hal yang baik, maksudnya apabila mendengar hal- hal yang jelek tetap diam dan
menyimpannya dalam hati sehingga tidak menimbulkan kekacauan, sedangkan
apabila mendengar atau melihat hal- hal yang baik dan menyenangkan orang
banyak, segara menyebar- luaskannya.
2.3. Gambar/ tulisan Setia Hati
Gambar/ tulisan Setia Hati dimaksudkan bahwa warga SH hendaknya selalu setia
kepada hati sanubari yaitu hati yang paling dalam (di tengah-tengah), karena Hati
sanubari akan selalu membimbing manusia pada jalan kebenaran/ jalan Tuhan jadi
apabila manusia selalu setia pada hati sanubari maka manusia tersebut akan selalu
berjalan/ berbuat sesuatu dengan di dasari dasar ketuhanan Yang Maha Esa.

45
Persaudaraan Setia Hati Terate

HAKEKAT DAN MAKNA JURUS SH

Persaudaraan setia seperti yang terlihat Dimata umum sebagai bentuk suatu wadah ilmu
pengetahuan yang bercorak pencak silat. Sebenarnya bukanlah semata - mata berisikan
pengetahuan pembelaan diri atau tata berkelahi, melainkan mempunyai beberapa dasar hakekat
yang terselubung dalam gerak geriknya.

Asas - asas tersebut adalah BELA DIRI, OLAH RAGA, PERSAUDARAAN, SENI DAN
KEROHANIAN.

 Asas pembelaan diri


Pada umumnya secara penampilan luar, persaudaraan setia hati, berwajah ilmu
pengetahuan pembelaan diri, yaitu sistem serangan bela diri secara badaniah seperti
terpeta di dalam gerak gerik jurus (jurusan) yang dimilikinya sebagai mana yang telah
dikumpulkan secara akumulatif dan di kembangkan oleh mendiang Ki Ngabei
Surodiwiryo dan diteruskan oleh para kandang - kandang sepuh dengan beraneka ragam
ciri dan sifatnya.
 Asas olah raga dan seni
Apabila dikaji secara keseluruhan maka bentuk-bentuk gerakan, baik senam
maupun jurusan dalam SH merupakan suatu seni gerak, baik dalam artian ketenagaan,
keindahan gerak serta makna gerak yang menyemangati dan menjiwai segenap
jurusannya. Dari materi-materi baik tersebut, dapat dikembangkan segenap keanekaan
gerak-gerak baru sesuai dengan kreatifitas para siswa / warga.
 Asas persaudaraan dan kerohanian
Segenap jurusan SH yang dikumpulkan dan dicetuskan oleh almarhum kandang
sepuh ( Ki Ngabei Surodiwiryo ) adalah bukan merupakan pelajaran yang disingkat
semacam kursus silat, tetapi memerlukan pemahaman dan pengupasan secara perlahan -
lahan. Sebab didalam jurusan tersebut terdapat makna ganda yang lain yaitu
persaudaraan yang memerlukan pengupasan secara sosiologis, psikologis, dan
penyadaran diri serta kepribadian manusia yang secara lahiriah dan batiniah. Dalam
artian mencari/ menemukan titik keseimbangan dalam dan hidup ini.

HAKEKAT DAN MAKNA

Yang dimaksud hakekat dan makna disini adalah maksud – maksud dan arti yang
terselubung pada/ dalam setiap gerakan. Maupun gerakan – gerakan pokok dalam jurusan SH
beserta maksud dan artinya adalah sebagai berikut :

 Berdiri : siap, bersedia melaksanakan tugas/ kewajiban


 Berdiri alip: tubuh vertikal, tangan tergantung lurus kebawah, sikap lepas, lemas,
pikiran dan perasaan dikosongkan, berserah diri total kepada sang pencipta, biasanya
disertai permohonan – permohonan selamat.
 Mengangkat sebelah kaki : hati – hati tidak, tergesa- gesa, waspada, yakin
percaya diri sendiri.
 Melangkah kedepan (disertai gerakan badan, tangan , dan lain- lain). Bersedia
bergerak apabila ada tujuan/ tugas tertentu, dan tidak bergerak jika tidak bermanfaat.

46
Persaudaraan Setia Hati Terate

 Langkah serong/ miring, menghindarkan diri dari perselisihan/ persengketaan.


 Meloncat : tidak mensia-siakan kesempatan yang ada (tidak
membuang- buang waktu)
 Mundur/ melangkah ke belakang (biasanya langsung diikuti gerak kedepan kembali),
mengalah, memberi kesempatan kepada orang lain, menyenangkan hati sesama tidak
merugikan prinsip yang dipegang
 Langkah/ gerakan: memotong permasalahan yang berbahaya, menghentikan tindakan
sebelum terjadi akibat yang merugikan
 Mengatasi permasalahan secara tidak langsung (lewat jalan lain) kan titik – titik yang
melemahkan sehingga masalah/ kesulitan itu teratasi dengan sendirinya.
 Membelakangi : bersikap pura- pura/ tidak tahu permasalahan/ persoalan. Dapat
menyimpan rahasia
 Jongkok : bersikap randah hati, menjunjung tinggi prinsip orang lain
 Melentang / tengkurap (berbaring) : berserah diri, mengakui kesalahan, tidak
melawan kehendak sesama dan kehendak alam

Sikap kesatria dalam SH secara mental berarti berbuat dan setiap awal gerak perbuatan
dilakukan selalu disertai ikrar dengan nama sang pencipta dan diakhiri dengan penyerahan
segala perbuatan dan hasilnya kepadaNya dan perbuatan dilakukan “demi nama sang pencipta
tentunya perbuatan yang tidak melanggar larangannya”. Yang dimaksud dengan istilah
“berbuat”. Perbuatan disini adalah meliputi sikap, aksi, reaksi, berfikir, merasakan, dan lain
sebagainya, seluruhnya merupakan kegiatan fisik dan mental.

Hakekat Jurus I (Betawen)

Gerak :

Berdiri alip,

1. Tangan kiri kanan didepan dada, kaki rapat, betis rapat.


2. Maju satu langkah, colok mata
3. Pukulan ulu hati/ dada tapak tangan membuka, tangan yang lain ke belakang
4. Pukulan pelipis, kembali berdiri huruf alif

Makna :

Berserah diri pada sang maha pencipta

1. Salam keselamatan untuk keseluruhan (dalam hal ini adalah “aku” dan “engkau/ dia”
adalah sesuatu yang dihadapi), bersikap hati- hati.
2. Bergerak apabila ada tujuan, tidak gegabah/ membuang tenaga percuma. Dalam hal ini
“colokan” berarti membuka pandangan, pengetahuan, memberi tahu, membuka “mata”
3. Meresapkan dalam sanubari, menyaring hakekatnya, mengambil hikmahnya.
4. Mengingat, menyimpulkan sebagai pengetahuan, mengingatkan, menjadikan catatan.

