Anda di halaman 1dari 25

EVALUASI HASIL PEMASANGAN GARDU SISIP UNTUK MENGURANGI

BEBAN BERLEBIH PADA TRANSFOMATOR DISTRIBUSI


PADA PT PLN (PERSERO) UP3 LAHAT

Ditulis sebagai syarat sertifikat kompetensi

Disusun Oleh:

HENDRA SUSILA

PT. ANDALAN PROFESI ELEKTRIKAL


INDONESIA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Rasa Syukur Senantiasa Kita Ucapkan Atas Kehadirat Allah Swt


Yang Hingga Saat Ini Masih Memberikan Kita Nikmat Iman Serta
Kesehatan, Sehingga Penulis Diberi Waktu Dalam Menyelesaikan Karya
Tulis Dengan Judul “Evaluasi Hasil Pemasangan Gardu Sisip Untuk
Mengurangi Beban Berlebih Pada Transfomator Distribusi Pada Pt
PLN (Persero) Up3 Lahat”.
Adapun Penulisan Makalah Ini Merupakan Bentuk Dari
Pemenuhan Ujian Sertifikasi Kompetensi Ketenagalistrikan. Penulis
Menyadari Bahwa Dalam Penulisan Karya Tulis Ini Masih Jauh Dari
Sempurna Dan Juga Masih Banyak Kesalahan Yang Penulis Yakini Ada
Di Luar Batas Kemampuan Penulis. Oleh Karena Itu, Penulis Dengan
Senang Hati Menerima Kritik Serta Saran Dari Para Pembaca.

Jakarta, 24 Agustus 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………….


………………………………………….I

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………II

ABSTRAK …………………………………………………………………………………III

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1

BAB II LANDASAN TEORI …………………………........………………………………3

BAB III METODE PENELITIAN …………………………….………………………….6

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL………………………….……………………… 16

BAB V PENUTUP…………………………………………………………………… …. 20

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 21

II
ABSTRAK

Transfomator merupakan salah satu komponen pada sistem jaringan tenaga listrik
yang berguna untuk membantu poses menyalurkan tenaga listrik. Salah satunya
merupakan transfomator yang terdapat di gardu distribusi untuk penyaluran energi
listrik ke pelanggan. Dalam proses penyaluran energi sering ditemukan kerusakan
yang terjadi pada transfomator. kerusakan ini menyebabkan kontinuitas pelayanan
terhadap pelanggan menjadi tidak optimal. Transfomator distribusi yang dibebani
melebihi 80% dari kapasitasnya dapat memperngaruhi usia pemakaian / life time
transfomator distribusi yang berpotensi menjadi gangguan pada jaringan tenaga
listrik. Maka dilakukan upaya agar presentase pembebanan transfomator distribusi
tidak melebihi kapasitasnya, salah satunya dengan pemasangan Gardu Sisip.
Metode penelitian yang dipilih dengan mengambil data sekunder yang bersumber
dari pengukuran beban trafo satu fasa.

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Apabila trafo terjadi overload perlu dilakukan pemeriksaan.


Pemeriksaan ini tentunya akan berakibat berhentinya suplai listrik ke
pelanggan. Namun sebaliknya jika trafo yang berkapasitas besar di
gunakan untuk beban yang sedikit maka PLN sebagai pihak penyedia jasa
tenaga listrik akan mengalami kerugian finansial. Pembebanan pada trafo
distribusi yang yang diizinkan oleh PLN tidak boleh melebihi 80% dari
kapasitas trafo tersebut. Apabila pembebanan melebihi dari batas
kapasitas trafo dapat tejadi yang dinamakan overload atau overblast.
Dampak yang terjadi di lapangan menyebabkan drop tegangan di sisi
pelanggan pada ujung beban (pelanggan) sehingga yang perlu dilakukan
pemasangan gardu penetral untuk menyesuaikan beban listrik yang
didistribusikan ke pelanggan.

