Anda di halaman 1dari 15

PENGALAMAN TERBAIK

PEMAMFAATAN LABORATORIUM BAHASA


DI MAN 2 SOPPENG

GUNTUR BRATAMA,S.Pd

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada era globalisasi ini, sekolah dituntut untuk menyiapkan para peserta
didiknya menguasai teknologi. Kemejuan teknologi tidak terlepas dari bahasa.
Atau dengan kata lain, Bahasa menjadi alat untuk menguasai teknologi. Dalam era
revolusi industri 4.0 ini, bahasa Inggris menjadi bahasa yang dibutuhkan.
Meskipun seiring dengan bangkitnya kekuatan besar ekonomi China, Bahasa
Tiongkok juga menjadi Bahasa yang juga perlu dikuasai dalam dunia kerja. Akan
tetapi, pengaruh Bahasa Inggris tetap saja menjadi bahasa global yang mendunia
sampai sekarang.

Pengadaan sarana dan prasarana merupakan suatu hal yang perlu


dilakukan mengingat kebutuhan terhadap pelayanan dan fasilitas pendidikan
semakin meningkat. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan komponen
penting dalam pendidikan dan menjadi salah satu dari delapan Standar Nasional
Pendidikan. Begitu pentingnya sarana dan prasarana pendidikan sehingga setiap
institusi berlomba-lomba untuk memenuhi standar sarana dan prasarana demi
meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Namun tidak berhenti sampai di situ,
karena kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu daya
tarik bagi calon peserta didik dan untuk meningkatkan mutu lulusan.
Sesuai dengan Permendiknas no 24 tahun 2007, kelengkapan sarana
prasarana di sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) sekurang-kurangnya
memiliki ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang
laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer,
ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat
beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban,
gudang, ruang sirkulasi, dan tempat bermain/berolahraga.

Dalam memenuhi mutu pendidikan, sekolah seharusnya menyiapkan segala


sarana dan prasarana yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran. Tentunya

2
perangkat multimedia sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menguasai bahasa. Tentunya keberadaan laboratorium bahasa, menjadi
solusi yang sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan guru dan dan siswa dalam
proses pembelajaran.

Seiring dengan waktu, laboratorium bahasa MAN 2 Soppeng telah mengukir


berbagai prestasi – prestasi gemilang. Laboratorium itu telah mencetak alumni -
alumni yang mumpuni dalam penguasaan bahasa, baik bahasa Indonesia, bahasa
Arab, maupun bahasa Inggris. Manajemen menjadi kunci utama dalam
pemamfaatan laboratorium tersebut.

B. Permasalahan

Untuk dapat memenuhi kompetensi dan kemampuan siswa terutama dimata


pelajaran bahasa, dimana siswa dituntut kerja keras dan berusaha dalam
meningkatkan kemampuannya dalam meguasai bahasa. Salah satunya adalah
dengan penggunaan multimedia yang ada di laboratorium bahasa MAN 2
Soppeng.

C. TUJUAN

Sejalan dengan keberadaan laboratorium bahasa, diharapkan dapat


memantapkan standar komptensi lulusan di bidang bahasa sesuai dengan tujuan
awalnya yaitu:

1. Menggunakan fasilitas laboratorium Bahasa seefisien mungkin agar


pembelajara semakin menarik
2. Menigkatkan kemampuan mendengarkan siswa untuk persiapan Ujian
nasional
D. Mamfaat

Manfaat dari penulis Best Practice ini adalah suatu sumber atau kiat dalam
menjalankan tugas sebagai guru disekolah dalam pengelolaan laboratorium
bahasa.

3
BAB II

METODE PEMECAHAN MASALAH

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Sarana Prasarana

Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar


mengajar. Menurut rumusan Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media
Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, maka yang dimaksud
dengan: “Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam
proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak agar
pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif,
dan efisien”.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun
2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana, yang dimaksud sarana adalah
perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah. Prasarana adalah
fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah.

2. Dasar hukum tentang Sarana Prasarana

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang


berkaitan dengan Standar Sarana dan Prasarana. Peraturan Pemerintah No 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar
sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42
dengan tegas disebutkan bahwa :a) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki
sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku
dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan,b) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang
meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang

4
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi, dan
ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24
Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA) yang mengatur tentang standar sarana dan prasarana sekolah
termasuk di dalamnya laboratorium komputer. Peraturan ini mengatur seluk
beluk tentang bagaimana sebuah laboratorium sekolah yang seharusnya ada
dan dikembangkan oleh sekolah. Setiap laboratorium bahasa yang ada di
sekolah harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah disebutkan pada peraturan
ini.