Kesimpulan / Ulasan

47
Persaudaraan Setia Hati Terate

Membuka diri terhadap alam semesta, menemukan/ menyimpulkan sebagai pengetahuan


memberikan pengetahuan kepada sesame sehingga antara “engkau dan aku” adalah “Satu”
(hakekat kesatuan alam)

Hakekat Jurus 2 (Betawen)

Gerak :

 0 (permulaan sikap) s/d 4 sama dengan dengan jurus I (satu)


 5 Membesut/ menepis, 6 pukul siku (A) tendangan kemaluan (b), 7 colok mata, 8 pukul
pelipis.

Makna :

 5 menepiskan persoalan/ menghentikan, 6 mendudukkan pokok persoalan sehubungan


dengan status perorangnya, 7 dan 8 sama dengan makna jurus 1 no 3 dan 4.

Kesimpulan/ Ulasan

Jurusan ke 2 bermakna penyelesaian persoalan/ tugas dengan jalan menghentikan halangan


melepaskan diri dari keterlibatan persoalan, membersihkan diri dari pengaruh. Dapat diartikan
sebagai tak ikut campur pada urusan orang lain, tetapi aktif memberikan penyadaran/
penginsafan pada sesama.

Hakekat Jurus 3 (Betawen)

Gerak :

 0 s/d 4 sama dengan jurus 1 (satu)


 5 membesut tangan meraih kepala (colok mata), 6 menarik kepada kelutut (depan)
posisi setengah langkah surut, 7 kembali ke kedudukan semula colok mata dan
seterusnya.

Makna:

 Menepiskan persoalan, menghentikan permasalahan dengan mengusut asal- usul nya, 6


mengendor situasi, menunjukkan akibat- akibat baik buruknya (introspeksi)

Kesimpulan / Ulasan

Penyelesaian persoalan dapat dilakukan dengan jalan menyelidiki awal mulanya, mencari
kualitas terdalam, kemudian memaklumi kesalahan sesama manusia berusaha memberi
gambaran tentang akibat – akibat yang terjadi.

48
Persaudaraan Setia Hati Terate

Hakekat Jurus 4 (Betawen)

Gerak :

 0 s/d 4 sama dengan jurus 1 (satu)


 5 “ales” surut ke belakang, ke bawah tangan mengikuti arah serangan kaki lawan, kaki
tetap, 6. Siku maju diikuti badan, kedudukan kaki tetap seperti semula, 7 colokan mata,
8. ……. Dst

Makna :

 5 Bersikap megalah untuk sementara dan merendahkan diri asal tidak merubah prinsip,
6. Setelah “kegiatan” lawan mereda, ditunjukkan pokok- pokok kehendak dan segenap
akibatnya, 7 ….. dst.

Kesimpulan/ Ulasan

Untuk menyelesaikan suatu kesulitan dilakukan sikap sabar, maklum terhadap sesama, tidak
melayani emosi, setelah keadaan mereda, berubah diadakan pendekatan kembali dengan prinsip
yang sama, dengan jalan memaparkan kehendak yang sebenarnya (siku makna simpul- simpul
perbuatan/ kehendak/ perasaan)

Hakekat Jurus 5 (Cimande)

Gerak :

 Bediri alip
 Kaki diangkat (satu) tangan kaki kanan di depan mata
 Kaki melangkah serong, tangan memukul ke bawah dan diangkat ke atas (posisi
terbuka)
 Kaki belakang angkat lutut dipadukan siku tangan yang berlawanan sebelah tangan
mengebas kesamping bawah (menangkis)

Makna :

 Idem terdahulu
 Idem terdahulu
 Tidak melayani perselisihan, seolah- olah mengerahkan pandangan pada hal lain,
namun sebenarnya arah serangan pun pada pokok persoalan, kemudian persoalan
diangkat kembali dengan penuh keterbukaan diri.
 Menunjukkan perbuatan/ tindakan dengan segenap alasan untuk dapat dimengerti dan
dimaklumi.

Kesimpulan/ Ulasan

Ialah satu cara untuk meredakan situasi adalah dengan mengesampingkan masalah tidak
menanggapi persoalan sehingga lawan “kehilangan sasaran”, dapat pula dilakukan dengan
menunjukkan “hal – lain” yang lebih, dalam keadaan “ Depresi” itu masalah diangkat kembali
dengan sikap dan tindakan – tindakan tegas persoalan dapat diakhiri.

49
Persaudaraan Setia Hati Terate

Hakekat Jurus 6 (Cimande)

Gerak sama dengan jurus ke 5 dengan tambahan gerakan

Gerak tambahan : tangan dan kaki menyerang kepala dan kemaluan secara bersama

Makna :

Memberi peringatan dan menyadarkan kedudukan (status) seseorang sebagaimana adanya agar
disesuaikan dengan sikap – sikap sebagai mana mestinya.

Kesimpulan / Ulasan

Seseorang akan merasa terpukul apabila ditegur statusnya dengan sikap – sikap yang dituntut.
Namun dalam hal ini kita pun dituntut untuk bersikap jujur dan terbuka

Hakekat Jurus 7 (Cimande)

Gerak sama dengan jurusan 5 dengan gerak tambahan kaki lebih lebar

Gerak tambahan : satu kaki belakang di angkat bersama siku kebawah badan beringsut /
mengengos, dua tusukan jari ke leher.

Makna :

tidak melawan persoalan, menerima dengan sikap terbuka lebar, segenap celaan, kritikan dan
seolah olah bergeser dari prinsip. Setelah segalanya terhenti, maka lawan akan puas namun tak
sadar bahwa sikapnya terlanjur.

Posisi kita pegang kembali dengan segenap prinsip kita dan kita adakan teguran dengan
menggunakan hukumannya sendiri (ketentuan pendapat cara dia)

Kesimpulan / Ulasan

Apabila kita mendapat celaan dari seseorang, maka kita terima dengan lapang dada, kita
tangkap segenap argumentasinya. Ini membuat kelemahan pada dirinya. Dan pada saat itu kita
berikan teguran seperti apa yang dilakukannya tersebut dengan argumentasinya sendiri
(manusia mempunyai sifat khilaf)

Hakekat Jurus 8 (Cimande)

Gerakan sama dengan jurusan 5 dengan gerak tambahan (kaki lebih lebar)

Gerakan tambahan : 1 Kaki kebelakang diangkat ke depan menyilang kaki depan bergantung
tangan/ membuka ke depan dan belakang, 2 Kaki belakang kembali ke belakang bersama
dengan menyiku kea rah leher

Makna

50
Persaudaraan Setia Hati Terate

1. Meninggalkan kedudukan / mengganti status sesuai dengan sebab akibatnya mengingat


asal mula kejadian dan memperhitungkan akibatnya.
2. Kembali ke kedudukan (status) semula dengan memberikan dan menyatakan asal mula
kejadiannya.

