Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Suction endotrakheal tube

a. Definisi

Suction sering digunakan untuk mempertahankan jalan napas

paten pada pasien dengan ETT atau tabung trakeostomi. Suction

adalah prosedur steril yang dipakai hanya ketika pasien

membutuhkannya dan bukan dilakukan sesuai jadwal rutin. Indikasi

untuk penghisapan termasuk adanya ronki kasar di atas trakea pada

auskultasi, batuk, sekresi terlihat di saluran napas, pola gergaji pada

loop aliran-volume pada monitor ventilator, peningkatan tekanan

puncak saluran napas pada ventilator, penurunan saturasi oksigenasi,

dan gangguan pernapasan akut. komplikasi yang terkait dengan

penghisapan termasuk hipoksemia, atelektasis, bronkospasme,

disritmia, peningkatan tekanan intrakranial, dan trauma saluran napas

(Linda et al, 2017).

Suction adalah tindakan atau proses mengisap pada saluran

napas dilakukan pada pasien dengan kelebihan produksi sputum di

mana pasien tidak mampu melakukannya sendiri. Pengisapan sering

dilakukan pada pasien kritis yang dirawat dalam perawatan intensif,

13
Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
14

terutama pada pasien dengan tabung endotrakeal (ETT) masuk ke

dalam percabangan bronkus saluran udara (Hudak &Gallo, 2010).

b. Ukuran tekanan suction

Ukuran tekanan suction yang direkomendasikan Kozier

(2012):

Usia Suction
Dewasa 80-120 mmHg
Anak-anak 80-100 mmHg

Ukuran tekanan suction ada yang menggunakan kilopascal

(kPa) dan menggunakan cmHg. Rumus konversi dari satuan mmHg ke

satuan kPa adalah sebagai berikut : 1 mmHg = 0,133 kPa, dan rumus

konversi satuan mmHg ke cmHg : 1 mmHg = 0,1 cmHg.

Terdapat variasi dalam penggunaan tekanan negatif pada

suctioning baik pada beberapa literatur ataupun beberapa penelitian.

Kozier, Berman, dan Snyder (2011) merekomendasikan penggunaan

tekanan suction pada pasien dewasa antara 100 mmHg-120 mmHg.

Berman et al, (2009), merekomendasikan tekanan negatif suction pada

pasien dewasa sebesar 100 mmHg – 120 mmHg. Hahn (2010),

menganjurkan penggunaan tekanan suction pada pasien dewasa

sebesar 70 mmHg – 150 mmHg. Mestecky dan Woodward (2011),

menganjurkan tekanan suction antara 100-150 mmHg. Jika sekret

kental jangan mencoba meningkatkan tekanan suction tetapi sekret

yang kental dapat dimobilisasi dengan menggunakan humidifikasi dan

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
15

tindakan nebulizer. Tekanan 100 mmHg merupakan tekanan negatif

minimal yang dianjurkan untuk melakukan suction tetapi tekanan

suction dapat diatur berdasarkan jumlah sekret yang terdapat pada

jalan nafas, bila tekanan 100 mmHg belum dapat memobilisasi sekret

maka tekanan dapat ditingkatkan menjadi 120 mmHg, tekanan dapat

memaksimalkan hingga 150 mmHg karena bila lebih dari tekanan

tersebut dapat menyebabkan trauma jalan nafas dan hipoksia (Potter &

Perry, 2010 ; Hahn, 2010). Terdapat perbedaan yang bermakna nilai

saturasi oksigen setelah suction dengan tekanan 100 mmHg, 120

mmHg dan 150 mmHg. Penggunaan tekanan suction 100 mmHg

terbukti menyebabkan penurunan saturasi oskigen yang paling

minimal bila dibandingkan dengan tekanan 120 mmHg dan 150

mmHg (Hendy, et al (2015).