Terdapat regulasi yang mengatur presentase jatuh tegangan dengan


presentase +5% - 10% dari tegangan normal. Hal tersebut sesuai regulasi
dari PLN menuru SPLN No. 1 tahun 1995. Hal ini merupakan salah satu
syarat keandalan sistem jaringan distribusi agar tepat sesuai dengan
kapasitas dan kebutuhan beban. Menjaga level tegangan yang sesuai
standar dapat menyebabkan kinerja transfomator distribusi menjadi lebih
efisien. Dengan penggunaan transfomator yang efisien maka dapat
menjaga keandalan dan kontinuitas pelayanan terhadap pelanggan tetap
terjamin.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarakan uraian diatas, studi akan dilakukan terhadap trafo yang


mengalami beban berlebih dengan metode perbaikan manajemen trafo
yaitu melalui pemasangan Gardu Sisip. Diharapkan dengan pemasangan
gardu sisip dapat menjadi solusi alternatif kepada pihak PT. PLN
(PERSERO) UP3 Lahat sehingga energi yang disuplai dapat diserap oleh

1
sistem secara optimal.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui nilai pembebanan


transfomator sebelum dan sesudah pemasangan gardu sisip
2. Mengetahui cara menghitung nilai jatuh tegangan pada tiang akhir
transfomator satu fasa.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penulis mengharap manfaat dari hasil analisis dpat berhasil dengan


baik agar digunakan untuk salah satu acuan dalam pertimbangan perbaikan
jaringan dari beban berlebih. Serta dihasilkan laporan yang sistematis dan
bermanfaat bagi khalayak umum tentang penyaluran energi yang optimal.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN MASALAH YANG DIBAHAS

 Pembebanan Transfomator Distribusi

Keadaan Overload atau beban berlebih pada transfomator distribusi dapat


diidentifikasikan apabila presentase pembebanan transfomator melebihi 80%
dari kapasitas transfomator dimana dapat dilihat dari indeks arus nominalnya
(In). Pembebanan pada transfomator yang disarankan untuk seluruh gardu
distribusi < 80%. Dibawah ini merupakan ketentuan dari besarnya arus
pembebanan pada transfomator yang dilihat dari sisi primer (Ip) dan
sekundernya (Is).

Tabel 2.1 Pola Arus Nominal Pembebanan Transfomator

No. Daya (kVA) / Fasa Ip (A) Is (A) 80% x Is (A)

1 25 / 1 1.25 54.1 43.28


2 50 / 1 2.5 108.23 86.58
3 64 / 1 3.2 138.53 110.82
4 25 / 3 0.72 36.08 28.86
5 50 / 3 1.44 72.17 57.74
6 100 / 3 2.89 144.34 115.47
7 160 / 3 4.62 230.94 184.75
8 200 / 3 5.77 288.67 230.94
9 250 / 3 7.22 360.84 288.67
10 315 / 3 9.09 454.66 363.73
11 400 / 3 11.54 577. 35 461.88
12 630 / 3 18.20 910.40 782.32

 Sistem Regulasi Jaringan Listrik

Selisih yang didapat antara tegangan ujung ke ujung yakni sisi


penerima dan sisi pengiriman disebut sistem regulasi jaringan listrik.
3
Pada umumnya saluran daya melayani beban yang memiliki faktor
daya lagging. Variasi dari tegangan sistem distribusi dipengaruhi
beberapa faktor, diantaranya :

1. Pusat pelayanan tidak merata dan tersebar

2. Letak pelanggan yang tersebar, sehingga jarak pelanggan dengan


pusat pelayanan bervariasi.
3. Pada umumnya pelanggan memakai peralatan elektronik yang
memerlukan tegangan bervariasi.
4. Terdapat jatuh tegangan

Berdasarkan keempat faktor diatas, poin dua hingga ke empat


menyebabkan tegangan pada masing-masing pelanggan bisa berbeda beda.
Pelanggan yang letaknya.semakin jauh dari pusat pelayanan maka akan
cenderung mendapatkan tegangan relative rendah apabila dibandingkan dengan
pelanggan yang letaknya lebih dekat dari pusat pelayanan.

B. TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MASALAH

Ada beberapa metode yang digunakan untuk meperbaiki regulasi


tegangan pada saluran distribusi diantaranya dengan penyisipan gardu (Gardu
Sisip).
1. Penyebab Jatuh Tegangan
Beberapa komponen pada sistem jaringan listrik yang
mempengaruhi besarnya jatuh tegangan adalah :
a. Besarnya arus yang mengalir pada saluran tersebut.
b. Reaktansi dan tahanan pada suatu sistem saluran
c. Panjang saluran
d. Luas penampang kabel saluran
2. Jatuh Tegangan (Drop.Voltage)
Besarnya tegangan.yang hilang.pada suatu.penghantar saluran yang
dinyatakan dengan V (Volt) disebut dengan jatuh tegangan. Jatuh tegangan ini
berbanding lurus dengan panjang saluran namun berbanding terbalik dengan luas
penampang penghantar tersebut. Besarnya batas atas dan batas bawah dari jatuh
tegangan sudah ditentukan oleh perusahaan kelistrikan.