Kesimpulan/ Ulasan

Seseorang perlu mengadakan perubahan pendapat asalkan tidak melupakan prinsip. Kadang –
kadang seseorang harus menjadi orang lain dulu agar dapat diterima eksistensinya. Setelah itu
barulah pegang kembali pada prinsip semula (perubahan pada orang lain) yaitu setelah orang itu
masuk dalam diri kita. Kadang – kadang untuk berkata “tidak”. Seseorang perlu berkata terlebih
dahulu “ya”

Hakekat Jurus 9 (Guntingan)

Gerak :

 1 dan 2 sama dengan jurusan 1 tanpa colok


 3 tangan putar (atas menjadi bawah, bawah menjadi atas) badan miring.
 4 kaki belakang angkat, badan membungkuk tangan menyesuaikan
 5 kaki melangkah, tangan dibalik didorong ke depan atas. Posisi badan miring

Makna :

 1 menerima eksistensi orang lain dalam arti sendiri, ditempatkan pada kedudukan atas
(ditinggikan)
 2 bertindak dalam tujuan tertentu (dalam suatu aktifitas) tetap meletakkan dia ada di
atas saya
 3 dalam tindakan selanjutnya (menghadapi persoalan) saya yang bertindak /
menyelesaikan persoalan tersebut. Ditempat terhormat didahului kewajiban kita (dapat
pula berarti mendahulukan kepentingan orang lain/ sifat melayani) dan pada saat ada
persoalan. Kita sendiri harus mendahului untuk mengatasinya.

Hakekat Jurus 10 (Guntingan)

Jurus 9 dengan tambahan : tangan sebelah bawah mencolok mata disusul tusukan tangan yang
lain menusuk leher disusul kaki menggempur lutut

Makna

1. Pemberitahuan dilakukan oleh orang lain yang sepengertian


2. Teguran dengan pengertian yang benar
3. Melumpuhkan pangkal persoalan

51
Persaudaraan Setia Hati Terate

Hakekat Jurus 11 (Guntingan)

Gerak :

Jurus 9 dengan tambahan

1. Badan melingkar ( membelakangi lawan, sikap ditonjolkan)


2. Tusuk mata. Tangan ditarik pukul ke bawah (kemaluan) tapak terbuka
3. Tendangan “B” (belakang) tangan menyangga di tanah

Makna

1. Melepaskan perhatian (pura- pura) menyimpan rahasia


2. Membuka mata orang diteruskan menunjukkan kelemahan (rahasianya)
3. Menegur dengan tak sengaja

Kesimpulan / Ulasan

Orang biasanya tidak senang apabila rahasia hatinya terungkap, maka tindakan yang sebaiknya
adalah pura- pura tidak tahu. Namun untuk merubahnya dapat dilakukan dengan cara memberi
tahu bahwa orang lain mengetahuinya atau menunjukkan langsung tentang rahasia tersebut pada
yang bersangkutan. Jalan selanjutnya adalah menegur secara tidak langsung. Misalnya dengan
cerita, sehingga secara dengan sendirinya timbul kesadaran.

Hakekat Jurus 12 (Cimacan)

Gerak :

1. Badan melongok ke depan, satu tangan di depan dada, yang lain dibelakang
2. Angkat lutut, kedua lengan menyatu di depan dada, kedua siku menyatu dengan lutut
3. Kedua tapak tangan dibuang ke samping

Kesimpulan / Ulasan

Untuk mencapai tujuan, seseorang tidak boleh melupakan awal dan akhir serta prinsip, dengan
penuh yakin dan teguh hati menyingkirkan segenap halangan dari luar dan dalam diri sendiri.
Setelah mencapai tujuan, hasilnya diberikan sebagian untuk diri sendiri dan sebagian untuk
orang lain.

Hakekat Jurus 13 (Cimacan)

Gerak :

 1 dan 2 sama dengan jurus 12 dengan tambahan:


 3 dilanjutkan kaki dilayangkan ke depan (perangkap)
 4 kaki ditarik kedua tangan merapat mendorong dagu.

Makna :

52
Persaudaraan Setia Hati Terate

 3 memberi pengorbanan
 4 meraih tujuan pokok/ peringatan kepada lawan

Kesimpulan / Ulasan

Dalam pencapaian suatu maksud yang lebih tinggi nilainya, seseorang perlu memberikan
pengorbanan (moril dan materil, jiwa dan raga)

Hakekat Jurus 14 (Tekuk Penjalin/ Pukulan Tinju)

Gerak :

 0 pasang posisi 14 (posisi orang berjalan/ wajar, tangan mengepal)


 1 satu kaki diangkat tergantung, satu tangan yang berlawanan di depan dada mengepal
tangan yang lain diletakkan di samping, posisi lengan siku- siku
 2 kaki melangkah, tangan yang sama memukul (pendeta), dilanjutkan 2 rangkaian
pukulan (ksatria)

Makna :

 Bersikap hati – hati, tidak tergesa- gesa melangkah, perhatikan situasi, menyimpan
rahasia orang lain berjalan wajar (seolah- olah tidak tahu)
 Bertindak, mengangkat derajat orang. Memberikan aksi – aksi yang tidak kelihatan.

Kesimpulan / Ulasan

Dalam pergaulan kita tidak boleh gegabah/ mudah menilai orang lain, mempelajari latar
belakang da nasal- usul keberadaannya. Lebih baik berpura- pura tidak mengetahui masalah
orang tersebut. Apabila kita melakukan sesuatu lebih baik mengangkat terlebih dahulu
keberadaannya, barulah memberikan stimulus –stimulus secara terus menerus.

Hakekat Jurus 15 (Tekuk Penjalin/ Pukulan Tinju)

Gerak :

 0 pasang 15 (pasang kebalikan dari pasang 14, tangan kaki sepihak)


 1 kaki membesut/ tendangan pendek ke kaki lawan
 2 kaki jurusan 14

Makna :

 0 membuka diri terhadap diri orang lain (bersikap terbuka) menutup/ menyimpan
rahasia orang lain dan menyimpan maksud sebenarnya.
 1 melihat, menjajaki/ sikap kebiasaan orang lain

Kesimpulan/ Ulasan

53
Persaudaraan Setia Hati Terate

Bersikap tebuka/ bersahabat/ berani/ membuka rahasia pribadi yang perlu, dalam hal yang
bersangkutan perlu agar kita diterima dalam hati orang (rahasia berbobot nilai yang sama
dengan orang tersebut) untuk selanjutnya berlaku hal- hal seperti tsb jurus 14)

Hakekat Jurus 16 (Lintau)

Gerak :

 0 pasang 9
 1 colok mata dilanjutkan tendangan “A” rendah atau “C” sapuan
 2 tendangan “B” loncat mundur.

Makna :

 0 makna jenis 9
 1 memberi tahu akibat yang berbahaya / merugikan, memotong langkah yang akan
berakihir buruk
 2 menunjukkan kekeliruan tanpa mengungkap kelemahan (pura- pura tidak
mengetahui) mengundurkan diri dari persoalan (tidak mencari jasa pujian)

Kesimpulan / Ulasan

Untuk berbuat sesuatu kita perlu melihat situasi dan aspek- aspeknya. Cepat bertindak untuk
mendahului bertindak, dengan diam – diam dan setelah usai (menghilang) dari perhatian orang
lain.