American Association for Respiratory Care (2010),

menganjurkan untuk selalu melakukan pengaturan tekanan sebelum

suctioning dilakukan dengan cara menutup ujung selang yang

menghubungkan kateter suction dengan tempat penampung mukus

kemudian tekanan yang dianjurkan (100 mmHg–150 mmHg) diatur

dengan memutar pengatur tekanan (vacum regulator) yang terdapat

pada alat suction control. Penggunaan tekanan suction yang

berlebihan (> 150 mmHg) dapat menyebabkan penurunan saturasi

oksigen, trauma pada jalan nafas hingga menyebabkan kolaps alveoli.

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
16

Menurut hasil penelitian Putri menunjukkan bahwa tekanan

hisap 130 mmHg lebih efektif dari pada tekanan hisap 110 mmHg

(Putri, 2015). Didukung oleh Kitong's, studi mengungkapkan bahwa

13-14 pasien menggunakan tabung endotrakeal menunjukkan

peningkatan saturasi oksigen (Kitong, Mulyadi, & Malara, 2014),

bagaimanapun, 50% ketidaktahuan tentang prosedur penyedotan dan

seringkali implementasi tidak sesuai dengan prosedur yang ada.

Dalam penelitian Muhaji et al, (2017) menunjukkan ada efek yang

signifikan 130 mmHg dan tekanan penyedotan 140 mmHg saturasi

oksigen. Namun, penghisapan dengan tekanan 140 mmHg lebih

efektif dibandingkan dengan penyedotan 130 mmHg dalam

meningkatkan saturasi oksigen pada pasien dengan ETT. Penelitian

yang dilakukan oleh Leur, et al (2003), menyatakan penggunaan

tekanan suction 200-400 mmHg dapat menyebabkan kerusakan

mukosa jalan nafas, memperpanjang hari rawat hingga berakibat fatal

hingga menimbulkan kematian.

Namun, menurut hasil penelitian dari Ahmad, et al (2013)

menunjukkan bahwa dalam CSS dengan hipoksigenasi sebelum,

selama dan setelah prosedur, tekanan hisap 100 mmHg sebanding

dengan 200 mmHg sehubungan dengan tingkat SpO2 dan perubahan

heart rate (HR). Pada kedua tingkat tekanan hisap, hipoksia awal dan

takikardia ringan berkembang, karena nilai baseline dalam kira-kira

tiga menit setelah penghentian pengisapan. Bukti untuk ini adalah cara

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
17

sebanding SpO2 dan HR untuk dua tingkat tekanan hisap. Tampaknya

peningkatan tingkat tekanan hisap sampai 200 mmHg tidak memiliki

efek yang merugikan pada fungsi kardiorespirasi pasien ICU yang

diventilasi secara mekanik. Tampaknya di CSS, tekanan hisap hingga

200 mmHg relatif aman dan tidak menghasilkan gangguan

kardiorespirasi.

c. Metode suction

Ada beberapa metode suction menurut Linda, et al (2017),

diantaranya yaitu :

1) Suction protokol

Banyak protokol mengenai penghisapan telah

dikembangkan. Beberapa penelitian telah terbukti bermanfaat

dalam membatasi komplikasi penghisapan. Diantaranya yaitu

hipoksemia dapat diminimalisir dengan hiperoksigenasi pasien

dengan oksigen 100% selama 30 hingga 60 detik sebelum

pengisapan dan setidaknya 60 detik setelah penghisapan.

Atelektasis dapat dihindari dengan menggunakan kateter hisap

dengan diameter eksternal kurang dari satu dari diameter internal

ETT.

Menggunakan tekanan 120 mmHg atau kurang dari hisap

menurunkan kemungkinan hipoksemia, atelectasis, dan trauma

saluran napas, dan detak jantung. Proses penerapan pengisapan

intermiten (bukan terus menerus) telah terbukti tidak bermanfaat.

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
18

Penghisapan dengan terus-menerus membantu mengeluarkan

sekresi belum terbukti bermanfaat, dan ini dapat berkontribusi

pada pengembangan hipoksemia serta kolonisasi saluran napas

bawah yang menghasilkan VAP.