4
C. HUBUNGAN MASALAH DENGAN TEORI
Pada kasus tertentu perhitungan jatuh tegangan faktor besarnya tahanan
masih dapat di pertimbangkan, namun pada kasus yang dijumpai pada saluran
tegangan menengah perhitungan nilai induktansi dan kapasitansinya nilainya
cukup berarti dan harus diperhitungkan dengan tepat.
Pada jaringan transmisi, kasus mengenai tegangan sangat penting. Dari
mulai perencanaa maupun pengoperasian harus memperhatikan nilai tegangan
pada masing-masing salurannya. Pemilihan jenis penghantar (penampang
penghantar) harus diperhatikan agar besarnya jatuh tegangan dapat di
minimalisir.
Menurut standar kebijakan yang ditentukan oleh PLN, besarnya jatuh
tegangan pada ujung pelanggan ditentukan di SPLN 1 :1978. Pada SPLN
tersebut dikatakan batas maksimal jatuh tegangan +5% dan minimal -10% dari
tegangan nominalnya. Jatuh tengan pada jaringan disebabkan oleh hambatan
(R) dan reaktansi (X) pada saluran.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
 Teori Gardu Distrbusi
Gardu Distribusi adalah bangunan gardu transformator yang
menyuplai kebutuhan tenaga listrik bagi para pelanggan dengan Tegangan
Rendah. Gardu Distribusi merupakan kumpulan/gabungan dari perlengkapan
hubung bagi Tegangan Rendah. Jenis perlengkapan hubung bagi Tegangan
Rendah pada Gardu Distribusi berbeda sesuai dengan jenis konstruksi
gardunya.

Gambar 3.1.Diagram Satu Garis Gardu Distribusi

Jenis konstruksi gardu dibedakan atas 2 jenis :


 Gardu Distribusi konstruksi pasangan luar. Umumnya disebut Gardu
Portal (Konstruksi 2 tiang), Gardu Cantol (Konstruksi 1 tiang) dengan
kapasitas transformator terbatas.

 Gardu Distribusi pasangan dalam. Umumnya disebut gardu beton


(Masonry Wall Distribution Substation) dengan kapasitas
transformator besar.

6
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Lokasi praktek kami dalam melakukan projek berada di Gardu Insuk PT PLN UP3vLahat ,
Sumatera Selatan pada hari Selasa, 23 Agustus 2019

Gambar 3.2 Pemasangan Gardu Distribusi di PT PLN (PERSERO) UP3 LAHAT

 Teori Pendukung

2.1.1 Transfomator Distribusi

Gambar 3.3 Tipe Transfomator


Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti, yang
terbuat dari besi berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan
primer dan kumparan sekunder. Biasanya kumparan terbuat dari
kawat tembaga yang dibelit seputar kaki inti transformator. Secara
umum dapat dibedakan dua jenis transformator menurut
konstruksinya, yaitu tipe inti dan tipe cangkang.

7
Pada tipe inti terdapat dua kaki, dan masing-masing kaki dibelitkan oleh
satu kumparan. Sedangkan tipe cangkang mempunyai tiga buah kaki, dan hanya
kaki yang tengah dibelitkan oleh kedua kumparan. Dalam bidang tenaga listrik
pemakaian transformator dikelompokkan menjadi :
1. Transformator daya.
2. Transformator distribusi.
3. Transformator pengukuran yang terdiri atas transformator arus
dan transformator tegangan.
Trafo distribusi menyalurkan tenaga atau daya listrik dan suatu jaringan
tegangan menengah (6 kV, 12 kV, 20 kV) ke jaringan tegangan rendah. Dalam
standar hanya terdapat rating dari 5 sampai 50 kVA untuk trafo distribusi satu fasa
dan rating 25 sampai 2500 kVA untuk trafo distribusi tiga fasa, yang dibuat
berdasarkan Standar PLN 50 tahun 1997.