Hakekat Jurus 17 (Liong Kun)

Gerak :

 0 pasang 9
 1 kaki belakang melangkah, tapak kaki dipadukan tapak tangan mengepal, pasang 17
(miring), dua tangan diatas kepala (colok mata)
 2 tendangan “T” (miring) sambil mencolok mata seera kejutan di tarik setengah gerakan
 3 menentukan tempat berpijak (sesuai dengan arah lawan sambil melakukan tendangan
“B”
 4 loncat mundur 2 kali

Makna :

 1 menyongsong tugas dengan segenap konsentrasi dan kesiapan. Bergerak dengan


cermat menjunjung tinggi amanat dan peraturan/ pepacu, menyerah pada takdir/ kodrat.
 2 memberi tahu secara tidak lengkap (agar orang lain menyimpulkan sendiri),
perumpamaan, pasemon, dsb. (dalam pengertian dan tindakan)
 3 Mencari/ mengerti keadaan orang lain seberapa besar pengertian/ pengetahuannya
sebagai titik tolak tindakan selanjutnya
 4 kembali kepada posisi semula

54
Persaudaraan Setia Hati Terate

Kesimpulan/ Ulasan

Tidak segan menghadapi tugas dengan berserah diri pada Tuhan, bertindak tidak menggurui
tetapi memberi tanda siaga agar orang lain menyimpulkan sendiri, kemudian mengadakan
penyajian sampai dimana pengetahuannya tersebut, yang dipakai sebagai titik tolak tindakan
selanjutnya. Akhirnya melepaskan diri dari perhatian orang banyak/ paling tidak bukan mencari
perhatian/ pujian tersebut.

Hakekat Jurus 18 (Liong Kun)

Gerak :

 0 pasang 9
 1 kaki belakang melangkah, tapak kaki dipadukan, tapak tangan mengepal, pasang yaitu
kaki tersebut diletakkan di depan lewat belakang, posisi miring/ membelakangi.
 2 tendangan “A” miring/ kepetan, kembali posisi semula, sambil menangkis tendangan
(tangan/ mengepal)
 3 badan memutar, tangan yang lain diputar, mengangkap kaki lawan di angkat ke atas
(posisi merendah dan didorong/ dikembalikan ke depan)

Makna :

 1 idem jurus 17, bergerak lewat jalan belakang/ jalur lain. Pura- pura tidak
memperhatikan
 2 memberi tahu lewat jalan lain, kembali kepada status apabila ada reaksi
 3 Menggunakan orang lain/ jalur lain, untuk menggapai reaksi, menanggapi pendapat
dan menyerahkan kembali permasalahan pada yang bersangkutan dengan segenap
konsekuensinya

Kesimpulan/ Ulasan

Tugas yang kita pukul yaitu perbaikan untuk sesama dalam penyampaian informasi/
pemberitahuan kadang- kadang diperlukan hal lain. Orang lain., binatang sebagai
perumpamaan. Berpijak dari sikap seolah- olah tidak tahu apabila hal lain tak berhasil kita tak
mendapat teguran, kita sadarkan bahwa kita hanya sekedar (sakdermo) demi …. Dsb (dalam arti
positif). Kadang- kadang diperlukan adanya musyawarah dengan sesama. Dan terakhir kita
serahkan kembali pada yang bersangkutan untuk menyimpulkan.

Hakekat Jurus 19

Gerak :

 0 pasang 9
 1 kaki belakang diangkat posisi miring dan rendah
 2 kaki belakang diletakkan didepan posisi tetap miring, tangan tetap ditekuk, siku diatas
didepan wajah dengan satunya didepan dada.
 3 tendangan “A” pendek dilangkahkan mundur sambil menangkis tendangan (kebawah)

55
Persaudaraan Setia Hati Terate

 4 siku tangan satunya diletakkan didepan wajah, badan menyongsong maju sambil
merendah.

Makna :

 1 bersikap rendah hati dan hati- hati dalam melangkah


 2 bertindak dengan terbuka, jujur tetapi cermat agar menitik beratkan pada maksud
baik/ kebaikan
 3 bergerak dengan canda/ bersahabat, bersikap mengalah pada sesama, menyambut
kritikan/ teguran orang lain
 4 mengiyakan segenap pendapat/ menghormati pendapat orang lain agar mendapat
posisi sebaik- baiknya.

Kesimpulan/ Ulasan

Rendah hati adalah perlu untuk berbuat kepada orang lain diikuti sikap terbuka/ jujur mau
menghargai, memuji, menyenangkan orang lain tidak menolak alasan dan sebagainya akan
mengakibatkan kita di terima oleh orang banyak, sebab apabila tidak demikian maka niat
kebaikan kita tidak akan berhasil.

Hakekat Jurus 20

Gerak :

 1 idem jurus 19
 2 kaki belakang maju lewat belakang, rendah posisi tangan sama dengan jurus 19
 3 tendangan “T” lutut (pendek) dan seterusnya jurus 19

Makna :

 1 bersikap terbuka tanpa melalaikan kewaspadaan. Bertindak secara tidak langsung


jalan memutar
 2 menegur jangan humor, tindakan dan seterusnya

Kesimpulan/ Ulasan

Untuk bertindak pada seseorang perlu menggunakan perantaraan orang lain yang dekat dengan
orang tersebut. Seolah- olah tidak terang – terangan namun tetap berlandaskan kerendahan hati
dan etika kebaikan bagi sesama, sebab ada orang yang merasa risih apabila di tegur secara
langsung, sehingga misi kemanusiaan kita gagal.

Hakekat Jurus 21 (Cakalele)

Gerak :

 0 pasang jurus 1
 1 kedua tangan diangkat di atas kepala, memutar kebelakang (tangkisan)

56
Persaudaraan Setia Hati Terate

 2 kaki maju serong keluar, tangan yang berlawanan memukul vertikal (kepel gerbang
sasaran bahu)
 3 kaki belakang diangkat, tangan memegang lutut, kaki dibuka kesamping, badan
ditutup kembali
 4 kaki kembali mundur posisi semula, tangan memukul sama dengan di atas

Makna :

 1 mempertimbangkan sikap yang akan dilaksanakan sehubungan dengan kepentingan


sesuai dengan kondisi/ tujuan
 2 menggunakan kebijaksanaan, memberi beban/ tugas/ hukuman.
 3 menunjukkan maksud yang sebenarnya/ penjelasan dengan segenap keterbukaan dan
menyaudara, menekan kembali maksud dan tujuan.
 4 memberi beban/ tugas hukuman kembali.

Kesimpulan/ Ulasan

Dalam membari pendidikan/ latihan pada orang lain hendaknya menggunakan segenap
pertimbangan demikian pula suatu hukuman, harus diikuti dengan penjelasan tentang motivasi
dan sebab akibatnya dengan rasa penuh persaudaraan

Hakekat Jurus 22 (Cakalele)

Gerak :

 0 s/d 2 sama dengan 21


 3 kaki kebelakang menendang sambil memukul tangan ke bahu
 4 kaki ditarik ke posisi semula, tangan (kedua- duanya) ditarik ke atas memutar,
dipukulkan kembali kea rah bahu
 5 dan 6 sama dengan 3, 4 jurusan 21

Makna:

 3 Menegur memperingatkan dan memberi beban baru


 4 Mengadakan penelitian dan pertimbangan (menghentikan kegiatan)
 5 dan 6 sama dengan di atas

Hakekat Jurus 23 (Kauw Kun)

Gerak :

 0 pasang 1 terbalik
 2 Kaki maju selangkah, tangan depan memutar keatas kepala memukul/ menyerang
(gerbang) leher diikuti tangan yang lain dengan gerakan serupa dan dilanjutkan dengan
tendangan miring ke arah perut

Makna :

57
Persaudaraan Setia Hati Terate

 2 Menegur langsung dapat menggunakan kelemahan kesalahan yang diperbuat, disusul


teguran dengan menggunakan kelemahan yang lain yang bobotnya seimbang.
Dilanjutkan dengan membangkitkan motivasi untuk berbuat. (sugesti)

Kesimpulan/ Ulasan

Mencoba menggerakkan orang dapat dilakukan dengan menegur pada titik – titik kelemahannya
sehingga kesadarannya mampu menerima/ pengertiannya timbul, kemudian perlu diberikan
motivasi untuk mengawali aktifitas.