2) Sistem hisap trakhea tertutup

Satu cara lain untuk melakukan penghisapan pasien pada

ventilator adalah sistem hisap trakea tertutup (CTSS). Alat ini

terdiri dari kateter isap di lapisi plastik yang menempel langsung

ke tabung ventilator. CTSS memungkinkan pasien untuk disedot

sambil tetap menggunakan ventilator. Keuntungan dari CTTS

termasuk pemeliharaan oksigenasi dan PEEP selama penyedotan,

pengurangan komplikasi terkait hipoksemia, CTSS mudah

digunakan, hanya membutuhkan satu orang untuk melakukan

prosedur.

Kekhawatiran terkait dengan CTSS termasuk

autocontamination, penghapusan sekresi yang tidak memadai, dan

peningkatan risiko ekstubasi yang tidak disengaja akibat dari

berat ekstra sistem pada ventilator. Autocontamination telah

terbukti tidak menjadi masalah jika kateter dibersihkan dengan

benar setelah setiap penggunaan. Penghapusan sekresi yang tidak

memadai mungkin tidak menjadi masalah, dan penyelidikan lebih

lanjut diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini. Meskipun

rekomendasi untuk mengubah kateter bervariasi, satu studi

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
19

menunjukkan bahwa kateter dapat diubah pada dasar yang

dibutuhkan tanpa meningkatkan kejadian VAP. Satu studi

menemukan bahwa penyedotan dengan CTSS menyebabkan

aspirasi cairan yang sangat besar di sekitar manset tabung trakea

sebagai akibat dari penurunan tekanan saluran napas yang

signifikan.

3) Suction hisap trachea terbuka (open suction)

Metode hisap terbuka dengan melapaskan pasien dari

ventilator dan memasukkan kateter suction kedalam saluran napas

buatan (Linda et al, 2017). Pasien yang menggunakan ventilator

mekanik mendapatkan sedatif, analgetik, yang kuat dan relaksan

otot. Pasien yang terpasang Endotracheal Tube pasti akan

dilakukan tindakan hisap lendir atau suction. Teknik open suction

system (OSS) merupakan suatu metode yang mengharuskan

pasien untuk melepaskan ventilator sehingga pasien tidak mampu

menerima oksigenasi selama suction (Jongerden, 2007). Dimana

teknik open suction pada pasien yang terpasang ventilator ketika

sambungan antara ETT dengan selang Y pada pasien ventilator

terputus, menyebabkan tekanan jalan nafas menurun mendekati

tekanan atmosfir sebelum suctioning berlangsung sehingga tidak

terdapat perbedaan tekanan jalan nafas pada pasien yang

terpasang ventilator dan tidak terpasang ventilator bila

menggunakan teknik open suction (Almgren et al, 2003).

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
20

d. Indikasi dan komplikasi

Indikasi dilakukannya suction ETT pada pasien adalah bila

terjadi gurgling (suara nafas seperti orang berkumur), cemas,

susah/kurang tidur, snoring (seperti orang mengorok), penurunan

tingkat kesadaran, perubahan warna kulit, penurunan saturasi oksigen,

penurunan pulse rate (nadi), irama nadi tidak teratur, respiration rate

menurun dan gangguan patensi jalan nafas (Kozier & Erb, 2012).

e. Tujuan

Tujuan dilakukannya suction yaitu untuk membersihkan

saluran nafas dan menghilangkan sekret, untuk mempertahankan

patensi jalan nafas, mengambil sekret untuk dilakukan pemeriksaan

laboratorium, untuk mencegah terjadinya infeksi dari akumulasi cairan

sekret yang sudah menumpuk (Kozier & Erb, 2012).

Menurut Zahrah & Arki (2018) suction bertujuan untuk

membebaskan jalan napas, mengurangi retensi sputum dan mencegah

infeksi paru. Secara umum, pasien yang terpasang ETT memiliki

respon tubuh yang kurang baik untuk mengeluarkan benda asing,

sehingga sangat diperlukan tindakan penghisapan lendir (suction).

f. Efek suction

Tindakan suction dapat menyebabkan hipoksia yang dapat

terjadi karena sumber oksigen diputuskan dari pasien atau oksigen

dikeluarkan dari saluran udara pasien ketika hisapan dilakukan.

