Q1 Makalah JTM 2 - Hendra Susila
Q1 Makalah JTM 2 - Hendra Susila
Disusun Oleh:
HENDRA SUSILA
Penulis
I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………II
ABSTRAK …………………………………………………………………………………III
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………… …. 20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 21
II
ABSTRAK
Transfomator merupakan salah satu komponen pada sistem jaringan tenaga listrik
yang berguna untuk membantu poses menyalurkan tenaga listrik. Salah satunya
merupakan transfomator yang terdapat di gardu distribusi untuk penyaluran energi
listrik ke pelanggan. Dalam proses penyaluran energi sering ditemukan kerusakan
yang terjadi pada transfomator. kerusakan ini menyebabkan kontinuitas pelayanan
terhadap pelanggan menjadi tidak optimal. Transfomator distribusi yang dibebani
melebihi 80% dari kapasitasnya dapat memperngaruhi usia pemakaian / life time
transfomator distribusi yang berpotensi menjadi gangguan pada jaringan tenaga
listrik. Maka dilakukan upaya agar presentase pembebanan transfomator distribusi
tidak melebihi kapasitasnya, salah satunya dengan pemasangan Gardu Sisip.
Metode penelitian yang dipilih dengan mengambil data sekunder yang bersumber
dari pengukuran beban trafo satu fasa.
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1
sistem secara optimal.
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
2
BAB II
LANDASAN TEORI
4
C. HUBUNGAN MASALAH DENGAN TEORI
Pada kasus tertentu perhitungan jatuh tegangan faktor besarnya tahanan
masih dapat di pertimbangkan, namun pada kasus yang dijumpai pada saluran
tegangan menengah perhitungan nilai induktansi dan kapasitansinya nilainya
cukup berarti dan harus diperhitungkan dengan tepat.
Pada jaringan transmisi, kasus mengenai tegangan sangat penting. Dari
mulai perencanaa maupun pengoperasian harus memperhatikan nilai tegangan
pada masing-masing salurannya. Pemilihan jenis penghantar (penampang
penghantar) harus diperhatikan agar besarnya jatuh tegangan dapat di
minimalisir.
Menurut standar kebijakan yang ditentukan oleh PLN, besarnya jatuh
tegangan pada ujung pelanggan ditentukan di SPLN 1 :1978. Pada SPLN
tersebut dikatakan batas maksimal jatuh tegangan +5% dan minimal -10% dari
tegangan nominalnya. Jatuh tengan pada jaringan disebabkan oleh hambatan
(R) dan reaktansi (X) pada saluran.
5
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Teori Gardu Distrbusi
Gardu Distribusi adalah bangunan gardu transformator yang
menyuplai kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan dengan Tegangan
Rendah. Gardu Distribusi merupakan kumpulan/gabungan dari perlengkapan
hubung bagi Tegangan Rendah. Jenis perlengkapan hubung bagi Tegangan
Rendah pada Gardu Distribusi berbeda sesuai dengan jenis konstruksi
gardunya.
6
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Lokasi praktek kami dalam melakukan projek berada di Gardu Insuk PT PLN UP3vLahat ,
Sumatera Selatan pada hari Selasa, 23 Agustus 2019
Teori Pendukung
7
Pada tipe inti terdapat dua kaki, dan masing-masing kaki dibelitkan oleh
satu kumparan. Sedangkan tipe cangkang mempunyai tiga buah kaki, dan hanya
kaki yang tengah dibelitkan oleh kedua kumparan. Dalam bidang tenaga listrik
pemakaian transformator dikelompokkan menjadi :
1. Transformator daya.
2. Transformator distribusi.
3. Transformator pengukuran yang terdiri atas transformator arus
dan transformator tegangan.
Trafo distribusi menyalurkan tenaga atau daya listrik dan suatu jaringan
tegangan menengah (6 kV, 12 kV, 20 kV) ke jaringan tegangan rendah. Dalam
standar hanya terdapat rating dari 5 sampai 50 kVA untuk trafo distribusi satu fasa
dan rating 25 sampai 2500 kVA untuk trafo distribusi tiga fasa, yang dibuat
berdasarkan Standar PLN 50 tahun 1997.
8
.
Gardu sisipan merupakan suatu metode yang digunakan oleh PT. PLN
(Persero) selaku pihak penyedia pelayanan energi untuk menghindari kerugian yang
terjadi pada gardu akibat dari transfomator di gardu yang sudah ada sebelumnya
dengan menyisipkan gardu baru. Terdapat alasan atau faktor yang digunakan oleh
PT. PLN (Persero) menyisip gardu atau memasang trafo tambahan pada gardu sisip
adalah:
2.1.4 Transformator Yang Ada Sebelumnya Terjadi Overload
Overload sendiri merupakan kondisi beban atau arus yang dipikul terjadi
suatu transfomator melebihi arus pembebanan penuh atau ketika full load sehingga
mengakibatkan transfomator mengalami peningkatan suhu/panas lalu belitan kawat
yang terdapat dalam transfomator tidak lagi sanggup menahan beban yang
ditampung dan isolasi belitan terjadi kerusakan.