Hakekat Jurus 24 (Kauw Kun)

Gerak :

 0 pasang 1 terbalik
 1 kaki maju selangkah, tangan depan memutar keatas kepala memukul/ gerbang leher
diikuti tangan lain serupa
 2 kedua siku disatukan dengan lutut kaki belakang (kaki angkat)
 3 maju selangkah memukul pada 2 sasaran (mendorong)

Makna :

 1 menegur langsung dengan menggunakan titik kelemahan/ kesalahannya


 2 menunjukkan segenap maksud, alasan- alasan dan segenap pertimbangan
 3 memberi motivasi dengan maksud ganda, pengertian tentang untung ruginya.

Hakekat Jurus 25 (Padang)

Gerak :

 0 pembukaan pasang 8, 9 tendang “A”


 1 kaki mundur (langkah jongkok tangan berposisi seperti pasang 14 (tangkis))
 2 badan memutar, siku tangan mendorong horizontal, tangan yang lain menutup bagian
yang terbuka
 3 kaki belakang maju posisi setengah terlentang (duduk)
 4 badan diputar tangan menyambar, bangkit berdiri pasang 9

Makna :

 1 merendahkan hati, menghentikan kegiatan tetap memegang teguh prinsip


 2 berubah sikap, mengutamakan pertimbangan/ perasaan, mengikuti sikap orang lain
tetapi menjaga agar tidak terkekang
 3 menguasai tempat kedudukan/ posisi
 4 mengambil manfaat/ hikmahnya

Kesimpulan/ Ulasan

58
Persaudaraan Setia Hati Terate

Agar dapat diterima eksistensi kita maka pertama- tama hendaknya bersikap rendah hati/ tidak
sombong tidak mendahului, mengemukakan isi hati. Dengan cermat/ penuh perhitungan
mengikuti kegiatan- kegiatan orang lain agar ada perasaan satu. Akhir mengambil nilai- nilai,
hikmah dan sebagainya untuk menentukan sikap.

Hakekat Jurus 26

Gerak :

 0 pembukaan pasang 9 tendangan “A”


 1 kaki mundur/ langkah, jongkok putar badan membelakangi lawan
 2 tendangan “B” satu kaki, disusul tendangan “B double” (2 kaki)
 3 menjatuhkan kedua kaki dalam, posisi tertutup (pasang gunting)
 4 menggunting kaki
 5 kembali posisi semula

Makna:

 1 mengalah seolah- olah melepaskan diri dari tujuan/ tugas positif


 2 mengadakan aksi benturan seolah – olah tak sengaja
 3 menghentikan kegiatan fisik secara total sambil menanti kesempatan introspeksi dan
retrospeksi
 4 membalik kedudukan merubah sistem
 5 mengambil alih posisi semula

Kesimpulan / Ulasan

Apabila kegiatan dalam suatu tujuan tidak berhasil kita harus berhenti dari kegiatan, melalui
jalur lain (dengan bantuan saran/ media yang lain) yang diikuti pula dengan proses pengiring.
Meneliti ulang segenap proses kegiatan. Merubah sistem disesuaikan dengan situasi/ kondisi
dan akhirnya mengulangi usaha yang gagal tersebut

Hakekat Jurus 27

Gerak :

A. 0 pasang jurus 9
1 badan membalik hadap belakang
2 kaki belakang menendang “B”
B. 0 pasang jurus 9
1 Surut kebalakang, kaki tetap atau geser setengah langkah
2 kaki belakang menyabet lewat belakang
C. 0 pasang jurus 9
1 menjatuh kearah depan badan tegak
2 kaki belakang menyapu lewat belakang

Makna :

59
Persaudaraan Setia Hati Terate

A. 0 perhatian makna 9
1 menghentikan kegiatan / melepaskan perhatian.
2 meninggalkan perigatan kesan ? pesan melalui kegiatan yang lain/ orang lain
B. 0 perhatian makna 9
1 menghentikan kegiatan secara langsug
2 melaksanakan kegitan melalui perantara orang yang dekat (sejajar dengan
kedudukannya)
C. 0 perhatian makna 9
1 “masuk” ke dalam kawasan perhatian orang lain
2 melaksanakan kegiatan melalui perantara orang yang dekat (keluarga dan lain- lain)

Kesimpulan/ Ulasan

Pada hakekatnya makna jurus 9 adalah tidak membiarkan orang lain menanggung akibat dari
perbuatan kita :

a. Orang yang sejajar kedudukannya sering dapat menjadi perantara terlaksananya proses
proses perubahan
b. Untuk melanjutkan suatu sikap yang tidak diterima, kadang – kadang perlu kita beri
tekanan aksen berupa pesan- pesan yang sugestif yang mendasar
c. Pendekatan pada keluarga seringkali merupakan jalan yang baik untuk suatu keperluan,
misalnya: dengan menunjukkan perhatian dan simpati kepada anak- anaknya,
pertolongan yang dibutuhkan pada anggota keluarga dan sebagainya.

Hakekat Jurus 28

Gerak :

 0 pembukaan pasang 9
 1 mundur satu langkah, jongkok, tangan pada posisi jurusan 1
 2 kaki belakang melangkah serong kedepan keluar, kaki depan berganti diletakkan
belakang

Makna :

 1 melemparkan keinginan diri sendiri, bersikap rendah hati


 2 mengikuti kehendak orang lain, menjunjung tinggi amanat, memberi kesempatan
pada orang lain

Hakekat Jurus 29

Gerak :

 1 sama dengan atas


 2 kaki belakang dilangkahkan ke depan serong
 3 kaki depan mengikuti di depan, kaki terlebih dahulu melalui belakang kaki tersebut
posisi badan terbalik (kaki depan menjadi belakang)

60
Persaudaraan Setia Hati Terate

 4 menjatuh telentang, kaki belakang diangkat vertikal

Makna:

 1 sama dengan di atas (jurus 28)


 2 bergerak dengan langkah tersamar (tidak terang – terangan) tidak melupakan asal
mula persoalan, menyesuaikan diri dengan alam sekitar dan kondisi saat itu
 3 mengadakan kegiatan dengan penyerahan diri/ ikhlas memberikan pengorbanan/ tidak
melawan pendapat orang lain.

Kesimpulan/ Ulasan Jurus 28 & 29

Agar eksistensi kita diterima oleh orang lain maka kita perlu menjunjung tinggi orang lain
apabila terdapat sesuatu hal yang kurang berkesan pada kita, maka cara yang tersamar sesuai
dengan situasi lingkungan kita laksanakan agar terjadi perembesan penetrasi sikap batin
ucapkali dalam tujuan perubahan sikap orang kita perlu pengorbanan, harta/ benda, perasaan,
harga diri, dsb.

