Anda di halaman 1dari 7

Pertemuan 3 (08/08/2021)

Bab Wudhu

• Pengertian wudhu dan pensyari’atannya


Wudhu secara bahasa adalah baik dan bersih. Dan secara syar’i adalah
menggunakan air untuk anggota-anggota tubuh yang dikhususkan untuk diusap
dengan cara yang khusus. Dan bahwasannya wudhu itu disyari’atkan di agama kita
yang lurus. Sebagaimana firman Allah Ta’ala (QS. Maidah: 6) [wahai orang-orang
yang beriman apabila kalian ingin menunaikan sholat sementara kalian dalam
keadaan berhadats maka basuhlah wajah-wajah kalian dan tangan-tangan kalian
sampai ke siku dan usaplah kepala kalian dan kaki-kaki kalian hingga ke mata
kaki].
• Hukum wudhu
Hukum wudhu kadang bisa menjadi wajib dan kadang bisa menjadi
mustahab. Wudhu menjadi wajib pada perkara-perkara berikut:
1. Sholat (Jika kita berhadats)
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (QS. Maidah: 6) [wahai orang-orang
yang beriman apabila kalian ingin menunaikan sholat sementara kalian
dalam keadaan berhadats maka basuhlah wajah-wajah kalian dan tangan-
tangan kalian sampai ke siku dan usaplah kepala kalian dan kaki-kaki
kalian hingga ke mata kaki].
Dan Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda “Tidak diterima sholat salah seorang dari
kalian yang berhadats (kecil) hingga dia berwudhu”.

2. Ketika thowaf dan dalam keadaan berhadats


Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda “Thawaf disekitar ka’bah sama seperti sholat, hanya
saja yang membedakan adalah kalian berbicara didalamnya, maka barang
siapa yang berbicara maka janganlah dia berbicara kecuali dengan
perkataan yang baik”.
*) Apakah wajib berwudhu saat thowaf ? Jumhur ulama mengatakan tidak
wajib berwudhu. Karena tidak ada dalilnya bahwa jika thowaf harus
berwudhu sebagaimana dalil pada sholat. Terlebih lagi disaat mendesak
seperti saat haji maka bisa dibayangkan sulitnya jika wajib berwudhu saat
tawaf karena jika batal maka harus berwudhu lagi dan mengulangi
thowafnya dari awal apalagi jika orang tersebut baru pertama kali ke
Mekkah.

3. Jika menyentuh mushaf (menurut jumhur ulama)


Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala (QS. Al-Waqi’ah: ) [tidaklah
menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan].
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda kepada Amr ibn Hazm “Tidaklah orang yang
menyentuh Al-Qur’an kecuali orang-orang yang suci”.
*) Hukum menyentuh di hp tidak sama seperti hukum mushaf maka tidak
wajib berwudhu.
*) Adapun pada mushaf yang ada terjemahan dan tafsirannya, jika Al-
Qur’annya lebih banyak maka dia mengikuti hukum mushaf adapun jika
tafsirnya lebih banyak maka tidak termasuk hukum mushaf.
*) Yang rojjih adalah semampunya kita berwudhu sebelum menyentuh
mushaf walaupun jika kita meyakini bahwa menyentuh mushaf tidak wajib
berwudhu karena dilihat dari adab terhadap Al-Qur’an dan keutamaannya.
Inilah yang utama.
• Adapun berwudhu dianjurkan saat :

1. Bagi siapa yang ingin memperbarui wudhunya ketika hendak


sholat untuk mencari keutamaan hadits dari ‘Amr ibn ‘Aamir Al-
Anshory berkata, Aku mendengar Anas ibn Maalik radhiAllahu ‘anhu
berkata, “Dahulu Nabi ‫ ﷺ‬berwudhu setiap kali hendak sholat” maka aku
berkata, “Kemudian apa yang kalian lakukan?” Anas menjawab “Kami
duhulu pernah melakukan sholat semuanya dengan satu wudhu selama
kami belum berhadats”. Artinya ini adalah mustahab (dianjurkan).

2. Bagi siapa yang ingin membaca al-qur’an tanpa mushaf, atau


berdzikir atau adzan karena semua amalan ini adalah ibadah dan
ibadah yang paling utama adalah seseorang melakukan ibadah itu dalam
keadaan bersuci sebagaimana dalam hadits Nabi ‫ ﷺ‬besabda “Hendaklah
orang-orang yang beradzan mengumandangkan sampai dai berwudhu”
dan hadits dari Abu Hurairah ‫ ﷺ‬Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda “Tidaklah
seseorang yang ingin melakukan adzan hendaklah dia berwudhu
sebelum dia adzan”.
3. Bagi siapa yang hendak tidur dianjurkan untuk berwudhu terlebih
dahulu sebagaimana sabda Nabi ‫“ ﷺ‬Apabila kamu hendak mendatangi
tempat tidurmu maka berwudhulah engkau sebagaimana wudhumu
untuk sholat”.

4. Bagi siapa yang marah. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda “Sesungguhnya rasa


marah itu disebabkan dari setan dan setan itu diciptakan dari api dan
api itu hanya bisa dipadamkan dengan air. Maka jika salah seorang
dari kalian marah hendaknya dia berwudhu”.

5. Bagi orang yang ingin berjimak dengan istrinya atau yang ingin
mengulangi jimak mereka. Nabi ‫ ﷺ‬bersabda “Apabila salah seorang
dari kamu mendatangi istrinya lalu dia ingin mengulangi lagi maka
hendaknya dia berwudhu di antara yang pertama dan kedua”.

6. Darah istihadoh (yaitu darah yang keluar diluar kebiasaan dari haidh).
Nabi ‫ ﷺ‬bersabda “Orang yang dalam keadaan mustahadoh (orang yang
haid dan darahnya keluar melebihi kebiasaannya) maka mereka
meninggalkan sholat selama hari-hari haid mereka kemudian dia mandi
(jika keluar darah lagi maka itu adalah darah istihadoh) hendaknya dia
berwudhu setiap kali sholat dan dia boleh sholat dan berpuasa”. Darah
istihadoh membatalkan wudhu karena keluar dari salah satu jalur.

• Syarat sahnya wudhu ada 8 :


1. Islam. Maka tidak sah wudhunya orang kafir. Karena wudhu adalah ibadah
dan ibadah tidak sah tanpa iman.
2. Berakal. Maka tidak sah wudhunya orang gila karena orang gila bukan
termasuk orang yang dibebani syari’at
3. Tamyiiz (yaitu dapat membedakan mana yang baik dan buruk). Maka tidak
sah wudhu bagi orang yang belum mencapai usia tamyiz (biasanya 7 tahun).
Dalilnya adalah sabda Nabi ‫“ ﷺ‬Perintahkanlah anak-anak kalian dengan
sholat saat mereka 7 tahun”

4. Niat. Untuk mengangkat hadats (jika dalam keadaan hadats kecil) atau agar
boleh sholat (apabila untuk bertayammum).
5. Menghilangkan apa-apa yang bisa menghambat sampainya air
menyentuh ke kulit atau kuku

6. Airnya harus thohuur (bisa diapakai untuk bersuci)


7. Airnya boleh dipakai bukan air curian. Jumhur ualama mengatakan
wudhunya sah tapi dia tetap berdosa (dan ini yang roojih)
8. Dan jika dia buang air besar atau air kecil maka harus istinja dulu atau
istijmar sebelum berwudhu.

Anda mungkin juga menyukai