3. Manajemen Sarana Prasarana

Kata ‘manajemen’ berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata
‘manus’ yang berarti tangan, dan ‘agere’ yang berarti melakukan. Kata-kata
ini digabung menjadi kata kerja ‘managere’ yang artinya menangani.
Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata to
manage, dengan kata benda management dan manager untuk melakukan
kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2008:4).
Menurut Tery & Rue (2009:1), “Manajemen adalah suatu proses atau
kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang
nyata”. Sedangkan menurut Hamalik (2006:16), “Manajemen adalah suatu
disiplin ilmu yang memiliki objek studi, sistematika, metode, dan
pendekatan”.

5
Selanjutnya Hasibuan (2009:1) menegaskan, “Manajemen yang baik
akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat”. Dengan manajemen pendayagunaan dan hasilnya dari unsur-
unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Adapaun unsur-unsur manajemen
itu terdiri dari : man, method, machines, materials, dan market, atau disingkat
6M.
Hal tersebut diatas dapat diartikan bahwa manajemen bertumpu pada
pengelolaan sumber daya manusia, struktur, keuangan mesin, metode, material
dan pemasaran, yang pada akhirnya membutuhkan suatu tindakan manajemen
sehingga unsur-unsur sebagaimana diutarakan di atas.
Manajemen sarana prasarana berbasis sekolah adalah pengaturan
sarana dan prasarana yang meliputi kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan
sarana dan prasarana di sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip
implementasi manajemen berbasis sekolah.
Dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
dinyatakan bahwa sekolah menetapkan kebijakan program secara tertulis
mengenai pengelolaan sarana prasarana. Program pengelolaan sarana dan
prasarana mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana dalam
hal:a)merencanakan, memenuhi, dan mendayagunakan sarana dan prasarana
pendidikan, b)mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan
prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses pendidikan, c)melengkapi
fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah, d)menyusun skala
prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan
dan kurikulum masing-masing tingkat, dan e)pemeliharaan kesehatan dan
keamanan lingkungan.
Program pengelolaan sarana prasarana secara keseluruhan dialokasikan
kepada pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Pengelolaan sarana
prasarana sekolah diantaranya adalah: a) direncanakan secara sistematis agar
selaras dengan pertumbuhan kegiatan akademik dengan mengacu Standar

6
Sarana dan Prasarana, dan b) dituangkan dalam rencana pokok (master plan)
yang meliputi gedung dan laboratorium serta pengembangannya.

4. Pengertian Laboratorium Bahasa Multimedia


Laboratorium bahasa mengacu kepada seperangkat peralatan
elektronik audio video yang terdiri atas instructor console sebagai mesin
utama, dilengkapi dengan repeater language learning machine, tape recorder,
DVD Player, video monitor, headset dan students’booth yang dipasang dalam
satu ruang kedap suara. Selain itu ada pula komponen komputer multimedia
sebagai komponen tambahan yang dapat dikombinasikan dengan kesemuanya
itu. Bila itu dilakukan, maka tampillah laboratorium Bahasa itu sebagai
laboratorium bahasa multimedia. Artinya, peralatan laboratorium bahasa itu
mencakup berbagai jenis media dengan fungsi masing-masing yang
bervariasi. Dengan laboratorium Bahasa multimedia, guru kreatif dapat
memanfaatkan aneka jenis program pelajaran Bahasa asing baik yang
dikemas dalam bentuk kaset audio, video, maupun CD interaktif. Bahkan,
dengan peralatan ini guru juga dapat memanfaatkan kemampuan dirinya
dalam memfasilitasi siswa agar terlibat dalam proses komunikasi secara aktif
melalui headset dan microphone yang tersedia pada masing-masing meja
siswa.
Saat ini piranti laboratorium bahasa telah banyak terpasang di berbagai
sekolah, pusat pendidikan/pelatihan, dan perguruan tinggi. Dengan hadirnya
produk laboratorium yang didesain sendiri oleh ahli-ahli dari Indonesia
sendiri, harga laboratorium bahasa multimedia menjadi dapat terjangkau oleh
lembaga-lembaga pendidikan negeri maupun swasta.
5. Teknik-teknik Pemanfaatan
a. Listening Class

7
Cara klasik penggunaan piranti laboratorium bagi pembelajaran
bahasa asing adalah untuk pembelajaran Listening yang dapat
diitegrasikan dengan Speaking, Writing, maupun Reading. Sasaran yang
mesti dicapai dengan penggunaan laboratorium bahasa di sini adalah agar
pembelajar dapat mendengar, melihat, mengamati, dan memahami
bagaimana penutur asli menggunakan bahasa asing itu dalam berbagai
situasi yang berbeda-beda. Dengan sasaran demikian diharapkan
pembelajar mampu meniru model yang dipajankan oleh penutur asli.
Dengan kata lain, pembelajar dapat secara langsung mengambil referensi
asli, dan bukan referensi kedua, ketiga, atau keempat yang cenderung
berbeda dalam banyak hal. Untuk mencapai sasaran itu pengajar perlu
menyiapkan kaset atau VCD yang berisi rekaman suara maupun gambar
penutur asli. Adapun teknik penyajian materi tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa macam tindakan sebagai berikut :