Hakekat Jurus 30

Gerak :

 0 pasang 28
 1 memutar badan membelakangi lawan
 2 meloncat kedepan (kearah menjauhi lawan), tendangan “A” ke bawah (menghentikan
langkah maju)

Makna :

 Memalingkan arah, membiarkan, tidak berhubungan, memutuskan komunikasi


 2 meninggalkan, menjauhi sambil menjelaskan menegur dengan halus tetapi mengena

Kesimpulan/ Ulasan

Tujuan kita adalah mengikat tali persaudaraan tanpa pamrih, namun apabila iri digunakan hak
tertentu untuk suatu kepentingan yang berlawanan dengan asas/ prinsip, maka dengan ia
memalingkan pandangan untuk menjauhi dengan memberikan alasan secukupnya yang melukai
hati.

Hakekat Jurus 31

Gerak :

 0 dan 1 sama dengan atas


 2 meloncat kedepan (sama dengan jurus 30)
 3 tendangan ke atas (kemaluan)

Makna :

61
Persaudaraan Setia Hati Terate

 1 dan 2 sama dengan di atas


 3 memberikan sikap tegas dengan berpegang teguh pada asas dan prinsip teguran pada
pangkal permasalahannya/ pokoknya.

Kesimpulan/ Ulasan

Apabila sikap pada jurusan 30 belum berhasil, maka kita adakan sikap tegas dengan berpegang
teguh pada prinsip tujuan “AS” dengan jalan meniadakan/ menghancurkan pengaruh –
pengaruh pandangan hidupnya.

Hakekat Jurus 32

Gerak :

Berputar ke kanan/ arah jarum jam, menghadapi 4 penjuru angin

0. sikap tegak pembukaan


1. loncat cepat kuda – kuda tengah
2. a berganti ke kuda – kuda dengan sikap tangan yang sama, b dilanjutkan menghadap ke
kanan dengan sikap sama dengan a, c menghadap ke kanan (belakang dari semula
kebalikan no. 10), d menghadap ke kanan untuk selanjutnya kembali posisi 1

makna :

1. berpegang pada “as” berdasarkan prinsip


2. bertindak pada alternatif yang baik lebih dahulu (mendahulukan kebaikan
menghindarkan perselisihan. Apabila tidak berhasil, menggunakan sistem berlawanan
dengna tujuan sama.

Secara keseluruhan .

Mengamati alam sekitar, mempelajari keanekaan, karakter manusia dalam 4 kiblat (air, api,
angin, bumi) menyesuaikan kondisi dan sistem untuk kepentingan yang prinsipiil.

Menyesuaikan kondisi/ sistem artinya penggunaan saudara dalam 4 nafsu (Aluamah, Amarah,
Supiah, Mutmainah) untuk disesuaikan dengan karakter alam sekitar/ orang lain

Kesimpulan/ Ulasan

Dalam bertindak kita harus memperhatikan 2 arah sasaran, yaitu kondisi di luar kita dan kondisi
dalam diri kita sehingga terjadi efisiensi daya dan kegunaannya, namun tidak boleh melupakan
yaitu : prinsip hidup sejati menuju kea rah ketentraman, sebagaimana diartikan dalam
Pembukaan Setia Hati.

Hakekat Jurus 33

Gerak :

 0 sama dengan atas

62
Persaudaraan Setia Hati Terate

 1 sama dengan atas


 2 no 2a jurusan 32
 3 kaki kanan (tumpuan berak badan), diloncatkan sambil kaki kiri mengadakan
tendangan sabit “C”
 4 kaki kanan (tumpuan berak badan), diloncatkan kecil mengambil posisi no. 2,
berganti condong ke kanan mengulang gerakan no. 2a (kebalikannya

Makna :

 3 maju harus sambil membawa beban badan, berbuat sesuatu pada orang lain
 4 bertahan dalam tekanan beban untuk maju melangkah

Kesimpulan / Ulasan

Untuk menuju pada sasaran manusia akan mengalami banyak hambatan, terutama diri sendiri
berwujud kelemahan- kelemahan/ kekurangan. “memberikan” sesuatu dalam kekurangan adalah
salah satu kunci tercapainya ketentraman. Bertahan dalam penderitaan adalah salah satu perisai
kekuatan. Pantang menyerah dan enggan putus asa adalah sifat ksatria utama, yang akan
menghantar kejenjang keluhuran. Cinta penderitaan berarti mengalahkan diri sendiri, saudara 4
kita.

Hakekat Jurus 34

Gerak :

 0 posisi pembukaan
 1 kedua kaki loncat cepat ke depan belakang (posisi miring) kuda – kuda tengah, paha
horizontal, dua jari tengah berputar menusuk kedepan (tekukkan batang leher)
 2 siku ditarik ke bawah kearah lutut, tapak tangan di putar ke dalam, ke bawah, keluar,
ke atas berhenti disamping bahu pundak sambil menarik kaki depan naik.
 3 posisi ulang no. 1 dilanjutkan tendangan “B” ke atas/ ke belakang kembali posisi no.
1, dengan kaki dibalik

Makna :

 1 Cepat menyadari kekeliruan langkah, merombak sikap menunjukkan alasan bersikap


secara prinsip, menilai secara adil, tidak berat sebelah dan tidak memihak.
 2 Bersedia menarik langkah mengadakan perenungan/ refleksi mengubah haluan dan
bersedia maju kembali

Kesimpulan/ Ulasan

Kebenaran diri sendiri belum tentu sama/ diterima oleh orang lain, maka untuk berbuat yang
terbaik, kita harus bersedia merubah pandangan, menyadari kekeliruan langkah untuk
disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi. Sikap yang bijaksana adalah tidak gegabah tidak
gampang memberi penilaian dan tidak cepat menyampaikan sikap orang lain. Refleksi diri perlu
dilakukan setiap saat agar tercapai keseimbangan sikap dan pikiran.

63
Persaudaraan Setia Hati Terate

Hakekat Jurus 35

Gerak :

Dasar perputaran badan ke 4 penjuru

 1 angkat kaki, tapak kaki disatukan dengan tapak tangan yang berlawanan
 2 kaki diletakkan didepan dengan jalan memutar lewat belakang kaki yang lain. Badan
menyesuaikan, pada waktu tapak kaki menginjak tanah, kedua tangan diangkat ke atas
(sikap pasang 35)

Makna :

 Maju kedepan melewati jalan lain (tidak mencolok) yaitu : setelah menentukan sikap
dan segeap persiapan badan menanggung resiko (tanggung jawab) atas perbuatannya.