Atelectasis diperkirakan terjadi ketika kateter hisap lebih besar dari

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
21

setengah diameter ETT. Tekanan negatif yang berlebihan terjadi

ketika pengisapan diterapkan, mendorong kerusakan saluran udara

bagian distal. Bronkospasme adalah hasil stimulasi saluran udara

dengan kateter hisap. Disritmia jantung, terutama bradikardia,

dikaitkan dengan stimulasi vagal. Trauma saluran napas terjadi

dengan impaksi kateter di saluran napas dan tekanan negatif yang

berlebihan diterapkan pada kateter (Linda et al, 2017).

g. Kanul suction

1) Jenis

Jenis kanul suction yang ada dipasaran dapat dibedakan

menjadi open suction dan close suction. Open suction merupakan

kanul konvensional, dalam penggunaannya harus membuka

sambungan antara ventilator dengan ETT pada pasien, sedangkan

close suction merupakan kanul dengan sistem tertutup yang selalu

terhubung dengan sirkuit ventilator dan penggunaannya tidak

perlu membuka konektor sehingga aliran udara yang masuk tidak

terinterupsi. (Kozier&Erb, 2012)

2) Ukuran suction catheterkit/selang kateter

Berikut ini adalah ukuran suction catheter kit

(Kozier&Erb, 2012) :

a) Dewasa : 12-18 Fr

b) Anak usia sekolah 6-12 tahun : 8-10 Fr

c) Anak usia balita : 6-8 Fr

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
22

Lynn (2011) merekomendasikan ukuran kanul suction

dengan kriteria usia sebagai berikut :

a) Anak usia 2-5 tahun : 6-8 Fr

b) Usia sekolah 6-12 tahun : 8-10 Fr

c) Remaja-dewasa : 10-16 Fr

2. Saturasi Oksigen

a. Definisi

Saturasi oksigen adalah ukuran jumlah oksigen yang terikat ke

hemoglobin dibandingkan dengan kemampuan maksimal hemoglobin

untuk mengikat oksigen. Saturasi oksigen dapat dinilai sebagai

komponen dari ABGS (SaO2) atau dapat diukur secara noninvasif

menggunakan pulse oxymeter (SpO2). Nilai satuan dari saturasi

oksigen dapat berupa persentase atau desimal, nilai normal lebih besar

dari 95% ketika pasien berada di suhu ruangan. Biasanya, tingkat

kejenuhan tidak bisa mencapai 100% (di suhu kamar) secara fisiologis.

Namun, ketika oksigen tambahan diberikan, saturasi oksigen nilainya

mendekati 100% maka ukuran nilainya dilaporkan 100% (Linda et al,

2017).

b. Pengukuran saturasi oksigen

Brunner, Suddart (2002) mnjelaskan bahwa pengukuran saturasi

oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik. Penggunaan

oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien

terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil atau mendadak.

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
23

Adapun cara pengukuran saturasi oksigen antara lain :

1) Saturasi oksigen arteri (SaO2)

Hipoksemia adalah keadaan dimana nilai saturasi bahwa 90% hal

ini ditandai dengan terjadinya sianosis.

2) Saturasi oksigen vena (SvO2)

Saturasi oksigen vena dilihat untuk mengetahui banyaknya

oksigen yang telah didistribusi ke tubuh. SvO2 dibawah 60%

dalam perawatan klinis, menunjukkan tubuh kekurangan oksigen,

dan terjadinya iskemik penyakit. Pengukuran SvO2 sering

menggunakan mesin jantung-paru (Extracorpereal Circulatioani).

3) Tissue oksigen saturasi (StO2)

Tissue oksigen saturasi dapat diukur menggunakan spektroskopi.