- Pemanfaatan kaset audio

Instruktur memutarkan kaset audio yang berisi ceritera pendek


menarik dan secara linguistis terkontrol, berdurasi 40 s.d 130 deetik.
Dengan menggunakan headset, pembelajar berkonsentrasi mendengarkan
ceritera tersebut. Ulangi beberapa kali sampai Anda yakin bahwa
pembelajar telah dapat menangkap isi yang terkandung dalam ceritera
tersebut. Untuk keperluan ulang-mengulang ini Anda dapat memanfaatkan
counter yang biasanya terdapat pada master tape recorder. Untuk laborium
yang dilengkapi dengan repeater language learning machine, ulang
mengulang ini dapat pula dilakukan dengan merekam suara dari master
tape recorder ke repeater teresebut tanpa menggunakan pita kaset. Hasil
rekaman dapat didengarkan berulangkali sesuai keperluan secara otomatis
tanpa melibatkan proses rewinding.

Berikutnya, pancing konsentrasi pembelajar untuk mencoba


menceriterakan kembali isi ceritera yang diperdengarkan secara lisan
maupun tulisan dalam bahasa sasaran maupun bahasa pertama. Langkah

8
selanjutnya dapat dilakukan beberapa variasi kegiatan, misalnya menjawab
pertanyaan tentang isi ceritera secara lisan, bersama-sama maupun
individual, mentranskrip ceritera, berdiskusi tentang bagian-bagian yang
sulit ditangkap, atau mengisi informatiaon-gap pada lembar kerja yang
telah tersedia.

Contoh materi yang dapat dipergunakan untuk teknik ini adalah


Question and Answers karya L.G. alexander (1983). Buku ini memang
cukup tua, namun isi materi terkontrol, tergradasi, dan menarik. Perlu
diingat bahwa tergradasi dan menarik merupakan dua aspek yang penting
untuk diperhatikan dalam merancang atau melakukan seleksi bahan ajar.
Contoh lain adalah American Brekthrough karya Jack C. Richards (1992)
yang dilengkapi dengan lembar kerja pembelajar berisi tugas melengkapi
informasi-informasi yang terkandung dalam wacana percakapan dan narasi
yang terkemas dalam kaset audio.

- Pemanfaatan VCD/DVD Player

Dewasa ini banyak program pelajaran Bahasa Inggris yang


terkemas dalam VCD/DVD. Dengan laboratorium multimedia, piranti ini
dapat digunakan dengan memanfaatkan fasilitas VCD/DVD player yang
terdapat di dalamnya. Contoh teknik pemanfaatan VCD/DVD itu adalah
sebagai berikut: Instruktur menayangkan dua kali sebuah episode ceritera
bersambung melalui VCD Player dengan durasi 20 menit. Pada tayangan
pertama pembelajar diminta untuk memperhatikan secara cermat alur
ceriteranya. Pada tayangan kedua pembelajar diarahkan untuk
memperhatikan bahasa yang dipergunakan. Beberapa variasi tekhnik dapat
dilakukan dalam langkah ini. Misalnya, dengan memanfaatkan tombol-
tombol pada VCD Player, instruktur dapat mem-pause adegan tertentu dan
mengulanginya beberapa kali sampai pembelajar mampu menirukan
ujaran-ujaran yang diungkapkan oleh pelaku. Usahakan agar mereka
menebak secara bersama-sama, atau secara individual dengan sistem
kompetisi sambil memanfaatkan tombol CALL yang tersedia pada

9
masing-masing booth. Apabila pembelajar tidak mampu, instruktur dapat
membantu mereka dengan memeberikan clues atau bahkan jawaban yang
benar, yang tersedia dalam buku pegangan instruktur. Contoh materi yang
dapat dipergunakan disini adalah VCD Sadrina Project dari BBC. Sebagai
homework, instruktur dapat meminta pembelajar untuk menceriterakan
kembali dalam bahasa sasaran sinposis dari tayangan VCD tersebut.

BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data
Penilitian ini dilaksanakan di MAN 2 Soppeng Kelurahan Manorang Salo
Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Waktu
pelaksanaan mulai bulan Juli sampai agustus 2020
B. Subjek Pengumpulan Data
Subjek yang diteliti ialah siswa kelas XII Mia 1 berjumlah 21 orang
C. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi dan doukmentasi
D. Langkah-langkah Dalam Pemecahan Masalah

Masalah Pemecahan
Kurangnya motivasi belajar siswa Mengeffesiensikan strategi
terutama dalam hal pembelajaran pembelajaran yang berkenaan
yang bersifat hafalan dengan proses pencapain hasil dalam
proses belajar mengajar dalam
penggunaan multimedia
pembelajaran dan untuk media yang
diplih oleh guru dan digunakan
dalam proses belajar mengajar
sesuai dengan kemampuan yang ada
pada guru dan siswa, sesuai pola
belajar siswa, serta menarik

10
perhatian.
Penggunaan media yang secara
terprogram, bila media itu berupa
media pembelajaran, sasaran didik
(audience) diorganisasikan dengan
baik hingga mereka dapat
menggunakan media itu secara
teratur, berkesinambungan dan
mengikuti pola belajar mengajar
tertentu

Seperti halnya bahwa media video merupakan media yang dapat


digunakan untuk membantu siswa dalam mencapai beberapa aspek dari tujuan
pembelajaran. Media video bertujuan untuk mencapai keperluan yang spesifik
yang meliputi; (1) Memberi Informasi; (2) Membelajarkan; (3) Membujuk; (4)
Menghibur, Marisa (2011: 54).
Keunggulan Media Video, Menurut Heinich dalam Merisa, (2011: 57), (1)
Sebagai sarana pembelajaran menarik perhatian; (2) Memperlihatkan gerakan; (3)
meliputi: (1)Mengungkap sesuatu yang tidak sepenuhnya dapat dilihatoleh mata;
(4) Mengulang adegan atau peristiwa secaraakurat; (5) Menampilkan unsur visual
secara realistic; (6)menampilkan unsur warna dan suara; (7)
Membangkitkanemosi pemirsa.
Kelemahan media video pembelajaran, (1) sebagaimana media audio-visua
yang lain, video juga terlalumenekankan pentingnya materi ketimbang
prosespengembanganmateri tersebut; (2) pemanfaatan media ini juga terkesan
memakan biaya tidak murah;(3) dan penanyangannya juga terkait
peralatanlainnya seperivideoplayer, layar bagi kelas besar beserta LCDnya dan
lain-lain. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media video dapat
memberikan motivasi siswa untuk mempelajari isi informasi dan pengetahuan
pembelajaran yang terdapat didalamnya. Pada hakikatnya, dalam pendekatan

11
kasus lebih mengarah ke pembelajaran berbasis masalah yang dapat diartikan
sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi
pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama:
1. Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan
siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi
pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya.
2. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata
kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada
proses pembelajaran.
3. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah
proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian
masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

12
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini, bahwa keberadaan laboratorium


Bahasa sangat membantu siswa dan guru dalam proses pembelejaran
dalam rangka pemenuhan standar kelulusan. Siswa sangat antusian
menggunakn piranti laboratorium lab abahasa MAN 2 Soppeng yang
terbilang cukup canggih.

B. Rekomendasi

Sebaiknya sekolah menambah jumlah meja dalam laboratorium


Bahasa ini, karena jumlahnya masih terbatas. Semua guru harus mengikuti
pelatihan multimedia agar model dan media pembelajaran semakin lebih
menarik juga.

13
DAFTAR PUSTAKA
Amtu, Onisimus., 2011. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah.
Bandung: Alfabeta, cv.
Arikunto, S., dan Lia, Y., 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Kerja sama
UNY – Aditya Media, Edisi ke-1.
Edward Sallis, 2012. Total Quality Management in Education. Jogjakarta:
IRCiSoD, Cetakan XV.
Hamalik, Oemar., 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Kerjasama UPI – Remaja Rosdakarya.
Hasibuan, M., 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kamusbahasaindonesia.org/. diakses
tanggal 5 Februari 2016.
Keputusan Menteri Nomor 053/U/2001
Mulyono, M. A., 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, Cetakan ke-1.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Supriyoko. 2004. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Kompas.
Suryosubroto, B., 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sutama. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (kuantitatif, kualitatif, PTK, R & D).
Surakarta : Fairuz Media.
Terry, G. R., dan Rue, L. W., 2009. Principles of Management + Dasar-dasar
Manajemen. (Alih Bahasa; G. A. Ticoalu) – Jakarta: Bumi Aksara,
Cetakan ke-11.
Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, 2014. Panduan Pembinaan
Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat
Pembinaan Sekolah Dasar,

14
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009.
Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003
Usman, H., 2006. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, Edisi Kedua.

15

Anda mungkin juga menyukai