Kesimpulan/ Ulasan

Bentuk kehidupan di dunia adalah penuh liku- liku berbagai bentuk, jalan, cara, penuh tipu/
kelaparan. Untuk menghadapinya kita pun harus menggunakan bentuk – bentuk yang sama
dengan penuh perhitungan akan akibat – akibatnya. Kita harus konsekuen dan tanggung jawab
terhadap akibat yang kita lakukan

Hakekat Jurus 36

Gerak : tidak dapat ditulis

Makna : membungkus langkah terhadap kehendak diri dengan ikrar “keharapaan”. Maju terus
dengan sujud Sang Khalik berdasarkan tugas suci yaitu kesucian diri dan ketentraman dunia

64
Persaudaraan Setia Hati Terate

HAKEKAT DAN MAKNA JURUS SH

(EERSTE TRAAP TINGKAT I)

MOTTO

PENDERITAAN ADALAH AWAL KEBAHAGIAAN

Barang siapa mencintai penderitaannya, maka dia sudah ada dalam kebahagiaannya

PEMBUKAAN GERAKAN

1. Berdiri alip (tangan lurus kebawah samping kiri kanan)


2. Tangan mengambang keatas, tapak tangan bertemu diatas ubun- ubun
3. Kedua tangan membentuk lambang “Hati” jari- jari menyatu. Diturunkan keatas
dahi atau ulu hati
4. Tangan terangkat diturunkan ke tanah disebelah kiri (kaki kanan geser kanan di
sentuhkan ke dahi)
5. Tangan terangkat turun ketanah sebelah kanan (kaki kanan kembali, kedudukan
semula kaki geser ke kiri) disentuhkan dahi.
6. Berdiri alip (tangan di ulu hati atau di dahi)
7. Kedua telapak tangan di depan dada satu tangan dekat badan, dada, jari tangan
jauh.

Makna:

1. Hening berserah diri kepada sang pencipta.


2. Membuka “Diri”, menyadari persatuan dengan alam semesta, yang terhubung dari
2 katup (positif dan negatif). Persatuan positif dan negative (di atas ubun- ubun)
merupakan pusat kekuatan berdasarkan “sabda” yang tunggal.
3. Dalam sabda terdapat satu titik “hampa” yang telah menyatu dalam sanubari
(pikiran, dahi, dan rasa ulu hati)
4. Dan 5, ikrar keselamatan (salam) kepada segenap alam disebelah kiri dan kanan
termasuk kepada para malaikat pelindung (sedulur papat)
5. Dan 4, ikrar keselamatan (salam) kepada segenap alam disebelah kiri dan kanan
termasuk kepada para malaikat pelindung (sedulur papat)
6. Ikrar kesatuan dengan alam semesta
7. Pemisahan kedua kutub positif dan negatif dengan berpusat pada : pribadi

Apabila diringkas dapat bermakna sebagai berikut:

1 s/d 3 : mengingat, mengikrarkan, mohon restu kepada bapa angkasa yang merupakan
asal dari segala asal

4 s/d 5 : mengingat, mengikrarkan, memohon restu, kepada ibu pertiwi yang telah
menyelenggarakan tubuh

6 percaya kepada diri sendiri dengan segenap kemampuan akan budi dan segala daya
upaya yang ada

7 sikap sedia bertindak sesuai dengan tugas yang dipikul

65
Persaudaraan Setia Hati Terate

Mengingat hakekat makna dari pembukaan jurusan tersebut jelaslah bahwa


pembukaan SH bukan melulu digunakan/ berfungsi sebagai awal prilaku pembelaan
diri, melainkan berfungsi universal dan multiguna.

Syarat penggunaan Pembukaan SH:

 Percaya akan penyelenggaraan Sang Maha Pencipta (tuhan) dalam bahasa SH


sebuat Bapak Angkasa ibu pertiwi. Asal segala asal, Sang Maha Pencipta),
dengan yakin, seyakin- yakinnya bahwa pasti beliau (tuhan) mengayomi diri
 Merasakan/ Meyakini/ Menghayati bahwa sabda berjalan pada manusia itu
merupakan keniscayaan, kepastian, tak terbantah
 Merasakan/ Meyakini/ Menghayati bahwa manusia bagian dari alam semesta,
tidak dapat terpisahkan dan dalam diri manusia terdapat alam kecil yang
sehakekat dengan alam semesta yang kita pergerakannya berdasarkan Sabda
yang Tunggal. Itulah sabda- Nya, kita perlu mengucap salam kepada “saudara-
saudara” kita tunggal sabda tersebut.
Bahwa sang penyabda adalah tunggal dengan sabda Nya adalah keniscayaan
pula yang merupakan “Hakekat” yang tak terbantah. Maka secara pribadi
pembukaan SH adalah Merupakan sarana penunggalan pribadi terhadap sang
khalik. Untuk menggenapi “persatuan” tersebut seorang siswa SH wajib
menggenapi dengan “laku- laku” kemanusian sebagai seorang ksatria yang
berfungsi sebagai “Duta Kehidupan” yaitu sebagaimana terpapar penjabaran
hakekat dan makna jurusannya.
 Dasar/ landasan pembukaan SH adalah hening artinya lepas dari perasaan/
emosi, sedih, gembira, takut. Berasa rendah diri, rasa tinggi hati/ sombong, rasa
bangga, puas, kecewa, dan sebagainya.

66
Persaudaraan Setia Hati Terate

HAKEKAT JURUSAN (JURUS) SH DAN MAKNANYA

Jurusan adalah merupakan tata urutan gerakan berangkai yang terdiri dari beberapa
hitungan. Segenap jurusan SH selalu diawali dengan pembukaan berintikan pada adeg- adeg
alip dan di akhiri dengan adeg- adeg pula. Ini mengandung makna bahwa segenap sikap hidup
dalam kehidupan SH beserta segenap gerak – geriknya selalu berasal dari Sang Maha Tunggal
dan berakhir pula pada- Nya

Gerak serang bela dalam jurusan

 Serangan mata (Colokan)


Memberi peringatan, mengingatkan, memberitahu, “membuka mata”
 Serangan pada kepala
Memberi peringatan, mengingatkan, menyadarkan
 Serangan pada leher
Teguran atas suatu kesalahan dengan pengertian yang benar
 Serangan pada dada
Menggugah perasaan, menguatkan kesan dan semangat
 Serangan pada perut/ punggung
Menggugah kehendak untuk berbuat sesuatu
 Serangan pada alat vital
Teguran/ peringatan atas kedudukan/ status
 Serangan pada kaki/ tangan
Teguran atas tindakan yang salah
 Melepaskan pegangan
Membersihkan diri dari suatu akibat/ pengaruh

67
Persaudaraan Setia Hati Terate

UBA RAMPE SELAMATAN PENGESAHAN

WARGA BARU

A. Ada 8 (delapan) buceng sebagai berikut:


1. Buceng kuat
Buceng yang bagian puncaknya terdiri dari ketan putih (1/5) bagian selain lauk
paik krawu diberi Panggang
2. Buceng slamet
Buceng yang bagian tengah diberi sabuk ketan kopi selain lauk pauk krawu
diberi Panggang
3. Buceng Robyong
Buceng yang ditancapi bunga telon sebanyak jumlah neptu hari pengesahan,
selain lauk pauknya diberi ingkung
4. Buceng Dinar
Buceng yang seluruhnya ditutupi telor dadar, selain lauk pauknya krawu diberi
Ingkung
5. Buceng tulak
Buceng biasa yang dasarnya diberi 4 janur bersilang selain lauk pauknya diberi
Panggang
6. Buceng golong
Buceng yang terdiri dari nasi bulat sebanyak 5, 7, 9, 11 buah yang berbentuk
kerucut, selain lauk pauknya krawu diberi Ingkung
7. Buceng Megana
Buceng yang terdiri dari nasi gurih (kebuli) yang didalamnya diberi Ingkung,
tidak diberi lauk pauk.
8. Buceng Punar
Buceng yang terdiri dari nasi punar, dan diberi Panggang, lauk pauknya terdiri :
sambal goreng ati/ rempelo, kering tempe, abon, telor dadar, di iris- iris, kacang
klici, dan diberi lauk pauk lainnya yang serasi.