Spektroskopi merupakan sebuah inframerah dekat yang dapat

memberikan gambaran oksigenasi yang terjadi dalam tubuh

dengan berbagai kondisi.

4) Saturasi oksigen perifer (SpO2)

Menurut Giuliano & Higgins (2005), saturasi oksigen perifer

merupakan estimasi tingkat kejenuhan oksigen yang biasanya

diukur dengan pulse oksimeter.

c. Cara kerja oksimetri nadi

Oksimetri nadi merupakan pengukuran diferensial berdasarkan

metode absorpsi spektofotometri yang menggunakan hukum beer-

lambert. Probe oksimeter terdiri dari dua diode pemancar cahaya Light

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
24

Emiting Diode (LED) satu merah dan yang lainnya inframerah yang

mentransmisikan cahaya melalui kuku, jaringan, vena, darah arteri

melalui fotodetektor yang diletakkan didepan LED. Foto detektor

tersebut mengukur jumlah cahaya merah dan inframerah yang

diabsorpsi oleh hemoglobin teroksigenasi dan hemoglobin

deoksigenasi dalam darah arteri dan dilaporkan sebagai saturasi

oksigen (Tobias, 2011).

Sinar Light Emiting Diodes (LED) pada fotodetector melewati

bagian tubuh pasien yang mengirimkan cahaya inframerah sehingga

cahaya inframerah dapat menembus jaringan tubuh. Kemudian sinyal

tingkat saturasi oksigen akan dideteksi oleh fotoreceptor sehingga

presentase saturasi oksigen dan denyut nadi dapat ditampilkan.

Semakin darah teroksigenasi, semakin banyak cahaya merah yang

dilewatkan dan semakin sedikit cahaya inframerah yang dilewatkan,

dengan menghitung cahaya merah dan cahaya inframerah dalam satu

kurun waktu, maka saturasi oksigen dapat dihitung (Wilkins &

Williams L, 2010).

d. Nilai normal SpO2

Nilai normal saturasi oksigen adalah 95% sampai 100%.

Apabila dibawahnya dapat diindikasikan sebagai hipoksemia dan perlu

penanganan lebih lanjut misalnya dengan meningkatkan terapi oksigen.

Apabila saturasi oksigen menurun drastis secara tiba-tiba maka perlu

dilakukan tindakan resusitasi (Wilkins & Williams L, 2010).

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
25

Menurut Rohlwink (2010) nilai saturasi oksigen

diinterpretasikan sebagai berikut :

1) SpO2 > 95%, berarti normal dan tidak membutuhkan tindakan.

2) SpO2 91%-94%, berarti masih dapat diterima tapi perlu

dipertimbangkan, kaji tempat pemeriksaan dan dilakukan

penyesuaian jika perlu dan dilanjutkan monitor pasien.

3) SpO2 85%-90%, berarti pasien harus ditinggikan kepala dari tempat

tidur dan stimulasi pasien bernafas dengan kaji jalan nafas dan

dorong untuk batuk, berikan oksigen sampai dengan saturasi

oksigen >90% dan informasikan kepada dokter.

4) SpO2 < 85%, berarti memberikan oksigen 100% oksigen, posisi

pasien memfasilitasi untuk bernafas, suction jika dibutuhkan dan

berlaku dokter segera, cek catatan pengobatan yang dapat

mendepresi pernafasan dan siapkan manual ventilasi atau

pertolongan intubasi jika kondisi memburuk.

Apabila SpO2 dibawah 70% keselamatan pasien terancam.

Karena oksimetri nadi hanya mengukur oksigen yang tercampur dalam

darah, sehingga kemungkinan hemoglobin mengandung substansi lain

seperti karbon monoksida yang berbahaya bagi tubuh manusia (Kozier

& Erb, 2012).

e. Faktor yang mempengaruhi SpO2

Faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan pengukuran saturasi

oksigen adalah sebagai berikut : perubahan kadar HB, sirkulasi yang

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
26

buruk, aktivitas (menggigil/gerakan berlebihan) ukuran jari terlalu

besar atau terlalu kecil, akral dingin, denyut nadi terlalu kecil, adanya

cat kuku berwarna gelap (Kozier & Erb, 2012).