C. HUBUNGAN MASALAH DENGAN TEORI


 Prinsip Kerja Transfomator Secara Umum
Sebuah Transformator yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 lilitan
atau kumparan kawat yang terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder. Pada kebanyakan Transformator, kumparan kawat terisolasi ini dililitkan
pada sebuah besi yang dinamakan dengan Inti Besi (Core). Ketika kumparan
primer dialiri arus AC (bolak-balik) maka akan menimbulkan medan magnet atau
fluks magnetic disekitarnya. Kekuatan Medan magnet (densitas Fluks Magnet)
tersebut dipengaruhi oleh besarnya arus listrik yang dialirinya. Semakin besar arus
listriknya semakin besar pula medan magnetnya. Fluktuasi medan magnet yang
terjadi di sekitar kumparan pertama (primer) akan menginduksi GGL (Gaya Gerak
Listrik) dalam kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi pelimpahan daya dari
kumparan primer ke kumparan sekunder. Dengan demikian, terjadilah pengubahan
taraf tegangan listrik baik dari tegangan rendah menjadi tegangan yang lebih tinggi
maupun dari tegangan tinggi menjadi tegangan yang rendah.
Pada inti besi terdiri dari kumpulan lempengan-lempengan besi yang tipis
terisolaso dan berlapis lapis. Hal tersebut digunakan untuk mempermudah laju fluks
magnet yang berjalan akibat dari arus listrik pada kumparan serta meminimalisir
suhu panas yang ditimbulkan.

8
.

Gambar 2.4 Fluks Transfomator


Rasio lilitan kumparan primer dan sekunder dapat sangat menentukan
tegangan dari kedua kumparan tersebut. Rasio lilitan tersebut menentukan jenis
trafo yang digunakan. Apabila rasio lilitan lebih banyak pada kumparan primer
terhadap sekunder maka disebut transfomator (step down) dan sebaliknya, apabila
kumparan sekunder rasio lilitannya lebih banyak maka disebut transfomator (step
up)

2.1.3 Gardu Sisip

Gardu sisipan merupakan suatu metode yang digunakan oleh PT. PLN
(Persero) selaku pihak penyedia pelayanan energi untuk menghindari kerugian yang
terjadi pada gardu akibat dari transfomator di gardu yang sudah ada sebelumnya
dengan menyisipkan gardu baru. Terdapat alasan atau faktor yang digunakan oleh
PT. PLN (Persero) menyisip gardu atau memasang trafo tambahan pada gardu sisip
adalah:
2.1.4 Transformator Yang Ada Sebelumnya Terjadi Overload

Overload sendiri merupakan kondisi beban atau arus yang dipikul terjadi
suatu transfomator melebihi arus pembebanan penuh atau ketika full load sehingga
mengakibatkan transfomator mengalami peningkatan suhu/panas lalu belitan kawat
yang terdapat dalam transfomator tidak lagi sanggup menahan beban yang
ditampung dan isolasi belitan terjadi kerusakan.

9
Gambar 2.5 Risiko Penggunaan Trafo yang Overload

Kapasitas beban terpasang pada transfomator yang disarankan yakni ≥80 %


dari kapasitas transfomator yang terpakai.

Penyebab timbulnya drop voltage yang terdapat di jaringan adalah :

a. Panjang saluran (Km)

b. Arus beban puncak (Ampere)

c. Tahanan saluran (Ohm/Km)

Nilai drop tegangan akan terjadi apabila faktor faktor diatas nilainya
juga besar. Drop tegangan merupakan drop tegangan yang terjadi di ujung
jaringan tegangan rendah (JTR) dimana nilai tegangan yang terjadi di saluran
JTR yang mengalami jatuhnya atau turun tegangan pada ujung saluran
konsumen. Nilai jatuh tegangan yang diperkenankan pada transfomator
distribusi senilai 3% dari nilai tegangan kerja dan pada STR diperkenankan
hingga 4% dari nilai tegangan kerjanya hal ini sesuai dengan SPLN No. 72
tahun 1987 pasal 4 ayat 19 tentang Pengaturan tegangan dan turun
tegangan.

