GUNTUR BRATAMA,S.Pd
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, sekolah dituntut untuk menyiapkan para peserta
didiknya menguasai teknologi. Kemejuan teknologi tidak terlepas dari bahasa.
Atau dengan kata lain, Bahasa menjadi alat untuk menguasai teknologi. Dalam era
revolusi industri 4.0 ini, bahasa Inggris menjadi bahasa yang dibutuhkan.
Meskipun seiring dengan bangkitnya kekuatan besar ekonomi China, Bahasa
Tiongkok juga menjadi Bahasa yang juga perlu dikuasai dalam dunia kerja. Akan
tetapi, pengaruh Bahasa Inggris tetap saja menjadi bahasa global yang mendunia
sampai sekarang.
2
perangkat multimedia sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menguasai bahasa. Tentunya keberadaan laboratorium bahasa, menjadi
solusi yang sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan guru dan dan siswa dalam
proses pembelajaran.
B. Permasalahan
C. TUJUAN
Manfaat dari penulis Best Practice ini adalah suatu sumber atau kiat dalam
menjalankan tugas sebagai guru disekolah dalam pengelolaan laboratorium
bahasa.
3
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Sarana Prasarana
4
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi, dan
ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkelanjutan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24
Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA) yang mengatur tentang standar sarana dan prasarana sekolah
termasuk di dalamnya laboratorium komputer. Peraturan ini mengatur seluk
beluk tentang bagaimana sebuah laboratorium sekolah yang seharusnya ada
dan dikembangkan oleh sekolah. Setiap laboratorium bahasa yang ada di
sekolah harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah disebutkan pada peraturan
ini.
Kata ‘manajemen’ berasal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata
‘manus’ yang berarti tangan, dan ‘agere’ yang berarti melakukan. Kata-kata
ini digabung menjadi kata kerja ‘managere’ yang artinya menangani.
Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata to
manage, dengan kata benda management dan manager untuk melakukan
kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2008:4).
Menurut Tery & Rue (2009:1), “Manajemen adalah suatu proses atau
kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang
nyata”. Sedangkan menurut Hamalik (2006:16), “Manajemen adalah suatu
disiplin ilmu yang memiliki objek studi, sistematika, metode, dan
pendekatan”.
5
Selanjutnya Hasibuan (2009:1) menegaskan, “Manajemen yang baik
akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat”. Dengan manajemen pendayagunaan dan hasilnya dari unsur-
unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Adapaun unsur-unsur manajemen
itu terdiri dari : man, method, machines, materials, dan market, atau disingkat
6M.
Hal tersebut diatas dapat diartikan bahwa manajemen bertumpu pada
pengelolaan sumber daya manusia, struktur, keuangan mesin, metode, material
dan pemasaran, yang pada akhirnya membutuhkan suatu tindakan manajemen
sehingga unsur-unsur sebagaimana diutarakan di atas.
Manajemen sarana prasarana berbasis sekolah adalah pengaturan
sarana dan prasarana yang meliputi kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan
sarana dan prasarana di sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip
implementasi manajemen berbasis sekolah.
Dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar
Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
dinyatakan bahwa sekolah menetapkan kebijakan program secara tertulis
mengenai pengelolaan sarana prasarana. Program pengelolaan sarana dan
prasarana mengacu pada Standar Sarana dan Prasarana dalam
hal:a)merencanakan, memenuhi, dan mendayagunakan sarana dan prasarana
pendidikan, b)mengevaluasi dan melakukan pemeliharaan sarana dan
prasarana agar tetap berfungsi mendukung proses pendidikan, c)melengkapi
fasilitas pembelajaran pada setiap tingkat kelas di sekolah, d)menyusun skala
prioritas pengembangan fasilitas pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan
dan kurikulum masing-masing tingkat, dan e)pemeliharaan kesehatan dan
keamanan lingkungan.
Program pengelolaan sarana prasarana secara keseluruhan dialokasikan
kepada pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Pengelolaan sarana
prasarana sekolah diantaranya adalah: a) direncanakan secara sistematis agar
selaras dengan pertumbuhan kegiatan akademik dengan mengacu Standar
6
Sarana dan Prasarana, dan b) dituangkan dalam rencana pokok (master plan)
yang meliputi gedung dan laboratorium serta pengembangannya.