Saturasi oksigen pada pasien dengan diagnosa PPOK (Penyakit

Paru Obstruksi Kronik) relatif rendah. PPOK lebih lanjut obstruksi

jalan nafas perifer, distraksi parenkim, dan iregularitas vaskuler

pulmonal mengurangi kapasitas paru untuk pertukaran gas sehingga

menyebabkan hipoksemia (oksigen darah rendah) dan hiperkapnia

(karbon dioksida darah tinggi). Yang termasuk PPOK adalah

bronkhitis dan emfisema (Morton, 2011).

Menurut Kozier (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi

bacaan saturasi :

1) Hemoglobin (Hb)

Jika Hb tersaturasi penuh dengan O2 walaupun nilai Hb rendah

maka akan menunjukkan nilai normalnya. Misalnya pada klien

dengan anemia memungkinkan nilai SpO2 dalam batas normal.

2) Sirkulasi

Pulse Oksimetri tidak akan memberikan bacaan yang akurat jika

area yang dibawah sensor mengalami gangguan sirkulasi.

3) Aktifitas

Menggigil atau pergerakan yang berlebihan pada area snsor dapat

mengganggu pembacaan SpO2 yang akurat.

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
27

f. Prosedur pengukuran SpO2

Berikut adalah prosedur pengukuran SpO2 menggunakan pulse

oksimeter (Kozier & Erb, 2012).

1) Menyiapkan alat : pulse oximeter, pembersih cat kuku, handuk atau

sapu tangan

2) Memilih sensor yang ukurannya sasuai dengan jari pasien

3) Memilih tempat pemasangan yang sesuai

4) Membersihkan tempat pemasangan sensor

5) Pasang sensor, hubungkan dengan alat oximeter

6) Mengatur dan menyalakan alarm oximeter

7) Pastikan keamanan pasien

8) Pastikan sensor bekerja

9) Dokumentasikan pada catatan keperawatan.

g. Mode ventilator

Beberapa mode kontrol ventilasi yang berbeda tersedia di

ventilator. Model volume meliputi model bantuan-kontrol (assist-

control [A/C]) dan model ventilasi mandat intermiten tersinkronisasi

(synchronized intermittent mandatory ventilation [SIMV]). Model

tekanan meliputi model ventilasi dengan bantuan tekanan atau

pressure-support ventilation (PSV), model ventilasi tekanan terkontrol

(pressure-controlled ventilation [pcv]), model volume-guaranteed

pressure option [VGPO], model tekanan jalan napas positif kontinu

(continuous positive airway pressure [CPAP])/PEEP, dan model

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
28

nonivasive bilevel positive pressure ventilation [BiPAP]). Tidak ada

satu model terbaik untuk menangani pasien yang mengalami gagal

nafas, meskipun setiap model memiliki kelebihan dan kekurangan

masing-masing (Hudak & Gallo, 2008).

B. Kerangka Teori Penelitian

Penumpukan sekret disaluran pernafasan

Hisap lendir/suction
Tekanan

Ukuran Kanul

Lama Penghisapan
- Gagal nafas
- Gagal sirkulasi Hiperoksigenasi
- Anemia
Hipoksia
- Gangguan
neurovaskular

Penurunan saturasi oksigen

Gambar 2.1. Bagan kerangka teori penelitian

C. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas Variable Terikat


Tekanan suction 20 Kpa Penurunan Saturasi
Oksigen
Tekanan suction 25 Kpa

Gambar 2.2. Bagan kerangka konsep penelitian

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
29

D. Hipotesis

Adanya perubahan saturasi oksigen yang berbeda pada tekanan

suction 20 kPa dan 25 kPa pada pasien yang terpasang ETT setelah dilakukan

suction.

Perbandingan Tindakan Suction..., Nia Pramitasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019

Anda mungkin juga menyukai