10
Gambar 2.5 Diagram Line Transfomator Sisipan

2.1.5 Overload Pada Transfomator Distribusi

Overload yang terjadi pada transformator yang terpasang mengalami


beban diatas rating kapasitas pembebanan yang mencapai 80% dimana
kapasitas tersebut melebihi kapasitas pembebanan yang di anjurkan SPLN
50/1982 dan D3.002-1:2007 yang membahas mengenai beban maksimal
continue transformator tidak melebihi 80 % dan SPLN 50/1997 Namun
sesuai dengan SPLN 17 : 1979, Trafo dapat dibebani lebih dari 80% tetapi
dengan syarat nilai K2 tidak lebih dari 1.5. Sehingga dalam menghitung
pembebanan trafo adalah
4. Menghitung rata rata beban dalam 24jam

5. Mengelompokaan beban rata rata diluar waktu beban puncak (LWBP)


S1 dan waktu beban puncak (WBP) S2
6. Ketika rata rata LWBP dan WBP maka dapat diketahui waktu (t)
pembebanan.
7. Menentukan K1 dan K2 dengan rumus : K1 = S1/ S2
K2= S2/S1

11
Setelah dihitung, kemudian lihat pada gambar kurva temperature
berdasarkan IEC 6035470, sebagai berikut

Gambar 2.6 Kurva Temperatur Pembebanan Trafo dengan Suhu Lingkungan


˚
30C ˚˚

Membahas mengenai transformator distribusi dari permasalahan beban


lebih tersebut dapat di tangani dengan metode gardu sisip, pacah beban, atau
mutasi transformator. Transformator tersebut mengalami overload dapat terjadi
dikarenakan :

1. Tidak dilakukannya pengukuran beban transformator secara rutin untuk


mengetahui beban transformator sebenarnya.
2. Tidak adanya petugas yang monitor transformator yang overload dan
merencanakan bagaimana cara untuk mengurangi beban transformator
tersebut baik dengan cara manajemen beban JTR maupun manajemen
transformator.
Solusi penanganan transformator yang mengalami beban overload

adalah sebagai berikut :

12
1. Pemasangan Gardu Sisip

Gambar 2.7 Proses Pemasangan Gardu Sisip

1. Gardu Sisip

Metode yang dimaksud dengan sisip gardu ialah penambahan gardu


yang ada dengan syarat transformator sebelum sisip mangalami drop tegangan
dan beban overload, tegangan tidak seimbang dan kapasitas maksimum 315 kVA
gardu potal. Dengan adanya penambahan transformator sisipan yang terpasang
beban transformator yang ada, bisa di bagi dengan transformator baru dengan
adanya gardu sisip dapat diharapkan beban transformator overload dapat
berkurang.
2. Mutasi

Mutasi transformator adalah salah satu cara Tindakan pengelolaan


transformator–transformator distribusi yang terpasang.dijaringan dalam
upaya mengatasi.ketidaksesuaian kapasitas transformator dengan beban,
dengan cara meningkatkan kapasitas transformator yang lebih besar dari
sebelumnya.
3. Pecah Beban

Pecah beban dilakukan dengan cara membagi beban kejurusan lain atau
penambahan line jurusan JTR dari jurusan yang belum digunakan.

13
Pemakaian daya yang dipakai pada industri akan semakin merata,
dikarenakan banyaknya industri bekerja pada waktu siang-malam. Maka dapat
dipastikan pemakaian daya di beban industri akan lebih menguntungkanhal ini
disebabkan kurva beban yang didapat akan lebih merata. Sedangkan beban yang
terdapat didalam fasilitas umum akan dominan pada siang dan malam.
Kebanyakan pada daerah operasi tenaga listrik akan memunculkan ciri tersendiri,
misalnya di daerah yang banyak tempat wisata, pelanggan selaku penggiat bisnis
mempengaruhi penjualan dari kWh itu sendiri meski jumlah pelanggan bisnis jauh
lebih sedikit dibandingkan pelanggan rumah tangga.
Umumnya klasifikasi beban akan didasarkan pada beberapa faktor-
faktor. Diantaranya sebagai berikut :
• Jenis konsumen
• Lingkungan atau geografis
• Ketergantungan terhadap pelayanan listrik
Tabel 2.1 Klasifikasi beban

C. POPULASI DAN CONTOH


Untuk populasi dan contoh, penulis belum dapat menyampaikan hal tersebut dikarenakan adanya
keterbatasaan data.