Keterangan

1. Krawu/ urapan, terdiri dari kulupan yang macamnya lebih dari satu macam,
misalnya: bayam, wortel, buncis, kangkung, dan capar (ganteng), serta kelapa
diparut yang diberi bumbu, juga telur ayam kampung yang direbus (dibelah
dua), tahu/ tempe, bothok, peyekl dll
2. Telor dadar dan telor rebus ayam kampung yang dibuahi
B. Bubur sayuran

Terdiri dari nasi bubur yang lauk pauknya sambel ati rempelo, telor dadar yang
diiris- iris, abon, kering tempe, kacang kelici, krupuk dan lauk pauknya serasi.

C. Jenang sengkolo
1. Jenang beras berwarna putih
2. Jenang beras berwarna merah
3. Jenang berwarna putih ditumpangi merah
4. Jenang berwarna merah ditumpangi putih
5. Jenang beras berwarna hijau (sari daun pandan)

68
Persaudaraan Setia Hati Terate

6. Jenang beras berwarna hitam diberi bubuk kopi


7. Jenang beras berwarna kuning diberi air kunir
8. Jenang tuwo, jenang beras diberi insan kelapa diatasnya diberi gula merah
D. Cok bakal

Terdiri dari telor, telor bebek, kemiri, kluwak, brambang, mrico, tumbar,
Lombok abang, kacang ijo, kedele, beras, ketan putih, terasi, garam, gula jawa (aren),
teri, lawe, satu iris daging, bedak adem, dom (jarum) bolah (benang), sirih yang
digulung, kembang boreh, kembang telon, rokok kretek satu biji, uang logam dan
menyan madu.

Keterangan

Jumlah cok bakal ada 9 (Sembilan) buah:

 1 didalam ruangan pengesahan


 4 pojok tempat pengesahan
 1 tempat memasak
 1 pintu masuk pengesahan dan 2 perempatan jalan

69
Persaudaraan Setia Hati Terate

Contoh gambar 8 macam buceng

70
Persaudaraan Setia Hati Terate

MAKNA DARI SELAMATAN

Slametan dari kalimat selamatan” untuk daerah yang satu dengan yang lain berbeda-
beda. Maksud dan tujuannya sama yaitu diperuntukkan pada Yang Khalik, Yang Maha Kuasa.
Tanda syukur kita kepada Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan nikmatNya serta
hidayahNya agar kita mendapatkan yang lebih baik dari yang sudah dan dijauhkan dari mara
bahaya, semoga mendapatkan rezeki yang melimpah mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin,
dunia dan akherat

Selamat umumnya dipakai di Indonesia khususnya budaya jawa, sedangkan di arab


dinamakan tasyakuran, selamatan merupakan wajib bagi seorang yang menjadi warga
Persaudaraan Setia Hati Terate, dikandung maksud warga PSHT selalu mendapatkan selamat
dan mendapatkan lindungan Yang Maha Kuasa, dijauhkan mara bahaya.

Mengingat persaudaraan setia hati terate lahir dipulau jawa maka dalam acara
pengukuhan memakai adat budaya jawa, sedang uba rampe selamatannya terdiri dari 8 macam
buceng:

1. Buceng kuat
Mempunyai harapan bahwa agar warga Persaudaraan Setia Hati Terate menjadi kuat
lestari widodo lahir dan batinnya terutama harkat dan mertabatnya.
2. Buceng slamet
Mempunyai harapan bahwa agar warga Persaudaraan Setia Hati Terate menjadi selamat
tidak ada gangguan lahir maupun batin
3. Buceng robyong
Mempunyai harapan bahwa warga Persaudaraan Setia Hati Terate hidup didalam
masyarakat dimanapun juga disenangi orang banyak
4. Buceng dinar
Mempunyai harapan bahwa warga Persaudaraan Setia Hati Terate selalu bersinar dan
kekal adanya bagai emas
5. Buceng Tulak
Mempunyai harapan bahwa warga Persaudaraan Setia Hati Terate didalam hidupnya
dijauhkan dari rubeda ing sambikala atau tolak balak
6. Buceng Golong
Mempunyai harapan bahwa warga Persaudaraan Setia Hati Terate golong gumolong
gilig tekadnya rukun hidupnya.
7. Buceng Megana
Mempunyai harapan persaudaraan Setia Hati Terate tidak saja dipandang dari luar enak
tetapi didalamnya juga demikian artinya baik di dalam ataupun diluar sama baiknya
lahir batin.
8. Buceng Punar
Mempunyai harapan bahwa Persaudaraan Setia Hati Terate di dalam hidupnya
memancarkan nama yang harum baik nama, derajad, dan lain sebagainya.
 Tempat Buceng
Adalah bulat terbuat dari bambu disebut tampah, maksudnya sebagai warga
Persaudaraan Setia Hati Terate didalam hidupnya tidak mudah ceklekkan, patah
rahang, putus asa mutungan. Tetapi mempunyai semangat untuk maju
mempunyai hati yang bulat dan utuh, dapat menyelesaikan permasalahannya,
juga berarti sederhana di dalam hidupnya.

71
Persaudaraan Setia Hati Terate

 Lauk Pauk Krawu


Krawu atau urapan mempunyai maksud walaupun di dalam Persaudaraan Setia
Hati Terate terdapat perbedaan, namun perbedaan itu di pandang indah apabila
disatukan akan menjadi indah dan baik, sehingga didalam hidupnya seorang
warga Persaudaraan Setia Hati Terate tidak membedakan Ras (Diskriminasi).
 Jenang Sengkolo
Mempunyai harapan warga Persaudaraan Setia Hati Terate dijauhkan dari hal-
hal yang jelek atau rubeda mara bahaya.
 Buceng Kerucut
Suatu tanda bahwa warga Persaudaraan Setia Hati Terate selalu menembah
pada yang kholik atau menuju pada kausa prima merupakan dzat yang
menciptakan bumi dan isinya.
 Jago
Dibuat ingkung merupakan korban yang dimaksud bahwa warga Persaudaraan
Setia Hati Terate diharapkan menjadi Jago keluarga, lingkungan dan
masyarakat disekitar maupun secara luar maupun teladan hidupnya.
 Pisang Raja
Adalah merupakan rajanya pisang, mempunyai harapan bahwa warga
Persaudaraan Setia Hati Terate dapat menjadi pimpinan di dalam keluarga
maupun kehidupan sehari- hari di dalam masyarakat.
 Jajan Pasar
Dikandung dimaksud bahwa warga Persaudaraan Setia Hati Terate di dalam
hidupnya selalu sederhana.

72

Anda mungkin juga menyukai