7
Cara klasik penggunaan piranti laboratorium bagi pembelajaran
bahasa asing adalah untuk pembelajaran Listening yang dapat
diitegrasikan dengan Speaking, Writing, maupun Reading. Sasaran yang
mesti dicapai dengan penggunaan laboratorium bahasa di sini adalah agar
pembelajar dapat mendengar, melihat, mengamati, dan memahami
bagaimana penutur asli menggunakan bahasa asing itu dalam berbagai
situasi yang berbeda-beda. Dengan sasaran demikian diharapkan
pembelajar mampu meniru model yang dipajankan oleh penutur asli.
Dengan kata lain, pembelajar dapat secara langsung mengambil referensi
asli, dan bukan referensi kedua, ketiga, atau keempat yang cenderung
berbeda dalam banyak hal. Untuk mencapai sasaran itu pengajar perlu
menyiapkan kaset atau VCD yang berisi rekaman suara maupun gambar
penutur asli. Adapun teknik penyajian materi tersebut dapat dilakukan
dengan beberapa macam tindakan sebagai berikut :
8
selanjutnya dapat dilakukan beberapa variasi kegiatan, misalnya menjawab
pertanyaan tentang isi ceritera secara lisan, bersama-sama maupun
individual, mentranskrip ceritera, berdiskusi tentang bagian-bagian yang
sulit ditangkap, atau mengisi informatiaon-gap pada lembar kerja yang
telah tersedia.
9
masing-masing booth. Apabila pembelajar tidak mampu, instruktur dapat
membantu mereka dengan memeberikan clues atau bahkan jawaban yang
benar, yang tersedia dalam buku pegangan instruktur. Contoh materi yang
dapat dipergunakan disini adalah VCD Sadrina Project dari BBC. Sebagai
homework, instruktur dapat meminta pembelajar untuk menceriterakan
kembali dalam bahasa sasaran sinposis dari tayangan VCD tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A. Waktu dan Tempat Pengumpulan Data
Penilitian ini dilaksanakan di MAN 2 Soppeng Kelurahan Manorang Salo
Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan. Waktu
pelaksanaan mulai bulan Juli sampai agustus 2020
B. Subjek Pengumpulan Data
Subjek yang diteliti ialah siswa kelas XII Mia 1 berjumlah 21 orang
C. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi dan doukmentasi
D. Langkah-langkah Dalam Pemecahan Masalah
Masalah Pemecahan
Kurangnya motivasi belajar siswa Mengeffesiensikan strategi
terutama dalam hal pembelajaran pembelajaran yang berkenaan
yang bersifat hafalan dengan proses pencapain hasil dalam
proses belajar mengajar dalam
penggunaan multimedia
pembelajaran dan untuk media yang
diplih oleh guru dan digunakan
dalam proses belajar mengajar
sesuai dengan kemampuan yang ada
pada guru dan siswa, sesuai pola
belajar siswa, serta menarik
10
perhatian.
Penggunaan media yang secara
terprogram, bila media itu berupa
media pembelajaran, sasaran didik
(audience) diorganisasikan dengan
baik hingga mereka dapat
menggunakan media itu secara
teratur, berkesinambungan dan
mengikuti pola belajar mengajar
tertentu
11
kasus lebih mengarah ke pembelajaran berbasis masalah yang dapat diartikan
sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi
pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama:
1. Pertama, strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan
siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi
pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya.
2. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata
kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada
proses pembelajaran.
3. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah
proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian
masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
12
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
13
DAFTAR PUSTAKA
Amtu, Onisimus., 2011. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah.
Bandung: Alfabeta, cv.
Arikunto, S., dan Lia, Y., 2008. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Kerja sama
UNY – Aditya Media, Edisi ke-1.
Edward Sallis, 2012. Total Quality Management in Education. Jogjakarta:
IRCiSoD, Cetakan XV.
Hamalik, Oemar., 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Kerjasama UPI – Remaja Rosdakarya.
Hasibuan, M., 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kamusbahasaindonesia.org/. diakses
tanggal 5 Februari 2016.
Keputusan Menteri Nomor 053/U/2001
Mulyono, M. A., 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, Cetakan ke-1.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta.
Supriyoko. 2004. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Kompas.
Suryosubroto, B., 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sutama. 2011. Metode Penelitian Pendidikan (kuantitatif, kualitatif, PTK, R & D).
Surakarta : Fairuz Media.
Terry, G. R., dan Rue, L. W., 2009. Principles of Management + Dasar-dasar
Manajemen. (Alih Bahasa; G. A. Ticoalu) – Jakarta: Bumi Aksara,
Cetakan ke-11.
Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, 2014. Panduan Pembinaan
Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat
Pembinaan Sekolah Dasar,
14
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009.
Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003
Usman, H., 2006. Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, Edisi Kedua.
15