9
Gambar 2.5 Risiko Penggunaan Trafo yang Overload
Nilai drop tegangan akan terjadi apabila faktor faktor diatas nilainya
juga besar. Drop tegangan merupakan drop tegangan yang terjadi di ujung
jaringan tegangan rendah (JTR) dimana nilai tegangan yang terjadi di saluran
JTR yang mengalami jatuhnya atau turun tegangan pada ujung saluran
konsumen. Nilai jatuh tegangan yang diperkenankan pada transfomator
distribusi senilai 3% dari nilai tegangan kerja dan pada STR diperkenankan
hingga 4% dari nilai tegangan kerjanya hal ini sesuai dengan SPLN No. 72
tahun 1987 pasal 4 ayat 19 tentang Pengaturan tegangan dan turun
tegangan.
10
Gambar 2.5 Diagram Line Transfomator Sisipan
11
Setelah dihitung, kemudian lihat pada gambar kurva temperature
berdasarkan IEC 6035470, sebagai berikut
12
1. Pemasangan Gardu Sisip
1. Gardu Sisip
Pecah beban dilakukan dengan cara membagi beban kejurusan lain atau
penambahan line jurusan JTR dari jurusan yang belum digunakan.
13
Pemakaian daya yang dipakai pada industri akan semakin merata,
dikarenakan banyaknya industri bekerja pada waktu siang-malam. Maka dapat
dipastikan pemakaian daya di beban industri akan lebih menguntungkanhal ini
disebabkan kurva beban yang didapat akan lebih merata. Sedangkan beban yang
terdapat didalam fasilitas umum akan dominan pada siang dan malam.
Kebanyakan pada daerah operasi tenaga listrik akan memunculkan ciri tersendiri,
misalnya di daerah yang banyak tempat wisata, pelanggan selaku penggiat bisnis
mempengaruhi penjualan dari kWh itu sendiri meski jumlah pelanggan bisnis jauh
lebih sedikit dibandingkan pelanggan rumah tangga.
Umumnya klasifikasi beban akan didasarkan pada beberapa faktor-
faktor. Diantaranya sebagai berikut :
• Jenis konsumen
• Lingkungan atau geografis
• Ketergantungan terhadap pelayanan listrik
Tabel 2.1 Klasifikasi beban
14
D. ANALISA DATA
Klasifikasi Beban
Pada beban pengklasifikasian ini akan sangat penting dalam artian bila
dilakukan analisa karakteristik bebannya dalam sistem yang besar.
Perbedaannya akan berprinsip dari empat jenis beban yang sudah disebutkan
diatas, selain adanya dari daya yang dipakai dan lama waktu pembebanannya.
Pemakaian daya di rumah tangga lebih dominan pada pagi dan malam hari,
sementara itu heban komersil dominan pada siang dan sore hari.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. URAIAN PEMBAHASAN
4.1.1 Pembebanan Transfomator
16
Maka tindakan yang diambil untuk hal tersebut akan dilakukan
penyisipan gardu atau lebih tepatnya menambahkan trafo satu fasa yang
akan dilakukan pecah beban dari gardu BNL S3-13/15.
17
1. Data Teknis Transfomator Gardu BNL
B. URAIAN HASIL
Pemasangan Gardu Sisip
18
Berdasarkan hasil pengukuran gardu yang dilaksanakan oleh
Unit Layanan Pelanggan pada tanggal 29 April 2020, dijelaskan
mengenai presentase pembebanan transfomator distribusi dengan
range 80% hingga 100% telah dikategorikan pembebanan yang
kurang baik. Hal tersebut menjadi acuan dalam menindaklanjuti
kerusakan dimana terjadi overload pada gardu BNL4 S3-13/15 yang
saat dilakukan pengukuran terdapat hasil pembebanan sebesar 137
dengan Data Teknis Transfomator Gardu Sisip sebagai berikut :
19
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN-SARAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Faqih, Ahmad. (2019) Mengatasi Beban Lebih Trafo Pada Gardu Distribusi
Dengan Pemasangan Gardu Sisip di PT. PLN (Persero) UP3 Cikokol.
STT-PLN Jakarta.
Kadir, Abdul. (2000). Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, Penerbit UI (UI-
Press).
PT. PLN (Persero) Buku 4. (2010). Standar Kontruksi Gardu Distribusi dan
Gardu Hubung Tenaga Listrik, Jakarta Selatan.
21