14
D. ANALISA DATA
 Klasifikasi Beban

Pengklasifikasian jenis beban berdasar jenis konsumen yang


menggunakan energi listrik. Klasifikasinya diantaranya adalah:
1. Beban personal atau yang dikenal dengan rumah tangga, pada dasarnya beban
rumah tangga itu berupa lampu yang digunakan sebagai lampu jalan maupun
didalam rumah, termasuk alat rumah tangga, seperti setrika, dispenser, mesin
cuci, lemari es, air conditioner atau penyejuk udara, oven, motor pompa air dan
masih banyak lagi. Beban jenis rumah tangga ini mencapai titik puncaknya
pada malam hari.
2. Beban-babn komersial, umumnya beban ini terdiri dari penerangan untuk
reklame, kipas, penyejuk udara atau air conditioner dan berbagai macam alat
listrik lainnya yang diperlukan untuk rumah makan maupun restoran. Beban
pada hotel diklasifikasikan sebagai beban komersial (bisnis) begitu pula termasuk
perkantoran. Umumnya beban ini naik drastis pada siang hari sedangkan untuk beban
perkantoran dan pertokoan menurun pada waktu sore hari.
3. Sementara untuk beban industry akan dibedakan bagiannya skala kecil dan
skala besar. Dalam skala kecil akan banyak beroperasi pada siang hari
sedangkan untuk industri besar kebanyakan pada saat ini beroperasi selama
24 jam tanpa henti.
4. Beban Fasilitas Umun

Pada beban pengklasifikasian ini akan sangat penting dalam artian bila
dilakukan analisa karakteristik bebannya dalam sistem yang besar.
Perbedaannya akan berprinsip dari empat jenis beban yang sudah disebutkan
diatas, selain adanya dari daya yang dipakai dan lama waktu pembebanannya.
Pemakaian daya di rumah tangga lebih dominan pada pagi dan malam hari,
sementara itu heban komersil dominan pada siang dan sore hari.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. URAIAN PEMBAHASAN
4.1.1 Pembebanan Transfomator

Pada dasarnya guna dari pemasangan penyisipan gardu itu sendiri


untuk mengurangi beban berlebih (overload) dengan presentase besarnya
pembebanan yang disarankan yakni berada dibawah dari 80%. Maka akan
dilakukannya penyisipan gardu ini agar presentase pembebanan tidak
melebihi dari standar.

Gambar 4.1 Gambar Petugas Melakukan Pemasangan Transformator

Gardu BNL S3-13/15 merupakan jaringan sudah lama terpasang hingga


saat ini pada tahun 2020. Pembebanannya sebesar 137% dan sudah
melebihi dari kapasitasnya. Hal ini menyebabkan kondisi suhu trafo semakin
meningkat. Akibat dari kenaikan suhu tersebut transfomator menjadi rentan
akan terjadinya kerusakan. Selain adanya kerusakan, dampak dari
pembebanan berlebih yang terjadi secara terus menerus akan mengurangi
usia dari transfomator (transfomer life time).

16
Maka tindakan yang diambil untuk hal tersebut akan dilakukan
penyisipan gardu atau lebih tepatnya menambahkan trafo satu fasa yang
akan dilakukan pecah beban dari gardu BNL S3-13/15.

Gambar 4.2 Alur Single Line Diagram (SLD) Transformator

17
1. Data Teknis Transfomator Gardu BNL

Gardu Distribusi BNL4 S3-13/15 memiliki tipe jenis gardu cantol


yang melayani pelanggan umum. Spesifikasi dari transfomator di
gardu BNL4 S3-13/15 akan tercantum pada tabel.
Tabel 4.1 Spesifikasi Transfomator di Gardu BNL4 S3-13/15
NO NAME PLATE TRANSFORMATOR
1 No Seri 981836
2 Merk SINTRA
3 Tahun Pembuatan 2018
4 Frekuensi 50 Hz
5 Daya 50 Kva
6 Tegangan Primer 20.000Volt
7 Tegangan Sekunder 220Volt
8 Arus Primer 4.33 A
9 Arus sekunder 108.2/216.4 A
10 Berat/Isi Minyak 129 kg
11 Berat total 366 kg
12 Tem Oli 50 °C
13 Tem Belitan 55 °C
14 Tegangan Hubung Singkat 7.5%
15 Pendingin ONAN

B. URAIAN HASIL
 Pemasangan Gardu Sisip

Penyisipan gardu merupakan salah satu metode yang dilakukan


untuk mengatasiadanya kerusakan transfomator yang terjadi di area
PT. PLN (Persero) UP3 Lahat. Salah satu jenis gangguan yang terjadi
yakni pembebanan berlebih (overload) pada transfomator. Pesatnya
pertumbuhan beban juga memiliki perhatian khusus bagi PT. PLN,
maka pemasangan gardu sisip ini menjadi salah satu alternatif untuk
mengatasi pesatnya pertumbuhan beban seiring dengan pesatnya
pertumbuhan kawasan penduduk.

18
Berdasarkan hasil pengukuran gardu yang dilaksanakan oleh
Unit Layanan Pelanggan pada tanggal 29 April 2020, dijelaskan
mengenai presentase pembebanan transfomator distribusi dengan
range 80% hingga 100% telah dikategorikan pembebanan yang
kurang baik. Hal tersebut menjadi acuan dalam menindaklanjuti
kerusakan dimana terjadi overload pada gardu BNL4 S3-13/15 yang
saat dilakukan pengukuran terdapat hasil pembebanan sebesar 137
dengan Data Teknis Transfomator Gardu Sisip sebagai berikut :

Tabel 4.2 Spesifikasi Transfomator Sisipan


NO NAME PLATE TRANSFORMATOR
1 No Seri 11119033
2 Merk TRAFINDO
3 Tahun Pembuatan 2020
4 Frekuensi 50 Hz
5 Daya 50 Kva
6 Tegangan Primer 20.000Volt
7 Tegangan Sekunder 220Volt
8 Arus Primer 4.33A
9 Arus sekunder 108.2/216.4 A
10 Berat/Isi Minyak 112 kg
11 Berat total 364 kg
12 Tem Oli 50 °C
13 Tem Belitan 55 °C
14 Tegangan Hubung Singkat 7.5%
15 Pendingin ONAN

19
BAB V
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan seluruh hasil pemasangan yang penulis lakukan, dapat


ditarik kesimpulan yaitu sebelum dilakukan pemasangan sisip gardu pada
transfomator BNL S3- 13/15 hasil presentase perhitungan pembebanan
yang dihasilkan sebesar 137%. Setelah dilakukan pemasangan Gardu
Sisip hasil yang di dapatkan menurun, menjadi 65.84% yang dibulatkan
keatas menjadi 66%. Dengan kegiatan yang dilakukan yakni memasang
gardu sisip pada transfomator BNL S3-13/15 dapat digunakan untuk
mengurangi potensi terjadinya kerusakan serta optimalisasi kerja
transfomator sekaligus meingkatkan mutu pelayanan terhadap pelanggan.

B. SARAN-SARAN

Untuk metode sisip gardu dalam upaya mengurangi kerusakan yang


disebabkan oleh beban yang berlebih dapat dilakukan dengan dengan baik. Selain
itu pengoptimalan pemakaian transfomator daya menjadi lebih efektif. Maka dari
itu metode Gardu Sisip agar terus dimanfaatkan untuk membantu menangani
masalah kerusakan pada transfomator.

20
DAFTAR PUSTAKA

Faqih, Ahmad. (2019) Mengatasi Beban Lebih Trafo Pada Gardu Distribusi
Dengan Pemasangan Gardu Sisip di PT. PLN (Persero) UP3 Cikokol.
STT-PLN Jakarta.

Kadir, Abdul. (2007). Transformator, Pradnya Paramita, Jakarta

Kadir, Abdul. (2000). Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik, Penerbit UI (UI-
Press).

PT. PLN (Persero) Buku 4. (2010). Standar Kontruksi Gardu Distribusi dan
Gardu Hubung Tenaga Listrik, Jakarta Selatan.

Satria, Beta. (2019) Evaluasi Efisiensi Penyaluran Daya Listrik Di PT.


Semen Baturaja. STT-PLN Jakarta.

Suhadi, dkk. (2008). Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta:


Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Wahyudi Sarimun N. (2011). Buku Saku Pelayanan Teknik, Garamond: Bekasi.

21

Anda mungkin juga menyukai